• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses pengumpulan data tentang pengaruh gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, data umum (karakteristik responden), dan data khusus yang kemudian akan dilakukan pembahasan sesuai tujuan penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 November sampai 2 Desember 2014. Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuisioner kualitas tidur PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index) yang diisi peneliti berdasarkan jawaban responden.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian data umum/demografi responden, dan data khusus kualitas tidur pada responden sebelum dan sesudah intervensi.

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

(2)

kamar untuk biarawati, tiap kamar memiliki jumlah tempat tidur yang berbeda yaitu ada 1 kamar isi 2 tempat tidur, ada yang 4 tempat tidur, dan ada yang 6 tempat tidur, kapel, taman dan kebun sayuran mini di tengah griya, ruang makan para lansia, ruang makan para biarawati, kantor, ruang tamu, ruang berkumpul, ruang pemeriksaan kesehatan, ruang terapi, dapur umum, kamar mandi tamu, gudang penyimpanan, tandon air. Griya Lansia Santo Yosef memiliki daya tampung sebanyak 140 orang, namun jumlah lansia saat ini adalah 120 orang.

(3)

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Harian Lansia Griya Usila Santo Yosef Surabaya

10.30-11.30 Istirahat dan mendengarkan musik klasik rohani

(4)

yang berada di kantor griya, sedangkan para lansia berada di kamar masing-masing.

Berdasarkan observasi peneliti, kegiatan yang dilakukan lansia sebelum tidur malam sangat beragam. Beberapa lansia ada yang menonton TV hingga jam 22.00 WIB, membaca buku bertema keagamaan atau pengetahuan, berdiam diri di kamar atau berdoa hingga tertidur, ngobrol dengan teman sekamar atau wisma hingga mengantuk lalu meminta ijin untuk pergi tidur.

5.1.2 Data umum

(5)

Tabel 5.2 Data Umum di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya

3. Lama Tinggal 4 = Lain-lain (membaca buku,berdoa) 1 = < 1 tahun 5. Pola Tidur Siang

2 = 1-5 tahun 1 = Tidur

3 = 6-10 tahun 2 = Tidak tidur

(6)

Lansia Santo Yosef Surabaya selama kurang dari 1 tahun sebanyak 6 orang atau 27,27%, 1-5 tahun sebanyak 15 orang atau 68,18%, dan yang tinggal selama 6-10 tahun sebanyak 1 orang atau 4,54%. Kemudian, kebiasaan responden sebelum tidur yaitu duduk atau diam diatas tempat tidur sampai tertidur sebanyak 3 orang atau 13,6%, melihat TV sebanyak 4 orang atau 18,18 %, berbincang dengan teman sekamar atau wisma sebanyak 4 orang atau 18,18%, serta 11 orang atau 50 % memilih untuk melakukan kegiatan lain yaitu membaca buku bertema keagamaan atau pengetahuan dan berdoa. Lalu sebanyak 4 orang atau 18,20% responden yang tidak mempunyai pola tidur siang hari, sedangkan sebanyak 18 orang atau 81,80% responden memiliki kebiasaan tidur pada siang hari.

5.1.3 Data Variabel yang Diteliti

Pada bab ini akan diuraikan data tentang kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

1. Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Tabel 5.3 Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia

Perlakuan Persentase Kontrol Persentase

Baik - - - -

Buruk 11 100% 11 100%

(7)

2. Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Tabel 5.4 Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan

sugesti dan musik instrumentalia

Perlakuan Persentase Kontrol Persentase

Baik 9 81,18% 2 18,82%

Buruk 2 18,82% 9 81,18%

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa kualitas tidur responden setelah diberikan gabungan sugesti dan musik instrumentalia yaitu sebanyak 9 orang pada kelompok perlakuan meningkat menjadi baik, sedangkan 2 orang lainnya masih dalam tingkat buruk. Pada kelompok kontrol sebanyak 9 orang kualitas tidurnya buruk dan 2 orang baik.

3. Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Tabel 5.5 Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

No Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol

(8)

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan dari hasil uji statistik dengan

menggunakan Mc Nemar Test ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada

kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan

musik instrumentalia dengan nilai p=0,004, berarti p<0,05, maka H1 diterima artinya ada

pengaruh yang signifikan pada pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia

terhadap peningkatan kualitas tidur. Namun pada kelompok kontrol didapatkan hasil

p=0,5 yang berarti p>0,05, maka H1 ditolak. Hasil uji statistik Chi-Square Test,

didapatkan p=0,009 yang berarti p<0,05, berarti ada pengaruh pemberian gabungan

sugesti dan musik instrumentalia terhadap kualitas tidur pada hasil post test kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

