• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Filsafat Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengantar Filsafat Hukum"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“HUKUM DAN FILSAFAT HUKUM”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Hukum DosenPembimbing

Dr. Djawahir Hejazziey

Disusunoleh:

Kelompok 1

Amelia Sinatriani (1112048000017)

PutriAmalia (1112048000032)

NurEviPratiwi (1112048000067)

Prodi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah

Jakarta

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas nikmat yang telah dilimpahkanNya terutama nikmat Iman dan Islam, karena berkat nikmat dan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca dan menjadi kan bahan bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan terhadap filsafat hukum di mana dalam kehidupan tidak pernah lepas akan adanya suatu pemikiran atau pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan dan dunia.

Penulis,

Ciputat, September 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….. iii

BAB I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang……… 1

B. RumusanMasalah ………... 1

C. MaksuddanTujuan ………. 2

BAB II. PEMBAHASAN A. PengertianHukum ……….. 3

B. PengertianFilsafat ……….. 6

C. PerngertianFilsafatHukum ……….. 11

D. PengertianHukumdanFilsafatHukumdalam Islam ………19

BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ……… 22

DAFTAR PUSTAKA……… 23

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada dasarnya, penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tentang sistem pemerintahan Indonesia dijelaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum(rechtsstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), dalam hal ini terlihat bahwa kata “hukum” dijadikan lawan kata “kekuasaan”. Tetapi apabila kekuasaan adalah serba penekanan, intimidasi, tirani, kekerasan dan pemaksaan maka secara filosofis dapat saja hukum dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang menguntungkan dirinya tetapi merugikan orang lain. Hubungannya dengan hal tersbut di atas, maka sesungguhnya perlu dipahami akan makna dari filsafat hukum. Filsafat hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan tentang “hakikat hukum”, tentang “dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum”, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar itu

Pemikiran tentang Filsafat hukum dewasa ini diperlukan untuk menelusuri seberapa jauh penerapan arti hukum dipraktekkan dalam hidup sehari-hari, juga untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara teori dan praktek hukum. Manusia memanipulasi kenyataan hukum yang baik menjadi tidak bermakna karena ditafsirkan dengan keliru, sengaja dikelirukan, dan disalahtafsirkan untuk mencapai kepentingan tertentu.

Perlunya kita mengetahui filsafat hukum karena relevan untuk membangun kondisi hukum yang sebenarnya, sebab tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis yang mampu memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di dalam kehidupan yang relevan dengan pernyataan-kenyataan hukum yang berlaku, bahkan merubah secara radikal dengan tekanan hasrat manusia melalui paradigma hukum baru guna memenuhi perkembangan hukum pada suatu masa dan tempat tertentu.

(5)

adalah pemikiran dan perenungan filosofis. Untuk dapat berfilsafat dengan baik kita bisa saja mulai berkenalan terlebih dahulu dengan filsafat, sedangkan dalam kurun waktu tertentu kita sudah sering berfilsafat sebelum melakukan perkenalan dengan filsafat. Misalnya ketika kita mempertanyakan makna hidup yang kita jalani secara mendalam, menyeluruh, dan kritis, untuk dapat bertanay dan menjawab jawaban tersebut kita hanay memerlukan waktu sejenak untuk berdialog dengan diri kita, dalam hal inilah kita telah berfilsafat walaupun mungkin kita belum berkenalan dengna filsafat.

Sedangkan dalam hal antara filsafat dengan filsafat hukum mengacu kepada norma-norma hukum yang selalu ditanaykan terhadap kegiatan berfilsafat seperti dalam membuat sebuah perraturan yang akan diberlakukan dalam suatu wilayah pemerintahan saat itulah filsafat hukum muncul untuk mempertanaykan bagaiman keadilan dalam hukum dan hal-hal lainnya yang termasuk dalam kategori ilmu hukum.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hukum?

2. Apa pengertian filsafat dan filsafat hukum?

3. Bagaiman hukum dan filsafat secara Islam?

C. Maksud dan Tujuan

Mempelajari hukum dan filsafat secara mendasar dan korelasi ilmu antara hukum dengan filsafat yang biasa dikenal dengan filsafat hukum. Di mana filsafat hukum merupakan cabang tersendiri dari filsafat umum yang mempengaruhi dunia hukum terutama dalam Ilmu Hukum.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hukum

Pada umumnya yang dimaksud hukum adalah segala peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya. Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.

Hukum sebagai sebuah produk dialektika evolusioner masyarakat niscaya harus terus berkembang dalam lingkup zaman dan waktu, hukum yang dulu dianggap sebagai suatu keniscayaan, lambat laun mulai ditinggalkan dan mulai digantikan dengan perannya oleh hukum yang lebih relevan bagi zaman dan waktu tertentu.

Hukum ada pada setiap masyarakat di mana pun di muka bumi . primitif atau modern suatu masyarakat pasti mempunyai hukum. Oleh karena itu, keberadaan atau eksistensi hukum sifatnya universal. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Perranan hukum dalam masyarakat ada tiga, yaitu: sebagai sarana pengendalian sosial, sebagai saran untuk memperlancar proses interaksi sosial, dan sebagai sarana untuk menciptakan keadaan tertentu.

