• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN PENILAIAN OTENTIK DENGAN PENILAIAN KONVENSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN PENILAIAN OTENTIK DENGAN PENILAIAN KONVENSIONAL"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN PENILAIAN OTENTIK

DENGAN PENILAIAN KONVENSIONAL

Oleh

FERDINAN MISAFFIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN PENILAIAN OTENTIK DENGAN

PENILAIAN KONVENSIONAL

Oleh

Ferdinan Misaffin

Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik dan mental yang dilakukan adanya perubahan dalam dirinya, yaitu penambahan pengetahuan yang bersifat permanen. Dalam kegiatan belajar antara aktivitas fisik dan mental harus saling terkait agar diperoleh aktivitas belajar yang optimal. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka aktivitas fisik dan mental harus terkoordinasi dengan baik. Semakin baik aktivitas yang dilakukan oleh siswa maka siswa akan semakin memahami dan meguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Tetapi jika siswa kurang dalam dalam melakukan aktivitas belajarnya maka hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Dengan demikian, aktivitas belajar yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan lebih baik menggunakan model otentik dengan penilaian konvensional. Hasil belajar diukur dari nilai posttest. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas dan hasil siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model penilaian otentik dengan model penilaian konvensional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMA Utama 2 Bandar Lampung sedangkan sampelnya adalah siswa kelas X1 dan X4 semester ganjil SMA Utama 2 Bandar Lampung, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Variabel terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat, penilaian otentik (X1), Penilaian Konvensional (X2), Aktivitas (Y1), dan hasil belajar (Y2). Uji beda menggunakan uji

Independent Sample t-Test menunjukkan nilai Sig. (2tailed) Kurang dari 0,05 yang artinya H0 ditolak. Hasil penelitian menunjukaan bahwa aktivitas belajar untuk kelas yang menggunakan penilaian otentik lebih tinggi dari kelas yang menggunakan penilaian konvensional, dan untuk hasil belajarnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan penilaian otentik dengan kelas yang menggunakan penilaian konvensional.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Memes, Wayan. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Grafindo. Jakarta. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sunartombs. 2009. Pengertian Penilaian Otentik. Diunduh pada tanggal 10 Mei 2010 dari http://sunartombs.wordpress.com/2009/07/14/pengertian- penilaian-otentik.

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional, telah ditetapkan visi pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem

pendidikan dalam pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Berkaitan dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan

diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu

(7)

Seperti diketahui bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik dan mental yang dilakukan adanya perubahan dalam dirinya, yaitu penambahan pengetahuan yang bersifat permanen. Dalam kegiatan belajar antara aktivitas fisik dan mental harus saling terkait agar diperoleh aktivitas belajar yang optimal.

Untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka aktivitas fisik dan mental harus terkoordinasi dengan baik. Semakin baik aktivitas yang dilakukan oleh siswa maka siswa akan semakin memahami dan meguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Tetapi jika siswa kurang dalam dalam melakukan aktivitas belajarnya maka hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Dengan demikian, aktivitas belajar yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Jenis-jenis aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran memang sangat kompleks, tetapi aktivitas yang diharapkan adalah aktivitas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti interaksi siswa mengikuti proses belajar mengajar dalam kelompok meliputi kegiatan diskusi dan bekerja sama, keberanian siswa dalam bertanya atau mengemukakan pendapat serta aktivitas relevan yang lain.

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.

(8)

pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004:23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:

(a) Kognitif: Knowledge (penetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan) (b) Affective: Receiving (sikap menerima), responding (member respon), Valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi) (c) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Oleh karena itu seorang siswa yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka siswa tersebut dikatakan telah belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang

diwujudkan dalam bentuk skor atau nilai.

Penilaian hasil belajar oleh guru menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

(9)

digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.

Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik akan mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

Penilaian otentik tidak mengondisikan siswa belajar secara hafalan dan hanya sekedar mengerjakan beberapa soal tertulis melainkan lebih melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen sains, riset sosial, penulisan laporan, membaca dan menginterpretasi literatur, serta menyelesaikan soal-soal aplikatif. Model penilaian otentik akan berhasil jika siswa mengetahui apa yang diharapkan guru. Oleh karena itu, guru harus menyampaikan secara jelas kompetensi siswa yang diharapkan dan yang ingin dicapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang trlah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Manakah aktivitas siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model penilaian otentik dengan model penilaian konvensional?

