• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kualitas Pohon di Beberapa Jalur Hijau Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kualitas Pohon di Beberapa Jalur Hijau Kota Pematangsiantar"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUALITAS POHON DI BEBERAPA JALUR HIJAU

KOTA PEMATANG SIANTAR

SKRIPSI

Oleh:

ANNIE N HUTAGALUNG 111201077/ BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

i

ABSTRAK

ANNIE NOVRI HUTAGALUNG: Analisis Kualitas Pohon Di Beberapa Jalur Hijau Kota Pematangsiantar. Dibimbing oleh DELVIAN dan DENI ELFIATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pohon dan kualitas pohon yang terdapat di 5 jalur hijau kota Pematangsiantar. Penelitian ini dilakukan di sepanjang jalan Medan, jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta sembiring, jalan Ahmad yani dan jalan D.I Panjaitan.Penelitian ini menggunakan metode sensus dan metode skoring.Penilaian yang dilakukan yaitu kesehatan pohon mencakup kesehatan batang dan tajuk, kemudian teknis pohon mencakup ancaman terhadap bangunan, ancaman terhadap jalan, trotoar dan drainase, dan ancaman terhadap kabel listrik dan telepon.

Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang dijumpai di jalur hijau sebanyak 9 pohon.Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon mahoni (Swietenia mahagoni).Kualitas pohon di 5 jalur hijau bila ditinjau dari kesehatan pohon masuk dalam kategori ringan, dan untuk teknis pohon masuk dalam kategori sedang.Kualitas pohon yang paling bagus terdapat pada jalan Ahmad yani sementara kualitas pohon yang paling rendah terdapat pada jalan Rakutta sembiring. Hal ini dibuktikan dari nilai kumulatif ≥2,5 jalan Rakutta sembiring memiliki persentase paling tinggi yaitu 14,93%.

(4)

ii

ABSTRACT

ANNIE NOVRI HUTAGALUNG: Tree quality analysis on some green belt in Pematangsiantar. Supervised by DELVIAN and DENI ELFIATI.

This study aims to determine the tree species and quality of trees were found on five green belt in Pematangsiantar. This study was carried out along the Medan road, Sisingamangaraja road, Rakutta sembiring road, Ahmad yani road and D. I Panjaitan road.this research uses census method and scoring method. Assessment conducted of tree health involved trunk health and crown health,and then the technical trees involved threat to buildings, threats to roads, sidewalks and drainage, and threats to electric and telephone wires.

Results showed that tree species found in five green belt as much as nine trees. The trees most often found are mahogany (Swietenia mahogani). The quality of trees in five green belt when viewed from the tree health included in light category, and from technical trees included in moderate category. The most good quality tree located on Ahmad yani street, while the most low quality trees are on the Rakutta sembiring street. This is indicated from the cumulative value ≥2,5 on Rakutta sembiring road has the highest percentage that is 14,93 %.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Analisis Kualitas Pohon di Beberapa Jalur Hijau Kota Pematangsiantar”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pohon dan kualitas pohon yang terdapat di 5 jalur hijau kota Pematangsiantar.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Delvian, SP, MP selaku ketua komisi pembimbing, kepada Dr. Deni Elfiati, SP, MPselaku anggota pembimbing, kepada orang tua dan

kepada teman–teman atas waktu, bimbingan, arahan, doa, dukungan, dan kesabarannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar penelitian ini berjalan dengan baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2015

(6)

iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN

Kriteria Kesehatan Pohon ... 21

Kriteria TeknisPohon ... 23

Prosedur Penelitian ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Jenis Pohon di Jalur Hijau Kota Pematangsiantar ... 27

Kualitas Pohon ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

(7)

v

DAFTAR TABEL

Hal 1. Total jenis dan jumlah pohon di 5 jalur hijau ... 27 2. Total kualitas pohon di 5 jalur hijau yang memiliki nilai

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

i

ABSTRAK

ANNIE NOVRI HUTAGALUNG: Analisis Kualitas Pohon Di Beberapa Jalur Hijau Kota Pematangsiantar. Dibimbing oleh DELVIAN dan DENI ELFIATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pohon dan kualitas pohon yang terdapat di 5 jalur hijau kota Pematangsiantar. Penelitian ini dilakukan di sepanjang jalan Medan, jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta sembiring, jalan Ahmad yani dan jalan D.I Panjaitan.Penelitian ini menggunakan metode sensus dan metode skoring.Penilaian yang dilakukan yaitu kesehatan pohon mencakup kesehatan batang dan tajuk, kemudian teknis pohon mencakup ancaman terhadap bangunan, ancaman terhadap jalan, trotoar dan drainase, dan ancaman terhadap kabel listrik dan telepon.

Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang dijumpai di jalur hijau sebanyak 9 pohon.Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon mahoni (Swietenia mahagoni).Kualitas pohon di 5 jalur hijau bila ditinjau dari kesehatan pohon masuk dalam kategori ringan, dan untuk teknis pohon masuk dalam kategori sedang.Kualitas pohon yang paling bagus terdapat pada jalan Ahmad yani sementara kualitas pohon yang paling rendah terdapat pada jalan Rakutta sembiring. Hal ini dibuktikan dari nilai kumulatif ≥2,5 jalan Rakutta sembiring memiliki persentase paling tinggi yaitu 14,93%.

(10)

ii

ABSTRACT

ANNIE NOVRI HUTAGALUNG: Tree quality analysis on some green belt in Pematangsiantar. Supervised by DELVIAN and DENI ELFIATI.

This study aims to determine the tree species and quality of trees were found on five green belt in Pematangsiantar. This study was carried out along the Medan road, Sisingamangaraja road, Rakutta sembiring road, Ahmad yani road and D. I Panjaitan road.this research uses census method and scoring method. Assessment conducted of tree health involved trunk health and crown health,and then the technical trees involved threat to buildings, threats to roads, sidewalks and drainage, and threats to electric and telephone wires.

Results showed that tree species found in five green belt as much as nine trees. The trees most often found are mahogany (Swietenia mahogani). The quality of trees in five green belt when viewed from the tree health included in light category, and from technical trees included in moderate category. The most good quality tree located on Ahmad yani street, while the most low quality trees are on the Rakutta sembiring street. This is indicated from the cumulative value ≥2,5 on Rakutta sembiring road has the highest percentage that is 14,93 %.

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada kenyataaannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi. Manusia dapat mencatat dan menganalisanya dari berbagai perspektif seperti moral, sejarah manusia, hubungan timbal balik antara manusia dengan habitatnya, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik, dan berbagai kenyataan dari kehidupan manusia (Zoer’aini, 2007)

Dampak dari pembangunan kota yang tidak berwawasan lingkungan pada umumnya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan penurunan daya dukung lingkungan. Kegiatan pembangunan seharusnya berkelanjutan dan mengacu pada kondisi alam.Tumbuh-tumbuhan dapat menyerap hasil pencemaran udara berupa karbon dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2). Tumbuh-tumbuhan akan menghisap dan mengurangi polutan, dengan melepaskan gas oksigen maka akan mengurangi jumlah polutan di udara. Semakin banyak tumbuh-tumbuhan ditanam -sebagai paru-paru kota- maka kualitas udara akan semakin sehat sehingga akan mendukung program penghijauan (Sunu, 2001).

(12)

2

menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan banyak dialihfungsikan menjadi pertokoan, pemukiman, tempat rekreasi, industri dan lain-lain.

Ruang terbuka hijau (1) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tumbuh-tumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang didalamnya terdapat tumbuhan hijau berkayu dan tahunan, dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi ruang terbuka hijau yang bersangkutan (Purnomohadi, 1995).

Soriaatmaja (1991) dalam Hakim (2002) menyatakan bahwa peranan dan posisi tumbuhan di perkotaan tidak hanya bertahan pada fungsi produktifnya dipandang dari nilai ekonomis, fungsi estetis dan segi arsitektural, melainkan juga meluas pada fungsi ekologisnya seperti : perubahan iklim makro, pencemaran udara, variasi naik turunnya suhu, penyilauan sinar, pengikisan tanah, penahan angin dan penghalang pandangan kumuh.

(13)

3

menyerap/ mengurangi CO2 yang dihasilkan kendaraan bermotor, industri dan sebagainya (Hakim, 2002).

Adanya peranan pohon dalam mengarbsorbsi berbagai jenis pohon hutan, maka di wilayah perkotaan telah dikembangkan Ruang Terbuka Hijau. Namun, perlu dilakukan penelitian mengenai kualitas pohon yang ada di ruang terbuka hijau tersebut, sehingga pemeliharaan dan perawatan ruang terbuka hijau dapat dilakukan untuk mencegah kerugian yang ditimbulkan. Menurut Dahlan (2002), bahwa kualitas tegakan pohon perlu diteliti secara berkala agar dapat diketahui perlakuan apa yang perlu diberikan, supaya pohon dalam keadaan yang selalu baik.

Pembangunan yang lebih mengarah pada pembangunan fisik telah meminimalkan keberadaan ruang terbuka hijau, khususnya jalur hijau jalan.Hal ini sangat mempengaruhi kualitas pada pohon-pohon tersebut, yang dapat kita lihat melalui berbagai gejala kerusakan pohon seperti batang dan tajuk yang tidak sehat serta keberadaan pohon yang menjadi ancaman di lingkungan tempat tumbuhnya.

(14)

4

Penghijauan merupakan salah satu upaya yang saat ini perlu dilakukan untuk mengimbangi pembangunan yang berlebihan di wilayah perkotaan.Penghijauan yang banyak dijumpai biasanya dalam bentuk jalur hijau, yaitu penanaman pohon di ruas jalan baik itu di sebelah kiri jalan, sebelah kanan jalan maupun bagian tengah jalan.Penghijauan di jalur hijau dengan pepohonan harus memberi dampak yang positif dan tidak mengganggu pengguna jalan.Kondisi pepohonan harus dalam keadaan baik dan sehat agar memberi kenyamanan bagi pengguna jalan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kualitas pohon di kawasan jalur hijau tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi jenis pohon yang berada di jalur hijau sepanjang Jalan Asahan, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta Sembiring, Jalan Medan, Jalan D.I Panjaitan yang berada di kota Pematangsiantar.

2. Menilai kualitas pohon yang berada di jalur hijau sepanjang Jalan Asahan, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta Sembiring, Jalan Medan, Jalan D.I Panjaitan yang berada di kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.

3. Menentukan pohon yang harus dipertahankan dan yang ditebang berdasarkan penilaian kualitas pohon-pohon di jalur hijau.

Manfaat Penelitian

(15)

5

1. Memberikan informasi mengenai jenis pohon di jalur hijau sepanjang Jalan Asahan, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta Sembiring, Jalan Medan, Jalan D.I Panjaitan yang berada di kota Pematangsiantar.

2. Menganalisis kualitas pohon dari segi kesehatan pohon di jalur hijau sepanjang Jalan Asahan, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta Sembiring, Jalan Medan, Jalan D.I Panjaitan yang berada di kota Pematangsiantar.

3. Menganalisis kualitas pohon dari segi teknis di jalur hijau sepanjang Jalan Asahan, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta Sembiring, Jalan Medan, Jalan D.I Panjaitan yang berada di kota Pematangsiantar.

(16)

6

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik

yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008).

Dalam ketentuan Intruksi Menteri dalam negeri no 14 tahun 1988 tentang Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) merupakan titik berat dari ruang terbuka kota yang diwujudkan dalam bentuk taman, jalur hijau, hutan kota, lapangan dan pekarangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RTHK adalah ruang-ruang yang terdapat dalam kota baik berupa koridor/ jalur maupun area/penghubung/tempat pemberhentian dimana unsur hijau atau vegetasi yang alami dan sifat ruang yang terbuka lebih dominan (Hakim, 2002)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi sebagai berikut: A. Fungsi utama (intrinsik) yaitu:

1) Fungsi ekologis yaitu memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota)

2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar

3) Sebagai peneduh 4) Penghasil oksigen 5) Penyerap air

(17)

7 7) Penahan angin

B. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

1) Fungsi sosial dan budaya yang menggambarkan ekspresi budaya lokal 2) Merupakan media komunikasi warga kota

3) Tempat rekreasi

4) Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam

C. Fungsi ekonomi yaitu :

1) Sumber produk yang dapat dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur

2) Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

D. Fungsi estetika yaitu :

1) Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro seperti halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro yaitu lansekap kota secara keseluruhan

2) Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota 3) Pembentuk faktor keindahan arsitektural

4) Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

(18)

8

Dalam Irwan (2008) mengelompokkan ruang terbuka hijau berdasarkan bentuk, yaitu sebagai berikut :

1. Jalur yaitu komunitas vegetasinya tumbuh mengikuti jalur bentukan alam (seperti pantai, sungai dan lembah) dan bentukan manusia (seperti jalan dan saluran).

2. Menyebar yaitu komunitas vegetasinya tumbuh menyebar berupa rumpun atau gerombol kecil seperti yang tumbuh di pekarangan atau halaman-halaman bangunan maupun yang ditanam pada lahan sisa dan median jalan.

3. Bergerombol atau menumpuk yaitu komunitas vegetasinya terkonsentrasi di suatu tempat dengan paling sedikit 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan yang tumbuh seperti bentukan hutan alam.

Jalur Hijau

Green belt atau jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada di sekeliling luar kawasan perkotaan atau daerah pusat aktifitas/kegiatan yang menimbulkan polusi (Anggraeni, 2005).Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008) Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.

(19)

9

mempertahankan jalur hijau dan 4) daya dukung lingkungan yang sudah berkurang memperburuk kondisi perkotaan (Basri, 2009).

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan dua hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah (Tutur, 2011).

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan (2008) menyebutkan bahwa sabuk hijau atau jalur hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya.

Jalur hijau unsur utamanya berupa vegetasi yang secara alamiah berfungsi sebagai pembersih atmosfir dengan menyerap polutan yang berupa gas dan partikel melalui daunnya. Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup yang menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara dapat meningkat dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al,2003).

(20)

10

Menurut bentuknya, tanaman dapat merupakan tanaman pohon, tanaman perdu atau semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain :perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam melakukan perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok atau gugur.

Usaha untuk menurunkan tingkat polusi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah dengan upaya green belt development.Green belt development merupakan solusi yang tepat karena secara ekonomi dan teknologi layak dikembangkan.Upaya ini dibagi menjadi 2 solusi yaitu berdasarkan parameter biofisik dan sosial ekonomi. Parameter biofisik yang dimaksud disini adalah bagaimana pengembangan green belt yang ideal dan bermanfaat optimum untuk suatu kota dari segi spesies tanaman, tinggi tanaman, lebar green belt dan jarak green belt dari pusat pencemar (Basri, 2009).

Persyaratan untuk pohon peneduh jalan menurut Departemen Kehutanan (1992) adalah sebagai berikut :

a) Mudah tumbuh pada tanah yang padat

b) Tidak memilki akar yang besar di permukaan tanah c) Tanah tahan terhadap hembusan angin yang kuat d) Dahan dan ranting tidak mudah patah

e) Pohon tidak mudah tumbang f) Buah tidak terlalu besar

g) Serasah yang dihasilkan sedikit

(21)

11 j) Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap k) Kompatibel dengan tanaman lain

l) Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhannya indah

Pohon angsana (Pterocarpus indicus Willd) dan pohon Glodokan (Polyalthia longifolia Bent & Hook. F) merupakan jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai tanaman peneduh jalan. Hal ini dikarenakan kedua jenis tanaman tersebut memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran (Antari dan Sundra, 2002).

Beberapa jenis tanaman pelindung yang biasa ditanam di sisi kanan kiri jalan ataupun ditengah terbagi menjadi 3 bagian yaitu jenis pohon besar, jenis pohon sedang dan jenis pohon kecil. Jenis pohon besar yaitu kenari (Canarium vulgare), mahoni (Swietenia mahagoni), angsana (Pterocarpus indicus), palem raja (Oreodoxa regia), saga (Adenanthera pavoninna), asam jawa (Tamarindus indica) dan bungur (Lagestroemia londonii). Jenis pohon sedang yaitu glodokan (Polyalthia longifolia), tanjung (Mimusops elengi), cemara kipas (Thuja occidentalis) dan biola cantik (Ficus lyrata). Sedangkan jenis pohon kecil yaitu palem merah (Cryrtostachys lakka), palem botol (Mascarena lagenicaulis), palem putri (Vitsia merini) dan pinang (Areca catechu) (Nazaruddin, 1996).

(22)

12 1) Vegetasi peneduh :

a. Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median) b. Percabangan 2 m di atas tanah

c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk d. Bermassa daun padat

e. Berasal dari perbanyakan biji f. Ditanam secara berbaris g. Tidak mudah tumbang. 2) Vegetasi penyerap polusi udara :

a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak b. Memiliki kegunaan untuk menyerap udara c. Jarak tanam rapat

d. Bermassa daun padat. 3) Vegetasi peredam kebisingan :

a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak b. Membentuk massa

c. Bermassa daun rapat d. Berbagai bentuk tajuk. 4) Vegetasi pemecah angin :

a. Tanaman tinggi, perdu atau semak b. Bermassa daun padat

c. Ditanam berbaris atau membentuk massa d. Jarak tanam rapat < 3 m.

(23)

13 a. Tanaman perdu atau semak b. Ditanam rapat

c. Ketinggian 1,5 m d. Bermassa daun padat

Menurut Dahlan (2004) persyaratan penting dalam pemilihan jenis pohon pelindung jalan diantaranya adalah faktor keamanan bagi pemakai jalan. Tajuk pohon memberikan naungan yang sempurna tapi tidak terlalu teduh, agar tidak mengganggu lalu lintas.Tanaman yang tumbuh di tepi jalan harus tergolong dalam jenis tanaman yang mempunyai batang dan percabangan kuat, tidak mudah patah serta memiliki kelenturan yang cukup, sehingga pada saat tertiup angin yang kuat, tanaman tidak patah jatuh menimpa pemakai jalan.Tanaman juga tidak mudah roboh, karena memiliki perakaran yang kuat serta akarnya menghujam masuk ke dalam tanah, tidak menyebar di atas permukaan tanah saja.Fungsi tanaman pelindung antara lain sebagai paru-paru kota karena tumbuhan itu menghasilkan gas oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, sebagai penyerap gas/partikel beracun untuk mengurangi pencemaran udara, sebagai peredam kebisingan dan sebagai habitat burung.

(24)

14

dandaun dapat bermanfaat sebagai peneduh, pembatas, penghalangangin, penghalang silau dari lampu kendaraan dan cahaya matahari (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012)

Kualitas Pohon

Untuk menjaga peran pohon sebagai pohon pelindung dan peneduh jalan dilakukan usaha perawatan. Usaha perawatan diperlukan untuk pohon seperti: membersihkan lubang luka tersebut dengan mengecat untuk memperbaiki penampilan pohon dan menutup khususnya terhadap kambium yang terbuka, membuang jaringan kayu yang telah mati dan yang dapat menjadi sarang berkembangnya sumber penyakit. Menyediakan permukaan yang kuat untuk jaringan kalus baru guna merangsang penyembuhan luka dan dapat menghilangkan tempat bersarangnya hama dari sumber penularan hama sehingga penularan penyakit tidak dapar berkembang dan menyebar ( Dahlan, 1992).

Menurut Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan (2008) Kriteria pemilihan vegetasi untuk jalur hijau ini adalah sebagai berikut:

a) Peredam kebisingan : untuk fungsi ini dipilih penanaman dengan vegetasi berdaun rapat. Pemilihan vegetasi berdaun rapat berukuran relatif besar dan tebal dapat meredam kebisingan lebih baik

b) Ameliorasi iklim mikro : tumbuhan berukuran tinggi dengan luasan area yang cukup dapat mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari

c) Penapis cahaya silau : peletakan tanaman yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi dan menyerap cahaya

(25)

15

Pada pohon berdaun lebar seperti angsana, glodokan, kerai payung dan kenari – ketidakseimbangan antara beban batang, tajuk dan ukuran tajuk dengan kemampuan menopang akar merupakan kelemahan struktural yang umum terjadi. Kelemahan lain adalah mudah busuknya bagian dalam batang yang menjalar ke dahan atau ranting dan terkadang kelainan ini tidak terlihat dari luar. Pada pohon berdaun jarum seperti pinus dan cemara , kelemahan struktural biasanya terjadi pada pangkal akar dan daerah perakaran (Pramukanto, 2007).

Penelitian yang dilakukan Wonorahardjo et al (2007) menyatakanpengendalian iklim mikro kota dapat dilakukan dengan vegetasi dan infrastruktur lainnya seperti jalan, lapangan terbuka dll. Hasil penelitian didapatkan bahwa vegetasi berupa pohon sangat berpengaruh positif terhadap lingkungan termalnya dalam hal laju penurunan temperatur udara dan temperatur udara rata-rata.Dengan demikian berubahnya lingkungan termal tidak dapat dianggap sebagai fenomena pemanasan global saja, karena terbukti dalam skala lingkungan mikro (kawasan kota) aspek karakteristik fisik permukaan seperti kualitas vegetasi dan tutupan lahan sangat berpengaruh pada temperatur udara sekitar perkotaan.

(26)

16

keberadaan kabel listrik dan kabel telepon serta menimpa jalan, sehingga pepohonan di lima kawasan jalur hijau yang dilakukan penelitian penanamannya kurang efektif dan tidak mengindahkan nilai estetika lingkungan.

Peraturan Pemerintah no 63 tahun 2002 pasal 15 ayat (2), menawarkan bentuk-bentuk hutan kota, yaitu : jalur, mengelompok atau menyebar. Lalu diatur dalam pasal 8 ayat (2) menyatakan luas hutan kota dalam suatu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 Ha. Kaitanyya dengan pasal 15 ayat (2) untuk keperluan ameliorasi iklim mikro, sebaiknya menekankan pada bentuk jalur dan menyebar dan menghindari bentuk mengelompok. Jika bentuk mengelompok tersebut berada dalam suatu hamparan kompak yang luas, tentu hal ini tidak efektif dan tidak efisien. Tidak efektif karena tidak mengayom seluruh kota, dan tidak efisien karena sebagian vegetasi tidak berperan maksimal dalam mendinginkan areal diluarnya.

Pemeliharaan Tanaman pada Jalur Hijau

(27)

17

Dahlan (2004) menyatakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan pohon di hutan kota adalah sebagai berikut :

1. Mengganti atau menebang pohon yang sudah tua atau mati. Sebaiknya sebelum pohon itu menjadi tua, sudah disiapkan pohon penggantinya.

2. Perencanaan dan keterpaduan yang baik antar instansi pemerintah. Hal ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh agar tanaman tidak mengganggu fasilitas atau instalasi yang sudah ada (telepon, listrik, air minum maupun saluran drainase) dan sebaiknya pemasangan dan pemeliharaan fasilitas atau instalasi tidak mengganggu hutan kota.

3. Upaya-upaya pemeliharaan seperti pemupukan, pengairan, pemberantasan hama dan penyakit serta gulma perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

4. Penggemburan tanah perlu dilakukan agar akar dapat tumbuh lebih baik.

5. Pemasangan beton dan penopang tanah di sekeliling perakaran perlu dilakukan agar akar yang muncul keluar dapat ditutupi.

6. Tumbuhan yang tanahnya terancam longsor pada salah satu bidangnya agar dipasangi dinding penopang.

7. Pemangkasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk membang bagian dahan atau ranting tertentu, mengendalikan pertumbuhan tinggi pohon, membuang bagian yang terkena penyakit, untuk keselamatan para pengguna jalan maupun fasilitas disekitarnya dan untuk memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk tumbuh lebih baik.

(28)

18

besar bagian pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon lain, pohon-pohon yang tingkat ancamannya tinggi terhadap bangunan maupun saluran drainase, jalan dan trotoar serta kabel listrik dan telepon.

Pohon-pohon yang terdapat luka pada batang akibat pemasangan reklame, spanduk, paku dan lain-lain dapat dilakukan upaya-upaya tertentu. Menurut Haller (1986) dalam Dahlan (1992) menyatakan usaha perawatan terhadap lubang luka dapat dilakukan dengan cara membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang dapat menjadi sumber penyakit serta membersihkan dan mengecat luka khususnya terhadap kambium yang terbuka.

Penyiraman dilakukan untuk menjaga tanaman agar tidak matikekeringan.Penyiraman dilakukan setiap hari pada musim kemaraupada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 dan sore hari pukul 15.00 - 18.00.Siraman tidak boleh terlalu keras sehingga media tanam dan tanamantidak terganggu, dan dilakukan merata pada seluruh tanaman. Airyang dipergunakan untuk menyiram tanaman harus bebas dari segalakotoran minyak, zat kimia atau lainnya yang dapat mengganggupertumbuhan tanaman dan temperatur air antara 150 - 250 Celcius(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).

(29)

19

jenis pohon dan pada lokasi yang curam (lereng) karena pekerjaan tersebut dapatmenyebabkan terjadinya erosi(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).

Pemangkasan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan tanamanyang sudah tidak teratur dan mengganggu lingkungan/pandanganbebas pemakai jalan, serta mempertahankan bentuk/dimensi ukurantanaman.Pemangkasan terhadap tanaman perdu/semak dilakukanmiring (45°) dan rata agar air hujan tidak tergenang pada batang yangbaru dipotong.Sedangkan rumput dipangkas dengan batas ketebalantidak lebih dari 5 cm dari permukaan tanah.

Pemangkasan pada pemeliharaan rutin dilakukan bertujuan untuk :

a. Untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman yang sudah tidakteratur dan mengganggu lingkungan/penglihatan pemakaijalan.

b. Untuk menjaga kesehatan tanaman bila ada daun, atau ranting yang terkena penyakit, jamur atau parasit lainnya, perlu segeradipangkas agar tidak meluas ke bagian tanaman lainnya.

c. Untuk menghilangkan dahan/ranting yang tua/rusak dan mati. d. Untuk mempertahankan bentuk atau dimensi dan ukurantanaman.

e. Untuk mengurangi penguapan pada musim kemarau panjangsehingga tanaman tidak mati kekeringan (dilakukan pada akhirmusim hujan).

f. Untuk mengurangi jumlah daun sehingga dahan tidak patahpada musim hujan.

g. Untuk menjaga pertumbuhan tanaman dengan baik, waktupemangkasan perlu diatur dengan tepat yaitu:

(30)

20

iii. untuk membuat bentuk pohon/tanaman yang ideal seperti yang rencanakan pemangkasan harus dilakukan pada saat tanaman sedang berdaun lebat.

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).

Pemupukan tanaman dilakukan minimal 1 (satu) bulan sekalimenggunakan pupuk anorganik atau pupuk organik/pupuk kandang.Penaburan pupuk dilakukan pada tanah yang sudah didangir sedalam0,15 – 0,20 m di sekeliling batang pohon selebar diameter tajuktanaman. Cara lain pemupukan dengan pupuk anorganik yaitucampuran pupuk dengan air yang kemudian disiramkan di sekelilingperakaran tanaman, sedangkan untuk memupuk daun disemprotkanpada daun(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).

(31)

21

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sepanjang kawasan jalur hijau. Kriteria pemilihan jalur hijau yang diamati dalam penelitian ini adalah jalur hijau yang banyak ditumbuhi pepohonan dan banyak dilalui oleh kendaraan bermotor. Jalur hijau yang memenuhi kriteria tersebut yaitu Jalan Sisingamangaraja (4.450 m), Jalan Rakutta Sembiring (3.850 m), Jalan Medan (5.450 m), Jalan Ahmad Yani (2.050 m) dan Jalan D.I Panjaitan (1.650 m) yang berada di kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai Agustus 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon-pohon yang berada di sepanjang Jalan Sisingamangaraja, Jalan Rakutta Sembiring, Jalan Medan, Jalan Ahmad Yani dan Jalan D.I Panjaitan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binokuler untuk melihat tajuk pohon, pita meter untuk mengukur jarak, pensil untuk menulis data dan buku data untuk mencatat data yang diperoleh di lapangan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 5 jalur hijau yang ada di kota Pematangsiantar. Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus dan metode skoring yang terdiri atas kesehatan pohon di hutan kota. Untuk penilaian kesehatan pohon digunakan metode modifikasi dari penilaian kualitas pohon berdasarkan Manual Kehutanan (1992) dan kriteria penilaian menurut Tampubolon, dkk (2002) sebagai berikut :

(32)

22 a. Kesehatan batang (bobot 50%) b. Kesehatan tajuk (bobot 50%) 2. Teknis (bobot bilai 40%)

a. Ancaman terhadap rumah (bobot 40%)

b. Ancaman terhadap jalan, trotoar dan drainase (bobot 30%) c. Ancaman terhadap kabel listrik dan telepon (bobot 30%)

setiap faktor dari kedua kriteria tersebut dinilai dengan nilai 1 – 4 dengan tingkat penilaian sebagai berikut :

a. Sangat berat dengan nilai 4 b. Berat dengan nilai 3 c. Sedang dengan nilai 2 d. Ringan dengan nilai 1

Panduan untuk nilai faktor dari kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut : I. Kriteria Kesehatan Pohon

A. Kesehatan batang mencakup penilaian pada batang pohon hutan kota terdapat gerowong, pangkal batang berlubang, kanker batang dan cabang dan serangan hama dan penyakit.

1) Tingkat penilaian batang sangat berat (nilai 4) yang dicirikan dengan terdapat lubang pada batang atau batang gerowong.

(33)

23

3) Tingkat penilaian sedang (nilai 2) yang dicirikan dengan terdapat serangan hama dan penyakit dengan adanya lubang gerek pada batang dan cabang yang mudah dilihat adanya kotoran serbuk kayu dan getah berwarna gelap yang keluar dari lubang gerek.

4) Tingkat penilaian ringan (nilai 1) yang dicirikan dengan ada atau tidaknya serangan hama penyakit pada batang berupa lubang gerek dan kotoran serta getah yang keluar dari lubang gerek tersebut. B. Kesehatan tajuk mencakup penilaian apakah tajuk pohon terjadi proses

degenerasi (mati) atau apakah terjadi mati pucuk.

1) Tingkat penilaian tajuk sangat berat (nilai 4) apabila setengah atau lebih banyak tajuk pohon yang mati dicirikan tajuk secara merata, kering, meranggas (bukan pada saat meluruhkan daun atau musim kemarau).

2) Tingkat penilaian tajuk berat (nilai 3) apabila kurang dari setengah tajuk pohon mati atau terdapat mati pucuk (pucuk utama).

3) Tingkat penilaian tajuk sedang (nilai 2) apabila terdapat beberapa pucuk cabang mati.

4) Tingkat penilaian tajuk ringan (nilai 1) apabila terdapat serangan daun yang dapat dilihat dengan adanya bercak kuning pada daun secara merata atau terdapat klorosis pada daun berupa daun berwarna hijau kekuningan.

(34)

24

A. Ancaman terhadap rumah atau bangunan lainnya : mencakup penilaian pohon hutan kota rentan terhadap tumbang dan mengenai rumah atau bangunan lainnya.

1) Tingkat penilaian ancaman terhadap rumah sangat berat (nilai 4) apabila kondisi pohon dan pertajukan sangat rentan tumbang dan mengenai rumah dan bangunan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemiringan pohon mencapai ≤600 kearah rumah atau tajuk berat yang mengarah kerumah atau gejala pohon roboh (uprooted) dengan adanya tanah retak melingkar sekitar perakaran.

2) Tingkat penilaian ancaman terhadap rumah berat (nilai 3) dengan tingkat kemiringan 60-700 ke arah rumah atau ada sebagian kecil tanah pada sistem perakaran retak.

3) Tingkat penilaian ancaman terhadap rumah sedang (nilai 2) dengan tingkat kemiringan 70-800 ke arah rumah atau ketebalan tajuk sedang ke arah rumah.

4) Tingkat penilaian terhadap ancaman rumah ringan (nilai 1) dengan tingkat kemiringan 80-900 ke arah rumah atau ketebalan tajuk sedang ke arah rumah.

B. Ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase mencakup penilaian apakah sistem perakaran lateral pohon di jalur hijau sudah menimbulkan kerusakan badan jalan, trotoar, parit atau saluran drainase atau fondasi bangunan.

(35)

25

merusak sarana tersebut yang dapat dilihat dengan adanya badan jalan yang retak bergelombang, trotoar rusak, parit, jaringan drainase rusak dan fondasi rumah dan bangunan lainnya.

2) Tingkat penilaian ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase berat (nilai 3) apabila perakaran lateral telah merusak trotoar dan parit.

3) Tingkat penilaian ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase sedang (nilai 2) apabila perakaran lateral sebanyak 3-4 akar telah muncul di permukaan tanah.

4) Tingkat penilaian ancaman terhadap jalan, trotoar dan jaringan drainase ringan (nilai 1) apabila perakaran lateral sebanyak 1-2 telah muncul di permukaan tanah.

C. Ancaman terhadap kabel listrik dan telepon mencakup penilaian apakah pohon rentan menjadi tumbang dan mengenai jaringan listrik dan telepon.

1) Tingkat penilaian ancaman terhadap kabel listrik dan telepon sangat berat (nilai 4) apabila kemiringan pohon dan pertajukan sangat rentan terhadap tumbang dan mengenai jaringan tersebut. tingkat kemiringan pohon≤600 ke arah jaringan, atau tajuk berat mengarah ke jaringan atau ada gejala pohon roboh.

(36)

26

3) Tingkat penilaian ancaman terhadap kabel listrik dan telepon sedang (nilai 2) dengan tingkat kemiringan pohon 70-800 atau ketebalan tajuk sedang ke arah jaringan.

4) Tingkat penilaian ancaman terhadap kabel listrik dan telepon ringan (nilai 1) dengan tingkat kemiringan pohon 80-900 atau kelebatan tajuk ringan ke jaringan.

Prosedur penelitian

1. Ditentukan lokasi penelitian.

2. Diidentifikasi tingkat kualitas pohon yang terdapat di lokasi penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan.

3. Kriteria kualitas pohon yang dinilai untuk kesehatan pohon yaitu kesehatan batang (A1), kesehatan tajuk (A2) dan kriteria teknis pohon yaitu ancaman terhadap rumah (B1), ancaman terhadap trotoar dan jalan (B2), ancaman terhadap kabel listrik dan telepon (B3). Nilai dicantumkan pada kolom data dengan kisaran nilai 1-4 sesuai dengan tingkat penilaian pohon yang diberikan.

4. Nilai kriteria untuk masing-masing faktor adalah : Nilai A = Bobot A1 x Skor kriteria A x Nilai A1 Nilai B = Bobot B1 x Skor kriteria B x Nilai B1

Hasil penilaian dari masing-masing faktor akan diperoleh nilai kumulatif, dimana apabila nilai kumulatifnya ≥2,5 maka pohon tersebut dapat

(37)

27

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Jenis Pohon di Jalur Hijau Kota Pematangsiantar

Tabel 1. Total Jenis dan Jumlah Pohon di 5 Jalur Hijau

N

(38)

28

Hal ini sesuai dengan pernyataan Nazarudin (1996) yang menyatakan bahwa mahoni merupakan pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki perakaran dan percabangan batang yang kuat.Menurut Fakuara (1991) mahoni dan kerai payung cocok ditanam pada jalur hijau karena kedua jenis tersebut dapat menyerap timbal (Pb) dengan baik dan mempunyai toleransi yang tinggi.

Menurut Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul (2010) Pohon mahoni sangat cocok dijadikan sebagai tanaman peneduh jalan karena mampu tumbuh hingga puluhan tahun, tidak mudah terkena hama atau penyakit, tidak mudah tumbang dengan struktur kayu yang kuat, tumbuh lurus ke atas dengan tajuk tinggi di atas batas ketinggian kendaraan. Pohon mahoni selain untuk perindang jalan, sebenarnya dapat juga ditanam sebagai tanaman produksi, hal ini karena kayu pohon mahoni bernilai ekonomis yang sangat tinggi.Kayu pohon mahoni cukup keras, awet dan memiliki motif serta memiliki warna yang menarik.

Pohon mahoni, glodokan, kerai payung dan angsana merupakan pohon yang dapat ditanami pada jalur hijau karena mampu menyerap Nitrogen Oksida (N0x). Selain itu pohon jenis mahoni juga merupakan tanaman yang dapat menyerap air dengan baik (Kurniawan dan Alfian, 2010). Pohon tanjung dan kerai payung dapat meredam suara dengan caramengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting, karena jenis tanaman (pohon, perdu/semak) yang paling efektif untukmeredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal danbermassa daun padat.

(39)

29

akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran. Glodokan sangat cocok ditanam pada jalur hijau karena akar glodokancukup menembus ke dalam tanah, tidak dangkal, tetapi juga tidak menjalar dengan ekstensif yang bisa mengganggu struktur seperti trotoar, jalan dan bangunan di dekatnya.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2012) pohon jenis glodokan jugadapat dimanfaatkan sebagai penghalang pandanganterhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkanatau dilihat, seperti timbunan sampah, tempat pembuangansampah, dan galian tanah. Jenis tanaman tinggi dan perdu/semakyang bermassa daun padat dapat ditanam berbaris ataumembentukmassa dengan jarak tanam rapat.

Pemilihan tanaman yang ditanam sepanjang koridor jalan akanberfungsi sebagai pemecah angin, dengan demikian mengurangiefek dari angin pada pengendara, khususnya angin kencang danangin lintang. Jenis tanaman yang dipakai harus tanaman tinggidan perdu/semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris ataumembentuk massa dengan jarak tanam rapat < 3m. Contohnya adalah glodokan, angsana, tanjung dan kerai payung.

(40)

30

pohon ini biasanya digunakan sebagai peneduh oleh pengguna jalan karena tajuknya yang lebar serta daun yang lebat, pohon jenis ini sangat mudah tumbuh di jenis tanah apapun. Selain itu, pohon talok ini sangat disukai oleh satwa burung karena buahnya yang dapat dijadikan sebagai sumber makanan.

Untuk pohon rambutan dan jambu air, kedua pohon ini juga jumlahnya tidak terlalu banyak ditemui. Pohon ini biasanya ditanam di pekarangan rumah, karena selain sebagai peneduh, buahnya juga dapat dikonsumsi. Untuk pohon jenis MPTS yang ditemui di jalur hijau seperti mangga, rambutan dan jambu air, pohon-pohon tersebut tidak cocok ditanam di jalur hijau karena dapat mengganggu pengguna jalan. Karena apabila sedang musim berbuah, maka buahnya akan jatuh dan mengenai pengguna jalan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu pohon-pohon jenis MPTS tersebut harus segera diganti dengan jenis pohon yang sesuai untuk ditanami di jalur hijau.

Kualitas Pohon

(41)

31

Jenis pohon di jalan Medan yang memiliki nilai kumulatif paling tinggi terdapat pada jenis mahoni dengan nilai 2,8 yang berjumlah 1 pohon. Hal ini disebabkan kesehatan pohon mahoni tersebut tidak baik, batang mahoni terdapat gerowong dan lebih dari setengah dari tajuk pohon tersebut kering.Jenis pohon yang memiliki nilai kumulatif paling rendah yaitu mahoni sebanyak 36 pohon dan glodokan sebanyak 8 pohon dengan nilai kumulatif 1. Hal ini terjadi karena pada pohon-pohon tersebut tidak ada dijumpai hama atau penyakit serta keberadaan pohon tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.

Jenis pohon di jalan Ahmad Yani yang memiliki nilai kumulatif paling tinggi terdapat pada jenis mahoni dengan nilai 3,04 yang berjumlah 1 pohon. Pohon tersebut memiliki gerowong pada batang serta beberapa tajuknya mati. Dari segi teknis pohon, keberadaan pohon tersebut mengancam bangunan yang ada di dekatnya karena tajuk pohon mahoni tersebut kemiringannya ≤600sehingga rentantumbang dan akan mengenai rumah dan bangunan lainnya. Selain itu, perakaran pohon mahoni tersebut telah merusak badan jalan, karena trotoar dan parit sudah rusak serta tanahnya bergelombang. Jenis pohon yang memiliki nilai kumulatif paling rendah yaitu jenis tanjung sebanyak 33 pohon, glodokan sebanyak 20 pohon dan mahoni sebanyak 1 pohon dengan nilai kumulatif 1. Pohon-pohon tersebut kualitasnya masih bagus karena masih sehat dan tidak mengganggu terhadap bangunan, jalan maupun kabel listik dan telepon.

(42)

32

mahonisudah muncul ke permukaan tanah sehingga menggangu pengguna jalan.Pohon yang memiliki nilai kumulatif paling rendah terdapat pada jenis tanjung sebanyak 4 pohon, glodokan sebanyak 3 pohon dan mahoni sebanyak 2 pohon dengan nilai kumulatif 1. Pohon-pohon tersebut masih memiliki kualitas yang bagus baik dari segi kesehatan pohon maupun segi teknis pohon.

Jenis pohon di jalan Sisingamangaraja yang memiliki nilai kumulatif paling tinggi terdapat pada jenis mahoni dengan nilai 3,68 sebanyak 1 pohon. Pohon tersebut memiliki kualitas yang sangat buruk, karena terdapat gerowong pada pangkal batang dan lebih dari setengah tajuknya mati. Selain itu perakaran lateral pohon mahoni tersebut sudah muncul ke permukaan tanah sehingga merusak trotoar, parit dan drainase. Kemiringan tajuk pohon 70-800 kearah rumah dan tingkat kemiringan tajuk terhadap kabel listrik dan telepon ≤60 0 yang rentan tumbang dan akan mengenai jaringan tersebut. Jenis pohon yang memiliki nilai kumulatif paling rendah terdapat pada jenis mahoni sebanyak 39 pohon, mangga sebanyak 4 pohon, glodokan sebanyak 2 pohon serta angsana dan talok masing-masing 1 pohon dengan nilai kumulatif 1. Pohon yang memiliki nilai kumulatif 1 kualitasnya masih bagus karena tidak ada ditemui hama dan penyakit serta pohon tidak mengganggu bangunan, jalan dan drainase dan kabel listrik atau telepon.

(43)

33

permukaan tanah sebanyak 3-4 akar yang akan mengganggu pengguna jalan, selain itu kemiringan pohon mencapai 60-700 ke arah kabel listrik dan telepon yang apabila tumbang akan mengenai jaringan tersebut. Jenis pohon yang memiliki nilai kumulatif rendah terdapat pada jenis glodokan sebanyak 10 pohon dan mahoni sebanyak 1 pohon dengan nilai kumulatif 1. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 2.Total Kualitas Pohon di 5 Jalur Hijau yang memiliki nilai kumulatif ≥2,5

Keterangan

Dari tabel2 dapat kita lihat Jalan Rakutta sembiring memiliki persentase pohon yang nilai kumulatif ≥2,5 paling tinggi yaitu 14,93% dengan jumlah pohon sebanyak 53 pohon. Hal ini dikarenakan pohon-pohon dijalan Rakutta sembiring sudah berumur tua dan tidak ada dilakukan perawatan pohon seperti pencabangan pohon. Sementara itu pohon jalan di Ahmad yani memiliki memiliki persentase pohon yang nilai kumulatif ≥2,5 paling rendah yaitu 2,3% dengan jumlah pohon sebanyak 5 pohon. Hal ini terjadi karena umur pohon yang ditanam belum terlalu tua dan perawatan pohon di jalur hijau tersebut masih dilakukan seperti pencabangan pohon maupun penutupan luka pada pohon.

(44)

34

itu pohon yang perakarannya sudah muncul ke permukaan tanah sehingga merusak trotoar, parit maupun drainase perlu dilakukan penebangan maupun perawatan agar tidak mengganggu keselamatan para pengguna jalan.

Pemilihan jenis tanaman yang akan menggantikan pohon yang sudah mati atau tidak sehat sebaiknyatidak hanya mempunyai satu manfaat. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2012) menyatakan, pohon yang ditanam harusmemiliki manfaat lain yaitu dari aspek ekologis,aspek estetika, aspek keselamatan dan aspek kenyamanan.Bagian dari tanaman yang menjadi pertimbangan pemanfaatannyaadalah dari organ (batang, daun, buah, bunga dan perakaranya sertasifat perkembangannya).

Sesuai pernyataan Dahlan (2004) bahwa untuk menjaga peran pohon sebagai pohon pelindung dan peneduh jalan perlu dilakukan usaha perawatan. Usaha perawatan diperlukan untuk pohon seperti: membersihkan lubang luka tersebut dengan mengecat untuk memperbaiki penampilan pohon dan menutup khususnya terhadap kambium yang terbuka, membuang jaringan kayu yang telah mati dan yang dapat menjadi sarang berkembangnya sumber penyakit.

(45)

35

Kesehatan pohon-pohon yang berada di jalur hijau tersebut sangat bergantung dari perawatan yang dilakukan. Perawatan seperti penyiraman (terlebih pada saat musim kemarau), pemupukan, pendangiran, pemangkasan dahan atau ranting yang sudah mengganggu kenyamanan pengguna jalan maupun dahan atau ranting yang patah serta pencegahan atau pemberantasan hama dan penyakit sangat penting dilakukan, agar dapat mengembalikan kualitas dan kuantitas penghijauan kota.

(46)

36 Tabel 3. Total Keseluruhan Kualitas Pohon

Kriteria

penilaian Faktor Nama jalan

Jumlah pohon

Jumlah persentase

Ringan Sedang Berat Sangat berat

(47)

37

Dari tabel 3 dapat kita lihat bahwa pohon-pohon yang berada di 5 kawasan jalur hijau masih tergolong dalam kategori sehat. Karena persentase kesehatan batang dan tajuk yang tertinggi masuk dalam kategori ringan. Sementara itu untuk segi teknis pohon, pohon-pohon tersebut perlu dilakukan perawatan yang lebih intensif karena dilihat dari persentasenya banyak pohon yang masuk dalam kategori sedang.

Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa kualitas pohon-pohon yang berada di 5 jalur hijau kota Pematangsiantar memiliki kesehatan yang bagus karena hanya sedikit pohon yang dijumpai terserang hama atau penyakit. Sementara itu untuk kualitas dari segi teknis pohon, pohon-pohon tersebut masuk dalam kategori sedang sehingga perlu dilakukan perawatan yang intensif agar tidak menganggu kenyamanan para pengguna jalan dan juga terhadap lingkungan sekitarnya.

Pemilihan jenis pohon yang sesuai untuk ditanam di jalur hijau menurut Departemen Kehutanan (1992) adalah : Mudah tumbuh pada tanah yang padat, Tidak memilki akar yang besar di permukaan tanah, Tahanterhadap hembusan angin yang kuat, Dahan dan ranting tidak mudah patah, Pohon tidak mudah tumbang, Buah tidak terlalu besar, Serasah yang dihasilkan sedikit, Tahan terhadap pencemar dari kendaraan motor dan industri, Luka akibat benturan mobil mudah sembuh, Cukup teduhtetapi tidak terlalu gelap, Kompatibel dengan tanaman lain, Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhannya indah.

(48)

38

adalah faktor keamanan bagi pemakai jalan. Tajuk pohon memberikan naungan yang sempurna tapi tidak terlalu teduh, agar tidak mengganggu lalu lintas.Tanaman yang tumbuh di tepi jalan harus tergolong dalam jenis tanaman yang mempunyai batang dan percabangan kuat, tidak mudah patah serta memiliki kelenturan yang cukup, sehingga pada saat tertiup angin yang kuat, tanaman tidak patah jatuh menimpa pemakai jalan.

Banyak hal yang menyebabkan menurunnya kualitas pohon-pohon tersebut, Menurut Pramukanto (2007) menyatakan toleransi terhadap deraan kondisi lingkungan sangat menentukan hidup sebuah pohon. Gangguan sistem perakaran seperti terpangkas saat melakukan penggalian, pelebaran jalan dan pemadatan tanah akibat tingginya aktivitas diatas tanah menyebabkan melemahnya fungsi penyangga akar. Selain itu, lingkungan kondisi fisik kota menciptakan kondisi ruang tumbuh yang tidak menguntungkan. Deraan berbagai polutan udara seperti Sox, Nox, serta temperatur udara yang tinggi menambah penyebab menurunnya kualitas pohon-pohon tersebut.

(49)

39

Untuk perawatan pada pohon-pohon yang berada di 5 jalur hijau kota Pematangsiantar ini dilakukan oleh Dinas Pertamanan. Adapun perawatan yang dilakukan contohnya adalah penyiraman saat musim kemarau dan penutupan luka melalui pengecatan. Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup yang melakukan penanaman vegetasi di jalur hijau juga mengharapkan kerja sama dari kelurahan dan warga dalam perawatan pohon-pohon jalur hijau tersebut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar, Untuk pencabangan dan penebangan pohon dilakukan apabila cabang ataupun ranting pohon sudah menganggu kenyamanan pengguna jalan. Selain itu pencabangan dan penebangan dapat dilakukan apabila ada masyarakat maupun instansi seperti PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang melaporkan perlu dilakukan pencabangan ataupun penebangan pohon pada pohon yang dianggap sudah membahayakan. Masyarakat dapat melapor ke kelurahan setempat, ke Dinas Penataan Ruang, Rumah dan Pemukiman (TARUKIM) maupun ke Dinas Lingkungan Hidup. Apabila masyarakat melaporkan perlu dilakukan penebangan pohon ke dinas TARUKIM, maka dinas TARUKIM tersebut akan melaporkan ke dinas lingkungan hidup, lalu dinas lingkungan hidup akan melakukan pengecekan langsung apakah pohon tersebut memang pantas untuk dilakukan penebangan atau tidak. Apabila pohon tersebut memang pantas untuk ditebang, maka dinas TARUKIM yang akan melakukan penebangan maupun pencabangan pohon.

(50)

40

pemasangan beton walaupun ada sebagian jalur yang belum dipasangi beton. Perawatan pohon seperti pemangkasan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta pemasangan beton selain untuk merawat pohon juga dapat menambah nilai estetika keberadaan pohon tersebut.

(51)

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis pohon yang berada di 5 kawasan jalur hijau kota Pematangsiantar didominasi oleh jenis Mahoni, yang terbanyak kedua adalah jenis Tanjung kemudian jenis Glodokan serta beberapa jenis Mangga, Talok, Angsana, Kerai payung, Rambutan dan Jambu air.

2. Kualitas pohon di 5 kawasan jalur hijau ditinjau dari segi kesehatan batang dan tajuk termasuk dalam kategori sehat, sedangkan ditinjau dari segi teknis kualitas pohon-pohon tersebut masuk dalam kategori sedang.

3. Kualitas pohon di jalur hijau jalan Rakutta sembiring lebih rendah dibandingkan jalur hijau yang lain, sementara kualitas pohon yang paling bagus terdapat pada jalur hijau jalan Ahmad yani.

Saran

(52)

42

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, M. 2005. Green Belt dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup Masyarakat di Perkotaan. Makalah Biologi Lingkungan. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Antari, A.A.R.J. dan Sundra, K. 2002. Kandungan Timah Hitam (Plumbum) Pada Tanaman Peneduh Jalan di Kota Denpasar. Paper Jurusan Biologi F.MIPA-UNUD.

Basri, I.S. 2009.Jalur Hijau (Green Belt) Sebagai Kontrol Polusi Udara Hubungannya Dengan Kualitas Hidup di Perkotaan. Fakultas Teknik Universitas Tadakula. Palu. Jurnal SMARTek. Vol.7. No.2, Mei 2009:113-120.

Cabang Dinas Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. APHI-IPB.Bogor.

Dahlan, E. N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul. 2010. Pohon Perindang Jalan. Diakses dari [30 Agustus 2015]

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Peraturan Lansekap Jalan Nomor 033/TBM/1996 Tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan, Jakarta.

Dirjen Penataan Ruang Departemen P.U. R.I. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta.

Fakuara, Y., Endes, N. D., Yahya, A. H., Ekarelawan,. Ida, A.S.D., Pringgidigdo., Sigit, P.H. 1991. Pemilihan Jenis Untuk Lansekap Jalan Raya: Studi Toleransi Tanaman Peneduh Jalan Terhadap Pencemar Udara dari Kendaraan Bermotor dan Kemampuannya Mengurangi Timbal. Media Persaki. Edisi I-MP/9/91.Jakarta.

Hakim, R. 2002. Arsitektur Lansekap :Manusia, Lingkungan dan Alam. Universitas Trisakti. Jakarta

(53)

43

Irwan, Z. D. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta.

Kurniawan, H dan Alfian, R. 2010. Konsep Pemilihan Vegetasi Lansekap Pada Taman Lingkungan di Bundaran Waru Surabaya. Buana Sains Volume 10 No 2 : 181-188. Surabaya.

Manik, D.S.H. 2011.Analisis Kualitas Pohon Pada Kawasan Jalur Hijau di Kota Medan.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Hutan Kota. Diakses dari [15 September 2015]

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Diakses dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada

Sistem Jaringan Jalan. Nomor: 05/Prt/M/2012. Diakses dari [30 Agustus 2015]

Pramukanto, Q. 2007. Pohon Kota Bila Tak Dikelola Berpotensi Berbahaya. Tabloid Rumah Sehat – 116 – V Hal : 19. Jakarta.

Purba, R. C. F. 2014. Efek Taman Hewan Pematangsiantar dan Pekuburan Cina di Siantar Barat Sebagai Pengendali Iklim Mikro. Tesis. Program Pasca Sarjana USU. Medan.

Purnomohadi, S. 1995. Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian dan Peningkatan Kualitas Udara di DKI Jakarta.Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Shannigrahi, A.S., T. Fukushima. Sharma, R.C. 2003. Air Pollution Control by Optimal Green Belt Development Around The Victoria Memorial Monument (India). Journal Environment Studies.Vol. 60.

Sunu, P. 2001. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta.

(54)

44

Tutur, L. 2011. Analisa Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan, Studi Kasus Kota Martapura. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 : 26-27 Oktober 2011. Palembang.

Wonorahardjo, S. Tedja, S. Edward, B. 2007. Studi Pengaruh Kualitas Vegetasi Pada Lingkungan Termal Kawasan Kota Bandung Menggunakan Citra Satelit.Instituk Teknologi Bandung. Bandung.

(55)

45 Lampiran 1. Kualitas Pohon di 5 Jalur Hijau

Gambar 1.Pohon-pohon yang berada di jalan Ahmad Yani

(56)

46 Lampiran 1. Lanjutan

Gambar 3. Pohon yang kesehatan batang dan tajuknya buruk dan menjadi ancaman terhadap bangunan dan kabel listrik di Jalan D.I Panjaitan

(57)

47 Lampiran 1.Lanjutan

Gambar 5. Pohon yang sudah dilakukan pemangkasan di jalan Medan

(58)

48 Lampiran 1.Lanjutan

Gambar 7. Pohon yang kesehatan batangnya buruk karena banyak terdapat gulma dan ada pemasangan spanduk pada batang pohon di Jalan Rakutta sembiring

(59)

49 Lampiran 1.Lanjutan

Gambar 9. Pohon yang sebagian besar tajuknya mati/ kering di Jalan Sisingamangaraja

(60)

50

Lampiran 2. Jenis Pohon yang terdapat di 5 Jalur Hijau

Gambar 1. Pohon Mahoni yang terdapat di kelima jalur hijau

(61)

51 Lampiran 2.Lanjutan

Gambar 3.Pohon Glodokan yang terdapat di kelima jalur hijau.

(62)

52 Lampiran 2.Lanjutan

Gambar 5. Pohon mangga yang terdapat di jalan Sisingamangaraja

(63)

53 Lampiran 2.Lanjutan

Gambar 7. Pohon Kerai payung yang terdapat di jalan D.I Panjaitan

(64)

54 Lampiran 2.Lanjutan

Gambar

Tabel 1. Total Jenis dan Jumlah Pohon di 5 Jalur Hijau Nama Jalan
Tabel 2.Total Kualitas Pohon di 5 Jalur Hijau yang memiliki nilai kumulatif  ≥2,5
Tabel 3. Total Keseluruhan Kualitas Pohon
Gambar 1.Pohon-pohon yang berada di jalan Ahmad Yani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan t erkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOM PREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT.. TOTAL LABA (RUGI)

The purpose of this report is to: (1) describe a technological advance- ment in which computerized edge detection algorithms are used in a dynamic fashion over the entire cardiac

Pajak penghasilan t erkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOM PREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT.. TOTAL LABA (RUGI)

The major findings of this study are that: (1) diet-in- duced HC in pigs resulted in an impairment of renal endothelium-dependent relaxation in response to both Ach and A23187; (2)

[r]

[r]

[r]

[r]