Berikut ini merupakan pengertian hukum menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:.1

1. Adamson Hoebel mendekripsikan bahwa sebuah norma sosial merupakan hukum apabila sebuah kelalaian akan norma sosial tersebut atau pelanggaran terhadapnya biasanya berhadapan dengan sebuah ancaman dengan di terapkannya tekanan fisik oleh seorang

1Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, Pengantar Ke filsafat Hukum, (Jakarta:

(7)

individu atau oleh sekelompok individu yang memiliki privelese yang diakui yang diakui untuk melakukan hal tersebut.

2. Donal Black mendefinisikan hukum sebagai tatanan dari kontrol sosial meliputi segala tindakan oleh lembaga politik yang berkaitan dengan batasan dari kontrol sosial itu atau segala sesuatu yang mencoba mempertahankannya.

3. Leopold Pospisil norma-norma adalah sebuah hukum apabila norma-norma tersebut membawa serta sebuah ancaman dari sanksi-sanksi yang berkaitan dengannya.

4. Max Weber mendefinikan hukum sebuah tatanan yang secara eksternal dijamin oleh kemungkinan yang nyata bahwa paksaan (baik fisik atau psikis) diadakan untuk semakin menyempurnakan konformitas terhadapnya atau sanksi kekerasan akan diterapkan atasnya apabila menjauhi konformitas oleh seseorang dari orang-orang yang telah terlatih secara khusus untuk tujuan tersebut.

5. Hukum bagi Austin adalah sebuah perintah dari yang berdaulat.

6. Oliver Wendell Holmes, Jr. Mendefinikan hukum sebagai sebuah “ramalan dari apa yang dilakukan oleh pengadilan”.

7. Talcott Persons melihat hukum sebagai kode normatif umum yang melakukab fungsi intergratif.

8. Philip Selznick mendefinisikan hukum sebagai sebuah tatanan aturan yang memuat mekanisme khusus untuk meligitimasi (menyatakan) bahwa aturan-aturan tersebut mempunyai otoritas dan dibentuk untuk melindungi pembuatan aturan dan penerapan aturan dari pencemaran bentuk-bentuk pedoman atau aturan atau kontrol yang lainnya. Ia menunjuk pada sebuah konsep legalitas yang berkaitan dengan bagaimana sebuah kebijakan dan aturan-aturan dibuat serta diterapkan lebih dibandingkan dari muatannya.

Utrecht memberikan batasan hukum sebagai berikut: “hukum iru adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata-tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh msyarakat itu”.2

Selain Utrecht juga beberapa sarjana hukum indonesia lainnya telah berusaha merumuskan tentang apakah hukum itu, yang diantaranya ialah:

a. S.M. Amin, S.H.

Dalam buku beliau yang berjudul: “Bertamasya ke Alam Hukum,” hukum dirumuskan sebagai berikut: “kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma

2Drs. C.S.T. Kansil, S.H., Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai

(8)

dan sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan itu adalah mengadakan ketataterrtibat dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara”.

b. J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H.

Dalam buku yang disusun bersama berjudul “Pelajaran Hukum Indonesia” telah diberikan definisi hukum seperti berikut: “Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan manusia dalama lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadai berakibatkan diambulnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu”.

c. M.H. Tirtaatmidjaja, S.H.

Dalam buku beliau “pokok-pokok hukum perniagaan” ditegaskan, bhawa “hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian – jika melanggar aturan-aturan itu – akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya”.

Secara urut dalam aliran-aliran atau mazhab hukum menunjukan sebuah dialektika yang muncul karena unsur kedinamikaan manusia yang memiliki perbedaan pendapat secara teoritis mengenai konsep atau perfektif hukum, kemudian muncul beragam pemikiran dari sudut pandang yang berbeda. Sekurang-kurangnya ada tiga konsep mengenai hukum, yaitu:

1. Hukum sebagai ide, cita-cita, nilai moral keadilan. Materi studi mengenai hal ini termasuk dalam filsafat hukum.

2. Hukum sebagai norma kaidah, peraturan, undang-undang yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan negara tertentu yang berdaulat. Materi studi ini termasuk dalam pengetahuan hukum positif (studi normatif).

3. Hukum sebagai institusi dosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan bermasyarakat yang berbentuk dari pola-pola tingkah laku yang melembaga.

B. Pengertian Filsafat

(9)

tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

Filsafat juga diartikan dalam definisi berbeda, yaitu ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia, Philo atau philein berarti cinta,

Sophia berarti kebijaksanaan. Gabungan kedua kata diasud berarti cinta kebijaksanaan.

Philosophos adalah pecinta kebijaksanaan. Dalam bahasa Arab disebut Failasuf, kemudian ditransfer ke dalam bahasa Indonesia menjadi Failasuf atau filsuf. 3

Kata “filsafat” sering dipresepsi sebagai sebuah teori umum tentang sesuatu, khususnya tentang bagaimana memperoleh pengertian yang luas tentang sesuatu tersebut. Filsafat sering dipahami sebagai sebuah falsafah atau sebuah pandangan umum dan mendalam tentang hidup yang dijalani manusia. Dalam pemahaman yang sedemikian, filsafat ditangkap sebagai sesuatu yang abstrak. 4