2. Manakah hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara kelas yang

(10)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Aktivitas siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model penilaian otentik dengan model penilaian konvensional.

2. Hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model penilaian otentik dengan model penilaian konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi siswa

Dengan model Penilaian Otentik ini dapat membangkitkan aktivitas dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

a. Memberikan masukan bagi guru dan calon guru dalam kegiatan penerapan pembelajaran IPA Fisika dengan metode Penilaian Otentik.

(11)

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model penilaian otentik adalah mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar yang mencangkup domain kognitif dan afektif, baik

yang tampak sebagai hasil belajar suatu proses pembelajaran, maupun

berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar

selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

2. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran meliputi aspek perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti (1) Oral activities, seperti bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi. (2) Listening activities, seperti diskusi percakapan. (3) Writing activities, seperti: menulis laporan. (4) Motor activities, seperti melakukan percobaan. (5) Emotional activities, seperti berani.

3. Hasil belajar adalah bukti kemampuan atau keberhasilan kognitif siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai ketika evaluasi pembelajaran dilakukan. Evaluasi

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Penilaian Konvensional

Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional dilakukan dengan menguji "bits and pieces". Contoh-contoh format penilaian tradisional/konvensional antara lain: multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional dalam pembelajaran, nampak ada ketidak sesuaian antara

pembelajaran di sekolah dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh. Penilaian

terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melaksanakan karena belum memahami prosedur

(13)

penilaian kinerja belum pernah diikuti atau belum pernah diadakan di tingkat satuan pendidikan.

Ciri-ciri penilaian konvensional: a. Penilaian Normatif.

b. Terfokus pada isi materi.

c. Hasil penilaian berupa nilai-nilai. d. Berbasis waktu.

e. Kecepatan belajar kelompok.

f. Penilaian ditekankan pada pengetahuan.

g. Pendekatan pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book. h. Feedback penilaian terlambat/tidak ada.

2. Penilaian Otentik

Menurut Arikunto (2008: 23):

Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi

atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan

untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata.

(14)

perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.

Sunartombs (2009: 2) juga menyatakan bahwa:

Penilaian autentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian autentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk

menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah.

Penilaian otentik tidak mengondisikan siswa belajar secara hafalan dan hanya sekedar mengerjakan beberapa soal tertulis melainkan lebih melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen sains, riset sosial, penulisan laporan, membaca dan menginterpretasi literatur, serta menyelesaikan soal-soal aplikatif. Model penilaian otentik akan berhasil jika siswa mengetahui apa yang diharapkan guru. Oleh karena itu, guru harus menyampaikan secara jelas kompetensi siswa yang diharapkan dan yang ingin dicapai.

Jadi, penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menginginkan siswa untuk menunjukkan kinerja secara nyata yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya secara teoretis. Penilaian otentik menuntut siswa untuk

(15)

Surapranata (2004: 13) mengatakan bahwa:

Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian

tradisional (multiple-choic, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk

menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa: tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi), dan format rekaman kegiatan belajar siswa

misalnya: portofolio, interview, daftar cek, presentasi oral dan debat. Berdasarkan kutipan di atas, dikatakan bahwa penilaian otentik merupakan proses pengumpulan data oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar tercapai dengan baik, sehingga anak didik mampu menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan.

Menurut Sunartombs (2009 :1):

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif

(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tujuan dari penilaian adalah untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

Siswa tidak hanya harus memahami aspek pengetahuan, melainkan juga apa yang dapat dilakukan dengan pengetahuannya itu. Salah satu model penilaian yang sesuai dengan konsep tersebut adalah penilaian otentik.

