• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD TERHADAP MINAT DAN KETERAMPILAN PROSES BIOLOGI SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMP SWASTA TUNAS BANGSA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD TERHADAP MINAT DAN KETERAMPILAN PROSES BIOLOGI SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMP SWASTA TUNAS BANGSA."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD TERHADAP MINAT DAN

KETERAMPILAN PROSES BIOLOGI SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMP SWASTA TUNAS BANGSA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

SELVY LOLIANA NIM : 8146174039

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Selvy Loliana. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Learning Tipe STAD Terhadap Minat dan Keterampilan Proses Biologi Siswa pada Materi Ekosistem di SMP Swasta Tunas Bangsa. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap: (1) minat siswa (2) keterampilan proses sains di kelas VII SMP Swasta Tunas Bangsa. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan sampel penelitian sebanyak 3 kelas yang ditentukan secara total sampling. Kelas VII-1 dibelajarkan dengan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, kelas VII-2 dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan kelas VII-3 dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian menggunakan instrument tes hasil minat, instrument keterampilan proses sains dengan menggunakan tes essay test. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians (Anava) pada taraf signifikan α = 0,05 pembelajaran terhadap keterampilan proses sains (F = 11,580; P = 0,000). Keterampilan proses sains yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing (88,4 ± 6,7) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan model kooperatif tipe STAD (87,2 ± 7,1) maupun model konvensional (85,8 ± 6,3).

(6)

ABSTRACT

Selvy Loliana. The Effect of Guided Inquiry Model, and Cooperative Learning of STAD on the Students Interest, Science Process Skills of The Student the material Ecosystem in SMP Swasta Tunas Bangsa. Thesis. Postgraduated Program State University of Medan. 2016.

This research was aimed to determine the effect of the learning model on: (1) students interest, (2) science process in class SMP Swasta Tunas Bangsa. The research applied experimental queasy method research with 3 classes which were choosing by using total sampling technique. The class VII-1 learn with guided inquiry model, class VII-2 with cooperative learning of STAD, and while class VII-3 with conventional model. The research instrument was the test of student interest, science process skills in essay test. The data analysis technique used Covariat Analysis at the level of significance α = 0.005 by using SPSS 21.0. The results showed that: (1) there was significant effect of learning model on students’ student interest (F = 11.616; P = 0,000). The learning outcomes learn by guided inquiry model (89.3 ± 4.9) is significant higher than cooperative learning of STAD model (86.6 ± 4.4) and conventional model (83.2 ± 4.7) (2) There was significance effect of learning model on students’science process skills (F = 11.580; P = 0.000). The students’ science process skill learn by guided inquiry model (88.4 ± 6.7) is significant higher than cooperative learning of STAD model (87.2 ± 7.1) and conventional model (85.8 ± 6.3).

(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji Syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Learning Tipe STAD Terhadap Minat dan Keterampilan Proses Biologi Siswa pada Materi Ekosistem di SMP Swasta Tunas Bangsa” dengan baik. Tesis ini disusun guna memperoleh gelas Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Selawat dan Salam kepada Nabi Muhammad saw yang selalu memberi rahmat kepada kita semua.

Dalam kesempatan ini, penulis dengan kerendahan hati menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Dr. Ely Julia, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Hasruddin,

M.Pd, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah tulus dan gigih membimbing serta memberi motivasi yang kuat dalam penyususn tesis ini. Mufti, syahmi bu fau 2. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., selaku dosen penguji I, Bapak Dr. Syahmi Edi,

M.Si., selaku dosen penguji II, dan Bapak Dr. Mufti Sudibyo, M.Si., selaku dosen penguji III yang telah banyak memberi masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.

3. Ucapan sebesar-besarnya kepada teman-teman seperjuangan pendidikan Biologi B angkatan XXIV Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

(8)

oleh-DAFTAR ISI

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran sains ... 8

2.2. Paradigma Pembelajaran IPA Biologi……… ... 11

2.3. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. ... 13

2.4. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing………... 15

2.5. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 23

2.5.1 Tahap pelaksanaan Pembelajaran Model STAD... 25

2.5.2 Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... . 28

2.6. Minat Belajar... 29

2.7. Hubungan Penerapan Pembelajaran... 31

2.8. Penelitian yang Relevan... ... 35

(9)

3.11. Teknik Analisis Data... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 53

4.1.1. Analisis Deskriptif……… .... 53

4.1.2. Analisis Data ... 55

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1. Simpulan.... ... 61

5.2. Implikasi……… ... 62

5.3. Saran ... ... 63

(10)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 16

Tabel 3.1. Pretes Postes Control Group Design ... 37

Tabel 3.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 39

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 47

Tabel 3.4. Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains ... 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 3.1. Bagan Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... ... 46 Gambar 4.1. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing,

Kooperatif Tipe STAD, dan Konvensional Terhadap

Minat Siswa (F = 11,616 dan p = 0,000). ... ... 56 Gambar 4.2. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing,

Kooperatif Tipe STAD, dan Konvensional Terhadap

Minat Siswa (F = 11,616 dan p = 0,000) ... .53 Gambar 4.3. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing,

Kooperatif Tipe STAD, dan Konvensional Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

(F = 11,580 dan p = 0,000). ... ... 57 Gambar 4.4. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing,

Kooperatif Tipe STAD, dan Konvensional Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif

mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, dan

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan

dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan

sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedawasaan anak didik

(Sardiman, 2008).

Berdasarkan survei Trends in International Mathematics and Science Study)

(TIMSS), siswa Indonesia menempati peringkat 40 pada bidang sains. Hasil

penelitian tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain.

Sedangkan pada PISA 2006, capaian sains untuk Indonesia berada pada peringkat

ke-50 dari 57 negara dengan skor 393. Sedangkan pada PISA 2009, menunjukkan

skor Indonesia kembali turun menjadi 383 dan menduduki peringkat ke-60 dari 65

negara. Pencapaian siswa Indonesia masih banyak berada pada level kemampuan

dasar belum sampai pada level kemampuan yang lebih tinggi. Indonesia

menduduki urutan ke-35 dari 49 negara, hasil PISA 2013 yang lebih

memperhatinkan, Indonesia menempati urutan dua terbawah dari 65 negara

(13)

2

Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada

anak didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku

siswa tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan

kehidupan nyata dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa

dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat

pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006).

Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah

tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat

belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai

dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak

ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh

keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan

lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli dapat dinyatakan bahwa minat adalah

salah satu faktor-faktor yang manghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami kesulitan dalam

hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses belajar

mengajar.

Menurut Sanjaya (2010), mengajar dan belajar adalah dua istilah yang

memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas

yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan mengajar dan belajar

diistilahkan Dewey sebagai “menjual dan membeli”. Artinya, seseorang tidak

mungkin akan menjual manakala tidak ada orang yang membeli, yang berarti

(14)

3

Dalam usaha mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan

mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan

yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini

sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing

akan saling memengaruhi. Komponen-koponen itu misalnya tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan

peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta

sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia (Sardiman, 2012).

Masalah di atas dapat diatasi dengan banyak cara yang dapat diterapkan

guru dalam mengajar yang dapat meningkatkan keaktifan, minat dan pemahaman

sisiwa dalam belajar, salah satunya adalah pembelajaran inkuiri terbimbing. Guru

sebagai fasilitator dan motivator dalam mengoptimalkan proses belajar siswa,

harus dapat memilih suatu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam

belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu pembelajaran

yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Menurut Herniati (2010), pembelajaran inkuiri terbimbing ini digunakan

bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan inkuiri. Dengan

pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini siswa belajar lebih

berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat

(15)

4

Peneliti melihat model yang dapat memberikan konstribusi dalam upaya

perbaikan proses pembelajaran biologi adalah pembelajaran inkuiri terbimbing.

Inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh

guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan

jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru,

perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah (Trianto,

2012).

Pada model ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk

diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar

mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara

mandiri. Selain itu pembelajaran inkuiri ini memiliki beberapa keunggulan

dibandingkian dengan jenis pembelajaran yang lainnya. Selanjutnya menurut

Sanjaya (2010), pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan.

Menurut Sanjaya (2010), keunggulan dari pembelajaran inkuiri yaitu,

pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik secara seimbang, sehingga strategi pembelajaran ini dianggap

lebih bermakna, memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan

gaya belajar mereka, dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat

adanya pengalaman dan pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan siswa yang

memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan

(16)

5

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang

teridentifikasi adalah sebagai berikut: (1) Rendahnya nilai literasi sains siswa

Indonesia yang berada pada peringkat 60 dari 65 negara; (2) Pentingnya minat

belajar siswa sebagai faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar

khususnya terhadap Biologi; (3) Penciptaan sistem lingkungan belajar yang

kondusif dengan menentukan komponen-komponennya akan saling

mempengaruhi di dalam proses belajar mengajar; dan (4) Menentukan model

pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya perbaikan proses

pembelajaran khususnya terhadap Biologi

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : (1) Model

pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing dan model pembelajaran Kooperatif Learning Tipe STAD untuk

kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan model

pembelajaran Konvensional; (2) Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah

ekosistem; (3) karakter yang dianalisis minat, keterampilan proses sains; (4)

(17)

6

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini :

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing, Kooperatif Learning Tipe STAD dan Konvensional terhadap

minat siswa kelas VII SMP Swasta Tunas Bangsa ?

2. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing, Kooperatif Learning Tipe STAD dan Konvensional terhadap

Keterampilan Proses siswa kelas VII SMP Swasta Tunas Bangsa ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing, Kooperatif Learning Tipe STAD dan Konvensional terhadap

minat siswa kelas VII SMP Swasta Tunas Bangsa.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing, Kooperatif Tipe STAD dan Konvensional terhadap

(18)

7

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah Guru sebagai bahan informasi

bagi guru bidang studi biologi untuk menjadikan pendekatan pembelajaran

kontekstual sebagai alternatif dalam belajar dan siswa dapat meningkatkan minat

dan keterampilan proses biologi siswa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk bahan masukan dalam

meningkatkan mutu sekolah dan peneliti untuk memperdalam wawasan dan

(19)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Kooperatif tipe STAD dan Konvensional terhadap minat siswa pada materi

Ekosistem kelas VII SMP Swasta Tunas Bangsa. Hasil minat siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing 89,3 ± 4,9 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan hasil minat siswa yang

dibelajarkan dengan model kooperatif tipe STAD 86,6 ± 4,4maupun siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional 83,2 ± 4,7.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kooperatif tipe STAD dan konvensional terhadap keterampilan prose sains siswa pada materi Ekosistem kelas VII SMP Swasta Tunas Bangsa. Hasil

keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing 88,4 ± 6,7 secara signifikan lebih tinggi

dibandingkan hasil ketarmpilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe STAD 87,2 ± 7,1 maupun siswa yang dibelajarkan

(20)

5.2 Implikasi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model inkuiri terbimbing dan kooperatif tipe STAD terhadap hasil minat siswa dan keterampilan proses sains siswa. Hal ini member penjelasan dan penegasan

bahwa model inkuiri terbimbing dan kooperatif tipe STAD merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Hal

ini dapat dimaklumi karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sehingga keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran akan tercapai.

Dengan demikian konsekuensinya apabila penerapan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran maka tentu akan berakibat berkurang pula

partisipasi siswa dalam pembelajaran. Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil minat siswa dan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pada

model kooperatif tipe STAD dan konvensional. Sedangkan rata-rata hasil minat siswa dan keterampilan proses sains dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD lebih baik daripada model konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan hasil minat siswa dan keterampilan proses sains siswa karena model inkuiri

menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran inkuiri terbimbing menempatkan siswa

(21)

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka sebagai tindak lanjut

dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sebaiknya dalam mengajarkan materi pelajaran biologi, guru tidak hanya

terpaku menggunakan pembelajaran konvensional namun diharapkan dapat merancang dan mengembangkan suatu model dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk belajar.

2. Kepada siswa diharapkan untuk selalu aktif dalam proses belajar mengajar di kelas baik individual maupun secara kelompok, dan disarankan untuk

(22)

64

DAFTAR PUSTAKA

Akibobola, A. O & Afolabi, F. O. 2010. Constructivist Practices Through Guided Discovery Approach. The Effect on Studen’t Cognitive Achievement in

Nigerian Senior Secondary School Physics. Eurasian Journal of Physics

and Chemistry Education 2 (1) : 16-25.

Altiparmark, M. 2009. Hands on Group Work Paper Model for Teaching DNA

Structure, Central Dogma, Recombinant DNA. Journal US-China

Education Review 6 (1): 21-28.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing. NewYork: Longman.

Anonim. 2013. Buku Pedoman Guru Biologi Edisi Ke-4. Jakarta: Penerbit PT. Indeks.

Ansberry, R. K. 2005. Picture-Perfect Science Lessons Using Children’s Book to Qiude

Inquiry. Virginia: NSTA.

Armstrong, Nshu-Mei Chang & Marguerite Bricman. 2007. Cooperative Learning in

Industrial-Sized Biology Classes. CBE-Life Sciences Education 6 (2):

163-171.

Dahar, R., W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, S. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Elfis. 2009. Model RPP dengan Berbagai Model Pembelajaran. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Elfis. 2010a. Penilaian Hasil Belajar Siswa. http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 20

Maret 2010).

Elfis.2010b. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran.

http://elfisuir.blogspot.com. (Diakses 3 Februari 2010).

Handayani, R.D. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi pada Pokok Bahasan

Pencemaran Lingkungan di Kelas X Imersi SMAN 2 Semarang Tahun Ajaran

2006/ 2007. Universitas Negeri Semarang.

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa.

(23)

65

Herniati, L. 2010. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa

Kelas VIII4 SMP Negeri 12 Pekanbaru. Skripsi. Pendidikan

Matematika-FKIP. Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Johnson, B. E. 2009. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Mizan Media utama (MMU).

Bandung.

Joice, B. & Weil, M. 2007. Conceptual Complexity Teaching Stle and Models of

Teaching. Columbia University.

Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lord, T.R. 2001. 101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology Teaching.

The American Biology Teacher 63 (1) : 30-35.

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi Teori, Praktek, dan Penelitian. UNP Press.

Padang.

Mfon, E. U. 2010. Effect of Guided-Discovery, Student-Centered Demostration and the Ekpository Instructional Strategies on Student’s Performance in Chemistry.

African Journals Online 4(4): 389-398.

Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara.

Opara, A. J. & Oguzor, S.N. 2010. Inquiry Instructional Method and School Science

Curiculum. Currend Research Joernal Science. 3 (2):188-198.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Rahayu, S. 2004. Implikasi Pembelajaran Kooperatif dalam Mata Pelajaran IPA

Bersarkan Kurikulum 2004. Makalah disajikan dalam Seminar dan

Workshop Calon Fasilitator Kaloborasi dengan UM-MGMP MIPA Kota

Malang. 19-20 Maret 2004.

Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta.

(24)

66

Rusche, S.N. & K. Jason. 2011. “You Have to Absorb Yourself in It”. Using Inquiry

and Reflection to Promote Student Learning and Self-knowledge. Teaching

Sociology 39 (4) 338-353, American Sociological Association 2011, DOI: 10.1177/0092055X114418685, (Downloaded from tso.sagepub.com at ASA-American Sociological Association on October 17, 2011).

Sadiman, S. 2008. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sardiman, T. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Sanjaya, W. 2008a. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Sanjaya, W. 2010b. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silalahi, H. 2012. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar

IPA Biologi Siswa Kelas VII6 SMPN 25 Pekanbaru Tahun Ajaran

2011/2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi–FKIP UIR.

Pekanbaru.

Slameto. 2003a. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka

Cipta.

Slameto. 2010b. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT

Rhineka Cipta.

Sudjana, N. 2002. Metoda Stastika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sudjana, N. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta;Bumi Aksara.

Sumati & Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung; Wacana Prima.

Suprijono. A. 2013. Cooperatif Learning. Bandung; Pustaka Pelajar.

Sutrisno, J. 2008. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

(25)

67

Syarifah, H. 2012. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan Menggunakan Handout untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

Siswa Kelas VIII4 di SMPN 17 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/201. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Biologi–FKIP UIR. Pekanbaru.

Trianto. 2007. Model Pembelajran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana

Prenada Media Group.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grouup.

Trianto. 2012. Model-model Pembelajaran Terpadau. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wena, M. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: PT Bumi

Aksara.

Westwood, P. 2008. What Teachers Need to Know About Teaching Method.

Camberwell, Victoria: ACER Press.

William. & Mary. 2008. The Walls Speak: The Interplay of Quality Facilities, School

Climate, and Student Achievement. Journal of Educational Administration

Gambar

Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...................................  Tabel 3.1
Gambar 3.1. Bagan Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................  ........

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjawab permasalahan diatas adalah salah satunya dengan pendekatan teknologi informasi dan telekomunikasi dimana TI telah membawa perubahan drastis pada wajah dunia

[r]

Manusia berhakekat sebagai makhluk sosial, maka kelompok berperan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain yang memiliki kesamaan latar

Wakaf yang telah sah -baik dengan cara perbuatan atau perkataan- harus dijalankan dan tidak boleh dibatalkan (dengan kata lain: orang yang mewakafkan tidak boleh rujuk/kembali

Pengaruh kepribadian merek terhadap keterikatan merek adalah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kepribadian merek maka dampaknya pada keterikatan merek dari pengguna

auditor tidak dipengaruhi oleh independen, relativisme, pengalaman, dan intensitas moral yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini, dan hanya variabel

LOKASI KEGIATAN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Citra retina akan dilakukan proses prapengolahan awal dari mengubah citra asli menjadi citra keabuan, yang kemudian dilakukan ekstraksi ciri menggunakan wavelet Haar untuk