EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA WANITA yang
MENDERITA KANKER SISTEM REPRODUKSI
SKRIPSI
OlehNur Ummi Eka Dharmayanti 081121019
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi
Peneliti : Nur Ummi Eka Dharmayanti Nim : 081121019
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun akademik : 2009/2010
Tanggal Lulus : 29 Desember 2009
Pembimbing Penguji I
……… …...………. Siti Saidah N, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat Rika Endah Nurhidayah, S.Kp
NIP. 19750327 20012 2 001 NIP. 19760120 200012 2 001
Penguji II
………. Ellyta Aizar, S.Kp
NIP. 19741013 200012 2 001
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, 29 Desember 2009 Pembantu Dekan I
Erniyati, S.Kp. MNS
PRAKATA
Alhamdullillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugrah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulluah SAW beserta
keluarga dan para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan judul “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri
pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi” yang merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, yaitu:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS selaku Pembantu Dekan Satu Fakultas Keperawatan
USU.
3. Ibu Siti Saidah Nst, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan dan masukan yang berharga bagi perbaikan skripsi
ini.
4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp dan Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp selaku dosen
penguji proposal dan sidang Skripsi yang telah banyak memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat dalam perbaikan Skripsi ini.
5. Ibu Lutfiani, S.Kep. Ns, selaku dosen penasehat akademik yang selalu
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan dan kepada seluruh dosen
staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Keperawatan USU yang
memberikan bantuan dan kelancaran selama proses penelitian berlangsung.
6. Kedua orangtua ku tercinta, Giyanto, SH dan Yulinar. Terima kasih atas kasih
sayang, doa dan dukungan yang tak henti-hentinya selama ini kepada penulis.
7. Adik-adikku tersayang, Arjuna Dwi Prasetia dan Tri Septi Syukurillah yang
8. Fauzan Azmi, SH yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
Skripsi ini, dan selalu memberikan motivasi serta doa yang tak pernah henti
diberikan kepada penulis selama ini.
9. Sahabat-sahabat terbaikku, Kak Fitri, Tika, Zakia, Kak Sri, Kak Zia, Fika,
Evilia, Gina, Bu Melda, Bu Fitri dan seluruh teman-teman seperjuangan yaitu
mahasiswa ekstensi stambuk 2008.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan
semua pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan penulis
penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi
keperawatan.
Medan, Desember 2009
DAFTAR ISI
1.2Pertanyaan Penelitian………... 5
1.3Tujuan Penelitian ………... 5
1.4Manfaat Penelitian ………... 5
4.1 Pendidikan Keperawatan……….. 5
4.2 Praktek Keperawatan……… 5
2.1.4 Kanker Ovarium... 10
2.1.5 Kanker Payudara... 11
2.2 Konsep diri... 13
2.2.1 Identitas Diri... 14
2.2.2 Citra Diri... 15
2.2.3Harga Diri………. 17
2.2.4Ideal Diri……… 18
2.2.5 Peran Diri……….. 18
2.3Pendidikan Kesehatan……… 20
2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan... 20
2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan... 20
2.3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan... 21
2.3.4 Tempat Penyelenggaraan Pendkes... 22
2.3.5 Pendidikan Kesehatan Pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi... 22
Bab 3 Kerangka Penelitian ... 25
3.1 Kerangka Konseptual... 25
3.2 Definisi Konseptual dan Operasional... 26
3.2.1 Definisi Konseptual... 26
3.2.2 Definisi Operasional... 27
3.3 Hipotesis... 28
4.2 Populasi dan Sampel……….. 30
4.2.1 Populasi………. 30
4.2.2 Sampel………... 30
4.2.2.1 Jumlah Sampel ………... 30
4.2.2.2 Kriteria Sampel... 30
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 30
4.4 Instrumen Penelitian... 31
4.5 Pertimbangan Etik... 32
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Intrumen... 33
4.7 Pengumpulan Data... 34
4.8 Analisa Data... 35
Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 37
5.1. Hasil Penelitian ... 37
5.1.1. Analisis Univariat... 37
5.1.2. Konsep diri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep diri ... 39
5.1.3 Analisis Bivariat... 41
5.2. Pembahasan... 42
5.2.1. Data Demografi ... 42
5.2.2. Data Konsep Diri ... 44
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi ... 52
6.1. Kesimpulan ... 49
6.2. Rekomendasi ... 50
6.2.1. Praktek Keperawatan ... 50
62.2. Penelitian Selanjutnya ... 51
DAFTAR TABEL
Tabel:1. Variabel berdasarkan definisi operasional………. 27 2. Desain penelitian quasi eksperimen satu kelompok pre-post test... 29 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data
demografi usia, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan……….. 38 4. Distribusi frekuensi responden tentang konsep diri sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan……….. 39 5. Gambaran konsep diri sebelum dan sesudah diberikan intervensi………… 43 6. Hasil uji statistik paired t-test konsep diri sebelum dan sesudah
Judul : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri Pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi
Nama : Nur Ummi Eka Dharmayanti Nim : 081121019
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009
Abstrak
Kanker pada sistem reproduksi wanita menduduki peringkat pertama kanker yang terjadi pada wanita dan dua pertiganya kasus kanker terjadi di Indonesia. Kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan penyakit yang kronik dan bersifat progesif serta memiliki efek samping dari pengobatan (kemoterapi) yang menimbulkan perubahan pada sistem tubuh penderita yang mempengaruhi gambaran diri klien. Gambaran diri yang buruk akan berdampak pada konsep diri yang negatif. Konsep diri negatif tersebut dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif melalui pemberian pendidikan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan kesehatan terhadap peningkatan konsep diri. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan satu kelompok sampel (one group pre-post test). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah totally sampling sesuai dengan kriteria penelitian sehingga didapatkan jumlah sampel 20 orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 Oktober -16 November.
Sebelum pemberian intervensi, peneliti melakukan pengukuran awal terhadap konsep diri responden, setelah intervensi dilakukan pengukuran kembali konsep diri responden berdasarkan jawaban dari kuesioner. Konsep diri sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan dianalisis dengan uji paired t-test, sehingga didapatkan hasil taraf signifikansi 0.000 (p<0.05) dengan nilai t -8.480 dan p value 0.000. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi ke arah yang lebih baik (positif).
Judul : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Konsep Diri Pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi
Nama : Nur Ummi Eka Dharmayanti Nim : 081121019
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009
Abstrak
Kanker pada sistem reproduksi wanita menduduki peringkat pertama kanker yang terjadi pada wanita dan dua pertiganya kasus kanker terjadi di Indonesia. Kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan penyakit yang kronik dan bersifat progesif serta memiliki efek samping dari pengobatan (kemoterapi) yang menimbulkan perubahan pada sistem tubuh penderita yang mempengaruhi gambaran diri klien. Gambaran diri yang buruk akan berdampak pada konsep diri yang negatif. Konsep diri negatif tersebut dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif melalui pemberian pendidikan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan kesehatan terhadap peningkatan konsep diri. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan satu kelompok sampel (one group pre-post test). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah totally sampling sesuai dengan kriteria penelitian sehingga didapatkan jumlah sampel 20 orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 Oktober -16 November.