Filsafat lahir di yunani pada abad keenam sebelum masehi (SM). Diperkirakan “Filsafat” dipakai dimulai saat itu oleh Pythagoras. Pada periode filsafat Sokratik (abad kelima SM) kata filsafat digunakan dalam karya plato berjudul Phaidros. Dalam karya itu plato menerangkan bahwa kata “mahkluk bijak” (sophos) terlalu luhur untuk seorang manusia. Kata itu pantas untuk dewa. bagi Plato lebih baik manusia dijuluki sebagai pecinta kebijakan atau Philosophos. Kata itu menjadi penanda adanya kegiatan manusia yang mencari dan mengejar kebijaksanaan, tentu karena cintanya pada kebijaksanaan itu. Karena itu, filsafat mempunyai arti sebagai cinta akan kebijaksanaan (dari philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan/ tertarik kepada dan sophos yang berarti kebijaksanaan atau pengeahuan atau ketermpilan ). Filsafat mengindonesiakan Philosophos. 5

3 Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A., “Filsafat Hukum” (Jakarta : Sinar grafika , 2009), hlm 1 4 Op.Cit.,Antonius hlm 1

(10)

Dari segi semantic, perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’,yang berasal dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ cinta, suka (loving), dan ‘sophia’ pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi’philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepadakebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuanhidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti ‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf.

Menurut sejarah, Socrateslah yang pertama-tama menyebut diri sebagai “Philosophus”

yakni sebagai perotes terhadap kaum terpelajar yang menamakan diri mereka sebagai sophist

(bijaksana). Sebagai protes terhadap kesombongan mereka itu maka socrates lebih menyebut diri sebagai philosophus (pecinta kebijaksanaan). Arti dari pecinta kebijaksanaan yaitu untuk menunjuk kepada orang yang ingin mencari dan mempunyai pengetahuan yang luhur atau bijaksana (sophos).

Bijaksan memiliki dua segi arti, yang pertama memiliki pengertian yang mendalam dan kedua memiliki sikap hidup yang benar. Sementara benar adalah yang baik dan tepat, jadi filsafat itu mencari kebijaksanaan. Dalam cakrawal lain, sophia diartikan lebih luas lagi dari pada kebijaksanaan diantaaranya:

1. Kerajinan

2. Kebeneran pertama

3. Pengetahuan yang luas

4. Kebajikan intelektual

(11)

6. Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal praktis.

Namun dari pada arti tersebut menunjuk untuk mencari keutamaan mental. Filsafat selalu bermula dari keheranan yang dimiliki manusia, keheranan itu senantiasa bersifat intelektual dan kerohanian. Dalam keadaan keheranan ini belum daapt disebut sebagai filsafat. Baru dikatakan filsafat jika sudah ada upaya dalam pencarian jawaban dari setiap pertanyan-pertanyan keheran dan menyelami rahasianya.

Keheranan pada permulaan filsafat berrbentuk rasa ingin tahu yang diikuti dengan pertanyaan. Rasa ingin tahu inilah yang nantinya akan menuntun manusia untuk samapai pada pengetahuan, yang merupakan suatu hasil dari proses tindakan manusia dengan melibatkan seluruh keyakinan yang berupa kesadaran dalam menghadapi objek yang ingin dikenal. Dengna ilmu yang dimiliki manusia sduah banyak masalah aygn berhasil dipecahkan, rahasia alam semesta telah banyak dipecahkan melalui kemajuan ilmu tersebut, aygn pada gilirannya menghasilkan teknologi-teknologi spektakuler.

Sayangnya, sebanyak dan semaju apa pun ilmu yang dimilikik manusia tetap saja ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Bahkan sebagian besar pertanyaan-pertanyan tersebut telah diajukan sejak berabad-abad lalu yang sampai sekarang tetap aktual untuk dibahas. Pertanyaan tentang hakikat hukum, “Apa yang disebut sebagai adil? Mengapa ada tertib

hukm?” merupakan sebagaian contoh pertanyaan-pertanyaan itu. Pertanyaan-pertanyaan yang

belum mapu dujawab oleh ilmu itulah yang menjadi porsi pekerjaan filsafat.

Filsafat itu bisa datang sebelum dan sesudah ilmu, filsafat ada ketika manusia berangkat dari kesadaran yang disebut dengan tahu menuju kepada pengetahuan yang selanjutnya beranjak kepada bentuk ilmu yang kemudia menjadi pengetahuan lanjutan. Filsafat menelusuri segala sesuatu yang lalu, sekarang, dan akan datang. Oleh karena itu filsafat mempunyai orientasi untuk mempelajari alur cipta dari Allah, Tuhan semesta alam. Segala sesuatu tercipta dipelajari oleh manusia secara parsial (bagian demi bagian) dari satu generasi kegenerasi selanjutnya, dari tahu kepada tahu untuk membuka tahu itu secara utuh, akan tahu itu sendiri.

(12)

1. Wacana atau argumentasi menandakan bahwa filsafat memiliki ciri kegiatan berupaya pembicaraan yang mengandalkan pada pemikiran, rasio, tanpa verifikasi uji empiris.

2. Segala hal atau sarwa sekalian alam. Artinya apa yang dibicarakan yang merupakan materi filsafat adalah segala hal menyangkut keseluruhan sehingga disebut perbincangan universal. Tidak ada yang tidak dibicarakan oleh filsafat. Ada atau tidak ada permasalahan, filsafat merupakan bagian dari perbincangan. Hal ini jelas berbeda dengan ilmu pengetahuan yang membicarakan suatu lingkup permasalahan, misalnya zoologi yang hanya membicarakan wujud binatang, tetapi lengkap dengan ukurannya. Sebagian orang berpendapat, bahwa ciri segala sesuatu ini meruakan inti dari filsafat sehingga filsafat bersifat universal.

3. Sistematis artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur menurut sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Dengan demikian, perbincangan tersebut tepat dan tidak, dapat diikuti dan diuji oleh orang lain, meskipun pada akhirnya hanya ada satu pengertian mengenai sesuatu hal.

4. Radikal artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekwensinya yang terakhir, radiks artinya akar, juga disebut arche. Hal ini merupakan ciri khas berpikir filsafat. Hal ini jelas berbeda dengan ilmu pengetahuan yang bertitik tolak dari asumsi yang sering disebut keyakinan filsafati (philosophical belief). Pengertian sampai ke akar-akarnya, bahwa asumsi tersebut tidak hanya dibicarakan, tetapi digunakan. Ilmu pengetahuan menggunakan asumsi, tetapi filasafat membangun atau memperbincangkannya.

5. Hakekat merupakan istilah yang menjadi ciri khas filsafat. Hakikat adalah pemahaman atau hal yang paling mendasar. Jadi, filsafat tidak berbicara tentang wujud atau suatu materi, seperti ilmu pengetahuan, tetapi berbicara makna yang ada dibelakangnya. Dalam filsafat, hakikat seperti ini merupakan akibat dari berpikir secara radikal.

(13)

Bedanya ialah dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki objek materia yang impiris; filsafat menyelidiki objek itu juga, tetapi bukan bagian yang impriris, melainkan bagian yang abtraknya. Kedua, ada objek materia filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek materia yang untuk selama-lamanya tidak empiris. Jadi, objek meteria filsafat tetap saja luas dari objek materia sains. Selain objek materia, ada lagi objekforma, yaitu sifat penyelidikan.

Objek forma filsafat ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan sain tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek itu daat diteliti secara empiris. Jadi, objek penelitian sains ialah pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Jadi, sains menyelidiki dengan riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.

Dalam Al-Qur’an maupun dalam as-sunnah, tidak terdapat kata filsafat, tidak berarti bahwa Al-Qur’an dan As-sunnah tidak mengenal apa yang dimaksud dengan falsafah itu. Dalam kedua sumber itu dikenal kata lain yang sama maksudnya dengan itu yaitu kata hikmah. pemikiran terhadap Hukum Islam telah lahir sejak awal sejarah umat Islam, disebabkan oleh adanya dorongan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul agar manusia menggunakan pikirannya dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup, lebih-lebih dalam persoalan yang fundamental, menyangkut akidah atau keyakinan agama. Misalnya Q.S. Al-Isra (17) : 36 : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Secara Terminologis, menurut Juhaya S. Pradja, secara terminologis, filsafat memiliki arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian atau batasan. Beliau memaparkan definisi filsafat sebagai berikut:

a. Menurut Plato ( 427 SM-347 SM),filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang ada, ilmu yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

(14)

c. MenurutAl Farabi ( wafat 950 M),filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud yang bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

d. MenurutD.C. Mulder, filsafat adalah cara berfikir secara ilmiah. Sedangkan cara berfikir ilmiah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: menentukan sasaran pemikiran tertentu, bertanya terus sampai batas terakhir sedalam-dalamnya (radikal), selalu mempertanggungjawabkan dengan bukti-bukti, sistematik.

Harun Nasution mengatakan bahwa intisari filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan

Intisari filsafat ialah berfikir secara mendalam tentang sesuatu, mengetahui apa, bagaimana, mengapa, dan nilai-nilai dari seseuatu itu. Intisari hikmah memahami wahyu secara mendalam dengan yang ada pada diri manusia sehingga mendorong orang yang mengetahuinya untuk beramal dan bertindak sesuai dengan pengetahuannya itu.

Secara umum filsafat mempunyai dua tugas, antara lain:

1. Tugas kritis, adalah tugas filsafat untuk membantu pencegahan klaim kebenaran, dominasi, dan hegemoni kebenaran tertentu, juga meningkatkan ketidaksempurnaan kemanusiaan kita yang akan membawa kita pada kerendahhatian. Tugas kritis filsafat ditandai dengan adanya pertanayan filosofis, jadi tugas kritis adalah tugas yang mencoba mempertanaykan kembali ukuran-ukuran penilaian yang kita gunakan bahkan mempertanaykan kita sebagai subjek yang mengeluarkan penilaian.

2. Tugas konstruktif, adalah bahwa filsafat mencoba untuk menyusun sebuah gambar besar dari semesta realitas yang kita hadapi di mana setiap unusur yang kita ketahui tadi yang sebellumnya seperti teka-teki bagi kita, kita susun dalam gambar tersebut sehingga setiap unsur tersebut menempati tempat yang tepat dalam gambar yang kita susun tersebut. Tugas konstruktif ditandai dengan proposi-proposi atau pernyatan-pernyataan yang berisi simpulan atau tesis atau jawaban atas maslaah yang dimunculkan dalam pertanyaan-pertanyaan.

(15)

Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum.

Kemudian lebih mengerucut lagi adalah filsafat hukum, yaitu ilmu yang mempelajari hukum secara filosofi, yang dikaji secara luas dan mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang disebut degna hakikat, dan tujuan mempelajari filsafat hukum untuk memperluas cakrawala pandang sehingga daapt memehami dan menkaji dengan kritis atas hukum dan diharapkan akan menunbuhkan sikap kritis sehingga mampu menilai dan menerapkan kaidah-kaidah hukum. Filsafat ini berpengaruh terhadap pembentukan kaidah hukum sebagai hukum in abstracto.

