Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN
KATALIS K2O-CaO
SKRIPSI
MUHAMMAD FADLI AZMI 040802034
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
PERSETUJUAN
Judul : TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN KATALIS K2O-CaO
Kategori : SKRIPSI
Nama : MUHAMMAD FADLI AZMI
Nomor Induk Mahasiswa : 040802034
Program Studi : SARJANA (S-1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di: Medan, Juli 2009
Komisi Pembimbing:
Pembimbing II Pembimbing I
Dr. Marpongahtun M.Sc. Dra. Tirena B. Siregar, ST. M.Eng. NIP. 131 796 151 NIP. 130 365 343
Diketahui/Disetujui oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
PERNYATAAN
TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT
MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN KATALIS K2O-CaO
SKRIPSI
Dengan kesadaran sepenuhnya saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing dicantumkan sumber aslinya.
Medan, Juli 2009
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
PENGHARGAAN
Puji Syukur yang tak terhingga penulis ucapkan dengan segala kerendahan hati dan diri kepada Allah SWT, Sang Khaliq yang senantiasa mencurahkan segala nikmat Iman, Islam dan Ihsan, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah sebagai insan terbaik ; Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menempuh fase – fase perjalanan aktualisasi penelitian dan transformasi hasil menjadi sebuah skripsi.
Skripsi ini berjudul “TRANSESTERIFIKASI HETEROGEN ANTARA MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN METANOL MENGGUNAKAN KATALIS K2O-CaO”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains (S.Si) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu sabar membimbing penulis, kepada ayahanda Yusri dan ibunda Rizki Bazahra. Kepada adinda Fauziah ulfa, M. Fadlan , Fadilah, adik-adik sepupu penulis , Almh. Ibu Yusni khairani, bapak Jamaluddin, Tulang Sayuti Nasution, ibu aa, Alm. Bapak M. Yamin Lubis terima kasih buat doa dan motivasinya, tanpa kalian dan keluarga semua penulis bukanlah apa - apa. Juga kepada Dwi Raafiah ulpa (upe) yang selalu memberikan semangat bagi penulis buat menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Dosen Pembimbing I; Ibu Dra. Tirena B. Siregar, ST. M.Eng. dan Dosen Pembimbing II Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc. yang telah membimbing penulis dengan kesabaran tinggi mulai tahap awal orientasi penelitian sampai tahap akhir selesainya penulisan skripsi ini, kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S. dan Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S. selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia yang telah mensyahkan skripsi ini, Bapak Drs. Nimpan Bangun, M.Sc. selaku Dosen Wali penulis, terlebih untuk semua Bapak/Ibu Staf Laboratorium Kimia Fisika dan Kimia Polimer serta Bapak/ Ibu Staf Pengajar Departemen Kimia secara keseluruhan. Kepada seluruh assisten, teknisi dan laboran Lab. Kimia Fisika, Lab. Polimer dan Lab. Komputer yang telah menjalani hari – hari bersama penulis dalam menjalankan amanah ilmu pengetahuan. Penghargaan untuk persahabatan spesial kepada teman - teman stambuk 2004.
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian transesterifikasi heterogen terhadap minyak sawit mentah, CPO dengan metanol menjadi biodiesel dengan menggunakan katalis 10%
K2O-CaO. Pada penelitian ini telah dipelajari pengaruh perbandingan mol CPO
dengan metanol, suhu reaksi dan waktu reaksi terhadap yield biodiesel. Transesterifikasi heterogen CPO dengan metanol dilakukan didalam gelas reaktor dengan pengadukan 800 rpm. Variasi perbandingan mol CPO dengan metanol yaitu 1:9 , 1:12, 1:15 dan 1:18 (mol/mol), suhu reaksi yaitu 60oC, 62,5oC, 65oC, dan 67,5oC, waktu reaksi yaitu 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Kondisi maksimum yield biodiesel adalah 87,30% dengan perbandingan mol CPO terhadap metanol sebesar 1:15 (mol/mol), suhu 65oC dan waktu reaksi selama 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan sifat fisika yang baik menurut standar biodiesel SNI
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
HETEROGENEOUS TRANSESTERIFICATION OF
CRUDE PALM OIL WITH METHANOL
USING K
2O-CaO AS CATALYST
ABSTRACT
The heterogeneous transesterification of Crude Palm Oil, CPO with methanol
produced methyl ester as biodiesel that was carried out using 10% K2O-CaO as
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ... i
Persetujuan ... ii
Pernyataan ... iii
Penghargaan ... iv
Abstrak... v
Abstract ... vi
Daftar Isi ... vii
Daftar Gambar... x
Daftar Tabel ... xi
Daftar Lampiran ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 2
1.3. Pembatasan Masalah ... 2
1.4. Tujuan Penelitian ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 3
1.6. Metodologi Penelitian ... 3
1.7. Lokasi Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Minyak Sayuran ... 5
2.1.1. Kelapa Sawit ... 5
2.1.2. Komposisi Minyak kelapa sawit ... 6
2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa sawit ... 7
2.2. Katalisis... 8
2.2.1. Kalsium Oksida, CaO ... 13
2.2.2. Kalium Oksida, K2O ... 15
2.3 Transesterifikasi ... 16
... 2.4. Biodiesel ... 17
BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 19
3.1. Bahan – Bahan dan Alat – Alat Penelitian ... 19
3.1.1. Bahan – Bahan Penelitian ... 19
3.1.2. Alat – Alat Penelitian ... 20
3.2. Desain Penelitian ... 20
3.2.1. Skema Penelitian ... 23
3.2.1.1. Skema Umum ... 23
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2.2. Pembuatan Reagen ... 25
3.2.2.1. Larutan Pencuci ... 25
3.2.2.2. Larutan KOH 0.1N ... 25
3.2.2.3. Larutan Indikator Fenolftalein ... 25
3.2.2.4. Larutan Alkohol Netral ... 25
3.2.2.5. Larutan H2C2O4 0.1N... 25
3.2.2.6. Standardisasi Larutan KOH 0.1N ... 25
3.2.3. Pengambilan Data ... 25
3.2.3.1. Seleksi Perbandingan Mol Sampel dengan metanol 25 3.2.3.2. Seleksi Suhu Reaksi Maksimum ... 27
3.2.3.3. Seleksi Waktu Reaksi Maksimum ... 27
3.2.4. Karakterisasi Produk ... 27
3.2.4.1. Penentuan Kadar Air CPO (ASTM D2709) ... 27
3.2.4.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ASTM D664) ... 28
3.2.4.3. Penentuan Densitas (ASTM D1298) ... 28
3.2.4.4. Penentuan Koefisien Viskositas (ASTM D445) ... 29
3.2.4.5. Penentuan Komposisi Asam Lemak Bebas ... 29
3.2.4.6. Perhitungan Yield Metil Ester ... 30
3.2.5. Pengolahan dan Analisis Data Statistik ... 30
3.2.5.1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 30
3.2.5.2. Analisis Residu ... 31
3.2.5.3. Analisis Korelasi ... 31
3.2.5.3.1. Analisis Korelasi Pearson ... 31
3.2.5.3.2. Analisis Korelasi Ganda ... 32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
4.1. Hasil ... 34
4.2. Analisis Data Statistik ... 35
4.2.1. Persamaan Regresi Linear Sederhana ... 35
4.2.2. Persamaan Regresi Linear Berganda ... 36
4.2.3. Analisis Residu ... 37
4.2.4. Analisis Korelasi ... 37
4.2.4.1. Analisis Korelasi Pearson ... 37
4.2.4.2 Analisis Korelasi Ganda ... 40
4.3. Pembahasan ... 41
4.3.1. Pengaruh Perbandingan Mol Sisa CPO dengan Metanol pada Proses Transesterifikasi Heterogen terhadap Yield Metil Ester ... 41
4.3.2 Pengaruh Suhu pada Proses Transesterifikasi Heterogen terhadap Yield Metil Ester ... 42
