• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon Aparat Pemerintah Desa &lam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon Aparat Pemerintah Desa &lam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor"

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)

SALURAN KOIMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT

DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA

DALAM BIDANG PEMBANGUNAN

Dl KABUPATEN BOGOR

OLEH

:

R.H. IBRAHIM ARIFIN

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(128)

ABSTRAK

RH. IBRAHIM ARIFIN. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan

Respon Aparat Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SYAFRI MANGKUPRAWIRA, HADIYANTO dan AMIRUDDIN SALEH.

Penelitian yang didesain sebagai survey deskriptif korelasional ini, bertujuan untuk menggambarkan profil tanggapan responden tokoh masyarakat, tokoh fonnal dan aparat tentang proses pengawasan masyarakat, serta respons aparat desa dalam pembangunan. Jumlah responden mencapai 144 orang yang tersebar di 12 desa dari 6 kecamatan yang mewakili 3 wilayah pengembangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ide pembangunan desa menurut sebagian besar responden datangnya dari aparat, masyarakat, tokoh masyarakat

dan {tokoh lembaga formal. Perencanaan pembangunan desa dilakukan dalam musyawarah dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat desa. Pelaksanaan pemt~angunan desa disesuaikan dengan kebutuhan warga masyarakat. Manfaat hasil pembangunan desa dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.

Sebagian besar responden menyatakan jarang berpartisipasi dalam pengiiwasan masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam evaluasi hasil pembangunan. Responden yang berasal dari wilayah pertanian relatif lebih sering berpartisipasi dalam pengawasan pembangunan desa dibandingkan dengan masyarakat wilayah industrilperdagangan dan pariwisata. Saluran komunikasi yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengawasan adalah disanipaikan melalui f o d r a p a t .

Respon aparat terhadap pengawasan masyarakat tentang cara memberikan respon sebagian besar akan segera ditanggapi secara lisan dahulu disamping ditanggapi setelah diadakan pengkajian. Program-program pembangunan yang dikel~~hkan masyarakat/tokoh masyarakat lima terbesar adalah: (1) pembangunan jalan desa kurang merata, (2) bangunan sekolahlsarana pendidikan kurang diperhatikan, (3) kurangnya sumberdaya manusia yang terampil, (4) sarana ibadah, dan (5) sarana pendidikan agama kurang diperhatikan.

Tidak ada hubungan yang nyata antara pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan dengan respon a p t , kecuali dengan respon aparat tentang prioritas penarlganan menurut persepsi tokoh masyarakat.

Partisipasi pengawasan masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh formal dengm respon aparat secara keseluruhan tidak mempunyai hubungan yang nyata, kecuali dengan cara aparat memberikan respon menurut persepsi tokoh formal dan tokoh masyarakat.

Terdapat hubungan yang nyata antara pesan-pesan program pembangunan

dari

masyarakat/tokoh dengan respon aparat terhadap cara memberikan respon dan prioritas penanganan untuk wilayah industri dan pariwisata.
(129)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

SALURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA

DALAM BIDANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOGOR

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

(130)

S.4LURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT

DANRESPON APARAT PEMERINTAH DESA

DALAM BIDANG PEMBANGUNAN

Dl KABUPATEN BOGOR

R.H. IBRAHIM ARIFIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(131)

Judul Tesis : Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon Aparat Pemerintah Desa &lam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor.

Nama : R.H. Ibrahim Arifin

NRP : 9847108

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.

k.

Siafii k p k u ~ r a w i r a Ketua

Ir. Hihivant;. M.S Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedes

w 7

&.Ir. Aida Vitavala S. Hubeis
(132)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1952 di Bekasi, menikah dengan

H. Suhanah pada tahun 1977, dikarunia 6 orang anak yaitu: Nila Inayati, Leni

Maelani Patimah, Rizal Mutaqin, Eli Halimah Tu'sadiah, Riki Zulkipli dan Egie Ruldah.

Penulis lulus SMA Negeri I Bogor pada tahun 1970, memperoleh sajana

muth pada Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Bandung tahun 1977,

me~nperoleh gelar Sarjana pada Universitas Lang-lang Buana Bandung pada

tahun 1989.

Mulai bekerja di kabupaten Bogor sejak tahun 1977, menjadi Camat

selama 14 tahun yaitu di kecamatan Kedung Halang, Parung, Cileungsi dan Cib~nong dari tahun 1982 - 1996, Sekretaris Korpri Kabupaten Bogor, Kepala

Bagian Pemerintahan Desa, Kepala Dinas Pasar dan terakhir Kepala Sub Dinas

Pasw Kabupaten Bogor hingga sekarang.

Penulis mulai tercatat sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Institut

Pertiinian Bogor (IPB) tahun ajaran 199811999 pada Program Studi Komunikasi

(133)

PRAKATA

Segala puji dan rasa syukur penulis .panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena hanya dengan rahmat dan ridha-Nya penulis berhasil merarnpungkan tesis

ini yang menjadi syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi

Koml~nikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasajana Institut

Pertanian Bogor.

