• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK SISWA KELAS IV SDN GUGUS PLANGKAWATI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK SISWA KELAS IV SDN GUGUS PLANGKAWATI SEMARANG"

Copied!
326
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEEFEKTIFAN MODEL

PICTURE AND

PICTURE

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK

SISWA KELAS IV SDN GUGUS PLANGKAWATI

SEMARANG

SKRIPSI

Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fifin Eka Yuliana

1401412126

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fifin Eka Yuliana

NIM : 1401412126

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

judul skripsi : Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang.

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Fifin Eka Yuliana NIM 1401412126 berjudul

“Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Selasa

tanggal : 2 Agustus 2016

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Fifin Eka Yuliana NIM 1401412126 berjudul

“Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 15 Agustus 2016

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya meereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah” (Thomas

Alva Edison)

“Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan

kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula” (Peneliti)

PERSEMBAHAN

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah,dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan Model Picture and Picture terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk studi dan menyelesaikan skripsi;

2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian;

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memotivasi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini;

4. Sutji Wardhayani, S.Pd.,M.Kes. Pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengalaman hidup yang bermakna;

5. Drs. Jaino, M.Pd. Pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan motivasi;

6. Dra. Sri Hartati, M.Pd. Penguji Utama yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan yang bermanfaat selama ujian sampai skripsi ini dapat terselesaikan;

7. Dra. Mudrikah, M.Si. Kepala SD Negeri Gedawang 01 yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian;

8. Sri Rochani, S.Pd, M.Si. Kepala SD Negeri Gedawang 02 dan Guru Kelas IV SD Negeri Gedawang 02 yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan telah membantu pelaksanaan penelitian ini;

(7)

vii

10. Siswa Kelas IV SD Negeri Gedawang 01 dan SD Negeri Gedawang 02 yang bersedia bekerjasama dengan peneliti;

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga bantuan dan bimbingan yang diberikan menjadi amal kebaikan dan skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Semarang, 2016

(8)

viii

ABSTRAK

Yuliana, Fifin Eka. 2016. Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I Sutji Wardhayani, S.Pd.,M.Kes.,II Drs.Jaino, Mpd.

Data awal menunjukkan hasil belajar IPA kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang belum maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah pembelajaran di kelas sudah menggunakan pembelajaran kooperatif, tetapi belum terlihat jelas nama model pembelajarannya, bahan ajar yang digunakan LKS dan menggunakan buku paket, guru pada pembelajaran menggunakan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Selain itu, kesempatan siswa untuk berdiskusi belum dilakukan secara maksimal. Sehingga siswa cenderung individualis dan belum bisa berfikir secara kritis dalam menyelesaikan permasalahan. Model pembelajaran Picture and Picture dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga siswa dapat berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan, selain itu juga model ini sangat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa sekolah dasar, karena model ini membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan membuat siswa lebih mengetahui aplikasi materi yang akan disampaikan melalui gambar.

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model pembelajaran jigsaw lebih efektif terhadap hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam siswa kelas IV SDN Gugus Dewi Sartika Pati. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam siswa kelas IV SDN Gugus Dewi Sartika Pati.

Bentuk penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan desain Non equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling dan terpilih SDN Gedawang 01 sebagai kelompok eksperimen dan SDN Gedawang 02 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, catatan lapangan, dokumentasi dan wawancara tidak terstruktur. Data hasil belajar dianalisis dengan uji-t dan n-gain.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar daripada kelass kontrol. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen 80,02 , sedangkan kelas kontrol 73,88. Hasil uji t menunjukkan thitung sebesar 9,38318, sedangkan ttabel sebesar 2,02. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok tersebut.

Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Picture and Picture efektifterhadap hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan Fisik siswa kelas IV SDN GugusPlangkawati Semarang.

(9)

ix

DAFTARISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Definisi Operasional ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 13

2.1.1 Hakikat Belajar ... 13

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ... 18

2.1.3 Hasil Belajar ... 20

2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA ... 22

2.1.5 Hakikat Pembelajaran IPA di SD ... 24

2.1.6 Model Pembelajaran ... 27

(10)

x

2.1.8 Model Pembelajaran Picture and Picture ... 30

2.1.9 Belajar Kelompok ... 31

2.1.10 Teori Belajar Yang Mendukung ... 34

2.2 Kajian Empiris ... 39

2.3 Kerangka Berpikir ... 43

2.4 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Eksperimen ... 45

3.2 Prosedur Penelitian ... 47

3.3 Subjek Penelitian, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 49

3.3.1 Subjek Penelitian ... 49

3.3.2 Lokasi Penelitian ... 49

3.3.3 Waktu Penelitian ... 49

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.4.1 Populasi Penelitian ... 49

3.4.2 Sampel Penelitian ... 50

3.5 Variabel Penelitian ... 51

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.6.1 Dokumentasi ... 52

3.6.2 Wawancara tidak terstruktur ... 53

3.6.3 Catatan Lapangan ... 53

3.6.4 Tes ... 54

3.7 Uji Coba Instrumen,Validitas, dan Reliabilitas ... 54

3.7.1 Uji Coba Instrumen ... 54

3.7.2 Validitas ... 55

3.7.3 Reliabilitas ... 56

3.7.4 Daya Pembeda ... 57

3.7.5 Taraf Kesukaran Soal... 58

3.8 Analisis Data ... 60

3.8.1 Analisis Data Awal ... 60

(11)

xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Analisis Instrumen Penelitian ... 65

4.1.2 Analisis Data Awal ... 69

4.1.3 Analisis Data Akhir ... 71

4.2 Pembahasan ... 79

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 79

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 84

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang ... 50

Tabel 3.2 Kriteria Skor Gain ... 64

Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Soal ... 66

Tabel 4.2 Hasil Analisis Daya Beda Soal... 68

Tabel 4.3 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ... 69

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Populasi ... 70

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Populasi ... 71

Tabel 4.6 Nilai Pretest Kelompok dan Kelompok Kontrol... 72

Tabel 4.7 Hasil Analisis Data Pretest ... 74

Tabel 4.8 Nilai Posttest Kelompok dan Kelompok Kontrol ... 74

Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Posttest ... 76

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Desain Eksperimen ... 46

Gambar 4.1 Diagram Validitas Soal... 67

Gambar 4.2 Diagram Hasil Analisis Daya Beda Soal ... 68

Gambar 4.3 Diagram Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ... 69

Gambar 4.4 Diagram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 72

Gambar 4.5 Diagram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 75

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 94

Lampiran 2 Soal Uji Coba ... 97

Lampiran 3 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Taraf Kesukaran ... 105

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 110

Lampiran 5 Soal Pretest dan Posttest ... 113

Lampiran 6 Uji Normalitas dan Homogenitas Populasi ... 120

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 1 ... 128

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 2 ... 143

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pem\belajaran Eksperimen 3... 161

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 4 ... 178

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 1 ... 195

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 2 ... 208

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 3 ... 225

Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 4 ... 240

Lampiran 15 Catatan Lapangan ... 255

Lampiran 16 Daftar Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 270

Lampiran 17 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 271

Lampiran 18 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol ... 272

Lampiran 19 Uji Kesamaan Dua Varians DataPretest ... 273

Lampiran 20 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata DataPretest ... 274

Lampiran 21 Daftar Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 275

Lampiran 22 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 276

Lampiran 23 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol ... 277

Lampiran 24 Uji Kesamaan Dua Varians Data Posttest ... 278

Lampiran 25 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Posttest ... 279

Lampiran 26 Hasil Uji Gain ... 280

Lampiran 27 Hasil Pengamatan Ranah Afektif dan Psikomotor ... 281

(16)

xvi

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, pengajaran yang layak tanpa terkecuali. Guru sebagai fasilitator harus memahami kebijakan pendidikan, menguasai berbagai ketrampilan, keahlian agar dapat bekerja secara optimal dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 dijelaskan mengenai tujuan pendidikan, yaitu berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan dari

(18)

Demi tercapainya tujuan dari pendidikan itu, maka diperlukan suatu peraturan yang mengatur tentang standar bagi pendidikan itu sendiri. Hal tersebut seperti tertulis pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang sudah menetapkan kurikulum pada jenjang dasar (sekolah dasar). Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari beberapa kelompok mata pelajaran. Salah satunya yakni kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).

IPA adalah rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014: 22 ). IPA merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

(19)

memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan mapersalah dan membuat keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(20)

Pada tahun 2012 hasil studi PISA, diketahui bahwa kemampuan sains siswa Indonesia masih rendah. PISA atau Programme for International Student Assessment sendiri merupakan sebuah program penilaian internasional yang

dikembangkan dan diikuti oleh negara-negara yang berpartisipasi didalamnya, dan diselenggarakan terhadap anak-anak usia 15 tahun. Hasil studi ini dapat dijadikan rujukan mengenai rendahnya kemampuan sains anak-anak Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Dalam laporan hasil PISA 2012 (OECD, 2013) dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382. Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA.

(21)

Berdasarkan observasi di kelas IV SDN Gugus Plangkawati ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA. Diantaranya adalah pembelajaran di kelas sudah menggunakan pembelajaran kooperatif, tetapi belum terlihat jelas nama model pembelajarannya, bahan ajar yang digunakan guru LKS dan menggunakan buku paket, guru pada proses pembelajaran menggunakan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Selain itu, kesempatan siswa untuk berdiskusi belum dilakukan secara maksimal. Sehingga, siswa cenderung individualis dan belum bisa berfikir secara kritis dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Sehingga suasana pembelajaran menjadi kurang menyenangkan. Pembelajaran yang kurang menyenangkan tentunya tidak dapat membantu siswa agar aktif bertanya dan berani mengeluarkan pendapat. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pendidikan yang dimaksud dalam UU No. 20 tahun 2003 dimana disebutkan bahwa melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan potensinya. Demi terwujudnya pendidikan yang dapat membantu siswa untuk dapat aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapat, guru harus bisa mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensinya, dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkreasi. Dari hasil observasi tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar siswa belum mencapai KKM yang sudah ditentukan. Sehingga guru perlu menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.