4.3.3 Pengaruh Waktu Reaksi pada Proses Transesterifikasi Heterogen terhadap Yield Metil Ester ... 43
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 47
5.1. Kesimpulan ... 47
5.2. Saran ... 47
Daftar Pustaka ... 48
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Mekanisme Reaksi Heterogen ... 10
Gambar 2.2. Mekanisme Katalisis Heterogen Menurut Rideal-Eley ... 10
Gambar 2.3. Mekanisme Reaksi Transesterifikasi heterogen dengan Katalis Basa CaO ... 14
Gambar 2.4. Reaksi Transesterifikasi Antara Trigliserida dan Metanol ... 16
Gambar 3.1. Skema Umum Reaksi Transesterifikasi... 23
Gambar 3.2. Transesterifikasi Heterogen ... 24
Gambar 4.1. Grafik pengaruh perbandingan mol sisa CPO dengan metanol pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester pada suhu 65oC dan waktu reaksi 120 menit ... 41
Gambar 4.2 Grafik pengaruh suhu reaksi pada proses transesterifikasi basa terhadap yield metil ester pada perbandingan mol sisa CPO dengan metanol dan waktu reaksi 120 menit ... 43
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit ... 6
Tabel 2.2. Komponen Minor dari Minyak Kelapa Sawit ... 7
Tabel 2.3. Parameter Kualitas CPO dan RBDPO ... 7
Tabel 3.1. Komposisi Asam Lemak CPO... 18
Tabel 3.2. Komposisi Trigliserida Sisa CPO ... 19
Tabel 3.3. Bahan-Bahan Penelitian ... 19
Tabel 3.4. Alat –alat Penelitian ... 20
Tabel 3.5. Pedoman untuk memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi . 32 Tabel 4.1. Data Hasil Transesterifikasi Basa antara Metanol dan Sisa CPO ... 34
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tabel Jumlah Yield yang Diperoleh pada Proses Transesterifikasi
... 51
Lampiran 2 Tabel Pengukuran Densitas Metil Ester Hasil Transesterifikasi... 52
Lampiran 3 Tabel Pengukuran Kadar Asam Lemak Bebas Metil Ester Hasil Transesterifikasi ... 53
Lampiran 4 Tabel Pengukuran Koefisien Viskositas Metil Ester Hasil Transesterifikasi ... 54
Lampiran 5 Tabel Penggandaan antar Variabel – Varibel Bebas Terhadap Variabel Terikat ... 55
Lampiran 6 Penggandaan Koefisien Penyimpangan Yield ... 56
Lampiran 7 Penggandaan Nilai untuk Menghitung Koefisien Korelasi antara Perbandingan Mol dengan Yield Metil Ester ... 57
Lampiran 8 Penggandaan Nilai untuk Menghitung Koefisien Korelasi antara Suhu dengan Yield Metil Ester ... 57
Lampiran 9 Penggandaan Nilai untuk Menghitung Koefisien Korelasi antara Waktu Reaksi dengan Yield Metil Ester ... 57
Lampiran 10 Grafik Estimasi Kurva Linear Pengaruh Perbandingan Mol terhadap Yield metil ester ... 58
Lampiran 11 Grafik Estimasi Kurva Linear Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Yield Metil Ester ... 58
Lampiran 12 Grafik estimasi Kurva Linear Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Yield Metil Ester ... 59
Lampiran 13 Analisis Kromatografi Gas (GC) CrudePalm Oil (CPO) ... 60
Lampiran 14 Analisis Kromatografi Gas (GC) sisa CrudePalm Oil (CPO)... 61
Lampiran 15 Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap Metil Ester Hasil Transesterifikasi sisa CPO dengan Metanol dengan variasi mol... 62
Lampiran 16 Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap Metil Ester Hasil Transesterifikasi sisa CPO dengan Metanol dengan variasi suhu reaksi ... 63
Lampiran 17 Analisis Kromatografi Gas (GC) terhadap Metil Ester Hasil Transesterifikasi sisa CPO dengan Metanol dengan variasi waktu reaksi ... 64
Lampiran 18 Tabel Perhitungan Bilangan Setana ... 65
Lampiran 19 Tabel Standar Biodiesel menurut ASTM D6751 ... 66
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.8. Latar Belakang
Diperkirakan sebelum tahun 2015 Indonesia akan menjadi negara Jaringan Importir
bahan baku minyak mentah. Dimana saat ini Indonesia mengimpor hampir 5-6 Milyar
liter bahan bakar diesel, yang merupakan hampir 50% kebutuhan solar dalam negeri
sehingga alternatif substitusi dengan bahan baku di Indonesia sangat layak dilakukan.
Subtitusi dalam 1% sampai dengan 3% saja biodiesel dalam solar akan menghemat
devisa yang cukup berarti (Prakoso, 2008).
Minyak kelapa sawit dapat dikonversi menjadi bentuk metil ester asam lemak
atau yang disebut dengan biodiesel. Konversi dilakukan melalui reaksi
transesterifikasi antara minyak kelapa sawit dengan metanol serta penambahan
katalis, baik katalis asam maupun katalis basa (Fauzi, 2004).
Indonesia termasuk pengekspor minyak sawit mentah (CPO) terbesar kedua di
dunia setelah Malaysia, dan terus bertambah setiap tahunnya, dan diperkirakan pada
tahun 2012 akan menjadi ekportir CPO terbesar di dunia. Oleh karena itu CPO
merupakan bahan baku biodiesel yang paling potensial pada saat ini (Prakoso, 2008).
Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari United States department of
Agriculture (USDA) pada bulan maret 2009 bahwa produksi total minyak sawit
Indonesia adalah 19,7 juta ton yang artinya mengalami peningkatan sekitar 12,5 juta
ton atau 174 % dari produksi minyak sawit 10 tahun terakhir ( sekitar 7,2 juta ton)
(USDA , 2009).
Minyak sawit mentah mempunyai nilai koefisien viskositas yang tinggi
(sekitar 11 – 17 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel), sehingga tidak dapat
langsung digunakan sebagai bahan bakar diesel. Sifat volatile yang rendah akan
mengakibatkan terjadinya pengendapan pada mesin selama proses pembakaran tak
sempurna. Salah satu cara untuk menurunkan nilai viskositasnya adalah dengan
proses pirolisa ataupun dengan proses transesterifikasi (Meher, 2006).
Reddy, 2006, memproduksi biodiesel dari minyak kedelai menggunakan
kristal CaO dibawah suhu ruang, tetapi reaksi berjalan dalam waktu yang cukup lama
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
(2006) memperoleh 93% biodiesel dari minyak jarak dengan menggunakan katalis
CaO tetapi CaO harus terlebih dahulu dicampur dengan larutan Amonium Karbonat
kemudian dikalsinasi dengan suhu yang tinggi.
Transesterifikasi CPO dengan metanol menggunakan variasi komposisi K2O
dalam CaO dengan perbandingan mol CPO terhadap mol metanol adalah 1:12 pada
suhu 65odan waktu 2 jam diperoleh yield metil ester 77,26%. Hasil ini lebih besar
dibanding dengan yield metil ester yang dihasilkan Liu (2008). Mereka mereaksikan
minyak kacang kedelai dengan metanol menggunakan katalis CaO tanpa penambahan
air yaitu 67% terbesar adalah 10% K2O-CaO.
1.9. Permasalahan
Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh perbandingan mol terhadap perolehan atau yield metil ester
yang terbentuk pada transesterifikasi sampel dengan metanol menggunakan 10%
K2O-CaO (b/b sampel).
2. Bagaimana pengaruh waktu reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester yang
terbentuk pada transesterifikasi sampel dengan metanol menggunakan 10% K2
O-CaO (b/b sampel).
3. Bagaimana pengaruh suhu reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester yang
terbentuk pada transesterifikasi sampel dengan metanol menggunakan 10% K2
O-CaO (b/b sampel)
1.3. Pembatasan Masalah
1. Sampel adalah sisa CPO yang diperoleh dengan transesterifikasi homogen yang
selanjutnya dikonversikan menjadi metil ester asam lemak, dalam hal ini CPO
berasal dari PT. Palmcoco Laboratories.