Sebelum pemberian intervensi, peneliti melakukan pengukuran awal terhadap konsep diri responden, setelah intervensi dilakukan pengukuran kembali konsep diri responden berdasarkan jawaban dari kuesioner. Konsep diri sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan dianalisis dengan uji paired t-test, sehingga didapatkan hasil taraf signifikansi 0.000 (p<0.05) dengan nilai t -8.480 dan p value 0.000. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi ke arah yang lebih baik (positif).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.5 LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan
keturunan. Mendapatkan keturunan banyak aspek yang berperan diantaranya
adalah peran wanita dalam melahirkan anak. Mendapatkan seorang anak dimulai
dengan suatu proses yang terjadi pada sistem reproduksi. Sistem reproduksi
wanita adalah vagina, serviks, ovarium, uterus, dan payudara (John, 2002). Pada
kenyataannya tidak semua orang mampu mendapatkan keturunan salah satu
diantaranya karena gangguan pada sistem reproduksi, seperti wanita yang
menderita kanker sistem reproduksi, selain itu kanker sistem reproduksi dapat
mengakibatkan kematian (Jong, 2004).
Hasil penelitian kesehatan terhadap wanita ternyata penyebab kematian
tertinggi wanita selain komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas adalah kanker
pada sistem reproduksi wanita (Aisiyah, 2009). Kanker pada sistem reproduksi
wanita menduduki peringkat pertama kanker yang terjadi pada wanita. Dua per
tiga kasus kanker di dunia terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia
(Harahap, 1998).
Kanker adalah pertumbuhan abnormal sel-sel yang cenderung menginvasi
jaringan di sekitarnya atau menyebar ke tempat-tempat jauh (Smeltzer, 2001).
Kanker merupakan suatu penyakit yang sangat fatal dan dapat menjalar ke semua
bagian tubuh mulai dari kepala sampai ke kaki, dari kulit sampai ke organ dalam
Kanker yang terjadi pada sistem reproduksi wanita pada awalnya tidak
menimbulkan gejala namun pada stadium lanjut kanker tersebut baru
menimbulkan gejala dan meresahkan bagi penderitanya (Willson, 2001). Kanker
pada sistem reproduksi pada stadium lanjut merupakan penyakit yang seringkali
tidak bisa disembuhkan dan mempunyai perjalanan penyakit yang kronik yang
akhirnya mematikan. Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di rumah
sakit H. Adam Malik, wanita yang menderita kanker sistem reproduksi lebih
banyak memeriksakan dirinya pada stadium lanjut setelah menimbulkan gejala.
Pada bulan Februari tahun 2009 (satu bulan terakhir) ada sekitar 25 wanita yang
menderita kanker sistem reproduksi yang dirawat di rumah sakit H. Adam Malik
Medan.
Klien dengan kanker stadium lanjut ini harus menjalani terapi yang dengan
waktu yang cukup lama. Proses perjalanan penyakit yang kronik dan bersifat
progresif serta efek samping pengobatan pada penyakit ini dapat menimbulkan
perubahan pada sistem tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Gandasentana, 1997). Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan antara kondisi sehat dan sakit yang dapat menimbulkan
gangguan konsep diri klien yang berhubungan dengan kebergantungan pada orang
lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan penurunan kemampuan berfungsi
(Carpenito, 1997).
Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Keliat (1992) menyatakan
konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
orang lain. Konsep diri terbagi atas lima komponen, yaitu : identitas diri, citra diri,
harga diri, ideal diri dan peran Cooley (1956) dalam Potter & Perry (1993).
Adanya perubahan fungsi seksual pada klien dengan kanker sistem reproduksi
dapat menjadi salah satu sebab terjadinya gangguan konsep diri klien ke arah
yang negatif, apabila tidak mampu mengatasinya karena perubahan seksualitas
pada seseorang akan menyebabkan penurunan gambaran diri yang pada akhirnya
mengakibatkan penurunan harga diri. Penurunan harga diri dan kesepian serta di
tambah dengan penurunan fungsi tubuh dapat menyebabkan isolasi sosial dan
kehilangan interaksi dengan orang lain (Kozier, 1995).
Melihat fenomena di atas, kanker sistem reproduksi menimbulkan banyak
perubahan bagi klien yang mengalaminya. Tidak hanya menimbulkan perubahan
fisik saja tetapi dapat menimbulkan perubahan-perubahan dari segi lainnya seperti
psikologis, sosial, dan spiritual. Dampak yang ditimbulkan dapat menurunkan
kualitas hidup penderitanya berupa perubahan pada konsep dirinya (Keliat,1992).
Menurut Nyswander (1947) yang dikutip Notoatmodjo (1997) menyatakan
bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan prilaku pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan
masyarakat. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku
individu, kelompok, dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana
melalui proses belajar (Herawani, 2001). Keadaan yang telah dipaparkan tersebut
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Efektivitas
kanker sistem reproduksi”, guna mengembalikan konsep diri klien ke arah positif
dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
1.2 PERTANYAAN PENELITIAN
1.2.1 Bagaimana konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi
sebelum diberi pendidikan kesehatan?
1.2.2 Bagaimana konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi
sesudah diberi pendidikan kesehatan?
1.2.3 Apakah pendidikan kesehatan efektif terhadap perubahan konsep diri
pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Mengidentifikasi konsep diri wanita yang menderita kanker sistem
reproduksi sebelum diberi pendidikan kesehatan.
1.3.2 Mengidentifikasi konsep diri wanita yang menderita kanker sistem
reproduksi sesudah diberi pendidikan kesehatan.
1.3.3 Mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan
konsep diri yang terjadi pada wanita yang menderita kanker sistem
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menyediakan informasi bagi pendidik tentang
metode pembelajaran mengenai pendidikan kesehatan yang harus diberikan
kepada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi karena mengalami
perubahan konsep diri .
1.4.2Praktek Keperawatan
Hasil penelitian akan berguna bagi perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang menderita kanker
sistem reproduksi sehingga meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
1.4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini berguna dalam menambah pengalaman peneliti dan
dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan efektifitas pendidikan kesehatan terhadap perawatan diri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2KANKER
Kanker adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus-menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Himawan, 2006). Kanker dapat tumbuh
di bagian mana saja pada tubuh manusia saja salah satunya di organ-organ
reproduksi wanita. Kanker sistem reproduksi wanita adalah pertumbuhan sel-sel
abnormal yang tidak berfungsi bagi tubuh yang terjadi pada sistem reproduksi
wanita yang berasal dari organ itu sendiri ataupun dari metastase kanker organ
lainnya (Junaidi, 2007). Jenis-jenis kanker pada sistem reproduksi wanita adalah
sebagai berikut: kanker serviks, kanker rahim, kanker vagina, kanker ovarium,
dan kanker payudara.
2.1.1 Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Tapan, 2005).
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya secara jelas, namun
timbulnya kanker serviks berkaitan erat dengan beberapa faktor resiko
diantaranya: melakukan hubungan seksual pada usia dini, melahirkan pada usia
dini, berganti-gantian pasangan seksual, infeksi HIV, merokok dan infeksi yang
disebabkan human papiloma virus (HPV) yang diperoleh melalui kontak seksual
dilakukan Pap smear untuk uji skrinning kemudian diagnosis secara pasti
setelah timbulnya gejala dapat dilakukan biopsi punch dan kolposkopi (William,
2001).
Gejala yang dialami pasien kanker serviks pada awalnya menimbulkan
keluhan adanya sekresi dari vagina berupa air, perdarahan yang tiba-tiba setelah
koitus, perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur antara periode
menstruasi (metrogia), perdarahan pasca-menopause dan polimenorea. Namun,
hal ini akan berlanjut menjadi gejala lanjutan seperti sekresi vagina yang
kehitaman dan bau, nyeri pada daerah pelvis, abdomen, lumbar, bokong, berat
badan menurun, anoreksia, anemia, edema ekstremitas bawah, disuria, dan
perdarahan dari rektum (Siswadi, 2006). Berkembangnya proses kanker secara
progresif mengakibatkan jaringan yang ada di luar serviks dapat terkena.
Sehingga, ditetapkannya pentahapan klinis berdasarkan klasifikasi internasional
agar pengobatan dapat di rencanakan lebih spesifik dan prognosis lebih dapat di
prediksi.
Klasifikasi internasional yang dikutip dari The International
Federation of Gynecology and Obstetric adalah sistem pentahapan yang banyak
digunakan yaitu klasifikasi TNM (tumor, nodus, dan metastase) dan juga
digunakan untuk menggambarkan malignasi. Pada sistem ini, T mengacu pada
tumor primer, N pada keterlibatan nodus limfe, dan M pada metastasis, atau
penyebaran penyakit (Smeltzer, 2001). Pada penatalaksanaan medis, kanker
yang dialami klien. Diantaranya dapat dilakukan dengan histerektomi,
bedah/sinar laser, radiasi, bedah krio, dan kemoterapi (William, 2001).
2.1.2 Kanker Rahim (Endometrium)
Kanker rahim biasanya merupakan jenis kanker yang jinak disebut
dengan leiomioma. Leiomioma (mioma) adalah tumor benigna yang berasal dari
sel-sel otot dan mengandung sejumlah jaringan fibroid. Stimulus untuk
tumbuhnya tumor ini juga belum jelas, tetapi sering dikaitkan dengan hormon
estrogen karena tumor jarang timbul sebelum menarche dan mengecil sesudah
menopause (Siswadi, 2006).
Kanker pada endometrium merupakan kanker ginekologis yang paling
lazim yang mengenai wanita usia lebih dari 50 tahun dan merupakan kanker ke
empat yang paling umum pada wanita (Siswadi, 2006). Adapun faktor resiko
yang memicu terjadinya kanker endometrium ini yaitu: peningkatan kadar
estron yang dilepaskan yang berhubungan dengan kelebihan berat badan dan
penggunaan estrogen jangka panjang serta menopause setelah usia 52 tahun
(William, 2001). Keluarnya darah lewat vagina sesudah menopause dalam
jangka waktu yang lama merupakan suatu keadaan yang abnormal. Keadaan ini
menunjukkan tanda khas pada kanker rahim tetapi hal ini juga dapat terjadi pada
wanita usia subur, namun perdarahan muncul di luar masa menstruasi (Siswadi,
2006).
Pengobatan kanker rahim didasarkan pada tahap penyakit tetapi
hampir selalu dimulai dengan histerektomi abdomen total sejalan dengan
tindakan ini, bergantung pada hasil dari pentahapan bagi klien yang mempunyai
resiko tinggi kekambuhan (Smeltzer, 2001).
2.1.3Kanker Vagina
Kanker vagina adalah pertumbuhan sel yang abnormal di vagina, dan
biasanya ditemukan di bagian teratas dari vagina. Penyakit ini diakibatkan oleh
koriokarsinoma yang bermetastasis atau bentuk kanker serviks atau kanker
organ-organ di sekitarnya (seperti uterus, kandung kemih atau rektum). Selain
itu, riwayat HPV atau penggunaan pesari juga mendukung terjadinya penyakit
ini (Smeltzer, 2001).
Pertumbuhan dan penyebaran kanker vagina menurut sistem
klasifikasi TNM terdiri dari empat stadium yaitu: stadium I: tumor terbatas
sampai dinding vagina; stadium II: pertumbuhan lanjut tumor menembus
dinding vagina tanpa tumbuh masuk ke organ-organ di seputarnya dan tanpa
mencapai dinding panggul; stadium III: pertumbuhan lanjut tumor sampai ke
dinding panggul; stadium IV: pertumbuhan masuk ke kandung kemih atau
rektum atau penyebaran di luar panggul kecil (William, 2001). Gejala yang khas
pada kanker vagina adalah perdarahan spontan maupun perdarahan kontak
akibat hubungan seks yang disertai dengan adanya nyeri dan rabas vagina.
(Siswadi, 2006).
Pada tahap pengobatan, terapi laser menjadi pilihan yang umum
digunakan dan didukung dengan terapi lainnya seperti radiasi yang diberikan
2.1.4 Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur)
(Aisiyah, 2009). Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap
kanker payudara tiga sampai empat kali lipat sedangkan wanita dengan kanker
payudara mempunyai resiko yang meningkat terjadinya kanker ovarium.
Penyebab dari kanker ovarium belum diketahui secara jelas, namun ada
beberapa faktor resiko yang memicu terjadinya kanker ovarium yaitu: diet tinggi
lemak, merokok, alkohol, penggunaan bedak talk perineal, riwayat kanker
payudara, kolon, endometrium, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara
atau ovarium (Smeltzer, 2001).
Keluhan yang dirasakan oleh wanita kanker ovarium biasanya dirasakan
pada stadium yang sudah lanjut. Adapun keluhan ataupun tanda dan gejala yang
dialami wanita kanker ovarium adalah haid yang tidak teratur, ketegangan
menstruasi yang meningkat, darah menstruasi yang banyak, nyeri tekan pada
payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dispepsia, tekanan
pada pelvis, dan sering berkemih (William, 2001).
Setiap pembesaran ovarium harus diselidiki. Sekitar 75% dari kanker
ovarium telah bermetastasis ketika didiagnosis sekitar 60% telah menyebar
diluar pelvis. Banyak tipe sel kanker ovarium yang berbeda, tumor epitel
menempati 90% dari semua jenis. Tumor sel germinal dan tumor stromal
menempati 10% dari kondisi ini (Smeltzer, 2001). Tumor sel germinal
merupakan jenis tumor yang paling sering ditemukan pada wanita umur di
lebih dari 50 tahun. Penatalaksanaan untuk kanker ovarium dilakukan secara
kolaboratif dan mandiri. Secara kolaboratif dapat dilakukan tindakan
pembedahan (laparotomi) dan radioterapi sedangkan tindakan secara mandiri
perawat dapat memberikan penyuluhan postoperatif yang menyangkut
pembedahan mayor pada abdomen dan memberikan dukungan serta motivasi
pada keluarga pada proses pemulangan (Siswadi, 2006).
2.1.5 Kanker Payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda (Tapan, 2005). Berdasarkan dari hasil statistik
The American Cancer Society, menunjukkan bahwa resiko sepanjang hidup
untuk mengalami kanker payudara adalah satu dari delapan wanita, dan terdapat
183.400 kasus baru kanker payudara didiagnosa pada tahun 1995, dengan
perkiraan 46.240 kematian (Smeltzer, 2001).
Belum diketahui penyebab spesifik dari kanker payudara, namun ada
beberapa faktor resiko yang memicu terjadinya penyakit ini antara lain: faktor
genetik, hormonal, dan lingkungan. Akan tetapi, ada faktor resiko lainnya yang
lebih meningkatkan seseorang menderita kanker payudara yaitu: keluarga
perempuan resikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum
berusia 60 tahun, menarche dini, nullipara atau usia maternal lanjut saat
kelahiran anak pertama, menopause pada usia lanjut, riwayat penyakit payudara
jinak, pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat jika pernah terpajan oleh radiasi
ionisasi setelah masa puberitas, kontrasepsi oral, terapi pengganti hormon dan
Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara,
tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar. Hal ini terjadi karena sebagian
besar jaringan payudara terdapat pada kuadran tersebut. Kanker payudara umum
nya terjadi pada payudara sebelah kiri. Gejala khas pada kanker ini yaitu: lesi
tidak terasa nyeri, terfiksasi, dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan
nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang jelas pada bagian
yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara jinak. Namun, nyeri
yang jelas pada bagian payudara yang ditunjuk dan adanya teraba benjolan serta
tampak peau d’orange (kulit jeruk) pada kulit payudaranya dapat berhubungan
dengan kanker payudara ganas (Smeltzer, 2001).
Pertumbuhan dan penyebaran kanker payudara menurut sistem
klasifikasi TNM terdiri dari empat stadium yaitu : stadium I ; terdiri atas tumor
yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, dan tidak terdeteksi adanya
metastasis; stadium II; terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi
kurang dari 5 cm, dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan
tidak terdeteksi adanya metastasis; stadium III; terdiri atas tumor yang lebih
besar dari 5 cm, atau tumor dengan sembarang ukuran yang menginvasi kulit
atau dinding, dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular, dan
tanpa adanya metastasis; stadium IV; terdiri atas tumor dalam sembarang
ukuran, dengan nodus limfe normal atau kankerosa, dan adanya metastasis jauh
(Junaidi, 2007). Penatalaksanaan kanker payudara ini didasarkan pada stadium
penyakit. Adapun, pengobatan yang dapat dilakukan adalah pembedahan, terapi
Pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi banyak hal yang
dapat terjadi pada dirinya tidak hanya sekedar gangguan fisik , melainkan
perubahan yang dialami sangat komprehensif baik secara bio, psiko maupun
sosial. Perubahan secara fisik yang terjadi pada klien yaitu dalam bentuk gejala
dan efek dari terapi kanker yang dapat mempengaruhi sikap, perilaku ataupun
persepsi klien sehingga menyebabkan perubahan secara psikologis. Salah satu
bentuk perubahan psikologis tersebut adalah perubahan konsep diri wanita yang
menderita kanker sistem reproduksi ke arah negatif, sehingga mempengaruhi
kualitas hidup klien menjadi lebih buruk (Keliat, 1998).
2.2 KONSEP DIRI
Konsep diri merupakan suatu integrasi yang kompleks dari perasaan, sikap
sadar maupun tidak sadar dan persepsi tentang totalitas diri, tubuh, harga diri dan
peran (Potter & Perry, 1993). Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Budi
Ana Keliat (1992) menyatakan konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain.
Tarwoto & Wartonah (2003) menyatakan perkembangan konsep diri secara
bertahap dimulai sejak dari bayi sudah mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain. Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep
diri, ada yang positif dan ada yang negatif. Individu dengan konsep diri yang
positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal,
negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptip (Keliat,
1992).
Pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi mengalami
perubahan citra tubuh, dan jika perubahan ini tidak terintegrasi dengan konsep diri
maka kualitas hidup akan menurun secara drastis. Proses perubahan citra tubuh
pada klien kanker dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal perubahan
yang terjadi setelah diagnosa, operasi dan terapi sedangkan tahap kedua terjadi
pada saat proses integrasi dari perubahan pada struktur konsep diri. Perubahan
yang terjadi secara fisik pada klien seperti perubahan struktur tubuh karena
pembedahan ataupun efek dari kemoterapi serta perubahan yang diakibatkan
karena proses penyakit itu sendiri, yang akan membawa klien ke konsep diri
negatif seperti malu, menarik diri, rendah diri, kontrol diri kurang, takut, pasif,
asing terhadap diri dan frustasi (Keliat, 1998). Konsep diri terdiri dari lima
komponen, yaitu : identitas diri, citra diri, harga diri, ideal diri dan peran.
2.2.1 Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran dari individu dan keunikan yang
terjadi terus menerus sepanjang hidup. Identitas diri seseorang biasanya berupa
karakteristik-karakteristik yang membedakan seseorang dengan yang lainnya
meliputi nama, jenis kelamin, umur, ras, suku, budaya, pekerjaan atau peran
(Kozier, 2004). Hal ini menunjukkan kesadaran akan suatu kepastian dan
adanya pemisahan dari yang lainnya, perasaaan diri seutuhnya dan pemeliharaan
solidaritas dengan kelompok sosial yang ideal melalui ekspresi dan keunikan
Selain karakteristik di atas, seksualitas juga merupakan bagian dari
identitas diri seseorang. Identitas seksual adalah gambaran seseorang tentang
diri sebagai pria atau wanita dan makna dari gambaran diri. Gambaran ini dan
maknanya bergantung pada nilai yang ditetapkan secara kultural yang dipelajari
melalui sosialisasi (Potter & Perry, 2005).
Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi akan terganggu
identitas seksualnya karena klien merasa tidak dapat menjadi wanita yang
sempurna. Adapun bentuk identitas diri dari wanita kanker sistem reproduksi
yaitu : hubungan intim terganggu, tidak/ kurang penerimaan terhadap diri,
kecemasan tinggi sampai panik, ideal diri tidak realistis dan perasaan tentang
diri yang berfluktuasi (Keliat, 1998).
2.2.2 Citra Diri
Menurut Stuart (2007) menyatakan bahwa citra diri adalah sikap
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar, sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, potensi tubuh saat ini dan
masa lalu yang secara berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman
yang baru. Citra diri mulai berkembang ketika anak belajar tentang struktur,
fungsi, kemampuan dan keterbatasan tubuh mereka. Citra diri juga dapat
berubah dalam beberapa jam, hari, minggu, bulan, tergantung pada stimulus
eksternal di tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, struktur ataupun
fungsi (Kozier et al, 1995).
Selain itu, Nilai-nilai budaya juga mempengaruhi terbentuknya citra
karena citra diri sangat besar pengaruhnya bagi adaptasi seseorang terhadap
lingkungannya (Berger & Williams, 1992).
Citra diri juga berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu
memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh
akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan
harga diri (Keliat, 1992).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa citra
diri bergantung pada bagian realitas tubuh, sehingga seseorang biasanya tidak
dapat beradaptasi dengan cepat untuk berubah secara fisik. Perubahan fisik
boleh jadi tidak sesuai pada citra diri ideal seseorang. Penelitian telah
menunjukkan, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman penurunan berat
badan yang signifikan tidak siap menerima bahwa dirinya kurus (Potter & Perry,
1993). Citra diri akan tumbuh secara positif dan akurat bila kesadaran akan diri
berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri,
termasuk persepsi saat ini dan masa lalu (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Pada wanita kanker sistem reproduksi penampilan tubuhnya akan
berubah akibat proses penyakit dan program terapi. Proses perubahan citra
tubuh ini akan mempengaruhi citra diri klien yang diawali dengan denial
(mengingka ri), marah, tawar menawar, depresi dan menerima. Proses ini
merupakan proses yang normal dan perlu distimulasi dan difasilitasi oleh
2.3.3Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai,
dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai
dengan ideal diri (Sunaryo, 2004). Berger & Williams (1992) mengemukakan
bahwa harga diri merupakan derajat di mana seseorang menyukai atau tidak
menyukai dirinya sendiri yang berkembang dari persepsi atas keberhasilan atau
kegagalan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Derajat dari harga diri merupakan faktor yang penting dalam
perkembangan psikososial dan motivasi Gibson (1980) dalam Potter & Perry
(1993). Sebagaimana individu ditempatkan pada peranan sosial, Ia dihargai
dalam bentuk pujian atau dihukum dengan teguran, pukulan dan kritikan hal
tersebut akan mempengaruhi harga dirinya Adapun aspek utama dari harga diri
yaitu dicintai, disayangi, dikasihi dan mendapat penghargaan dari orang lain.
Jika komponen-komponen tersebut buruk maka mengakibatkan harga diri
rendah (Suryono, 2004).
Pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi terjadi banyak
perubahan fisik yang mempengaruhi aktivitas klien sehari-hari, hal ini juga
mempengaruhi keadaan psikis klien. Jika klien tidak percaya diri dan tidak
menerima keadaan yang dialaminya, hal ini membawa diri klien menjadi harga
diri rendah. Adapun perilaku klien kanker yang berhubungan dengan harga diri
rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,
mudah tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan (isolasi, menarik diri), dan
2.3.4Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus berprilaku
sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang
yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai.
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma
sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan (Keliat, 1992). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : kecenderungan individu
menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor budaya, ambisi dan
keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan harga diri (Suryono, 2004).
2.3.5Peran Diri
Peran diri adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Tarwoto & Wartonah, 2003). Hal ini
dipengaruhi oleh citra diri, identitas diri berupa jenis kelamin dan konsep diri.
Sebagai komponen dari konsep diri, peran seseorang berubah-ubah baik pada
masa sekolah, ataupun dalam berkarir. Peran yang umumnya bersifat menetap
adalah menjadi seorang wanita dan kemungkinan menjadi ibu atau istri,
sedangkan yang bersifat sementara diantaranya menjadi seorang mahasiswa
ataupun seorang atlet olimpiade (Berger & Williams, 1992).
Brim & Wheeler (1966) dalam Potter & Perry (1993) membedakan
sosialisasi anak dan dewasa. Dewasa lebih berkonsentrasi pada kehidupan yang
sesuai saat ini dengan perannya daripada mempelajari nilai-nilai dasar dari suatu
serta peningkatan spesifikasi peran disamping yang lebih mengarah pada
hubungannya dengan orang lain. Berbeda dengan anak yang belajar tentang diri
seseorang dan lingkungan sekitarnya. Setelah merasa nyaman dengan keadaan
fisiknya dan membangun kepercayaan dengan orang tua, maka anak mulai
bersosialisasi dengan anak yang lain. Anak akan berkembang dan belajar
tentang peran kehidupan melalui sosialisasi.
Dalam berinteraksi, seseorang perlu mengetahui diri mereka dalam
hubungannya dengan orang lain dan apa yang diharapkan masyarakat atas
kedudukannya. Ketika terjadi kerancuan peran, harapan menjadi tidak jelas dan
seseorang tidak tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya serta
memprediksi reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya (Kozier et al, 1995).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan akan penampilan peran diri
individu akan tercapai bila memiliki kepribadian yang sehat serta mempercayai
dan terbuka pada orang lain, juga membina hubungan interdependen (Tarwoto
& Wartonah, 2003).
Setiap wanita mempunyai berbagai peran yang penting dalam
kehidupannya baik sebagai istri, orangtua, ataupun pekerja. Namun, apabila
wanita tersebut menderita kanker pada sistem reproduksi maka penyakit tersebut
akan mempengaruhi peran klien seperti sediakala karena klien mengalami gejala
yang sangat kompleks dan proses penatalaksanaan penyakit dapat
2.4PENDIDIKAN KESEHATAN
2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan
masyarakat. Selain itu, pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses
perkembangan yang berubah secara dinamis, yang di dalamnya seseorang dapat
menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Nyswander pendidikan kesehatan adalah suatu proses pada perubahan diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan
perseorangan dan masyarakat.
Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dinamis
dengan tujuan mengubah perilaku manusia yang meliputi komponen
pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup
sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan
komponen dari program kesehatan.
2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yang utama adalah tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara
perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Secara umum dan operasional pendidikan kesehatan bertujuan untuk
agar menjadi kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada dengan tepat dan sesuai (Herawani, 2001). Banyak faktor yang perlu
diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat
(Effendy, 1995).
2.3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut Effendy (1995) yang menjadi ruang lingkup pendidikan
kesehatan meliputi tiga aspek yaitu: sasaran, materi/pesan, dan metode yang
digunakan.
Sasaran dalam pendidikan kesehatan adalah individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Materi atau pesan yang disampaikan hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga dapat dirasakan langsung
manfaatnya. Penyampaian materi sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah
di mengerti, menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman dan
menarik perhatian sasaran (Walgino, 1995). Metode yang dipakai dalam
pendidikan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan komunikasi dua arah
antara yang memberikan pendidikan kesehatan terhadap sasaran, sehingga
diharapkan pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.
Metode yang dipakai antara lain: curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi
2.3.4 Tempat Penyelenggaran Pendidikan Kesehatan
Tempat penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan seperti puskesmas, rumah bersalin, rumah sakit, klinik dan
sekolah serta di masyarakat berupa keluarga masyarakat binaan. Hasil yang
diharapkan dalam pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan
perilaku individu, keluarga, dan masyarakat untuk dapat menanamkan
prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Effendy, 1995).
2.3.5 Pendidikan Kesehatan pada Wanita yang Menderita Kanker Sistem
Reproduksi
Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi mengalami
perubahan konsep diri menjadi negatif. Konsep diri yang negatif akan
mempengaruhi kesehatan klien menjadi lebih buruk daripada konsep diri positif
(Keliat, 1998).
Pendidikan kesehatan peningkatan konsep diri positif perlu diberikan
kepada klien yang menderita kanker sistem reproduksi guna meningkatkan
kualitas hidupnya. Pendidikan kesehatan yang diberikan bertujuan untuk
mengubah konsep diri menjadi positif dengan cara menjelaskan pada klien
tentang proses penyakit yang dideritanya mulai dari definisi, faktor resiko,
gejala dan efek terapi dari masing-masing jenis kanker sistem reproduksi yang
sesuai dengan klien. Penjelasan ini bertujuan agar klien dapat mengetahui
agar tidak terlarut dalam kesedihan atau sampai mengingkari bahkan menolak
(Kurnia, 2008).
Pendidikan kesehatan selanjutnya yang diberikan adalah mengenai
perawatan kanker itu sendiri. Klien dapat diajarkan berbagai hal mengenai
perawatan kankernya untuk meningkatkan gambaran diri dan harga dirinya,
seperti: pada klien dengan kanker payudara yang telah melakukan operasi
pengangkatan total payudara, klien tidak perlu merasa dirinya tidak menarik lagi
karena klien masih dapat menggunakan bra berbusa, sedangkan klien lainnya
yang mengalami dampak dari kemoterapi dapat dianjurkan menggunakan
penutup kepala jika rambutnya rontok, dan menghindari pakaian yang ketat dan
perhiasan yang tajam agar tidak melukai kulit yang kering, dan mengkonsumsi
anti oksidan (Chris, 2009).
Kemudian, menganjurkan klien memahami item-item dari konsep diri
dan terapi psikologis seperti tetap aktif dan bergembira. Tetap aktif dan
bergembira merupakan terapi untuk melawan, mencegah, serta mengurangi efek
kanker. Selama menjalani hidup dengan kanker, tetaplah aktif dan berusaha
untuk merasa bahagia, air mata kesedihan tidak banyak menolong, bahkan
membuat mental semakin merosot dan putus harapan. Klien tetap dapat
diajarkan kembali mengembalikan perannya sebagai istri dan ibu, walaupun
dengan aktivitas yang minimal (Junaidi, 2007).
Tetap optimis, merupakan salah satu terapi psikologis yang dapat
meningkatkan konsep diri klien. Menganjurkan klien berpikir positif dan
kanker harus dihadapi dan klien tidak boleh menyerah. Meyakinkan pada klien
bahwa klien akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk hidup. Klien dapat
mengatakan pada diri sendiri dengan berkata langsung bahwa ukuran kanker
semakin mengecil dan berhenti menyebar, yang akhirnya menghilang (Jelsoft,
2000).
Terapi doa, dengan adanya terapi doa klien dapat lebih mendekatkan
diri pada yang Maha Kuasa. Meyakinkan pada klien bahwa segala sesuatunya
dapat terjadi atas kehendak Tuhan. Jika dunia alamiah tidak dapat memberikan
pertolongan untuk kembali sehat, saat itulah dunia Illahi mengambil alih situasi,
dan Tuhan melakukan semua yang tidak dapat kita lakukan. Bila Dia
berkehendak, kanker dapat sembuh total (Junaidi, 2007). Semua terapi ini
bertujuan meningkatkan konsep diri klien bahwa klien harus tetap yakin akan
kesembuhannya dan tidak putus asa ataupun menarik diri. Sehingga dengan
adanya peningkatan konsep diri ke arah positif dapat meningkatkan kualitas
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan
konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan serta mengidentifikasi efektifitas pendidikan kesehatan
tentang perubahan konsep diri ke arah positif terhadap wanita yang menderita
kanker sistem reproduksi.
Penelitian ini terdiri dari satu kelompok yaitu kelompok intervensi. Pada
kelompok intervensi dilakukan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan responden diberikan tes awal (pre-test)
untuk menilai konsep diri wanita kanker sistem reproduksi selanjutnya responden
diberikan pendidikan kesehatan mengenai peningkatan konsep diri ke arah positif,
setelah diberikan pendidikan kesehatan dilakukan post test. Hasil yang diharapkan
terjadi perubahan konsep diri wanita kanker sistem reproduksi ke arah yang positif
setelah dilakukan pendidikan kesehatan guna meningkatkan kualitas hidupnya.
Gambar 1: Kerangka konsep efektivitas pendidikan kesehatan pada wanita kanker sistem reproduksi
3.2 DEFINISI KONSEPTUAL dan OPERASIONAL 3.2.1 Definisi Konseptual
a) Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi adalah wanita yang
menderita penyakit dari pertumbuhan abnormal sel-sel pada
organ-organ reproduksi yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya
atau menyebar ke tempat-tempat jauh (Smeltzer, 2001) .
b) Konsep diri adalah suatu integrasi yang kompleks dari perasaaan, sikap
sadar maupun tidak sadar dan persepsi tentang totalitas diri, tubuh,
harga diri dan peran (Potter & Perry, 1993).
c) Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan perilaku yang
dinamis dengan tujuan mengubah perilaku manusia yang meliputi
kompenen pengetahuan, sikap ataupun praktik yang berhubungan Tes awal • Jenis konsep diri • Terapi psikologis
dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan
(Effendy, 1995).
3.2.2 Definisi Operasional
Tabel 1 : Variabel berdasarkan definisi operasional
kanker sistem
Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti dapat mengambil/mendirikan
hipotesis sebagai berikut :
Ho : Pendidikan kesehatan tidak efektif dalam mengatasi perubahan konsep
diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.
Ha : Pendidikan kesehatan efektif dalam mengatasi perubahan konsep diri
pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi-experiment untuk
mengidentifikasi konsep diri wanita dengan kanker sistem reproduksi sebelum
dan sesudah penyuluhan serta efektivitas pendidikan kesehatan tentang
peningkatan konsep diri terhadap perubahan konsep diri pada wanita yang
menderita kanker sistem reproduksi. Desain ini menggunakan satu kelompok
yaitu kelompok intervensi (KI). Pada kelompok intervensi diberikan pre-test (T1)
kemudian diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep
diri dilanjutkan dengan pemberian post-test (T2).
Tabel 2: Desain penelitian quasi eksperiment satu kelompok pre-post test
Kelompok Pre-test Intervensi Post-test
KI T1 Pendidikan T2
kesehatan
Keterangan:
KI adalah kelompok intervensi yang diberikan T1 (Pre-test) berupa
kuesioner setelah itu diberikan pendidikan kesehatan. Setelah diberikan
pendidikan kesehatan dilanjutkan dengan pemberian kuesioner untuk penilaian
4.2 POPULASI dan SAMPEL
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang menderita
kanker sistem reproduksi dengan jumlah dalam setahun sebanyak 250 orang
dengan rata-rata jumlah per bulannya 20 orang dan masih berada dalam
perawatan RSUP H. Adam Malik, Medan.
.
4.2.2 SAMPEL
4.2.2.1 Jumlah Sampel
Sampel dipilih dengan menggunakan total sampling di mana
seluruh anggota populasi dijadikan sampel pada satu bulan sebanyak 20 orang.
4.2.2.2 Kriteria Sampel
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
a) Wanita yang menderita kanker sistem reproduksi dan masih berada
dalam perawatan RSUP H. Adam Malik Medan.
b) Bersedia untuk menjadi responden penelitian dengan memberikan
persetujuan menjadi responden penelitian baik secara lisan maupun
tulisan dengan menandatangani inform consent.
4.3 LOKASI dan WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di ruangan obgin (RB1) dan RB-2 RSUP H. Adam
Malik Medan, pada bulan Oktober sampai November 2009. Alasan peneliti
memudahkan peniliti melakukan penelitian. Selain itu juga banyak penderita
kanker sistem reproduksi yang dirawat di rumah sakit ini di bandingkan dengan
rumah sakit lain di kota Medan.
4.4 INSTRUMEN PENELITIAN
Data responden ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data
berupa kuesioner. Kuesioner ini terbagi atas dua bagian yaitu: bagian pertama
adalah kuesioner untuk data demografi meliputi umur, agama, suku, pendidikan,
dan pekerjaan. Bagian kedua adalah kuesioner untuk konsep diri pada wanita
dengan kanker sistem reproduksi.
Kuesioner konsep diri terdiri atas 25 pertanyaan yang masing-masing
bagian dari item konsep diri terdiri atas lima pertanyaan dengan 14 pertanyaan
negatif dan 11 pertanyaan positif. Pertanyaan negatif (no. 1, 2, 3, 9, 11, 12, 13, 15,
16, 19, 21, 22, 24, 25) dan pertanyaan positif (no. 4, 5, 6, 8, 10, 14, 17, 18, 20,
23). Pertanyaan konsep diri terdiri dari identitas diri (no. 1-5), pertanyaan citra diri
(no. 6-10), pertanyaan harga diri (11-15), pertanyaan ideal diri (16-20),
pertanyaan peran (21-25). Jika klien menjawab ya maka diberi nilai 1 (skor = 1)
pada pertanyaan positif dan diberi nilai nol (skor = 0) pada pertanyaan negatif,
sedangkan jika klien menjawab tidak diberi nilai nol (skor = 0) pada pertanyaan
positif dan diberi nilai satu (skor = 1) pada pertanyaan negatif.
Menurut rumus statistik Sudjana (2002), dengan rentang terbesar 25
terkecil 0 dibagi dua kategori yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif,
12.5 nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama maka konsep diri di
kategorikan sebagai berikut : 0-12 konsep diri negatif dan 13-25 konsep diri
positif.
4.5 PERTIMBANGAN ETIK
Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam ujian
proposal penelitian untuk selanjutnya mendapat persetujuan dari institusi Fakultas
Keperawatan USU dan izin dari Direktur RSUP. H Adam Malik Medan. Dalam
penelitian ini akan disampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan
etik, yaitu: peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang informasi esensial dari
penelitian yang akan dilakukan, antara lain tujuan, manfaat, kegiatan dalam
penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Jika responden bersedia
untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan
(inform consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Bila responden menolak
untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga
kerahasiaan responden peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada
lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh peneliti dengan wawancara
terstruktur. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. Kerahasiaan informasi
4.6UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS INTRUMEN
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen
bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang
diukur (Notoatmodjo, 2005). Uji validitas isi ini dilakukan oleh ahli dalam
penelitian ini yaitu dosen bagian keperawatan jiwa USU dengan strata pendidikan
Master. Dilakukan dengan cara mengajukan kuesioner dan proposal penelitian
kepada penguji validitas kemudian dikoreksi. Setelah dikoreksi pertanyaan yang
tidak valid diganti langsung oleh penguji validitas.
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukurannya dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi,
1995). Sedangkan Sugiyono (2002), berpendapat bahwa instrumen dikatakan
reliabel adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang
berbeda untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Uji reliabilitas ini dilakukan terhadap 10 orang klien kanker yang bukan termasuk
dalam sampel di Rumah sakit H.Adam Malik dan data tersebut diolah
menggunakan program komputerisasi dengan analisa KR-20, alasan peneliti
menggunakan koefesien KR-20 karena bentuk pertanyaan pada skor dikotomi dan
dengan jumlah pertanyaan yang ganjil.
Pada proses penelitian peneliti melakukan uji relibilitas menggunakan
alpha karena metode alpha juga dapat digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1) dan
akan menghasilkan perhitungan yang setara dengan KR-20 (Priyatno, 2008). Dari
maka instrumen tersebut dikatakan reliabel jike koefesien korelasinya (r) > r tabel.
Uji relibilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang
responden wanita kanker reproduksi dengan hasil mencapai 0.726. Dari nilai uji
ini dapat dikatakan bahwa kuesioner ini layak untuk digunakan dalam penelitian
ini.
4.7 PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden
untuk mengidentifikasi perubahan konsep diri sebelum dan sesudah pemberian
pendidikan kesehatan dan efektivitas pendidikan terhadap perubahan konsep diri
pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara:
1) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi
Fakultas Keperawatan USU.
2) Mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di RSUP.H
Adam Malik Medan.
3) Setelah mendapat izin, kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian
di ruangan RB-1 dan RB-2 bekerja sama dengan perawat ruangan untuk
mengetahui klien yang memenuhi kriteria.
4) Responden yang tidak termasuk ke dalam kriteria penelitian tidak akan
diikutsertakan dalam data penelitian.
6) Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan
menandatangani inform consent.
7) Mengidentifikasi konsep diri wanita dengan kanker reproduksi (pre-test)
dengan menggunakan koesioner selama 15 menit.
8) Pemberian kuesioner dan intervensi dilakukan kepada responden secara
individu di karenakan keadaan umum responden yang berdrest total.
9) Peneliti melakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit kepada responden,
dengan rincian pembukaan 5 menit, isi 20 menit, dan penutup 5 menit.
10)Responden yang mengalami bedrest total di dalam pengisian kuesioner
dibantu oleh peneliti dengan melakukan wawancara.
11)Mengidentifikasi kembali konsep diri wanita dengan kanker reproduksi
dengan menggunakan kuesioner satu minggu setelah penyuluhan.
12)Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang telah terkumpul
kemudian diolah/dianalisa.
4.8 ANALISA DATA
Analisa data penelitian dilakukan dengan menempuh tahapan yang dimulai
dari persiapan berupa mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden
serta memastikan bahwa semua jawaban yang telah diisi. Data yang diperoleh
diidentifikasi dengan mentabulasikan data yang telah terkumpul. Selanjutnya data
diolah dengan program komputerisasi SPSS versi 15,0 dalam uji deskriptif untuk
mengetahui frekuensi, presentasi, mean dan standar deviasi untuk data demografi.
pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
denga alpha = 0,05.
Hasil pengukuran dibandingkan untuk menguji hipotesa penelitian
sehingga dapat diketahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan
konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi. Hipotesis
diterima jika alpha yang diperoleh dari hasil perhitungan uji statistik lebih kecil
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil dan pembahasan mengenai
efektivitas pendidikan kesehatan terhadap perubahan konsep diri pada wanita
yang menderita kanker sistem reproduksi di RSUP H. Adam Malik, Medan.
5.1 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober sampai 16 November
2009. Jumlah seluruh responden sebanyak 20 orang yang menjadi subyek
penelitian (yang diberi intervensi pendidikan kesehatan) yang terdiri dari 10 orang
kanker serviks (50%), 7 orang kanker payudara (35%) dan 3 orang kanker
ovarium (15%). Intervensi dilakukan diruangan RB1 dan RB2 RSUP H. Adam
Malik Medan. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi
responden, analisis konsep diri wanita yang menderita kanker sistem reproduksi
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
5.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi dari kategori
variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini.
Karakteristik responden:
Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, agama, suku,
pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sebaran karakteristik demografi responden
Tabel 3: Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan data demografi (n=20) usia, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya responden berusia 40-49
tahun (65%, n=12). Mayoritas responden beragama Islam (75%, n=15), bersuku
jawa (40%, n=8), pendidikan terakhir SD (45%, n=9), dan pekerjaan responden
5.1.2 Konsep Diri Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Peningkatan Konsep Diri
Penilaian konsep diri ini diukur berdasarkan jumlah skor kuesioner yang
didapat dari jawaban responden dengan rentang 0-25, dimana 0-12 berarti konsep
diri negatif dan 13-25 berarti konsep diri positif. Sebelum dilakukan uji
perbandingan dengan menggunakan uji statistik paired t-test, pada tabel 4 dapat
dilihat kebermaknaan secara deskriptif yang menggambarkan peningkatan konsep
diri.
Tabel 4 : Gambaran Konsep Diri Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi
Konsep Diri
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
Mean SD Mean SD
16.05 3.620 20.55 2.395
0 5 10 15 20 25
Mean SD Mean SD
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
Konsep Diri
Series1
Keterangan:
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan peningkatan konsep diri terjadi pada
subyek penelitian, yaitu responden yang diberi pendidikan kesehatan tentang
intervensi sebesar 16.05 dengan SD 3.620 sedangkan sesudah intervensi diperoleh
mean sebesar 20.55 dengan SD 2.395.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian. Peningkatan konsep diri pada
responden setelah pemberian pendidikan kesehatan juga dapat dilihat dari
item-item konsep seperti yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5 : Distribusi frekuensi responden tentang item-item konsep diri sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
No Konsep diri Sebelum pendkes Sesudah pendkes
1 Identitas diri 52 56
identitas diri citra diri harga diri ideal diri peran diri
1 2 3 4 5
sebelum pendkes sesudah pendkes
Keterangan :
Berdasarkan tabel 5, distribusi frekuensi responden tentang konsep diri
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan menujukkan sebelum
dilakukannya pendidikan kesehatan terdapat 3 orang responden yang mengalami
konsep diri negatif yaitu (A7 skor=11, A9 skor 10, dan A20 skor=12) sedangkan
penurunan secara bertahap menuju konsep diri negatif. Setelah dilakukannya
pendidikan kesehatan seluruh responden mengalami peningkatan skor ke konsep
diri positif.
Berdasarkan item masing-masing konsep diri yaitu identitas diri, citra diri,
harga diri, ideal diri dan peran diri sebelum dilakukannnya pendidikan kesehatan
menghasilkan jumlah skor yang berbeda. Pada identitas diri (skor = 52), citra diri
(skor = 72), harga diri (skor = 65), ideal diri (skor = 82) dan peran diri (skor = 50).
Dari hasil yang ada menunjukkan bahwa item peran diri menghasilkan skor yang
minimal dibandinagkan dengan item-item konsep diri lainnya. Hal tersebut
dikarenakan rata-rata responden mengalami perubahan peran menjadi pasien
dirumah sakit dengan perannya sebagi istri dan dilingkungan sosial terganggu.
Selain itu, skor identitas diri juga menghasilkan skor yang minimal setelah peran
diri disebabkan rata-rata responden tidak menerima dan menolak penyakit yang
dialaminya.
Dari item-item konsep diri sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan
kesehatan yang menggambarkan peningkatan yang paling bermakna adalah peran
diri dan peningkatan yang tidak bermakna adalah identitas diri.
5.1.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan
signifikan konsep diri pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep
diri yang dilakukan dengan uji statistik paired t-test. Pada tabel 6 terlihat
Tabel 6: Hasil uji statistik paired t-test konsep diri sebelum dan sesudah penyuluhan pada wanita dengan kanker sistem reproduksi.
Variabel Konsep Diri Mean SD t p-value
Konsep diri sebelum
pendkes
Konsep diri sesudah pendkes
16.05
20.55
3.620
2.395
-8.480 .000
Keterangan :
Hasil ini menunjukkan bahwa konsep diri sebelum dan sesudah intervensi
memiliki perbedaan yang signifikan/bermakna. Hal ini didukung oleh nilai p yang
diperoleh sebesar 0.000 (<α = 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan peningkatan konsep diri berpengaruh terhadap perubahan konsep diri
pada wanita yang menderita kanker sistem reproduksi.
5.2 PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, peneliti membandingkan konsep diri pada wanita
dengan kanker reproduksi sebelum dan sesudah diberi intervensi pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan diberikan dengan cara ceramah dan diskusi.
5.2.1 Data Demografi
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang
berhubungan dengan usia, bahwa wanita kanker berada pada rentang usia 30-39
(20%), 40-49 (65 %) dan 50-59 (15%). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui
Pernyataan ini mendukung pendapat Jochano (2005) yang mengatakan bahwa
wanita yang berusia diatas 35 tahun dengan umur perkawinan kurang dari 20
tahun akan beresiko mengalami kanker serviks (reproduksi), selain itu Wales
(2007) juga mengatakan 25% wanita dengan kanker payudara terjadi sebelum
menopause (usia <50 tahun).
Tetapi tidak menutup kemungkinan seorang wanita yang berusia
reproduksi mengalami kanker sesuai dengan hasil penelitian yang didapat 20%
dari penderita kanker sistem reproduksi adalah wanita berusia reproduksi. Hal ini
sangat berdampak pada psikologis penderita dimana dengan usianya yang masih
reproduksi harus menanggulani penyakit kanker pada sistem reproduksi misalnya
serviks sehingga tidak dapat meneruskan keturunan dan berdampak pada
perubahan gambaran diri yang berlanjut pada perubahan konsep diri. Pernyataan
ini mendukung pendapat Keliat (1998) yang mengatakan bahwa pada wanita
kanker sistem reproduksi penampilan tubuhnya akan berubah akibat proses
penyakit dan program terapi. Proses perubahan gambaran tubuh ini akan
mempengaruhi gambaran diri penderita yang diawali dengan menolak, marah,
mengingkari, depresi dan menerima.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang
berhubungan dengan suku, sebagian besar responden bersuku jawa (40%) dan
batak (30%). Mengacu pada pendapat Harahap (2009) bahwa faktor budaya
mempengaruhi individu berprilaku. Individu mempelajari apa yang diharapkan
dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Misalnya, praktek tradisional
memiliki kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Hal-hal tersebut merupakan
faktor resiko terjadinya kanker reproduksi.
Berdasarkan tingkat pendidikan responden sekitar 45% berpendidikan SD.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden berpendidikan rendah.
Mengacu pada pendapat Bambang (2005) bahwa masalah-masalah kesehatan
reproduksi tersebut muncul dan terjadi akibat pengetahuan dan pemahaman serta
tanggung jawab yang rendah, sehingga sulit menerima informasi dan tidak peduli
terhadap masalah kesehatan. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
mengenai tingkat pendidikan penderita kanker serviks, menunjukkan secara
keseluruhan penderita kanker serviks (reproduksi) berpendidikan rendah, dengan
pendidikan penderita minimal 0 tahun dan maksimal 19 tahun.
5.2.2 Data Konsep Diri
Berdasarkan hasil yang didapat dari data konsep diri menunjukkan
sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan nilai/skor dari masing-masing
responden mengalami penurunan menuju konsep diri negatif dan setelah
dilakukannya pendidikan kesehatan mengalami peningkatan kepada konsep diri
positif.
Berdasarkan item-item konsep diri sebelum dan sesudah pendidikan
kesehatan, identitas diri menunjukkan kenaikan yang tidak signifikan. Hal ini
dikarenakan dari hasil jawaban responden yang rata-rata penderita kanker serviks
(50%) merasa hubungan intim dengan pasangan terganggu dan merasa menjadi
wanita yang tidak sempurna. Hal tersebut masih dirasakan walaupun telah