• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII C SMP N 8 BANDAR LAMPUNG PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII C SMP N 8 BANDAR LAMPUNG PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII C SMP N 8

BANDAR LAMPUNG PELAJARAN 2010/2011

Oleh SUWARLI

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar kayang pada siswa kelas VII C SMP N 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011, dengan penggunaan alat bantu berupa matras yang digulung dan menggunakan bantuan dua teman.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) kolaborasi participations, dengan menggunakan dua siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII C yang berjumlah 36 siswa, dengan jumlah 20 laki-laki dan 16 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar kayang.

Hasil penelitian menunjukkan: pada temuan awal hanya mencapai ketuntasan 33,33% hal ini berarti masih rendahnya kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar kayang. Pada siklus pertama dengan penggunaan alat bantu matras yang di gulung diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 63,89%, sedangkan prosentase ketuntasan belajar klasikal 85% itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus kedua dengan menggunakan bantuan ke dua teman diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 94,44%, hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal. Dari hasil penelitian

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan

pendidikan. Pendidikan jasmani bukan saja mengembangkan dan membangkitkan

potensi individu, tetapi juga ada unsur pembentukan yang mencakup kemampuan fisik ,

intelektual, emosional, sosial dan moral-spiritual. Pendidikan jasmani adalah suatu

proses yang dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk

memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kebugaran jasmani, kemampuan dan

keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis

dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan

pancasila.

Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangan anak, gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk

mengisi program pendidikan jasmani seperti kekuatan, daya tahan dan kelentukan otot

dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu senam juga berpotensi mengembangkan gerak

dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik suatu cabang

olahraga. Lebih penting lagi senam lantai dapat meningkatkan kebugaran secara efektif

bagi siapapun yang melakukannya.

Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan

dan secara makro harus ditemukan strategi atau pendekatan dan metode pembelajaran

(3)

yang muncul dan dihadapi oleh guru penjaskes dalam kompetensi uji diri/ senam

khususnya gerakan kayang adalah bagaimana seorang guru memilih strategi

pembelajaran, pendekatan, metode pembelajaran dan model yang cocok dan tepat dalam

penyampaian materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kompetensi

siswa serta kemampuan memahami dan melakukan gerakan dengan baik dan benar.

Maka dari itu saat ini guru diharuskan lebih kreatif dalam menyelesaikan, dan

melaksanakan program pembelajaran yang berkarakter dan tidak monoton. Dengan

banyaknya ragam, metode, dan model pembelajaran serta penggunaan alat bantu pada

pembelajaran kompetensi dasar senam lantai khususnya gerakan kayang diharapkan

dapat meningkatkan gerak dasar senam secara menyeluruh dan berkesinambungan serta

karakteristik pembelajaran yang berkarakter, sesuai dengan tujuan pendidikan.

Senam lantai merupakan salah satu materi dari pendidikan jasmani di sekolah

menengah pertama, salah satu jenis senam lantai yang diajarkan disekolah yaitu

kayang. Upaya meningkatkan kemampuan gerak dasar Siswa SMP salah satunya adalah

gerak dasar kayang, dibutuhkan strategi pembelajaran secara sistematis, teratur, dan

menyeluruh untuk mencapai peningkatan pembelajaran. Sistematis maksudnya adalah

harus berurutan secara teratur sehingga pembelajaran secara menyeluruh bisa tercapai.

Selain itu, di butuhkan metode belajar yang tepat, dan sesuai dengan pembelajaran

karena kayang merupakan jenis gerak dasar yang menuntut skill yang tinggi terutama

kelentukan dan daya tahan. Kesulitan yang di alami siswa pada gerak dasar kayang,

siswa rata-rata kesulitan melakukan gerakan kayang dari posisi berdiri, sebelum kedua

tangan tiba untuk posisi kayang badan siswa sudah jatuh ke matras karena kurangnya

kelentukan togok atau tubuh siswa. Jika kelentukan punggung, pinggang dan paha dapat

melenting dengan baik, tapi kadang kekuatan otot perutnya kurang, sehingga belum

(4)

kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa pada saat kayang di antaranya salah satu tangan

atau kedua tangan ditempatkan terlalu jauh dari titik berat badan. Sedangkan posisi

tangan yang baik dalam kayang adalah semakin dekat dengan posisi kedua kaki

sehingga kayang yang dilakukan kurang baik. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

melakukan kayang, maka perlu diciptakan cara belajar kayang yang sesuai dan tepat,

salah satunya dengan menggunakan alat bantu. Pembelajaran kayang dengan alat bantu

merupakan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan kayang,

karena dengan alat bantu anak akan mudah melakukan kayang.

