BAB III DESKRIPSI PERTUNJUKAN KEYBOAD EROTIS
3.2 Sejarah Grup Riny Jaya Keyboard
Kebiasaan masyarakat untuk mengadakan pesta merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi munculnya grup-grup keyboard yang ada di Kabupaten Asahan. Pada tahun 1997-an mulailah dibentuk grup keyboard Riny Jaya. Pendiri grup keyboard ini adalah bapak M. Yusuf dan anak pertamanya yang bernama Mariny. Grup Riny Jaya keyboard beralamat di Jl. Besar Sei Silau Desa Somba Huta Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Nama Riny Jaya diambil dari nama anak pendiri grup keyboard ini yaitu ”Mariny” diambil kata Riny-nya saja. Sedangkan jaya adalah suatu kalimat yang mencerminkan suatu harapan akan kesuksesan.
23
Informasi didapatkan dari wawancara dengan bapak Manimbul Sirait, pengusaha grup musik
oleh para kerabat-kerabat bapak M.Yusuf sendiri, dan juga masyarakat sekitar desa Somba Huta saja. Tarif yang mereka tawarkanpun relatif jauh lebih murah dibanding dengan grup-grup keyboard yang telah lebih dahulu muncul, seperti Lafendos,
Pelangi, Heviss, Bumi Ayu dan lain sebagainya yang ada di daerah Asahan.
Pada awalnya tarif untuk grup Riny Jaya sekali tampil adalah Rp.450.000 sampai tengah malam. Sedangkan untuk tarif grup keyboard yang lain berkisar antara Rp 700.000-1.000.000 sekali tampil. Pada saat itu sering sekali ketika mereka tampil sedikit penonton yang hadir, padahal pada saat itu pertunjukan keyboard sangat digemari oleh masyarakat. Tidak jarang juga grup Riny Jaya diremehkan oleh masyarakat. Memang pada masa itu, pada saat ada pertunjukan keyboard selalu banyak pengunjung yang datang, tetapi ketika Riny Jaya yang tampil orang-orang banyak yang datang tadi kurang meminati dan mereka kebanyakan tidak menonton pertunjukan yang disajikan itu, melainkan mencari objek-objek lain yang dianggap bisa menghibur.
Pertunjukan keyboard tidak pernah lepas dari adanya acara hajatan atau pesta. Biasanya untuk keluarga dari golongan menengah ke atas akan selalu membuat hiburan pada acara hajatan yang dibuatnya. Banyaknya grup-grup keyboard yang muncul nampaknya merupakan pemicu untuk berbuat yang terbaik untuk mendapatkan ”job” sebanyak-banyaknya. Awalnya berbagai pembenahan dibuat, mulai dari melengkapi peralatan-peralatan yang ada, diantaranya mengganti keyboard
yang lama dengan keyboard keluaran terbaru (KN 2000 dengan KN 3000, 6000,6500 dan juga KN terbaru yaitu KN 7000). Ada juga dengan cara memanggil biduan-
biduan yang lebih berpengalaman sebagai bintang tamu dari grup keyboard lain dengan bayaran yang lebih hal ini dikenal dengan istilah di carter/carteran24
Entah siapa yang memulai dan ide siapa, grup Riny Jaya sudah mulai berani tampil beda, yaitu berani menampilkan satu pertunjukan keyboard yang erotis. Seperti yang dikatakan teori perubahan kognitif kontemporer yaitu memandang manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, mengalihkan, informasi. Secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui struktur kognitif (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Scnwable, 1990 ; Fiske dan Taylor, 1991). Ini berkaitan dengan perilaku sosial dalam masyarakat dan sangat relevan dengan perilaku biduan di atas panggung yang sering menghadapi para penonton yang sering meneriakkan “buka-buka !!” bisa saja tekanan
.
Seiring dengan perkembangan jaman dan persaingan yang semakin ketat, maka grup Riny Jaya juga ikut membuat berbagai pembenahan-pembenahan, seprti yang dikatakan di atas. Persaingan yang semakin ketat itu juga diikuti dengan masuknya beberapa grup keyboard erotis dari luar Asahan, seperti dari Sei Rampah, Perbaungan dan Perdagangan. Lagipula banyak masyarakat yang begitu menggemarinya. Hal ini juga akan semakin mempersempit ruang gerak dari grup- grup keyboard lokal yang sedang eksis. Tentu saja kebutuhan ekonomi masing- masing grup harus dipenuhi, karena tidak ingin mati suri mau tidak mau tiap grup
keyboard harus ikut bersaing untuk mendapatkan jatah tampil.
24Carteran
dapat saja dilakukan dengan alasan tidak bisa tampinya biduan tetap dengan berbagai alasan ataupun untuk memberkan nuansa baru yang lebih segar dalam pertunjukan Carteran dapat saja dilakukan terhadap pemain keyboard, biduan, dan rodes.
yang sering dihadapi ini membuat para biduan membuat perubahan perlahan-lahan ke arah kemaun para penonton yang begitu banyak, karena tidak jarang juga para biduan merasa terancam ketika berada di atas panggung.
Semenjak imej erotis melekat dalam grup Riny Jaya, grup ini cenderung sangat digemari oleh masyarakat dengan banyaknya undangan-undangan yang datang kepada grup ini. Tentu saja pemberian label kepada Riny Jaya ini bukanlah suatu hal yang biasa dalam masyarakat. Imej yang diberikan ini adalah suatu hal yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Edwin M. Lemert dengan teorinya labeling theory, mengatakan “seseorang menjadi penyimpang karena adanya proses labeling (pemberian julukan, cap, etiket, atau merek) yang diberikan masyarakat kepadanya. Proses labeling ini bisa membuat seseorang yang tadinya tidak memiliki kebiasaan menyimpang menjadi terbiasa”. Hal ini dapat dihubungkan dengan prilaku pertunjukan yang disajikan oleh grup Riny Jaya yang sudah terbiasa tampil dengan keyboard erotisnya. Namun dengan keadaan yang seperti itu, grup Riny jaya tidak lantas dibuang dari masyarakat. Justru banyak kalangan yang makin menggemarinya, tentu saja kebanyakan dari kalangan laki-laki.
Namun perlu diketahui bahwa pertunjukan berbau erotis itu bakan suatu hal yang baru. Nungki Kusumastuti, 2003 : “fenomena tarian erotis di Indonesia telah ada sejak dahulu, seperti pada tarian ronggeng, ketuk tilu, ataupun tayub. Itu telah ada sejak dahulu dan tidak bisa dibuang karena banyak masyarakat yang menggemarinya”. Menurut Usman Pelly, 2003 (dalam Akhri aksi biduan keyboard
porno) “munculnya grup musik keyboard seperti ini (erotis) juga dipengaruhi oleh media informasi dan komunikasi seperti televisi, radio, internet, majalah, serta
banyaknya rekaman tentang pertunjukan musik di diskotik-diskotik, yang belakangan banyak menyerbu daerah-daerah di Indonesia”.