i
PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER DAN FASILITAS
BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
TERPADU KELAS VII DI SMP N 6 SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh: Ajir Rahman
7101409197
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Palupiningdyah, M.Si Ismiyati, S. Pd, M.Pd
NIP. 195208041980032001 NIP. 198009022005012002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi
Dra. Nanik Suryani, M.Pd
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Dra. Nanik Suryani, M.Pd
NIP. 195604211985032001
Anggota I Anggota II
Dra. Palupiningdyah, M.Si Ismiyati, S. Pd, M.Pd
NIP. 195208041980032001 NIP. 198009022005012002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. S. Martono, M.Si.
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan
dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Juli 2013
Ajir Rahman
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Sel-sel otak manusia memiliki kapasitas
yang luar biasa. Namun kecerdasan otak
tergantung dari jumlah interkoneksi sel
otak. (Tony Buzan)
PERSEMBAHAN:
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah
SWT, skripsi ini saya persembahkan
kepada:
Kedua orang tuaku dan
orang-orang yang berada disekitarku
yang menjadi bagian penting
dalam hidupku.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Karakter dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP N 6 Semarang”.
Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan Studi Strata I untuk
mencapai gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang. Melalui skripsi ini penulis memperoleh pengalaman baru yang belum
pernah diperoleh sebelumnya dan diharapkan pengalaman tersebut dapat
bermanfaat di masa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari
dukungan, bimbingan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
dengan segala kebijakannya.
2. Dr. S. Martono, M. Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang dengan kebijakannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dengan baik.
3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah
memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
4. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing
vii
5. Ismiyati, S. Pd, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.
6. Dosen Penguji yang telah menguji dan menyempurnakan penyusunan skripsi.
7. Sri Sarmini, S.Pd, M.Pd. Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
8. Sri Harsini, S.Pd. Guru mata pelajaran IPS yang telah membantu pelaksanaan
penelitian.
9. Pihak SMP N 6 Semarang yang membantu pelaksanaan dan kelancaran
penelitian.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca dan sebagai bahan acuan peneliti selanjutnya.
Semarang, Juli 2013
Ajir Rahman
viii
SARI
Rahman, Ajir. 2013. “Pengaruh Pendidikan Karakter dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP N 6 Semarang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dra. Palupiningdyah, M.Si, Dosen Pembimbing II: Ismiyati, S.Pd, M.Pd.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Fasilitas Belajar, Hasil Belajar.
Hasil belajar merupakan pokok ukur maksimal yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pendidikan karakter dan fasilitas belajar. Permasalahan yang dikaji penelitian ini adalah Adakah pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 192 siswa, sehingga diperoleh sampel sebanyak 130 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan cara undian. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu pendidikan karakter (X1) dan fasilitas belajar (X2) serta variabel terikat yaitu hasil belajar siswa (Y). Metode pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi dan observasi.
Hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan pendidikan karakter dalam kategori baik dengan persentase 72%, fasilitas belajar dalam kategori cukup baik dengan persentase 67%, dan nilai rerata hasil belajar siswa 67,02%. Uji t diperoleh thitung 5,214 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Berarti adanya pengaruh pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa sebesar 17,6%. Variabel fasilitas belajar dengan uji t diperoleh thitung 4,341 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Berarti adanya pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa 12,9%. Hasil uji F diperoleh Fhitung sebesar 54,406 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Berarti adanya pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 45,3% dan sisanya 54,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
ix
ABSTRACT
Rahman, Ajir. 2013. “The Influence of Character Education and Learning Facilities toword Learning Outcomes for VII Grade Students’ on Social Science Subject in SMP N 6 Semarang”. Final Project. Department of Economics Education. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor I: Dra. Palupiningdyah, M.Si, Advisor II: Ismiyati, S.Pd, M.Pd.
Keywords: Character Education, Learning Facilities, Learning Outcomes.
Learning outcomes is the main maximum measure which has reached by student after doing study activity in the spesific time. Students’ learning outcomes are influenced by various factors, some of them are character education and learning facilities. The problem of this study was is there any influence between character education and learning facilities toword students’ learning outcomes?. The objective of this was to determine the influence of character education and learning facilities toword students’ learning outcomes.
The population in this research is 192 students’, so we can get 130 students’ as sample. The technique which is used in taking sample is simple random sampling technique with lottere. The variable in this research state from independent variable that are character educations (X1) and learning fasilities (X2) and dependent variable that is learning outcomes (Y). The data searching methode is used questioner, documentation and observation.
The result of descriptive persetation analysis show that character education in find category with persentation 72%. Learning fasilities in enough category in persentation 67%, and the average mark of students’ learning outcomes 67,02%. T test shows that t value 5,214 with significancy 0,000 < 0,05. So, the influence of character education to students’ learning outcomes is 17,6%. Learning fasilities variable t test shows t value 4,431 with significancy 0,000 < 0,05. So, the influence of learning fasilities to students learning outcomes is 12,9%. The result of F test shows F value 54,406 with significancy 0,000 < 0,05. So, the influence of character education and learning fasilities toword students’ learning outcomes is 45,3% and the residu 54,7% is influenced by another variable which is not studied in this research.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
SARI ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
2.1 Hasil Belajar ... 12
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar ... 12
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13
xi
2.2 Pendidikan Karakter ... 15
2.2.1 Pengertian Pendidikan Karakter ... 15
2.2.2 Fungsi Pendidikan Karakter ... 16
2.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter ... 16
2.2.4 Indikator Pendidikan Karakter ... 17
2.3 Fasilitas Belajar ... 17
2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar ... 17
2.3.2 Ruanglingkup Fsilitas Belajar ... 18
2.3.3 Aspek-Aspek Fasilitas Belajar ... 19
2.3.4 Fungsi Fasilitas Belajar ... 19
3.4.1 Variabel Bebas atau Variabel Independen ... 32
3.4.2 Variabel Terikat atau Variabel Dependen ... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33
xii
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 41
3.7.2.1 Uji Normalitas ... 42
3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 43
3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 43
3.7.2 Metode Analisis Regresi Linier Berganda ... 43
3.8 Uji Hipotesis ... 44
3.8.1 Uji Simultan ... 44
3.8.2 Uji Parsial ... 45
3.8.3 Koefisien Determinasi Simultan ... 46
3.8.4 Koefisien Determinasi Parsial ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Hasil Penelitian ... 48
4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 48
4.1.1.1 Deskripsi Variabel Pendidikan Karakter ... 48
4.1.1.2 Deskripsi Variabel Fasilitas Belajar ... 56
4.1.1.3 Deskripsi Hasil Belajar ... 60
4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 60
4.1.2.1 Uji Normalitas ... 61
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 64
4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 64
4.1.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 66
4.1.3.1 Persamaan Regresi ... 66
4.1.4 Uji Hipotesis ... 67
4.1.4.1 Uji Simultan ... 67
4.1.4.2 Uji Parsial ... 78
4.1.4.3 Koefisien Determinasi Simultan ... 70
4.1.4.4 Koefisien Determinasi Parsial ... 70
xiii
BAB V PENUTUP ... 80
5.1 Simpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Rata-rata Ulangan Akhir Semester 1 Mata Pelajaran IPS ... 8
2.1 Penelitian Terdahulu ... 23
3.1 Daftar Penyebaran Anggota Populasi ... 29
3.2 Daftar Penyebaran Anggota Sampel ... 31
3.3 Hasil Uji Coba Angket ... 37
3.4 Hasil Reliabilitas ... 38
3.5 Kriteria Deskriptif Persentase ... 41
4.1 Kategori Variabel Pendidikan Karakter ... 48
4.2 Kategori Indikator Religius ... 50
4.3 Kategori Indikator Jujur ... 50
4.4 Kategori Indikator Toleransi ... 51
4.5 Kategori Indikator Disiplin ... 52
4.6 Kategori Indikator Kerja Keras ... 53
4.7 Kategori Indikator Kreatif ... 53
4.8 Kategori Indikator Mandiri ... 54
4.9 Kategori Indikator Cinta Tanah Air ... 54
4.10 Kategori Indikator Tanggung Jawab ... 55
4.11 Kategori Variabel Fasilitas Belajar ... 56
4.12 Kategori Indikator Ruang Tempat Belajar ... 57
4.13 Kategori Indikator Penerangan yang Cukup ... 58
xv
4.15 Kategori Indikator Kelengkapan Peralatan Belajar ... 59
4.16 Hasil Belajar Siswa ... 60
4.17 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 63
4.18 Hasil Uji Multikolinearitas ... 64
4.19 Hasil Regresi Linear Berganda ... 66
4.20 Hasil Analisis Uji Simultan ... 68
4.21 Hasil Analisis Uji Parsial ... 79
4.22 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Simultan ... 70
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 26
4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Grafik ... 62
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas VII (Responden) ... 84
2. Kisi-Kisi Angket Uji Coba ... 90
3. Instrumen Penelitian Angket Uji Coba ... 91
4. Tabulasi Uji Coba ... 96
5. Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 99
6. Rekap Validitas ... 106
7. Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 107
8. Instrumen Angket Penelitian ... 108
9. Analisis Deskriptif Persentase Variabel Penelitian ... 113
10. Analisis Deskriptif Persentase Indikator Tiap Variabel Penelitian ... 123
11. Daftar Nilai Tiap Variabel Untuk Analisis Regresi ... 133
12. Hasil Analisis Regersi ... 136
13. Uji Asumsi Klasik ... 137
14. Uji Hipotesis ... 139
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran sebagai wahana pendidikan dan pengembangan
karakter yang tidak terpisahkan dari pengembangan kemampuan sains,
teknologi, dan seni, seperti telah di rumuskan secara jelas sebagai landasan
legal pengembangan pembelajaran dalam Pasal 1 ayat (1) UU No.20 Tahun
2003 menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara. Pada
hakikatnya, tujuan dari suatu pembelajaran adalah tercapainya hasil belajar
melalui adanya perubahan ke arah yang lebih baik pada diri peserta didik.
Hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
proses belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap-sikap. Proses pendidikan di sekolah dikatakan berhasil apabila siswa
dapat menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Ketuntasan hasil belajar
dapat dilihat dengan menggunakan parameter prestasi belajar siswa dengan
melihat nilai kognitif, karena aspek ini dinilai guru untuk melihat
penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa.
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Slameto (2010:54) menyatakan
bahwa, “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang ada diluar individu”.
“Salah satu faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah
pendidikan karakter. Karena dalam pendidikan karakter tujuan pembelajaran
yang dikehendaki merupakan perubahan sikap siswa yang semula
kontraproduktif berubah menjadi produktif, inovatif dan kreatif” (Khan,
2010:14).
Menurut Wibowo (2012:64-65), Saat ini belum terjadi pemaknaan secara tepat dan utuh dari pasal 1 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003, mengiringi kebijakan dan praktek penyelenggaraan pendidikan di tanah air. Hal ini perlu di reformasi dan di revitalisasi sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan bahkan harus menjadi wahana utama bagi pendidikan dan pengembangan karakter.
Pendidikan karakter memiliki korelasi positif pada keberhasilan
akademik siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Berkowitz
dalam Suyanto (2010:3), “Peningkatan motivasi siswa sekolah dalam
meraih prestasi akademik ditunjukkan oleh sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter, adanya penurunan drastis pada prilaku negatif siswa
yang dapat menghambat keberhasilan akademik”. Hasil belajar yang buruk
dapat diakibat dari siswa suka melanggar peraturan, norma sosial dan
sendiri, agresif, dan juga suka melakukan perkelahian di luar sekolah. Selain
itu minat belajar siswa menjadi menurun, sebaliknya siswa menjadi lebih
berminat pada hal-hal di luar sekolah yang berujung pada tindakan yang
menyimpang hal ini menunjukan bahwa prilaku belajar siswa tidak sesuai
dengan tugasnya sebagai seorang pelajar.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Ali ibrahim Akbar dalam Sudrajat (2010).
“Hasil dari banyak penelitian yang telah dilakukan menyatakan
bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis,
berdampak positif pada pencapaian akademis” (Wibowo, 2012:21).
Untuk mendukung proses pembelajaran yang baik, “sekolah juga
bertanggung jawab atas fasilitas sekolah yaitu sarana pendidikan dan
prasarana pendidikan yang kesemuanya menunjang pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah” (Bafadal, 2004:2).
Berdasarkan peraturan tersebut, fasilitas pembelajaran mendukung
kelancaran proses belajar mengajar, oleh karena itu pemerintah harus
benar-benar memperhatikan kondisi sarana prasarana sebagai pendukung
keberhasilan pendidikan.
Dalam jurnal School Facilities and Academic Achievement of Secondary School Agricultural Science in Ekiti State, Nigeria
(Owoeye, 2011) menyatakan “Facilities in terms of qualifications of personnel, who are directly involved in the pedagogy; laboratory, library, school buildings, chairs/tables, administrative blocks, chalk-board, school maps and the likes are very crucial to high academic attainmen”. Artinya, fasilitas dalam hal kualifikasi personil, yang secara langsung terlibat dalam pedagogik yaitu: laboratorium, perpustakaan, gedung sekolah, kursi / meja, tempat administrasi, papan tulis, peta sekolah dan sejenisnya sangat penting untuk pencapaian akademik yang tinggi.
Adanya fasilitas pembelajaran yang memadai maka proses
pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. “Fasilitas belajar
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar disekolah, siswa tentu dapat
belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi
segala kebutuhan belajar siswa” (Djamarah, 2011:185). Oleh karena itu
fasilitas belajar yang memadahi sangat penting demi pencapaian hasil
belajar siswa yang memuaskan.
Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 6 Semarang, bahwa
pendidikan karakter yang diterapakan mengarah pada pembentukan budaya
sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri
luas. Sebagai contoh pembiasaan atau budaya salam pagi, do’a pagi, hormat
bendera sebelum mulai pelajaran, menyanyikan lagu nasional sebelum
pelajaran, beribadah bersama. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
selama pembelajaran IPS Terpadu berlangsung bahwa siswa kurang
memperhatikan dengan antusias ketika guru menerangkan pelajaran IPS
Terpadu dengan metode ceramah. Ada beberapa siswa yang mengantuk,
sedangkan sebagian siswa yang lain mengobrol dan bercanda dengan
temannya. Tidak ada interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa,
artinya siswa hanya sebagai pendengar setia ketika guru menjelaskan
materi, dan saat guru memberi pertanyaan siswa tidak mau menjawab jika
tidak ditunjuk oleh guru. Disamping itu, masih ada beberapa siswa yang
tidak mencatat dan tidak mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil dari pemaparan kondisi tersebut jelas terlihat kalau siswa
masih kontraproduktif.
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP Negeri 6
Semarang ini mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya dalam mata pelajaran yang didapatkan agar hasil belajar
yang di raih dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu
75, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Dapat dilihat masih banyak siswa yang kurang disiplin, yaitu dengan masih
seringnya siswa yang terlambat masuk sekolah, juga nilai hasil belajar yang
Untuk fasilitasnya, SMP Negeri 6 Semarang sudah dapat dikatakan
cukup memadai. Di dalam kelas sudah dilengkapi dengan fasilitas kelas
yaitu ruang kelas yang cukup luas yang dapat menampung 35 siswa lebih
dan di lengkapi dengan meja, kursi, white board, spidol serta perabot kelas
seperti lemari kelas, papan daftar hadir siswa, daftar piket harian, mading
kelas, dan daftar pajangan hasil karya siswa. Sinar matahari sudah cukup
untuk mendukung penerangan kelas dan tiap kelas memiliki 4 (empat)
lampu. Guru dan siswa dapat memanfaatkan area hotspot yang terdapat di
perpustakaan dan kantor guru jadi baik guru dan siswa dapat mengakses
sebagai penunjang pendidikan. Guru sudah menggunakan media belajar
seperti LCD dan notebook untuk mendukung proses belajar mengajar tetapi
sekolah hanya memiliki 4 (empat) LCD saja, digunakan secara bergantian
oleh guru pada tiap mata pelajaran lainnya sehingga pemanfaatannya masih
terbatas.
Untuk mendukung kegiatan belajar yang bersifat praktek, sekolah
memiliki laboratorium yaitu laboratorium IPA, laboratorium komputer,
laboratorium keterampilan, dan laboratorium bahasa. Selain didukung oleh
fasilitas belajar yang telah disebutkan di atas, sekolah juga memiliki kamar
mandi, mushola, kantin, lapangan olah raga, ruang serba guna dan tempat
parkir.
Penerapan pendidikan karakter yang bertujuan untuk membentuk
siswa dalam hal kereligiusan, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras,
kegiatan belajar mengajar dapat memberikan peningkatan hasil belajar yang
dicapai. Fasilitas belajar yang cukup baik dan memadahi untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar disekolah khususnya pada mata pelajaran IPS
Terpadu juga dapat mendukung peningkatan hasil belajar siswa. Namun
kenyataannya hasil belajar siswa masih belum optimal khususnya pada mata
pelajaran IPS terpadu bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang belum
tuntas dengan memperoleh nilai di bawah standart Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yaitu 75. Mata pelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 6
Semarang merupakan gabungan empat mata pelajaran yang dijadikan satu
komponen mata pelajaran, meliputi ekonomi, sejarah, geografi, dan
sosiologi dengan standart KKM Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu
kelas VII. Adapun rerata hasil nilai ulangan harian setiap komponen mata
Tabel 1.1
Nilai Rata-rata Ulangan Akhir Semester 1 Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII Tahun 2012/2013
Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Mata Pelajaran IPS
Terpadu SMP Negeri 6 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012
Jumlah Siswa yang
Rata-Rata mencapai
Kelas Jumlah Ulangan Akhir ketuntasan
(Siswa) Semester 1 ≥ 75 % < 75 %
VII. 1 31 61,79 3 10% 28 90%
VII. 2 33 69,46 11 33% 22 67%
VII. 3 32 62,78 6 19% 26 81%
VII. 4 33 63,09 6 18% 27 82%
VII. 5 31 61,76 4 13% 27 87%
VII. 6 32 58,71 2 6% 30 94%
Sumber : Nilai UAS IPS Terpadu Kelas VII Semester Gasal 2011/2012
Tabel nilai rata-rata tersebut dapat di lihat bahwa nilai siswa yang
belum mencapai batas KKM masih di atas 50%. Hal ini menunjukkan
bahwa pencapaian hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 6 Semarang
belum sepenuhnya optimal, sehingga dengan adanya permasalahan tersebut
perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Karakter
dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu Kelas VII di SMP N 6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil
belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6
Semarang?
2. Adakah pengaruh pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa mata
pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang?
3. Adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata
pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang?
4. Seberapa besar pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar
terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di
SMP N 6 Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan karakter dan
fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu
kelas VII di SMP N 6 Semarang.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pendidikan karakter
terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil
belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6
Semarang.
4. Untuk mengetahui seberapa besar ada tidaknya pengaruh pendidikan
karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran
IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tinjauan penelitian di atas, diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan
sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan,
serta dapat memberikan tambahan dalam kepustakaan untuk para
pembaca dan peneliti selanjutnya, khususnya tentang pengaruh
pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan saran bagi pihak yang berkepentingan dalam
dunia pendidikan, bagi lembaga atau perorangan untuk lebih
memperhatikan secara komprehensif dimensi-dimensi dari dunia
pendidikan (pembelajaran) yang sesungguhnya sangat kompleks.
a. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi Universitas Negeri Semarang, untuk
lebih meningkatkan kualitas akademik dan kompetensi mahasiswa
progam kependidikan sebagai calon guru yang profesional.
b. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan kepada sekolah tentang
pentingnya pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil
belajar siswa, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
melakukan kontrol terhadap proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru.
c. Bagi mahasiswa, untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan
kemampuan teknis selain penguasaan materi seperti peningkatan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Anni (2009:85) “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”.
“Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam
belajar adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau
proses pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru” (Dimyati dan
Mudjiono, 2009:250).
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Anni (2009:86) hasil belajar dirumuskan menjadi tiga ranah belajar, yaitu:
a. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil usaha berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Kategori ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Ranah efektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori ranah afektif mencakup penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. Hasil belajar dari ranah ini paling sulit diukur.
c. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan adanya kemampuan fisik meliputi keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek dan koordinasi syaraf. Kategori ranah psikomotorik mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas. Penjabaran ranah ini sangat sukar karena sering terjadi tumpang tindih dengan ranah kognitif dan ranah afektif.
Sudjana dalam Tu’u (2004:76) “diantara ketiga ranah ini, yakni
kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah kognitif yang paling sering
dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa dalam mengusai isi bahan pengajaran”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya
usaha yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga
terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2010:54) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua faktor, yaitu:
1. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar (diri pembelajar), meliputi:
a. Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatan fisiknya dalam keadaan tidak baik. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Cacat tubuh dapat berupa buta, tuli, bisu, patah kaki dan tangan, lumpuh, dan lain-lain. Jika hal itu terjadi, maka pembelajar harus belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi hasil belajarnya.
b. Faktor psikologis
c. Faktor kelelahan
Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor kelelahan jasmani (berhubungan dengan keadaan fisik, misal capek, pusing, pegal-pegal) dan faktor kelelahan rohani (berhubungan dengan psikis, misal stres). Kedua hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi:
a. Faktor lingkungan keluarga
Faktor ini mencakup cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor lingkungan sekolah
Faktor ini mencakup kompetensi guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, sarana dan prasarana, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa didalam masyarakat. Faktor ini mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.3 Penilaian Hasil Belajar
“Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak, dengan kata
lain penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses
dan hasil belajar siswa” (Sudjana, 2009:22).
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, ada 3 (tiga) tes hasil
belajar menurut Suharsimi (2009:47) sebagai berikut:
1. Tes Diagnosis
2. Tes Formatif
Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu progam tertentu. Tes ini dilakukan pada akhir yang disebut post test atau tes akhir yang dikenal dengan ulangan harian.
3. Tes Sumatif
Tes ini dilaksanakan setiap mengakhiri satu pokok bahasan atau sebuah progam yang lebih besar. Tes ini biasanya dilaksanakan pada akhir semester yang dikenal dengan ulangan umum.
2.2 Pendidikan Karakter
2.2.1 Pengertian Pendidikan Karakter
“Pendidikan karakter adalah mengajarkan kebiasaan cara berfikir
cerdas dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama
sebagai masyarakat dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat
keputusan yang dapat di pertanggungjawabkan”, (Khan, 2010:1).
Menurut Paul Suparno dalam Manaf (2013) “Pendidikan karakter
merupakan proses membantu generasi muda untuk menjadi manusia yang
utuh dan penuh, menyangkut semua aspek kehidupan manusia seperti
kognitif, afektif, sosial, moral, emosi, estetika, agama, kepribadian dan
fisik”.
Elkind & Sweet dalam Sudrajat (2010) mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai “Character education is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values. When we think
about the kind of character we want for our children, it is clear that we
want them to be able to judge what is right, and temptation from within”.
guru, yang mampu mempengaruhi karakter siswa. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara, dan berbagai hal
terkait lainnya.
“Pendidikan karakter merupakan usaha bersama sekolah dan oleh
karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru, semua mata
pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah”
(Afandi, 2011:88).
2.2.2 Fungsi Pendidikan Karater
Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Afandi (2011:89) berfungsi sebagai:
a. wahana pengembangan, yakni: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi berperilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter.
b. wahana perbaikan, yakni: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
c. wahana penyaring, yakni: untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter.
2.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Khan (2010:17) tujuan dari pendidikan karakter adalah:
1. Mengembangkan potensi siswa menuju self actualization. 2. Mengembangkan sikap dan kesadaran akan harga diri.
3. Mengembangkan seluruh potensi siswa merupakan manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
4. Mengembangkan pemecahan masalah.
5. Mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok, untuk membantu meningkatkan berpikir kritis dan kreatif.
6. Menggunakan proses mental untuk menemukan prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektual.
2.2.4 Indikator Pendidikan Karakter
Menurut Wibowo (2012:100-104) merumuskan indikator dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. indikator tersebut adalah:
1) Religius. 2) Jujur. 3) Toleransi. 4) Disiplin. 5) Kerja keras. 6) Kreatif. 7) Mandiri. 8) Cinta tanah air. 9) Tanggung jawab.
2.3 Fasilitas Belajar
2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar
Bafadal (2004:2) fasilitas belajar dapat dikelompokkan menjadi sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
“Fasilitas adalah suatu sarana yang membantu kelancaran dan
kemudahan untuk pelaksanaan suatu usaha” (Werdayanti, 2008:83). Dari
beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar
adalah segala sesuatu yang dapat memperlancar dan mempermudah
kegiatan belajar mengajar siswa, berupa ruang belajar, penerangan dan
2.3.2 Ruang Lingkup Fasilitas Belajar
Nawawi (1987) dalam Bafadal (2004: 2-3),
mengklasifikasikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam yaitu (1) ditinjau dari habis tidaknya di pakai; (2) ditinjau dari pendidikan bergerak tidaknya; (3) ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.
a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai 1. Sarana pendidikan yang habis pakai
Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu relatif singkat. Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang bisa digunkan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain itu ada beberapa sarana pendidikan yang berubah misalnya, kayu, besi, dan kertas karton yang seringkali digunakan oleh guru mengajar meteri pelajaran keterampilan. Sementara, sebagai contoh sarana pendidikan yang berubah bentuk adalah bola lampu dan kertas.
2. Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, globe dan beberapa peralatan olahraga. b. Ditinjau dari sarana pendidikan yang bergerak dan tidak bergerak
1. Sarana pendidikan bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu sarana pendidikan yang bisa degerakkan atau dipindahkan kemana-mana bila di inginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana saja.
2. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa digerakkan adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan.
Prasarana pendidikan di sekolah bisa di klasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: (1) Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium; (2) Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis tersebut diantaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka ruang lingkup fasilitas belajar
mencakup sarana dan prasarana yang dapat mendukung kelancaran proses
pembelajaran.
2.3.3 Aspek-Aspek Fasilitas Belajar
Menurut Gie dalam Werdayanti (2008:83), “menjelaskan
aspek-aspek fasilitas belajar sebagai berikut, tempat atau ruang belajar yang
memadai dan nyaman, penerangan yang cukup, buku-buku pegangan yang
menunjang pemahaman siswa, peralatan belajar”.
2.3.4 Fungsi Fasilitas Belajar
Tersedianya fasilitas belajar yang baik membuat kegiatan belajar
mengajar semakin baik pula. Semua peralatan dapat berdaya guna dan siswa
semakin rajin serta tekun belajar karena didukung kelengkapan fasilitas
belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:249), “Prasarana dan sarana
Sesuai dengan pendapat tersebut, maka fungsi dari fasilitas belajar
secara keseluruhan adalah membantu siswa dalam memahami apa yang
telah disampaikan oleh guru mata pelajaran dan untuk menunjang serta
mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa
sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
2.4 Pembelajaran IPS Terpadu
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tepadu merupakan intregrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Terpadu dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang
ilmu-ilmu sosial.
IPS Terpadu atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum
sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial:
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan
psikologi sosial.
Menurut Somantri (2001:101), ”IPS Terpadu adalah suatu mata
pelajaran yang menggunakan pendekatan Integrasi dari beberapa mata
pelajaran, agar lebih mempunyai arti bagi peserta didik serta mencegah
tumpang tindih”.
Menurut Somantri (2001:264), mengatakan bahwa ciri-ciri mata pelajaran IPS Terpadu sebagai berikut:
b) Bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan masalah-masala sosial.
c) Bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan ketrampilan berpikir, khususnya keterampilan menyelidiki.
d) Bahan pelajaran lebih memberikan perhatian terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
e) Kegiatan-kegiatan dasar manusia dapat dicerminkan dalam progam studi.
f) Organisasi kurikulumnya bervariasi, mulai dari pengorganisasian yang integreted, correlated, dan separated.
g) Susunan bahan pelajaran bervariasi mulai dari pendekatan kewarganegaraan, fungsional, humanistik, dan struktural.
h) Kelas pelajaran IPS dikembangkan menjadi laboratorium demokrasi.
I) Evaluasi buan hanya memperhatikan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik melainkan mencoba mengembangkan DQ
(Democratic Quotient) dan CQ (Citizenship Quotient).
J) Unsur-unsur sosiologis, antropologis dan pengetahuan sosial lainnya memperkaya progam studi, demikian pula unsur-unsur sains, teknologi, matematika dan agama ikut memperkaya bahan pelajaran.
Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi pembelajaran IPS Terpadu sebagai berikut: (1) tujuan progam pengajaran dan tujuan pendidikan, (2) teori-teori pendidikan dan psikologi pendidikan, (3) organisasi kurikulumnya, (4) metode mengajar guru, (5) sifat siswa, (6) kebutuhan masyarakat setempat, nasional dan internasional, (7) mutu guru dan fasilitas belajar, (Somantri, 2001:300).
Selain itu, menurut Somantri (2001:261) adapun tujuan mempelajari IPS Terpadu sebagai berikut:
a) Dapat mempelajari masalah-masalah sosial yang perlu pemecahannya.
b) Sifat pengajaran pengarah pada prospek kehidupan yang demokratis.
c) Untuk dapat berlatih berbeda pendapat dalam memperkuat asas demokratis.
d) Bahan pelajaran disesuakan dengan kebutuhan pribadi maupun mayarakat.
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu ialah
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik pada dirinya sendiri maupun
masyarakat.
Menurut Depdiknas (2007:9), menyebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran IPS Terpadu tersebut dapat dicapai manakala progam-progam pelajaran IPS Terpadu di sekolah diorganisasikan secara baik. Berdasarkan rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan,
mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi, membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru.
2. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah,
menulis, berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi peta, membuat garis besar, membuat grafik dan membuat catatan.
3. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan
suatu hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan masalah, menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan, menerima, menolak atau memodifikasi hipotesis dengan tepat.
4. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan
kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-verbal yang disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara menolong masalah yang lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan orang lain, dan mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.
“Isi pelajaran IPS harus merupakan kesatuan dari perkembangan
kesatuan unsur kognitif, afektif dan keterampilan” (Somantri, 2001:182).
“Sedangkan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat
tidak bisa dilihat dari pandangan satu disiplin saja, melainkan harus dilihat
dari berbagai macam disiplin yaitu pendekatan interdisipliner”, (Somantri,
2001:265).
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Efektifitas pembelajaran
matematika dengan metode
problem posing berbasis pendidikan karakter (Eka, Lia Susanti. 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
metode problem posing
berbasis pendidikan karakter
merupakan pembelajaran
yang efektif. Karena kelas
eksperimen mencapai
ketuntasan hasil belajar dengan batas KKM sebesar 75.
2. Implementasi pendidikan
karakter melalui strategi pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kendal tahun
ajaran 2010/2011
(Supriyanto/2011).
Implementasi pendidikan
karakter melalui strategi
pembelajaran kooperatif
mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMA N 1 Kendal. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pre tes dan pos tes kelas eksperimen, di mana terjadi kenaikan dari 64,17 menjadi 80,00 atau 24,67%.
3. School Facilities and
Academic Achievement of Secondary School Agricultural Science in Ekiti State, Nigeria
(Owoeye, Joseph Sunday.
2011).
Fasilitas dalam hal kualifikasi
personil, yang secara
langsung terlibat dalam
pedagogik yaitu:
laboratorium, perpustakaan, gedung sekolah, kursi / meja, tempat administrasi, papan tulis, peta sekolah dan sejenisnya sangat penting untuk pencapaian akademik yang tinggi.
2.6 Kerangka Berpikir
Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk
proses belajar mengajar. Hasil belajar dapat dipandang dari 2 segi yaitu dari
segi siswa dan segi guru. Dapat Dilihat dari segi siswa, hasil belajar
merupakan tingkatan perkembangan mental yang lebih baik di bandingkan
sebelum melakukan aktivitas belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Dapat dilihat dari segi guru, hasil belajar merupakan
terselesaikannya bahan pelajaran yang telah di sampaikan. Hasil belajar
dikatakan baik apabila daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang
diajarkan mencapai prestasi tinggi dan terjadi proses perubahan perilaku ke
arah yang positif.
Perubahan yang terjadi tersebut akibat dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan siswa. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar yang
diharapkan, siswa harus melalui proses tertentu dalam belajar yang
dipengaruhi oleh faktor intern (faktor dari dalam individu) dan faktor
ekstern (faktor dari luar individu).
Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang penting untuk di
ciptakan. Adanya penerapan pendidikan karakter di sekolah sangat
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga
dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pendidikan karakter dapat
berupa kedisiplinan belajar, tanggung jawab belajar, dan kreatifitas belajar
siswa yang dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Sikap disiplin
belajar siswa dalam mentaati peraturan sekolah yang telah di tetapkan
sangat membantu proses belajar yang kondusif. Tanggung jawab belajar
diberikan oleh guru. Suasana kelas yang kondusif dan siswa yang rajin saat
proses belajar akan lebih lengkap lagi dengan adanya kreatifitas belajar
siswa dengan cara aktif dalam proses belajar berlangsung, sehingga hasil
pembelajaran yang baik dapat terwujud.
Untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar IPS Terpadu
diperlukan adanya fasilitas belajar yang dapat memperlancar proses belajar
mengajar. Fasilitas belajar merupakan faktor ekstern yang diduga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Adanya fasilitas belajar di sekolah sangat
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga
dapat memenuhi kebutuhan belajar anak didik yang akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Fasilitas belajar dapat berupa sarana dan
prasarana yang mampu menunjang keberhasilan belajar siswa. Semakin
lengkap sarana dan prasarana pembelajaran, maka hasil belajar siswa juga
semakin meningkat. Penyediaan dan penggunaan fasilitas belajar tentunya
harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak di capai. Guru
dan siswa harus bisa saling bekerjasama dalam menggunakan fasilitas
pembelajaran yang tersedia agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka berpikir dalam
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Keterangan:
= secara simultan (bersama-sama)
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Secara
teknis, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang
akan diujikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
penelitian. Menurut Suharsimi (2010:110) “hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Berdasarkan permasalahan yang muncul, hipotesis dari
permasalahan tersebut sebagai berikut:
Ha1: Ada pengaruh pendidikan karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil
belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6
Semarang.
Ha2: Ada pengaruh pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP N 6 Semarang.
Ha3: Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian analisis deskriptif persentase, sedangkan pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sumber data
diperoleh dari data primer dan data sekunder.
Data primer berasal dari subyek penelitian informan atau data dari
tangan pertama dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang
dicari. Data primer disini yang berupa angket untuk mengetahui adanya
pengaruh dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan
karakter dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP Negeri 6
Semarang.
Data sekunder berupa tulisan, gambar, dan catatan lain yang
dipelukan atau dengan kata lain data yang berasal dari pustaka-pustaka.
Data sekunder disini untuk mengetahui jumlah siswa dan hasil belajar siswa
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP
Negeri 6 Semarang yang berasal dari nilai ulangan harian dan nilai Ulangan
Akhir Semester (UAS) gasal, serta data tentang fasilitas belajar siswa yang
digunakan dalam proses belajar mengajar.
3.2 Populasi Penelitian
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Suharsimi
2010:173). Menurut Sugiyono (2009:117) ”Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini populasi yang
dimaksud adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 6 Semarang yang
berjumlah 192 siswa yang terdiri dari 6 (enam) kelas, dengan perincian
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Penyebaran Anggota Populasi
No Kelas Jumlah (Siswa)
1. VII.1 31
2. VII.2 33
3. VII.3 32
4. VII.4 33
5. VII.5 31
6. VII.6 32
Jumlah 192
Sumber: Data siswa SMP Negeri 6 Semarang, 2012
3.3 Sampel Penelitian
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”
(Suharsimi, 2010:174). “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang memiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan
pertimbangan jika populasi terlalu besar atau banyak. Hal ini dimaksudkan
agar sampel yang diambil bisa benar-benar representatif atau mewakili”
Dalam penelitian ini digunakan derajat kesalahan menggunakan 5%
atau 0,05 sebagai kelonggaran ketidaktelitian, agar kesalahan pengambilan
sampel masih dapat ditolerir dengan memiliki taraf kepercayaan 95%.
Mengingat, semakin kecil persentase kelonggaran ketidaktelitian, maka
jumlah sampel semakin banyak dan sampel yang akan diambil dapat
benar-benar representatif (mewakili). Sebaliknya semakin besar persentase
kelonggaran ketidaktelitian, maka semakin kecil jumlah sampel yang
diambil. Untuk menentukan sampel menggunakan rumus Slovin sebagai
berikut:
n =
�1+� ²
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian kesalahan (5%)
Sampel dalam penelitian ini adalah :
n = 192
1+192(5%)²
n = 192
1+(192 5%²)
n = 192
Tabel 3.2
Daftar Penyebaran Anggota Sampel
No. Kelas Populasi Perhitungan Sampel Jumlah Sampel
1 VII.1 31 31/192 X 130 = 21,98 21
2 VII.2 32 33/192 X 130 = 22,34 22
3 VII.3 32 32/192 X 130 = 21,66 22
4 VII.4 33 33/192 X 130 = 22,34 22
5 VII.5 31 31/192 X 130 = 20,98 21
6 VII.6 32 32/192 X 130 = 21,66 22
Jumlah 130
Sumber: Perhitungan Teknik Pengambilan Anggota Sampel
“Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu” (Sugiyono, 2009:120). Teknik ini dilakukan tanpa
memperhatikan strata karena siswa kelas VII di SMP Negeri 6 Semarang
mempenyai karakteristik yang sama, yaitu sama-sama kelas VII, lama
belajarnya, dan guru yang mengajar.
“Teknik untuk pengambilan anggota sampel menggunakan random
sampling dengan cara undian yaitu pengambilan sampel secara acak karena
setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel” (Suharsimi, 2010:177).
Pengundian dalam pengambilan anggota sampel tiap kelas dilakukan
degan sistem undian (kocokan) yang disesuaikan dengan nomor urut
yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan karena semua siswa dalam tiap
kelas memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel.
3.4 Variabel Penelitian
“Variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian” (Suharsimi, 2010:161). Menurut Sugiyono
(2009:61) “Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu
variabel terikat.
3.4.1 Variabel Bebas atau Variabel Independen (X)
“Variabel bebas adalah variabel-variabel yang mempengaruhi”
(Suharsimi, 2010:162). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Pendidikan karakter (X1), indikatornya:
1. Religius.
2. Jujur.
3. Toleransi.
4. Disiplin.
5. Kerja keras.
6. Kreatif.
7. Mandiri.
9. Tanggung jawab. (Wibowo. 2012:100-104)
b. Fasilitas belajar (X2), indikatornya:
1. Ruang tempat belajar.
2. Penerangan yang cukup.
3. Buku pegangan.
4. Kelengkapan peralatan belajar.
Gie dalam Werdayanti, (2008:83)
3.4.2 Variabel Terikat atau Variabel Dependen (Y)
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat” (Suharsimi, 2010:162). Menurut Sugiyono (2009:61) adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VII
pada semester gasal mata pelajaran IPS Terpadu tahun ajaran 2012/2013 di
SMP Negeri 6 Semarang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan upaya yang harus dilakukan untuk
mendapatkan berbagai informasi dalam penelitian. Metode pengumpulan data
3.5.1 Angket atau Kuesioner
“Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang di ketahui” (Suharsimi, 2010:194).
Menurut Sugiyono (2009:199) “merupakan teknik pegumpulan data dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden”.
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu
kuesioner yang sudah disediakan pilihan jawaban sehingga responden
tinggal memilih jawabannya saja dengan memberi tanda pada jawabannya
yang dipilih. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi atau
keterangan mengenai pendidikan karakter dan fasilitas belajar. “Penyusunan
angket menggunakan teknik pengukuran skala likert dalam bentuk checklist
(√) yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban” (Ghozali,
2009:45).
Setiap pertanyaan disediakan 5 (lima) pilihan jawaban, para
responden tinggal memilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda
checklist(√) pada kolom yang telah disediakan dan setiap pilihan memiliki
bobot nilai yang beda :
1. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)
2. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)
3. Skor 3 untuk jawaban Kurang setuju (KS)
5. Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)
3.5.2 Dokumentasi
“Dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau
variasi yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
catatan, dokumen, peraturan, notulen rapat, surat kabar, agenda dan
sebagainya” (Suharsimi, 2010:201).
Dokumentasi digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar
mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII dari daftar nilai ulangan harian dan
daftar nilai ulangan akhir semester siswa oleh guru mata pelajaran IPS
Terpadu. Dokumentasi dapat digunakan untuk mengetahui data nama siswa,
data sarana dan prasarana sekolah, dan fasilitas belajar siswa serta
administrasi sekolah lainnya.
3.5.3 Observasi
“Observasi adalah memperhatikan segala sesuatu atau pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap,
dimana sering disebut pengamatan” (Suharsimi, 2010:199). Metode
observasi ini digunakan peneliti untuk mengamati keadaan pendidikan
karakter dan fasilitas belajar siswa di sekolah secara langsung.
3.6 Uji Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen penelitian dilakukan sebelum angket diberikan
menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas, menghilangkan
kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan penambahan atau
pengurangan ietm.
Instrumen ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan. Uji
coba instrumen dimaksudkan untu mengetahui layak tidaknya instrumen
tersebut digunakan dalam pengambilan data penelitian. Instrumen penelitian
yang diuji cobakan adalah instrumen pendidikan karakter (X1) dan fasilitas belajar (X2). Untuk data mengenai hasil belajar siswa dilihat dari nilai
ulangan akhir semester gasal.
3.6.1 Validitas
“Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner” (Ghozali, 2009:49). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan
membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel sebesar 0,361. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel dengan menggunakan level
signifikan 5%. Untuk mengetahui kevalidan butir-butir angket dapat
diketahui dengan membandingkan rhitung pada hasil perhitungan dengan
menggunakan progam SPSS for windows release 16 terhadap nilai rtabel.
Pada hasil perhitungan dengan menggunakan progam SPSS for windows
release 16 terhadap nilai rtabel.
Berdasarkan uji coba angket kepada 30 responden diperoleh hasil
Tabel 3.3
Hasil Uji Coba Angket
Variabel Indikator Butir r Hitung r Tabel Keterangan
Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dari uji instrumen yang
dilakukan ada 2 item soal yang tidak valid, yaitu nomer 7 dan 22. Item yang
tidak valid tersebut harus dihilangkan karena sudah terwakili oleh item
pernyataan yang lain.
3.6.2 Reliabilitas
“Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik” (Suharsimi, 2010:221). Reliabilitas menunjukkan pada tingkat
keterandalan sesuatu yang artinya dapat dipercaya sehingga dapat
diandalkan. “Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60” (Ghozali, 2009:46). Reliabilitas dapat dihitung
dengan bantuan progam SPSS for windows release 16.
Tabel 3.4 Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Cronbach’s Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
Pendidikan Karakter 0,908 0,910 27
Fasilitas Belajar
0,804 0,814 13
Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai Cronbach
Alpha untuk variabel pendidikan karakter sebesar 0,910 dan untuk variabel