SKRIPSI
OLEH
WINDY PRANITA SARI NIM.111000219
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
WINDY PRANITA SARI NIM.111000219
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
YANG MEMENGARUHI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PENGEMUDI TRUK DI PT BERKATNUGRAHA SINARLESTARI, BELAWAN TAHUN 2015” ini
beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau
sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Medan, Juli 2015
Yang membuat pernyataan
perusahaan. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015.
Sampel pada penelitian ini adalah 39 pengemudi truk. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan menggunakan uji Exact Fisher dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Ganda dengan metode Backward Stepwise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengemudi truk yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 14 pengemudi (35,9%) dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 25 pengemudi (64,1%). Dari hasil uji exact fisher menunjukkan bahwa kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi fisik tubuh ada hubungan dengan potensi kecelakaan kerja. Hasil analisis regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh yang paling signifikan adalah kondisi fisik tubuh dengan nilai ρ=0,003 dan Eks (β)=0,065.
Disarankan kepada PT BerkatNugraha SinarLestari agar menyediakan bantalan bagi kursi pengemudi karena akan menyebabkan getaran keseluruh tubuh ketika melewati jalan yang rusak. Setelah mengemudi selama 4 jam pengemudi wajib melakukan istirahat minimal 30 menit dan sebelum berangkat melanjutkan perjalanan supaya melakukan peregangan otot kaki, tangan, bahu dan seluruh badan untuk melepaskan ketegangan otot dan kantuk. Selain itu juga, pengemudi wajib menyediakan air mineral selama perjalanan untuk menghilangkan haus maupun kantuk saat mengemudi dan lebih berhati-hati ketika mengemudikan truk.
that influence to the potential of the work accident of the truck drivers at PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan in 2015.
The research samples are 39 truck drivers. The characteristic of this research is analytic using cross sectional design. The data analysis used are univariate, bivariate using Exact Fisher test and multivariate using Binary Logistic Regression test with backward stepwise method.
The result of the research shows that truck drivers who ever got work accident are 14 drivers (35.9%) and 25 drivers (64.1%) are never got work accident. The result of exact fisher test show that the condition of the vehicle, the condition of the road and the condition of the body physical have a corellation to the potential of the work accident. The result of binary logistic regression test with backward stepwise method show that the most significant variable influence is the condition of the body physical with value ρ=0,003 and Exp (β)=0,065.
According to the result of this research, it is suggested to PT BerkatNugraha SinarLestari to provide a seat bearing for truck driver in order to reduce the vibration when they go passing the broken road. After driving for 4 hours, the drivers must take a rest at least 30minutes. After that, drivers must stretch leg, hand, shoulder, and the whole body muscles in order to release muscle tension and drowsiness before continuing the trip. In addition, the truck drivers must provide mineral water during the trip in order to left out thirsty or drowsiness while driving and be careful when driving a truck.
melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor Yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan
Kerja Pada Pengemudi Truk Di PT BerkatNugraha SinarLestari Belawan Tahun 2015” yang
merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis hingga skripsi dapat terwujud, terutama kepada Ibu Eka Lestari
Mahyuni, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes
selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dari pemikirannya dalam
mendidik, membimbing dan memberi masukan, saran serta kritikan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,
untuk itu kepada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.Ir.Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja FKM USU sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberi masukan dan
saran demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Ir.Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberi masukan dan
5. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara khususnya di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Pihak Perusahaan PT BerkatNugraha SinarLestari dan para pengemudi truk yang telah
membantu dan membimbing selama dalam melakukan penelitian .
7. Sahabat terkasih yaitu Irma Siburian, Irene Silitonga, Putri Lubis, Riris Manurung,
Martaria Panjaitan dan Noviyanti Sagala yang menjadi sahabat dalam susah dan senang
serta tetap memberikan motivasi dan penghiburan selama masa kuliah.
8. Kelompok Kecil Kadosy (Kak Henny Situmorang, Devy Damanik,Rina Munthe dan Rika)
yang telah memberikan doa, dukungan, semangat serta telah mengajarkan kasih kepada
penulis.
9. Teman-teman stambuk 2011, teman-teman PBL kelompok 25, teman-teman LKP Pabatu,
IMADA alias Ikatan Mahasiswa Parbada (Friska, Devy, Serani, Dian, Rahmah, Kristi dan
Nenti) dan teman-teman peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU serta
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga banyak mendukung
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kedua orangtua yang
terkasih untuk mama P. Hutagalung, bapak K. Simorangkir, dan adik-adik saya Frans Boy,
Agnesia dan Robert Parulian yang senantiasa memberikan nasihat, dukungan, semangat, doa
dan cinta kasih selama ini kepada penulis. Serta terkhusus untuk Donni Fernando Manurung
yang senantiasa memberikan semangat, doa dan kasih kepada penulis untuk selalu semangat
Medan, Juli 2015
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja ... 13
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 35
4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 51
4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 52
4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja ... 52
4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 53
4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Potensi Kecelakaan Kerja ... 54
4.2.1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengemudi ... 54
4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Mengemudi ... 56
4.2.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Tubuh ... 58
4.2.1.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kendaraan ... 61
4.2.1.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Jalan ... 63
4.2.1.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Cuaca... 65
4.2.2 Analisis Bivariat... 66
4.2.2.1 Hubungan Pengalaman Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 67
4.2.2.2 Hubungan Kemampuan Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 67
4.2.2.3 Hubungan Kondisi Fisik Tubuh dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 68
4.2.2.4 Hubungan Kondisi Kendaraan dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 69
4.2.2.5 Hubungan Kondisi Jalan dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 70
4.2.2.6 Hubungan Kondisi Cuaca dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 71
4.2.3 Analisis Multivariat ... 72
BAB V PEMBAHASAN ... 75
5.7 Pengaruh Kondisi Cuaca Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja ... 85
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
6.1 Kesimpulan ... 87 6.2 Saran ... 87
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 39
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada pengemudi
truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 51
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 52
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 53
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada pengemudi truk
di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 53
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan potensi kecelakaan kerja pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 54
Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pengalaman mengemudi pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 54
Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kategori pengalaman mengemudi
pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 56
Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengemudi pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 56
Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan kategori kemampuan mengemudi
pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 58
Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 59
Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi fisik tubuh pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 60
di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 63
Tabel 4.15 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 64
Tabel 4.16 Distribusi responden berdasarkan kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 65
Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi cuaca pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 65
Tabel 4.18 Hasil uji exact fisher pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari tahun 2015 ... 67
Tabel 4.19 Hasil uji exact fisher kemampuan mengemudi dengan potensi Kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari tahun 2015 ... 68
Tabel 4.20 Hasil uji exact fisher kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari tahun 2015 ... 69
Tabel 4.21 Hasil uji exact fisher kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
tahun 2015 ... 69
Tabel 4.22 Hasil uji exact fisher kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
tahun 2015 ... 70
Tabel 4.23 Hasil uji exact fisher kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
Backward Stepwise ... 73
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Master Data
Lampiran 5. Output Hasil Penelitian
Tempat : Pekanbaru
Tanggal Lahir : 26 Juni 1993
Suku Bangsa : Batak Toba
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nama Ayah : Kasim Simorangkir
Suku Bangsa Ayah : Batak Toba
Nama Ibu : Polorita Hutagalung
Suku Bangsa Ibu : Batak Toba
Jumlah Anggota Keluarga : 6 (enam) orang
Alamat Rumah : Jln. Sukadamai No.27 RT 005/RW 010 Kec.Pangkalan Kerinci Kota, Kab.Pelalawan, Riau.