Berdasarkan observasi penulis selama melakukan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP

N 8 Bandar Lampung, penulis melihat adanya perbedaan motivasi siswa dalam

melakukan aktivitas olahraga. Ketika siswa mengikuti materi pelajaran senam lantai dan

permainan bola besar (seperti sepak bola dan bola volly). Siswa sangat antusias ketika

mengikuti olahraga permainan bola besar. Sedangkan ketika mengikuti senam lantai

antusias siswa rendah, bahkan sangat rendah.Penulis mengidentifikasi penyebab kurang

tertariknya siswa dalam mengikuti materi pembelajaran senam lantai , khususnya pada

materi kayang di sebabkan cara pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang

memadainya sarana dan prasarana yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran cenderung monoton, seperti guru hanya menjelaskan tentang kayang

memberikan contoh satu atau dua kali tentang kelangsungan gerak dasar kayang dari

awalan sampai sikap akhir, kemudian siswa disuruh melakukan gerakan dasar tersebut.

Kesalahan yang dilakukan dievaluasi dan diperbaiki. Kemudian dilakukan percobaan

satu atau dua kali gerakan kayang dan terakhir pengambilan nilai kayang sebagai hasil

pembelajaran kayang.

(5)

Kurikulum tidaklah mudah, banyak sekali kendalanya.Kurangnya sarana pembelajaran

senam merupakan faktor yang dialami sekolah-sekolah termasuk di SMP Negeri 8

Bandar Lampung. Masih banyak sekolah-sekolah mengabaikan sarana dan prasana

pembelajaran pendidikan jasmani, karena dianggap sarana dan prasarana

pembelajaran pendidikan jasmani cukup mahal. Biasanya sarana yang disediakan

oleh sekolah hanya untuk olahraga permainan, itu pun terkadang tidak sesuai

dengan tuntutan kurikulum.

Selain permasalahan tersebut, para guru Penjaskes juga kurang memiliki kreativitas dan

inovatif dalam membelajarkan pendidikan jasmani. Hal ini terkait metode pembelajaran

penjaskes di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang kurang menerapkan metode

pembelajaran dengan menggunakan alat bantu yang terlihat dari hal-hal berikut :

1. Pembelajaran masih sering hanya pemberian materi teori dikelas yang terkadang

tidak di ikuti dengan praktek dengan guru hanya berceramah tanpa menggunakan alat

bantu.

2. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup.

3. Guru masih belum menggunakan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu.

Kondisi inilah yang menyebabkan tujuan pembelajaran pendidikan jasmanI sulit untuk

tercapai.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunan alat bantu terhadap peningkatan hasil belajar kayang, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, ”Peningkatan

Gerak Dasar Kayang Dengan Menggunakan Alat Bantu Pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 “.

(6)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Masih kurangnya kelentukan siswa sehingga lentingan togok tidak sempurna.

2. Masih kurang tepatnya posisi tangan dan kaki dalam melaksanakan gerak dasar

kayang.

3. Masih kurangnya kekuatan otot tangan dalam menopang atau menahan tubuh saat

melakukan gerak dasar kayang.

4. Masih kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran senam.

5. Para guru Penjaskes kurang kreatif dan inovatif dalam membelajarkan

pendidikan jasmani.

6. Belum diketahui pengaruh pembelajaran kayang dengan menggunakan alat bantu

terhadap hasil belajar kayang.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan

penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun batasan

masalah tersebut adalah hanya ingin mengetahui apakah ada peningkatan pembelajaran

kayang senam lantai dengan menggunakan alat bantu pada siswa kelas VIISMP N 8

Bandar Lampung.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam

(7)

1. Apakah melalui penggunaan alat bantu matras yang telah di gulung dapat

memberikan peningkatan gerak dasar kayang pada siswa kelas VII SMP N 8 bandar

Lampung?.

2. Apakah dengan menggunakan bantuan dua teman dapat memberikan peningkatan

gerak dasar kayang pada siswa kelas VII SMP N 8 bandar Lampung?.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan

secara umum untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar kayang. Dan secara khusus

yaitu :

1. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar kayang dengan menggunakan alat

bantu matras yang telah di gulung pada siswa kelas VII C SMP N 8 Bandar Lampung.

2. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar kayang dengan menggunakan

bantuan dua teman pada siswa kelas VII C SMP N 8 Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas,

diharapkan penelitian ini memberi manfaat antara lain:

1. Dapat diperoleh informasi tentang pembelajaran yang baik dan efektif untuk

meningkatkan kemampuan kayang.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi guru Penjaskes tentang pembelajaran yang

efektif untuk meningkatkan kemampuan kayang.

3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang karya ilmiah untuk dikembangkan

lebih lanjut.

(8)

dilakukan hanya bersifat monoton. Selain itu anak-anak akan lebih tertarik dan

semangat untuk belajar kayang karena ada metode pembelajaran yang baru.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Tempat penelitian dilaksanakan di Lapangan SMP N 8 Bandar Lampung.

2. Objek penelitian yang diamati adalah peningkatan pembelajaran kayang dengan

menggunakan alat bantu pada siswa kelas VII C SMP N 8 Bandar Lampung.

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui

kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan

agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan

menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat

seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif

(Depdiknas, 2004 : 2 ).

Menurut Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata

pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses

pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat

menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan

(10)

Dinata (2009) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan usaha

pendidikan dengan menggunakan aktifitas otot-otot besar hingga proses pendidikan

berlangsung tidak terlambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan,

kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilisasi emosional, keterampilan

sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar

menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak

menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan

saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi

yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak,

menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang

perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fifik, mental, emosi,

sosial dan moral.

2. Pengertian Belajar Mengajar

Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui

pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar

(11)

Menurut Hamalik (2003) Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan belajar

dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Menurut

Husdarta dan Saputra (2002) Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks,

guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga

guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang

disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan

disajikan kepada siswa.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju

ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan

sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “ penambahan pengetahuan “.

1. Alat Bantu Yang Dimodifikasi

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan

sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun

sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan

pengajaran yang diharapkan.

Hamalik dalam Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

(12)

pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektivitas

proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu.

Sudjana dan Rivai dalamArsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat media

pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Menurut Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada

proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Tetapi ada sedikit perbedaan

penggunaan istilah media dan alat bantu. Media adalah alat yang digunakan

pendidik dalam menyampaikan pendidikan, dan alat bantu (peraga) digunakan

untuk membantu proses pembelajaran agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh

guru lebih konkret/jelas karena ada model atau replika yang dapat diamati siswa

sehingga mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar

mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses

belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Menurut Hamzah (1988: 110) penekanan alat bantu belajar terdapat pada visual

dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya

(13)

sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar,

dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).

Modifikasi adalah penyesuaian alat atau perlengakapan pada suatu kegiatan yang

akan di laksanakan, modifikasi biasanya di gunakan bila suatu lembaga, misalnya

sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang lengkap maka di buatlah modifikasi alat,

agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

Lutan ( 1988 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi,

fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya.

Lutan ( 1898 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan

tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan

kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola

gerak secara benar.

“Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1). mengatasi keterbatasan akan sarana

dan prasarana pendidikan jasmani; 2). Mendukung pertumbuhan dan

perkembangan peserta didik; 3). mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang

efektif; 4). mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran

dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1988 ).

Menurut Arsyad ( 2005: 7 ) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada

proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Alat bantu adalah alat yang

digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu ( peraga ) sangat

penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru

(14)

alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa

lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Menurut Hamzah ( 1988 ) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan

audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan

dua ukuran panjang dan lebar ( seperti: gambar, bagan, dan grafik ) sedangkan alat

peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (

seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh ).

Alat bantu ( peraga ) yang digunakan dalam pembelajaran kayang pada siklus

pertama adalah menggunakan matras yang telah digulung,dan pada siklus kedua

menggunakan bantuan dua teman.

Keuntungan alat bantu modifikasi pada siklus pertama, dan kedua adalah, hemat

biaya, praktis, serta memudahkan guru untuk mengevaluasi gerakan kayang dalam

pembelajaran senam lantai. Diharapkan dengan pemakaian matras yang telah

digulung dan bantuan teman ini siswa akan termotivasi untuk melakukan kayang

dan mempraktikkan teknik dasar gerakan yang sedang diajarkan dengan benar.

Perlengkapan yang di gunakan dalam penelitian gerakan kayang : 1. Lapangan.

2. Matras.

3. Matras yang telah digulung.

Penggunaan alat bantu di atas, diharapkan dapat memotivasi anak melakukan

gerakan dengan maksimal. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang

diharapkan tercapai.

(15)

1. Jumlah waktu aktif berlatih ( JWAB ) atau waktu melaksanakan tugas gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak.

2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif. 3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas.

4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Tantangan teknik kayang terletak pada tingkat kelentukan, Kayang adalah posisi

kaki bertumpu dengan empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan

mengangkat perut dan panggul. Nilai dari pada gerakan kayang yaitu dengan

menempatkan kaki lebih tinggi memberikan tekanan pada bahu dan sedikit pada

pinggang.Manfaat dari gerakan kayang adalah untuk meningkatkan kelentukan

bahu, bukan kelentukan pinggang.

4. Senam

Senam dalam bahasa inggris disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata

“Gymnos” bahasa Greka (yunani) yang berarti berpakaian minim atau telanjang.

Orang Yunani kuno melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut “Gymnasium” atau “Gymnasion”. Tujuannya ialah untuk mendapatkan kekuatan

dan keindahan jasmani. Cara melakukannya sambil berpakaian minim atau

telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak. Namun yang

melakukan senam ini hanya kaum pria.

