• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) materi aritmetika sosial pada siswa kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) materi aritmetika sosial pada siswa kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta."

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Luciana Nina Sri Lestari. 2016. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Materi Aritmetika Sosial pada Siswa Kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

(2)

ABSTRACT

Luciana Nina Sri Lestari. 2016. Efforts to Improve the Motivation and Achievement of Learning Mathematics Through Numbered Heads Together (NHT) about Social Arithmetical to Students of Class VII C Junior High School Budya Wacana Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic Education Study Programme, Science and Mathematic Education Major, Faculty of Teacher Training and Education.

The aim of this study is to describe: (1) the implementation of learning in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT), (2) an increase in student motivation in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT), (3) an increase in student achievement in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT). This research was a descriptive study. This research was conducted in the November 2015. Data collection techniques applied in this reasearch were interviews of teachers and students, observation of the learning process, the final test of learning, and questionnaires. The results of observations the implementation of learning in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) reach 97,25%. The questionnaire results showed that the majority of students motivation is increased by a percentage of 71.2% on the implementation of learning using cooperative learning model NHT. Student achievement increases with the percentage that was originally from 68,18% to 86.36% of the implementation of learning using learning model NHT.

(3)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MATERI ARITMETIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS

VII C SMP BUDYA WACANA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Luciana Nina Sri Lestari NIM : 111414056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MATERI ARITMETIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS

VII C SMP BUDYA WACANA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Luciana Nina Sri Lestari NIM : 111414056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur kupersembahkan karya sederhana ini kepada : 1. Tuhan yang Maha Pengasih

2. Kedua orang tua:

Gunadi dan Maria Magdalena Sri Hastuti 3. Keluargaku dan teman-temanku

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Luciana Nina Sri Lestari. 2016. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Materi Aritmetika Sosial pada Siswa Kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

(11)

viii

ABSTRACT

Luciana Nina Sri Lestari. 2016. Efforts to Improve the Motivation and Achievement of Learning Mathematics Through Numbered Heads Together (NHT) about Social Arithmetical to Students of Class VII C Junior High School Budya Wacana Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic Education Study Programme, Science and Mathematic Education Major, Faculty of Teacher Training and Education.

The aim of this study is to describe: (1) the implementation of learning in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT), (2) an increase in student motivation in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT), (3) an increase in student achievement in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT). This research was a descriptive study. This research was conducted in the November 2015. Data collection techniques applied in this reasearch were interviews of teachers and students, observation of the learning process, the final test of learning, and questionnaires. The results of observations the implementation of learning in the subject matter of arithmetic social through cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) reach 97,25%. The questionnaire results showed that the majority of students motivation is increased by a percentage of 71.2% on the implementation of learning using cooperative learning model NHT. Student achievement increases with the percentage that was originally from 68,18% to 86.36% of the implementation of learning using learning model NHT.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas karunia dan kenikamatan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Materi Aritmetika Sosial pada Siswa Kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian ini berupa bimbingan dan dorongan kepada peneliti dengan segenap pikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan kritik, saran, semangat, dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

5. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada peneliti.

6. Suharto Yustinus Edyst, S.TP. selaku Kepala Sekolah SMP Budya Wacana Yogyakarta yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian. 7. Theodora Eva Fellena, S.Pd. selaku Guru Bidang Studi Matematika SMP

(13)
(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Rumusan Masalah

3. Pembelajaran kooperatif

4. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

(15)

xii

5. Materi Matematika Aritmetika Sosial B. Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

B. Setting Penelitian C. Prosedur Penelitian D. Instrumen Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Indikator Keberhasilan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

C. Keterbatasan penelitian

(16)

xiii

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Keterlaksanaan Pembelajaran melalui Aktivitas Guru pada Pertemuan 1

Keterlaksanaan Pembelajaran melalui Aktivitas Guru pada Pertemuan 2

Data Hasil Angket Motivasi Belajar pada Siklus I Hasil Angket Indikator Motivasi Belajar pada Siklus I Hasil Tes Awal Siswa pada Pertemuan Pertama Hasil Prestasi Belajar pada Akhir Siklus I

Keterlaksanaan Pembelajaran melalui Aktivitas Guru pada Pertemuan 1

Keterlaksanaan Pembelajaran melalui Aktivitas Guru pada Pertemuan 2

Data Hasil Angket Motivasi Belajar pada Siklus II Hasil Angket Indikator Motivasi Belajar pada Siklus II Hasil Prestasi Belajar pada Akhir Siklus II

Tabel Nilai Rata-rata Aktivitas Guru Tabel Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Tabel Perkembangan Prestasi Belajar Siswa

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lampiran 2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lampiran 3. Angket Motivasi Belajar Siswa

Lampiran 4. Evaluasi Belajar Lampiran 5. Kelompok Diskusi

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 7. Silabus

Lampiran 8. Surat Penelitian Lampiran 9. Gambar Siswa

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan yang sekaligus merupakan tuntutan kemajuan peradaban dan teknologi suatu bangsa. Peradaban suatu bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikan warga negaranya, sehingga pendidikan adalah tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan, yang berarti juga kurang berhasilnya proses pembelajaran di kelas.