(16)

Penilaian autentik harus didisain agar: (1) Mengarah kepada inti esensial learning, pemahaman dan kemampuan. (2) Bersifat edukatif dan menarik. (3) Merupakan bagian dari kurikulum bukan sembarang instruksional yang tanpa tujuan. (4) Mencerminkan kehidupan nyata, tantangan yang bersifat interdisipliner. (5) Menghadapkan siswa kepada masalah dan tugas yang bersifat kompleks, ambigu dan terbuka yang mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan. (6) Puncaknya adalah produk dan penampilan siswa. (7) Berupa setting standar dan membawa siswa ke arah tingkat penguasaan pengetahuan yang lebih tinggi dan kaya. (8) Mengakui dan menghargai kemampuan siswa yang multiple, gaya belajar yang beragam dan latar belakang yang berbeda-beda.

Penilaian otentik pada dasarnya bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Di dalam penilaian otentik pengetahuan dan keterampilan merupakan dua hal yang utama dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Dalam hal ini siswa menguasai pengetahuan yang dibutuhkannya sebagai tujuan akhir pembelajaran.

Bentuk-bentuk penilaian otentik menurut Kusmana (2010: 3), sebagai berikut:

a) unjuk kerja (performance), b) penugasan (project),

c) kinerja (hasil karya/product), d) portofolio (kumpulan kerja siswa), e) penilaian diri (self assessment).

(17)

Perencanaan yang baik juga harus diterapkan dalam kegiatan penilaian yang menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran. Mueller yang dikutip Nurgiyantoro (2008) mengemukakan sejumlah langkah yang perlu ditempuh dalam

pengembangan penilaian otentik, yaitu yang meliputi: (1) penentuan standar, (2) penentuan tugas otentik, (3) pembuatan kriteria; dan (4) pembuatan rubrik.

3. Aktivitas Belajar

Selama kegiatan belajar, aktivitas merupakan prinsip yang penting. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik dan mental yang dilakukan adanya perubahan dalam dirinya, yaitu penambahan pengetahuan yang bersifat permanen. Dalam kegiatan belajar antara aktivitas fisik dan mental harus saling terkait agar diperoleh aktivitas belajar yang optimal.

Menurut Sardiman (2004: 99):

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Pada kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait, contohnya seorang sedang membaca, secara fisik kelihatannya membaca tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibacanya.

Klasifikasi aktivitas seperti yang ditulis Sardiman, menunjukkan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang baik maka aktivitas fisik dan mental harus

(18)

hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Dengan demikian, aktivitas belajar yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan individu untuk mencapai perubahan tingkah laku.

Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2004: 21):

Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pngertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.

Berdasarkan definisi di atas, tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri siswa. Berawal dari minat dengan segala aktivitas-aktivitas selama mengikutipembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu aktivitas siswa perlu diperhatikan sebab hal ini berperan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa.

Sanjaya (2007: 132) menyatakan bahwa:

Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akantetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

(19)

sehingga dalam pembelajaran peserta didik diharapkan mempunyai keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental yang dilakukan sehingga akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Menurut Slameto (2003: 2)

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamalannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan definisi di atas, keaktifan siswa dalam pembelajaran berarti mereka memiliki banyak pengalaman belajar. Semakin banyak pengalaman yang mereka peroleh maka memungkinkan siswa untuk lebih menguasai materi yang berimbas pada meningkatnya hasil belajar.

Jenis-jenis aktivitas diungkapkan oleh Sardiman (2004: 101) menggolongkan aktivitas sebagai berikut:

(1) Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan

gambar,demonstrasi, percobaan. (2) Oral activities, misalnya: bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi. (3) Listening activities, misalnya: mendengarkan uraian, diskusi percakapan. (4) Writing activities, misalnya: menulis laporan, menyalin. (5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram. (6) Motor activities, misalnya: melakukan percobaan. (7) Mental activities, misalnya: mengingat, menganalisa, mengambilkeputusan. (8) Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah.

(20)

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah pedoman Memes (2001: 36) sebagai berikut:

Bila nilai siswa ≥ 75,6, maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 ≤ nilai siswa < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa < 59,4, maka

dikategorikan kurang aktif.

Berdasarkan kutipan di atas, proses belajar mengajar tidak akan tercapai begitu saja tanpa diimbangi dengan aktivitas belajar. Karena keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana kegiatan interaksi dalam pembelajaran tersebut, semakin aktif siswa dalam pembelajaran, maka semakin banyak pengamatan belajar yang akan diperoleh siswa dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Aktivitas siswa merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa. Sementara itu, menurut Lester dalam Sagala (2007: 1):

Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya.