5.2 Pembahasan

Seluruh responden dalam penelitian ini mengalami gangguan tidur dengan kualitas tidur dalam rentang buruk. Tingkat kualitas tidur dilakukan dengan wawancara yang berpedoman pada kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari 7 komponen yaitu kualitas tidur secara objektif, latensi tidur (kesulitan memulai tidur), lama tidur malam (kuantitas), efisiensi tidur, gangguan ketika tidur malam, penggunaan obat-obatan tidur, dan terganggunya aktivitas di siang hari. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kualitas tidurnya kurang, kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit, lama tidur kurang dari 6 jam, efisiensi tidur yang kurang, gangguan tidur pada malam hari yang meningkat, tidak ada penggunaan obat tidur, dan aktifitas siang hari yang terganggu lebih dari 3 hari dalam seminggu.

(9)

hal ini diberikan dalam bentuk rekaman dalam sebuah CD yang dimainkan setiap pukul 19.30-20.30 selama satu minggu. Rekaman ini berdurasi selama 30 menit dan diulang hingga dua kali setiap kali memainkannya. Tempo musik dalam rekaman ini adalah 50-60 beat per menit seperti yang dijelaskan oleh Campbell (2002) bahwa musik dengan tempo lambat sekitar 60 beat / menit, dapat mengubah tingkat kesadaran dari susunan gelombang beta ke gelombang alfa, sehingga meningkatkan tingkat rileks dan ketenangan.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memainkan rekaman ini ada 2 (dua) hal yaitu persiapan lingkungan dan persiapan pasien. Ketika melakukan persiapan lingkungan, semua perawat griya yang sudah menandatangani persetujuan untuk menjadi perawat pengawas dalam penelitian ini, dikumpulkan dan diberi pengarahan secara singkat. Lalu semua peralatan yang diperlukan yaitu player, CD rekaman gabungan sugesti dan musik instrumentalia, speaker sentral, dan jam tangan, dipersiapkan. Sebelum memainkan rekaman tersebut, responden terlebih dahulu ditegur sapa, dilakukan cek kembali kesesuaian antara identitas yang telah didapatkan peneliti dengan identitas yang disebutkan secara langsung oleh responden, dan dijelaskan kembali mengenai tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Kemudian, pasien diminta untuk berbaring ditempat tidurnya masing-masing dengan memposisikan tubuhnya senyaman mungkin. Rekaman musik instrumentalia dan sugesti dimainkan hingga semua lansia benar-benar terlelap dalam rentang waktu satu jam dengan volume pada speaker sentral berada pada level 2 pada rentang 0-9.

(10)

pada kelompok kontrol dilakukan setelah intervensi pada kelompok perlakuan. Semua lansia yang menjadi responden bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan intervensi ini. Prosedur ini dilakukan selama 2x30 menit karena proses fisiologi gelombang tidur. Pada menit ke 10-20 sejak awal lansia memulai tidur, terjadi proses tidur NREM (Non Rapid Eye Movement) tahap dua. Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun dan menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit adalah memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggidengan frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali gelombang theta dan hanya tinggal gelombang delta dengan 0,5 – 2 putaran perdetik, amplitudo 100 – 200 mikrovolt. Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada batas minimal (Setiyo, 2008).

(11)

membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya. Responden yang mengalami gangguan tidur pada penelitian ini sebagian besar berusia 66-74 tahun. Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau lebih (Perry& Potter, 2005).

Pada penelitian ini, semakin lama lansia tinggal dipanti, lansia menjadi semakin mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan waktu tidurnya. Responden yang tinggal di panti lebih dari 1-5 tahun, memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Lansia yang lebih lama tinggal di panti, memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik daripada penghuni panti yang baru. Gangguan tidur sering terjadi pada malam pertama di tempat perawatan jangka panjang atau hospitalisasi yang lama, tetapi sulit tidaknya lansia tidur berhubungan dengan kemampuan lansia dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Gitawati, 2007).

(12)

kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005). Di Griya Lansia Santo Yosep, dari 22 responden, 18 orang menderita inkontinensia urin.

Setelah dilaksanakan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia selama 7 hari pada kelompok perlakuan, diperoleh skor responden dalam kriteria baik 9 orang dan kriteria buruk 2 orang. Meskipun masih ada responden yang mempunyai kriteria kualitas tidur buruk, tetapi responden mendapatkan penurunan skor dan merasa puas dengan tidurnya. Pada kelompok kontrol, didapatkan skor kualitas tidur dalam kriteria buruk sebanyak 9 orang dan sangat buruk sebanyak 2 orang.

(13)

tinggal. Kedua responden ini adalah lansia yang kurang dari 1 tahun tinggal di griya. Penelitian yang dilakukan selama 7 hari pada kelompok perlakuan ini, tidak ada responden yang terserang sakit, sehingga penelitian berjalan dengan baik.

Pada kelompok kontrol, responden 1K dan 2K mengalami penurunan skor yang sangat tinggi yaitu 8-9 poin dan masuk dalam kriteria baik. Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan intervensi untuk kelompok perlakuan pada 2 (dua) hari terakhir, responden 1K mendapat kunjungan dari keluarganya selama 1 (satu) hari dan responden berpendapat bahwa kondisi fisik atau psikisnya menjadi sangat baik dan tenang. Kondisi fisik atau psikis yang baik dapat menunjang tidur malam yang lebih efektif. Pada responden 2K juga mengalami penurunan skor yang tinggi karena 1 (satu) hari sebelum dilakukan intervensi pada kelompok kontrol, responden mendapat kiriman hadiah berupa baju dan beberapa foto anak serta cucu kesayangannya yang berada di luar negeri. Responden berpendapat bahwa hal tersebut mempengaruhi kondisi badan dan pikirannya menjadi sangat baik dan damai sehingga mendukung kenyamanan saat tidur malam.

(14)

Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi Square Test untuk menilai post test pada kedua kelompok, ditemukan hasil p=0,003 yang berarti bahwa ada pengaruh setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Kemudian peneliti melakukan uji statistik dengan menggunakan McNemar, ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia dengan nilai p=0,004. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,5 yang berarti tidak ada pengaruh signifikan pada pre dan post test.

Penelitian ini menggunakan salah satu jenis musik instrumentalia berupa musik klasik. Menurut Nurseha dan Djaafar (2002), musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan. Oleh karena itu, intervensi ini dilakukan saat lansia memasuki waktu tidur malam yaitu sekitar pukul 19.30-20.30 WIB.

(15)

pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin sehingga dapat mengurangi nyeri juga kecemasan (Champbell, 2001).

Musik yang memiliki karakteristik lembut dan santai, salah satu jenis musik ini yaitu musik klasik yang dipadukan dengan kalimat sugesti positif, dapat menstimulir otak sehingga membantu menjaga keseimbangan homeostasis tubuh melalui jalur HPA axis, yang dapat merangsang produksi β endorphin dan enkephalin yang merupakan neurotransmitter tidur. β endorphin dan enkephalin mampu membuat tubuh menjadi rileks, rasa nyeri berkurang, dan menimbulkan rasa senang sehingga lansia dapat lebih mudah tertidur (Nursalam, 2007). Menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan memprovokasi otak kiri (pikiran sadar) untuk non aktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan (pikiran bawah sadar) untuk mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan ketika aktivitas seseorang sedang berada dalam gelombang theta. Karakteristik aktivitas otak ketika berada dalam gelombang theta adalah peningkatan produksi katekolamin (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious). Pada saat itulah sugesti berhasil ditanamkan dalam pikiran seseorang (Yovan,2006).

(16)

Gambar

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Harian Lansia Griya Usila Santo Yosef Surabaya
Tabel 5.2 Data Umum di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya
Tabel 5.4 Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan

Referensi

Dokumen terkait

disampaikan oleh Arifin (2005) bahwa surplus beras nasional hanya terjadi pada bulan Februari-Mei sedangkan delapan bulan lainnya harus dipenuhi oleh beras impor, mengingat

Maka dilakukan penelitian terhadap daerah rawan kecelakaan lalu lintas untuk menghasilkan status daerah rawan kecelakaan yang berasal dari rekaman data kecelakaan lalu

Oleh karena itu, peran serta dosen LPTK pada tahapan awal prakarsa PTK ini adalah menjadi sounding board (pemantul gagasan) bagi guru SM yang merasa tengah

Gambaran karsinoma nasofaring pada CT scan adalah asimetri fossa Rosenmuller, destruksi tulang di basis kranii, hilangnya lapisan lemak di parapharyngeal space, penebalan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis melalui pengamatan langsung ke lokasi perpustakaan SMA Daan Mogot Kota Tangerang dan setelah wawancara

Keberhasilan swasembada pangan akhir Tahun 1984 juga tidak terlepas dari kebijakan terhadap produksi padheras dan ini merupakan buah dari tata kebijakan yang dilakukan oleh

Pada penelitian ini, perbesaran optis dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran masing-masing 6x pada lensa obyektif dan 10x pada lensa okuler,

RIIK (Risisko Investasi dan Instrumen Keuangan) /3 SKS. HI (Hubungan Inndutrial) /3 SKS