STUDI KEKUATAN BATU BATA PASCA PEMBAKARAN
MENGGUNAKAN BAHAN ADDICTIVE ISS 2500 (IONIC
SOIL STABILIZER)
Oleh :
RIZKA PURWASIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
STUDI KEKUATAN BATU BATA PASCA PEMBAKARAN MENGUNAKAN BAHAN ADDICTIVE ISS 2500
(IONIC SOIL STABILIZER)
Oleh :
Rizka Purwasih
Batu bata merupakan bahan bangunan yang sering digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding perumahan. Batu bata terbuat dari campuran tanah, dan air. Pada penelitian ini proses pembuatan Batu bata akan dicoba mencampurkan tanah dengan ISS 2500 untuk meningkatkan kuat tekan dengan tujuan mencapai spesifikasi SNI Batu bata.
Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah lempung yang berasal dari daerah Yosomulyo, Kota Metro. Variasi kadar campuran yang digunakan adalah 0,5 mL, 0,8 mL, 1.1 mL dan 1.4 mL larutan ISS 2500 dan sisanya adalah persentase untuk tanah dengan waktu pengeringan 14 hari serta dengan perlakuan pembakaran dan tanpa pembakaran sampel batu bata. Berdasarkan hasil pengujian fisik tanah asli, Unified system mengklasifikasikan sampel tanah sebagai tanah berbutir halus dan termasuk ke dalam kelompok ML.
Hasil penelitian menujukkan bahwa pembuatan batu bata pasca bakar dengan menggunakan campuran ISS 2500 + tanah memenuhi SNI batu bata untuk material bangunan. Secara umum penambahan ISS 2500 pembuatan batu bata meningkatkan nilai kuat tekan.Untuk nilai kuat tekan batu bata tanpa pembakaran dan dengan proses pembakaran paling baik ditunjukkan pada penambahan kadar campuran 1,4 mL
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GRAFIK ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR NOTASI ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 3
C. BatasanMasalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Batu Bata ... 5
1. Pengertian Batu Bata……….. ... 5
2. Syarat Mutu Batu Bata………... ... 6
3. Pengujian dan Analisis .. ……….. 7
B. Tanah ... 9
ii
E. Urutan Pelaksanaan Penelitian ... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Pengujian Terhadap Sample Tanah Asli ... 39
C. Hasil Pengujian Batu Bata Sesuai Kadar Campuran ... 44
1. UJi Kuat Tekan ... 44
a. Hasil Kuat Tekan Sebelum Pembakaran ... 44
b. Hasil Kuat Tekan Setelah Pembakaran ... 48
c. Perbandingan Hasil Uji Kuat Tekan Setelah Pembakaran Sesuai Ukuran SNI Untuk Uji Kuat Tekan Batu Bata ... 51
d. Perbandingan Hasil Kuat Tekan Sebelum Pembakaran dan Hasil Kuat Tekan Setelah Pembakaran ... 52
e. Perbandingan Kuat Tekan Batu Bata dengan Penelitian Yang Dilakukan Terdahulu ... 54
2. Uji Daya Serap Air ... 57
3. Pengujian Kadar Air dan Berat Jenis Campuran ... 60
V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu bata merupakan bahan bangunan yang sering digunakan untuk aplikasi
teknik sipil seperti dinding perumahan. Memilih batu bata sebagai bahan
pembuat dinding memang cukup beralasan. Hal ini dikarenakan batu bata
memiliki keunggulan yaitu, bahan utama batu bata yang merupakan tanah liat
mudah didapat dengan persediaan yang cukup, sehingga menyebabkan harga
batu bata cukup murah. Selain karena bahan baku yang mudah didapat, batu
bata juga mudah dibuat. Hanya membutuhkan alat-alat sederhana dan modal
yang kecil sehingga banyak masyarakat yang dapat membuat dan persediaan
batu bata menjadi mudah diperoleh. Warna oranye yang menjadi ciri khas batu
bata menjadi daya tarik sendiri. Pemilik rumah adakalanya sengaja tidak
menutup batu bata dengan semen dan cat, sebaliknya batu bata dibiarkan
terekspos sehingga memberikan kesan alami pada rumah. Batu bata tahan
terhadap cuaca panas, cuaca dingin dan udara lembab. Hal inilah yang
diharapkan mampu diberikan dinding sebagai salah satu pelindung rumah.
Karena sifatnya yang mampu menolak panas, batu bata sangat cocok untuk
dijadikan tembok rumah. Batu bata mampu membuat di dalam rumah terasa
Untuk dapat memenuhi kebutuhan batu bata seiring dengan peningkatan
jumlah dan laju perkembangan penduduk, produksi batu bata pun harus
ditingkatkan, bukan hanya dalam segi jumlah tapi juga mutu. Adapun kualitas
batu bata merah yang tersedia kebanyakan mudah retak dan hancur akibat
kurang kualitas batu bata yang dihasilkan. Maka dalam pembuatan batu bata
perlu adanya peningkatan mutu yang dihasilkan secara efektif. Untuk
mengurangi dampak negatif yang terjadi tersebut maka di berikan suatu solusi.
Seiring perkembangan tekhnologi saat ini, mulai banyak melakukan
inovasi-inovasi yang membantu memperbaiki mutu dan kualitas batu bata yang
dihasilkan.
Batu bata dikatakan bermutu dan berkualitas baik apabila :
1. Batu bata harus bebas dari retak atau cacat, dan dari batu dan benjolan
apapun.
2. Batu bata harus seragam dalam ukuran, dengan sudut tajam dan tepi yang
rata.
3. Permukaan harus benar dalam bentuk persegi satu sama lain untuk
menjamin kerapian pekerjaan.
4. Mempunyai ukuran, kuat tekan dan daya serap air yang dipersyaratkan.
Batu bata dalam proses pembuatan bukan hanya kegiatan mencetak tanah,
mengeringkan dan membakar, akan tetapi diperlukan campuran agar menjadi
batu bata yang kualitas sesuai dengan yang diinginkan. Pemberian campuran
ini dimaksudkan agar kualitas bahan utama pembuatan batu bata yang
3
ini sebagai campurann adalah menggunakan larutan ISS 2500 (Ionic Soil
Stabilizer). Larutan ini dipilih karena merupakan bahan additive yang sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah yang jelek dalam stabilisasi tanah
secara elektro-kimiawi. Tanah liat atau tanah lempung dapat distabilisasi
dengan mencampur zat additive larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer).
Dalam proses pembuatan batu bata jenis ini dilakukan beberapa tahapan setelah
pencetakan yaitu pengeringan dan pembakaran, dimana batu bata ini sudah
dicampurkan terlebih dahulu dengan zat additive yaitu larutan ISS 2500. Setelah
pembakaran dilakukan pengujian kuat tekan untuk mengetahui kekuatan batu bata
pasca pembakaran dan daya serap air dengan menggunakan campuran zat
additive ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer). Diharapkan penelitian yang dilakukan
dengan bahan yang belum biasa digunakan ini dapat menghasilkan batu bata
yang baik kualitasnya sehingga hasil yang di dapat dari penelitian ini dapat
bermanfaat dalam bidang teknik sipil.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan melakukan campuran sederhana ini diharapkan batu bata yang
hanya dibuat dari campuran material tanah liat dan larutan ISS 2500
(Ionic Soil Stabilizer) dapat memenuhi standar mutu yang berlaku.
2. Kelayakan batu bata pada penelitian ini dengan membandingkan batu
C. Batasan Masalah
Berikut ini ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari Desa
Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung.
2. Bahan pencampur yang digunakan adalah larutan ISS 2500 (Ionic Soil
Stabilizer).
3. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah dan Laboratorium
Bahan dan Kontruksi Teknik Sipil Universitas Lampung, meliputi :
a. Pengujian tanah asli
b. Pengujian kuat tekan dan daya serap air pada batu bata.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui nilai kuat tekan dan daya serap air batu bata pasca
pembakaran dari campuran larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) dan
sample tanah.
2. Mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanis tanah sampel lempung.
3. Menyimpulkan apakah batu bata dengan campuran tanah liat dan larutan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Batu Bata
1. Pengertian Batu Bata
Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat
dinding. Batu bata terbuat dari tanah lempung yang dibakar sampai
berwarna kemerah-merahan. (Wikipedia, 2013)
Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan
konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah lempung ditambah air
dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap
pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan,
membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta
akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur
lagi bila direndam dalam air. (Ramli, 2007)
Definisi batu bata merupakan suatu unsur bangunan yang diperuntukkan
pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau
tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat
Batu bata merah adalah batu buatan yang terbuat dari suatu bahan yang
dibuat oleh manusia supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal
tersebut hanya dapat dicapai dengan memanasi (membakar) atau dengan
pengerjaan-pengerjaan kimia. (Nuraisyah Siregar, 2010).
2. Syarat Mutu Batu Bata
Standardisasi merupakan syarat mutlak dan menjadi suatu acuan penting
dari sebuah industri di suatu negara. Salah satu contoh penting
standardisasi dari sebuah industri adalah standardisasi dalam pembuatan
batu bata.
Standardisasi menurut Organisasi Internasional (ISO) merupakan proses
penyusunan dan pemakaian aturan-aturan untuk melaksanakan suatu
kegiatan secara teratur demi keuntungan dan kerjasama semua pihak yang
berkepentingan, khususnya untuk meningkatkan ekonomi keseluruhan
secara optimum dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional dan
persyaratan keamanan. (Suwardono, 2002)
Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 meliputi
beberapa aspek seperti :
a. Pandangan Luar
Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku,
bidang sisi harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan
bentuk yang berlebihan, tidak mudah hancur atau patah, warna
7
b. Ukuran
Standar Bata Merah di Indonesia oleh Y.D.N.I (Yayasan Dana
Normalisasi Indonesia) nomor 15-2094-2000 menetapkan suatu ukuran
standar untuk bata merah sebagai berikut :
(1) Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm
(2) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm
c. Kuat Tekan
Tabel 1. Klasifikasi Kekuatan Bata (SNI 15-2094-2000)
Mutu Bata Merah Kuat Tekan Rata – Rata
Kgf/cm2 N/mm2
Untuk mengetahui sifat dan kemampuan suatu material maka perlu
dilakukan pengujian dan analisis. Beberapa jenis pengujian dan analisis
yang dibahas untuk keperluan penelitian ini antara lain : pengujian
porositas, dan pengujian kuat tekan
a. Kuat Tekan (Compresive Strength)
Kuat tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan material
dalam menahan beban atau gaya mekanis sebagai kemampuan
material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya
Persamaan kuat tekan
dengan
= Tekanan (Pa)
F = Beban Maksimum (N)
A = Luas Bidang Permukaan (m2)
b. Porositas atau Daya Serap Air
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah
volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume
kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat
padat. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%)
rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material
tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari
0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material
tersebut. Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji
maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan standar ASTM C 373 – 88, porositas sampel dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut (Van Flack, 1992) :
dengan
Mb = Massa kering benda uji (gram)
9
Vb = Volume benda uji (cm3)
air = Massa jenis air (gr/cm3)
B. Tanah
1. Pengertian Tanah
Tanah dapat didefinisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak
mempunyai atau lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk karena
pelapukan dari batuan. Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang
kosong yang disebut pori-pori yang berisi air dan udara. Ikatan yang
lemah antara partikel – partikel tanah disebabkan oleh karbonat dan
oksida yang tersenyawa diantara partikel – partikel tersebut, atau dapat
juga disebabkan oleh adanya material organik. Bila hasil dari pelapukan
tersebut berada pada tempat semula maka bagian ini disebut sebagai
tanah sisa (residu soil). Hasil pelapukan terangkut ke tempat lain dan
mengendap di beberapa tempat yang berlainan disebut tanah bawaan
(transportation soil). Media pengangkut tanah berupa gravitasi, angin, air,
dan gletsyer. Pada saat akan berpindah tempat, ukuran dan bentuk
partikel – partikel dapat berubah dan terbagi dalam beberapa rentang
ukuran.
Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara
fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan
angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat
pembekuan dan pencairan es dalam batuan sedangkan proses kimiawi
satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen dan
karbondioksida (Wesley , 1977).
2. Klasifikasi Tanah
Pada sistem klasifikasi tanah yaitu pengelompokkan tanah sesuai dengan
perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Tujuan dari
klasifikasi tanah adalah untuk menentukkan dan mengidentifikasi tanah,
untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, dan berguna
untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan tanah dari suatu
daerah dengan daerah lainnya dalam bentuk suatu data dasar (Bowles,
1984).
Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan diantaranya yaitu sebagai
berikut :
a. Sistem Unifed (Unified Soil Classification / USCS )
Pada sistem ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu :
Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan no.200. Sifat teknis
tanah ini ditentukan oleh ukuran butir dan gradasi butiran. Tanah
bergradasi baik/seimbang memberikan kepadatan yang lebih
baik dari pada tanah yang berbutir seragam.
Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan no. 200. Tanah ini
ditentukan oleh sifat plastisitas tanah, sehingga pengelompokan
berdasarkan plastisitas dan ukuran butiran.
Tanah organik (Gambut/Humus), secara laboratorium dapat
ditentukan jika perbedaan batas cair tanah contoh yang belum
11
Menurut Bowles, (1991) kelompok–kelompok tanah sistem klasifikasi
Unified dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
G = Untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil (gravelly
soil)
S = Untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy soil)
M = Untuk lanau inorganik (inorganic silt)
L = Plastisitas rendah (low plasticity)
H = Plastisitas tinggi (high plasticity).
b. Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Official) ini dikembangkan pada tahun
1929 sebagai Public Road Administrasion Classification System.
Berdasarkan sifat tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok besar yaitu :
Kelompok tanah berbutir kasar (<35% lolos saringan no.200).
Tabel 3. Tanah Berbutir Kasar
Kode Karakteristik Tanah
A – 1 Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar
dengan sedikit atau tanpa butir halus, dengan atau
tanpa sifat plastis.
A – 2 Terdiri dari pasir halus dengan sedikit sekali butir
halus lolos saringan no.200 dan tidak plastis.
A – 3 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus dan
13
Kelompok tanah berbutir halus (>35% lolos saringan no.200)
Tabel 4. Tanah Berbutir Halus
Kode Karakteristik Tanah
A – 4 Tanah lanau dengan sifat plastisitas rendah
A – 5 Tanah lanau yang mengandung lebih banyak butir –
butir plastis, sehingga sifat plastisnya lebih besar
dari A – 4.
A – 6 Tanah lempung yang masih mengandung butiran
pasir dan kerikil, tetapi sifat perubahan volumenya
cukup besar.
A – 7 Tanah lempung yang lebih bersifat plastis dan
mempunyai sifat perubahan yang cukup besar.
Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini didasarkan pada kriteria
sebagai berikut :
Plastisitas
Merupakan kemampuan tanah yang dapat menyesuaikan bentuk
pada volume konstan tanpa retak-retak ataupun remuk. Hal itu
bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis,
semi padat, atau padat. Lanau dipakai apabila bagian – bagian
sedangkan lempung dipakai jika bagian – bagian yang halus dari
tanah mempunyai indeks plastisnya sebesar 11 atau lebih.
Ukuran Butir
Tabel 5. Ukuran Butir Sistem Klasifikasi AASHTO
Kerikil Tanah yang lolos ayakan diameter 75
mm (3 in) dan yang tertahan pada
ayakan No. 10 (2 mm).
Pasir Tanah yang lolos ayakan No. 10 (2
mm) dan yang tertahan pada ayakan
No. 200 (0.075 mm).
Lanau dan Lempung Tanah yang lolos ayakan No. 200.
15
C. Tanah Lempung
1. Definisi Tanah Lempung
Mineral lempung berasal dari proses pelapukan secara kimiawi yang
menghasilkan pembetukan kelompok – kelompok partikel yang
berukuran koloid (< 0,002 mm). Tanah lempung terdiri dari butir-butir
yang sangat kecil (< 0,002 mm) dan menunjukkan sifat –sifat plastisitas
dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian – bangian itu
melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang
memungkinkan bentuk bahan itu dirubah – rubah tanpa perubahan isi
atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan – retakan
atau terpecah – pecah (Wesley, 1977)
Lempung atau tanah lempung adalah patikel mineral berkerangka dasar
silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung
mengandung leburan silica dan/atau aluminium yang halus. Unsur –
unsur ini, silikon, oksigen, aluminium adalah unsur yang paling banyak
menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan
silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktifitas panas
bumi (Wikipedia, April 2013).
Tanah lempung merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan
batu bata, dimana kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia
karena bahan yang mudah didapat dan pemakaian hasil yang sangat luas.
merupakan sumber tanah lempung. Tanah lempung banyak ditemukan di
areal pertanian terutama persawahan.
Tanah lempung memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan
basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering
akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat.
2. Jenis Tanah Lempung
Berdasarkan atas tempat pengendapan dan asalnya tanah lempung
(lempung) dapat dibagi dalam beberapa jenis, sebagai berikut :
(Suwardono, 2002)
a. Lempung Residual
Lempung residual adalah lempung yang terdapat pada tempat di mana
lempung tersebut terjadi, atau dengan kata lain lempung tersebut
belum berpindah tempat sejak terbentuknya.
b. Lempung Illuvial
Lempung illuvial adalah lempung yang telah terangkut dan
mengendap pada suatu tempat tidak jauh dari tempat asalnya,
misalnya di kaki bukit. Lempung illuvial sifatnya mirip lempung
residual, hanya saja pada lempung illuvial bagian dasarnya tidak
diketemukan batuan asalnya.
c. Lempung Alluvial
Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan oleh air
sungai di sekitar atau sepanjang sungai. Pada waktu banjir sungai
akan meluap, sehingga lempung dan pasir yang dibawanya akan
17
di tempat dekat sungai, sedangkan lempung akan mengendap jauh
dari tempat asalnya. Oleh karena itu endapan lempung alluvial
dicirikan dengan selang – seling antara pasir dan lempung, baik
vertikal maupun horizontal. Bentuk endapan alluvial umumnya
menyerupai lensa. Pada endapan alluvial muda, lapisan pasirnya
terlihat masih segar, sedangkan pada endapan alluvial tua, lapisan
pasirnya telah melapuk sebagian atau seluruhnya telah menjadi
lempung.
d. Lempung Marin
Lempung marin adalah lempung yang endapannya berada di laut.
Lempung yang dibawa oleh sungai sebagian besar diendapkan di laut.
Hanya sebagian kecil saja yang diendapkan sebagai lempung alluvial.
Lempung marin sangat halus dan biasanya tercampur dengan
Di Indonesia dalam pembuatan bata merah dan genteng pada
umumnya mempergunakan lempung alluvial.
3. Sifat Tanah Lempung
Tanah lempung (lempung) mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang
penting, antara lain : ( Daryanto, 1994)
a. Plastisitas
Plastisitas tanah lempung ditentukan oleh kehalusan partikel – partikel
tanah lempung. Kandungan plastisitas tanah lempung bervariasi.,
tergantung kehalusan dan kandungan lapisan air. Plastisitas
berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga
batu bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau berubah
bentuk. Tanah lempung dengan plastisitas yang tinggi juga akan sukar
dibentuk sehingga perlu ditambahkan bahan bahan yang lain.
b. Kemampuan Bentuk
Tanah lempung yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata
dan genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri
tanpa mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun
setelah pembentukan. Tanah lempung dikatakan memiliki daya kerja
apabila mempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik
sehingga mudah dibentuk dan tetap mempertahankan bentuknya.
c. Daya Suspensi
Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap
dalam cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan
19
lebih besar dan cepat mengendap, contohnya: magnesium sulfat.
Deflokulan merupakan suatu zat yang akan mempertinggi daya
suspensi (menghablur) sehingga butiran – butiran tanah lempung tetap
melayang, contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.
d. Penyusutan
Tanah lempung untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut
kering (setelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar
(setelah mengalami proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena
menguapnya air selaput pada permukaan dan air pembentuk atau air
mekanis sehingga butiran tanah lempung menjadi rapat. Susut bakar
dapat dianggap sebagai susut keseluruhan dari tanah lempung sejak
dibentuk, dikeringkan sampai dibakar. Persentase penyusutan yang
dipersyaratkan untuk jenis tanah lempung sebaiknya antara 10% -
15%. Tanah lempung yang terlalu plastis memiliki persentase
penyusutan lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah
yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan pasir halus.
e. Suhu Bakar
Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu
kondisi benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu
secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat
dikatakan tanah lempung tersebut memiliki kualitas kemampuan
bakar. Dalam proses pembakaran tanah lempung akan mengalami
proses perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600oC,
f. Warna Bakar
Warna bakar tanah lempung dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat
secara kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah lempung
disebabkan oleh zat yang mengotorinya, warna abu – abu sampai
hitam mengandung zat arang dan sisa – sisa tumbuhan, warna merah
disebabkan oleh oksida besi (Fe).
g. Porositas
Porositas atau absorbsi adalah persentase penyerapan air oleh badan
keramik atau batu bata. Persentase porositas ditentukan oleh jenis
badan, kehalusan unsur badan, penambahan pasir, kepadatan dinding
bahan, serta suhu bakarnya. Tanah lempung poros biasanya fragile,
artinya pada bentuk – bentuk tertentu bila mendapatkan sentakan agak
keras akan mudah patah/pecah. Tanah lempung earthenware
umumnya mempunyai porositas paling tinggi sekitar 5% - 10% bila
dibandingkan dengan stoneware atau porselin.
h. Kekuatan Kering
Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat yang setelah dibentuk dan
kondisisnya cukup kering mempunyai kekuatan yang stabil, tidak
berubah bila diangkat untuk keperluan finishing, pengeringan serta
penyusunan dalam pembakaran. Kekuatan kering dipengaruhi oleh
kehalusan butiran, jumlah air pembentuk, pencampuran dengan bahan
21
i. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan perbandingan besar butiran – butiran
tanah dengan bentuk butiran – butiran tersebut. Sifat liat, susut
kering dan kekuatan kering sangat tergantung dari struktur tanah
liatnya. Struktur tanah liat dibedakan dalam dua golongan yaitu tanah
liat sebagai struktur halus dan pasir sebagai struktur kasar.
j. Slaking
Slaking merupakan sifat tanah liat yaitu dapat hancur dalam air
menjadi butiran – butiran halus dalam waktu tertentu pada suhu udara
biasa. Makin kurang daya ikat tanah liat semakin cepat hancurnya.
Sifat slaking ini berhubungan dengan pelunakan tanah liat dan
penyimpanannya. Tanah liat yang keras membutuhkan waktu lama
untuk hancur, sedangkan tanah liat yang lunak membutuhkan waktu
lebih cepat.
D. Pengaruh Air
Air merupakan cairan jernih yang tidak berbau, tidak berwarna, serta
mengandung hidrogen dan oksigen didalamnya yang sangat dekat dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Untuk pembuatan batu bata perlu bahan air, agar tanah liat mempunyai sifat
plastis yang sangat diperlukan di dalam pembentukannya, yaitu pasir, bila
susut bakar dan susut keringnya terlalu tinggi. Air yang digunakan untuk
Air cukup banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kadar air untuk tanah
liat kira – kira 30%.
Air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air,
seperti garam dapur.
E. Larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer)
Larutan ISS 2500 ini sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah atau
material tanah jelek dalam stabilisasi tanah secara elektro-kimiawi. Stabilisasi
tanah itu sendiri adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat – sifat tanah
dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikan
kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Stabilisasi dengan
larutan ISS 2500 ini merupakan stabilisasi yang memadatkan tanah secara
ionisasi pertukaran ion ISS 2500 dengan ion partikel tanah sehingga partikel
air tidak dapat menyatu dengan partikel tanah lagi dan ikatan partikel tersebut
akan lebih padat dan kuat, bahan merupakan bahan kimia yang larut didalam
air.
Dengan demikian, dalam hal pembuatan batu bata menggunakan campuran
ISS 2500 diharapkan material utama dalam pembuatan batu bata ini sendiri
adalah tanah lempung agar menjadi lebih padat dan memperbaiki sifat tanah
itu tersebut ketika dilakukan pencetakan batu bata.
Produk bahan larutan ISS 2500 ini dapat meningkatkan :
1. Kepadatan
2. CBR (kekuatan menahan beban)
23
Produk bahan larutan ISS 2500 ini juga dapat mengurangi :
1. Pemuaian dan Kelembaban
2. Penyusutan dan Abrasi
3. Biaya pemeliharaan
4. Debu
5. Indeks plastisitas / PI (tingkat penyerapan air)
Adapun keuntungan dari ISS 2500 adalah sebagai berikut :
1. Hemat biaya
2. Pemeliharaan jalan mudah dan sederhana
3. Aplikasi mudah
4. Meningkatkan standar jalan
5. Tidak ada masa perawatan
Komposisi kimia ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Hasil pengujian telah dilakukan di Laboratorium yang telah
terakreditasi secara internasional dan sesuai dengan International
Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC). Untuk laporan analisis
kimia berdasarkan SGS South Africa (Pty) Ltd Agricultural & Food
Services (SANAS Accredited Laboratory T0114) SGS Reference No. 2712, 30 November 2000, diperlihatkan pada Tabel 6.
Adapun cara kerja ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer) adalah sebagai
berikut:
1. Tanah lempung memiliki partikel - partikel halus yang terdiri dari
mengandung ion positif (+) permukaannya dan ion negatif (-)
bagian tepinya.
Tabel 6. Analisis Laporan Kimia
Analysis Performed Units Method Result
Pesticides
Organo Chlorides P/ND PAM (304) ND
Organo Phospates P/ND PAM (304) ND
Carbamates P/ND PAM (401) ND
Pyrethroids P/ND PAM (304) ND
Organo Compounds
PAHs µg/L APHA 6440B ND
VOCs µg/L APHA 6200C ND
P = Present/Positive ND = None Detected
Dalam kondisi kering ikatan antar ion pada bagian tepi cukup kuat
untuk membentuk tanah lempung dalam satu kesatuan sehingga
mudah menyerap air, diperlihatkan pada Gambar 2 dibawah ini.
25
2. Ketika hujan turun partikel air yang positif (+) akan membentuk
ikatan ionik dengan partikel yang negatif (-), diperlihatkan pada
Gambar 3, dibawah ini.
Gambar 2. Tanah dalam kondisi basah
3. Secara komposisi kimianya, ISS 2500 memiliki kemampuan yang
sangat besar untuk melakukan pertukaran ion dimana ion positif
(+) membentuk ikatan ionik secara permanen dengan partikel tanah
sehingga partikel air (+) tidak dapat menyatu dengan partikel tanah
lagi, diterlihatkan pada Gambar 4 dibawah ini. (Pratiwi Yoka,
2013)
III. METODE PENELITIAN
A. Bahan – Bahan Penetilian
1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah
lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi
Lampung.
2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer).
B. Metode Pengambilan Sampel Tanah
Penggalian bahan mentah untuk batu bata di carikan tanah yang tidak terlalu
plastis, tetapi tanah yang mengandung sedikit pasir untuk menghindari
penyusutan. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira – kira
setebal 40 – 50 cm, sebelum itu tanah dibersihkan dari akar pohon, daun,
plastik, dan sebagainya tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai
kebawah sedalam 1,5 – 2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang
27
C. Metode Pencampuran Sampel Tanah
Pada metode pencampuran sampel tanah untuk setiap masing-masing variasi
campuran yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Sampel tanah di campur dengan larutan additive ISS 2500 dimana larutan
tersebut sudah tercampur pada air yang dibutuhkan untuk batu bata.
Dengan variasi campuran, yaitu :
a. Campuran I terdiri dari 0,5 mL larutan ISS 2500 + air + tanah,
b. Campuran II terdiri dari 0,8 mL larutan ISS 2500 + air + tanah,
c. Campuran III terdiri dari 1,1 mL larutan ISS 2500 + air + tanah
d. Campuran IV terdiri dari 1,4 mL larutan ISS 2500 + air+tanah
2. Sampel tanah yang sudah tercampur rata siap untuk dicetak dengan
menggunakan cetakan batu bata.
3. Tanah yang sudah tercampur dengan larutan ISS 2500 siap untuk dicetak
di cetakan batu bata, lalu diperam selama 14 hari, dibakar selama 2x24
jam dan pengujian porositas air selama 1 hari.
4. Jumlah sampel masing-masing campuran, diperlihatkan di bawah ini :
Tabel 7. Jumlah Sampel Masing-Masing Campuran
D. Pelaksanaan Pengujian
Adapun pengujian – pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pengujian sifat fisik tanah antara lain :
a. Pengujian Analisa Saringan
b. Pengujian Kadar Air
c. Pengujian Batas Atterberg
d. Pengujian Berat Jenis
e. Pengujian Berat Volume
f. Pengujian Pemadatan Tanah
Pengujian kekuatan dan kelayakan batu bata:
a. Pengujian Kuat Tekan
b. Pengujian Daya Serap Air
1. Pengujian Sampel Sifat Fisik Tanah
Sifat-sifat fisik tanah sangat berhubungan erat dengan kelayakan pada
banyak penggunaan yang diharapkan dari tanah. Kekuatan dan kekokohan
pendukung, kapasitas penyimpanan air, plastisitas, semuanya secara erat
berkaitan dengan kondisi fisik tanah. Pengujian sifat fisik tanah dilakukan
berdasarkan Standar PB 0110-76 atau ASTM D-4318.
Pengujian-pengujian yang dilakukan antara lain:
a. Pengujian Kadar Air (Moisture Content)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel
tanah yaitu perbandingan antara berat air dan berat tanah kering,
29
1) Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda
uji kedalam cawan dan menimbangnya.
2) Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan
suhu 110oC selama 24 jam.
3) Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan
menghitung prosentase kadar air.
b. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan berat jenis tanah yang
lolos saringan No.200 dengan labu ukur.
Cara kerja berdasarkan ASTM D-854 :
1) Menyiapkan benda uji secukupnya dan mengoven pada suhu 60oC
sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari.
2) Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan
saringan No. 200 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih
dahulu.
3) Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya.
4) Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.
5) Mengambil sampel tanah antara 25-30 gram.
6) Memasukkan sampel tanah ke dalam labu ukur dan
menambahkan air suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.
7) Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di
dalam butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum.
8) Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat
c. Pengujian Batas Atterberg
1) Batas Cair (Liquid Limit)
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu
jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair.
Cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :
a) Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan
menggunakan saringan no. 40.
b) Mengatur tinggi jatuh mangkuk casagrande setinggi 10 mm.
c) Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no. 40
sebanyak 150 gram, kemudian dimasukkan kedalam
mangkuk casagrande dan meratakan permukaan adonan
sehingga sejajar dengan alas.
d) Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda
uji dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan
menggunakan grooving tool.
e) Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu
sepanjang 13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan
jumlah ketukan harus berada diantara 10-40 kali.
f) Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk
untuk pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja
yang sama untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji
yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan
jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25
31
Perhitungan :
a) Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai
jumlah pukulan.
b) Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada
grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan
dan sumbu y sebagai kadar air.
c) Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.
d) Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke-25.
2) Batas Plastis (Plastic Limit)
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu
jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan
semi padat.
Cara kerja berdasarkan ASTM D 4318 :
a) Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan
saringan no. 400
b) Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari dan
dibulatkan, kemudian digulung-gulung di atas plat kaca
hingga terbentuk batang memanjang kira-kira berdiameter 3
mm sampai retak-retak atau putus-putus.
c) Memasukkan benda uji kedalam container kemudian
ditimbang
Perhitungan :
a) Nilai batas plastis adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda
uji
b) Plastis Indeks (PI) :
c) PI = LL – PL
d. Pengujian Berat Volume (Unit Weight)
Sesuai dengan ASTM D-2937, pengujian ini bertujuan untuk
menentukan berat volume tanah basah dalam keadaan asli (undisturb
sample), yaitu perbandingan antara berat tanah dan volume tanah.
Cara kerja berdasarkan ASTM D-2937 :
1) Membersihkan dan menimbang ring contoh
2) Memberikan oli pada ring contoh agar tanah tidak melekat pada
ring.
3) Mengambil sampel tanah pada tabung contoh dengan cara
menekan ring ke sampel tanah sehingga ring masuk ke dalam
sampel tanah.
4) Meratakan permukaan tanah dengan pisau.
5) Menimbang ring dan tanah.
(gr/cm3 atau t/m3)
Perhitungan :
1) Berat ring (Wc)
33
3) Berat ring dan tanah (Wcs)
4) Berat tanah (W) = Wcs – Wc
5) Berat volume (γ)
e. Pengujian Analisa Saringan (Sieve Analysis)
Tujuan pengujian analisis saringan adalah untuk mengetahui
persentasi ukuran butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi)
dari suatu jenis tanah yang tertahan di atas saringan No. 200 (Ø 0,075
mm).
3) Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin
penggetar selama kira-kira 15 menit.
4) Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang
tertahan di atasnya.
Perhitungan :
1) Berat masing-masing saringan (Wci)
2) Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan
di atas saringan (Wbi)
4) Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai
Wtot)
5) Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing
saringan (Pi)
6) Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :
%
diameter maksimum sampai saringan No. 200)
2. Pengujian Kekuatan dan Kelayakan Batu Bata
a. Uji Kuat Tekan
jalankan mesin desak dan dicatat gaya tekan maksimum.
Kuat tekan paving block dihitung dengan menggunakan persamaan :
35
Dimana :
F = Beban tekan maksimum yang menyebabkan beban hancur ( N )
A = Luas penampang beban ( m² )
b. Uji Daya Serap Air
Pengujian ini merupakan pengukuran daya serap dengan melihat
persentase perbandingan antara selisih massa basah dengan massa
kering pada sampel yang direndam selama 24 jam.
Perhitungan :
Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :
Daya Serap Air (%) = x 100%
dengan :
Wb = Berat sampel setelah direndam air (gr)
Wk = Berat sampel kering (gr)
E. Urutan Pelaksanaan Penelitian
1. Sebelum melakukan pencampuran, tanah asli sudah terlebih dahulu diuji
sifak fisik dari hasil percobaan analisis saringan dan batas atterberg
dimana mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah USCS.
2. Melakukan pencampuran sampel tanah dengan ISS dengan variasi
campuran masing – masing campuran yaitu 0,5 ml, 0,8 ml, 1,1 ml dan 1,4
ml. Pencampuran sampel dilakukan dengan cara mengaduk tanah dan
memberi penambahan air dan harus benar-benar menyatu dengan tanah
liat secara merata, kemudian dicetak dengan menggunakan mesin cetakan
batu bata (strength stress).
4. Melakukan proses pengeringan. Proses pengeringan batu bata dilakukan
secara bertahap, digunakan terpal atau penutup plastik dengan tujuan
agar batu bata tidak terkena panas matahari langsung. Apabila proses
pengeringan terlalu cepat dalam artian panas matahari terlalu menyengat,
akan mengakibatkan timbulnya retakan-retakan pada batu bata nantinya.
Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian
dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang
satu sama lain agar terkena angin. Jika kondisi cuaca baik, proses
pengangingan memerlukan waktu tujuh hari. Sedangkan jika kondisi
udara lembab, proses pengeringan batu bata membutuhkan waktu
sekurang-kurangnya 14 hari.
5. Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan kenaikan
suhu dan kecepatan suhu. Proses pembakaran dilakukan 2x24 jam setelah
itu dilakukan proses pengujian daya serap air sebagian sampel dan
sebagian sampel dilakukan uji kuat tekan.
6. Melakukan Pengujian kuat tekan pada batu bata untuk mendapatkan
besaran beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh batu bata. Alat
uji yang digunakan adalah mesin CTM. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan meletakkan benda uji pada alat uji dimana dibawah dan diatas
37
dicatat gaya tekan maksimumnya pada tiap masing-masing variasi
campuran.
7. Melakukan uji daya serap air, pengujian ini di ambil 6 sampel untuk
masing-masing variasi campuran larutan ISS 2500. Sebelum dilakukan
Pengambilan Sampel Tanah Asli
Pengujian Tanah Asli :
1. Berat Jenis 3. Analisa Saringan
Gambar 5.Diagram Alir Penelitian
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan pada batu bata
campuran tanah dan larutan additive ISS 2500, maka dapat didapat beberapa
kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk nilai kuat tekan tertinggi yang dihasilkan oleh batu bata campuran
tanah dengan larutan additive ISS 2500 berada pada campuran 4 dan nilai
terendah pada tanpa campuran. Peningkatan nilai kuat tekan ini sangat
dipengaruhi oleh pernambahan campuran larutan yang diberikan.
2. Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sistem
klasifikasi USCS digolongkan pada tanah berbutir halus dan termasuk ke
dalam klasifikasi tanah lanau dengan plastisitas rendah (ML)
3. Nilai kuat tekan batu bata tanah campuran tanah dengan larutan additive
ISS 2500, mampu memenuhi kriteria kuat tekan yang sesuai dengan
spesifikasi SNI 15-2094-2000 untuk batu bata pejal pasangan dinding
berada pasa mutu tingkat III (tiga), yaitu sebesar 60 kg/cm2– 80 kg/cm2,
4. Batu bata setelah pembakaran memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar
tertinggi adalah sebesar 74,1359 kg/cm2, sedangkan sebelum pembakaran
nilai kuat tekan rata – rata tertinggi sebesar 33,9789 kg/cm2.
5. Pada nilai daya serap air batu bata tanah campuran ISS 2500 ini sesuai
kriteria SNI 15-2094-2000 dengan hasil uji daya serap air antara 10%
sampai 17%, yang berarti lebih kecil dari 20% sehingga bata dengan
campuran ISS 2500 ini sesuai dan layak digunakan.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya mengenai batu bata campuran tanah dan larutan
additive ISS 2500, disarankan beberapa hal dibawah ini sebagai bahan
pertimbangan yaitu sebagai berikut :
1. Pada pelaksanaan pencetakan dan pengeringan, perlu dilakukan dengan
lebih teliti, sehingga batu bata yang telah dicetak, pada saat pengeringan
permukaan batu bata tetap rata dan datar dan tidak melengkung.
2. Perlu modifikasi alat pencetakan batu bata yang lebih inovatif, sehingga
batu bata yang tercetak dapat lebih padat dan seragam, sehingga kualitas
batu bata tidak berbeda jauh satu sama lain.
3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih teliti, korelasi hubungan kuat tekan
batu bata standard pabrikasi home industry dengan standard SNI.
4. Perlu penelitian lanjutan, penggunaan tanah berbutir halus berupa
material tanah lempung dengan plastisitas rendah, yang dicampur
dengan bahan additive, sehingga material tanah untuk pembuatan batu
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).
Jakarta.Erlangga.
Bowles, J. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).
Jakarta. Edisi Kedua. Erlangga.
Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Daryanto. 1994, Pengetahuan Tekhnik Bangunan. Jakarta. Rineka Cipta.
Das, Braja. M. 1995. Mekanika Tanah. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis).
Jakarta. Jilid II. Erlangga.
Handayani, 2010, Kualitas Batu Bata Merah dengan Penambahan Serbuk
Gergaji,Jurnal Teknik dan Perencanaan Volume 1, No.12. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Handoko, Didik. 2013. Studi Kekuatan Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran
Menggunakan Tanah Lempung dan Zat Addictive Abu sekam Padi.
Universitas Lampung. Lampung
Hardiyatmo, Hary Christady. 1999. Mekanika Tanah I. Jakarta. PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Hartono. 1987. Perkiraan Perubahan Tanah Lempung Setelah Proses
Pembakaran. Bandung
Indra, A. 2012. Kuat Tekan (Compression Streight) Komposisi Lempung/Pasir
Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Lampung
Pratiwi Yoka. Studi Kekuatan Paving Block Pasca Pembakaran Menggunakan
Bahan Addictive ISS 2500. 2013. Universitas Lampung. Lampung
P.U. 2000. SNI 15-2094-2000 Tentang Bata Merah Pejal. Jakarta : Pekerjaan
Umum
Ramli. 2007. Pengaruh Pemberian Material Limbah Serat Alami terhadap Sifa
Fiska Bata Merah. Skripsi FMIPA Universitas Negeri Padang. Sumatra Barat.
Siregar, N., 2010. Tanah Liat Pada Pembuatan Batu Bata. Skripsi Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Suwardono. 2002. Mengenal Pembuatan Bata, Genteng Berglasir. Bandung. VC,
Yrama Widya.
Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Van Vlack, Lawrence. H. 2004. Elemen – Elemen Ilmu dan Rekayasa Material.
Jakarta: Erlangga.
Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil.Jakarta. Erlangga.
Wesley, L. 1977. Mekanika Tanah. Badan Penerbitan Pekerjaan Umum. Jakarta.
Wikipedia. 2013. Pengertian Batu Bata http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bata.
Batu Bata
Wikipedia. 2013. Pengertian Lempunghttp://id.wikipedia.org/wiki/lempung.