Klasifikasi belajar seperti yang ditulis Sagala, menunjukkan bahwa untuk

(21)

pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004:23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu,

(a)Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan) (b) Affective: Receiving (sikap menerima), responding (member respon), Valuing (menilai),

organization (organisasi), characterization (karakterisasi) (c) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh

perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4):

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Kutipan di atas menerangkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah siswa menerima suatu pengetahuan dimana hasil tersebut

(22)

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar.

b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus biasa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.

B. Kerangka Pemikiran

Pada point sebelumnya dalam tinjauan pustaka dikemukakan bahwa dengan mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional dalam pembelajaran, nampak ada ketidak sesuaian antara pembelajaran di sekolah dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun sebagian besar guru merasa kesulitan dalam

(23)

melakukan percobaan sudah sering diterapkan, namun terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan penilaian.

Sedangkan penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dalam suatu proses

pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

Penilaian dilakukan melalui, penilaian unjuk kerja (performance), penilaian penugasan (project), penilaian kinerja (hasil karya/product), penialian portofolio (kumpulan kerja siswa), dan penilaian diri (self assessment).

(24)

untuk masing-masing siswa. Kegiatan tersebut dilakukan agar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Data hasil belajar diperoleh dengan mengamati aspek kognitif. Aspek kognitif diperoleh melalui uji blok, Berdasarkan data nilai inilah diperoleh nilai dari hasil belajar.

Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel terikat sebagai variabel bebas adalah aktivitas belajar penilaian otentik (X1) dan aktivitas belajar

penilaian konvensional (X2) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar

penilaian otentik (Y1) dan hasil belajar penilaian konvensional (Y2).

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Aktivitas Belajar

Penilaian Otentik (X1)

Hasil Belajar Penilaian Konvensional

(Y2)

Hasil Belajar Penilaian Otentik

(Y1)

Aktivitas Belajar Penilaian Konvensional

(X2)

(25)

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:

a. Semua siswa kelas X semester genap memperoleh materi pelajaran yang sama.

b. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama. c. Aktivitas siswa pada mata pelajaran IPA Fisika berbeda-beda. d. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Fisika berbeda-beda.

2. Hipotesis

Pasangan hipotesis penelitian yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H1 : Aktivitas belajar fisika siswa menggunakan model penilaian otentik lebih

tinggi dibandingkan dengan menggunakan model penilaian konvensional.

H2 :Hasil belajar siswa yang menggunakan model penilaian otentik lebih

(26)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Utama 2 Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 5 kelas.

B.Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 5 kelas kemudian dipilih 2 kelas secara sengaja sebagai sampel dengan anggapan siswa pada 2 kelas tersebut dapat dilakukan pengukuran terhadap variabel penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan dari hasil pengukuran tersebut akan diperoleh data yang benar. Sampel yang diperoleh adalah kelas X1 yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas ekperimen yang menggunakan model Penilaian Otentik dan kelas X5 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model Pennilaian Konvensional yang berjumlah 34 siswa.

C.Desain Penelitian

(27)

Kelompok pertama mendapat perlakuan sesuai dengan model Penilaian Otentik, sedangkan untuk kelompok yang kedua mendapat perlakuan sesuai dengan Penilaian Konvensional. Dari kedua kelompok tersebut masing-masing diperoleh nilai untuk aktivitas dan hasil belajarnya.

Nilai hasil belajar untuk kelas yang menggunakan penilaian otentik dibandingkan dengan nilai hasil belajar dari kelas yang menggunakan penilaian konvensional. Begitu pula dengan nilai aktivitas belajar siswa, nilai aktivitas belajar siswa untuk kelas yang menggunakan penilaian otentik dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar siswa untuk kelas yang menggunakan penilaian konvensional.

D.Variabel Penelitian

Variabel penelitian terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk variabel bebas terdiri dari Penilaian Otentik dan Penilaian

Konvensional. Sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas dan hasil belajar.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar kerja siswa, soal tes pilihan jamak, soal esai diskusi dan lembar observasi.

F. Analisis Instrumen

(28)

1. Uji Validitas

Instrumen yang digunakan terlebih dahulu diuji validitasnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diu-kur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria yang ditentukan.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

(Arikunto, 2007: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut

signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap

(29)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

(Arikunto, 2007: 109) Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk

(30)

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

a) Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang

reliabel.

b) Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

c) Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

d) Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

e) Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G.Teknik Pengmpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Pada Penilaian Otentik

a. Teknik tes

Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. b. Observasi

(31)
[image:31.595.114.510.137.250.2]

Tabel 1. Contoh lembar pengamatan aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

No Nama Siswa

Aspek Aktivitas yang Diamati

1 2 3 …

a b c a b c a b c a b c

1 Siswa 1 √ √ √ √ √ √ √ √

2 Siswa 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Siswa 3 √ √ √ √ √ √ √ √

… … … …

Sedangkan untuk aspek yang diamati antara lain: 1) Interaksi siswa selama PBM dalam kelompok

Indikator : a) Berdiskusi memecahkan masalah b) Bekerjasama mengerjakan LKK

c) Bertanggung jawab terhadap kelompoknya 2) Keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat.

Indikator: a) Bahasa yang digunakan logis

b) Penyampaian pendapat atau pertanyaan tidak terbata-bata c) Bertanya atau berpendapat sesuai dengan materi pembelajaran. 3) Partisipasi siswa dalam PBM

Indikator: a) Memperhatikan petunjuk guru b) Mengikuti petunjuk guru c) Memahami petunjuk guru 4) Motivasi dan semangat dalam mengikuti PBM.

Indikator: a) Menyelesaikan tugas kelompok b) Semangat dalam mengikuti pelajaran. c) Menggunakan buku refrensi

(32)

Indikator: a) Berinteraksi dengan temannya secara baik b) Menghargai pendapat teman

c) Memberi tanggapan positif terhadap pendapat teman. 6) Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan belajar mengajar

Indikator: a) Menjawab pertanyaan yang diberikan guru b) melakukan perintah guru

c) Mendengarkan pendapat guru

Pada proses selanjutnya, masing-masing indikator dikategorikan menjadi empat yaitu: siswa memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 3 jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator terlaksana dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan

(33)
[image:33.595.115.510.150.292.2]

a) Unjuk kerja (Performance Assesment)

Tabel 2. Contoh Instrumen Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assesment)

No Nama Siswa

Aspek Penilaian

Jmlh

Skor Nilai

M en y iap k an Ala t M en g g u n ak an Ala t M en g am b il d ata p erc o b aa n M en arik Ke sim p u lan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Siswa 1

2 Siswa 2 ... …

Aspek dan rubrik penilaian unjuk kerja sebagai berikut: Keterangan untuk setiap aspek:

4 = Sangat Baik 3 = Baik

2 = Cukup 1 = Kurang

Proses analisis untuk data penilaian unjuk kerja sebagai berikut: Nilai maksimal = 4 (skor maks tiap indikator) x 4 (indikator) = 16

b)Penugasan (Project)

Tabel 3. Contoh lembar penilaian penugasan (Project)

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Nilai Persiapan Pengumpulan

[image:33.595.114.509.632.723.2]
(34)

Aspek dan rubrik penilaian proyek sebagai berikut: 1) Persiapan :

Indikator: a) Jika memuat tujuan dengan lengkap b) Jika memuat topik dengan lengkap c) Jika memuat alasan dengan lengkap. 2) Pengumpulan data:

Indikator: a) Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua b) Jika data tercatat dengan lengkap

c) Jika data tercatat dengan rapi 3) Pengolahan data:

Indikator: a) Jika pembahasan data sesuai tujuan penelitian. b) Jika pembahasan data sesuai dengan topik c) Jika pembahasan sesuai dengan materi 4) Pelaporan tertulis:

Indikator: a) Jika sistimatika penulisan benar b) Jika memuat saran

c) Jika bahasa yang digunakan komunikatif

Untuk proses selanjutnya masing-masing indikator bernilai maksimal 4 point, sehingga siswa memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 3 jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator terlaksana dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana. Proses analisis untuk data penilaian penugasan sebagai berikut:

(35)
[image:35.595.113.483.207.289.2]

c) Penilaian Produk (Product Assessment)

Tabel 4. Contoh lembar penilaian produk (product assessment)

No Nama Siswa Aspek yang dinilai Nilai Perencanaan Proses Hasil

1. 2. 3.

Aspek dan rubrik penilaian produk (product assessment) 1) Perencaan:

Indikator: a) Jika sesuai dengan tujuan b) Jika sesuai dengan topik c) Jika memuat tempat penelitian 2) Proses:

Indikator: a) Jika pembuatan produk sangat baik b) Data tercatat dengan lengkap c) Data tercatat dengan rapi 3) Hasil:

Indikator: a) Jika penulisan sistematis penulisan benar b) Jika memuat saran

c) Bahasa yang digunakan komunikatif

(36)

jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator terlaksana dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.

Proses analisis untuk data penilaian produk sebagai berikut: Nilai maksimal = 3 (skor maks tiap indikator) x 4 (indikator) = 12

[image:36.595.112.513.355.454.2]

d) Penilaian Portofolio (Portofolio Assesment)

Tabel 5. Contoh lembar penilaian portofolio

No

Nama Siswa

Aspek yang Diamati

Skor Nilai Akhir

1 2 3 4

a b c a b c a b c a b c 1.

2. 3.

Aspek yang diamati dalam penilaian portofolio yaitu: a) Pengumpulan tugas

Indikator: a) Kelengkapan b) Kerapihan c) Tepat waktu

b) Pengorganisasian tugas Indikator:

a) Siswa mempunyai pemahaman yang jelas tentang tujuan kegiatan yang diberikan.

(37)

c) Saling bekerjasama sesame teman sekelompok untuk menyelesaikan tugas. c) Merefleksi

Indikator:

a) Tugas sangat sesuai dengan yang diberikan

b) Mengetahui kekuatan dan kelemahan tugas yang telah dibuat c) Mengetahui yang seharusnya diperbaiki

d) Persentasi Indikator:

a) Penyampaian materi jelas b) Volume suara jelas

c) Partisipasi berperan aktif dalam diskusi baik bertanya maupun menjawab pertanyaan

Selanjutnya masing-masing indikator dikategorikan menjadi empat yaitu: siswa memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 3 jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator terlaksana dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.

Proses analisis untuk penilaian portofolio siswa adalah sebagai berikut:

1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek penilaian.

2) Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus:

Nilai portofolio siswa =

(38)
[image:38.595.114.515.160.328.2]

e) Penilaian Sikap

Tabel 6. Contoh lembar penilaian diri (selft assesment)

No Nama Siswa

Aspek Penilaian

Jmlh

Skor Nilai

B er p ik ir lo g is Ju ju r B ek er ja teliti B er tan g g u n g jawa b B er p er ilak u s an tu n B ek er ja sam a Me n y am p aik an p en d ap at Me n jad i p d en g ar y an g b aik Me n an g g ap i p en d ap at or an g lain 1 2 … Rata-rata

Keterangan skala sikap untuk tiap aspek: 4 = Sangat Baik

3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Proses analisis untuk penilaian sikap siswa adalah sebagai berikut:

1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek penilaian.

2) Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus:

Nilai portofolio siswa =

(39)

2. Teknik Pengumpulan Data Pada Penilaian Konvensional a. Teknik tes

Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa pada pertemuan terakhir. Siswa diberikan soal tes pilihan jamak.

b. Observasi

[image:39.595.111.511.417.500.2]

Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam proses pembelajaran berlangsung berupa lembar observasi untuk aktivitas siswa. Lembar observasi diisi dengan cara memberi tanda silang (x) pada setiap aspek aktivitas yang dilakukan setiap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa terlihat seperti tabel berikut:

Tabel 7. Contoh lembar pengamatan aktivitas siswa untuk kegiatan pembelajaran

No Nama Siswa

Aspek Aktivitas yang Diamati

1 2 3 …

a b c a b c A b c a B c

Sedangkan untuk aspek yang diamati yaitu:

1) Interaksi siswa selama PBM dalam kelompok Indikator: a) Berdiskusi memecahkan masalah

b) Bekerjasama mengerjakan LKK

c) Bertanggung jawab terhadap kelompoknya 2) Keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat.

Indikator: a) Bahasa yang digunakan logis

(40)

3) Partisipasi siswa dalam PBM

Indikator: a) Memperhatikan petunjuk guru b) Mengikuti petunjuk guru c) Memahami petunjuk guru

4) Motivasi dan semangat dalam mengikuti PBM. Indikator: a) Menyelesaikan tugas kelompok

b) Semangat dalam mengikuti pelajaran. c) Menggunakan buku refrensi

5) Interaksi antar siswa selama kegiatan PBM (diskusi kelas) Indikator: a) Berinteraksi dengan temannya secara baik

b) Menghargai pendapat teman

c) Memberi tanggapan positif terhadap pendapat teman. 6) Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan belajar mengajar

Indikator: a) Menjawab pertanyaan yang diberikan guru b) melakukan perintah guru

c) Mendengarkan pendapat guru

(41)

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data dianalisis dengan membandingkan antara nilai aktivitas untuk kelas yang menggunakan penilaian otentik dengan aktivitas untuk kelas yang menggunkan penilaian konvensional. Kemudian untuk nilai hasil belajar antara kelas yang menggunakan penilaian otentik dibandingkan dengan nilai hasil belajar kelas yang menggunakan penilaian konvensional.

Dari hasil perbandingan tersebut dilihat kelas mana yang aktivitasnya lebih tinggi dan kelas mana yang hasil belajarnya lebih tinggi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogorov smirnov beserta grafiknya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sampel

berdistribusi normal. Berdasarkan besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2-tiled), nilai yang digunakan adalah 0,05 dengan kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal (2) jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.

2. Pengujian Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

(42)

Untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas) dilakukan Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

1) Hipotesis Pertama

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara kelas yang menggunakan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional. H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara kelas yang

menggunakan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional.

2) Hipotesis Kedua

Ho : Hasil belajar siswa yang menggunakan model Penilaian Otentik tidak lebih tinggi atau sama dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model Penilaian Konvensional.

H1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model Penilaian Otentik lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model Penilaian Konvensional.

(43)

Independent Sample T Test dihitung dengan rumus:

Dimana t merupakan t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan acuan kriteria pengujian yaitu H0 diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel, dan H0 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai aktivitas pada kelas yang menggunakan penilaian otentik lebih tinggi dari pada nilai aktivitas pada kelas yang menggunakan penilaian

konvensional.

2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan penilaian otentik dengan kelas yang menggunakan penilaian konvensional tidak berbeda secara signifikan.

B.Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Memes, Wayan. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Grafindo. Jakarta. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sunartombs. 2009. Pengertian Penilaian Otentik. Diunduh pada tanggal 10 Mei 2010 dari http://sunartombs.wordpress.com/2009/07/14/pengertian- penilaian-otentik.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Contoh lembar pengamatan aktivitas siswa terhadap kegiatan  pembelajaran.
Tabel 2. Contoh Instrumen Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assesment)
Tabel 4. Contoh lembar penilaian produk (product assessment)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran matematika sering terjadi masalah dalam hal rendahnya prestasi belajar siswa yang diawali dengan anggapan bahwa matematika itu sulit. Salah satu faktor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbandingan Hasil Belajar siswa kelas X TKJ 1 dan X TKJ 2 antara yang menggunakan pendekatan konstruktivisme

Sedangkan dalam pemilihan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II peneliti menggunakan cara purposive sampel, dilihat dari beberapa kriteria yang peneliti dapatkan dari

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Swasta Gajah Mada Medan yang terdiri dari 2 sampel total, yaitu kelas sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan

Terdapat 56 siswa yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V yang terdiri dari 28 siswa di kelas VA (Kelas kontrol) dan 28 siswa

(eksperimen semu). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 40 siswa. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik sampel total atau

Terdapat 56 siswa yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V yang terdiri dari 28 siswa di kelas VA (Kelas kontrol) dan 28 siswa

H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistri-.