• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KECAMATAN BANDAR

2.2 Letak Geografis Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

Menurut laporan pertanggungjawaban Camat bulan juni tahun 2007, semua laporan tentang letak geografi, jumlah penduduk dan persebaran, mata pencaharian, dan agama diambil oleh penulis. Kecamatan BP Mandoge merupakan salah satu dari 20 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Asahan (sebelum terbentuk Kabupaten Batu-Bara). Secara geografis letak Kecamatan BP Mandoge adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Padang Kebupaten

Simalungun.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bandar Pulau dan Kabupaten Tobasa.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun.

Jarak pusat pemerintahan Desa terjauh dari Ibukota Kecamatan kurang lebih 35 Km, dengan jarak tempuh kira-kira satu setengah jam. Sedangkan jarak dari Ibukota Kecamatan ke Kabupaten kurang lebih 47 Km, dengn waktu tempuh kira-kira satu jam. Luas wilayah Kecamatan BP Mandoge secara keseluruhannya adalah 65.100 Ha. Kedaan alam datar dan berbukit-bukit, banyak terdapat hutan kecil yang belum dibuka dengan alasan medan yang terlalu sulit, yang mencakap tingkat kemiringan di atas 60 derjat. Apabila tanahnya datar ataupun tidak terlalu miring sudah pasti dijadikan areal pertanian atau perkebunan kelapa sawit dan karet. Banyak juga jalan yang masih rusak, seperti banyaknya jalan yang belum mendapatkan pengaspalan, jalan berlubang-lubang, apabila musim hujan akan becek dan berlumpur, dan bila musim kemarau akan berdebu dengan tonjolan-tonjolan batu

yang berserakan di Jalan. Kejadian ini terutama di desa-desa yang juah dari Ibukota Kecamatan.

Transportasi umum yang dapat digunakan untuk masuk dan ke luar dari wilayah Kecamatan BP Mandoge antara lain : bus KUPJ dan Bayu dari Medan – Siantar – BP Mandoge pulang pergi setiap hari. Angkutan bus Sinarta, Gok dengan tujuan BP Mandoge – Siantar. Ada juga bus Srimersing, Merpati Kencana, Merpati Tour, Putra Asahan, Asahan Raya dan lain-lain, dengan tujuan Kisaran. Banyak dari bus-bus ini yang melayani trayek sampai ke desa-desa pedalaman. Namun intensitas angkutannya maksimal dua bus satu kali satu hari pulang pergi.

2.3 Penduduk

Menurut laporan Camat BP Mandoge bulan Juni 2007, jumlah penduduk yang menghuni daerah BP Mandoge adalah 32.793 jiwa. Penduduk ini tersebar di delapan Desa. Lebih rinci akan dijelaskan melalui tabel berikut.

Tabel 1.

Penyebaran Penduduk Kecamatan BP Mandoge Berdasarkan luas Wilayah No Desa/Kelurahan Luas wilayah (Ha) Jumlah penduduk (jiwa)

1 2 3 4 5 6 7 8

Bandar Pasir Mandoge Huta Bagasan Huta Padang Silau Jawa Suka Makmur Sei Kopas Sei Nadoras Tomuan Holbung 5.500 18.200 13.000 5.880 3.500 5.000 6.020 8.000 5.824 5.073 4.598 4.532 3.297 3.683 3.351 2.435 Jumlah 65.100 32.793

Tabel 2.

Penyebaran Penduduk Bersarkan Suku

No Suku Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 Jawa Batak Melayu Aceh Banjar Minang 9.859 22.258 317 32 135 192 30,07 67,87 0,97 0,09 0,41 0,59 Jumlah 32.793 100

Dengan keberagaman Suku-Suku Bangsa yang tinggal di Kecamatan BP Mandoge ini, maka daerah ini dapat dikatakan sebagai daerah perantauan, dimana banyaknya pendatang yang masuk . Suku Melayu juga ditempat ini merupakan masyrakat pendatang, karena masyarakat pertama yang membuka perkampungan adalah dari etnis batak Toba. Sedangkan Suku-suku lain yang masuk dipengaruhi oleh faktor berdirinya perusahaan perkebunan sebagai karyawan, hasil perkawinan antar suku dari masyarakat setempat yang pergi merantau kemudian pulang kampung dan juga perantau-perantau yang sengaja datang untuk membuka lahan pertanian dan perdagangan maupun sebagai buruh lepas, serta pegawai negeri yang mendapatkan penempatan tugas di Kecamatan BP Mandoge.

Dari tingkat pendidikan, masyarakat Kecamatan BP Mandoge umumnya sudah mengecap pendidikan. Hal ini dapat dilhat dengan sudah berdirinya sekeloh- sekolah di tiap desa (Sekolah Dasar). Terdapat empat Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri (SLTPN), dan satu Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 1). Di samping itu, terdapat juga yayasan pendidikan swasta, yaitu Yayasan Pendidikan

Umum Sentosa (YPUS). Perguruan ini membuka tingkat pendidikan mulai dari tingkat SD, SLTP, SMA, dan SMK. Dengan ketersediaan sarana pendidikan yang memadai, dan keadaan ekonomi yangn rata-rata mencukupi, sangat memungkinkan anak-anak di sini untuk memperoleh pendidikan sampai tingkat SMA. Banyak juga putra putri daerah dari Kecamatan BP Mandoge yang menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Tempat tujuan utama untuk menempuh pendidikan adalah Perguruan tinggi negeri ataupun swasta di kota Medan, di samping Perguruan Tinggi swasta dan Politehnik yang ada di Kota Kisaran.

2.4 Bahasa

Bahasa adalah suatu cara yang sistematis untuk menggabungkan unit-unit kecil dari unit-unit yang lebih besar dengan tujuan komunikasi. Contoh : menggabungkan bunyi bahasa (fonem) menjadi kata butir (butir lesikal), sesuai dengan aturan bahasa yang kita gunakan (Linda Thomas dan Shan Wareing,2006).

Untuk mendeskripsikan bahasa yang digunakan dalam masyarakat Kecamatan BP Mandoge, terlebih dahulu akan diberikan beberapa contoh kata yang sering digunakan dalam kehidupan dalam bermasyarakat. Tentu saja bahasa ini sudah banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa setiap masyarakat yang masuk. Pada umumnya dalam masyarakat menggunakan bahasa Indonesia. Namun ada saat-saat tertentu dan kelompok tertentu yang saling berbeda dalam penggunaan bahasa ini. Sebagai contoh, anak-anak akan berbahasa Indonesia, begitu juga dengan anak remaja dan lajang. Sedangakan para orang tua dalam kehidupannya lebih sering menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah juga dipakai dalam

keluarga (ketika sedang di rumah bersama anak dan orang tua, serta bersama dengan kerabat dari satu etnis).

Ada beberapa bahasa-bahasa yang mucul akibat perpaduan berbagai bahasa. Masyarakat dengan berbagai suku di sini sudah terbiasa dengan perkataan-perkataan itu. Salah satunya adalah kata ladung, bongak, holan “K”, yang artinya bohong. Kata-kata tadi dapat saja dipadukan dengan bahasa-bahasa daerah masing-masing etnis. Masih banyak bahasa-bahasa lain yang mucul akibat perpaduan budaya di tempat ini.

Sebagai pembauran antar suku di tempat ini, banyak dari etnis Jawa yang sudah pentar bebahasa Batak. Banyak juga orang Batak yang pintar berbahasa Jawa. Banyak juga di antara masyarakat yang tidak tau mengucapkan dengan pasih bahasa di luar bahasanya sendiri, tetapi mengerti akan artinya.

2.5 Mata Pencaharian

Tabel 3.

Penyebaran Mata Pencaharian Penduduk

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 Petani Karyawan Pedagang PNS/TNI/POLRI Lain-lain 6.276 6.663 192 362 867 43,70 46,40 1,34 2,52 6,04 Jumlah 14.360 100

Selain dari jenis mata pencaharian di atas, sebagain penduduk juga menambah mata pencahariannya melalui berbagai bidang yang dapat menambah penghasilan dalam rumah tangga. Diantaranya, bidang seni pertunjukan, buruh, supir. Banyak juga di antara warga yang mempunyai profesi ganda, seperti PNS yang merangkap sebagai pedagang, karyawan sebagai pedagang, PNS yang berprofesi sebagai petani, pedagang yang juga petani, dan banyak yang lainnya. Hal ini sangat memungkinkan bagi masyarakat menjadi lebih maju dalam bidang perekonomiannya.

2.6 Agama

Tabel 4.

Penduduk menurut Agama

No Agama Jumlah Persentase

1 2 3 Islam Kristen Protestan Kristen Khatolik 21.124 8.737 2.932 64,42 26,64 8,94 Jumlah 32.793 100

Masyarakat Kecamatan BP Mandoge seluruhnya sudah menganut Agama. Agama yang dianut yaitu : Islam, kristen Protestan, dan Kristen Khatolik

Hubungan sosial dan budaya antar pemeluk agama disini terjalin dengan baik, saling menghormati dan saling menghargai. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama antar umat bergama dalam rangka perayaan hari-hari besar Nasional, dan juga adanya partisipasi antar agama dalam hal perayaan hari besar agama. Hubungan baik itu juga dapat dilihat dari partisipasi orang-orang dalam masyarakat tanpa membedakan suku dan agama apabila ada kegiatan, seperti Pesta Perkawinan, Sunatan, Syukuran dan

lain sebagainya. Dimana antar masyarakat yang berbeda agama selalu ikut membantu dalam bentuk ikut membantu dalam pelaksanaan, dan juga menghadiri undangan- undangan yang diberikan. Sebaliknya juga apabila ada dari salah satu yang berbeda agama mengalami kemalangan, tiap masyarakat dengan tidak membedakan agama akan ikut mengunjunginya dan juga mengucapkan turut berduka cita, bahkan banyak juga yang bersedia mengantar sampai penguburan. Yang penting dalam masyarakat itu saling menganal dan tinggal dalam satu desa, hal kebersamaan ini senantiasa berlangsung.

Perkembangan Agama di Kecamatan BP Mandoge ini juga sudah mengalami kemajuan, terlihat dengan semakin baiknya pelaksanaan ibadah agama, serta didirikannya rumah-rumah ibadah secara permanen, seperti Mesjid, Musholla, dan Gereja.

Berikut dijelaskan jumlah rumah ibadah dalam tabel.

Tabel 5.

Jumlah Rumah Ibadah

No Desa Jumlah Rumah Ibadah

1 2 3 4 5 6 7 8

Bandar Pasir Mandoge Huta Bagasan Huta Padang Silau Jawa Suka Makmur Sei Kopas Sei Nadoras Tomuan Holbung Mesjid/Musholla 7 7 11 9 7 10 12 Belum terdaftar Gereja 7 5 5 11 5 11 5 Baru pemekaran

2.7 Sistem Kekerabatan

Setiap suku menggunakan sistem kekerabatannya masing-masing. Maka akan banyak sistem kekerabatan yang dapat kita temui dalam masyarakat Kecamatan BP Mandoge. Di antaranya sistem Dalihan Natuolu dari Batak Toba, Merga Silima dari Karo, Tolu Sahundulan Lima Sauduran dari Simalungun, Sedulur dan Bebrayat dari Jawa, dan lain sebagainya.

Hal yang paling umum yang paling sering didengarkan adalah satu marga

adalah saudara, semarga dengan istri harus dihormati, pihak pemberi istri adalah keluarga yang sangat dihormati, tidak boleh menikah dengan semarga. Hal-hal semacam ini sangat dihormati oleh tiap-tiap masyarakat yang tinggal di sini. Baik itu bukan dari suku pemilik kebudayaan itu sendiri.

Banyak juga di antara masyrakat yang sudah memanggil familinya dengan panggilan-panggilan yang biasa dipakai oleh suku lain, seperti Bunde panggilan untuk memanggil adik perempuan dari bapak, Uwak, panggilan untuk abang dari ayah dan kakak dari ibu, Incek, sebutan untuk memanggil adik laki-laki dari ibu, dan

Oppung, sebutan untuk kakek dan nenek.

Setiap individu ataupun kelompok akan memberikan pengaruhnya kepada individu atau kelompok lain. Hal ini dapat juag terjadi akibat interaksi sosial yang begitu berperan dalam masyarakat. Interaksi social adalah kuci dari semua kehidupan social, oleh karena tanpa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan bersama-sama. Bertemunya orang per-orang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang per-orangan dan kelompok manusia bekerjasama, saling

berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan sebagainya,. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses-proses sosial, pengertian mana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis (Kimball Young Raymond, W. Mack,1957 hal 137).

2.8 Kebudayaan Musikal

Dengan keberagaman suku dan budaya masyarakat yang mendiami Kec BP Mandoge, maka banyak pula jenis-jenis kesenian yang dapat kita lihat di sini. Hampir semua suku membawa keseniannya masing-masing. Terlepas kesenian itu makin kuat atau makin longgar karena makin jauh dari pusat pemilik kesenian itu. Kasus masyarakat di BP Mandoge ini boleh dikatakan hampir sama dengan kasus masyarakat Spanyol di Filipina dan masyarakat Jawa di Suriname. Masyarakat tersebut bukan hanya di tempat lahirnya, namun kelestarian budaya tetap dipertahankan walaupun pergeseran dan perubahan terjadi disesuaikan dengan alam budaya tempat di mana mereka berada. Hal ini merupakan prinsip Survival yaitu memelihara bentuk-bentuk tradisi tua di daerah lahir yang mungkin saja tidak dijumpai lagi pada pusat kebudayaannya (Malm ;1977,12).

Kesenian yang sering di tampilkan dalam acara pesta dan perayaan-perayaan yang meliputi kesenian tradisional diantaranya : Gondang Batak, Musik tiup, Jaran Kepang, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kesenian yang sifatnya umum

diantaranya : keyboard, Keyboard joget22

a. Gondang Batak

, keyboard Karo, campur sari, Koor

(paduan suara), Nasyid dan lain sebagainya.

Gondang Batak disajikan pada upacara-upacara adat dari suku Batak, terutama batak Toba. Seperti upacara Mangadati, Mangokkal Holi, Upacara kematian (Saur Matua) dan juga pada acara-acara hari-hari besar Nasional, seperti HUT RI. Biasanya grup musik Gondang Batak yang diundang didatangkan dari Kisaran, Tanah Jawa, Pematang Siantar, dan ada juga yang langsung didatangkan dari daerah Toba (Tobasa, Humbang dan Tapanuli utara).

b. Musik Tiup

Hampir sama dengan penyajian gondang Batak, musik tiup ini juga digunakan oleh suku Batak Toba dalam upacara Perkawinan, Mangadati, Upacara kematian (saur matua) dan lain sebagainya. Grup musik tiup ini ada yang didatangkan dari luar BP Mandoge dan sekarang sudah ada di BP Mandoge sendiri. Sedangkan dari luar didatangkan dari Kisaran, Tanah Jawa, dan Pematang Siantar.

c. Jaran Kepang

Masyarakat mengenal kesenian ini dengan sebutan Kuda Lumping. Jaran kepang

disajikan dalam acara-acara syukuran masyarakat Jawa, menyambut hari-hari besar, seperti HUT RI, Hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru dan lain sebagainya. Grup Jaran Kepang ini biasanya ada di daerah Kecamatan BP Mandoge sendiri. Ada beberapa grup Jaran Kepang yang dikelola oleh masyrakat Jawa yang 22

Pertunjukan keyboard yang menggunakan lima sampai enam orang penari pelayan perempuan. Dimana setiap orang yang ingin menari ke atas panggung dengan para penari harus lebih dahulu membayar tiket.

banyak tinggal di daerah perkebunan, yang tergabung dalam organisasi Pujakesuma (Putera Jawa kelahiran Sumatera) yang masih eksis mempertahankan kesenian yang dibawa oleh kakek-nenek mereka ke Sumatera.

d. Keyboard

Pertunjukan keyboard ini disajikan oleh hampir semua kalangan masyarakat dari berbagai etnis. Hal ini tergantung dari tingkat ekonomi dari pembuat hajatan. Pertunjukan keyboard disajikan dalam acara pesta perkawinan, Khitanan, Ulang tahun, Memasuki rumah baru, acara Syukuran keluarga dan juga perayaan hari- hari besar, seperti HUT RI, Hari Raya Idul Fitri dan Tahun baru. Pada saat ini pertunjukan keyboard yang paling banyak dilakukan. Biasanya grup keyboard

yang diundang bisa beragam. Mulai yang dari Kisaran, Somba Huta, Sei Silau, Tanah Jawa, Balimbingan dan ada juga yang langsung didatangkan dari tempat- tempat yang jauh seperti dari Sei Rampah, Perbaungan dan Tanjungn Balai. Semua tergantung dari kemampuan dan selera pembuat hajatan, disamping para kerabat juga yang biasanya ikut berperan dalam menentukan jenis hiburan yang disajikan. Ada juga grup keyboard dari Kecamatan BP Mandoge. Biasanya grup

keyboard ini diundang atas beberapa faktor, contohnya : adanya hubungan keluarga antara sipembuat hajatan dengan yang empunya grup keyboard dan juga keterbatasan dana. Biasanya grup keyboard yang dari Mandoge biayanya relative lebih murah. Sedangkan untuk keyboard erotis, dimunculkan secara spontan dari pertunjukan keyboard biasa ini. Karena grup keyboard erotis juga grup keyboard

acara berlangsung. Itupun harus dilihat (mengenal) grup keyboard apa yang tampil, karena tidak semua grup keyboard itu mau tampil erotis.

e. Keyboard Joget

Pertunjukan keyboard joget juga relatif sama dengan pertunjukan keyboard.

Hanya bedanya pada biduan yang ada, keyboard joget menggunakan biduan untuk bernyanyi, tetapi tidak harus bergoyang dan mempunyai biduan yang tidak bernyanyi tetapi hanya berjoget bersama para pembeli tiket. Namun adakalanya pertunjukan keyboard joget disajikan atas permintaan dari pengundang tanpa adanya acara apapun. Jadi konsepnya hanya untuk hiburan semata atau juga hura- hura. Dana yang diguanakan untuk membayar grup keyboard joget adalah hasil penjualan tiket. Biasanya acara seperti ini dilakukan dalam waktu tiga sampai empat malam. Pertunjukan ini sangat diminati oleh laki-laki. Disamping pertunjukan keyboaerd erotis, pertunjukan keyboard joget merupakan vaforit dalam masyarakat. Grup keyboard joget yang biasanya didatangkan dari Kisaran dan daerah perkebunan Nusantara IV Bah Jambi.

f. Keyboard Karo

Keyboard Karo disajikan dalam acara pesta perkawinan pada masyarakat Karo yang ada di Kecamatan BP Mandoge. Biasanya hal ini dilakukan oleh masyarakat Karo yang mempunyai tingkat perekonomian yang sudah mapan. Pertunjukan ini disajikan untuk hiburan, juga sebagai ajang penunjukan identitas sebagai masyarakat Karo yang ada. Biasanya keyboard Karo yang diundang langsung didatangkan dari Tanah Karo.

g. Campursari

Pertunjukan ini sekarang sudah mulai jarang ditampilkan, selain biayanya yang besar juga cenderung repot untuk mempersiapkan panggung dan peralatannya. Namun pada umumnya pertunjukan ini lebih digemari oleh kalangan pemuda pada saat hiburan ini eksis.

h. Koor (Paduan Suara)

Pertunjukan koor disajikan oleh masyarakat pada acara pesta perkawinan maupun acara kematian masyarakat yang beragama Kristen. Biasanya disajikan pada saat ada kesempatan memberikan kata sambutan. Koor disajikan oleh kumpulan ibu- ibu, bapak-bapak dan gabungan ibu dan bapak dari denominasi Gereja yang ada. Adapun denominasi Gereja yang ada di antaranya HKBP, GMI, GKPS, HKI, Pentakosata, Khatolik dan lain sebagainya.

i. Nasyid

Pertunjukan Nasyid disajikan dalam acara-acara syukuran bagi umat Islam. Kesenian ini dibawakan oleh para Remaja Mesjid dari tiap desa, dan ada juga kumpulan Wirid dari tiap desa. Nasyid biasanya dipertunjukkan ketika acara menyambut tamu, mengantar pengantin dan selesai memberikan nasehat kepada yang membuat hajatan.

Setiap budaya dari suku yang ada selalu memberikan pengaruh terhadap suku- suku lain di sekitarnya. Jumlah dan pengaruh terbesar otomatis memberikan pengaruh yang besar juga. Adakalanya suku-suku dengan jumlah kecil dapat memberikan

pengaruh besar juga, seperti apabila ada acara yang diselenggarakan oleh suku tertentu yang jumlahnya kecil, tetapi begitu memberikan ketertarikan bagi masyarakat di sekitarnya, hal ini juga akan memberikan sumbangan pengaruh dalam corak kebudayaan antar suku itu. Adapula kesenian yang muncul oleh masyarakat luar daerah ini, hal ini disebabkan karena masyarakat dari daerah ini melihat kesenian itu dari luar daerahnya dan membawa kesenian itu ke daerah asalnya.

Dokumen terkait