Senam di negeri kita sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Waktu itu namanya “Gymnastiek” sedangkan pada zaman jepang dinamakan“Taiso”.

Pemakaian istilah senam sendiri kemungkinan bersamaan dengan pemakaian kata

(16)

Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga

tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan

dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada

obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan

kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari

komponen-komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan, kecepatan, keseimbangan,

kelentukan, agilitas dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan

gerak yang selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.

Olahraga senam sendiri ada bermacam-macam, seperti : senam kuno, senam

sekolah, senam alat, senam korektif, senam irama, turnen, senam artistik. Secara

umum senam memang demikian adanya, dari tahun ke tahun mengalami

penyempurnaan dan semakin berkembang. Yang dulunya tidak untuk

dipertandingkan, namun sejak akhir abad 19 mulai dipertandingkan. Dibentuklah

wadah senam internasional, dengan nama Federation International the

Gymnastique (FIG), yang mengelola antara lain senam artistik (artistic gymnastics)

dan senam ritmik (modern rhytmic).

Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang

menamakan tumbling. Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam.

Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di

udara,menumpu dengan tangan atau kaki untuk memperthankan sikap seimbang

atau pada saat meloncaat ke depan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan

gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada dasarnya, bentuk-bentuk latihan

(17)

senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam

tidak mempergunakan suatu peralatan khusus.

Sebelum mempelajari gerakan dasar diperlukan pembinaan dan pembentukan fisik

yang teratur, hal ini perlu karena adanya fisik yang sudah terbentuk akan

memudahkan dalam mempelajari gerakan-garakan dasar.

Beberapa contoh gerakan dasar senam lantai :

1. Roll depan, yang dimaksud roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah

depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan

panggul bagian belakang.

2. Teknik kayang, kayang ialah suatu bentuk sikap badan terlentang yang

membusur, bertumpu pada kedua kaki dan kedua tangan siku-siku dan lutut

lurus.

3. Sikap lilin.

 Posisi tidur telentang.

 Ke 2 tangan ditekuk dekat sisi telinga,

 Angkat ke 2 kaki (rapat) lurus keatas dengan tangan menopang pinggang.

4. Meroda, gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap

menyamping arah gerakan dan tumpuan berat badan ketika berputar

menggunakan kedua tangan dan kaki.

(18)

Yang dimaksud dengan kayang adalah suatu bentuk sikap badan yang terlentang

dan membusur, bertumpu pada telapak kaki dan tangan dengan siku dan lutut yang

lurus.

Anak-anak akan mudah untuk menguasai sikap tersebut jika:

1. Mempunyai kelentukan otot perut, punggung dan paha.

2. Keleluasaan persendian panggul, ruas tulang belakang dan bahu.

3. Kekuatan lengan dan bahu untuk menopang.

Gambar 1.Cara melakukan gerakan kayang sebagai berikut. a. Sikap permulaan berdiri, kedua tangan menumpu pada pinggul

(19)

c. Kedua tangan diputar ke belakang sampai menyentuh matras sebagai

tumpuan, posisi badan melengkung bagai busur.

e. Kemudian kembali ke sikap awal yaitu berdiri

tegak.

Sumber:

http://iimzizah.wordpress.com/2009/11/25/sarana-dan-prasarana-dalam-olahraga-senam-lantai/.

2

3

(20)

6. Keterampilan Gerak

Keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau

penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.

(Lutan, 1988: 95) Keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti pola atau gerak

tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh

yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Semakin kompleks keterampilan gerak

yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang

harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.

Belajar keterampilan gerak berlangsung melalui beberapa tahap yakni:

1).Tahap kognitif, 2).Tahap asosiatif, dan 3).Tahap otomatis. ( Lutan 1988:305)

1. Tahap Kognitif.

Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari keterampilan

motorik membutuhkan informasi bagaimana cara melaksanakan tugas gerak

yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan

penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana

penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini gerakan

seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan

hasilnya tidak konsisten.

2. Tahap Asosiatif.

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa

melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan

(21)

dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun semakin

konsisten.

3. Tahap Otomatis.

Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan secara

otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa terganggu

oleh kegiatan lainnya.

B. Kerangka Pikir

Kemampuan gerak secara efesian adalah awal yang perlu dilakukan untuk penampilan

yang terampil. Penampilan gerak dasar adalah hasil dari kerja otot yang sangat

terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang diharapkan. Keberhasilan dalam

belajar teknik tergantung kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang

merupakan peningkatan dari komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan,

kekuatan,kelentukan, dan koordinasi yang baik.

Suharjana (2004:70) menerangkan bahwa kelentukan bahwa kemampuan otot atau

persendian untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang maksimal. Dengan

dimilikinya kelenturan oleh seseorang akan dapat. 1). Mengurangi kemungkinan

terjadinya cidera. 2). Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan

kelincahan. 3). Membantu mengembangkan prestasi. 4). Menghemat pengeluaran

tenaga pada waktu melakukan gerakn-gerakan. 5). Membantu memperbaiki sikap

(22)

Dalam melakukan gerakan kayang di butuhkan kelentukan anggota tubuh baik bagian

atas maupun bagian bawah. Kelentukan optimal di butuhkan pada kayang agar

otot-otot yang mendukung batang tubuh dapat bergerak dengan efesian dan memudahkan

melakukan lentingan saat akan melentingkan badan kebelakang. Maka dari itu dalam

pembelajaran kayang digunakan bantuan baik itu berupa matras yang telah digulung

dan dengan menggunakan bantuan dua teman guna memudahkan gerakan kayang.

Selain itu berdasarkan kutipan teori terdahulu bahwasanya dengan modifikasi alat

bantu dapat meningkatkan hasil pembelajaran, serta berdasarkan teori psikomotor

semakin banyak melakukan gerak dasar maka dapat memperbaiki dan meningkatkan

hasil pembelajaran kayang.

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan sekurang-kurangnya

guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan

bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang

diharapkan.

C. Hipotesis

Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

Secara umum hipotesisnya adalah “Jika alat bantu di gunakan maka, dapat

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar kayang pada siswa kelas VII C SMP N 8 Bandar Lampung”. Sedangkan secara khusus adalah :

1. Jika alat bantu pada siklus pertama dengan menggunakan matras yang digulung

maka, dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar kayang

(23)

2. Jika bantuan dua teman digunakan pada siklus kedua maka, dapat memperbaiki

dan meningkatkan kemampuan gerak dasar kayang pada siswa kelas VII C SMP

(24)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu

penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan

pada Siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif

yang "dicoba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Suharsimi Arikunto (1998 : 82)

Tujuan PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan

sertaan.Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan

layanan professional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan

tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi,

kemudian mencoba secara sistematis

berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis

dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan

perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.

(25)

Guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan

aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh

tiga hal penting, kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan

karena ditugaskan oleh kepala sekolah, proses latihan terjadi secara hand-on

dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, produknya adalah sebuah nilai,

karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan. Tujuan

sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.

Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan

siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian

tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

3. Dilakukan melalui putaran-putaran berpiral

TINDAKAN

SIKLUS I

REFLEKSI

TINDAKAN

(26)

Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. ( Hopkins, 1993 ) dalam buku ( Arikunto 1991 : 105 )

Keterangan gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh

siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap perencanaan ini

dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan,

dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada

perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk

menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi ataupenerapan isi

rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu

tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan.

SIKLUS II

REFLEKSI

OBSERVASI PERENCANAAN

(27)

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan

sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian

tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar

mengajar yang mengutamakan basil yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Subyek penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi

adalah keseluruan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah siswa SMP Negeri 8 kelas VII, Bandar Lampung tahun ajaran 2010/2011.

Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Suharsimi Arikunto (1998 :

109) sedangkan menurut Sudjana (1996 : 184) sample adalah sebagian dari populasi

yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul dapat mewakili

populasi. Adapun subjek yang digunakan adalah siswa Kelas VII C SMP Negeri 8

Bandar Lampung.

C. Tempat dan Waktu. a. Tempat Penelitian.

Di lapangan SMP N 8 Bandar Lampung.

b. Pelaksanaan Penelitian

Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap penyusunan

skripsi berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.

(28)

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Hubungan keempat komponen

tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk

penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus

berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti

yang di gambarkan sebagai berikut :

1. Siklus Pertama a. Rencana :

1.Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan

yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2.Menyiapkan peralatan senam untuk proses pembelajaran, seperti matras.

3.Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan pada silkus pertama, yaitu

alat bantu menggunakan matras yang digulung. Serta instrumen untuk

pengamatan proses pembelajaran.

4.Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera ).

5.Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap.

2. Kemudian siswa melakukan pemanasan unum dan khusus, selanjutnya

siswa melakukan pemanasan khusus yaitu belajar step by step dalam

melakukan gerakan kayang,

a. kayang dari posisi tidur, posisi awal badan telentang, kedua lutut

(29)

disamping telinga, secara perlahan-lahan angkat badan hingga

melenting, selanjutnya badan kembali ke posisiawal.

b. kayang dari kaki lebih tinggi, kayang dengan kaki lebih tinggi

merupakan upaya lebih ringan beban dan tuntutan kelentukan dari

pada kayang pada permukaan yang rata. Dengan melakukan kayang

dari posisi kaki lebih tinggi sehingga memberikan tekanan pada bahu

dan sedikit pada pingang, ini berguna untuk meningkatkan

kelentukan bahu.

3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk

latihan yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu

posisi dari sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir.