Filsafat hukum bertolak dari manusia cerdas sebagai “Subjek Hukum” dunia hukum hanya ada dalam dunia manusia. Filsafat hukum tak lepas dari manusia selaku subjek hukum maupun subjek filsafat, sebaba manusia membutuhkan hukum dan hanaya manusia yang mampu berfilsafat. Kepeloporan manusia inilah yang menjadi jalan untuk mencari keadilan dan kebenaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mengukur apakah sesuatu itu adil, benar, dan sah.

Filsafat hukum yang diterjemahkan dari kata Jurisprudence yang merupakan khasanah bahasa latin. Jurisprudence (sebenarnya harus ditulis Iurisprudens), dalam bahasa Latin terdiri dari dua kata yaitu Iuris dan Prudens. Iuris berasal dari kata Ius yang dapat diterjemahkan sebagai Adil, makna kata ini juga dapat diterjemahkan pula sebagai benar (kenenaran). Dalam bahasa Sankrit (Sanksekerta) kata ini memilikki padanan yaitu yoh yang berarti sehat (kesehatan), mirip dengan bahasa Ibrani yang berarti yod sumber cahaya. Bahasa Persia dalam tradisi Zoroastrian, yaozdaditi yang berarti yang murni (telah dimurnikan).

(16)

membuat kita menjadi arif dalam menjalani hidup, hidup kita dikendalikan oleh keutamaan. Prudens adalah kebijakan yang tertinggi.

Dengan demikian, maka Jurisprudens adalah praksis hidup yang adil dan benar. Dalam ilmu hukum Indonesia kata Jurisprudens diterjemahkan sebagai disiplin hukum atau ajaran hukum. Sebagai sebuah ajaran, maka ia menjadi ilmu yang mengorientasikan seseorang pada keahlian praktis (terutama) dibandingkan teoretis.

Hubungannya dengan filsafat. Jurisprudensi adalah filsafat, teteapi filsafat yang mengarahkan seseorang untuk menjadi arif (prudens) dalam praksis hidup yang faktanya hukum hidup dalam praksis hidup tersebut ( dalam kerangka bermasyarakat). Maka sering jkali jurisprudence atau filsafat hukum lekat dengan etika , karena keduanya dsama-sama ingin menjawab pertanayan “Apa yang harus kita lakukan”.

Secara historis, filsafat hukum pada mulanya dipelajari dalam perenungna-perenungan yang abstrak sifatnya. Perenungan filosofis ini dirintis oleh tooh-tokoh filsaafat Yunani Kuno, seperti Aristoteles, Plato, dan lainnya. Namun semenjak menguat nya pengaruh kekuasaan bangsa Romawi yang menyebarluaskan teks-teks hukumnya ke seluruh penjuru Eropa, ditambah lagi dengan dibentuknya sekolah-sekolah hukum di kaawasan itu studi mengenai hukum mulai mengalami perubahan, baik secara epistemologi maupun metodologis.

Perubahan yang paling menyolok adalah hukum tidak lagi dikaji sebagai perenungan refleksi, karena hukum dilihat dalam kerangka yang lebih praktis. Hukum tidak lagi bersifat abstrak, ia menjadi konkret dalam kedeks hukum (kitab hukum). Cara berfikir praktis bangsa Romawi ini yang merubah seluruh tatanan kailmuan dari hukum, termasuk filsafat hukum.

(17)

Teori hukum sebagai perkembangan lebih lanjut dari ajaranh hukum umum, yang berkembang di Eropa Kontinental merupakan cabang pengetahuan hukum yang dapat digolongkan sebagi “filsafat” dalam bidang hukum. Tetapi, karena ada sifat praktisnya maka ia daapt disebut sebagai teori. Oleh sebab itu, menurut Theo Huijbers Jurispridence dianggap sebagai filsafat hukum juga, yang mengandung sifat-sifatnya yang praktis karena tujuan utamanya memang untuk menajwab tentang apa yang seharusnya dilakukan menurut hukum.

Filsafat hukum adalah induk dari disiplin yuridik, karena filsafat hukum membahas masalah-masalah yang paling fundamental yang timbul dalam hukum. Oleh karena itu orang mengatakan juga bahwa Filsafat Hukum berkenaan dengan masalah-masalah sedemikian fundamental sehingga bagi manusia tidak terpecahkan, karena masalah-masalah itu akan melampaui kemampuan berfikir manusia. Filsafat Hukum akan merupakan kegiatan yang tidak pernah berakhir, karena mencoba memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan abadi. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang terhadapnya hanya dapat diberikan jawaban, yang menimbulkan lebih banyak pertanyaan baru.

Secara kultural sistem pemikiran filsafat yang kita pelajari ini termasuk ke dalam sistem filsafat barat yang ditandai dengan adanya pembedaan dan penjarakan antara subjek (manusia) dan objek (dunia), filsafat barat akan melihat filsafat lebih sebagai ilmu (sains) dibandingkan dengan filsafah hidup (pandangan hidup). Mengapa filsafat barat? Karena, sistem hukum yang kita kenal di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh filsafat barat, sedemikian hegemoniknya sehingga interpretasi terhadapnya baik itu hukum barat (KUHPerdata), agama maupun adat sangat diwarnai oleh corak pemikiran barat yang sangat peduli pada (bahkan mengagungkan) rasionalitas (pembedaan, pemisahan, dan penjarakan). Ditambah lagi kita menemukan fakta bahwa budaya hukum kita lebih peduli pada karakter legistik dari hukum positif yang ada dibandingkan dengan karakter “Substansial ketimuran” berkarakter keharmonisan dan keserasian yang mencoba mengarahkan masyarakat untuk hidup damai.

(18)

hukum, menyelidiki norma hukum sebagai pertimbangan nilai dan postulat hukum, sampai pada penyelidikan tentang dasar yang terakhir.6

Filsafat hukum juga memiliki sifat yang mendasar artinya, dalam menganalisis suatu masalah kita diajak untuk bersikap kritis dan radikal, yaitu tajam dan sampai kepada intinya, seperti objek dari filsafat hukum adalah hukum, hukum itu yang dikaji sampai pada intinya yang dinamakan hakikat. Dengan cara berfikir kritis kita diajak untuk memehami hukum tidak hanya dalam arti hukum positif semata. Orang yang hanya mempelajari hukum dalam arti positif semata tidak akan mampu memanfaatkan dan mengembangkan hukum secara baik. Apabila ia menjadi hakim, misalanya dikhawatirkan ia akan menjadi hakim “Corong undang-undang” belaka. Bila diukur dengan sifat yang mendasar, maka kemanfaatan filsafat hukum yang hendak diusahakan yakni bagaimana untuk sampai pada inti permasalahan yang sedang dikaji, sedangkan dengan sifat kritis kita dapat secara tajam melihat perkembangan kehidupan sosial secara global.

Kemudian filsafat hukum juga bersifat spekulatif. Sifat ini mengajak kita untuk berpikir inovatif, selalu mencari sesuatu yang baru. Salah satu ciri orang yang berfikir radikal adalah senang kepada hal baru, tindakan spekulatif yang dimaksud adalah tindakan yang terarah, yang dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Dengan berfikir spekulatif itulah hukum dapat dikembangkan kearah yang dicita-citakan bersama. Dengan demikiana, sifat ini pada filsafat hukum dimaksudkan dalam upaya manusia untuk secara memaksimalkan, mengoptimalkan pengetahuan dan ilmu yang dimiliki untuk membuka tingkap rahasia alam yang belum terungkap.

Kemudian terhadap sifat filsafat hukum yang reflektif kritis. Melalui sifat ini filsafaat hukum berguna untuk membimbing kita menganalisis masalah-masalah hukum secara rasional dan kemudian mempertanyakan jawaban itu secara terus-menerus. Dapat dirumuskan bahwa, adanya sifat reflektif kritis ada pada filsafat hukum yaitu untuk melakukan evaluasi terhadap keberlakuan dan pelaksanaan aturan dalam kehidupan berorganisasi.

Filsafat hukum juga memiliki sifat yang disiplin, dengan ini akan mampu menegaskan permasalahan yang ada sesuai dengan yang telah ditentukan untuk itu, hal ini berarti

6Muhammad Erwin SH., M.HUM. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum, (Jakarta:

(19)

permasalahan-permasalahan yang telah ada, sedang dan baru terjadi dapat dipilah dan ditetapkan atau digolongkan kedalam wilayah permasalahan filsafat hukum. Terjadinya suatu permasalahan yang berbentuk pelanggaran atau pun kejahatan dalam kehidupan sosial, baik yang telah, sedang dan yang baru terjadi akan dipilah untuk dapat ditetapkan dalam wilayah filsafat hukum.

Ciri lain dari filsafat adalah mengejar kesempurnaan, yang beratrti filsafat hukum selalau bergerak dalam diamnya secara sistematik ataupun secara ketakteraturannya dengan menemukan, menelaah, dan menganalisis, serta mengevaluasi lalu menyusun satu bagian dengan bagian lainnya untuk kemudian dikonstruksikan ataupun didekontruksikannya menjadi suatu susunan sebagai alat untuk membuka jendela pengetahuan dengan mencari tahu rahasia alam yang ada, sehingga dapat terus mnegurangi keraguan dalam diri manusia.

Filsafat kritis adalah filsafat yang memerdekakan manusia sebagai subjek yang berani untuk berfikir sendiri menjadi seorang persona juga dapat membuat manusia mampu berpartisipasi dalam hidupnya sendiri. Tidak hanya itu, filsafat kritis juga menumbuhkan kerendahhatian dalam diri tiap orang sehingga manusia tidak melulu memikirkan dirinya yang telah menjadi subjek tetapi juga memikirkan manusia-manusia lain yang telah menjadi subjek yang bersama-sama hendak bersolidaritas menjalani kehidupannya. Jadi filsafat kritis ialah filsafat yang emansipatoris dan juga partisipatif dalam dunia kehidupan manusia di dunia ini dan menjadi ladang yang subur bagi tumbuhnya filsafat hukum sebagai filsafat khusus yang kita kenal.7

Dalam Filsafat Hukum juga dibedakan berbagai wilayah bagian, antara lain:

1. Ontologi Hukum: penelitian tentang hakiakt hukum dan hubungan antara hukum dan moral.

2. Aksiologi Hukum: penetapan isi nilai-nilai, seperti keadilan, kepatutan, persamaan, kebebasan, dan sebagainya.

3. Ideologi Hukum: pengejawantahan wawasan menyeluruh tentang manusia dan masyarakat.

7 Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang. Pengantar ke Filsafat Hukum, (Jakarta:

(20)

4. Epistemologi Hukum: penelitian terhadap pertanyaan sejauh mana pengetahuan tentang “hakikat” hukum dimungkinkan.

5. Teologi Hukum: menentukan makna dan tujuan dari hukum.

6. Teori-ilmu dari hukum: ini adalah filsafat sebagai meta-teori tentang Teori Hukum dan sebagai meta-teori dari Dogmatika Hukum.

