TUGAS FILSAFAT HUKUM
MAHZAB/ALIRAN FILSAFAT HUKUM
Disusun Oleh:
Fitri Rochmawati – 24060064
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H., M.Si.
SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER PROGRAM PASCA SARJANA
JAKARTA 2024
Pemikiran hukum berkembang dalam bentuk berbagai mahzab yang mempunyai ciri dan saling berdialektika dalam memecahkan problem hukum yang dihadapi pada waktu dan tempat yang berbeda, dalam uraian selanjutnya akan diuraikan berbagai mahzab atau aliran yang berkembang dalam Filsafat dan Teori Hukum. Mahzab atau aliran filsafat hukum yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu :
a. Aliran Hukum Alam b. Positivisme Hukum c. Utilitarianisme d. Mahzab Sejarah
e. Sociological Jurisprudence f. Realisme Hukum
g. Freirechtslehre a. Aliran Hukum Alam
Dalam teori hukum alam, hukum dianggap sebagai nilai yang universal dan selalu hidup di setiap sanubari orang, masyarakat maupun negara. Muncul karena kegagalan manusia mencari keadilan absolut. Hal ini disebabkan karena hukum niscaya harus tunduk pada batasan-batasan moral yang menjadi guideline bagi hukum itu sendiri. Bahkan disebutkan bahwa di atas sistem hukum positif negara, ada sebuah system hukum yang lebih tinggi (lex divina), bersifat Ketuhanan yang berdasarkan atas akal budi atau hukum alam itu sendiri, jadi hukum alam lebih superior dari hukum negara. Aliran hukum alam dibedakan menjadi 2 yaitu : Hukum Alam Irasional dan Hukum Alam Irasional. Hukum Alam Irasional mempunyai pengaruh agama yang sangat kuat pada Abad Pertengahan yang membawa dampak negatif pada kebebasan berpikir, dan berpendapat bahwa hukum yang berlaku itu bersumber dari Tuhan secara langsung. Beberapa tokoh yang mendukung aliran ini yaitu : Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante Alighieri, P.Dubois, Marsilius Padua. Sedangkan, Hukum Alam Rasional, era yang muncul Ketika rasio manusia dipandang terlepas dari tertib Ketuhanan.
Dimana beberapa tokoh menganggap rasio saja tidak cukup untuk mencari kebenaran. Rasio manusia itu bahkan sama sekali kosong sebelum diisi oleh pengalaman (empiris). Beberapa tokoh tersebut diatas yaitu : Grotius, Samuel von Pufendorf, Christian Thomasius, dan Immanuel Kant.
b. Positivisme Hukum
Mahzab hukum positivisme lahir sebagai sebuah anti tesa dari teori hukum alam yang oleh sebagian kalangan hukum positivisme dianggap sudah mengalami kemunduran dan kegagalan dalam praktiknya. Hukum alam dianggap tidak mampu memberi tuntutan di
tengah-tengah gugatan terhadap kepercayaan sosial dan moral saat itu. Dikarenakan sifatnya yang cenderung berorientasi kepada asas kedaulatan negara, yang memberikan kedudukan penuh kepada negara sebagai satu-satunya institusi yang dapat melahirkan produk guna memberikan kepastian hukum dan ketertiban bagi masyarakat luas. Aliran positivisme hukum ini terdiri dari, (1) Aliran Hukum Positif Analitis (John Austin) menyatakan secara eksplisit bahwa hukum yang sah hanyalah hukum yang terpancar dari institusi negara yang bersifat memaksa dan wajib dipatuhi oleh masyarakat. Hukum ini juga cenderung disinonimkan dengan undang-undang, di mana hukum hanya dipandang semata-mata dari bentuk formalnya (UU). (2) Aliran Hukum Murni (Hans Kelsen) berpendapat bahwa hukum murni harus bersih dari segala macam anasir-anasir sosial (fakta empiris), politik kekuasaan dan nilai moral.
Hukum Murni (Pure Theory of Law) adalah kognisi atau pengetahuan tentang objeknya yaitu hukum itu sendiri, bukannya pada perumusannya dan mendekatkan hasil kognisi dengan nilai tertinggi dari semua ilmu pengetahuan, yakni : objektifitas dan ketepatan, maka sering disebut Pure Theory of Law sebagai ilmu hukum saja, dan bukan kebijakan hukum.
c. Aliran Utilitarianisme
Tujuan aliran hukum ini adalah untuk mewujudkan the greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang). Ntuk itu perundang-undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan yaitu : (1) to provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup), (2) to provide abundance (untuk memberikan makanan yang berlimpah), (3) to provide security (untuk memberikan perlindungan), (4) to attain equity (untuk mencapai persamaan). Tokoh penganut aliran ini adalah Jeremy Bentham yang dikenal sebagai bapak utilitarianisme individual, John Stuart Mill, dan Rudolf von Jhering yang dikenal sebagai bapak utilitarianisme sosiologis.
d. Mahzab Sejarah
Penganut mahzab sejarah (historisme) menolak pandangan bahwa hukum itu dibuat. Bagi mereka, hukum itu tidak dibuat melainkan ditemukan dalam masyarakat, dan jelas mengagungkan masa lampau. Ciri khas mereka adalah ketidakpercayaan pada pembuatan undang-undang, ketidakpercayaan pada kodifikasi. Salah satu kritik terhadap ajaran historis ini, karena mereka memberikan nilai yang terlalu tinggi terhadap jiwa bangsa sebagai sumber hukum. Tokoh penganut aliran historisme ini adalah Friedrich Karl von Savigny, Georg Friedrich Puchta, Henry Summer Maine.
e. Sociological Jurisprudence
Para penganut aliran sosiologis di bidang ilmu hukum, membedakan antara yang menggunakan sociology of law sebagai kajiannya, dan yang menggunakan sociological
jurisprudence sebagai kajiannya. Perbedaannya yaitu, sociology of law lahir di Italia, pertama kali dikenalkan oleh Anzilotti, olehnya karena itu berkonotasi Eropa Daratan. Sociology of law adalah sosiologi tentang hukum, karena ia merupakan cabang sosiologi. Sedangkan sociological jurisprudence lahir di Amerika Serikat, olehnya itu berkonotasi Anglo Saxon.
Sociological jurisprudence adalah ilmu hukum sosiologi, karena itu merupakan cabang ilmu hukum. Tokoh penganut aliran ini adalah Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound.
f. Realisme Hukum
Mahzab ini merupakan suatu filsafat positif yang menolak “system tertutup dan berlaku absolut dan asli” dan beralih pada pandangan tentang “fakta-fakta, Tindakan dan kekuatan (powers). Hal ini mengandung arti dimungkinkan untuk melawan hal-hal yang bersifat dogmatic, artifisial dan menganggap ada kebenaran mutlak. Ide dari pakar realisme itu, menimbulkan pemikiran realis khusus di bidang hukum, yang pada dasarnya dapat dibedakan antara : (1) realisme Amerika Serikat dan (2) realisme Skandinavia. (1) realisme Amerika Serikat, para pemikir realisme hukum amerika ini juga amat kritis terhadap gagasan historis yang dikembangkan oleh kaum utilitarian Inggris. Menurut mahzab realisme hukum, pengembangan pengetahuan harus dilakukan secara empiris, dan selalu mencari jalan penyelesaian bagi setiap problem praktis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini lebih dipengaruhu oleh pendekatan sosiologis. Tokoh-tokoh Realisme Amerika Serikat : Oliver Wendell Holmes, Jerome Frank, Benjamin N. Cardoso, Karl Nickerson Llewellyn. (2) realisme Skandinavia, aliran ini Bersama-sama dengan aliran realisme Amerika Serikat merupakan suatu penolakan umum terhadap “das sollen” (the
“ought”) dalam studi hukum dan juga menolak spekulasi metafisik dalam penyelidikan kenyataan-kenyataan dari sistem hukum. Perbedaannya dengan realisme Amerika Serikat, realisme Skandinavia lebih menitikberatkan perhatiannya pada aspek-aspek perilaku hakim daripada pertanyaan-pertanyaan tentang hukum yang tumbuh dari perhatian pada sifat hak- hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Tokoh-tokoh Realisme Skandinavia : Lundstedt, Hagerstrom, Ilivecrona dan Ross.
g. Freirechtslehre
Aliran ini merupakan teori hukum yang terletak (in between) antara teori hukum Sociological Jurisprudence dan teori hukum Legal Realisme. Dimana hakim mempunyai tugas untuk menciptakan hukum. Penemu hukum bukan tentang menerapkan undang-undang.
Melainkan membuat penyelesaian hukum sesuai peristiwa konkret. Sesuai dengan norma yang dibuat oleh hakim. Tokoh penganut aliran ini adalah Herman Isay, Stampe (1911), Fuch, Erlich (1903).
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, A.H, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum. Hlm 90-96.
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, A.H, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum. Hlm 103-114.
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, A.H, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum. Hlm 119-130.