4. Sebelumnya siswa di berikan contoh teknik melakukan kayang yang

benar, dari mulai sikap awalan, pelaksanaan, dan sikap akhir dengan

menggunakan alat bantu matras yang di gulung.

Pelaksanaan Pada Siklus 1 :

a) Sikap awal : Berdiri tegak kedua kaki di buka

selebar bahu, kedua tangan di samping badan.

b) Pelaksanaan :Bersamaan dengan mengayunkan

kedua tangan ke atas arah belakang, lentingkan

badan ke belakang pelan-pelan, kepala

ditengadahkan mengikuti gerakan badan melenting

ke belakang, selanjutnya rebahkan badan

padamatras yang digulung, hingga kedua telapak

tangan mengenai lantai. Pada waktu melentingkan

(30)

lurus, kepala tetap tengadah ke depan dan kedua

tangan tetap lurus.

c) Sikap Akhir : Posisi badan melengkung bagai

busur. Setelah dapat dilakukan, selanjutnya

berusaha kembali ke sikap permulaan.

5. Setiap siswa melakukan gerakan kayang sebanyak

20 kali pengulangan.

6. Diberikan pengulangan gerakan kayang secara berurutan.

7. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 3 kali pertemuan

setelah 3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan tes

instrument kayang.

8. Pada pertemuan ke empat di ambil penilaian gerakan kayang

[image:30.595.206.343.663.836.2]

dengan alat bantu matras yang digulung.

Gambar 3. Kayang Dengan Menggunakan

(31)

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu

pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi oleh 3 testor untuk

mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah

dipersiapkan.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

dengan guru pendidikan jasmani.

2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua. 1

(32)

3. Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus kedua

adalah menggunakan bantuan teman.

2. Siklus Kedua a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang

kegiatan - kegiatan yang dilakukan meliputi pendahuluan, inti,

dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan senam untuk proses pembelajaran, seperti matras.

3. Menyiapkan bantuan yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan

bantuan teman sekelas.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera )

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap.

2. Kemudian siswa melakukan pemanasan unum dan khusus, selanjutnya siswa

melakukan pemanasan khusus yaitu belajar step by step dalam melakukan

gerakan kayang,

a. kayang dari posisi tidur, posisi awal badan telentang, kedua lutut ditekuk

dan kedua tumit mendekati pinggul, kedua telapak tangan disamping

telinga, secara perlahan-lahan angkat badan hingga melenting, selanjutnya

badan kembali ke posisiawal.

b. kayang dari kaki lebih tinggi, kayang dengan kaki lebih tinggi merupakan

(33)

permukaan yang rata. Dengan melakukan kayang dari posisi kaki lebih

tinggi sehingga memberikan tekanan pada bahu dan sedikit pada pingang,

ini berguna untuk meningkatkan kelentukan bahu.

b. belajar kayang salah satu kaki diangkat keatas, latihan ini berguna untuk

meningkatkan otot lengan saat bertumpu hanya satu kaki, jadi titik berat

tubuh bertumpu padakedua tangan.

3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk

latihan yang akan dilakukan pada siklus kedua , yaitu posisi dari sikap awal,

pelaksanaan dan sikap akhir.

4. Sebelumnya siswa di berikan contoh teknik melakukan

kayang dengan batuan teman yang benar, dari mulai sikap awalan,

pelaksanaan dengan bantuan teman dan mempertahankan sikap akhir dan

kembali ke bentuk semula.

Pelaksanaan Pada Siklus 2 :

a) Sikap awal : Berdiri tegak kedua kaki di buka selebar bahu,

kedua tangan di samping badan.

b) Pelaksanaan : Lengkungkan badan ke belakang dengan dibantu oleh dua

teman yang saling bergandengan tangan, topangkan badan

pada kedua tangan teman yang saling gandengan,

perlahan-lahan turunkan badan hingga tangan bertumpu

(34)

kedua kaki diusahakan tetap lurus, kepala tetap tengadah

ke depan dan kedua tangan tetap lurus.

c) Sikap Akhir : Posisi badan melengkung bagai busur. Setelah

dapat dilakukan, selanjutnya berusaha kembali ke sikap

permulaan.

4. Setiap siswa melakukan gerakan kayang sebanyak 20 kali pengulangan.

5. Diberikan pengulangan gerakan kayang secara berurutan.

6. Kegiatan tindakan dilkukan selama 1 minggu untuk 3 kali pertemuan setelah 3

kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan tes instrument kayang.

7. Pada pertemuan ke empat di ambil penilaian gerakan kayang dengan bantuan

[image:34.595.45.510.421.786.2]

dua teman.

Gambar 4. Kayang Dengan bantuan Dua Teman.

(35)

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan

kemudian dinilai atau di evaluasi oleh 3 testor untuk mendapatkan objektifitas

dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran penjaskes senam lantai pada teknik

kayang didiskusikan berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa

melalui refleksi dan hasil siklus ke-2 telah mencapai ketuntasan pembelajaran

dengan demikian maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus ke-2.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK (Penelitian

Tindakan Kelas ) disetiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham dalam Muhajir (

1997 : 58 ).Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK ( Penelitian Tindakan Kelas )

dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk

memecahkan masalah yang dihadapi.

Alat itu berupa indikator – indikator serta alat bantu yang digunakan dalam proses

penelitian berupa matras yang digulung, bantuan teman serta penilaian gerak dasar

kayang. Format indikator instrumen dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 68. 2

(36)

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data

dianalisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P =

� � %

(Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f :Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.

n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian yang

[image:36.595.101.478.531.634.2]

disepakati oleh guru mata pelajaran.

Tabel 1. penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian

Kompleksitas Tinggi

< 65

Sedang 65-79

Rendah 80-100

Daya Dukung Tinggi

80-100

Sedang 65-79

Rendah <65 Intake Siswa Tinggi

80-100

Sedang 65-79

Rendah <65

Tabel 2. Poin/Skor pada setiap Kriteria yang ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran

Kompleksitas Tinggi

1

Sedang 2

Rendah 3

Daya Dukung Tinggi

3

Sedang 2

(37)

Intake Siswa Tinggi 3

Sedang 2

Rendah 1

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan

intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;

+ +

9 � = ,

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang

dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase ketercapaian 67 %

secara perorangan.

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85 % siswa

yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa,

jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari

pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada

tindakan sisklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi

(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan alat bantu matras yang telah digulung pada siklus pertama dapat

meningkatkan hasil pembelajaran dengan nilai hasil penelitian adalah nilai rata-rata

67,00, dari 36 siswa sebanyak 23 siswa mencapai nilai di atas atau sama dengan

rata-rata kelas atau prosentase keberhasilan 63,89%, sedangkan siswa yang mendapat nilai

di bawah rata-rata kelas sebanyak 13 orang atau 36,11%. Selanjutnya jika

dibandingkan dengan ketuntasan belajar maka dari 36 siswa sebanyak 23 siswa yang

mendapat nilai di atas atau sama dengan 67 atau prosentase keberhasilan 63,89%,

sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 67 sebanyak 13 orang atau 36,11%

dan memperbaiki keterampilan gerak dasar kayang pada senam lantai pada siswa

kelas VII-C di SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Kesulitan yang dialami siswa pada

siklus 1 ini adalah pada pelaksanaan gerak dasar kayang siswa mengalami kusulitan

pada posisi tangan dan kaki yang seharusnya lurus tetapi tangan dan kaki siswa tidak

lurus, selajutnya kesulitan siswa yang lain yaitu posisi badan melengkung bagai busur

pada posisi ini siswa hanya mampu melengkungkan badan dan siswa belum mampu

membentuk badan bagai busur dan kesulitan yang terakhir adalah siswa tidak mampu

kembali keposisi awal.

2. Dengan menggunakan bantuan dua teman pada siklus kedua dapat meningkatkan hasil

pembelajaran gerak dasar kayang dengan Hasil penelitian menunjukkan dengan nilai

(39)

sebanyak 26 siswa mencapai nilai di atas atau sama dengan rata-rata kelas atau

prosentase keberhasilan 72,22%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah

rata-rata kelas sebanyak 10 orang atau 27,28%. Selanjutnya jika dibandingkan dengan

ketuntasan belajar maka dari 36 siswa sebanyak 34 siswa yang mendapat nilai di atas

atau sama dengan 67 atau prosentase keberhasilan 94,44%, sedangkan siswa yang

mendapat nilai di bawah 67 sebanyak 2 orang atau 5,56% hal ini di karenakan ke dua

siswa memang benar-benar memiliki tingkat kelentukan sangat rendah dan hanya dua

siswa inilah yang mengalami sedikit peningkatan. Kesulitan yang dialami siswa pada

siklus ke 2 ini adalah siswa mengalami kesulitan untuk kembali berdiri keposisi awal

hal ini dikarenakan tingkat kelentukan dan kekuatan otot punggung siswa masih

kurang tetapi bila dibandingkan pada siklus 1 siswa sudah mengalami peingkatan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Untuk siswa perlu diperhatikan agar pada saat mengikuti pembelajaran senam lantai,

lakukanlah dengan sungguh-sungguh karena suatu latihan yang dilakukan dengan

sunguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Kepada guru penjaskes diharapkan dapat memanfaatkan dan menggunakan alat bantu

berupa matras yang telah digulung dan bantuan dua teman yang dapat meningkatkan

hasil pembelajaran gerak dasar kayang pada senam lantai.

3. Bagi mahasiswa Program Studi Penjaskes Universitas lampung, dalam upaya

mengembangkan pengetahuan dan kemampuan olahraga khususnya yang berkaitan

dengan proses pembelajaran, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah

(40)

4. Pada penelitian pembelajaran kayang pada senam lantai masih belum tercapai

ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai ketuntasan

belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna menentukan tindakan yang lebih tepat dan

menarik agar dapat meningkatkan penguasaan keterampilan gerak dasar kayang pada

senam lantai. Bagi peneliti yang akan meneruskan penelitian ini penulis menyarankan

guna memperbaiki gerak dasar kayang terutama pada sikap akhir masih banyak siswa

yang tidak bisa kembali ke sikap semula hal ini bisa diperbaiki dengan alternatif

bantuan perlu ditambahkan terutama pada lengan alat bantu berupa pegas agar siswa

(41)

PENINGKATAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS

VII CSMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(Skripsi)

Oleh SUWARLI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

(42)

PENINGKATAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII C SMP N 8

BANDAR LAMPUNG PELAJARAN 2010/2011

Oleh

SUWARLI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Adang Suherman dan Agus Mahendra. 2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani Menengah Umum. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi.PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Depdiknas.2004/2005.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Dinata, Marta. 2005. Rahasia Latihan sang Juara Menuju Prestasi Dunia :Untuk semua Cabang Olahraga. Jakarta: Cerdas Jaya.

Drs. Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan smp.Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.

http://iimzizah.wordpress.com/2009/11/25/sarana-dan-prasarana-dalam-olahraga-senam-lantai/.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar.PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-viisual. PT. Gramedia. Jakarta

Husdarta dan Saputra. 2002. Adopsi dari Skripsi Pepi Rosita Ria. Efektifitas Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Penggunaan Alat Bantu pada Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Direktorat Jendral Olahraga : Jakarta.

(49)

Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perancanaan Pembelajaran Penjaskes. Depdiknas.Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Sakroni. 2004. Pendidikan Jasmani untuk SMA. MGMP Penjas SMA : DKI Jakarta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. 1997. Adopsi dari Skripsi Pepi Rosita Ria. Efektifitas Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Penggunaan Alat Bantu pada Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

Suparman, Edi 2000.Adopsi dari Skripsi Pepi Rosita Ria. Efektifitas Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Penggunaan Alat Bantu pada Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

Soekamto dan Winataputra 1996. Adopsi dari Skripsi Pepi Rosita Ria. Efektifitas Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Penggunaan Alat Bantu pada Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

Surisman, 2007.Penilaian Hasil Pembelajaran.Universitas lampung.

Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.

(50)
(51)
(52)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. …………

Sekretaris : Drs. Marta Dinata, M.Pd. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Suranto, M.Kes. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(53)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Suwarli

NPM : 0713051055

Tempat tanggal lahir : Kibang yekti jaya, 12 Desember 1989

Alamat : Jln. Raya Unit VI Kibang Yekti Jaya No.33 Kode Pos

34595 Tulang Bawang Barat.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Gerak Dasar

Kayang Dengan Menggunakan Alat Bantu Pada Siswa Kelas VII C SMP

Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011” adalah benar hasil

karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 3 Mei s.d 17

Mei 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya

ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Oktober 2011

(54)
(55)

Judul Skripsi : PENINGKATAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VII C SMP N 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama Mahasiswa : Suwarli

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713051055

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Drs. Marta Dinata, M.Pd.

NIP 19620808 198901 1 001 NIP 19670325 199703 1 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(56)
(57)

Gambar

Gambar 1.Cara melakukan gerakan kayang sebagai berikut.
Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. ( Hopkins, 1993 )
Gambar 3. Kayang Dengan Menggunakan
Gambar 4. Kayang Dengan bantuan Dua Teman.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alasan adanya model Restorative Justice dalam Rancangan Undang-Undang Pengadilan Anak sebagai bentuk pembaharuan hukum dalam rangka penegakan hukum pidana anak antara

Sebab, saya khawatir, Umar akan murka kepada kita.” Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah seraya memintanya untuk bertanya kepada Umar, yakni tentang

Sikap jujur dan adil ini jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan istiqamah (terus- menerus) akan memiliki dampak positif yang sangat diharapkan untuk bekal di masa

pengawasan, motivasi individu untuk menggunakan internet, dan kurangnya kemampuan individu untuk mengontrol perilaku (Artani dan Atika Dian, 2015). Kesimpulan

Insektisida mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita, bukan hanya untuk perlindungan hasil pertanian saja, akan tetapi untuk mencegah penyebaran hama

Seni budaya lokal yang bernafaskan Islam adalah segala macam bentuk kesenian yang berasal dan berkembang dalam masyarakat Indonesia serta telah mendapat pengaruh dari agama

Garment sebuah Industri konveksi penjahitan kain batik. Data Sekunder adalah data yang diperoleh sesuai dengan penelitian ini. Data sekunder yang berkaitan dengan penelitian

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN.. ABSTRAK