7. Logika Hukum: Penelitian tentang kaidah-kaidah berfikir yuridik dan argumentasi yuridik. Bagian ini sering dipandang sebagai suatu bidang studi tersendiri, yang telah melepaskan diri dari Filsafat Hukum.

Adapun Filsafat Hukum Menurut Para Ahli :

 Menurut Soetikno

Filsafat hukum adalah mencari hakikat dari hukum, dia inginmengetahui apa yang ada dibelakang hukum, mencari apa yang tersembunyi di dalam hukum, dia menyelidiki kaidah-kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai, dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat (dasar-dasar) sampai pada dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum.

 Menurut Satjipto Raharjo

Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum. Pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta system hukumnya sendiri.

 Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto

(21)

 Menurut Lili Rasjidi

Filsafat hukum berusaha membuat “dunia etis yang menjadi latar belakang yang tidak dapat diraba oleh panca indera” sehingga filsafat hukum menjadi ilmu normatif, seperti halnya dengan ilmu politik hukum. Filsafat hukum berusaha mencari suatu cita hukum yang dapat menjadi “dasar hukum” dan “etis” bagi berlakunya system hukum positif suatu masyarakat.

Kehadiran filsafat hukum memiliki arti dan peran besar bagi eksistensi dan pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan hukum termasuk ilmu hukum dalam masa-masa dulu hingga sekarang. Para filsuf hukum senantiasa mempertanaykan pertanyaan-pertanyaan yang pada hakikatnya adalah pertanayan yang terpenting atau pokoknya saja yangberkenaan dengna masalah hukum samapai pada akarnya.

Pemikiran filsafat hukum dilakukan samapai mencapai batas marginal atau sampai pada batas kemnampuan pemikiran manusia, yang terletak pada batasa antara lingkungan empiris dan lingkungan metafisika, oleh karena itu sifat dari kedalaman pengetian filasaft hukum adalah samapai opada tindakan yang paling mendasar dan sekaligus bersifat kritis, tidak dogmatis dan tidak skeptis.

Filsafat hukum ialah hasil pemikiran yang metodis, sistematis dan radikal mengenai hakikat dan fundamental dan marginal dari hukum dalam segala aspeknya, yang peninjauannya berpusat pada empat masalah pokok yaitu:8

 Hakikmat pengertian hukum

 Cita dan tujuan hukum

 Berlakunya hukum

 Pengalaman atau pemgamalan hukum

Filsafat hukum mengandung juga aspek dan momentum pandangan hidup dan dunia. Ini berarti filsafat juga mengandung pula makna praktis dan penerapan , tidak berhenti pada perenungan teoritis abstrak tentang hakikat, kebenaran, dan kearifan (wisdom), baik yang

8 Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H,.M.Si dan Dr. Abdul Halim Barkattullah, S.Ag., S.H., M.Hum.

(22)

transendental kritis logis, maupun yan gtransndetal fenomenologis, tetapi sekaligus mengandung karsa dan dorongan semagnat menghadapi, mengulangi, dan mencari jalan keluar dari tantangan dalam kehidupan.

Filsafaf hukum juga mempunyai nilai abstraksi yang sangat tinggi, yang merupakan suatu teori payung (grand thoery), tidak dapat digunakan secara langsung sebagai suatu landasan teorikan suatu pemecahan masalah-masalah hukum yang aktual. Filsafat hukum merupakan bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafat hukum hanay mempelajari hukum secara khusus, sehingga hal-hal nonhukum menjadi tidak relevan dalam pengkajian filsafat hukum.

Secara sederhana dapat dikatan bahwa filsafat hukum adalah cabagn filsafat, yaitu filsafat tingkahlaku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan pertkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosifis, jadi objek filsafat hukum adalah hukum dan objek tersebut dikaji secara mendalamsamapai kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.9

D. Pengertian Hukum dan Filsafat Hukum dalam Islam

Filsafat hukum lebih mengulas tentang tujuan atau akhir hukum dan keadilan dianggap sebagai tujuan tertinggi.10 Karena keadilan mutlak yang harus dituntut untuk usaha-usaha filsafat

hukum dahulu maupun sekarang. Hukum islam atau syari’ah dalam teori klasik adalah perintah Tuhan yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Hukum islam merupakan sistem ketuhanan yang mendahului Negara islam dan tidak didahului olehnya, mengontrol masyarakat dan tidak dikontrol olehnya.

Perlu diingat bahwa filsafat hukum islam (syari’ah) adalah pola yang lengkap dan yang mencakup semua perintah sosial yang jangkauannya tidak hanya mencakup dunia saja, tetapi akhirat pun juga iya. Syari’ah membahas semua aspek kehidupan dan memberikan arah bagi kehidupan. Jadi, ini merupakan kesatuan organik yang masing-masing bagiannya tidak dapat dipisahkan.

9 Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H,.M.Si dan Dr. Abdul Halim Barkattullah, S.Ag., S.H., M.Hum.

Filsafat Teori dan Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). Hlm. 10.

10 Mohammad Moslehuddin, “Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis: Filsafat Hukum”, (yogyakarta:

(23)

Filsafat hukum islam terkandung dalam arti hikmah, falsafah asrar bahkan illat hukum. Walaupun tidak sempurna tapi semua itu saling terkait, apalagi dihubungkan dengan tinjauan kajian-kajian filasafat saat ini11. Pengertian hukum islam sendiri dalam khasanah literatur

intelektual muslim, terutama yang dipahami masyarakat muslim tidak jarang memiliki perbedaan antara pengertian syari’ah dan fiqh.

