FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION
SKRIPSI
OLEH
FIRDA AMALIA
100406010
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION
SKRIPSI
OLEH
FIRDA AMALIA
100406010
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
FIRDA AMALIA
100406010
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, April 2014
Judul Skripsi
:
FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION
Nama Mahasiswa
: FIRDA AMALIA
Nomor Pokok
: 100406010
Program Studi
: Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D)
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,
(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D) (Ir. N. Vinky Rachman, MT)
Tanggal:
Panitia Penguji Skripsi
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Bapak Bauni Hamid, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Achmad Delianur dan Bapak Tavip K. Mustafa, selaku pihak stakeholder yang telah membantu dan memberikan petunjuk dan pengarahan dalam keseluruhan proses rancangan.
3. Ibu Wahyuni Zahrah, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Hajar Suwantoro, selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia menjadi penguji dalam kasus ini.
4. Kedua orangtua serta saudara - saudara perancang yang tercinta, yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
5. Rekan - rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.
Medan, 10 Juli 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
... vii
DAFTAR ISI
... viii
DAFTAR GAMBAR
... x
DAFTAR BAGAN
... xiii
ABSTRAK
... xiv
PROLOGUE : A RIVER RUNS THROUGH IT
... 1
BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW
... 3
1.1 Data Eksisting ... 5
1.2 Tata Guna Lahan ... 7
1.3 Intensitas Bangunan ... 8
1.4 Data Bangunan Sekitar ... 9
1.5 Data Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan ... 10
1.6 Data Aktivitas ... 13
1.7 Data Ruang Terbuka ... 15
1.8 Data Sungai ... 17
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTUR
E ...
20
2.1 Analisa Pelaku Kegiatan ... 21
2.2 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 22
2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 24
2.4 Analisa Kebisingan ... 26
2.5 Analisa Iklim ... 27
2.6 Analisa View ke Luar Tapak ... 29
2.7 Analisa View ke Dalam Tapak ... 30
2.8 Analisa Vegetasi ... 31
2.9 Analisa Budaya Manusia ... 32
2.10 Analisa GSB... 33
BAB III THROUGH THE CONCEPT ... 38
3.1 Konsep Perancangan Tapak dan Ruang Terbuka Hijau ... 39
3.3 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan ... 44
3.4 Konsep Zoning ... 45
BAB IV
INNOVATION INSPIRIED BY NATURE
... 48
BAB V DEALING WITH CONCEPT
... 56
BAB VI
SCHEMATIC DESIGN PHASE
... 77
BAB VII ROAD TO THE IMPROVEMENT
... 82
7.1 Intergrasi Bangunan dan Lingkungan Tapak ... 84
7.2 Kesatuan Ruang Dalam dan Ruang Luar ... 85
7.3 Flowing Line ... 89
BAB VIII INTERGRATED BUILDING SYSTEM
... 92
8.1 Sistem Struktur ... 92
8.2 Sistem Transportasi Vertikal ... 101
8.3 Sistem Utilitas ... 104
8.4 Sistem Tata Udara ... 112
8.5 Sistem Pencegahan Kebakaran ... 114
BAB IX KESIMPULAN
... 120
EPILOGUE : AGAIN TO PERFECTION
... 123
DAFTAR PUSTAKA
... 128
DAFTAR GAMBAR
BAB I
Gambar 1.1 Data Eksisting ... 5
Gambar 1.2 Data Tata Guna Lahan... 7
Gambar 1.3 Data Intensitas Bangunan ... 8
Gambar 1.4
Skyline view
dari jalan Putri Hijau ... 8
Gambar 1.5
Skyline
view
dari jalan Raden Saleh ... 8
Gambar 1.6
Skyline
view
dari jalan Guru Patimpus ... 8
Gambar 1.7 Data Bangunan Sekitar ... 9
Gambar 1.8 Data Sirkulasi Pejalan Kaki ... 11
Gambar 1.9 Data Sirkulasi Kendaraan ... 12
Gambar 1.10 Data Aktivitas ... 13
Gambar 1.11 Data Ruang Terbuka... 16
Gambar 1.12 Data Sungai ... 17
BAB II
Gambar 2.1 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 22
Gambar 2.2 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 23
Gambar 2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 24
Gambar 2.4 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Kendaraan... 25
Gambar 2.5 Analisa Kebisingan ... 26
Gambar 2.6 Tanggapan terhadap Analisa Kebisingan ... 27
Gambar 2.7 Analisa Iklim ... 28
Gambar 2.8 Tanggapan terhadap Analisa Iklim ... 28
Gambar 2.9 Analisa Analisa
View
ke Luar Tapak ... 29
Gambar 2.10 Tanggapan terhadap Analisa Analisa
View
ke Luar Tapak ... 30
Gambar 2.11 Analisa
View
ke Dalam Tapak ... 30
Gambar 2.12 Tanggapan terhadap Analisa
View
ke Dalam Tapak ... 31
Gambar 2.13 Analisa Vegetasi ... 31
Gambar 2.14 Tanggapan terhadap Analisa Vegetasi ... 32
Gambar 2.16 Analisa GSB ... 33
Gambar 2.17 Tanggapan terhadap Analisa GSB ... 34
Gambar 2.18 Konsep Perancangan Awal... 35
Gambar 2.19 Perspektif Xishuangbanna Residence ... 36
Gambar 2.20 Peta dan Konsep Perancangan ... 36
Gambar 2.21 Potongan Bangunan ... 37
BAB III
Gambar 3.1 Konsep Perancangan Tapak ... 39
Gambar 3.2 Konsep
Waterfront
Tepian Sungai ... 41
Gambar 3.3 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian ... 42
Gambar 3.4 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan ... 44
Gambar 3.5 Konsep
Zoning
... 45
BAB IV
Gambar 4.1
Shan-Shui City ...
55
Gambar 4.2
Urban Forest ...
55
BAB V
Gambar 5.1 Skenario Awal Perancangan Tapak... 57
Gambar 5.2 Revisi Rancangan Tapak ... 58
Gambar 5.3 Konsep Sirkulasi ... 59
Gambar 5.4 Revisi Konsep Sirkulasi ... 60
Gambar 5.5 Konsep Awal Perancangan Tapak... 62
Gambar 5.6 Revisi Rancangan Ruang Terbuka ... 63
Gambar 5.7 Konsep Zoning ... 64
Gambar 5.8 Konsep Zona Fungsi Pusat Perbelanjaan dan Parkir ... 66
Gambar 5.9 Rencana Denah Lantai Basemen 1 dan 2 ... 67
Gambar 5.10 Rencana Ruang Dalam Fungsi Pusat Perbelanjaan ... 68
Gambar 5.11 Konsep Zona dan Rencana Lantai Parkir Fungsi Hunian ... 69
Gambar 5.13 Konsep Zona Fungsi Hunian ... 71
Gambar 5.14 Tipikal Unit Hunian Lt 8-12 ... 72
Gambar 5.15 Tipikal Unit Hunian Lt 13-17 ... 72
Gambar 5.16 Tipikal Unit Hunian Lt 18-29 ... 72
Gambar 5.17 Konsep Sistem Struktur ... 74
Gambar 5.18 Perencanaan Sistem Pencegahan Kebakaran ... 76
BAB VI
Gambar 6.1 Konsep Utama Rancangan ... 77
Gambar 6.2 Transformasi Konsep Rancangan... 78
BAB VII
Gambar 7.1 Revisi Rancangan pada RTH ... 85
Gambar 7.2 Perancangan Perspektif Awal Skenario ... 86
Gambar 7.3 Revisi Perancangan Kulit Bangunan ... 87
Gambar 7.4 Sketsa Revisi Perancangan ... 87
Gambar 7.5 Perancangan Tampak Awal Skenario ... 90
Gambar 7.6 Revisi Perancangan Tampak ... 90
BAB VII
Gambar 8.1 Program Pembentukan Perancangan ... 93
Gambar 8.2 Aksonometri Sistem Struktur ... 94
Gambar 8.3 Perilaku Sistem Gabungan Penahan Gaya Lateral ... 95
Gambar 8.4 Potongan Perancangan ... 97
Gambar 8.5 Perspektif Integrasi dan Detail Sistem Struktur ... 98
Gambar 8.6
Potongan Perancangan ... 99
Gambar 8.7 Tahap Konstruksi Bangunan ... 100
Gambar 8.8 Tangki Penyimpanan Air Fungsi Ganda ... 106
Gambar 8.9 Skematik Sistem Pasokan Air Bersih ... 109
Gambar 8.10 Skematik Sistem Air Kotor ... 110
Gambar 8.12 Skematik Sistem Tata Udara ... 113
Gambar 8.13 Skematik Sistem Kebakaran (Elektrikal) ... 115
Gambar 8.14 Skematik Sistem Kebakaran (Pemipaan) ... 117
Gambar 8.15 Sistem Exhaust Sebagai Sistem Pencegahan Kebakaran ... 117
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kasus Proyek yang Diambil... 49
Bagan 3.2 Penurunan Tema Utama menjadi Tema Individu ... 51
Bagan 3.2 Hubungan Tema dengan Gaya Ars. Organik Kontemporer... 52
ABSTRAK
Kawasan muka sungai merupakan bagian besar dari ruang publik yang bukan
hanya menjadi ruang yang unik di kota, tetapi juga wilayah yang paling
representatif yang mencerminkan karakter lokal dari kota tersebut. Sebagai tema
besar dalam kasus proyek perancangan ini, kawasan muka sungai menjadi muka
depan suatu bangunan tersebut dirancang. Perancangan ini juga disertai dengan
kasus proyek perancangan arsitektural yang bersifat komersial campuran dimana
proyek ini berada di lokasi tapak yang berbatasan dengan tepi Sungai Deli, Jalan
Guru Patimpus dan lahan eks Deli Plaza. Sungai Deli merupakan salah satu
sungai induk dari beberapa sungai yang mengalir di Sumatera Utara, serta
menyimpan sejarah kota Medan yang menjadi identitas kota. Penerapan tema
“
Fluidity Geometry of Water in Motion
” bermula dari inspirasi penulis terhadap
bentuk-bentuk alam berupa tetesan air yang diambil dari elemen sungai dimana
gambaran aliran sungai dari Sungai Deli ini diterapkan dalam bangunan dan tapak
lingkungan. Tema yang diharapkan dalam perancangan ini adalah tema yang bisa
menggambarkan bagaimana fungsi ruang publik dan fungsi komersial campuran
tersebut terintergrasi dengan lingkungan alam, bagaimana keterkaitannya antara
tepian sungai, sungai, ruang luar dan ruang dalam, serta tema yang dapat
menciptakan daya tarik pada rancangan ini. Penerapan tema ini akan terintergrasi
dengan gaya arsitektur Organik Kontemporer, dimana bagian dari tema yang
berperan dalam prinsip-prinsip alam akan diterapkan dalam perancangan serta
menggabungkan unsur modern ke dalamnya.
ABSTRACT
Riverfront is a large part of public space that does not only become unique space
in a city, but also becomes the representative of a region that reflects the local
character from the city. As the main theme in this design project case, riverfront
becomes the facade this building. This design also includes architectural design
project case which is commercial mixed-use. This project is located at the site that
is adjacent with the side of Deli River, Jalan Guru Patimpus and the area that
was used as Deli Plaza. Deli River is one of the main stem river from some rivers
that flow in North Sumatera, which contains the history and symbolizes the
identity of Medan City. The application of “Fluidity Geometry of Water in
Motion” theme was inspired by the natural form which is drop of water from the
river where the flow pattern of Deli River is applied in the building and
environment. The theme that is expected from this design is the theme that can
give the view of how the functions of public space and commercial mix-used are
integrated with the natural environment, how is the correlation of riverside, river,
exterior and interior, also the theme that can create attraction in this design. The
application of this theme is going to be
intergrated with the Organic Contemporer
architectural style, where the part of the theme which roles in natural principles is
going to be applied in the design with the combination of modern element.
ABSTRAK
Kawasan muka sungai merupakan bagian besar dari ruang publik yang bukan
hanya menjadi ruang yang unik di kota, tetapi juga wilayah yang paling
representatif yang mencerminkan karakter lokal dari kota tersebut. Sebagai tema
besar dalam kasus proyek perancangan ini, kawasan muka sungai menjadi muka
depan suatu bangunan tersebut dirancang. Perancangan ini juga disertai dengan
kasus proyek perancangan arsitektural yang bersifat komersial campuran dimana
proyek ini berada di lokasi tapak yang berbatasan dengan tepi Sungai Deli, Jalan
Guru Patimpus dan lahan eks Deli Plaza. Sungai Deli merupakan salah satu
sungai induk dari beberapa sungai yang mengalir di Sumatera Utara, serta
menyimpan sejarah kota Medan yang menjadi identitas kota. Penerapan tema
“
Fluidity Geometry of Water in Motion
” bermula dari inspirasi penulis terhadap
bentuk-bentuk alam berupa tetesan air yang diambil dari elemen sungai dimana
gambaran aliran sungai dari Sungai Deli ini diterapkan dalam bangunan dan tapak
lingkungan. Tema yang diharapkan dalam perancangan ini adalah tema yang bisa
menggambarkan bagaimana fungsi ruang publik dan fungsi komersial campuran
tersebut terintergrasi dengan lingkungan alam, bagaimana keterkaitannya antara
tepian sungai, sungai, ruang luar dan ruang dalam, serta tema yang dapat
menciptakan daya tarik pada rancangan ini. Penerapan tema ini akan terintergrasi
dengan gaya arsitektur Organik Kontemporer, dimana bagian dari tema yang
berperan dalam prinsip-prinsip alam akan diterapkan dalam perancangan serta
menggabungkan unsur modern ke dalamnya.
ABSTRACT
Riverfront is a large part of public space that does not only become unique space
in a city, but also becomes the representative of a region that reflects the local
character from the city. As the main theme in this design project case, riverfront
becomes the facade this building. This design also includes architectural design
project case which is commercial mixed-use. This project is located at the site that
is adjacent with the side of Deli River, Jalan Guru Patimpus and the area that
was used as Deli Plaza. Deli River is one of the main stem river from some rivers
that flow in North Sumatera, which contains the history and symbolizes the
identity of Medan City. The application of “Fluidity Geometry of Water in
Motion” theme was inspired by the natural form which is drop of water from the
river where the flow pattern of Deli River is applied in the building and
environment. The theme that is expected from this design is the theme that can
give the view of how the functions of public space and commercial mix-used are
integrated with the natural environment, how is the correlation of riverside, river,
exterior and interior, also the theme that can create attraction in this design. The
application of this theme is going to be
intergrated with the Organic Contemporer
architectural style, where the part of the theme which roles in natural principles is
going to be applied in the design with the combination of modern element.
BAB I
SHARPEN YOUR POINT OF VIEW
Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk
pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi.
Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar “arsitektur muka air”, Riverfront
Architecture, yang dalam hal ini mengambil kasus daerah muka sungai Deli di Pusat Kota
Medan. Dengan diikuti kajian tema kelompok, pembagian kasus proyek kelompok dibagi
menjadi 6, dimana penulis termasuk dalam kelompok kasus proyek A dengan tema
kelompok “Urban Lifestyle” yang akan mengusulkan sebuah rancangan fungsi
komersial campuran (Mixed Use). Dengan lokasi perancangan kasus proyek A berada
pada kawasan tepi sungai Deli segmen jalan Guru Patimpus dan lahan eks Deli Plaza.
Dari tema besar PA6 dan tema kajian kelompok, maka penulis diharapkan untuk
merumuskan tema individual kasus proyek. Dengan skenario pelaksanaan dimana pemilik
proyek yaitu Pemko Medan dan PT. Twin Rivers Development telah menunjuk kelompok
kerja Studio PA6 Design Group yang terdiri dari dosen dan calon arsitek, yang
dimaksudkan calon arsitek dalam kelompok ini adalah mahasiswa PA6 serta Dosen yang
terdiri dari Pak Achmad Delianur Nasution berperan sebagai dosen pembimbing dan Pak
Tavip K. Mustafa berperan sebagai arsitek profesional yang bertindak sebagai konsultan
ahli. Lokasi tapak ini menggunakan sebagian lahan Podomoro Deli Grand City (PCD)
Medan dianggap telah dilepaskan kepada PT Twin Rivers Development. Proses proyek
perancangan ini dimulai dari penjelasan (briefing) Kerangka Acuan Kerja (KAK) oleh
dosen pembimbing kasus Proyek A yaitu Pak Achmad Delianur Nasution, IAI untuk
menjelaskan tahap-tahap penyusunan proposal rancangan arsitektural yang harus
Kegiatan minggu pertama diawali dengan memahami dan menelusuri tema utama
proyek dalam kasus proyek sejenis dengan Fungsi Komersial Campuran (Mixed Use) dan
tema besar “Arsitektur Muka Air”. Diikuti dengan melakukan pendataan awal yang
dilakukan secara berkelompok tentang lokasi kasus proyek ini berada, penulismelakukan
survei lapangan dan mencari data dari sumber lain. Setelah mengumpulkan data,
penulismerangkum data tahap awal untuk diasistensikan kepada dosen. Hasil dari survei
lapangan ini ditemukan bahwa kawasan muka air Sungai Deli ini berada pada pusat kota
Medan yang tidak luput dari permasalahan lingkungan terlantar, ilegal, tidak tertata dan
kumuh di beberapa titik di sepanjang aliran sungai Deli. Terlihat juga berbagai proyek
komersial yang berada pada kawasan muka Sungai Deli ini tidak memperlakukan sungai
sebagai karakteristik dari kota ini, melainkan menganggap sungai ini sebagai daerah
belakang. Sehingga perlu diusulkan sebuah rencana penataan dan revitalisasi kawasan
muka sungai Deli pada segmen yang terpilih pada kasus proyek ini. Perlunya kesadaran
masyarakat terhadap kawasan muka sungai sangat berperan penting, dengan tindakan
masyarakat yang penulis tinjau sendiri pada lokasi permukiman kumuh di kawasan muka
sungai Deli, akan memberikan dampak negatif terhadap karakteristik dari berbagai unsur
di masa yang akan datang, serta peran pemerintah yang tidak memberikan tindakan
terhadap masyarakat yang membangun permukiman kumuh pada kawasan tepi sungai.
Pada tahap awal ini, penulis melakukan pendataan awal sebagai gambaran
informasi yang akan mendukung upaya pemecahan desain. Selama tahap pendataan awal
ini, penulis mendapatkan pengarahan untuk merancang 7 (tujuh) bangunan komersial
yang akan terintegrasi dengan bangunan Preservasi dan Podomoro Deli City.
Masing-masing individu mengusulkan dua atau tiga dari tujuh jenis bangunan komersial untuk
survei lapangan, studi literatur, dan studi banding. Hasil pendataan ini dapat dilihat
sebagai berikut
1.1 Data Eksisting
Lokasi proyek berada pada Jalan Guru Patimpus, Kecamatan Medan Barat,
Medan, Sumatra Utara, Indonesia
Kasus Proyek : Riverfront Urban Lifestyle
Pemilik Proyek : PT Twin River Development
Batas Utara : Ruko Komersil
Batas Timur : Podomoro City Medan, Kantor Deli Maskapai
Batas Selatan : Pemukiman Penduduk, Sungai Deli
Batas Barat : Sungai Deli
Luas Lahan : ± 2.5 Ha
Letak : 3°
Kontur : Menjorok ke sungai
Iklim : Tropis, suhu minimum 23°C – 24,1°C,
suhu maksimum 30,6°C – 33,1°C
Kelembaban Udara : 78-82%
KDB : 60%
KLB : 4-32 lantai
Garis Sempadan Jalan : 8.5 m
Garis Sempadan Sungai : 15 m
Bangunan Eksisting : lahan kosong dan permukiman 1-2 lantai
Potensi Lahan :
o Terletak di pusat kota
1.2 Tata Guna Lahan
Gambar 1.2 Data Tata Guna Lahan
Dari pendataan tata guna lahan, penulis menanggapi bahwa fungsi utama di
sekitar lokasi proyek didominasi oleh permukiman, perkantoran dan komersial. Pusat
perbelanjaan, sarana pendidikan, ruko-ruko komersial, dan perkantoran merupakan
GUNA LAHAN/
TYPE OF LAND USE WARNA/COLOR
Permukiman
- tidak padat KUNING
- sedang ORANYE
- sangat padat COKLAT
Komersial
- ruko/retail MERAH MUDA
- perkantoran ORANYE KEMERAHAN
- hotel UNGU
Industri
- ringan ABU-ABU MUDA
- berat ABU-ABU TUA
Fasilitas Umum & Sosial
- sarana kesehatan HIJAU TUA
- sarana rekreasi HIJAU TUA
- sarana olahraga HIJAU TUA
- gedung pemerintah BIRU
- sarana pendidikan BIRU LANGIT
- sarana peribadatan BIRU TUA
Ruang Terbuka Hijau
- pertanian/peternakan HIJAU
- taman HIJAU
- kuburan HIJAU
- rawa-rawa HIJAU
generator aktivitas utama kawasan ini. Lokasi perancangan berpotensi menjadi sebagai
ruang baru bagi publik yang berada di tepi air tengah kota.
1.3 Intensitas Bangunan
Gambar 1.3 Data Intensitas Bangunan
Gambar 1.4 Skyline view dari jalan Putri Hijau
Gambar 1.5 Skyline view dari jalan Raden Saleh
Gambar 1.7 Data Bangunan Sekitar
1.5 Data Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan
Ketika mensurvei tapak perancangan yang terletak pada pusat kota dengan
tingkat kepadatan kendaraan yang tinggi, terutama untuk jalan besar seperti jalan Guru
Patimpus dan jalan Raden Saleh. Sirkulasi menuju tapak perancangan dapat dicapai
melalui jalan Guru Patimpus yang merupakan jalan dua arah yang sering mengalami
kemacetan, dan tapak juga dapat dicapai melalui jalan Tembakau Deli ynag memiliki
lebar jalan 8.5 meter dan memiliki dua arah. Dari data ini, penulis akan merencanakan
Tujuan dari pendataan aktivitas ini adalah untuk menentukan karakteristik
pengguna bangunan dan perencanaan. Ketika penulis melakukan survei aktivitas pada
pagi hari dan sore hari, terlihat beberapa titik jalan yang memiliki tingkat kemacetan yang
tinggi terutama pada daerah perkantoran dan komersial seperti pada jalan Balai Kota,
persimpangan jalan Guru Patimpus. Aktivitas pada pagi hari (berangkat) dan sore hari
(pulang) ini lebih didominasi oleh karyawan, sedangkan pada malam hari, daerah jalan
Sei Deli dipadati oleh mahasiswa yang berasal dari kampus IBBI. Jalan sepanjang koridor
Sei Deli ini didominasi oleh kios-kios kecil dan rumah yang disewakan untuk penjualan.
1.7 Data Ruang Terbuka
Ketika penulis melakukan pendataan ruang terbuka pada kawasan ini, terlihat
bahwa belum adanya ruang terbuka dengan kawasan yang asri dan menghadirkan suasana
tepian sungai yang indah. Dengan adanya ruang terbuka baru dalam perancangan ini,
maka akan menambah ketertarikan masyarakat dan wisatawan untuk berkunjung. Dalam
kawasan ini hanya terdapat beberapa ruang terbuka, seperti Lapangan Merdeka pada jalan
Balai Kota, perkuburan pada jalan Guru Patimpus dan jalan Sei Deli, serta lapangan
1.8 Data Sungai
[image:33.595.120.493.108.674.2]Pada perancangan yang berbatasan dengan sungai Deli, penulis juga melakukan
survei lapangan untuk mengetahui kondisi dan kedalaman Sungai Deli. Dari gambar
dapat dilihat pada jalan Raden Saleh terdapat cor beton di tepinya. Pada beberapa titik
daerah tepian sungai ini terdapat penumpukan sampah. Tindakan dari warga yang tinggal
di daerah tepian sungai yang kurang menghargai keberadaan sungai ini mengakibatkan
turunnya kesadaran masyarakat terhadap keberadaan Sungai Deli.
Pada tahap pendataan selanjutnya adalah tahap penelusuran data ke tahap
pemecahan masalah dan identifikasi potensi lokasi kasus proyek ini. Untuk menghasilkan
data yang maksimal dan detail, survei lapangan dilakukan secara bertahap dan beberapa
kali, dimulai dari survei kondisi eksisting, kondisi lingkungan sekitar, pedestrian,
sirkulasi kendaraan dan tata guna lahan, KDB, KLB serta sistem signage kawasan sekitar
lokasi kasus proyek ini. Setelah melakukan survei yang kedua kali, data yang telah
dikumpulkan dari lapangan dan sumber lain akan dirangkum untuk diasistensikan kepada
dosen. Penulis juga menelusuri referensi studi banding tentang kasus proyek yang sama
yaitu arsitektur muka air dan fungsi komersial campuran.
Setelah melakukan asistensi kepada Pak Achmad Delianur pada hari Kamis di
minggu kedua, penulismendapat pengarahan tentang fungsi komersial campuran yang
akan dibangun dimana pada tapak ini akan direncanakan tujuh fungsi komersial yaitu
Hotel Bintang 5 (lima), Tematik Mall, Apartemen, Kondominium, Hotel Bintang 4
(empat), Themepark dan Kantor. Dari ketujuh fungsi komersial tersebut, penulis ditunjuk
untuk memilih dua atau tiga dari fungsi komersial yang diusulkan. Rancangan bangunan,
lingkungan dan daerah tepi sungai yang diusulkan harus terintegrasi utuh dengan kawasan
muka air Sungai Deli, Podomoro Deli Grand City dan bangunan preservasi yang saat ini
lingkungan, urban lifestyle dan sejarah kota Medan menjadi sebuah tantangan dalam
perancangan arsitektur ini.
Dari pilihan tersebut, penulis mengusulkan fungsi komersial campuran berupa
Mall dan Kondominium ke dalam lokasi perancangan. Ditinjau dari tata guna lahan,
lokasi tapak yang terletak di pusat kota Medan ini berpotensi tinggi untuk menjadi sebuah
ruang baru bagi publik yang bisa menikmati dan berinteraksi dengan lingkungan alam
tepian sungai, rancangan ini diusulkan dikarenakan kurangnya ruang terbuka hijau di
kawasan ini, serta pusat perbelanjaan dan kondominium yang akan dirancang pada lokasi
ini akan mendukung Podomoro Deli Grand City yang sudah dilengkapi dengan fasilitas
Hotel, Mall, Office, Apartment dan Kondominium. Namun rancangan mall dan
kondominium yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau ini, akam memiliki kelas
tersendiri, yang akan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Pada tahap
pemecahan masalah, penulis melakukan sketsa analisa dari berbagai aspek untuk
memecahkan masalah yang terdapat pada lokasi proyek ini.
Di kota Medan ini, belum ditemukan sebuah ruang yang menjadikan muka sungai
sebagai daerah muka yang diwujudkan dan ditujukan kepada masyarakat dan lingkungan
alam. Ironisnya, pada kasus proyek tepi sungai Deli ini dapat terlihat ketidakpedulian
manusia terhadap keadaan alam dan lingkungan sekitarnya. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa lingkungan kumuh dan tidak tertata dalam kawasan muka sungai ini
telah membentuk kebudayaan yang bersifat negatif. Arsitektur merupakan cermin dari
kebudayaan. Dengan memiliki keadaan alam yang bersih dan tingkah laku manusia yang
menghargai dan bertanggung jawab dengan lingkungan alam sekitarnya, maka akan
terwujud kebudayaan baru yang memenuhi prinsip keseimbangan dan keselarasan.
Masyarakat dan kota itu sendiri dapat merasakan keindahan, kesenangan dan kenyamanan
BAB II
STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE
Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan
analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai dengan
memperhatikan dengan seksama hal- hal yang menjadi tuntutan dalam KAK, dimana
penulis akan berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan arsitek profesional. Diawali
dengan kegiatan survei lapangan yang menghasilkan data, penulis juga melakukan studi
banding terhadap proyek sejenis sebagai bahan pembanding untuk memudahkan dalam
persiapan perencanaan. Serangkaian proses perancangan arsitektur yang terdiri dari
tahapan-tahapan merupakan proses pembelajaran yang akan menjadi bekal seorang calon
arsitek, sebab proses merancang seorang arsitek tidak sesederhana seorang seniman.
Dalam tahap menerjemahkan data-data yang telah dikumpulkan harus disajikan dengan
baik dan benar untuk memudahkan tahap yang akan dilakukan selanjutnya, yaitu tahap
analisis.
Tahap analisis merupakan proses paling utama dalam perancangan. Adanya
masalah menjadi salah satu dokumen atau data penting dalam rantai keseluruhan proyek
perancangan. Data yang telah dikumpulkan dari melakukan studi kasus, survei lapangan
dan sumber-sumber lain harus disaring kembali menjadi data yang akan siap dianalisis.
Dengan menggunakan seluruh indera ketika melakukan survei lapangan, maka data yang
dihasilkan akan lebih maksimal dan dapat memudahkan dalam tahap analisis. Dalam
analisis, tanggapan terhadap berbagai data yang telah dikumpulkan merupakan kunci
penting dalam menghasilkan konsep perancangan yang diungkapkan melalui sketsa dan
pernyataan. Dengan munculnya permasalahan dalam kasus proyek tentang fungsi
faktor penting dalam proses analisis, data yang terdiri dari faktor manusia, fungsi dan
pengolahan lahan, serta fungsi dan pengolahan bangunan.
Tahap analisa ini terdiri dari sketsa analisa data tentang faktor fungsi dan
pengolahan lahan yang terdiri dari lokasi lingkungan tapak, tata guna lahan, ruang
terbuka dan tata hijau, perlengkapan tapak, sirkulasi manusia, kendaraan, dan parkir, serta
sistem pembuangan dan sanitasi. Faktor fungsi baik lahan maupun bangunan merupakan
perwujudan hubungan manusia dengan makhluk sosial lainnya, yaitu bagaimana
hubungan manusia dengan masyarakat sekitarnya, manusia dengan lingkungan alam dan
buatan sekitarnya. Sehingga perancangan ini tidak hanya dinikmati oleh individu, namun
juga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan tapak ini berada. Proses
perancangan tahap analisis ini dibagi menjadi analisa non fisik dan analisa fisik.
2.1 Analisa Non Fisik
Pada analisa non fisik ini, penulis menganalisa pelaku kegiatan yang akan
direncanakan di dalam perancangan bangunan fungsi campuran ini. Secara garis besar
pelaku kegiatan akan dibagi ke dalam enam macam yaitu : pengunjung mall, pedagang /
penyewa retail, karyawan, penghuni kondominium, pengunjung kondominium dan
pengelola bangunan.
Kebutuhan yang diperlukan dalam bangunan akan menjadi bagian dari
perencanaan ruang dalam maupun luar bangunan. Dalam rancangan ruang dengan fungsi
bangunan campuran, yaitu mall dan kondominium, perlu diperhatikan bahwa kebutuhan
ruang pada mall berbeda dengan kebutuhan ruang pada kondominium. Dalam
perancangan bangunan mall, arsitek harus bisa menciptakan ruang yang nyaman serta
tidak terkesan aneh dan membingungkan, memperhatikan pergerakan atau sirkulasi
manusia yang baik di dalam maupun luar bangunan mall. Tujuan utama dari pengunjung
lelah dari beraktifitas seharian serta berkumpul dengan teman atau keluarga tercintanya.
Sedangkan penghuni kondominium memerlukan sebuah ruang yang nyaman, aman dan
bersifat privasi. Dari pengguna dan kebutuhan tersebut, maka terbentuklah berbagai
aktifitas yang memiliki rangkaian yang cukup kompleks. Dengan fungsi bangunan yang
memiliki tingkat privasi pengguna bangunan dan jenis kegiatan yang berbeda, maka
penulis melakukan analisa hubungan kegiatan pengguna bangunan secara makro dalam
bentuk skema. (lihat Lampiran).
Dalam penyusunan laporan pemograman fungsi pusat perbelanjaan dan fungsi
hunian, penulis melakukan analisa kebutuhan ruang dalam bentuk tabel. Selanjutnya
penulis membuat program ruang berdasarkan pada kesimpulan dari hasil analisis
kebutuhan jenis ruang, hubungan organisasi ruang, pengguna, dan sifat-sifat ruang..
[image:38.595.114.510.399.694.2]2.2 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
Pada proses analisa pejalan kaki, penulis memperkirakan jumlah pejalan kaki
yang berasal dari warga, mahasiswa dan pekerja dari lingkungan sekitar tapak. Dari data
sirkulasi pejalan kaki sebelumnya, ditemukan kondisi jalur pedestrian sekitar tapak yang
[image:39.595.118.507.185.713.2]masih berfungsi dengan baik.
2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan
Dari data sirkulasi kendaraan sebelumnya, tingkat kemacetan pada jalan besar
yang berbatasan demgam tapak cukup tinggi terutama pada pagi hari dan sore hari.
Penulis mempertimbangkan sirkulasi pada tapak agar tidak menambah kemacetan pada
jalan besar. Sirkulasi kendaraan ini dibagi lagi menjadi beberapa pengguna bangunan
(pengunjung, penghuni, karyawan, servis), sehingga pengolahan sirkulasi dengan
[image:40.595.131.494.273.568.2]menggunakan akses dari jalan utama ini mengalami kesulitan.
Gambar 2.4 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Kendaraan
Beranjak dari analisa sirkulasi manusia dan kendaraan, pengolahan lahan untuk
parkir merupakan tempat utama bagi pengunjung yang berkunjung dan penghuni yang
pulang dari beraktivitas menuju tempat tinggal. Masalah kebutuhan parkir yang cukup
dalam suatu bangunan menjadi isu yang sering terjadi dalam suatu bangunan
perancangan, karena parkir berhubungan erat dengan sirkulasi kendaraan dan manusia ke
dalam bangunan. Apabila tidak memikirkan dengan sungguh-sungguh perancangan
sebuah tempat parkir dan hasilnya adalah tempat parkir yang buruk, sudah pasti akan
membawa dampak negatif bagi suatu karya arsitektur. Namun, tempat parkir yang baik,
belum tentu akan membawa dampak positif bagi suatu bangunan. Seringkali jumlah
parkir bagi pengendara kendaraan bermotor tidak direncanakan dalam ruang yang layak
dan memenuhi standarisasi.
2.4 Analisa Kebisingan
Dari data sirkulasi kendaraan serta data aktivitas sebelumnya, tingkat kebisingan
pada kondisi tapak yang berbatasan dengan jalan utama (jalan Guru Patimpus) memiliki
tingkat kebisingan yang cukup tinggi. Pada analisa kebisingan, penulis merencanakan
perletakan bangunan serta penghijauan pada area depan yang berbatasan dengan jalan
[image:42.595.137.487.315.702.2]besar dan area tepi sungai sebagai buffer kebisingan.
Gambar 2.6 Tanggapan terhadap Analisa Kebisingan
2.5 Analisa Iklim
Pada tahap analisa iklim, penulis mempertimbangkan perletakan serta orientasi
bangunan pada tapak. Orientasi bangunan yang direncanakan adalah orientasi
utara-selatan. Namun berhubungan dengan integrasi proyek dengan Sungai Deli, Bangunan
Preservasi dan Podomoro Deli City, orientasi tidak hanya mempertimbangkan orientasi
Gambar 2.7 Analisa Iklim
Gambar 2.8 Tanggapan terhadap Analisa Iklim
2.6 Analisa View ke Luar Tapak
Pada kasus proyek yang terintegrasi dengan Sungai Deli, Bangunan Preservasi
dan Podomoro Deli City ini, penulis mempertimbangkan perencanaan view dari tapak
perancangan berdasarkan fungsi dan zona bangunan. Penulis menanggapi bahwa
perencanaan pemandangan dari dalam tapak menuju bangunan ini dimaksimalkan pada
orientasi bangunan ke arah pemandangan yang terintergrasi dalam kasus proyek ini, yaitu
[image:45.595.128.511.288.551.2]arah ke Sungai Deli, bangunan Perservasi, dan Podomoro Deli City.
Gambar 2.10 Tanggapan terhadap Analisa Analisa View ke Luar Tapak
2.7 Analisa View ke Dalam Tapak
Dari data bangunan sekitar tapak yang merupakan daerah yang didominasi
dengan bangunan komersial dan permukiman penduduk, penulis menanggapi bahwa
terdapat banyak spot dari luar tapak ke dalam tapak yang berpotensi guna memunculkan
ketertarikan orang untuk datang.
[image:46.595.184.414.452.673.2]Gambar 2.12 Tanggapan terhadap Analisa View ke Dalam Tapak
2.8 Analisa Vegetasi
Dari data ruang terbuka sebelumnya, penulis mengusulkan ruang terbuka hijau
pada ruang tapak yang berada pada tepian sungai dikarenakan kurangnya ruang terbuka
hijau pada daerah kawasan ini. Pada kondisi eksisting, vegetasi sangat minim karena
lahan merupakan tanah kosong yang ditanami rumput liar.
[image:47.595.161.462.484.709.2]Gambar 2.14 Tanggapan terhadapAnalisa Vegetasi
2.9 Analisa Budaya Manusia
Perancangan harus dapat memenuhi kebutuhan manusia dan memiliki hubungan
yang harmonis dengan manusia dan lingkungan alam. Dengan mempertimbangkan
kondisi eksisting dan fungsi bangunan sekitar tapak, penulis merencanakan ruang terbuka
hijau yang ditujukan bagi publik.
Sehingga tapak ini memiliki potensi :
Permukiman sekitar dapat memenuhi kebutuhan dengan adanya fungsi pusat
perbelanjaan di dalam perancangan.
Pengunjung yang berasal dari daerah ruko komersial, perkantoran, sekolah dapat
menikmati ruang publik yang berada di tepi air tengah kota.
Dengan adanya ruang terbuka dalam rancangan akan meningkatkan nilai sosialisasi
dan interaksi antara manusia dan lingkungan.
2.10 Analisa GSB
Setiap perancangan harus mematuhi peraturan teknis seperti Garis Sempadan
Bangunan (GSB) dan sungai, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), serta Koefisien Lantai
Bangunan (KLB). Berdasarkan data eksisting sebelumnya, penulis merencanakan area
garis sempadan bangunan dan sungai ini menjadi fungsi ruang terbuka hijau.
Gambar 2.17 Tanggapan terhadap Analisa GSB
Dari beberapa analisa yang telah dilakukan, tanggapan hasil analisa tersebut akan
dituangkan dalam bentuk sketsa konsep perancangan awal. Dari tahap analisis proyek
tersebut, penulis mengusulkan konsep perancangan yang mengarah pada arsitektur
organik kontemporer, yaitu bentuk dari tetesan air yang mengikuti pergerakan aliran
sungai. Kontemporer dalam gaya arsitektur organik memiliki istilah rancangan dengan
teknologi yang sudah lebih maju, serta merupakan pertimbangan terhadap kasus proyek
dengan tema Urban Lifestyle. Konsep perancangan tapak yang diusulkan akan
memasukkan prinsip-prinsip alam ke dalam bangunan maupun luar bangunan, sehingga
akan menghasilkan rancangan yang akan memanifestasikan nilai sosial, budaya dan
manusia ke dalam lingkungan tapak. Rancangan arsitektural ini juga diharapkan bisa
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan pada kawasan tepian
air Sungai Deli, serta menjadi karakteristik lokal kota Medan. Dari proses perancangan
pada kegiatan minggu kedua ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa tahap awal
pendataan perancangan arsitektural ini tidak hanya mengambil data dari tapak dan
maupun politik, yang merupakan potensi dari lokasi perancangan ini, namun perlu
diperhatikan juga nilai sejarah dari sungai Deli, bangunan preservasi yang terletak di
kawasan kasus proyek ini. Mengingat era modern ini, masyarakat sudah melupakan dan
peduli terhadap nilai sejarah, dikarenakan kemajuan teknologi yang sudah berkembang
saat ini. Oleh karena itu, konsep perancangan yang akan diterapkan ke dalam tapak harus
benar-benar dapat mencerminkan karakteristik kota Medan di kawasan tepian air Sungai
Deli.
Setelah menerapkan konsep yang mengarah pada arsiitektur organik, penulis
melakukan studi banding dengan kasus proyek serta gaya arsitektur sejenis.
Xishuangbanna Residence sebagai studi banding adalah contoh proyek yang terintegrasi
dengan sungai. Proyek ini mengarah pada arsitektur yang natural (alam) dan modern.
Gambar 2.19 Perspektif Xishuangbanna Residence
Lokasi rancangan tapak ini juga menghadap ke arah Sungai Lancang di kejauhan
dengan pandangan terbuka.
Gambar 2.20 Peta dan Konsep Perancangan
Xishuangbanna memiliki rancangan yang kaya akan karakteristik lingkungan
alam lokal yang unik. Pada "Dai" rumah bambu terdiri dari bahan-bahan lokal seperti
kayu dan bambu. Rancangan ini juga terbuka dan terintegrasi dengan lingkungan alam.
Sebagai hasilnya, hubungan antara manusia dan alam berada dalam harmoni dan hidup
Gambar 2.21 Potongan Bangunan
Dari studi banding tersebut, penulis akan menerapkan konsep rancangan yang
terintegrasi dengan lingkungan alam sesuai dengan pernyataan “Using Nature as our
basis for design, a building or design must grow, as Nature grows, from the inside
out…"1. Arsitektur organik kontemporer berpotensi menjadi dasar pengembangan konsep
rancangan arsitektural kasus proyek kawasan tepi Sungai Deli, yaitu dengan konsep
rancangan yang menghubungkan alam dengan manusia berupa ruang terbuka dan
lingkungan tepi sungai.
1 “Using Nature as our basis for design, a building or design must grow, as Nature
grows, from the inside out…" menjelaskan bahwa konsep arsitektur organik ini
menggunakan alam sebagai dasar atau awal rancangan, dimana rancangan tersebut memiliki bentuk yang memiliki kesatuan yang menyatu dengan alam.
[image:53.595.231.518.82.343.2]BAB III
THROUGH THE CONCEPT
Dalam menganalisa lokasi lingkungan tapak, penulis menanggapi bahwa tapak
dalam kasus proyek revitalisasi kawasan muka Sungan Deli ini memiliki potensi yang
tinggi sebagai ruang komersial, ruang hijau atau oasis publik serta ruang baru yang
menjadi karakteristik lokal kota Medan. Dengan melihat kembali hubungan manusia
dengan lingkungan, maka daerah muka sungai merupakan salah satu keindahan alam
yang akan menjadi ruang baru bagi masyarakat, dimana masyarakat akan lebih
menghargai dan lebih dekat dengan lingkungan alam. Jika ditinjau dari data tata guna
lahan, lokasi tapak ini berada di daerah pusat kota yang didominasi oleh permukiman,
perkantoran dan komersial yang merupakan generator aktivitas utama kawasan ini.
Dengan mengusulkan perancangan fungsi pusat perbelanjaan dan fungsi hunian
vertikal yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau pada lokasi tapak akan menjadi
ruang baru bagi masyarakat yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi rekreatif,
edukatif, kesehatan, komunikatif, ekologis dan komersial, serta menjadi karakteristik
rancangan tepi sungai kota Medan. Penulis menerapkan konsep dengan perwujudan ruang
yang memiliki keselarasan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan alam
maupun buatan, serta manusia dengan makhluk sosial lainnya. Sebab perancangan
arsitektur pada zaman sekarang ini, terutama di kota Medan yang telah kehilangan
karakteristik murni dari kota itu sendiri. Ditambah lagi, pembangunan ruko-ruko
komersial yang semakin luas dan memiliki skala yang cukup besar bukan menjadi
pemecahan masalah bagi masyarakat ini. Bukan hanya itu saja, pembangunan
gedung-gedung tinggi seperti pusat perbelanjaan dan apartemen yang megah mulai menjamur dan
3.1 Konsep Perancangan Tapak dan Ruang Terbuka Hijau
Gambar 3.1 Konsep Perancangan Tapak (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)
Manusia sebagai pelaku utama arsitektur adalah individu yang tidak lepas dari
kaidah-kaidah sosial. Oleh karena itu, dalam menganalisa faktor manusia, kita perlu
mempertimbangkan perilaku dan interaksi manusia, keselamatan, kesehatan serta privasi.
Kebutuhan manusia akan wadah ruang untuk melakukan kegiatan seperti, berinteraksi
antar satu sama lain, serta kebutuhan akan rasa nyaman dan aman ketika berada dalam
lingkungan tersebut harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan benar. Rasa aman
tidak berarti bahwa manusia tersebut terisolasi dalam sebuah ruang atau bangunan,
namun rasa aman itu juga harus dipenuhi dengan kenyamanan, manusia akan merasa
lebih aman apabila mereka bisa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Dengan
kata lain, manusia akan merasa nyaman dengan adanya ruang untuk berkomunikasi dan
terbuka hijau yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Ruang terbuka hijau yang
akan diterapkan memiliki beberapa fasilitas yang akan memenuhi kebutuhan manusia
tidak hanya dari fungsi rekreatif, namun juga berfungsi sebagai ruang edukatif,
komunikatif, komersial dan menunjang kesehatan masyarakat.
Ruang terbuka hijau yang disediakan dalam kawasan pusat kota ini hampir tidak
ada dan selalu berakhir di luar kota. Padahal ruang-ruang publik seperti ini sangat
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan kota. Dari permasalahan tersebut, maka di
sinilah Ruang Terbuka Hijau dibutuhkan dan menjadi sebuah syarat yang harus ada di
setiap kota. Fungsi bangunan campuran yang direncanakan dalam tapak ini akan
dilengkapi dengan ruang terbuka hijau, seiring dengan kondisi bumi yang terus
memburuk akibat dari pemanasan global. Penulis menerapkan beberapa alternatif sketsa
dalam konsep perancangan ruang terbuka hijau ke dalam tapak. Dimulai dari fungsi
rekreatif sekaligus edukatif seperti green campus2 yang ditujukan kepada anak-anak
untuk memberikan pendidikan tentang ilmu pengetahuan alam. Fungsi selanjutnya yang
akan penulis terapkan dalam ruang terbuka hijau adalah fungsi komunikatif, yaitu
menjadi wadah ruang terjadinya suatu komunikasi antara manusia, interaksi sosial antar
masyarakat dimana masyarakat dapat bersantai bersama sanak keluarga atau teman,
menjadi tempat untuk beristirahat (refreshing) setelah beraktivitas atau bekerja seharian.
Dalam Ruang Terbuka Hijau ini, penulis juga merencanakan ruang bagi
masyarakat untuk berolahraga seperti senam pagi, jogging trackserta cycle-pathbaik bagi
anak-anak, remaja, dewasa maupun manula dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang
disediakan dalam Ruang Terbuka Hijau ini. Seperti yang kita ketahui, pembangunan fisik
berupa gedung-gedung tinggi dan mewah di kota-kota memang sangat menarik perhatian
2 Kegiatan Green Campus mengenalkan manfaat dari menjaga dan melestarikan
dan membanggakan, namun di sisi lain, pembangunan tersebut kerap menggeser atau
menghilangkan ruang-ruang hijau yang ada.
Gambar 3.2 Konsep Waterfront Tepian Sungai (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)
3.2 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian
Pengolahan aksesbilitas kendaraan dan manusia menuju tapak perancangan
maupun sirkulasi yang terjadi dalam bangunan merupakan bagian yang penting dalam
perancangan. Pengolahan sirkulasi di dalam maupun luar bangunan perlu direncanakan
dengan baik, sebab perilaku manusia (psikologi) memiliki dampak yang besar dalam
keberhasilan sebuah bangunan tersebut berfungsi. Secara tidak langsung, apabila
pengunjung mall dan penghuni kondominium tersebut merasakan pengalaman yang tidak
menyenangkan ketika menuju ke dalam bangunan maupun pada saat berada dalam
bangunan, akan terjadi respon negatif dimana pengunjung dan penghuni tersebut akan
[image:57.595.132.497.148.435.2]memutuskan untuk berkunjung atau tidak di kemudian hari. Merencanakan letak gerbang
utama sebagai pintu masuk utama yang akan mudah dikenali oleh masyarakat adalah
[image:58.595.149.475.185.602.2]bagian dari ide yang akan penulis terapkan dalam perancangan ini.
Pengolahan lahan untuk parkir merupakan tempat utama bagi pengunjung dan
penghuni yang pulang dari beraktivitas menuju tempat tinggal mereka. Masalah
kebutuhan parkir yang cukup dalam suatu bangunan menjadi isu yang sering terjadi
dalam suatu bangunan perancangan, karena parkir berhubungan erat dengan sirkulasi
kendaraan dan manusia ke dalam bangunan. Apabila tidak memikirkan dengan
sungguh-sungguh perancangan sebuah tempat parkir dan hasilnya adalah tempat parkir yang
buruk, sudah pasti akan membawa dampak negatif bagi suatu karya arsitektur. Namun,
tempat parkir yang baik, belum tentu akan membawa dampak positif bagi suatu
bangunan. Seringkali jumlah kebutuhan parkir yang disediakan kurang, bahkan yang
paling ironis adalah kebutuhan parkir bagi pengendara kendaraan bermotor tidak
direncanakan dalam ruang yang layak dan memenuhi standarisasi. Dalam pemograman,
proses analisa merupakan bagian penting untuk menghasilkan persyaratan keberhasilan
proyek, pembuatan tujuan, penegasan terhadap kondisi yang ingin dicapai di kemudian
hari, serta persyaratan tampilan dan konsep.
Area servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana
karyawan atau pekerja, kendaraan guna servis (seperti truk sampah, truk bahan makanan
dan sebagainya) masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi
servis yang baik pada zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan
pengunjung, penghuni dan servis, penulis perlu membuat diagram yang berisi pembagian
sirkulasi di dalam tapak terlebih dahulu. Zoning di dalam tapak tersebut akan
menghasilkan perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki,
kendaraan dan service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari
konteks sekitar, sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung
3.3 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan
[image:60.595.143.498.120.333.2]
Gambar 3.4 Konsep Kulit/ Tampak Bangunan (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)
Perencanaan awal pada rancangan tampak bangunan ini menggunakan secondary
skin.3 Bentuk dari aliran air yang mengalir akan diterapkan pada keseluruhan kulit
bangunan. Dengan konsep kulit bangunan ini, rancangan yang dihasilkan akan
memaksimalkan bukaan pada bangunan dan memanfaatkan pencahayaan alami yang
masuk ke dalam bangunan. Kulit bangunan ini tidak hanya mengedepankan fungsinya,
melainkan juga menyatu dengan desain aristektur yang menerapkan konsep organik.
Bentuk rancangan bangunan dan tapak harus dapat mencerminkan karakteristik kesatuan
atau integrasi dengan alam.
3secondary skin merupakan lapisan kedua pada bangunan dan memiliki fungsi utama
sebagai penahan sinar matahari langsung.
3.4 Konsep Zoning
Gambar 3.5 Konsep Zoning (Sumber : Dokumentasi. Pribadi)
Perencanaan selanjutnya adalah pembagian zona ruang dalam bangunan. Area
servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana karyawan atau
pekerja, kendaraan guna servis (seperti truk sampah, truk bahan makanan dan sebagainya)
masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi servis yang baik pada
zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan pengunjung, penghuni dan
servis, penulis perlu membuat diagram zoning yang berisi pembagian zoning di dalam
tapak terlebih dahulu. Pembagian zoning di dalam tapak tersebut akan menghasilkan
perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki, kendaraan dan
service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari konteks sekitar,
sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung mall, sirkulasi
penghuni kondominium dan sirkulasi service. Setelah membuat sketsa konsep aspek
arsitektural, penulis membuat sketsa konsep perancangan selanjutnya yaitu konsep sistem
Privat
[image:61.595.234.418.106.342.2]bangunan tinggi. Pada konsep ini, penulis menggunakan sumber buku Panduan Bangunan
Tinggi dan sumber lain sebagai acuan dan standar dalam merencanakan konsep sistem
bnagunan tinggi yang terdiri dari sistem struktur, sistem ME, dan sistem pengendalian
kebakaran.
Setiap sudut pandang bagaimana seorang arsitek dalam memecahkan suatu
permasalahan memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda, tetapi tetap memiliki tujuan
yang sama. Arsitek tidak hanya cukup mempelajari teori-teori dan standar dalam
merancang. Namun pembelajaran seorang arsitek juga mencakup perkembangan dan
kehidupan yang terjadi di sekitarnya. "Kita harus belajar untuk memersepsikan kehidupan
yang terjadi di sekitar kita"[4]. Seluruh bagian dari perkembangan yang terjadi merupakan
bagian dari kehidupan seorang arsitek. Penulis menyadari bahwa peran seorang arsitek ini
sangatlah menarik dan menantang serta memiliki tanggung jawab yang besar. Peran yang
paling utama bagi arsitek adalah bahwa dia bertanggung jawab atas setiap garis yang
digambarnya, menunjukkan respon dan hubungan yang terjadi antara manusia,
lingkungan dan bangunan yang dirancang. Hasil dari analisis yang berupa sketsa ide
rancangan penyelesaian masalah ini kemudian diasistensikan kepada dosen pembimbing,
dimana dari analisa-analisa tersebut penulis akan melanjutkan kembali analisis dengan
pembahasan yang lebih mendalam dengan konsep yang akan diterapkan.
Mengamati dan memahami masalah ke dalam bentuk sketsa atau gambar
merupakan rangkaian kegiatan dari seorang arsitek untuk menghasilkan konsep
perancangan yang memenuhi aspek-aspek yang terintegrasi dalam perancangan, baik dari
aspek arsitektural, aspek struktural maupun aspek ME. Karya arsitektur tidak cukup
4
sekedar kuat dan indah, namun juga harus mewadahi kebutuhan manusia. Fungsi,
teknologi dan keindahan merupakan suatu kesatuan yang menjadi faktor penyeimbang
dalam merancang bangunan. Hasil dari perancangan tapak dan bangunan ini merupakan
kombinasi antara ilmu, kreativitas dan selera dari manusia dalam menciptakan dan
membangun arsitektur ini.
Konsep utama yang diambil dari elemen sungai serta pergerakan aliran sungai,
maka penulis mengusulkan tema yang akan diterapkan dalam perancangan yaitu
“Fluidity Geometry of Water in Motion” yang menerapkan keseluruhan elemen yang
terdapat dalam tapak menyatu menjadi satu. Dari analisis yang telah dilakukan, penulis
melihat kembali ke belakang, yaitu dimulai lagi dari analisa dengan faktor manusia
hingga menyesuaikan analisa tersebut dengan penerapan tema proyek ke dalam ide
konseptual perancangan. Dalam proses menuju hasil akhir dalam arsitektur, akan selalu
terjadi pengulangan secara terus menerus hingga menuju suatu detail yang diinginkan.
Itulah sebabnya mengapa pemrograman berperan penting dalam proses desain, dimana
program perancangan akan memberikan aturan-aturan untuk mengontrol informasi dalam
setiap tahap detail. Berkaitan dengan pengambilan tema yang diterapkan dalam
perancangan tapak dan bangunan ini, penulis mengambil gaya arsitektur organik
kontemporer. Mengapa Organik Kontemporer? Pembahasan alasan dalam pengambilan
BAB IV
INNOVATION INSPIRED BY NATURE
Merancang dengan tema berarti mengusulkan salah satu kemungkinan
perwujudan dari gagasan. Tema melandaskan seluruh ide-ide yang diterapkan dalam
perancangan. Dengan kehadiran tema dalam arsitektur, maka rancangan akan lebih
bermakna secara visual dan fungsional. Kegiatan penerapan tema dan konsep merupakan
kelanjutan dari tahap analisa dan pengumpulan data dan fakta, setelah menganalisa data
dan fakta maka proses dalam merancang akan dilanjutkan pada sesi menetapkan tema.
Dalam tema utama proyek perancangan arsitektur ini yaitu Riverfront yang menggunakan
Daerah Tepi Sungai Deli sebagai muka bangunan atau bagian dari perancangan tapak,
dan tema kedua yaitu Urban Lifestyle, yang kemudian dari tema utama dan kedua
tersebut akan menghasilkan sebuah tema individual yang akan diterapkan dalam
bangunan dan tapak perancangan.
Tema Riverfront dalam arsitektur ini menjelaskan bahwa daerah tepi Sungai Deli
ini akan dijadikan sebagai muka depan bangunan dari kasus proyek yang akan dirancang,
tema ini juga menceritakan bagaimana konteks sungai terhubung dengan site atau tapak
perancangan sehingga membentuk satu sinergi antara bangunan, lingkungan tapak dan
sungai. Kawasan muka sungai (Riverfront) merupakan bagian besar dari ruang publik
yang mencerminkan karakter lokal dari kota Medan. Pada kawasan muka sungai Deli ini
akan merencanakan sebuah ruang terbuka hijau publik yang akan ditujukan kepada
masyarakat kota Medan. Kurangnya wadah ruang untuk melakukan kegiatan seperti
berinteraksi satu sama lain, serta kebutuhan akan rasa nyaman dan aman ketika berada
dalam lingkungan tersebut. Dengan begitu, kebutuhan manusia akan terhubung dengan
alam dan memiliki keharmonisasian antara ruang luar dan dalam, dengan tapak dan
Pada kasus proyek perancangan dalam kajian kelompok yaitu “urban lifestyle”,
penulisditugaskan untuk merencanakan bangunan komersial campuran (mixed use) ke
dalam tapak perancangan. Tema urban lifestyle sebagai tema kedua ini memiliki
hubungan yang erat dengan tapak sebagai ruang komersial karena berkaitan dengan gaya
hidup masa kini. Dari beberapa usulan fungsi-fungsi komersial, penulis mengusulkan
Kondominium dan Mall sebagai bangunan yang akan dibangun di dalam tapak. Bermula
dari hasil analisa terhadap potensi dari lokasi tapak, kebutuhan bangunan pada daerah di
sekitar tapak yang dapat terlihat pada analisa tata guna lahan dimana masih kurangnya
bangunan hunian vertikal serta kebutuhan mall yang merupakan fasilitas pendukung
fungsi hunian ini juga diperuntukkan bagi publik. Kondominium merupakan bangunan
bertingkat hunian yang eksklusif dalam arah vertikal atau horizontal dengan kepemilikan
pribadi atas unit hunian dan kepemilikan kolektif area dan fasilitas penunjang yang
disediakan seperti kolam renang, spa dan sauna, gimnasium, bar and lounge, dan
restoran. Target pasar dari kondominium ini adalah kalangan menengah ke atas.
Sedangkan Mall merupakan sebuah pusat perbelanjaan dan rekreasi yang diperuntukkan
untuk publik dan hunian kondominium.
PROYEK
Bagan 3.1 Kasus Proyek yang Diambil
Seiring dengan perkembangan zaman yang telah membawa gaya baru dalam kota
Medan, kota ini menjadi salah satu kota di luar Pulau Jawa yang menjadi sasaran
KONDOMINIUM &
MALL
pengembang ekspansi bisnis pengembang property di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan
semakin terbatasnya ketersediaan lahan di Pulau Jawa. Kota Medan ini memberi peluang
besar untuk mengembangkan hunian vertikal, sebab kebutuhan rumah tinggal ini tengah
menjadi trend masyarakat perkotaan.
Setelah mempertimbangkan bangunan fungsi campuran yang akan diusulkan,
maka tahap selanjutnya penulis menentukan tema individual yang tepat, pada pemilihan
tema individual ini, tema riverfront sebagai tema utama dijadikan sebagai sumber ide,
sebagaimana sungai dijadikan sebagai inspirasi dalam memberikan ide perancangan.
Diturunkan dari tema besar Riverfront, penetapan tema individual ini mengambil elemen
air sebagai sumber utama perancangan bangunan dan tapak ini. Tema yang penulis pilih
yaitu“Fluidity Geometry of Water in Motion”. Dasar penentuan tema ini bermula dari
inspirasi penulis terhadap bentuk-bentuk alam berupa tetesan air (drop of water) yang
diambil dari elemen sungai diterapkan dalam bangunan dan tapak lingkungan serta
gambaran aliran sungai dari Sungai Deli. Penggambaran yang diterapkan pada bangunan
dan tapak perancangan ini adalah dari bentuk tetesan air yang ditransformasikan
mengikuti aliran sungai, sehingga bangunan dan tapak merupakan suatu kesatuan bagian
dari alam dan terkesan seolah-olah muncul dari alam atau tapak dimana bangunan
GIVEN
Bagan 3.2 Penurunan Tema Utama menjadi Tema Individu
Pengenalan fluidity dalam dunia arsitektur bukanlah sesuatu yang baru dalam
dunia arsitektur, namun belum terdapat definisi yang spesifik. Fluidity memiliki arti
ketidakstabilan, kemudahan mengalir dan keadaan cair . Dari ketiga arti tersebut, fluidity
dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang tidak stabil (tidak lurus) namun
memiliki bentuk yang mengalir.“The Fluid Geometry” mengartikan sebuah bentuk
geometri cairan yang diambil dari bentuk tipikal air yang mengalir. Sedangkan “Water in
Motion” memiliki arti sebuah pergerakan air yang dinamis, tidak lurus. Secara
keseluruhan tema ini menunjukkan sebuah penerapak pergerakan air yang mengalir tidak
lurus (dinamis) ke dalam bentuk dan tapak perancangan. Dengan pendefinisian yang
memiliki bentuk yang tidak lurus, bersamaan dengan bentuk alam yang terinpirasi dari
aliran sungai “river flows”, maka penerapan tema ke dalam perancangan ini penulis
menggunakan gaya arsitektur organik kontemporer.
FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION
RIVERFRONT
CHOSEN
Bagan 3.2 Hubungan Tema dengan Gaya Ars. Organik Kontemporer
Mengapa Organik Kontemporer? Dimulai dari pembahasan dari definisi
arsitektur organik itu sendiri, arsitektur organik merupakan salah satu pendekatan dalam
perancangan yang memiliki sejarah panjang dengan beragam pemaknaan konsep alam
dari arsitek-arsitek yang menerapkannya. Fleming, Honour & Pevsner (1999) dalam
Penguin Dictionary of Architecture, mendeskripsikan bahwa ada dua pengertian
arsitektur organik. Pertama, arsitektur organik menurut mereka adalah sebuah istilah yang
diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari bangunan yang terorganisir berdasarkan
analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk natural. Misalnya arsitektur
yang menggunakan bentuk-bentuk biomorfik. Pengertian kedua, arsitektur organik
menurutnya adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Frank Lloyd Wright, Hugo
Haring, dan arsitek lainnya untuk arsitektur yang secara visual dan lingkungan saling
harmonis, terintegrasi dengan tapak, dan merefleksikan kepedulian arsitek terhadap
proses dan bentuk alam yang diproduksinya.
Perkembangan arsitektur organik dengan bentuk teknologi tinggi, atau organitech
di Asia dapat dilihat pada bangunan-bangunan pendukung pergelaran Olimpiade Beijing
FLUIDITY GEOMETRY OF WATER IN MOTION
RIVERFRONT URBAN KOMERSIAL
WATER
ORGANIC KONTEMPORER
2008. Stadion Olimpiade Beijing merepresentasikan generasi baru dari arena olahraga.
Dirancang oleh Herzog dan De Meuron, stadion ini terinspirasi dari bentuk mangkuk
tradisional khas China, namun ada yang berpendapat bahwa inspirasinya berasal dari
bentuk sarang burung. Fasad dan strukturnya menjadi satu; bangunan ini
mengintegrasikan fasad, tangga, struktur mangkok dan atap. Fasad yang tidak sepenuhnya
tertutup memberikan ventilasi alami, yang menjadi aspek penting dalam perancangan
stadion yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, hubungan antara penerapan tema dengan kasus proyek
perancangan yang diberikan dapat digambarkan sebagai berikut
Bagan 3.4 Hubungan Tema, Gaya Arsitektur dan Kasus Proyek
Den