(22)

rata-rata hasil belajar dari 43 siswa ada 20 siswa (46,51%) yang tidak tuntas, SD Gedawang 02 Semarang dari 41 siswa ada 8 siswa (19,51%) yang tidak tuntas, dari SD Banyumanik 01 Semarang dari 41 siswa ada 9 siswa (23,68%) tidak tuntas, dari SD Pudakpayung 01 dari 40 siswa ada 4 siswa (10%) yang tidak tuntas, dari SD Pudakpayung 02 dari 46 siswa ada 6 siswa (13,04%) yang tidak tuntas, dan dari SD Pudakpayung 03 dari 44 siswa ada 12 siswa (27,27%) yang tidak tuntas. Dari data yang diperoleh maka perlu dilaksanakan penelitian eksperimen untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang inovatif guna meningkatkan hasil belajar IPA.

Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, maka pembelajaran cooperative learning dalam hal ini picture and picture adalah salah satu model pembelajaran yang dirasa dapat mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan aktivitas siswa. Menurut Silberman (2011: 30), dengan belajar secara berkelompok siswa SD memperoleh rasa aman. Dia

berpendapat “perasaan saling memiliki memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan. Ketika siswa belajar bersama teman, mereka mendapat dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang

pengetahuan mereka.” Silberman (2011: 30) juga berpendapat bahwa

(23)

Model picture and picture adalah model yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penerapan model picture and picture dalam pembelajaran membuat pengetahuan siswa lebih berkesan namun tetap memiliki kelemahan diantaranya adalah memakan banyak waktu dan adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain, (Miftahul Huda, 2014: 239).

Menurut Aris Shoimin (2014: 125) model picture and picture memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1) Memudahkan siswa untuk mkelekeemahami apa yang dimaksudkan oleh guru ketika menyampaikan materi pembelajaran.

2) Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi dengan gambar-gambar.

3) Siswa dapat membaca satu per satu sesuai dengan petunjuk yang ada pada gambar-gambar yang diberikan.

4) Siswa lebih berkonsentrasi dan merasa asik karena tugas yang diberikan oleh guru berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari, yakni bermain gambar. 5) Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada pada

gambar.

(24)

Dari kelebihan model yang dipaparkan di atas, model pembelajaran picture and picture dirasa sangat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa

sekolah dasar. Karena model ini membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan membuat siswa lebih mengetahui aplikasi dari materi yang akan disampaikan melalui gambar. Selain itu juga pembelajaran ini akan lebih bermakna bagi siswa karena siswa terlibat dalam proses penemuan bagi pengetahuan mereka. Sehingga diharapkan dapat lebih efektif dalam pembelajaran IPA di SD.

Penelitian yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah penelitian yang dilakukan oleh I Kd. Putra Jaya, dkk (2014) yang berjudul “Model Pembelajaran Picture and Picture Berpengaruh Berbantuan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Gugus Budi Utomo”. Hasil

penelitiannya adalah didapatkan nilai rata - rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol (79,29>74,06) dan hasil analisis uji-t diketahui = 2,02 > (α = 0.05, 61) = 2.00. Dengan demikian disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.

Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian Ni Md Kurniati, dkk

(25)

> , sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan metode Picture and Picture dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Endah Purwaningsih pada tahun 2012,

yang berjudul “Improving Students Writing Skill Through Picture and Picture at

The Eight Grad Students of SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo in Academic Year

2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian ini, pelaksanaan picture and picture

dapat meningkatkan siswa kompetensi dalam menulis teks deskriptif pada siswa kelas SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo, terlihat dari peningkatan rata-rata siswa skor dari 58 meningkat menjadi 76,25. Akhirnya, peneliti memberikan saran bahwa guru bahasa inggris dapat menggunakan gambar dalam pembelajaran yang dapat mengundang siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin meneliti keefektifan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran IPA yang diyakini dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang. Antara lain dapat meningkatkan keefektifan siswa, membangun daya ingat siswa, mendorong guru lebih inovatif dalam kegiatan belajar mengajar, siswa menjadi aktif dan termotivasi, serta siswa lebih kritis dan teliti dalam mengamati persoalan belajar.

(26)

terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa

Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”

1.2

RUMUSAN MASALAH

Apakah penerapan model picture and picture lebih efektif terhadap hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang?

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui keefektifan model picture and picture terhadap hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

(27)

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Siswa

Siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bermakna melalui penerapan model picture and picture sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPA dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

1.4.2.2 Bagi Guru

Pembelajaran melalui model picture and picture diharapkan dapat membantu guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran dan memungkinkan guru secara aktif membimbing diskusi kelompok kecil dan per orangan, serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya.

1.4.2.3 Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, meningkatkan mutu lulusan sekolah, serta dapat mendorong sekolah untuk melakukan pembelajaran yang inovatif.

1.4.2.4 Bagi Peneliti

(28)

1.5

Definisi Operasional

1) Pengertian keefektifan menurut Hamdani (2010:194) merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan individu dalam mencapai sasaran atau tingkat pencapaian tujuan-tujuan.

2) Model Pembelajaran Picture and Picture merupakan model belajar aktif dengan media gambar. Penggunaan gambar sebagai media penyampaian materi dapat menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar siswa. 3) Hasil belajar siswa adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang

yang telah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Oemar Hamalik, 2015: 30).

(29)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar

Seriap manusia akan mengalami proses untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu. Melalui kegiatan belajar, individu memperoleh informasi dan pengetahuan baru. Ada beberapa pandangan tentang definisi belajar. Menurut Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, tetapi aktivitas belajar umumnya disertai dengan perubahan tingkah laku. Menurut Siregar, dkk (2014: 3) belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.

(30)

Pendapat lain dari Hamalik (2011: 27), menyebutkan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is difined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut

pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil pelatihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.

Dari beberapa definisi mengenai pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dalam belajar, belajar memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya. Prinsip belajar merupakan ketentuan yang dijadikan pegangan pelaksanaan kegiatan belajar. Menurut Suprijono (2014: 4), menyebutkan bahwa ada 3 prinsip belajar. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. 2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

(31)

4. Positif atau berakumulasi.

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any

relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs

an result of experience.

7. Bertujuan dan berarah.

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Slameto (2010: 27-28), prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

Dalam belajar setiap siswa harus berpartisipasi aktif, menimbulkan motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan instruksional, dan perlu ada interaksi siswa dengan lingkungan.

2) Sesuai hakekat belajar

Belajar adalah proses kontinu, maka harus tahap demi tahap sesuai perkembangannya.

(32)

Belajar bersifat keseluruhan dengan penyajian sederhana, sehingga siswa mudah mengerti.

4) Syarat keberhasilan belajar

Belajar memerlukan sarana yang cukup agar siswa belajar dengan tenang. Perlu ulangan berkali-kali agar materi mendalam pada siswa.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan atau tindakan seseorang untuk melakukan perubahan pada diri sendiri. Perubahan yang terjadi ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dari diri seseorang yang dihasilkan dari pengalaman yang dialami. Perubahan yang diharapkan merupakan berubahan yang bersifat positif yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang buruk menjadi lebih baik.

Dalam belajar kita tidak akan terlepas dari tujuan belajar. Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Menurut Sardiman (2011: 26) menyebutkan bahwa tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu:

(1) Untuk mendapatkan pengetahuan.

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

(2) Penanaman konsep dan ketrampilan.

(33)

Ketrampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/ penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar

(3) Penanaman sikap.

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Selain memiliki tujuan, juga terdapat banyak faktor yang mempengaruhi belajar, menurut Hamalik (2014: 32), menyatakan bahwa belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor tersebut adalah sebagi berikut:

(1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan.

(2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.

(3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapat kepuasannya.

(34)

(5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

(6) Pengalaman masa lampau dan pengertian yang telah dimiliki oleh siswa. (7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan

kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

(8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat.

(9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar

(10) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

(35)

karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat.

Pembelajaran bukan hanya proses menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik, melainkan proses memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Menurut Komalasari (2011: 3), berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/ pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakanm dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, yaitu:

1. Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem

Pembelajarn terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi. Komponen tersebut antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan).

2. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses

Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses belajar meliputi:

(36)

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak. 3. dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran

yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.

Menindak lanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan, dapat pula berupa pemberian layanan pengajaran tambahan (remidial teaching) bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Selain itu, pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang tela ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2014:19).

Dari uraian tentang pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa ada 3 rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, yaitu meliputi persiapan, pelakssanaan pembelajaran dengan mengaju pada persiapan pembelajaran, dan pengaruh pendekatan dan metode-metode pembelajaran yang digunakan.

2.1.3 Hasil Belajar

(37)

yang dicapai oleh siswa dalam belajar. Menurut Oemar Hamalik (2015: 30) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang yang telah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu sendiri. Menurut Susanto (2014: 5), menyebutkan secara sederhana bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajarn atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Pendapat lain diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2009: 250-251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

(38)

berhubungan dengan sifat, nilai, minat, dan apresiasi. Sedangkan aspek psikomotor berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kawasan psikomotor mencakup, tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang didapat oleh individu dan merupakan hasil dari kegiatan belajar. Perubahan perilaku ini berupa kemampuan baru yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar dan mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini difokuskan pada salah satu ranah dalam teori hasil belajar yaitu pada ranah kognitif. Sehingga, peneliti akan mengolah data dari tes yang diberikan kepada siswa yang akan menentukan tingkat kelulusan belajar siswa.

2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA

Dalam kurikulum KTSP, IPA adalah salah satu mata pelajaran yang wajib di sekolah. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab-akibatnya. Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, IPA sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam, sudah seyogyanya harus dikuasai oleh siswa.

(39)

1) Proses artinya, proses pemecahan masalah pada IPA menungkinkan adanya prosedur yang sistemastis melalui metode ilmiah.

2) Produk artinya, IPA menghasilkan sebuah fakta, prinsip, teori dan hukum. Produk IPA tersebut membantu siswa untuk memahami tentang alam dan menerapkannya dalam kehidupan.

3) Sikap artinya, IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang fenomena alam serta hubungan sebab akibat. Oleh karena itu IPA sebagai sikap menuntut siswa agar mampu menanggapi fenomena alam secara bijaksana.

Asih Widi Wisudawati (2014: 24) menambahkan satu unsur untuk IPA yaitu aplikasi. Aplikasi artinya, metode ilmiah dan konsep IPA diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai kreativitas, sehingga pemahaman IPA di SD sebagai bekal dasar pengenalan konsep IPA.

Merujuk pada pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: pertama, proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; kedua, produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; ketiga, sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended; keempat, aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007: 100).

(40)

pembelajaran adalah dapat memberikan pengetahuan (kognitif). Selain memberikan pengetahuan (kognitif), pembelajaran IPA juga diharapkan dapat memberikan ketrampilan (psikomotorik), dan kemampuan sikap (afektif).

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan fakta yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam yang tersusun secara sistematis dan lebih menekankan pada pendekatan ketrampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan sendiri fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip ilmiah yang berpengaruh positif dan dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

2.1.5 Hakikat Pembelajaran IPA di SD

IPA sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD atau MI diharapkan ada penekanan pembelajaran yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah.

(41)

bagi siswa, (d) IPA merupakan mata pelajaran yang memiliki potensi yang dapat membentuk kepribadian siswa secara keseluruhan.

Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan kemampuannya, sehingga memiliki rasa ingin tahu untuk menggali pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikan dalam kehidupan mereka. Hal ini tentu saja harus ditunjang dengan perkembangan dan meningkatkannya rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi dan mencari berbagai bentuk aplikasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bila perkembangan IPA diarahkan dengan tujuan yang demikian, diharapkan pembelajaran IPA disekolah dasar dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa untuk bekal dimasa depan.

Berhubungan dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Dale dalam Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) mengatakan hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan

mempertimbangkan situasi belajar”. Pengalaman langsung akan memberikan

(42)

Berikut merupakan kerucut pengalaman Edgar Dale mulai dari pengalaman langsung (konkret) sampai lambang kata (abstrak):

Gambar 2.1

Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu.

Dengan demikian, pembelajaran IPA penting diterapkan di sekolah dasar agar siswa dapat mempelajari gejala-gejala alam disekitarnya secara dini sehingga siswa dapat menggali informasi untuk mendapatkan suatu persepsi baru tentang lingkungan disekitarnya. Pembelajaran IPA harus memperbanyak menggunakan pengalaman langsung agar daya ingat siswa terhadap hal yang baru dipelajari dapat bertahan lebih lama dalam memori otak.

Lambang Kata

[image:42.595.154.426.162.373.2]

Lambang Visual Gambar Diam, Rekaman Radio

Gambar Hidup Pameran

Televisi Karyawisata

Dramatisasi

Benda Tiruan/Pengamatan

(43)

2.1.6 Model Pembelajaran

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian model pembelajaran, diantaranya Agus Suprijono (2012: 45) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan harus mempertimbangkan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta tingkat kemampuan peserta didik (Trianto, 2014:24).

(44)

sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Model pembelajaran juga dapat dipahami sebagai blueorint guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang kurikulum maupun guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.

Dari beberapa pemikiran tentang model pembelajaran seperti yang dikemukakan di atas, dapat kita ambil kesimpulan tentang model pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar. Selain itu, model pembelajaran juga bertujuan untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanankan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanankan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif

(45)

yang pengajarannya menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 54) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termsuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pendapat lain bahwa pembelajaran kooperatif diyakini sebagai praktik pedagogis untuk meningkatkan proses pembelajaran, gaya berpikir tingkat tinggi, perilaku sosial, sekaligus kepedulian terhadap siswa-siswa yang memiliki latar belakang kemampuan, penyesuaian, dan kebutuhan yang berbeda-beda Miftahul Huda (2015: 27).

Menurut Rusman (2014: 207) pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran secara tim

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif 3) Kemauan untuk bekerja sama

4) Keterampilan bekerja sama

(46)

2.1.8 Model Pembelajaran Picture and Picture

Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Menurut Shoimin (2014: 122), menyatakan model picture and picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, sebelumnya guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu atau carta ukuran besar.

(47)

Langkah-langkah pembelajaran model picture and picture menurut Suprijono (2012: 125) yaitu:

(1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai (2) Menyajikan materi sebagai pengantar

(3) Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

(4) Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian

(5) Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut

(6) Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

(7) Kesimpulan/ rangkuman

Berdasarkan uraian di atas, menurut saya model pembelajaran picture and picture memiliki keistimewaan diantaranya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang materi dalam bentuk gambar. Penyajian materi dalam bentuk gambar dapat menarik perhatian siswa dan meningkatkan keaktifan siswa, sehingga menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan.

Indikator model pembelajaran picture and picture adalah terciptanya suasana belajar menyenangkan yang memungkinkan siswa untuk aktif bertanya dan berani mengeluarkan pendapat sehingga hubungan antara guru dan siswa berjalan secara seimbang.

2.1.9 Belajar Kelompok

(48)

mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis agar tidak terkesan monoton. Dalam setiap model pembelajaran apapun yang digunakan dalam pembelajaran, ceramah tidak akan terlepas dari model yang digunakan, termasuk juga dalam belajar kelompok.

Belajar kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang dihadapinya (Abu Ahmadi, 2004: 111). Sedangkan menurut Nana S. Sukmadinata (dalam M. Jumarin, 2000 : 50) mengemukakan pengertian bimbingan kelompok

yaitu “usaha penyuluh pendidikan atau guru untuk membantu anak atau siswa yang berlangsung dalam situasi kelompok.

Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar kelompok mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan kedewasaan dan meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai materi apapun yang mereka kehendaki secara belajar bersama-sama. Dengan melalukan kerja kelompok siswa memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengeksplor bakat yang mereka miliki,serta memilih teman yang mereka anggap baik dan tepat untuk belajar bersama-sama, sehingga mereka dapat dengan mudah menguasai semua pengetahuan yang mereka harapkan.

Samsudin (dalam Jumarin, 2000 : 63) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok belajar mempunyai tujuan:

(49)

3) Dapat belajar bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan khususnya dalam belajar dari anggota kelompok yang lain.

4) Membiasakan menghargai pendapat dan usulan orang lain.

5) Berlatih belajar mengeluarkan ;pendapat dan usul kepada orang lain. 6) Dapat memupuk gotong royong bagi anggota kelompoknya.

Manfaat bimbingan belajar kelompok antara lain:

1) Belajar dalam kelompok belajar dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan dan dinamis karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Agar efektif dan tidak berubah menjadi bermain diperlukan pembimbing

2) Tersedianya kondisi belajar yang nyaman, 3) Mudah saling memberi informasi,

4) Dapat menghemat biaya untuk sarana belajar karena siswa dapat saling berbagi pakai fasilitas atau sarana belajar,

5) Terperhatikannya karakteristik pribadi siswa,

6) Siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar,

7) Siswa dapat berperan aktif dalam mengelola pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui belajar secara kelompok dapat membantu siswa tersebut meningkatkan prestasi belajarnya,

(50)

sosial antara siswa dengan siswa. (Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain 2002:63),

9) Dapat membantu siswa dalam rangka bertukar pikiran mengenai soal-soal yang akan dibahas tersebut, kebiasaan tukar pikiran antara siswa yang satu dengan siswa yang lain akan memacu cara belajar untuk lebih mengetahui banyak tentang objek atau bahan yang sedang dipelajari.

2.1.10 Teori Belajar yang Mendukung

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk meperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Menurut Siregar dan Nara (2011: 25-42) teori belajar dibagi menjadi 4 yaitu: 2.1.10.1 Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikogi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya (Thobroni, 2011: 64).

(51)

perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Perilaku yang tampak misalnya: menulis, memukul, menendang. Sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya: berfikir, menalar, dan berkhayal. Perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar bersifat permanen.

Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori ini menggunakan model hubungan stimulus respon dan menempatkan peserta didik sebagai individu yang pasif.

2.1.10.2 Teori Belajar Kognitivisme

Teori ini lebih menekankan proses belajar dari pada hasil belajar. Bagi penganut aliran Kognitivisme belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir bersambung-sambung menyeluruh.Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha utuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktikan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

(52)

a) Tahap Sensorimotori (0 – 2 Tahun) Pada tahap ini pengetahuan masih terbatas pada persepsi yang diperoleh dari penginderaan dan kegiatan motorik. Perilaku yang dimiliki masih terbatas pada respons, motorik sederhana yang disebabkan oleh rangsangan penginderaan.

b) Tahap Praoperasional (2 – 7 Tahun) Pada tahap ini pemikiran lebih bersifat simbolis, egosentries dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pada tahap simbolis (2 – 4 tahun) anak sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang yang ditunjukan dengan sikap bermain sehingga muncul egoisme dan animisme.

c) Tahap Operasional Konkret (7 – 11 Tahun) Pada tahap ini siswa mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada situasi konkret dan kemampuan untuk menggolonggolongkan sudah ada. Operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata, dapat dilihat, diraba atau dirasa dari suatu benda atau kejadian.

d) Tahap Operasional Formal (11 – 15 Tahun) Pada tahap ini siswa sudah bisa berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan problem verbal. Siswa juga mampu berpikir spekulatif tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain.

(53)

dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif, pembelajaran dapat lebih efektif dan bermakna sehingga akan lebih memudahkan dalam pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture terdapat beberapa harapan diantaranya kemampuan untuk menggolonggolongkan, operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang nyata, dapat dilihat atau dirasa dari suatu kejadian, mencarian informasi baru, menganalisis berbagai masalah, menarik simpulan dan sebagainya. Hal tersebut sangat didukung oleh teori belajar kognitif

2.1.10.3 Teori Belajar Humanistik

Menurut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia. Dari teori-teori belajar, seperti behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik, teori inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Pada kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lenih tertarik pada gagasan tentang belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa yang diamati dalam dunia keseharian.

Thobroni dan Mustofa (2011: 157) menjelaskan bahwa bagi para penganut teori humanistik, proses belajar harus bermuara pada manusia. Pendapat tersebut

didukung oleh Rifa’i dan Anni, bahwa teori humanistik menganggap bahwa

(54)

utama teori ini adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara-cara belajar (learning how to lear) dan meningkatkan kreativitas dan semua potensi siswa.

2.1.10.4 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memacahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2014: 29).

Konstruktivisme menekankan pada belajar sebagai proses operatif dan autentik. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Sedangkan belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan hanya sekadar mempelajari teks-teks, terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata (Agus Suprijono, 2012: 39).

(55)

digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan pengalaman siswa dalam menerima pengetahuan, karena pada pembelajaran siswa dituntut untuk memikirkan, menanggapi, dan memecahkan permasalahan yang diberikan guru secara mandiri dengan mengontruksi berbagai pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Beberapa hasil penelitian yang mendukung pada penelitian ini diantaranya adalah:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ulil Aidi (2014), yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Sikap

(56)

lebih banyak bersosial dan berani mngungkapkan pendapatnya pada saat diskusi maupun saat pembelajaran..

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Bambang Riyono volume 2 tahun

2015, yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Picture and Picture dengan

Strategi Inkuiri terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”. Hasil penelitian

menunjukan bahwa hasil belajar afektif menunjukkan peningkatan 4 sikap yang berada pada kriteria baik dan sangat baik. Hasil belajar psikomotorik menunjukkan 3 aspek yang dinilai pada kriteria baik dan sangat baik. Hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa 77,8% siswa tuntas KKM. Dalam hal ini, nilai LDS lebih dominan menentukan nilai akhir dibandingkan nilai posttest. Hasil analisis tanggapan model picture and picture dengan strategi inkuiri terbukti efektif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi protista.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi, dkk (2013) yang

berjudul “pengaruh Model Picture and Picture terhadap Hasil Belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial Kelas III SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui

(57)

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh I Komang Gunadi (2013), yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan teknik

Tutor Sebaya Berbantuan Picture and Picture terhadap Hasil Belajar TIK Siswa

Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sukasada tahun Ajaran 2011/2012”.

Dari pengujian hipotesis dengan taraf signifikan 5% dan dk 79 diperoleh sebesar 5,493 dengan sebesar 1,990, karena , maka Ho ditolak, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar antara siswa yang belajar dengan menggunakan penerapan model pembelajaran dengan teknik tutor sebaya berbantuan picture and picture dengan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2011/2012.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Subbarono Pri Hartoyo, dkk

volume 3 tahun 2013, yang berjudul “Implementasi Metode Picture and Picture

untuk Meningkatkan Ketrampilan Menulis Cerita Bagi Siswa Kelas VI SLB

Negeri Klungkung”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi metode picture and picture dapat meningkatkan ketrampilan dalam menulis cerita pada pelajaran Bahasa Indonesia, dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai t-score : -8,613 < = -2,060 peningkatan dari hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas kontrol.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Maryam Lalilehvand volume 8

nomor 3 tahun 2012, yang berjudul “The Effects of Text Length and Picture on

(58)

menunjukkan panjang teks bacaan tidak mempengaruhi pemahaman bacaan pembaca, nemun menunjukkan bahwa gambar memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan belajar peserta didik.

Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Varibia Zulkarnaen, dkk volume

2 nomor 3 tahun 2013, yang berjudul “The Effect of Using Composite Pictures On

reading Comprehension Achievement of The Seventh Grade Students at SMP N 2

Tenggarang Bondowoso”. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata (M) dari kelompok eksperimen adalah 75,91 dan kelompok kontrol adalah 59,52 dan nilai t-test adalah 3,016 dan t-tabel 5% dan derajat kebebasan 70 adalah 2,00. Hasil nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan juga nilai t-test adalah lebih tinggi dari t-tabel. Ini berarti bahwa penggunaan gambar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi pemahaman membaca ketujuh siswa kelas di SMPN 2 Tenggarang Bandowoso.

(59)

2.3

KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah model pembelajaran picture and picture, sedangkan variabel terikat penelitian adalah hasil belajar IPA.

Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol dengan perlakuan yang berbeda. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kedua kelompok diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal siswa. Setelah itu kelompok eksperimen diberikan perlakuan (X) dengan model pembelajaran picture and picture dan kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan. Kemudian kedua kelompok diberikan posttest yang hasilnya dibandingkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan pada bagan di bawah ini:

Bagan 2.1

Keefektifan Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap Hasil Belajar IPA Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap

Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati

Semarang Kelas Eksperimen

Pretest

Model Pembelajaran Picture and Picture

Posttest

Kelas Kontrol

Pretest

Belajar Kelompok

Posttest

(60)

2.4

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penlitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melaui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. (Sugiyono, 2012: 96). Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(1) Hipotesis Nol (Ho)

Model picture and picture tidak lebih efektif terhadap hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan Fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang.

Ho: μ1 = μ2 (tidak beda).

(2) Hipotesis Akhir (Ha)

Model picture and picture lebih efektif terhadap hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan Fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang

(61)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

JENIS DAN DESAIN EKSPERIMEN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu (Sugiyono, 2012: 11). Metode eksperimen selalu dilakukan dengan maskud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Metode ini merupakan bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri yaitu adanya kelompok kontrolnya. Dengan menggunakan metode penelitian eksperimen, peneliti sengaja membangkitkan timbulnya suatu keadaan, kemudian diteliti akibatnya, dengan kata lain penelitian eksperimen dilakukan untuk mencari hubungan sebab akibat, antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi faktor-faktor lain yang mengganggu.

Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu Pre-Eksperimen Design, True Eksperimental Design, Faktorial Design, dan Quasi Eksperimental Design (Sugiyono, 2012: 108). Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental design. Quasi eksperimental biasa disebut dengan eksperimen semu, karena dalam penelitian ini,

(62)

model pembelajaran Picture and Picture sedangkan kelompok kontrol tidak (menggunakan ceramah bervariasi).

Desain penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Grup Design. Pada design ini, terdapat dua kelompok yang masing-masing tidak dipilih

[image:62.595.117.448.371.747.2]

secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jenis ini dipakai dua kelompok yang memiliki karakteristik yang sama. Pada kelompok yang satu dikenakan perlakuan sedangkan kelompok yang lainnya tidak dikenakan. Pada akhir eksperimen dilakukan uji beda 2 kelompok tersebut dengan posttest. Adapun desain eksperimen adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2013: 116)

Gambar 3.1

Desain E

Gambar

Gambar Diam,
Gambar 3.1 Desain Eksperimen
Tabel 3.1
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kasus diatass berkaitan dengan ciri dari komunikasi massa, karena komunikator dalam komunikasi melembaga, kasus tersebut lembaganya adalah komunitas ‗Srikandi Merapi‘ ,

Ada pengaruh yang signifikan pada metode pembelajaran edutainment terhadap hasil belajar.. matematika

Konsep hukum yang hidup ( living law) dari Eugene Ehrlich sebagai dasar pijakan pengkajian ilmu hukum secara ilmiah tidak hanya sebuah kajian yang berperspektif sosiologis

Hasil Penelitian Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam Mendorong Persaingan Usaha Yang Sehat Di Sektor Motor Skuter Matic 1. Kriteria Persaingan Usaha Yang Sehat

Pengumpulan data primer diperoleh dari pengumpulan data yang berupa kuesioner (daftar pertanyaan) yang ditujukan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Industri untuk

Model Perkuliahan Konsep Dasar Kimia Bagi Mahasiswa PGSD Konsentrasi IPA.. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data. kualitatif dan data

Mutasi kepegawaian Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan pada perguruan tinggi swasta ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan peraturan

Maka, dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, dalam pelaksanaannya diharapkan kita dapat melakukan percobaan dengan baik, dimana selain memperkenalkan alat dan fungsinya kita