(19)

Dalam pembelajaran matematika di SMP Budya Wacana Yogyakarta, peneliti mengetahui bahwa rendahnya motivasi belajar siswa pada materi aritmetika sosial dan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase kondisi awal motivasi belajar siswa yaitu 58,5%, selain itu dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa dengan rata-rata persentase ketidaktuntasan yaitu 31,82% atau sebanyak 7 siswa yang nilainya masih dibawah 73 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kondisi seperti ini tentu sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ektern.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar dan faktor ektern adalah faktor yang ada di luar individu. Dalam

faktor intern terbagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor

psikologis, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor ekstern terbagi menjadi

tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat

(dalam Slameto, 2010 : 54). Menurut peneliti dalam observasinya di SMP

Budya Wacana Yogyakarta salah satu penyebab rendahnya hasil belajar

siswa dan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika adalah

penggunaan metode yang kurang menarik. Metode yang digunakan pada

(20)

SMP Budya Wacana kelas VII C terlihat saat proses belajar di kelas. Siswa yang terlihat aktif dan bersemangat dalam belajar hanya beberapa saja. Namun sebagian yang lain cenderung kurang antusias dalam belajar. Selain itu, jika ada diskusi, siswa kurang dalam bekerjasama sehinggga siswa mengandalkan siswa lain yang lebih pintar. Keaktifan siswa juga kurang saat guru mengajar di kelas, siswa seringkali bicara sendiri, selain itu siswa kurang mampu dalam mengemukakan ide atau pendapat yang terkait dengan materi pelajaran.

(21)

sederhana sehingga mudah diadaptasikan dan mudah dilaksanakan. Peneliti juga mengganggap bahwa pembelajaran model NHT tidak kalah menariknya dengan pembelajaran kooperatif tipe lain yang memiliki tujuan yang sama.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya motivasi siswa pada materi aritmetika sosial.

2. Siswa kurang mampu dalam mengemukakan ide atau pendapat yang terkait dengan materi pelajaran.

3. Kurangnya kerjasama dalam kerja kelompok.

4. Kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pelajaran.

5. Penggunaan metode belajar yang kurang menarik dan tepat bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi pada motivasi dan prestasi belajar siswa pada materi pokok aritmetika sosial, KTSP kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

(22)

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok aritmetika sosial?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi pokok aritmetika sosial?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok aritmetika sosial?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok aritmetika sosial.

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar matematika siswa pada materi pokok aritmetika sosial melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok aritmetika sosial melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

F. Batasan Istilah

(23)

1. Motivasi adalah dorongan dari dalam atau dari luar individu untuk melakukan suatu kegiatan agar mencapai tujuan yang ingin dicapai. 2. Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup tiga aspek

(kognitif, afektif, dan psikomotorik) seperti penguasaan, penggunaan, dan penilaian berbagai pengetahuan dan keterampilan sebagai akibat atau hasil dari proses belajar yang tertuang dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru.

3. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan siswa dalam bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok yaitu menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

4. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

(24)

b. Sebagai sarana pemberdaya untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai diterapkan untuk siswa.

2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan keberanian siswa untuk berpikir kritis. b. Meningkatkan kreatifitas siswa.

c. Meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. d. Meningkatkan hasil prestasi belajar matematika siswa.

e. Membangun jiwa kerja sama dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa.

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan informasi kepada sekolah tentang model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan penuh kebersamaan dan tanggungjawab.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar

a. Pengertian

Menurut Agus Suprijono (2009 : 163), motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan lama.

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2003 : 73) mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari perumusan motivasi di atas, dapat dilihat tiga elemen penting: 1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya feeling. 3) Motivasi akan diransang karena adanya tujuan.

(26)

kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam atau dari luar individu untuk melakukan suatu kegiatan agar mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.

b. Ciri-ciri Motivasi

(27)

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Menurut Hamzah B. Uno (dalam Agus Suprijono, 2009 : 163) ciri-ciri motivasi :

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

(28)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ciri-ciri motivasi

menurut Sardiman (2003 : 83) sebagai acuan dalam pembuatan

indikator motivasi belajar siswa karena apabila seorang siswa

memiliki ciri-ciri seperti di atas (menurut Sardiman, 2003 : 83),

berarti orang tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat.

Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil

baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam

memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu

yang rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan

pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandang cukup rasional.

Bahkan lebih lanjut siswa harus peka dan responsif terhadap

berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan

pemecahannya.

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Menurut Sardiman (2003 : 85), ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai berikut:

(29)

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Agus Suprijono (2009 : 163) motivasi mempunyai fungsi :

1) Mendorong peserta didik untuk berbuat.

2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran, yakni kearah tujuan belajar yang hendak dicapai.

3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan dan sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan cara menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar adalah mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan menyeleksi perbuatan yang harus dikerjakan.

(30)

Pengertian prestasi belajar dikemukakan oleh Moh. Surya (2004:75), yaitu prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.

Menurut I. L Pasaribu dan B. Simanjuntak (1983:91) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah isi dan kapasitas seseorang. Maksudnya adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan ataupun pelatihan tertentu. Ini bisa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Sedangkan Winkel (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

(31)

hasil dari proses belajar yang tertuang dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru.

3. Pembelajaran Kooperatif

Dalam Rusman (2010 : 202), pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok.

(32)

pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dalam Rusman (2010 : 206), ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni: (1) cooperative task atau tugas kerja sama dan (2) cooperative incentive structure, atau struktur insentif kerja sama.

Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2010 : 206), pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan siswa dalam bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok yaitu menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

(33)

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

c. Angka putus sekolah menjadi rendah.

d. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. e. Memperbaiki kehadiran.

f. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. g. Konflik antar pribadi berkurang.

h. Sikap apatis berkurang.

i. Pemahaman yang lebih mendalam. j. Motivasi lebih besar.

k. Hasil belajar lebih tinggi.

l. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. 4. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (dalam Jumanta, 2014 : 175).

Langkah-langkah pembelajaran NHT dikembangkan oleh Ibrahim (dalam Jumanta, 2014 : 175) menjadi enam langkah sebagai berikut:

(34)

Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2 (Pembentukan Kelompok)

a. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5 orang siswa.

b. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor yang berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3 (Tiap Kelompok Harus Memiliki Buku Paket atau Buku Panduan)

(35)

Langkah 4 (Diskusi Masalah)

Guru membagi LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. Langkah 5 (Memanggil Nomor Anggota atau Pemberian Jawaban)

Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6 (Memberi Kesimpulan)

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang merujuk pada konsep Kagen (dalam M. Hosnan, 2013 : 252) adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan kelompok. 2. Diskusi masalah.