2. Transesterifikasi heterogen menggunakan sampel dalam hal ini dilakukan
pengaruh perbandingan mol sampel dengan metanol, pengaruh suhu dan waktu
reaksi terhadap perolehan atau yield metil ester menggunakan 50 ml sampel dan
katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan laju pengadukan 800 rpm kemudian
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh
perbandingan mol sampel : metanol, waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap perolehan
atau yield metil ester yang terbentuk pada transesterifikasi heterogen.
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan diperolehnya gambaran yang jelas terhadap pengaruh perbandingan mol
sampel : metanol , waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap perolehan atau yield metil
ester yang terbentuk pada transesterifikasi heterogen maka penelitian ini diharapkan
dapat berguna bagi dunia industri, masyarakat dan peneliti sebagai parameter yang
sesuai dalam pembuatan metil ester atau biodiesel melalui reaksi transesterifikasi.
1.6. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah:
a. Pengambilan Sampel
Populasi adalah sisa CPO yang diperoleh dengan melakukan transesterifikasi
homogen terhadap CPO yang nanti dikonversi menjadi metil ester atau biodiesel
dan sisa CPO dengan melakukan perbandingan mol CPO dengan metanol yaitu
1:6 (mol/mol), pada suhu reaksi 60oC dan waktu reaksi 60 menit dengan
menggunakan katalis H2SO4 0,5% (b/b CPO) pada pengadukan 400 rpm.
b. Pengambilan Data
a. Pengaruh perbandingan mol metanol dan sampel
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan
perbandingan mol sampel : metanol yaitu 1:9, 1:12, 1:15, dan 1:18 pada suhu
65oC, waktu 120 menit menggunakan konsentrasi katalis 10% K2O-CaO (b/b
sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
b. Pengaruh Suhu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi suhu
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
metanol yang terbaik, waktu reaksi 120 menit menggunakan konsentrasi
katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
c. Pengaruh Waktu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi
waktu reaksi 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit, suhu reaksi yang
terbaik dengan perbandingan mol sampel : metanol yang terbaik
menggunakkan konsentrasi katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan
pengadukan 800 rpm.
d. Replikasi setiap proses dilakukan pengulangan sebanyak dua kali untuk
masing-masing sampel.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakuka n di Laboratorium Kimia Fisika, Fakultas Matematika dan
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Sayuran
Minyak sayuran adalah lipid yang dihasilkan dari tumbuh- tumbuhan. Walaupun
kebanyakan dari tanam-tanaman dapat menghasilkan minyak tetapi biji-bijian
merupakan sumber yang utama. Minyak sayuran dapat digunakan baik untuk
keperluan memasak maupun untuk keperluan industri. Beberapa jenis minyak seperti
minyak biji kapas, minyak jarak, minyak kelapa sawit dan beberapa jenis dari minyak
lobak tidak cocok untuk dikonsumsi tanpa pengolahan khusus.
Seperti halnya semua lemak, minyak sayuran merupakan senyawa ester dari
gliserin dan beberapa campuran dari berbagai jenis asam lemak, tidak larut dalam air
tetapi larut di dalam pelarut organik
Minyak yang dihasilkan dari tanaman telah banyak digunakan untuk beberapa
keperluan dalam waktu yang lama. Kegunaan dari minyak sayuran dapat dibedakan
atas 4 bagian besar yaitu :
1. Makanan atau pelengkap makanan
2. Obat-obatan dan aromaterapi
3. Keperluan industri
4. Bahan bakar seperti biodiesel
(Tambun, 2006).
2.1.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat,
kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin
sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15odan lintang selatan 12o). Kelapa
sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24oC – 32oC dengan
kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm / tahun. Kelapa sawit mengandung
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
minyak dalam perikarp sekitar 30% – 40%. Kelapa sawit menghasilkan dua macam
minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit
2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat,
oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit
merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari
gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam
lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut (Tambun, 2006).
2.1.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Asam lemak yang paling dominan pada minyak kelapa sawit adalah Asam
palmitat (C16:0 asam lemak jenuh) dan asam oleat (C18:1 asam lemak tak jenuh)
(May, 1994).
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit (Allen,1992).
Asam Lemak Persen Komposisi (%)
1
Asam Kaprilat ( 8:0) 0,1
2
Asam Kapriat (10:0) 0,1
1 Asam Laurat (12:0) 0,9
2 Asam Miristat (14:0) 1,3
3 Asam Palmitat (16:0) 43,9
4 Asam Stearat (18:0) 4,9
5 Asam Oleat (18:1) 39
6 Asam Linoleat (18:2) 9,5
7 Asam Linolenat (18:3) 0.3
Disamping komponen utama penyusun minyak kelapa sawit berupa asam
lemak jenuh dan tak jenuh (stearin dan olein), juga terdapat komponen minor yang
terdapat pada minyak kelapa sawit dalam jumlah kecil. Minyak kelapa sawit
mengandung sekitar 1% komponen minor diantaranya: karoten, vitamin E (tokoferol
dan tokotrienol), sterol, posfolipida, glikolipida, terpena dan hidrokarbon alifatik.
Kegunaan yang terpenting dari karoten dan vitamin E adalah memberikan kontribusi
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Tabel 2.2. Komponen minor dari minyak kelapa sawit (Tan, 1981).
1 Karotenoid 500-700
2 Tokoperol dan Tokotrienol 600-1.000
3 Sterol 326-527
4 Phospholipid 5-130
5 Triterpen Alkohol 40-80
6 Metil Sterol 40-80
7 Squalen 200-500
8 Alkohol Alifatik 100-200
9 Hidrokarbon Alifatik 50
Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling besar. Kadar
karotenoid dalam minyak sawit yang belum dimurnikan berkisar 500 - 700 ppm dan
lebih dari 80 persennya adalah α dan ß-karoten (May, 1994).
2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang 0,1 persen dan
kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah
mungkin (kurang lebih 2 persen), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna
merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan
logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1986).
Tabel 2.3. Parameter Kualitas CPO dan RBDPO
PARAMETER CPO RBDPO
Angka Asam > 5 mgKOH/g minyak 0,49 – 0,59 mgKOH/g minyak
Angka
Penyabunan
200-205 mgKOH/g
minyak 199 – 217 mgKOH/g minyak
Kandungan FFA 2,5 – 4,2 %-air < 0.1 %-air
Kualitas minyak dipengaruhi oleh :
1. Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid).
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan ketengikan serta
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
2. Kadar Zat Menguap dan Kotoran
Dapat menyebabkan terjadinya proses hidrolisa pada minyak kelapa sawit.
3. Kadar Logam
Adanya logam dapat berfungsi sebagai katalisator sehingga dapat menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi pada minyak kelapa sawit.
4. Angka Oksidasi
Proses oksidasi yang disebabkan oleh logam jika berlangsung intensif akan
mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).
5. Pemucatan
Kualitas minyak juga dipengaruhi oleh kualitas warna dan konsentrasi bahan pemucat
yang digunakan (Tim Penulis PS, 1997).
Minyak kelapa sawit dapat dikonversi menjadi bentuk metil ester asam lemak
atau yang disebut dengan biodiesel. Konversi dilakukan melalui reaksi
transesterifikasi antara minyak kelapa sawit dengan metanol serta penambahan
katalis, baik katalis asam maupun katalis basa. Biodiesel juga dapat diperoleh dari
hasil konversi RBDPO dan fraksi-fraksinya seperti stearin dan olein.
Biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit mempunyai sifat-sifat kimia
dan sifat fisika yang sama dengan minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat
digunakan secara langsung untuk mesin diesel dengan melakukan pencampuran
dengan bahan bakar petroleum diesel dengan tidak perlu melakukan modifikasi
apapun pada mesin diesel (Fauzi, 2004).