Riwayat Pendidikan
Tahun 1998-1999 TK PGRI Pangkalan Kerinci
Tahun 1999-2005 SD Taruna Andalan Pangkalan Kerinci
Tahun 2005-2008 SMP Taruna Andalan Pangkalan Kerinci
Tahun 2008-2011 SMA Negeri 2 Pekanbaru
perusahaan. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015.
Sampel pada penelitian ini adalah 39 pengemudi truk. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan menggunakan uji Exact Fisher dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Ganda dengan metode Backward Stepwise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengemudi truk yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 14 pengemudi (35,9%) dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 25 pengemudi (64,1%). Dari hasil uji exact fisher menunjukkan bahwa kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi fisik tubuh ada hubungan dengan potensi kecelakaan kerja. Hasil analisis regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh yang paling signifikan adalah kondisi fisik tubuh dengan nilai ρ=0,003 dan Eks (β)=0,065.
Disarankan kepada PT BerkatNugraha SinarLestari agar menyediakan bantalan bagi kursi pengemudi karena akan menyebabkan getaran keseluruh tubuh ketika melewati jalan yang rusak. Setelah mengemudi selama 4 jam pengemudi wajib melakukan istirahat minimal 30 menit dan sebelum berangkat melanjutkan perjalanan supaya melakukan peregangan otot kaki, tangan, bahu dan seluruh badan untuk melepaskan ketegangan otot dan kantuk. Selain itu juga, pengemudi wajib menyediakan air mineral selama perjalanan untuk menghilangkan haus maupun kantuk saat mengemudi dan lebih berhati-hati ketika mengemudikan truk.
that influence to the potential of the work accident of the truck drivers at PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan in 2015.
The research samples are 39 truck drivers. The characteristic of this research is analytic using cross sectional design. The data analysis used are univariate, bivariate using Exact Fisher test and multivariate using Binary Logistic Regression test with backward stepwise method.
The result of the research shows that truck drivers who ever got work accident are 14 drivers (35.9%) and 25 drivers (64.1%) are never got work accident. The result of exact fisher test show that the condition of the vehicle, the condition of the road and the condition of the body physical have a corellation to the potential of the work accident. The result of binary logistic regression test with backward stepwise method show that the most significant variable influence is the condition of the body physical with value ρ=0,003 and Exp (β)=0,065.
According to the result of this research, it is suggested to PT BerkatNugraha SinarLestari to provide a seat bearing for truck driver in order to reduce the vibration when they go passing the broken road. After driving for 4 hours, the drivers must take a rest at least 30minutes. After that, drivers must stretch leg, hand, shoulder, and the whole body muscles in order to release muscle tension and drowsiness before continuing the trip. In addition, the truck drivers must provide mineral water during the trip in order to left out thirsty or drowsiness while driving and be careful when driving a truck.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan
bermotor di jalan. Jalan merupakan ruang/tempat berlalu lintas segala jenis
kendaraan bermotor, dengan berbagai dimensi, berbagai karakteristik kendaraan
maupun pengemudinya, berbagai kondisi lintasan, berbagai aturan, dan kondisi
cuaca yang tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu mengemudi sebenarnya
merupakan kegiatan yang mengandung resiko tinggi seperti kerugian, kerusakan,
kehilangan, kecelakaan bahkan kematian, dengan demikian pekerjaan mengemudi
membutuhkan perhatian penuh dengan konsentrasi sangat tinggi bagi seorang
pengemudi. Pengemudi wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan
penuh konsentrasi. Hal ini karena pengemudi bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap keselamatan dirinya, penumpang, muatan yang dibawa, maupun
pengguna jalan yang lain.
Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/Men/98
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja
didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian
kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian (Standar OHSAS
18001:2007). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat
diduga, tidak dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun
harta benda yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan serta dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Dalam Bustan (2007), ada 5 faktor yang berkaitan dengan peristiwa
kecelakaan lalu lintas, yaitu faktor-faktor pengemudi, penumpang, pemakai jalan,
kendaraan, dan fasilitas jalanan. Ditemukan kontribusi masing-masing faktor :
75% manusia, 5% faktor kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan,
dan faktor lainnya.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya suatu upaya untuk perbaikan
kualitas sumber daya manusia yang berpotensi terhadap timbulnya suatu kejadian
kecelakaan, maka untuk menjadi seorang pengemudi itu tidak mudah, bahkan
sulit, karena harus menguasai teknis kendaraan dengan cukup memadai, mampu
mengendalikan dan menguasai kendaraan dengan baik, memahami peraturan lalu
lintas dan fasilitas maupun peralatan pendukungnya, memahami dengan baik
hal-hal yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan, serta memiliki sikap dan
perilaku yang lebih sabar, toleran, hati-hati, waspada, serta menghormati dan
menghargai orang lain maupun diri sendiri (Kementerian Perhubungan Darat RI,
2014).
