• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suasana Toko Dan Gaya Hidup Terhadap Pembelian Impulsif Pada The Oasis Factory Outlet Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suasana Toko Dan Gaya Hidup Terhadap Pembelian Impulsif Pada The Oasis Factory Outlet Bandung"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

The effect of store atmosphere and lifestyle to impulse buying

at the oasis factory outlet Bandung

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam menempuh Jenjang SI

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh:

Nama : Maria Imaculada da C.A de Oliveira

NIM : 21207123

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

v

terdapat dalam toko, sehingga tidak menciptakan pembelian dalam jumlah banyak.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui implementasi penciptaan suasana toko pengaruhnya terhadap konsumen dan agar dapat menciptakan pembelian yang melebihi kebutuhan yang diperlukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelanjaan di The Oasis Factory Outlet Bandung dengan populasi sebanyak 5500 konsumen yang sering berbelanja tiap bulannya. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi pearson, analisis regresi, korelasi, koefisien determinasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 13.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelian impulsif di The Oasis Factory Outlet Bandung secara keseluruhan termasuk dalam kriteria baik, namun indikator variabel store atmosphere termasuk dalam kategori kurang baik karena fasilitas yang disediakan kurang memuaskan konsumen. Sedangkan variabel gaya hidup termasuk dalam kategori baik. Pengaruh store atmosphere dan gaya hidup berdampak positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif pada konsumen The Oasis Factory Outlet Bandung. Kemudian dampak secara simultan dan secara parsial.

(3)

iv

chance to buy those products and in a big quantity.

The aim of this study is to create such an environment that attract and influencing the costumers to spend more money for shopping and getting even more stuffs than as required .

Method used in this study is qualitative and quantitative method. Our Study object is those costumers that went for shopping in The oasis factory outlet Bandung with a population number of 5500 in a month. Statistical method that we were using is pearson calculation correlation method, regression analysis, correlation, coefficient of determination, hypothetical testing, and using of computer software SPSS 13.0 application for windows.

Study results shows that buying impulse in The oasis factory outlet Bandung is overall is satisfactory but variable indicator store atmosphere is categorized as in less satisfactory level. Facilities available are not that much in attracting the costumers, while variable life style of consumerism including in acceptable level. The effect of store atmosphere and consumerism life style is having positive effect on impulsive buying of the oasis factory outlet Bandung costumers. It has simultaneous and partial effect.

(4)

vi

berkah dan ijin-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PENGARUH SUASANA TOKO DAN GAYA HIDUP TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PADA THE OASIS FACTORY OUTLET BANDUNG”.

Tidak lupa penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi. 3. Ibu Raeny Dwisanty, S.E.,M.Si, selaku pembimbing skripsi dan dosen wali MN-3

yang telah mengarahkan, memberikan motivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si selaku penguji I skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu H. Dewi Indriani, S.E., M.Si selaku penguji II skripsi yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

6. Ibu Hesty Indaraya selaku supervisor The Oasis Factory Outlet Bandung yang sudah meluangkan waktu dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Laporan penulisan skripsi ini di dedikasikan kepada Ayahanda Jose Verissimo Fausto de Oliveira dan Ibunda Teresinha Amaral yang selalu memberikan semangat dan mendoakan yang terbaik bagi penulis agar dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya.

(5)

yang selalu memberikan semangat.

10.Untuk sahabat satu kost Sekeloa Utara I No.57 Jennier dan Paula, untuk semua saudara sepupuku Evandro, Franscoela, Julio, Lucia, Juvinia, Ceumar, serta teman-teman dekat penulis Nelcen, Nilton, Nelio, Zinho, Jerry, Natlie, Leonita. Terimakasih banyak atas dukungan semangatnya.

11.Untuk sahabat-sahabat seperjuangan saya Sri Septiani Bagdja Rahayu, Ismi Priatiningsih, Hilly Annapurna dan Permata Sari mulai dari pengajuan usulan penelitian, bimbingan dan revisi. Terimakasih banyak atas dukungannya.

12.Untuk semua teman-teman kelas MN-3 dan kelas spesialisasi pemasaran yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih banyak atas dukungannya.

13.Serta untuk seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pennulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Mudah-mudahan skripsi yang penulis susun ini dapat memberi manfaat bagi semua yang membaca. Mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Kritik dan saran yang membangun selalu penulis terima dengan tujuan untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik lagi.

Bandung, Agustus 2011

(6)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Penjualan eceran merupakan salah satu bidang paling menarik dan dinamis dalam perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus mempertimbangkan kecenderungan-kecenderungan berikut: menurunnya pertumbuhan ekonomi dan penduduk, kenaikan biaya modal, tenaga kerja dan energi, perubahan gaya hidup konsumen, pola berbelanja dan sikap dalam berbelanja, muculnya teknologi baru seperti kasir computer, berbelanja secara elektronik (e-commerce), dan mesin otomatis yang semakin canggih.

Kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa berkembang terus menerus dan mempengaruhi perilaku belanja produk. Retailing merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis. Ada sejumlah hal fundamental dalam menjalankan bisnis ritel di seluruh dunia, semua ritel harus bisa menyediakan produk bermutu dengan kondisi lingkungan belanja yang nyaman, pelayanan yang mantap, dan bisa menciptakan kepercayaan pada pembeli.

(7)

perusahaan untuk mengotrol jaringan distribusi barang dagangannya yang selanjutnya dijual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga peritel lainnya.

The Oasis factory outlet merupakan salah satu dari factory outlet yang sedang berkembang. The Oasis factory outlet beralamatkan di jalan Laksamana Laut R.E.Martadinata No.51 Bandung ini menyediakan pakaian dewasa pria dan wanita, pakaian anak-anak, aksesoris, tas dan persedian lainnya. The Oasis factory outlet merupakan salah satu factory outlet ini menjual produk-produk original dan mendapatkan lisensi atas penjualan merek-merek ternama diantaranya merek hugo, crocodile, dan polo, selain itu juga merupakan salah satu factory outlet yang mempunyai tailor (penjahit) yang wajahnya sering terpampang pada koran dan majalah di negara Malaysia. Hal ini diungkapkan sendiri oleh konsumen Malaysia yang sering berbelanja di The Oasis factory outlet ini. Factory outlet ini terletak berdekatan dengan para pesaing yang juga berada di lingkungan yang sama, seperti Secret factory outlet, Rentiniti factory outlet, The Summit factory outlet dan masih banyak lagi.

(8)

Bandung, untuk menarik konsumen agar dapat belama-lama di dalam toko adalah dengan memutar musik yang sedang tenar/booming, suhu dalam toko yang kondusif, pencahayaan yang baik dan warna dinding yang disesuaikan dengan cahaya yang terdapat dalam ruangan. Dengan hal-hal tersebut membuat konsumen mampu bertahan lama dalam toko The Oasis factory outlet.

Berikut data perkiraan konsumen yang datang ke The Oasis Factory Outlet Bandung pada tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1

Data Perkiraan Konsumen Yang Melakukan Pembelian Di The Oasis Factory Outlet Bandung

Pada Bulan April 2011

Minggu ke Jumlah

1 1.800

2 1.500

3 1.200

4 1.000

TOTAL 5.500

Sumber: The Oasis Factory Outlet

Dari hasil survey awal yang dilakukan terhadap 30 orang konsumen yang datang ke The Oasis factory outlet, 65% konsumen mengatakan bahwa sering melakukan pembelian impulsif dalam The Oasis factory outlet meskipun sudah melakukan perencanaan sebelumnya, hal ini disebabkan karena sudah terbiasa dengan lingkungan belanja, dan 35% konsumen mengatakan membeli sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya sebelum berbelanja di

(9)

seringkali konsumen akan melakukan impulse buying atau pembelian yang tidak direncanakan.

Bentuk desain yang unik akan membantu para pemilik untuk dapat secara kreatif menciptakan suasana toko yang “teatrikal” bagi para pengunjung. Sebuah pengelolaan yang mengintegrasikan desain interior, pilihan barang, konsep toko dan strategi penjualan, disebut juga visual merchandising, atau

instore communication, atau desain storeatmosphere.

Desain store atmosphere ini juga perlu dirumuskan pada tatanan yang strategis, karena itu dalam perencanaan dan proses perancangannya haruslah memperhatikan elemen strategis lainnya seperti halnya lokasi, pilihan barang dan positioning atas konsep toko. Dengan perencanaan yang tepat akan hadir nuansa, atmosfer dan estetika yang menarik bagi pelanggan. Dengan desain interior toko yang sesuai diharapkan pengunjung dapat tertarik untuk menentukan pilihan toko. Menggiring benak pelanggan adalah salah satu tujuan awal. Selanjutnya , pasti bertujuan unuk mendorong hasrat membeli konsumen, sehingga terjadi transaksi. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa perencanaan dan penciptaan suasana interior, store layout dan interior display yang tepat akan mendorong lajunya tingkat penjualan.

(10)

Secara umum suatu gaya hidup dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002:282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Dari hasil survey terhadap 30 konsumen yang melakukan pembelian di The Oasis factory outlet Bandung mengatakan 55% gaya hidup yang ada dalam factory outlet tersebut kurang menarik karena perhatian yang diberikan kurang maksimal dan 45% mengatakan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa pihak The Oasis factory outlet belum optimal dalam memahami keinginan konsumen dalam memberikan perhatian ketika konsumen menayakan tentang suatu produk.

(11)

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diurai diatas, yaitu kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa berkembang terus menerus dan mempengaruhi perilaku belanja produk. The Oasis factory outlet adalah salah satu outlet yang terletak di tempat yang strategis. Factory outlet ini selalu berusaha memberikan suasana toko yang baik agar dapat menarik minat konsumen untuk hanya sekedar masuk dan melihat-lihat barang yang ada di dalam outlet tersebut.

Sebagian besar konsumen yang datang ke The Oasis factory outlet ini melakukan pembelanjaan tehadap produk yang diinginkan daripada produk yang dibutuhkan. Konsumen merasa nyaman berada dalam outlet ini hanya untuk menikmati suasana dalam toko dan alunan musik yang diputar di dalam toko, serta berkeliling untuk melihat produk fashion yang disediakan oleh The Oasis factory outlet.

1.2.2.Rumusan Masalah

Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki tentang masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap store atmosphere pada The Oasis factory outlet Bandung.

2. Bagaimana gaya hidup konsumen pada The Oasis factory outlet

(12)

3. Bagaimana pembelian impulsif konsumen pada The Oasis factory outlet Bandung.

4. Seberapa besar pengaruh store atmosphere dan gaya hidup terhadap pembelian impulsif pada The Oasis factory outlet Bandung baik secara simultan maupun parsial.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1.Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh Store atmosphere

dan gaya hidup terhadap pembelian impulsif pada The Oasis factory outlet

Bandung.

1.3.2.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap store atmosphere

pada The Oasis factory outlet Bandung.

2. Untuk mengetahui gaya hidup konsumen pada The Oasis factory outlet

Bandung.

3. Untuk mengetahui pembelian impulsif konsumen pada The Oasis

factory outlet Bandung.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh store atmosphere dan gaya hidup terhadap pembelian impulsif pada The Oasis factory outlet

(13)

1.4. Keggunaan Penelitian 1.4.1.Keggunaan Praktis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, informasi bagi penulis, perusahaan yang diteliti dan masyarakat umumnya diantaranya :

1. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan maupun pertimbangan bagi perusahaan yang berhubungan dengan store atmosphere dan gaya hidup terhadap pembelian impusif pada The Oasis factory outlet Bandung.

2. Pihak Terkait

Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menambah informasi mengenai store atmosphere dan gaya hidup terhadap pembelian impulsif pada The Oasis factory outlet Bandung.

1.4.2.Keggunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen

Bagi pengembang ilmu manajemen diharapkan dapat lebih bermanfaat dan bernilai guna untuk mendukung pengembangan ilmu manajemen itu sendri. Khususnya pembelajaran mengenai store atmosphere dan gaya hidup terhadap pembelian impulsif.

2. Bagi peneliti lain

(14)

3. Bagi Penulis

Uuntuk membandingkan antara teori yang diperoleh di perkuliahan dengan permasalahan yang dihadapi perusahaan untuk dipecahkan dalam penelitian khususnya yang berkaitan dengan store atmosphere

dan gaya hidup terhadap pemeblian impusif.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan pada The Oasis factory outlet, dimulai pada bulan Maret sampai Juli 2011.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian No jadwal

kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1. Pengajuan UP

2. Pencarian Perusahaan 3. Bimbingan UP 4. Sidang UP 5. Penelitian 6. Pelaksanaan

(15)

10 2.1.Kajian Pustaka

2.1.1. Pengertian Ritel

Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Terkait dengan aktivitas yang dijalankan, maka ritel menunjukkan upaya untuk memecah barang atau produk yang dihasilkan dan didistribusikan oleh manufaktur atau perusahaan dalam jumlah besar dan massal untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir dalam jumlah kecil sesuai kebutuhannya.

Usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Pengecer atau toko eceran adalah usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran.

2.1.2. Jenis-Jenis Pengecer

(16)

1) Department Store

Menaungi beberapa bagian penjualan produk di bawah satua tap, sebuah department store menyediakan variasi produk belanja dan produk-produk khusus secara luas, termasuk pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, alat-alat elektronik, dan kadang-kadang meubel. Pembelian biasanya dilakukan di masing-masing bagian daripada di satu area pintu keluar pusat. Masing-masing bagian diperlakukan sebagai pusat pembelian terpisah agar ekonomis dalam promosi, pembelian, pelayanan, dan pengawasan.

2) Toko Khusus

(17)

3) Pasar Swalayan

Pasar swalayan merupakan pengecer pelayanan sendiri (self-service) yang besar dan terbagi dalam beberapa departemen yang mengkhususkan diri dalam makanan, dan produ non-makanan.

4) Toko Obat

Toko obat (drugs store) menawarkan produk-produk dan jasa yang berkaitan dengan farmasi sebagai daya tarik utama mereka. Konsumen paling sering tertarik dengan sebuah toko obat oleh farmasinya atauahli farmasinya, kenyamanannya, atau karena ia mempertahankan rencana resep obat pihak ketiga mereka.

5) Toko Kebutuhan Sehari-hari (Convinience Stores)

Sebuah toko kebuhan sehari-hari dapat didefinisikan sebagai suatu pasar swalayan mini, yang menjual hanya lini terbatas produk-produk kebutuhan sehari-hari yang perputarannya tinggi. Toko kebutuhan sehari-hari dengan pelayanan sendiri (self-service) seperti ini secara fisik berlokasi dekat area tempat tinggal penduduk dan buka 24 jam, 7 hari setiap minggunya. Toko kebutuhan sehari-hari menawarkan produk-produk persis dengan arti dari namanya: lokasi yang mudah, jam panjan, pelayanan cepat.

6) Toko Diskon

(18)

diskon lini penuh, pengecer diskon khusus, klub pergudangan, dan pengecer potongan harga.

7) Restoran

Restoran melangkahi garis antara pendirian bisnis eceran dan jasa. Restoran memang menjual produk-produk yang berwujud, makanan dan minuman, tetapi ia juga menyediakan pelayanan yang bernilai untuk konsumen dalam bentuk penyiapan dan penyajian makanan. Kebanyakan restoran bahkan masuk dalam definisi pengecer khusus disebabkan mereka mengkonsentrasikan diri mereka pada penyajian menu dengan jenis masakan yang berbeda.

2.1.3. Suasana Toko (Store Atmosphere)

Pengertian store atmosphere menurut beberapa ahli antara lain: Menurut konsumenChristina Widhya Utami, (2010:255):

(19)

Menurut Sutisna (2002:105):

“suasana toko (store atmosphere) yaitu kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik toko, dekorasi, dan lingkungan sekitarnya. Suasana dapat menciptakan perasaaan yang santai atau pun sibuk, kesan mewah atau efisiensi, sikap ramah atau pun dingin, terorganisir atau kacau, atau suasana hati menyenangkan atau serius”. Menurut Leon G. Schiffman and Leslie Lazar Kanuk (2004:611):

“store atmosphere is influenced by such attributes as lighting,

layout, presentation of merchandise, fixtures, floor coverings, colors,

sounds, odors, and the dress and behaviour of sales and service

personnel”.

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:201):

“Suasana atau atmosfer dalam gerai merupakan salah satu teori dari berbagai unsur dalam retail marketing mix. Gerai kecil yang tertata rapi dan menarik akan lebih mengundang pembeli dibandingkan gerai yang di atur biasa saja. Sementara, gerai yang diatu biasa saja tapi bersih lebih menarik daripada gerai gerai yang tidak diatur sama sekali dan tampak kotor”. Suasana yang dimaksud adalah dalam arti atmosfer dan

ambience yang tercipta dari gabungan unsur-unsur yaitu: 1. Desain toko

(20)

berada di suatu toko. Desain toko kini lebih besifat Consumenr-Led.

Pada intinya, desain toko bertujuan memenuhi syarat fungsional sembari menyediakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi.

Desain toko mencakup desain eksterior, lay out, dan ambience. Desain eksterior mencakup wajah toko atau store front, marquee, dan pintu masuk.

2. Perencanaan Toko

Perencanaan toko (store planning) mencakup: a. Layout (tata letak)

Ada beberapa macam layout, yaitu tata letak lurus disebut gridiron layout (grid layout), tata letak arus bebas (free flow layout atau

curving layout), tata letak butik (boutique layout), dan tata letak arus berpenurun (guided shopper flows).

b. Alokasi ruang

Alokasi ruang toko terbagi ke dalam beberapa jenis ruang atau area, yaitu selling space, merchandise space, customer space, dan

personnel space.

3. Komunikasi Visual

(21)

4. Penyajian Merchandise

(22)

Store Atmosphere Individual Charateristics Response

Sumber: Adapted from M.J.Bitner,”Serviscape”journal of Marketing,

April,1992,pp,57-71.Publihed by the American Marketing Association;reprinted with permission.

Gambar 2.1. Store Atmosphere and Shopper Behavior

Ambient conditions

Number of customers

(23)

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa cara suasana toko mempengaruhi perilaku pembeli. Beberapa hal dalam gambar ini patut diperhatikan. Pertama, lingkungan fisik berinteraksi dengan karakteristik individu untuk menentukan respon. Jadi, suasana akan menghasilkan respons yang baik bagi remaja dan mungkin menghasilkan respon negatif dalam pembeli yang lebih tua. Kedua, atmosfir berpengaruh baik tenaga penjualan dan pelanggan. interaksi yang kemudian mempengaruhi satu sama lain.

2.1.3.1. Penciptaan Suasana

Penciptaan suasana berarti merancang lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, music, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan perpetual pelanggan dan untuk memengaruhi pelanggan dalam membeli barang.

1. Komunikasi Visual

Komunikasi visual yang terdiri dari grafik, papan tanda, efek panggung, baik di toko dan di jendela akan membantu meningkatkan penjualan dengan memberikan informasi tentang produk dan menyarankan pembeli barang.

(24)

akan merusak etalase yang bagus dan mengurangi daya tarik terhadap barang.

b. Memberikan informasi pelanggan. Papan tanda dan grafik bersifat informatif membuat barang lebih diinginkan.

c. Menggunakan papan tanda dan grafik sebagai penyaji. Ini adalah cara yang bagus untuk menggabungkan tema dan barang untuk penyajian keseluruhan yang menarik. Pertahankan papan agar papan tanda dan grafik tetap cerah. Terlupakan kabur atau samar-samar dan penuh dengan percikan air akan lebih meremehkan kesan toko daripada menjual barang.

d. Batasi penggunaan salinan papan tanda. Penggunaan lambang yang tepat sangatlah penting untuk keberhasilan papan tanda. Lambang yang berbeda memberi pesan dan juda suasana hati yang berbeda. 2. Pencahayaan

a. Penerangan terhadap barang dagangan

(25)

b. Buat suasana tenang dan pertahankan kesan

Biasanya, department store dan toko-toko di Indonesia menggunakan lampu pijar untuk memberikan kesan hangat dan menyenangkan. Sumber cahaya menarik perhatian terhadap barang dan etalase. Rancangan pencahayaan yang biasa digunakan pada toko-toko di Eropa lebih terang, dingin dan minimal daripada di Amerika, yang menciptakan suasana dan kesan yang sangat berbeda daripada pencahayaan lampu pijar yang lebih lembut. c. Sembunyikan kekurangan

Pencahayaan bisa menyembunyikan kesalahan dan rancangan toko yang kurang bagus.

3. Warna

Penggunaan warna yang kreatif bisa menigkatkan kesan ritel dan membantu menciptakan suasana hati. Penelitian menunjukkan bahwa warna-warna hangat (merah dan kuning) menghasilkan efek psikologis dan fisiologis yang berlawanan dari warna-warna dingin (biru dan hijau), yang berlawanan pada spectrum warna. Warna hijau dan biru adalah warna tenang, damai, dan menyenangkan. Warna-warna dingin paling efektif bagi ritel dalam menjual produk-produk dengan harga mahal atau jasa seperti yang ada pada kantor dokter gigi.

(26)

menumbuhkan perhatian, menciptakan semangat, dan merangsang setiap orang untuk bertindak. Warna memiliki tenaga dan dapat bedampak pada mood atau rasa setiap orang.

Warna dapat memberikan beberapa makna misalnya merah: hidup dan bergerak, impresi kedekatan, emosi yang kuat. Oranye: hangat, impresi kedekatan, waktu menuai, vitalitas, membuat makanan dan interior yang lebih menarik; kuning: hangat, impresi kedekatan, berkesan matahari tenggelam, menarik untuk dilihat; biru: adem, kalem, impresi jarak, menginspirasikan kesegaran alam; hijau: adem, seimbang, harmoni, impresi jarak, menginspirasikan kesegaran alam; merah muda: mungil; merah marun: kekayaan; ungu: misteri, berhubungan dengan loyalitas dan keseriusan.

4. Aroma

(27)

keharumannya dipercaya memungkinkan untuk memancing suatu reaksi emosional tertentu dari konsumen.

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa lingkungan dengan aroma tertentu memiliki pengaruh terhadap perilaku dan penilaian positif dari subjek penelitian, akan tetapi sifat aroma tidak menjadi masalh dalam hal ini. Tetapi pemberian aroma dapat gagal dalam memberikan pengaruh yang diinginkan jika aroma tersebut tidak sesuai dengan pilihan atau harapan konsumen, sehingga ketika peritel tidak ingin mengambil resiko maka pemilihan aroma harus melewati pertimbangan yang matang sebelum peritel menerapkannya sebagai stimulus untuk lingkungan tokonya.

2.1.4.Gaya Hidup

Menurut Sutisna (2002:145):

(28)

Menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2006:224):

“gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya”. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya. Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan-activities/ kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara social), interest/ minat (makanan, pakaian, keluarga, rekreasi), dan opinions/ pendapat (tentang diri mereka, masalah sosial, bisnis, produk). Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan dengan cermat, konsep hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian.

(29)

Belanja menjadi tolak ukur jati diri hidup manusia sebab terkait dengan banyak aspek. Aspek psikologis, misalnya, di mana belanja ada hubungan dengan rasa gengsi. Aspek sosial, dengan belanja bisa menunjukkan status orang tertentu. Belum lagi aspek ekonomi, budaya, politik,dan seterusnya. Singkatnya, melalui belanja, seseorang tidak lagi mementingkan apa yang dapat diperbuat dengan barang tersebut, melainkan apa yang dikatakanbarang itu perihal dirinya sebagai konsumen. Berbelanja (shopping) agaknya telah menjadi ciri-ciri manusia yang hidup di zaman kontemporer dewasa ini.

(30)

dalam barang tersebut. Jati diri manusia terukur dari kemampuannya memperoleh sesuatu.

(31)

2.1.4.1. Sembilan gaya hidup konsumsi

Terdapat sembilan gaya hidup konsumsi menurut John C. Mowen / Michael Minor (2002:295) antara lain sebagai berikut:

1. Functionalist. Menghabiskan uang untuk hal-hal yang penting. 2. Nurturers. Muda dan berpendapatan rendah.

3. Aspirers. Berfokus pada menikmati “gaya hidup tinggi” dengan membelanjakan sejumlah uang diatas rata-rata untuk barang-barang berstatus-khususnya tempat tinggal.

4. Experiential. Membelanjakan jumlah diatas rata-rata terhadap barang-barang hiburan, hobi, dan kesenangan (convenience).

5. Succeeders. Rumah tangga yang mapan. Berusia setengah baya dan berpendidikan tinggi. Menghabiskan uang diatas rata-rata untuk hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan.

6. Moral majority. Pengeluaran yang besar untuk oraganisasi pendidikan, masalah politik, dan gereja.

7. The Golden Years. Kebanyakan adalah para pensiunan, tetapi pendapatannya tertinggi ketiga. Melakukan pengeluaran yang besar pada produk-produk padat modal dan hiburan.

8. Sustainers. Pendapatan dibelanjakan untuk untuk kebituhan sehari-hari dan alcohol.

(32)

Faktor-faktor untuk mengukur gaya hidup antara lain:

1. outer directed merupakan gaya hidup konsumen yang jika dalam membeli sesuatu produk harus sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma tradisional yang telah terbentuk.

2. inner directed, membeli produk untuk memenuhi keinginan dari dalam dirinya untuk memiliki sesuatu, dan tidak terlalu memikirkan norma-norma budaya yang berkembang.

3. need driven, konsumen yang membeli sesuatu didasarkan atas kebutuhan dan bukan keinginan berbagai pilihan yang tersedia.

2.1.5. Pembelian Impulsif (Impulse Buying)

Menurut Chien-Huang dan Hung-ming (2005) yang mendeskripsikan pembelian impulsif sebagai

“pembelian yang lebih menarik, tanpa maksud, tanpa direncanakan dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan perilaku membeli yang direncanakan”.

Menurut Christina Whidya Utami (2010:67) mengatakan bahwa pembelian impulsif terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya.

(33)

terdapat pada barang yang diinginkan untuk dibeli, dan kebanyakan dari barang itu tidak diperlukan oleh konsumen. Pembelian impulsif atau pembelian tidak terencana merupakan bentuk lain dari pola pembelian konsumen. Sesuai dengan istilahnya, pembelian tersebut secara spesifik tidak terencana. “Pembelian impulsif” terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya. Impuls untuk membeli merupakan hal yang secara hedonis kompleks, dan akan menstimulasi konflik emosional. Pembelian impulsif juga cenderung dilakukan dengan mengabaikan pertimbangan atas konsekuensinya.

Pembelian impulsif, seperti semua perilaku pembelian, umumnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor pribadi, kronologis, lokasi, dan budaya. Faktor-faktor ini tidak hanya secara substansial berbeda antara konsumen yang satu dengan yang lainnya, tetapi juga berubah-ubah untuk konsumen yang sama dibawah situasi yang berbeda-beda.

2.1.5.1. Tipe Pembelian Impulsif

Menurut Stren dalam Loundon dan Bitta (2010:68) menyatakan bahwa ada empat pembelian impulsif, yaitu:

1. Impuls murni (pure impulse)

(34)

terhadap merek atau perilaku pembelian yang telah biasa dilakukan. Contohnya, membeli sekaleng asparagus bukannya membeli sekaleng macroni seperti biasanya.

2. Impuls Pengingat (reminder impulse)

Ketika konsumen membeli berdasarkan jenis impuls ini, hal ini dikarenakan unit tersebut biasanya memang dibeli juga, tetapi tidak terjadi untuk diantisipasi atau tercatat dalam daftar belanja. Contohnya, ketika sedang menunggu antrean untuk membeli shampoo di konter toko obat, konsumen melihat merek aspirin pad rak dan ingat bahwa persediaannya di rumah akan habis, sehingga ingatan atas penglihatanpada produk tersebut memicu pembelian yang tidak terencana.

3. Impuls Saran (suggestion impulse)

(35)

4. Impuls Terencana (planned impulse)

Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukkan respons konsumen terhadap beberapa insentif special untuk membeli unit yang tidak diantisipasi. Impuls ini biasanya distimulasi oleh pengumuman penjualan kupon, potongan kupon, atau penawaran menggiurkan lainnya.

2.1.5.2. Perspektif dalam Pembelian Impulsif

Terdapat tiga perspektif yang digunakan untuk menjelaskan pembelian impulsif:

1. Karateristik produk yang dibeli, 2. Karateristik konsumen,

3. Karateristik display tempat belanja.

(36)

seperti ruang antar rak, tingginya rak, dan arah menghadap rak, dapat mempengaruhi terjadinya perilaku pembelian impulsif.

Faktor-faktor yang menimbulkan pembelian impulsif menurut Herabadi, Verplanken, dan Van Knippenberg (2004:433) yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

1. Aspek kognitif

Dalam aspek kognitif, pembelian impulsif lebih menunjukkan untuk hedonic daripada mempertimbangan pembelian utilitarian.

2. Aspek afektif

Dalam aspek afektif, pembelian impulsif lebih tampak pada memutuskan melalui emosi positif dan tingkah laku tinggi seperti rangsangan kegembiraan dan kesenangan.

2.1.6 Keterkaitan antar Variabel Penelitian

2.1.6.1. Pengaruh Store atmosphere terhadap Impulse buying

(37)

2.1.6.2 Pengaruh Gaya Hidup terhadap impulse Buying

(38)

1.1.6. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1

Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

No Nama

Peneliti dan Tahun

Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan

1. Mariri

The in-store shopping environment is a very important determinant of impulsive buying. It is constituted by micro variables which are specific to particular shopping situations and confined to a specific geographic space. Factors such as in-store background music, store display, scent, instore promotions, prices, shop cleanliness, shop density or congestion and store personnel all make up the instore shopping environment, among others.

Terdapt varibel penelitian yang sama yaitu store atmosphere dan impulse buying

In a research conducted by Cobb and Hoyer (1986), impulse buying was defined as an unplanned purchase and this definition can also be found in the research of Kollat and Willett (1967). In another research by Rook (1987) reported that impulse buying usually takes place, when a consumer feels a forceful motivation that turns into a desire to purchase a commodity instantly

Terdapat varibel penelitian yang sama yaitu gaya hidup dan impulse buying. lighting as an atmospheric tool, creating

Turley and Milliman (2000) give a complete review of the influence of atmospherics on

Terdapat variabel penelitian yang sama yaitu store atmosphere dan

(39)

Cleempoel, They concluded that the individual atmospheric variables were shown to have a demonstrable affect on the outcome of evaluations (e.g. store image, judgments of brands, quality of merchandise),

of perceptions of price and behavioural responses such as time spent and ‘impulse buying’. Several years earlier Tai and Fung (1997) already noticed, in their literature review, two important patterns: atmospheric elements have been proven to have a variety of physical and physiological effects on people which in turn will affect consumer behaviour. They suggest when these elements are skilfully manipulated, they will lead to consumer behaviour favourable for the retailer.

pembelian and health: The role of

impulsive buying in unhealthy eating

(40)

1.2. Kerangka pemikiran

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi besar dalam usaha ritel. Berjualan ritel merupakan usaha yang paling banyak peminatnya. Cara melakukannya bisa dengan memulai usaha sendiri ataupun bermitra dengan jaringan ritel yang menawarkan kerjasama kemitraan. Dinamika perkembangan usaha di bidang ritel saat ini sangat tumbuh dengan pesat terutama dengan semakin banyaknya dibangun gerai-gerai ritel modern dan makin tumbuhnya daya beli konsumen di sektor ini. Namun persaingan usaha di bidang ritel pun semakin kuat hingga bila kita tidak pandai mengelola sumber sumber daya yang kita miliki bisa jadi apa yang kita kelola akan menjadi tersisihkan oleh para pesaing.

Menurut Christina Widhya Utami, (2010:255) suasana toko (store atmosphere) merupakan kombinasi dari karateristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperature, music, aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan oleh ritel, ritel berupaya untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga maupun ketersediaan barang dagangan yang bersifat

(41)

Menurut Berman dan Evan (2005: 17-30), menyatakan bahwa faktor-faktor pembentuk suasana toko dibagi menjadi empat bagian antara lain:

1. Tampak depan toko (storefront)

Karakter storefront memiliki pengaruh yang besar pada store image dan harus direncanakan secara matang. Facade toko dapat didefinisikan dengan kondisi eksterior dari toko tersebut. Termasuk di dalamnya adalah signage, pintu masuk, efek lighting, dan material konstruksi. Dengan tampak luar yang atraktif, sebuah toko dapat menjadi menarik untuk dikunjungi.

Display windows juga mempunyai peranan yang penting yaitu untuk mengidentifikasikan toko dan menarik perhatian pengunjung untuk masuk. Proporsi bentuk yang menarik secara visual akan memperindah bentuk eksterior.

2. Interior Toko

(42)

3. Layout Toko (store layout)

Store layout direncanakan sesuai dengan program ruang yang biasanya disusun berdasarkan observasi mengenai kebutuhan ruang. Tiap toko memiliki luas lantai yang berbeda, namun yang terpenting adalah bagaimana melakukan pembagian antara selling, merchandise, personnel space, dan customer area, yang memiliki fingsi yang berbeda.

4. Interior Display (point of purchase)

Interior display (poit of purchase) bertujuan untuk memberikan informasi pada konsumen yang berbelanja, merupakan tambahan untuk memberikan kesan berbeda pada store atmosphere dan berfungsi sebagai alat promosi.

(43)

seperti perubahan peran pembelian dari pria ke wanita, sehingga mengubah kebiasaan, selera dan perilaku pembelian. Dengan kata lain, perubahan gaya hidup suatu kelompok akan mempunyai dampak yang luas pada berbagai aspek konsumen.

Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa sehingga sangat berpengaruh dalam melakukan pembelian impulsif ketika berbelanja di pusat perbelanjaan. Faktor-faktor untuk mengukur gaya hidup belanja antara lain:

1. outer directed merupakan gaya hidup konsumen yang jika dalam membeli sesuatu produk harus sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma tradisional yang telah terbentuk.

2. inner directed, membeli produk untuk memenuhi keinginan dari dalam dirinya untuk memiliki sesuatu, dan tidak terlalu memikirkan norma-norma budaya yang berkembang.

3. need driven, konsumen yang membeli sesuatu didasarkan atas kebutuhan dan bukan keinginan berbagai pilihan yang tersedia.

(44)

merupakan hal yang secara hedonis kompleks, dan akan menstimulasi konflik emosional. Pembelian impulsif juga cenderung dilakukan dengan mengabaikan pertimbangan atas konsekuensinya. Produk yang mempengaruhi pembelian impulsif diantaranya: harga rendah, kebutuhan tambahan produk atau merek, distribusi massa, self service, iklan massa, display produk yang menonjol, umur produk yang pendek, ukuran kecil dan mudah disimpan.

Faktor-faktor yang menimbulkan pembelian impulsif menurut Herabadi, Verplanken, dan Van Knippenberg (2004:433) yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

1. Aspek kognitif

Dalam aspek kognitif, pembelian impulsif lebih menunjukkan untuk hedonic daripada mempertimbangan pembelian utilitarian.

2. Aspek afektif

Dalam aspek afektif, pembelian impulsif lebih tampak pada memutuskan melalui emosi positif dan tingkah laku tinggi seperti rangsangan kegembiraan dan kesenangan.

(45)
(46)

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat suatu bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.2

Paradigma Kerangka Pemikiran

Pengaruh Store Atmosphere dan Gaya Hidup terhadap Pembelian Impulsif

Store Atmosphere: 1. Tampak depan

toko 2. Interior toko 3. Store layout

4. Interior display

(Berman dan Evan, 2005: 17-30) Gaya Hidup: 1. Outer directed 2. Inner directed 3. Need driven

(Sutisna SE., ME 2002:148))

(47)

1.3. Hipotesis

Menurut Sugiyono dalam bukunya Penelitian Bisnis (2008:221) menyatakan bahwa:

“Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.”

Hipotesis Utama:

Terdapat Pengaruh Store atmosphere Dan Gaya Hidup Terhadap Pembelian Impulsif Di The Oasis Factory Outlet Bandung.

Sub Hipotesis:

• Terdapat Pengaruh Store atmosphere Terhadap Pembelian Impulsif Di The Oasis Factory Outlet

(48)

43 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data–data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul : “Pengaruh Store Atmosphere Dan Gaya Hidup Terhadap Pembelian Impulsif Di The Oasis Factory Outlet Bandung”.

Di dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independent (variabel bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel independent (variabel X1) dalam penelitian ini adalah Store Atmosphere dan (variabel X2) Gaya Hidup.

2. Variabel dependent (variabel tidak bebas), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependent (variabel Y) dalam penelitian ini adalah Pembelian Impulsif.

(49)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif dan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan kuantitatif.

Metode Deskriptif menurut Sugiyono (2009:206) mendefinisikan:

Penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Sedangkan menurut Mudjarad Kuncoro (2001:102) mendefinisikan Pendekatan kuantitatif yaitu:

“Pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manejerial dan ekonomi dimana pendekatan ini terdiri atas perumusan masalah, mencari solusi, menguji solusi, menganalisa hasil dan mengimplemasikan hasil.”

(50)

dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Moh. Nazir (2003:84) desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas, yang mencangkup proses-proses berikut ini:

1. Sumber masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

2. Perumusan masalah

(51)

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Pengaruh Store Atmosphere dan Gaya Hidup terhadap Pembelian Impulsif.

5. Metode Penelitian

(52)

6. Menyusun instrument penelitian

Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan dari Store Atmosphere (Variabel Independen“X1”) dan Gaya Hidup

(Variabel Independen“X2”) terhadap Pembelian Impulsif (Variabel

dependen“Y”) digunakan korelasi Analisis Regresi Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari Store Atmosphere (Variabel Independen“X1”) dan

Gaya Hidup (Variabel Independen“X2”) terhadap Pembelian Impulsif

(Variabel dependen“Y”) digunakan koefisien determinasi. 7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Tabel 3.1

Unit Analisis Time Horizon

T-1 Descriptive Descriptive

dan survey

Konsumen yang melakukan pembelian di The Oasis Factory Outlet

Bandung

Cross sectional

T-2 Descriptive Descriptive

dan survey

Konsumen yang melakukan pembelian di The Oasis Factory Outlet

Bandung

Cross sectional

T-3 Descriptive Descriptive

dan survey

Konsumen yang melakukan pembelian di The

(53)

Oasis Factory Outlet Bandung

T-4 Descriptive

& Verifikatif pembelian di The Oasis Factory Outlet

Bandung

Cross sectional

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam peelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara bear sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh store atmosphere dan gaya hidup terhadap pembelian impulsif, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel store atmosphere sebagai variabel independen pertama (X1).

2. Variabel gaya hidup variabel independent kedua (X2).

3. Variabel Pembelian Impulsif sebagai variabel dependent (Y).

Untuk lebih jelasnya rincian masing-masing variabel dapat dijelaskan dalam Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep

Variabel Indikator

(54)

seperti •Interior Display

(55)

3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dibagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti baik dari pribadi (responden) maupun dari satu instansi yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan

Pembelian kuat dan kukuh untuk membeli • Aspek afektif

-membeli

(56)

memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta catatan-catatan kuliah yang menunjang penelitian ini.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 3.2.3.2.1 Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2009:80) tentang pengertian populasi yaitu:

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berda pada satu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian di The Oasis Factory Outlet Bandung yaitu dengan perkiraan sebanyak 5500orang/bulan.

3.2.3.2.2 Sampel

(57)

2

Menurut Adi Supangat (2007:4) menyatakan bahwa:

“sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadkan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (reprensentatitive) terhadap populasinya.”

Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang di ambil dalam penelitian dilakukan dengan teknik accidental random sampling.

Adapun yang menjadi sampel yang digunakan untuk pengukuran kuesioner adalah konsumen di The Oasis Factory Outlet Bandung. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel (n) Husein Umar (2004:78) menentukan sampel digunakan rumus sebagai berikut:

100

(58)

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakna dalma penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh dengan cara:

a. Observasi (Pengamatan Langsung), yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langkung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang di bahas.

c. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawab, berupa daftar pertanyaan yang dibuat dengan metode pertanyaan terstruktur (tertutup dan terbuka) kepada 100 responden tentang variabel store atmosphere, gaya hidup dan pembelian impulsif.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Reseacrh)

(59)

Data tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2009:173) valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi suatu penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden terpilih maka harus diadakan uji validitas terlebih dahulu pada butir-butir yang benar-benar mengukur apa yang diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat ukur maka alat ukur tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya di ukur.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

( )

(

2 2

)

(

2

( )

2

)

n XY- X Y

r=

X - X × Y - Y

∑ ∑

Keterangan:

r = nilai koefesien korelasi pearson X = Skor item pertanyaan

Y = Skor total item pertanyaan

(60)

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji t (taraf signifikansi 5%). Rumus yang dilakukan adalah sebagai berikut :

� = ��(� −2)

√1− �2 :�� =� −2

Dimana :

n = ukuran sampel

r = Koefisien Korelasi Pearson

Keputusan pengujian validitas instrument dengan menggunakan taraf signifikan dengan 5% satu sisi adalah :

1. Item instument dikatakan valid jika thitung lebih dari atau sama dengan t0,05 =

1,9744 maka instrument tersebut dapat digunakan.

2. Item instrument dikatakan tidak valid jika thitung kurang dari t0,05(165) =

1,9744 maka item tersebut tidak dapat digunakan.

Berikut ini merupakan tabel uji validitas dari masing-masing variabel, yaitu sebagai berikut:

1. Uji validitas Store Atmosphere (X1)

Hasil pengujian validitas instrument store atmosphere dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas Store Atmosphere

No Nilai validitas

Hasil

(61)

5. 0.553 valid 6. 0.445 valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Hasil pengujian validitas instrumen penelitian untuk variabel bebas di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel X1 (store atmosphere) memiliki nilai r di atas 0,3. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel bebas dinyatakan valid.

2. Uji Validitas Gaya Hidup (X2)

Hasil pengujian validitas instrument gaya hidup dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas Gaya Hidup

No Nilai validitas

Hasil

1. 0.637 valid 2. 0.761 valid 3. 0.806 valid 4. 0.693 valid 5. 0.816 valid 6. 0.651 valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Hasil pengujian validitas instrumen penelitian untuk variabel bebas di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel X2 (gaya hidup) memiliki nilai r di atas 0,3. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel bebas dinyatakan valid.

3. Uji validitas Pembelian Impulsif (Y)

(62)

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas pembelian impulsif

No Nilai validitas

Hasil

1. 0.696 valid 2. 0.653 valid 3. 0.632 valid 4. 0.814 valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Hasil pengujian validitas instrumen penelitian untuk variabel bebas di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel Y (pembelian impulsif) memiliki nilai r di atas 0,3. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel bebas dinyatakan valid.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrumen. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman–Brown Correlation) Tehnik Belah Dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap–ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

(63)

b. Skor untuk masing–masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II

c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II

d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ґ1 =

Keterangan :

Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item

Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Keputuasan pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikan 5 % satu sisi adalah :

1. Jika thitung lebih dari atau sama dengan t0,05 dengan taraf signifikan 5 %

maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan

2. Jika thitung kurang dari t0,05 dengan taraf signifikan 5% satu sisi maka

instrument dinyatakan tidak reliabel dan tidak dapat digunakan. Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS.

Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7.

b

(64)

Tabel 3.6

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas

Kriteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et al, 2002:70

Adapun hasil perhitungan reliabilitas menggunakan SPSS yaitu sebagai berikut:

1. Hasil Pengujian Reabilitas Store Atmosphere

Hasil pengujian reabilitas store atmosphere dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Reabilitas Store Atmosphere

Hasil pengujian reabilitas instrumen penelitian untuk variabel bebas di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel X1 (store atmosphere) memiliki nilai t di atas 0,05. Hasil pengujian reliabiltas memiliki nilai Split Half di atas 0,700, yakni 0,853. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel store atmosphere dinyatakan reliable.

Reliability Statistics

(65)

2. Hasil Pengujian Reabilitas Gaya Hidup

Hasil pengujian reabilitas gaya hidup dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.8

Hasil Pengujian Reabilitas Gaya Hidup

Hasil pengujian reabilitas instrumen penelitian untuk variabel bebas di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel X2 (gaya hidup) memiliki nilai t di atas 0,05. Hasil pengujian reliabiltas memiliki nilai Split Half di atas 0,700, yakni 0,936. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel gaya hidup dinyatakan reliabel.

Total N of Items Cronbach's Alpha

The items are:P10, P12, P14, P16, P18 a.

(66)

3. Hasil Pengujian Pembelian Impulsif

Hasil pengujian reabilitas gaya hidup dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.9

Hasil Pengujian Reabilitas Pembelian Impulsif

Hasil pengujian reabilitas instrumen penelitian untuk variabel bebas di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel Y (pembelian impulsif) memiliki nilai t di atas 0,05. Hasil pengujian reliabiltas memiliki nilai Split Half di atas 0,700, yakni 0,759. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel pembelian impulsif dinyatakan reliabel.

3.2.5 Rancangan Analisi dan Perancangan Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif/Kualitatif

Analisis Deskriptif/ kualitatif digunakan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

Reliability Statistics

Total N of Items Cronbach's Alpha The items are: Y1, Y3. a.

(67)

Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.

Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilhat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1,2,3,4, dan 5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan predisi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden.

Sumber :Umi Narimawati (2007:84)

Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dikontribusikan dengan tabel 3.4 sebagai berikut :

% Skor =

Skor aktual Skor ideal

(68)

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00 - 36.00 Tidak Baik 2 36.01 - 52.00 Kurang Baik

3 52.01 - 68.00 Cukup

4 68.01 - 84.00 Baik

5 84.01 – 100 Sangat Baik

Sumber : Umi Narimawati (2007:84)

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala interval melalui “Methode of Successive Interval” (Hays, 1969:39). Dan selanjutnya dilakukan analisis regresi korelasi serta determinasi.

1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data ordinal menjadi interval adalah sebagai berikut:

a) Ambil data ordinal hasil kuesioner

b) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

c) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal. d) Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan

memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

(69)

Density at Lower limit – Density at Upper Limit Means of Interval =

Area at Below Density Upper Limit – Area at Below Lower Limitt

Dimana:

Means of Interval = Rata-Rata Interval

Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah

Density at Upper Limit = Kepadatan atas bawah

Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas

Area Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah

f) Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel pengaruh Store Atmosphere

Dan Gaya Hidup Terhadap Pembelian Impulsif, dalam hal ini adalah konsumen The Oasis Factory Outlet Bandung digunakan analisis regresi Berganda (Multiple Regression).

2. Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama.

(70)

Dimana :

Y = variabel dependen X1, X2 = variabel independen Α = konstanta

β 1, β 2 = koefisien masing-masing faktor

Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah Store Atmosphere (X1) dan Gaya Hidup (X2), sedangkan variabel dependen adalah

Pembelian Impulsif (Y), sehingga persamaan regresi berganda estimasinya: Y = α + β1X1 + β 2X2 + e

Dimana:

Y = Pembelian Impulsif

α = Konstanta dari persamaan regresi

β1 = Koefisien regresi dari variable X1, Store Atmosphere

β2= Koefisien regresi dari variable X2, Gaya Hidup X1= Store Atmosphere

X2= Gaya Hidup

3. Analisis Korelasi

Menurut Sujana (1989:152), pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel x dan y, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus:

(71)

�= �(∑ ����)−(∑ ��)(∑ �)

�{�(∑ ��2)(∑ ��)2}{(∑ ��2)(∑ ��)2}

Dimana: -1 ≤ r ≤ +1

r = koefisien korelasi

x = store atmosphere, gaya hidup z = pembelian impulsif

n = jumlah responden

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel 3.5 dibawah ini.

Tabel 3.11

Tingkat Keeratan Korelasi

0 – 0.20 Sangat rendah (hampir tidak hubungan) 0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah

0.41 – 0.60 Korelasi sedang

0.61 – 0.80 Cukup tinggi 0.81 – 1 Korelasi tinggi

Sumber: Syahri Alhusin, 2003 : 157

4. Analisis Koefisien Determinasi

Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variable terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual didapat dari R2 = SSreg/SStot . Dalam hal ini ada dua analisis koefisien yang dilakukan yaitu analisis

(72)

1) Analisis Koefisien Determinasi Berganda

Digunakan untuk mengetahu seberapa besar persentase variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y (Pengaruh Store Atmosphere dan Gaya Hidup terhadap Pembelian Impulsif) secara simultan maka penulis akan menggunakan analisis koefisien determinasi yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu:

% 100

2

x r Kd=

Keterangan :

Kd : Koefisien Determinasi r : Koefisien korelasi

2) Analisis Koefisien Determinasi Parsial

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel X1 dan Variabel X2 terhadap Y (Pengaruh Store Atmosphere

Terhadap Pembelian Impulsif dan Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Pembelian Impulsif ) secara parsial.

Rumus Koefisien determinasinya yang dikemukakan oleh Gujarati (2003:172) adalah sebagai berikut:

Sumber: Gujarati (2003:172)

Keterangan:

B = Beta (nilai standardized coefficients)

(73)

Dimana apabila :

Kd = 0, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, lemah. Kd = 1, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, kuat

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah Pengaruh Store Atmosphere

dan Gaya Hidup tehadap Pembelian Impulsif di The Oasis Factory Outlet Bandung. Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.

Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut : 1. Pengujian Secara Simultan/Total.

Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

a. Rumus uji F yang digunakan adalah :

�= (� − � −1)��.�….

2

�(1− �2.… )

Dimana :

F = Koefisien Korelasi Ganda k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah anggota sampel

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.2 Paradigma Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWAi. UNIVERSITAS

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh Gaya Hidup Berbelanja dan Ketertarikan Fashion Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Pakaian

Berdasarkan judul penelitian “ Situasi Pembelian Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Factory Outlet Renaritti Bandung”, maka populasi dari penelitian ini

Kemampuan variabel gaya hidup, persepsi harga dan suasana toko dalam menjelaskan perubahan-perubahan terhadap variabel keputusan pembelian konsumen pada produk zabo coffee

Keputusan pembelian konsumen pada outlet The Secret Bandung sudah masuk dalam kategori baik, namun akan lebih baik jika outlet The Secret Bandung lebih

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari display produk dan suasana toko terhadap keputusan pembelian impulsif di Jember Roxy Square Kabupaten Jember

171 Pengaruh Nilai Belanja Hedonis, Nilai Utilitarian, Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif Dengan Reaksi Impulsif Sebagai Variabel Intervening Studi Pada Pengguna Miniso

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif gaya hidup hedonis terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Jurusan PPB Angkatan