2.2. Katalisis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi tetapi zat tersebut tidak
mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi. Katalis tidak berpengaruh pada energi
bebas ∆G0, dan juga tidak berpengaruh terhadap tetapan kesetimbangan K. Umumnya
kenaikan konsentrasi katalis juga menaikkan laju reaksi, jadi katalis ini ikut dalam
reaksi tetapi pada akhir reaksi diperoleh kembali (Sukardjo, 2002).
Berdasarkan fasa reaktan dan katalis, proses katalisis dapat digolongkan
menjadi katalisis homogen dan katalisis heterogen. Katalisis homogen ialah katalis
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan campuran reaksinya. Katalisis
homogen lebih efektif dibandingkan dengan katalisis heterogen,tetapi pada katalisis
homogen katalis sukar dipisahkan dari produk dan sisa reaktannya sedangkan katalisis
heterogen pemisahan antara katalis dan produknya serta sisa reaktan mudah
dipisahkan dengan demikian, karena mudah dipisahkan dari campuran reaksinya dan
kestabilannya terhadap perlakuan panas, katalisis heterogen lebih banyak digunakan
dalam industri kimia (Setyawan, 2003).
Keuntungan lain dari katalisis heterogen adalah tidak korosif, ramah terhadap
lingkungan, memiliki waktu paruh yang panjang dan dapat memberikan aktifitas dan
selektifitas yang tinggi (Liu, 2008).
Katalis Homogen adalah katalis yang berada dalam fasa yang sama dengan
campuran reaksinya. Dua jenis katalisis homogen yang penting adalah katalisis asam
dan katalisis basa. Banyak reaksi organik bersangkutan dengan salah satu jenis
katalisis (terkadang dengan keduanya).
Katalisis asam Brownsted merupakan transfer ion hidrogen pada substrat:
X + HA HX+ + A- Kemudian HX- bereaksi
Katalisis basa Brownsted merupakan tansfer ion hidrogen pada substrat:
XH + B X
+ BH+ Kemudian X- bereaksi
(Atkins, 1997).
Secara umum mekanisme reaksi katalisis homogen adalah sebagai berikut :
1. Difusi molekul reaktan keatas permukaan katalis
2. Reaksi reaktan dalam lapisan teradsorpsi pada permukaan katalis
3. Abfusi produk keluar dari permukaan katalis.
Secara umum mekanisme reaksi katalisis heterogen adalah sebagai berikut :
1. Difusi molekul reaktan ke atas permukaan katalis
2. Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis
3. Reaksi reaktan dalam lapisan teradsorpsi pada permukaan katalis
4. Desorpsi produk reaksi dari permukaan katalis
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar 2.1. Mekanisme Reaksi Heterogen
Mekanisme katalis heterogen menurut Rideal-Eley terlihat pada gambar 2.2.
sebagai berikut :
1. Atom A berdifusi diatas permukaan katalis
Difusi adalah peristiwa mengalirnya / berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Proses difusi
molekul reaktan kepermukaan atau difusi pada produk desorpsi merupakan proses
yang paling lambat dan tidak dapat ditentukan kecuali pada penentuan proses teknik
yang melibatkan penyerapan katalis.
2. Atom B lewat kemudian berinteraksi dengan atom A yang ada dipermukaan
katalis
katalis menyediakan suatu permukaan dimana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk
sementara terjerap.
3. Atom A dan B saling berinteraksi satu sama lainnya
4. Terbentuk molekul produk dalam permukaan katalis kemudian terlepas
molekul produk dari permukaan katalis.
Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sehingga memadai terbentuknya produk
baru. Ikatan antara produk baru dan katalis lebih lemah sehingga akhirnya terlepas.
P
A
B A . . .
B B
A A
. . . .
. . AB
3.Reaksi
1. Difusi
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar 2.2. Mekanisme katalisis heterogen menurut Rideal-Eley (Schwelik,1973). Permukaan padatan yang kontak dengan suatu larutan cenderung untuk
menghimpun lapisan dari molekul-molekul zat terlarut pada permukaannya akibat
ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan.
Permukaan spesifik, Specific surface yang besar lebih diharapkan karena laju
perpindahan massa akan meningkat sehingga akan meningkatkan laju reaksi kimia
secara keseluruhan. Permukaan spesifik yang besar ini berhubungan dengan diameter
partikel yang kecil dan seluruh permukaan porinya.
Pori yang kecil membatasi kemampuan senyawa mendifusi ke dalam
permukaan sebelah dalam ( internal surface ) demikian juga difusi produk keluar dari
pori. Sehingga didalam pemilihan diameter pori dan keseragaman diameter pori untuk
menyediakan permukaan spesifik dan tahanan difusi kepermukaan sebelah dalam
perlu diperhatikan. Tahanan difusi yang terjadi didalam katalis disebabkan karena
gesekan antar molekul maupun dengan dinding pori.
Proses heterogen selalu melibatkan energi aktivasi yang cukup besar sedang
difusi dalam gas tidak melibatkan energi aktivasi. Didalam adsorpsi dan desorpsi
sangat lambat didalam poses heterogen karena keduanya melibatkan energi aktivasi
yang cukup besar (Laidler,1987).
Secara umum, apabila suatu partikel padat terdispersi dalam suatu media cair,
maka partikel tersebut dapat melalui beberapa mekanisme, yaitu :
1. Terjadinya peristiwa adsorpsi yang bersifat selektif terhadap spesies bermuatan
yang terdapat didalam dispersi tersebut.
2. Terjadinya peristiwa ionisasi gugus-gugus yang terdapat pada permukaan padatan,
sehingga meninggalkan muatan tertentu pada permukaan padat tersebut. Mekanisme
ini sering terjadi ketika pada suatu permukaan partikel padat terdapat gugus –OH
yang mudah terionisasi, misalnya COOH (Lestari,2008).
Adsorpsi kimia menghasilkan pembentukan lapisan monomolekular adsorbat
pada permukaan melalui gaya-gaya dari valensi sisa dari molekul-molekul pada
permukaan. Adsorpsi fisika diakibatkan kondensasi molekular dalam kapiler-kapiler
dari padatan. Secara umum, unsur-unsur dengan berat molekul yang lebih besar akan
lebih mudah diadsorpsi. Terjadi pembentukan yang cepat sebuah kesetimbangan
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
adsorpsi keseluruhan dikendalikan oleh kecepatan difusi dari molekul-molekul zat
terlarut dalam pori-pori kapiler dari partikel (Subiarto, 2000).
Bila digunakan logam atau oksidanya sebagai katalis maka kita berusaha
untuk membuat permukaan yang dapat bekerja secara katalisis sebesar-besarnya.
Untuk keperluan itu sering kali dipergunakan pendukung. Pendukung disini adalah
dengan permukaan yang besar seperti batu apung, arang aktif oksida, aluminium,
kalium oksida dan silikat oleh pelekatan bagian-bagian logam diatas bahan
pendukung ini. Permukaan aktif kadang-kadang diperbesar sampai seratus kali lipat
atau lebih. Karena itu bobot dari katalis dari yang sesungguhnya kadang-kadang
hanya berjumlah sebagaian kecil dari seluruh bobot dari katalis yang sesungguhnya.
Pada umumnya inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia (Surya, 2004). Reaksi permukaan katalis dapat
terhambat jika suatu substansi asing berikatan pada sisi aktif katalis sehingga
memblok kepada subtrat molekul-molekul. Jenis penghambatan ini disebut peracunan
dan penghambat atau katalis negatif tersebut merupakan racun katalis.
Suatu katalis jika sudah terpakai beberapa kali maka aktivitasnya akan
berkurang. Ini berarti bahwa kemampuan untuk mempercepat reaksi tertentu telah
berkurang. Gejala ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya oleh suhu
yang terlalu tinggi katalis dapat lumer sebagaian atau disenter, penyebab lain yaitu
katalis dapat bereaksi dengan produk atau kotoran yang terdapat didalam bahan dasar.
Penyebab yang terkenal dari pengurangan aktivitas katalis adalah belerang dan
persenyawaan belerang, air lembab (vouch) dan uap minyak dapat dapat dimasukkan
kedalam kelompok ini yang dikenal dengan racun katalis atau poisoning catalyst.
Bila setelah beberapa waktu , aktivitas katalis telah turun sampai dibawah
minimum yang dapat diterima, katalis itu harus apkir atau berhenti. Beberapa katalis
yang tidak aktif dapat diperbaiki kembali dengan jalan regenerasi. Dalam hal ini
dipergunakan uap, zat cair, zat asam atau gas lain. Katalis sering juga digenerasi
dengan pengolahan memakai asam mineral, dimana logamnya dapat larut (Bergeyk,
1982).
Didalam dunia industri katalis yang digunakan:
1. Harus murni
2. Stabil terhadap panas
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4. Dapat diregenerasi
5. Tahan terhadap keracunan
6. Kesederhanaan dalam cara pembuatannya
7. Mudah didapat
8. Harganya murah
(Leach, 1983).
Pada zaman sekarang ini, banyak sekali jenis katalis padat yang telah
digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi biodisel seperti
oksida logam alkali tanah atau campuran logam alkali dengan aluminium dan zeolit
namun kebanyakan katalis logam alkali mudah mengalami kerusakan dan memiliki
waktu hidup yang singkat sementara itu CaO adalah katalis basa yang memiliki waktu
hidup yang panjang (Liu, 2008).
2.2.1 Kalsium oksida, CaO
Nama lain dari Kalsium oksida adalah lime, caustic, quicklime atau gamping.CaO
merupakan oksida basa yang didapat dari batuan gamping dimana terkandung kalsium
oksida sedikitnya 90% dan magnesia 0-5%, kalsium karbonat, silika, alumina, feri
oksida terdapat sedikit sebagai ketidakmurnian.
Ditinjau dari komposisinya, ada beberapa jenis gamping. Gamping hidraulik
didapat dari pembakaran batu gamping yang mengandung lempung, gamping
berkadar kalsium tinggi lebih dimanfaat didalam reaksi kimia. Gamping dolomit yang
biasanya 35-45% CaO dan 10-25% MgO.
Kalsium karbonat dan juga magnesium didapat dari endapan batu gamping
marmer, kapur (chalk), dolomit atau kulit kerang. Untuk tujuan penggunaan kimia ,
biasanya batu gamping yang agak murni lebih disukai sebagai bahan awal, karena
dapat menghasilkan gamping berkadar kalsium tinggi.
Kalsinasi CaCO3 pada suhu 900oC . Reaksinya :
CaCO3(p) CaO(p) + CO2(g)
Sebagaimana ditunjukkan diatas reaksi kalsinasi tersebut bersifat dapat balik. Pada
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Akan tetapi suhu antara 650 dan 900oC, tekanan dekomposisi itu cukup tinggi
(Austin, 1984).
CaO (massa relatif 56,08 g/mol) memiliki sifat higroskopis, titik lelehnya
2600oC dan titik didihnya 2850oC, tidak larut dalam HCl, struktur kristalnya
oktahedral, memiliki luas permukaannya 0,56 m2/g (West, 1984 ; Ryu, 2007 ).
CaO biasanya digunakan sebagai mortar, industri pupuk, industri kertas,
industri semen, pemutih (bleaching) dan sebagai katalis (Austin, 1984 ; Liu, 2007).
CaO memiliki sisi-sisi yang bersifat basa dan CaO telah diteliti sebagai katalis basa
yang kuat dimana untuk menghasilkan biodiesel menggunakan CaO sebagai katalis
basa mempunyai banyak manfaat, misalnya aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang
rendah, masa katalis yang lama, serta biaya katalis yang rendah. Reddy menghasilkan
biodiesel dengan menggunakan nano kalsium oksida dalam kondisi suhu kamar.
Tetapi kecepatan reaksi begitu lambat dan membutuhkan 6-24 jam untuk memperoleh
konversi (hasil) yang tinggi. Dia juga telah meneliti deaktivitasi setelah tiga kali
siklus dengan asam lemak. Zhu memperoleh 93% hasil dari minyak jarak
menggunakan CaO sebagai katalis tetapi katalis tersebut harus direaksikan dengan
larutan amonium karbonat dan dikalsinasi pada suhu yang tinggi (Liu, 2008).
Mekanisme reaksi transesterifikasi heterogen dengan katalis basa CaO
1. Katalis basa CaO merupakan tempat, dimana permukaan O2- menyerang
atom H+ dari metanol sehingga terbentuk metoksi
2. Metoksi menyerang atom karbon dari trigliserida untuk membentuk
perantara tetrahedral
3. Mengambil atom H+ dari CaO
4. Kemudian langkah terakhir adalah penyusunan kembali perantara
tetrahedral menjadi metil ester dan gliserol
CH3OH + --Ca—O-- -- --Ca—O--
R1—C—OR + --Ca—O-- R1—C—OR + --Ca—O-- O
CH3O
-H+
OCH3
O- H+
CH3O
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
R1—C---OR + --Ca—O-- R—C—ROH+ + --Ca—O --
R1—C—ROH+ R1—C + ROH
Gambar 2.3. Mekanisme reaksi transesterifikasi padat dengan katalis basa CaO
2.2.2. Kalium Oksida, K2O
Logam oksida golongan I (Li, Na, K, Rb, Cs) dan golongan II (Mg, Ca, Sr, Ba)
merupakan basa kuat. Semua logam alkali oksida bereaksi dengan air yang dapat
memberi hidroksida sehingga membentuk logam alkali hidroksida kemudian akan
menyerap karbon dioksida diudara untuk membentuk alkali karbonat dan jika
dipanaskan dibawah titik didihnya akan membentuk logam oksida dan air.
Kalium atau potas berasal dari ekstraksi abu kayu dengan air menghasilkan
larutan KOH-K2CO3. Kalium diambil dari dalam tanah oleh tumbuh-tumbuhan yang
bertindak sebagai konsentrator. Kalium ini akan dikembalikan ke tanah apabila
tumbuhan tersebut membusuk ditempat sehingga terbentuk endapan-endapan garam
kalium yang mengandung endapan sedimenter permia silvinit { sesuai dengan
campuran alami antara silvit (KCl), halit (NaCl) dan langbeinit (K2SO4.2MgSO4)}
(Austin, 1984).
Dari penjelasan diatas bahwa K2CO3 jika dipanas dibawah titih didihnya yaitu
825oC maka akan mengalami dekomposisi kalium oksida dan air.
K2CO3(p) K2O(p) + CO2 (l) OCH3
O- H+
OCH3
O
-OCH3
O
-OCH3
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Bila dipergunakan Logam atau oksidanya sebagai katalisator maka kita
berusaha untuk membuat permukaan katalis sebesar-besarnya. Untuk keperluan itu
sering kali digunakan pendukung, pendukung disini adalah zat berpori dengan
permukaan yang besar. Pada pemeriksaan cara kerja katalisator ditemukan bahwa
sedikit dari zat tertentu dapat meningkatkan aktivitas, zat yang memperlihatkan sifat
ini dinamakan promotor (Bergeyk,1982) Banyak contoh promotor didalam reaksi
heterogen khusus didalam proses industri diantaranya adalah kalium oksida dan
aluminium oksida (Glasstone,1960).
Logam-logam alkali kuat seperti Li, Na, K, Rb, dan Cs merupakan promotor
tetapi Litium eksplosif dan karena harganya mahal Rb da Cs juga ekplosif sekali
(Leach, 1983).
Heber-Bosch pernah melakuan sintesis NH3 dari N2 dan H2 dengan
menggunakan katalis Fe3O4 dengan penambahan sedikit K2O dan Al2O3 kemudian
dipanaskan didalam campuran H2-N2 dimana Al2O3 sebagai promotor struktural yang
memiliki luas permukaan yang besar sehingga penyerapan dapat dilakukan dengan
baik, sedangkan K2O disini bertindak sebagai promotor elektron yang menutupi
permukaan katalis melindungi bagain internal katalis dari racun katalis seperti CO2
(yang mengadorpsi K2O), CO (mengadsorpsi besi), H2 dan O2 (Adamson, 1990).
2.3. Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Diantara alkohol-alkohol monohidrik
yang menjadi sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum
digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi
disebut metanolisis). Jadi, disebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan
ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME).
Secara umum reaksi transesterifikasi antara Trigliserida dan alkohol (metanol)
dapat digambar sebagai berikut
CH2-O-COR1 CH2OH R1-COOCH3
CH--O-COR2 + 3CH3OH CH2OH + R2-COOCH3
CH2-O-COR3 CH2OH R3-COOCH3
Katalis
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Gambar 2.4. Reaksi transesterifikasi antara trigliserida dan metanol
Dalam hal ini R1, R2, dan R3 didalam trigliserida merupakan alkil dari C8 sampai C20.
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis,
konversi yang dihasilkan meskipun maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat
(Mittlebatch,2004).
2.4. Biodiesel
Biodiesel merupakan metil ester asam lemak yang diperoleh dengan cara
transesterifikasi trigliserida dari minyak tumbuhan dengan metanol ( Meher, 2004).
Indonesia dikenal memiliki khazanah kekayaan hayati yang beraneka ragam. Sumber
lemak/minyak tumbuhan di Indonesia dapat diperoleh dari minyak sawit (palm oil),
minyak kelapa (coconut oil), minyak inti-sawit (palm-kernel oil), minyak kacang
tanah, lemak ternak (fats), minyak jarak pagar (physic-nut oil), minyak nyamplung
(laurel-nut oil), minyak kelor (horse radish oil), minyak kasumba (safflower oil),
minyak saga utan/pohon (corail tree oil), minyak nimba, lemak rambutan, minyak
kapok/randu (kapok oil), minyak randu alas, dan lain-lain.
Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak kelapa sawit terus
dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin
terbatas, produk biodiesel juga termasuk produk yang ramah lingkungan ( Tim
Peneliti PPKS Medan).
Biodiesel juga bersifat biodegradable dan tidak beracun, disamping itu juga
biodiesel memiliki flash point (temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap
biodiesel dapat menyala) yang tinggi daripada diesel normal, sehingga tidak
menyebabkan mudah terbakar. Biodiesel juga menambah pelumasan mesin,
menambah ketahanan mesin dan mengurangi frekuensi pergantian mesin. Keuntungan
lain dari biodiesel yang cukup signifikan adalah sifat emisi yang rendah dan
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang dilakukan di laboratorium (expriment
[image:30.595.153.445.609.744.2]laboratory) dan termasuk kedalam kategori field research.
3.1. Bahan – Bahan dan Alat – Alat Penelitian
3.1.1. Bahan – Bahan Penelitian
Bahan dasar dalam penelitian ini adalah CPO dari PT. Palmcoco Laboratories dengan
Kandungan air 0,19 % dan komposisi trigliserida terlihat pada tabel 3.1 dan data ini
diambil dari hasil analisis Gas Kromatografi CPO (lampiran 13) sebagai berikut :
Tabel 3.1. Komposisi asam lemak CPO
Nomor
Metil Ester CPO
Rumus Nama Konsentrasi
(%)
1 12:0 Asam Laurat 0.17
2 14:0 Asam Myristat 1.02
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4 18:0 Asam Stearat 4.21
5 18:1 Asam Oleat 37.70
6 18:2 Asam Linoleat 13.88
7 18:3 Asam Linolenat 0.45
8 20:0 Asaml Arakidat 0.33
100
Adapun komposisi Trigliserida sisa CPO dari hasil analisis gas kromatografi
[image:31.595.155.444.72.203.2](lampiran 14) sebagai sampel terlihat pada tabel 3.2. sebagai berikut :
Tabel 3.2. Komposisi Trigliserida sisa CPO
Nomor Metil Ester SISA CPO
Rumus Nama Konsentrasi (%)
1 12:0 Metil Laurat 0.13
2 14:0 Metil Myristat 0.76
3 16:0 Metil Palmitat 38.65
4 18:0 Metil Stearat 4.80
5 18:1 Metil Oleat 44.30
6 18:2 Metil Linoleat 10.46
7 18:3 Metil Linolenat 0.48
8 20:0 Metil Arachidat 0.42
100
Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan terlihat dalam tabel 3.3. sebagai berikut :
Tabel 3.3. Bahan-bahan penelitian
Nama Bahan Spesifikasi Merek
[image:31.595.126.468.362.630.2]Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Fenolftalein p.a. 96% E. Merck
H2SO4 (p) p.a. 95% - 97% E. Merck
CaO (s) p.a. 97% E. Merck
Metanol p.a. 99,9% E. Merck
n-Heksana p.a. 99% E. Merck
Na2SO4.anhidrat p.a. 99.5 E. Merck
K2CO3.anhidrat p.a. 99,9% E. Merck
H2C2O4.2H2O p.a 99.% E. Merck
KOH Pelet E. Merck
3.1.2. Alat – Alat Penelitian
Sedangkan alat – alat yang digunakan disusun dalam tabel tabel 3.4.
Tabel 3.4. Alat-alat penelitian
Nama Alat Spesifikasi Merek
Instrumen Kromatografi Gas Kolom: SGE BPX70 Detektor : FID
Agilent
Technologies
Labu Leher Tiga 250 mL Pyrex
Neraca Analitis (presisi ± 0.0001 gr) Mettler AE-200 Swiss
Oven 30 – 200 oC Precision Scientific
Pemanas dan Pengaduk - Fisher Scientific
Pendingin Liebig - -
Pengaduk Magnet - -
Piknometer 2 mL Pyrex
Rotari Evaporator 30 – 100 oC Heidolph WB 2000
Termometer 0 – 110 oC Silber Brand
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai berikut :
A. Preparasi Katalis
Bahan yang digunakan adalah CaO produksi Merck CAS-No. (1305-78-8) dan
K2CO3 produksi Merck CAS-No.(584-08-7).
Preparasi Kalsium Oksida, CaO
CaO harus dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan lumpang dan alu
yang terbuat dari porselin sampai terbentuk serbuk, kemudian serbuk CaO
tersebut diletakkan diatas permukaan cawan penguap dengan ketebalan ± 1 mm.
Untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung didalam CaO maka
serbuk CaO dimasukkan kedalam oven dan dikeringkan pada suhu 110oC selama
60 menit, kemudian disimpan dalam desikator.
Preparasi Kalium Oksida, K2O
Preparasi kalium oksida dengan meletakkan K2CO3 diatas cawan penguap dengan
ketebalan ± 1 mm kemudian dikalsinasi pada suhu 700oC didalam tanur selama 5
jam untuk menghasilkan K2O kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC
selama 60 menit untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung
didalamnya kemudian dimasukkan kedalam botol dan disimpan dalam desikator.
B. Populasi
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai populasi adalah sisa CPO (Crude
Palm Oil) yang diperoleh melalui reaksi transesterifikasi asam menggunakan CPO
yang diperoleh dari PT. Palmcoco Laboratories, Medan, yang kemudian akan
dikonversi menjadi metil ester atau biodiesel. Populasi yang digunakan bersifat
homogen.
c. Variabel-Variabel
1. Variabel bebas :
- perbandingan mol metanol : sampel
- suhu reaksi
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
2.. Variabel yang dibuat tetap :
- kecepatan pengadukan
- volume sampel
- Konsentrasi Katalis
3. Variabel terikat :
- yield metil ester
b. Pengambilan Data
1. Pengaruh perbandingan mol sampel dengan metanol
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan
perbandingan mol sampel : metanol yaitu 1:12, 1:12, 1:15 dan 1:18 dengan
suhu 65oC, waktu 120 menit menggunakan 10% K2O-CaO (b/b sampel)
dengan pengadukan 800 rpm.
2. Pengaruh Suhu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi suhu
reaksi 60oC, 62,5oC, 65oC dan 67,5oC dengan perbandingan sampel : metanol
yang terbaik, waktu reaksi 120 menit menggunakan 10% K2O-CaO (b/b
sampel) dengan pengadukan 800 rpm.
3. Pengaruh Waktu Reaksi
Menentukan konsentrasi metil ester hasil transesterifikasi dengan variasi
waktu reaksi 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit, suhu reaksi yang
terbaik dengan perbandingan mol sampel : metanol yang terbaik menggunakan
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
4. Replikasi setiap proses dilakukan pengulangan sebanyak dua kali untuk
masing-masing sampel.
3.2.1. Skema Penelitian 3.2.1.1. Skema Umum
Penelitian ini dilakukan menurut bagan alir yang terlihat pada gambar (3.1) sebagai
berikut :
CPO
Transestrifikasi dengan metanol dengan menggunakan katalis asam H2SO4 (p) 0,5% (b/b CPO) dengan perbandingan
mol CPO : metanol yaitu 1:6 (mol/mol);suhu 60oC; waktu reaksi 60 menit dan laju pengadukan 400 rpm
Sampel Gliserol
transesterifikasi dengan metanol dengan menggunakan katalis 10% K2O-CaO (b/b sampel) dengan variasi perbandingan mol
sampel : metanol yaitu 1:9 , 1:12, 1:15 dan 1:18 (mol/mol), suhu reaksi yaitu 60oC, 62,5oC, 65oC, dan 67,5oC, waktu reaksi yaitu 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dengan laju pengadukan 800 rpm.
Produk
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
metil ester , metanol
didiamkan selama 30 menit didalam corong pisah dicuci dengan aquadest hangat 10% (v/v)
dituang
gliserol Campuran sampel, metanol dan katalis
direfluks pada suhu tertentu,waktu tertentu dengan pengadukan 800 rpm
reaksi dihentikan dengan cara quenching menggunakan air es dengan suhu 4o
C disaring
Katalis 10%K20-CaO (b/b sampel)
didespersi didalam metanol dengan pengaduakan 800 rpm
campuran metanol dan katalis
dimasukkan berlahan-lahan sampel kedalam campuran metanol dan katalis
Residu Katalis
Filtrat
[image:36.595.95.511.356.778.2]gliserol ,metanol dan metil ester
Gambar 3.1. Skema umum reaksi transesterifikasi
3.2.1.2. Proses Transesterifikasi
Proses transesterifikasi secara terperinci ditunjukkan pada (gambar 3.2) berikut : Analisa
Dianalisa koefisien viskositas Dianalisa dengan GC Dianalisa densitas
Dianalisa kandungan ALB
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
ditambahkan N2SO4 anhidrat
didiamkan dan disaring
metil ester kering residu
didestilasi pada suhu 650
C
refinat metil ester
[image:37.595.84.474.83.419.2]destilat metanol
Gambar 3.2. Transesterifikasi Heterogen
3.2.2. Pembuatan Reagen 3.2.2.1. Larutan Pencuci
Larutan pencuci dibuat dengan melarutkan 10 gram kalium bikromat dalam 200 mL
asam sulfat pekat, kemudian ditambah dengan 7,5 mL aquadest, dikocok, disimpan
dalam botol berwarna gelap dan didiamkan satu malam sebelum digunakan.
3.2.2.2. Larutan KOH 0,1N
Sejumlah 2,8053 gram KOH pelet dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 500
mL sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.
3.2.2.3. Larutan Indikator Fenolftalein
Sejumlah 0,5 gram fenolftalein dilarutkan dengan etanol 70% dalam labu takar 50 mL
sampai garis tanda.
3.2.2.4. Larutan Alkohol Netral
Sebanyak 200 mL alkohol 96 %, ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein dan
dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga larutan menjadi berwarna merah muda
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2.2.5. Larutan H2C2O4 0,1N
Sejumlah 6,3033 gram kristal H2C2O4.2H2O dilarutkan dengan aquadest dalam labu
takar 500 mL sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen.
3.2.2.6. Standardisasi Larutan KOH 0.1N
Dipipet sebanyak 5 mL KOH 0,1N dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer,
ditambahkan dengan 3 tetes indikator Fenolftalein, kemudian dititrasi dengan
menggunakan larutan H2C2O4.2H2O 0,1N sampai terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda.
3.2.3. Pengambilan Data
3.2.3.1. Seleksi Perbandingan Mol Sampel dengan Metanol
1. Dimasukkan metanol (1:9 mol/mol sampel) kedalam labu leher tiga lalu
ditambahkan 3,56 gram K2O-CaO (b/b sampel) dan distirer hingga homogen
selanjutnya ditambahkan sampel secara berlahan-lahan dalam labu leher tiga yang
sudah berisi metanol dan katalis.
2. Direfluks selama 120 menit pada suhu 65oC dengan laju pengadukan konstan 800
rpm dan dihentikan dengan quenching menggunakan air es (4oC)
3. Hasil refluks disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah dan
didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk 2 fasa
4. Fasa metil ester dicuci dengan 10% (v/v) aquadest hangat yang suhunya sekitar
50oC hingga larutan pencuci bersifat netral lalu didiamkan kemudian dituang
sehingga gliserol terpisah dengan fase metil ester.
5. Fasa metil ester didestilasi pada suhu 65oC sehingga pelarut terpisah dengan fasa
metil ester, lalu ditambahkan dengan 0,1 gram Na2SO4 anhidrat dan didiamkan
selama 1 jam selanjutya disaring.
6. Perlakuan yang sama untuk variasi perbandingan mol sampel dan metanol
1:12,1:15 dan 1:18
7. Metil ester murni dianalisa kandungan asam lemak bebas, densitas, viskositas dan
konsentrasi metil ester
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
1. Dimasukkan metanol (Sesuai dengan perbandingan mol maksimum) kedalam labu
leher tiga lalu ditambahkan 3,56 gram K2O-CaO (b/b sampel) dan distirer hingga
homogen selanjutnya dimasukkan sampel kedalam labu leher tiga yang telah
berisi metanol dan katalis.
2. Direfluks selama 120 menit pada suhu 60oC dengan laju pengadukan konstan 800
rpm.
3. Hasil refluks disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah dan
didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk 2 fasa
4. Fasa metil ester dicuci dengan 10% (v/v) aquadest hangat yang suhunya sekitar
50oC hingga larutan pencuci bersifat netral lalu didiamkan kemudian dituang
sehingga gliserol terpisah dengan fase metil ester.
5. Fasa metil ester didestilasi sehingga pelarut terpisah dengan fasa metil ester, lalu
ditambahkan dengan 0,1 gram Na2SO4 anhidrat dan didiamkan selama 1 jam
selanjutya disaring.
6. Perlakuan yang sama untuk variasi suhu 62,5oC ; 65oC ; 67,5oC
7. Metil ester murni dianalisa kandungan asam lemak bebas, densitas, viskositas dan
konsentrasi metil ester.
3.2.3.3. Seleksi Waktu Reaksi Maksimum.
1. Dimasukkan metanol (Sesuai dengan perbandingan mol terbaik) kedalam labu
leher tiga lalu ditambahkan 3,56 gram K2O-CaO (b/b sampel) dan distirer hingga
homogen selanjutnya dimasukkan sampel kedalam labu leher tiga yang telah beisi
metanol dan katalis.
2. Direfluks selama 60 menit pada suhu terbaik dengan laju pengadukan konstan
800 rpm.
3. Hasil refluks disaring dan filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah dan
didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk 2 fasa
4. Fasa metil ester dicuci dengan 10% (v/v) aquadest hangat yang suhunya sekitar
50oC hingga larutan pencuci bersifat netral lalu didiamkan kemudian dituang
sehingga gliserol terpisah dengan fase metil ester..
5. Fasa metil ester didestilasi pada suhu 65oC sehingga pelarut terpisah dengan fasa
metil ester, lalu ditambahkan dengan 0,1 gram Na2SO4 anhidrat dan didiamkan
selama 1 jam selanjutya disaring.
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
7. Metil ester murni dianalisa kandungan asam lemak bebas, densitas, viskositas dan
konsentrasi metil ester.
3.2.4. Karakterisasi Produk
3.2.4.1. Penentuan Kadar Air CPO ( ASTM D2709 )
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan kedalam cawan yang telah dikeringkan.
Kemudian dipanaskan pada suhu 130oC selama 3 jam. Dihitung kadar air yang hilang.
Kadar air dihitung berdasarkan rimus sebagai berikut :
% 100 ) ( ) ( 1 2 1 x W W W W air Kadar − −
= ... (3.0)
Dengan W = berat wadah (g)
W1 = berat wadah dengan sampel (g)
W2 = berat wadah dengan sampel setelah diuji (g)
3.2.4.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas ( ASTM D664 )
Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan 20 mL n-heksan dan 20 mL alkohol netral. Ditambahkan 3 tetes
indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga warna larutan
berubah dari bening menjadi merah muda. Dihitung volume KOH yang terpakai.
Kadar asam lemak bebas dari sampel dihitung berdasarkan rumus berikut:
% 100 1000 256 ) (% sampel KOH KOH g x x N x mL ALB Bebas Lemak Asam
Kadar = ... (3.1)
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
sampel KOH KOH g x N x mL Asam
Bilangan = 56.1 ... (3.2)
dengan mLKOH = volume KOH yang diperlukan untuk titrasi, NKOH = konsentrasi
KOH, gsampel = massa sisa CPO yang digunakan.
3.2.4.3. Penentuan Densitas ( ASTM D1298 )
Mula-mula piknometer kosong yang kering dan bersih ditimbang beratnya. Kemudian
dimasukkan sampel kedalam piknometer tanpa ada gelembung udara dan bagian luar
piknometer harus dalam keadaan bersih lalu ditimbang beratnya. Dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali.
Densitas dari sampel dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
piknometer osong k piknometer sampel piknometer V m m
Densitas(
ρ
)= + − ... (3.3)dengan m = massa dan V = volume.
3.2.4.4. Penentuan Koefisien Viskositas ( ASTM D445 )
Dimasukkan 10 mL aquades kedalam Viskosimeter Oswald, lalu dihisap larutan
dengan bola karet penghisap hingga melewati batas atas viskosimeter, dihitung waktu
yang dibutuhkan oleh larutan untuk mengalir dari batas atas hingga batas bawah.
Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang sama dilakukan pada sampel
yang akan dihitung nilai viskositasnya.
Koefisien viskositas dari sampel dapat dihitung dengan cara
membandingkannya dengan nilai viskositas akuades yang telah diukur terlebih dahulu
waktu alirnya, berdasarkan persamaan berikut:
aquades sampel sampel aquades aquades sampel x t t
η
ρ
ρ
η
× ×Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
dengan = densitas (gr/cm3), t = waktu alir sampel (detik) dan = viskositas (cSt).
Koefisien viskositas aquades pada suhu 40oC ; ηaquades =0,6407mm2/s
( )
cSt .3.2.4.5. Penentuan Komposisi Asam Lemak Bebas
Penentuan Kadar produk metil ester menggunakan instrumen kromatografi gas
Agilent Technologies yang didukung dengan perangkat lunak AgilentTechnologies
Coorporation. Volume sampel sebanyak 2 liter, kolom yang digunakan adalah SGE
BPX-70 dengan panjang kolom 60 meter, fase diam adalah silika dan menggunakan
detektor Flame Ionization Detector (FID). Analisis yang dilakukan yaitu analisis
kandungan asam lemak atau FattyAcids Content Analysis (FAC Analysis).
Sebanyak 25 l sampel dimasukkan kedalam botol vial lalu ditambahkan dengan 1,5 mL n-heksan p.a. kedalamnya. Selanjutnya dimasukkan kedalam ruang
sampel pada instrumen kromatografi gas dan diopereasikan komputer sehingga
muncul peak dan hasil pada monitor komputer.
3.2.4.6. Perhitungan Yield Metil Ester
Yield dihitung dengan cara membandingkan berat produk hasil transesterifikasi
dengan berat CPO yang digunakan berdasarkan persamaan:
% 100 x m m yield
sampel produk
= ... (3.5)
3.2.5. Pengolahan dan Analisis Data Statistik
Data statistik yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya akan diolah dan
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Solution) Versi 12.0 sebagai aplikasi program komputer untuk menganalisis data
statistik dan termasuk didalamnya penggunaan analisis data eksperimen.
3.2.5.1. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mencari persamaan regresi linear berganda dengan 3 (tiga) variabel bebas
(independent variabel) yakni ; perbandingan mol, waktu dan suhu reaksi terhadap
variabel terikat (dependent variabel) ditentukan dengan melakukan analisis regresi
ganda 3 prediktor. Langkah yang akan diambil adalah dengan menentukan persamaan
regresi dan menghitung koefisien regresinya.
Untuk mencari persamaan regresi linear berganda terlebih dahulu dihitung
koefisien – koefisien regresinya dengan mencari nilai – nilai penggandaan antara
variabel bebas dengan variabel bebas yang lain.
Penggandaan nilai antara variabel bebas yang dihitung adalah : ΣX1, ΣX2,
ΣX3, ΣY, ΣX12, ΣX22, ΣX32, ΣX1Y, ΣX2Y, ΣX3Y, ΣX1X2, ΣX1X3 dan Σ X2X3.
Selanjutnya nilai – nilai tersebut disubstitusikan untuk mencari nilai koefisien regresi.
Koefisien regresi b0, b1, b2 dan b3 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan simultan berikut:
∑
∑
∑
=∑
2 + 2 1 2 + 3 1 31 1
1Y b X b X X b X X
X ... (3.6)
∑
∑
∑
∑
= + 2+ 3 2 32 2 2 1 1
2Y b X X b X b X X
X
... (3.7)
∑
∑
∑
∑
= + + 23 3 3 2 2 2 1 1
3Y b X X b X X b X
X ... (3.8) 3 3 2 2 1 1
0 Y b X b X b X
b = − − −
... (3.9)
Persamaan regresi 3 (tiga) variabel bebas dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
3 3 2 2 1 1
0 bX b X b X
b
Y = + + + ... (3.10)
dimana : Y = yield metil ester
b0, b1, b2 danb3 = koefisien regresi
X1 = perbandingan mol
X2 = suhu
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
3.2.5.2. Analisis Residu
Setelah diperoleh persamaan regresinya maka dapat dihitung besarnya penyimpangan
yield yang sebenarnya terhadap yield yang diperkirakan, penyimpangan atau
kesalahan baku dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
1 )
( 2
^
123 − −
− ∑ = k n Y Y
Sy ...(3.11)
dengan : Sy = penyimpangan (kesalahan baku)
n = jumlah perlakuan
k = jumlah variabel bebas
i
i b X
X b b
Y 0 1 1 2 2
^
+ +
= ...(3.12)
3.2.5.3. Analisis Korelasi
3.2.5.3.1. Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Pearson (r) digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesa
antara masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi Pearson (r)
sebagai berikut:
∑
∑
−∑
∑
∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 1 2 1 1 1 1 Y Y n X X n Y X Y X nryx ... (3.13)
∑
∑
−∑
∑
∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X nryx ... (3.14)
∑
∑
−∑
∑
∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 3 2 3 3 3 3 Y Y n X X n Y X Y X nryx ... (3.15)
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang telah
[image:44.595.83.522.171.416.2]dihitung besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang terlihat pada
Muhammad Fadli Azmi : Transesterifikasi Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah Dengan Metanol Menggunakan Katalis K2O-CaO, 2010.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
[image:45.595.191.429.111.280.2]0.80 – 1.000 Sangat Kuat
Tabel 3.5. Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi.
3.2.5.3.2. Analisis Korelasi Ganda
Seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent variabel) yakni ; perbandingan
mol sampel dengan metanol, suhu, dan waktu reaksi terhadap variabel terikat
(dependent variabel) yakni ; yield metil ester dapat ditentukan dengan menghitung
koefisien korelasi ga