PT Jamsostek menyatakan pada tahun 2012 setiap hari ada 9 pekerja
peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, sementara total
kecelakaan kerja tersebut akibat masih terjadinya pengabaian atas keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan perusahaan (Anonim, 2013).
Menurut Kepala Divisi Teknis BPJS Ketenagakerjaan, Hendro Sucahyono
mengatakan bahwa sepanjang tahun 2013 rata-rata 9 peserta jaminan sosial
meninggal dunia/hari, 5-6 di antaranya karena kecelakaan lalu lintas, dan jumlah
kecelakaan kerja lebih besar terjadi di perusahaan namun biaya dan risiko kerja
lebih besar pada kecelakaan lalu lintas (Anonim, 2014). Direktur Keuangan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Herdy Trisanto mengatakan
angka kecelakaan kerja secara nasional mencapai 8.900 kasus dari Januari hingga
April 2014 (Anonim, 2014).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa
di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau
kerugian harta benda. Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat
disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu
lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan
dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian
dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).
Kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia juga cukup memprihatinkan,
dimana berdasarkan data kecelakaan lalu lintas di Dirjen Perhubungan Darat pada
meninggal dunia sebanyak 31.185 orang, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
117.949 kecelakaan dengan korban kecelakaan yang meninggal dunia sebanyak
29.544 orang, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan jumlah
kecelakaan yaitu 100.105 dengan jumlah korban kecelakaan yang meninggal
dunia sebanyak 26.416 (Kementerian Perhubungan Darat RI, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2008) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku aman pengemudi dump truck menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, lama kerja, beban kerja dan
pengembangan karir dengan perilaku aman. Sementara itu, ada hubungan antara
pelatihan K3, motivasi keselamatan, iklim K3, peranan kerja dan peran atasan
dengan perilaku aman bagi pengemudi dump truck.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Purnomo (2010) tentang hubungan
faktor personal dengan tindakan mengemudi agresif pada pengemudi truk
pengangkut produk menyatakan bahwa ada hubungan antara kemampuan,
pengetahuan, keterampilan, stres, dan motivasi dengan tindakan mengemudi
agresif pada pengemudi truk pengangkut produk di Sales Center PT X.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sinaga (2012) mengenai faktor
penyebab kecelakaan lalu lintas yang paling banyak adalah tindakan tidak aman
pengemudi (99,4%), disusul kondisi tidak aman lingkungan fisik (8,7%), kondisi
tidak aman kendaraan (2,1%), dan tindakan tidak aman penumpang (0,2%).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Manurung (2012) mengenai hubungan
faktor-faktor penyebab dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda
kecepatan tinggi) merupakan faktor tertinggi penyebab kecelakaan lalu lintas
disusul faktor lingkungan fisik (tikungan tajam) lalu faktor kendaraan (selip).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan dengan HRD PT BerkatNugraha
SinarLestari pada bulan Januari 2015, disampaikan bahwa perusahaan bergerak
dibidang Transport (trucking, forwarding, warehousing and stevedoring) yang memiliki truk yang membawa pulp hasil produksi dari PT Toba Pulp Lestari. PT BerkatNugraha SinarLestari juga memiliki cabang perusahaan di Porsea. PT
BerkatNugraha SinarLestari memiliki pengemudi truk sebanyak 94 orang dimana
48 orang bekerja di Belawan dan 46 orang bekerja di cabang Porsea. Sistem
trucking ialah pengemudi truk yang bekerja dengan melakukan perjalanan dengan rute perjalanan BelawanPorseaBelawan. Pengemudi melakukan satu trip
perjalanan selama 2-3 hari (karena antri bongkar-muat barang) dengan waktu
tempuh BelawanPorsea selama 12-14 jam. Pengemudi truk dengan sistem
trucking tersebut bekerja dengan rute perjalanan seperti berikut : Berangkat dari Belawan menuju Porsea Istirahat/makan Melanjutkan perjalanan ke Porsea
Istirahat/makan Tiba di Porsea Istirahat/tidur Antri bongkar-muat
pulp yang akan dibawa ke Belawan Persiapan akan berangkat/makan Berangkat dari Porsea menuju Belawan Tiba di Belawan Antri bongkar
muatan yang dibawa (pulp) kedalam gudang PT BerkatNugraha SinarLestari. Perusahaan tidak memiliki Standar Operasional Prosedur mengenai
kecelakaan. Perusahaan memiliki truk yang berasal dari tahun 1990an yang
sampai sekarang masih digunakan secara operasional oleh pengemudi perusahaan.
Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dengan 5 orang pengemudi
truk, didapatkan hasil bahwa ada yang mengalami kejadian kecelakaan kerja yang
dipengaruhi oleh kondisi pengemudi truk sendiri seperti mengantuk dan
terburu-buru, dan ada yang dipengaruhi oleh kondisi pengemudi kendaraan lain yang
ceroboh.
