• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fluidity Geometry Of Water In Motion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Fluidity Geometry Of Water In Motion"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION

SKRIPSI

OLEH

FIRDA AMALIA

100406010

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION

SKRIPSI

OLEH

FIRDA AMALIA

100406010

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

FIRDA AMALIA

100406010

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(5)

PERNYATAAN

FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2014

(6)

Judul Skripsi

:

FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION

Nama Mahasiswa

: FIRDA AMALIA

Nomor Pokok

: 100406010

Program Studi

: Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D) (Ir. N. Vinky Rachman, MT)

(7)

Tanggal:

Panitia Penguji Skripsi

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Bauni Hamid, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Achmad Delianur dan Bapak Tavip K. Mustafa, selaku pihak stakeholder yang telah membantu dan memberikan petunjuk dan pengarahan dalam keseluruhan proses rancangan.

3. Ibu Wahyuni Zahrah, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Hajar Suwantoro, selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia menjadi penguji dalam kasus ini.

4. Kedua orangtua serta saudara - saudara perancang yang tercinta, yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

5. Rekan - rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, 10 Juli 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

... vii

DAFTAR ISI

... viii

DAFTAR GAMBAR

... x

DAFTAR BAGAN

... xiii

ABSTRAK

... xiv

PROLOGUE : A RIVER RUNS THROUGH IT

... 1

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW

... 3

1.1 Data Eksisting ... 5

1.2 Tata Guna Lahan ... 7

1.3 Intensitas Bangunan ... 8

1.4 Data Bangunan Sekitar ... 9

1.5 Data Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan ... 10

1.6 Data Aktivitas ... 13

1.7 Data Ruang Terbuka ... 15

1.8 Data Sungai ... 17

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTUR

E ...

20

2.1 Analisa Pelaku Kegiatan ... 21

2.2 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 22

2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 24

2.4 Analisa Kebisingan ... 26

2.5 Analisa Iklim ... 27

2.6 Analisa View ke Luar Tapak ... 29

2.7 Analisa View ke Dalam Tapak ... 30

2.8 Analisa Vegetasi ... 31

2.9 Analisa Budaya Manusia ... 32

2.10 Analisa GSB... 33

BAB III THROUGH THE CONCEPT ... 38

3.1 Konsep Perancangan Tapak dan Ruang Terbuka Hijau ... 39

(10)

3.3 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan ... 44

3.4 Konsep Zoning ... 45

BAB IV

INNOVATION INSPIRIED BY NATURE

... 48

BAB V DEALING WITH CONCEPT

... 56

BAB VI

SCHEMATIC DESIGN PHASE

... 77

BAB VII ROAD TO THE IMPROVEMENT

... 82

7.1 Intergrasi Bangunan dan Lingkungan Tapak ... 84

7.2 Kesatuan Ruang Dalam dan Ruang Luar ... 85

7.3 Flowing Line ... 89

BAB VIII INTERGRATED BUILDING SYSTEM

... 92

8.1 Sistem Struktur ... 92

8.2 Sistem Transportasi Vertikal ... 101

8.3 Sistem Utilitas ... 104

8.4 Sistem Tata Udara ... 112

8.5 Sistem Pencegahan Kebakaran ... 114

BAB IX KESIMPULAN

... 120

EPILOGUE : AGAIN TO PERFECTION

... 123

DAFTAR PUSTAKA

... 128

(11)

DAFTAR GAMBAR

BAB I

Gambar 1.1 Data Eksisting ... 5

Gambar 1.2 Data Tata Guna Lahan... 7

Gambar 1.3 Data Intensitas Bangunan ... 8

Gambar 1.4

Skyline view

dari jalan Putri Hijau ... 8

Gambar 1.5

Skyline

view

dari jalan Raden Saleh ... 8

Gambar 1.6

Skyline

view

dari jalan Guru Patimpus ... 8

Gambar 1.7 Data Bangunan Sekitar ... 9

Gambar 1.8 Data Sirkulasi Pejalan Kaki ... 11

Gambar 1.9 Data Sirkulasi Kendaraan ... 12

Gambar 1.10 Data Aktivitas ... 13

Gambar 1.11 Data Ruang Terbuka... 16

Gambar 1.12 Data Sungai ... 17

BAB II

Gambar 2.1 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 22

Gambar 2.2 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 23

Gambar 2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 24

Gambar 2.4 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Kendaraan... 25

Gambar 2.5 Analisa Kebisingan ... 26

Gambar 2.6 Tanggapan terhadap Analisa Kebisingan ... 27

Gambar 2.7 Analisa Iklim ... 28

Gambar 2.8 Tanggapan terhadap Analisa Iklim ... 28

Gambar 2.9 Analisa Analisa

View

ke Luar Tapak ... 29

Gambar 2.10 Tanggapan terhadap Analisa Analisa

View

ke Luar Tapak ... 30

Gambar 2.11 Analisa

View

ke Dalam Tapak ... 30

Gambar 2.12 Tanggapan terhadap Analisa

View

ke Dalam Tapak ... 31

Gambar 2.13 Analisa Vegetasi ... 31

Gambar 2.14 Tanggapan terhadap Analisa Vegetasi ... 32

(12)

Gambar 2.16 Analisa GSB ... 33

Gambar 2.17 Tanggapan terhadap Analisa GSB ... 34

Gambar 2.18 Konsep Perancangan Awal... 35

Gambar 2.19 Perspektif Xishuangbanna Residence ... 36

Gambar 2.20 Peta dan Konsep Perancangan ... 36

Gambar 2.21 Potongan Bangunan ... 37

BAB III

Gambar 3.1 Konsep Perancangan Tapak ... 39

Gambar 3.2 Konsep

Waterfront

Tepian Sungai ... 41

Gambar 3.3 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian ... 42

Gambar 3.4 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan ... 44

Gambar 3.5 Konsep

Zoning

... 45

BAB IV

Gambar 4.1

Shan-Shui City ...

55

Gambar 4.2

Urban Forest ...

55

BAB V

Gambar 5.1 Skenario Awal Perancangan Tapak... 57

Gambar 5.2 Revisi Rancangan Tapak ... 58

Gambar 5.3 Konsep Sirkulasi ... 59

Gambar 5.4 Revisi Konsep Sirkulasi ... 60

Gambar 5.5 Konsep Awal Perancangan Tapak... 62

Gambar 5.6 Revisi Rancangan Ruang Terbuka ... 63

Gambar 5.7 Konsep Zoning ... 64

Gambar 5.8 Konsep Zona Fungsi Pusat Perbelanjaan dan Parkir ... 66

Gambar 5.9 Rencana Denah Lantai Basemen 1 dan 2 ... 67

Gambar 5.10 Rencana Ruang Dalam Fungsi Pusat Perbelanjaan ... 68

Gambar 5.11 Konsep Zona dan Rencana Lantai Parkir Fungsi Hunian ... 69

(13)

Gambar 5.13 Konsep Zona Fungsi Hunian ... 71

Gambar 5.14 Tipikal Unit Hunian Lt 8-12 ... 72

Gambar 5.15 Tipikal Unit Hunian Lt 13-17 ... 72

Gambar 5.16 Tipikal Unit Hunian Lt 18-29 ... 72

Gambar 5.17 Konsep Sistem Struktur ... 74

Gambar 5.18 Perencanaan Sistem Pencegahan Kebakaran ... 76

BAB VI

Gambar 6.1 Konsep Utama Rancangan ... 77

Gambar 6.2 Transformasi Konsep Rancangan... 78

BAB VII

Gambar 7.1 Revisi Rancangan pada RTH ... 85

Gambar 7.2 Perancangan Perspektif Awal Skenario ... 86

Gambar 7.3 Revisi Perancangan Kulit Bangunan ... 87

Gambar 7.4 Sketsa Revisi Perancangan ... 87

Gambar 7.5 Perancangan Tampak Awal Skenario ... 90

Gambar 7.6 Revisi Perancangan Tampak ... 90

BAB VII

Gambar 8.1 Program Pembentukan Perancangan ... 93

Gambar 8.2 Aksonometri Sistem Struktur ... 94

Gambar 8.3 Perilaku Sistem Gabungan Penahan Gaya Lateral ... 95

Gambar 8.4 Potongan Perancangan ... 97

Gambar 8.5 Perspektif Integrasi dan Detail Sistem Struktur ... 98

Gambar 8.6

Potongan Perancangan ... 99

Gambar 8.7 Tahap Konstruksi Bangunan ... 100

Gambar 8.8 Tangki Penyimpanan Air Fungsi Ganda ... 106

Gambar 8.9 Skematik Sistem Pasokan Air Bersih ... 109

Gambar 8.10 Skematik Sistem Air Kotor ... 110

(14)

Gambar 8.12 Skematik Sistem Tata Udara ... 113

Gambar 8.13 Skematik Sistem Kebakaran (Elektrikal) ... 115

Gambar 8.14 Skematik Sistem Kebakaran (Pemipaan) ... 117

Gambar 8.15 Sistem Exhaust Sebagai Sistem Pencegahan Kebakaran ... 117

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kasus Proyek yang Diambil... 49

Bagan 3.2 Penurunan Tema Utama menjadi Tema Individu ... 51

Bagan 3.2 Hubungan Tema dengan Gaya Ars. Organik Kontemporer... 52

(15)

ABSTRAK

Kawasan muka sungai merupakan bagian besar dari ruang publik yang bukan

hanya menjadi ruang yang unik di kota, tetapi juga wilayah yang paling

representatif yang mencerminkan karakter lokal dari kota tersebut. Sebagai tema

besar dalam kasus proyek perancangan ini, kawasan muka sungai menjadi muka

depan suatu bangunan tersebut dirancang. Perancangan ini juga disertai dengan

kasus proyek perancangan arsitektural yang bersifat komersial campuran dimana

proyek ini berada di lokasi tapak yang berbatasan dengan tepi Sungai Deli, Jalan

Guru Patimpus dan lahan eks Deli Plaza. Sungai Deli merupakan salah satu

sungai induk dari beberapa sungai yang mengalir di Sumatera Utara, serta

menyimpan sejarah kota Medan yang menjadi identitas kota. Penerapan tema

Fluidity Geometry of Water in Motion

” bermula dari inspirasi penulis terhadap

bentuk-bentuk alam berupa tetesan air yang diambil dari elemen sungai dimana

gambaran aliran sungai dari Sungai Deli ini diterapkan dalam bangunan dan tapak

lingkungan. Tema yang diharapkan dalam perancangan ini adalah tema yang bisa

menggambarkan bagaimana fungsi ruang publik dan fungsi komersial campuran

tersebut terintergrasi dengan lingkungan alam, bagaimana keterkaitannya antara

tepian sungai, sungai, ruang luar dan ruang dalam, serta tema yang dapat

menciptakan daya tarik pada rancangan ini. Penerapan tema ini akan terintergrasi

dengan gaya arsitektur Organik Kontemporer, dimana bagian dari tema yang

berperan dalam prinsip-prinsip alam akan diterapkan dalam perancangan serta

menggabungkan unsur modern ke dalamnya.

(16)

ABSTRACT

Riverfront is a large part of public space that does not only become unique space

in a city, but also becomes the representative of a region that reflects the local

character from the city. As the main theme in this design project case, riverfront

becomes the facade this building. This design also includes architectural design

project case which is commercial mixed-use. This project is located at the site that

is adjacent with the side of Deli River, Jalan Guru Patimpus and the area that

was used as Deli Plaza. Deli River is one of the main stem river from some rivers

that flow in North Sumatera, which contains the history and symbolizes the

identity of Medan City. The application of “Fluidity Geometry of Water in

Motion” theme was inspired by the natural form which is drop of water from the

river where the flow pattern of Deli River is applied in the building and

environment. The theme that is expected from this design is the theme that can

give the view of how the functions of public space and commercial mix-used are

integrated with the natural environment, how is the correlation of riverside, river,

exterior and interior, also the theme that can create attraction in this design. The

application of this theme is going to be

intergrated with the Organic Contemporer

architectural style, where the part of the theme which roles in natural principles is

going to be applied in the design with the combination of modern element.

(17)

ABSTRAK

Kawasan muka sungai merupakan bagian besar dari ruang publik yang bukan

hanya menjadi ruang yang unik di kota, tetapi juga wilayah yang paling

representatif yang mencerminkan karakter lokal dari kota tersebut. Sebagai tema

besar dalam kasus proyek perancangan ini, kawasan muka sungai menjadi muka

depan suatu bangunan tersebut dirancang. Perancangan ini juga disertai dengan

kasus proyek perancangan arsitektural yang bersifat komersial campuran dimana

proyek ini berada di lokasi tapak yang berbatasan dengan tepi Sungai Deli, Jalan

Guru Patimpus dan lahan eks Deli Plaza. Sungai Deli merupakan salah satu

sungai induk dari beberapa sungai yang mengalir di Sumatera Utara, serta

menyimpan sejarah kota Medan yang menjadi identitas kota. Penerapan tema

Fluidity Geometry of Water in Motion

” bermula dari inspirasi penulis terhadap

bentuk-bentuk alam berupa tetesan air yang diambil dari elemen sungai dimana

gambaran aliran sungai dari Sungai Deli ini diterapkan dalam bangunan dan tapak

lingkungan. Tema yang diharapkan dalam perancangan ini adalah tema yang bisa

menggambarkan bagaimana fungsi ruang publik dan fungsi komersial campuran

tersebut terintergrasi dengan lingkungan alam, bagaimana keterkaitannya antara

tepian sungai, sungai, ruang luar dan ruang dalam, serta tema yang dapat

menciptakan daya tarik pada rancangan ini. Penerapan tema ini akan terintergrasi

dengan gaya arsitektur Organik Kontemporer, dimana bagian dari tema yang

berperan dalam prinsip-prinsip alam akan diterapkan dalam perancangan serta

menggabungkan unsur modern ke dalamnya.

(18)

ABSTRACT

Riverfront is a large part of public space that does not only become unique space

in a city, but also becomes the representative of a region that reflects the local

character from the city. As the main theme in this design project case, riverfront

becomes the facade this building. This design also includes architectural design

project case which is commercial mixed-use. This project is located at the site that

is adjacent with the side of Deli River, Jalan Guru Patimpus and the area that

was used as Deli Plaza. Deli River is one of the main stem river from some rivers

that flow in North Sumatera, which contains the history and symbolizes the

identity of Medan City. The application of “Fluidity Geometry of Water in

Motion” theme was inspired by the natural form which is drop of water from the

river where the flow pattern of Deli River is applied in the building and

environment. The theme that is expected from this design is the theme that can

give the view of how the functions of public space and commercial mix-used are

integrated with the natural environment, how is the correlation of riverside, river,

exterior and interior, also the theme that can create attraction in this design. The

application of this theme is going to be

intergrated with the Organic Contemporer

architectural style, where the part of the theme which roles in natural principles is

going to be applied in the design with the combination of modern element.

(19)

BAB I

SHARPEN YOUR POINT OF VIEW

Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk

pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi.

Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar “arsitektur muka air”, Riverfront

Architecture, yang dalam hal ini mengambil kasus daerah muka sungai Deli di Pusat Kota

Medan. Dengan diikuti kajian tema kelompok, pembagian kasus proyek kelompok dibagi

menjadi 6, dimana penulis termasuk dalam kelompok kasus proyek A dengan tema

kelompok “Urban Lifestyle” yang akan mengusulkan sebuah rancangan fungsi

komersial campuran (Mixed Use). Dengan lokasi perancangan kasus proyek A berada

pada kawasan tepi sungai Deli segmen jalan Guru Patimpus dan lahan eks Deli Plaza.

Dari tema besar PA6 dan tema kajian kelompok, maka penulis diharapkan untuk

merumuskan tema individual kasus proyek. Dengan skenario pelaksanaan dimana pemilik

proyek yaitu Pemko Medan dan PT. Twin Rivers Development telah menunjuk kelompok

kerja Studio PA6 Design Group yang terdiri dari dosen dan calon arsitek, yang

dimaksudkan calon arsitek dalam kelompok ini adalah mahasiswa PA6 serta Dosen yang

terdiri dari Pak Achmad Delianur Nasution berperan sebagai dosen pembimbing dan Pak

Tavip K. Mustafa berperan sebagai arsitek profesional yang bertindak sebagai konsultan

ahli. Lokasi tapak ini menggunakan sebagian lahan Podomoro Deli Grand City (PCD)

Medan dianggap telah dilepaskan kepada PT Twin Rivers Development. Proses proyek

perancangan ini dimulai dari penjelasan (briefing) Kerangka Acuan Kerja (KAK) oleh

dosen pembimbing kasus Proyek A yaitu Pak Achmad Delianur Nasution, IAI untuk

menjelaskan tahap-tahap penyusunan proposal rancangan arsitektural yang harus

(20)

Kegiatan minggu pertama diawali dengan memahami dan menelusuri tema utama

proyek dalam kasus proyek sejenis dengan Fungsi Komersial Campuran (Mixed Use) dan

tema besar “Arsitektur Muka Air”. Diikuti dengan melakukan pendataan awal yang

dilakukan secara berkelompok tentang lokasi kasus proyek ini berada, penulismelakukan

survei lapangan dan mencari data dari sumber lain. Setelah mengumpulkan data,

penulismerangkum data tahap awal untuk diasistensikan kepada dosen. Hasil dari survei

lapangan ini ditemukan bahwa kawasan muka air Sungai Deli ini berada pada pusat kota

Medan yang tidak luput dari permasalahan lingkungan terlantar, ilegal, tidak tertata dan

kumuh di beberapa titik di sepanjang aliran sungai Deli. Terlihat juga berbagai proyek

komersial yang berada pada kawasan muka Sungai Deli ini tidak memperlakukan sungai

sebagai karakteristik dari kota ini, melainkan menganggap sungai ini sebagai daerah

belakang. Sehingga perlu diusulkan sebuah rencana penataan dan revitalisasi kawasan

muka sungai Deli pada segmen yang terpilih pada kasus proyek ini. Perlunya kesadaran

masyarakat terhadap kawasan muka sungai sangat berperan penting, dengan tindakan

masyarakat yang penulis tinjau sendiri pada lokasi permukiman kumuh di kawasan muka

sungai Deli, akan memberikan dampak negatif terhadap karakteristik dari berbagai unsur

di masa yang akan datang, serta peran pemerintah yang tidak memberikan tindakan

terhadap masyarakat yang membangun permukiman kumuh pada kawasan tepi sungai.

Pada tahap awal ini, penulis melakukan pendataan awal sebagai gambaran

informasi yang akan mendukung upaya pemecahan desain. Selama tahap pendataan awal

ini, penulis mendapatkan pengarahan untuk merancang 7 (tujuh) bangunan komersial

yang akan terintegrasi dengan bangunan Preservasi dan Podomoro Deli City.

Masing-masing individu mengusulkan dua atau tiga dari tujuh jenis bangunan komersial untuk

(21)

survei lapangan, studi literatur, dan studi banding. Hasil pendataan ini dapat dilihat

sebagai berikut

1.1 Data Eksisting

(22)

Lokasi proyek berada pada Jalan Guru Patimpus, Kecamatan Medan Barat,

Medan, Sumatra Utara, Indonesia

Kasus Proyek : Riverfront Urban Lifestyle

Pemilik Proyek : PT Twin River Development

Batas Utara : Ruko Komersil

Batas Timur : Podomoro City Medan, Kantor Deli Maskapai

Batas Selatan : Pemukiman Penduduk, Sungai Deli

Batas Barat : Sungai Deli

Luas Lahan : ± 2.5 Ha

Letak : 3°

Kontur : Menjorok ke sungai

Iklim : Tropis, suhu minimum 23°C – 24,1°C,

suhu maksimum 30,6°C – 33,1°C

Kelembaban Udara : 78-82%

KDB : 60%

KLB : 4-32 lantai

Garis Sempadan Jalan : 8.5 m

Garis Sempadan Sungai : 15 m

Bangunan Eksisting : lahan kosong dan permukiman 1-2 lantai

Potensi Lahan :

o Terletak di pusat kota

(23)

1.2 Tata Guna Lahan

Gambar 1.2 Data Tata Guna Lahan

Dari pendataan tata guna lahan, penulis menanggapi bahwa fungsi utama di

sekitar lokasi proyek didominasi oleh permukiman, perkantoran dan komersial. Pusat

perbelanjaan, sarana pendidikan, ruko-ruko komersial, dan perkantoran merupakan

GUNA LAHAN/

TYPE OF LAND USE WARNA/COLOR

Permukiman

- tidak padat KUNING

- sedang ORANYE

- sangat padat COKLAT

Komersial

- ruko/retail MERAH MUDA

- perkantoran ORANYE KEMERAHAN

- hotel UNGU

Industri

- ringan ABU-ABU MUDA

- berat ABU-ABU TUA

Fasilitas Umum & Sosial

- sarana kesehatan HIJAU TUA

- sarana rekreasi HIJAU TUA

- sarana olahraga HIJAU TUA

- gedung pemerintah BIRU

- sarana pendidikan BIRU LANGIT

- sarana peribadatan BIRU TUA

Ruang Terbuka Hijau

- pertanian/peternakan HIJAU

- taman HIJAU

- kuburan HIJAU

- rawa-rawa HIJAU

(24)

generator aktivitas utama kawasan ini. Lokasi perancangan berpotensi menjadi sebagai

ruang baru bagi publik yang berada di tepi air tengah kota.

1.3 Intensitas Bangunan

Gambar 1.3 Data Intensitas Bangunan

Gambar 1.4 Skyline view dari jalan Putri Hijau

Gambar 1.5 Skyline view dari jalan Raden Saleh

(25)
(26)

Gambar 1.7 Data Bangunan Sekitar

1.5 Data Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan

Ketika mensurvei tapak perancangan yang terletak pada pusat kota dengan

tingkat kepadatan kendaraan yang tinggi, terutama untuk jalan besar seperti jalan Guru

Patimpus dan jalan Raden Saleh. Sirkulasi menuju tapak perancangan dapat dicapai

melalui jalan Guru Patimpus yang merupakan jalan dua arah yang sering mengalami

kemacetan, dan tapak juga dapat dicapai melalui jalan Tembakau Deli ynag memiliki

lebar jalan 8.5 meter dan memiliki dua arah. Dari data ini, penulis akan merencanakan

(27)
(28)
(29)
(30)
[image:30.595.112.510.84.615.2]
(31)

Tujuan dari pendataan aktivitas ini adalah untuk menentukan karakteristik

pengguna bangunan dan perencanaan. Ketika penulis melakukan survei aktivitas pada

pagi hari dan sore hari, terlihat beberapa titik jalan yang memiliki tingkat kemacetan yang

tinggi terutama pada daerah perkantoran dan komersial seperti pada jalan Balai Kota,

persimpangan jalan Guru Patimpus. Aktivitas pada pagi hari (berangkat) dan sore hari

(pulang) ini lebih didominasi oleh karyawan, sedangkan pada malam hari, daerah jalan

Sei Deli dipadati oleh mahasiswa yang berasal dari kampus IBBI. Jalan sepanjang koridor

Sei Deli ini didominasi oleh kios-kios kecil dan rumah yang disewakan untuk penjualan.

1.7 Data Ruang Terbuka

Ketika penulis melakukan pendataan ruang terbuka pada kawasan ini, terlihat

bahwa belum adanya ruang terbuka dengan kawasan yang asri dan menghadirkan suasana

tepian sungai yang indah. Dengan adanya ruang terbuka baru dalam perancangan ini,

maka akan menambah ketertarikan masyarakat dan wisatawan untuk berkunjung. Dalam

kawasan ini hanya terdapat beberapa ruang terbuka, seperti Lapangan Merdeka pada jalan

Balai Kota, perkuburan pada jalan Guru Patimpus dan jalan Sei Deli, serta lapangan

(32)
[image:32.595.127.491.89.636.2]
(33)

1.8 Data Sungai

[image:33.595.120.493.108.674.2]
(34)

Pada perancangan yang berbatasan dengan sungai Deli, penulis juga melakukan

survei lapangan untuk mengetahui kondisi dan kedalaman Sungai Deli. Dari gambar

dapat dilihat pada jalan Raden Saleh terdapat cor beton di tepinya. Pada beberapa titik

daerah tepian sungai ini terdapat penumpukan sampah. Tindakan dari warga yang tinggal

di daerah tepian sungai yang kurang menghargai keberadaan sungai ini mengakibatkan

turunnya kesadaran masyarakat terhadap keberadaan Sungai Deli.

Pada tahap pendataan selanjutnya adalah tahap penelusuran data ke tahap

pemecahan masalah dan identifikasi potensi lokasi kasus proyek ini. Untuk menghasilkan

data yang maksimal dan detail, survei lapangan dilakukan secara bertahap dan beberapa

kali, dimulai dari survei kondisi eksisting, kondisi lingkungan sekitar, pedestrian,

sirkulasi kendaraan dan tata guna lahan, KDB, KLB serta sistem signage kawasan sekitar

lokasi kasus proyek ini. Setelah melakukan survei yang kedua kali, data yang telah

dikumpulkan dari lapangan dan sumber lain akan dirangkum untuk diasistensikan kepada

dosen. Penulis juga menelusuri referensi studi banding tentang kasus proyek yang sama

yaitu arsitektur muka air dan fungsi komersial campuran.

Setelah melakukan asistensi kepada Pak Achmad Delianur pada hari Kamis di

minggu kedua, penulismendapat pengarahan tentang fungsi komersial campuran yang

akan dibangun dimana pada tapak ini akan direncanakan tujuh fungsi komersial yaitu

Hotel Bintang 5 (lima), Tematik Mall, Apartemen, Kondominium, Hotel Bintang 4

(empat), Themepark dan Kantor. Dari ketujuh fungsi komersial tersebut, penulis ditunjuk

untuk memilih dua atau tiga dari fungsi komersial yang diusulkan. Rancangan bangunan,

lingkungan dan daerah tepi sungai yang diusulkan harus terintegrasi utuh dengan kawasan

muka air Sungai Deli, Podomoro Deli Grand City dan bangunan preservasi yang saat ini

(35)

lingkungan, urban lifestyle dan sejarah kota Medan menjadi sebuah tantangan dalam

perancangan arsitektur ini.

Dari pilihan tersebut, penulis mengusulkan fungsi komersial campuran berupa

Mall dan Kondominium ke dalam lokasi perancangan. Ditinjau dari tata guna lahan,

lokasi tapak yang terletak di pusat kota Medan ini berpotensi tinggi untuk menjadi sebuah

ruang baru bagi publik yang bisa menikmati dan berinteraksi dengan lingkungan alam

tepian sungai, rancangan ini diusulkan dikarenakan kurangnya ruang terbuka hijau di

kawasan ini, serta pusat perbelanjaan dan kondominium yang akan dirancang pada lokasi

ini akan mendukung Podomoro Deli Grand City yang sudah dilengkapi dengan fasilitas

Hotel, Mall, Office, Apartment dan Kondominium. Namun rancangan mall dan

kondominium yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau ini, akam memiliki kelas

tersendiri, yang akan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Pada tahap

pemecahan masalah, penulis melakukan sketsa analisa dari berbagai aspek untuk

memecahkan masalah yang terdapat pada lokasi proyek ini.

Di kota Medan ini, belum ditemukan sebuah ruang yang menjadikan muka sungai

sebagai daerah muka yang diwujudkan dan ditujukan kepada masyarakat dan lingkungan

alam. Ironisnya, pada kasus proyek tepi sungai Deli ini dapat terlihat ketidakpedulian

manusia terhadap keadaan alam dan lingkungan sekitarnya. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa lingkungan kumuh dan tidak tertata dalam kawasan muka sungai ini

telah membentuk kebudayaan yang bersifat negatif. Arsitektur merupakan cermin dari

kebudayaan. Dengan memiliki keadaan alam yang bersih dan tingkah laku manusia yang

menghargai dan bertanggung jawab dengan lingkungan alam sekitarnya, maka akan

terwujud kebudayaan baru yang memenuhi prinsip keseimbangan dan keselarasan.

Masyarakat dan kota itu sendiri dapat merasakan keindahan, kesenangan dan kenyamanan

(36)

BAB II

STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan

analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai dengan

memperhatikan dengan seksama hal- hal yang menjadi tuntutan dalam KAK, dimana

penulis akan berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan arsitek profesional. Diawali

dengan kegiatan survei lapangan yang menghasilkan data, penulis juga melakukan studi

banding terhadap proyek sejenis sebagai bahan pembanding untuk memudahkan dalam

persiapan perencanaan. Serangkaian proses perancangan arsitektur yang terdiri dari

tahapan-tahapan merupakan proses pembelajaran yang akan menjadi bekal seorang calon

arsitek, sebab proses merancang seorang arsitek tidak sesederhana seorang seniman.

Dalam tahap menerjemahkan data-data yang telah dikumpulkan harus disajikan dengan

baik dan benar untuk memudahkan tahap yang akan dilakukan selanjutnya, yaitu tahap

analisis.

Tahap analisis merupakan proses paling utama dalam perancangan. Adanya

masalah menjadi salah satu dokumen atau data penting dalam rantai keseluruhan proyek

perancangan. Data yang telah dikumpulkan dari melakukan studi kasus, survei lapangan

dan sumber-sumber lain harus disaring kembali menjadi data yang akan siap dianalisis.

Dengan menggunakan seluruh indera ketika melakukan survei lapangan, maka data yang

dihasilkan akan lebih maksimal dan dapat memudahkan dalam tahap analisis. Dalam

analisis, tanggapan terhadap berbagai data yang telah dikumpulkan merupakan kunci

penting dalam menghasilkan konsep perancangan yang diungkapkan melalui sketsa dan

pernyataan. Dengan munculnya permasalahan dalam kasus proyek tentang fungsi

(37)

faktor penting dalam proses analisis, data yang terdiri dari faktor manusia, fungsi dan

pengolahan lahan, serta fungsi dan pengolahan bangunan.

Tahap analisa ini terdiri dari sketsa analisa data tentang faktor fungsi dan

pengolahan lahan yang terdiri dari lokasi lingkungan tapak, tata guna lahan, ruang

terbuka dan tata hijau, perlengkapan tapak, sirkulasi manusia, kendaraan, dan parkir, serta

sistem pembuangan dan sanitasi. Faktor fungsi baik lahan maupun bangunan merupakan

perwujudan hubungan manusia dengan makhluk sosial lainnya, yaitu bagaimana

hubungan manusia dengan masyarakat sekitarnya, manusia dengan lingkungan alam dan

buatan sekitarnya. Sehingga perancangan ini tidak hanya dinikmati oleh individu, namun

juga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan tapak ini berada. Proses

perancangan tahap analisis ini dibagi menjadi analisa non fisik dan analisa fisik.

2.1 Analisa Non Fisik

Pada analisa non fisik ini, penulis menganalisa pelaku kegiatan yang akan

direncanakan di dalam perancangan bangunan fungsi campuran ini. Secara garis besar

pelaku kegiatan akan dibagi ke dalam enam macam yaitu : pengunjung mall, pedagang /

penyewa retail, karyawan, penghuni kondominium, pengunjung kondominium dan

pengelola bangunan.

Kebutuhan yang diperlukan dalam bangunan akan menjadi bagian dari

perencanaan ruang dalam maupun luar bangunan. Dalam rancangan ruang dengan fungsi

bangunan campuran, yaitu mall dan kondominium, perlu diperhatikan bahwa kebutuhan

ruang pada mall berbeda dengan kebutuhan ruang pada kondominium. Dalam

perancangan bangunan mall, arsitek harus bisa menciptakan ruang yang nyaman serta

tidak terkesan aneh dan membingungkan, memperhatikan pergerakan atau sirkulasi

manusia yang baik di dalam maupun luar bangunan mall. Tujuan utama dari pengunjung

(38)

lelah dari beraktifitas seharian serta berkumpul dengan teman atau keluarga tercintanya.

Sedangkan penghuni kondominium memerlukan sebuah ruang yang nyaman, aman dan

bersifat privasi. Dari pengguna dan kebutuhan tersebut, maka terbentuklah berbagai

aktifitas yang memiliki rangkaian yang cukup kompleks. Dengan fungsi bangunan yang

memiliki tingkat privasi pengguna bangunan dan jenis kegiatan yang berbeda, maka

penulis melakukan analisa hubungan kegiatan pengguna bangunan secara makro dalam

bentuk skema. (lihat Lampiran).

Dalam penyusunan laporan pemograman fungsi pusat perbelanjaan dan fungsi

hunian, penulis melakukan analisa kebutuhan ruang dalam bentuk tabel. Selanjutnya

penulis membuat program ruang berdasarkan pada kesimpulan dari hasil analisis

kebutuhan jenis ruang, hubungan organisasi ruang, pengguna, dan sifat-sifat ruang..

[image:38.595.114.510.399.694.2]

2.2 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

(39)

Pada proses analisa pejalan kaki, penulis memperkirakan jumlah pejalan kaki

yang berasal dari warga, mahasiswa dan pekerja dari lingkungan sekitar tapak. Dari data

sirkulasi pejalan kaki sebelumnya, ditemukan kondisi jalur pedestrian sekitar tapak yang

[image:39.595.118.507.185.713.2]

masih berfungsi dengan baik.

(40)

2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan

Dari data sirkulasi kendaraan sebelumnya, tingkat kemacetan pada jalan besar

yang berbatasan demgam tapak cukup tinggi terutama pada pagi hari dan sore hari.

Penulis mempertimbangkan sirkulasi pada tapak agar tidak menambah kemacetan pada

jalan besar. Sirkulasi kendaraan ini dibagi lagi menjadi beberapa pengguna bangunan

(pengunjung, penghuni, karyawan, servis), sehingga pengolahan sirkulasi dengan

[image:40.595.131.494.273.568.2]

menggunakan akses dari jalan utama ini mengalami kesulitan.

(41)

Gambar 2.4 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Kendaraan

Beranjak dari analisa sirkulasi manusia dan kendaraan, pengolahan lahan untuk

parkir merupakan tempat utama bagi pengunjung yang berkunjung dan penghuni yang

pulang dari beraktivitas menuju tempat tinggal. Masalah kebutuhan parkir yang cukup

dalam suatu bangunan menjadi isu yang sering terjadi dalam suatu bangunan

perancangan, karena parkir berhubungan erat dengan sirkulasi kendaraan dan manusia ke

dalam bangunan. Apabila tidak memikirkan dengan sungguh-sungguh perancangan

sebuah tempat parkir dan hasilnya adalah tempat parkir yang buruk, sudah pasti akan

membawa dampak negatif bagi suatu karya arsitektur. Namun, tempat parkir yang baik,

belum tentu akan membawa dampak positif bagi suatu bangunan. Seringkali jumlah

(42)

parkir bagi pengendara kendaraan bermotor tidak direncanakan dalam ruang yang layak

dan memenuhi standarisasi.

2.4 Analisa Kebisingan

Dari data sirkulasi kendaraan serta data aktivitas sebelumnya, tingkat kebisingan

pada kondisi tapak yang berbatasan dengan jalan utama (jalan Guru Patimpus) memiliki

tingkat kebisingan yang cukup tinggi. Pada analisa kebisingan, penulis merencanakan

perletakan bangunan serta penghijauan pada area depan yang berbatasan dengan jalan

[image:42.595.137.487.315.702.2]

besar dan area tepi sungai sebagai buffer kebisingan.

(43)
[image:43.595.144.484.108.395.2]

Gambar 2.6 Tanggapan terhadap Analisa Kebisingan

2.5 Analisa Iklim

Pada tahap analisa iklim, penulis mempertimbangkan perletakan serta orientasi

bangunan pada tapak. Orientasi bangunan yang direncanakan adalah orientasi

utara-selatan. Namun berhubungan dengan integrasi proyek dengan Sungai Deli, Bangunan

Preservasi dan Podomoro Deli City, orientasi tidak hanya mempertimbangkan orientasi

(44)
[image:44.595.165.461.80.701.2]

Gambar 2.7 Analisa Iklim

Gambar 2.8 Tanggapan terhadap Analisa Iklim

(45)

2.6 Analisa View ke Luar Tapak

Pada kasus proyek yang terintegrasi dengan Sungai Deli, Bangunan Preservasi

dan Podomoro Deli City ini, penulis mempertimbangkan perencanaan view dari tapak

perancangan berdasarkan fungsi dan zona bangunan. Penulis menanggapi bahwa

perencanaan pemandangan dari dalam tapak menuju bangunan ini dimaksimalkan pada

orientasi bangunan ke arah pemandangan yang terintergrasi dalam kasus proyek ini, yaitu

[image:45.595.128.511.288.551.2]

arah ke Sungai Deli, bangunan Perservasi, dan Podomoro Deli City.

(46)

Gambar 2.10 Tanggapan terhadap Analisa Analisa View ke Luar Tapak

2.7 Analisa View ke Dalam Tapak

Dari data bangunan sekitar tapak yang merupakan daerah yang didominasi

dengan bangunan komersial dan permukiman penduduk, penulis menanggapi bahwa

terdapat banyak spot dari luar tapak ke dalam tapak yang berpotensi guna memunculkan

ketertarikan orang untuk datang.

[image:46.595.184.414.452.673.2]
(47)

Gambar 2.12 Tanggapan terhadap Analisa View ke Dalam Tapak

2.8 Analisa Vegetasi

Dari data ruang terbuka sebelumnya, penulis mengusulkan ruang terbuka hijau

pada ruang tapak yang berada pada tepian sungai dikarenakan kurangnya ruang terbuka

hijau pada daerah kawasan ini. Pada kondisi eksisting, vegetasi sangat minim karena

lahan merupakan tanah kosong yang ditanami rumput liar.

[image:47.595.161.462.484.709.2]
(48)

Gambar 2.14 Tanggapan terhadapAnalisa Vegetasi

2.9 Analisa Budaya Manusia

Perancangan harus dapat memenuhi kebutuhan manusia dan memiliki hubungan

yang harmonis dengan manusia dan lingkungan alam. Dengan mempertimbangkan

kondisi eksisting dan fungsi bangunan sekitar tapak, penulis merencanakan ruang terbuka

hijau yang ditujukan bagi publik.

(49)

Sehingga tapak ini memiliki potensi :

 Permukiman sekitar dapat memenuhi kebutuhan dengan adanya fungsi pusat

perbelanjaan di dalam perancangan.

 Pengunjung yang berasal dari daerah ruko komersial, perkantoran, sekolah dapat

menikmati ruang publik yang berada di tepi air tengah kota.

 Dengan adanya ruang terbuka dalam rancangan akan meningkatkan nilai sosialisasi

dan interaksi antara manusia dan lingkungan.

2.10 Analisa GSB

Setiap perancangan harus mematuhi peraturan teknis seperti Garis Sempadan

Bangunan (GSB) dan sungai, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), serta Koefisien Lantai

Bangunan (KLB). Berdasarkan data eksisting sebelumnya, penulis merencanakan area

garis sempadan bangunan dan sungai ini menjadi fungsi ruang terbuka hijau.

(50)

Gambar 2.17 Tanggapan terhadap Analisa GSB

Dari beberapa analisa yang telah dilakukan, tanggapan hasil analisa tersebut akan

dituangkan dalam bentuk sketsa konsep perancangan awal. Dari tahap analisis proyek

tersebut, penulis mengusulkan konsep perancangan yang mengarah pada arsitektur

organik kontemporer, yaitu bentuk dari tetesan air yang mengikuti pergerakan aliran

sungai. Kontemporer dalam gaya arsitektur organik memiliki istilah rancangan dengan

teknologi yang sudah lebih maju, serta merupakan pertimbangan terhadap kasus proyek

dengan tema Urban Lifestyle. Konsep perancangan tapak yang diusulkan akan

memasukkan prinsip-prinsip alam ke dalam bangunan maupun luar bangunan, sehingga

akan menghasilkan rancangan yang akan memanifestasikan nilai sosial, budaya dan

manusia ke dalam lingkungan tapak. Rancangan arsitektural ini juga diharapkan bisa

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan pada kawasan tepian

air Sungai Deli, serta menjadi karakteristik lokal kota Medan. Dari proses perancangan

pada kegiatan minggu kedua ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa tahap awal

pendataan perancangan arsitektural ini tidak hanya mengambil data dari tapak dan

(51)

maupun politik, yang merupakan potensi dari lokasi perancangan ini, namun perlu

diperhatikan juga nilai sejarah dari sungai Deli, bangunan preservasi yang terletak di

kawasan kasus proyek ini. Mengingat era modern ini, masyarakat sudah melupakan dan

peduli terhadap nilai sejarah, dikarenakan kemajuan teknologi yang sudah berkembang

saat ini. Oleh karena itu, konsep perancangan yang akan diterapkan ke dalam tapak harus

benar-benar dapat mencerminkan karakteristik kota Medan di kawasan tepian air Sungai

Deli.

(52)

Setelah menerapkan konsep yang mengarah pada arsiitektur organik, penulis

melakukan studi banding dengan kasus proyek serta gaya arsitektur sejenis.

Xishuangbanna Residence sebagai studi banding adalah contoh proyek yang terintegrasi

dengan sungai. Proyek ini mengarah pada arsitektur yang natural (alam) dan modern.

Gambar 2.19 Perspektif Xishuangbanna Residence

Lokasi rancangan tapak ini juga menghadap ke arah Sungai Lancang di kejauhan

dengan pandangan terbuka.

Gambar 2.20 Peta dan Konsep Perancangan

Xishuangbanna memiliki rancangan yang kaya akan karakteristik lingkungan

alam lokal yang unik. Pada "Dai" rumah bambu terdiri dari bahan-bahan lokal seperti

kayu dan bambu. Rancangan ini juga terbuka dan terintegrasi dengan lingkungan alam.

Sebagai hasilnya, hubungan antara manusia dan alam berada dalam harmoni dan hidup

(53)

Gambar 2.21 Potongan Bangunan

Dari studi banding tersebut, penulis akan menerapkan konsep rancangan yang

terintegrasi dengan lingkungan alam sesuai dengan pernyataan “Using Nature as our

basis for design, a building or design must grow, as Nature grows, from the inside

out…"1. Arsitektur organik kontemporer berpotensi menjadi dasar pengembangan konsep

rancangan arsitektural kasus proyek kawasan tepi Sungai Deli, yaitu dengan konsep

rancangan yang menghubungkan alam dengan manusia berupa ruang terbuka dan

lingkungan tepi sungai.

1 “Using Nature as our basis for design, a building or design must grow, as Nature

grows, from the inside out…" menjelaskan bahwa konsep arsitektur organik ini

menggunakan alam sebagai dasar atau awal rancangan, dimana rancangan tersebut memiliki bentuk yang memiliki kesatuan yang menyatu dengan alam.

[image:53.595.231.518.82.343.2]
(54)

BAB III

THROUGH THE CONCEPT

Dalam menganalisa lokasi lingkungan tapak, penulis menanggapi bahwa tapak

dalam kasus proyek revitalisasi kawasan muka Sungan Deli ini memiliki potensi yang

tinggi sebagai ruang komersial, ruang hijau atau oasis publik serta ruang baru yang

menjadi karakteristik lokal kota Medan. Dengan melihat kembali hubungan manusia

dengan lingkungan, maka daerah muka sungai merupakan salah satu keindahan alam

yang akan menjadi ruang baru bagi masyarakat, dimana masyarakat akan lebih

menghargai dan lebih dekat dengan lingkungan alam. Jika ditinjau dari data tata guna

lahan, lokasi tapak ini berada di daerah pusat kota yang didominasi oleh permukiman,

perkantoran dan komersial yang merupakan generator aktivitas utama kawasan ini.

Dengan mengusulkan perancangan fungsi pusat perbelanjaan dan fungsi hunian

vertikal yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau pada lokasi tapak akan menjadi

ruang baru bagi masyarakat yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi rekreatif,

edukatif, kesehatan, komunikatif, ekologis dan komersial, serta menjadi karakteristik

rancangan tepi sungai kota Medan. Penulis menerapkan konsep dengan perwujudan ruang

yang memiliki keselarasan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan alam

maupun buatan, serta manusia dengan makhluk sosial lainnya. Sebab perancangan

arsitektur pada zaman sekarang ini, terutama di kota Medan yang telah kehilangan

karakteristik murni dari kota itu sendiri. Ditambah lagi, pembangunan ruko-ruko

komersial yang semakin luas dan memiliki skala yang cukup besar bukan menjadi

pemecahan masalah bagi masyarakat ini. Bukan hanya itu saja, pembangunan

gedung-gedung tinggi seperti pusat perbelanjaan dan apartemen yang megah mulai menjamur dan

(55)
[image:55.595.116.512.111.414.2]

3.1 Konsep Perancangan Tapak dan Ruang Terbuka Hijau

Gambar 3.1 Konsep Perancangan Tapak (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

Manusia sebagai pelaku utama arsitektur adalah individu yang tidak lepas dari

kaidah-kaidah sosial. Oleh karena itu, dalam menganalisa faktor manusia, kita perlu

mempertimbangkan perilaku dan interaksi manusia, keselamatan, kesehatan serta privasi.

Kebutuhan manusia akan wadah ruang untuk melakukan kegiatan seperti, berinteraksi

antar satu sama lain, serta kebutuhan akan rasa nyaman dan aman ketika berada dalam

lingkungan tersebut harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan benar. Rasa aman

tidak berarti bahwa manusia tersebut terisolasi dalam sebuah ruang atau bangunan,

namun rasa aman itu juga harus dipenuhi dengan kenyamanan, manusia akan merasa

lebih aman apabila mereka bisa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Dengan

kata lain, manusia akan merasa nyaman dengan adanya ruang untuk berkomunikasi dan

(56)

terbuka hijau yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Ruang terbuka hijau yang

akan diterapkan memiliki beberapa fasilitas yang akan memenuhi kebutuhan manusia

tidak hanya dari fungsi rekreatif, namun juga berfungsi sebagai ruang edukatif,

komunikatif, komersial dan menunjang kesehatan masyarakat.

Ruang terbuka hijau yang disediakan dalam kawasan pusat kota ini hampir tidak

ada dan selalu berakhir di luar kota. Padahal ruang-ruang publik seperti ini sangat

dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan kota. Dari permasalahan tersebut, maka di

sinilah Ruang Terbuka Hijau dibutuhkan dan menjadi sebuah syarat yang harus ada di

setiap kota. Fungsi bangunan campuran yang direncanakan dalam tapak ini akan

dilengkapi dengan ruang terbuka hijau, seiring dengan kondisi bumi yang terus

memburuk akibat dari pemanasan global. Penulis menerapkan beberapa alternatif sketsa

dalam konsep perancangan ruang terbuka hijau ke dalam tapak. Dimulai dari fungsi

rekreatif sekaligus edukatif seperti green campus2 yang ditujukan kepada anak-anak

untuk memberikan pendidikan tentang ilmu pengetahuan alam. Fungsi selanjutnya yang

akan penulis terapkan dalam ruang terbuka hijau adalah fungsi komunikatif, yaitu

menjadi wadah ruang terjadinya suatu komunikasi antara manusia, interaksi sosial antar

masyarakat dimana masyarakat dapat bersantai bersama sanak keluarga atau teman,

menjadi tempat untuk beristirahat (refreshing) setelah beraktivitas atau bekerja seharian.

Dalam Ruang Terbuka Hijau ini, penulis juga merencanakan ruang bagi

masyarakat untuk berolahraga seperti senam pagi, jogging trackserta cycle-pathbaik bagi

anak-anak, remaja, dewasa maupun manula dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang

disediakan dalam Ruang Terbuka Hijau ini. Seperti yang kita ketahui, pembangunan fisik

berupa gedung-gedung tinggi dan mewah di kota-kota memang sangat menarik perhatian

2 Kegiatan Green Campus mengenalkan manfaat dari menjaga dan melestarikan

(57)

dan membanggakan, namun di sisi lain, pembangunan tersebut kerap menggeser atau

menghilangkan ruang-ruang hijau yang ada.

Gambar 3.2 Konsep Waterfront Tepian Sungai (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

3.2 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian

Pengolahan aksesbilitas kendaraan dan manusia menuju tapak perancangan

maupun sirkulasi yang terjadi dalam bangunan merupakan bagian yang penting dalam

perancangan. Pengolahan sirkulasi di dalam maupun luar bangunan perlu direncanakan

dengan baik, sebab perilaku manusia (psikologi) memiliki dampak yang besar dalam

keberhasilan sebuah bangunan tersebut berfungsi. Secara tidak langsung, apabila

pengunjung mall dan penghuni kondominium tersebut merasakan pengalaman yang tidak

menyenangkan ketika menuju ke dalam bangunan maupun pada saat berada dalam

bangunan, akan terjadi respon negatif dimana pengunjung dan penghuni tersebut akan

[image:57.595.132.497.148.435.2]
(58)

memutuskan untuk berkunjung atau tidak di kemudian hari. Merencanakan letak gerbang

utama sebagai pintu masuk utama yang akan mudah dikenali oleh masyarakat adalah

[image:58.595.149.475.185.602.2]

bagian dari ide yang akan penulis terapkan dalam perancangan ini.

(59)

Pengolahan lahan untuk parkir merupakan tempat utama bagi pengunjung dan

penghuni yang pulang dari beraktivitas menuju tempat tinggal mereka. Masalah

kebutuhan parkir yang cukup dalam suatu bangunan menjadi isu yang sering terjadi

dalam suatu bangunan perancangan, karena parkir berhubungan erat dengan sirkulasi

kendaraan dan manusia ke dalam bangunan. Apabila tidak memikirkan dengan

sungguh-sungguh perancangan sebuah tempat parkir dan hasilnya adalah tempat parkir yang

buruk, sudah pasti akan membawa dampak negatif bagi suatu karya arsitektur. Namun,

tempat parkir yang baik, belum tentu akan membawa dampak positif bagi suatu

bangunan. Seringkali jumlah kebutuhan parkir yang disediakan kurang, bahkan yang

paling ironis adalah kebutuhan parkir bagi pengendara kendaraan bermotor tidak

direncanakan dalam ruang yang layak dan memenuhi standarisasi. Dalam pemograman,

proses analisa merupakan bagian penting untuk menghasilkan persyaratan keberhasilan

proyek, pembuatan tujuan, penegasan terhadap kondisi yang ingin dicapai di kemudian

hari, serta persyaratan tampilan dan konsep.

Area servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana

karyawan atau pekerja, kendaraan guna servis (seperti truk sampah, truk bahan makanan

dan sebagainya) masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi

servis yang baik pada zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan

pengunjung, penghuni dan servis, penulis perlu membuat diagram yang berisi pembagian

sirkulasi di dalam tapak terlebih dahulu. Zoning di dalam tapak tersebut akan

menghasilkan perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki,

kendaraan dan service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari

konteks sekitar, sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung

(60)

3.3 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan

[image:60.595.143.498.120.333.2]

Gambar 3.4 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

Perencanaan awal pada rancangan tampak bangunan ini menggunakan secondary

skin.3 Bentuk dari aliran air yang mengalir akan diterapkan pada keseluruhan kulit

bangunan. Dengan konsep kulit bangunan ini, rancangan yang dihasilkan akan

memaksimalkan bukaan pada bangunan dan memanfaatkan pencahayaan alami yang

masuk ke dalam bangunan. Kulit bangunan ini tidak hanya mengedepankan fungsinya,

melainkan juga menyatu dengan desain aristektur yang menerapkan konsep organik.

Bentuk rancangan bangunan dan tapak harus dapat mencerminkan karakteristik kesatuan

atau integrasi dengan alam.

3secondary skin merupakan lapisan kedua pada bangunan dan memiliki fungsi utama

sebagai penahan sinar matahari langsung.

(61)

3.4 Konsep Zoning

Gambar 3.5 Konsep Zoning (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)

Perencanaan selanjutnya adalah pembagian zona ruang dalam bangunan. Area

servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana karyawan atau

pekerja, kendaraan guna servis (seperti truk sampah, truk bahan makanan dan sebagainya)

masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi servis yang baik pada

zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan pengunjung, penghuni dan

servis, penulis perlu membuat diagram zoning yang berisi pembagian zoning di dalam

tapak terlebih dahulu. Pembagian zoning di dalam tapak tersebut akan menghasilkan

perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki, kendaraan dan

service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari konteks sekitar,

sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung mall, sirkulasi

penghuni kondominium dan sirkulasi service. Setelah membuat sketsa konsep aspek

arsitektural, penulis membuat sketsa konsep perancangan selanjutnya yaitu konsep sistem

Privat

[image:61.595.234.418.106.342.2]
(62)

bangunan tinggi. Pada konsep ini, penulis menggunakan sumber buku Panduan Bangunan

Tinggi dan sumber lain sebagai acuan dan standar dalam merencanakan konsep sistem

bnagunan tinggi yang terdiri dari sistem struktur, sistem ME, dan sistem pengendalian

kebakaran.

Setiap sudut pandang bagaimana seorang arsitek dalam memecahkan suatu

permasalahan memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda, tetapi tetap memiliki tujuan

yang sama. Arsitek tidak hanya cukup mempelajari teori-teori dan standar dalam

merancang. Namun pembelajaran seorang arsitek juga mencakup perkembangan dan

kehidupan yang terjadi di sekitarnya. "Kita harus belajar untuk memersepsikan kehidupan

yang terjadi di sekitar kita"[4]. Seluruh bagian dari perkembangan yang terjadi merupakan

bagian dari kehidupan seorang arsitek. Penulis menyadari bahwa peran seorang arsitek ini

sangatlah menarik dan menantang serta memiliki tanggung jawab yang besar. Peran yang

paling utama bagi arsitek adalah bahwa dia bertanggung jawab atas setiap garis yang

digambarnya, menunjukkan respon dan hubungan yang terjadi antara manusia,

lingkungan dan bangunan yang dirancang. Hasil dari analisis yang berupa sketsa ide

rancangan penyelesaian masalah ini kemudian diasistensikan kepada dosen pembimbing,

dimana dari analisa-analisa tersebut penulis akan melanjutkan kembali analisis dengan

pembahasan yang lebih mendalam dengan konsep yang akan diterapkan.

Mengamati dan memahami masalah ke dalam bentuk sketsa atau gambar

merupakan rangkaian kegiatan dari seorang arsitek untuk menghasilkan konsep

perancangan yang memenuhi aspek-aspek yang terintegrasi dalam perancangan, baik dari

aspek arsitektural, aspek struktural maupun aspek ME. Karya arsitektur tidak cukup

4

(63)

sekedar kuat dan indah, namun juga harus mewadahi kebutuhan manusia. Fungsi,

teknologi dan keindahan merupakan suatu kesatuan yang menjadi faktor penyeimbang

dalam merancang bangunan. Hasil dari perancangan tapak dan bangunan ini merupakan

kombinasi antara ilmu, kreativitas dan selera dari manusia dalam menciptakan dan

membangun arsitektur ini.

Konsep utama yang diambil dari elemen sungai serta pergerakan aliran sungai,

maka penulis mengusulkan tema yang akan diterapkan dalam perancangan yaitu

Fluidity Geometry of Water in Motion” yang menerapkan keseluruhan elemen yang

terdapat dalam tapak menyatu menjadi satu. Dari analisis yang telah dilakukan, penulis

melihat kembali ke belakang, yaitu dimulai lagi dari analisa dengan faktor manusia

hingga menyesuaikan analisa tersebut dengan penerapan tema proyek ke dalam ide

konseptual perancangan. Dalam proses menuju hasil akhir dalam arsitektur, akan selalu

terjadi pengulangan secara terus menerus hingga menuju suatu detail yang diinginkan.

Itulah sebabnya mengapa pemrograman berperan penting dalam proses desain, dimana

program perancangan akan memberikan aturan-aturan untuk mengontrol informasi dalam

setiap tahap detail. Berkaitan dengan pengambilan tema yang diterapkan dalam

perancangan tapak dan bangunan ini, penulis mengambil gaya arsitektur organik

kontemporer. Mengapa Organik Kontemporer? Pembahasan alasan dalam pengambilan

(64)

BAB IV

INNOVATION INSPIRED BY NATURE

Merancang dengan tema berarti mengusulkan salah satu kemungkinan

perwujudan dari gagasan. Tema melandaskan seluruh ide-ide yang diterapkan dalam

perancangan. Dengan kehadiran tema dalam arsitektur, maka rancangan akan lebih

bermakna secara visual dan fungsional. Kegiatan penerapan tema dan konsep merupakan

kelanjutan dari tahap analisa dan pengumpulan data dan fakta, setelah menganalisa data

dan fakta maka proses dalam merancang akan dilanjutkan pada sesi menetapkan tema.

Dalam tema utama proyek perancangan arsitektur ini yaitu Riverfront yang menggunakan

Daerah Tepi Sungai Deli sebagai muka bangunan atau bagian dari perancangan tapak,

dan tema kedua yaitu Urban Lifestyle, yang kemudian dari tema utama dan kedua

tersebut akan menghasilkan sebuah tema individual yang akan diterapkan dalam

bangunan dan tapak perancangan.

Tema Riverfront dalam arsitektur ini menjelaskan bahwa daerah tepi Sungai Deli

ini akan dijadikan sebagai muka depan bangunan dari kasus proyek yang akan dirancang,

tema ini juga menceritakan bagaimana konteks sungai terhubung dengan site atau tapak

perancangan sehingga membentuk satu sinergi antara bangunan, lingkungan tapak dan

sungai. Kawasan muka sungai (Riverfront) merupakan bagian besar dari ruang publik

yang mencerminkan karakter lokal dari kota Medan. Pada kawasan muka sungai Deli ini

akan merencanakan sebuah ruang terbuka hijau publik yang akan ditujukan kepada

masyarakat kota Medan. Kurangnya wadah ruang untuk melakukan kegiatan seperti

berinteraksi satu sama lain, serta kebutuhan akan rasa nyaman dan aman ketika berada

dalam lingkungan tersebut. Dengan begitu, kebutuhan manusia akan terhubung dengan

alam dan memiliki keharmonisasian antara ruang luar dan dalam, dengan tapak dan

(65)

Pada kasus proyek perancangan dalam kajian kelompok yaitu “urban lifestyle”,

penulisditugaskan untuk merencanakan bangunan komersial campuran (mixed use) ke

dalam tapak perancangan. Tema urban lifestyle sebagai tema kedua ini memiliki

hubungan yang erat dengan tapak sebagai ruang komersial karena berkaitan dengan gaya

hidup masa kini. Dari beberapa usulan fungsi-fungsi komersial, penulis mengusulkan

Kondominium dan Mall sebagai bangunan yang akan dibangun di dalam tapak. Bermula

dari hasil analisa terhadap potensi dari lokasi tapak, kebutuhan bangunan pada daerah di

sekitar tapak yang dapat terlihat pada analisa tata guna lahan dimana masih kurangnya

bangunan hunian vertikal serta kebutuhan mall yang merupakan fasilitas pendukung

fungsi hunian ini juga diperuntukkan bagi publik. Kondominium merupakan bangunan

bertingkat hunian yang eksklusif dalam arah vertikal atau horizontal dengan kepemilikan

pribadi atas unit hunian dan kepemilikan kolektif area dan fasilitas penunjang yang

disediakan seperti kolam renang, spa dan sauna, gimnasium, bar and lounge, dan

restoran. Target pasar dari kondominium ini adalah kalangan menengah ke atas.

Sedangkan Mall merupakan sebuah pusat perbelanjaan dan rekreasi yang diperuntukkan

untuk publik dan hunian kondominium.

PROYEK

Bagan 3.1 Kasus Proyek yang Diambil

Seiring dengan perkembangan zaman yang telah membawa gaya baru dalam kota

Medan, kota ini menjadi salah satu kota di luar Pulau Jawa yang menjadi sasaran

KONDOMINIUM &

MALL

(66)

pengembang ekspansi bisnis pengembang property di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan

semakin terbatasnya ketersediaan lahan di Pulau Jawa. Kota Medan ini memberi peluang

besar untuk mengembangkan hunian vertikal, sebab kebutuhan rumah tinggal ini tengah

menjadi trend masyarakat perkotaan.

Setelah mempertimbangkan bangunan fungsi campuran yang akan diusulkan,

maka tahap selanjutnya penulis menentukan tema individual yang tepat, pada pemilihan

tema individual ini, tema riverfront sebagai tema utama dijadikan sebagai sumber ide,

sebagaimana sungai dijadikan sebagai inspirasi dalam memberikan ide perancangan.

Diturunkan dari tema besar Riverfront, penetapan tema individual ini mengambil elemen

air sebagai sumber utama perancangan bangunan dan tapak ini. Tema yang penulis pilih

yaitu“Fluidity Geometry of Water in Motion”. Dasar penentuan tema ini bermula dari

inspirasi penulis terhadap bentuk-bentuk alam berupa tetesan air (drop of water) yang

diambil dari elemen sungai diterapkan dalam bangunan dan tapak lingkungan serta

gambaran aliran sungai dari Sungai Deli. Penggambaran yang diterapkan pada bangunan

dan tapak perancangan ini adalah dari bentuk tetesan air yang ditransformasikan

mengikuti aliran sungai, sehingga bangunan dan tapak merupakan suatu kesatuan bagian

dari alam dan terkesan seolah-olah muncul dari alam atau tapak dimana bangunan

(67)

GIVEN

Bagan 3.2 Penurunan Tema Utama menjadi Tema Individu

Pengenalan fluidity dalam dunia arsitektur bukanlah sesuatu yang baru dalam

dunia arsitektur, namun belum terdapat definisi yang spesifik. Fluidity memiliki arti

ketidakstabilan, kemudahan mengalir dan keadaan cair . Dari ketiga arti tersebut, fluidity

dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang tidak stabil (tidak lurus) namun

memiliki bentuk yang mengalir.“The Fluid Geometry” mengartikan sebuah bentuk

geometri cairan yang diambil dari bentuk tipikal air yang mengalir. Sedangkan “Water in

Motion” memiliki arti sebuah pergerakan air yang dinamis, tidak lurus. Secara

keseluruhan tema ini menunjukkan sebuah penerapak pergerakan air yang mengalir tidak

lurus (dinamis) ke dalam bentuk dan tapak perancangan. Dengan pendefinisian yang

memiliki bentuk yang tidak lurus, bersamaan dengan bentuk alam yang terinpirasi dari

aliran sungai “river flows”, maka penerapan tema ke dalam perancangan ini penulis

menggunakan gaya arsitektur organik kontemporer.

FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION

RIVERFRONT

(68)

CHOSEN

Bagan 3.2 Hubungan Tema dengan Gaya Ars. Organik Kontemporer

Mengapa Organik Kontemporer? Dimulai dari pembahasan dari definisi

arsitektur organik itu sendiri, arsitektur organik merupakan salah satu pendekatan dalam

perancangan yang memiliki sejarah panjang dengan beragam pemaknaan konsep alam

dari arsitek-arsitek yang menerapkannya. Fleming, Honour & Pevsner (1999) dalam

Penguin Dictionary of Architecture, mendeskripsikan bahwa ada dua pengertian

arsitektur organik. Pertama, arsitektur organik menurut mereka adalah sebuah istilah yang

diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari bangunan yang terorganisir berdasarkan

analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk natural. Misalnya arsitektur

yang menggunakan bentuk-bentuk biomorfik. Pengertian kedua, arsitektur organik

menurutnya adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Frank Lloyd Wright, Hugo

Haring, dan arsitek lainnya untuk arsitektur yang secara visual dan lingkungan saling

harmonis, terintegrasi dengan tapak, dan merefleksikan kepedulian arsitek terhadap

proses dan bentuk alam yang diproduksinya.

Perkembangan arsitektur organik dengan bentuk teknologi tinggi, atau organitech

di Asia dapat dilihat pada bangunan-bangunan pendukung pergelaran Olimpiade Beijing

FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION

RIVERFRONT URBAN KOMERSIAL

WATER

ORGANIC KONTEMPORER

(69)

2008. Stadion Olimpiade Beijing merepresentasikan generasi baru dari arena olahraga.

Dirancang oleh Herzog dan De Meuron, stadion ini terinspirasi dari bentuk mangkuk

tradisional khas China, namun ada yang berpendapat bahwa inspirasinya berasal dari

bentuk sarang burung. Fasad dan strukturnya menjadi satu; bangunan ini

mengintegrasikan fasad, tangga, struktur mangkok dan atap. Fasad yang tidak sepenuhnya

tertutup memberikan ventilasi alami, yang menjadi aspek penting dalam perancangan

stadion yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, hubungan antara penerapan tema dengan kasus proyek

perancangan yang diberikan dapat digambarkan sebagai berikut

Bagan 3.4 Hubungan Tema, Gaya Arsitektur dan Kasus Proyek

Den

Gambar

Gambar 1.10  Data Aktivitas
Gambar 1.11  Data Ruang Terbuka
Gambar 1.12  Data Sungai
Gambar 2.1 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesepian merupakan pengalaman subjektif dan tergantung pada interpretasi individu terhadap suatu kejadian.Berdasarkan hasil penelitian, lansia yang di tinggal pasangan di

Hatay ANTALYA ﻪﻴﻟﺎﺘﻧﺁ Sancak Mrk.. Ş imdi Arnavutluk’ta Dirin nehri kenar ı nda bir nahiyedir. Arnavutluk fetholundu ğ unda bu aile Müslüman olmu ş tur..

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pelaksana

emphaty ) mempunyai pengaruh positip signifikan terhadap kepuasan pelanggan. 6) juga menunjukkan temuan bukti bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian faktor tunggal pupuk Organik menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan yaitu pada perlakuan

Resilience Membangun keterkaitan dan manfaat antarkota dan desa-kota Membangun IDENTITAS PERKOTAAN INDONESIA berbasis karakter fisik, keunggulan ekonomi, budaya lokal Kota

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

Pengembangan pendidikan karakter mengupayakan agar individu-individu memiliki karakter, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan