• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK SOPIR ANGKOT (Studi Kasus Sopir Angkot Trayek Bringin-Salatiga) Tahun 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK SOPIR ANGKOT (Studi Kasus Sopir Angkot Trayek Bringin-Salatiga) Tahun 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK SOPIR ANGKOT

(Studi Kasus Sopir Angkot Trayek Bringin-Salatiga)

Tahun 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan(S.Pd)

Oleh :

FATIKHATUS SAKDIYAH

NIM 111-13-211

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

PE

tangan di bawah ini:

tikhatus Sakdiyah

111-13-211

ndidikan Agama Islam

kultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupa

dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau diruj

h. Selain itu, saya tidak keberatan jika nask

ain. Pendapat atau

u dirujuk berdasarkan

naskah skripsi ini

, 03 Agustus 2017 yatakan,

(3)

Imam Mas Arum S.Pd, M.P Dengan hormat, sete

naskah Skripsi mahasi

setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan

hasiswi:

: Fatikhatus Sakdiyah

: 111–13–211

: S1-Pendidikan Agama Islam

: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA A

ANGKOT (STUDI KASUS SOPIR ANGK

BRINGIN-SALATIGA TAHUN 2017)

pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

ng munaqosyah. Demikian nota pembimbing i

(4)

I INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGUR

lan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 603136 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email:tarbiyah@

SKRIPSI

N AGAMA ISLAM PADA ANAK SOPIR A

S SOPIR ANGKOT TRAYEK BRINGIN-SA

TAHUN 2017

Disusun oleh

FATIKHATUS SAKDIYAH

NIM: 11113211

n di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusa kultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agam

ada tanggal 29 Agustus 2017 dan telah dinyata roleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

: Mufiq, S.Ag., M.Phil. :...

: Imam Mas Arum, M.Pd. :

: Siti Rukhayati, M.Ag. :...

(5)

MOTTO

“Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, tetapi

kekayaan sebenarnya adalah yang kaya jiwa (hati)

(HR. Bukhari Muslim)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua (Suparmin dan Sarni) yang senantiasa mencurahkan kasih

sayang, memberikan bimbingan, motivasi dan doa yang tidak pernah henti untuk

anak-anaknya.

Saudara-Saudaraku (Mbak Al, Mbak Yul, Mas Lutfi) yang selalu menyokongku

untuk terus bersabar dan berusaha.

Teman seperjuangan (Mbak Lu’luk Suroya) yang setia berbagi motivasi pengalaman dan bimbinganya.

Orang yang setia menungguku (Mas Zaini Aslam) yang selalu menasihati dan

memotivasi agar sabar dalam cobaan.

Keluarga besar Pondok Pesantren Samsun Muchana Bringin dan Racana Kusuma

Dilaga-Woro Srikandhi yang banyak memberiku

tempaan diri dan pengalaman.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan

syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA ANAK SOPIR ANGKOT (STUDI KASUS SOPIR ANGKOT TRAYEK

BRINGIN-SALATIGA TAHUN 21017)”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memeperoleh gelar S1 fakultas tarbiyah

dan keguruan, kejurusan pendidikan agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang

diterima dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual. Dengan berakhirnya

penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga,

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

IAIN Salatiga.

4. Bapak Imam Mas Arum, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

5. Bapak Supardi S.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang senantiasa

membimbing dan memotivasi untuk menjadi yang terbaik.

6. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu proses penyusunan

(7)

7. Ayah, ibu, keluarga

11. Semua pihak yang t

Harapan peulis, s

berlipat ganda dari Alla

bagi penulis dan umum

diharapkan untuk kesem

rga dan teman-teman yang telah berkontribusi selam

n orang yang setia menungguku, menemani,

uk Suroya dan Zaini Aslam).

angkot yang bersedia membantu dan berbagi inf

terselesaikan dengan baik

Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikhandi IAIN Salat

santren Samsun Muchana yang telah menjadi medi

ng telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

lis, semoga amal baik yang telah dibeikan mendapat

llah Swt. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berm

(8)

ABSTRAK

Sakdiyah, Fatikhatus. 2017. Pendidikan Agama Islam pada Anak Sopir Angkot

(Studi Kasus Sopir Angkot Trayek Bringin-Salatiga)

Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum S.Pd, M.Pd

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam Pada anak Sopir Angkot

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pendidikan agama Islam anak pada sopir angkot (Studi kasus sopir angkot trayek Bringin-Salatiga) tahun 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pemahaman orang tua yang berprofesi sebagai sopir angkot trayek Bringin-Salatiga tentang pendidikan agama Islam, (2) Bagaimana upaya orang tua dalam pendidikan agama Islam dengan latar belakang orang tua berprofesi sopir angkot Dan (3) Apa kendala orang tua yang berprofesi sopir angkot dalam memberikan pendidikan agama Islam pada anak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Subyek penelitian adalah keluarga sopir angkot.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 14

B. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam... 26

C. Kendala Pendidikan Agama Islam Sopir Angkot ... ... 28

D. Penelitian yang Relevan ... 30

BAB III PAPARAN DAN HASIL TEMUAN A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Temuan Penelitian ... 34

BAB IV ANALISIS DATA A. Pemahaman Orang Tua yang Berprofesi sebagai Sopir Angkot tentang Pendidikan Agama Islam... 47

B. Upaya Orang Tua dengan Latar Belakang Berprofesi sebagai Sopir Angkot dalam pendidikan Agama Islam ... 55

(10)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup ... 71

Lampiran II Pedoman Wawancara ... 72

Lampiran III Surat Tugas pembimbing skripsi ... 74

Lampiran IV Surat Izin Penelitian ... 75

Lampiran V Lembar Konsultasi Skripsi ... 76

Lampiran VI Daftar Nilai SKK ... 77

Lampiran VII Dokumentasi ... 81

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu tidak dapat lepas dari pendidikan, sebagai bekal hidup

karena pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson dalam

(Sadulloh, 2014: 5), pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan

perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial, dan

lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Dengan

demikian, pendidikan sebenarnya dilakukan sejak manusia lahir tanpa disadari,

sehingga perlu ditanamkan pendidikan agama Islam sejak dini sebagai

pedoman kehidupan.

Menurut Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu

usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup (Umiarso dan Makmur, 2010: 39). Sedangkan, Pendidikan agama Islam

merupakan proses mengembangkan potensi diri secara jasmani dan rohani

untuk bekal di dunia dan akhirat. Pendidikan agama Islam berfungsi sebagai

pandangan hidup agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, dengan

selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangang-Nya yang

semata-mata untuk mendapatkan ridho-Nya.

Seorang bayi yang baru lahir merupakan makhluk Allah swt yang suci,

(13)

melangsungkan hidupnya di dunia. Sedangkan Ibu dan ayah merupakan orang

yang memberikan kasih sayang dan memelihara anaknya dengan baik tanpa

mengharapkan imbalan. Setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang

berkepribadian baik dan membawa nama harum orang tua, karena anak yang

baik merupakan kebanggaan orang tua (Majid, 2012: 20-21). Maka orang tua

sangat berperan penting dalam merawat anak-anaknya. Sebagaimana dalam

Q.S At-Tahrim ayat 6 : keluargamudari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(Kementerian Agama RI, 2011: 560).

Berdasarkan ayat di atas anak adalah titipan Allah swt yang

diamanahkan kepada kedua orang tua dianggap mampu untuk merawat,

mengarahkan, dan menbimbing anaknya yang kelak akan dimintai

pertanggungjawaban atas apa yang sudah diajarkan orang tua kepada anaknya.

Anak juga mempunyai hak yang harus dipenuhi. Hak tersebut yaitu

pendidikan, nama yang baik, dan tempat tinggal sehingga kedua orang tua

tidak bisa lepas dari tanggung jawabnya.

Dalam hal ini pendidikan agama Islam sangat penting. Melalui

(14)

sangat ditentukan oleh kedua orang tuanya (Faiz, 2016: 2-3). Pendidikan

agama islam merupakan landasan bagi anak agar terbentuk akhlak yang baik,

mampu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apabila anak

tanpa agama, maka anak tidak akan punya aturan dan tanggung jawab serta

sulit untuk diarahkan. Maka orang tua harus sedari dini mengajarkan agama.

Orang tua merupakan teladan untuk anaknya, sehingga perkataan dan

perbuatan yang dilakukan orang tua akan ditirukan anak. Maka perlu

kehati-hatian dalam mengucapkan maupun mengerjakan sesuatu hal apapun. Selain

itu, orang tua juga mempunyai kewajiban untuk bekerja agar kebutuhan

keluarga terpenuhi. Maka, orang tua yang berprofesi apapun memilki

tanggung jawab dalam memperhatikan pendidikan anak.

Sopir merupakan salah satu pekerjaan yang dijadikan mata pencaharian

seorang kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Di salatiga

terdapat beberapa trayek angkot. Salah satunya yaitu trayek angkot

Salatiga-Bringin yang dijadikan sumber mata pencaharian. Sebagian sopir berasalan

bahwa profesi tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sehingga menggantungkan penghasilannya dengan menjadi sopir angkot.

Sedangkan, profesi sopir angkot menyita banyak waktu yaitu pagi sampai sore.

Di sisi lain anak juga memerlukan perhatian, pengarahan, pembinaan seorang

ayah sebagai pemimpin keluarga. Hal ini menyebabkan kurangnya waktu

dengan anak mengingat pekerjaan itu tidak ada liburnya.

Secara finansial kebutuhan anak terpenuhi meskipun perhatian orang

(15)

maksimal. Waktu yang dimiliki orang tua berprofesi sopir untuk anak masih

kurang, sebab pagi sudah berangkat untuk mencari nafkah, dan sore baru

selesai. Sehingga waktu untuk bersama satu sama lain terutama dengan ayah

cukup sedikit.

Dalam keluarga sopir angkot ayah berperan sebagai tulang punggung

keluarga sedangkan ibu dianggap sebagai sosok yang berperan penting dalam

pendidikan anaknya. Namun, ada juga seseorang yang berprofesi sopir angkot

(Ayah) mampu menjalani kehidupannya dengan merawat anaknya sendiri

karena istrinya menjadi TKW di luar negeri. Hal tersebut tidak menyurutkan

sang Ayah dalam memperhatikan pendidikan agama Islam pada anaknya. Jadi

orang tua, baik Ayah atau Ibu sebenarnya mempunyai peran yang sama, yaitu

bersama membina, membimbing, mengarahkan anak agar menjadi manusia

yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa untuk bekal dunia dan akhirat.

Tidak semua orang tua yang berprofesi sopir angkot, tidak memperdulikan

pendidikan agama Islam pada anak. Justru, kebanyakan mereka menginginkan

anaknya menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berprestasi. Pendidikan

agama islam sebagai pondasi dasar dalam membentengi dirinya.

Dari uraian di atas dan observasi awal dapat dilihat bahwa keagamaan

anak dari orang tua yang berprofesi sopir cukup baik, orang tua tetap

mengarahkan, mengenalkan pendidikan agama Islam sejak dini. Berdasarkan

latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk mengajukan penelitian

(16)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman orang tua yang berprofesi sebagai sopir angkot

trayek Bringin-Salatiga tentang pendidikan agama Islam ?

2. Bagaimana upaya orang tua dalam pendidikan agama Islam anak dengan

latar belakang pendidikan agama Islam orang tua berprofesi sebagai sopir

angkot trayek Bringin-Salatiga?

3. Apa kendala orang tua yang berprofesi sopir angkot trayek Bringin – Salatiga dalam memberikan pendidikan agama Islam pada anak?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pemahaman orang tua berprofesi sebagai sopir angkot

trayek Bringin-Salatiga tentang pendidikan agama Islam.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan orang tua dalam pendidikan

agama Islam anak dengan latar belakang pendidikan agama Islam orang tua

berprofesi sebagai sopir angkot trayek Bringin-Salatiga.

3. Untuk mengtahui kendala orang tua yang berprofesi sopir angkot trayek

Bringin-Salatiga dalam memberikan pendidikan agama Islam pada anak.

D. Manfaaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi jelas dan

(17)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan, pengetahuan pendidikan agama Islam anak di keluarga

sopir angkot dan menghasilkan informasi mengenai pendidikan agama

Islam pada keluarga yang berprofesi sebagai sopir angkot.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dalam pendidikan agama

Islam pada anak bagi orang tua yang berprofesi sopir angkot.

E. Penegasan Istilah

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Quran dan

Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan

pengalaman (Abdul Majid, 2012: 11).

Menurut Daradjat (2011: 86) Pendidikan Agama Islam merupakan

usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak untuk memahami dan

mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikan sebagai pandangan

hidup di dunia dan akhirat.

2. Sopir Angkot

Sopir adalah pengemudi mobil menurut KBBI (Kamus besar

(18)

angkutan kota. Sopir angkot adalah seorang pengemudi yang mengangkut

penumpang di suatu daerah atau kota.

3. Anak Sopir Angkot

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia (2007: 41)dijelaskan bahwa

anak merupakan keturunan.. Anak sopir angkot adalah keturunan yang

dilahirkan dari keluarga sopir angkot. Dengan hadirnya anak, maka orang

tua merasa ada pihak yang akan meneruskan garis keturunannya sehingga

lebih bisa diharapkan kemuslimannya akan berlangsung terus (Mansur,

2005: 9)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini, penelitian menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, bukan angka-angka. Sedangkan menurut

Bogdan dan Taylor dalam (Moleong, 2009: 4) prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai pendekatan yang digunakan, adalah deskriptif kualitatif

maka kehadiran peneliti prioritas utama dan mutlak. Karena dalam

penelitian kualitatif, peneliti sebagai kunci utama. Peneliti mengadakan

sendiri pengamatan, wawancara tak berstruktur dengan menggunakan buku

(19)

peneliti menggunakan alat rekam, kamera, dan peneliti menghandel seluruh

penelitian sebagai alat peneliti.

3. Lokasi

Lokasi penelitian berada di trayek angkot Bringin-Salatiga dan rumah

keluarga sopir angkot.

4. Sumber Data

Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

perorangan/suatu organisasi langsung melalui objeknya (Supranto,

2003: 20). Data didapat langsung berasal dari orang tua dan anak sopir

angkot. Peneliti membatasi keluarga sopir angkot yang memiliki anak.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah

jadi berupa publikasi (Supranto, 2003: 21). Data ini berupa foto-foto,

rekaman video, rekaman suara, catatan harian, benda-benda yang dapat

mendukung data primer. Peneliti menggunakan data sekunder untuk

memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

wawancara. Adapun data sekunder yang digunakan adalah foto dan

data-data lain di tempat penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

(20)

a. Observasi

Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2016: 145) mengemukakan

bahwa,obeservasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari bernagai proses biologis dan psikologis(pengamatan

dan ingatan).

Observasi digunakan agar peneliti mengetahui kondisi yang akan

diteliti sehingga peneliti dapat mempersiapkan sesuatu hal yang

diperlukan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan sebentuk kumpulan data yang bermanfaat

(Daymon, 2008: 258) secara mendalam agar mendapatkan data yang

valid. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan wawancara terbuka dan

berstruktur karena narasumber mengetahui bahwa mereka sedang

diwawancarai dan tahu maksud dari wawancara. Saat wawancara,

peneliti sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara

sistematis.

Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah

anak dan orang tua keluarga sopir angkot.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah menyelidiki data yang berupa buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,

dan sebagainya dalam memperoleh informasi (Arikunto, 1998: 149).

(21)

foto yang terkait kegiatan pendidikan agama Islam dalam keluarga

sopir angkot.

6. Analisis Data

Analisis data, menurut Moleong (2009: 280) adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dalam tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul dari

hasil wawancara dan dokumentasi. Menganalisis data meliputi mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan

mengkategorikannya.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)(Moleong, 2009: 324).

Penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria kepercayaan

(credibility). Kriteria kepercayaan digunakan untuk melakukan penelaahan

data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai.

Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara

terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. kemudian peneliti

menggunakan teknik triangulasi data adalah teknik pemeriksaann

(22)

330). Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan jalan

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

membandingkan data hasil wawancara antar narasumber yang terkait, dan

membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap

sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan

tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada

subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan pola pendidikan agama Islam dalam keluarga sopir angkot.

Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

c. Tahap Analisis Data

Tahapan analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2016:

(23)

Analisis dilakukan sebelum di lapangan, saat di lapangan, dan

setelah di lapangan agar data yang dikumpulkan akurat.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.

Kemudian melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen

pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi

kesempuraan skripsi dengan tindaklanjut hasil bimbingan tersebut

penulis menghasilkan skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalan 5 (lima) bab yang rinciannya

sebagai berikut:

BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan bab kajian pustaka yang terdiri atas pengertian

pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, pihak

yang terlibat dalam pendidikan agama Islam anak, metode

pembelajaran pendidikan agama Islam, ruang lingkup pendidikan

agama Islam, kendala pendidikan agama Islam sopir angkot, dan

(24)

BAB III merupakan bab paparan data dan temuan hasil penelitian yang

berisi gambaran umum lokasi penelitian yaitu angkot trayek

Bringin-Salatiga, penyajian data yang meliputi: data responden

serta hasil wawancara terhadap sopir angkot dan anak sopir angkot.

BAB IV merupakan bab hasil dan analisisn data yang terdiri atas hasil dan

analisis data tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga Sopir

Angkot Trayek Bringin-Salatiga

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan berasal dari kata didik, dengan awalan “pen” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan mendidik

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 263). Sedangkan mendidik

merupakan memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran.

Marimba dalam (Tafsir, 2003: 6) mendefiniskan pendidikan

sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang

utama. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai latihan, mental, moral,

dan fisik yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi sehingga

menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab

(Arifin, 2014: 7).

Dengan demikian, pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses

pengubahan sikap dan tata laku setiap manusia secara sadar terhadap

perkembangan jasmani dan rohani yang menghasilkan manusia berbudaya

tinggi sehingga menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa

(26)

Agama berasal dai bahasa sansekerta gam yang artinya jalan, agama adalah peraturan, tata cara, kepercayaan kepada tuhan yang maha

esa serta berhubungan antarmanusia berdasarkan ajarannya (Ali, 2008:

35). Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan

(kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata

kaidah yang berhubungan manusia dengan manusia serta lingkungan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 12).

Dalam bahasa Arab kata agama berarti Ad-Din (tunduk) yang

didefiniskan makna etimologis dan Qurani (An-Nahlawi, 1996: 35)

sebagai berikut:

“Ad-Din adalah hubungan ketundukan, kepatuhan dan pengahambaan yang dirasakan umat manusia terhadap Sang Pencipta Yang Memeritah dan memberjalankan seluruh urusan alam yang memerintah itu : (a) Yang Maha Mengalahkan, Menghidupkan, Mematikan dan tempat kembali seluruh makhluk; (b) Yang telah meletakkan bagi mereka sebuah sistem kehidupan yang paripurna dan meliputi seluruh aspeknya; (c) Yang menyuruh kita supaya menerapkan sistem itu; dan (d) Yang memberitahukan kepada kita tentang balasanyang disediakan-Nya bagi para mukallaf (pengembang kewajiban) pada hari pembalasan”.

Dengan demikian, agama dapat diartikan ajaran atau sistem

penghambaan, ketundukan, kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

berhubungan dengan seluruh urusan alam kelak dipertanggungjawabkan di

akhirat.

Islam merupakan agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW

yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia

(27)

Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia di

muka bumi agar mereka beribadah kepada-Nya (Majid, 2014: 11).

Jadi, Islam adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW,

berpedoman pada Alquran yang diturunkan oleh Allah Swt kepada umat

manusia agar beribadah kepada-Nya untuk melakukan perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya.

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dalam kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana untuk

mencapai tujuan yang dihendaki (Muhaimin, 2008: 30). Menurut Daradjat

(2011: 86) Pendidikan Agama Islam merupakan usaha berupa bimbingan

dan asuhan terhadap anak untuk memahami dan mengamalkan ajaran

agama Islam serta menjadikan sebagai pandangan hidup di dunia dan

akhirat.

Menurut Majid (2014: 11) Pendidikan Agama Islam adalah upaya

sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran yang telah direncanakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah usaha sadar berupa bimbingan, pengajaran, dan

asuhan terhadap anak agar anak meyakini, memahami, dan mengamalkan

ajaran agama Islam untuk mencapai tujuan serta sebagai pandangan hidup

(28)

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk mendapatkan

sesuatu yang diinginkan. Tujuan pendidikan agama Islam adalah upaya

menyeimbangkan dunia dan akhirat dengan menjalankan perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya. Adanya kesinambungan antara akal, hati dan jiwa

dalam perkembangan diri manusia merupakan hal yang penting. Karena,

dalam pendidikan ada banyak aspek yang harus seimbang, diantaranya

yaitu kecerdasaan, sikap, dan ketrampilan sehingga akan terbentuk anak

yang kepribadian baik. Apabila tiga aspek tersebut dapat tercapai, maka

langkah selanjutnya yaitu mengarahkan anak untuk selalu beribadah

kepada-Nya menuju manusia yang beriman dan bertakwa.

Menurut Abdul Fattah Jalal dalam (Tafsir, 2014: 46) tujuan

Pendidikan Islam ialah terwujudanya manusia sebagai hamba Allah,

menjadikan manusia menghambakan diri, beribadah kepada Allah agar

manusia dapat merealisasikan tujuan hidupnya yang sudah digariskan oleh

Allah. Sebagaimana di jelaskan dalam surat Adz-Dzariyat : 56 sebagai

mereka mengabdi kepada-Ku” (Kementerian Agama RI, 2011:

523).

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasanya manusia diciptakan

agar selalu beribadah kepada Allah Swt dengan menjalankan perintah-nya

(29)

Selanjutnya Gunawan (2014: 10-11) Abdurrahman Saleh Abdullah

dalam buku Educational Theory a Quranic Outlook menyatakan bahwa tujuan pendidikan harus meliputi empat aspek yaitu:

a. Tujuan jasmani (ahdaf al-jismiyah). Bahwa proses pendidikan ditunjukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh melalui pelatihan keterampilan fisik sebagai kekuatan iman pendapat imam al-Nawawi.

b. Tujuan rohani dan agama (ahdap al-ruhaniyah wa ahdaf al-diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada Allah semata, dan melaksanakan akhlak qurani yang diteladani oleh Nabi Saw sebagai perwujudan perilkau keagamaan.

c. Tujuan intelektual (ahdaf al-aqliyah). Bahwa proses pendidikan ditunjukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnua, dengan menelaah ayat-ayat-Nya (baik qauliyah dan kauniyah) yang membawa kepada perasaa keimanan kepada Alla. Tahapan pendidikan intelektual ini adalah: 1) pencapaian kebenaran ilmiah (ilmi al-yaqien); 2) pencapaian kebenaran empiris (‘ain al-yaqien); dan 3) pencapaian kebenaran metaempiris, atau kebenran filosofis(haqq al-yaqien). d. Tujuan sosial (ahdaf al-ijtimayah). Bahwa proses pendidkan

ditunjukan dalam kerangka pembentukan kepribadian yang utuh. Pribadi di sini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat yang plural.

Menurut Breiter seperti yang dikutip Majid (2014: 17) sebagai berikut:

“Pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar memengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secar utuh. Apa yang dapat anda lakukan ada bermacam-macam cara, anda kemungkinan dapat dengan cara mengajar dia, anda dapat bermain dengannya, anda dapat mengatur lingkungannya, anda dapat menyensor salutran televisi yang anda tonton, dan anda dapat memberlakukan hukum agar dia jauh dari penjara”.

Menurut Daradjat (2011: 89-90) Pendidikan Agama mempunyai

tujuan-tujuan berintikan tiga aspek, yaitu iman, ilmu, dan amal pada

(30)

a. Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan displin serta cinta terhadap agama dalam perbagai kehidupan anak yang nantinnya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah swt taat kepada perintah Allah swt dan rasul-Nya. Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukan banyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampak mengingat hal tersebut menyangkut masalah pendidikan mental dan kepribadian. Dari sikap yang demikian itulah justru kadar keimanan dapat”diukur” dan dengan keimanan itu pulalah nantinya anak akan menjadi manusai dewasa yang dalam hidupnya mengindahkan dan memuliakan agama sehingga memungkinkan dirinya terjauh dari berbagai godaan dunia yang bertentangan dengan ajaran agamanya serta bertanggung jawab terhadap baik buruknya suatu masyarakat dan negara di aman ia berada.

b. Ketaatan kepada Allah swt dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi baru dalam rangka mencari keridaan Allah swt. Dengan iman dan llmu itu semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa kepada Allah swt sesuai dengan tututan Islam. Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pengetahuan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia, yang bertakwa kepada Allah swt, sesuai dengan ajaran agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepda Allah swt.

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah swt melalui ibadat salat umpamanya dan dalam hubunganya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.

Sedangkan menurut Nahlawi (1996: 161) tujuanlah yang

menentukan metode. Allah menciptkan alam ini dengan tujuan tertentu

(31)

demikian itu dapat mendorongnya untuk menaati dan mencintai Allah,

serta tunduk kepada segala perintah-Nya dan bermunajat kepada-Nya

Menurut beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai keselarasan setiap

kehidupan manusia dengan cara yang berbeda-beda menyesuaikan

obyeknya. Sedangkan, metode orang tua dalam mendidik anak ada banyak

yang harus disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak.

3. Pihak yang Terlibat Dalam Pendidikan Agama Islam

Pada umumnya, mendidik anak dalam pendidikan agama Islam

membutuhkan pendidik untuk membentuk karakter anak yang berakhlak

mulia dengan mengetahui ajaran agama Islam secara benar. Salah satunya

yaitu orang tua yang merupakan pendidik utama dan pertama bagi

anak-anaknya menerima pendidikan (Daradjat, 2011: 35).

Orang tua sangat berperan penting dalam pendidikan pada

anaknya. Anak pertama kali mendapat sentuhan kasih sayang dari Ibu.

sejak lahir anak selalu di samping Ibu. Sehingga, hal apapun yang

dilakukan oleh Ibu yang pertama kali akan ditirukan oleh anak. Ayah juga

ikut andil dalam pendidikan anak. Sosok ayah dianggap orang tua yang

terhebat, terpandai dan penolong bagi anak-anaknya.

Di sisi lain, pada dasarnya orang tua mempunyai tanggung jawab

terhadap pendidikan anak yang tidak bisa dipikulkan kepada orang lain.

Sebab guru dan pemimpin umat umpamanya, tidak seberapa

(32)

dipikul para pendidik selain orang tua merupakan pelimpahan tanggung

jawab orang tua karena beberapa alasan, sehingga tidak mungkin

melaksanakan pendidikan anaknya secara langsung dengan sempurna

(Daradjat, 2011: 38). Sedangkan menurut Tafsir (2014: 74) tanggung

jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama, karena kodarat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya,

dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya;

kedua karena kepentingan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan

terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses

orang tua juga. Dengan demikian, tanggung jawab pertama dan utama

terletak pada orang tua.

Di samping itu, ada pihak lain yang terlibat dalan pendidikan

agama Islam anak yaitu guru berperan penting dalam penndidikan agama

Islam. Guru merupakan pendidik profesional, karenanya secara implisit ia

telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab

pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua (Daradjat, 2011: 39).

Guru merelakan waktunya untuk mendidik anak orang lain, sebagai

perwujudan pengabdian dan membagikan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bagi peserta didik nantinya. Guru mendidik peserta didik

dengan senang hati, seperti memperlakukan anaknya sendiri. Maka guru

mendidik peserta didik dengan sebaik-baik mungkin tentang ilmu

pengetahuan yang belum diketahui peserta didik. Pendidikan biasanya

(33)

formal seperti TPA, Madrasah diniyah, mengaji rutinan dalam menambah

pengetahuan pendidikan agama Islam.

Sekolah merupakan tempat pendidikan untuk mengajar anak-anak,

memiliki peraturan-peraturan atau undang-undang yang harus ditaati oleh

anak didik, juga sebagai lembaga pendidikan formal yang melakukan

kegiatan dasar yang pokok, yaitu mendidik semua anak didik dengan

pendidikan yang sebenarnya. Dalam belajar di sekoah, guru dan cara

mengajarnya merupakan faktor yang penting pula dalam menentukan hasil

belajar yang dapat dicapai peserta didik (Syafaat dkk, 2008: 66).

Pendidikan dapat berlangsung tidak hanya melalui guru. Namun

masyarakat ikut serta dalam pendidikan agama Islam. Karena tujuan

masyarakat sama dengan para orang tua dan guru. Tanpa disadari hal

tersebut mempengaruhi perkembangan pendidikan agama Islam.

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak ada

beberapa perkaradan cara yaitu a. Masyarakat sebagai penyuruh kebaikan

dan pelarang kemungkaran sebagaimana diisyaratkan Allah swt; b. Dalam

masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau saudara

anaknya; c. Menjadikan masyarakat sebagai sarana membina seseorang; d.

Masyarakat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan,

atau pemutusan hubungan kemasyarakatan atas iin Allah Swt

(An-Nahlawi, 2004: 176-178).

Menurut Daradjat (2011: 45) Masyarakat, besar pengaruhnya

(34)

masyarakat muslim tentu menghendaki setiap anak didik menjadi taat dan

patuh terhadap agamanya. Tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya

tanggung jawab moral setiap orang dewasa baik perseorangan maupun

kelompok sosial. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S At-Taubah: 71





“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian

yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,

mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”(Kementerian Agama RI, 2011: 198)

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa tanggung jawab dipikul secara

individu maupun kelompok untuk melakukan perbuatan kebaikan dan

bertanggung jawab apa yang sudah dilakukan seperti lembaga pendidikan,

lembaga pemerintahan dan sebagainya.

Dengan demikian, orang tua perlu mengontrol anaknya dalam

kesehariannya tanpa mengganggu aktivitas anak dan menekan anak.

Teman dan lingkungan juga mempengaruhi perilaku anak sehingga teman

dan lingkungan yang baik akan mendukung perkembangan dan

(35)

4. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui, dan

hados yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa arab, metode

disebut tariqah, artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Menurut istilah metode ialah suatu sistem atau cara

yang mengatur suatu cita-cita (Syafaat dkk, 2008: 39).

Metode pendidikan ialah semua cara yang digunakan dalam upaya

mendidik menuju terbentuknya pribadi yang muslim (Tafsir, 2014: 131).

Dalam pengajaran, sebenarnya bukan metode persoalannya, akan tetapi

langkah-langkah dalam proses pengajaran. Metode merupakan

perencanaan sesuatu sesuai konsep yang dicapai menyesuaikan obyeknya.

Semisal dalam ranah pendidikan agama Islam maka memerlukan metode

yang sesuai dalam ajaran agama Islam yaitu menyenangkan dan

mempermudah tidak mempersulit.

Metode merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus

dengan maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif)

disengaja untuk mencapai tujuan (Sadulloh, 2014: 114). Menurut al-Nahwi

(1996: 283) dalam alquran dan Sunnah Nabi SAW, terdapat berbagai

metode pendididikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan

membangkitkan semangat sebagai berikut:

a. Metodehiwar(percakapan) Qurani dan Nabawi

Percakapan silih berganti antara dua pihak semisal orang tua dan anak mengenai suatu topik dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dihendaki

(36)

Orang tua dapat menggunakan metode ini dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi yang menyentuh sehingga dapat menguatkan keimanan anak.

c. Metodeamtsal(perumpamaan) Qurani dan Nabawi

Pendidikan menggunakan perumpamaan yang logis, mudah dipahami tujuannya agar anak termotivasi untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.

d. Metode keteladanan

Di sinilah teladan merupakan salh satu pedoman bertindak. Anak cenderung meneladani pendidik semisal orang tua terlebih sosok Ayah. Secara psikologis anak memang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelek pun ditirunya. Sehingga orang tua lebih berhati-hati dalam bertindak.

e. Metode pembiasaan

Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman dan pengulangan. Semisal orang tua membiasakan anak bangun pagi untuk salat subuh karena menjadi kebiasaan hari seterusnya anak akan bangun sendiri tanpa dibangunkan.

f. Metode‘ibrahdanmau’izah

Orang tua perlu menerapkan metode ini yaitu menasihati anak dengan lembut yang dapat diterima hati dengan menjelaskan pahala dan ancamannya dan dapat di nalar oleh anak sehingga anak mengakui kesalahan yang diperbuat.

g. Metodetarghibdantarhib

Metode ini seperti hukuman dan ganjaran akan tetapi merujuk pada akhirat juga. Semisal orang tua sedang menasihati anaknya bahwa jika kamu berbuat satu kebaikan maka Allah akan membalas dengan sepuluh kelipatannya.

Menurut Tafsir (2014: 159) keberhasilan pendidikan agama

terletak pada pendidikan agama dalam keluarga. Inti pendidikan dalam

keluarga ialah hormat kepada Tuhan, kepada orang tua, kepada guru.

Sehingga pendidikan keluarga tidak boleh terpisah dari pendidikan agama

di sekolah karena pendidikan agama di keluarga sebagai pondasinya

sedangkan pendidikan di sekolah sebagai pengembang rinciannya. Maka

metode pendidikan agama di sekolah tidak akan berarti apabila pendidikan

(37)

B. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya, pendidikan agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada Allah swt serta berakhlak mulia

dalam pribadi maupu bermasyarakat. Maka terdapat ruang lingkup

pendidikan agama Islam yang mencakup tujuh unsur pokok namun

dipadatkan menjadi lima unsur pokok yaitu Alquran, keimanan, akhlak, fiqh,

dan bimbingan ibadah, serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada

perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Muhaimin,

2008: 80). Unsur-unsur tersebut memiliki kedudukan masing-masing yang

harus seimbang satu sama lain.

Para pemikir muslim dalam Umiarso dan Makmur (2010: 50)

membagi sumber atau dasar nilai yang dijadikan acuan dalam pendidikan

agama Islam menjadi tiga bagian yaitu alquran, hadist dan ijtihad (ijma’ Ulama). Sebagaimana dalam Q.S An-Nisa : 59

(38)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia yang beriman sebagai

obyek atau subyek dari pendidikan harus menaati dan berpedoman pada

alquran dan hadist serta tidak menyimpang dari keduanya tersebut. Alquran

merupakan sumber pendidikan terlengkap baik itu pendidikan

kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spritual (kerohanian), serta

material (kejasmaniam) dan alam semesta. Alquran merupakan sumber nilai

yang absolut dan utuh. Hadist Nabi sebagai sumber atau dasar pendidikan

Islam yang utama setelah Alquran. Eksistensi hadits merupakan sumber

inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan Nabi

dari pesan-pesan Ilahiyah yang tidak terdapat dalam alquran, maupun yang

terdapat dalam alquran tetapi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut

secara terperinci.

Sedangkan, Ijtihad sebagai sumber pendidikan agama Islam pada

dasarnya merupakan proses penggalian dan penetapan hukum syariah yang

dilakukan oleh para mujtahid muslim dengan menggunakan pendekatan nalar

dan pendekatan-pendekatan lainnya. Secara independen, guna memberikan

jawaban hukum atas berbagai persoalan umat yang ketentuan hukumnya

secara syari’ah tidak terdapat dalam Alquran dan hadist Nabi maka akan dapat dilihat sumber atau dasar pendidikan agama Islam bail alquran, hadist

maupun ijtihad para ulama merupakan suatu mata rantai yang saling berkaitan

antara satu dengan yang lain dalam mempersiapkan manusia yang

berkualitas, baik intelektual maupun moral (Umiarso dan Makmur, 2010:

(39)

Ruang lingkup pendidikan meliputi seluruh aspek kehidupan yaitu

tentang tata hidup yang berisikan pokok yang akan digunakan oleh manusia

seperti keimanan, akhlak, alquran, tafsir, hadist, sejarah Islam dan

sebagainya, dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk

menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti (Daradjat dkk, 1984:

47).

C. Problematika Pendidikan Agama Islam Sopir Angkot

Pada umumnya, setiap kehidupan manusia memiliki problematika

termasuk dalam bidang pendidikan agama Islam. Dalam setiap pembelajaran

terdapat kendala yang memiliki solusi yang berbeda-beda. Apabila kendala

sudah terpecahkan maka pembelajaran akan berjalan lancar dan menghasilkan

tujuan maksimal. Menurut Muhaimin (2008: 150) kendala pembelajaran

adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan

keterbatasan dana yang tersedia.

Sopir angkot merupakan salah satu profesi yang memiliki kesabaran.

Kebanyakan dari sopir angkot menghabiskan waktunya untuk menarik angkot

dari pagi sampai sore hari. Kebanyakan orang yang berprofesi supir angkot

adalah kepala rumah tangga (Ayah). Pada umumnya sosok Ayah tidak

mendidik anak secara langsung. Akan tetapi, Ayah memiliki peran yang

penting dalam kehidupan seorang anak. Ibu sebagai pendidik dan

pembimbing sedangkan Ayah mengarahkan, mendidik, membimbing dan

(40)

yang istrinya menjadi TKW sehingga diharuskan mandiri dalam mendidik

anaknya.

Dari sisi dana, dapat dilihat bahwa pendapatan sopir angkot tidak

menentu. Ketika hari-hari besar saja dan ketika disewakan untuk pariwisata

para sopir akan mendapatkan penghasilan cukup besar. Maka, keterbatasan

dana menjadi salah satu problematika dalam pendidikan agama Islam, melihat

pendidikan sekarang ini sangatlah tidak murah untuk mendapatkan kualitas

yang baik.

Dari sisi waktu, ayah yang berprofesi sebagai supir angkot tidak dapat

mendidik anak secara langsung. Maka para sopir angkot menyerahkan

pendidikan agama Islam kepada guru di sekolah maupun TPA sebagai

sarananya. Dan ketika di rumah di serahkan kepada istri atau orang tua dari

sopir. Tetapi terkadang mendapatkan pendidikan dari berbagai pihak tadi

masih belum cukup bagi anak. Sosok Ayah sangat mempengaruhi akhlak

anak, termasuk pergaulan anak. Ayah merupakan tokoh utama sebagai

teladan anaknya, baik tingkah laku dan ucapannya. Sehingga kharisma Ayah

sangatlah mempengaruhi anak.

Sosok Ayah yang berprofesi sopir angkot sesibuk apapun dengan

pekerjaannya setidaknya menyisihkan waktu luang untuk mendidik anaknya,

terlebih dalam pendidikan agama Islam. Jika tidak dapat mendidik dalam

pelajaran setidaknya dalam akhlak anak dari hal yang kecil seperti berbuat

adil, jujur, amanah dan sebagainya yang dapat diterapkan dalam kehidupan

(41)

D. Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran

terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan peneliti tulis. Peneliti menemukan beberapa peneliti

terdahulu, yaitu tentang:

1. Pendidikan Agama Islam Pada Anak Nelayan Rawa Pening di Desa

Rowoboni Kabupaten Semarang Tahun 2016. Penelitian dilakukan oleh

Faiz Khuzaimah mahasiswa jurusan PAI, Fakultas FTIK IAIN Salatiga

tahun 2016. Hasilnya adalah definisi PAI menurut orang tua nelayan di

Desa Rowoboni adalah proses pendidikan yang berisi pedoman hidup

dan nilai-nilai agama Islam yang membimbing serta mengarahkan anak

menuju jalan yang benar sesuai ajaran Islam sehingga terwujud perbuatan

ihsan terhadap Allah dan orang tua. Kendala yang dihadapi adalah sikap

anak yang malas, sulit didik serta sulitnya menghafal adanya gangguan

dari saudara. Upaya yang dilakukan orang tua adalah menasehati dan

menceritakan kisah-kisah, mengulang-ulang pelajaran, melaksanakan

sistem pemberian reward dan memberi semangat pada anak.

2. Peran Wanita Pekerja Garmen Dalam Membina Religiusitas Anak di

Dusun Nobotengah Keluruhan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota

Salatiga. Penelitian dilakukan oleh Umi Latifah mahasiswa jurusan PAI,

Fakultas FTIK IAIN Salatiga tahun 2016. Hasilnya adalah peran wanita

pekerja garmen dalam keluarga di dusun Nobotengah sudah

(42)

pekerja yang membantu suami mencari nafkah. Kondisi religiusitas anak

pekerja garmen di dusun Nobotengah yaitu akidah anak sudah tertanam

dengan baik terbukti dengan Tuhan yang disembah adalah Allah, Nabi

yang menjadi panutan Muhammad, Kitab sucinya Alquran, Malaikat

yang wajib diketahui ada sepuluh, hafal nama-nama dan tugasnya,

percaya hari kiamat itu terjadi, tapi hanya Allah tahu, kapan terjadinya

dan segala sesuatu itu sudah ditentukan Allah. Peran wanita yang

berprofesi sebagai pekerja Garmen dalam membina religiusitas anak di

dusun Nobotengah yaitu masih kurang. Dalam membina akhlak juga

sudah tertanam baik dalam diri anak, terbukti dengan sikap anak di

rumah baik dan nurut kepada orang tua, mudah diatur, serta menyayangi

adiknya.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan agama

Islam tidak hanya diterapkan pada keluarga nelayan dan keluarga pekerja

garmen saja, tetapi juga dalam keluarga sopir angkot. Dalam penelitian ini,

yang membedakan dengan penelitian sebelumnya yaitu pengarahan dan

bimbingan tentang pendidikan agama Islam yang diterapkan pada anak dalam

keluarga sopir angkot trayek Salatiga-Bringin. Pendidikan agama Islam pada

keluarga sopir angkot dianggap sangat penting. Orang tua ikut peran dalam

pengawasan, kedisplinan dan pembinaan anak agar terbentuk akhlak yang

mulia. Keluarga sopir angkot menginginkan anaknya menjadi manusia yang

beriman, bertaqwa dan berprestasi. Pendidikan agama islam merupakan

(43)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bringin merupakan salah satu wilayah bagian wilayah kabupaten

Semarang yang berbatasan dengan Kota Salatiga. Kota Salatiga merupakan

kota kecil yang berada perlintasan Solo-Semarang. Sehingga kebanyakan

masyarakat mencari nafkah atau pekerjaan di Kota Salatiga. Salah satunya

berprofesi sebagai sopir. Dan akhirnya dibuatlah Trayek Bringin-Salatiga

sebagai transportasi antar wilayah.

Trayek Bringin-Salatiga merupakan salah satu trayek angkota antar

wilayah yang sekarang ini di kelola oleh bapak sumino. Trayek/paguyuban

angkota Bringin-Salatiga berdiri pada tahun 1977. Trayek ini didirikan

berdasarkan keputusan bersama karena waktu itu belum ada akses transportasi

Bringin-Salatiga. Di tahun 1977-2001 terjadi pro dan kontra tentang plat mobil

yang digunakan. Namun, karena adanya peraturan pemerintah yang

mengharuskan semua angkutan umum di trayek tersebut meenggunakan plat

kuning dan menggunakan jenis mobil isuzu (prona), maka pihak kontrapun

menyerah di tahun 2001.

Lokasi angkot Bringin-Salatiga dulu berada di terminal belakang

Ramayana. Pada tahun 1983 lokasi angkot tersebut dipindah ke jalan Patimura

atau sering disebut Kaloka, karena terminal penuh dan hanya digunakan untuk

(44)

Dalam trayek angkot Bringin-Salatiga terdapat dua paguyuban yaitu

paguyuban trayek Salatiga-Bringin-Kedungjati yang terdiri kurang lebih dari

40 angkot dan paguyuban trayek Salatiga-Bringin-Kalimaling yang terdiri

kurang lebih dari 80 angkot. Masing-masing paguyuban memiliki peraturan.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada paguyuban trayek

Salatiga-Bringin-Kalimaling karena paguyuban ini lebih terorganisasi dan mudah dalam

mengakses informasi. Paguyuban trayek Salatiga-Bringin-Kalimaling diketuai

oleh bapak Yanto. Paguyuban tersebut beroperasi dari jam 08.00-17.30 WIB

dengan jarah tempuh kurang lebih 25 km. Setiap tiga bulan sekali Paguyuban

tersebut mengadakan pertemuan di kediaman bendahara paguyuban yang di

hadiri oleh ketua beserta perangkatnya dan para anggota paguyuban. Dalam

pertemuan tersebut biasanya membahas hal-hal yang diperlukan, misalnya

pembuatan seragam, iuran, keluhan dalam operasi dan sebagainya.

Trayek angkot Bringin-Salatiga tersebut memiliki peraturan. Setiap

angkot dalam mendapatkan penumpang diharuskan untuk mngantri

berdasarkan kedatangannya. Antrian ditentukan ketika sudah di atas jam 08.00

WIB sampai jam operasi berakhir, sehingga angkot harus mengantri untuk

mendapatkan penumpang. Apabila sebelum jam 08.00 WIB angkot boleh

langsung pergi mencari dan mengantar penumpang tanpa mengantri. Angkot

trayek tersebut dalam sehari biasanya dapat bolak balik dari Bringin ke

Salatiga kurang lebih 2 sampai 3 kali putaran saja. Selain itu, setiap angkot di

(45)

B. Temuan Penelitian

1. Gambaran informan

Berdasarkan jumlah informan yang diteliti, masing-masing subyek

terdiri dari Ayah, Ibu dan anak. Penjelasan mengenai profil masing-masing

Ayah, Ibu dan anak yang dijadikan informan peneliti, yaitu sebagai berikut:

a. Bapak B

Bapak B berumur 46 tahun dan merupakan suami dari AH serta bapak

dari MF. Bapak B mempunyai kepribadian yang baik dan displin dalam

mendidik anak-anaknya agar menjadikan anak yang berpendidikan

tinggi. Bapak B merupakan salah seorang yang berprofesi sebagai sopir

angkot kurang lebih 20 tahun.

b. Bapak P

Bapak P berumur 37 tahun dan merupakan suami dari SMa serta

memiliki dua anak, yaitu FN 10 yang berumur tahun dan RDP yang

berumur 2,5 tahun. Bapak P sebelumnya berprofesi sebagai kuli

bangunan, kemudian beralih profresi sebagai sopir angkot baru 3 bulan.

Bapak P Tetap selalu bertekad memberikan yang terbaik untuk keluarga

meskipun pulang malam.

c. Bapak D

Bapak D berumur 33 tahun dan merupakan suami dari SM serta Bapak

dari seorang anak berinisial AF yang berumur 7 tahun. Bapak D

ditinggal oleh istri yang menjadi TKW. Bapak D mengurus anaknya

(46)

bapak yang baik untuk anaknya. Bapak D berprofesi menjadi sopir

angkot sudah 1 tahun.

d. Bapak H

Bapak H berumur 38 tahaun dan merupakan suami dari VW serta

Bapak dari AA. Bapak H merupakan salah seorang yang berprofesi

sebagai sopir angkot selama 17 tahun. Bapak H merupakan bapak yang

baik. Meskipun hanya dapat memberikan dukungan material, namun

bapak H tidak lupa menasihati anaknya sesekali.

e. Ibu AH

Ibu AH berumur 41 tahun merupakan istri dari Bapak B serta Ibu dari

MF. Ibu AH pekerjaannya setiap hari yaitu menjadi ibu rumah tangga.

Selain itu, Ibu AH terrkadang menjaga anak dari saudaranya karena

tidak ada tanggungan serta anaknya sudah besar.

f. Ibu VW

Ibu VW berumur 30 tahun merupakan istri dari bapak H dan ibu dari

AA. Setiap hari Ibu VW bekerja menjadi Ibu rumah tangga dan

mengurus anaknya yang masih kecil. Ibu VW displin dalam hal

pendidikan. Meskipun anaknya sedikit sulit untuk dinasihati, Ibu VW

tetap memotivasi terus menerus.

g. Ibu SMa

Ibu SMa berumur 32 tahun merupakan istri dari Bapak P serta ibu dari

(47)

merawat anaknya yang kedua. Ibu SMa tidak patah semangat dalam

menasihati anaknya.

h. MF

MF berumur 18 tahun dan duduk di kelas 12 SMK. MF merupakan

anak dari Bapak B dan Ibu AH. MF jarang pergi main bersama teman

sebayanya. MF merupakan anak yang rajin, displin dan senang

menghabiskan waktunya dirumah.

i. AA

AA berumur 9 tahun dan duduk di kelas 3 SD. AA merupakan anak

dari Bapak H dan Ibu VW. AA merupakan anak yang rajin dalam

melaksanakan kewajibannya. Meskipun awalnya dari paksaan, akan

tetapi melaksanakan perintah yang diberikan. AA merupakan anak yang

aktif dan bisa menjaga adiknya.

j. AF

AF berumur 7 tahun dan duduk kelas 1 MI. AF merupakan anak dari

Bapak D dan Ibu SMu. AF merupakan anak yang cukup mandiri dari

yang lain. Karena sudah ditinggal oleh sosok Ibu yang bekerja menjadi

TKW sedari kecil, sehingga karakter kemandirian pada sosok AF lebih

cepat terbentuk.

k. FN

FN berumur 10 tahun dan duduk kelas 5 MI. FN merupakan anak dari

Bapak P dan Ibu SMa. FN merupakan anak yang sudah mandiri dan

(48)

bibinya menyiapkan barang dagangan sepulang sekolah yang berada

disamping rumahnya.

2. Pemahaman orang tua yang berprofesi sebagai sopir angkot trayek

Bringin-Salatiga tentang pendidikan agama Islam

Pendidikan agama Islam pada anak sopir angkot tidak lepas dari

pemahaman orang tua pendidikan agama Islam itu sendiri. Ketika ditanya

mengenai pengertian pendidikan agama Islam, kebanyakan memahami

pendidikan agama Islam sebagai pedoman kehidupan anak dengan cara

mengarahkannya pada nilai-nilai agama Islam. selain itu, pendidikan

agama Islam bertujuan untuk bekal di akhirat dan mendekatkan diri pada

Allah agar selalu dalam lindungan-Nya, sesuai yang dikemukan D berikut:

“Pendidikan agama Islam penting untuk kami sebagai pedoman dasar kehidupan dalam menjaga moral dan bekal di akhirat. Dalam keseharianpun jika sedang di rumah saya selalu mengingatkan, bahkan mengajak anak berjamaah dan mengajarinya mengaji selepas sholat maghrib. Dalam seminggu libur jumat, ya kadang minggu juga tapi jumat pasti libur. Rasanya pendek hari jumat itu, tenang ketika jumatan dan di rumah ketemu anak juga. Ketika libur yang jelas ya istirahat, menyiapkan semua kebutuhan untuk anak sekolah seperti pakaian dan sarapan. Alhamdulillah anak sudah mandiri saya hanya menyiapkan saja dan mengantar sekolah. Sisa waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil menunggu waktunya salat jumat. Paling sore ya di rumah sama anak. Selain itu, ketika ada pengajian dan ada waktu longgar, saya mengikutinya” (13 Maret 2017).

Alasan tersebut juga serupa dengan B dalam mengartikan

pendidikan agama Islam. Seperti pernyataan dalam hasil wawancara,

sebagai berikut:

(49)

ndak ya ke sawah mbak, punya sawah meskipun ndak luas. Dalam seminggu saya mengambil libur pada hari jumat mbak, sebab harinya mepet, dan untuk melaksanakan salat jumat. Ketika sedang di rumah, saya juga sering mengingatkan serta mengajak anak sholat berjamaah dan mengajarinya mengaji” (13 Maret 2017) Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Ibu AH Istri B

dalam hasil wawancara berikut:

“pendidikan agama Islam itu penting bagi kami. Keseharian saya sebagai ibu rumah tangga saja, sehari-hari ya bersih-bersih rumah, masak kadang ke sawah. Sholat lima waktu itu pasti saya kerjakan, jika ada pengajian ibu-ibu setiap malam jumat saya mengikuti pengajian tersebut” (11 April 2017)”

Hal ini sejalan dengan pernyataan VW dalam mengartikan

pendidikan agama Islam seperti pernyataan dalam hasil wawancara,

sebagai berikut:

“Pendidikan agama Islam merupakan pondasi dalam hidup, apabila tidak ada agama maka tidak akan baik dalam kehidupannya di masa depan. Saya juga sangat memperhatikan sholat lima waktu, terutama saya sendiri. Karena agama mengajarkan anak tentang adanya aturan yang tidak mengekang. Dalam kesehariannya saya yang banyak mengurus anak, mengajarinya ngaji, bacaan dan gerakan sholat, bahkan pengetahuan umum, sebab keseharian anak banyakmenhabiskan waktu dengan saya” ( 11 April 2017 )

Sedikit berbeda dengan pernyataan Bapak P dalam wawancara

berikut:

(50)

Berbeda dengan orang tua, beberapa anak sopir angkot justru

menjawab pengertian dengan menyebutkan rukun islam dan ada pula yang

mengartikan pendidikan agama Islam untuk mendidik moral menuju jalan

yang benar. Pernyataan itu terbukti dalam hasil wawancara dari MF anak

dari B sebagai berikut:

“Pendidikan agama Islam mendidik tentang moral dalam menuju jalan yang benar” ( 11 April 2017).

Sedangkan AF mengemukakan pendapat tentang pendidikan agama

Islam sebagai berikut:

“Pendidikan agama Islam mengajarkan tentang Alquran, fiqih, aqidah akhlak” ( 12 April 2017)

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama

Islam adalah usaha dalam mendidik akhlak anak sesuai ajaran Islam dengan

cara mendekatkan diri kepada Allah, melaksanakan segala peintah-Nya dan

menjauhi semua larangan-Nya. Adapun latar belakang pendidikan agama

islam orang tua yang berprofesi sebagai sopir angkot terbilang cukup baik.

Meskipun hanya berprofesi sebagai sopir angkot, namun hal tersebut tidak

membatasi untuk memperhatikan pendidikan agama Islam baik pada

dirinya maupun keluarga. Para orang tua sangat memperhatikan ibadah

sholat lima waktu, bahkan mengikuti kajian-kajian keislaman.

3. Upaya orang tua dalam pendidikan agama Islam anak dengan latar

belakang pendidikan agama Islam orang tua berprofesi sebagai sopir

(51)

Pendidikan anak merupakan upaya dalam memberikan

pengetahuan terhadap anak agar anak tahu. Sedangkan pendidikan agama

Islam adalah upaya dalam memberikan pengetahuan, pemahaman tentang

agama Islam sesuai kaidah-kaidah yang sudah berlaku sehingga anak

mempunyai pondasi keyakinan yang kuat.

Dalam pendidikan agama Islam diperlukan upaya atau kemauan

dari orang tua sopir angkot dalam mendidik anaknya. Sebagaian orang tua

melakukan upaya dalam pendidikan agama Islam dengan cara menerapkan

kebiasaan-kebiasaan kecil terlebih dahulu, seperti bangun pagi sampai

terbiasa melaksanakanya. Apabila upayanya tidak menumbuhkan hasil,

maka upaya yang lain dengan cara dinasihati, dimarahi bahkan diberikan

sanksi atau hukuman, seperti tidak mendapat uang saku meskipun sehabis

sekolah uang saku tetap diberikan. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan

hasil wawancara kepada VW istri bapak H sebagai berikut:

“Upaya yang kami lakukan dalam pendidikan agama Islam anak, senantiasa membiasakan anak dengan hal-hal baik sejak dini dan terkadang menasihati sampai memarahi anak bahkan hukuman semua itu dilakukan agar anak displin serta mau menjalankan ibadah salat dan mengaji. Cara mendidik anak pertama ya menasihati, tapi karena kadang anak susah dinasihati aja ibarat masuk telingan kanan keluar telinga kiri ya pernah saya hukum tidak saya kasih uang jajan meskipun pulang sekolah nannti diberikan cuman sekali sih mbak, ya kadang dicubit begitu kalau dinasihati justru meremehkan. Kalau jadinya ngambeg, ya harus ngrayu anak agar tidak ngambek. Kalau anak sedang mau untuk belajar, kadang saya mengajari bacaan salat, gerakan, kadang mata pelajaran umum. Siapa lagi kalau bukan saya. Alhamdulillah pernah juara lomba berhitung waktu TK” (11 April 2017)

(52)

“Upaya kami dalam pendidikan agama Islam yaitu menasihati anak berkali-kali tanpa bosan, membiasakan bangun pagi untuk menyiapkan keperluannya, dan memotivasi anak bahwasanya semua itu dilakukan untuk kebaikan anaknya” (12 April 2017). Bapak B pun mempunyai cara dalam menerapkan pendidikan

agama Islam pada anaknya. Seperti dalam hasil wawancara berikut:

“Lingkungan di sini alhamdulillah bagus, dekat masjid dan ada TPA juga. Kalau pendidikan terutama agama, kami mendidik anak bersama. Saya mengajari sebisanya dan ibunya memberikan pengetahuan tambahan. Selain itu, anak juga mengaji dengan pak kyai dekat sini seperti ngaji kitab aklhak fiqih dan banyak lagi setelah maghrib. Ketika mendidik anak, kalau anak salah diingatkan tidak harus sampai dihukum yang berat ataupun dipukul. Alhamdullah anaknya tidak aneh-aneh, tidak pernah main jauh, senang di rumah jadi ya mudah untuk mengawasinya“ (13 Maret 2017)

Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Ibu AH Istri B

dalam hsil wawancara berikut:

“Dalam mendidik anak ya bersama, saya dan suami saling menasehati anak. Kalau anak salah ya dingatkan, dinasehati. Mendidik anak ya dengan menasihati, tidak sampai hati kalau memukul. Kalau mengajari ngaji suami, salat ya belajar dari sekolah juga kan ada pelajarannya. Sekarang sudah besar jadi sudah bisa tahu kewajibannya walaupun kadang masih perlu untuk diingatkan” (11 April 2017)

Kesibukan berprofesi sebagai sopir angkot cukup menjadi alasan

bagi Bapak H, sehingga sulit dalam memperhatikan pendidikan agama

Islam pada anak. Seperti dalam hasil wawancara berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

protein  yang  tinggi  namun  kandungan  patinya  rendah  sehingga  ketersediaan  energi  yang  cepat  tersedia  rendah.  Onggok  basah  memiliki  fermentabilitas 

Hindi rin niya alam kung nakikipag- syota na ba sa kaniya si Doray o simpleng pinaglalakuan lang siya ng ‘tilapiya’ nito.Hindi nakatulog si Intoy sa gabing iyon nang sabihin ni Doray

Pembelajaran menggunakan komputer merupakan sebuah pemanfaatan pada komputer untuk mendukung dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, dapat secara langsung

Analisis kebutuhan dilakukan guna mengetahui kebutuhan yang diperlukan dalam perancangan iklan animasi 2D Ahmad Dhani School Of Rock Cabang Tamsis dengan motion

Universitas Kristen Maranatha Gambar 5.16 Hasil Pengujian pilihan radio button tampilan angka data. pada proses melihat penjualan supplier

Jika jumlah sampel mencukupi, pada minyak nilam residu dapat dilakukan distilasi fraksinasi vakum lebih lanjut agar didapatkan distilat minyak nilam yang lebih jernih dengan

Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang menuntut adanya inovasi fasilitas media pembelajaran, oleh karena itu peneliti menggunakan metode Research and Development