• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAAN MANAJEMEN MASUKAN CAIRAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAAN MANAJEMEN MASUKAN CAIRAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAAN MANAJEMEN

MASUKAN CAIRAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS

PKU MUHAMMADIYAH UNIT II KOTA YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ZAFRIA ATSNA

20120320119

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

GINJALKRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU

MUHAMMADIYAH UNIT II KOTA YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ZAFRIA ATSNA

20120320119

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAAN MANAJEMEN MASUKAN CAIRAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU

MUHAMMADIYAH UNIT II KOTA YOGYAKARTA

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 12 Agustus 2016

Oleh:

ZAFRIA ATSNA 20120320119

Penguji

Resti Yulianti Sutrisno, M. Kep., Ns., Sp. Kep.MB (...) Arianti, M.Kep, Ns. Sp. Kep. MB (...)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Zafria Atsna

NIM : 20120320119

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karyayang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir karya tulis ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil tiruan, maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 11 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv MOTTO

Hidup hanya sekali jadilah yang berarti

Manjadda wa jadda

(barang siapa yang bersungguh – sungguh pasti akan berhasil)

Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan (QS. Ar-Rahman 16)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan,

tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain (QS. Al Insyirah: 5-8)

Dan diantara mereka ada yang berdoa “Ya Tuhan kami berikanlah kami kebaikan

di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan dan Allah

maha cepat perhitungannya. (QS. Al Baqoroh 201-202)

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta saya, Bapak Suyatno dan Ibu Haryanti yang selalu mendukung dalam segala hal, mendoakan dalam setiap kondisi serta memberikan semangat yang tiada henti, kedua orang tua yang mengajari saya bagamana cara mencintai dan berjuang. Mereka yang tak pernah lelah untuk memberikan banyak hal yang terbaik untuk saya dan berusaha keras untuk membahagiakan saya, terimakasih untuk segalanya.

2. Keluarga tercinta adek, sepupu, pak de dan budhe serta kakek dan nenek yang selamana ini tidak lelah untukmemberikan semangat, dukungan dan doanya untuk saya.

3. Untuk pembimbing yang saya tidak pernah saya lupakan almarhum ibu Yuni Permatasari Istanti terima kasih untuk setiap nasihat dan ilmu yang telah di berikan semoga ilmu yang diberkan menjadi amal jariah yang kelak akan membawa ibu dalam syurga Allah swt.

4. Teman – teman yang membantu saya dalam jalannya penelitian ini, kepada

Chirotun Jum’iyyatin Nisak, Mbak Zulfa, Mbak Enn, Ian Pratiwi, asisten penelitian saya Milatul Afifah, Rizka Saputri, sahabat saya Mustika Restriani, Firas Yumni, Hidayah Setianti, Aldila Najihatul dan teman-teman kost telaga & tsabita terima kasih karena sudah mengingatkan saya untuk banyak hal tidak terlupakan untuk sahabat terkasih saya yang tidak lelah untuk mengingatkan dan membantu membangunkan semangat saya,serta banyak hal yang diberikan yang tidak bisa disebutkan. Akubersyukur memiliki kalian. 5. Teman- teman BPH NCC periode 2014-2015 untuk Nawang, Ratri, Amel,

Rahma, Endah,Yani, Devia, Satifa yang telah memberikan saya pelajaran yang berarti tentang makna kerjasama.

(7)

vi

7. Seluruh keluarga besar NCC EMERGENCY yang membuat saya belajar untuk berani melawan sebuah keterbatasan yang telah mengajari saya bagaimana untuk bisa lebih baik dan memotifasi saya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lain.

8. Seluruh keluarga BEM KM UMY yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran kedewasaan yang luar bias dalam perjalanan hidup saya.

9. Teman- teman skill lab 4B Elok, Fadilah, Nurul, Tiara, Banu, Deby terimakasih atas gurauan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan setiap tugas. 10.Teman-teman bimbingan Suci, Indah, Novia, Elvira dan Asri. Teman-teman

yang tidak pernah leleah untuk memotifasi saya dalam penelitian.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Tingkat Kepatuhaan Manajemen Masukan Cairan terhadap Tekanan Darah pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta”. Adapun maksud penulis melakukan penelitian untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dengan kesempurnaan. Masih banyak kekurangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, karena itu penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya. Demi perbaikan karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantun dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Ardi Pramono,Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat,HNC,selaku Kepala Program Studi Ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Ibu Resti Yulianti Sutrisno, M. Kep., Ns., Sp. Kep.MB selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

(9)

viii

5. Kedua orang tua yang selalu memberi doa, dorongan, semangat dan kasih sayang yang tidak habisnya dalam proses penyusunan sampai terselesaikannya proposal karya tulis ini.

6. Teman – teman yang telah membantu dan memberikan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

7. Bapak, ibu pasien dan perawat di bangsal hemodialisa RS PKU Muhammadiyah unit II kota Yogyakarta

Akhir kata dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis mengharapkan proposal karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Wasallamualaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 11 Agustus 2016

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

MOTTO... iv

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Populai dan Sempel ... 34

D. Besar Sampel ... 35

(11)

x

D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional ... 36

E. Instrumen penelitian ... 36

F. Validitas dan Reliabilitas ... 38

H. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 41

I. Etika Penelitian ... 43

BAB IV ... 45

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 51

BAB V ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

(12)

11

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ... 8

Tabel 2. Stadium Gagal Ginjal ... 14

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah ... 28

Table 4. Definisi Oprasional... 36

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Pendidikan, dan Status Pekerjaan ... 48

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan usia ... 49

Tabel 7. Distribusi Responden dan Hubungan tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah sistol Berdasarkan Kepatuhan Masukan Cairan Dan Tekanan Darah ... 49

(13)

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori……….32

(14)

13

Atsna, Zafria (2016). Hubungan Tingkat Kepatuhan Manajemen Masukan Cairan Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta

Pembimbing: Resti Yulianti Sutrisno, M. Kep., Ns., Sp. Kep.MB INTISARI

Latar belakang: Banyak pasien gagal ginjal kronis yang mengalami kelebihan volume cairan karena ketidakpatuhannya dalam melakukan manajemen masukan cairan, salah satu dampak ketidakpatuhan pembatasan cairan tersebut adalah tekanan darah naik yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler, penyakit kardiovaskuler menyebabkan kematian 47% pada pasien gagal ginjal kronis. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan masukan cairan terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah unit II kota Yogyakarta.

Metode: Penelitan ini mengunakan metode observasi korelasional dengan pendekatan crossectional. Penelitian dilakukan dengan responden sebanyak 70. Teknik pengambilan sampel dengan total sampel. Analisis data menggunakan uji korelasi pearson, instrumen penelitian menggunakan kusioner kepatuhan masukan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronis dan tensi meter.

Hasil: Hasil penelitian adalah rata-rata skor kepatuhan masukan cairan responden 10,78 dan rata-rata tekanan darah sistol 166,28mmHg dan diastol 94,4mmHg. Berdasarkan analisis statistik bivariat menggunakan korelasi pearson didapatkan hasil (P value = 0,495) untuk sistol dan (Pvalue = 0,378) untuk diastol.

Kesimpulan: Penelitian ini dapat di simpulakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah unit II Kota Yogyakarta.

(15)

14

Atsna, Zafria (2016). The Correlation Between Fluid Intake Management Compliance to the Blood Pressure of Chronic Renal Failure Patients Undergoing Hemodialysis at Pku Muhammadiyah Unit II Hospital, Yogyakarta.

Supervisor : Resti Yulianti Sutrisno, M. Kep., Ns., Sp. Kep.MB

ABSTRACT

Background: There are many renal failure patients who experiences excess fluid volume as their incompliance in managing fluid intake. One of the effects of their incompliance is cardiovascular diseases which can lead to death of 47% of renal failure patients.

Purpose: The research was aimed at knowing the relationship between compliance fluid intake management to the blood pressure of chronic renal failure patients undergoing hemodialysis at PKU Muhammadiyah UNIT II Hospital, Yogyakarta.

Method: The research applied correlational method and cross-sectional approach. There were 70 respondents in the research determined by total sample technique. The data was analyzed by using Pearson correlation test. In addition, the instrument of the research was compliance questionnaire of liquid intake management of chronic renal failure patients and tension meters.

Result: The mean score of liquid management intake compliance of the respondents was 10.78 and systolic blood pressure was 166.28 mmHg. Meanwhile, diastolic pressure was 94.4 mmHg. Based on statistic bivariate analysis using Pearson correlation test, p value was 0.0495 for systolic and 0.378 for diastole.

Conclusion: There is no correlation between liquid intake management compliance to the blood pressure of renal failure patients undergoing hemodialysis at PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta Hospital.

(16)
(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (Smeltzer & Bare, 2008). Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun (2010), lebih dari

20 juta warga Amerika Serikat menderita gagal ginjal kronis, angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Lebih dari 35% pasien yang menderita diabetes mengalami penyakit gagal ginjal kronis, dan lebih dari 20% pasien hipertensi juga mengalami penyakit gagal ginjal kronis dengan insidensi penyakit gagal ginjal kronis tertinggi ditemukan pada usia lebih dari 65 tahun.

Jumlah keseluruhan pasien gagal ginjal di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 1.893 orang, gagal ginjal kronis sebanyak 13.213, gagal ginjal akut sebanyak 874 orang. Sedangkan di Yogyakarta gagal ginjal akut sebanyak 187 orang, gagal ginjal kronis sebanyak 1656 orang (Indonesian Renal Registry, 2012).

(18)

beberapa komplikasi diantaranya adalah hiperkalemia, hipertensi, anemia dan penyakit tulang (Smeltzer & Bare, 2008).

Pengobatan yang paling efektif bagi pasien gagal ginjal kronis adalah dialysis intermiten dan trasplantasi ginjal, dialisis biasanya dilakukan pada

pasien gagal ginjal sebelum mencapai ESRD atau penyakit ginjal stadium akhir. Dialis adalah proses difusi zat terlarut dalam air secara pasif melalui suatu membran dari satu kompartemen cair menuju kompartemen lainya. Hemodialis dan dialisis peritoneal adalah dua hal yang digunakan dalam metode dialisis (Price &Wilson, 2005).

Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa sering mengalami kelebihan volume cairan didalam tubuh, hal tersebut dikarenakan penurunan fungsi ginjal dalam mengeksresikan cairan (Kamaluddin & Rahayu, 2009). Beberapa penelitian menujukan pasien meninggal karena kelebihan masukan cairan. Kelebihan cairan dapat mengakibatkan edema atau kongesti paru, sehingga tindakan utama yang harus diperhatikan adalah memonitoring masukan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisa (Istanti, 2014). Interdyalitic Weight Gain (IDWG) merupakan indicator untuk mengetahui

jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik dan kepatuhan pasien terhadap manajemen cairan pada pasien hemodialisis (Isroin dkk, 2013).

(19)

ginjal tidak sesuai terhadap masukan cairan dan elektrolit. Selain itu hipertensi pada gagal ginjal terjadi karena aktivitasi rennin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan aldosteron yang dapat memacu tekanan darah sehingga terjadi hipertensi. Pencegahan terjadinya hipertensi pada pasien gagal ginjal kronis dapat dilakukan dengan diet natrium dan cairan yang tepat dan ketat terhadap pasien hipertensi (Smeltzer & Bare, 2008). Tekanan darah yang harus dicapai pada pasien gagal ginjal kronis adalah <160/90 mmHg untuk pasien gagal ginjal kronis usia >60 tahun dan untuk pasien <60 tahun <140/90 mmHg (Thomas, 2003).

Penyakit penyerta tertinggi pasien hemodialisis pada tahun 2012 adalah hipertensi dengan presentase 44% dan angka kematian tertinggi pasien hemodialisa 47% disebabkan oleh kardiovaskuler (Indonesian Renal Registry, 2012). Hipertensi dapat menyebabkan risiko komplikasi tinggi gagal jantung

kongestif dan edema pulmoner (Kalantar-Zadeh, 2010, Smeltzer & Bare, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa adalah pengetahuan, dukungan keluarga dan Interdyalitic Weight Gain (Ramelan dkk, 2013). Menurut Hadi & Wantonoro (2015) terdapat hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronis di RS PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta.

(20)

hemodialisa yang dihasilkan paling utama oleh asupan garam dan cairan, asupan garam dan air dapat menimbulkan peningkatan cairan tubuh, yang menjadi kunci untuk kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Berat badan kering biasanya ditentukan secara klinis dengan mengevaluasi tingkat tekanan darah sebagai bukti overload cairan.

Menurut Lolyta (2011) faktor yang mempengaruhi tekanan darah hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronis di RS Telogorejo Semarang adalah riwayat keluarga, diet dan IWGD. IWGD berhubugan sangat erat dengan masukan cairan pada pasien, pembatasan cairan merupakan salah satu terapi yang diberikan bagi pasien penyakit ginjal kronis untuk pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan pasien. Jumlah cairan yang ditentukan untuk setiap harinya berbeda bagi setiap pasien tergantung fungsi ginjal, adanya edema dan haluaran urine pasien (Istanti, 2014). Pendidikan asupan cairan pada kelompok kecil pasien yang menjalani hemodialisa dapat menurunkan berat badan interdialistik dan tekanan darah sistol (Oshavandi, dkk 2013).

(21)

menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik. Tekanan darah akan meningkat sekitar 3 mmHg untuk setiap 1kg berat badan ekstra.

(22)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil sebuah rumusan masalah yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis?

C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan tingkat kepatuhaan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis.

2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden berupa usia, lama hemodialisis, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan dan status pekerjaan.

b. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. c. Untuk mengetahui tekanan darah sistol dan distol pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

(23)

D. Manfaat Penelitian

1. Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan terhadap responden sehingga dapat meningkatkan kepatuhan manajemen intake cairan terhadap tekanan darah pada kejadian gagal ginjal kronis.

2. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan penelitian yang sudah ada dan sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bidang kesehatan

(24)
(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Gagal Ginjal Kronis

a. Pengertian

Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh mengalami kegagalan untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairandan elektrolit, sehimgga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2008). Diagnosa gagal ginjal kronis secara tidak langsung menyatakan bahwa laju filtrasi glomelurus/Glomerular Filtration Rate (GFR) menurun selama minimal 3 sampai 6 bulan (Harrison, 2000).

b. Etiologi

Menurut Indonesian Renal Registry (2012) penyebab gagal ginjal pasien hemodialisis di Indonesia dari data tahun 2010 adalah Glumerulopati Primer/GNC (12%), nefropati diabetika (26%),

(26)

peradangan,penyakit vascular hipertensi,gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obstruktif (Price&Wilson,2005). Gagal ginjal kronis disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah gangguan klirens ginjal, penurunan laju filtrasi glomelurus, retensi cairan dan natrium, asidosis, anemia ketidak seimbangan kalsium dan fosfat dan penyakit tulang uremik (Smeltzer & Bare, 2008).

c. Patofisiologi

Menurunnya fungsi renal, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya di sekresikan melalui urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dalam darah. Uremia mempengaruhi semua bagian tubuh.Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat (Smeltzer & Bare, 2008).

1) Gangguan klirens renal

(27)

protein dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid (Smeltzer & Bare, 2008).

2) Retensi cairan dan natrium.

Kerusakan ginjal menyebabkan ginjal tidak mampu mengonsetrasikan atau mengencerkan urin. Pada gangguan ginjal tahap akhir respon ginjal terhadap masukan cairan dan elektrolit tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan sehingga menimbulkan risiko edema, gagal jantung kongesif dan hipertensi. Hipertensi juga terjadi karena aktivitas aksi rennin angiotensin kerjasama antara hormone rennin dan angiotensin meningkatkan aldosteron. Pasien mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam. Episode mual dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik (Smeltzer & Bare, 2008).

(28)

angiotension yang di ubah menjadi angiotension II yang menyebabkan pembuluh darah mengkerut dan keras. Sedangkan gagal ginjal dapat menyebabkan hipertensi, hal ini disebabkan karena mekanisme rennin angiotension yang membuat kekakuan pembuluh darah (Asriani dkk, 2012).

3) Asidosis

Ketidakmamapuan ginjal dalam melakukan fungsinya dalam mengeksresikan muatan asam (H+) yang berlebihan membuat asidosis metabolik. Penurunan asam akibat ketidak mampuan tubulus ginjal untuk menyekresikan ammonia (NH3-) dan mengabsorsi natrium bikarbonat (HCO3-), penurunan eksresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi. Gejala anoreksia, mual dan lelah yang sering ditemukan pada pasien uremia, sebagian disebabkan oleh asidosis. Gejala yang sudah jelas akibat asidosis adalah pernafasan kusmaul yaitu pernafasan yang berat dan dalam yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan ekskresi karbondioksida, sehingga mengurangi keparahan asidosis (Smeltzer & Bare, 2008; Price &Wilson, 2005).

4) Anemia

(29)

produksi eritroprotein menurun karena adanya peningkatan hormon paratiroid yang merangsang jaringan fibrosa dan anemia menjadi berat, disertai keletihan, angina dan napas sesak (Smeltzer & Bare 2008; Muttaqi & Sari 2011).

5) Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat

(30)

6) Penyakit tulang uremik

Penyakit tulang uremik sering disebuat osteodistrofi renal yang terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan hormon paratiroid.Osteodistrofi renal merupakan komplikasi penyakit gagal ginjal kronis yang sering terjadi (Isroin, 2013).

d. Stadium Gagal Ginjal

Tabel 2. Stadium Gagal Ginjal

Derajat Deskripsi GFR (ml/min/1.73 m2)

1 Kerusakan ginjal disertai LGF normal atau meninggi

≥ 90

2 Kerusakan ginjal disertai kerusakan ringan LFG

60-89

3 Penurunan moderat LFG 30-59

4 Penurunan berat LFG 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialysis

(Sumber: Lewis, Heitkemper, Dirksen 2000) e. Komplikasi

Menurut Smeltzer & Bare (2008) Komplikasi gagal ginjal dapat terjadi pada organ lain dalam tubuh diantaranya adalah gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi, gagal jantung kongertif, edema pulmoner dan perikarditis, gangguan dermatologi seperti gatal yang parah, gangguan gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan cegukan, gangguan neuromuskuler seperti perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.

(31)

25%, penyakit saluran kencing 7%, penyakit saluran pencernaan, keganasan dan lain-lain 3%, hepatitis B dan penyakit serebrovaskuler 2%, tuberkolosis dan hepatitis C 1% (Indonesian Renal Registry, 2012). Hipertensi ini dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah apabila tidak di perhatikan seperti jantung koroner yang banyak menimbulkan banyak kematian pada pasien gagal ginjal kronis (Kalantar-Zadeh 2010, Smeltzer & Bare 2008). Data kematian tertinggi pada pasien hemodialisa menurut Indonesian Renal Registry, (2012) adalah kardiovaskuler dengan presentase 47%, 15% tidak diketahui, serebrovaskular 12%, sepsis 12% dan 8% disebabkan oleh hal lain. Menurut Eight Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (2014), tekanan darah yang harus dicapai pasien dengan

gagal ginjal kronis adalah <140/90 mmHg. f. Pengobatan

(32)

ginjal terminal dan satu-satunya pengobatan adalah dialisis intermitan atau trasplantasi ginjal (Price &Wilson, 2005).

2. Hemodialisis

a. Pengertian

Hemodialisis adalah proses difusi untuk melintasi membran semipermiabel untuk menghilangkan zat yang tidak diperlukan dan menambahkan zat yang diperlukan (Harrison, 2000).

b. Penatalaksanaan pasien hemodialisis

Hemodialisis terdiri dari empat komponen yaitu sistem penyampaian darah, sistem komposisi, penyampaian dialisat dan dialisisnya sendiri. Darah dipompa ke alat dialisis oleh alat pengaduk melalui saluran dengan peralatan yang tepat untuk mengukur aliran dantekanan didalamsistem tersebut, aliran darah harus 300 sampai 450 mL/menit. Tekanan hidrostatis negatif pada sistem dialisis dapat dimanipulasi untuk mendapatkan pembersihan cairan yang diinginkan yang disebut ultrafiltrasi (Harrison, 2000).

(33)

Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan atau air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisis). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengeksresikan air, kekuatan ini dibutuhkan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Smeltzer & Bare, 2008).

c. Komplikasi hemodialisa

Komplikasi hemodialisa menurut Thomas (2003) adalah hipertensi, mual dan muntah, hipotensi, emboli udara, kejang, ketidakseimbangan cairan, alergi, hemolisis, penggumpalan darah pada pembuluh darah dan saluran mesin dialiser dan nyeri dada.

3. Manajemen Cairan

a. Pengertian

(34)

b. Perilaku asupan cairan

Pasien gagal ginjal harus memperhatikan asupan cairan, salah satu masalah yang dihadapi adalah peningkatan volume cairan diantara kedua waktu dialisis yang dimanifestasikan dengan penambahan berat badan. Tujuan dari hemodialisis salah satunya adalah untuk memperbaiki keseimbangan cairan yang diharapkan. Walaupun demikian pasien harus tetap melakukan pembatasan atau pengelolaan cairan dan diet (sulistini dkk, 2015).

Asupan cairan harian yang dianjurkan pada pasien gagal ginjal

dibatasi hanya sebanyak “insensible water losses” ditambah jumlah

urin. Pembatasan cairan mempunyai tujuan untuk mengurangi kelebihan cairan pada periode interdialitik (istanti, 2014).

(35)

Hitung penambahan berat badan dengan rumus berat badan post hemodialisis pada periode sebelumnya dikurangi berat badan pasien sebelum hemodialisis saat sekarang kemudian dibagi berat badan sebelum hemodialisis sekarang dikali 100% (Hirmawaty, 2014).

Pasien harus mempertahankan nilai IDWG 2,5%-3,5% berat badan kering atau tidak melebihi 5% berat badan kering. IDWG lebih dari 2,5 kg menyatakan lemahnya kepatuhan pasien terhadap asupan cairan (Isroin, 2013)

Pengaturan masukan cairan yang baik dapat mencegah IDWG yang berlebih, Kapple & Ihassy merekomendasikan masukan cairan ideal yang dikonsumsi pasien setiap harinya adalah 600mL + urin output/24jam + extrareanal waterloos, di maana 600mL merupakan

cairan yang hilang setiap harinya, sedangkan extrareanal waterloos meliputi diare,muntah dan sekresi nasogastrik (istanti 2014).

(36)

menimbulkan rasa tidak nyaman yaitu ambivalensi antara minum dan tidak minum.

Menurut Thomas (2003) beberapa petunjuk yang dilakukan untuk menjaga cairan tubuh pada pasien yang menjalani hemodialisa yaitu sedikit garam dalam makanan dan hindari menambahkan garam makanan, menggunakan bumbu dari rempah-rempah, menghindari dan membatasi makanan olahan, menghindari makanan yang mengandung monosodium glutamate, mengukur tambahan cairan dalam tempat

tertentu, membagi jumlah cairan rata-rata dalam sehari, menggunakan gelas kecil bukan gelas besar, setiap minum hanya setengah gelas, es batu kubus dapat membantu dalam mengurangi haus, satu es batu kubus selama 30ml air (2 sendok makan, membilas mulut dengan berkumur tapi air tidak ditelan, merangsang produksi saliva, dengan menghisap irisan jeruk lemon/jeruk bali, permen karet rendah kalori, minum obat jika perlu,ketika pergi, menjaga tambahan cairan seperti ekstra minum ketika bersosialisasi, menjaga kesibukanm, cek berat badan ketika sebelum makan pagi,akan membantu untuk mengetahui tingkat cairan antar hemodialisa. Pembatasan asupan cairan yang ketat dapat menurunkan risiko kematian pada pasien hemodialisa (Hecking dkk, 2012).

c. Menitoring keseimbangan cairan

(37)

cairan meliputi jenis dan jumlah makanan maupun cairan. Sedangkan pengeluaran adalah jumlah urin, muntah dan diare. Pasien mengisi buku catatan harian untuk mentoring keseimbangan cairan setiap hari. Buku catatan harian membantu pasien dalam mencegah masalah dalam, mengambil keputusan dan tindakan dalam menghadapi respon haus. Pasien yang mengikuti dan melaksanakan petunjuk menjaga keseimbangan cairan dapat membantu mempertahankan IDWG 2,5% sampai 3,5% berat badan kering atau tidak melebihi 5% berat badan kering. Nilai IWGD dihitung berdasarkan berat badan pasien sebelum hemodialisa (berat badan basah) dikurangi berat badan setelah hemodialisa (berat badan kering). Nilai normal IDWG adalah kurang dari 3% berat badan kering (Price &Wilson 2005, Istanti 2014).

4. Kepatuhan

a. Pengertian

(38)

Menurut Bastuble (2002) kepatuhan program kesehatan dapat ditinjau dari berbagai prespektif teoritis yaitu aspek yang pertama adalah aspek biomedis yang meliputi demografi pasien, keseriusan penyakit dan kompleksitas program pengobatan.Aspek kedua adalah teori prilaku atau pembelajaran sosial mengunakan pendekanatan beharvioristik seperti reword, petunjuk, kontrak dan dukungan sosial. Aspekketiga adalah umpan balik komunikasi dalam mengirim, menerima, memahami, menyimpan dan penerimaan. Keempat adalah keyakinan rasional yang menimbang manfaat pengobatan dan risiko penyakit melalui logika dan costbenefit. Kelima adalah sistem pengaturan diri, pasien dilihat dalam memecahkan masalahnya dalam mengatur prilakunya dalam hal persepsi atas penyakit, ketrampilan kognitif dan pengalaman masalalu yang dapat mempengaruhi pasien dalam merencanakan dalam mengatasi penyakit.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut Hakiki, 2015; Isroin, 2013; Menurut Hadi Sartika & Wantonoro, 2015; Kamaluddin & Rahayu, 2009.

1) Pendidikan

(39)

kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan. 2) Keterlibatan Tenaga Kesehatan

Keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh pasien dalam hal sebagai pemberi pelayanan kesehatan, penerimaan informasi bagi pasien dan keluarga, serta rencana pengobatan selanjutnya. Berbagai aspek keterlibatan tenaga kesehatan dengan pasien misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dan ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi ketaatan pada pasien.

3) Keterlibatan Keluarga Pasien

Keterlibatan keluarga dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek perhatian, bantuan dan penilaian dari keluarga. Perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis spesifik, sifat alam penyakit, dan program pengobatan.

4) Konsep Diri Pasien

(40)

pengalaman yang pernah dialami, dan konsep diri yang baik akan membuat individu lebih dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengambil mengambil tindakan.

5) Pengetahuan Pasien

Pada penderita yang mempunyai pengetahuan yang lebih luas memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang di hadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan.

6) Jenis Kelamin

Perempuan cenderung tidak patuh dalam pembatsan cairan, karena perempuan mempunyai kebutuhan cairan yang tinggi di banding laki-laki. Pengaruh hormon estrogen dan progesterone pada wanita berubah setiap bulannya sehingga mempengaruhi kebutuhan hidrasi perempuan dan didukung toreransi tubuh terhadap panas lebih rendah dan perempuan yang mudah lelah.

7) Manajemen Diri

(41)

mengambil tindakan contohnya kemampuan untuk menggunakan ketrampilan dan pengetahuan.

8) Lama Waktu Menjalani Hemodialisa

Tingkat kepatuhan yang banyak ditemukan di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta adalah tingkat kepatuhan sedang dan untuk tingkat kepatuhan tinggi adalah pasien yang sudah lama menjalani hemodialisis.

5. Tekanan Darah

a. Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbukan pada dinding arteri. Tekanan darah terjadi karena fenomena siklis yaitu siklis puncak saat ventrikel berkontraksi di sebut sistolik dan siklis saatjantung beristirahat disebut diastolik (Syaifuddin, 2009).

Tekanan darah merupakan sebuah daya yang di hasilakan oleh darah dalam satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah adalah suatu hal yang penting dalam sirkulasi tubuh, peningkatan atau penurunannya akan mempengaruhi hemeostatis tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan vena, untuk membentuk suatu aliran darah yang menetap (Guytton & Hall, 2007 dan Anggara & Prayitno, 2013).

b. Fisiologi tekanan darah

(42)

pengendalian tekanan. ada pada dua pertiga proksimal medulla oblongata dan sepertiga distal pons. Tugasnya adalah untuk mengatur

vasokontriksi pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Pusat pengawasan dan pengaturan tekanan darah terdapat pada sistem saraf, sistem hormonal dan system hemodinamik. (Smeltzer & Bare, 2008 dan Syaifuddin, 2009).

Sistem saraf yang mempengaruhi tekanan darah terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di belakang otak misalnya vasomotor dan di luar saraf pusat contohnya baroreseptor. Rangsangan pada pusat vasomotor dapat terjadi secara langsung seperti penurunan kadar O2 darah dan peningkatan CO2 darah karena berbagai rangsangan pusat vasomotor.Presoreseptor dan kemoreseptor rangsangan yang dikirim oleh ujung saraf yangpeka terhadap rangsangan motorik menyebabkan aktivitas vasokonstruktor dan kardiovaskuler sehingga menimbukan umpan balik positif dan negatif, hipotalamus berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku. Hipotalamus anterior menyebababakan penurunan tekanan darah dan rangsangan posterior meningkatkan tekanan darah (Syaifuddin, 2009).

(43)

jangka panjang yang bisa melibatkan ginjal dalam pengaturan hormonal baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung yang diberikan ginjal adalah kemampuan untuk mempengaruhi volume darah ketika volume darah meningkat maka kecepatan laju filtrasi di ginjal akan meningkat. Pada kejadian yang demikian, ginjal tidak mampu memproses lebih cepat hasil fitrasi sehingga akan banyak cairan yang meninggalkan tubuh melalui urin. Akibatnya volume darah akan menurun dan diikuti penurunan tekanan darah. Sebaliknya saat tekanan darah atau volume darah menurun, maka air akan ditahan dan kembali ke sistem aliran darah. Pada saat tekanan darah arteri menurun sel khusus pada ginjal akan melepaskan hormon rennin, yang akan memicu serial reaksi enzimatika yang akan memperoduksi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang meningkatkan tekanan darah sistemik. Angiotensin II juga merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan aldesteron, suatu hormon yang mempercepat absorsi garam dan air. Selanjutnya akan terjadi peningkaatn tekanan darah (Muttaqin Arif, 2009 dan Syaifuddin, 2009).

(44)

hormon antidiuretik, kedua hormon mempengaruhi tekanan darah (Syaifuddin, 2009).

c. Klasifikasi Tekaanan Darah

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah

* See Blood Pressure Measurement Techniques (reverse side) Key: SBP =

systolic blood pressure DBP = diastolic blood pressure

(JNC 7).

d. Tekanan darah pada pasien hemodialisa

Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan hemodialisa dengan tekanan darah (Prasetya, 2015). Tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien (Astrini, 2013).

Menurut Musyawir (2012) terdapat pengaruh tindakan hemodialisa dengan perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal. Tindakan hemodialisa mempengaruhi kenaikan dan penurunan tekanan darah. Apabila darah meningkat maka ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal. Sedangkan apabila tekanan darah menurun ginjal akan mengurangi pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan kembali normal.

Kategori SBP mm Hg DBP mm Hg

Normal <120 And <80

Pre hipertensi 120-139 Or 80-89

Hipertensi Stage ,1 140-159 Or 90-99

(45)

Pada penelitian Musyawir (2012) didapatkan 43 pasien mengalami kenaikan tekanan darah dan 7 pasien mengalami penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerosis, neuropati otonomik dan kelebihan tambahan berat cairan. Sedangkan kenaikan tekanan darah terjadi dikarenakan salah satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan dengan seharusnya dan dapat diartikan sebagai peringatan abnormal.

Komplikasi hipotensi terjadi karena pada awal hemodialisis terjadi penurunan volume darah tiba-tiba akibat perpindahan darah dari intavaskuler ke dalam dializer. Penurunan volume darah memicu aktivasi reflek cardiopressor mengakibatkan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis mengakibatakan penurunan curah jantung dan tekanan darah. Komplikasi hipertensi pada hemodialisis terjadi dikarenakan kelebihan cairan pradialisis dan mengakibatkan retensi vaskuler dan pompa jantung, penarikan cairan menyebabkan turunnya volume cairan. Penurunan Relative Bood Volume (RBV) dan Total Body Volume (TBV) menurunkan aliran darah ke ginjal dan menstimulasi pelepasan rennin dan menyebabkan perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga menyebabkan

vasokontriksi dan sekresi aldosteron (Armiyati, 2010).

(46)

genetik dapat melibatkan sejumlah tipe dari mutasi DNA. Salah satunya adalah sindrom hipertensi. Pada sindrom ini yaitu suatu gen yang biasanya diekspresikan dalam zona fasikulata adrenal telah disusun kembali untuk menghubungkannya dengan rangkaian penyandi dari suatu gen yang biasanya dikeluarkan pada zona glomerulosa yang produknya mengubah kortikosteroid menjadi aldosteron. Hal ini menyebabkan produksi aldosteron yang berlebihan sehingga menimbulkan hipertensi. Diet natrium, cairan dan kalium, tubuh mempunyai mekanisme untuk mengeluarkan kelebihan natrium namun karena tingginya garam yang diasup ginjal menjadi kesulitan dalam mengeluarkanya akibatya jumlah natrium didalam tubuh menumpuk dan natrium mempunyai sifat meretensi cairan (Lolyta, 2012).

Apabila cairan banyak yang keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel- sel ginjal akan mengeluarkan enzim rennin dan mengaktifkan protein dalam darah yang disebut dengan angiotensinogen. Agiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh

(47)
(48)

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber: Smeltzer & Bare 2002,Istanti 2014, Menurut Hakiki 2015, Isroin 2013, Hadi Sartika & Wantonoro 2015, Kamaluddin & Rahayu 2009.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet cairan pada pasien gagal

(49)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Keterangan:

: Diteliti : Tidak Diteliti D. Hipotesis

H0: Tidak terdapat hubungan antara tingkat kepatuhaan manajemen masukan

cairan terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis Di RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet cairan pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis:

 faktor pendidikan

 faktor konsep diri

 faktor pengetahuan

 faktor keterlibatan pasien

 jenis kelamin

 manajemen diri

 lama hemodialisis Kepatuhan diet pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

Tekanan darah

(50)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini teramasuk ke dalam jenis penelitian observasi korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana mengkaji hubungan antar variabel untuk menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yang ada pada waktu yang sama (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Berdasarkan data yang tertulis di buku register pasien di bangsal hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Unit II Kota Yogyakarta periode bulan Maret-Mei 2016 terdapat 116 pasien. 2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan seluruh populasi yang di tentukan (Dahlan, 2009). Sampel yang digunakan adalah sempel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berikut.

a. Kriteria inklusi :

1) Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa yang bersedia menjadi responden.

(51)

2) Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa usia dewasa muda hingga lansia

3) Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa yang dapat berkomunikasi secara verbal.

b. Kriteria ekslusi :

1) Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa dengan kelainan ginjal bawaan.

2) Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa yang meninggal.

3) Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit. C. Besar Sampel

Sehingga besar sampel yang didapatkam sebanyak 70 responden yang memenuhi kriteria insklusi. Berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Unit II Kota Yogyakarta terdapat 116 pasien. Responden adalah semua pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian : Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Unit II Kota Yogyakarta

(52)

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel terikat : kepatuhan pengelolaan masukan cairan.

b. Variabel bebas : tekanan darah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa.

2. Definisi Oprasional

Table 4. Definisi Oprasional

No Variabel Definisi

(53)

Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitan ini adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Demografi responden, yang berisi sebelas buah pertanyaan meliputi kode (diisi peneliti), alamat, usia, jenis kelamin, status perkawinan, berat badan sebelum hemodialisa, berat badan setelah hemodialisa, tekanan darah sebelum hemodialisa dan sesudah hemodialisa, lama menjalani terapi hemodialisa, pendidikan terakhir dan pekerjaan.

2. Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga responden diberi kemudahan dalam menjawab atau mengisi kuesioner dengan memberikan tanda cheklist () pada pilihan yang telah

tersedia.

Paparan pertanyaan tentang kepatuhan menggunakan modifikasi kuesioner kepatuhan pengaturan masukan asupan cairan, yang berisi pertanyaan tentang perilaku kepatuhan. Kuesioner yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin, sebanyak 37 orang, rerata usia responden usia 52 tahun, 75,7% adalah laki-laki. Klasifikasi kepatuhan berdasarkan kuesioner adalah menggunakan skala Guttman dimana setiap satu pertanyaan dengan jawaban benar nilainya 1 sedangkan jawaban salah nilainya 0. Dengan nilai maksimal 20 dan nilai minimal 0.

(54)

dengan tanggal kalibrasi 09 Januari 2016. Dalam mengobservasi tekanan darah akan ditulis dalam lembar observasi.

G. Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner kepatuhan pembatasan cairan yang dilakukan oleh Tatu Hirmawaty di RSUD Tarakan pada tahun 2014, telah diuji validitas menggunakan Product Momentdan realibilitas menggunakan Alpha Crombach’s mendapatkan hasil nilai r tabel untuk n=15 dan Alpha 0.05 adalah

0.514, semua nilai r pada setiap pernyataan memiliki nilai diatas 0.541, artinya semua pertanyaan sudah valid. Nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0.933 hal ini menunjukkan bahwa data sudah sangat reliabel.

H. Cara Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

(55)

2. Tahap pemilihan responden

a. Pemilihan responden disesuaikan dengan kriteria inklusi yaitu peneliti melihat catatan pasien pada status medical record. Peneliti mendatangi setiap calon responden, jika sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi maka calon responden tersebut dilibatkan dalam penelitian ini.

b. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian ini, selanjutnya meminta responden untuk menandatangani informed consent.

3. Tahap penelitian

Setelah responden menyetujui untuk terlibat dalam penelitian, peneliti memberikan kusioner kepada responden dan meminta untuk mengisinya secara lengkap namun responden tidak bisa mengisi dikarenakan responden terpasang alat hemodialisa sehingga peneliti membatu responden dengan tehnik wawancara. Tekanan darah diukur pada saat responden datang ke bangsal hemodialisa sebelum terpasang alat, sedangkan pengisian kuisioner dilakukan pada saat pasien menjalankan terapi hemodialisa waktu pengisisan kuisioner setiap reponden ± 10-15 menit. Setelah selesai pengambilan data peneliti meneliti kelengkapan data pasien.

(56)

oleh minimal satu asisten penelitian dan maksimal 4 asisten penelitian, dilakukan brifing sekitar 5-10 menit sebelum dilakukan pengambilan data, serta menyerahkan kuesioner minimal setengah jam sebelum penelitian untuk dibaca. Asisten penelitian membantu peneliti dalam mengukur tekanan darah dan membatu peneliti dalam membagikan dan mengisi kuesioner pada responden.

Cara pengambilan data mulai dari tahap persiapan hingga tahap penelitian dijelaskan secara singkat pada skema berikut:

Gambar 3. Skema pengambilan data

Peneliti meperoleh izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitasn Muhammadiyah Yogyakarta dan Direktur

RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta

Penelitian dilakukan di bangsal hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta

Peneliti mengukur tekanan darah pasien sebelum pasien terpasang alat hemodialisa

Memeriksa kelengkapan data kuisioner sebelum meningalkan tepat penelitian

Peneliti menanyakan kesedian pasien hemodialisis untuk menjadi responden setelah pasien terpasang alat hemodialisis dan menjelaskan

tujuan dan manfaat penelitian

Apabila pasien bersedia menjadi responden peneliti memberikan lembar permohonan dan persetujuan menjadi responden, serta lembar kuisioner.

(57)

I. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data. Dilakukan dengan mengoreksi data yang diperoleh meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan dan kecocokan data yang dihasilkan. Editing langsung dilakukan setelah responden selesai mengisi kuisioner.

b. Coding

Memberikan kode atau symbol () untuk setiap jawaban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis data. Pada penelitian ini, setelah data dikoreksi dan lengkap maka diberi kode sesuai definisi operasional.

c. Tabulating

Mentah (raw data) akan dilakukan pemetaan data (array data), kemudian menyususn dalam bentuk table distribusi dan hasil pengkodean dimasukan ke dalam tabel dilakukan secara manual. d. Entry Data

(58)

yakin bahwa data yang sudah benar, baik dari kelengkapan maupun pengkodeannya.

e. Penyajian Data

Setelah data diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel agar memudahkan pembaca. Data tersebut disajikan dalam bentuk narasi. 2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis univariat dimasukkan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel penelitian (kepatuhan pengaturan masukan cairan, tekanan darah, usia dan lama menjalani hemodialisa) digunakan nilai mean, median, standar deviasi, minimal dan maksimal dengan interval kepercayaan 95%. Pada data numerik dilakukan uji normalitas dengan menggunakan kolmogorov-smirnov dengan

pvalue> 0,05. Hasil uji normalitas didapatkan untuk kepatuhan

(59)

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji korelasi pearson karena variabel kepatuhan manajemen masukan cairan dan tekanan darah merupakan data numberik, semua data terdistribusi normal dengan signifikansi 0,2 untuk tekanan darah sistolic, 0,097 untuk tekanan darah diastolik dan untuk nilai kepatuhan masukan cairan 0,2. J. Etika Penelitian

Penelitian ini telah dinyatakan layak etik oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan nomor 068/EP-FKIK-UMY/II/2016. Etika penelitian sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan agar subjek

mengerti tujuan dan maksud penelitian .Peneliti menanyakan kesediaan pasien untuk menjadi responden sebelum pasien menjalani hemodialisa dan menjelaskan prosedur penelitian, jika subjek penelitian bersedia diteliti maka mereka menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonymity

(60)

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang dicantumkan di hasil riset.

3. Justice

(61)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta yang terletak di Jalan Wates, Gamping, Sleman, Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta adalah pengembangan dari RS PKU MuhammadiyahYogyakarta yang berlokasi di Jalan KH.Ahmad Dahlan dan mulai beroprasi pada tanggal 15 Februari 2009.

RS PKU Muhammadiyah unit II memiliki visi “Menjadi rumah sakit Islami rujukan terpecaya dengan kualitas pelayanan dan pendidikan kesehatan yang yang Islami, aman, profesional, cepat, nyaman dan

bermutu” dengan Misi:

a. Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masnyarakat melalui pendekatan, pemeliharaan, pencegahan, pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan perundang-undangan.

b. Mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntutan Islam.

(62)

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta. Bangsal Hemodialisa memiliki 25 mesin hemodialisa, mesin yang digunakan untuk pasien rawat jalan adalah 23 mesin sedangkan 2 mesin lainya digunakan apabila terdapat keadaan gawat darurat. Pasien yang menjalani hemodialisa telah dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan, pada bulan April 2016 kebijakan RS PKU Muhammadaiyah unit II Yogyakarta hanya menerima pasien HD dengan maksimal periode hemodialisis dua waktu dalam seminggu. Sehingga pasien yang semula tiga kali seminggu berubah jadwal menjadi dua kali seminggu atau tetap tiga kali seminggu namun di rumah sakit lain. Rata-rata pasien hemdodialisa setiap bulan sebelum bulan April adalah 1300 pasien sedangakan setelah bulan April 1000 pasien, pengurangan pasien dikarenakan peraturan baru yang dikelurkan rumah sakit. Lama pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta sangat bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun.

(63)

ruang tunggu keluarga. Sarana penunjang yang disediakan diantara lain seperti laboratorium, radiologi dan farmasi. Waktu pelayanan bangsal hemodialisa adalah senin sampai dengan sabtu termasuk hari libur Nasional.

Perawat mengendalikan penambahan berat badan yang dikarenakan penumpukan cairan adalah dengan menyampaikan pendidikan kesehatan terkait keseimbangan caiaran pasien hemodialisis pada awal terapi hemodialisis, untuk mengobservasi perawat hanya menanyakan berat badan pasien sebelum dan sesudah hemodialisis. Dalam mengobservasi tekanan darah, tekanan darah diukur pada saat satu jam setelah alat hemodialisis terpasang dan satu jam sebelum alat hemodialisis dilepas. 2. Karakteristik Responden

(64)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Pendidikan, dan Status Pekerjaan di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta Bulan Maret-Mei 2016 (N:70)

Variabel Frekuensi Presentase

Usia

(65)

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan usia lama Hemodialisa dan selisih berat badan di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta Bulan Maret- Mei 2016 (N:70)

Bedasarkan tabel 6 nilai rata- rata usia responden adalah 46, 11 tahun (sd: 9,93) dengan usia minimal 24 tahun dan usia maksimal 72 tahun dengan interval kepercayaan 95% yaitu 43,74- 48,48. Sedangkan rata- rata lama hemodialisa responden adalah 45,56bulan (sd: 39,98) dengan lama hemodialisis minimal 0,5 bulan dan lama maksimal 146 bulan dengan interval kepercayaan 95% yaitu 36,02 -55,09. Rata- rata selisish berat badan responden adalah 3,15 kg (sd: 4,36) dengan selisih terendah 0 kg dan tertinggi 25 kg dengan interval kepercayaan 95% yaitu 2,11- 4,2. Tabel 7. Distribusi Responden dan Hubungan tingkat kepatuhan manajemen

masukan cairan terhadap tekanan darah sistol Berdasarkan Kepatuhan Masukan Cairan Dan Tekanan Darah Di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta Bulan Maret- Mei 2016 (N:70)

(66)

Tabel 8. Distribusi Responden dan Hubungan tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah diastol Berdasarkan Kepatuhan Masukan Cairan Dan Tekanan Darah Di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta.Bulan Maret- Mei 2016 (N:70)

Sumber Data Primer

3. Analisa Univariat

Berdasarkan tabel 7 dan tabel 8 maka dapat dilihat bahwa skor rata- rata kepatuhan manajemen masukan cairan 10,78 (SD:3,08) dengan skor minimal 4 dan skor maksimal 16 dengan interval kepercayaan 10,05-11,52 . Tekanan darah sistol 164,5 mmHg (sd: 26.06) dengan tekanan darah sistol terendah 107 dan tertinggi 222 dengan interval kepercayaan 160,07 -172,5. Tekanan darah diastol 94,4 mmHg (SD:16,27) dengan tekanan diastol terendah 70 dan tertinggi 166 dengan interval kepercayaan 90,51 -98,28.

4. Analisa Bivariat

Berdasarkan tabel 7 maka diketahui (p=0,495) bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah sistol. Berdasarkan tabel 8 maka dapat diketahui (p= 0,378) bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah sistol

(67)

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Usia

Bedasarkan hasil penelitian rerata usia responden adalah 46,11 tahun dengan usia minimal 24 tahun dan usia maksimal 72 tahun. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Istanti (2014) rata-rata usia responden adalah 48,46 tahun, hal ini terjadi dikarenakan pada usia produktif jarang mempemperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang tidak sehat seperti merokok (Dhianningtiyas, 2006 dalam Istanti 2014).

(68)

menjadi kaku sehingga meningkatkan tekanan darah. Usia produktif diharapkan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik pada pasien hemodialisis (Istanti, 2014).

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil mayoritas jenis kelamin responden adalah laki-laki. Faktor risiko dari gagal ginjal kronis pada pasien hemodialisis adalah jenis kelamin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Floresa (2015) di RSD dr. Soebandi mayoritas responden laki-laki yaitu 184 dan 84 perempuan. Namum penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Astini (2014) bahwa responden mayoritas perempuan di RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu 22 responden perempuan dan 15 responden laki-laki.

(69)

Menurut penelitian Istanti (2011) perempuan membutuhkan volume air yang lebih sedikit dari laki-laki untuk menimbulkan efek puas terhadap rasa hausnya. Menurut Mujahi (2010) dalam Astuti (2014) perempuan lebih berpotensi mengalami gagal ginjal kronis dan hipertensi.

c. Pendidikan

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa mayoritas responden adalah tamatan SMA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) di RSUD Fatmawati Jakarta, mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SMA yaitu 32 responden dari 62 responden. Hal ini menunjukan pendidikan responden cukup baik, dengan tingkat pendidikan yang cukup baik sehingga diharapkan responden dapat memiliki kepatuhan dan pemahaman yang baik terkait penyakitnya menurut (Istanti, 2014). Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku seseorang, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan akan memudahkan seseorang dalam penyerapan informasi dan pengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, terutama dalam kepatuhan cairan (Sari, 2009).

(70)

mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan responden dengan kepatuhan pembatasan cairan.

Tingkat pendidikan bukan salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan, pada pasien gagal ginjal kronis, pasien dapat melakukan tindakan mandiri tidak harus memperhatikan tingkat pendidikan yang membedakan adalah pengetahuan. Pengetahuan didapat dari informasi yang diterima pasien (Istanti, 2011).

d. Lama Hemodialisis

Berdasarkan penelitian lama hemodialisa responden rata- rata adalah 45,56 bulan dengan lama minimal hemodialisa 0,5 bulan dan lama hemdodialisa maksimal 146 bulan. Menurut Nurcahyani (2010) dalam Hadi &Wantonoro (2015) hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yng digunkan pada pasien dengan gagal ginjal akut ataupun kronis. Seseorang yang mengalami hemodialisa harus menjalani terapi pengantiginjal seumur hidup dansalah satunya adalah hemodialisa. Lama hemodialisa dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan asupan cairan, responden yang lebih lama menjalani hemodialisa akan lebih patuh, karena sering terpapar dan merasakan komplikasi sehingga hal tersebut dapat memotifasi responden untuk lebih patuh dalam menjalani pembatasan asupan cairan (Hadi & Wantonoro 2015).

(71)

Penelitian Mardjun (2014) didukung oleh penelitian Sari (2009) belum ditemukan cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

2. Kepatuhan Manajemen Masukan Cairan

Berdasarkan penelitian rerata skor kepatuhan masukan responden adalah 10,78 dengan skor minimal 4 dan skor maksimal 16, skor semakin tinggi maka kepatuhan responden semakin baik dari rentang skor 0-20. Masukan manajemen cairan pada pasien gagal ginjal adalah hal yang harus diperhatikan. Tujuan dari hemodialisa salah satunya adalah untuk memperbaiki keseimbangan cairan yang diharapkan, walau demikin pasien harus tetap melakukan pembatasan cairan (Sulistini dkk, 2015).

Pasien gagal ginjal harus memertahankan nilai IDWG 2,5%-3,5% berat badan kering atau tidak melebihi 5% berat badan kering. IDWG lebih dari 2,5kg menyatakan lemahnya kepatuhan pasien terdapat pengaturasn asupan cairan (Isroin, 2014).

(72)

berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan. Sedangkan menurut Hakiki(2015) jenis kelamin berpengaruh terhadap kepatuhan, pasien hemodialisis berjenis kelamin perempuan ditemukan memiliki kecenderungan akan ketidakpatuhan cairan terutama pada pasien perempuan berusia muda. Perempuan memiliki kebutuhan cairan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Tingkat estrogen dan progesterone perempuan berubah setiap bulannya mempengaruhi kebutuhan hidrasi perempuan. Kebutuhan cairan perempuan yang lebih tinggi serta didukung dengan toleransi tubuh terhadap panas yang lebih rendah serta kondisi tubuh perempuan yang lebih cepat lelah tersebut yang menyebabkan perempuan memiliki kepatuhan cairan yang lebih rendah.

(73)

selanjutnya, dengan indikasi adanya peningkatan berat badan yang disebut dengan Interdialytic Weigth Gain (Hadi & wantonoro, 2015).

3. Tekanan Darah

Berdasarkan penelitian rerata tekanan darah sistol responden adalah 166,2 mmHg dan untuk rerata dastol adaah 94,4 mmHg, tekanan darah sistol terendah responden adalah 107 mmHg dan teringgi 222 mmHg sedangkan untuk diastol tekanan terendah adalah 70 mmHg dan tekanan darah diastol tertinggi 166 mmHg.

Dapat disimpuan bahwa rata-rata responden memiliki tekanan darah tinggi, yaitu tekanan darah lebih dari 140 mmHg untuk sistol dan lebih dari 90 mmHg untuk diastol (JNE 7). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu komplikasi atau penyebab gagal ginjal kronis, penyakit penyerta tertinggi pada tahun 2012 adalah hipertensi (Indonesian Renal Registry, 2012).

(74)

bertanggung jawab untuk tekan darah tinggi pada pasien hemodialisis (Oshavandi, dkk 2013). Namun tidak semua pasien yang menjalani hemodialisa mengalami hipertensi menurut data yang diperoleh terdapat beberapa responden dapat mempertahankan tekanan darahnya dalam kisaran normal.

Menurut Lolyta (2011) faktor yang mempengaruhi tekanan darah hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronis di RS Telogorejo Semarang adalah riwayat keluarga, diet dan IDWG. Riwayat kelurga yang akan mempengaruhi DNA dan membuat sindroma hipertensi yang disebabkan peningkatan aldosteron, diet pada gagal ginjal kronis yang harus di perhatikan adalah diet natrium, cairan dan kalium. Natrium dan cairan akan mempengaruhi hormone rennin angiotensin yang dapat menyempitkan pembuluh darah sehingga memicu hipertensi. Kalium harus dipertahakan dalamm rentang normal karena kalium mempengaruhi disritmia yang serius dan henti jantung. Interdialytic body weight gains berpengaruh terhadap tekanan darah dikarenakan kontrol keseimbangan caiaran dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah yang membuat efek terhadap kardiovaskuler.

4. Hubungan Kepatuhan Manajemen Masukan CairanTekanan Darah

Gambar

Tabel 1. Keaslian Penelitian
Tabel 2. Stadium Gagal Ginjal
Gambar 1. Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Petugas kesehatan memberi penyuluhan kepada warga masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD.. Petugas kesehatan memberikan brosur atau selebaran tentang pencegahan penyakit

Namun seiring dengan pesatnya perkembangan bank syariah dan jumlah aset dari bank syariah tersebut, terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam tingkat resiko

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

Erwin Wijaya, selaku pihak PT Pelita Tatamas Jaya yang telah mengijinkan penulis melakukan survey dan membantu dalam memberikan data dan berbagai keterangan yang mendukung

Bisa kita lihat dari uraian diatas bahwa dalam membuat rekening giro tidak banyak diketahui oleh masyarakat sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini

Gambar 3.44 Rancangan Layar Halaman Edit Pemakaian di halaman Prepaid 98. Gambar 3.45 Rancangan Layar Halaman

The major reason for using the language of regular expressions is to avoid an unnecessary use of recursion in BNF specifications. The braces used in this notation bear no relation