• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI SUBAKUT TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI SUBAKUT TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI SUBAKUT TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH STRAIN

WISTAR

Oleh :

UTARI PRASETYANINGRUM 08020124

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

ii

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI SUBAKUT TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH STRAIN

WISTAR

KARYA TULIS AKHIR Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh :

UTARI PRASETYANINGRUM 08020124

FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah disetujui sebagai hasil penelitian untuk memenuhi persyaratan

Pendidikan Sarjana Program Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Malang

Tanggal : 20 Maret 2012

Pembimbing I

dr. Diah Hermayanti, Sp.PK Pembimbing II

dr. Abi Noor Wahyono, Sp.An, M.Kes

Mengetahui, Fakultas Kedokteran

Dekan,

(4)

iv

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Akhir oleh Utari Prasetyaningrum Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal 20 Maret 2012

Tim Penguji

dr. Diah Hermayanti, Sp.PK Ketua

dr. Abi Noor Wahyono, Sp.An, M.Kes Anggota

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir dengan judul “Pengaruh Pemberian Minuman Berenergi Subakut Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Tikus Putih Strain Wistar”.

Dalam terwujudnya Karya Tulis Akhir ini penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada:

1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Mu sehingga hamba mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang membawa kebenaran.

2. Kedua orang tua dan kakak penulis yang selalu memberikan kasih sayang, doa yang tak henti, dukungan dan selalu mengingatkan penulis. Insya Allah penulis akan selalu berusaha membuat kalian bangga.

3. dr.Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

4. dr. Diah Hermayanti, Sp.PK selaku dosen pembimbing I dalam penulisan Karya Tulis Akhir ini.

5. dr. Abi Noor Wahyono, Sp.An, M.Kes selaku dosen pembimbing II dalam penulisan Karya Tulis Akhir ini.

6. dr. Hawin Nurdiana, M.Kes selaku dosen penguji dalam penulisan Karya Tulis Akhir ini.

7. dr. Soebarkah Basuki, Sp.PA selaku pembaca hasil penelitian yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dalam pengamatan hasil penelitian 8. Untuk Resa, Mega, Irna, Dewi, Qoyum, Ega, Tita, Rezky, Manyun, Diki,

Apip dan semua teman-teman angkatan 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

9. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmunya dan Staf Pengajar dan TU Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Malang, 12 Maret 2012

(6)

vi ABSTRAK

Prasetyaningrum, Utari. 2012. Pengaruh Pemberian Minuman Berenergi Subakut Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Tikus Putih Strain Wistar. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Diah Hermayanti (2) Abi Noor Wahyono

Pendahuluan : Konsumsi minuman berenergi semakin meningkat sejak pertama kali munculnya minuman Red Bull pada tahun 1997. Kandungan utamanya adalah kafein yang merupakan antagonis reseptor adenosin A2a yang dapat meningkatkan aktivasi polymorphonuclear cell dan resiko inflamasi yang menyebabkan perubahan progresif lambat terhadap gambaran histologi ginjal. Tujuan : Membuktikan adanya pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap gambaran histologi ginjal tikus putih strain wistar.

Metode : Eksperimen laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. Sampel dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok I (K) tanpa pemberian minuman berenergi, kelompok II. III dan IV (P1, P2, P3) diberikan minuman berenergi 72 mg, 216 mg dan 360 mg. Analisis data menggunakan One Way Anova, uji Tukey, uji korelasi dan uji regresi.

Hasil : Hasil uji One Way Anova dan uji Tukey didapatkan nilai sig=0,000 (p<0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan dengan jumlah sel nekrosis dan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Hasil uji korelasi dan regresi didapatkan r=0,988 dan R2=0,976 artinya semakin tinggi dosis akan diikuti oleh peningkatan jumlah sel nekrosis.

Kesimpulan : Minuman berenergi dapat meningkatkan jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal.

(7)

vii ABSTRACT

Prasetyaningrum, Utari. 2012. The Effect of Orally Energy Drinks Subacute to The Kidney Histological Appearance in White Rat Strain Wistar. Final Assignment, Medical Faculty, University of Muhammadiyah Malang, Adviser: (1) Diah Hermayanti (2) Abi Noor Wahyono

Introduction : Energy drink consumption has continued to gain popularity since the 1997 debut of Red Bull. The key ingredient is caffeine which is an antagonist Adenosine A2a receptor can increase activation of polymorphonuclear cells and the risk of inflammation that causes a slow progressive changes of histological kidney.

