ANALISIS KINERJA PETERNAK AYAM
BROILER
PADA POLA
KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN LANGKAT
(Studi Kasus Pada PT. Unggas Jaya Bersinar)
TESIS
Oleh:
HENNI JANGTA Br TARIGAN
117040008
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KINERJA PETERNAK AYAM
BROILER
PADA POLA
KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN LANGKAT
(Studi Kasus Pada PT. Unggas Jaya Bersinar)
TESIS
Oleh :
HENNI JANGTA Br TARIGAN
117040008
Untuk memperoleh Gelar Magister Peternakan dalam Program Studi Ilmu Peternakan
Universitas S
umatera Utara.
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : ANALISIS KINERJA PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN LANGKAT.
(Studi Kasus Pada PT. Unggas Jaya Bersinar) Nama Mahasiswa : Henni Jangta Br Tarigan
NIM : 117040008
Program Studi : Ilmu Peternakan
Menyetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua
(Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS)
Anggota
(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si)
An.Ketua Program Studi
(Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si)
Dekan Fakultas Pertanian
(Prof. Dr. Ir.Darma Bakti, MS)
Tesis ini telah diuji di Medan pada Tanggal : 16 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS
Anggota : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
Penguji : 1. Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis
ANALISIS KINERJA PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA
KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN LANGKAT (Studi
Kasus pada PT. Unggas Jaya Bersinar) adalah benar merupakan gagasan dan
hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan
sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan
dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis serta dapat diperiksa
kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program studi sejenis diperguruan tinggi lain.
Medan, Agustus 2014
RINGKASAN
HENNI JANGTA Br TARIGAN, 2014.Analisis Kinerja Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan dan Pola Mandiri Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus Pada PT. Unggas Jaya Bersinar), dibimbing oleh : Hasnudi sebagaiketua komisi pembimbing dan Rahmanta sebagaianggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2013. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja peternak ayam broiler pola mandiri dan pola kemitraan, dan menganalisis perbedaan kinerja dan tingkat pendapatan peternak ayam broiler pola mandiri dan pola kemitraan di Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan observasi ke lokasi penelitian dengan bantuan kuisioner (lembar pertanyaan) kepada para responden yang terpilih. Penelitian ini berlangsung di dua kecamatan yaitu kecamatan Selesaidan Kuala dengan jumlah responden sebanyak 40 responden yaitu 20 responden peternak pola mandiri dan 20 responden peternak kemitraan. Metode penelitian dengan menggunakan analisis regresi berganda, analisis pendapatan dan R/C dan selanjutnya dilakukakn analisis uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan peternak pola kemitraan lebih tinggi dibandingkan peternak pola mandiri yaitu sebesar Rp. 2.036,44/ekor/periode dengan R/C 1,086 untuk peternak pola kemitraan dan untuk peternak pola mandiri sebesar Rp. 1,643,26/ekor/periode dengan R/C 1,067. Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa secara parsial faktor persentase ayam hidup, bobot hidup berpengaruh nyata sedangkan umur panen dan FCR tidak berpengaruh nyata terhadap Indeks Prestasi (IP).
Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa peternak pola kemitraan lebih berhasil dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler dari pada peternak pola mandiri di kabupaten Langkat.
SUMMARY
HENNI JANGTA Br. TARIGAN, 2014. Analysis job farmer of broiler breeding bussines partnership and non partnershipin Langkat district (case study on PT. Unggas Jaya Bersinar), under supervised by: Hasnudi as supervisor and chairman of the commission and a member of the commission Rahmanta.
This study was conducted in Junito Agustus 2013. The purpose of this study was to analyze the influence of factors job farmer broiler breeding bussines partnership an non partnership, and analyze difference in the income of broiler breeding bussines partnership and non partnership in Langkat district.The method used a survey and observation methods to the study site with the quessionnair. The study took place in two districts namely Selesai and Kuala by the number of respondents were 40 respondents, consist of 20 respondents broiler breeding bussines partrnership and 20 respondents non partnership. Research methodhs using multiple regression analysis, analysis income, R/C and analysis was done by t test.
The results showed that broiler breeding bussines partnership was higher than non partnershipis Rp. 2.036,44/head/period with R/C of 1,086for partnership and for the non partnershipof Rp.1,643,26/head/period with R/C of 1,067. From the results of regression analysis, it is known that partial factor live ability percentage, live weightsignificantly effect, but age in days and FCR not significantly effect of Indeks Performans (IP).
It is concluded that partnership more success to develop the business of broiler breeding than non partnership in Langkat district.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kutacane pada tanggal 15 Oktober1984 dari pasangan
Bapak S.Tarigandan Ibu K. Bukitsebagai anak ketigadari lima bersaudara.
Riwayat pendidikan formal dimulai dari SD Negeri 1 Kutacane tamat
tahun 1997, SMP Negeri 1 Kutacane tamat tahun 2000 dan SMA Swasta Cahaya
Medan tamat tahun 2003. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan
Sarjana Peternakan dari Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas PeternakanUniversitas
Padjadjaran.
Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi karyawan honorer di Dinas
Pertanian Pangan dan Hortikultura Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara pada
bagian administrasi dan tahun 2009 - sekarang sebagai Tenaga Harian Lepas-
Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) di Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluh Pertanian Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan strata dua (S2) pada
program Studi Ilmu Peternakan di Program Pascasarjana Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara (USU). Pada tahun 2014 penulis menikah dengan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul ”Analisis Kinerja
Peternak Ayam Broiler pada Pola Kemitraan dan Pola Mandiridi Kabupaten
Langkat (Studi Kasus pada PT. Unggas Jaya Bersinar)”.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis haturkan terimakasih
kepada Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS dan Dr. Ir.Rahmanta, M.Si selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan tesis ini. Selain itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Dr. Nevy Diana Hanafi, SPt, M.Si selaku
Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Peternakan dan penguji, serta Dr. Ir.
Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku Penguji dan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, selaku
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Kepada para dosen, pegawai, staf dan rekan-rekan mahasiswa Program
Studi Magister Ilmu Peternakan diucapkan terima kasih atas bantuannya selama
penulis mengikuti pendidikan. Tidak lupa penulis haturkan terima kasih Kepada
Ir. Sabar Surya Purba, selaku Pimpinan PT. Unggas Jaya Bersinar (UJB), peternak
ayam broiler pola mandiri dan instansi di Kabupaten Langkatatasbantuannya
memperoleh data yang mendukung penelitian ini.
Akhirnya ungkapan terimakasih juga disampaikan kepadaayahanda
S. Tarigan dan Ibunda K. Bukit, dan kepada suami tercinta Radius Peranginangin,
ST atas segala doa serta abang, kakak dan adik-adikku atas, semangat dan kasih
sayangnya kepada penulis.
Penulis sangat menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dari
penyusunan tesis ini, untuk mencapai kesempurnaan penulis sangat mengharapkan
sumbangan pemikiran dalam bentuk saran dan kritik yang sifatnya untuk
memperbaiki dan membangun.Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Metode Penentuan Responden Penelitian ……….. 25
Metode Pengumpulan Data ……… 25
Metode Analisis Data ………. 26
1 Kinerja Peternak …... 26
2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ……… 27
3 Tahapan Tingkat Pendapatan Peternak ……….………... 28
4 Menguji Perbedaan Pendapatan Peternak Ayam Broiler ……… 29
Definisi dan Batasan Operasional ………... 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 32
Gambaran Umum Kabupaten Langkat ……… 32
1 Letak Astronomis ………. 32
3 Penduduk ……….. 32
4 Lahan Perkebunan ……… 33
5 Peternakan ……… 33
6 Wilayah ………. 34
Ternak Ayam Broiler ………... 35
Karaketeristik Responden Peternak Ayam Broiler ………. 36
1 Usia Peternak ………... 36
1Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan .………..……….. 45
a Uji Normalitas ………..………. 45
b Uji Multikolinieritas ………..……… 46
c Uji Heterokedastisitas …………..………. 47
2Peternak Ayam BroilerPola Mandiri ……….. 48
a Uji Normalitas ………..………. 48
b Uji Multikolinieritas ………..……… 49
c Uji Heterokedastisitas …………..………. 50
Tingkat Pendapatan Peternak ….……… 51
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Tahun 2010 ……… 7 2 Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara Tahun 2002-2006
(Kg/KPT/Tahun) ……….………... 8 3 Perbedaan Sistem Usaha Broiler ………... 16 4 Kriteria Indeks Prestasi ……….. 21 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten
LangkatTahun 2006 ………. 33
6 Ketersediaan Lahan Perkebunan di Kabupaten Langkat Tahun
2011……… 33 7 Luas Daerah Kecamatan di Kabupaten Langkat Tahun 2012 …….. 34 8 Jumlah Populasi Ternak Ayam Broiler di Kabupaten Langkat
Tahun 2012 ……… 35 9 Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Usia …. 36 10 Tingkat Pendidikan Responden ……… 37 11 Pengalaman Responden Beternak Ayam Pedaging di Lokasi
Penelitian ………... 38 12 Status Pekerjaan Responden dalam Penelitian ……….. 39 13 Hasil Analisis Regresi Berganda Linear Peternak Broiler Pola
Kemitraan ……….. 40 14 Hasil Analisis Regresi Berganda Linear Peternak Broiler Pola
Mandiri ……….. 43 15 Hasil Uji Multikolinieritas Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan... 47 16 Hasil Uji Multikolinieritas Peternak Ayam Broiler Pola Mandiri ….. 50 17 Rata-rata Pendapatan Ayam Pedaging Pola Kemitraan dan Pola
Mandiri ………..… 52 18 Hasil Uji Beda Perhitungan Pendapatan Bersih Peternak Broiler
Pola Mandiri dan Pola Kemitraan………... 54 19 Hasil Uji Beda Perhitungan R/C ratio Peternak BroilerPola
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Daftar Pertanyaan (Kuisioner) Penelitian ………. 61 2. Tahapan Kinerja Peternak Broiler Pola Kemitraan (Persentase Ayam hidup,
Bobot Hidup, Umur Panen, FCR, dan IP) Selama Satu Periode Pemeliharaan Bobot Hidup) SelamaSatu Periode Pemeliharaan ………..……….. 64 3. Tahapan Kinerja Peternak Broiler Pola Mandiri (Persentase Ayam hidup,
Bobot Hidup, Umur Panen, FCR, dan IP) Selama Satu Periode Pemeliharaan Bobot Hidup) SelamaSatu Periode Pemeliharaan ………..……….. 65 4. Data Penerimaan Peternak Broiler Pola Kemitraan selama Satu
Periode/ekor………... 66 5. Data Penerimaan Peternak Broiler Pola Mandiri selama Satu Periode/ekor … 67 6. Data Biaya-Biaya Peternak Broiler Pola kemitraan selama Satu
Periode/ekor………... 68 7. Data Biaya-Biaya Peternak Broiler Pola Mandiri selama Satu Periode/ekor… 69 8. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan Selama Satu
Periode/ekor ……….. 70 9. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pola Mandiri Selama Satu
Periode/ekor ……….. 71 10. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Peternak Broiler Pola Kemitraan ……….………….... 72 11. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Peternak Broiler Pola Mandiri ……….. 73 12. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Peternak Broiler Pola Mandiri
dan Pola Kemitraan ……….…….. 74 13 Hasil Analisis Perbedaan Revenue Cost Ratio Peternak Broiler Pola Mandiri
dan Pola Kemitraan ……… 75 14 Responden Peternak Broiler Pola Kemitraan Berdasarkan Usia, Tingkat
Pendidikan, Status Pekerjaan dan Pengalaman Beternak ………. 76 15 Responden Peternak Broiler Pola Mandiri Berdasarkan Usia, Tingkat
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Gambar. 1 Normal P-P Plot Uji NormalitasPeternak Ayam Broiler Pola
Kemitraan ………...………. 46 2. Gambar. 2 Grafik Scatterplots Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan….. 48 3. Gambar. 3 Normal P-P Plot Uji Normalitas Peternak Ayam Broiler
RINGKASAN
HENNI JANGTA Br TARIGAN, 2014.Analisis Kinerja Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan dan Pola Mandiri Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus Pada PT. Unggas Jaya Bersinar), dibimbing oleh : Hasnudi sebagaiketua komisi pembimbing dan Rahmanta sebagaianggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2013. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja peternak ayam broiler pola mandiri dan pola kemitraan, dan menganalisis perbedaan kinerja dan tingkat pendapatan peternak ayam broiler pola mandiri dan pola kemitraan di Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan observasi ke lokasi penelitian dengan bantuan kuisioner (lembar pertanyaan) kepada para responden yang terpilih. Penelitian ini berlangsung di dua kecamatan yaitu kecamatan Selesaidan Kuala dengan jumlah responden sebanyak 40 responden yaitu 20 responden peternak pola mandiri dan 20 responden peternak kemitraan. Metode penelitian dengan menggunakan analisis regresi berganda, analisis pendapatan dan R/C dan selanjutnya dilakukakn analisis uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan peternak pola kemitraan lebih tinggi dibandingkan peternak pola mandiri yaitu sebesar Rp. 2.036,44/ekor/periode dengan R/C 1,086 untuk peternak pola kemitraan dan untuk peternak pola mandiri sebesar Rp. 1,643,26/ekor/periode dengan R/C 1,067. Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa secara parsial faktor persentase ayam hidup, bobot hidup berpengaruh nyata sedangkan umur panen dan FCR tidak berpengaruh nyata terhadap Indeks Prestasi (IP).
Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa peternak pola kemitraan lebih berhasil dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler dari pada peternak pola mandiri di kabupaten Langkat.
SUMMARY
HENNI JANGTA Br. TARIGAN, 2014. Analysis job farmer of broiler breeding bussines partnership and non partnershipin Langkat district (case study on PT. Unggas Jaya Bersinar), under supervised by: Hasnudi as supervisor and chairman of the commission and a member of the commission Rahmanta.
This study was conducted in Junito Agustus 2013. The purpose of this study was to analyze the influence of factors job farmer broiler breeding bussines partnership an non partnership, and analyze difference in the income of broiler breeding bussines partnership and non partnership in Langkat district.The method used a survey and observation methods to the study site with the quessionnair. The study took place in two districts namely Selesai and Kuala by the number of respondents were 40 respondents, consist of 20 respondents broiler breeding bussines partrnership and 20 respondents non partnership. Research methodhs using multiple regression analysis, analysis income, R/C and analysis was done by t test.
The results showed that broiler breeding bussines partnership was higher than non partnershipis Rp. 2.036,44/head/period with R/C of 1,086for partnership and for the non partnershipof Rp.1,643,26/head/period with R/C of 1,067. From the results of regression analysis, it is known that partial factor live ability percentage, live weightsignificantly effect, but age in days and FCR not significantly effect of Indeks Performans (IP).
It is concluded that partnership more success to develop the business of broiler breeding than non partnership in Langkat district.
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha ternak merupakan kegiatan yang sudah lama berkembang di
masyarakat selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, yang utama adalah
meningkatkan pendapatan. Salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara
masyarakat adalah ayam broiler karena kemampuannya sebagai penghasil daging
yang potensial. Keberhasilan dalam usaha ternak ayam broiler dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kondisi lingkungan yang tidak ramai, pengadaan pakan
yang memadai, serta sumber daya manusia seperti kemampuan peternak dalam
menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengolahan hasil.
Dalam pelaksanaan usaha ternak, setiap peternak selalu mengharapkan
keberhasilan dalam usahanya, salah satu parameter yang dapat dipergunakan
untuk mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang
diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien.
Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada setiap usaha adalah
syarat mutlak untuk memperoleh keuntungan. Dalam mengelola usahanya
merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya tingkat keuntungan
optimal dan efisiensi ekonomis. Dalam mengelola usaha peternakan ayam,
tiap peternak harus memahami 3 (tiga) unsur penting dalam produksi, yaitu :
breeding (pembibitan), feeding (makanan ternak/pakan), dan manajemen
(pengelolaan usaha peternakan).
Kabupaten Langkat sebagai salah satu daerah otonom memiliki berbagai
sumber daya yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan utama dari
pembangunan ekonomi, yaitu meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja
untuk masyarakat daerah agar kesejahteraan masyarakat lebih merata. Dalam
upaya mencapai tujuan tersebut, pemerintah harus mampu mengembangkan
sektor perekonomian yang potensial agar berkembang sebagai sektor
unggulan. Dengan harapan bahwa sektor tersebut mampu memberikan
kontribusi bagi perekonomian, selain memiliki nilai efisiensi yang tinggi
Pendapatan peternak secara mandiri maupun bermitra sangat menentukan
dalam analisis usaha ternak. Analisis usaha ternak sering digunakan untuk
optimalisasi produksi sehingga dapat dilihat efisiensi penggunaan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja peternak. Faktor kinerja peternak secara mandiri
maupun bermitra lebih berhubungan dengan tingkat pendapatan. Selain itu juga
ada faktor-faktor konversi ransum, mortalitas, bobot badan jual, umur panen dan
manajemen yang menunjang produksi. Semua faktor produksi akan berpengaruh
pada pendapatan usaha petani ternak. Produksi yang terus meningkat ditentukan
oleh tersedianya teknologi maju yang lebih baik, penyediaan sarana dan
prasarana, perbaikan sistem pemasaran dan harga serta keuntungan usaha yang
lebih menarik.
Mengembangkan peternakan secara mandiri atau bermitra merupakan
pilihan mengingat besarnya kontribusi ayam broiler di dua kecataman tersebut
terhadap permintaan ayam broiler di Kabupaten Langkat, maka perlu adanya
penelitian, oleh karena hal tersebut, salah satu cara terbaik yang dapat dianjurkan
dalam pengembangan agribisnis peternakan ayam broiler adalah menerapkan
sistem pola kemitraan (Hartono, 2000). Pada perkembangannya, perusahaan yang
bermitra sebagai inti di Kota Medan adalah PT. Unggas Jaya Bersinar (UJB). PT.
Unggas Jaya Bersinar adalah salah satu perusahaan peternakan ayam yang
berdomisili di Kota Medan yang melakukan pola kemitraan dengan peternak
kecil.
Dengan demikian maka dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja peternak ayam broiler pola mandiri dan pola
kemitraan di Kabupaten Langkat (Studi Kasus Pada PT. Unggas Jaya Bersinar).
Identifikasi Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja peternak ayam broiler di
Kabupaten Langkat?
2. Bagaimana perbedaan kinerja peternak dan tingkat pendapatan ayam broiler
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja peternak ayam broiler
pola mandiri dan pola kemitraan di Kabupaten Langkat
2. Menganalisis perbedaan kinerja dan tingkat pendapatan peternak ayam broiler
pola mandiri dan pola kemitraan di Kabupaten Langkat
Hipotesis
1. Usaha peternakan ayam broiler pola mandiri lebih menguntungkan
dibandingkan dengan usaha peternakan broiler pola kemitraan .
2. Secara parsial faktor persentase ayam hidup, berat rata-rata, umur panen,
mortalitas dan FCR berpengaruh positif terhadap indeks prestasi (IP) peternak
ayam broiler pola kemitraan dan pola mandiri.
Manfaat Penelitian
1. Bahan masukan bagi masyarakat peternak dan pihak swasta yang terlibat
langsung dalam peternakan ayam broiler untuk dapat lebih baik dalam
mengelola usaha ternak ayam broiler.
2. Sumbangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agribisnis. Selain itu,
penelitian ini juga bermanfaat bagi para penelitian lain yang berminat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kabupaten Langkat
Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang
cukup panjang. Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan di mana
wilayahnya terbentang antara aliran Sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai
ke daerah aliran anak Sungai Wampu. Terdapat sebuah sungai lainnya di antara
kedua sungai ini yaitu Sungai Batang Serangan yang merupakan jalur pusat
kegiatan nelayan dan perdagangan penduduk setempat dengan luar negeri
terutama ke Penang/Malaysia.Adapun kata “Langkat” yang kemudian menjadi
nama daerah ini berasal dari nama sejenis pohon yang dikenal oleh penduduk
Melayu setempat dengan sebutan “pohon langkat”. Dahulu kala pohon langkat
banyak tumbuh di sekitar Sungai Langkat tersebut. Jenis pohon ini sekarang sudah
langka dan hanya dijumpai di hutan-hutan pedalaman daerah Langkat. Pohon ini
menyerupai pohon langsat, tetapi rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat
kerajaan Langkat berada di sekitar Sungai Langkat, maka kerajaan ini akhirnya
populer dengan nama Kerajaan Langkat (www.langkatkab.go.id).
Wilayah Kabupaten Langkat terletak pada koordinat 3°14’ - 4°13’ LU dan
97°52’ - 98°45’ BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo
c. Sebelah barat berbatasan dengan Prop. NAD dan Tanah Alas
d. Sebeleh timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai.
Luas keseluruhan Kabupaten Langkat adalah 6,263.29 km² atau 626.329
Ha, jumlah penduduk sekitar 1juta jiwa lebih dan kepadatan Penduduk 83.00 per
km2 (Badan Pusat Statistik Kabubaten Langkat, 2009).
Profil PT. Unggas Jaya Bersinar (UJB)
PT. Unggas Jaya Bersinar sebagai perusahaan mitra adalah sebuah
pada tahun 2010 di Medan tetapi telah banyak melakukan kemitraan dengan
peternak dikota Medan, Kabupaten Langkat, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai.
Sebagai perusahaan mitra, PT. Unggas Jaya Bersinar menanamkan investasi
kepada peternak ayam broiler pola kemitraan dalam bentuk penyediaan input
berupa bibit (DOC), pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin (OVK) dan
pemasaran hasil. Perusahaan ini juga menyediakan petugas penyuluh lapangan
dan Technical Support (TS) bagi peternak mitra dalam hal peningkatan sekaligus
pengawasan manajemen budidaya ayam broiler.
Peternak mitra perusahaan PT. Unggas Jaya Bersinar dari Kabupaten
Langkat, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai dengan berbagai tingkat populasi
mulai dari 1000 ekor sampai dengan 30.000 ekor ayam. Setiap peternak yang
bermitra dengan PT. Unggas Jaya Bersinar diwajibkan menyetor uang jaminan
usaha sebesar Rp. 3.000,- per ekor populasi ayam yang akan dipeliharanya. Uang
jaminan tersebut akan dikembalikan oleh perusahaan kepada peternak ketika
perjanjian kontrak kemitraan telah berakhir.
Pada saat dilaksanakan penandatanganan surat perjanjian kontrak antara
perusahaan dengan peternak, disepakati juga harga-harga sarana produksi yang
akan dibebankan kepada peternak, seperti harga pakan starter dan finisher, harga
bibit, serta harga jual ayam menurut ukuran bobot pada saat panen. Seluruh harga
tersebut bisa berubah sewaktu-waktu menurut perkembangan pasar, akan tetapi
harga yang sudah disepakati pada saat perjanjian tidak akan berubah, menunggu
perjanjian baru periode kemitraan selanjutnya.
Pola kemitraan hanya berlaku untuk satu periode pemeliharaan ayam
broiler, sehingga kedua belah pihak berhak untuk melanjutkan atau tidak
melanjutkan kemitraan tersebut pada periode berikutnya. Dengan disepakatinya
perjanjian kontrak kemitraan antara perusahaan dengan peternak, maka kedua
belah pihak akan melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing.
Karakteristik Ayam Broiler
Ayam adalah salah satu unggas yang cukup populer dan banyak dikenal
salah satu jenis ayam yang memiliki populasi yang lebih tinggi dibandingkan
unggas ayam lainnya seperti ayam petelur dan ayam buras.
Taksonomi broiler adalah sebagai berikut, Kingdom: Animalia, Filum:
Chordata, Kelas: Aves, Subkelas: Neornithes, Ordo: Galliformis, Genus: Gallus,
Spesies: Gallus domesticus (Hanifah, 2010)
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, walaupun galur
murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai
memeliharanya. Sebelumnya ayam yang dipotong adalah ayam petelur seperti
white leghorn jengger tunggal. Tidak heran bila pada saat itu banyak orang yang
antipasi terhadap daging ayam ras sebab ada perbedaan yang sangat mencolok
antara daging ayam ras broiler dan ayam ras petelur, terutama pada struktur
pelemakan didalam serat-serat dagingnya. Antipati masyarakat yang saat itu sudah
terbiasa dengan ayam kampung terus berkembang hingga pemasaran ayam broiler
semakin sulit. Pada akhir periode 1980-an itulah pemegang kekuasaan
mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk menggantikan
konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya.
Kondisipun membalik kini banyak peternakan ayam broiler bangkit dan secara
perlahan mulai diterima orang (Rasyaf, 1993)
Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil
perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa
dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai
penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang
mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang
baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan
ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/ produksi
daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4-5 minggu
Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat
dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan
kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat
lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan
upaya penangan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging
ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir
seperti perusahaan pembibitan (Bredding Farm), perusahaan pakan ternak (Feed
Mill), perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan (Saragih, 2000)
Adapun populasi ternak unggas berdasarkan jenis dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Tahun 2012
Tahun Jenis Unggas
Petelur Pedaging Ayam Kampung Itik
2004 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara
Ayam broiler atau yang lebih dikenal dengan ayam potong menempati posisi teratas
sebagai ayam yang kesediaannya cukup banyak, disusul ayam kampung, kemudian
petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang cukup tinggi, terutama
pada saat terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta
tahun baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging
tersebut tidak terpenuhi (Nurosono, 2009).
Ada tiga unsur dalam beternak ayam, yaitu unsur produksi, unsur manajamen, unsur
pasar dan pemasaran. Rasyaf menyatakan bahwa satu masa
produksi adalah satu kurun waktu dimana dilakukan produksi atau pembesaran anak
ayam broiler mulai umur satu hari hingga siap dijual pada umur 5-6 minggu dengan
bobot jual 1,4-1,7 kg/ekor sesuai permintaan konsumen. Akhir dari masa pemeliharaan
ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap pemasaran ini tidak
penanganan pemasaran ayam broilernya dilakukan kurang rapi dan terencana karena
dapat mengurangi perolehan peternak.
Peranan ayam broiler sangat penting dalam ikut memenuhi kebutuhan
masyarakat akan daging sebagai bahan pangan yang bergizi, hal ini mengingat
populasi ayam tersebut yang cukup besar dan pembeli hampir berada di seluruh
pelosok tanah air. Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang tinggi dan
kesadaran masyarakat dalam pemenuhan gizi, ternyata telah meningkatkan
permintaan akan daging. Ada beberapa alternatif daging yang dapat memenuhi
kebutuhan akan protein hewani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging
masyarakat Sumatera Utara perkapita sebagai berikut:
Tabel 2. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara Tahun 2007-2011 (Kg/KPT/Tahun)
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara (2010)
Tabel 2. menunjukkan bahwa daging ayam broiler, ayam buras dan babi
merupakan jenis daging dengan jumlah konsumsi perkapita terbesar. Secara
umum konsumsi untuk semua jenis daging di Provinsi Sumatera Utara setiap
tahunnya meningkat. Peningkatan permintaan ini ternyata juga dapat diikuti oleh
peningkatan jumlah produksi daging dari setiap jenis daging. Sehingga secara
umum Sumatera Utara tidak pernah kekurangan daging.
Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan pendapatan
sebagian besar sumber komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah
ayam pedaging (broiler) (Salam, 2009)
Industri perunggasan di Indonesia hingga saat ini berkembang sesuai dengan
kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai
tingkat efisiensi usaha yang optimal, namun upaya pembangunan industri
perunggasan tersebut masih menghadapi tantangan global yang mencakup
kesiapan daya saing produk, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja
penyediaan bahan baku pakan yang merupakan 60-70 % dari biaya produksi
karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor (Departemen
Pertanian, 2008). Seperti halnya yang dikemukan oleh Urip Santoso (2008)
bahwa efisiensi usaha peternakan unggas adalah hal yang sangat penting agar
kualitas produk unggas bisa bersaing di pasar bebas, dan upaya yang harus
dilakukan antara lain adalah substitusi bahan pakan, peningkatan mutu produk,
peningkatan produktivitas ternak, pembinaan sumber daya manusia dan
membentuk koperasi mandiri. Salah satu komoditi perunggasan yang memiliki
prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan ayam ras
pedaging karena didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima
oleh semua masyarakat Indonesia.
Laju pertumbuhan cepat dialami oleh ternak ayam broiler dan ayam ras petelur.
Cepatnya laju pertumbuhan populasi ayam ras (pedaging dan petelur) antara lain
disebabkan oleh makin terfokusnya perhatian pemerintah pada pengembangan kedua
jenis unggas tersebut. Pertimbangannya antara lain adalah bahwa protein hewani dari
unggas jauh lebih murah dibandingkan dengan kelompok lain dan secara operasional
pengembangan ternak unggas lebih mudah dibandingkan dengan pengembangan
ternak besar, ternak kecil dan perikanan (Hermanto, 1992).
Hardjosworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan bahwa antara umur satu sampai dua
minggu, ayam ras pedaging memerlukan suhu lingkungan mendekati 320C. pada umur
2-3 minggu, suhu lingkungan yang diperlukan antara 30 – 320C dan setelah umur 3
minggu menjadi 28-300C. kelembaban yang baik adalah sekitar 60%, bila terlalu tinggi
(diatas 70%), kondisi tersebut akan menganggu pernapasan. Selain itu, kelembaban
Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang
sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual disini
tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan
lamanya proses pengangkutan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan.
Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu – dua hari, akan memperbesar biaya
produksi terutama untuk pakan. Sedangkan proses pengangkutan ayam dari kandang
yang berlarut-larut akan menimbulkan stress pada ayam sehingga akhirnya akan
meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban kerugian peternak.
Pemasaran hasil di pola kemitraan itu peternak tidak perlu memasarkan hasil panennya
karena para pembeli yang telah disetujui oleh perusahaan inti akan menangkap ayam
broiler. Sedangkan peternak mandiri itu memasarkan hasil panennya sendiri kepasar.
Usaha Ternak Ayam Broiler
Peternakan adalah suatu kegiatan dalam rangka memanfaatkan kekayaan alam biotik
berupa ternak dengan cara produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
memperhatikan keseimbang anekologis dan kelestarian alam (Atmadilaga, 2008). Pada
usaha ternak di Indonesia, dilihat dari pola pemeliharaan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: (1) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan tadisional, tujuan
utamanya adalah dijual dan dikonsumsi keluarga sedangkan kotorannya dipakai
sebagai pupuk, (2) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan semi komersial
dengan tujuan untuk menambah pendapat keluarga dan konsumsi sendiri; dan (3)
Peternakan komersial, yaitu peternakan yang tujuan utamanya adalah untuk mengejar
keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menekan biaya produksi seminimal mungkin
(Atmadilaga, 2008)
Peranan usaha ternak ayam ras pedaging di Indonesia mulai menonjol
hingga saat ini. Usaha tersebut tetap mempunyai prospek baik dan cukup cerah,
karena tingkat konsumsi masyarakat akan kebutuhan protein hewani, khususnya
ayam terus meningkat. Untuk memulai suatu usaha peternakan ayam ras pedaging
tidak semudah yang dibayangkan. Peternak harus memahami prinsip-prinsip
satu aspek teknis yang harus dipertimbangkan adalah merawat ayam ras pedaging
secara baik. Peternak harus memiliki pengatahuan dan keterampilan beternak,
sehingga ayam tetap hidup dan mampu mengeluarkan kemampuan genetisnya
(Rasyaf, 2008).
Resiko beternak broiler cukup besar mengingat bisnis ayam broiler adalah
“bisnis mahluk hidup”. Artinya bisnis ini sangat dipengaruhi kondisi ayam
broiler. Semakin bagus performa broiler, peluang memperoleh keuntungan yang
besar semakin tinggi. Sebaliknya, semakin buruk performa broiler, kerugian akan
semakin besar karena produksi daging tidak sebanding dengan biaya produksi
yang telah dikeluarkan. Selain terkenal memiliki pertumbuhan yang cepat, broiler
juga dikenal sebagai ayam “manja”. Hal itu karena ayam ini memerlukan
perlakuan istimewa untuk mendukung pertumbuhannya serta sangat sensitif
terhadap perubahan lingkungan. Kondisi yang tidak nyaman akan mengakibatkan
ayam stress sehingga daya tahan tubuhnya menurun sehingga mudah terserang
penyakit. Adanya penyakit akan membuat efisiensi pakan memburuk,
pertumbuhan terhambat, serta mengakibatkan kematian. Dengan demikan, biaya
yang telah dikeluarkan akan menjadi sia-sia.
Resiko tidak dapat dihindari, tetapi harus dihadapi dan diatasi. Salah
satunya upaya untuk mengatasinya adalah perencanaan yang matang. Perencanaan
akan menentukan berhasil tidaknya usaha yang akan dijalankan. Selain itu,
diperlukan keseriusan dalam menjalankan usaha ini, bukan hanya sebagai
sambilan. Biasanya, setiap usaha yang dijalankan dengan “setengah hati” pasti
tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Untuk memulai usaha broiler,
terutama pemula, disarankan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Tren harga
Sebelum memulai usaha peternakan ayam broiler, sebaiknya melihat atau
mempelajari dahulu tren harga ayam hidup saat panen. Oleh karena itu, sebagai
peternak harus menyiasati agar ayam yang dipanen bisa dijual dengan harga jual
tinggi. Misalnya pada hari raya Idul Fitri atau bulan-bulan saat banyak hajatan,
sebaliknya jangan “menanam” DOC jika diperkirakan harga saat panen rendah.
adalah mengurangi populasi DOC dalam kandang. Hal tersebut penting, terutama
bagi pemula untuk antisipasinya bila hasilnya kurang bagus.
2. Kondisi musim dan cuaca
Musim dan cuaca turut mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Usahakan
memasukkan DOC pada musim dan cuaca yang bagus. Informasi ini dapat
diperoleh dengan melihat waktu para peternak broiler berpengalaman ketika
memasukkan DOC. Dengan memilih waktu yang tepat, diharapkan hasil yang
dicapai bisa optimal untuk menjaga motivasi dan kepercayaan diri.
3. Populasi awal
Populasi awal untuk memulai usaha peternakan broiler sebaiknya jangan terlalu
banyak, tetapi disesuaikan dengan kemampuan. Sebagai langkah awal, populasi
bisa dimulai dari angka 1.000 – 3.000 ekor dengan catatan sudah memiliki pasar
yang jelas. Usahakan modal operasional yang ada cukup untuk 3-4 kali periode
pemeliharaan sebagai cadangan. Bila periode pertama mengalami kegagalan,
masih ada modal untuk periode berikutnya.
Aspek modal dan pengadaan sarana produksi ternak (sapronak) dapat menjadi kendala
bagi peternak kecil. Guna mendorong pengembangan usaha peternakan, khususnya
ayam broiler, pemerintah telah menciptakan beberapa kemudahan melalui
pemanfaatan modal, diantaranya adalah sistem kemitraan.
Beberapa jenis pola kemitraan inti plasma yang dijalankan, antara lain pola kemitraan
dimana peternak plasma menyediakan kandang, sekam, gas/minyak tanah dan
mengelola pemeliharaan ayam ras. Sedangkan perusahaan inti menyediakan daily old
chicken (DOC), pakan, vitamin, obat-obatan dan menetapkan harga sesuai kontrak
termasuk harga jual ayam. Inti juga dapat memberikan piutang berupa sapronak
kepada plasma dalam menjalankan usahanya. Pembayaran dipotong langsung setelah
perhitungan hasil panen. Hal yang berbeda dari sistem kemitraan diatas berupa
penetapan harga beli (DOC), pakan, obat, vitamin dibelakang, yaitu perhitungan
dilakukan setelah diketahui hasil panen dan adanya perbedaan umur panen ayam ras
pedaging. Misalnya, ayam dipanen ketika umur 31-33 hari dan umur 37-41 hari.
bilamana usaha peternakan ayam ras dijalankan secara professional dan baik, maka
akan menghasilkan keuntungan bagi peternak plasma.
Peternak Pola Mandiri
Peternak mandiri adalah peternak yang mampu menyelenggarakan usaha
ternak dengan modal sendiri dan bebas menjual outputnya kepasar. Pengambilan
keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta
seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak
(Supriyatna dkk, 2006). Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik mandiri
maupun kemitraan sangat dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor
produksi yaitu bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan, vitamin, dan vaksin, tenaga
kerja, biaya listrik, bahan bakar, serta investasi kandang dan peralatan (Rita,
2009).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam ras
pedaging tetap dikelola secara mandiri oleh sebagian besar peternak yaitu:
1). Pemeliharaannya cukup mudah;
2). Waktu pemeliharaan relatif singkat (±4 minggu) karena sistim
pemasarannya dalam bentuk ekoran; dan
3). Tingkat pengembalian modal relatif cepat.
Namun selain itu ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu:
1). Sarana produksi kurang;
2). Manajemen pemeliharaan/keterampilan peternak yang belum memadai;
3). Modal relatif terbatas;
4). Resiko pemasaran/penjualan cukup besar.
5). Usahanya tergantung situasi dan cenderung spekulatif, dimana besar
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, tetapi besar pula
kemungkinan untuk menderita kerugian.
Sistem mandiri merupakan sistem beternak broiler yang semua modal, proses
produksi, dan pemasaran dilaksanakan secara mandiri oleh peternak. Modal dibagi
a. Modal investasi, yaitu penyediaan sarana usaha yang bersifat fisik, seperti
sewa tanah, pembuatan kandang dan perizinan.
b. Modal kerja, yaitu modal yang digunakan untuk membiayai semua kegiatan
usaha, seperti pembelian DOC, pakan, obat dan vaksin.
Peternak Pola Kemitraan
Pola kemitraan usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilaksanakan dengan
pola inti plasma, yaitu kemitraan antara peternak mitra dengan perusahaan mitra,
dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma, sedangkan perusahaan mitra
sebagai inti. Pada pola inti plasma kemitraan ayam ras yang berjalan selama ini,
perusahaan mitra menyediakan sarana produksi peternakan (sapronak) berupa:
DOC, pakan. obat-obatan/vitamin, bimbingan teknis dan memasarkan hasil,
sedangkan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja dan berkewajiban
melakukan pembinaan selama proses pemeliharaan berlangsung.
Faktor pendorong peternak ikut pola kemitraan adalah:
1. Tersedianya sarana produksi peternakan;
2. Tersedia tenaga ahli;
3. Modal kerja dari inti;
4. Pemasaran terjamin.
Namun ada beberapa hal yang juga menjadi kendala bagi peternak
pola kemitraan yaitu:
1. Rendahnya posisi tawar pihak plasma terhadap pihak inti;
2. Terkadang masih kurang transparan dalam penentuan harga input maupun
output (ditentukan secara sepihak oleh inti).
Ketidakberdayaan plasma dalam mengontrol kualitas sapronak yang dibelinya
menyebabkan kerugian bagi plasma.
Basuki (2004) menyimpulkan bahwa tingkat pelaksanaan kemitraan pola
inti plasma berhubungan positif dengan tingkat pendapatan peternak, namun
hasil penelitian Sumartini (2004) menemukan bahwa rendahnya pendapatan
peternak program kemitraan cenderung sebagai akibat kurang transparan
harga pakan, harga sapronak lainnya) maupun harga output (ayam ras
pedaging). Pada kemitraan ayam ras pedaging ketidakadilan biasanya terjadi
karena adanya perbedaan kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara
kelompok mitra (peternak) sebagai plasma dengan perusahaan mitra sebagai inti,
sehingga pihak yang kuat mengeksploitasi pihak yang lemah. Walaupun
dalam pedoman pelaksanaan kemitraan telah diatur sedemikian rupa, tapi
kenyataan menunjukkan bahwa kemitraan belum dapat memberikan pendapatan
yang sesuai dengan harapan, khususnya bagi peternak. Kemitraan yang
seharusnya bersifat win-win solution (saling menguntungkan) belum tercapai,
sehingga dalam upaya mengembangkan kemitraan yang tangguh dan modern
diperlukan strategi untuk
memperbaiki pondasi perkembangan kemitraan yang lebih mendasar
(Rusastra, et.al dalam Sumartini, 2004).
Aturan main dari sistem kemitraan adalah harga DOC, sapronak, dan ayam
hidup sudah ditetapkan dan disebut dengan “harga garansi”. Namun, ada suatu
pengecualian, misalnya kondisi sakit ada potongan antara Rp. 200,00 – Rp. 500,00
dari harga garansi. Pihak mitra tidak boleh membeli sapronak dari luar dan menjual
hasil panen sendiri tanpa persetujuan kedua belah pihak. Pelanggaran terhadap aturan
yang sudah ditetapkan bisa dikenakan sanksi sesuai perjanjian. Apabila terjadi
kerugian, maka yang menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya DOC, pakan
dan obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed Conversi Ratio (FCR)
lebih rendah dari yang ditetapkan oleh inti, sedangkan bagi peternak non mitra,
seluruh biaya operasi dan investasi serta pemasaran diusahakan sendiri.
Sebelumnya perjanjian kerja sama dimulai, pihak inti akan melakukan kajian
kelayakan kandang serta meminta jaminan kepada pihak mitra berupa surat tanah
(sertifikat), uang, atau BPKB kenderaan yang nilainya telah ditetapkan pihak inti.
Selanjutnya, kedua belah pihak menandatangani surat perjanjian diatas materai
termasuk persetujuan harga garansi. Kerugian akibat proses budi daya dibebankan
sepenuhnya kepada pihak mitra dan dianggap sebagai hutang dan dapat dicicil
oleh kecurangan mitra, pembayaran hutang harus sekaligus dan kerja sama akan
dihentikan.
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan. Pola kemitraan ayam pedaging tidak dapat dipisahkan dari
sejarah perkembangan industry ayam pedaging di Indonesia. Bahkan pola kemitraan
tersebut dilahirkan dari sejarah industri ayam pedaging.
Tabel. 3Perbedaan Sistem Usaha Broiler
Karakteristik
Sistem Usaha
Mandiri Kemitraan
Modal Penuh sendiri Sebagian kecil sendiri
Jaminan Tidak perlu Harus ada
Waktu Panen Kapan saja Ada persetujuan pihak
kedua
Harga Disesuaikan dengan harga
pasar
Disesuaikan dengan harga garansi
Pasar Mencari sendiri Sudah terjamin
Fluktuasi harga Sangat berpengaruh Tidak terpengaruh
Keuntungan Bisa maksimal jika harga bagus
Standar
Kerugian Besar jika harga jatuh Tidak terpengaruh
Risiko Kerugian Ditanggung peternak Tidak ada
Kecermatan Sangat membutuhkan
kecermatan prediksi harga
Prediksi harga hanya untuk mengejar bonus selisih harga
Sumber kerugian Bisa berasal dari performa yang jelek dan harga jatuh
Hanya dari performa yang jelek
Bimbingan teknis Tidak ada (belajar sendiri) Ada (dari petugas)
Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang
bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung
dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami dan dianut
bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Etika adalah sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud
dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok. Dengan demikian, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya
kesamaan nilai, norma, sikap dan perilaku dari para pelaku yang menjalankan
kemitraan tersebut. Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh pondasi dari
kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau dasar
paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari
pihak-pihak yang bermitra. Kalau bermitra tidak didasari oleh etika bisnis (nilai,
moral, sikap dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut
tidak dapat berjalan dengan bai
Sebaiknya, bagi pemula yang baru terjun kebisnis broiler disarankan
menggunakan sistem kemitraan. Hal ini karena pada sistem kemitraan, peternak akan
didampingi oleh petugas yang akan memberikan bimbingan teknis. Dengan demikian,
peternak juga dituntut aktif mencari informasi kepada petugas. Berikut adalah
aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sistem usaha.
1. Modal yang dimiliki
2. Pengetahuan tentang pasar (market share)
3. Pengetahuan dan keterampilan peternak
4. Ketersediaan sapronak (sarana produksi peternakan) dan DOC
Apabila memilih sistem kemitraan (inti-plasma), perlu mencari inti yang bisa saling
menguntungkan kedua belah pihak, baik plasma maupun inti. Pilih inti yang
menggunakan sapronak berkualitas. Bagi peternak pemula, hal tersebut bisa
dikonsultasikan kepada konsultan peternakan maupun peternak yang sudah lama
mengikuti kemitraan. Hal yang harus dipastikan adalah penjualan ayam harus lebih
Modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi
lebih lanjut. Dalam perkembangan kemudian ternyata pengertian modal mulai
bersifat “non physical oriented”, dimana pengertian modal ditekankan pada nilai,
daya beli atau kekuasaan memakakai atau menggunakan yang terkandung dalam
barang-barang modal (Riyanto, 1989)
Tingkat Pendapatan Ayam Broiler
Pendapatan adalah hasil produksi total yang diperoleh dalam satu kali
musim tanam dikalikan dengan angka persatuan produk pada saat panen. Sektor
produksi membeli hasil produksi dengan harga yang berlaku pada pasar faktor
produksi. Harga juga ditentukan oleh tarik menarik antara permintaan dan
penawaran.
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefenisikan sebagai hasil berupa uang
atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia
bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap
anggota rumah tangga dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau
upah usaha rumah tangga atau sumber lain (Samuel dan Nordheus, 1995).
Nilai total pendapatan adalah merupakan jumlah uang yang diterima dari
penjualan suatu produk yaitu perkalian anatara jumlah harga (P) dan jumlah
barang (Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR= P x Q, dimana TR adalah total
revenue (total pendapatan), P adalah harga jual produk dan Q adalah jumlah
barang (Sukoco, 2011).
Tingkat pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging ditentukan oleh besarnya dari
hasil penjualan daging dan besarnya biaya produksi. Pendapatan usaha peternakan
ayam pedaging selain dipengaruhi oleh faktor harga, juga sangat tergantung pada
tingkat produksi, biaya pakan, DOC, tenaga kerja serta kandang dan peralatan (Rani,
Hastuti, 2002)
Dalam hal ini pendapatan juga diartikan sebagai pendapatan bersih
seseorang baik berupa uang. Secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi
1. Gaji dan upah
Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan
untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintahan.
2. Pendapatan dari kekayaan
Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total produksi dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga
dan nilai sewa capital untuk sendiri tidak diperhitungkan.
3. Pendapatan dari sumber lain
Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja antara
lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa asset, bunga
bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan (income level)
adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang individu atau keluarga
yang didasarkan atau penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapat lain
(Samuelson dan Nordheus, 1995).
Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh
seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai
balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan
upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan
memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor
produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi
yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga barang
dari barang tersebut (Sukirno, 1996)
Kinerja Peternak
Pendapatan peternak secara mandiri maupun bermitra sangat menentukan
dalam analisis usaha ternak. Analisis usaha ternak sering digunakan untuk
optimalisasi produksi sehingga dapat dilihat efisiensi penggunaan factor-faktor
yang mempengaruhi kinerja peternak. Faktor kinerja peternak secara mandiri
maupun bermitra lebih berhubungan dengan tingkat pendapatan. Selain itu juga
ada faktor-faktor konversi ransum, mortalitas, bobot hidup, umur panen dan
berpengaruh pada pendapatan usaha petani ternak. Produksi yang terus meningkat
ditentukan oleh tersedianya teknologi maju yang lebih baik, penyediaan sarana
dan prasarana, perbaikan sistem pemasaran dan harga serta keuntungan usaha
yang lebih menarik.
Industri perunggasan di Indonesia hingga saat ini berkembang sesuai
dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran
mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, namun upaya pembangunan
industri perunggasan tersebut masih menghadapi tantangan global yang
mencakup kesiapan daya saing produk, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya
kinerja peternak. Ada beberapa faktor yang yang secara bersama-sama sangat
berpengaruh kepada kinerja peternak ayam broiler yaitu:
1. Mortalitas Ayam Broiler
Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat
kematian yang tinggi pada ayam broiler sering terjadi pada periode awal atau
starter dan semakin rendah pada periode akhir atau finisher. Angka mortalitas
diperoleh dari perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang
dipelihara (Lacy dan Vest, 2000). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa
fakor, diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan
lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit (North dan Bell,
1990). Kematian pada suhu yang tinggi dapat mencapai 30% dari total
populasi (Tarmudji, 2004).
Fairchild dan Lacy (2006) menyatakan fungsi dari sistem ventilasi
pada
pemeliharaan ayam broiler adalah untuk mengurangi jumlah amoniak yang
dapat mengganggu produksi. Faktor penyakit sangat dominan sebagai
penyebab kematian utama ayam broiler. Retno (1998) melaporkan bahwa
penyakit CRD ini dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Escheria coli,
Infectius Bronchitis (IB), dan Newcastle Desease (ND). Menurut Lacy dan Vest
obat-obatan serta sanitasi sekitar kandang perlu dilakukan untuk menekan
tingkat kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan North dan Bell (1990)
bahwa tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor, diantaranya bobot
badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan
dan kandang serta penyakit.
2. Konversi Ransum (FCR) Ayam Broiler
Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
genetik, tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam
ransum, manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan (James, 2004).
Jumlah ransum yang digunakan mempengaruhi perhitungan konversi ransum
atau Feed Conversi Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara
jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka
konversi ransum yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Edjeng dan
Kartasudjana, 2006). Semakin tinggi konversi ransum berarti semakin boros
ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007).
Ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga
ukuran berat badan. Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat
badan dan 20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang.
Bila nilai konversi pakan sudah jauh di atas angka dua, maka
pemeliharaannya sudah kurang menguntungkan lagi. Oleh karena itu, ayam
broiler biasanya dipasarkan maksimal pada umur enam minggu.
3. Bobot Hidup
Beternak ayam ras pedaging lebih cepat mendatangkan hasil dari pada
beternak ayam buras. Pada umumnya pemeliharaan selama 5-8 minggu saja ayam
sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-1,8 kg/ekor dan bisa segera dijual. Bobot
Hidup adalah Jumlah berat keseluruhan ternak ayam pedaging yang dijual dibagi
4. Indeks Prestasi Ayam Broiler
Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan
pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks prestasi. Indeks Prestasi (IP)
adalah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui performa
ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi
ayam dansemakin efisien penggunaan pakan (Fadilah, 2007). Nilai indeks
prestasi dihitung berdasarkan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur
panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan
(Kamara, 2009). Nilai yang diperoleh dibandingkan terhadap standar. Nilai
indeks prestasi dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
100
Tabel 4. Kriteria Indeks Prestasi
Indeks Performa (IP) Nilai Sumber: Santoso dan Sudaryani (2009)
Total Pendapatan Usaha Ternak
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total
adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produksi (Rahim, 2008)
Pendapatan usaha ternak merupakan selisish antara penerimaan dan semua
biaya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995):
Pd = TR – TC
dimana:
Pd = Pendapatan usaha ternak
TC = Total biaya
Nilai total pendapatan adalah jumlah uang yang diterima dari penjualan
suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang (Q) atau
dapat dirumuskan sebagai TR = P x Q, dimana TR adalah total revenue (total
pendapatan), P adalah harga jual produk dan Q adalah jumlah barang (Sukoco,
2011).
Penerimaan dalam suatu peternakan terdiri dari:
1. Hasil produksi utama berupa penjualan ayam ras pedaging, baik itu berat
hidup atau berat karkas.
2. Hasil menjual feses atau alas litter yang laku dijual kepada petani sayur-mayur
(Rasyaf, 1995).
Menurut Boediono (2002), penerimaan (Revenue) adalah penerimaan produsen dari
hasil penjualan output. Ada dua konsep penerimaan yang penting hasil penjualan
outputnya. (1) Total Revenue (TR) yaitu penerimaan total produsen dari hasil
penjualan outputnya. TR adalah output kali harga jual output; (2) Marginal Revenue
(MR), yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan tambahan penjualan satu unit output.
Kadarsan (1995) menyatakan penerimaan adalah nilai hasil dan output karena
perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak
pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan perusahaan bersumber dari penjualan hasil
usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan.
Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi keluarga harus dihitung dan
dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan walaupun pada akhirnya dipakai pemilik
perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatan penerimaan ini adalah memperlihatkan
sejelas mungkin berapa besar penerimaan dan penjualan hasil operasional dan
penerimaan lain-lain.
Tingkat pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging ditentukan oleh besarnya dari
hasil penjualan daging dan besarnya biaya produksi. Pendapatan usaha peternakan
ayam ras pedaging selain dipengaruhi oleh faktor harga, juga sangat tergantung pada
tingkat produksi, biaya pakan, DOC, tenaga kerja serta biaya kandang dan peralatan
Revenue of Cost
R/C adalah singkatan dari revenue of cost ratio yaitu perbandingan
(nisbah) antara penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio perbandingan antara
penerimaan dan biaya total, yang menurut (Soekartawi, 2002) persamaannya
dapat ditulis:
a = R/C
dimana:
R = Py. Y
C = FC + VC
a = {(Py.Y) / (FC+VC)}
R = Penerimaan
C = Biaya
Py = Harga output
Y = output
FC = Biaya tetap (fixed cost)
VC = Biaya variable (variable cost)
R/C ratio dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Bila R/C > 1, maka artinya usaha ternak mendapatkan keuntungan
b. Bila R/C < 1, maka usaha ternak mengalami kerugian
c. Bila R/C = 1, maka usaha ternak impas (tidak untuk/ tidak rugi)
Menurut Kadarsan (1995), R/C rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang
menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang
dikeluarkan dalam produksi usaha ternak. Analisis ini dapat digunakan untuk mngukur
tingkat keuntungan relative kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut
dapat diketahui, apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak. Nilai R/C rasio
lebih besar dari satu, yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk
usaha ternak akan memberikan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya,
usaha ternak dikatakan tidak menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu.
Hal ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan
tersebut. Usaha ternak dikatakan impas bila nilai R/C rasio sama dengan satu. Rumus
yang digunakan adalah:
Biaya Total
Penerimaan Total
Rasio C
R/ =
Dengan kriteria:
R/C rasio > 1 = usaha untung
R/C rasio = 1 = usaha impas atau tidak untung dan tidak rugi
BAB III. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian berlangsung selama bulan Juni sampai dengan Agustus
2013 yang mencakup kegiatan pra survey mendapatkan data awal daerah
penelitian sebagai penyusunan proposal, serta pengumpulan data, analisis data dan
penulisan laporan hasil penelitian dalam bentuk tesis. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Selesai dan Kuala Kabupaten Langkat.
Metode Penentuan Responden Penelitian
Lokasi penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling yaitu metode
penentuan lokasi penelitian secara sengaja, dengan alasan Kecamatan Selesai dan
Kuala merupakan sentra ternak ayam broiler di Kabupaten Langkat.
Penentuan penelitian yang digunakan adalah metode survey yakni
wawancara dengan kelompok peternak ayam broiler dan observasi langsung di
lokasi penelitian. Wawancara menggunakan daftar pertanyaan (Kuisioner).
Penggunaan jenis penelitian survey ditujukan untuk menggambarkan keadaan
secara detail dari objek yang diteliti, sehingga diketahui faktor-faktor yang
mempenagruhi kinerja peternak ayam broiler pola mandiri dan pola kemitraan di
Kabupaten Langkat.
Penentuan responden penelitian dilakukan secara menyeluruh untuk
peternak pola kemitraan yaitu sebanyak 20 orang dengan metode sensusdan untuk
peternak mandiri juga sebanyak 20 orang yang diambil dengan menggunakan
metode acak sederhana (Simple Random Sampling).
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari peternak broiler dengan menggunakan
metode wawancara melalui pengisian daftar pertanyaan (kuisioner). Data sekunder
Langkat serta beberapa literature/ pustaka dengan mengkaji laporan, bahan tertulis
yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
1. Kinerja Peternak
Untuk mengetahui produktivitas kinerja peternak ayam broiler secara mandiri
dan bermitra dilakukan dengan uji regresi linear berganda, yaitu:
Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + µ
Dimana:
Y = Indeks Prestasi (IP)
X1 = Persentase Ayam Hidup
X2 = Bobot Hidup
X3 = Umur Panen
X4 = Konversi Ransum
a = Konstanta
b = Koefisien Variabel
µ = Error
untuk menentukan fungsi regresi linear berganda apakah keragaman
variable independent tersebut dapat menerangkan variable dependent, dilakukan
pengujian dengan menghitung koefisien determinasi (R2). Determinasi (R2) ini
mempunyai jangkauan antara 0 sampai 1, semakin dekat ke 1 maka semakin baik
kesesuaiannya.
Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test) dan uji F
(F-test) serta pergitungan nilai koefisien determinasi R2. Uji t dimaksud untuk
mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Sedangkan uji-F
dimaksudkan untuk mengetahui signikasi koefisien regresi secara bersama.
Koefisien determinasi R2 bertujuan untuk melihat kekuatan variable bebas
menjelaskan variable tidak bebas.
Kaidah keputusan:
1) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima artinya variabel independent yang
lain variable independent tidak signifikan pada tingkat kepercayaan tertentu α
tertentu.
2) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak artinya variabel independent yang
diuji secara simultan berpengaruh terhadap variable dependent, dengan kata
lain variable independent tidak signifikan pada tingkat kepercayaan tertentu α
tertentu.
3) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima artinya variabel independent yang
diuji secara simultan tidak mempengaruhi variable dependent, dengan kata
lain variable independent tidak signifikan pada tingkat kepercayaan tertentu α
tertentu
4) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak artinya variabel independent yang diuji
secara simultan berpengaruh terhadap variable dependent, dengan kata lain
variable independent tidak signifikan pada tingkat kepercayaan tertentu α
tertentu.
Perhitungan diatas dilakukan sepenuhnya dengan bantuan software computer
SPSS Versi. 17.
2. UjiPenyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linear, yang secara
statistik permasalah tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan
dapat menyesatkan kesimpilan yang diambil dari persamaan yang terbentuk . untuk itu
perlu dilakukan penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya distribusi faktor gangguan
(residual). Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik. Analisis grafik adalah dengan melihat normal
probability plot yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dengan
distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Interperstasi dari persamaan regresi linear secara implicit bergantung pada asumsi