• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh (Analisis Hermeneutika Jurgen Habermas Tentang Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh Karya Raja Ali Haji)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh (Analisis Hermeneutika Jurgen Habermas Tentang Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh Karya Raja Ali Haji)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH KARYA RAJA ALI HAJI) SKRIPSI

Telah Diajukan dan Disahkan Untuk Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh,

Nama : Ivan Syani Fadli Nim : 41809710

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

137

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ivan Syani Fadli

Tempat, Tanggal Lahir : Tg.Pinang, 18 Januari 1992

Jenis kelamin : Pria

Umur : 21Tahun

Agama : Islam

Alamat : JL. Tubagus Ismail Dalam No 31 Bandung

Telepon : 085668108076

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Syarifuddin Sikumbang

Pekerjaan : Wirausaha

Nama Ibu : Harnita Harun

Pekerjaan : Wirausaha

Alamat Orang Tua : Jl. M.Taher Latif 32. Kp.Baru Tg.Uban. Kep.Riau

(5)

PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009-2010 Mahasiswa S1 Jurusan Sistem Informasi di Unikom.

Pindah

Jurusan

2. 2010 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia,

-

3. 2007 – 2009 SMAN 1 Singkep Berijazah

4. 1999 – 2002 SMPN 02 Bintan Utara Berijazah

5. 1993 – 1999 SDN 004 Bintan Utara Berijazah

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010  Peserta Kegiatan Seminar Budaya Preneurship” Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” diadakan oleh Pusat Inkubator Bisnis Mahasiswa Unikom.

 Peserta Kegiatan Table Manner di Hotel AMAROSA Bandung.

 Peserta Temu Kenal Mahasiswa Baru 2010 FISIP .

(6)

139

2. 2011  Peserta Seminar NetPreneur ”Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet”.

 Peserta Kegiatan “ONE DAY WORSHOP

MC & RADIO ANNOUNCER” UNIKOM Bandung.

 Peserta seminar “Pelatihan Jurnalistik” FIB Universitas Padjajaran Bandung

 Peserta Seminar “anak muda dan politik” Salaman ITB

 Peserta Seminar “Diskusi Politik” FISIP Unikom

 Peserta Kegiatan workshop “film” FIFIP unikom

Bersertifikat

4. 2013  Peserta Kegiatan Budaya Komunikasi & Komunikasikan Budaya

 Peserta Seminar “Citizen Jurnalism” FIB Universitas Padjajaran Bandung

Bersertifikat

Bandung, Agustus 2014

Penulis

(7)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ...ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR LAMPIR AN...xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...11

1.3.1 Maksud Penelitian...11

1.3.2 Tujuan Penelitian ...11

1.4 Kegunaan Penelitian ...11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ...11

1.4.2 Kegunaan Praktis ...12

(8)

ix

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas...13

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat ...13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...13

2.1 Tinjauan Pustaka ...13

2.1.1 Penelitian Terdahulu...13

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ...17

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ...17

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ...19

2.1.2.3 Fungsi Ilmu Komunikasi...20

2.1.2.4 Tujuan Ilmu Komunikasi ...21

2.1.3 Tinjauan Tentang Nilai Sosial...22

2.1.3.1 Ciri Nilai Sosial...24

2.1.3.2 Peran Nilai Sosial...26

2.1.4 Tinjauan Tentang Teks dan Bahasa...25

2.1.4.1 Tinjauan Tentang Teks ...25

2.1.4.2 Tinjauan Tentang Bahasa ...28

2.1.5 Tinjauan Tentang Hermeneutika ...31

2.1.5.1 Sejarah Metode Hermeneutika ...31

2.2 Kerangka Pemikiran ...34

2.2.2 Hermeneutika Jurgen Habermas...34

(9)

x

3.2 Metode Penelitian...59

3.2.1 Desain Penelitian ...62

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ...64

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ...66

3.2.4 Teknik Analisa Data...67

3.2.5 Teknik Uji Keabsahan Data ...68

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian...69

3.2.6.1 Lokasi Penelitian...69

3.2.6.2 Waktu Penelitian...70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...72

4.1 Informan Penelitian ...72

4.2 Hasil Penelitian ...73

4.2.1 Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Bahasa...73

4.2.2 Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Pengalaman ...80

4.2.3 Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Tindakan ...83

4.3 Pembahasan Penelitian...94

(10)

xi

4.3.2 Diskursus Konsep Pengalaman Pada Pasal Tujuh

Gurindam 12 ... 102

4.3.2 Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam 12 Pasal Tujuh... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

5.1 Kesimpulan ... 116

5.2 Saran... 118

DAFTAR PUSTAKA... 120

(11)

xii

Gambar 3.1 Teks Asli Pembukaan Gurindam 12... 46

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Data Informan Penelitian ... 69

(13)

xiv

Lampiran 1: Pedoman Wawancara ... 122

Lampran 2 : Lampiran Informan ... 123

Lampiran 3 : Transkip Hasil Wawancara ... 124

Lampiran 4 : Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 130

Lampiran 5 : Berita Acara Bimbingan ... 131

Lampiran 6 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Sidang Sarjana... 132

Lampiran 7 : Pengajuan Pendaftaran Ujian Sarjana ... 133

Lampiran 8 : Persetujuan Judul & Pembimbing ... 134

Lampiran 9 : Rekomendasi Pembimbing... 135

(14)

120

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Ahmad Darmawi. 2010.Bahasa dan Aksara Melayu Nusantara,Cetakan I.Pekanbaru: Dinas Pendidikan Provinsi Riau.

Azhar, Al & Putten, Der Jan Van. 2007. Dalam Berkekalan Sahabat: Surat-surat Raja Ali Haji Kepada Von De Wall. Jakarta:Kepustakaan Populer Gramadia.

Amin, Maswardi Muhammad.2012. Memasyarakatkan Budi Pekerti Yang Terkandung Dalam Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji).Yogyakarta:Absolute Media.

Budiman, Manuke dkk.2008.Membaca Sastra:Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta.Indonesia Tera.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:Kencana.

Browne M, Neil & Keeley, Stuart M. 2010. Pemikiran Kritis:Panduan untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan kritis. Jakarta: Index.

Donny Gahral Ardian. 2011 setelah marxisme:sejumlah teori ideologi kontemporer.Depok:koekoesan.

Denzin, Norman K. dan Yvonna S.Lincoln.2009. Handbook of Qualitative Research.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Eryanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKiS.

Fink, Hans.2010. Filsafat sosial: Dari Feodalisme Hingga Pasar Bebas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gadamer, Hans-George. 2004. Kebenaran dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hendy, Zaidan. 1988.Pelajaran Sastra. Jakarta: Gramedia

(15)

2004.Sejarah Perjuangan Raja Ali Haji Sebagai Bapak Bahasa Indonesia.Pekanbaru:Unri Press.

Kuntowijoyo.2013.Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Listiyono Santoso, Wisarja I Ketut. 2003. Epistemologi Jurgen Habermas.Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Mahayana, Maman S.Akar Melayu:Sistem Sastra & Konflik Ideologi di Indonesia & Malaysia.Yogyakarta:Indonesia Tera.

Mulyana, Deddy dan Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Meleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

MS, Suwardi.2008. Dari Melayu Ke Indonesia. Cet.I Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Palmer, E. Richard. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Poespoprojo, W. 1987. Interpretasi: Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatnya. Bandung: Remaja Karya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004.Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rahardjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermeneutika antara Intersionalisme dan

Gadameria.Yogyakarta: Ar-Ruzmedia

Rohman, Saifur. 2013. Hermeneutik: Panduan Kearah Desain dan Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Sumadiria, AS. Haris. 2008. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(16)

122

Vina, Dwi Laning. 2009.Sosiologi 1 : Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

B. Sumber Lain Materi Kuliah

Bahan Ajar Mata Kuliah MPK II Kualitatif Oleh, Adiyana Slamet. S.IP.,M.Si.

Catatan Kuliah Metode Penelitian Kualitatif.

Jurnal Ilmiah

Duija, I Nengah.2005. Wacana:Naskah, Tradisi, dan Sejarah. Vol. 7 No.2 Oktober 2005. Jakarta. Universitas Indonesia.

Iswahyudi. 2010. Membongkar Hadis Tentang Ahl Sunnah Wa Al-Jama’ah: Sebuah Pendekatan Hermeneutika Kritis Habermas. Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga.

Mustaqim,Abul. 2000. Etika Emansipatoris Jurgen Habermas dan Implikasinya di Era Pluralisme, dalam Refleksi, vol 2, No.1. July 2000. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga.

Putra, R. Maesri Sareb.2012. Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya Dalam Studi Ilmu Komunikasi.Vol. IV No.1 Juni 2012 Jakarta. Universitas Multi Media Nusantara.

Skripsi

Indriati, Ratna. 2011. Serat Aji Pamasa Dalam Kajian Hermeneutika Gadamer. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Simanjuntak, Jimmy Fernanda.2011. Sikap Politik Shindunata Pada Satu Pemerintahan SBY-Boediono.Yogyakarta. Universitas Atmajaya.

Tobi, Hendrik Boli. 2003. Tinjauan Hermeneutika Gadamer Atas Teks Sarinah Karangan Soekarno.Depok. Universitas Indonesia.

C. Internet

(17)

www.sastra-sejarah-lebih-indah.blogspot.com. Diakses pada selasa, 20-Maret-2014 Pukul 19:45 WIB.

www.yhiiie.wordpress.com/2012/11/29/sejarah-masuknya-islam-di-riau/.Diakses pada Sabtu,12 Juli 2014 Pukul 21.35 WIB.

www.rumahfilsafat.com. Diakses pada senin, 2-Februari-2014 Pukul 05.30 WIB.

www.filsafat.kompasiana.com/2011/12/17/berguru-etika-pada-habermas 419499.html. Diakses pada: 9 May 2014.Pukul:16:30 WIB.

(18)

46 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah Gurindam 12 pasal ketujuh. Gurindam

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat (KBBI, 2008: 469). Terdiri 12 pasal, tiap pasalnnya

memiliki bait dua baris kalimat yang bersajak dan berima sama. Baris pertama berisi

tentang sebab, dan baris kedua berisi tentang akibatnya. Merupakan salah satu karya

pahlawan nasional Raja Ali Haji. Ditulis di Pulau Penyengat, Riau, pada tanggal 23

Rajab 1263 H atau 1847 M ketika usianya 38 tahun. Diterbitkan pada tahun 1854 M

dalamTijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No.II, Batavia, dengan huruf Arab melayu dan terjemahan dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher. Di dalamnya

membahas tentang nilai keagamaan, nasehat kehidupan, nilai moral, dan nilai sosial.

Pasal ketujuh gurindam 12 terdiri dari 11 bait yang memiliki dua baris sajak di tiap

(19)

Berikut ini adalah penggalan kata-kata pada Gurindam 12 teks pertama

yang ditulis oleh Raja Ali Haji. Yaitu pada pembukaan gurindam 12 dan pasal

ketujuh:

Gambar 3.1

Teks Pembukaan Gurindam12 yang pertama kali ditulis oleh Raja Ali Haji

(20)

48

INILAH GURINDAM DUABELAS NAMANYA

Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam serta shalawatnya Nabi yang

akhirul jaman serta keluarganya dan sahabatnya sekalian adanya. Amma ba’d

daripada itu maka tatkala sampailah Hijratun Nabi 1263 Sanah kepada dua

puluh tiga hari bulan Rajab hari Selasa maka telah diilhamkan ALLAH ta’ala

kepada kita yaitu Raja Ali Haji mengarang satu gurindam cara Melayu yaitu

yang boleh juga jadi diambil faedah sedikit-sedikit daripada perkataannya itu

pada orang yang ada menaruh akal maka adalah banyaknya gurindam itu

hanya duabelas pasal di dalamnya.

Syahdan

Adalah beda antara gurindam dengan syair itu aku nyatakan pula bermula arti

syair Melayu itu perkataan yang bersajak yang serupa dua berpasang pada

akhirnya dan tiada berkehendak pada sempurna perkataan pada satu-satu

pasangnya bersalahan dengan gurindam. Adapun arti gurindam itu yaitu

perkataan yang bersajak juga pada akhir pasangannya tetapi sempurna

perkataannya dengan satu pasangannya sahaja jadilah seperti sajak yang

pertama itu syarat dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab. Bermula inilah

rupanya syair. Dengarkan tuan suatu rencana Mengarang di dalam gundah

gulana Barangkali gurindam kurang kena Tuan betulkan dengan sempurna

Inilah arti gurindam yang di bawah syatar ini Persamaan yang indah-indah

Yaitu ilmu yang memberi faedah Aku hendak bertutur Akan gurindam yang

(21)

1

INI GURINDAAM PASAL YANG PERTAMA Barang siapa tiada memegang agama

Segala-gala tiada boleh dibilang nama

Barang siapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang ma’rifat

Barang siapa mengenal Allah

Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri

Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri

Barang siapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terpedaya

Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat

2

INI GURINDAM PASAL YANG KEDUA

Barang siapa mengenal yang tersebut Tahulah ia makna takut

Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang

Barang siapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa

Barang siapa meninggalkan zakat Tiadalah hartanya beroleh berkat

(22)

50

3

INI GURINDAM PASAL YANG KETIGA

Apabila terpelihara mata Sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping

Khabar yang jahat tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah

Niscaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fi’il yang tidak senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat

Di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki

Daripada berjalan yang membawa rugi

4

INI GURINDAM PASAL YANG KEEMPAT

Hati itu kerajaan di dalam tubuh

Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh

Apabila dengki sudah bertanah

Datanglah daripadanya beberapa anak panah

Mengumpat dam memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang yang tergelincir

Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala

Jika sedikitpun berbuat bohong

(23)

Tanda orang yang amat celaka Aib dirinya tiada ia sangka

Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah

Barang siapa yang sudah besar

Janganlah kelakuannya membuat kasar

Barang siapa perkataan kotor Mulutnya itu umpama ketor

Di manakah salah diri

Jika tidak orang lain yang berperi

Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih

5

INI GURINDAM PASAL YANG KELIMA

Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihat kepada budi dan bahasa

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia

Jika hendak mengenal orang mulia Lihatlah kepada kelakuan dia

Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tiadalah jemu

Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengambil bekal

(24)

52

6

INI GURINDAM PASAL YANG KEENAM

Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat

Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru

Cahari olehmu akan isteri Yang boleh menyerahkan diri

Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan

Cahari olehmu akan abdi Yang ada baik sedikit budi

7

INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH

Apabila banyak berkata-kata Di situlah jalan masuk dusta

Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itu tanda hampirkan duka

Apabila kita kurang siasat

Itulah tanda pekerjaan hendak sesat

Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih

Apabila banyak mencat (mencacat?) orang Itulah tanda dirinya kurang

Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sajalah umur

(25)

Apabila mendengar akan aduan

Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut

Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar

Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat onar

8

INI GURINDAM PASAL YANG KEDELAPAN

Barang siapa khianat akan dirinya Apalagi kepada lainnya

Kepada dirinya ia aniaya

Orang itu jangan engkau percaya

Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya

Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar

Orang yang suka menampakkan jasa

Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa

Kejahatan diri disembunyikan Kebajikan diri diamkan

(26)

54

9

INI GURINDAM PASAL YANG KESEMBILAN

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan Bukannya manusia yaitulah syaitan

Kejahatan seorang perempuan tua Itulah iblis punya penggawa

Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja

Kebanyakan orang yang muda-muda Di situlah syaitan tempat bergoda

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan Di situlah syaitan punya jamuan

Adapun orang tua(h) yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan jadi berseteru

10

INI GURINDAM PASAL YANG KESEPULUH

Dengan bapa jangan derhaka Supaya Allah tidak murka

Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat

Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik ke tengah balai

(27)

11

INI GURINDAM PASAL YANG KESEBELAS

Hendaklah berjasa

INI GURINDAM PASAL YANG KEDUABELAS

Raja mufakat dengan menteri

Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai

(28)

56

Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta.

Tamatlah gurindam yang duabelas pasal yaitu karangan kita Raja Ali Haji pada tahun Hijrah Nabi kita seribu dua ratus enam puluh tiga kepada tiga likur hari bulan Rajab Selasa jam pukul lima Negeri Riau Pulau Penyengat.

Berikut ini adalah teks yang menjadi objek penelelitian. Yaitu, pasal ketujuh

Gurindam 12 :

INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH

Apabila banyak berkata-kata Di situlah jalan masuk dusta

Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itu tanda hampirkan duka

Apabila kita kurang siasat

Itulah tanda pekerjaan hendak sesat

Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih

Apabila banyak mencat orang Itulah tanda dirinya kurang

Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sajalah umur

Apabila mendengar akan kabar Menerimanya itu hendaklah sabar

Apabila mendengar akan aduan

Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut

(29)

Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat onar

3.1.1 Profil Raja Ali Haji

Pada usia 40 tahun Raja Ali Haji banyak mencurahkan aktivitas

kesibukannya pada penulisan karya-karya sastra. Ia tercatat sebagai penulis

yang produktif di masa itu. Kesultanan Riau-Lingga, Johor, dan Pahang pada

waktu itu menjadi dikenal berkat karya-karya yang dihasilkan Raja Ali Haji.

Karya-karyanya banyak dibicarakan para pakar bahasa dan sastra di Hindia

Belanda dan juga luar negeri.

Karya Raja Ali Haji kitab pengetahuan bahasa yang berupa catatan

dasar-dasar Melayu melalui pedoman bahasa menjadi sejarah berdirinya

bahasa Negara Indonesia, karena menjadi sebuah pijakan dasar bahasa

Indonesia, yang kemudian diresmikan sebagai bahasa Indonesia pada Kongres

Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 menjadi bahasa nasional Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Lahir pada 1808 di pusat kesutanan Lingga-Riau di Pulau Penyengat

yang kini termasuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Sejak berusia 32 tahun,

beberapa jabatan khusus di lingkungan kerajaan Lingga-Riau pernah

diembannya mulai dari penasehat keagamaan dan akhirnya ia mendapat

(30)

58

kerajaan Lingga-Riau untuk menjadi penanggung jawab bidang hukum Islam

hingga ia meninggal pada tahun 1873.

Nama lengkap Raja Ali Haji adalah Tengku Raja al-hajj bin Tengku

Raja Ahmad bin Raja Al-Hajj Fisabillillah bin Opu Daeng Celak alias Engku

Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Dia dilahirkan pada tahun 1808 M

dipusat kesultanan Riau-Lingga di pulau Penyengat.

Catatan tentang hari dan bulan kelahiran Raja Ali Haji berbeda dengan

ayahnya. Catatan mengenai kelahiran ayahnya begitu rinci, yaitu pada hari

kamis waktu asyar bulan rajab tahun 1193 M di istana yang dipertuan Muda

Riau-Raja Haji Ibni Daeng Celak. Sedangkan catatan mengenai Raja Ali Haji

justru singkat. Bahkan, catatan kelahiran Raja Ali Haji lebih banyak di

dasarkan pada perkiraan saja.”(Junus, 2002:62). Orang-orang melayu pada

saat itu sering mengingat waktu kelahiran anaknya dengan peristiwa-peristiwa

penting. Raja Ali Haji lahir lima tahun pulau setelah penyengat dibuka.

Sebagai tempat kediaman Engku Putri. Atau dia lahir ketika setelah dua tahun

runtuhnya benteng portugis di makala. Orang-orang melayu juga sering

memberikan nama anak-anaknya dengan mengambil nama datuk (kakek)

apabila datuknya itu sudah meninggal. Hal inilah yang menyebabkan banyak

terjadi kemiripan nama dalam masyarakat melayu. Tahun kapan

meninggalnya Raja Ali Haji sempat terjadi perdebatan. Banyak sumber yang

menyebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 1872. Namun, ternyata ada

(31)

Desember 1871 Raja Ali Haji pernah menulis surat kepada Hermann Von de

Wall, sarjana kebudayaan belanda yang kemudian menjadi sahabat

terdekatnya. Yang meninggal di tanjung pinang pada tahun 1873. Dari fakta

ini dapat dikatakan bahwa Raja Ali Haji meninggal pada tahun yang

sama1873 di pulau penyengat.17

Makam Raja Ali Haji berada di komplek pemakaman Engku Putri

Raja Hamidah. Tepatnya di luar bangunan utama makam Engku Putri. Karya

Raja Ali Haji iyalah Gurindam dua belas yang diabadikan di sepanjang

bangunan dinding makamnya. Sehingga setiap pengunjung yang datang dapat

membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.

3.1.1.1 Silsilah dan Latar Belakang Keluarga

Raja Ali Haji adalah putra Raja Ahmad, yang setelah berhaji ke mekah

dengan gelar Engku Haji Tua. Cucu Raja Haji Fisabilillah. Ibunya bernama

Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangoratau Putri Raja Selangor yang

meninggal pada tanggal 5 Agustus 1844.

Kakek Raja Ali Haji bernama Raja Haji Fisabilillah, merupakan Yang

Dipertuan Muda Riau IV. Ia berhasil menjadikan kesultanan Riau-Lingga

sebagai pusat perdagangan di kawasan ini. Ia juga dikenal sebagai pahlawan

yang terkenal berani melawan penjajah belanda, sehingga meninggal di

17

(32)

60

medan perang di teluk ketapang (18 juni 1784). Ia meninggalkan dua putra

yaitu Raja Ahmad ( ayah RAH) dan Raja Ja'far.(Junus, 2002:12).

Raja Ahmad dikenal sebagai intelektual muslim yang

produktif menulis karya-karya besar, seperti syair perjalanan Engku Putri Ke

Lingga 1835, syair reaksi 1841, dan syair perang johor 1843. Ia juga dikenal

sebagai pemerhati sejarah terutama sejarah masa lalu. Dalam karyanya,

perang johor, ia menguraikan fakta perang kesultanan johor dan kesultanan

aceh yaitu pada masa keemasan johor. Ia dikenal sebagai penulis pertama

yang melahirkan sebuah epic yang menghubungkan sejarah bugis di bawah

melayu dan hubungannya dengan sultan-sultan melayu.18

Keluarga Raja Ahmad terdiri dari orang-orang terpelajar dan suka

dengan dunia tulis-menulis, anggota keluarganya yang pernah menghasilkan

karya adalah Raja Ahmad Engku Haji Tua, RAH, Raja Haji Daut, Raja

Salehah, Raja Abdul Mutallib, Raja Kalsum, Raja Safiah, Raja Sulaiman,

Raja hasan dll.

RAH sebenarnya berasal dari keturunan bugis. Garis keturunan ini berasal neneknya yang berasal dari tanah bugis namun kemudian menetap di Riau dan memperoleh jabatan yang dipertuan agung. Cerita ini bermula ketika raja bugis yang pertama kali masuk islam, salah satu keturunannya bernama Daeng Rilaka.

Daeng Rilaka memiliki lima orang anak, daeng rilaka meninggalkan tanah bugis dan mengembara ke wilayah kesultanan Riau-Johor. Keturunan ini mendapat kedudukan di istana kesultanan. Anak ke empat Daeng Rilaka yang merupakan nenek RAH yang menjadi di pertuan muda riau II menggantikan saudaranya YDM Riau muda I. (Junus,2002:14)

18

(33)

Jabatan tersebut merupakan realisasi dari hasil perjanjian kesultanan

Riau-Lingga dengan raja bugis yang telah berhasil menahlukkan

minangkabau. Ketika itu memang terjadi perang antara kerajaan minangkabau

dan kesultanan melayu. Berdasarkan garis keturunan itu, maka RAH

merupakan kesultanan Riau-Lingga yang dikenal memiliki tradisi keagamaan

dan keilmuan yang sangat kuat. RAH memiliki 17 orang putra putri, anak

RAH yang pertama mempunyai 12 orang putra putri, kemudian cucu-cucu

dari RAH menjadi ulama-ulama dan tokoh-tokoh masyarakat.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan

penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan analisis hermeneutika. Metode

adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang

diperlukan.

Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi adalah suatu proses, prinsip, dan

prosedur yang kita gunakan, untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dan

sebenarnya metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoretis yang kita

gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoretis itu sendiri adalah

suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami

data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana,

(34)

62

Metodologi digunakan berdasarkan kemanfaatannya, dan tidak bisa dinilai

apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar,

kita tidak cukup sekadar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana

peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang

digunakannya. Adapun pengertian dari metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik

dalam penelitian (Mulyana, 2001:146). Sebagian orang menganggap bahwa metode

penelitian terdiri dari berbagai teknik penelitian, dan sebagian lagi menyamakan

metode penelitian dengan teknik penelitian. Tetapi yang jelas, metode atau teknik

penelitian apa pun yang kita gunakan, baik kuantitatif ataupun kualitatif, haruslah

sesuai dengan kerangka pemikiran teoritis yang kita asumsikan.

Metode penelitian kualitatif dalam artinya tidak mengandalkan bukti

berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian

kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan

menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas

kuantitatif . (Mulyana, 2003:150).

Mulyana dan Solatun (2007:7) menyebutkan bahwa sebagian ilmuan

menerjemahkan kualitatif sekadar penelitian deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa

usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan

data yang diperoleh di lapangan. Menurut Denzim dan Lincoln (dalam Moleong,

2007:5), “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

(35)

Burhan (2009:22), “menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan

perilaku orang-orang yang diamati”. Melalui penelitian kualitatif, peneliti dapat

mengenali pengarang teks dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan

sehari-hari.

Maka penelitian kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu kegiatan proses

berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam

situasi dan latar belakang analisis hermeneutika yang diteliti serta memusatkan

perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks kajian penelitian.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah prosedur yang digunakan dalam upaya mendapatkan

data atau informasi agar memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Penentuan

penahapan dan teknik yang digunakan harus dapat mencerminkan relevansi dengan

fenomena penelitian yang telah diuraikan dalam kerangka pemikiran.

3.2.2.1 Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan salah satu cara pandang memahamai kompleksitas

dunia nyata. Paradigma menunjukkan kepada kita apa yang penting, masuk akal,

dan absah. Paradigma juga bersifat normatif. Menunjukkan pada praktisinya apa

yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau

(36)

64

Menurut Denzin dan Lincoln (1994: 107) paradigma dipandang sebagai

seperangkat keyakinan-keyakinan dasar (basic believes) yang berhubungan dengan

yang pokok atau prinsip. Paradigma adalah representasi yang menggambarkan

tentang alam semesta (world). Sifat alam semesta adalah tempat individu-individu

berada di dalamnya, dan ada jarak hubungan yang mungkin pada alam semesta

dengan bagian-bagiannya. Denzin dan Lincoln (1994:108) membagi paradigma

kepada tiga elemen yang meliputi: ontology, epistemology, dan

methodology.Ontology berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.

Epistemology mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui

sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan. Methodology

memfokuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan.

Paradigma kritis (critical paradigm) adalah semua teori sosial yang

mempunyai maksud dan implikassi praktis dan berpengaruh terhadap perubahan

sosial. Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem

yang dominan yaitu sistem sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk

mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil.19

Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas

dari filsafat kritisnya adalah, bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap

hubungan-hubungan sosial yang nyata. “Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat

serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan

19

(37)

emansipasi. Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni.

Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang

nyata”.(Suseno,1992:176)

Menurut Habermas setiap penelitian ilmiah diarahkan oleh

kapentingan-kepentingan vital umat manusia (baik dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial).

Oleh karena itu postulat tentang kebebasan nilai merupakan „ilusi tidak hanya bagi

ilmu-ilmu sosial, melainkan juga bagi ilmu-ilmu alam. Melepaskan nilai-nilai dari

fakta-fakta sama artinya dengan mempertentangan Sein (Ada) yang murni dengan Sollen(seharusnya) yang abstrak.(Habermas,1992:158)

Kritik adalah dasar dari paradigma kritis. Paradigma kritis ini berangkat dari

cara melihat realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur sosial

yang tidak adil.

Teori kritis berusaha mengungkap segala tabir yang menutup kenyataan

yang tak manusiawi terhadap kesadaran manusia. Semuanya didasari oleh

paradigma ilmu pengetahuan yang meletakan kritis Marxisme dalam seluruh

metodologi penelitiannya, bahwa paradigma kritis yang di inspirasikan dari teori

kritis tidak bisa melepaskan diri dari warisan Marxisme dalam seluruh filosofinya.

Denzin (2000 : 279-280) Teori kritis pada satu pihak merupakan salah satu aliran

(38)

66

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

3.2.2.1 Studi Kepustakaan

Pada teknik ini, penulis mencari dan mengumpulkan beragam

informasi terkait dengan hermeneutika dan diri pribadi Raja Ali Haji yang

bersumber dari berbagai literatur, seperti buku, artikel, berita, dan

sumber-sumber lainnya.

3.2.2.2 Studi Lapangan

1. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Metode Wawancara yang digunakan penelitian ini adalah

wawancara mendalam (in-depth interview) adalah cara pengumpulan

data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap

orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara

tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atau masalah

yang diteliti.

Pada penelitian ini, untuk memperdalam lagi data yang akan

diperoleh maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara

(39)

memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok dari minat

penelitian. Pedoman wawancara biasanya tidak berisi

pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi sekadar garis besar tentang data atau

mendetail, tetapi sekadar garis besar tentang data atau informasi apa

yang ingin didapatkan dari informan yang nanti akan dikembangkan

dengan memperhatikan perkembangan, konteks, dan situasi wawancara

(Pawito, 2007, 133). Wawancara dan korespondensi ini juga

merupakan data sekunder yang akan mendukung data primer.

2. Dokumentasi

Dokumentasi menjadi salah satu aspek penting dalam

melengkapi data-data penelitian. “Dokumen terdiri dari tulisan pribadi

seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi” (Nasution,

2003:85). Pada penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah berupa

naskah Gurindam.

3. Pencarian di Internet (Internet Searching)

Pencarian data di Intenet merupakan salah satu langkah yang

digunakan peneliti sebagai bentuk satu terobosan efisensi waktu

dalam perolehan data maupun studi literatur, dengan memanfaatkan

(40)

68

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Peneliti melakukan penetuan informan dengan menggunakan teknik

purposive prosedur atau dikenal juga dengan prosedur pertimbangan ialah teknik yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam penentuan informan untuk tujuan tertentu.

Hanya mereka yang ahli yang patut memberikan informasi sebagai data

pendukung yang diperlukan. Oleh karena itu prosedur ini cocok untuk analisis

hermeneutika yang penulis amati dan analisis untuk memperkuat hasil dari

penelitian ini.

Tabel 3.1

Data Informan Penelitian

No Nama Profesi

1 M.Binsar Peneliti bidang kesusastraan

3.2.3 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data dari

Miles dan Huberman yaitu interactive mode. Pada teknik analisa data ini terdiri tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and

(41)

1. Reduksi data (data reduction).

Di sini peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting

yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokkan data

tersebut sesuai dengan topik masalahnya.

2. Penyajian data (data display).

Data yang terkumpul dan telah dikelompokkan itu kemudian

disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah

komponen-komponen penting dari sajian data.

3. Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying

conclusions).

Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan

konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari interpretasi yang

dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah

penelitian.

3.2.4 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa

pengujian peneliti menggunakan uji credibility ( validitas interval ) atau uji

kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk

menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan

(42)

70

1. Peningkatan ketekunan

Melakukan pengamatan dan analisa terhadap teks pasal tujuh

gurindam 12 serta data tekstual yang terkait dengan objek penelitian ini secara

lebih cermat, lebih teliti dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian urutan akan dapat ditulis secara pasti dan sitematis.

2. Diskusi dengan Teman Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat,

pemeriksaan yang dilakukan dengan mengumpulkan rekan-rekan sebaya,

yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang

diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan yang sedang dilakukan ( moleong, 2007 : 334)

2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 2.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian untuk studi pustaka dan studi lapangan dilakukan di

Bandung, Jakarta, dan Tanjung Pinang. Peneliti melakukan pengumpulan

data saat di lokasi penelitian.

2.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian teks dengan metode hermeneutika ini dilakukan selama 6

bulan, terhitung mulai dari bulan Januari 2014 hingga Juli 2014. Untuk lebih

(43)

Tabel 3.2

Waktu Kegiatan Penelitian

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

9 Peny usunan Keseluruhan BAB

10 Sidang Kelulusan

No Kegiatan M ei Juni

1

(44)

✁✂ BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil desrkripsi dari bab sebelumnya mengenai hasil analisis

hermeneutika tentang Diskursus Nilai Sosial Pada Gurindam 12 Pasal Tujuh Karya

Raja Ali Haji, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang dapat

menjadi bahan pertimbangan untuk kedepannya agar lebih baik lagi.

Dalam penelitian yang menganalisa diskursus nilai sosial pada gurindam 12

pasal tujuh. Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Makna pasal tujuh gurindam 12 berdasarkan konsep bahasa

Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, dan tujuan komunikasi

adalah untuk merubah seseorang. Pasal tujuh gurindam 12 menggunakan

bahasa melayu dan ditulis dengan tulisan arab melayu karena pengaruh ajaran

agama Islam di tanah melayu. Pasal tujuh gurindam 12 dengan gramatika

stilistika yang memberi efek kepada pembacanya serta menggunakan gaya

bahasa metafora.

Bahasa sebagai bentuk ideologi dan dominasi kelompok terhadap

kelompok lain. Pada pasal tujuh gurindam 12 bait yang dicurigai terdapat

suatu kepentingan penguasa, dalam hal ini merupakan kepentingan Pihak

Kerajaan Riau-Lingga lewat penulis gurindam 12. Raja ingin menciptakan

(45)

akan membentuk suatu masyarakat harmonis yang tidak menyulitkan raja.

Yang mampu mengendalikan perkataannya dengan tidak banyak berbohong

yang akan menimbulkan fitnah. Memiliki masyarakat yang cerdas dalam

menanggapi informasi, dan masyarkat yang tidak membuat keonaran dan

mentaati peraturan. Kecurigaan ini terdapat pada bait pertama, ketujuh,

kedelapan, dan terakhir.

2. Makna pasal tujuh gurindam 12 berdasarkan konsep pengalaman

Gurindam 12 ditulis karena struktur pengalaman yang dimiliki Raja Ali Haji

yang hidup di kalangan keluarga Kesultanan Riau Lingga. Menempuh

pelajaran di tiga tempat, di lingkungan istana, saat remaja menuntut ilmu di

Batavia, lalu melanjutkan perjalanannya ke tanah suci menunaikan Ibadah

Haji sambil menimba ilmu pengetahuan Agama Islam. Saat berumur 22 tahun

kembali ke Pulau Penyengat dan terlibat pada kegiatan pemerintahan di Istana

bersama sepupunya. Ketika berumur 32 tahun sudah menjabat sebagai

penasehat bidang keagamaan di pemerintahan Riau-Lingga. Pada massa

tersebut ia mulai aktif berkarya dan menjalin hubungan persahabatan dengan

sarjana kebudayaan dari Belanda yang melakukan penelitian di tanah melayu

nusantara. Hingga pada akhirnya pada tahun 1847 selesai menulis gurindam

(46)

✆ ✆✆

3. Makna pasal tujuh gurindam 12 berdasarkan konsep tindakan

Pada konsep tindakan ini adalah bentuk praksis dari pengalaman yang

dimiliki dan tindakan penafsiran ini dilakukan untuk mengetahui tujuan

ditulisnya Gurindam 12 sebagai perintah Yang Dipertuan Muda sebagai

pembelajaran budi pekerti yang bepatokan kepada norma ajaran Agama Islam

yang akan mewujudkan harmonisasi di masyarakat, dan sebagai bentuk

penanaman jati diri identitas Melayu yang Islami sehingga menimbulkan

pemahaman intersubjektif yang mampu menjadi benteng diri sendiri terhadap

pengaruh ajaran budaya dari luar yang dibawa para kolonial Belanda. Dan

sebagai bentuk pencitraan dari Raja Ali Haji kepada pemimpinnya karena

telah loyal dan terhadap masyarakatnya bahwa ia adalah seorang penasehat

kerajaan sekaligus cendikiawan pujangga.

5.2 Saran

1. Saran bagi universitas

Analisis hermeneutik adalah sebuah analisis yang mampu untuk meneliti

kedalaman sebuah teks yang kajiannya cocok untuk mahasiswa komunikasi

khususnya konsentrasi jurnalistik. Oleh karena itu, agar pihak universitas menambah

bobot bahan ajar meterinya saat mata kuliah metode penelitian komunikasi. Penelitian

seperti ini sepatutnya dikembangkan kepada mahasiswa agar dapat memaknai

(47)

dengan analisis hermeneutika, diharapkan mampu memberi masukan dan varian

penelitian tentang perkembangan Ilmu Sosial Indonesia.

2. Saran bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan desain penelitian

hemeneutika, agar lebih banyak mempelajari refernsi-referensi yang berkaitan dengan

hermeneutika, karena desain penelitian ini banyak jenisnya. Karena menggunakan

pendekatan hermeneutika dalam penelitian terhadap teks dapat dikatakan rumit.

Sebagai cara baru dalam mengolah bahasa, hermeneutika terbagi lagi ke dalam

beberapa kategori dan jenisnya. Meskipun rumit, hermeneutika mampu mengkaji teks

lebih dalam dan detail karena aspek kepentingan dibalik teks tersebut juga dikaji serta

memberikan kebebasan kepada peneliti untuk menganalisis dan menafsirkan teks

(48)

DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS

PASAL TUJUH

(ANALISIS HERMENEUTIKA JURGEN HABERMAS TENTANG DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH KARYA RAJA ALI HAJI)

SKRIPSI

Telah Diajukan dan Disahkan Untuk Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh,

Nama : Ivan Syani Fadli Nim : 41809710

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(49)

DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH ( ANALISIS HERMENEUTIKA JURGEN HABERMAS

TENTANG DISKURSUS NILAI SOSIAL PADA GURINDAM DUABELAS PASAL TUJUH

KARYA RAJA ALI HAJI ) Oleh:

IVAN SYANI FADLI NIM: 41809710

Skripsi ini di bawah bimbingan: ADIYANA SLAMET, S.IP., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diskursus nilai sosial pada gurindam duabelas yang terkandung dalam pasal ketujuh. Disayangkan apabila hanya dikenal dari luarnya saja tanpa kita mengenal lebih dalam mengenai nilai dan makna tersembunyi yang menjadi kepentingan dari kelompok penguasa yang tertanam dalam pasalnya. Sedangkan karya sastra memberi manfaat bagi yang membacanya. Yaitu, manfaat hiburan dan pelajaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis Hermeneutika Jurgen Habermas untuk mengetahui pemahaman makna mengenai konsep bahasa, tindakan, dan pengalaman pada teks pasal tujuh gurindam duabelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, studi kepustakaan dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasal tujuh gurindam duabelas secara konsep bahasa, sebagai media untuk menyebar luas ideologi kerajaan, adanya permainan bahasa yang ingin membentuk identitas masyarakat yang menkonter budaya asing. Secara konsep pengalaman, penulis yang lahir dari keluarga kerajaan, menerima pendidikan dan berkarir di kerajaan, menjalin pertemanan dengan peneliti Belanda pada saat keadaan ekonomi dan kebudayaan sedang maju di daerah melayu. Dan bentuk hasil dari konsep tindakan untuk meneruskan tradisi istana, dibalut dengan budaya keIslaman sebagai bentuk konter terhadap budaya asing, dan bentuk pencitraan penulis sebagai penasehat bidang agama.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa diskursus sebagai proses mengatasi distorsi pada komunikasi, mengenai konsensus yang dipaksa lewat teks pasal tujuh gurindam duabelas dengan adanya sebuah permainan bahasa yang dimainkan oleh pengarang yang merupakan suatu kepentingan untuk mendominasi ideologi yang dimilikinya kepada para pembaca secara tidak langsung dengan terbungkus oleh kesenian sastra.

Saran untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti teks dan wacana. Agar banyak membaca referensi dari berbagai sumber tentang hermeneutika, karena analisis hermeneutika cocok untuk meneliti kedalaman teks. Bahkan hermeneutika kritis lebih kompleks karena lebih menukik dalam menganalisa sisi ekstra-linguisti suatu wacana.

(50)

1. PENDAHULUAN

Gurindam duabelas merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dari Bintan Provinsi Kepulauan Riau yang berbentuk karya sastra puisi lama. Karya ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Pulau Bintan, sehingga kata gurindam dipakai sebagai sebutan lain untuk ibu kota provinsi. Yaitu, Tanjung Pinang Kota Gurindam. Gurindam duabelas mengandung isi tentang pelajaran budi pekerti nilai keagamaan, nasehat kehidupan, nilai moral, dan nilai sosial ditiap bait-bait pada pasalnya.

Sangat disayangkan apabila karya ini hanya sebatas dikenal dan diketahui dari luarnya saja. Alangkah baiknya apabila telah mengenal. Maka dilanjutkan dengan pengenalan lebih jauh yaitu, memahami makna yang sebenarnya terkandung di dalam gurindam duabelas yang bernilai ini. “Sesungguhnya sebuah karya sastra memiliki fungsi kesenangan dan bermanfaat”(Wellek & Warren,1990:1).

Nilai-nilai sosial mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama. Munculnya nilai sosial di masyarakat bersumber pada tiga hal yaitu dari Tuhan, masyarakat, dan individu.

Nilai sosial adalah ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan serta keyakinan-keyakinan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta dianut oleh banyak orang dalam lingkungan masyarakat mengenai apa yang benar, pantas, luhur, dan baik untuk dilakukan. (Lanning,2009:61).

Gurindam duabelas salah satu karya pahlawan nasional bidang bahasa, Raja Ali Haji. Harta nasional ini patut dipedulikan untuk dilestarikan dengan berbagai cara. Salah satunya, lewat penelitian dan pengkajian lebih lanjut tentang konteksnya. Agar sejarah ini menghasilkan sebuah penjelasan serta kesepakatan pemahaman bersama yang berguna dalam kehidupan sosial sehari-hari di masyarakat.

Berkaitan dengan Penjelasan di atas, tentang nilai sosial dan teks gurindam duabelas. Dari kesebelas pasal lainnya, pada pasal tujuh banyak berisikan kalimat tentang nilai sosial. Dari beberapa nilai sosial yang terkandung pada pasal tujuh, ada beberapa bait yang menyinggung nilai sosial tentang komunikasi antar manusia. Sesuai dengan program studi yang sedang peneliti tempuh saat ini. Yaitu Ilmu Komunikasi. Oleh Karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut. Dan pasal tujuh gurindam duabelas menjadi objek fokus yang akan dibahas pada penelitian ini.

(51)

karya dimaksudkan, dan apa yang menjadi maksud sipengarang yang menjadi sebuah kepentingan didalamnya. Dari pemahaman mengenai kontekstualitas teks ini akan mengahsilkan makna yang partisipatif.

Menurut Rohman dalam bukunya (2013:21) bahwa teks adalah “sebuah produk yang dihasilkan individu atau kelompok yang menyimpan kepentingan dan ideologi-ideologi tertentu sebagai media untuk berkomunikasi dengan khalayak”. Dengan mengetahui konteks gurindam duabelas akan memudahkan pemahaman tentang makna yang terkandung pada Gurindam duabelas, sehingga menciptakan kesamaan pemahaman yang bermanfaat bagi masyarakat saat ini agar memiliki tatanan masyarakat yang memiliki nilai sosial seperti masa kejayaan budayanya pada dahulu.

Salah satu aliran hermeneutika yang secara jeli membongkar kecurigaan selubung ideologi yang terdapat pada teks adalah Jurgen Habermas. Berbeda dengan Gadamer yang hanya mengungkap teks dari kesadaran sejarah dan memberi titik pijak hermeneutika pada tradisi, Habermas lebih menukik, mencari ruang-ruang tradisi yang seringkali dirasuki oleh ideologi tertentu. Di sinilah kelebihan Habermas dari tokoh-tokoh hermeneutika lainnya, termasuk Gadamer. Jika yang lain banyak mengungkap aspek linguistik, maka Habermas lebih maju dengan mengungkap aspek ekstra linguistik yang lebih detail tentang suatu teks sebagai dominasi, hegemoni dan ideologi seorang penulis.1

Untuk mewujudkan komunikasi yang partisipatif yang menghasilkan kesepakatan pemahaman di masayarakat dari hasil penafsiran teks sejarah ini. Maka pada penelitian ini menggunakan hermeneutika Jurgen Habermas dengan teori diskursus serta teori komunikasinya.

Disinilah peran hermeneutika menurut Habermas akan diterapkan. Fungsi dasar hermeneutika ialah mencari tahu konteks dari sebuah teks serta upaya membangun dan menghubungkan keadaan realita teks (ontologi) sejarah pada zaman dulu agar bisa diterima pada kehidupan saat ini (fenomena). “Pandangan tentang pemahaman bertitik tolak dari hubungan antara bahasa, pengalaman, dan komunikasi untuk membangun teori praksis”.(Rohman,2013:59)

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah merupakan fokus kajian peneliti dalam melakukan penelitian agar

semua pertanyaan masalah dapat terarah dengan baik secara sistematis dan koheren. Adapun rumusan

masalah dari penelitan sebagai berikut:

Iswahyudi. Membongkar Hadis Tentang Ahl Sunnah Wa Al-Jama’ah: Sebuah Pendekatan Hermeneutika Kritis

(52)

A. Identifikasi masalah makro

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka dapat disimpulkan

penelitian ini mengarah pada rumusan masalah penelitian, yaitu Bagaimana Diskursus

Nilai Sosial pada Gurindam Duabelas Pasal Tujuh?

B. Identifikasi masalah mikro

Berdasarkan rumusan masalah makro di atas maka dapat dikembangkan

menjadi rumusan masalah mikro dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana makna pasal tujuh Gurindam duabelas berdasarkan konsep Bahasa?

2. Bagaiamana makna pasal tujuh Gurindam duabelas berdasarkan konsep Pengalaman?

3. Bagaiamana makna pasal tujuh Gurindam duabelas berdasarkan konsep Tindakan?

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan analisis hermeneutika. Metode penelitian kualitatif dalam artinya tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif . (Mulyana, 2003:150).

(53)

Hasil dari penelitian ini merupakan bentuk konkret tentang penafsiran makna nilai

sosial pada gurindam 12 pasal tujuh. Pada bab ini akan dibahas mengenai tiga point utama rumusan masalah yang mendeskripsikan mengenai:

4.2.1 Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Bahasa

Dalam gurindam 12 ada sebuah pemikiran tentang sebuah masyarakat yang

dikelola secara sistematis guna mendorong individu-individu untuk terus-menerus

mempercayainya. Ideologi yang tertanam pada pasal tujuh gurindam 12 berfungsi

untuk menopang lembaga pemerintahan kerajaan dan hubungan-hubungan dominasi

yang didukung oleh ideologi itu sendiri. Dan memungkinkan sistem yang sebenarnya

hanya melayani kepentingan kerajaan, tampak seolah-olah melayani kepentingan

semua masyarakat.

Penggunaan tulisan huruf arab melayu sebagai simbol bahasa yang digunakan

pada gurindam 12 karena mempertahankan adat istiadat serta Ideologi keIslaman

yang sudah ada di daerah Riau-Lingga saat sebelum abad ke-19. Banyak teks selain

pada kitab pendidikan agama Islam yang menggunakan tulisan huruf arab melayu, ini

merupakan bentuk penyerapan budaya Arab yang identik dengan agama Islam. Ini

dimaksud agar menciptakan gambaran identitas bahwa budaya adat melayu adalah

Bila dikaji secara gramatikal atau tata bahasanya, pasal tujuh gurindam 12

menggunakan gramatika stilistika. Gramatika stilistika ini merupakan “bahasa yang

meliputi kebiasaan atau ungkapan dalam pemakaian bahasa yang mempunyai efek

kepada pembacanya”(Pradopo,1994:66).

Bahasa melayu dalam penggunaan lisan maupun tulisan kerap kali

(54)

7

tidak langsung berupa perbandingan analogis. Pada masa gurindam 12 ditulis,

penggunaan gaya bahasa metafora ini sering digunakan masyarakat melayu dalam

kesehariannya. Gaya bahasa pada gurindam 12 untuk saat ini sudah jarang digunakan

dalam bahasa lisan, tetapi lebih sering digunakan pada karya sastra tulisan seperti

puisi modern ataupun dalam lirik-lirik lagu populer.

Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Pengalaman

Konsep pengalaman sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana

lingkungan dan perjalanan hidup pengharang hingga terbentuknya naskah ini. lewat

susunan pengalaman kehidupan pengarang gurindam 12, kita akan mengetahui

hal-hal yang terkait tentang gurindam 12. Susunan pengalaman ini terdiri dari

pengalaman objektif mengenai sosok pengarang dan konteks sosial mengenai

interaksi dan kehidupan sosial di daerah lahirnya Gurindam 12, pengalaman ini

menjadi sebuah bentuk refleksi diri peneliti dan kehidupan Raja Ali Haji sehingga

membentuk sebuah formulasi motif yang menjadi perbandingan dengan refleksi masa

kini.

Saat berusia tiga belas tahun ia belajar ilmu pengetahuan umum dan beberapa

pelajaran menganai sastra di Kota Batavia. Lalu saat berusia sembilan belas tahun ia

melanjutkan perjalanan ke Mesir sambil menunaikan ibadah haji ia juga banyak

menimba ilmu tentang Agama Islam di tanah Arab. Hingga berumur dua puluh satu

tahun ia kembali ke Pulau Penyengat. Pada tahun 1840 ia memulai kiprah dalam

urusan pemerintahan di kerajaan Riau-Lingga dan pada momentum inilah ia memulai

berperan dalam dunia kesusastraan. Saat itu pihak kolonial Belanda perhatiannya

terfokus untuk melakukan penelitian mengenai budaya adat melayu, karena Pada

(55)

bahasa melayu sebagai bahasa yang digunakan dalam aktivitas perdagangan

internasional, karena daerah semenanjung malaka termasuk Riau-Lingga menjadi

tempat pusat transaksi dan persinggahan para pedagagang internasional. Hingga tahun

1846 telah selesai merampungkan karangan gurindam 12.

Von de Wall, Klinkert, dan Van Ophuijsen diutus dari keresidenan di Den

Haag untuk meneliti mengenai bahasa Melayu. Raja Ibrahim, Raja Bih, dan Raja Ali

Haji diminta untuk membantu penelitian mereka. Pada masa tersebutlah Raja Ali Haji

menjalin hubungan persahabatan dengan Von de Wall. Pada masa persahabatan

mereka, Raja Ali haji menulis Gurindam 12 dan menghadiahkan karya tersebut

kepada Von de Wall dan kemudian dicetak di Batavia dalam bahasa Belanda.

Makna Pasal Tujuh Gurindam 12 Berdasarkan Konsep Tindakan

Jurgen Habermas dalam buku communicative action menjelaskan tentang bagaimana agar tercapainya sebuah pemahaman dibutuhkan empat tindakan. “Yaitu

tindakan teleologis, pemahaman tentang menggambarkan tujuan, tindakan normatif

pemahaman yang menandai hal-hal yang bersifat normatif, tindakan dramaturgik

yang bagaimana seorang bertindak dan membentuk gambaran sebuah peran

dimasyarakat, tindakan komunikatif yang menghasilkan sebuah pemahaman yang

menghasilkan konsensus di masyarakat” (soemaryono,1999:101).

Tindakan Teleologis Pada Pasal Tujuh Gurindam 12

Setiap tindakan yang dilakukan manusia mempunyai tujuan. Pihak kesultanan

yang dipimpin Raja Abdullah Yang Dipertuan Muda IX, melalui penasehat

keagamaannya Raja Ali Haji, ingin menyebarluas pandangannya tentang pribadi yang

(56)

9

kehidupan yang mengarah kepada masyarakat yang harmonis, atau istilah ini biasa

disebut dengan “syiar lewat syair”.

Selain itu, bentuk pembelajaran dibentuk sebagai sebuah counter terhadap budaya luar yang dibawa oleh para pedagang yang singgah di kawasan Riau-Lingga

dan budaya dari kolonial Belanda yang juga mempunyai misi lain yaitu sebagai

missionaris yang ingin menyebarkan ajaran agama Katolik. Oleh karena ajaran Islam

yang sudah kuat tertanam di ranah Melayu, Kesultanan ingin selalu menanamkan

ajaran agama tersebut, termasuk lewat seni sastra. Tindakan teleleologis inilah

melatarbelakangi permainan bahasa yang diterapkan pada Gurindam 12. Selain itu

tujuan pengarang juga berkaitan menjaga demi nama baiknya didepan raja dan

menjaga citra baiknya sebagai penasehat bidang agama di mata masyarakat yang

peduli terhadap moral masayarakatnya. Kondisi seperti ini menjadi sebuah bentuk

pemaksaan konsensus lewat sebuah bahasa yang dibungkus dalam balutan karya seni

sastra dan dihiasi dengan dogma adat istiadat.

Dibeberapa literatur disebutkan bahwa Raja Ali Haji menulis gurindam 12

karena tujuan awal untuk meneruskan tradisi “istana melayu” yaitu tradisi menulis

naskah berupa karya sastra, teks agama atau “kitab-kitab”, serta naskah-naskah

perkembangan dan sejarah kerajaan.

“Raja Ali Haji ingin mengharapkan sebuah masyarakat yang beretika dan bermoral menurut ajaran agama Islam yang ia pelajari semasa hidupnya. Bentuk harapan yang diinginkan ini tertuang dalam bait-bait pada pasal tujuhnya. Gaya bahasa perbandingan sebab-akibat terlihat pada penulisan kata apabila pada tiap awal larik di baitnya. Apabila anda melakukan ini, maka akan mendapatkan ini. Seperti itulah perumpamaan yang terdapat pada isi pasal tujuh gurindam 12. Karena merupakan sebuah cerminan untuk masyarakat pada masa gurindam 12 ditulis yaitu abad-19.”2

2

(57)

pada kalangan di lingkungan istana, yaitu para penulis yang dipekerjakan kerajaan

atau para anggota keluarga kerajaan. Gurindam 12 ditulis dipersembahkan untuk

kalangan istana sebagai sebuah bentuk tradisi dan dipublikasikan oleh pihak istana

bertujuan sebagai media hiburan yang mengandung unsur pendidikan juga.

Tindakan Normatif Pada Pasal Tujuh Gurindam 12

Tindakan normatif, tentang nilai-nilai yang berlaku umum. Pada tindakan normatif

yang terkandung dalam gurindam 12 berpijak pada norma yang sangat dijunjung pada massa

itu adalah norma yang yang berdasarkan pada nila-nilai keislaman. Gurindam 12 seperti yang

telah dituliskan pada tindakan teleologis, bahwa gurindam 12 dahulu sebagai sebuah tradisi

yang memelihara budaya melayu yang Islami. Gurindam 12 sebagai sastra yang bertujuan

untuk menghibur dan media pembelajaran budi pekerti untuk masyarakat. Pada abad ke-19

hanya beberapa kalangan saja yang bisa menerima pendidikan, terbatas dikalangan

bangsawan saja. Kerajaan Riau-Lingga dan kerajaan melayu lainnya menjunjung tinggi adab

dan norma sosial. Oleh karena itu kesenian sastra yang sering didendangkan yang diadakan

kerajaan untuk masyarakatnya banyak memuat banyak pendidikan budi pekerti.

Tindakan normatif yang terdapat pada pasal tujuh gurindam 12 ini berupa tindakan

mengenai norma sikap berkomunikasi dengan orang lain dan mengandung makna tindakan

normatif bagaimana seharusnya seorang individu bersikap untuk dirinya sendiri atau berupa

etiket.

Lewat kesenian dan karya sastra sebagai media hiburan dan pembelajaran di

masyarakat. Pada pasal tujuh, penulis gurindam 12 ingin menuangkan gagasannya mengenai

nilai sosial hubungan ideal antara manusia dan seperti cara bersikap sebagai individu yang

(58)

11

Tindakan Dramaturgik Pada Pasal Tujuh Gurindam 12

Tindakan dramaturgik yang ditampilkan oleh pengarang ialah bagaimana ia bertindak

menampilkan dirinya membentuk sebuah image dimasyarakat. Sebagai seorang penasehat keagamaan di kerajaan Riau-Lingga, ia memegang jabatan yang strategis untuk

menyebarluaskan pemikirannya. ia menggambarkan sosok yang bijaksana berilmu didepan

Raja dengan memberi berbagai pandangan tentang seorang pemimpin yang agamis dan

bentuk pemerintahan dalam pandangan Islam kepada Yang Dipertuan Muda sebagai

pimpinannya. Ia juga menjalankan titah kerajaan pusat di semenanjung Johor-Malaka sebagai

penulis kerajaan yang melanjutkan tradisi mengarang di Istana melayu. Dimasyarkat ia

terkenal sebagai cendikiawan Muslim yang bijaksana yang kerap memberi nasehat dan

pelajaran lewat hasil karya-karyanya.

Sebagai seorang anak yang patuh kepada orang tuanya ia mengisi masa

kanak-kanaknya dengan belajar dan bermain hanya sebatas dilingkungan istana saja. Ia memperoleh

pelajaran bersama para kakak, adik, dan saudara sepupunya dari ulama khusus yang

diperintah istana.

Tindakan Komunikatif Pada Pasal Tujuh Gurindam 12

Tindakan komunikatif bermaksud untuk menjelaskan bagaimana hubungan dialogis

yang ingin disampaikan agar terjadi kesamaan makna pada para pembacanya, serta apa yang

ingin disampaikan penulis gurindam 12 melalui karyanya kepada yang membacanya agar

tercapai suatu konsensus yang tak terdistorsi yang diharapkan masyarakat. Menurut Rohman

dalam bukunya (2013:21) bahwa teks adalah “sebuah produk yang dihasilkan individu atau

kelompok yang menyimpan kepentingan dan ideologi-ideologi tertentu sebagai media untuk

(59)

Raja Ali Haji selaku pengarang gurindam 12 ingin menyebarluas pandangannya tentang

ajaran agama Islam yang berakhlak pribadi yang berbudi pekerti, membentuk sebuah pribadi

yang bisa membentengi diri terhadap budaya asing yang dianggap tidak baik. Dan menjadi

sebuah patokan yaitu nilai sosial di masyarakat. Lewat tulisannya Raja Ali haji ingin

memberi suatu pembelajaran agar membentuk tatanan kehidupan yang mengarah kepada

masyarakat yang harmonis, atau istilah ini biasa disebut dengan “syiar lewat syair”.

5. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini penelitian menunjukkan bahwa pada pasal tujuh

gurindam duabelas secara konsep bahasa, sebagai media untuk menyebar luas ideologi kerajaan, adanya permainan bahasa yang ingin membentuk identitas masyarakat yang

menkonter budaya asing. Secara konsep pengalaman, penulis yang lahir dari keluarga kerajaan, menerima pendidikan dan berkarir di kerajaan, menjalin pertemanan dengan peneliti

Belanda pada saat keadaan ekonomi dan kebudayaan sedang maju di daerah melayu. Dan

bentuk hasil dari konsep tindakan untuk meneruskan tradisi istana, dibalut dengan budaya keIslaman sebagai bentuk konter terhadap budaya asing, dan bentuk pencitraan penulis sebagai

penasehat bidang agama.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa diskursus sebagai proses mengatasi

distorsi pada komunikasi, mengenai konsensus yang dipaksa lewat teks pasal tujuh gurindam

duabelas dengan adanya sebuah permainan bahasa yang dimainkan oleh pengarang yang

merupakan suatu kepentingan untuk mendominasi ideologi yang dimilikinya kepada para

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 3.1Data Informan Penelitian
Tabel 3.2Waktu Kegiatan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam wawancara dengan responden empat dan enam terdapat kesamaan dalam penambahan data, yaitu Para responden menjelaskan ketepatan waku dalam menjalankan kegiatan

disebabkan karena pakan yang dibutuhkan selalu tercukupi untuk mencegah sifat kanibalisme pada lobster yang dapat menyebabkan kematian pada lobster yang dipelihara

Hasil: Berdasarkan hasil analisis Pendidikan agama Islam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba dan berdasarkan nilai OR ( Odds Ratio )

Dapat disimpulkan bahwa semangat kerja merupakan gambaran perasaan, keinginan atau kesungguhan individu/kelompok terhadap organisasi yang akan mempengaruhi

Kebutuhan dana untuk kegiatan operasional secara rutin dan pengembangan program sekolah/madrasah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola lembaga

ESWL merupakan litotripsi untuk batu empedu dimana dasar  terapinya adalah disintegrasi batu dengan gelombang kejut sehingga menjadi partikel yang lebih

konstruksilainnya.supplier peralatan Quality Control dan Geoteknik untuk peralatan kualitas Konstruksi Jalan, Jembatan, Gedung-gedung, Dam, dan konstruksi teknik sipil lainnya,

menjadi tidak aktif. Fungsinya adalah untuk merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, merangsang perpanjangan titik tumbuh, dan menggiatkan