• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) TERPADU KELAS VII DI SMP N 6 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) TERPADU KELAS VII DI SMP N 6 SEMARANG"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER DAN FASILITAS

BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA

PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

TERPADU KELAS VII DI SMP N 6 SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh: Ajir Rahman

7101409197

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Palupiningdyah, M.Si Ismiyati, S. Pd, M.Pd

NIP. 195208041980032001 NIP. 198009022005012002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd

NIP. 195604211985032001

Anggota I Anggota II

Dra. Palupiningdyah, M.Si Ismiyati, S. Pd, M.Pd

NIP. 195208041980032001 NIP. 198009022005012002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si.

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-benar hasil karya saya

sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Pendapat atau temuan orang lain

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan

dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juli 2013

Ajir Rahman

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Sel-sel otak manusia memiliki kapasitas

yang luar biasa. Namun kecerdasan otak

tergantung dari jumlah interkoneksi sel

otak. (Tony Buzan)

PERSEMBAHAN:

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah

SWT, skripsi ini saya persembahkan

kepada:

 Kedua orang tuaku dan

orang-orang yang berada disekitarku

yang menjadi bagian penting

dalam hidupku.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Karakter dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP N 6 Semarang”.

Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan Studi Strata I untuk

mencapai gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang. Melalui skripsi ini penulis memperoleh pengalaman baru yang belum

pernah diperoleh sebelumnya dan diharapkan pengalaman tersebut dapat

bermanfaat di masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari

dukungan, bimbingan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu

dengan segala kebijakannya.

2. Dr. S. Martono, M. Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang dengan kebijakannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dengan baik.

3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah

memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing

(7)

vii

5. Ismiyati, S. Pd, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.

6. Dosen Penguji yang telah menguji dan menyempurnakan penyusunan skripsi.

7. Sri Sarmini, S.Pd, M.Pd. Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Semarang yang telah

memberikan ijin penelitian.

8. Sri Harsini, S.Pd. Guru mata pelajaran IPS yang telah membantu pelaksanaan

penelitian.

9. Pihak SMP N 6 Semarang yang membantu pelaksanaan dan kelancaran

penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

pembaca dan sebagai bahan acuan peneliti selanjutnya.

Semarang, Juli 2013

Ajir Rahman

(8)

viii

SARI

Rahman, Ajir. 2013. “Pengaruh Pendidikan Karakter dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP N 6 Semarang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dra. Palupiningdyah, M.Si, Dosen Pembimbing II: Ismiyati, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Fasilitas Belajar, Hasil Belajar.

Hasil belajar merupakan pokok ukur maksimal yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pendidikan karakter dan fasilitas belajar. Permasalahan yang dikaji penelitian ini adalah Adakah pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 192 siswa, sehingga diperoleh sampel sebanyak 130 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan cara undian. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu pendidikan karakter (X1) dan fasilitas belajar (X2) serta variabel terikat yaitu hasil belajar siswa (Y). Metode pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi dan observasi.

Hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan pendidikan karakter dalam kategori baik dengan persentase 72%, fasilitas belajar dalam kategori cukup baik dengan persentase 67%, dan nilai rerata hasil belajar siswa 67,02%. Uji t diperoleh thitung 5,214 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Berarti adanya pengaruh pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa sebesar 17,6%. Variabel fasilitas belajar dengan uji t diperoleh thitung 4,341 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Berarti adanya pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa 12,9%. Hasil uji F diperoleh Fhitung sebesar 54,406 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Berarti adanya pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 45,3% dan sisanya 54,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

(9)

ix

ABSTRACT

Rahman, Ajir. 2013. “The Influence of Character Education and Learning Facilities toword Learning Outcomes for VII Grade Students’ on Social Science Subject in SMP N 6 Semarang”. Final Project. Department of Economics Education. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor I: Dra. Palupiningdyah, M.Si, Advisor II: Ismiyati, S.Pd, M.Pd.

Keywords: Character Education, Learning Facilities, Learning Outcomes.

Learning outcomes is the main maximum measure which has reached by student after doing study activity in the spesific time. Students’ learning outcomes are influenced by various factors, some of them are character education and learning facilities. The problem of this study was is there any influence between character education and learning facilities toword students’ learning outcomes?. The objective of this was to determine the influence of character education and learning facilities toword students’ learning outcomes.

The population in this research is 192 students’, so we can get 130 students’ as sample. The technique which is used in taking sample is simple random sampling technique with lottere. The variable in this research state from independent variable that are character educations (X1) and learning fasilities (X2) and dependent variable that is learning outcomes (Y). The data searching methode is used questioner, documentation and observation.

The result of descriptive persetation analysis show that character education in find category with persentation 72%. Learning fasilities in enough category in persentation 67%, and the average mark of students’ learning outcomes 67,02%. T test shows that t value 5,214 with significancy 0,000 < 0,05. So, the influence of character education to students’ learning outcomes is 17,6%. Learning fasilities variable t test shows t value 4,431 with significancy 0,000 < 0,05. So, the influence of learning fasilities to students learning outcomes is 12,9%. The result of F test shows F value 54,406 with significancy 0,000 < 0,05. So, the influence of character education and learning fasilities toword students’ learning outcomes is 45,3% and the residu 54,7% is influenced by another variable which is not studied in this research.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Hasil Belajar ... 12

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar ... 12

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13

(11)

xi

2.2 Pendidikan Karakter ... 15

2.2.1 Pengertian Pendidikan Karakter ... 15

2.2.2 Fungsi Pendidikan Karakter ... 16

2.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter ... 16

2.2.4 Indikator Pendidikan Karakter ... 17

2.3 Fasilitas Belajar ... 17

2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar ... 17

2.3.2 Ruanglingkup Fsilitas Belajar ... 18

2.3.3 Aspek-Aspek Fasilitas Belajar ... 19

2.3.4 Fungsi Fasilitas Belajar ... 19

3.4.1 Variabel Bebas atau Variabel Independen ... 32

3.4.2 Variabel Terikat atau Variabel Dependen ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

(12)

xii

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 41

3.7.2.1 Uji Normalitas ... 42

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 43

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 43

3.7.2 Metode Analisis Regresi Linier Berganda ... 43

3.8 Uji Hipotesis ... 44

3.8.1 Uji Simultan ... 44

3.8.2 Uji Parsial ... 45

3.8.3 Koefisien Determinasi Simultan ... 46

3.8.4 Koefisien Determinasi Parsial ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 48

4.1.1.1 Deskripsi Variabel Pendidikan Karakter ... 48

4.1.1.2 Deskripsi Variabel Fasilitas Belajar ... 56

4.1.1.3 Deskripsi Hasil Belajar ... 60

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 60

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 61

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 64

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 64

4.1.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 66

4.1.3.1 Persamaan Regresi ... 66

4.1.4 Uji Hipotesis ... 67

4.1.4.1 Uji Simultan ... 67

4.1.4.2 Uji Parsial ... 78

4.1.4.3 Koefisien Determinasi Simultan ... 70

4.1.4.4 Koefisien Determinasi Parsial ... 70

(13)

xiii

BAB V PENUTUP ... 80

5.1 Simpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Rata-rata Ulangan Akhir Semester 1 Mata Pelajaran IPS ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 23

3.1 Daftar Penyebaran Anggota Populasi ... 29

3.2 Daftar Penyebaran Anggota Sampel ... 31

3.3 Hasil Uji Coba Angket ... 37

3.4 Hasil Reliabilitas ... 38

3.5 Kriteria Deskriptif Persentase ... 41

4.1 Kategori Variabel Pendidikan Karakter ... 48

4.2 Kategori Indikator Religius ... 50

4.3 Kategori Indikator Jujur ... 50

4.4 Kategori Indikator Toleransi ... 51

4.5 Kategori Indikator Disiplin ... 52

4.6 Kategori Indikator Kerja Keras ... 53

4.7 Kategori Indikator Kreatif ... 53

4.8 Kategori Indikator Mandiri ... 54

4.9 Kategori Indikator Cinta Tanah Air ... 54

4.10 Kategori Indikator Tanggung Jawab ... 55

4.11 Kategori Variabel Fasilitas Belajar ... 56

4.12 Kategori Indikator Ruang Tempat Belajar ... 57

4.13 Kategori Indikator Penerangan yang Cukup ... 58

(15)

xv

4.15 Kategori Indikator Kelengkapan Peralatan Belajar ... 59

4.16 Hasil Belajar Siswa ... 60

4.17 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 63

4.18 Hasil Uji Multikolinearitas ... 64

4.19 Hasil Regresi Linear Berganda ... 66

4.20 Hasil Analisis Uji Simultan ... 68

4.21 Hasil Analisis Uji Parsial ... 79

4.22 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Simultan ... 70

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 26

4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Grafik ... 62

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas VII (Responden) ... 84

2. Kisi-Kisi Angket Uji Coba ... 90

3. Instrumen Penelitian Angket Uji Coba ... 91

4. Tabulasi Uji Coba ... 96

5. Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 99

6. Rekap Validitas ... 106

7. Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 107

8. Instrumen Angket Penelitian ... 108

9. Analisis Deskriptif Persentase Variabel Penelitian ... 113

10. Analisis Deskriptif Persentase Indikator Tiap Variabel Penelitian ... 123

11. Daftar Nilai Tiap Variabel Untuk Analisis Regresi ... 133

12. Hasil Analisis Regersi ... 136

13. Uji Asumsi Klasik ... 137

14. Uji Hipotesis ... 139

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembelajaran sebagai wahana pendidikan dan pengembangan

karakter yang tidak terpisahkan dari pengembangan kemampuan sains,

teknologi, dan seni, seperti telah di rumuskan secara jelas sebagai landasan

legal pengembangan pembelajaran dalam Pasal 1 ayat (1) UU No.20 Tahun

2003 menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara. Pada

hakikatnya, tujuan dari suatu pembelajaran adalah tercapainya hasil belajar

melalui adanya perubahan ke arah yang lebih baik pada diri peserta didik.

Hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa siswa telah melakukan

proses belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan

sikap-sikap. Proses pendidikan di sekolah dikatakan berhasil apabila siswa

dapat menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Ketuntasan hasil belajar

dapat dilihat dengan menggunakan parameter prestasi belajar siswa dengan

melihat nilai kognitif, karena aspek ini dinilai guru untuk melihat

penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa.

(19)

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, ada beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Slameto (2010:54) menyatakan

bahwa, “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan

menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang ada diluar individu”.

“Salah satu faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah

pendidikan karakter. Karena dalam pendidikan karakter tujuan pembelajaran

yang dikehendaki merupakan perubahan sikap siswa yang semula

kontraproduktif berubah menjadi produktif, inovatif dan kreatif” (Khan,

2010:14).

Menurut Wibowo (2012:64-65), Saat ini belum terjadi pemaknaan secara tepat dan utuh dari pasal 1 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003, mengiringi kebijakan dan praktek penyelenggaraan pendidikan di tanah air. Hal ini perlu di reformasi dan di revitalisasi sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan bahkan harus menjadi wahana utama bagi pendidikan dan pengembangan karakter.

Pendidikan karakter memiliki korelasi positif pada keberhasilan

akademik siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Berkowitz

dalam Suyanto (2010:3), “Peningkatan motivasi siswa sekolah dalam

meraih prestasi akademik ditunjukkan oleh sekolah yang menerapkan

pendidikan karakter, adanya penurunan drastis pada prilaku negatif siswa

yang dapat menghambat keberhasilan akademik”. Hasil belajar yang buruk

dapat diakibat dari siswa suka melanggar peraturan, norma sosial dan

(20)

sendiri, agresif, dan juga suka melakukan perkelahian di luar sekolah. Selain

itu minat belajar siswa menjadi menurun, sebaliknya siswa menjadi lebih

berminat pada hal-hal di luar sekolah yang berujung pada tindakan yang

menyimpang hal ini menunjukan bahwa prilaku belajar siswa tidak sesuai

dengan tugasnya sebagai seorang pelajar.