Objective : To prove the effect of orally energy drinks subacute to the kidney histological appearance in white rat strain wistar.

Method : Laboratory experiment by using the post test only control group design. The sample was divided into 4 groups. Group I (K) without energy drink, group II, III and IV (P1, P2, P3) with 72 mg, 216 mg and 360 mg of energy drink. Data analysis used One Way Anova, Tukey test, correlation test and regression test. Result : One Way Anova test and tukey test result’s obtained value sig=0,000 (p<0,05) means there is a significant effect between treatments with a number of cell necrosis and there are significant differences between groups. The correlation test and regression test result of value r=0,988 and R2=0,976 which means the higher the dosage will be followed by an increase in number of cell necrosis. Conclusion : Energy drinks can increase number of cell necrosis in renal proximal tubular epithelial cells.

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENGUJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan ... 4

1.3.1.Tujuan umum ... 4

1.3.2.Tujuan khusus ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat akademis ... 4

1.4.2 Manfaat klinis ... 5

1.4.3 Manfaat masyarakat... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Minuman Berenergi ... 6

2.1.1 Definisi minuman berenergi ... 6

2.1.2 Target sasaran minuman berenergi ... 7

2.1.3 Kandungan minuman berenergi ... 7

2.1.3.1 Kafein ... 7

2.1.3.1 Taurin ... 12

2.1.3.3 Ginseng ... 14

(9)

ix

2.1.4 Efek minuman berenergi pada tubuh ... 17

2.2 Ginjal ... 19

2.2.1 Anatomi ginjal ... 19

2.2.2 Fisiologi ginjal ... 21

2.2.3 Histologi ginjal ... 24

2.3 Jejas Sel ... 29

2.3.1 Jejas reversibel ... 30

2.3.2 Jejas ireversibel ... 31

2.4 Pengaruh minuman berenergi terhadap kerusakan ginjal ... 35

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 38

3.1 Kerangka Konsep ... 38

3.2. Hipotesis ... 40

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 41

4.1 Rancangan Penelitian ... 41

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

4.3 Populasi dan Sampel ... 41

4.3.1 Populasi ... 41

4.3.2 Sampel ... 41

4.3.3 Besar sampel ... 41

4.3.4 Karakteristik sampel penelitian ... 43

4.4 Variabel Penelitian ... 43

4.4.1 Variabel bebas ... 43

4.4.2 Variabel terikat ... 44

4.4.3 Variabel kontrol ... 44

4.4.4 Definisi operasional ... 44

4.5 Alat dan Bahan ... 46

4.5.1 Alat ... 46

4.5.2 Bahan ... 47

4.6 Alur penelitian ... 47

4.7 Prosedur Penelitian ... 47

4.7.1 Adaptasi hewan percobaan ... 47

(10)

x

4.7.3 Penyiapan larutan uji ... 48

4.7.4 Percobaan ... 49

4.8 Analisis data ... 51

BAB 5 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN ... 52

5.1 Hasil Penelitian ... 52

5.1.1 Hasil pengamatan preparat tubulus proksimal ginjal tikus putih strain wistar ... 52

5.1.2 Penelitian jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih strain wistar ... 53

5.2 Analisis Data ... 55

5.2.1 Uji asumsi data ... 55

5.2.2 Analisis one – way ANOVA ... 57

5.2.3 Pengujian berganda (multiple comparisons) ... 58

5.2.4 Pengujian korelasi dan regresi ... 61

BAB 6 PEMBAHASAN ... 65

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

7.1 Kesimpulan ... 71

7.2 Saran ... 71

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Konversi dosis antar spesies ... 47

Tabel 5.1 Hasil penelitian jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih strain wistar ... 54

Tabel 5.2 Uji kesamaan ragam dengan uji levene ... 57

Tabel 5.3 Tabel ringkasan hasil uji anova ... 58

Tabel 5.4 Tabel uji pembandingan berganda tukey ... 59

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur kimia kafein ... 8

Gambar 2.2 Stuktur kimia taurin ... 13

Gambar 2.3 Struktur umum histologis ginjal ... 24

Gambar 2.4 Struktur korpuskulus ginjal ... 26

Gambar 2.5 Glomerulus ginjal normal ... 27

Gambar 2.6Mekanisme jejas sel ... 30

Gambar 2.7 Sel tubulus ginjal normal dan nekrosis ... 34

Gambar 5.1 Gambaran mikroskopis ginjal dengan perbesaran 400x ... 52

Gambar 5.2 Grafik jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih strain wistar ... 55

Gambar 5.3 Grafik jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih strain wistar ... 60

(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

ADH : Anti Diuretic Hormone

ADP : Adenosine Diphosphate

AMP : Adenosine Monophosphate

ATP : Adenosine Triphosphate

cAMP : cyclic Adenosine Monophosphate

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

LD : Lethal Dose

NAD : Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADH : Nicotinamide Adenine DinucleotideHydrogen

NADP : Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

NADPH : Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate Hydrogen

PKC : Protein Kinase C

PMN : Polymorphonuclear Cells

RNA : Ribo Nucleic Acid

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Abd El-Moneim, Afify MR, Faten M. Abou, et al., 2009, Short and Long Term Effect of Caffeine on Liver, Kidney as well as Glucose, Insulin,

Triglycerides and Cholesterol on Normal Rats, Aust J Basic & Appl Sci, 3(4): 3259-3265.

Alatas H, Tambunan T, Partini P. Trihono, et al., 2002, Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2, FKUI, Jakarta.

Alpers CE, Fogo AB, 2007, Basic Pathology, 8th Ed, Elsevier Saunders,

Philadelphia.

Andersen L, 2006, Consumption of Coffee is Associated with Reduced Risk of

Death Attributed to Inflammatory and Cardiovascular Diseases in the Lowa Women’s Health Study, Am J Clin Nutr, 83(5): 1039-46.

Askwith T, 2010, Taurine Depletion and Schwann Cell Dysfunction in Diabetic

Neuropathy, Phd thesis, Department of Clinical and Experimental Medicine University of Birmingham Medical School, viewed: 3 Juni 2011,

<http://etheses.bham.ac.uk/1179/1/askwith_10_PhD.pdf >

Babu KM, Church RJ, Lewander W, 2008, Energy Drinks: The New Eye-Opener For Adolescents, Clin Pediatr Emerg Med, 9(1): 35– 42.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2007, Minuman Berenergi, BPOM, viewed: 14 Mei 2011, <http://www.bpom.org.id>.

(16)

xvi

Chandrasoma P, Clive R. Taylor, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi Edisi 2,

EGC, Jakarta.

Corwin EJ, 2000, Handbook of Pathophysiology, Dalam: Pakaryaningsih E, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Cotran RS, Robbins SL, Kumar V, 2007, Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2, Edisi 7, EGC, Jakarta.

Dajan A, 1995, Pengantar Metode Statistik, Jilid I, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Damjanov I, 2000, Buku Teks & Atlas Berwarna Histopatologi, Widya Medika,

Jakarta.

Duchan E, Neil D. Patel, Cynthia F, 2010, Energy Drinks: A Review of Use and

Safety for Athletes, Phys Sportsmed, 38(2), DOI: 10.3810/psm.2010.06.1796.

Eckardt K, Bernhardt WM, Weidemann A, et al., 2005, Role of Hypoxia in the

Pathogenesis of Renal Disease, Kidney Int, 68: S46-S51.

Effendi I., Markum, H. M. S. 2007. Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Ginjal.

Dalam: Sudoyo AW, Setiyahada B, Alwi I, et al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 505-9.

Focosi D, 2009, Physiology of Adult Homo Sapiens-Urinary Apparatus, viewed: 27 Februari 2010, <http://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunolo

(17)

xvii

Fredholm BB, Battg K., Holmen J, et al., 1999, Actions of Caffeine in Brain with

Special Reference to Factors That Contribute to Its Widespread Use, Pharmacol Rev, 51(1): 83-133.

Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, et al., 2005, Farmakologi dan Terapi,

4th Ed, FKUI, Jakarta.

Gartner JP, Hiatt JL, 2007, Color Text Book of Histology, 3rd Ed, Elsevier

Saunders, Philadelphia.

Gerhastuti B. Ciptaning, 2009, Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Bertinkat Per Oral Selama 30 Hari Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Tikus Wistar,

Undergraduate thesis, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Gunawan A, 2009, Perbandingan Efek Analgesik antara Parasetamol dengan Kombinasi Parasetamol dan Kafein pada Mencit, Jurnal Biomedika, 1(1): 37-43.

Guyton AC, Hall JE, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC, Jakarta. Harmita, Radji M, 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Heckman MA, Sherry K, Gonzalez EM, 2010, Energy Drinks: An Assessment of Their Market Size, Consumer Demographics, Ingredient Profile, Functionality and Regulations in the United States, In: Comprehensive

Reviews In Food Science and Food Safety, United States, (9): 303-317. Hodgson E, 2005, A Textbook of Modern Toxicology, 3rd Ed, North Carolina

State University: Wiley Interscience, United States, 273-275.

(18)

xviii

Joewana S, 2005, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat

Psikoaktif Edisi 2, EGC, Jakarta.

Johnston K.L, Clifford MN, Morgan LM, 2003, Coffee Acutely Modifies Gastrointestinal Hormone Secretion and Glucose Tolerance in Humans:

Glycemic Effects of Chlorogenic Acid and Caffeine, Am J Clin Nutr, 79 (4): 728-33.

Junqueira LE, Carneiro J, Kelley RO, 2005, Basic Histology, 11th ed, Mc Graw-Hill, Boston.

Katzung BG, 2002, Farmakologi: Dasar dan Klinik Buku 2 Edisi I, Salemba

Medika, Jakarta.

Kitts DD, Hu C, 2000, Efficacy and safety of ginseng, Public Health Nutrition,

3(4A): 473-485.

Kram DJ, Keller KA, Toxicology testing handbook, Marcel Dekker AG, Basel. Lachane MP, 2006, The Pharmacology and Toxicology of Caffeine, J Food Savety,

71-112.

Macfarlane PS, Reid R, Callander R, 2000, Pathology Illustrated, Churcill

Livingstone, New York.

Malinauskas BM, Aeby VG, Overton RF, et al., 2007, A Survey of Energy Drink Consumption Patterns Among College Students, Nutr J, 6:35.

Malole M, Pramono S, 1989, Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

(19)

xix

Marks DB, Marks AD, Smith CM, 2000, Biokimia Kedokteran Dasar Edisi 1,

EGC, Jakarta.

Maulana A. Iqbal, 2010, Pengaruh Ekstrak Tauge (Phaseolus Radiatus) Terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit (Mus Musculus) yang Diinduksi

Parasetamol, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Maxwell P, 2003, HIF-1: An Oxygen Response System with Special Relevance to

the Kidney, J Am Soc Nephrol, 14: 2712-22.

Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC, 1995, Stimulan Susunan Saraf Pusat. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2, Widya Medika, Jakarta.

Nangaku M, 2006, Chronic Hypoxia and Tubulointerstitial Injury: A Final Common Pathway to End-Stage Renal Failure, J Am Soc Nephrol, 17: 17-25.

Nienhueser J, Gregory A. Brown, 2009, Effects of Energy Drinks on Resting and Submaximal Metabolism in College Age Males, Human Performance Laboratory, Department of Health and Physical Education, University of

Nebraska at Kearney, viewed: 3 Juni 2011, <http://www.unk.edu/uploadedFiles/academics/gradstudies/ssrp/Janae%20

Nienhueser.pdf>.

Nova R. Mandasari, 2011, Efek Pemberian Subakut Minuman Energi Merek X Terhadap Fungsi Ginjal Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Strain

Wistar, Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

(20)

xx

Price S. Anderson, Wilson L. McCarty, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume1, EGC, Jakarta.

Robbins SL, Cotran RS, 2005, Pathologic Basic of Disease, 7th Ed, Elsevier Saunders, Philadelphia.

Sabaruddin H, 2010, Uji Toksisitas Akut Monocrotophos Dosis Bertingkat Per Oral Dilihat Dari Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Balb/C, Skripsi,

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Santoso S, 2003, Buku Statistik Multivariat, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Santoso S, Tjiptono F, 2002, Riset Pemasaran Konsep & Aplikasi Dengan SPSS,

PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sara M. Seifert, Judith L. Schaechter, Eugene R. Hershorin, et al., 2011, Health

Effects of Energy Drinks on Children, Adolescents and Young Adults, J Pediatrics, 7(3): 511-528, DOI:10.1542/peds.2009-3592.

Sastrawan G. Pande, Suwitra K, 2008, Peran Hipoksia pada Patogenesis Penyakit

Ginjal  J Peny Dalam, 9(1): 73-84.

Scientific Committee on Food, 2003, Opinion of the Scientific Committee on

Food on Additional Information on Energy Drinks, In: European Commission Health & Consumer Protection Directorate-General, viewed: 3 Juni 2011, <http://ec.europa.eu/food/fs/sc/scf/out169_en.pdf >

Silbernagl S, Lang F, 2007, Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, EGC, Jakarta. Soehardjono J, 1990, Petunjuk Laboraturium: Percobaan Hewan Laboraturium,

(21)

xxi

Stevan P. Tofovic, Curtis K. Kost, Edwin K. Jackson, et al., 2002, Long Term

Caffeine Consumption Exacerbates Renal Failure in Obese, Diabetic, ZSF1 (Fa-Facp) Rats, Kidney Int, 61: 1433-1444.

Stevens A, Lowe JS, 2005, Human Histology, 3th Ed, Elsevier Saunders,

Philadelphia.

Stewart J, 2002, Clinical Anatomy and Patophysiology, Mc Graw-Hill, Singapore.

(22)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap orang memerlukan asupan makanan untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur

prose-proses kehidupan dalam tubuh. Proses hilangnya energi tubuh dan perlunya energi pengganti merupakan proses alamiah yang terjadi pada

setiap orang. Makanan sehari-hari dengan pola diet seimbang dapat mencukupi kebutuhan energi dalam keadaan normal. Namun demikian,

jika orang melakukan aktivitas yang berlebih maka dibutuhkan tambahan energi dengan asupan yang sesuai. Tambahan energi tersebut bisa didapatkan dari suplemen atau minuman berenergi. Hal ini dikarenakan

minuman berenergi lebih murah, mudah didapatkan dan cepat memberikan tambahan energi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2007).

Konsumsi minuman berenergi semakin meningkat sejak pertama

kalinya muncul minuman Red Bull pada tahun 1997. Pada tahun 2006, lebih dari 500 minuman berenergi baru diperkenalkan di seluruh dunia

(Malinauskas, 2007). Pada dasarnya minuman berenergi adalah minuman yang mengandung kafein, taurin, vitamin B kompleks, ekstrak herbal dan gula atau pemanis yang dapat memberikan efek yang diinginkan oleh

penggunanya seperti meningkatkan energi, konsentrasi, kewaspadaan, mempertahankan kekuatan fisik, mengurangi kantuk serta membuat daya

(23)

2

utama dari minuman berenergi yang menimbulkan efek tersebut (Babu,

2008). Namun telah ditemukan bahwa kafein memiliki efek yang berbahaya yang dapat merusak tubuh (Malinauskas, 2007). Germany’s

poison center menemukan beberapa kasus terkait minuman energi sejak

tahun 2002, salah satu hasil yang diperoleh adalah gagal ginjal (Seifert, 2011). Hal ini juga didukung oleh penelitian mengenai pemberian

minuman berenergi merek X selama 30 hari (subakut) yang menunjukkan penurunan fungsi ginjal (Nova, 2009). Disamping itu juga telah dilakukan

penelitian mengenai pemberian minuman berkafein yang memperlihatkan kerusakan tubulointersitial ginjal (Gerhastuti, 2009).

Pada umumnya zat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk mengeluarkan sisa-sisa

metabolisme, termasuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh. Hal ini disebabkan banyak zat kimia yang diekskresi melalui urin. Selain itu, ginjal juga menerima aliran darah yang besar dan glomerulus

ginjal mempunyai area permukaan luas yang memungkinkan terjadinya paparan dengan zat kimia. Kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan

larutan dan substansi juga menjadikan ginjal rentan terhadap perusakan oleh zat kimia (Katzung, 2002; Guyton, 2007).

Salah satu bagian ginjal yang paling sering terjadi kerusakan

disebabkan zat kimia adalah tubulus proksimal. Tubulus proksimal peka terhadap anoksia dan mudah hancur karena keracunan akibat kontak

(24)

3

sering terjadi adalah nekrosis tubulus dan hiperplasi atau hipoplasi tubulus.

Bagian lain dari ginjal yang dapat terkena kerusakan adalah loop Henle dan glomerulus (Kram, 2001).

Perubahan morfologi sebagai akibat jejas nonletal sel dinamakan degenerasi atau jejas reversibel. Perubahan tersebut antara lain pembengkakan sel dan perubahan berlemak. Dalam hal ini, hubungannya

dengan paparan zat kimia terhadap ginjal, menyebabkan pembengkakan sel epitel tubulus proksimal dan tubulus distal ginjal. Pada jejas tahap

lanjut dapat menyebabkan nekrosis tubulus yang ditandai dengan kerusakan inti sel tubulus berupa kariolisis, piknosis, ataupun karioreksis

(Robbins, 2005).

Menurut Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI), jumlah penderita gagal ginjal terus meningkat. Data dari Perhimpunan Nefrologi

Indonesia menyebutkan, saat ini sedikitnya terdapat 110.000 penderita gagal ginjal terminal (tahap akhir). Gagal ginjal di Indonesia dan negara yang

sedang berkembang umumnya disebabkan glomerulonephritis, yaitu penyakit autoimun yang dicetuskan infeksi. Penyebab lain yang meningkat

ialah diabetes, hipertensi, batu ginjal, penggunaan obat-obatan dan pemakaian suplemen, jamu-jamuan, makanan dan minuman yang bersifat

nefrotoksik (Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia, 2010).

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah pemakaian minuman berenergi subakut dapat

(25)

4

1.2. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap gambaran histologi ginjal tikus putih strain wistar ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Membuktikan adanya pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap gambaran histologi ginjal tikus putih

strain wistar. 1.3.2. Tujuan khusus

1. Membuktikan pemberian minuman berenergi subakut dapat menyebabkan peningkatan jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulusproksimal ginjal tikus putih strain wistar.

2. Mengetahui dosis minuman berenergi subakut yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih strain wistar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat akademis

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kedokteran tentang pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap

(26)

5

2. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap organ-organ tubuh lainnya.

1.4.2. Manfaat klinis

1. Sebagai bukti ilmiah yang membuktikan tentang pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap ginjal.

2. Sebagai acuan untuk pencegahan kerusakan ginjal pada pengunaan minuman berenergi subakut.

1.4.3. Manfaat masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat tentang batas-batas

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh gugus hidroksil pada 4- hidroksibenzaldehida terhadap sintesis N’-(4-hidroksibenziliden)-4- hidroksibenzohidrazida (N4H-4HBH)

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwasannya kejahatan Terorisme dengan keterlibatan anak sebagai pelakunya merupakan suatu tindak pidana, akan tetapi disini anak

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Tempat : Masjid Agung Demak dan Sunan Kalijga Kadilangu Keterangan : - Penanggung Jawab Ketua II Kepala Dinas Pariwisata. - Koordinator Seksi Selamatan dan

Biaya Administrasi adalah 5% dari total tagihan RS untuk pasien asuransi (tanpa batas maksimal), dan 5% dengan maksimal nilai Rp 600rb - Rp 900rb untuk pasien umum (tergantung

Refleks propioseptif diantaranya adalah refleks dalam (deep reflexes) misalnya refleks otot, tendon dan periosteum dan refleks yang berhubungan dengan tonus otot dan

Dari hasil analisis kestabilan lereng yang dilakukan di daerah penelitian yaitu Perumahan Bukit Manyaran Permai, dengan menggunakan softwar e Geoslope 2004 dan dengan Metode

Sesuai dengan pengertian pelayan prima, yaitu pelayanan yang terbaik, maka tujuan pemberian pelayanan prima adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat