• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari Belawan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari Belawan Tahun 2015"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

WINDY PRANITA SARI NIM.111000219

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

WINDY PRANITA SARI NIM.111000219

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

YANG MEMENGARUHI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PENGEMUDI TRUK DI PT BERKATNUGRAHA SINARLESTARI, BELAWAN TAHUN 2015” ini

beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau

sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Juli 2015

Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

perusahaan. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015.

Sampel pada penelitian ini adalah 39 pengemudi truk. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan menggunakan uji Exact Fisher dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Ganda dengan metode Backward Stepwise.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengemudi truk yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 14 pengemudi (35,9%) dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 25 pengemudi (64,1%). Dari hasil uji exact fisher menunjukkan bahwa kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi fisik tubuh ada hubungan dengan potensi kecelakaan kerja. Hasil analisis regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh yang paling signifikan adalah kondisi fisik tubuh dengan nilai ρ=0,003 dan Eks (β)=0,065.

Disarankan kepada PT BerkatNugraha SinarLestari agar menyediakan bantalan bagi kursi pengemudi karena akan menyebabkan getaran keseluruh tubuh ketika melewati jalan yang rusak. Setelah mengemudi selama 4 jam pengemudi wajib melakukan istirahat minimal 30 menit dan sebelum berangkat melanjutkan perjalanan supaya melakukan peregangan otot kaki, tangan, bahu dan seluruh badan untuk melepaskan ketegangan otot dan kantuk. Selain itu juga, pengemudi wajib menyediakan air mineral selama perjalanan untuk menghilangkan haus maupun kantuk saat mengemudi dan lebih berhati-hati ketika mengemudikan truk.

(6)

that influence to the potential of the work accident of the truck drivers at PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan in 2015.

The research samples are 39 truck drivers. The characteristic of this research is analytic using cross sectional design. The data analysis used are univariate, bivariate using Exact Fisher test and multivariate using Binary Logistic Regression test with backward stepwise method.

The result of the research shows that truck drivers who ever got work accident are 14 drivers (35.9%) and 25 drivers (64.1%) are never got work accident. The result of exact fisher test show that the condition of the vehicle, the condition of the road and the condition of the body physical have a corellation to the potential of the work accident. The result of binary logistic regression test with backward stepwise method show that the most significant variable influence is the condition of the body physical with value ρ=0,003 and Exp (β)=0,065.

According to the result of this research, it is suggested to PT BerkatNugraha SinarLestari to provide a seat bearing for truck driver in order to reduce the vibration when they go passing the broken road. After driving for 4 hours, the drivers must take a rest at least 30minutes. After that, drivers must stretch leg, hand, shoulder, and the whole body muscles in order to release muscle tension and drowsiness before continuing the trip. In addition, the truck drivers must provide mineral water during the trip in order to left out thirsty or drowsiness while driving and be careful when driving a truck.

(7)

melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor Yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan

Kerja Pada Pengemudi Truk Di PT BerkatNugraha SinarLestari Belawan Tahun 2015” yang

merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu penulis hingga skripsi dapat terwujud, terutama kepada Ibu Eka Lestari

Mahyuni, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes

selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dari pemikirannya dalam

mendidik, membimbing dan memberi masukan, saran serta kritikan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,

untuk itu kepada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Ir.Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja FKM USU sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberi masukan dan

saran demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Ir.Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberi masukan dan

(8)

5. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara khususnya di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

6. Pihak Perusahaan PT BerkatNugraha SinarLestari dan para pengemudi truk yang telah

membantu dan membimbing selama dalam melakukan penelitian .

7. Sahabat terkasih yaitu Irma Siburian, Irene Silitonga, Putri Lubis, Riris Manurung,

Martaria Panjaitan dan Noviyanti Sagala yang menjadi sahabat dalam susah dan senang

serta tetap memberikan motivasi dan penghiburan selama masa kuliah.

8. Kelompok Kecil Kadosy (Kak Henny Situmorang, Devy Damanik,Rina Munthe dan Rika)

yang telah memberikan doa, dukungan, semangat serta telah mengajarkan kasih kepada

penulis.

9. Teman-teman stambuk 2011, teman-teman PBL kelompok 25, teman-teman LKP Pabatu,

IMADA alias Ikatan Mahasiswa Parbada (Friska, Devy, Serani, Dian, Rahmah, Kristi dan

Nenti) dan teman-teman peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU serta

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga banyak mendukung

penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kedua orangtua yang

terkasih untuk mama P. Hutagalung, bapak K. Simorangkir, dan adik-adik saya Frans Boy,

Agnesia dan Robert Parulian yang senantiasa memberikan nasihat, dukungan, semangat, doa

dan cinta kasih selama ini kepada penulis. Serta terkhusus untuk Donni Fernando Manurung

yang senantiasa memberikan semangat, doa dan kasih kepada penulis untuk selalu semangat

(9)

Medan, Juli 2015

(10)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja ... 13

(11)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 35

4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 51

4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 52

4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja ... 52

4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 53

4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Potensi Kecelakaan Kerja ... 54

4.2.1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengemudi ... 54

4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Mengemudi ... 56

4.2.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Tubuh ... 58

4.2.1.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kendaraan ... 61

4.2.1.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Jalan ... 63

4.2.1.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Cuaca... 65

4.2.2 Analisis Bivariat... 66

4.2.2.1 Hubungan Pengalaman Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 67

4.2.2.2 Hubungan Kemampuan Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 67

4.2.2.3 Hubungan Kondisi Fisik Tubuh dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 68

4.2.2.4 Hubungan Kondisi Kendaraan dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 69

4.2.2.5 Hubungan Kondisi Jalan dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 70

4.2.2.6 Hubungan Kondisi Cuaca dengan Potensi Kecelakaan Kerja ... 71

4.2.3 Analisis Multivariat ... 72

BAB V PEMBAHASAN ... 75

(12)

5.7 Pengaruh Kondisi Cuaca Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja ... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Kesimpulan ... 87 6.2 Saran ... 87

(13)

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 39

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada pengemudi

truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 51

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 52

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 53

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada pengemudi truk

di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 53

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan potensi kecelakaan kerja pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 54

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pengalaman mengemudi pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 54

Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kategori pengalaman mengemudi

pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 56

Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengemudi pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 56

Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan kategori kemampuan mengemudi

pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 58

Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 59

Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi fisik tubuh pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 60

(14)

di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 63

Tabel 4.15 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 64

Tabel 4.16 Distribusi responden berdasarkan kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 65

Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi cuaca pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 ... 65

Tabel 4.18 Hasil uji exact fisher pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari tahun 2015 ... 67

Tabel 4.19 Hasil uji exact fisher kemampuan mengemudi dengan potensi Kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari tahun 2015 ... 68

Tabel 4.20 Hasil uji exact fisher kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari tahun 2015 ... 69

Tabel 4.21 Hasil uji exact fisher kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

tahun 2015 ... 69

Tabel 4.22 Hasil uji exact fisher kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

tahun 2015 ... 70

Tabel 4.23 Hasil uji exact fisher kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

(15)

Backward Stepwise ... 73

(16)
(17)

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Master Data

Lampiran 5. Output Hasil Penelitian

(18)

Tempat : Pekanbaru

Tanggal Lahir : 26 Juni 1993

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : Kasim Simorangkir

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Polorita Hutagalung

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Jumlah Anggota Keluarga : 6 (enam) orang

Alamat Rumah : Jln. Sukadamai No.27 RT 005/RW 010 Kec.Pangkalan Kerinci Kota, Kab.Pelalawan, Riau.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1998-1999 TK PGRI Pangkalan Kerinci

Tahun 1999-2005 SD Taruna Andalan Pangkalan Kerinci

Tahun 2005-2008 SMP Taruna Andalan Pangkalan Kerinci

Tahun 2008-2011 SMA Negeri 2 Pekanbaru

(19)

perusahaan. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015.

Sampel pada penelitian ini adalah 39 pengemudi truk. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan menggunakan uji Exact Fisher dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Ganda dengan metode Backward Stepwise.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengemudi truk yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 14 pengemudi (35,9%) dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 25 pengemudi (64,1%). Dari hasil uji exact fisher menunjukkan bahwa kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi fisik tubuh ada hubungan dengan potensi kecelakaan kerja. Hasil analisis regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh yang paling signifikan adalah kondisi fisik tubuh dengan nilai ρ=0,003 dan Eks (β)=0,065.

Disarankan kepada PT BerkatNugraha SinarLestari agar menyediakan bantalan bagi kursi pengemudi karena akan menyebabkan getaran keseluruh tubuh ketika melewati jalan yang rusak. Setelah mengemudi selama 4 jam pengemudi wajib melakukan istirahat minimal 30 menit dan sebelum berangkat melanjutkan perjalanan supaya melakukan peregangan otot kaki, tangan, bahu dan seluruh badan untuk melepaskan ketegangan otot dan kantuk. Selain itu juga, pengemudi wajib menyediakan air mineral selama perjalanan untuk menghilangkan haus maupun kantuk saat mengemudi dan lebih berhati-hati ketika mengemudikan truk.

(20)

that influence to the potential of the work accident of the truck drivers at PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan in 2015.

The research samples are 39 truck drivers. The characteristic of this research is analytic using cross sectional design. The data analysis used are univariate, bivariate using Exact Fisher test and multivariate using Binary Logistic Regression test with backward stepwise method.

The result of the research shows that truck drivers who ever got work accident are 14 drivers (35.9%) and 25 drivers (64.1%) are never got work accident. The result of exact fisher test show that the condition of the vehicle, the condition of the road and the condition of the body physical have a corellation to the potential of the work accident. The result of binary logistic regression test with backward stepwise method show that the most significant variable influence is the condition of the body physical with value ρ=0,003 and Exp (β)=0,065.

According to the result of this research, it is suggested to PT BerkatNugraha SinarLestari to provide a seat bearing for truck driver in order to reduce the vibration when they go passing the broken road. After driving for 4 hours, the drivers must take a rest at least 30minutes. After that, drivers must stretch leg, hand, shoulder, and the whole body muscles in order to release muscle tension and drowsiness before continuing the trip. In addition, the truck drivers must provide mineral water during the trip in order to left out thirsty or drowsiness while driving and be careful when driving a truck.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan

bermotor di jalan. Jalan merupakan ruang/tempat berlalu lintas segala jenis

kendaraan bermotor, dengan berbagai dimensi, berbagai karakteristik kendaraan

maupun pengemudinya, berbagai kondisi lintasan, berbagai aturan, dan kondisi

cuaca yang tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu mengemudi sebenarnya

merupakan kegiatan yang mengandung resiko tinggi seperti kerugian, kerusakan,

kehilangan, kecelakaan bahkan kematian, dengan demikian pekerjaan mengemudi

membutuhkan perhatian penuh dengan konsentrasi sangat tinggi bagi seorang

pengemudi. Pengemudi wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan

penuh konsentrasi. Hal ini karena pengemudi bertanggung jawab sepenuhnya

terhadap keselamatan dirinya, penumpang, muatan yang dibawa, maupun

pengguna jalan yang lain.

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/Men/98

adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat

menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja

didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat

menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian

kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian (Standar OHSAS

18001:2007). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat

(22)

diduga, tidak dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun

harta benda yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan serta dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju

tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Dalam Bustan (2007), ada 5 faktor yang berkaitan dengan peristiwa

kecelakaan lalu lintas, yaitu faktor-faktor pengemudi, penumpang, pemakai jalan,

kendaraan, dan fasilitas jalanan. Ditemukan kontribusi masing-masing faktor :

75% manusia, 5% faktor kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan,

dan faktor lainnya.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya suatu upaya untuk perbaikan

kualitas sumber daya manusia yang berpotensi terhadap timbulnya suatu kejadian

kecelakaan, maka untuk menjadi seorang pengemudi itu tidak mudah, bahkan

sulit, karena harus menguasai teknis kendaraan dengan cukup memadai, mampu

mengendalikan dan menguasai kendaraan dengan baik, memahami peraturan lalu

lintas dan fasilitas maupun peralatan pendukungnya, memahami dengan baik

hal-hal yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan, serta memiliki sikap dan

perilaku yang lebih sabar, toleran, hati-hati, waspada, serta menghormati dan

menghargai orang lain maupun diri sendiri (Kementerian Perhubungan Darat RI,

2014).

PT Jamsostek menyatakan pada tahun 2012 setiap hari ada 9 pekerja

peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, sementara total

(23)

kecelakaan kerja tersebut akibat masih terjadinya pengabaian atas keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan perusahaan (Anonim, 2013).

Menurut Kepala Divisi Teknis BPJS Ketenagakerjaan, Hendro Sucahyono

mengatakan bahwa sepanjang tahun 2013 rata-rata 9 peserta jaminan sosial

meninggal dunia/hari, 5-6 di antaranya karena kecelakaan lalu lintas, dan jumlah

kecelakaan kerja lebih besar terjadi di perusahaan namun biaya dan risiko kerja

lebih besar pada kecelakaan lalu lintas (Anonim, 2014). Direktur Keuangan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Herdy Trisanto mengatakan

angka kecelakaan kerja secara nasional mencapai 8.900 kasus dari Januari hingga

April 2014 (Anonim, 2014).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa

di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan

atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau

kerugian harta benda. Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat

disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu

lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan

dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa

pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian

dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).

Kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia juga cukup memprihatinkan,

dimana berdasarkan data kecelakaan lalu lintas di Dirjen Perhubungan Darat pada

(24)

meninggal dunia sebanyak 31.185 orang, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi

117.949 kecelakaan dengan korban kecelakaan yang meninggal dunia sebanyak

29.544 orang, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan jumlah

kecelakaan yaitu 100.105 dengan jumlah korban kecelakaan yang meninggal

dunia sebanyak 26.416 (Kementerian Perhubungan Darat RI, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2008) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku aman pengemudi dump truck menyatakan bahwa

tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, lama kerja, beban kerja dan

pengembangan karir dengan perilaku aman. Sementara itu, ada hubungan antara

pelatihan K3, motivasi keselamatan, iklim K3, peranan kerja dan peran atasan

dengan perilaku aman bagi pengemudi dump truck.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Purnomo (2010) tentang hubungan

faktor personal dengan tindakan mengemudi agresif pada pengemudi truk

pengangkut produk menyatakan bahwa ada hubungan antara kemampuan,

pengetahuan, keterampilan, stres, dan motivasi dengan tindakan mengemudi

agresif pada pengemudi truk pengangkut produk di Sales Center PT X.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sinaga (2012) mengenai faktor

penyebab kecelakaan lalu lintas yang paling banyak adalah tindakan tidak aman

pengemudi (99,4%), disusul kondisi tidak aman lingkungan fisik (8,7%), kondisi

tidak aman kendaraan (2,1%), dan tindakan tidak aman penumpang (0,2%).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Manurung (2012) mengenai hubungan

faktor-faktor penyebab dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda

(25)

kecepatan tinggi) merupakan faktor tertinggi penyebab kecelakaan lalu lintas

disusul faktor lingkungan fisik (tikungan tajam) lalu faktor kendaraan (selip).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan dengan HRD PT BerkatNugraha

SinarLestari pada bulan Januari 2015, disampaikan bahwa perusahaan bergerak

dibidang Transport (trucking, forwarding, warehousing and stevedoring) yang memiliki truk yang membawa pulp hasil produksi dari PT Toba Pulp Lestari. PT BerkatNugraha SinarLestari juga memiliki cabang perusahaan di Porsea. PT

BerkatNugraha SinarLestari memiliki pengemudi truk sebanyak 94 orang dimana

48 orang bekerja di Belawan dan 46 orang bekerja di cabang Porsea. Sistem

trucking ialah pengemudi truk yang bekerja dengan melakukan perjalanan dengan rute perjalanan BelawanPorseaBelawan. Pengemudi melakukan satu trip

perjalanan selama 2-3 hari (karena antri bongkar-muat barang) dengan waktu

tempuh BelawanPorsea selama 12-14 jam. Pengemudi truk dengan sistem

trucking tersebut bekerja dengan rute perjalanan seperti berikut : Berangkat dari Belawan menuju Porsea  Istirahat/makan  Melanjutkan perjalanan ke Porsea

 Istirahat/makan  Tiba di Porsea  Istirahat/tidur  Antri bongkar-muat

pulp yang akan dibawa ke Belawan  Persiapan akan berangkat/makan  Berangkat dari Porsea menuju Belawan  Tiba di Belawan  Antri bongkar

muatan yang dibawa (pulp) kedalam gudang PT BerkatNugraha SinarLestari. Perusahaan tidak memiliki Standar Operasional Prosedur mengenai

(26)

kecelakaan. Perusahaan memiliki truk yang berasal dari tahun 1990an yang

sampai sekarang masih digunakan secara operasional oleh pengemudi perusahaan.

Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dengan 5 orang pengemudi

truk, didapatkan hasil bahwa ada yang mengalami kejadian kecelakaan kerja yang

dipengaruhi oleh kondisi pengemudi truk sendiri seperti mengantuk dan

terburu-buru, dan ada yang dipengaruhi oleh kondisi pengemudi kendaraan lain yang

ceroboh.

Untuk itu transportasi dan pengemudi merupakan salah satu resiko

keselamatan yang dihadapi oleh perusahaan pada saat perjalanan dari

pool/terminal ke lokasi atau saat melakukan kegiatan yang menunjang operasional

perusahaan. Kecelakaan yang terjadi pada pengemudi suatu perusahaan selain

merugikan secara langsung bagi korban yang bersangkutan, juga menimbulkan

dampak yang tidak ringan bagi perusahaan, yaitu meningkatnya biaya kompensasi

kesehatan, kerusakan truk (jika menggunakan truk perusahaan), berhentinya

waktu bekerja atau bahkan kehilangan seorang pengemudi yang berkualitas jika

sampai menimbulkan kematian atau ketidakmampuan untuk bekerja kembali.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang disebutkan di atas, maka

timbullah suatu masalah yang ingin penulis ketahui yaitu mengenai faktor-faktor

yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT

(27)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terhadap potensi

kecelakaan kerja pada pengemudi trukdi PT BerkatNugraha SinarLestari.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh faktor pekerja ( pengalaman mengemudi,

kemampuan mengemudi dan kondisi fisik tubuh) terhadap potensi

kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

b. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan,

kondisi jalan dan kondisi cuaca) terhadap potensi kecelakaan kerja pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

1.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah :

1. Terhadap faktor pekerja ( pengalaman mengemudi, kemampuan

mengemudi dan kondisi fisik tubuh)

Ha : Ada pengaruh pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi

dan kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan kerja pada

pengemudi truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari

2. Terhadap faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan

kondisi cuaca)

Ha : Ada pengaruh kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca

terhadap potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT Berkat

(28)

1.5 Manfaat Penelitian

a. Memberikan masukan kepada perusahaan maupun pengemudi truk

mengenai faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja

b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena

ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk

selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta

dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan

serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai

suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya,

sehingga menghasilkan cedera yang riil.

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

No.03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga

semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.

Menurut (Standar OHSAS 18001:1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan

kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan

kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.

Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan

dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari

keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan

(30)

Berdasarkan UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak

dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

Sedangkan menurut UU RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak

berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan

yang biasa atau wajar dilalui.

Ruang lingkup kecelakaan kerja pada suatu unit kerja atau perusahaan

adalah :

1. Kecelakaan akibat langsung dari suatu pekerjaan,

2. Kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (waktu kerja),

3. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang ada kaitannya dengan

pekerjaan,

4. Kecelakaan kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transportasi ke dan

dari tempat kerja.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak

dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda

yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan

serta dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke

(31)

2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja

Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak

diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau

kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya

kecelakaan kerja yang diusulkan oleh H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori

Domino Heinrich. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas

lima faktor yang saling berhubungan, yaitu :

1) kondisi kerja,

2) kelalaian manusia,

3) tindakan tidak aman,

4) kecelakaan, dan

5) cedera.

Teori Frank E. Bird Petersen mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu

kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta

kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak

dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Teori ini

memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen

yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan, antara lain :

a. Manajemen kurang kontrol

b. Sumber penyebab utama

c. Gejala penyebab langsung

d. Kontak peristiwa

(32)

Teori tentang terjadinya suatu kecelakaan antara lain :

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa

kecelakaan terjadi atas “kehendak Tuhan”, sehingga tidak ada pola yang

jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara

kebetulan saja.

2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident Prone Theory), pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya

yang memang cenderung mengalami kecelakaan.

3. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factors), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan , dan faktor manusia

pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe conditions) dan tindakan atau perbuatan berbahaya (unsafe actions).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena

kesalahan manusia.

2.1.3 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Dalam setiap kegiatan manusia selalu terdapat kemungkinan terjadi

kecelakaan. Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan atau industri tidaklah

terjadi begitu saja tetapi ada faktor penyebabnya.

Menurut H.W.Heinrich pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh

(33)

conditions (keadaan tidak aman), dimana sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh unsafe conditions.

a. Unsafe action (tindakan tidak aman) adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur kselamatan kerja yang memberikan peluang terhadap terjadinya

kecelakaan.

b. Unsafe conditions (kondisi tidak aman) adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan

terjadinya kecelakaan.

2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja

Manusia sebagai pengemudi adalah orang yang melaksanakan pekerjaan

mengemudikan, mengendalikan, dan mengarahkan kendaraan ke tempat tujuan

yang diinginkan. Manusia sebagai pengemudi memiliki faktor fisiologis dan

psikologis. Faktor fisiologis manusia yang dapat berpengaruh terhadap kejadian

kecelakaan adalah sistem syaraf, penglihatan, pendengaran, stabilitas perasaan,

indera lain (sentuh, bau), modifikasi (lelah, obat). Sedangkan faktor psikologis

berupa motivasi, intelegensia, pengalaman, emosi, kedewasaan, dan kebiasaan.

Faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian karena cenderung sebagai

penyebab potensial kecelakaan.

Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor

manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku “Management Losses” Bab II

tentang “The Causes and Effects of Loss” antara lain (Buchari,2007):

1. Ketidak seimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja

(34)

3. Kurang pengetahuan

4. Kurang terampil

5. Stres mental

6. Stres fisik

7. Motivasi menurun (kurang termotivasi)

Adapun karakteristik pengemudi truk, yaitu :

a. Usia

Faktor usia mempunyai hubungan langsung dengan daya nalar dan

pengetahuan seseorang. Semakin matang usia seseorang, biasanya cenderung

bertambah pengetahuan dan tingkat kedewasaannya. Memang diakui bahwa pada

usia muda seseorang lebih produktif dibandingkan ketika usia tua. Faktor usia

mempunyai hubungan langsung dengan logika berfikir dan pengetahuan

seseorang. Kemampuan dalam mengendalikan emosi psikis dapat mengurangi

terjadinya kecelakaan. Data kecelakaan dari Michigan dalam penelitian Daniel

Blower (1996) menyebutkan bahwa pengemudi usia muda memiliki pelanggaran

lalu lintas lebih banyak daripada pengemudi yang lebih tua, dengan proporsi

kecepatan tidak aman yang lebih tinggi, sembrono/ceroboh dan kegagalan untuk

menghasilkan pelanggaran. Jenis kecelakaan dengan pengemudi truk yang lebih

muda atas keterlibatan termasuk kecelakaan tunggal-kehilangan kontrol, tabrakan

belakang truk dan truk mundur ke truk.

b. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi

(35)

mengembangkan pengetahuan serta teknologi. Seseorang yang memiliki

pendidikan yang tinggi diasumsikan akan semakin bijak dalam mengambil

keputusan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap program peningkatan

pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap perilaku.

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi

pekerjaannya. Peristiwa kecelakaan kerja tentu ada penyebabnya. Salah satu

penyebab dari kecelakaan kerja adalah perbuatan tidak aman, seperti perbuatan

tidak aman yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan,

keletihan dan kelesuan, serta sikap dan tingkah laku yang tidak aman. Pendidikan

seseorang sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan kesadaran akan arti

pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pandiedan Berek (2006), diperoleh

hasil bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan kecelakaan

kerja. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan

seorang tenaga kerja mempengaruhi cara berpikirnya dalam menghadapi

pekerjaannya, termasuk cara pencegahan kecelakaan maupun menghindari

kecelakaan saat ia melakukan pekerjaannya (Depkes RI, 1990).

c. Masa kerja

Lamanya bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini

didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman

kerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Russeng (2008), menyimpulkan umur,

lama kerja, penggunaan sabuk pengaman dan kelelahan merupakan faktor resiko

(36)

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap potensi

kecelakaan kerja pada pengemudi truk, yaitu:

1. Faktor Pekerja

A. Pengalaman mengemudi

Pengalaman mengemudi sangat ditentukan oleh lamanya seseorang

bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalamannya.

Pengalaman mengemudi juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.

Pengemudi yang berusia muda mempunyai keterampilan yang baik dalam

mengemudi akan tetapi juga paling sering terlibat dalam kecelakaan lalu lintas

karena lebih dari 70% pengemudi tersebut adalah pemula (Kartika, 2009).

B. Kemampuan mengemudi

Kemampuan seseorang dalam mengemudi dengan aman ditentukan oleh

faktor yang saling berkaitan, yaitu keterampilan mengemudi untuk mengendalikan

arah kendaraan meliputi cara membelok atau merubah arah, cara mundur, cara

mendahului kendaraan lain, cara mengikuti kendaraan lain serta mengendalikan

kecepatan kendaraan yang dikemudikan melalui sistem gas, rem dan perseneling

(Kementerian Perhubungan Darat RI, 2006).

Menurut UU RI Nomor 22 tahun 2009, pengemudi adalah orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah memiliki Surat Izin

Mengemudi dan pada Peraturan Pemerintah No.44 tahun 1993 pasal 27 ayat 1(g)

disebutkan syarat untuk memperoleh SIM pengemudi harus lulus ujian teori dan

(37)

Lengah adalah melakukan kegiatan lain sambil mengemudi yang dapat

mengakibatkan terganggunya konsentrasi pengemudi, seperti contohnya melihat

ke samping, menyalakan rokok, mengambil sesuatu atau menggunakan

handphone saat mengemudikan kendaraan. Lengah dapat mengakibatkan

pengendara menjadi kurang antisipasi dalam menghadapi situasi di jalan raya,

dalam situasi ini pengemudi tidak mampu memperkirakan bahaya yang mungkin

terjadi sehubungan dengan kondisi kendaraan dan lingkungan lalu lintas (Asrian,

2008).

C. Kondisi Fisik Tubuh

1. Kelelahan

Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis

dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis

dalam tubuh. Kelelahan lain berakibat menurunnya kemampuan kerja dan

kemampuan tubuh para pekerja.

Kelelahan akan mengurangi kemampuan pengemudi untuk dapat

mengambil keputusan dengan cepat dan kesulitan berkonsentrasi. Kelelahan juga

dapat mempengaruhi keseimbangan dan pandangan seseorang dalam berkendara.

Kondisi lelah dapat menimbulkan risiko kecelakaan. Kelelahan menyebabkan

pengemudi menjadi kurang waspada terhadap hal yang terjadi di jalan serta

kurang mampu bereaksi dengan cepat dan aman pada saat situasi genting terjadi.

Kelelahan pengemudi menyumbang lebih dari 25% kecelakaan (Asrian, 2008).

Menurut Suma’mur P.K (1989), tanda-tanda kelelahan yang utama adalah:

(38)

b. Perlambatan dan hambatan persepsi

c. Lambat dan sulit berfikir

d. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja

e. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental

2. Mengantuk

Pengemudi yang mengantuk adalah pengemudi yang kehilangan daya

reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan atau sudah mengemudikan

kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat. Sedangkan pengemudi yang lelah akan

sulit berkonsentrasi dan kurang waspada. Jadi pengemudi yang mengantuk dan

lelah akan sulit mampu bereaksi dengan cepat dan aman pada saat situasi genting

terjadi. Kelelahan pengemudi menyumbang lebih dari 25% kecelakaan (Asrian,

2008). Ciri-ciri mengantuk antara lain : menguap terus menerus, mengemudi

zig-zag, perih pada mata, kesulitan mengangkat kepala, lambat dalam bereaksi,

berhalusinasi, kesulitan mengingat beberapa kilometer yang lalu, mengemudi

dengan kecepatan yang berubah-ubah.

3. Mabuk

Pengemudi dalam keadaan mabuk dapat kehilangan kesadaran antara lain

karena pengaruh obat-obatan, alkohol, dan narkoba. Pengemudi yang

mengkonsumsi alkohol merasa mampu mengendarai kendaraan tetapi tidak dapat

memperhatikan hal penting lainnya seperti traffic light, mobil dari samping atau pejalan kaki yang sedang menyebrang. Sedangkan pengemudi yang menggunakan

obat-obatan dan narkoba merasa lemah, pusing dan mengantuk. Jika pengemudi

(39)

seseorang dan mengurangi kemampuan dalam memproses informasi yang

diterima. Mengkombinasikan obat-obatan dengan alkohol akan mempengaruhi

performa seseorang dalam berkendara dan berisiko tinggi menyebabkan

kecelakaan dengan dampak yang cukup parah (Kementerian Perhubungan Darat

RI, 2006).

2. Faktor Lingkungan Kerja A. Kondisi kendaraan

Disain kendaraan merupakan faktor engineering pada kendaraan yang dapat mengurangi terjadinya kecelakaan dan faktor yang dapat mengurangi cidera

yang dialami jika terjadi kecelakaan.Kendaraan harus mendapatkan perawatan

yang baik sehingga semua bagiannya berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem,

ban, kaca spion dan sebagainya. Adapun faktor kendaraan yang berisiko

menyebabkan kecelakaan pada pengemudi truk, adalah :

1. Rem

Menurut Aris Munandar (1993) dalam penelitian Kartika (2009), rem

blong adalah suatu keadaan dimana pada waktu pedal dipijak, pedal rem

menyentuh lantai kendaraan, meskipun telah diusahakan memompa pedal rem

tetapi keadaan tersebut tidak berubah dan rem tidak bekerja.

2. Ban

Kerusakan ban ada dua jenis, yaitu ban kempes dan pecah. Ban kempes

adalah suatu keadaan dimana meskipun ban sudah dipompa sesuai dengan tekanan

yang semestinya, ban tetap kempes dan harus sering dipompa, biasanya keadaan

(40)

suatu keadaan dimana terdapat lubang pada ban yang disebabkan oleh paku, batu

tajam, dan lain sebagainya. Ban selip adalah lepasnya kontak antara permukaan

jalan dengan roda kendaraan atau saat melakukan pengereman roda, kendaraan

memblokir sehingga pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraan.

3. Lampu kendaraan

Lampu kendaraan diperlukan untuk jalan pada malam hari sebagai

penerangan melihat jalan bagi pengemudi, sebagai tanda adanya kendaraan dan

pemberi isyarat untuk belok atau berhenti. Lampu-lampu dan pemantul cahaya

meliputi (PP RI No. 44 Tahun 1993) :

a) Lampu utama berfungsi sebagai alat penerangan jalan dan juga sebagai

penanda keberadaan kendaraan pada saat berkendara.

b) Lampu indikator/penunjuk arah secara berpasangan di bagian depan dan

bagian belakang sepeda motor. Lampu ini digunakan untuk memberitahu arah

tujuan kita saat berada di persimpangan kepada pengguna jalan lain di

belakang kita. Lampu ini juga dapat dipergunakan ketika akan berpindah

jalur.

c) Lampu rem yang berguna agar pengguna jalan di belakang kita dapat melihat

bahwa kita sedang melakukan pengereman.

B. Kondisi Jalan

Kondisi-kondisi jalan yang harus diperhatikan saat mengemudi, antara

lain:

1. Jalan berlubang merupakan kondisi ketika terdapat cekungan ke dalam pada

(41)

dan kedalaman yang berbeda dengan kondisi jalan di sekitarnya (Kartika,

2009).

2. Jalan rusak adalah jalan dengan kondisi permukaan jalannya tidak rata, bisa

jadi jalan yang belum diaspal, atau jalan aspal yang sudah mengalami

peretakan. Pada umumnya jalan rusak tidak terdapat di jalan arteri, namun

terdapat pada jalan-jalan lokal (Kartika, 2009).

3. Jalan licin dapat disebabkan karena jalan yang basah akibat hujan atau oli

yang tumpah; lumpur, salju dan es; marka jalan yang menggunakan cat; serta

permukaan dari besi atau rel kereta. Kondisi seperti ini menyebabkan

tergelincir dan jatuh atau menabrak jika kendaraan tidak melaju

perlahan-lahan. Pengereman secara mendadak akan mengakibatkan ban selip (Kartika,

2009).

4. Jalan menikung adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang

dari atau lebih dari 180º. Menurut Permana (2007) tikungan yang tajam

menghalangi pandangan pengemudi sehingga dapat menimbulkan kecelakaan

lalu lintas. Jika kendaraan akan membelok sebaiknya mengurangi laju

kendaraan agar dapat berhati-hati (Kartika, 2009).

5. Jalan gelap berisiko tinggi menimbulkan kecelakaan, hal ini karena pengguna

jalan tidak dapat melihat secara jelas pengguna jalan lain maupun kondisi

lingkungan saat berkendara, sehingga keberadaan lampu penerangan jalan

sangatlah penting. Penerangan jalan adalah lampu penerangan yang

disediakan bagi pengguna jalan. Pada fasilitas ini harus memenuhi

(42)

lintas, jarak tiang penerangan jalan sekurang-kurangnya 0,60 meter dari tepi

jalur lalu lintas, serta tinggi bagian yang paling bawah dari lampu penerangan

jalan sekurang-kurangnya 5 meter dari permukaan jalan. Jalan tanpa alat

penerangan jalan akan sangat membahayakan dan berpotensi tinggi

menimbulkan kecelakaan. Pada tahun 1997, 25% dari sepeda motor

mengalami kecelakaan antara jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Pada malam hari

pengemudi mengalami kesulitan melihat atau dilihat (oleh pengemudi lain)

dengan jelas. Bahkan dengan bantuan lampu depan sekalipun, pengemudi

mengalami kesulitan untuk mengetahui kondisi jalan ataupun sesuatu yang

ada di jalan. Pengemudi lainnya mungkin juga mengalami kesulitan melihat

lampu depan dan lampu belakang karena terhalang oleh kendaraan lainnya

(Kartika, 2009).

C. Kondisi Cuaca

Kondisi cuaca yang perlu diperhatikan pada saat mengemudi yaitu hujan

dan kabut.

1. Saat kondisi hujan

Ketika kondisi hujan dibutuhkan kehati-hatian dalam mengemudi. Karena

jika tidak berhati-hati maka akan terjadi peristiwa yang disebut hydroplaning atau aquaplaning, yaitu kondisi mengemudi di atas lapisan air yang tipis (sehingga

mengurangi daya “cengkeram” ban ke permukaan jalan). Hydroplaning terjadi

karena kombinasi dari kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi, jalanan licin atau

(43)

2. Saat kondisi kabut

Dua hal yang perlu diperhatikan ketika mengemudi pada kondisi jalan

berkabut, yaitu kecepatan kendaraan harus dikurangi dan penggunaan lampu

kabut yang terangnya mengarah ke bawah atau penggunaan lampu hazard.

2.1.5 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Menurut Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan dikategorikan atas

kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).

1. Kerugian Langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung

dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut :

a. Biaya pengobatan dan kompensasi

b. Kerusakan sarana produksi

2. Kerugian Tidak Langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering

disebut juga kerugian tersembunyi (hidden cost), seperti berikut: a. Kerugian jam kerja

b. Kerugian produksi

c. Kerugian sosial

d. Citra dan kepercayaan konsumen

Akibat atau dampak kecelakaan kerja yang pada Buchari (2007),

mengatakan bahwa :

A. Kerugian bagi instansi

1) Biaya pengangkutan korban kerumah sakit

(44)

3) Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga

menghambat kelancaran program

4) Mencari pengganti atau melatih tenaga baru

5) Mengganti/memperbaiki mesin yang rusak

6) Kemunduran mental para pekerja

B. Kerugian bagi korban

Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai

mengakibatkan ia sampai cacat atau meninggal duni ini berarti hilangnya

pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap

putra-putrinya.

C. Kerugian bagi masyarakat atau negara

Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi

yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan tersebut dan

merupakan pengaruh bagi harga di pasaran.

2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep

keselamatan transportasi berkelanjutan yang menekankan pada prinsip

transportasi yang aman, nyaman, cepat, bersih (mengurangi polusi/pencemaran

udara) dan dapat diakses oleh semua orang dan kalangan, baik oleh para

penyandang cacat, anak-anak, ibu-ibu maupun para lanjut usia (Kementerian

Perhubungan Darat RI, 2006). Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan

tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan

(45)

analisis penyebab kecelakaan harus benar-benar diketahui dan diterapkan

sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu

peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya

dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden

kecelakaan di perusahaan serta mengases besarnya risiko bahaya.

Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada

lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor

manusia.

1. Lingkungan

Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,

pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara

ruang kerja

b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja

yang dapat menjamin keselamatan

c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan

penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan

tempat dan ruangan

2. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik

dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat

dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas

(46)

telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup

pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap

mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi

pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang

kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam

penggunaannya.

4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,

mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan

hal-hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari

perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya

ketidakcocokan fisik dan mental.

2.2 Tata Cara Berlalu Lintas

Dalam buku Panduan Praktis Berlalu Lintas oleh Direktorat Lalu Lintas

Polisi Republik Indonesia, menyebutkan tata cara berlalu lintas adalah sebagai

berikut :

2.2.1 Ketertiban dan Keselamatan

1. Setiap orang yang menggunakan jalan wajib :

(47)

b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan

dan keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat

menimbulkan kerusakan jalan.

2. Setiap pengemudi kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan :

a. Rambu-rambu lalu lintas.

b. Marka jalan.

c. Alat pemberi isyarat lalu lintas.

d. Gerakan lalu lintas.

e. Berhenti dan parkir.

f. Peringatan dengan bunyi dan sinar.

g. Kecepatan maksimal atau minimal, dan / atau

h. Tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.

3. Pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor dijalan pengemudi

kendaraan bermotor wajib menunjukkan :

a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) atau Surat Tanda

Coba Kendaraan Bermotor (STCK)

b. Surat Izin Mengemudi (SIM)

c. Bukti lulus uji berkala, dan / atau

d. Tanda bukti lain yang sah.

4. Setiap pengemudi kendaraan bermotor roda empat atau lebih di jalan dan

penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk

(48)

5. Setiap pengemudi kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang tidak

dilengkapi dengn rumah-rumah di jalan dan penumpang yang duduk

disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan

helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.

6. Setiap orang yang mengendarai dan penumpang sepeda motor wajib

mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.

7. Pengendara sepeda motor tanpa kereta samping dilarang penumpang lebih

dari 1 (satu) orang.

2.2.2 Pengunaan Lampu

1. Pengemudi kendaraan bermotor wajib menyalakan lampu utama

kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari dan pada

kondisi tertentu

2. Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud diatas wajib menyalakan lampu utama pada siang hari.

2.2.3 Jalur atau Lajur Lalu Lintas

1. Dalam berlalu lintas Pengguna jalan harus menggunakan jalur jalan

sebelah kiri

2. Penggunaan jalan selain jalur sebelah kiri hanya dapat dilakukan apabila :

a. Pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan didepannya; atau

b. Diperintahkan oleh petugs Kepolisian Negara Republik Indonesia

untuk digunakan sementara sebagai jalur kiri.

3. Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil

(49)

4. Jalur kanan hanya diperuntukkan bagi kendaraan kecepatan lebih tinggi,

akan membelok, mengubah arah, atau mendahului kendaraan lain.

2.2.4 Tata Cara Melewati

1. Pengemudi Kendaraan bermotor yang akan melewati kendaraan lain haru s

menggunakan lajur atau jalur jalan sebelah kanan dari kendaraan yang

akan dilewati, mempunyai jarak pandang yang bebas dan tersedia ruang

yang cukup bagi kendaraan yang akan dilewati.

2. Dalam keadaan tertentu, pengemudi dapat menggunakan lajur jalan

sebelah kiri dengan tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan.

3. Apabila kendaraan yang akan dilewati telah memberi isyarat akan

menggunakan lajur atau jalur jalan sebelah kanan, pengemudi

sebagaimana dimaksud dilarang melewati kendaraan tersebut.

2.2.5 Berpapasan

1. Pengemudi yang berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan

pada jalan dua arah yang tidak dipisahkan secara jelas wajib memberikan

ruang gerak yang cukup di sebelah kanan kendaraan.

2. Pengemudi sebagaimana dimaksud jika terhalang oleh suatu rintangan stsu

pengguna jalan lain di depannya wajib mendahulukan kendaraan yang

datang dari arah berlawanan.

2.2.6 Tanjakan dan Turunan

Pada jalan yang menanjak atau menurun yang tidak memungkinkan bagi

(50)

menurun wajib memberi kesempatan jalan kepada kendaraan yang

mendaki.

2.2.7 Belokan atau Simpangan

1. Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib

mengamati situasi lalu lintas di depan, disamping dan dibelakang

kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau

isyarat tangan.

2. Pengemudi kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak kesamping

wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, disamping dan dibelakang

kendaraan serta memberikan isyarat.

3. Pada persimpangan jalan yang dilengkapi alat pemberi isyarat lalu lintas,

pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan

lain oleh rambu lalu lintas atau alat pemberi isyarat lalu lintas.

2.2.8 Persimpangan sebidang

1. Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan alat pemberi

isyarat lalu lintas, pengemudi wajib memberikan hak utama kepada :

a. Kendaraan yang datang dari arah depan dan / atau dari arah cabang

persimpangan yang lain jika hal itu dinyatakan dengan rambu lalu lints

atau marka jalan.

b. Kendaraan dari jalan utama jika pengemudi tersebut datang dari

cabang persimpangan yang lebih kecil atau dari pekarangan yang

(51)

c. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan sebelah kiri

jika cabang persimpangan 4 (empat) atau lebih dan sama besar.

d. Kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kiri di persimpangan

3 (tiga) yang tidak tegak lurus; atau

e. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan yang lurus

pada persimpangan 3 (tiga) tegak lurus.

2. Jika persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali lalu lintas yang

berbentuk kendaraan, pengemudi harus memberikan hak utama kepada

kendaraan lain yang datang dari arah kanan.

2.2.9 Kecepatan

Pengemudi kendaraan bermotor dijalan dilarang :

1. Mengemudikan kendaraan melebihi batas kecepatan paling tinggi yang

ditetapkan secara nasional dan ditentukan berdasarkan kawasan

pemukiman, perkotaan, jalan antar kota dan jalan bebas hambatan dan

dinyatakan dengan rambu lalu lintas.

2. Berbalapan dengan kendaraan bermotor lain.

3. Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan ditetapkan

dengan batas absolut.

2.2.10 Memperlambat kendaraan

1. Pengemudi harus memperhatikan kendaraan sesuai dengan Rambu lalu

lintas.

(52)

a. Akan melewati kendaraan bermotor umum yang sedang menurunkan

dan menaikkan penumpang.

b. Akan melewati kendaraan tidak bermotor yang ditarik oleh

hewan-hewan yang ditunggangi, atau hewan-hewan yang digiring.

c. Cuaca hujan dan /atau genangan air.

d. Memasuki pusat kegiatan masyarakat yang belum dinyatakan dengan

Rambu lalu lintas.

e. Mendekati persimpangan atau perlintasan sebidang kereta api dan /

atau

f. Melihat dan mengetahui ada pejalan kaki yang akan menyeberang.

Pengemudi yang memperlambat kendaraannya harus mengamati situasi

lalu lintas di samping dan dibelakang kendaraan dengan cara yang tidak

membahayakan kendaraan lain.

2.2.11 Berhenti

Setiap kendaraan bermotor umum dalam trayek, setiap kendaraan

bermotor dapat berhenti disetiap jalan, kecuali :

1. Terdapat rambu larangan berhenti dan / atau marka jalan yang bergaris

utuh.

2. Pada tempat tertentu yang dapat membahayakan keamanan,

keselamatan seta mengganggu ketertibatan dan kelancaran lalu lintas

(53)

2.2.12 Berkendara dengan aman

1. Kenali karakter kendaraan anda berikut fungsi dari system

keselamatannya.

2. Gunakan sabuk pengaman selama anda berada didalam kendaraan.

3. Tentukan tujuan kemana anda akan pergi gunakan kaca spion untuk

mengetahui keadaan sekitar anda.

4. Berkendaralah dengan kecepatan sesuai dengan kemampuan dan

peraturan.

5. Sadari batas kemampuan mengemudi anda, jangan terlalu percaya diri

dengan berani mengambil resiko dan hindari situasi bahaya sedini

mungkin.

6. Berpikir jauh kedepan dan selalu siap terhadap apapun yang akan terjadi.

7. Pertimbangkan akibat tindakan anda terhadap pengguna jalan lainnya

karena kemampuan mereka tidak sama dengan anda.

8. Bereaksilah sesudah pengguna jalan lainnya bereaksi dengan memberikan

isyarat melalui sarana komunikasi antar kendaraan.

9. Gunakan semua prinsip mengemudi yang baik dan benar dari pengalaman

(54)

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep dari penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Lingkungan Kerja

1. Kondisi Kendaraan

2. Kondisi Jalan

3. Kondisi Cuaca Faktor Pekerja

1. Pengalaman Mengemudi

2. Kemampuan Mengemudi

3. Kondisi Fisik Tubuh Potensi

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik

dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk mencari pengaruh antara variabel independen

(faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Secara analitik dimaksudkan

untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel independen (pengalaman

mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan,

kondisi jalan, dan kondisi cuaca) dengan variabel dependen (potensi kecelakaan

kerja).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari, Belawan Tahun 2015 dengan alasan :

1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan

penelitian pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

(56)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam

penelitian ini adalah jumlah pengemudi truk PT BerkatNugraha SinarLestari

yang bekerja pada tahun 2015 yaitu 94 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik purposive sampling atau judgemental sampling, yaitu yang memenuhi kriteria sebuah sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proses

pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem

trucking (BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan sistem trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan

sistem langsir dan pengemudi yang bekerja di cabang Porsea. Berdasarkan kriteria

diatas, maka didapat 39 orang yang memenuhi kriteria sampel penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan

(57)

(pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh) dan

faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca). Kuesioner yang digunakan berdasarkan pedoman dari Direktorat Lalu

Lintas Polisi Republik Indonesia.

3.4.2 Data Sekunder

Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak PT BerkatNugraha

SinarLestari mengenai dokumen maupun informasi yang terkait dengan

penelitian ini dan mengenai jumlah pengemudi sebagai bahan penentuan sampel.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan langsung oleh peneliti dengan

menggunakan kuesioner lembar checklist dan pertanyaan tertutup sesuai dengan variabel. Peneliti datang ke lokasi responden. Sebelum responden mengisi

kuesioner terlebih dahulu peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian

memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya. Kemudian responden

mengisi informat consent, dan mengisi sendiri kuesioner penelitian. Setelah

selesai di isi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kembali.

3.5 Definisi Operasional

1. Pengalaman mengemudi adalah keadaan responden dalam pengalamannya

sebagai pengemudi dan pengalaman dalam mengatasi situasi ataupun

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan aturan dalam pelelangan umum dengan pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

4. Energi listrik berubah menjadi energi kimia Pasangan yang benar antara pernyataan dengan perubahan energi yang terjadi ditunjukkan …. Salah satu langkah agar keberadaan

PowerPoint oleh guru di SMP Negeri 2 Batuwarno dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan lima prinsip dari duabelas prinsip pembelajaran multimedia milik Mayer, yaitu

Dalam kegiatan pembelajaran harus memungkinkan semua siswa dapat terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan belajar, guru harus menjamin bahwa semua siswa secara

Sebelum dilakukan intervensi pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia, semua responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu sebanyak 22 orang,

Sharia Mutual Fund formation process is not much different from conventional CIC Mutual Funds, Investment Managers (Representin) will take the initiative to issue Mutual Funds

Persaingan pada industri Migas di Indonesia cukup tinggi hal ini di karenakan kekuatan industri migas dari negara luar mempunyai kekuatan finansial yang kuat serta mereka menikmati

Berdasar pengujian hipotesis, diperoleh bahwa nilai T hitung (7,942) lebih besar dari nilai T table (1,721), yang berarti bahwa ada pengaruh frekuensi latihan terhadap