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Ali ibrahim Akbar dalam Sudrajat (2010).

“Hasil dari banyak penelitian yang telah dilakukan menyatakan

bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis,

berdampak positif pada pencapaian akademis” (Wibowo, 2012:21).

Untuk mendukung proses pembelajaran yang baik, “sekolah juga

bertanggung jawab atas fasilitas sekolah yaitu sarana pendidikan dan

prasarana pendidikan yang kesemuanya menunjang pelaksanaan proses

pendidikan di sekolah” (Bafadal, 2004:2).

(21)

Berdasarkan peraturan tersebut, fasilitas pembelajaran mendukung

kelancaran proses belajar mengajar, oleh karena itu pemerintah harus

benar-benar memperhatikan kondisi sarana prasarana sebagai pendukung

keberhasilan pendidikan.

Dalam jurnal School Facilities and Academic Achievement of Secondary School Agricultural Science in Ekiti State, Nigeria

(Owoeye, 2011) menyatakan “Facilities in terms of qualifications of personnel, who are directly involved in the pedagogy; laboratory, library, school buildings, chairs/tables, administrative blocks, chalk-board, school maps and the likes are very crucial to high academic attainmen”. Artinya, fasilitas dalam hal kualifikasi personil, yang secara langsung terlibat dalam pedagogik yaitu: laboratorium, perpustakaan, gedung sekolah, kursi / meja, tempat administrasi, papan tulis, peta sekolah dan sejenisnya sangat penting untuk pencapaian akademik yang tinggi.

Adanya fasilitas pembelajaran yang memadai maka proses

pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. “Fasilitas belajar

mempengaruhi kegiatan belajar mengajar disekolah, siswa tentu dapat

belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi

segala kebutuhan belajar siswa” (Djamarah, 2011:185). Oleh karena itu

fasilitas belajar yang memadahi sangat penting demi pencapaian hasil

belajar siswa yang memuaskan.

Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 6 Semarang, bahwa

pendidikan karakter yang diterapakan mengarah pada pembentukan budaya

sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan

keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga

sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri

(22)

luas. Sebagai contoh pembiasaan atau budaya salam pagi, do’a pagi, hormat

bendera sebelum mulai pelajaran, menyanyikan lagu nasional sebelum

pelajaran, beribadah bersama. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

selama pembelajaran IPS Terpadu berlangsung bahwa siswa kurang

memperhatikan dengan antusias ketika guru menerangkan pelajaran IPS

Terpadu dengan metode ceramah. Ada beberapa siswa yang mengantuk,

sedangkan sebagian siswa yang lain mengobrol dan bercanda dengan

temannya. Tidak ada interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa,

artinya siswa hanya sebagai pendengar setia ketika guru menjelaskan

materi, dan saat guru memberi pertanyaan siswa tidak mau menjawab jika

tidak ditunjuk oleh guru. Disamping itu, masih ada beberapa siswa yang

tidak mencatat dan tidak mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil dari pemaparan kondisi tersebut jelas terlihat kalau siswa

masih kontraproduktif.

Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP Negeri 6

Semarang ini mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya dalam mata pelajaran yang didapatkan agar hasil belajar

yang di raih dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu

75, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai

karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Dapat dilihat masih banyak siswa yang kurang disiplin, yaitu dengan masih

seringnya siswa yang terlambat masuk sekolah, juga nilai hasil belajar yang

(23)

Untuk fasilitasnya, SMP Negeri 6 Semarang sudah dapat dikatakan

cukup memadai. Di dalam kelas sudah dilengkapi dengan fasilitas kelas

yaitu ruang kelas yang cukup luas yang dapat menampung 35 siswa lebih

dan di lengkapi dengan meja, kursi, white board, spidol serta perabot kelas

seperti lemari kelas, papan daftar hadir siswa, daftar piket harian, mading

kelas, dan daftar pajangan hasil karya siswa. Sinar matahari sudah cukup

untuk mendukung penerangan kelas dan tiap kelas memiliki 4 (empat)

lampu. Guru dan siswa dapat memanfaatkan area hotspot yang terdapat di

perpustakaan dan kantor guru jadi baik guru dan siswa dapat mengakses

sebagai penunjang pendidikan. Guru sudah menggunakan media belajar

seperti LCD dan notebook untuk mendukung proses belajar mengajar tetapi

sekolah hanya memiliki 4 (empat) LCD saja, digunakan secara bergantian

oleh guru pada tiap mata pelajaran lainnya sehingga pemanfaatannya masih

terbatas.

Untuk mendukung kegiatan belajar yang bersifat praktek, sekolah

memiliki laboratorium yaitu laboratorium IPA, laboratorium komputer,

laboratorium keterampilan, dan laboratorium bahasa. Selain didukung oleh

fasilitas belajar yang telah disebutkan di atas, sekolah juga memiliki kamar

mandi, mushola, kantin, lapangan olah raga, ruang serba guna dan tempat

parkir.

Penerapan pendidikan karakter yang bertujuan untuk membentuk

siswa dalam hal kereligiusan, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras,

(24)

kegiatan belajar mengajar dapat memberikan peningkatan hasil belajar yang

dicapai. Fasilitas belajar yang cukup baik dan memadahi untuk mendukung

kegiatan belajar mengajar disekolah khususnya pada mata pelajaran IPS

Terpadu juga dapat mendukung peningkatan hasil belajar siswa. Namun

kenyataannya hasil belajar siswa masih belum optimal khususnya pada mata

pelajaran IPS terpadu bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang belum

tuntas dengan memperoleh nilai di bawah standart Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) yaitu 75. Mata pelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 6

Semarang merupakan gabungan empat mata pelajaran yang dijadikan satu

komponen mata pelajaran, meliputi ekonomi, sejarah, geografi, dan

sosiologi dengan standart KKM Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu

kelas VII. Adapun rerata hasil nilai ulangan harian setiap komponen mata

(25)

Tabel 1.1

Nilai Rata-rata Ulangan Akhir Semester 1 Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII Tahun 2012/2013

Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Mata Pelajaran IPS

Terpadu SMP Negeri 6 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012

Jumlah Siswa yang

Rata-Rata mencapai

Kelas Jumlah Ulangan Akhir ketuntasan

(Siswa) Semester 1 ≥ 75 % < 75 %

VII. 1 31 61,79 3 10% 28 90%

VII. 2 33 69,46 11 33% 22 67%

VII. 3 32 62,78 6 19% 26 81%

VII. 4 33 63,09 6 18% 27 82%

VII. 5 31 61,76 4 13% 27 87%

VII. 6 32 58,71 2 6% 30 94%

Sumber : Nilai UAS IPS Terpadu Kelas VII Semester Gasal 2011/2012

Tabel nilai rata-rata tersebut dapat di lihat bahwa nilai siswa yang

belum mencapai batas KKM masih di atas 50%. Hal ini menunjukkan

bahwa pencapaian hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 6 Semarang

belum sepenuhnya optimal, sehingga dengan adanya permasalahan tersebut

perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Karakter

dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu Kelas VII di SMP N 6

(26)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil

belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6

Semarang?

2. Adakah pengaruh pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa mata

pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang?

3. Adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata

pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang?

4. Seberapa besar pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar

terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di

SMP N 6 Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan karakter dan

fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu

kelas VII di SMP N 6 Semarang.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pendidikan karakter

terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di

(27)

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil

belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6

Semarang.

4. Untuk mengetahui seberapa besar ada tidaknya pengaruh pendidikan

karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran

IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tinjauan penelitian di atas, diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan

sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan,

serta dapat memberikan tambahan dalam kepustakaan untuk para

pembaca dan peneliti selanjutnya, khususnya tentang pengaruh

pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan saran bagi pihak yang berkepentingan dalam

dunia pendidikan, bagi lembaga atau perorangan untuk lebih

memperhatikan secara komprehensif dimensi-dimensi dari dunia

pendidikan (pembelajaran) yang sesungguhnya sangat kompleks.

(28)

a. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi Universitas Negeri Semarang, untuk

lebih meningkatkan kualitas akademik dan kompetensi mahasiswa

progam kependidikan sebagai calon guru yang profesional.

b. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan kepada sekolah tentang

pentingnya pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil

belajar siswa, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam

melakukan kontrol terhadap proses belajar mengajar yang

dilaksanakan oleh guru.

c. Bagi mahasiswa, untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan

kemampuan teknis selain penguasaan materi seperti peningkatan

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Anni (2009:85) “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”.

“Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam

belajar adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau

proses pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru” (Dimyati dan

Mudjiono, 2009:250).

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Anni (2009:86) hasil belajar dirumuskan menjadi tiga ranah belajar, yaitu:

a. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil usaha berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Kategori ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah efektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori ranah afektif mencakup penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. Hasil belajar dari ranah ini paling sulit diukur.

c. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan adanya kemampuan fisik meliputi keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek dan koordinasi syaraf. Kategori ranah psikomotorik mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas. Penjabaran ranah ini sangat sukar karena sering terjadi tumpang tindih dengan ranah kognitif dan ranah afektif.

(30)

Sudjana dalam Tu’u (2004:76) “diantara ketiga ranah ini, yakni

kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah kognitif yang paling sering

dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para

siswa dalam mengusai isi bahan pengajaran”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya

usaha yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga

terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (2010:54) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua faktor, yaitu:

1. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar (diri pembelajar), meliputi:

a. Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatan fisiknya dalam keadaan tidak baik. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Cacat tubuh dapat berupa buta, tuli, bisu, patah kaki dan tangan, lumpuh, dan lain-lain. Jika hal itu terjadi, maka pembelajar harus belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi hasil belajarnya.

b. Faktor psikologis

(31)

c. Faktor kelelahan

Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor kelelahan jasmani (berhubungan dengan keadaan fisik, misal capek, pusing, pegal-pegal) dan faktor kelelahan rohani (berhubungan dengan psikis, misal stres). Kedua hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang.

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi:

a. Faktor lingkungan keluarga

Faktor ini mencakup cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor lingkungan sekolah

Faktor ini mencakup kompetensi guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, sarana dan prasarana, metode belajar dan tugas rumah.

c. Faktor lingkungan masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa didalam masyarakat. Faktor ini mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.3 Penilaian Hasil Belajar

“Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh

mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak, dengan kata

lain penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses

dan hasil belajar siswa” (Sudjana, 2009:22).

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, ada 3 (tiga) tes hasil

belajar menurut Suharsimi (2009:47) sebagai berikut:

1. Tes Diagnosis

(32)

2. Tes Formatif

Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu progam tertentu. Tes ini dilakukan pada akhir yang disebut post test atau tes akhir yang dikenal dengan ulangan harian.

3. Tes Sumatif

Tes ini dilaksanakan setiap mengakhiri satu pokok bahasan atau sebuah progam yang lebih besar. Tes ini biasanya dilaksanakan pada akhir semester yang dikenal dengan ulangan umum.

2.2 Pendidikan Karakter

2.2.1 Pengertian Pendidikan Karakter

“Pendidikan karakter adalah mengajarkan kebiasaan cara berfikir

cerdas dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama

sebagai masyarakat dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat

keputusan yang dapat di pertanggungjawabkan”, (Khan, 2010:1).

Menurut Paul Suparno dalam Manaf (2013) “Pendidikan karakter

merupakan proses membantu generasi muda untuk menjadi manusia yang

utuh dan penuh, menyangkut semua aspek kehidupan manusia seperti

kognitif, afektif, sosial, moral, emosi, estetika, agama, kepribadian dan

fisik”.

Elkind & Sweet dalam Sudrajat (2010) mendefinisikan pendidikan

karakter sebagai “Character education is the deliberate effort to help people

understand, care about, and act upon core ethical values. When we think

about the kind of character we want for our children, it is clear that we

want them to be able to judge what is right, and temptation from within”.

(33)

guru, yang mampu mempengaruhi karakter siswa. Hal ini mencakup

keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara, dan berbagai hal

terkait lainnya.

“Pendidikan karakter merupakan usaha bersama sekolah dan oleh

karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru, semua mata

pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah”

(Afandi, 2011:88).

2.2.2 Fungsi Pendidikan Karater

Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Afandi (2011:89) berfungsi sebagai:

a. wahana pengembangan, yakni: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi berperilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter.

b. wahana perbaikan, yakni: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.

c. wahana penyaring, yakni: untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter.

2.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Khan (2010:17) tujuan dari pendidikan karakter adalah:

1. Mengembangkan potensi siswa menuju self actualization. 2. Mengembangkan sikap dan kesadaran akan harga diri.

3. Mengembangkan seluruh potensi siswa merupakan manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.

4. Mengembangkan pemecahan masalah.

5. Mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok, untuk membantu meningkatkan berpikir kritis dan kreatif.

6. Menggunakan proses mental untuk menemukan prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektual.

(34)

2.2.4 Indikator Pendidikan Karakter

Menurut Wibowo (2012:100-104) merumuskan indikator dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. indikator tersebut adalah:

1) Religius. 2) Jujur. 3) Toleransi. 4) Disiplin. 5) Kerja keras. 6) Kreatif. 7) Mandiri. 8) Cinta tanah air. 9) Tanggung jawab.

2.3 Fasilitas Belajar

2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar

Bafadal (2004:2) fasilitas belajar dapat dikelompokkan menjadi sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

“Fasilitas adalah suatu sarana yang membantu kelancaran dan

kemudahan untuk pelaksanaan suatu usaha” (Werdayanti, 2008:83). Dari

beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar

adalah segala sesuatu yang dapat memperlancar dan mempermudah

kegiatan belajar mengajar siswa, berupa ruang belajar, penerangan dan

(35)

2.3.2 Ruang Lingkup Fasilitas Belajar

Nawawi (1987) dalam Bafadal (2004: 2-3),

mengklasifikasikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam yaitu (1) ditinjau dari habis tidaknya di pakai; (2) ditinjau dari pendidikan bergerak tidaknya; (3) ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.

a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai 1. Sarana pendidikan yang habis pakai

Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu relatif singkat. Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang bisa digunkan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain itu ada beberapa sarana pendidikan yang berubah misalnya, kayu, besi, dan kertas karton yang seringkali digunakan oleh guru mengajar meteri pelajaran keterampilan. Sementara, sebagai contoh sarana pendidikan yang berubah bentuk adalah bola lampu dan kertas.

2. Sarana pendidikan yang tahan lama

Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, globe dan beberapa peralatan olahraga. b. Ditinjau dari sarana pendidikan yang bergerak dan tidak bergerak

1. Sarana pendidikan bergerak

Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu sarana pendidikan yang bisa degerakkan atau dipindahkan kemana-mana bila di inginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana saja.

2. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak

Sarana pendidikan yang tidak bisa digerakkan adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan.

(36)

Prasarana pendidikan di sekolah bisa di klasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: (1) Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium; (2) Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis tersebut diantaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka ruang lingkup fasilitas belajar

mencakup sarana dan prasarana yang dapat mendukung kelancaran proses

pembelajaran.

2.3.3 Aspek-Aspek Fasilitas Belajar

Menurut Gie dalam Werdayanti (2008:83), “menjelaskan

aspek-aspek fasilitas belajar sebagai berikut, tempat atau ruang belajar yang

memadai dan nyaman, penerangan yang cukup, buku-buku pegangan yang

menunjang pemahaman siswa, peralatan belajar”.

2.3.4 Fungsi Fasilitas Belajar

Tersedianya fasilitas belajar yang baik membuat kegiatan belajar

mengajar semakin baik pula. Semua peralatan dapat berdaya guna dan siswa

semakin rajin serta tekun belajar karena didukung kelengkapan fasilitas

belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:249), “Prasarana dan sarana

(37)

Sesuai dengan pendapat tersebut, maka fungsi dari fasilitas belajar

secara keseluruhan adalah membantu siswa dalam memahami apa yang

telah disampaikan oleh guru mata pelajaran dan untuk menunjang serta

mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa

sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

2.4 Pembelajaran IPS Terpadu

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tepadu merupakan intregrasi dari

berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Terpadu dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang

mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang

ilmu-ilmu sosial.

IPS Terpadu atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum

sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial:

sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan

psikologi sosial.

Menurut Somantri (2001:101), ”IPS Terpadu adalah suatu mata

pelajaran yang menggunakan pendekatan Integrasi dari beberapa mata

pelajaran, agar lebih mempunyai arti bagi peserta didik serta mencegah

tumpang tindih”.

Menurut Somantri (2001:264), mengatakan bahwa ciri-ciri mata pelajaran IPS Terpadu sebagai berikut:

(38)

b) Bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan masalah-masala sosial.

c) Bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan ketrampilan berpikir, khususnya keterampilan menyelidiki.

d) Bahan pelajaran lebih memberikan perhatian terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.

e) Kegiatan-kegiatan dasar manusia dapat dicerminkan dalam progam studi.

f) Organisasi kurikulumnya bervariasi, mulai dari pengorganisasian yang integreted, correlated, dan separated.

g) Susunan bahan pelajaran bervariasi mulai dari pendekatan kewarganegaraan, fungsional, humanistik, dan struktural.

h) Kelas pelajaran IPS dikembangkan menjadi laboratorium demokrasi.

I) Evaluasi buan hanya memperhatikan aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik melainkan mencoba mengembangkan DQ

(Democratic Quotient) dan CQ (Citizenship Quotient).

J) Unsur-unsur sosiologis, antropologis dan pengetahuan sosial lainnya memperkaya progam studi, demikian pula unsur-unsur sains, teknologi, matematika dan agama ikut memperkaya bahan pelajaran.

Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi pembelajaran IPS Terpadu sebagai berikut: (1) tujuan progam pengajaran dan tujuan pendidikan, (2) teori-teori pendidikan dan psikologi pendidikan, (3) organisasi kurikulumnya, (4) metode mengajar guru, (5) sifat siswa, (6) kebutuhan masyarakat setempat, nasional dan internasional, (7) mutu guru dan fasilitas belajar, (Somantri, 2001:300).

Selain itu, menurut Somantri (2001:261) adapun tujuan mempelajari IPS Terpadu sebagai berikut:

a) Dapat mempelajari masalah-masalah sosial yang perlu pemecahannya.

b) Sifat pengajaran pengarah pada prospek kehidupan yang demokratis.

c) Untuk dapat berlatih berbeda pendapat dalam memperkuat asas demokratis.

d) Bahan pelajaran disesuakan dengan kebutuhan pribadi maupun mayarakat.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu ialah

mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial

(39)

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap

masalah yang terjadi sehari-hari baik pada dirinya sendiri maupun

masyarakat.

Menurut Depdiknas (2007:9), menyebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran IPS Terpadu tersebut dapat dicapai manakala progam-progam pelajaran IPS Terpadu di sekolah diorganisasikan secara baik. Berdasarkan rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan,

mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi, membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru.

2. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah,

menulis, berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi peta, membuat garis besar, membuat grafik dan membuat catatan.

3. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan

suatu hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan masalah, menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan, menerima, menolak atau memodifikasi hipotesis dengan tepat.

4. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan

kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-verbal yang disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara menolong masalah yang lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan orang lain, dan mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.

“Isi pelajaran IPS harus merupakan kesatuan dari perkembangan

kesatuan unsur kognitif, afektif dan keterampilan” (Somantri, 2001:182).

“Sedangkan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat

tidak bisa dilihat dari pandangan satu disiplin saja, melainkan harus dilihat

dari berbagai macam disiplin yaitu pendekatan interdisipliner”, (Somantri,

2001:265).

2.5 Penelitian Terdahulu

(40)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Efektifitas pembelajaran

matematika dengan metode

problem posing berbasis pendidikan karakter (Eka, Lia Susanti. 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

metode problem posing

berbasis pendidikan karakter

merupakan pembelajaran

yang efektif. Karena kelas

eksperimen mencapai

ketuntasan hasil belajar dengan batas KKM sebesar 75.

2. Implementasi pendidikan

karakter melalui strategi pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kendal tahun

ajaran 2010/2011

(Supriyanto/2011).

Implementasi pendidikan

karakter melalui strategi

pembelajaran kooperatif

mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMA N 1 Kendal. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pre tes dan pos tes kelas eksperimen, di mana terjadi kenaikan dari 64,17 menjadi 80,00 atau 24,67%.

3. School Facilities and

Academic Achievement of Secondary School Agricultural Science in Ekiti State, Nigeria

(Owoeye, Joseph Sunday.

2011).

Fasilitas dalam hal kualifikasi

personil, yang secara

langsung terlibat dalam

pedagogik yaitu:

laboratorium, perpustakaan, gedung sekolah, kursi / meja, tempat administrasi, papan tulis, peta sekolah dan sejenisnya sangat penting untuk pencapaian akademik yang tinggi.

2.6 Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk

(41)

proses belajar mengajar. Hasil belajar dapat dipandang dari 2 segi yaitu dari

segi siswa dan segi guru. Dapat Dilihat dari segi siswa, hasil belajar

merupakan tingkatan perkembangan mental yang lebih baik di bandingkan

sebelum melakukan aktivitas belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Dapat dilihat dari segi guru, hasil belajar merupakan

terselesaikannya bahan pelajaran yang telah di sampaikan. Hasil belajar

dikatakan baik apabila daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang

diajarkan mencapai prestasi tinggi dan terjadi proses perubahan perilaku ke

arah yang positif.

Perubahan yang terjadi tersebut akibat dari kegiatan belajar yang

telah dilakukan siswa. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar yang

diharapkan, siswa harus melalui proses tertentu dalam belajar yang

dipengaruhi oleh faktor intern (faktor dari dalam individu) dan faktor

ekstern (faktor dari luar individu).

Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang penting untuk di

ciptakan. Adanya penerapan pendidikan karakter di sekolah sangat

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga

dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pendidikan karakter dapat

berupa kedisiplinan belajar, tanggung jawab belajar, dan kreatifitas belajar

siswa yang dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Sikap disiplin

belajar siswa dalam mentaati peraturan sekolah yang telah di tetapkan

sangat membantu proses belajar yang kondusif. Tanggung jawab belajar

(42)

diberikan oleh guru. Suasana kelas yang kondusif dan siswa yang rajin saat

proses belajar akan lebih lengkap lagi dengan adanya kreatifitas belajar

siswa dengan cara aktif dalam proses belajar berlangsung, sehingga hasil

pembelajaran yang baik dapat terwujud.

Untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar IPS Terpadu

diperlukan adanya fasilitas belajar yang dapat memperlancar proses belajar

mengajar. Fasilitas belajar merupakan faktor ekstern yang diduga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Adanya fasilitas belajar di sekolah sangat

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga

dapat memenuhi kebutuhan belajar anak didik yang akan berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Fasilitas belajar dapat berupa sarana dan

prasarana yang mampu menunjang keberhasilan belajar siswa. Semakin

lengkap sarana dan prasarana pembelajaran, maka hasil belajar siswa juga

semakin meningkat. Penyediaan dan penggunaan fasilitas belajar tentunya

harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak di capai. Guru

dan siswa harus bisa saling bekerjasama dalam menggunakan fasilitas

pembelajaran yang tersedia agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka berpikir dalam

(43)

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Keterangan:

= secara simultan (bersama-sama)

(44)

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Secara

teknis, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang

akan diujikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel

penelitian. Menurut Suharsimi (2010:110) “hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Berdasarkan permasalahan yang muncul, hipotesis dari

permasalahan tersebut sebagai berikut:

Ha1: Ada pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil

belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6

Semarang.

Ha2: Ada pengaruh pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang.

Ha3: Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian analisis deskriptif persentase, sedangkan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sumber data

diperoleh dari data primer dan data sekunder.

Data primer berasal dari subyek penelitian informan atau data dari

tangan pertama dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang

dicari. Data primer disini yang berupa angket untuk mengetahui adanya

pengaruh dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan

karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP Negeri 6

Semarang.

Data sekunder berupa tulisan, gambar, dan catatan lain yang

dipelukan atau dengan kata lain data yang berasal dari pustaka-pustaka.

Data sekunder disini untuk mengetahui jumlah siswa dan hasil belajar siswa

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP

Negeri 6 Semarang yang berasal dari nilai ulangan harian dan nilai Ulangan

Akhir Semester (UAS) gasal, serta data tentang fasilitas belajar siswa yang

digunakan dalam proses belajar mengajar.

(46)

3.2 Populasi Penelitian

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Suharsimi

2010:173). Menurut Sugiyono (2009:117) ”Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini populasi yang

dimaksud adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 6 Semarang yang

berjumlah 192 siswa yang terdiri dari 6 (enam) kelas, dengan perincian

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Penyebaran Anggota Populasi

No Kelas Jumlah (Siswa)

1. VII.1 31

2. VII.2 33

3. VII.3 32

4. VII.4 33

5. VII.5 31

6. VII.6 32

Jumlah 192

Sumber: Data siswa SMP Negeri 6 Semarang, 2012

3.3 Sampel Penelitian

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”

(Suharsimi, 2010:174). “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang memiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan

pertimbangan jika populasi terlalu besar atau banyak. Hal ini dimaksudkan

agar sampel yang diambil bisa benar-benar representatif atau mewakili”

(47)

Dalam penelitian ini digunakan derajat kesalahan menggunakan 5%

atau 0,05 sebagai kelonggaran ketidaktelitian, agar kesalahan pengambilan

sampel masih dapat ditolerir dengan memiliki taraf kepercayaan 95%.

Mengingat, semakin kecil persentase kelonggaran ketidaktelitian, maka

jumlah sampel semakin banyak dan sampel yang akan diambil dapat

benar-benar representatif (mewakili). Sebaliknya semakin besar persentase

kelonggaran ketidaktelitian, maka semakin kecil jumlah sampel yang

diambil. Untuk menentukan sampel menggunakan rumus Slovin sebagai

berikut:

n =

1+� ²

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian kesalahan (5%)

Sampel dalam penelitian ini adalah :

n = 192

1+192(5%)²

n = 192

1+(192 5%²)

n = 192

(48)

Tabel 3.2

Daftar Penyebaran Anggota Sampel

No. Kelas Populasi Perhitungan Sampel Jumlah Sampel

1 VII.1 31 31/192 X 130 = 21,98 21

2 VII.2 32 33/192 X 130 = 22,34 22

3 VII.3 32 32/192 X 130 = 21,66 22

4 VII.4 33 33/192 X 130 = 22,34 22

5 VII.5 31 31/192 X 130 = 20,98 21

6 VII.6 32 32/192 X 130 = 21,66 22

Jumlah 130

Sumber: Perhitungan Teknik Pengambilan Anggota Sampel

“Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu” (Sugiyono, 2009:120). Teknik ini dilakukan tanpa

memperhatikan strata karena siswa kelas VII di SMP Negeri 6 Semarang

mempenyai karakteristik yang sama, yaitu sama-sama kelas VII, lama

belajarnya, dan guru yang mengajar.

“Teknik untuk pengambilan anggota sampel menggunakan random

sampling dengan cara undian yaitu pengambilan sampel secara acak karena

setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel” (Suharsimi, 2010:177).

Pengundian dalam pengambilan anggota sampel tiap kelas dilakukan

degan sistem undian (kocokan) yang disesuaikan dengan nomor urut

(49)

yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan karena semua siswa dalam tiap

kelas memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel.

3.4 Variabel Penelitian

“Variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian” (Suharsimi, 2010:161). Menurut Sugiyono

(2009:61) “Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dalam

penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

variabel terikat.

3.4.1 Variabel Bebas atau Variabel Independen (X)

“Variabel bebas adalah variabel-variabel yang mempengaruhi”

(Suharsimi, 2010:162). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a. Pendidikan karakter (X1), indikatornya:

1. Religius.

2. Jujur.

3. Toleransi.

4. Disiplin.

5. Kerja keras.

6. Kreatif.

7. Mandiri.

(50)

9. Tanggung jawab. (Wibowo. 2012:100-104)

b. Fasilitas belajar (X2), indikatornya:

1. Ruang tempat belajar.

2. Penerangan yang cukup.

3. Buku pegangan.

4. Kelengkapan peralatan belajar.

Gie dalam Werdayanti, (2008:83)

3.4.2 Variabel Terikat atau Variabel Dependen (Y)

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat” (Suharsimi, 2010:162). Menurut Sugiyono (2009:61) adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel

bebas. Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VII

pada semester gasal mata pelajaran IPS Terpadu tahun ajaran 2012/2013 di

SMP Negeri 6 Semarang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan upaya yang harus dilakukan untuk

mendapatkan berbagai informasi dalam penelitian. Metode pengumpulan data

(51)

3.5.1 Angket atau Kuesioner

“Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang di ketahui” (Suharsimi, 2010:194).

Menurut Sugiyono (2009:199) “merupakan teknik pegumpulan data dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden”.

Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu

kuesioner yang sudah disediakan pilihan jawaban sehingga responden

tinggal memilih jawabannya saja dengan memberi tanda pada jawabannya

yang dipilih. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi atau

keterangan mengenai pendidikan karakter dan fasilitas belajar. “Penyusunan

angket menggunakan teknik pengukuran skala likert dalam bentuk checklist

(√) yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban” (Ghozali,

2009:45).

Setiap pertanyaan disediakan 5 (lima) pilihan jawaban, para

responden tinggal memilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda

checklist(√) pada kolom yang telah disediakan dan setiap pilihan memiliki

bobot nilai yang beda :

1. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)

2. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)

3. Skor 3 untuk jawaban Kurang setuju (KS)

(52)

5. Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

3.5.2 Dokumentasi

“Dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau

variasi yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

catatan, dokumen, peraturan, notulen rapat, surat kabar, agenda dan

sebagainya” (Suharsimi, 2010:201).

Dokumentasi digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar

mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII dari daftar nilai ulangan harian dan

daftar nilai ulangan akhir semester siswa oleh guru mata pelajaran IPS

Terpadu. Dokumentasi dapat digunakan untuk mengetahui data nama siswa,

data sarana dan prasarana sekolah, dan fasilitas belajar siswa serta

administrasi sekolah lainnya.

3.5.3 Observasi

“Observasi adalah memperhatikan segala sesuatu atau pemuatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra

melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap,

dimana sering disebut pengamatan” (Suharsimi, 2010:199). Metode

observasi ini digunakan peneliti untuk mengamati keadaan pendidikan

karakter dan fasilitas belajar siswa di sekolah secara langsung.

3.6 Uji Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen penelitian dilakukan sebelum angket diberikan

(53)

menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas, menghilangkan

kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan penambahan atau

pengurangan ietm.

Instrumen ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan. Uji

coba instrumen dimaksudkan untu mengetahui layak tidaknya instrumen

tersebut digunakan dalam pengambilan data penelitian. Instrumen penelitian

yang diuji cobakan adalah instrumen pendidikan karakter (X1) dan fasilitas belajar (X2). Untuk data mengenai hasil belajar siswa dilihat dari nilai

ulangan akhir semester gasal.

3.6.1 Validitas

“Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner” (Ghozali, 2009:49). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan

membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel sebesar 0,361. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel dengan menggunakan level

signifikan 5%. Untuk mengetahui kevalidan butir-butir angket dapat

diketahui dengan membandingkan rhitung pada hasil perhitungan dengan

menggunakan progam SPSS for windows release 16 terhadap nilai rtabel.

Pada hasil perhitungan dengan menggunakan progam SPSS for windows

release 16 terhadap nilai rtabel.

Berdasarkan uji coba angket kepada 30 responden diperoleh hasil

(54)

Tabel 3.3

Hasil Uji Coba Angket

Variabel Indikator Butir r Hitung r Tabel Keterangan

(55)

Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dari uji instrumen yang

dilakukan ada 2 item soal yang tidak valid, yaitu nomer 7 dan 22. Item yang

tidak valid tersebut harus dihilangkan karena sudah terwakili oleh item

pernyataan yang lain.

3.6.2 Reliabilitas

“Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik” (Suharsimi, 2010:221). Reliabilitas menunjukkan pada tingkat

keterandalan sesuatu yang artinya dapat dipercaya sehingga dapat

diandalkan. “Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60” (Ghozali, 2009:46). Reliabilitas dapat dihitung

dengan bantuan progam SPSS for windows release 16.

Tabel 3.4 Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha

Cronbach’s Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

Pendidikan Karakter 0,908 0,910 27

Fasilitas Belajar

0,804 0,814 13

Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai Cronbach

Alpha untuk variabel pendidikan karakter sebesar 0,910 dan untuk variabel

Gambar

Gambar  1. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Daftar Penyebaran Anggota Populasi
Tabel 3.2 Daftar Penyebaran Anggota Sampel
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Surat Pernyataan kerelaan dari pemilik tanah apabila pendirian bangunan bukan pada tanah milih sendiri bermaterai cukup; 12.. Surat kuasa bermaterai cukup apabila

Akhir yang berjudul “ Penurunan Kadar Logam Cr(VI) Limbah Cair Laboratorium.. Menggunakan Serbuk Besi Limbah Industri Elektroplating ” ini disusun

Kasubbag Program Menginformasikan tentang Penyusunan LKjIP kepada Sekretaris serta dilanjutkan ke Kepala Dinas Lingkungan Hidup - Informasi data2 Penyusuan LKjIP yang

Menurut Dinkmeyer and Caldwell (dalam Ahman,1998), bahwasanya ada beberapa faktor yang membedakan antara bimbingan di SD dengan sekolah menengah, yaitu : pertama, bimbingan di

Teknik analisis korelasi ganda digunakan untuk menentukan besarnya hubungan dan kontribusi dari dua variabel atau lebih secara simultan atau bersama-sama dengan

Tujuan skenario pengujian ini adalah mengetahui dan nantinya dapat menyimpulkan pengaruh pemberian variasi jumlah individu per populasi pada kinerja perangkat lunak ini

 Permasalahan mengenai berapa jumlah tiap jenis barang yang berbeda dapat dimasukkan ke dalam sebuah ransel guna. memaksimumkan pengembalian dari barang-

Populasi merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan objek penelitian dalam penelitian dan dengan menentukan populasi maka peneliti akan mampu melakukan pengolahan data