Untuk itu transportasi dan pengemudi merupakan salah satu resiko
keselamatan yang dihadapi oleh perusahaan pada saat perjalanan dari
pool/terminal ke lokasi atau saat melakukan kegiatan yang menunjang operasional
perusahaan. Kecelakaan yang terjadi pada pengemudi suatu perusahaan selain
merugikan secara langsung bagi korban yang bersangkutan, juga menimbulkan
dampak yang tidak ringan bagi perusahaan, yaitu meningkatnya biaya kompensasi
kesehatan, kerusakan truk (jika menggunakan truk perusahaan), berhentinya
waktu bekerja atau bahkan kehilangan seorang pengemudi yang berkualitas jika
sampai menimbulkan kematian atau ketidakmampuan untuk bekerja kembali.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang disebutkan di atas, maka
timbullah suatu masalah yang ingin penulis ketahui yaitu mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terhadap potensi
kecelakaan kerja pada pengemudi trukdi PT BerkatNugraha SinarLestari.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh faktor pekerja ( pengalaman mengemudi,
kemampuan mengemudi dan kondisi fisik tubuh) terhadap potensi
kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
b. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan,
kondisi jalan dan kondisi cuaca) terhadap potensi kecelakaan kerja pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
1.4 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian adalah :
1. Terhadap faktor pekerja ( pengalaman mengemudi, kemampuan
mengemudi dan kondisi fisik tubuh)
Ha : Ada pengaruh pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi
dan kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan kerja pada
pengemudi truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari
2. Terhadap faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan
kondisi cuaca)
Ha : Ada pengaruh kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca
terhadap potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT Berkat
1.5 Manfaat Penelitian
a. Memberikan masukan kepada perusahaan maupun pengemudi truk
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja
b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Kerja
2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk
selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta
dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan
serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai
suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya,
sehingga menghasilkan cedera yang riil.
Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
Menurut (Standar OHSAS 18001:1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan
kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan
dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari
keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan
Berdasarkan UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
Sedangkan menurut UU RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan
yang biasa atau wajar dilalui.
Ruang lingkup kecelakaan kerja pada suatu unit kerja atau perusahaan
adalah :
1. Kecelakaan akibat langsung dari suatu pekerjaan,
2. Kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (waktu kerja),
3. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang ada kaitannya dengan
pekerjaan,
4. Kecelakaan kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transportasi ke dan
dari tempat kerja.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak
dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda
yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan
serta dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke
2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja
Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak
diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau
kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya
kecelakaan kerja yang diusulkan oleh H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori
Domino Heinrich. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas
lima faktor yang saling berhubungan, yaitu :
1) kondisi kerja,
2) kelalaian manusia,
3) tindakan tidak aman,
4) kecelakaan, dan
5) cedera.
Teori Frank E. Bird Petersen mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu
kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta
kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Teori ini
memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen
yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan, antara lain :
a. Manajemen kurang kontrol
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung
d. Kontak peristiwa
Teori tentang terjadinya suatu kecelakaan antara lain :
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa
kecelakaan terjadi atas “kehendak Tuhan”, sehingga tidak ada pola yang
jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara
kebetulan saja.
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident Prone Theory), pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya
yang memang cenderung mengalami kecelakaan.
3. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factors), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan , dan faktor manusia
pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe conditions) dan tindakan atau perbuatan berbahaya (unsafe actions).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena
kesalahan manusia.
2.1.3 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Dalam setiap kegiatan manusia selalu terdapat kemungkinan terjadi
kecelakaan. Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan atau industri tidaklah
terjadi begitu saja tetapi ada faktor penyebabnya.
Menurut H.W.Heinrich pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh
conditions (keadaan tidak aman), dimana sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh unsafe conditions.
a. Unsafe action (tindakan tidak aman) adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur kselamatan kerja yang memberikan peluang terhadap terjadinya
kecelakaan.
b. Unsafe conditions (kondisi tidak aman) adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.
2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja
Manusia sebagai pengemudi adalah orang yang melaksanakan pekerjaan
mengemudikan, mengendalikan, dan mengarahkan kendaraan ke tempat tujuan
yang diinginkan. Manusia sebagai pengemudi memiliki faktor fisiologis dan
psikologis. Faktor fisiologis manusia yang dapat berpengaruh terhadap kejadian
kecelakaan adalah sistem syaraf, penglihatan, pendengaran, stabilitas perasaan,
indera lain (sentuh, bau), modifikasi (lelah, obat). Sedangkan faktor psikologis
berupa motivasi, intelegensia, pengalaman, emosi, kedewasaan, dan kebiasaan.
Faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian karena cenderung sebagai
penyebab potensial kecelakaan.
Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor
manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku “Management Losses” Bab II
tentang “The Causes and Effects of Loss” antara lain (Buchari,2007):
1. Ketidak seimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja
3. Kurang pengetahuan
4. Kurang terampil
5. Stres mental
6. Stres fisik
7. Motivasi menurun (kurang termotivasi)
Adapun karakteristik pengemudi truk, yaitu :
a. Usia
Faktor usia mempunyai hubungan langsung dengan daya nalar dan
pengetahuan seseorang. Semakin matang usia seseorang, biasanya cenderung
bertambah pengetahuan dan tingkat kedewasaannya. Memang diakui bahwa pada
usia muda seseorang lebih produktif dibandingkan ketika usia tua. Faktor usia
mempunyai hubungan langsung dengan logika berfikir dan pengetahuan
seseorang. Kemampuan dalam mengendalikan emosi psikis dapat mengurangi
terjadinya kecelakaan. Data kecelakaan dari Michigan dalam penelitian Daniel
Blower (1996) menyebutkan bahwa pengemudi usia muda memiliki pelanggaran
lalu lintas lebih banyak daripada pengemudi yang lebih tua, dengan proporsi
kecepatan tidak aman yang lebih tinggi, sembrono/ceroboh dan kegagalan untuk
menghasilkan pelanggaran. Jenis kecelakaan dengan pengemudi truk yang lebih
muda atas keterlibatan termasuk kecelakaan tunggal-kehilangan kontrol, tabrakan
belakang truk dan truk mundur ke truk.
b. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi
mengembangkan pengetahuan serta teknologi. Seseorang yang memiliki
pendidikan yang tinggi diasumsikan akan semakin bijak dalam mengambil
keputusan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap program peningkatan
pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap perilaku.
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi
pekerjaannya. Peristiwa kecelakaan kerja tentu ada penyebabnya. Salah satu
penyebab dari kecelakaan kerja adalah perbuatan tidak aman, seperti perbuatan
tidak aman yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan,
keletihan dan kelesuan, serta sikap dan tingkah laku yang tidak aman. Pendidikan
seseorang sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan kesadaran akan arti
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pandiedan Berek (2006), diperoleh
hasil bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan kecelakaan
kerja. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan
seorang tenaga kerja mempengaruhi cara berpikirnya dalam menghadapi
pekerjaannya, termasuk cara pencegahan kecelakaan maupun menghindari
kecelakaan saat ia melakukan pekerjaannya (Depkes RI, 1990).
c. Masa kerja
Lamanya bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini
didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman
kerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Russeng (2008), menyimpulkan umur,
lama kerja, penggunaan sabuk pengaman dan kelelahan merupakan faktor resiko
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap potensi
kecelakaan kerja pada pengemudi truk, yaitu:
1. Faktor Pekerja
A. Pengalaman mengemudi
Pengalaman mengemudi sangat ditentukan oleh lamanya seseorang
bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalamannya.
Pengalaman mengemudi juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.
Pengemudi yang berusia muda mempunyai keterampilan yang baik dalam
mengemudi akan tetapi juga paling sering terlibat dalam kecelakaan lalu lintas
karena lebih dari 70% pengemudi tersebut adalah pemula (Kartika, 2009).
B. Kemampuan mengemudi
Kemampuan seseorang dalam mengemudi dengan aman ditentukan oleh
faktor yang saling berkaitan, yaitu keterampilan mengemudi untuk mengendalikan
arah kendaraan meliputi cara membelok atau merubah arah, cara mundur, cara
mendahului kendaraan lain, cara mengikuti kendaraan lain serta mengendalikan
kecepatan kendaraan yang dikemudikan melalui sistem gas, rem dan perseneling
(Kementerian Perhubungan Darat RI, 2006).
Menurut UU RI Nomor 22 tahun 2009, pengemudi adalah orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah memiliki Surat Izin
Mengemudi dan pada Peraturan Pemerintah No.44 tahun 1993 pasal 27 ayat 1(g)
disebutkan syarat untuk memperoleh SIM pengemudi harus lulus ujian teori dan
Lengah adalah melakukan kegiatan lain sambil mengemudi yang dapat
mengakibatkan terganggunya konsentrasi pengemudi, seperti contohnya melihat
ke samping, menyalakan rokok, mengambil sesuatu atau menggunakan
handphone saat mengemudikan kendaraan. Lengah dapat mengakibatkan
pengendara menjadi kurang antisipasi dalam menghadapi situasi di jalan raya,
dalam situasi ini pengemudi tidak mampu memperkirakan bahaya yang mungkin
terjadi sehubungan dengan kondisi kendaraan dan lingkungan lalu lintas (Asrian,
2008).
C. Kondisi Fisik Tubuh
1. Kelelahan
Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis
dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis
dalam tubuh. Kelelahan lain berakibat menurunnya kemampuan kerja dan
kemampuan tubuh para pekerja.
Kelelahan akan mengurangi kemampuan pengemudi untuk dapat
mengambil keputusan dengan cepat dan kesulitan berkonsentrasi. Kelelahan juga
dapat mempengaruhi keseimbangan dan pandangan seseorang dalam berkendara.
Kondisi lelah dapat menimbulkan risiko kecelakaan. Kelelahan menyebabkan
pengemudi menjadi kurang waspada terhadap hal yang terjadi di jalan serta
kurang mampu bereaksi dengan cepat dan aman pada saat situasi genting terjadi.
Kelelahan pengemudi menyumbang lebih dari 25% kecelakaan (Asrian, 2008).
Menurut Suma’mur P.K (1989), tanda-tanda kelelahan yang utama adalah:
b. Perlambatan dan hambatan persepsi
c. Lambat dan sulit berfikir
d. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja
e. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental
2. Mengantuk
Pengemudi yang mengantuk adalah pengemudi yang kehilangan daya
reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan atau sudah mengemudikan
kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat. Sedangkan pengemudi yang lelah akan
sulit berkonsentrasi dan kurang waspada. Jadi pengemudi yang mengantuk dan
lelah akan sulit mampu bereaksi dengan cepat dan aman pada saat situasi genting
terjadi. Kelelahan pengemudi menyumbang lebih dari 25% kecelakaan (Asrian,
2008). Ciri-ciri mengantuk antara lain : menguap terus menerus, mengemudi
zig-zag, perih pada mata, kesulitan mengangkat kepala, lambat dalam bereaksi,
berhalusinasi, kesulitan mengingat beberapa kilometer yang lalu, mengemudi
dengan kecepatan yang berubah-ubah.
3. Mabuk
Pengemudi dalam keadaan mabuk dapat kehilangan kesadaran antara lain
karena pengaruh obat-obatan, alkohol, dan narkoba. Pengemudi yang
mengkonsumsi alkohol merasa mampu mengendarai kendaraan tetapi tidak dapat
memperhatikan hal penting lainnya seperti traffic light, mobil dari samping atau pejalan kaki yang sedang menyebrang. Sedangkan pengemudi yang menggunakan
obat-obatan dan narkoba merasa lemah, pusing dan mengantuk. Jika pengemudi
seseorang dan mengurangi kemampuan dalam memproses informasi yang
diterima. Mengkombinasikan obat-obatan dengan alkohol akan mempengaruhi
performa seseorang dalam berkendara dan berisiko tinggi menyebabkan
kecelakaan dengan dampak yang cukup parah (Kementerian Perhubungan Darat
RI, 2006).
2. Faktor Lingkungan Kerja A. Kondisi kendaraan
Disain kendaraan merupakan faktor engineering pada kendaraan yang dapat mengurangi terjadinya kecelakaan dan faktor yang dapat mengurangi cidera
yang dialami jika terjadi kecelakaan.Kendaraan harus mendapatkan perawatan
yang baik sehingga semua bagiannya berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem,
ban, kaca spion dan sebagainya. Adapun faktor kendaraan yang berisiko
menyebabkan kecelakaan pada pengemudi truk, adalah :
1. Rem
Menurut Aris Munandar (1993) dalam penelitian Kartika (2009), rem
blong adalah suatu keadaan dimana pada waktu pedal dipijak, pedal rem
menyentuh lantai kendaraan, meskipun telah diusahakan memompa pedal rem
tetapi keadaan tersebut tidak berubah dan rem tidak bekerja.
2. Ban
Kerusakan ban ada dua jenis, yaitu ban kempes dan pecah. Ban kempes
adalah suatu keadaan dimana meskipun ban sudah dipompa sesuai dengan tekanan
yang semestinya, ban tetap kempes dan harus sering dipompa, biasanya keadaan
suatu keadaan dimana terdapat lubang pada ban yang disebabkan oleh paku, batu
tajam, dan lain sebagainya. Ban selip adalah lepasnya kontak antara permukaan
jalan dengan roda kendaraan atau saat melakukan pengereman roda, kendaraan
memblokir sehingga pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraan.
3. Lampu kendaraan
Lampu kendaraan diperlukan untuk jalan pada malam hari sebagai
penerangan melihat jalan bagi pengemudi, sebagai tanda adanya kendaraan dan
pemberi isyarat untuk belok atau berhenti. Lampu-lampu dan pemantul cahaya
meliputi (PP RI No. 44 Tahun 1993) :
a) Lampu utama berfungsi sebagai alat penerangan jalan dan juga sebagai
penanda keberadaan kendaraan pada saat berkendara.
b) Lampu indikator/penunjuk arah secara berpasangan di bagian depan dan
bagian belakang sepeda motor. Lampu ini digunakan untuk memberitahu arah
tujuan kita saat berada di persimpangan kepada pengguna jalan lain di
belakang kita. Lampu ini juga dapat dipergunakan ketika akan berpindah
jalur.
c) Lampu rem yang berguna agar pengguna jalan di belakang kita dapat melihat
bahwa kita sedang melakukan pengereman.
B. Kondisi Jalan
Kondisi-kondisi jalan yang harus diperhatikan saat mengemudi, antara
lain:
1. Jalan berlubang merupakan kondisi ketika terdapat cekungan ke dalam pada
dan kedalaman yang berbeda dengan kondisi jalan di sekitarnya (Kartika,
2009).
2. Jalan rusak adalah jalan dengan kondisi permukaan jalannya tidak rata, bisa
jadi jalan yang belum diaspal, atau jalan aspal yang sudah mengalami
peretakan. Pada umumnya jalan rusak tidak terdapat di jalan arteri, namun
terdapat pada jalan-jalan lokal (Kartika, 2009).
3. Jalan licin dapat disebabkan karena jalan yang basah akibat hujan atau oli
yang tumpah; lumpur, salju dan es; marka jalan yang menggunakan cat; serta
permukaan dari besi atau rel kereta. Kondisi seperti ini menyebabkan
tergelincir dan jatuh atau menabrak jika kendaraan tidak melaju
perlahan-lahan. Pengereman secara mendadak akan mengakibatkan ban selip (Kartika,
2009).
4. Jalan menikung adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang
dari atau lebih dari 180º. Menurut Permana (2007) tikungan yang tajam
menghalangi pandangan pengemudi sehingga dapat menimbulkan kecelakaan
lalu lintas. Jika kendaraan akan membelok sebaiknya mengurangi laju
kendaraan agar dapat berhati-hati (Kartika, 2009).
5. Jalan gelap berisiko tinggi menimbulkan kecelakaan, hal ini karena pengguna
jalan tidak dapat melihat secara jelas pengguna jalan lain maupun kondisi
lingkungan saat berkendara, sehingga keberadaan lampu penerangan jalan
sangatlah penting. Penerangan jalan adalah lampu penerangan yang
disediakan bagi pengguna jalan. Pada fasilitas ini harus memenuhi
lintas, jarak tiang penerangan jalan sekurang-kurangnya 0,60 meter dari tepi
jalur lalu lintas, serta tinggi bagian yang paling bawah dari lampu penerangan
jalan sekurang-kurangnya 5 meter dari permukaan jalan. Jalan tanpa alat
penerangan jalan akan sangat membahayakan dan berpotensi tinggi
menimbulkan kecelakaan. Pada tahun 1997, 25% dari sepeda motor
mengalami kecelakaan antara jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Pada malam hari
pengemudi mengalami kesulitan melihat atau dilihat (oleh pengemudi lain)
dengan jelas. Bahkan dengan bantuan lampu depan sekalipun, pengemudi
mengalami kesulitan untuk mengetahui kondisi jalan ataupun sesuatu yang
ada di jalan. Pengemudi lainnya mungkin juga mengalami kesulitan melihat
lampu depan dan lampu belakang karena terhalang oleh kendaraan lainnya
(Kartika, 2009).
C. Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca yang perlu diperhatikan pada saat mengemudi yaitu hujan
dan kabut.
1. Saat kondisi hujan
Ketika kondisi hujan dibutuhkan kehati-hatian dalam mengemudi. Karena
jika tidak berhati-hati maka akan terjadi peristiwa yang disebut hydroplaning atau aquaplaning, yaitu kondisi mengemudi di atas lapisan air yang tipis (sehingga
mengurangi daya “cengkeram” ban ke permukaan jalan). Hydroplaning terjadi
karena kombinasi dari kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi, jalanan licin atau
2. Saat kondisi kabut
Dua hal yang perlu diperhatikan ketika mengemudi pada kondisi jalan
berkabut, yaitu kecepatan kendaraan harus dikurangi dan penggunaan lampu
kabut yang terangnya mengarah ke bawah atau penggunaan lampu hazard.
2.1.5 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Menurut Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan dikategorikan atas
kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).
1. Kerugian Langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung
dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut :
a. Biaya pengobatan dan kompensasi
b. Kerusakan sarana produksi
2. Kerugian Tidak Langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering
disebut juga kerugian tersembunyi (hidden cost), seperti berikut: a. Kerugian jam kerja
b. Kerugian produksi
c. Kerugian sosial
d. Citra dan kepercayaan konsumen
Akibat atau dampak kecelakaan kerja yang pada Buchari (2007),
mengatakan bahwa :
A. Kerugian bagi instansi
1) Biaya pengangkutan korban kerumah sakit
3) Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga
menghambat kelancaran program
4) Mencari pengganti atau melatih tenaga baru
5) Mengganti/memperbaiki mesin yang rusak
6) Kemunduran mental para pekerja
B. Kerugian bagi korban
Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai
mengakibatkan ia sampai cacat atau meninggal duni ini berarti hilangnya
pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap
putra-putrinya.
C. Kerugian bagi masyarakat atau negara
Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi
yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan tersebut dan
merupakan pengaruh bagi harga di pasaran.
2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep
keselamatan transportasi berkelanjutan yang menekankan pada prinsip
transportasi yang aman, nyaman, cepat, bersih (mengurangi polusi/pencemaran
udara) dan dapat diakses oleh semua orang dan kalangan, baik oleh para
penyandang cacat, anak-anak, ibu-ibu maupun para lanjut usia (Kementerian
Perhubungan Darat RI, 2006). Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan
tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan
analisis penyebab kecelakaan harus benar-benar diketahui dan diterapkan
sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu
peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya
dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden
kecelakaan di perusahaan serta mengases besarnya risiko bahaya.
Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada
lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor
manusia.
1. Lingkungan
Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,
pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara
ruang kerja
b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja
yang dapat menjamin keselamatan
c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan
penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan
tempat dan ruangan
2. Mesin dan peralatan kerja
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat
dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas
telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup
pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap
mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.
3. Perlengkapan kerja
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi
pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang
kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam
penggunaannya.
4. Faktor manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan
hal-hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari
perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya
ketidakcocokan fisik dan mental.
2.2 Tata Cara Berlalu Lintas
Dalam buku Panduan Praktis Berlalu Lintas oleh Direktorat Lalu Lintas
Polisi Republik Indonesia, menyebutkan tata cara berlalu lintas adalah sebagai
berikut :
2.2.1 Ketertiban dan Keselamatan
1. Setiap orang yang menggunakan jalan wajib :
b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan
dan keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat
menimbulkan kerusakan jalan.
2. Setiap pengemudi kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan :
a. Rambu-rambu lalu lintas.
b. Marka jalan.
c. Alat pemberi isyarat lalu lintas.
d. Gerakan lalu lintas.
e. Berhenti dan parkir.
f. Peringatan dengan bunyi dan sinar.
g. Kecepatan maksimal atau minimal, dan / atau
h. Tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.
3. Pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor dijalan pengemudi
kendaraan bermotor wajib menunjukkan :
a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) atau Surat Tanda
Coba Kendaraan Bermotor (STCK)
b. Surat Izin Mengemudi (SIM)
c. Bukti lulus uji berkala, dan / atau
d. Tanda bukti lain yang sah.
4. Setiap pengemudi kendaraan bermotor roda empat atau lebih di jalan dan
penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk
5. Setiap pengemudi kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang tidak
dilengkapi dengn rumah-rumah di jalan dan penumpang yang duduk
disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan
helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.
6. Setiap orang yang mengendarai dan penumpang sepeda motor wajib
mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.
7. Pengendara sepeda motor tanpa kereta samping dilarang penumpang lebih
dari 1 (satu) orang.
2.2.2 Pengunaan Lampu
1. Pengemudi kendaraan bermotor wajib menyalakan lampu utama
kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari dan pada
kondisi tertentu
2. Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud diatas wajib menyalakan lampu utama pada siang hari.
2.2.3 Jalur atau Lajur Lalu Lintas
1. Dalam berlalu lintas Pengguna jalan harus menggunakan jalur jalan
sebelah kiri
2. Penggunaan jalan selain jalur sebelah kiri hanya dapat dilakukan apabila :
a. Pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan didepannya; atau
b. Diperintahkan oleh petugs Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk digunakan sementara sebagai jalur kiri.
3. Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil
4. Jalur kanan hanya diperuntukkan bagi kendaraan kecepatan lebih tinggi,
akan membelok, mengubah arah, atau mendahului kendaraan lain.
2.2.4 Tata Cara Melewati
1. Pengemudi Kendaraan bermotor yang akan melewati kendaraan lain haru s
menggunakan lajur atau jalur jalan sebelah kanan dari kendaraan yang
akan dilewati, mempunyai jarak pandang yang bebas dan tersedia ruang
yang cukup bagi kendaraan yang akan dilewati.
2. Dalam keadaan tertentu, pengemudi dapat menggunakan lajur jalan
sebelah kiri dengan tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
3. Apabila kendaraan yang akan dilewati telah memberi isyarat akan
menggunakan lajur atau jalur jalan sebelah kanan, pengemudi
sebagaimana dimaksud dilarang melewati kendaraan tersebut.
2.2.5 Berpapasan
1. Pengemudi yang berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan
pada jalan dua arah yang tidak dipisahkan secara jelas wajib memberikan
ruang gerak yang cukup di sebelah kanan kendaraan.
2. Pengemudi sebagaimana dimaksud jika terhalang oleh suatu rintangan stsu
pengguna jalan lain di depannya wajib mendahulukan kendaraan yang
datang dari arah berlawanan.
2.2.6 Tanjakan dan Turunan
Pada jalan yang menanjak atau menurun yang tidak memungkinkan bagi
menurun wajib memberi kesempatan jalan kepada kendaraan yang
mendaki.
2.2.7 Belokan atau Simpangan
1. Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib
mengamati situasi lalu lintas di depan, disamping dan dibelakang
kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau
isyarat tangan.
2. Pengemudi kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak kesamping
wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, disamping dan dibelakang
kendaraan serta memberikan isyarat.
3. Pada persimpangan jalan yang dilengkapi alat pemberi isyarat lalu lintas,
pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan
lain oleh rambu lalu lintas atau alat pemberi isyarat lalu lintas.
2.2.8 Persimpangan sebidang
1. Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan alat pemberi
isyarat lalu lintas, pengemudi wajib memberikan hak utama kepada :
a. Kendaraan yang datang dari arah depan dan / atau dari arah cabang
persimpangan yang lain jika hal itu dinyatakan dengan rambu lalu lints
atau marka jalan.
b. Kendaraan dari jalan utama jika pengemudi tersebut datang dari
cabang persimpangan yang lebih kecil atau dari pekarangan yang
c. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan sebelah kiri
jika cabang persimpangan 4 (empat) atau lebih dan sama besar.
d. Kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kiri di persimpangan
3 (tiga) yang tidak tegak lurus; atau
e. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan yang lurus
pada persimpangan 3 (tiga) tegak lurus.
2. Jika persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali lalu lintas yang
berbentuk kendaraan, pengemudi harus memberikan hak utama kepada
kendaraan lain yang datang dari arah kanan.
2.2.9 Kecepatan
Pengemudi kendaraan bermotor dijalan dilarang :
1. Mengemudikan kendaraan melebihi batas kecepatan paling tinggi yang
ditetapkan secara nasional dan ditentukan berdasarkan kawasan
pemukiman, perkotaan, jalan antar kota dan jalan bebas hambatan dan
dinyatakan dengan rambu lalu lintas.
2. Berbalapan dengan kendaraan bermotor lain.
3. Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan ditetapkan
dengan batas absolut.
2.2.10 Memperlambat kendaraan
1. Pengemudi harus memperhatikan kendaraan sesuai dengan Rambu lalu
lintas.
a. Akan melewati kendaraan bermotor umum yang sedang menurunkan
dan menaikkan penumpang.
b. Akan melewati kendaraan tidak bermotor yang ditarik oleh
hewan-hewan yang ditunggangi, atau hewan-hewan yang digiring.
c. Cuaca hujan dan /atau genangan air.
d. Memasuki pusat kegiatan masyarakat yang belum dinyatakan dengan
Rambu lalu lintas.
e. Mendekati persimpangan atau perlintasan sebidang kereta api dan /
atau
f. Melihat dan mengetahui ada pejalan kaki yang akan menyeberang.
Pengemudi yang memperlambat kendaraannya harus mengamati situasi
lalu lintas di samping dan dibelakang kendaraan dengan cara yang tidak
membahayakan kendaraan lain.
2.2.11 Berhenti
Setiap kendaraan bermotor umum dalam trayek, setiap kendaraan
bermotor dapat berhenti disetiap jalan, kecuali :
1. Terdapat rambu larangan berhenti dan / atau marka jalan yang bergaris
utuh.
2. Pada tempat tertentu yang dapat membahayakan keamanan,
keselamatan seta mengganggu ketertibatan dan kelancaran lalu lintas
2.2.12 Berkendara dengan aman
1. Kenali karakter kendaraan anda berikut fungsi dari system
keselamatannya.
2. Gunakan sabuk pengaman selama anda berada didalam kendaraan.
3. Tentukan tujuan kemana anda akan pergi gunakan kaca spion untuk
mengetahui keadaan sekitar anda.
4. Berkendaralah dengan kecepatan sesuai dengan kemampuan dan
peraturan.
5. Sadari batas kemampuan mengemudi anda, jangan terlalu percaya diri
dengan berani mengambil resiko dan hindari situasi bahaya sedini
mungkin.
6. Berpikir jauh kedepan dan selalu siap terhadap apapun yang akan terjadi.
7. Pertimbangkan akibat tindakan anda terhadap pengguna jalan lainnya
karena kemampuan mereka tidak sama dengan anda.
8. Bereaksilah sesudah pengguna jalan lainnya bereaksi dengan memberikan
isyarat melalui sarana komunikasi antar kendaraan.
9. Gunakan semua prinsip mengemudi yang baik dan benar dari pengalaman
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Adapun kerangka konsep dari penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Lingkungan Kerja
1. Kondisi Kendaraan
2. Kondisi Jalan
3. Kondisi Cuaca Faktor Pekerja
1. Pengalaman Mengemudi
2. Kemampuan Mengemudi
3. Kondisi Fisik Tubuh Potensi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik
dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk mencari pengaruh antara variabel independen
(faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Secara analitik dimaksudkan
untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel independen (pengalaman
mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan,
kondisi jalan, dan kondisi cuaca) dengan variabel dependen (potensi kecelakaan
kerja).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari, Belawan Tahun 2015 dengan alasan :
1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan
penelitian pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah pengemudi truk PT BerkatNugraha SinarLestari
yang bekerja pada tahun 2015 yaitu 94 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik purposive sampling atau judgemental sampling, yaitu yang memenuhi kriteria sebuah sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proses
pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem
trucking (BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan sistem trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan
sistem langsir dan pengemudi yang bekerja di cabang Porsea. Berdasarkan kriteria
diatas, maka didapat 39 orang yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan
(pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh) dan
faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca). Kuesioner yang digunakan berdasarkan pedoman dari Direktorat Lalu
Lintas Polisi Republik Indonesia.
3.4.2 Data Sekunder
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak PT BerkatNugraha
SinarLestari mengenai dokumen maupun informasi yang terkait dengan
penelitian ini dan mengenai jumlah pengemudi sebagai bahan penentuan sampel.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan langsung oleh peneliti dengan
menggunakan kuesioner lembar checklist dan pertanyaan tertutup sesuai dengan variabel. Peneliti datang ke lokasi responden. Sebelum responden mengisi
kuesioner terlebih dahulu peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya. Kemudian responden
mengisi informat consent, dan mengisi sendiri kuesioner penelitian. Setelah
selesai di isi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kembali.
3.5 Definisi Operasional
1. Pengalaman mengemudi adalah keadaan responden dalam pengalamannya
sebagai pengemudi dan pengalaman dalam mengatasi situasi ataupun