• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG DISABILITAS TAHUN 2016 (Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG DISABILITAS TAHUN 2016 (Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP

PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG

DISABILITAS TAHUN 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari,

Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Disusun Oleh :

Denis Rangga Feminasary

20130520257

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP

PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG

DISABILITAS TAHUN 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari,

Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperolah Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Denis Rangga Feminasary

20130520257

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul :

IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG DISABILITAS TAHUN 2016 (STUDI KASUS PADA PANTI ASUHAN BINA SIWI DESA SENDANGSARI,

KECAMATAN PAJANGAN, KABUPATEN BANTUL) Oleh :

DENIS RANGGA FEMINASARY 20130520257

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari/Tanggal : Sabtu / 10 Desember 2016 Tempat : Ruang IGOV Lama Jam : 13.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si

PENGUJI I PENGUJI II

Ane Permatasari, S.IP.,MA Awang Darumurti, S.IP.,M.Si Mengetahui

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupalan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya orang lin yang perna di tulis dan di terbitkan oleh pihak lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila di kemudian hari terbukti duplikasi dan ada pihak lain yang merasa di rugikan dan menuntut maka saya akan bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 19 Desember 2016 Yang membuat pernyataan

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT yang Maha Agung, Maha Adil dan lagi Maha Penyayang. Atas takdir-Mu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan

bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langka awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Kupersembahkan karya kecil ini untuk kedua malaikatku, Ayahanda (Hasan) dan Ibundaku (Muhaiminah) tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberi ku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ku

hadapi.

Baru kado kecil ini yang bisa cici lakukan untuk membalas semua pengorbanan kalian demi cici. Maafkan cici yang masih menyusahkan ayah bunda..

Persembahan karya kecil ini juga untuk ketiga adik-adik ku yaitu Kelvin Aprilia Mustika, Marcelia Cahya Ariesta Putri dan Gebril Putra Catur Perkasa. Terima kasih sudah menjadi motivasi, semangat dan atas doa-doanya selama ini. Maaf jika cici belum bisa menjadi cici yang baik untuk kalian. Teruslah menjadi

adik-adik cici yang baik, pintar dan membanggakan ayah bunda.

Terimakasih kuucapkan kepada para dosen dan akademisi UMY dan teman-teman sejawat dan saudara seperjuangan :

Spesial untuk Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan 2013, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini, see you on top guys..

Spesial juga untuk keluarga besar Racana Pramuka UMY, yang sudah menjadi saudara seperjuangan selama kita merantau, terimakasih atas suka dukanya selama berada diracana.

Dan terakhir spesial buat seseorang yang InsyAllah kelak akan menjadi suami ku, terimakasih atas bantuan, dukungan dan motivasiku selama ini.

Hanya sebuah karya kecil ini yang dapat ku persembahkan kepada kalian semua..

Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku selama ini. Semoga kita semua akan menjadi orang yang bermanfaat dan sukses dunia akhirat, amin, amin, amin ya

(6)

v

MOTO HIDUP

“Shalat itu adalah tiang agama, shalat itu adalah kunci segala kebaikan”

(HR. Tablani)

“Sebesar kesibukan mu karena Allah

maka sebesar itu pula kesibukan orang lain untuk mu” (Al Mughiran Bin Syub’bah)

“Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu

maka ia adalah seperti berperang di jalan Allah hingga pulang” (HR. Tirmidzi)

“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu Adab tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad”

(Zakariya Al-Anbari)

“Berjuang itu menyakitkan tetapi hasilnya akan selalu membahagiakan” “Menyerah bukan suatu alasan

melainkan strategi perjuangan untuk membahagiakan keberhasilan”

“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan baik”

(HR. Thabrani)

Inna ma’al ‘usri yusroo

Sesungguhnya bersama kesulitas itu ada kemudahan”

“Teruslah bersedekah walau hanya segelas air saja yang bisa kamu berikan

Jangan meremehkan kebaikan walau hanya berupa sebuah senyuman”

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warohmatulohi Wabarokatu

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah

diberiakan oleh Allah Subhanahuwata’ala Maha mendengar dan Maha melihat, sehingga Penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar serta dapat selesai sesuai waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman, amin.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana (S-1) Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi

ini berjudul “Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja

Bagi Penyandang Disabilitas Tahun 2016 (Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendang Sari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)”.

Kelancaran proses penulisan skripsi ini berkat bimbingan, arahan, petunjuk dan motivasi dari berbagai pihak. Baik pada tahap persiapan, penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis dalam kesempatan kali ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis. Untuk bunda dan ayah yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, yang telah berkerja keras untuk memenuhi mimpi penulis, yang selalu memberikan bimbingan, nasehat, cinta, perhatian dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas. Kalian adalah penyemangat yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan Untuk ketiga adik penulis yaitu Kelvin Aprilia Mustika, Marcelia Cahya Ariesta Putri dan Gaebril Putra Catur Perkasa, terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang, motivasi, doa dan sekaligus penyemangat bagi penulis.

2. Untuk Rektor terima kasih banyak, semoga UMY tetap menjadi PTS favorite seYogyakarta 3. Untuk Dekan Fakultas terimakasih banyak, kinerja kalian sungguh luar biasa baik, teruslah

(8)

vii

4. Untuk dosen pembimbing dan penguji skripsi bu Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si. dan bu Ane Permatasari S.IP.,MA. serta pak Awang Darumurti, S.IP.,M.Si. terima kasih banyak atas bimbingan dan dukungannya untuk penulis selama mengerjakan skripsi hingga menjadi sarjana.

5. Untuk dosen-dosen IP tercinta terima kasih banyak atas ilmu yang selama ini di berikan kepada penulis dan teman-teman yang lain. Jasa kalian akan selalu kami ingat, semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat untuk kami kelak.

6. Untuk seluruh Staf UMY terima kasih banyak atas bantuannya selama penulis kuliah 7. Untuk keluarga besar IP angkatan 2013, terima kasih banyak sudah menjadi teman

8. Untuk keluarga besar Racana Pramuka UMY terima kasih banyak atas suka duka yang pernah kita alami bersama, terima kasih sudah memberi warna dalam hidup penulis, terima kasih atas perhatian, nasehat, saran dan semangat untuk penulis

9. Untuk teman-teman kost pak Suradi terima kasih banyak sudah memberi perhatian lebih kepada penulis selama tinggal seatap

10. Untuk ibu dan bapak kost Suradi, terima kasih banyak karena sudah bersedia menjadi orang tua pengganti selama penulis kuliah di UMY

11. Untuk teman terdekat yang Insyallah akan menjadi calon suami penulis kelak, terima kasih atas motivasi, nasehat dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Yogyakarta, 19 Desember 2016 Penyusun

(9)

viii

1.5.7. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1% ... 31

1.6. Definisi Konseptual ... 32

1.7.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1% ... 35

1.8. Metode Penelitian ... 36

1.8.1. Jenis Penelitian ... 37

(10)

ix

1.8.3. Unit Analisis ... 38

1.8.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1.8.5. Sumber Data ... 42

1.8.6. Teknik Analisis Data ... 42

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Profil Kabupaten Bantul ... 46

2.2 Profil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul ... 62

2.2.1 Visi dan Misi ... 62

2.3.2 Permasalahan Sosial Panti Asuhan Bina Siwi ... 70

2.3.3 Visi dan Misi Panti Asuhan Bina Siwi ... 71

2.3.4 Alasan Pendirian Panti ... 72

2.3.5 Tujuan Pendirian Panti ... 72

2.3.6 Manfaat Panti Bina Siwi ... 73

2.3.7 Spesifikasi Klien Yang Ditangani ... 73

2.3.8 Jumlah Dan Data Penyandang Disabilitas Panti Asuhan Bina Siwi ... 74

(11)

x

BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN KERJA TERHADAP

PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA BAGI PENYANDANG

DISABILITAS DI PANTI ASUHAN BINA SIWI BANTUL TAHUN 2016

3.1 Pendahuluan ... 78

3.2 Rekuitmen Tenaga Kerja Bagi Penyandang Disabilitas ... 86

3.3 Indikator Implementasi Program ... 93

3.3.1 Program ... 93

3.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1% ... 115

3.6 Pemetaan Data Penyandang Disabilitas Tahun 2015 ... 116

3.6.1 Data PD Usia 18-35 Berdasarkan Jenis Disabilitas ... 118

3.6.2 Data PD Usia 36-60 Berdasarkan Jenis Disabilitas ... 120

3.6.3 Data PD Usia 18-35 Berdasarkan Pendidikan ... 121

3.6.4 Data PD Usia 36-60 Berdasarkan Pendidikan ... 122

3.6.5 Data PD Usia 18-35 Berdasarkan Status Pekerjaan ... 123

3.6.6 Data PD Usia 36-60 Berdasarkan Status Pekerjaan ... 124

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 127

4.2. Saran ... 130

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Kesesuaian Implementasi Program ... 17

Gambar 1.2 Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 44

Gambar 3.1 Batik ... 108 Tabel 1.1 Jumlah Penyandang Disabilitas Dari 5 Kabupaten/Kota Di DIY ... 5

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Geografis ... 55

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur ... 56

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Ijazah Tertinggi Di Kabupaten Bantul ... 58

Tabel 2.5 Jumlah Data PD Panti Asuhan Bina Siwi Tahun 2016 ... 74

Tabel 2.6 Jumlah Data Pengasuh Panti Asuhan Bina Siwi ... 77

Tabel 3.1 Jumlah Data Perusahaan TK PD Tahun 2016 ... 81

Tabel 3.2 Program Rencana Kegiatan Panti Asuhan Bina Siwi Tahun 2016 ... 103

Tabel 3.3 Jumlah PD Berdasarkan Jenis Kelamin ... 106

Tabel 3.4 Jumlah PD Berdasarkan Jenis Kecacatan ... 107

Tabel 3.5 Jumlah PD Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 107

Tabel 3.6 Jumlah PD Berdasarkan Yatim, Piatu dan Memiliki Orangtua ... 107

Tabel 3.7 Jumlah PD Berdasarkan Tahun Kelahiran ... 108

DAFTAR DIAGRAM Diagram 1.1 Jumlah Penduduk PD Kabupaten Bantul Tahun 2016 ... 6

Diagram 3.1 Jumlah PD Berdasarkan Usia Tahun 2015 ... 117

Diagram 3.2 Jumlah PD Berdasarkan Usia 18-35 Tahun 2015 ... 119

Diagram 3.3 Jumlah PD Berdasarkan Usia 36-60 Tahun 2015 ... 120

Diagram 3.4 Jumlah PD Usia 18-35 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 121

Diagram 3.5 Jumlah PD Usia 36-60 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 122

Diagram 3.6 Jumlah PD Usia 18-35 Berdasarkan Status Pekerjaan ... 123

(13)

xii

Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas Tahun 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Oleh : Denis Rangga Feminasary Fisipol UMY

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyandang disabilitas dapat memenuhi kuota satu persen yang diberikan oleh pemerintah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas melalui program pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif adalah studi untuk menemuka fakta dengan implementasi yang tepat, melukiskan atau menggambarkan informasi apa adanya sesuai dengan data-data yang diteliti dengan keadaan terkini. Penelitian deskriptif bermaksud menggambarkan tentang keadaan-keadaan dan situasi-situasi yang ada tanpa harus menggunakan ataupun menguji hipotesa. Dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi serta pemanfaatan data primer dan sekunder.

Setelah penulis melakukan penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pelatihan kerja di panti asuhan Bina Siwi sudah berjalan dengan baik, dengan adanya pelatihan kerja tersebut penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi sudah memiliki kompetensi, sehingga panti asuhan Bina Siwi membuka lapangan pekerjaan di panti tersebut, hal itu dikarenakan penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi tidak bisa mendapatkan kesempatakan dalam mengambil bagian dari kuota 1% yang diberikan pemerintah dikarenakan dari 38 penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi, 37 nya adalah penyandang disabilitas tunagrahita (keterbelakangan Mental), hal tersebut akan sulit dalam menyatuhkan antara penyandang disabilitas, perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu, kuota 1% yang diberikan oleh pemerintahan belum maksimal. Perusahaan-perusahaan di Bantul belum memiliki pengetahuan khusus dalam merekrut dan memperkerjakan penyandang disabilitas, begitu juga sebaliknya penyandang disabilitas tidak cocok dengan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan. Dari hasil penelitian, hanya ada 17 orang penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul yang dipekerjakan oleh 11 perusahaan yang terdapat di Kabupaten Bantul.

(14)
(15)

i

Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas Tahun 2016

(Studi Kasus Di Panti Asuhan Bina Siwi Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul)

Oleh : Denis Rangga Feminasary Fisipol UMY

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyandang disabilitas dapat memenuhi kuota satu persen yang diberikan oleh pemerintah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas melalui program pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif adalah studi untuk menemuka fakta dengan implementasi yang tepat, melukiskan atau menggambarkan informasi apa adanya sesuai dengan data-data yang diteliti dengan keadaan terkini. Penelitian deskriptif bermaksud menggambarkan tentang keadaan-keadaan dan situasi-situasi yang ada tanpa harus menggunakan ataupun menguji hipotesa. Dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi serta pemanfaatan data primer dan sekunder.

Setelah penulis melakukan penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pelatihan kerja di panti asuhan Bina Siwi sudah berjalan dengan baik, dengan adanya pelatihan kerja tersebut penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi sudah memiliki kompetensi, sehingga panti asuhan Bina Siwi membuka lapangan pekerjaan di panti tersebut, hal itu dikarenakan penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi tidak bisa mendapatkan kesempatakan dalam mengambil bagian dari kuota 1% yang diberikan pemerintah dikarenakan dari 38 penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi, 37 nya adalah penyandang disabilitas tunagrahita (keterbelakangan Mental), hal tersebut akan sulit dalam menyatuhkan antara penyandang disabilitas, perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu, kuota 1% yang diberikan oleh pemerintahan belum maksimal. Perusahaan-perusahaan di Bantul belum memiliki pengetahuan khusus dalam merekrut dan memperkerjakan penyandang disabilitas, begitu juga sebaliknya penyandang disabilitas tidak cocok dengan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan. Dari hasil penelitian, hanya ada 17 orang penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul yang dipekerjakan oleh 11 perusahaan yang terdapat di Kabupaten Bantul.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia diciptakan Allah SWT berbeda-beda dengan berbagai bentuk dan berbeda dari individu satu dengan yang lain. Namun manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, karena tidak ada manusia yang diciptakan sempurna sebab dibalik kekurangan pasti memiliki kelebihan dan sebaliknya disetiap kelebihan pasti memiliki kekurangan dan manusia memiliki kedudukan yang sama di pandangan Allah SWT dan disemua Negara.

Hal tersebut tercantum dalam firman Allah SWT dalam Alqur’an Surah Al -Hujurat Ayat ke-13 yang memiliki arti sebagai berikut : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bangsa-bangsa dan suku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal” (QS. Al-Hujurat (49) : 13).

Dari ayat di atas jelas mengatakan bahwa yang membedakan manusia dihadapan Allah hanyalah taqwa. Kedudukan manusia yang sama di semua negara khususnya di negara Indonesia yang memiliki kedudukan yang sama meliputi hak, kewajiban dan peran terlebih bagi penyandang disabilitas yang sama dengan manusia lainnya.

Penyandang cacat adalah kata sapaan yang sering kita dengar di tengah masyarakat Indonesia, namun karena kata sapaan tersebut dipandang terlalu diskrimintif

oleh sebab itu kata penyandang cacat diberi istilah sebagai ”Disabilitas”. Istilah

(17)

disability yang berarti cacat atau ketidakmampuan. World Health Organization (WHO)

memberikan definisi disabilitas sebagai keadaan terbatasnya kemampuan untuk melakukan aktifitas dalam batas-batas yang dianggap normal (Ari Pratiwi 2011:14).

Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas, penyandang cacat diganti menjadi penyandang disabilitas yaitu mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam waktu lama yang memiliki keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Adapun yang termasuk kaum disabiltas adalah seseorang cacat sejak lahir, bencana alam, akibat perang, sakit dan lain sebagainya yang menyebabkan kondisi fisik atau mentalnya mengalami kecacatam. Beberapa jenis yang tergolong menjadi kaum disabilitas yaitu Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna Daksa, Tuna Grahita dan Tuna Ganda. (Nopi Juliawati, 2016:2).

Penyandang disabilitas dapat diartikan manusia yang mempunyai keterbatasan fisik, mental atau intelektual. Jadi, penyandang disabilitas adalah manusia yang memiliki keterbatasan fisik seperti cacat tubuh bawaan lahir, mengidap penyakit polio dan amputasi. Memiliki kekurangan fisik bukan berarti penyandang disabilitas tidak bisa mengerjakan sesuatu, dengan adanya kekurangan tersebut, diharapkan agar penyandang disabilitas tidak tersisihkan dari pergaulan dan peranannya dalam masyarakat.

(18)

keempat mengenai Pekerjaan, Kewirausahaan, dan Koperasi. Pada pasal 53 yang berbunyi :

1. Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

2. Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

Menurut International Labour Organization (konvensi PBB mengenai hak-hak Disabilitas) atau disingkat dengan UNCRPD Tahun 2011, yaitu sebuah organisasi internasional yang berperan aktif lebih dari lima puluh tahun dalam memperjuangkan hak-hak disabilitas, menurut mereka fakta yang terjadi saat ini adalah :

1. Sekitar 15 persen dari jumlah penduduk di dunia adalah penyandang disabilitas, lebih dari satu miliar orang. Mereka terbilang kelompok minoritas terbesar di dunia.

2. Sekitar 82 persen dari penyandang disabilitas berada di negara-negara berkembang dan hidup di bawah garis kemiskinan dan kerap kali menghadapi keterbatasan akses atas kesehatan, pendidikan, pelatihan dan pekerjaan yang layak.

(19)

4. Penyandang disabilitas perempuan memiliki risiko lebih besar di bandingkan penyandang disabilitas laki-laki. Kemiskinan mereka terkait dengan sangat terbatasnya peluang mereka atas pendidikan dan pengembangan keterampilan. 5. Hampir sebanyak 785 juta perempuan dan laki-laki dengan disabilitas berada pada

usia kerja, namun mayoritas dari mereka tidak bekerja. Mereka yang bekerja umumnya memiliki pendapatan yang lebih kecil dibandingkan para pekerja yang non-disabilitas diperekonomian informal dengan perlindungan sosial yang minim atau tidak sama sekali.

6. Para penyandang disabilitas kerap kali terkucilkan dari pendidikan, pelatihan kejuruan dan peluang kerja.

7. Lebih dari 90 persen anak-anak dengan disabilitas di negara-negara berkembang tidak bersekolah (UNESCO) sementara hanya 1% perempuan disabilitas bisa membaca (UNDP).

Dari data di atas menunjukan betapa besar angka mengenai disabilitas dan permasalahan sosialnya, berbanding terbalik di Indonesia selama dasawarsa terakhir, Indonesia mengalami kemajuan yang stabil dalam meningkatkan pendapatan perkapita dan kemajuan besar dalam penghapusan kemiskinan. Namun, negara ini menghadapi tantangan dalam mencapai pembangunan yang merata. (Khairul Anwar, 2014:2-3).

Sementara berdasarkan data Dinas Sosial (Dinsos) DIY yang didapatkan dari Tribun Jogja, saat ini di DIY ada 25.050 penyandang disabilitas. Jumlah tersebut dengan rincian laki-laki 13.589 orang, dan perempuan 11.461 orang. Rincian jumlah dari lima daerah Kabupaten/Kota di DIY dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Penyandang Disabilitas Di Lima Kabupaten/Kota DIY

No. Kabupaten/Kota di DIY Jumlah

1. Kulonprogo 4.399 Jiwa

(20)

3. Gunung Kidul 7.860 Jiwa

4. Sleman 5.535 Jiwa

5. Kota Yogyakarta 1.819 Jiwa

Sumber : Jogja Tribun News

Jumlah tersebut kemungkinan akan lebih banyak lagi. Terlebih menurut Kasubag Program dan Informasi Dinsos DIY, data tersebut adalah data penyandang disabilitas yang termasuk kategori miskin dan membutuhkan bantuan. Sementara tidak ada data yang menyebutkan secara pasti berapa jumlah penyandang disabilitas yang bekerja. (Dikutip dari ( http://jogja.tribunnews.com/2016/03/18/dinsos-catat-ada-25-ribu-lebih-penyandang-disabilitas-di-diy. Diakses pada Tanggal 7 Oktober 2016, pukul 19:21 WIB)

Berdasarkan data yang dikutip dari website Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul tahun 2015 berjumlah 7.030 orang dari

jumlah total penduduk 937.797 orang, atau sekitar 0,74% dari jumlah penduduk, seperti yang

terlihat dari tabel berikut :

Diagram 1.2

Jumlah Penyandang Disabilitas Kabupaten Bantul Tahun 2015

Sumber : Data Disnakertrans Kab. Bantul Tahun 2015

(21)

B. Kecamatan Sedayu K. Kecamatan Srandakan C. Kecamatan Sanden L. Kecamatan Pundong D. Kecamatan Imogiri M. Kecamatan Sewon E. Kecamatan Pleret N. Kecamatan Jetis F. Kecamatan Piyungan O. Kecamatan Pandak G. Kecamatan Kasihan P. Kecamatan Kretek H. Kecamatan Dlingo Q. Kecamatan Bantul I. Kecamatan Banguntapan

Sedangkan data penyandang disabilitas usia kerja berdasarkan jenis disabilitas di Kabupaten Bantul yaitu penyandang disabilitas usia kerja ( 18 - 60 tahun ) berjumlah 4.921. Dari jumlah tersebut, penyandang disabilitas usia 18-35 tahun, yang dimungkinkan masih bisa masuk ke lapangan kerja formal berjumlah 1.796 orang atau 25% dari total jumlah penyandang disabilitas dan usia kerja 36-60 tahun berjumlah 3.125 orang atau 45% dari total jumlah penyandang disabilitas.

( http://disnakertrans.bantulkab.go.id/hal/info-data-penyandang-disabilitas-usia-produktif. Diakses pada 02 November 2016 pukul 13:53 WIB).

Sesuai dengan UUD NKRI 1945 dalam pasal 27 yang berbunyi : Setiap warga

negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

(22)

Lahirnya suatu lembaga seperti Panti Asuhan Bina Siwi di Kabupaten Bantul bagi penyandang disabilitas dimaksudkan untuk membantu para orang tua dan masyarakat dalam membina dan melayani penyandang disabilitas tersebut sehingga mereka dapat mengembangkan potensi dan bakat dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka miliki. Karena para penyandang disabilitas ini merupakan bagian dari tunas bangsa yang memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan tingkah laku dan pemikiran intelektualnya. Di dalam panti sosial Bina Siwi tersebut terdapat beberapa program pengembangan diri, yang salah satunya adalah pelatihan kerja. Adapun pelatihan kerja yang diberikan kepada penyandang disabilitas khususnya mereka yang telah memasuki umur produktif, diharapkan dapat mengisi kuota satu persen yang telah diberikan oleh pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan sesuai dengan Undang-undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Namun apakah dengan adanya kebijakan pelatihan kerja tersebut, para penyandang disabilitas mampu memenuhi kuota satu persen yang telah diberikan oleh pemerintah, mengingat sampai saat ini kuota tersebut masih belum terpenuhi dengan maksimal. Dengan ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji lebih dalam mengenai kondisi tersebut, maka penulis memutuskan penelitian ini berjudul

Implementasi Program Pelatihan Kerja Terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas Di Panti Asuhan Bina Siwi Kabupaten Bantul Tahun 2016”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

(23)

1. Bagaimana Implementasi program pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di Panti Asuhan Bina Siwi ?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam memenuhi kuota satu persen ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1.3.1. Untuk mengetahui implementasi program pelatihan kerja terhadap peningkatan

kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di Panti Asuhan Bina Siwi.

1.3.2. Untuk mengetahui penyandang disabilitas di Panti Asuhan Bina Siwi tersebut dapat memenuhi kuota satu persen yang telah diberikan oleh pemerintah.

1.3.3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam memenuhi kuota satu persen.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan apakah implementasi program pelatihan kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas dapat memenuhi kuota dalam bidang ketenagakerjaan. Dan penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi karya ilmiah dan sebagai bahan kajian yang menyangkut pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas.

1.4.2. Manfaat Praktis

(24)

maupun instansi terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian dan produktivitas penyandang disabilitas dalam bidang ketenagakerjaan.

1.5. KERANGKA DASAR TEORITIS 1.5.1 Kebijakan Publik

Definisi kebijakan publik menurut Chandler dan Plano kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya - sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintahan. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Kebijakan publik menurutnya dapat diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi persoalan publik.

(25)

Definisi publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pajabat publik. Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.

Sedangkan menurut Anderson kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah :

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan

pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

(26)

ketika kebijakan publik yang di ambil bisa berifat positif (tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah) atau negatif (keputusan Pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu). (Tangkilisan, 2003: 1-2) .

1.5.2 Implementasi

Menurut Cleaves implementasi itu mencakup proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik. Keberhasilan atau kegagalan sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuanya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasikam program-program yang telah dirancang sebelumnya. (Wahab 2008 : 187).

Sama halnya seperti pendapat dari Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sebastiar menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian - kejadian dan kegiatan- kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman- pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. (Nopi Juliawati, 2016: 9).

(27)

dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah dibuat dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan. (Tangkilisan. 2003: 9)

Jadi tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat di ukur. Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau kebijakan dan program pemerintah.

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood mengatakan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan ke dalam keputusan-keputusan yang bersifat khusus. Sedang menurut Pressman dan Wildavasky mengatakan bahwa implementasi di artikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghu bungkan dalam kausal antara yang diingikan dengan cara untuk mencapainya.

Menurut Tangkilisan ada tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi adalah :

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

(28)

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

1.5.3 Program

Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Jones menyebutkan program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan. Program merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Menurut Charles O. Jones ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program yaitu:

1. Pengorganisasian

Struktur oganisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.

2. Interpretasi

Para pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. 3. Penerapan atau Aplikasi

Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan program lainnya.

(29)

lebih dikenal dengan model kesesuaian implementasi program. Model kesesuaian Korten digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1.

Model Kesesuaian Implementasi Program

Sumber: Haedar Akib dan Antonius Tarigan (dalam Dodi Ardi Kurniadi, 2012:

13)

Korten menggambarkan model ini berintikan tiga elemen yang ada dalam pelaksanaan program yaitu program itu sendiri, pelaksanaan program, dan kelompok sasaran program. Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi program yaitu :

(30)

Yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat).

2. Kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana

Yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana.

3. Kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana

Yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program.

Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami bahwa kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan kalau tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan. Hal ini disebabkan apabila output program tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran, jelas output tidak dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program, maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output program dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran, maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

(31)

berjalan dengan baik ada kriteria yang perlu diperhatikan, beberapa diantaranya yakni :

1. Apakah unit pelaksana teknis telah disiapkan ?

2. Apakah pelaksana kebijakan telah mengerti akan rencana, tujuan dan sasaran kebijakan ?

3. Apakah aktor-aktor utama telah ditetapkan dan siap menerima tanggung jawab pelaksanaan kebijakan tersebut ?

4. Apakah koordinasi pelaksanaan telah dilakukan dengan baik ?

5. Apakah hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab telah diberikan dan dipahami serta dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana kebijakan ? 6. Apakah kriteria penilaian keberhasilan pelaksanaan kebijakan telah ada,

jelas, dan diterapkan dengan baik?

Berbagai pertanyaan di atas dapat menjadi bahan dan pedoman dalam proses pencarian data di panti sosial dalam upaya untuk mendeskripsikan pelaksanaan program pelatihan kerja di panti sosial Bina Siwi. Kesimpulannya program merupakan interpretasi dari sebuah kebijakan pemerintah yang berisi kumpulan instruksi, yang dibuat untuk memperbaiki permasalahan yang sedang berkembang. Program harus ada dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. (Dodi Ardi Kuarniadi, 2012:12-15).

1.5.4 Pelatihan Kerja

a. Pengertian Pelatihan Kerja

(32)

dan rutin. Pelatihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual dan moral karyawan. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan. (Safitri Indriyani, 2015:23)

Menurut Mathis, Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, dan pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.

Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang. (Marto Tambunan, 2015:7).

(33)

tenaga kerja Penyandang Disabilitas dalam setiap penerimaan Pegawai Negeri Sipil.

Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabiltas pada pasal 12 menyebutkan hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:

1. Memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta tanpa Diskriminasi;

2. Memperoleh upah yang sama dengan tenaga kerja yang bukan Penyandang Disabilitas dalam jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang sama;

3. Memperoleh Akomodasi yang Layak dalam pekerjaan; 4. Tidak diberhentikan karena alasan disabilitas;

5. Mendapatkan program kembali bekerja;

6. Penempatan kerja yang adil, proporsional, dan bermartabat;

7. Memperoleh kesempatan dalam mengembangkan jenjang karier serta segala

hak normatif yang melekat di dalamnya;

8. Memajukan usaha, memiliki pekerjaan sendiri, wiraswasta, pengembangan koperasi, dan memulai usaha sendiri.

Pada pasal 45 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin proses rekrutmen, penerimaan, pelatihan kerja, penempatan kerja, keberlanjutan kerja, dan pengembangan karier yang adil dan tanpa Diskriminasi kepada Penyandang Disabilitas. Penyelenggaraan pelatihan kerja dilakukan secara berjenjang meliputi:

(34)

3. mahir.

Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diselenggarakan oleh: 1. Pemerintah Daerah;

2. Pemerintah Kabupaten/Kota; 3. Penyelenggara rehabilitasi sosial;

4. Lembaga masyarakat yang bergerak dalam bidang pelatihan kerja dengan izin dari Pemerintah Daerah;

5. Perusahaan pengguna tenaga kerja Penyandang Disabilitas dengan izin Pemerintah Daerah.

Menurut Mathis dan Jackson pelatihan dapat dirancang untuk memenuhi tujuan berbeda dan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai cara, yang meliputi:

1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin

Dilakukan untuk memenuhi berbagai syarat hukum yang diharuskan dan berlaku sebagai pelatihan untuk semua karyawan (orientasi karyawan baru). 2. Pelatihan pekerjaan/teknis

Memungkinkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan, tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik.

3. Pelatihan antar pribadi dan pemecahan masalah

Dimaksudkan untuk mengatasi masalah operasional dan antarpribadi serta meningkatkan hubungan dalam pekerjaan organisasional.

(35)

Menyediakan fokus jangka panjang untuk meningkatkan kapabilitas individual dan organisasional untuk masa depan (Marto Tambunan, 2015:19).

b. Indikator Pelatihan

Indikator - indikator pelatihan menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam Marto Tambunan (2015:24), diantaranya:

1) Jenis Pelatihan

Berdasarkan analisis kebutuhan program pelatihan yang telah dilakukan, maka perlu dilakukan pelatihan peningkatkan kinerja pegawai dan etika kerja bagi tingkat bawah dan menengah.

2) Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan harus konkrit dan dapat diukur, oleh karena itu pelatihan yang akan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kerja agar peserta mampu mencapai kinerja secara maksimal dan meningkatkanpemahaman peserta terhadap etika kerja yang harus diterapkan.

3) Materi

Materi pelatihan dapat berupa: pengelolaan (manajemen), tata naskah,psikologis kerja, komunikasi kerja, disiplin dan etika kerja, kepemimpinankerja dan pelaporan kerja.

4) Metode Yang Digunakan

(36)

peran (demonstrasi) dan games, latihan dalam kelas, test, kerja tim dan study visit(studi banding).

5) Kualifikasi Peserta

Peserta pelatihan adalah pegawai perusahaan yang memenuhi kualifikasi persyaratan seperti karyawan tetap dan staf yang mendapat rekomendasi pimpinan.

6) Kualifikasi Pelatih

Palatih/instruktur yang akan memberikan materi pelatihan harus memenuhi kualifikasi persyaratan antara lain: mempunyai keahlian yang berhubungan dengan materi pelatihan, mampu membangkitkan motivasi dan mampu menggunakan metode partisipatif.

7) Waktu (Banyaknya Sesi).

Banyaknya sesi materi pelatihan terdiri dari 67 sesi materi dan 3 sesi pembukaan dan penutupan pelatihan kerja. Dengan demikian jumlah sesi pelatihan ada 70 sesi atau setara dengan 52,2 jam. Makin sering petugas mendapat pelatihan, maka cenderung kemampuan dan keterampilan pegawai semakin meningkat.

8) Faktor Pendukung dan Penghambat

Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses mencapai suatu tujuan. Dalam mencapai suatu tujuan akan adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju dan lambatnya suatu proses berjalan.

(37)

Menurut Cut Zurnali, the goal of training is for employees to master knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to apply

them to their day to day activities. Hal ini berarti bahwa tujuan pelatihan adalah

agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian dan perilaku yang ditekankan dalam program - program pelatihan dan untuk diterapkan dalam aktivitas sehari - hari para karyawan. Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang besar bagi pengembangan perusahaan.

Cut Zurnali memaparkan beberapa manfaat pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar.

2. Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan teknologi baru.

3. Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas. 4. Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi,

kreativitas dan pembelajaran.

5. Menjamin keselamatan dengan memberikan cara - cara baru bagi para

karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut.

(38)

1.5.5 Kesempatan Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi selain tanah, modal dan lain-lain karena manusia merupakan penggerak bagi seluruh faktor-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi).

Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan perkerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga menerima tenaga kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu.

Data kesempatan kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui banyaknya lapangan kerja yang telah terisi oleh tenaga kerja. Menurut Tambunan, kesempatan kerja adalah banyaknya orang dapat terserap untuk bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi, kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia.

(39)

secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang tersedia dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses pembangunan ekonomi untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar barang dan jasa. ( Frisca Dewi, 2016:20)

1.5.6 Penyandang Disabilitas a. Definisi Disabilitas

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan ksulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam International Classification of Functioning, Disability and Healt ICF (2001) merinci definisi

(40)

kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment tersebut. Ketiga adalah handicap yang didefinisikan sebagai kesulitan atau kesukaran dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun psikologi yang dialami oleh seseorang yang disebabkan ketidaknormalan tersebut. (Nopi Yuliawati, 2016: 15)

b. Hak-hak Disabilitas

Menurut Peraturan Daerah DIY Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Penyandang Disabilitas, hak-hak penyandang disabilitas meliputi :

1. Bidang pendidikan 2. Bidang ketenagakerjaan 3. Bidang kesehatan 4. Bidang sosial

5. Bidang seni dan budaya 6. Bidang olahraga

7. Bidang politik 8. Bidang hukum

9. Bidang penanggulangan bencana 10. Bidang tempat tinggal

11. Bidang aksesibilitas

(41)

kebijakan pelatihan kerja yang dikhususkan untuk mencapai kuota satu persen bagi penyandang disabilitas di panti asuhan Bina Siwi.

Dalam bidang ketenagakerjaan ini semua penyadang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan yang layak meliputi:

a. Tenaga kerja disabilitas mempunyai hak untuk mendapatka pelatihan kerja guna pembekalan dan peningkatan kompetensi.

b. Tenaga kerja disabilitas mempunyai hak dan kesempatan untuk memilih, mendapatkan dan pindah pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

c. Fasilitasi pemenuhan kuota kerja bagi disabilitas pada perusahaan negara, perusahaan daerah dan/atau perusahaan swasta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Pemberian perlindungan, perlakuan, dan kesempatan yang setara dalam

lingkungan kerja serta pemberian upah bagi disabilitas sesuai dengan persyaratan pengupahan.

e. Fasilitas kerja yang aksisebel, fasilitas kesehatan, keselamatan kerja dan

jaminan sosial tenaga kerja.

1.5.7 Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pemenuhan Kuota 1% 1. Faktor Pendukung

(42)

2. Faktor Penghambat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 385), hambatan adalah halangan atau rintangan. Suatu tujuan tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu. Hambatan cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat suatu hal dalam proses mencapai tujuan. Jadi faktor penghambat adalah proses dalam memperlambat dalam mencapai suatu tujuan.

1.6. DEFINISI KONSEPTUAL 1.6.1 Implementasi

Pengertian dari implementasi kebijakan publik dapat diartikan merupakan aktifitas dan cara pemerintah dalam merealisasikan tujuan-tujuan publik menjadi hasil-hasil yang bisa dilihat dengan menggunakan sarana-sarana yang telah disediakan serta implementasi kebijakan ini menganalisis melalui sebab-sebab keberhasilan dan kegagalan suatukebujakan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tersebut.

1.6.2 Program

(43)

1.6.3 Pelatihan Kerja

Pelatihan kerja adalah proses belajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia serta mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan khususnya penyandang disabilitas untuk bekal dan agar dapat menyetarakan diri dalam dunia kerja.

1.6.4 Kesempatan Kerja

kesempatan kerja adalah lapangan perkerjaan yang masih ada atau lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut adanya kesempatan untuk bekerja sesuai dengan instansi yang memberikan kesempatan kerja dengan mempertimbangkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian.

1.6.5 Penyandang Disabilitas

(44)

kaum disabilitas yaitu Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna Daksa, Tuna Grahita dan Tuna Ganda. Dari perbedaan itulah mereka membutuhkan pelayanan khusus dari masyarakat, pemerintah maupun dunia, terutama dalam pelayanan pelatihan kerja agar mereka memiliki bekal untuk melanjutkan hidup didunia kerja.

1.7. DEFINISI OPERASIONAL 1.7.1 Implementasi Program

Indikator-indikator dalam model kesesuaian implementasi program adalah sebagai berikut :

1. Program

Kesesuaian antara program dengan pemanfaat 2. Pelaksanaan Program

Kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana 3. Kelompok Sasaran Program

Kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana

1.7.2 Pelatihan Kerja

Indikator - indikator pelatihan kerja adalah sebagai berikut: 1. Jenis Pelatihan

2. Tujuan Pelatihan 3. Materi

(45)

7. Waktu (Banyaknya Sesi)

1.7.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Memenuhi Kuota 1%

Dalam implementasi pemenuhan kuota satu persen yang ada di dalam UU No. 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, akan adanya faktor pendukung dan penghambat, faktor-faktor inilah yang akan menentukan proses berjalannya dalam pemenuhan kuota satu persen.

1.8. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada pada setiap penelitian dengan berbagai macam metode digunakan. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Moh.Nazir bahwa metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang di ajukan. (Moh. Nazir, 1988:51). Menurut Parsudi Suparlan bahwa penelitian kualitatif merupakan paradigma yang mengandung cara-cara berpikir, logika dan kuantifikasi. Paradigma kualitatif akan memuat sejumlah pikiran, catatan dan angka-angka yang sangat kuantitatif-statistis (Agus Salim, 2006:7)

(46)

menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu, mengingat bahwa tidak setiap permasalahan yang dikaitkan dengan kemampuan si peneliti, biaya dan lokasi dapat diselesaikan dengan sembarang metode penelitian. (Joko Subagyo, 2006 : 2).

Pendapat lain dari Mardalis, “Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau

teknis yang dilakukan dalam proses penelitian itu sendiri di artikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan keenaran” (Mardalis 2004: 24).

1.8.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Mardalis (2004:26), penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendiskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, Menurut Sugiyono (2012:13) bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.

(47)

Jadi penelitian deskriptif hanya menggambarkan tentang keadaan-keadaan dan situasi-situasi yang ada tanpa harus menggunakan ataupun menguji hipotesa.

1.8.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Panti Asuhan Bina Siwi di desa Pajangan Kabupaten, Bantul, DIY. Alasan memilih lokasi tersebut adalah peneliti tertarik dan ingin mengetahui apakah dipanti tersebut para disabilitas sudah dapat merasakan dampak dari berlangsungnya implementasi kebijakan pelatihan kerja dengan tujuan agar disabilitas tersebut mendapatkan hak aksesibilitas dibidang ketenaga kerjaan.

1.8.3 Unit Analisis

Karena penelitian ini menganalisis tentang implementasi kebijakan pelatihan kerja yang mengacu kepada ketenagakerjaan, maka unit analisi dalam penelitian ini adalah :

a. Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bantul b. Panti Asuhan Bina Siwi Kabupaten Bantul

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

(48)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data tersebut diharapkan dapat memberikan data yang optimal agar informasi sesuai dengan yang diharapkan.

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung tentang suatu objek yang diteliti. Menurut Holt, Rinehart dan Winston (Moh.Nazir, 1988:212) teknik pengumpulan data melalui observasi memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik;

2. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan;

3. Pengamatan tesebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagi suatu set yang menarik perhatian saja;

4. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validasi dan reliabilitasnya. Observasi yang akan dilakukan berkaitan dengan data yang akan diamatin adalah proses jalannya implementasi kebijakan pelatihan kerja yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Siwi kepada penyandang Disabilitas agar dapat memenuhi kuota satu persen yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat.

(49)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Lexy J. Moleong, 1993:135).

Sedangkan menurut Nazir yang dimaksud wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penyawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinakan interview guide (panduan Wawancara). Beberapa hal yang membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah :

1. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya.

2. Responden selalu menjawab pertanyaan. 3. Pewawancara selalu bertanya.

4. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepadasuatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.

5. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat

sebelumnya. Pertanyaan panduan itu disebut interview guide. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada :

1. Ibu Mugiyanti selaku kepala Panti Asuhan Bina Siwi pada Senin tanggal 7 November 2016 dan ;

2. Ibu Rina Dwi Kumaladewi, SH selaku Kepala Seksi Informasi dan

(50)

c. Dokumentasi

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. (Lexy J. Moleong, 1993:161). Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui catatan-catatan, laporan-laporan peninggalan tertulis seperti arsip, buku-buku ilmiah, jurnal atau dokumen lain yang diperoleh selama masa penelitian.

1.8.5 Sumber Data a. Data Primer

Menurut Winarno Surachmad, data primer adalah data lengkap dan segera diperoleh dari sumber data penyelidik. (Khairul Anwar, 2014:36). Dalam data primer ini peneliti akan mendapatkan informasi secara langsung yang diperoleh dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul dan Panti Asuhan Bina Siwi dengan melakukan interview di instansi tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh menggunakan studi kepustakaan yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh kelengkapan data.

1.8.6 Teknis Analisis Data

(51)

merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. (Lexy J. Moleong, 1993:103).

Menurut Nazir, analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah peneliti. Sedangkan menurut S. Nasution analisi data merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan, melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras, daya kreatif, serta intelektual yang tinggi. (Khairul Anwar, 2014 : 39).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Deskriptif Kualitatif. Teknik ini mendeskripsikan suatu kejadian, gejala atau peristiwa yang berhubungan dengan unit analisis data. Menurut Khairul metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif, yaitu menggambarkan/ menguraikan suatu hal menurut apa adanya, yang bisa berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta pelaku yang diamati. Teknik analisisnya menggunakan analisa kualitatif, dimana data yang diperoleh diklasifikasikan, digambar dengan kalimat dan dipisah menurut kategori sehingga dapat memperoleh kesimpulan dengan mudah. Kesemua data ini dapat diperoleh dari naskah, wawancara, catatan laporan, dokumen yang sifatnya pribadi, maupun dokumen resmi lainnya yang mendukung keabsahan dalam memperoleh data penelitian. Adapun proses analisis data menggunakan komponen analisis data model interaktif sebagai berikut :

Gambar 1.2.

(52)

(INTERACTIVE MODEL)

Sumber: DR. Agus Salim, MS (2006), Teori dan Paradigma Penelitian Kualitatif, Tiara Wacana, Yogyakarta, hlm.22

Proses-proses analisis kualitatif tersebut dapat dijelaskan kedalam langkah-langka berikut :

1. Reduksi data (data Reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan studi.

2. Penyajian data (data display), yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif yang lazim digunakan adalah dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification), dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya dilapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas, dan proposisi. Periset yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu secara longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan-kesimpulan

Pengumpulan Data

Pengajian Data

Reduksi Data

(53)
(54)

1 BAB II

DESKRIPSI WILAYAH

2.1. Profil Kabupaten Bantul

2.1.1 Sejarah Kabupaten Bantul

Bantul memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan lebih banyak kisah kepahlawanan. Antara lain, perlawanan pangeran Mangkubumi di Ambar Ketawang dan upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret. Perjuangan Pangeran Diponegoro di Goa Selarong. Kisah perjuangan pioner penerbangan Indonesia oleh Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak belanda di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa penting dicatat adalah perang Gerilya melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman (1948) yang banyak bergerak disekitar

wilayah Bantul. Wilayah ini yang menjadi basis, “Serangan Oemoem 1 Maret “ (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan

Hamengkubuwono IX.

(55)

2 bertugas menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sukowati, dan Gunung Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin pembrontak, dan pembentukan wilayah administratif.

Tanggal 26 dan 31 Maret 1831 pemerintah Hindia Belanda dan Sultan Yogyakarta mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam Kesultanan disertai dengan jabatan kepala wilyahnya. Saat itu Kesultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten, yaitu Bantul karang untuk kawasan selatan, Denggung untuk kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindak lanjuti pembagian wilayah baru Kesultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau rabu kliwon 10 Safar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal bernama Bantulkarang. Seorang Nayakala Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai Bupati Bantul.

(56)

3 berdasarkan pada Usamu Seirei Nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus. Kabupaten memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom).

Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintah ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No. 1 tahun 1945. Tetapi di Yogyakarta dan Surakarta Undang-Undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan pemerintahan daerah otonom diseluruh Indonesia. Seiring dengan perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan silih bergantinya kepemimpinan nasional, kini Kabupaten Bantul telah mengalami kemajuan pesat diberbagai bidang hingga saat ini.

2.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bantul 1. Visi

(57)

4 1. Produktif dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya dapat berproduksi sehingga mampu memberikan andil terhadap pembangunan daerah.

2. Profesional dalam arti penekanan kepada setiap warganya dari berbagai profesi, agar mereka betul-betul matang dan ahli di bidangnya masing-masing. Tolak ukur profesionalisme ini dapat dilihat dari kualitas hasil kerja dihadapkan kepada efisiensi penggunaan dana, sarana, tenaga serta waktu yang diperlukan. 3. Ijo Royo-Royo dalam arti tidak ada sejengkal tanah pun yang

ditelantarkan sehingga baik di musim hujan baik di musim kemarau dimanapun akan tampak suasana yang rindang. Dalam hal ini perlu diingatkan kepada masyarakat Bantul bahwa bagaimana pun Kabupaten Bantul tumbuh terlebih dahulu sebagai kawasan agronomi yang tangguh dalam rangka mendukung tumbuh berkembangnya sektor industri yang kuat di masa mendatang.

(58)

5 5. Aman dalam arti bahwa terwujudnya tertib pemerintahan dan tertib kemasyarakatan akan sangat membantu terwujudnya keamanan dan ketentraman masyarakat. Kondisi aman ini perlu ditunjang demi terpeliharanya stabilitas daerah.

6. Sehat dalam arti bahwa tertibnya lingkungan hidup yang akan dapat menjamin kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat/ manusia yang menghuninya.

7. Asri dalam arti bahwa upaya pengaturan tata ruang di desa dan di kota dapat serasi, selaras, dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan manusia yang menghuninya sehingga akan menumbuhkan perasaan kerasan, asri tidak mewah tetapi lebih cenderung memanfaatkan potensi lingkungan yang berstandar pada kreativitas manusiawi.

8. Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat

Kabupaten Bantul telah terpenuhi secara lahir dan batin.

9. Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda pendapat, dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggungjawab.

Gambar

Gambar 1.1.
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) kompensasi mempengaruhi motivasi kerja secara positif, 2) kepuasan kerja memediasi pengaruh kompensasi terhadap

Berbeda dengan sistem seri, didalam pemberian nomor secara unit ini, pada pasien datang pertamakali untuk berobat jalan maupun rawat inap maka pasien tersebut mendapat satu

Module Handbook: Digital Techniques and Laboratory - 18 3-5 Sub CP-MK 2: Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang gerbang logika, aljabar boolean, penyederhanaan

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan

Program pedestrianisasi di sepanjang jalan protokol Sudirman-Thamrin (dan akan berlanjut ke kawasan lainnya), peningkatan fungsi dan kualitas serta penambahan ruang terbuka

Terimakasih atas anugrah yang diberikan pada hamba sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “demonstrasi melipat kertas (origami) dan bercerita untuk meningkatkan kemampuan

Penggunaan tepung ampas teh produk fermentasi sampai taraf 7,5% dapat direspon secara positif oleh ayam broiler, sedangkan penggunaannya pada taraf 10,0% dapat menurunkan

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Halaman 2 dari 217... Program Pendidikan