Berikut ini adalah beberapa pengertian menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:

1. Sidi Gazalba: Bahwa Tuhan memberikan akal kepada manusia itu menurunkan nakal (wahyu atau sunnah) untuk dia. Dengan akal itu ia membentuk pengetahuan, apabila pengetahuan manusia itu digerakkan oleh akal, menjadilah ia filsafat Islam. Wahyu dan Sunnah (terutama mengenai yang gaib) yang tidak mungkin dibuktikan kebenarannya dengan riset, filsafat Islamlah yang memberikan keterangan, ulasan dan tafsiran sehingga kebenarannya terbuktikan dengan pemikiran budi yang bersistem, radikal, dan umum.

2. Ahmad Fuad al-Ahwani : Filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.

3. Mustofa Abdur Razik : Filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tara Chand, bahwa orang-orang Nasrani dan Yahudi yang telah menulis kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis atau terpengaruh oleh Islam sebaiknya dimasukkan ke dalam Filsafat Islam.

4. Dr. Ibrahim Madzkur mengatakan: Filsafat Arab bukanlah berarti bahwa ia adalah produk suatu ras atau umat. Meskipun demikian saya mengutamakan menamakannya filsafat Islam, karena Islam bukan akidah saja, tetapi juga sebagai peradaban. Setiap peradaban mempunyai kehidupannya sendiri dalam aspek moral, material, intelektual dan emosional. Dengan demikian, Filsafat Islam mencakup seluruh studi filosofis yang ditulis di bumi Islam, apakah ia hasil karya orang-orang Islam atau orang-orang Nasrani ataupun orang-orang Yahudi.

11 Miftahul Huda,” Filsafat Hukum Islam: Pengertian Filsafat Hukum Islam”, (Yogyakarta: Sukses grafia ,agustus

(24)

Hukum Islam mengacu pada pandangan hukum yang mengatakan bahwa hukum Islam itu diciptakan karena ia mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan dari adanya hukum Islam adalah terciptanya kedamaian di dunia dan kebahagian di akhirat.Jadi hukum Islam bukan bertujuan meraih kebahagaiaan yang fana’ dan pendek di dunia semata, tetapi juga mengarahkan kepada kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak.Inilah yang membedakannya dengan hukum manusia yang menghendaki kedamaian di dunia saja.

(25)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Tidak ada pengertian yang sempurna mengenai hukum. Namun para pakar berusaha memberikan jawaban yang mendekati kebenaran. Diantaranya:

Hukum adalah peraturan-peraturan tentang perbuatan dan tingkah laku manusia di dalam lalu lintas hidup.

Intisari filsafat ialah berfikir secara mendalam tentang sesuatu, mengetahui apa, bagaimana, mengapa, dan nilai-nilai dari seseuatu itu. Intisari hikmah memahami wahyu secara mendalam dengan yang ada pada diri manusia sehingga mendorong orang yang mengetahuinya untuk beramal dan bertindak sesuai dengan pengetahuannya itu.

Filsafat hukum ialah hasil pemikiran yang metodis, sistematis dan radikal mengenai hakikat dan fundamental dan marginal dari hukum dalam segala aspeknya, yang peninjauannya berpusat pada empat masalah pokok yaitu:12

 Hakikmat pengertian hukum

 Cita dan tujuan hukum

 Berlakunya hukum

 Pengalaman atau pemgamalan hukum

Filsafat Hukum Islam ialah filsafat yang diterapkan pada hukum Islam. Ia merupakan filsafat khusus dan obyeknya tertentu, yaitu hukum Islam. Maka, filsafat hukum Islam adalah filsafat yang menganalisis hukum Islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkan keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum Islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai alatnya.

12 Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H,.M.Si dan Dr. Abdul Halim Barkattullah, S.Ag., S.H., M.Hum.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Moslehuddin, Mohammad 1997. Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis: Filsafat Hukum. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Huda, Miftahul. 2006. Filsafat Hukum Islam: Pengertian Filsafat Hukum Islam.Yogyakarta: Sukses Grafika

Ali, Zainuddin. 2009. Filsafat Hukum . Jakarta : Sinar grafika

Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manulang . 2011. Pengantar ke Filsafat Hukum

.Jakarta: kencana

Kansil, C.S.T . 1986. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Wardoyo (2013), teknik menulis puisi deskriptif dapat melalui langkah-langkah berikut yaitu: (1) Siapkan kertas; (2) Ambillah suatu gambar atau kata

Selain itu di sekitar sekret juga terdapat pohon jati yang bisa kita manfaatkan keistimewaan kekayaan alam yang bernilai budaya yaitu memanfaatkan pohon jati

1. Forum atau kelompok diskusi di Internet 3. Standar format untuk dokumen hypertext 5. Protokol bahasa http yang paling populer 6. Aplikasi untuk menjelajah dunia Internet..

Pelayanan IMB adalah pelayanan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang dalam hal ini didelegasikan kepada Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten Deli

Pemilihan model penyelesaian sengketa melalui arbitrase harus memenuhi 2 (dua) syarat, yakni: pertama , secara material bahwa yang akan diselesaikan lewat badan arbitrase

Baglog Jamur tiram Miselium sudah penuh... MAKANAN OLAHAN

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2010

❖ Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan. ❖ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan