PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH KARYA RAJA ALI HAJI) SKRIPSI
Telah Diajukan dan Disahkan Untuk Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh,
Nama : Ivan Syani Fadli Nim : 41809710
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
137
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Ivan Syani Fadli
Tempat, Tanggal Lahir : Tg.Pinang, 18 Januari 1992
Jenis kelamin : Pria
Umur : 21Tahun
Agama : Islam
Alamat : JL. Tubagus Ismail Dalam No 31 Bandung
Telepon : 085668108076
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Syarifuddin Sikumbang
Pekerjaan : Wirausaha
Nama Ibu : Harnita Harun
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat Orang Tua : Jl. M.Taher Latif 32. Kp.Baru Tg.Uban. Kep.Riau
PENDIDIKAN FORMAL
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2009-2010 Mahasiswa S1 Jurusan Sistem Informasi di Unikom.
Pindah
Jurusan
2. 2010 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia,
-
3. 2007 – 2009 SMAN 1 Singkep Berijazah
4. 1999 – 2002 SMPN 02 Bintan Utara Berijazah
5. 1993 – 1999 SDN 004 Bintan Utara Berijazah
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2010 Peserta Kegiatan Seminar Budaya Preneurship” Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” diadakan oleh Pusat Inkubator Bisnis Mahasiswa Unikom.
Peserta Kegiatan Table Manner di Hotel AMAROSA Bandung.
Peserta Temu Kenal Mahasiswa Baru 2010 FISIP .
139
2. 2011 Peserta Seminar NetPreneur ”Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet”.
Peserta Kegiatan “ONE DAY WORSHOP
MC & RADIO ANNOUNCER” UNIKOM Bandung.
Peserta seminar “Pelatihan Jurnalistik” FIB Universitas Padjajaran Bandung
Peserta Seminar “anak muda dan politik” Salaman ITB
Peserta Seminar “Diskusi Politik” FISIP Unikom
Peserta Kegiatan workshop “film” FIFIP unikom
Bersertifikat
4. 2013 Peserta Kegiatan Budaya Komunikasi & Komunikasikan Budaya
Peserta Seminar “Citizen Jurnalism” FIB Universitas Padjajaran Bandung
Bersertifikat
Bandung, Agustus 2014
Penulis
viii
LEMBAR PERNYATAAN ...ii
ABSTRAK ...iii
ABSTRACT ...iv
KATA PENGANTAR...v
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR GAMBAR...xii
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR LAMPIR AN...xiv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...11
1.3.1 Maksud Penelitian...11
1.3.2 Tujuan Penelitian ...11
1.4 Kegunaan Penelitian ...11
1.4.1 Kegunaan Teoritis ...11
1.4.2 Kegunaan Praktis ...12
ix
1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas...13
1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat ...13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...13
2.1 Tinjauan Pustaka ...13
2.1.1 Penelitian Terdahulu...13
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ...17
2.1.2.1 Definisi Komunikasi ...17
2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ...19
2.1.2.3 Fungsi Ilmu Komunikasi...20
2.1.2.4 Tujuan Ilmu Komunikasi ...21
2.1.3 Tinjauan Tentang Nilai Sosial...22
2.1.3.1 Ciri Nilai Sosial...24
2.1.3.2 Peran Nilai Sosial...26
2.1.4 Tinjauan Tentang Teks dan Bahasa...25
2.1.4.1 Tinjauan Tentang Teks ...25
2.1.4.2 Tinjauan Tentang Bahasa ...28
2.1.5 Tinjauan Tentang Hermeneutika ...31
2.1.5.1 Sejarah Metode Hermeneutika ...31
2.2 Kerangka Pemikiran ...34
2.2.2 Hermeneutika Jurgen Habermas...34
x
3.2 Metode Penelitian...59
3.2.1 Desain Penelitian ...62
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ...64
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ...66
3.2.4 Teknik Analisa Data...67
3.2.5 Teknik Uji Keabsahan Data ...68
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian...69
3.2.6.1 Lokasi Penelitian...69
3.2.6.2 Waktu Penelitian...70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...72
4.1 Informan Penelitian ...72
4.2 Hasil Penelitian ...73
4.2.1 Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Bahasa...73
4.2.2 Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Pengalaman ...80
4.2.3 Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Tindakan ...83
4.3 Pembahasan Penelitian...94
xi
4.3.2 Diskursus Konsep Pengalaman Pada Pasal Tujuh
Gurindam 12 ... 102
4.3.2 Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam 12 Pasal Tujuh... 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116
5.1 Kesimpulan ... 116
5.2 Saran... 118
DAFTAR PUSTAKA... 120
xii
Gambar 3.1 Teks Asli Pembukaan Gurindam 12... 46
xiii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Data Informan Penelitian ... 69
xiv
Lampiran 1: Pedoman Wawancara ... 122
Lampran 2 : Lampiran Informan ... 123
Lampiran 3 : Transkip Hasil Wawancara ... 124
Lampiran 4 : Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 130
Lampiran 5 : Berita Acara Bimbingan ... 131
Lampiran 6 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Sidang Sarjana... 132
Lampiran 7 : Pengajuan Pendaftaran Ujian Sarjana ... 133
Lampiran 8 : Persetujuan Judul & Pembimbing ... 134
Lampiran 9 : Rekomendasi Pembimbing... 135
120
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Ahmad Darmawi. 2010.Bahasa dan Aksara Melayu Nusantara,Cetakan I.Pekanbaru: Dinas Pendidikan Provinsi Riau.
Azhar, Al & Putten, Der Jan Van. 2007. Dalam Berkekalan Sahabat: Surat-surat Raja Ali Haji Kepada Von De Wall. Jakarta:Kepustakaan Populer Gramadia.
Amin, Maswardi Muhammad.2012. Memasyarakatkan Budi Pekerti Yang Terkandung Dalam Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji).Yogyakarta:Absolute Media.
Budiman, Manuke dkk.2008.Membaca Sastra:Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta.Indonesia Tera.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:Kencana.
Browne M, Neil & Keeley, Stuart M. 2010. Pemikiran Kritis:Panduan untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan kritis. Jakarta: Index.
Donny Gahral Ardian. 2011 setelah marxisme:sejumlah teori ideologi kontemporer.Depok:koekoesan.
Denzin, Norman K. dan Yvonna S.Lincoln.2009. Handbook of Qualitative Research.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Eryanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKiS.
Fink, Hans.2010. Filsafat sosial: Dari Feodalisme Hingga Pasar Bebas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gadamer, Hans-George. 2004. Kebenaran dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Hendy, Zaidan. 1988.Pelajaran Sastra. Jakarta: Gramedia
2004.Sejarah Perjuangan Raja Ali Haji Sebagai Bapak Bahasa Indonesia.Pekanbaru:Unri Press.
Kuntowijoyo.2013.Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Listiyono Santoso, Wisarja I Ketut. 2003. Epistemologi Jurgen Habermas.Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Mahayana, Maman S.Akar Melayu:Sistem Sastra & Konflik Ideologi di Indonesia & Malaysia.Yogyakarta:Indonesia Tera.
Mulyana, Deddy dan Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Meleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
MS, Suwardi.2008. Dari Melayu Ke Indonesia. Cet.I Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Palmer, E. Richard. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poespoprojo, W. 1987. Interpretasi: Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatnya. Bandung: Remaja Karya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004.Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rahardjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermeneutika antara Intersionalisme dan
Gadameria.Yogyakarta: Ar-Ruzmedia
Rohman, Saifur. 2013. Hermeneutik: Panduan Kearah Desain dan Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Sumadiria, AS. Haris. 2008. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
122
Vina, Dwi Laning. 2009.Sosiologi 1 : Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
B. Sumber Lain Materi Kuliah
Bahan Ajar Mata Kuliah MPK II Kualitatif Oleh, Adiyana Slamet. S.IP.,M.Si.
Catatan Kuliah Metode Penelitian Kualitatif.
Jurnal Ilmiah
Duija, I Nengah.2005. Wacana:Naskah, Tradisi, dan Sejarah. Vol. 7 No.2 Oktober 2005. Jakarta. Universitas Indonesia.
Iswahyudi. 2010. Membongkar Hadis Tentang Ahl Sunnah Wa Al-Jama’ah: Sebuah Pendekatan Hermeneutika Kritis Habermas. Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga.
Mustaqim,Abul. 2000. Etika Emansipatoris Jurgen Habermas dan Implikasinya di Era Pluralisme, dalam Refleksi, vol 2, No.1. July 2000. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga.
Putra, R. Maesri Sareb.2012. Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya Dalam Studi Ilmu Komunikasi.Vol. IV No.1 Juni 2012 Jakarta. Universitas Multi Media Nusantara.
Skripsi
Indriati, Ratna. 2011. Serat Aji Pamasa Dalam Kajian Hermeneutika Gadamer. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Simanjuntak, Jimmy Fernanda.2011. Sikap Politik Shindunata Pada Satu Pemerintahan SBY-Boediono.Yogyakarta. Universitas Atmajaya.
Tobi, Hendrik Boli. 2003. Tinjauan Hermeneutika Gadamer Atas Teks Sarinah Karangan Soekarno.Depok. Universitas Indonesia.
C. Internet
www.sastra-sejarah-lebih-indah.blogspot.com. Diakses pada selasa, 20-Maret-2014 Pukul 19:45 WIB.
www.yhiiie.wordpress.com/2012/11/29/sejarah-masuknya-islam-di-riau/.Diakses pada Sabtu,12 Juli 2014 Pukul 21.35 WIB.
www.rumahfilsafat.com. Diakses pada senin, 2-Februari-2014 Pukul 05.30 WIB.
www.filsafat.kompasiana.com/2011/12/17/berguru-etika-pada-habermas 419499.html. Diakses pada: 9 May 2014.Pukul:16:30 WIB.
46 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Gurindam 12 pasal ketujuh. Gurindam
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat (KBBI, 2008: 469). Terdiri 12 pasal, tiap pasalnnya
memiliki bait dua baris kalimat yang bersajak dan berima sama. Baris pertama berisi
tentang sebab, dan baris kedua berisi tentang akibatnya. Merupakan salah satu karya
pahlawan nasional Raja Ali Haji. Ditulis di Pulau Penyengat, Riau, pada tanggal 23
Rajab 1263 H atau 1847 M ketika usianya 38 tahun. Diterbitkan pada tahun 1854 M
dalamTijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No.II, Batavia, dengan huruf Arab melayu dan terjemahan dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher. Di dalamnya
membahas tentang nilai keagamaan, nasehat kehidupan, nilai moral, dan nilai sosial.
Pasal ketujuh gurindam 12 terdiri dari 11 bait yang memiliki dua baris sajak di tiap
Berikut ini adalah penggalan kata-kata pada Gurindam 12 teks pertama
yang ditulis oleh Raja Ali Haji. Yaitu pada pembukaan gurindam 12 dan pasal
ketujuh:
Gambar 3.1
Teks Pembukaan Gurindam12 yang pertama kali ditulis oleh Raja Ali Haji
48
INILAH GURINDAM DUABELAS NAMANYA
Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam serta shalawatnya Nabi yang
akhirul jaman serta keluarganya dan sahabatnya sekalian adanya. Amma ba’d
daripada itu maka tatkala sampailah Hijratun Nabi 1263 Sanah kepada dua
puluh tiga hari bulan Rajab hari Selasa maka telah diilhamkan ALLAH ta’ala
kepada kita yaitu Raja Ali Haji mengarang satu gurindam cara Melayu yaitu
yang boleh juga jadi diambil faedah sedikit-sedikit daripada perkataannya itu
pada orang yang ada menaruh akal maka adalah banyaknya gurindam itu
hanya duabelas pasal di dalamnya.
Syahdan
Adalah beda antara gurindam dengan syair itu aku nyatakan pula bermula arti
syair Melayu itu perkataan yang bersajak yang serupa dua berpasang pada
akhirnya dan tiada berkehendak pada sempurna perkataan pada satu-satu
pasangnya bersalahan dengan gurindam. Adapun arti gurindam itu yaitu
perkataan yang bersajak juga pada akhir pasangannya tetapi sempurna
perkataannya dengan satu pasangannya sahaja jadilah seperti sajak yang
pertama itu syarat dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab. Bermula inilah
rupanya syair. Dengarkan tuan suatu rencana Mengarang di dalam gundah
gulana Barangkali gurindam kurang kena Tuan betulkan dengan sempurna
Inilah arti gurindam yang di bawah syatar ini Persamaan yang indah-indah
Yaitu ilmu yang memberi faedah Aku hendak bertutur Akan gurindam yang
1
INI GURINDAAM PASAL YANG PERTAMA Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat
2
INI GURINDAM PASAL YANG KEDUA
Barang siapa mengenal yang tersebut Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa
Barang siapa meninggalkan zakat Tiadalah hartanya beroleh berkat
50
3
INI GURINDAM PASAL YANG KETIGA
Apabila terpelihara mata Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fi’il yang tidak senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
4
INI GURINDAM PASAL YANG KEEMPAT
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dam memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong
Tanda orang yang amat celaka Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah
Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barang siapa perkataan kotor Mulutnya itu umpama ketor
Di manakah salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih
5
INI GURINDAM PASAL YANG KELIMA
Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang mulia Lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengambil bekal
52
6
INI GURINDAM PASAL YANG KEENAM
Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan abdi Yang ada baik sedikit budi
7
INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH
Apabila banyak berkata-kata Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itu tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencat (mencacat?) orang Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat onar
8
INI GURINDAM PASAL YANG KEDELAPAN
Barang siapa khianat akan dirinya Apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri disembunyikan Kebajikan diri diamkan
54
9
INI GURINDAM PASAL YANG KESEMBILAN
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda Di situlah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan Di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua(h) yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan jadi berseteru
10
INI GURINDAM PASAL YANG KESEPULUH
Dengan bapa jangan derhaka Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik ke tengah balai
11
INI GURINDAM PASAL YANG KESEBELAS
Hendaklah berjasa
INI GURINDAM PASAL YANG KEDUABELAS
Raja mufakat dengan menteri
Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai
56
Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta.
Tamatlah gurindam yang duabelas pasal yaitu karangan kita Raja Ali Haji pada tahun Hijrah Nabi kita seribu dua ratus enam puluh tiga kepada tiga likur hari bulan Rajab Selasa jam pukul lima Negeri Riau Pulau Penyengat.
Berikut ini adalah teks yang menjadi objek penelelitian. Yaitu, pasal ketujuh
Gurindam 12 :
INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH
Apabila banyak berkata-kata Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itu tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencat orang Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan kabar Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut
Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat onar
3.1.1 Profil Raja Ali Haji
Pada usia 40 tahun Raja Ali Haji banyak mencurahkan aktivitas
kesibukannya pada penulisan karya-karya sastra. Ia tercatat sebagai penulis
yang produktif di masa itu. Kesultanan Riau-Lingga, Johor, dan Pahang pada
waktu itu menjadi dikenal berkat karya-karya yang dihasilkan Raja Ali Haji.
Karya-karyanya banyak dibicarakan para pakar bahasa dan sastra di Hindia
Belanda dan juga luar negeri.
Karya Raja Ali Haji kitab pengetahuan bahasa yang berupa catatan
dasar-dasar Melayu melalui pedoman bahasa menjadi sejarah berdirinya
bahasa Negara Indonesia, karena menjadi sebuah pijakan dasar bahasa
Indonesia, yang kemudian diresmikan sebagai bahasa Indonesia pada Kongres
Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 menjadi bahasa nasional Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Lahir pada 1808 di pusat kesutanan Lingga-Riau di Pulau Penyengat
yang kini termasuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Sejak berusia 32 tahun,
beberapa jabatan khusus di lingkungan kerajaan Lingga-Riau pernah
diembannya mulai dari penasehat keagamaan dan akhirnya ia mendapat
58
kerajaan Lingga-Riau untuk menjadi penanggung jawab bidang hukum Islam
hingga ia meninggal pada tahun 1873.
Nama lengkap Raja Ali Haji adalah Tengku Raja al-hajj bin Tengku
Raja Ahmad bin Raja Al-Hajj Fisabillillah bin Opu Daeng Celak alias Engku
Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Dia dilahirkan pada tahun 1808 M
dipusat kesultanan Riau-Lingga di pulau Penyengat.
Catatan tentang hari dan bulan kelahiran Raja Ali Haji berbeda dengan
ayahnya. Catatan mengenai kelahiran ayahnya begitu rinci, yaitu pada hari
kamis waktu asyar bulan rajab tahun 1193 M di istana yang dipertuan Muda
Riau-Raja Haji Ibni Daeng Celak. Sedangkan catatan mengenai Raja Ali Haji
justru singkat. Bahkan, catatan kelahiran Raja Ali Haji lebih banyak di
dasarkan pada perkiraan saja.”(Junus, 2002:62). Orang-orang melayu pada
saat itu sering mengingat waktu kelahiran anaknya dengan peristiwa-peristiwa
penting. Raja Ali Haji lahir lima tahun pulau setelah penyengat dibuka.
Sebagai tempat kediaman Engku Putri. Atau dia lahir ketika setelah dua tahun
runtuhnya benteng portugis di makala. Orang-orang melayu juga sering
memberikan nama anak-anaknya dengan mengambil nama datuk (kakek)
apabila datuknya itu sudah meninggal. Hal inilah yang menyebabkan banyak
terjadi kemiripan nama dalam masyarakat melayu. Tahun kapan
meninggalnya Raja Ali Haji sempat terjadi perdebatan. Banyak sumber yang
menyebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 1872. Namun, ternyata ada
Desember 1871 Raja Ali Haji pernah menulis surat kepada Hermann Von de
Wall, sarjana kebudayaan belanda yang kemudian menjadi sahabat
terdekatnya. Yang meninggal di tanjung pinang pada tahun 1873. Dari fakta
ini dapat dikatakan bahwa Raja Ali Haji meninggal pada tahun yang
sama1873 di pulau penyengat.17
Makam Raja Ali Haji berada di komplek pemakaman Engku Putri
Raja Hamidah. Tepatnya di luar bangunan utama makam Engku Putri. Karya
Raja Ali Haji iyalah Gurindam dua belas yang diabadikan di sepanjang
bangunan dinding makamnya. Sehingga setiap pengunjung yang datang dapat
membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.
3.1.1.1 Silsilah dan Latar Belakang Keluarga
Raja Ali Haji adalah putra Raja Ahmad, yang setelah berhaji ke mekah
dengan gelar Engku Haji Tua. Cucu Raja Haji Fisabilillah. Ibunya bernama
Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangoratau Putri Raja Selangor yang
meninggal pada tanggal 5 Agustus 1844.
Kakek Raja Ali Haji bernama Raja Haji Fisabilillah, merupakan Yang
Dipertuan Muda Riau IV. Ia berhasil menjadikan kesultanan Riau-Lingga
sebagai pusat perdagangan di kawasan ini. Ia juga dikenal sebagai pahlawan
yang terkenal berani melawan penjajah belanda, sehingga meninggal di
17
60
medan perang di teluk ketapang (18 juni 1784). Ia meninggalkan dua putra
yaitu Raja Ahmad ( ayah RAH) dan Raja Ja'far.(Junus, 2002:12).
Raja Ahmad dikenal sebagai intelektual muslim yang
produktif menulis karya-karya besar, seperti syair perjalanan Engku Putri Ke
Lingga 1835, syair reaksi 1841, dan syair perang johor 1843. Ia juga dikenal
sebagai pemerhati sejarah terutama sejarah masa lalu. Dalam karyanya,
perang johor, ia menguraikan fakta perang kesultanan johor dan kesultanan
aceh yaitu pada masa keemasan johor. Ia dikenal sebagai penulis pertama
yang melahirkan sebuah epic yang menghubungkan sejarah bugis di bawah
melayu dan hubungannya dengan sultan-sultan melayu.18
Keluarga Raja Ahmad terdiri dari orang-orang terpelajar dan suka
dengan dunia tulis-menulis, anggota keluarganya yang pernah menghasilkan
karya adalah Raja Ahmad Engku Haji Tua, RAH, Raja Haji Daut, Raja
Salehah, Raja Abdul Mutallib, Raja Kalsum, Raja Safiah, Raja Sulaiman,
Raja hasan dll.
RAH sebenarnya berasal dari keturunan bugis. Garis keturunan ini berasal neneknya yang berasal dari tanah bugis namun kemudian menetap di Riau dan memperoleh jabatan yang dipertuan agung. Cerita ini bermula ketika raja bugis yang pertama kali masuk islam, salah satu keturunannya bernama Daeng Rilaka.
Daeng Rilaka memiliki lima orang anak, daeng rilaka meninggalkan tanah bugis dan mengembara ke wilayah kesultanan Riau-Johor. Keturunan ini mendapat kedudukan di istana kesultanan. Anak ke empat Daeng Rilaka yang merupakan nenek RAH yang menjadi di pertuan muda riau II menggantikan saudaranya YDM Riau muda I. (Junus,2002:14)
18
Jabatan tersebut merupakan realisasi dari hasil perjanjian kesultanan
Riau-Lingga dengan raja bugis yang telah berhasil menahlukkan
minangkabau. Ketika itu memang terjadi perang antara kerajaan minangkabau
dan kesultanan melayu. Berdasarkan garis keturunan itu, maka RAH
merupakan kesultanan Riau-Lingga yang dikenal memiliki tradisi keagamaan
dan keilmuan yang sangat kuat. RAH memiliki 17 orang putra putri, anak
RAH yang pertama mempunyai 12 orang putra putri, kemudian cucu-cucu
dari RAH menjadi ulama-ulama dan tokoh-tokoh masyarakat.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan analisis hermeneutika. Metode
adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang
diperlukan.
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi adalah suatu proses, prinsip, dan
prosedur yang kita gunakan, untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dan
sebenarnya metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoretis yang kita
gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoretis itu sendiri adalah
suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami
data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana,
62
Metodologi digunakan berdasarkan kemanfaatannya, dan tidak bisa dinilai
apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar,
kita tidak cukup sekadar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana
peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang
digunakannya. Adapun pengertian dari metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik
dalam penelitian (Mulyana, 2001:146). Sebagian orang menganggap bahwa metode
penelitian terdiri dari berbagai teknik penelitian, dan sebagian lagi menyamakan
metode penelitian dengan teknik penelitian. Tetapi yang jelas, metode atau teknik
penelitian apa pun yang kita gunakan, baik kuantitatif ataupun kualitatif, haruslah
sesuai dengan kerangka pemikiran teoritis yang kita asumsikan.
Metode penelitian kualitatif dalam artinya tidak mengandalkan bukti
berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian
kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan
menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas
kuantitatif . (Mulyana, 2003:150).
Mulyana dan Solatun (2007:7) menyebutkan bahwa sebagian ilmuan
menerjemahkan kualitatif sekadar penelitian deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa
usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan
data yang diperoleh di lapangan. Menurut Denzim dan Lincoln (dalam Moleong,
2007:5), “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
Burhan (2009:22), “menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati”. Melalui penelitian kualitatif, peneliti dapat
mengenali pengarang teks dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan
sehari-hari.
Maka penelitian kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu kegiatan proses
berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam
situasi dan latar belakang analisis hermeneutika yang diteliti serta memusatkan
perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks kajian penelitian.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah prosedur yang digunakan dalam upaya mendapatkan
data atau informasi agar memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Penentuan
penahapan dan teknik yang digunakan harus dapat mencerminkan relevansi dengan
fenomena penelitian yang telah diuraikan dalam kerangka pemikiran.
3.2.2.1 Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan salah satu cara pandang memahamai kompleksitas
dunia nyata. Paradigma menunjukkan kepada kita apa yang penting, masuk akal,
dan absah. Paradigma juga bersifat normatif. Menunjukkan pada praktisinya apa
yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau
64
Menurut Denzin dan Lincoln (1994: 107) paradigma dipandang sebagai
seperangkat keyakinan-keyakinan dasar (basic believes) yang berhubungan dengan
yang pokok atau prinsip. Paradigma adalah representasi yang menggambarkan
tentang alam semesta (world). Sifat alam semesta adalah tempat individu-individu
berada di dalamnya, dan ada jarak hubungan yang mungkin pada alam semesta
dengan bagian-bagiannya. Denzin dan Lincoln (1994:108) membagi paradigma
kepada tiga elemen yang meliputi: ontology, epistemology, dan
methodology.Ontology berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.
Epistemology mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui
sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan. Methodology
memfokuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan.
Paradigma kritis (critical paradigm) adalah semua teori sosial yang
mempunyai maksud dan implikassi praktis dan berpengaruh terhadap perubahan
sosial. Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem
yang dominan yaitu sistem sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk
mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil.19
Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas
dari filsafat kritisnya adalah, bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap
hubungan-hubungan sosial yang nyata. “Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat
serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan
19
emansipasi. Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni.
Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang
nyata”.(Suseno,1992:176)
Menurut Habermas setiap penelitian ilmiah diarahkan oleh
kapentingan-kepentingan vital umat manusia (baik dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial).
Oleh karena itu postulat tentang kebebasan nilai merupakan „ilusi tidak hanya bagi
ilmu-ilmu sosial, melainkan juga bagi ilmu-ilmu alam. Melepaskan nilai-nilai dari
fakta-fakta sama artinya dengan mempertentangan Sein (Ada) yang murni dengan Sollen(seharusnya) yang abstrak.(Habermas,1992:158)
Kritik adalah dasar dari paradigma kritis. Paradigma kritis ini berangkat dari
cara melihat realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur sosial
yang tidak adil.
Teori kritis berusaha mengungkap segala tabir yang menutup kenyataan
yang tak manusiawi terhadap kesadaran manusia. Semuanya didasari oleh
paradigma ilmu pengetahuan yang meletakan kritis Marxisme dalam seluruh
metodologi penelitiannya, bahwa paradigma kritis yang di inspirasikan dari teori
kritis tidak bisa melepaskan diri dari warisan Marxisme dalam seluruh filosofinya.
Denzin (2000 : 279-280) Teori kritis pada satu pihak merupakan salah satu aliran
66
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.2.2.1 Studi Kepustakaan
Pada teknik ini, penulis mencari dan mengumpulkan beragam
informasi terkait dengan hermeneutika dan diri pribadi Raja Ali Haji yang
bersumber dari berbagai literatur, seperti buku, artikel, berita, dan
sumber-sumber lainnya.
3.2.2.2 Studi Lapangan
1. Wawancara Mendalam (in-depth interview)
Metode Wawancara yang digunakan penelitian ini adalah
wawancara mendalam (in-depth interview) adalah cara pengumpulan
data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap
orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara
tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atau masalah
yang diteliti.
Pada penelitian ini, untuk memperdalam lagi data yang akan
diperoleh maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara
memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok dari minat
penelitian. Pedoman wawancara biasanya tidak berisi
pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi sekadar garis besar tentang data atau
mendetail, tetapi sekadar garis besar tentang data atau informasi apa
yang ingin didapatkan dari informan yang nanti akan dikembangkan
dengan memperhatikan perkembangan, konteks, dan situasi wawancara
(Pawito, 2007, 133). Wawancara dan korespondensi ini juga
merupakan data sekunder yang akan mendukung data primer.
2. Dokumentasi
Dokumentasi menjadi salah satu aspek penting dalam
melengkapi data-data penelitian. “Dokumen terdiri dari tulisan pribadi
seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi” (Nasution,
2003:85). Pada penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah berupa
naskah Gurindam.
3. Pencarian di Internet (Internet Searching)
Pencarian data di Intenet merupakan salah satu langkah yang
digunakan peneliti sebagai bentuk satu terobosan efisensi waktu
dalam perolehan data maupun studi literatur, dengan memanfaatkan
68
3.2.3 Teknik Penentuan Informan
Peneliti melakukan penetuan informan dengan menggunakan teknik
purposive prosedur atau dikenal juga dengan prosedur pertimbangan ialah teknik yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam penentuan informan untuk tujuan tertentu.
Hanya mereka yang ahli yang patut memberikan informasi sebagai data
pendukung yang diperlukan. Oleh karena itu prosedur ini cocok untuk analisis
hermeneutika yang penulis amati dan analisis untuk memperkuat hasil dari
penelitian ini.
Tabel 3.1
Data Informan Penelitian
No Nama Profesi
1 M.Binsar Peneliti bidang kesusastraan
3.2.3 Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data dari
Miles dan Huberman yaitu interactive mode. Pada teknik analisa data ini terdiri tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and
1. Reduksi data (data reduction).
Di sini peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting
yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokkan data
tersebut sesuai dengan topik masalahnya.
2. Penyajian data (data display).
Data yang terkumpul dan telah dikelompokkan itu kemudian
disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah
komponen-komponen penting dari sajian data.
3. Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying
conclusions).
Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan
konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari interpretasi yang
dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah
penelitian.
3.2.4 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa
pengujian peneliti menggunakan uji credibility ( validitas interval ) atau uji
kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk
menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan
70
1. Peningkatan ketekunan
Melakukan pengamatan dan analisa terhadap teks pasal tujuh
gurindam 12 serta data tekstual yang terkait dengan objek penelitian ini secara
lebih cermat, lebih teliti dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian urutan akan dapat ditulis secara pasti dan sitematis.
2. Diskusi dengan Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat,
pemeriksaan yang dilakukan dengan mengumpulkan rekan-rekan sebaya,
yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang
diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan yang sedang dilakukan ( moleong, 2007 : 334)
2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 2.3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian untuk studi pustaka dan studi lapangan dilakukan di
Bandung, Jakarta, dan Tanjung Pinang. Peneliti melakukan pengumpulan
data saat di lokasi penelitian.
2.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian teks dengan metode hermeneutika ini dilakukan selama 6
bulan, terhitung mulai dari bulan Januari 2014 hingga Juli 2014. Untuk lebih
Tabel 3.2
Waktu Kegiatan Penelitian
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
9 Peny usunan Keseluruhan BAB
10 Sidang Kelulusan
No Kegiatan M ei Juni
1
✁✂ BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil desrkripsi dari bab sebelumnya mengenai hasil analisis
hermeneutika tentang Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam 12 Pasal Tujuh Karya
Raja Ali Haji, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk kedepannya agar lebih baik lagi.
Dalam penelitian yang menganalisa diskursus nilai sosial pada gurindam 12
pasal tujuh. Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Makna pasal tujuh gurindam 12 berdasarkan konsep bahasa
Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, dan tujuan komunikasi
adalah untuk merubah seseorang. Pasal tujuh gurindam 12 menggunakan
bahasa melayu dan ditulis dengan tulisan arab melayu karena pengaruh ajaran
agama Islam di tanah melayu. Pasal tujuh gurindam 12 dengan gramatika
stilistika yang memberi efek kepada pembacanya serta menggunakan gaya
bahasa metafora.
Bahasa sebagai bentuk ideologi dan dominasi kelompok terhadap
kelompok lain. Pada pasal tujuh gurindam 12 bait yang dicurigai terdapat
suatu kepentingan penguasa, dalam hal ini merupakan kepentingan Pihak
Kerajaan Riau-Lingga lewat penulis gurindam 12. Raja ingin menciptakan
akan membentuk suatu masyarakat harmonis yang tidak menyulitkan raja.
Yang mampu mengendalikan perkataannya dengan tidak banyak berbohong
yang akan menimbulkan fitnah. Memiliki masyarakat yang cerdas dalam
menanggapi informasi, dan masyarkat yang tidak membuat keonaran dan
mentaati peraturan. Kecurigaan ini terdapat pada bait pertama, ketujuh,
kedelapan, dan terakhir.
2. Makna pasal tujuh gurindam 12 berdasarkan konsep pengalaman
Gurindam 12 ditulis karena struktur pengalaman yang dimiliki Raja Ali Haji
yang hidup di kalangan keluarga Kesultanan Riau Lingga. Menempuh
pelajaran di tiga tempat, di lingkungan istana, saat remaja menuntut ilmu di
Batavia, lalu melanjutkan perjalanannya ke tanah suci menunaikan Ibadah
Haji sambil menimba ilmu pengetahuan Agama Islam. Saat berumur 22 tahun
kembali ke Pulau Penyengat dan terlibat pada kegiatan pemerintahan di Istana
bersama sepupunya. Ketika berumur 32 tahun sudah menjabat sebagai
penasehat bidang keagamaan di pemerintahan Riau-Lingga. Pada massa
tersebut ia mulai aktif berkarya dan menjalin hubungan persahabatan dengan
sarjana kebudayaan dari Belanda yang melakukan penelitian di tanah melayu
nusantara. Hingga pada akhirnya pada tahun 1847 selesai menulis gurindam
✆ ✆✆
3. Makna pasal tujuh gurindam 12 berdasarkan konsep tindakan
Pada konsep tindakan ini adalah bentuk praksis dari pengalaman yang
dimiliki dan tindakan penafsiran ini dilakukan untuk mengetahui tujuan
ditulisnya Gurindam 12 sebagai perintah Yang Dipertuan Muda sebagai
pembelajaran budi pekerti yang bepatokan kepada norma ajaran Agama Islam
yang akan mewujudkan harmonisasi di masyarakat, dan sebagai bentuk
penanaman jati diri identitas Melayu yang Islami sehingga menimbulkan
pemahaman intersubjektif yang mampu menjadi benteng diri sendiri terhadap
pengaruh ajaran budaya dari luar yang dibawa para kolonial Belanda. Dan
sebagai bentuk pencitraan dari Raja Ali Haji kepada pemimpinnya karena
telah loyal dan terhadap masyarakatnya bahwa ia adalah seorang penasehat
kerajaan sekaligus cendikiawan pujangga.
5.2 Saran
1. Saran bagi universitas
Analisis hermeneutik adalah sebuah analisis yang mampu untuk meneliti
kedalaman sebuah teks yang kajiannya cocok untuk mahasiswa komunikasi
khususnya konsentrasi jurnalistik. Oleh karena itu, agar pihak universitas menambah
bobot bahan ajar meterinya saat mata kuliah metode penelitian komunikasi. Penelitian
seperti ini sepatutnya dikembangkan kepada mahasiswa agar dapat memaknai
dengan analisis hermeneutika, diharapkan mampu memberi masukan dan varian
penelitian tentang perkembangan Ilmu Sosial Indonesia.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan desain penelitian
hemeneutika, agar lebih banyak mempelajari refernsi-referensi yang berkaitan dengan
hermeneutika, karena desain penelitian ini banyak jenisnya. Karena menggunakan
pendekatan hermeneutika dalam penelitian terhadap teks dapat dikatakan rumit.
Sebagai cara baru dalam mengolah bahasa, hermeneutika terbagi lagi ke dalam
beberapa kategori dan jenisnya. Meskipun rumit, hermeneutika mampu mengkaji teks
lebih dalam dan detail karena aspek kepentingan dibalik teks tersebut juga dikaji serta
memberikan kebebasan kepada peneliti untuk menganalisis dan menafsirkan teks
DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS
PASAL TUJUH
(ANALISIS HERMENEUTIKA JURGEN HABERMAS TENTANG DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH KARYA RAJA ALI HAJI)
SKRIPSI
Telah Diajukan dan Disahkan Untuk Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh,
Nama : Ivan Syani Fadli Nim : 41809710
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH ( ANALISIS HERMENEUTIKA JURGEN HABERMAS
TENTANG DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH
KARYA RAJA ALI HAJI ) Oleh:
IVAN SYANI FADLI NIM: 41809710
Skripsi ini di bawah bimbingan: ADIYANA SLAMET, S.IP., M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diskursus nilai sosial pada gurindam duabelas yang terkandung dalam pasal ketujuh. Disayangkan apabila hanya dikenal dari luarnya saja tanpa kita mengenal lebih dalam mengenai nilai dan makna tersembunyi yang menjadi kepentingan dari kelompok penguasa yang tertanam dalam pasalnya. Sedangkan karya sastra memberi manfaat bagi yang membacanya. Yaitu, manfaat hiburan dan pelajaran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis Hermeneutika Jurgen Habermas untuk mengetahui pemahaman makna mengenai konsep bahasa, tindakan, dan pengalaman pada teks pasal tujuh gurindam duabelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, studi kepustakaan dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasal tujuh gurindam duabelas secara konsep bahasa, sebagai media untuk menyebar luas ideologi kerajaan, adanya permainan bahasa yang ingin membentuk identitas masyarakat yang menkonter budaya asing. Secara konsep pengalaman, penulis yang lahir dari keluarga kerajaan, menerima pendidikan dan berkarir di kerajaan, menjalin pertemanan dengan peneliti Belanda pada saat keadaan ekonomi dan kebudayaan sedang maju di daerah melayu. Dan bentuk hasil dari konsep tindakan untuk meneruskan tradisi istana, dibalut dengan budaya keIslaman sebagai bentuk konter terhadap budaya asing, dan bentuk pencitraan penulis sebagai penasehat bidang agama.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa diskursus sebagai proses mengatasi distorsi pada komunikasi, mengenai konsensus yang dipaksa lewat teks pasal tujuh gurindam duabelas dengan adanya sebuah permainan bahasa yang dimainkan oleh pengarang yang merupakan suatu kepentingan untuk mendominasi ideologi yang dimilikinya kepada para pembaca secara tidak langsung dengan terbungkus oleh kesenian sastra.
Saran untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti teks dan wacana. Agar banyak membaca referensi dari berbagai sumber tentang hermeneutika, karena analisis hermeneutika cocok untuk meneliti kedalaman teks. Bahkan hermeneutika kritis lebih kompleks karena lebih menukik dalam menganalisa sisi ekstra-linguisti suatu wacana.
✠
1. PENDAHULUAN
Gurindam duabelas merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dari Bintan Provinsi Kepulauan Riau yang berbentuk karya sastra puisi lama. Karya ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Pulau Bintan, sehingga kata gurindam dipakai sebagai sebutan lain untuk ibu kota provinsi. Yaitu, Tanjung Pinang Kota Gurindam. Gurindam duabelas mengandung isi tentang pelajaran budi pekerti nilai keagamaan, nasehat kehidupan, nilai moral, dan nilai sosial ditiap bait-bait pada pasalnya.
Sangat disayangkan apabila karya ini hanya sebatas dikenal dan diketahui dari luarnya saja. Alangkah baiknya apabila telah mengenal. Maka dilanjutkan dengan pengenalan lebih jauh yaitu, memahami makna yang sebenarnya terkandung di dalam gurindam duabelas yang bernilai ini. “Sesungguhnya sebuah karya sastra memiliki fungsi kesenangan dan bermanfaat”(Wellek & Warren,1990:1).
Nilai-nilai sosial mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama. Munculnya nilai sosial di masyarakat bersumber pada tiga hal yaitu dari Tuhan, masyarakat, dan individu.
Nilai sosial adalah ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan serta keyakinan-keyakinan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta dianut oleh banyak orang dalam lingkungan masyarakat mengenai apa yang benar, pantas, luhur, dan baik untuk dilakukan. (Lanning,2009:61).
Gurindam duabelas salah satu karya pahlawan nasional bidang bahasa, Raja Ali Haji. Harta nasional ini patut dipedulikan untuk dilestarikan dengan berbagai cara. Salah satunya, lewat penelitian dan pengkajian lebih lanjut tentang konteksnya. Agar sejarah ini menghasilkan sebuah penjelasan serta kesepakatan pemahaman bersama yang berguna dalam kehidupan sosial sehari-hari di masyarakat.
Berkaitan dengan Penjelasan di atas, tentang nilai sosial dan teks gurindam duabelas. Dari kesebelas pasal lainnya, pada pasal tujuh banyak berisikan kalimat tentang nilai sosial. Dari beberapa nilai sosial yang terkandung pada pasal tujuh, ada beberapa bait yang menyinggung nilai sosial tentang komunikasi antar manusia. Sesuai dengan program studi yang sedang peneliti tempuh saat ini. Yaitu Ilmu Komunikasi. Oleh Karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut. Dan pasal tujuh gurindam duabelas menjadi objek fokus yang akan dibahas pada penelitian ini.
karya dimaksudkan, dan apa yang menjadi maksud sipengarang yang menjadi sebuah kepentingan didalamnya. Dari pemahaman mengenai kontekstualitas teks ini akan mengahsilkan makna yang partisipatif.
Menurut Rohman dalam bukunya (2013:21) bahwa teks adalah “sebuah produk yang dihasilkan individu atau kelompok yang menyimpan kepentingan dan ideologi-ideologi tertentu sebagai media untuk berkomunikasi dengan khalayak”. Dengan mengetahui konteks gurindam duabelas akan memudahkan pemahaman tentang makna yang terkandung pada Gurindam duabelas, sehingga menciptakan kesamaan pemahaman yang bermanfaat bagi masyarakat saat ini agar memiliki tatanan masyarakat yang memiliki nilai sosial seperti masa kejayaan budayanya pada dahulu.
Salah satu aliran hermeneutika yang secara jeli membongkar kecurigaan selubung ideologi yang terdapat pada teks adalah Jurgen Habermas. Berbeda dengan Gadamer yang hanya mengungkap teks dari kesadaran sejarah dan memberi titik pijak hermeneutika pada tradisi, Habermas lebih menukik, mencari ruang-ruang tradisi yang seringkali dirasuki oleh ideologi tertentu. Di sinilah kelebihan Habermas dari tokoh-tokoh hermeneutika lainnya, termasuk Gadamer. Jika yang lain banyak mengungkap aspek linguistik, maka Habermas lebih maju dengan mengungkap aspek ekstra linguistik yang lebih detail tentang suatu teks sebagai dominasi, hegemoni dan ideologi seorang penulis.1
Untuk mewujudkan komunikasi yang partisipatif yang menghasilkan kesepakatan pemahaman di masayarakat dari hasil penafsiran teks sejarah ini. Maka pada penelitian ini menggunakan hermeneutika Jurgen Habermas dengan teori diskursus serta teori komunikasinya.
Disinilah peran hermeneutika menurut Habermas akan diterapkan. Fungsi dasar hermeneutika ialah mencari tahu konteks dari sebuah teks serta upaya membangun dan menghubungkan keadaan realita teks (ontologi) sejarah pada zaman dulu agar bisa diterima pada kehidupan saat ini (fenomena). “Pandangan tentang pemahaman bertitik tolak dari hubungan antara bahasa, pengalaman, dan komunikasi untuk membangun teori praksis”.(Rohman,2013:59)
2. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah merupakan fokus kajian peneliti dalam melakukan penelitian agar
semua pertanyaan masalah dapat terarah dengan baik secara sistematis dan koheren. Adapun rumusan
masalah dari penelitan sebagai berikut:
☛
Iswahyudi. Membongkar Hadis Tentang Ahl Sunnah Wa Al-Jama’ah: Sebuah Pendekatan Hermeneutika Kritis
☞
A. Identifikasi masalah makro
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka dapat disimpulkan
penelitian ini mengarah pada rumusan masalah penelitian, yaitu Bagaimana Diskursus
Nilai Sosial pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh?
B. Identifikasi masalah mikro
Berdasarkan rumusan masalah makro di atas maka dapat dikembangkan
menjadi rumusan masalah mikro dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana makna pasal tujuh Gurindam duabelas berdasarkan konsep Bahasa?
2. Bagaiamana makna pasal tujuh Gurindam duabelas berdasarkan konsep Pengalaman?
3. Bagaiamana makna pasal tujuh Gurindam duabelas berdasarkan konsep Tindakan?
3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan analisis hermeneutika. Metode penelitian kualitatif dalam artinya tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif . (Mulyana, 2003:150).
Hasil dari penelitian ini merupakan bentuk konkret tentang penafsiran makna nilai
sosial pada gurindam 12 pasal tujuh. Pada bab ini akan dibahas mengenai tiga point utama rumusan masalah yang mendeskripsikan mengenai:
4.2.1 Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Bahasa
Dalam gurindam 12 ada sebuah pemikiran tentang sebuah masyarakat yang
dikelola secara sistematis guna mendorong individu-individu untuk terus-menerus
mempercayainya. Ideologi yang tertanam pada pasal tujuh gurindam 12 berfungsi
untuk menopang lembaga pemerintahan kerajaan dan hubungan-hubungan dominasi
yang didukung oleh ideologi itu sendiri. Dan memungkinkan sistem yang sebenarnya
hanya melayani kepentingan kerajaan, tampak seolah-olah melayani kepentingan
semua masyarakat.
Penggunaan tulisan huruf arab melayu sebagai simbol bahasa yang digunakan
pada gurindam 12 karena mempertahankan adat istiadat serta Ideologi keIslaman
yang sudah ada di daerah Riau-Lingga saat sebelum abad ke-19. Banyak teks selain
pada kitab pendidikan agama Islam yang menggunakan tulisan huruf arab melayu, ini
merupakan bentuk penyerapan budaya Arab yang identik dengan agama Islam. Ini
dimaksud agar menciptakan gambaran identitas bahwa budaya adat melayu adalah
Bila dikaji secara gramatikal atau tata bahasanya, pasal tujuh gurindam 12
menggunakan gramatika stilistika. Gramatika stilistika ini merupakan “bahasa yang
meliputi kebiasaan atau ungkapan dalam pemakaian bahasa yang mempunyai efek
kepada pembacanya”(Pradopo,1994:66).
Bahasa melayu dalam penggunaan lisan maupun tulisan kerap kali
7
tidak langsung berupa perbandingan analogis. Pada masa gurindam 12 ditulis,
penggunaan gaya bahasa metafora ini sering digunakan masyarakat melayu dalam
kesehariannya. Gaya bahasa pada gurindam 12 untuk saat ini sudah jarang digunakan
dalam bahasa lisan, tetapi lebih sering digunakan pada karya sastra tulisan seperti
puisi modern ataupun dalam lirik-lirik lagu populer.
Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Pengalaman
Konsep pengalaman sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana
lingkungan dan perjalanan hidup pengharang hingga terbentuknya naskah ini. lewat
susunan pengalaman kehidupan pengarang gurindam 12, kita akan mengetahui
hal-hal yang terkait tentang gurindam 12. Susunan pengalaman ini terdiri dari
pengalaman objektif mengenai sosok pengarang dan konteks sosial mengenai
interaksi dan kehidupan sosial di daerah lahirnya Gurindam 12, pengalaman ini
menjadi sebuah bentuk refleksi diri peneliti dan kehidupan Raja Ali Haji sehingga
membentuk sebuah formulasi motif yang menjadi perbandingan dengan refleksi masa
kini.
Saat berusia tiga belas tahun ia belajar ilmu pengetahuan umum dan beberapa
pelajaran menganai sastra di Kota Batavia. Lalu saat berusia sembilan belas tahun ia
melanjutkan perjalanan ke Mesir sambil menunaikan ibadah haji ia juga banyak
menimba ilmu tentang Agama Islam di tanah Arab. Hingga berumur dua puluh satu
tahun ia kembali ke Pulau Penyengat. Pada tahun 1840 ia memulai kiprah dalam
urusan pemerintahan di kerajaan Riau-Lingga dan pada momentum inilah ia memulai
berperan dalam dunia kesusastraan. Saat itu pihak kolonial Belanda perhatiannya
terfokus untuk melakukan penelitian mengenai budaya adat melayu, karena Pada
bahasa melayu sebagai bahasa yang digunakan dalam aktivitas perdagangan
internasional, karena daerah semenanjung malaka termasuk Riau-Lingga menjadi
tempat pusat transaksi dan persinggahan para pedagagang internasional. Hingga tahun
1846 telah selesai merampungkan karangan gurindam 12.
Von de Wall, Klinkert, dan Van Ophuijsen diutus dari keresidenan di Den
Haag untuk meneliti mengenai bahasa Melayu. Raja Ibrahim, Raja Bih, dan Raja Ali
Haji diminta untuk membantu penelitian mereka. Pada masa tersebutlah Raja Ali Haji
menjalin hubungan persahabatan dengan Von de Wall. Pada masa persahabatan
mereka, Raja Ali haji menulis Gurindam 12 dan menghadiahkan karya tersebut
kepada Von de Wall dan kemudian dicetak di Batavia dalam bahasa Belanda.
Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Tindakan
Jurgen Habermas dalam buku communicative action menjelaskan tentang bagaimana agar tercapainya sebuah pemahaman dibutuhkan empat tindakan. “Yaitu
tindakan teleologis, pemahaman tentang menggambarkan tujuan, tindakan normatif
pemahaman yang menandai hal-hal yang bersifat normatif, tindakan dramaturgik
yang bagaimana seorang bertindak dan membentuk gambaran sebuah peran
dimasyarakat, tindakan komunikatif yang menghasilkan sebuah pemahaman yang
menghasilkan konsensus di masyarakat” (soemaryono,1999:101).
• Tindakan Teleologis Pada Pasal Tujuh Gurindam 12
Setiap tindakan yang dilakukan manusia mempunyai tujuan. Pihak kesultanan
yang dipimpin Raja Abdullah Yang Dipertuan Muda IX, melalui penasehat
keagamaannya Raja Ali Haji, ingin menyebarluas pandangannya tentang pribadi yang
9
kehidupan yang mengarah kepada masyarakat yang harmonis, atau istilah ini biasa
disebut dengan “syiar lewat syair”.
Selain itu, bentuk pembelajaran dibentuk sebagai sebuah counter terhadap budaya luar yang dibawa oleh para pedagang yang singgah di kawasan Riau-Lingga
dan budaya dari kolonial Belanda yang juga mempunyai misi lain yaitu sebagai
missionaris yang ingin menyebarkan ajaran agama Katolik. Oleh karena ajaran Islam
yang sudah kuat tertanam di ranah Melayu, Kesultanan ingin selalu menanamkan
ajaran agama tersebut, termasuk lewat seni sastra. Tindakan teleleologis inilah
melatarbelakangi permainan bahasa yang diterapkan pada Gurindam 12. Selain itu
tujuan pengarang juga berkaitan menjaga demi nama baiknya didepan raja dan
menjaga citra baiknya sebagai penasehat bidang agama di mata masyarakat yang
peduli terhadap moral masayarakatnya. Kondisi seperti ini menjadi sebuah bentuk
pemaksaan konsensus lewat sebuah bahasa yang dibungkus dalam balutan karya seni
sastra dan dihiasi dengan dogma adat istiadat.
Dibeberapa literatur disebutkan bahwa Raja Ali Haji menulis gurindam 12
karena tujuan awal untuk meneruskan tradisi “istana melayu” yaitu tradisi menulis
naskah berupa karya sastra, teks agama atau “kitab-kitab”, serta naskah-naskah
perkembangan dan sejarah kerajaan.
“Raja Ali Haji ingin mengharapkan sebuah masyarakat yang beretika dan bermoral menurut ajaran agama Islam yang ia pelajari semasa hidupnya. Bentuk harapan yang diinginkan ini tertuang dalam bait-bait pada pasal tujuhnya. Gaya bahasa perbandingan sebab-akibat terlihat pada penulisan kata apabila pada tiap awal larik di baitnya. Apabila anda melakukan ini, maka akan mendapatkan ini. Seperti itulah perumpamaan yang terdapat pada isi pasal tujuh gurindam 12. Karena merupakan sebuah cerminan untuk masyarakat pada masa gurindam 12 ditulis yaitu abad-19.”2
2
pada kalangan di lingkungan istana, yaitu para penulis yang dipekerjakan kerajaan
atau para anggota keluarga kerajaan. Gurindam 12 ditulis dipersembahkan untuk
kalangan istana sebagai sebuah bentuk tradisi dan dipublikasikan oleh pihak istana
bertujuan sebagai media hiburan yang mengandung unsur pendidikan juga.
• Tindakan Normatif Pada Pasal Tujuh Gurindam 12
Tindakan normatif, tentang nilai-nilai yang berlaku umum. Pada tindakan normatif
yang terkandung dalam gurindam 12 berpijak pada norma yang sangat dijunjung pada massa
itu adalah norma yang yang berdasarkan pada nila-nilai keislaman. Gurindam 12 seperti yang
telah dituliskan pada tindakan teleologis, bahwa gurindam 12 dahulu sebagai sebuah tradisi
yang memelihara budaya melayu yang Islami. Gurindam 12 sebagai sastra yang bertujuan
untuk menghibur dan media pembelajaran budi pekerti untuk masyarakat. Pada abad ke-19
hanya beberapa kalangan saja yang bisa menerima pendidikan, terbatas dikalangan
bangsawan saja. Kerajaan Riau-Lingga dan kerajaan melayu lainnya menjunjung tinggi adab
dan norma sosial. Oleh karena itu kesenian sastra yang sering didendangkan yang diadakan
kerajaan untuk masyarakatnya banyak memuat banyak pendidikan budi pekerti.
Tindakan normatif yang terdapat pada pasal tujuh gurindam 12 ini berupa tindakan
mengenai norma sikap berkomunikasi dengan orang lain dan mengandung makna tindakan
normatif bagaimana seharusnya seorang individu bersikap untuk dirinya sendiri atau berupa
etiket.
Lewat kesenian dan karya sastra sebagai media hiburan dan pembelajaran di
masyarakat. Pada pasal tujuh, penulis gurindam 12 ingin menuangkan gagasannya mengenai
nilai sosial hubungan ideal antara manusia dan seperti cara bersikap sebagai individu yang
11
• Tindakan Dramaturgik Pada Pasal Tujuh Gurindam 12
Tindakan dramaturgik yang ditampilkan oleh pengarang ialah bagaimana ia bertindak
menampilkan dirinya membentuk sebuah image dimasyarakat. Sebagai seorang penasehat keagamaan di kerajaan Riau-Lingga, ia memegang jabatan yang strategis untuk
menyebarluaskan pemikirannya. ia menggambarkan sosok yang bijaksana berilmu didepan
Raja dengan memberi berbagai pandangan tentang seorang pemimpin yang agamis dan
bentuk pemerintahan dalam pandangan Islam kepada Yang Dipertuan Muda sebagai
pimpinannya. Ia juga menjalankan titah kerajaan pusat di semenanjung Johor-Malaka sebagai
penulis kerajaan yang melanjutkan tradisi mengarang di Istana melayu. Dimasyarkat ia
terkenal sebagai cendikiawan Muslim yang bijaksana yang kerap memberi nasehat dan
pelajaran lewat hasil karya-karyanya.
Sebagai seorang anak yang patuh kepada orang tuanya ia mengisi masa
kanak-kanaknya dengan belajar dan bermain hanya sebatas dilingkungan istana saja. Ia memperoleh
pelajaran bersama para kakak, adik, dan saudara sepupunya dari ulama khusus yang
diperintah istana.
• Tindakan Komunikatif Pada Pasal Tujuh Gurindam 12
Tindakan komunikatif bermaksud untuk menjelaskan bagaimana hubungan dialogis
yang ingin disampaikan agar terjadi kesamaan makna pada para pembacanya, serta apa yang
ingin disampaikan penulis gurindam 12 melalui karyanya kepada yang membacanya agar
tercapai suatu konsensus yang tak terdistorsi yang diharapkan masyarakat. Menurut Rohman
dalam bukunya (2013:21) bahwa teks adalah “sebuah produk yang dihasilkan individu atau
kelompok yang menyimpan kepentingan dan ideologi-ideologi tertentu sebagai media untuk
Raja Ali Haji selaku pengarang gurindam 12 ingin menyebarluas pandangannya tentang
ajaran agama Islam yang berakhlak pribadi yang berbudi pekerti, membentuk sebuah pribadi
yang bisa membentengi diri terhadap budaya asing yang dianggap tidak baik. Dan menjadi
sebuah patokan yaitu nilai sosial di masyarakat. Lewat tulisannya Raja Ali haji ingin
memberi suatu pembelajaran agar membentuk tatanan kehidupan yang mengarah kepada
masyarakat yang harmonis, atau istilah ini biasa disebut dengan “syiar lewat syair”.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini penelitian menunjukkan bahwa pada pasal tujuh
gurindam duabelas secara konsep bahasa, sebagai media untuk menyebar luas ideologi kerajaan, adanya permainan bahasa yang ingin membentuk identitas masyarakat yang
menkonter budaya asing. Secara konsep pengalaman, penulis yang lahir dari keluarga kerajaan, menerima pendidikan dan berkarir di kerajaan, menjalin pertemanan dengan peneliti
Belanda pada saat keadaan ekonomi dan kebudayaan sedang maju di daerah melayu. Dan
bentuk hasil dari konsep tindakan untuk meneruskan tradisi istana, dibalut dengan budaya keIslaman sebagai bentuk konter terhadap budaya asing, dan bentuk pencitraan penulis sebagai
penasehat bidang agama.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa diskursus sebagai proses mengatasi
distorsi pada komunikasi, mengenai konsensus yang dipaksa lewat teks pasal tujuh gurindam
duabelas dengan adanya sebuah permainan bahasa yang dimainkan oleh pengarang yang
merupakan suatu kepentingan untuk mendominasi ideologi yang dimilikinya kepada para