• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Dan Peran Biduan Dalam Pertunjukan Keyboard Erotis Di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan. Studi Kasus Grup Riny Jaya Keyboard

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Deskriptif Dan Peran Biduan Dalam Pertunjukan Keyboard Erotis Di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan. Studi Kasus Grup Riny Jaya Keyboard"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF DAN PERAN BIDUAN DALAM PERTUNJUKAN

KEYBOARD EROTIS DI KECAMATAN BANDAR PASIR MANDOGE

KABUPATEN ASAHAN. STUDI KASUS GRUP RINY JAYA KEYBOARD

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

TOMY WARDEADY. M NIM : 020707023

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

(2)

Daftar Pustaka

Depdikbud

2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Heryawati, Yanti

2004 Citra Penari Perempuan, Pikiran Rakyat : Jakarta

Koentjaraningrat

1981 Pengantar Antropologi, Jakarta : Balai Pustaka

Kusumawati, Nungki

2003 Ronggeng Dan Dogger, Perbedaan Dalam Sejenis, Pikiran Rakyat : Jakarta

Marlina, murni E

2000 Studi Deskriptif Pertunjukan Keyboard Nian Entertainment Dalam Pesta Pernikahan Dalam Kebudayaan Masyarakat Jawa di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Medan : Skripsi Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU.

Murgianto, Sal

1996 Cakrawala Pertunjukan Budaya Mengkaji Batas Dan Arti Pertunjukan, Jakarta : Jurnal MSPI

Takari, M

(3)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali, penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan berkat dan perlindungan –Nya dalam kehidupan penulis dalam segala aspek, juga dalam pengerjaan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Studi Deskriptif Dan Peran Biduan Dalam Pertunjukan Keyboard Erotis Di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan. Studi Kasus Grup Riny Jaya Keyboard”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra USU Medan.

Ucapan terimakasih dan hormat yang tulus penulis sampaikan kepada Mama tercinta Mawati Br. Silalahi, yang sabar dan begitu kuat dalam mendidik dan membiayai kehidupan sebagai kepala keluarga. Atas dorongan, bimbingan dan dukungan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada ayah B. Manurung terimakasih untuk jasa-jasanya Demikian juga kepada semua saudara, bang Erik, kak Tina, adik saya Lely dan Novita, yang senantiasa menjadi sukacita dalam kehidupan penulis. Tidak lupa ucapan terimaksih penulis ucapkan kepada keluarga besar Bishop DR.JH. Manurung M.Div/L Br Tobing dan keluarga, yang menjadi orang tua penulis selama menempuh pendidikan di Medan. Terimakasih untuk semua fasilitas yang selama ini sudah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

(4)

Sastra USU, Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si, kepada bapak Drs. Setia Dermarwan Purba, M.Si, sebagai dosen pembimbing I penulis yang begitu baik dan bersahabat, juga kepada Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, sebagai dosen pembimbing II, yang senatiasa membantu dan membimbing penulis baik dalam kuliah, di luar kuliah dan juga dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Drs.Irwansyah Harahap, MA, yang menjadi dosen wali penulis dan juga kepada semua dosen dan staf pengajar yang ada di Departemen Etnomusikologi yang turut memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang senantiasa membantu dalam penulisan ini, seperti teman-teman-teman-teman dari IGAMS (Ikatan Generasi Anak Mandoge dan Sekitarnya) yang membantu penulis dalam melakukan penelitian lapangan, kepada teman-teman dari UKM PSM USU (Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa USU), GMKI FS USU (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Fakultas Sastra USU) yang memberikan banyak pelatihan dan pengetahuan dalam berorganisasi, dan P3MI (Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia) Manna Marturia Tanjung Sari atas semua doa-doa nya untuk penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Untuk semua teman-teman mahasiswa Etnomusikologi stambuk 2002 dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang ikut membantu dalam penulisan skripsi ini.

(5)

Mariny, Bapak Manimbul Sirait (pengusaha keyboard), Bapak sarum Manurung, Bapak Kepala Desa Silau Jawa Bapak Em Haris Sitorus, dan juga semua pihak yang ikut membantu pengerjaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi dunia Etnomusikologi. Penulis menyadari, tulisan ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini. Hal itu terjadi karena keterbatasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam perkuliahan. Untuk itu, penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapat memperbaiki skripsi ini.

Akhir kata, semoga tulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan selanjutnya akan menjadi literatur yang sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2008 Penulis

(6)

ABSTRAKSI

Pada bab ini penulis akan membuat ringkasan dan uraian-uraian yang termuat dalam tulisan ini. Dalam pertunjukan musikal pada saat ini memang sudah beragam pertunjukan yang disajikan dalam setiap acara yang dibuat masyarakat di Kecamatan BP Mandoge. Hal itu tergantung kebutuhan dan keinginan dari si pembuat hajatan.

Sebelum masuknya pertunjukan musik modern di Kecamatan BP Mandoge, kebanyakan masyarakat di sini lebih cenderung membuat acara hajatan tanpa dibuatnya hiburan yang berupa pertunjukan. Namun dari kebanyakan keluarga yang ekonominya tergolong mampu, setiap hajatan yang dibuat akan selalu diusahakan ada pertunjukan yang akan menghibur dalam acara hajatan yang dibuatnya. Kalaupun ada, hiburan yang disajikan itu adalah Gondang Batak, Ludruk, Jaran kepang dan lain sebaginya.

Seiring dengan perkembangan jaman, dan bertumbuhnya perekonomian dalam masyarakat setempat, yang dipengaruhi dengan dibukanya perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan karet oleh pihak pemerintah maupun swasta, maka lambat laun juga sangat mempengaruhi perkembangan budaya musikal masyarakat setempat. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh pertambahan penduduk dan juga banyak terjadi perkawinan antar suku hingga menyebabkan percampuran budaya.

(7)

latarbelakang suku yang berbeda-beda. Pertunjukan keyboard bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat di sini.

Akibat banyaknya kegiatan hajatan yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Asahan umumnya, maka semakin banyak grup-grup keyboard yang muncul. Maka timbul persaingan untuk mendapatkan job tampil yang lebih banyak. Berbagai cara dilakukan oleh pengusaha grup keyboard untuk menarik simpati masyarakat. Akibat dari persaingan yang ketat tersebut, salah satu akibatnya adalah munculnya grup keyboard erotis. Grup keyboard erotis ini sangat digemari oleh masyarakat umumnya kaum laki-laki. Lagipula grup keyboard erotis yang dianggap kontroversial ini begitu cepat menjamur dalam dunia pertunjukan keyboard di Sumatera Utara Kabupaten Asahan khususnya. Dari berbagi informasi grup keyboard

erotis mulai muncul di Kabupaten Asahan sekitar tahun 2000-an, hal ini dipengaruhi oleh grup-grup keyboard yang terlebih dahulu muncul yang berasal dari sekitar Perbaungan dan Sei Rampah.

Dalam pertunjukan keyboard erotis, para biduan dan pemain keyboard akan mendapatkan bayaran yang lebih daripada yang didapatkan oleh grup-grup keyboard

(8)

menunjukkan bagian tubuh sensitifnya kepada penonton. Tujuan dari semua ini dilakukan oleh biduan hanya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dari penonton yang menikmatinya, dengan mengesampingkan estetika dari lagu, dan juga popularitas dikalangan dunia pertunjukan keyboard. Sedangkan kaum laki-laki begitu menggemarinya karena memanfaatkan keadaan ini sebagai ajang pamer harta, prestise dan kekuasaan.

Banyak masyarakat yang tidak menyukai pertunjukan ini, terutama dari kaum perempuan. Kaum perempuan menganggap pertunjukan keyboard erotis ini adalah ajang pelecehan terhadap kaum perempuan. Dimana pada saat pertunjukan, laki-laki dapat dengan leluasa memegang-megang hampir semua bagian-bagian tubuh dari biduan, asalkan dia membayar. Masyarakat juga tidak menyukai pertunjukan ini karena dianggap sangat menggagu waktu istirahat masyarakat, karena tidak jarang pertunjukan ini berlangsung hingga subuh. Banyak alasan alasan lain yang dianggap pertunjukan ini memang tidak layak untuk dilakukan lagi di dalam masyarakat.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Abstraksi ... iv

Daftar isi ... viii

Daftar lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 12

1.3.1 Tujuan ... 12

1.3.2 Manfaat ... 12

1.4 Konsep dan Teori ... 13

1.4.1 Konsep ... 13

1.4.2 Teori ... 15

1.5 Metode Penelitian... 18

1.5.1 Penelitian Lapangan ... 18

1.5.2 Kerja Laboratorium ... 19

1.5.3 Studi Kepustakaan ... 20

1.6 Menentukan Lokasi Penelitian dan Pemilihan Informan ... 21

(11)

2.2 Letak Geografis Kecamatan Bandar Pasir Mandoge ... 28

2.3 Penduduk ... 29

2.4 Bahasa ... 31

2.5 Mata Pencaharian ... 32

2.6 Agama ... 33

2.7 Sistem Kekerabatan ... 35

2.8 Kebudayaan Musikal ... 36

BAB III DESKRIPSI PERTUNJUKAN KEYBOAD EROTIS 3.1 Sejarah Keyboard di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge ... 42

3.2 Sejarah Grup Riny Jaya Keyboard ... 43

3.3 Deskripsi Pertunjukan Keyboard Erotis ... 47

3.4 Pemain Keyboard ... 53

3.5 Biduan ... 56

3.5.1 Perekrutan ... 57

3.5.2 Pelatihan ... 59

3.5.3 Biduan Dalam Pertunjukan Keyboard Erotis ... 61

3.5.4 Biduan Dalam Masyarakat ... 63

3.6 Perlengkapan Pertunjukan ... 65

3.7 Manajemen Pertunjukan... 68

3.8 Berbagai Konteks Penyajian Keyboard Erotis ... 71

(12)

3.91 Dampak Positif ... 73

3.9.2 Dampak Negatif ... 74

BAB IV ANALISIS PERTUNJUKAN KEYBOARD EROTIS DAN ANALISIS TEKS LAGU-LAGU YANG DIBAWAKAN 4.1 Analisis Pertunjukan Keyboard Erotis ... 76

4.2 Analisis Teks Lagu-Lagu Yang Dibawakan Dalam Pertunjukan Keyboard Erotis ... 79

4.2.1 Analisis Teks Lagu Yang Sering Dibawakan ... 80

4.2.2 Lampiran Melodi Musik Yang Sering Muncul ... 86

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 93

Daftar Pustaka ... 94

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

ABSTRAKSI

Pada bab ini penulis akan membuat ringkasan dan uraian-uraian yang termuat dalam tulisan ini. Dalam pertunjukan musikal pada saat ini memang sudah beragam pertunjukan yang disajikan dalam setiap acara yang dibuat masyarakat di Kecamatan BP Mandoge. Hal itu tergantung kebutuhan dan keinginan dari si pembuat hajatan.

Sebelum masuknya pertunjukan musik modern di Kecamatan BP Mandoge, kebanyakan masyarakat di sini lebih cenderung membuat acara hajatan tanpa dibuatnya hiburan yang berupa pertunjukan. Namun dari kebanyakan keluarga yang ekonominya tergolong mampu, setiap hajatan yang dibuat akan selalu diusahakan ada pertunjukan yang akan menghibur dalam acara hajatan yang dibuatnya. Kalaupun ada, hiburan yang disajikan itu adalah Gondang Batak, Ludruk, Jaran kepang dan lain sebaginya.

Seiring dengan perkembangan jaman, dan bertumbuhnya perekonomian dalam masyarakat setempat, yang dipengaruhi dengan dibukanya perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan karet oleh pihak pemerintah maupun swasta, maka lambat laun juga sangat mempengaruhi perkembangan budaya musikal masyarakat setempat. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh pertambahan penduduk dan juga banyak terjadi perkawinan antar suku hingga menyebabkan percampuran budaya.

(15)

latarbelakang suku yang berbeda-beda. Pertunjukan keyboard bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat di sini.

Akibat banyaknya kegiatan hajatan yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Asahan umumnya, maka semakin banyak grup-grup keyboard yang muncul. Maka timbul persaingan untuk mendapatkan job tampil yang lebih banyak. Berbagai cara dilakukan oleh pengusaha grup keyboard untuk menarik simpati masyarakat. Akibat dari persaingan yang ketat tersebut, salah satu akibatnya adalah munculnya grup keyboard erotis. Grup keyboard erotis ini sangat digemari oleh masyarakat umumnya kaum laki-laki. Lagipula grup keyboard erotis yang dianggap kontroversial ini begitu cepat menjamur dalam dunia pertunjukan keyboard di Sumatera Utara Kabupaten Asahan khususnya. Dari berbagi informasi grup keyboard

erotis mulai muncul di Kabupaten Asahan sekitar tahun 2000-an, hal ini dipengaruhi oleh grup-grup keyboard yang terlebih dahulu muncul yang berasal dari sekitar Perbaungan dan Sei Rampah.

Dalam pertunjukan keyboard erotis, para biduan dan pemain keyboard akan mendapatkan bayaran yang lebih daripada yang didapatkan oleh grup-grup keyboard

(16)

menunjukkan bagian tubuh sensitifnya kepada penonton. Tujuan dari semua ini dilakukan oleh biduan hanya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dari penonton yang menikmatinya, dengan mengesampingkan estetika dari lagu, dan juga popularitas dikalangan dunia pertunjukan keyboard. Sedangkan kaum laki-laki begitu menggemarinya karena memanfaatkan keadaan ini sebagai ajang pamer harta, prestise dan kekuasaan.

Banyak masyarakat yang tidak menyukai pertunjukan ini, terutama dari kaum perempuan. Kaum perempuan menganggap pertunjukan keyboard erotis ini adalah ajang pelecehan terhadap kaum perempuan. Dimana pada saat pertunjukan, laki-laki dapat dengan leluasa memegang-megang hampir semua bagian-bagian tubuh dari biduan, asalkan dia membayar. Masyarakat juga tidak menyukai pertunjukan ini karena dianggap sangat menggagu waktu istirahat masyarakat, karena tidak jarang pertunjukan ini berlangsung hingga subuh. Banyak alasan alasan lain yang dianggap pertunjukan ini memang tidak layak untuk dilakukan lagi di dalam masyarakat.

(17)
(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap masyarakat membutuhkan kesenian untuk hiburan dalam kehidupannya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh (Koentjaraningrat 1981: 395-396) bahwa kesenian itu merupakan ekspresi hasrat manusia akan keindahan, salah satu bagiannya adalah musik. Baik itu berupa hiburan pribadi maupun hiburan yang dapat dinikmati secara bersama-sama. Hiburan itu dapat dibuat berdasarkan kebutuhan diri sendiri atau juga yang dibuat untuk orang lain. Pada awalnya hiburan yang dibuat untuk kebutuhan sendiri umumnya tertutup bagi orang lain namun belakangan sudah mulai dapat dinikmati oleh orang lain. Seperti onang-onang1, odong-odong2

1

Sejenis kesenian vocal yang disajikan oleh seorang laki-laki secara solo untuk mengungkapkan perasaan hatinya.Berasal dari suku Mandailing dan Angkola (wawancara dengan bapak Ridwan atau Ucok, seorang musisi tradisional Mandailing dan Angkola).

2

Nyanyian lament yang disajikan oleh seorang penyadap kemenyan pada suku Pakpak di Dairi. , dan lain sebagainya yang pada umumnya bersifat tradisional. Sedangkan hiburan yang dibuat untuk dinikmai bersama-sama adalah berbagai macam hiburan yang tumbuh dan berkembang dizaman modern ini. Seperti pertunjukan live musik, tari, film, olahraga dan lain sebagainya.

(19)

Pertunjukan musik keyboard merupakkan salah satu pertunjukan yang dibuat untuk dapat dinikmati secara bersama-sama. Pertunjukan ini dibuat oleh masyarakat untuk menghibur orang-orang atas dasar ucapan terimakasih maupun memang dibuat sebagai sekedar hiburan atau juga perayaan bersama.

Sama halnya seperti pertunjukan-pertunjukan keyboard yang ada di Sumatera Utara, pertunjukan keyboard erotis ini juga relatif sama. Namun ada bagian-bagian yang benar-benar berbeda baik dari segi pertunjukannya maupun suasana yang terjadi pada saat pertunjukan itu berlangsung Hal ini hanya dapat dilihat apabila kita mau mengikuti pertunjukan ini secara teliti, sabar dan menyeluruh dalam arti melihat secara detail dari awal sampai akhir pertunjukan hingga benar-benar berakhir.

Banyak fenomena yang terjadi selama berlangsungnya pertunjukan ini, mulai awal pelaksanaan, hingga berakhirnya pertunjukan itu. Terutama suasana erotis yang begitu terasa dalam pertunjukan Keyboard erotis ini. Namun suasana seperti yang terjadi itu tidak didapati pada pertunjukan lain ataupun acara-acara lain yang menggunakan hiburan sejenisnya. Ini terjadi di desa-desa Kecamatan Bandar Pasir (BP) Mandoge Kabupaten Asahan Sumatera Utara, lagi pula dengan pertunjukan itu, para pengusaha keyboard mendapatkan banyak setoran, pemain keyboard dan biduan mendapatkan popularitas dan mendapat bayaran lebih besar dari harga yang mereka tetapkan. Hal yang paling penting yang membuat pertunjukan ini berbeda dengan pertunjukan keyboard lain adalah suasana erotis3

3

Kata erotis menurut Kamus Besar Besar bahasa Indonesia berasal dari kata erotic yang artinya mempengaruhi ataupun yang sifatnya menimbulkan gairah, baik itu gairah berjoget, gairah bernyanyi,

(20)

Kata erotis menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata erotic

yang artinya mempengaruhi ataupun yang sifatnya menimbulkan gairah, baik itu gairah berjoget, gairah bernyanyi dan yang paling sering muncul adalah gairah seksual. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah seorang biduan wanita yang tampil bernyanyi dan bergoyang di atas penggung. Menurut pengamatan penulis, pertunjukan keyboard erotis adalah sutu jenis pertunjukan musik yang fungsinya sebagai hiburan yang disajkan dengan iringan alat musik keyboard, dimana satu sampai empat orang biduan wanita membawakan lagu sambil menari dengan penuh gairah, sehingga dia dapat mempengaruhi emosi dan gairah penonton. Suasana erotis dapat dirasakan dari kata-kata yang diucapkan oleh biduan, busana yang dikenakan, dan juga tingkahlaku biduan di atas pangggung. Dalam pertunjukan itu para biduan menggunakan busana yang minim4. Ketika interlude (musik tengah) lagu berlangsung para biduan itu dapat saja menari dengan sangat panas5

Pada umumnya masyarakat yang tinggal di Kecamatan BP Mandoge sebagai tempat pertunjukan keyboard erotis ini dilakukan, sebagian besar adalah petani dan karyawan perkebunan di samping pegawai dan wiraswasta. Di daerah ini terdapat beberapa perusahaan perkebunan, seperti PTPN III, PTPN IV, PT Bakrie Sumatera Plantions dan beberapa perkebunan swasta lainnya. Perusahaan perkebunan ini pada sambil menggoda para penonton yang pada umumnya laki-laki.

dan yang paling sering muncul adalah gairah seksual. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah seorang biduan wanita yang tampil di atas panggung.

4

Pakaian dengan celana pendek ketat, baju ketat dan pendek sehingga bagaian atas dada dan perut terlihat. Pakain ini juga biasanya akan sangat mudah dibuka.

5

(21)

umumnya mengelola tanaman kelapa sawit dan karet. Namun terdapat juga masyarakat yang tinggal di luar perkebunan yang berprofesi sebagai petani, mereka mengelola tanah sendiri, membuat perkebunan kelapa sawit pribadi dan membuat usaha Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Keadaan ekonomi dan faktor gengsi antar budaya membuat setiap masyarakatnya gemar membuat acara pesta. Setiap upacara-upacara yang tergolong besar dan penting pada masyarakat di Asahan khususnya di Kecamatan BP Mandoge biasanya akan membuat pertunjukan pada malam harinya setelah acara pesta itu berakhir, yang disebut sebagai acara hiburan. Pertunjukan itu biasanya diadakan pada saat acara hajatan pesta perkawinan, khitanan atau sunat, ulang tahun, perayaan hari-hari besar nasional, serta memasuki rumah baru. Hal ini terjadi dikalangan masyarakat Batak Toba, Simalungun, Jawa, Melayu, Karo, Mandailing, Banjar6

Hiburan disini dimaksudkan untuk menghibur para undangan yang datang pada malam hari dan juga dimaksudkan umtuk menghibur orang-orang yang bekerja seharian untuk acara itu. Jenis-jenis hiburan biasanya beragam, pada siangnya diadakan acara adat menurut sukunya masing-masing (suku Jawa akan menampilkan kesenian maupun musik Jawa, suku Batak Toba akan menampilkan musik Batak Toba dan lain sebagainya). Pada malamnya diadakan pertunjukan keyboard. Pada awalnya grup keyboard yang banyak diundang, hingga banyak grup keyboard yang muncul, maka timbullah persaingan untuk mendapatkan undangan yang lebih banyak. dan sebagainya, yang semuanya hidup berdampingan dengan alkulturasi budaya yang semakin kental

6

(22)

Bagaimana cara untuk tampil baik didepan masyarakat hingga nantinya banyak undangan-undangan lain yang datang, merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya grup keyboard yang erotis. Adapula faktor dari pengaruh grup keyboard

erotis yang lebih dahulu muncul dari luar Asahan. Namun ada juga faktor kebosanan penonton atau penyewa dengan jenis pertunjukan keyboard biasa, hingga orang-orang ingin mencari suatu hal yang baru.

Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, grup keyboard erotis ini muncul dan diekspos pada tahun 90-an, namun belum ada informasi yang pasti kapan dan dimana awal munculnya grup musik keyboard seperti ini. Menurut penelitian penulis, grup- grup musik seperti ini muncul pertama kali di Sumatera Utara tepatnya di daerah Sei Rampah, Deli Serdang (sekarang Serdang Bedagai) kira-kira pada tahun 1997 dan kemudian banyak grup-grup keyboard seperti ini datang menyerbu pesta-pesta pada masyarakat Asahan. Grup-grup keyboard erotis yang cukup popular pada masyarakat Sumatera Utara antara lain Dian Nova (Sei Rampah), Maklampir (Tebing Tinggi), Pelangi (Kisaran), Citra Electon (Perdagangan) dan lain-lain. Namun perlu diketahui, menurut Nungki Kusumastuti, bahwa “fenomena tarian erotis di Indonesia telah ada sejak dahulu, seperti pada tarian ronggeng, ketuk tilu, ataupun tayub. Itu telah ada sejak dulu dan itu tidak bisa dibuang karena banyak masyarakat yang menggemarinya”7

Pada tahun 2000-an di Asahan mulai muncul satu group keyboard erotis yang bernama Rini Jaya keyboard, beralamat di jalan besar Sei Silau Desa Sombahuta

.

7

(23)

Kec. Buntu Pane Kab. Asahan. Para peminat ataupun pendukung dari grup keyboard

ini mengenal Rini jaya dengan sebutan RJ. Hampir tidak ada anak muda dan orang-orang tua gaul yang tidak kenal dengan RJ.

Pada awalnya group keyboard ini tampil seperti keyboard biasa, namun tahun berikutnya mereka mulai kebanjiran jadwal manggung pada acara-acara hajatan di kampung-kampung. Rupanya grup keyboard Rini Jaya sudah menjadi idola di masyarakat Asahan khususnya kaum muda. Setiap penampilanya, Rini Jaya selalu dihadiri oleh penonton yang ramai. Pada umumnya setiap grup keyboard selalu membawakan lagu-lagu dangdut, ini sesuai dengan selera para penonton yang begitu antusias dengan musik dangdut. Seperti yang dikatakan M. Takari :

“Dangdut bukan lagi merupakan tontonan masyarakat kelas bawah, tetapi dangdut sudah menjadi tontonan masyarakat yang luas, yang sudah mencacup semua ekonomi, seperti orang kaya dan golongan atas’’.

Acara hiburan pesta biasanya berlangsung pada sabtu malam (malam minggu) dan juga minggu malam (malam senin). Namun banyak pertunjukan RJ diluar hari-hari tersebut yang tidak kalah serunya dengan malam minggu dan malam senin, namun penulis mengkhususkan pada dua malam ini saja.

(24)

kaum ibu-ibu, anak gadis, anak-anak serta beberapa anak lajang8 yang berdiri dan duduk di sekitar panggung. Ada beberapa anak lajang yang duduk jauh dari panggung sambil menikmati alunan musik sembari minum9. Sementara banyak orang-orang yang sekedar duduk-duduk di warung sekitar acara pesta, banyak anak-anak muda yang berpacaran di tempat-tempat sepi di seketar pesta, ada juga yang duduk di tempat penjual minum-minuman keras yang banyak bertebar di sekitar acara pesta. Namun, dominan kaum laki-laki berkumpul di tempal permainan judi kopiok10

Kira-kira pukul 00.00 WIB, para biduan menyanyikan lagu-lagu perpisahan, biasanya lagu Mbiring Manggis dari Karo yang dinyanyikan secara bersama-sama oleh semua biduan. Selesai lagu ini para biduan masuk ke dalam rumah si pembuat yang berada tidak jauh dari lokasi acara pesta. Di tempat ini berkumpul secara massal puluhan hingga ratusan orang laki-laki yang terdiri dari orang tua dan anak lajang. Pemandangan seperti ini berlangsung hingga pukul 23.00 WIB.

Mulai pukul 23.00 WIB ini banyak anak-anak yang mulai pulang, para ibu-ibu pun mulai mengantuk kemudian bergegas pulang. Satu-persatu orang-orang yang tadinya berada jauh dari panggung mulai berdatangan ke dekat panggung. Banyak para gadis yang risih dengan kedatangan orang-orang ini, karena selain jahil dan suka menggoda, orang-orang ini pun umumnya sudah berbau minuman keras. Makin larut malam makin banyak laki-laki yang merapat ke panggung. Perlahan-lahan mereka ini menggeser posisi orang-orang yang sejak tadi berada di dekat panggung.

8

Laki-laki muda atau yang belum menikah dengan usia 17 tahun ke atas.

9

Identik dengan kegiatan meminum minuman keras seperti vodka, mansion,anggur merah, topi miring dan lain sebagainya sambil berkumpul-kumpul.

10

(25)

hajatan atau pesta, para rodes atau kru11 menggulung beberapa kabel. Pada saat ini digunakan waktu sebagai istirahat bagi para biduan dan pemain keyboard. Mereka menunggu apakah ada “siraman”12lagi untuk tambahan waktu. Pada saat inilah akan muncul dengan sendirinya inisiatif dari orang-orang yang dianggap berpengaruh dan banyak duit di tempat itu, seperti “mafia-mafia sawit”13

11

Para petugas sound sistem bagain dari anggota grup keyboard. 12

Sejumlah uang tambahan yang diberikan kepada pihak grup keyboard untuk bayaran penambahan waktu.

13

Orang-orang berpengaruh yang menjalankan bisnis jual beli kelapa sawit, baik kelapa sawit yang didapat secara legal mauupun ilegal.

, pemuda setempat atau yang lain menemui pihak grup keyboard, untuk memberikan siraman. Biasanya pihak pembuat hajatan menolak untuk memberikan tambahan waktu dengan alas an jadwalnya hanya sampai tengah malam dan masalah keamanan. Namun, makin banyak orang yang datang untuk bernegosiasi, pihak tuan rumah akan semakin melunak dengan janji keamanan dijamin. Kabel-kabel yang tadinya sudah dibuka sekarang dipasang kembali.

(26)

Pada saat negosiasi ini adalah saat yang membosankan bagi penonton yang tidak tahu sebernarnya kelebihan dari pertunjukan keyboard erotis, hingga banyak dari mereka yang pulang. Setelah selesai negosisasi dan istirahat, satu-persatu biduan kembali ke panggung, begitu bunyi keyboard terdengar, spontan penonton langsung berlomba merapat ke panggung, makin rapat makin bagus.

Para biduan mulai bergoyang di panggung dengan gerakan-gerakan yang tidak biasanya. Mereka sesekali berkomunikasi dengan penonton. Interaksi ini bisa berupa rayuan atau godaan manja. Seperti dengan mengganti teks lagu dengan dengan kata-kata yang menggoda. Contohnya “bang mandor paling ganteng” diganti dengan “bang Kamal paling ganteng” atau juga dengan nama-nama orang yang dianggap berpengaruh dan hadir di tempat itu dimana kesan yang ditimbulkan adalah memuji orang itu.

Pada saat biduan bergoyang di atas panggung, penonton dapat saja memberikan “saweran”14 kepada biduan. Dengan saweran yang diberikan ini para penonton dapat saja meminta kepada biduan untuk melakukan beberapa hal, seperti membuka pakaian bagian atas, atau pakaian bagian bawah, atau dapat juga kedua bagian dari pakaian itu sekaligus. Hal ini dapat berlangsung tergantung besarnya

saweran, dan juga mood15

14

Sejumlah uang yang diberikan penonton kepada biduan melalui belahan dada atau kedalam celana si biduan.

15

Keadaan emosi sibiduan, sedang semangat atau tidak. Terkadang mood ini juga dipengaruhi oleh minuman keras.

si biduan. Tingkah biduan di atas panggung juga dapat berupa gerakan-gerakan seolah-olah ingin membuka pakainnya, memasukan

(27)

ini dilakukan untuk menarik perhatian penonton hingga tidak segan-segan untuk memberikan saweran kepada biduan yang jumlahnya berkisar antara Rp 5000 sampai Rp100.000. Yanti Heryati :

Figur penari adalah figur yang ditonton. Tak dapat dipungkiri salah satu objek yang menarik adalah tubuh sebagai alat untuk menari. Dalam masyarakat tontonan tubuh sebagai suatu komuditas tontonan yang mempunyai peran sentral. (Citra Penari perempuan, Pikiran Rakyat ; jakarta. 2004)

Dalam pertunjukan yang diselingi taria-tarian erotis ini, biduan kebanyakan membawakan lagu-lagu dangdut dengan irama dan tempo cepat, ada juga lagu-lagu pop Indonesia yang dibawakan dengan irama dangdut. Namun yang menarik bukanlah dari suara yang ditampilkan biduan, yang penting bagaimana musik itu mampu membuat si biduan bergoyang dengan sangat erotis sehingga membuat para penonton terhanyut dalam suasana. Lagu-lagu dangdut yang umumnya berdurasi 5-7 menit, dalam pertunjukan ini bisa mencapai durasi 10-15 menit tiap lagunya, dengan catatan intro (musik pengantar dalam sebuah lagu) dan interlude lagu yang lebih panjang.

Pertunjukan ini paling lama berlangsung sampai pukul 05.00 WIB, dapat juga berakhir lebih cepat pada saat para penonton sudah tidak ada lagi yang memberikan “saweran”, para penonton sudah kehabisan uang dan juga para biduan sudah kelelahan.

(28)

siraman”. Hal ini menyebabkan seringnya pertunjukan keyboard berakhir sebelum waktu yang ditentukan, dan juga berakhir sesuai waktu yang ditentukan oleh pembuat hajatan tanpa ada waktu tambahan.

Akibat semakin ketatnya pengawasan dari aparan Kepolisian yang mempunyai program-program pemberantasan judi, premanisme dan berbagai macam penyakit masyrakat, pertunjukan keyboard erotis juga sudah semakin sulit ditemukan. Masih ada, tetapi pertunjukannya tidak bisa diduga-duga. Karena pernah terjadi penangkapan terhadap dua orang biduan keyboard Riny Jaya. Artinya pertunjukan

keyboard erotis ini dilakukan di tempat-tempat terpencil yang sudah tidak terjangkau oleh aparat penegak hukum. Kalaupun itu dilakukan di tempat terjangkau, berarti ditempat itu sudah relatif “aman”.

1.2Pokok Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah :

1) Apa faktor yang mempengaruhi munculnya grup keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge?

2) Bagaimana eksistensi dan fenomena yang terjadi ketika pertunjukan

(29)

1.3Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1) Untuk mengetahui apa faktor yang mempengaruhi munculnya grup-grup

keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge.

2) Untuk mengetahui penyebab grup keyboard erotis dapat eksis di Kecamatan BP mandoge.

3) Untuk mendeskripsikan bagaimana fenomena yang terjadi dan peranan seorang biduan dalam pertunjukan keyboard erotis pada masyarakat BP Mandoge Kabupaten Asahan.

4) Untuk mengetahui perilaku-perilaku musikal yang dilakukan oleh biduan di atas penggung, yang dapat mempengaruhi penonton dalam pertunjukan

keyboard erotis.

1.3.2 Manfaat

1) Sebagai bahan dokumentasi yang menguak cerita dalam masyarakat tentang keyboard erotis di Kecmamatan BP Mandoge Kabupaten Asahan. 2) Sebagai bahan pengetahuan tentang keberadaan dan eksistensi keyboard

erotis.

(30)

4) Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama Studi di departemen Etnomusikologi fakultas Sastra Universitas sumatera Utara.

1.4. Konsep dan Teori

1.4.1. Konsep

Konsep adalah suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan (Mardalis,2003;46).

Kata studi berasal dari bahasa Inggris yaitu study yang berarti proses belajar atau pembelajaran. Deskriptif adalah menceritakan atau menggambarkan apa adanya (Depdikbud 1990;201).

Peran adalah tugas utama yang harus dilakukan. Biduan adalah seorang penyanyi baik pria maupun wanita yang diiringi musik (Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005). Namun pada konteks ini biduan yang dibicarakan adalah biduan wanita. Karena biduan wanitalah yang selalu tampil di panggung yang berperan untuk melakukan pertunjukan nyanyian dan tarian dalam pertunjukan

keyboard erotis.

(31)

penonton memiliki perhatian untuk menerima pesan. Dalam sebuah pertunjukan harus ada penyaji, penonton, pesan yang dikirim, dan cara penyampaian pesan yang khas. Mediumnya boleh auditif visual atau hubungan keduanya, gerak laku, secara multimedia dan sebagainya16

Dalam Ensiklopedi Musik jilid I (1992;285) dijelaskan bahwa keyboard

adalah instrument dengan satu susunan kunci yang ditata secara horizontal dan menghasilkan bunyi, antara bunyi piano, organ, klvicord, harpsichord. Keyboard

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu alat musik yang berbentuk Key

yang dapat menghasilkan berbagai bunyi atau suara alat musik, ritem, jenis-jenis musik dengan menggunakan program yang ada. Namun pada konteks pertunjukan

keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge ini, kata keyboard tidak dipisahkan dengan pertunjukan. Jadi pertunjukan keyboard adalah seni pertunjukan yang memiliki komunikasi antara penonton (audiens) dengan penyaji (pemain keyboard

dan biduan) yang dikirim secara khas, dimana pengalaman bersama antara audiens dan penyaji saling berhubungan dalam waktu dan secara teknis mengikuti pola-pola yang berulang-ulang tersebut mencakup unsur-unsur yang berupa permainan musik , gaya bernyanyi dan jenis-jenis lagu yang ditampilkan.

.

Sehubungan dengan konsep di atas, bahwa pertunjukan keyboard dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan yang memiliki komunikasi antara penyaji (dalam hal ini biduan) dan penonton. Seperti dari segi suara lagunya, kalimat-kalimat yang diucapkannya, gerakan tubuhnya atau gabungan dari ketiganya.

16

(32)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka (2005), erotis adalah suatu keadaan yang berkenaan dengan sensasi seks yang menimbulkan rangsangan yang bersifat merangsang nafsu birahi. Dengan suasana yang ditampilkan oleh biduan ini, para biduan mengendalikan pertunjukan. Pada saat inilah para biduan mempermainkan emosi penonton, mendapatkan saweran sebanyak-banyaknya, membuat para penonton betah mengikuti pertunjukan hingga selesai, dan juga para biduan akan merasakan kepuasan tersendiri ketika banyak penonton yang antusias dengan apa yang dilakukannya di atas pangggung. Istilah erotis ini dibuat oleh penulis berdasarkan pengamatan dan penelitian penulis selama mengikuti perkembangan pertunjukan ini. Namun ada beberapa istilah yang dikenal dalam masyarakat terhadap grup keyboard erotis, yaitu : keyboard Porno, keyboard Bongkar , keyboard Panas dan lain sebaginya, namun dalam penyajiannya tetap sama.

1.4.2. Teori

Untuk membahas tentang studi deskriptif dan peranan biduan dalam pertunjukan keyboard erotis, penulis menggunakan beberapa teori. Diantaranya teori

(33)

musik yang dikemukakan Merriam ini, maka studi deskriptif dan peran biduan dalam pertunjukan keyboard erotis adalah sebagai hiburan, komunikasi, reaksi jasmani dan norma-norma sosial.

Untuk menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya mengapa masyarakat dapat menerima hal-hal yang dianggap tidak wajar, dalam hal ini pertunjukan keyboard erotis, penulis menggunakan teori evolusi (perubahan yang berjalan dengan proses yang sangat lambat), difusi (persebaran kebudayaan dari suatu tempat ke tempat yang lain) dan alkulturasi (percampuran antara dua atau lebih kebudayaan sehingga menghasilkan satu kebudayaan yang baru, dimana unsur-unsur dari kebudayaan induknya masih bisa terlihat), yaitu terjadinya persebaran kebudayaan dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lainnya, terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa unsur-unsur kebudayaan yang dikembangkan oleh suku bangsa di tempat lain. Dalam hal ini, contohnya keyboard erotis. Hal ini dianggap penulis sebagai pengadopsian budaya, seperti dari ronggeng, tayub, dan tarian striptease.

(34)

Pertunjukan keyboard erotis merupakan hal yang tidak wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dikatakan adanya perilaku menyimpang yang dianut oleh para biduan maupun pertunjukan keyboard erotis ini. Untuk itu, penulis menggunakan teori perilaku menyimpang. Robert M.Z Lawang, yang mengatakan perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial. Selain itu, penulis juga menggunakan teori perilaku menyimpang oleh Edwin M. Lemert dengan Labeling Theory. Menurutnya seseorang menjadi penyimpang karena adanya proses labeling (pemberian julukan, cap, etiket, atau merek) yang diberikan masyarakat kepadanya. Contohnya, apabila seseorang dianggap telah sering melakukan meresahkan masyarakat seperti meminum minuman keras, main judi dan lain sebagainya, maka orang itu tidak akan janggal lagi melakukan perbuatan-perbuatan yang meresahkan masyarakat itu.

Selain itu, untuk mengkaji kebudayaan masyarakat di Kec BP Mandoge, penulis menggunakan teori pembagian tujuh unsur kebudayaan universal yang dikemukakan oleh C. Kluckhon dalam Soekanto (1992:213) yaitu : sistem mata pencaharian, peralatan dan perlengkapan hidup manusia, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan religi. Dalam teori ini peranan biduan dalam pertunjukan musik keyboard erotis dapat dikategorikan sebagai kesenian, dan sistem mata pencaharian.

(35)

dengan kelompok. Satu gerak kebudayaan dan masyarakat yang terjadi karena hubungan-hubungan tadi disebut dinamika sosial (Koentjaraningrat, 1974:127). Bagaimana seorang biduan menilai dirinya sendiri terhadap masyarakat, dan masyarakat menilai dirinya dengan inovasi yang telah dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat itu juga.

Untuk melihat unsur-unsur erotis dalam pertunjukan keyboard erotis ini, penulis menggunakan teori Hary Zegner, yang mengatakan bahwa daya tarik erotis wanita nomor satu pada kaum Adam terletak pada payudaranya. Sedangkan bagian tubuh wanita yang mengundang gairah erotis kaum pria setelah payudara adalah pinggul.

1.5. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis mengadakan : 1) Penelitian lapangan. Dengan cara mengikuti berbagai pertunjukan keyboard erotis, melakukan wawancara kepada para pelaku pertunjukan seperti biduan, pemain keyboard, para rodes atau kru, pengusaha keyboard dan juga penonton. 2) Kerja laboratorium, 3) Studi kepustakaan.

1.5.1 Penelitian lapangan

(36)

pertunjukan dari awal sampai akhir. Hal ini berguna untuk mengenal dengan baik dan lebih jauh lagi jalannya pertunjukan dan aspek-aspek yang terkandung didalamnya. 2) Wawancara, wawancara terfokus dan wawancara bebas. Wawancara terfokus dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih kaya dan tidak membosankan atau membuat kaku suasana antara penulis dan informan. Sedangkan wawancara bebas dilakukan secara tidak terfokus, tetapi mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan.

Dalam penelitian lapangan ini, penulis berhubungan langsung dengan informan kunci yaitu, pemain keyboard, para biduan, rodes dan juga para pengusaha

keyboard. Penulis mengadakan berkenalan, ngorol, wawancara dan semampu mungkin untuk menjalin hubungan emosional kepada para informan ini agar penelitian ini berjalan lancar. Penulis berusaha meyakinkan kalau penulis adalah teman baik mereka yang mampu membawakan diri kedalam lingkungan mereka.

Dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan alat tulis dalam wawancara. Setiap pembicaraan yang memberikan informasi penting segera mungkin dicatat, namun tidak pada saat wawancara atau ngorol berlangsung, tetapi pada saat kita tidak mengobrol lagi atau ada pembicaraan singkat dari informan kepada orang lain dalam dokumentasi penulis menggunakan kamera Hand phone Nokia N70

dengan Resolusi (ketajaman gambar) 2 megapixel.

1.5.2 Kerja laboratorium

(37)

disusun secara sistematis sehingga hasilnya dapat dikembangkan sebagai bahan yang akurat dalam pembahasan masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini penulis mengumpulkan data-data yang didapat dari lapangan, kemudian memilih data-data yang relevan dengan penulisan ini.

1.5.3 Studi kepustakaan (library research)

Studi kepustakaan dilakukan penulis untuk memperoleh data tambahan di luar data lapangan, baik berupa konsep-konsep dan teori-teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan juga dalam pembahasan serta penulisan.

Sebelum memulai penulisan ini, penulis terlebih dahulu membaca beberapa literatur yang berkaitan dengan pertunjukan keyboard. Tulisan ini berbeda dari dua tulisan yang telah dibuat sebelumnya di departemen Etnomusikologi, diantaranya : Skripsi sarjana oleh Dermawa P.B.P yang berjudul Analisis Pertunjukan Musik

Keyboard Dalam Upacara Perkawinan Adat Batak Toba di Desa Pematang Bandar Kabupaten Simalungun, (studi kasus Artha Musik). Dalam tulisan ini Dermawan membahas bagaimana fungsi musik keyboard dalam mengiringi upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Dalam pertunjukan ini sudah memasukkan unsure-unsur dari musik tradisional ke dalam musik keyboard, seperti alat musik suling,

taganing dan lain sebagainya.

(38)

ini Murni hanya membahas bagaimana jalannya pertunjukan yang dikelola oleh nian entertainment pada masyarakat Jawa yang ada di Bandar Khalipah.

Sedangkan dalam tulisan Studi deskriptif dan peran biduan dalam pertunjukan

keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge ini, akan dijelaskan bagaimana salah satu grup keyboard ini menyajikan suatu pertunjukan yang lebih vulgar. Adanya suasana erotis yang lebih sering muncul, dan juga adanya interaksi antara biduan dan penonton yang sifatnya mengarah kepada perlakuan yang tidak biasa dalam pertunjukan keyboard yang dibahas oleh kedua tulisan di atas.

Melihat penyajian dan pembahasan topik yang ditampilkan, tulisan ini benar-benar berbeda dengan dua tulisan yang sudah lebih dahulu dibuat itu.

1.6 Menentukan Lokasi Penelitian dan pemilihan informan

(39)
(40)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT

KECAMATAN BANDAR PASIR MANDOGE

Penduduk Bandar Pasir (selanjutnya disingkat dengan BP) Mandoge merupakan kumpulan dari berbagai etnis, baik itu yang ada di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan juga luar Sumatera. Melihat letak wilayah Administratif, BP Mandoge termasuk dalam Kabupaten Asahan dengan Ibukota Kisaran, yang identik dengan Melayu Asahan. Namun, masyarakat Melayu banyak tersebar di daerah pesisir pantai, seperti Batu-Bara, Tanjung Tiram, Tanjung Balai, Sei Kepayang, dan daerah lainnya. Sedangkan BP Mandoge merupakan daerah Asahan yang sudah sangat jauh dari Pesisir pantai dan sudah hampir mendekati daerah pegunungan yang identik dengan daerah pertanian dan perkebunan.

Faktor geografis sepertinya sangat mempengaruhi penghuni daerah itu, sehingga di BP Mandoge dihuni oleh berbagai etnis yang sangat bertolak belakang apabila dilihat BP Mandoge sebagai bagian dari daerah Asahan yang identik dengan Melayu.

(41)

rumpun Batak (Batak Toba, Simalungun, Mandailing, dan Karo) lebih dominan di BP Mandoge, baik dari segi jumlah maupun dari pengaruhnya dalam masyarakat.

2.1 Sejarah Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

Kata Bandar berasal dari pengadopsian kata “Bandar” Pulau sebagai Kecamatan induknya. Kata Pasir adalah mengambil sebuah nama perkampungan yang ada di Sungai Silau, dimana tempat ini merupakan salah satu jalan menuju ke Ibu Kota Kecamatan pada waktu itu, yaitu Bandar Pulau. Kata Mandoge diambil dari singkatan yang populer dalam masyarakat pada waktu itu, yaitu Manurung Dohot Gellengna yang artinya marga Manurung beserta anak-anaknya. Karena pada saat itu, Marga-Marga Manurung yang menjadi Tuan Kampung17 di wilayah itu. Selain itu juga, marga Manurung yang tergabung ke dalam rumpun marga Nairasaon18

banyak tinggal di daerah ini, sehingga banyak marga yang dari rumpun Narasaon

saling menikah, akibat sedikitnya marga lain yang ada waktu itu. Tetapi perkawinan

semarga sangat ditentang di sini.

Berikut akan dikemukakan sejarah Mandoge sebelum menjadi Kecamatan.

Mengapa orang Batak lebih dahulu berdiam di tempat ini? Berikut akan diuraikan beberapa faktor yang termasuk mempengaruhi persebaran orang Batak menurut T.O. Ihromi, yang dianggap juga mempengaruhi masuknya orang Batak ke daerah BP mandoge.

17

Sebutan untuk penguasa dalam suatu desa.

18

(42)

Faktor yang mempengaruhi migrasi orang Batak diantaranya :

1. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, di daerah Tanah Batak tidak ada perkebunan yang dibangun di dataran tinggi Tapanuli dan juga tidak ada orang Eropa yang berdiam di situ. Daerah ini tetap menjadi wilayah pertanian padi yang hanya didiami oleh orang Batak yang bersifat homogen.

2. Para penyiar agama dari Jerman memperkenalkan agama Kristen dan pendidikan Barat kepada orang-orang di Tapanuli pada akhir abad ke-19 dan orang Batak relative lebih banyak memperoleh pekerjaan pada perkebunan-perkebunan Barat, pada kantor-kantor pemerintah Belanda di daerah Pesisir Timur.

3. Namun pada awal abad ke-20, karena pemerintah Kolonial Belanda mempunyai kebijaksanaan untuk membatasi ruang gerak penduduk asli, maka baru setelah Indonesia merdeka migrasi orang Batak menjadi meluas (Cuningham, 1958).

Beberapa faktor di atas sengat relevan untuk menjawab mengapa orang Batak yang pertama masuk ke Derah BP Mandoge. Selain itu secara geografis letak BP Mandoge langsung bebatasan dengan daerah asal suku Batak yaitu sebelah selatan yang bebrbatasan dengan Kab Tobasa.

(43)

Pada awalnya desa-desa di Kec BP Mandoge terdiri dari delapan desa yang disebut Pinggan19

1. JawaSipinggan sekarang menjadi desa Silau Jawa.

. Pinggan ini diberikan oleh Raja Manurung yang menghuni perkampungan di Mandoge kepada anak-anaknya. Berikutnya pinggan ini akan menjadi desa pada saat sudah menjadi Kecamatan.

2. Pinggan Maria, masuk ke dalam wilayah desa Silau Jawa. 3. Pinggan bagasan sekarang menjadi desa Huta Padang.

4. Bosar Sipinggan, masuk ke dalam wilayah desa Huta Padang. 5. Pinggan Majaulu, sekarang menjadi desa Sei Nadoras.

6. Pinggan Majailir, sekarang menjadi desa Sei Kopas. 7. Dolok Sipinggan, masuk ke dalam wilayah desa Silau jawa.

8. Ujung Sipinggan, wilayahnya meliputi desa Huta Bagasan dan desa Mandoge.

Kecamatan BP Mandoge secara administrative berdiri pada tahun 1968. kecamatan BP Mandoge sendiri merupakan pemekaran dari Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan yang sekarang berbatasan dengan kecamatan BP Mandoge sebelah selatan. Camat pertama yang memimpin adalah Drs. Arun. Nasution, dimana Ibu Kota pemerintahan pada masa itu masih berada di Bandar Pulau20

Pada tahun 1977 dan 1978, perusahaan perkebunan milik pemerintah mulai memasuki wilayah Kecamatan BP Mandoge. Di antaranya, PTP V (sekarang

.

14

Berasal dari bahas Batak yang berarti Piring, artinya tempat makan, yang dapat diartikan wilayah kekuasaan yang harus dikelola untuk menghidupi keluarganya, yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya agar tidak terjadi pertengkaran antar saudara.

20

(44)

tergabung dalam PTPN III) dan PTP VII (PTPN IV). Perusahaan perkebunan ini mengelola tanaman kelapa sawit dan karet. Dengan beroperasinya kedua perusahaan perkebunan ini, maka berdampak secara langsung mempengaruhi pertambahan jumlah penduduk di Kec BP Mandoge. Mulai dibukanya beberapa Pondok21 yang kebanyakan dari mereka datang dari Jawa (etnis jawa). Dengan masuknya perusahaan ini juga mempengaruhi ekonomi dan budaya para masyarakat setempat yang lebih dulu tinggal terutama setelah berdirinya Pabrik Kelapa Sawit (PKS), masyarakat setempat sudah menanam kelapa sawit sendiri sebagai ganti pertanian padi.

Seiring dengan keadaan ekonomi yang semakin baik dan semakin bertambahnya jumlah penduduk baik dari etnis maupun budaya, menyebabkan seringnya terjadinya perkawinan antar suku. Hal ini sangat dimungkinkan oleh interaksi antar masyarakat dan suku yang semakin meningkat. Hal ini dapat kita kategorikan sebagai proses asimilasi, yaitu timbulnya suatu bentuk kebudayaan baru akibat perpaduan antara dua atau lebih budaya. Proses asimilasi timbul apabila terjadi beberapa hal berikut :

1. Golongan manusia dengan latarbelakang yang berbeda.

2. Saling bergaul langsung secara intensif untuk jangka waktu yang lama.

3. Kebudayaan yang banyak bertambah sifatnya dan wujudnya menjadi kebudayaan campuran. Golongan minoritas mengubah sifat khas unsure kebudayaan dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas (Abdul Rahmat Fathoni, 2006).

21

(45)

2.2 Letak Geografis Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

Menurut laporan pertanggungjawaban Camat bulan juni tahun 2007, semua laporan tentang letak geografi, jumlah penduduk dan persebaran, mata pencaharian, dan agama diambil oleh penulis. Kecamatan BP Mandoge merupakan salah satu dari 20 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Asahan (sebelum terbentuk Kabupaten Batu-Bara). Secara geografis letak Kecamatan BP Mandoge adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Padang Kebupaten

Simalungun.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bandar Pulau dan Kabupaten Tobasa.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun.

(46)

yang berserakan di Jalan. Kejadian ini terutama di desa-desa yang juah dari Ibukota Kecamatan.

Transportasi umum yang dapat digunakan untuk masuk dan ke luar dari wilayah Kecamatan BP Mandoge antara lain : bus KUPJ dan Bayu dari Medan – Siantar – BP Mandoge pulang pergi setiap hari. Angkutan bus Sinarta, Gok dengan tujuan BP Mandoge – Siantar. Ada juga bus Srimersing, Merpati Kencana, Merpati Tour, Putra Asahan, Asahan Raya dan lain-lain, dengan tujuan Kisaran. Banyak dari bus-bus ini yang melayani trayek sampai ke desa-desa pedalaman. Namun intensitas angkutannya maksimal dua bus satu kali satu hari pulang pergi.

2.3 Penduduk

Menurut laporan Camat BP Mandoge bulan Juni 2007, jumlah penduduk yang menghuni daerah BP Mandoge adalah 32.793 jiwa. Penduduk ini tersebar di delapan Desa. Lebih rinci akan dijelaskan melalui tabel berikut.

Tabel 1.

Penyebaran Penduduk Kecamatan BP Mandoge Berdasarkan luas Wilayah

No Desa/Kelurahan Luas wilayah (Ha) Jumlah penduduk (jiwa)

(47)

Tabel 2.

Penyebaran Penduduk Bersarkan Suku

No Suku Jumlah Persentase

Dengan keberagaman Suku-Suku Bangsa yang tinggal di Kecamatan BP Mandoge ini, maka daerah ini dapat dikatakan sebagai daerah perantauan, dimana banyaknya pendatang yang masuk . Suku Melayu juga ditempat ini merupakan masyrakat pendatang, karena masyarakat pertama yang membuka perkampungan adalah dari etnis batak Toba. Sedangkan Suku-suku lain yang masuk dipengaruhi oleh faktor berdirinya perusahaan perkebunan sebagai karyawan, hasil perkawinan antar suku dari masyarakat setempat yang pergi merantau kemudian pulang kampung dan juga perantau-perantau yang sengaja datang untuk membuka lahan pertanian dan perdagangan maupun sebagai buruh lepas, serta pegawai negeri yang mendapatkan penempatan tugas di Kecamatan BP Mandoge.

(48)

Umum Sentosa (YPUS). Perguruan ini membuka tingkat pendidikan mulai dari tingkat SD, SLTP, SMA, dan SMK. Dengan ketersediaan sarana pendidikan yang memadai, dan keadaan ekonomi yangn rata-rata mencukupi, sangat memungkinkan anak-anak di sini untuk memperoleh pendidikan sampai tingkat SMA. Banyak juga putra putri daerah dari Kecamatan BP Mandoge yang menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Tempat tujuan utama untuk menempuh pendidikan adalah Perguruan tinggi negeri ataupun swasta di kota Medan, di samping Perguruan Tinggi swasta dan Politehnik yang ada di Kota Kisaran.

2.4 Bahasa

Bahasa adalah suatu cara yang sistematis untuk menggabungkan unit-unit kecil dari unit-unit yang lebih besar dengan tujuan komunikasi. Contoh : menggabungkan bunyi bahasa (fonem) menjadi kata butir (butir lesikal), sesuai dengan aturan bahasa yang kita gunakan (Linda Thomas dan Shan Wareing,2006).

(49)

keluarga (ketika sedang di rumah bersama anak dan orang tua, serta bersama dengan kerabat dari satu etnis).

Ada beberapa bahasa-bahasa yang mucul akibat perpaduan berbagai bahasa. Masyarakat dengan berbagai suku di sini sudah terbiasa dengan perkataan-perkataan itu. Salah satunya adalah kata ladung, bongak, holan “K”, yang artinya bohong. Kata-kata tadi dapat saja dipadukan dengan bahasa-bahasa daerah masing-masing etnis. Masih banyak bahasa-bahasa lain yang mucul akibat perpaduan budaya di tempat ini.

Sebagai pembauran antar suku di tempat ini, banyak dari etnis Jawa yang sudah pentar bebahasa Batak. Banyak juga orang Batak yang pintar berbahasa Jawa. Banyak juga di antara masyarakat yang tidak tau mengucapkan dengan pasih bahasa di luar bahasanya sendiri, tetapi mengerti akan artinya.

2.5 Mata Pencaharian

Tabel 3.

Penyebaran Mata Pencaharian Penduduk

(50)

Selain dari jenis mata pencaharian di atas, sebagain penduduk juga menambah mata pencahariannya melalui berbagai bidang yang dapat menambah penghasilan dalam rumah tangga. Diantaranya, bidang seni pertunjukan, buruh, supir. Banyak juga di antara warga yang mempunyai profesi ganda, seperti PNS yang merangkap sebagai pedagang, karyawan sebagai pedagang, PNS yang berprofesi sebagai petani, pedagang yang juga petani, dan banyak yang lainnya. Hal ini sangat memungkinkan bagi masyarakat menjadi lebih maju dalam bidang perekonomiannya.

2.6 Agama

Masyarakat Kecamatan BP Mandoge seluruhnya sudah menganut Agama. Agama yang dianut yaitu : Islam, kristen Protestan, dan Kristen Khatolik

(51)

lain sebagainya. Dimana antar masyarakat yang berbeda agama selalu ikut membantu dalam bentuk ikut membantu dalam pelaksanaan, dan juga menghadiri undangan-undangan yang diberikan. Sebaliknya juga apabila ada dari salah satu yang berbeda agama mengalami kemalangan, tiap masyarakat dengan tidak membedakan agama akan ikut mengunjunginya dan juga mengucapkan turut berduka cita, bahkan banyak juga yang bersedia mengantar sampai penguburan. Yang penting dalam masyarakat itu saling menganal dan tinggal dalam satu desa, hal kebersamaan ini senantiasa berlangsung.

Perkembangan Agama di Kecamatan BP Mandoge ini juga sudah mengalami kemajuan, terlihat dengan semakin baiknya pelaksanaan ibadah agama, serta didirikannya rumah-rumah ibadah secara permanen, seperti Mesjid, Musholla, dan Gereja.

Berikut dijelaskan jumlah rumah ibadah dalam tabel.

(52)

2.7 Sistem Kekerabatan

Setiap suku menggunakan sistem kekerabatannya masing-masing. Maka akan banyak sistem kekerabatan yang dapat kita temui dalam masyarakat Kecamatan BP Mandoge. Di antaranya sistem Dalihan Natuolu dari Batak Toba, Merga Silima dari Karo, Tolu Sahundulan Lima Sauduran dari Simalungun, Sedulur dan Bebrayat dari Jawa, dan lain sebagainya.

Hal yang paling umum yang paling sering didengarkan adalah satu marga

adalah saudara, semarga dengan istri harus dihormati, pihak pemberi istri adalah keluarga yang sangat dihormati, tidak boleh menikah dengan semarga. Hal-hal semacam ini sangat dihormati oleh tiap-tiap masyarakat yang tinggal di sini. Baik itu bukan dari suku pemilik kebudayaan itu sendiri.

Banyak juga di antara masyrakat yang sudah memanggil familinya dengan panggilan-panggilan yang biasa dipakai oleh suku lain, seperti Bunde panggilan untuk memanggil adik perempuan dari bapak, Uwak, panggilan untuk abang dari ayah dan kakak dari ibu, Incek, sebutan untuk memanggil adik laki-laki dari ibu, dan

Oppung, sebutan untuk kakek dan nenek.

(53)

berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan sebagainya,. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses-proses sosial, pengertian mana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis (Kimball Young Raymond, W. Mack,1957 hal 137).

2.8 Kebudayaan Musikal

Dengan keberagaman suku dan budaya masyarakat yang mendiami Kec BP Mandoge, maka banyak pula jenis-jenis kesenian yang dapat kita lihat di sini. Hampir semua suku membawa keseniannya masing-masing. Terlepas kesenian itu makin kuat atau makin longgar karena makin jauh dari pusat pemilik kesenian itu. Kasus masyarakat di BP Mandoge ini boleh dikatakan hampir sama dengan kasus masyarakat Spanyol di Filipina dan masyarakat Jawa di Suriname. Masyarakat tersebut bukan hanya di tempat lahirnya, namun kelestarian budaya tetap dipertahankan walaupun pergeseran dan perubahan terjadi disesuaikan dengan alam budaya tempat di mana mereka berada. Hal ini merupakan prinsip Survival yaitu memelihara bentuk-bentuk tradisi tua di daerah lahir yang mungkin saja tidak dijumpai lagi pada pusat kebudayaannya (Malm ;1977,12).

(54)

diantaranya : keyboard, Keyboard joget22

a. Gondang Batak

, keyboard Karo, campur sari, Koor

(paduan suara), Nasyid dan lain sebagainya.

Gondang Batak disajikan pada upacara-upacara adat dari suku Batak, terutama batak Toba. Seperti upacara Mangadati, Mangokkal Holi, Upacara kematian (Saur Matua) dan juga pada acara-acara hari-hari besar Nasional, seperti HUT RI. Biasanya grup musik Gondang Batak yang diundang didatangkan dari Kisaran, Tanah Jawa, Pematang Siantar, dan ada juga yang langsung didatangkan dari daerah Toba (Tobasa, Humbang dan Tapanuli utara).

b. Musik Tiup

Hampir sama dengan penyajian gondang Batak, musik tiup ini juga digunakan oleh suku Batak Toba dalam upacara Perkawinan, Mangadati, Upacara kematian (saur matua) dan lain sebagainya. Grup musik tiup ini ada yang didatangkan dari luar BP Mandoge dan sekarang sudah ada di BP Mandoge sendiri. Sedangkan dari luar didatangkan dari Kisaran, Tanah Jawa, dan Pematang Siantar.

c. Jaran Kepang

Masyarakat mengenal kesenian ini dengan sebutan Kuda Lumping. Jaran kepang

disajikan dalam acara-acara syukuran masyarakat Jawa, menyambut hari-hari besar, seperti HUT RI, Hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru dan lain sebagainya. Grup Jaran Kepang ini biasanya ada di daerah Kecamatan BP Mandoge sendiri. Ada beberapa grup Jaran Kepang yang dikelola oleh masyrakat Jawa yang

22

(55)

banyak tinggal di daerah perkebunan, yang tergabung dalam organisasi Pujakesuma (Putera Jawa kelahiran Sumatera) yang masih eksis mempertahankan kesenian yang dibawa oleh kakek-nenek mereka ke Sumatera.

d. Keyboard

Pertunjukan keyboard ini disajikan oleh hampir semua kalangan masyarakat dari berbagai etnis. Hal ini tergantung dari tingkat ekonomi dari pembuat hajatan. Pertunjukan keyboard disajikan dalam acara pesta perkawinan, Khitanan, Ulang tahun, Memasuki rumah baru, acara Syukuran keluarga dan juga perayaan hari-hari besar, seperti HUT RI, Hari Raya Idul Fitri dan Tahun baru. Pada saat ini pertunjukan keyboard yang paling banyak dilakukan. Biasanya grup keyboard

yang diundang bisa beragam. Mulai yang dari Kisaran, Somba Huta, Sei Silau, Tanah Jawa, Balimbingan dan ada juga yang langsung didatangkan dari tempat-tempat yang jauh seperti dari Sei Rampah, Perbaungan dan Tanjungn Balai. Semua tergantung dari kemampuan dan selera pembuat hajatan, disamping para kerabat juga yang biasanya ikut berperan dalam menentukan jenis hiburan yang disajikan. Ada juga grup keyboard dari Kecamatan BP Mandoge. Biasanya grup

keyboard ini diundang atas beberapa faktor, contohnya : adanya hubungan keluarga antara sipembuat hajatan dengan yang empunya grup keyboard dan juga keterbatasan dana. Biasanya grup keyboard yang dari Mandoge biayanya relative lebih murah. Sedangkan untuk keyboard erotis, dimunculkan secara spontan dari pertunjukan keyboard biasa ini. Karena grup keyboard erotis juga grup keyboard

(56)

acara berlangsung. Itupun harus dilihat (mengenal) grup keyboard apa yang tampil, karena tidak semua grup keyboard itu mau tampil erotis.

e. Keyboard Joget

Pertunjukan keyboard joget juga relatif sama dengan pertunjukan keyboard.

Hanya bedanya pada biduan yang ada, keyboard joget menggunakan biduan untuk bernyanyi, tetapi tidak harus bergoyang dan mempunyai biduan yang tidak bernyanyi tetapi hanya berjoget bersama para pembeli tiket. Namun adakalanya pertunjukan keyboard joget disajikan atas permintaan dari pengundang tanpa adanya acara apapun. Jadi konsepnya hanya untuk hiburan semata atau juga hura-hura. Dana yang diguanakan untuk membayar grup keyboard joget adalah hasil penjualan tiket. Biasanya acara seperti ini dilakukan dalam waktu tiga sampai empat malam. Pertunjukan ini sangat diminati oleh laki-laki. Disamping pertunjukan keyboaerd erotis, pertunjukan keyboard joget merupakan vaforit dalam masyarakat. Grup keyboard joget yang biasanya didatangkan dari Kisaran dan daerah perkebunan Nusantara IV Bah Jambi.

f. Keyboard Karo

(57)

g. Campursari

Pertunjukan ini sekarang sudah mulai jarang ditampilkan, selain biayanya yang besar juga cenderung repot untuk mempersiapkan panggung dan peralatannya. Namun pada umumnya pertunjukan ini lebih digemari oleh kalangan pemuda pada saat hiburan ini eksis.

h. Koor (Paduan Suara)

Pertunjukan koor disajikan oleh masyarakat pada acara pesta perkawinan maupun acara kematian masyarakat yang beragama Kristen. Biasanya disajikan pada saat ada kesempatan memberikan kata sambutan. Koor disajikan oleh kumpulan ibu-ibu, bapak-bapak dan gabungan ibu dan bapak dari denominasi Gereja yang ada. Adapun denominasi Gereja yang ada di antaranya HKBP, GMI, GKPS, HKI, Pentakosata, Khatolik dan lain sebagainya.

i. Nasyid

Pertunjukan Nasyid disajikan dalam acara-acara syukuran bagi umat Islam. Kesenian ini dibawakan oleh para Remaja Mesjid dari tiap desa, dan ada juga kumpulan Wirid dari tiap desa. Nasyid biasanya dipertunjukkan ketika acara menyambut tamu, mengantar pengantin dan selesai memberikan nasehat kepada yang membuat hajatan.

(58)
(59)

BAB III

DESKRIPSI PERTUNJUKAN KEYBOARD EROTIS

3.1 Sejarah Keyboard di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

Sebelum tahun 1990-an, di Kecamatan BP Mandoge hiburan yang paling sering ditampilkan adalah Ludruk, Jaran Kepang, Campursari, Gondang Batak dan lain-lain. Kesenian-keseian ini biasanya ditampilkan pada acara pernikahan, sunatan, perayaan hari-hari besar keagamaan maupun hari besar Nasional. Itupun banyak acara-acara hajatan yang dibuat tidak memakai hiburan.

Seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam bidang ekonomi dalam masyarakat, sistem kesenian yang berfungsi sebagai hiburan ini juga cenderung berubah. Masyarakat sudah bisa memilih bagaimana hiburan yang disajikan itu bersifat praktis dan murah, tetapi tetap digemari di kalangan masyarakat. Keyboard adalah salah satunya hiburan yang memenuhi kriteria di atas. Grup musik keyboard cukup menggunakan satu buah alat musik keyboard, di tambah sound sistem sebagai pengeras suara. Orang-orang yang dilibatkan dalam pertunjukan ini juga tidak terlalu banyak, cukup satu orang pemain keyboard, dua atau tiga orang biduan dan dua orang rodes.

(60)

terpenuhi mencakup semua kalangan usia, karena dalam alat musik keyboard

memungkinkan untuk memainkan berbagai selera kalangan ini.

Grup-grup keyboard yang pertama dikenal di daerah Kecamatan BP Mandoge adalah Lafendos, Heviss, Pelangi, Bumi Ayu dan lain sebagainya yang semuanya berasal dari kota Kisaran, ini terjadi kira-kira pada tahun 1995. Sedangkan grup

keyboard pertama yang ada di Kecamatan BP Mandoge diantaranya : Horas Sinaga,

Citra Electone, dan juga Try Jaya yang rata-rata mulai berdiri kira-kira tahun 2001.23

Ketika pertama berdiri grup Riny Jaya keyboard tampil alakadarnya, yaitu dengan peralatan musik yang seadanya saja, seperti satu buah alat musik keyboard KN 2000 Technic, Sound sistem 600 watt, dengan dua orang biduan pemula. Acara-acara yang memanggil mereka itupun tidak tergolong besar. Biasanya mereka dipakai

3.2 Sejarah grup Riny Jaya Keyboard

Kebiasaan masyarakat untuk mengadakan pesta merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi munculnya grup-grup keyboard yang ada di Kabupaten Asahan. Pada tahun 1997-an mulailah dibentuk grup keyboard Riny Jaya. Pendiri grup keyboard ini adalah bapak M. Yusuf dan anak pertamanya yang bernama Mariny. Grup Riny Jaya keyboard beralamat di Jl. Besar Sei Silau Desa Somba Huta Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Nama Riny Jaya diambil dari nama anak pendiri grup keyboard ini yaitu ”Mariny” diambil kata Riny-nya saja. Sedangkan jaya adalah suatu kalimat yang mencerminkan suatu harapan akan kesuksesan.

23

Informasi didapatkan dari wawancara dengan bapak Manimbul Sirait, pengusaha grup musik

(61)

oleh para kerabat-kerabat bapak M.Yusuf sendiri, dan juga masyarakat sekitar desa Somba Huta saja. Tarif yang mereka tawarkanpun relatif jauh lebih murah dibanding dengan grup-grup keyboard yang telah lebih dahulu muncul, seperti Lafendos,

Pelangi, Heviss, Bumi Ayu dan lain sebagainya yang ada di daerah Asahan.

Pada awalnya tarif untuk grup Riny Jaya sekali tampil adalah Rp.450.000 sampai tengah malam. Sedangkan untuk tarif grup keyboard yang lain berkisar antara Rp 700.000-1.000.000 sekali tampil. Pada saat itu sering sekali ketika mereka tampil sedikit penonton yang hadir, padahal pada saat itu pertunjukan keyboard sangat digemari oleh masyarakat. Tidak jarang juga grup Riny Jaya diremehkan oleh masyarakat. Memang pada masa itu, pada saat ada pertunjukan keyboard selalu banyak pengunjung yang datang, tetapi ketika Riny Jaya yang tampil orang-orang banyak yang datang tadi kurang meminati dan mereka kebanyakan tidak menonton pertunjukan yang disajikan itu, melainkan mencari objek-objek lain yang dianggap bisa menghibur.

Pertunjukan keyboard tidak pernah lepas dari adanya acara hajatan atau pesta. Biasanya untuk keluarga dari golongan menengah ke atas akan selalu membuat hiburan pada acara hajatan yang dibuatnya. Banyaknya grup-grup keyboard yang muncul nampaknya merupakan pemicu untuk berbuat yang terbaik untuk mendapatkan ”job” sebanyak-banyaknya. Awalnya berbagai pembenahan dibuat, mulai dari melengkapi peralatan-peralatan yang ada, diantaranya mengganti keyboard

(62)

biduan-biduan yang lebih berpengalaman sebagai bintang tamu dari grup keyboard lain dengan bayaran yang lebih hal ini dikenal dengan istilah di carter/carteran24

Entah siapa yang memulai dan ide siapa, grup Riny Jaya sudah mulai berani tampil beda, yaitu berani menampilkan satu pertunjukan keyboard yang erotis. Seperti yang dikatakan teori perubahan kognitif kontemporer yaitu memandang manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, mengalihkan, informasi. Secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui struktur kognitif (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Scnwable, 1990 ; Fiske dan Taylor, 1991). Ini berkaitan dengan perilaku sosial dalam masyarakat dan sangat relevan dengan perilaku biduan di atas panggung yang sering menghadapi para penonton yang sering meneriakkan “buka-buka !!” bisa saja tekanan

.

Seiring dengan perkembangan jaman dan persaingan yang semakin ketat, maka grup Riny Jaya juga ikut membuat berbagai pembenahan-pembenahan, seprti yang dikatakan di atas. Persaingan yang semakin ketat itu juga diikuti dengan masuknya beberapa grup keyboard erotis dari luar Asahan, seperti dari Sei Rampah, Perbaungan dan Perdagangan. Lagipula banyak masyarakat yang begitu menggemarinya. Hal ini juga akan semakin mempersempit ruang gerak dari grup-grup keyboard lokal yang sedang eksis. Tentu saja kebutuhan ekonomi masing-masing grup harus dipenuhi, karena tidak ingin mati suri mau tidak mau tiap grup

keyboard harus ikut bersaing untuk mendapatkan jatah tampil.

24Carteran

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3. Penyebaran Mata Pencaharian Penduduk
Tabel 4. Penduduk menurut Agama
+4

Referensi

Dokumen terkait