3. Tukar jawaban antar kelompok.

(36)

2014 : 175) sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

Kelebihan dan kekurangan Numbered Heads Together (NHT) (dalam Jumanta, 2014 : 177) sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain.

2) Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya. 3) Memupuk rasa kebersamaan.

4) Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan. b. Kekurangan

1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvesional akan sedikit kewalahan

2) Guru harus bisa memfasilitasi siswa. 3) Tidak semua mendapat giliran. 5. Materi Matematika Aritmetika Sosial

Materi bahasan yang diberikan di kelas VII C Semester I SMP Budya Wacana Yogyakarta adalah aritmetika sosial.

Materi pokok bahasan aritmetika sosial (dalam Wahyudin Djumanta, 2005 : 82) :

(37)

Hubungan antara nilai per unit, nilai keseluruhan, dan banyaknya unit sebagai berikut:

- Nilai keseluruhan = banyaknya unit x nilai per unit - Nilai per unit =

- Banyaknya unit =

Contoh :

Seorang pemilik toko menjual satu set buku dengan harga Rp 36.000,00. Jika dalam satu set buku berisi 12 buah buku, maka tentukan harga 1 buah buku.

Jawab :

Harga 1 buah buku =

=

3.000 Jadi harga 1 buah buku adalah Rp 3.000,00

2) Harga pembelian, harga penjualan, untung, dan rugi.

- Harga pembelian adalah harga barang dari pabrik atau grosir atau tempat lainnya. Harga pembelian seringkali disebut modal. Dalam situasi tertentu, modal adalah harga pembelian ditambah dengan ongkos atau biaya lainnya. - Harga penjualan adalah harga barang yang ditetapkan oleh

(38)

- Untung adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian.

Untung = harga penjualan – harga pembelian

- Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika harga penjualan lebih rendah dari harga pembelian.

Rugi = harga pembelian – harga penjualan 3) Persentase untung dan rugi.

- Menghitung persentase untung dan rugi Persen artinya per seratus.

Cara menghitung persentase untung dan rugi sebagai berikut:

Persentase untung =

x 100% Persentase rugi =

x 100% Contoh :

Bu Lina membeli kipas angin dengan harga Rp 80.000,00. Jika Bu Lina menjual kembali dengan harga Rp 40.000,00. Berapakah persentase kerugian yang diperoleh Bu Lina ? Jawab :

Persentase kerugian =

x 100% =

(39)

= 50%

Jadi persentase kerugian sebesar 50%

- Menentukan harga penjualan dan harga pembelian jika persentase untung atau rugi diketahui

Jika persentase untung atau rugi tidak diketahui, kita dapat menghitung harga beli atau harga jualnya. Misal diketahui persentase untung sebesar p (dalam persen), rugi sebesar q (dalam persen), dan harga beli sebesar 100%, maka hubungan antara harga penjualan dan harga pembelian sebagai berikut:

Harga penjualan =

x harga pembelian Harga pembelian =

x harga penjualan Harga penjualan =

x harga pembelian Harga pembelian =

x harga penjualan Contoh :

Andri menjual sepatunya dengan harga Rp 180.000,00 dan mengalami keuntungan 20% dari harga pembelian. Tentukan harga pembelian barang tersebut.

Jawab :

Keuntungan = p (sebesar 20%) Harga pembelian =

x harga penjualan =

(40)

= 150.000

Jadi harga pembelian sepatu adalah Rp 150.000,00 b. Diskon, bruto, tara, dan neto.

1) Diskon.

Diskon artinya potongan harga. Diskon umumnya dinyatakan dalam persen.

Harga bersih = harga semula – besarnya diskon

Keterangan : harga bersih = harga barang setelah mendapat diskon.

Contoh :

Bu Ning membeli tas di sebuah toko dengan harga Rp 300.000,00. Toko tersebut memberikan diskon 20% untuk setiap pembelian tas. Berapakah harga tas tersebut setelah mendapatkan diskon?

Jawab :

Diskon 20% =

x 300.000 = 60.000

Harga tas = harga semula – besar diskon = 300.000 – 60.000

= 240.000

(41)

- Bruto adalah berat kotor, yaitu berat suatu barang beserta kemasannya.

Contoh : berat beras beserta karungnya.

- Tara artinya potongan berat, yaitu berat tempat dari suatu barang.

Contoh : pada kemasan beras dalam bentuk karung, berat karung disebut tara.

- Neto adalah berat bersih, yaitu berat barangnya saja.

Contoh : pada kemasan beras dalam karung, berat berasnya saja disebut neto

Bruto = neto + tara Neto = bruto – tara Tara = bruto - neto

Harga bersih = neto x harga per satuan berat Persentase tara =

x 100% c. Bunga tabungan dan pajak.

1) Bunga tabungan (bunga tunggal)

Bunga tabungan merupakan bunga tunggal, artinya yang mendapat bunga hanya modalnya saja, sedangkan bunganya tidak berbunga lagi. Bunga tabungan biasanya dihitung dalam persen dengan jangka waktu satu tahun.

Bunga satu tahun = persen bunga x modal Bunga n bulan =

(42)

Bunga n hari =

x persen bunga x modal

Keterangan : satu bulan dihitung 30 hari dan 1 tahun dihitung 360 hari.

Contoh :

Aloysius memiliki tabungan di sebuah bank sebesar Rp 2.000.000,00 dengan bunga 10% pertahun. Hitunglah bunga yang diperoleh Aloysius setelah 5 tahun.

Jawab :

Bunga setelah n tahun = n x persen bunga x modal Bunga setelah 5 tahun = 5 x

x 2.000.000 = 1.000.000

Jadi besarnya bunga yang diperoleh Aloysius adalah Rp 1.000.000,00

2) Pajak.

Pajak adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk menyerahkan sebagian kekayaan kepada negara sesuai dengan aturan yang ada.

- Pajak penghasilan (PPh)

(43)

Gaji yang diterima pegawai = gaji mula-mula – pajak penghasilan

Pajak penghasilan (PPh) dinyatakan dalam persen, umumnya 15%.

- Pajak pertambahan nilai (PPN)

Pajak pertambahan nilai dikenakan untuk barang-barang yang dibeli oleh konsumen. Dengan adanya pajak pertambahan nilai, maka diperoleh hubungan berikut: Harga beli konsumen = harga mula-mula + pajak pertambahan nilai

Contoh :

Setiap bulan seorang karyawan menyerahkan pajak melalui pemotongan gaji sebesar 15%. Jika gaji karyawan tersebut Rp 3.000.000,00. Berapakah gaji yang diterimanya ?

Jawab :

Pajak 15% =

x 3.000.000 = 450.000 Gaji bersih = gaji mula-mula – besarnya pajak

= 3.000.000 – 450.000 = 2.550.000,00 Jadi gaji karyawan tersebut adalah Rp 2.550.000,00

B. Penelitian yang Relevan

(44)

2014/2015 pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Pokok Bahasan Geometri mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dengan skor rata-rata motivasi belajar siswa meningkat sebesar 5,624% dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan skor rata-rata hasil belajar sebesar 15,625%.

Susana (2015) dalam penelitiannya Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II. Hal ini tampak dari nilai rata-rata pada siklus I adalah 73,81 meningkat pada siklus II menjadi 83,1, sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 58,62% meningkat pada siklus II menjadi 100%. Pada penelitian tersebut juga dapat dilihat meningkatnya motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 1,34% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.

C. Kerangka Berpikir

(45)

digunakan saat ini kurang membuat motivasi belajar siswa sehingga siswa cenderung malas dalam setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang dapat menjadikan siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini dapat membuat siswa bekerjasama dan berinteraksi dengan siswa lain serta berdiskusi. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Penelitian

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kawasan kelas dan bertujuan dalam meningkatkan praktik pembelajaran yang ada. Penelitian ini diambil agar proses belajar mengajar bervariasi dan dapat meningkatkan motivasi siswa. Untuk mengetahui adanya perubahan, digunakan pengumpulan data baik melalui tes maupun non tes. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta.

B. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah motivasi dan hasil prestasi belajar siswa. 3. Tempat Penelitian

(47)

4. Waktu Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan pada semester I pada bulan November tahun pelajaran 2015/2016.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yang tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap pertemuan pada tiap siklusnya digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Siklus 1

Prosedur penelitian untuk siklus pertama adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan

Dalam kegiatan ini direncanakan:

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran NHT yang sama, dibuat 2 buah dengan tiap pertemuan 1 buah rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 6).

b. Membuat LKS sebanyak 2 buah, setiap pertemuan 1 LKS (lampiran 1).

(48)

d. Membuat angket motivasi belajar 3 buah, angket awal dan setiap akhir pertemuan 1 buah angket sesuai indikator motivasi belajar siswa (lampiran 3).

e. Membuat lembar soal evaluasi pada akhir siklus pertama yang terdiri dari 2 soal (lampiran 4).

f. Membuat kelompok berdiskusi sebanyak 7 kelompok (lampiran 5). 2. Pelaksanaan

Peneliti memadukan langkah-langkah kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif menjadi enam langkah. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran tentang materi pokok bahasan aritmetika sosial yang memacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan.

Tabel 3.1. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT):

No Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1 Tahap I Persiapan

1. Guru mengucap salam dan mengajak siswa berdoa.

2. Guru menanyakan kabar siswa kemudian mempresensi

kehadiran siswa. 3. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 4. Guru menyampaikan

(49)

2 Tahap II

1. Guru menjelaskan materi yang diajarkan dengan demonstrasi

1. Guru memanggil salah satu nomor secara acak dari semua kelompok.

(50)

3. Guru memberi pujian

1. Guru membimbing siswa dalam merangkum materi. 2. Guru memotivasi

siswa agar selalu

(51)

melayani pertanyaan siswa dan guru menyimpulkan jawaban yang tepat dari siswa.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi, hasil angket dan evaluasi yang telah dicatat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki rancangan penelitian pada tahap selanjutnya. Pada tahap ini merupakan evaluasi diri sendiri sebagai guru, untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran pada siklus I agar pada pertemuan berikutnya tidak terjadi lagi kesalahan yang sama.

Siklus 2

Prosedur penelitian untuk siklus kedua adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan

Dalam kegiatan ini direncanakan :

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang sama, dibuat 2 buah dengan tiap pertemuan 1 buah rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 6).

b. Membuat LKS sebanyak 2 buah, setiap pertemuan 1 LKS (lampiran 1).

c. Membuat lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran sebanyak 2 buah, setiap pertemuan 1 buah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran (lampiran 2).

(52)

e. Membuat lembar soal evaluasi pada akhir siklus kedua yang terdiri dari 3 soal (lampiran 4).

f. Membuat kelompok berdiskusi sebanyak 7 kelompok (lampiran 5). 2. Pelaksanaan

Peneliti memadukan langkah-langkah kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif menjadi enam langkah. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran tentang materi pokok bahasan aritmetika sosial yang memacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Langkah-langkah pelaksanaan pada siklus kedua memacu pada siklus pertama yang terdiri dari enam tahap.

3. Observasi

Observasi ini dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan oleh guru dengan bantuan observer. Adapun kegiatan yang diamati meliputi : mempersiapkan perangkat pembelajaran, menjelaskan materi diiringi tanya jawab, mengatur siswa untuk duduk dalam kelompoknya dan memberi nomor untuk masing-masing siswa, guru memberikan bimbingan kelompok, guru mengajukan soal kepada nomor yang telah ditunjuk dan menunjuk siswa yang akan menanggapinya, guru memperhatikan tingkah laku siswa, guru melayani pertanyaan siswa dan guru menyimpulkan jawaban yang tepat dari siswa.

(53)

Setelah siklus II dilakukan refleksi terkait ketercapaian prestasi belajar dan motivasi belajar siswa dan melakukan refleksi untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran pada siklus II.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Bagian-bagian dalam kedua instrumen tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran meliputi: a. Silabus

Silabus disusun berdasarkan standar Isi, kelompok mata pelajaran yang menyangkut standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar (lampiran 7).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Program Pembelajaran (RPP) berisi gambaran secara menyeluruh dari materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran di kelas agar lebih efektif dan efisien (lampiran 6). c. Lembar Kerja Siswa

(54)

membentuk interaksi antara guru dengan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar (lampiran 1).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data antara lain: a. Kisi-kisi angket motivasi belajar siswa dan lembar angket motivasi

belajar siswa (lampiran 3).

b. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan mengamati aktivitas guru ( lampiran 2).

c. Soal tes

1) Soal dan jawaban tes awal (lampiran 5).

2) Soal dan jawaban evaluasi belajar siklus I dan siklus II (lampiran 4).

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket

(55)

Angket motivasi ini terdiri dari 17 butir pertanyaan dari 8 indikator motivasi belajar yang telah ditetapkan, yaitu: mengerjakan tugas dengan tekun, menghadapi kesulitan dengan ulet, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, melakukan pekerjaan dengan mandiri, memanfaatkan sumber belajar yang ada, mempertahankan pendapat, meyakini apa yang diyakini benar, mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Angket ini diberikan sebanyak 5 kali yaitu angket awal, pertemuan pertama sampai pertemuan keempat.

2. Observasi

(56)

kelompok dan setiap anggota diberi nomor 1-5, (3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, pada tahap ini yang dilakukan guru yaitu guru menjelaskan materi pokok bahasan aljabar dan guru memberi pertanyaan yang berupa soal-soal, (4) Diskusi kelompok, pada tahap ini yang dilakukan guru yaitu guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi sesuai dengan kelompoknya, guru membimbing kepada masing-masing kelompok, guru memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kelompoknya, guru memastikan agar tiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari soal yang telah diberikan, (5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban, pada tahap ini yang dilakukan guru yaitu guru memanggil salah satu nomor secara acak dari semua kelompok, guru menunjuk nomor tertentu untuk menjawab soal hasil diskusi, guru memberi pujian kepada kelompok yang menjawab benar, guru memberi tanggapan hasil diskusi, (6) Memberi kesimpulan, pada tahap ini yang dilakukan guru yaitu guru membimbing siswa dalam merangkum materi, guru memotivasi siswa agar selalu belajar dengan rajin, guru memberi tugas rumah, guru memberi sedikit penjelasan materi untuk pertemuan selanjutnya, guru menutup pelajaran dengan salam.

3. Tes

(57)

kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan.

Menurut Webster’s Collegiate (dalam Arikunto 2012 : 46), tes

adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Menurut Arikunto (2012 : 67), tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Dari uraian di atas tes adalah sesuatu untuk melakukan penilaian yang berupa tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai teman-temannya atau nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah. Dari tes ini dapat untuk mengetahui maju mundurnya prestasi belajar seorang siswa.

(58)

uraian ini mempunyai daya kreatif yang tinggi. Dengan tes uraian ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri, dapat juga untuk mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. Pada akhir siklus I diberikan 2 butir soal dan pada akhir siklus II diberikan 3 butir soal.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menghitung hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aturan untuk menghitungnya adalah :

1. Angket Angket Motivasi Belajar Siswa

Pada tahap ini dilakukan analisa dan data hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui evaluasi atau observasi. Hal ini analisis pertama untuk kegiatan pertemuan selanjutnya, untuk mengetahui peningkatan motivasi dan ketuntasan belajar siswa digunakan rumus persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung motivasi belajar siswa adalah

Persentase (%) = x 100% Keterangan :

Ji = jumlah siswa yang menjawab “Ya” dalam angket

n = jumlah seluruh siswa

(59)

Dengan kriteria sebagai berikut (dalam Soewandi, 2005 : 50) :

80 ≤ x ≤ 100% : sangat tinggi

60% ≤ x < 80% : tinggi

40% ≤ x < 60% : cukup

20% ≤ x < 40% : rendah

0% ≤ x < 20% : sangat rendah

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Penskoran untuk skala penilaian dan kriteria penilaian yang digunakan dengan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru adalah sebagai berikut:

Skor 0 : jika guru tidak melakukan indikator aktivitas guru Skor 1 : jika guru melakukan 1 indikator aktivitas guru Skor 2 : jika guru melakukan 2 indikator aktivitas guru Skor 3 : jika guru melakukan 3 indikator aktivitas guru Skor 4 : jika guru melakukan 4 indikator aktivitas guru

Untuk menganalisis keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru pada setiap kegiatan digunakan rumus sebagai berikut: a. Rumus nilai tiap pertemuan:

Nilai pertemuan ½ = ∑

∑ x 100%

∑X = jumlah skor yang diperoleh

∑M = jumlah skor maksimal

b. Nilai rata-rata =

(60)

80% ≤ x ≤ 100% : kinerja guru sangat tinggi

60% ≤ x < 80% : kinerja guru tinggi

40% ≤ x < 60% : kinerja guru cukup

20% ≤ x < 40% : kinerja guru rendah

0% ≤ x < 20% : kinerja guru sangat rendah

3. Tes Prestasi Belajar

Tes dilakukan setiap akhir siklus, adapun pedoman penskoran dan kriteria penilaian untuk menganalisa data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Skor 0 : siswa tidak menjawab Skor 1 : siswa menjawab tetapi salah

Skor 2 : siswa menjawab tidak menggunakan langkah dan hasil salah Skor 3 : siswa menjawab dengan langkah kurang tepat tetapi hasil

benar

Skor 4 : siswa menjawab dengan langkah benar tetapi hasil salah Skor 5 : siswa menjawab dengan langkah benar, lengkap, dan jelas

dan hasil benar

Untuk menghitung nilai yang diperoleh siswa menggunakan rumus: Nilai =

x 100%

Dengan kriteria sebagai berikut (dalam Soewandi, 2005 : 51)

80% ≤ x ≤ 100% : sangat tinggi

60% ≤ x < 80% : tinggi

(61)

20% ≤ x < 40% : rendah 0% ≤ x < 20% : sangat rendah

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : 1. Indikator keberhasilan yang berkaitan dengan peningkatan motivasi

belajar matematika siswa mencapai ≥ 60% dengan kriteria minimal

baik.

Kondisi awal (%) Kondisi akhir (%)

58,5% 71,2%

2. Indikator keberhasilan yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar matematika siswa minimal 75% siswa telah memperoleh nilai 73 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah.

Kondisi awal (%) Kondisi akhir (%)

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 November 2015, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17 November 2015, sedangkan pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 23 November 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 November 2015. Pada setiap pelaksanaan dalam kelas dilakukan observasi terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun terhadap siswa dalam aktivitas mengikuti pembelajaran di kelas. Untuk mengetahui motivasi siswa, tiap akhir pertemuan dilakukan pengisisan angket motivasi siswa, sedangkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Adapun hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan siklus I

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada kedua pertemuan ini meliputi :

a. Perencanaan

(63)

1) Dua buah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pokok bahasan aritmetika sosial yang digunakan pada pertemuan pertama dan kedua (lampiran 6).

2) Satu lembar tes awal yang berbentuk soal isian untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (lampiran 5).

3) Lembar kerja siswa (LKS) sebanyak dua buah sebagai media untuk diskusi kelompok pada sub pokok bahasan aritmetika dalam kehidupan sehari-hari (nilai keseluruhan, nilai perunit, dan banyaknya unit, untung dan rugi, dan persentase untung dan rugi), aritmetika dalam kehidupan sehari-hari (harga penjualan dan harga pembelian) yang digunakan pada siklus I (lampiran 1).

4) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru sebanyak dua buah, berisi 24 aktivitas guru yang harus diamati oleh observer pada siklus I (lampiran 2).

(64)

6) Satu lembar tes evaluasi yang berbentuk soal uraian untuk mengukur prestasi belajar matematika siswa yang dilaksanakan pada akhir pertemuan kedua (lampiran 4).

7) Satu lembar daftar diskusi kelompok kelas VII C yang digunakan untuk mengorganisasi siswa agar duduk sesuai dengan kelompoknya (lampiran 5).

b. Pelaksanaan 1) Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 16 November 2015 pukul 08.10 – 09.30 WIB, dua jam pelajaran, siswa yang hadir 22 anak. Setelah bel berbunyi tanda waktu upacara selesai untuk memasuki jam pelajaran pertama dan kedua, guru bersama tiga rekan guru (observer) masuk ke kelas VII C. Sebelum pelajaran dimulai guru mengucap salam, mengajak siswa berdoa dan mempresensi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan digunakan. Siswa sudah dikondisikan untuk duduk dalam kelompoknya masing-masing dan masing-masing siswa diberi nomor 1 sampai nomor 4, disini siswa diingatkan agar selalu mengingat kelompok dan nomornya sendiri.

(65)

dan rugi, dan persentase untung dan rugi). Kegiatan ini diawali dengan siswa diajak untuk membayangkan tentang pasar, toko, uang, barang, penjual, dan pembeli agar mereka lebih mudah untuk masuk ke dalam materi aritmetika sosial dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menjelaskan tentang harga keseluruhan, harga per unit, dan banyaknya unit, guru menjelaskan harga pembelian adalah harga barang dari pabrik, harga penjualan adalah harga barang yang sudah ditetapkan oleh pedagang kepada pembeli, menjelaskan untung adalah selisih harga penjualan dengan harga pembelian dimana harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian, rugi adalah selisih harga penjualan dengan harga pembelian dimana harga penjualan lebih rendah dari harga pembelian. Kemudian guru menjelaskan cara menghitung persentase untung dan rugi. Setelah itu guru memberikan beberapa contoh soal dan membahas bersama anak-anak.

(66)

dengan baik. Kemudian guru menanyakan kembali apakah ada yang kurang jelas, tetapi siswa menjawab dengan cukup lantang bahwa mereka sudah cukup jelas dengan materi hari ini.

Setelah itu guru memberikan lembar kerja siswa (LKS). LKS dibagikan kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan berdiskusi dan mengerjakan sesuai nomor yang sudah ditentukan. Guru mengarahkan agar siswa nomor 1 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 1, siswa nomor 2 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 2, siswa nomor 3 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 3, dan siswa nomor 4 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 1. Guru membimbing dan mengarahkan masing-masing kelompok agar mereka benar-benar tahu jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS.

(67)

nomor 1 dari kelompok C, ternyata tidak ada dan semua jawaban dari siswa bernomor 1 sudah sama semua. Kemudian guru memberi tanggapan jawaban nomor 1 itu sudah benar dan guru memberi penghargaan dengan mengajak siswa yang lain untuk tepuk tangan karena siswa bernomor 1 yang sudah maju dapat menjawab dengan benar. Hal ini berlanjut untuk nomor 2, 3, dan 4, mereka menjawab pertanyaan itu dengan benar.

Pada kegiatan akhir guru menyampaikan kesimpulan pelajaran yang dipelajari hari itu, guru memberi tugas pekerjaan rumah dan memberi tahu materi selanjutnya yang akan dibahas. Guru menutup pelajaran dengan salam dan terimakasih. Angket motivasi belajar diisi saat pelajaran sudah ditutup, siswa diberi waktu 5 menit untuk mengisi angket tersebut.

2) Pertemuan 2

(68)

duduk dalam kelompoknya masing-masing dan masing-masing siswa diberi nomor 1 sampai nomor 4, disini siswa diingatkan agar selalu mengingat kelompok dan nomornya sendiri.

Pada kegiatan selanjutnya, guru menyampaikan materi yang dipelajari yaitu aritmetika sosial dalam kehidupan sehari-hari (harga penjualan dan harga pembelian). Kegiatan ini diawali dengan contoh nyata adanya penjual, pembeli, barang di pasar atau di toko. Kemudian guru menjelaskan tentang cara menentukan harga penjualan dan harga pembelian jika persentase untung atau rugi diketahui. Jika persentase untung atau rugi tidak diketahui, kita dapat menghitung harga beli atau harga jualnya. Misal diketahui persentase untung sebesar p%, rugi sebesar q%, dan harga beli sebesar 100%, maka hubungan antara harga penjualan dan harga pembelian sebagai berikut: Harga penjualan =

x harga pembelian Harga pembelian =

x harga penjualan Harga penjualan =

x harga pembelian Harga pembelian =

x harga penjualan

Kemudian guru memberi beberapa contoh soal dan membahas bersama anak-anak.

(69)

dimengerti, tetapi siswa menjawab bahwa mereka sudah cukup mengerti karena mereka diminta belajar materi ini di rumah sebagai tugas tambahan di rumah. Setelah itu guru memberikan lembar kerja siswa (LKS). LKS dibagikan kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan berdiskusi dan mengerjakan sesuai nomor yang sudah ditentukan. Guru mengarahkan agar siswa nomor 1 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 1, siswa nomor 2 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 2, siswa nomor 3 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 1, dan siswa nomor 4 bertanggung jawab dengan jawaban soal nomor 2. Guru membimbing dan mengarahkan masing-masing kelompok agar mereka benar-benar tahu jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS.

(70)

guru memberi tanggapan jawaban nomor 1 itu sudah benar dan guru memberi penghargaan dengan mengajak siswa yang lain untuk tepuk tangan karena siswa bernomor 1 yang sudah maju dapat menjawab dengan benar. Hal ini berlanjut untuk nomor 2, 3, dan 4, mereka menjawab pertanyaan itu dengan benar.

Pada kegiatan akhir guru menyampaikan kesimpulan pelajaran yang dipelajari hari itu, guru memberi tugas rumah dan memberi tahu materi selanjutnya yang akan dibahas. Guru menutup pelajaran dengan salam dan terimakasih. Angket motivasi belajar diisi saat pelajaran sudah ditutup, siswa diberi waktu 5 menit untuk mengisi angket.

c. Observasi

Hasil observasi pada siklus I adalah sebagai berikut : 1) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan observasi oleh tiga teman sejawat yaitu Riski, Renata, dan Wuri sebagai observer. Mereka adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Observasi dilakukan dengan jalan mengamati kegiatan pembelajaran dan menuliskan hasilnya pada lembar observasi yang telah dipersiapkan. Adapun hasil observasi pada pertemuan siklus I adalah sebagai berikut :

(71)
(72)

memotivasi siswa agar aktif dan memastikan tiap siswa mengetahui jawabannya.

5 Tahap V : Memanggil Nomor Anggota atau Pemberian Jawaban

Guru memanggil salah satu nomor secara

memotivasi siswa agar belajar dengan rajin, memberi tugas rumah

Keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru pada pertemuan pertama untuk keseluruhan sudah cukup baik, namun ada beberapa kekurangan antara lain : (1) Guru kurang merata dalam memberikan bimbingan kepada setiap kelompok. (2) Guru kurang memberi apresiasi terhadap siswa.

(73)
(74)

memotivasi siswa agar aktif dan memastikan tiap siswa mengetahui jawabannya.

5 Tahap V : Memanggil Nomor Anggota atau Pemberian Jawaban

Guru memanggil salah satu nomor secara

memotivasi siswa agar belajar dengan rajin, memberi tugas rumah

(75)

Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru dalam pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan, pada pertemuan pertama rata-ratanya 3,5 atau 87,5% dan pada pertemuan kedua rata-ratanya 3,72 atau 93% terlihat rata-rata nilai aktivitas guru pada kedua pertemuan adalah 3,61 atau 90,25% yang termasuk dalam kriteria sangat tinggi.

2) Angket motivasi belajar siswa

Pada setiap akhir pertemuan siswa diberi angket motivasi belajar untuk diisi sesuai dengan kondisi siswa. Hasil perhitungan angket motivasi belajar pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua (siklus I) adalah sebagai berikut :

4.3 Data Hasil Angket Motivasi Belajar pada Siklus I

(76)

5. Saya berusaha keras untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara pada tugas-tugas yang rutin.

17 14 15,5 70,45 Tinggi

(77)

saya berbeda dengan pertama, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : (1) Siswa tidak mengulangi pelajaran yang sudah diterangkan oleh guru. (2) Siswa belum mampu mengerjakan tugas dengan tekun dan mudah menyerah dengan soal-soal yang sulit. (3) Siswa belum bisa memanfaatkan sumber belajar dengan maksimal.

4.4 Hasil Angket Indikator Motivasi Belajar pada Siklus I

(78)

5.

Dari hasil angket indikator motivasi belajar pada siklus pertama terlihat bahwa siswa belum mampu mengerjakan soal dengan tekun dan siswa belum bisa memanfaatkan sumber belajar dengan maksimal.

Dari hasil pengamatan angket motivasi belajar siswa sudah termasuk dalam kriteria siswa mempunyai motivasi yang tinggi, hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata motivasi belajar siswa yaitu sebesar 65,6%.

3) Prestasi belajar siswa

Hasil perhitungan terhadap tes awal siswa pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut :

4.5 Hasil Tes Awal Siswa pada Pertemuan Pertama

(79)

5 E 0 √

6 F 80 √

7 G 100 √

8 H 20 √

9 I 100 √

10 J 80 √

11 K 60 √

12 L 100 √

13 M 80 √

14 N 40 √

15 O 20 √

16 P 100 √

17 Q 80 √

18 R 60 √

19 S 80 √

20 T 80 √

21 U 100 √

22 V 80 √

Jumlah Nilai 1560 Rata-rata 70,91

KKM 73

Tuntas (%) 68,18 Tidak Tuntas (%) 31,82 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 0

Dari hasil tes awal siswa terlihat bahwa prestasi belajar siswa pada awal pertemuan nilai rata-ratanya 70,91, persentase ketuntasan 68,18%, persentase ketidaktuntasan 31,82%, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 0.

(80)

4.6 Hasil Prestasi Belajar pada Akhir Siklus I

No Nama Siswa Skor Penilaian

Jumlah Skor

Nilai Ketuntasan

1 2 Ya Tidak

1 A 8 8 16 80 √

2 B 9 7 16 80 √

3 C 6 6 12 60 √

4 D 8 2 10 50 √

5 E 3 0 3 15 √

6 F 10 6 16 80 √

7 G 10 10 20 100 √

8 H 3 6 9 45 √

9 I 6 1 7 35 √

10 J 3 0 3 15 √

11 K 3 0 3 15 √

12 L 10 0 10 50 √

13 M 10 8 18 90 √

14 N 7 0 7 35 √

15 O 6 0 6 30 √

16 P 10 10 20 100 √

17 Q 8 8 16 80 √

18 R 8 5 13 65 √

19 S 8 2 10 50 √

20 T 5 6 11 55 √

21 U 8 8 16 80 √

22 V 3 0 3 15 √

Jumlah Nilai 1225

Rata-rata 55,68

KKM 73

(81)

Berdasarkan pada tes awal pada pertemuan pertama rata-rata nilai siswa kelas VII C adalah 70,91 yang termasuk dalam kriteria tinggi, dapat diketahui bahwa yang tuntas ada 15 siswa atau 68,18%. Nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 0. Kemudian tes akhir siklus I rata-rata nilai siswa kelas VII C adalah 56,68 yang termasuk dalam kriteria cukup, dapat diketahui bahwa yang tuntas ada 8 siswa atau 36,36%. Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 15.

d. Evaluasi

1) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Observasi keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus I (pertemuan pertama dan kedua) diperoleh persentase 90,25% dengan kriteria sangat tinggi. Hal ini masih ada beberapa kekurangan antara lain : (1) Guru kurang memberi apresiasi terhadap siswa. (2) Guru kurang merata dalam memberikan bimbingan kepada setiap kelompok. (3) Guru kurang tegas sehingga suasana kelas kurang kondusif. Beberapa hal yang masih kurang ini masih dapat ditingkatkan pada siklus II.

2) Angket motivasi belajar

Tidak Tuntas (%) 63,64

Nilai Tertinggi 100

(82)

Dari hasil angket motivasi belajar setelah proses pembelajaran pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,6% dengan kriteria tinggi. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : (1) Siswa belum mampu mengerjakan tugas dengan tekun, mudah menyerah bila menemui soal-soal yang sulit. (2) Siswa belum bisa memanfaatkan sumber belajar dengan maksimal. Kedua hal ini masih dapat ditingkatkan pada siklus II.

3) Tes prestasi belajar

Dari hasil tes prestasi belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 56,68 dengan kriteria cukup. Ada 8 siswa yang tuntas sedangkan 14 siswa belum tuntas dalam tes prestasi belajar. Dari hasil tes prestasi belajar pada siklus I ini ternyata belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan sehingga perlu dilanjutkan dengan siklus II.

e. Refleksi

Pada tindakan siklus I penerapan model pembelajaran kooperatif NHT dalam mengajarkan pokok bahasan aritmetika sosial dalam kehidupan sehari-hari belum maksimal sesuai yang diharapkan. Analisis terhadap observasi dijadikan sebagai bahan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Setelah diadakan evaluasi maka diperoleh hal-hal sebagai berikut :

(83)

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran agar lebih optimal diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Guru memberi apresiasi kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar dan kepada siswa yang berani bertanya. (2) Guru lebih merata dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam bekerja kelompok. (3) Guru lebih tegas agar suasana kelas lebih kondusif.

2) Angket motivasi belajar

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang belum maksimal antara lain : (1) Guru memberi motivasi agar siswa lebih giat belajar. (2) Guru menganjurkan siswa agar mengulangi pelajaran yang telah dipelajari dan mencari soal-soal yang setipe dari buku lain.

3) Tes prestasi belajar

Gambar

Tabel 3.1. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
Tabel 4.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Melalui Aktivitas Guru
Tabel 4.2 Keterlaksanaan Pembelajaran Melalui Aktivitas Guru

Referensi

Dokumen terkait

Didalam semen Portland , kadar alkali biasanya rendah (kurang dari 1%). Kadar alkali dalam semen mempengaruhi waktu pengerasn. pemakaian kadar alkali yang lebih dari 0,6

Penelitian ini menelaah unsur-unsur intrinsik cerpen “Pangeran Bahagia” yang meliputi tokoh, latar, alur, dan tema.. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan setiap

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press, 1992.. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , (Jakarta: Prenada Media

Para muslimah muda yang bukan anggota kom unitas “Hi jaber Community” pun bisa mendapatkan tips dan pengalaman terkait hijab dan islam melalui tutorial hijab di Youtube

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/BM-02/POKJA/2015 tanggal 16 April 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan (Hot Mix)

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di