Studi mengenai Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon

Apamt Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor yang

p u l i s lakukan ini, dilatarbelakangi oleh perlunya upaya yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan pelaksanaan pembangunan desa secara terpadu dalam

memasuki era otonorni daerah.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga sepanitnyalah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setiaggi

tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira, Bapak Ir. Hadiyanto, MS

dan B a p k Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. sebagai komisi pembimbing yang telah

memberikan perhatian dan bimbingannya, bzik selama masa perkuliahan, penelltian, maupun dalam penulisan tesis ini.

Dalam kesempatan ini, disampaikan pula terima kasih kepada Ibu

Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S.Hubeis dan Bapzk Ir. H. Amiruddin Saleh, MS beserta

seluruh staf dan karyawan Program Studi Komunikasi Pembangunan, Program

(134)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih menyimpan banyak

kelemahan dan kekurangan, maka dengan segala keterbukaan menantikan saran

dan pandangan berbagai pihak bagi penyempurnaannya.

Semoga tesis ini memberi manfaat, khususnya memberikan andil untuk

merlingkatkan kine rja organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam

memasuki era otonomi daerah.

Bogor, April 2002

(135)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL

...

x DAFTAR GAMBAR

...

xii DAFTAR LAMPIRAN

...

xiii

I. I'ENDAHULUAN

I . l . Latar Belakang

...

1

1.2. Perumusan Masalah

. .

...

3 1.3. Tujuan Penellhan

. .

... ... ...

...

4 1.4. Kegunaan Penellhan

...

5

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan

...

7

2.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan

Komunikasi Pengawasan

... .. . .

.

. . .

.

. . .

15 '

:!.3. Ruang Lingkup Pengawasan ...

... ... ... . ...

18 ;!.4. Komunikasi Pengawasan Masyarakat

...

.... ..

...

... .... .

18 2.5. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat &lam Bidang 22

Pemerintahan dan Pembangunan

... ...

...

.. . .. ...

111. FERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2'. 1. Kerangka Pemikiran

...

...

...

...

.... .

. . .

. . . . . . . . .

24 3.2. Definisi Operasional

. ... .. ..

...

...

. . .

. . . . ...

27 3.3. Hipotesis

...

28

IV.

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

... ... . .

29 4.2.

Waktu

clan Lokasi Penelitian

...

29 4.3. Populasi dan Sampel ... .... ... ... . . ... . 3 1 4.4. Data dan Insbumentasi

...

...

. ... . . . .

,

. . .

33
(136)

V

. HASIL DAN PEMBAHASAN

...

5 1

.

Deskripsi Umum Wilayah Penelitian 44

5 2

.

Organisasi Pemerintah Kabupaten

...

49 5 3

.

Karakteristik Responden ... 51 5 4

.

Persepsi terhadap Pembangunan Desa

...

55

...

5.5. Partisipasi Pengawasan Pembangunan 59

5.6. Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan

...

64 5.7. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat

...

72 5.8. Pesan-pesan Program Pembangunan dari Masyarakat dan Tokoh

...

Masyarakat 77

5.9. Hubungan Pemanfaatan Saluran Komunikasi terhadap

...

Respon Aparat 80

5.10. Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat

...

84 5.1 1

.

Hubungan antara Pesan ProgramPembangunan dengan

Respon Aparat

...

87

VI

. KESIMPULAN DAN SARAN

(137)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

I. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 dan

...

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999

:!.

Nama-nama Kecamatan dan Jumlah DesaKelurahan

ti.

di Kabupaten Bogor

...

...

Distribusi Sampel Berdasarkan Wilayah

Sampel Penelitian Aparat Desa, Tokoh Lembaga Formal

dan Tokoh Masyarakat

...

Deskripsi Wilayah dan Penduduk Kabupaten Bogor menurut Wilayah Pengembangan

...

Deskripsi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sosial di Kabupaten

...

Bogor menurut Wilayah Pengembangan

Distribusi Karakteristik Aparat Desa ...

...

Distribusi Karakteristik Tokoh Formal

...

Distribusi Karakteristik Tokoh Masyarakat

...

Persepsi Aparat Desa terhadap Pembangunan Desa

...

Persepsi Tokoh Formal terhadap Pembangunan Desa

...

Persepsi Tokoh Masyarakat terhadap Pembangunan Desa

...

Persepsi Responden terhadap Pembangunan Desa

Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Aparat Desa

...

Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh

...

Formal

Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh Masyarakat

...

Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi

...

Responden

Pernanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam

...

Pembangunan menurut Persepsi Aparat Desa

Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam

...

Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Formal Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam

...

Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Masyarakat

Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Saluran Komunikasi

...

Pengawasan dalam Pembangunan

Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi

...

Aparat Desa

23. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi

...

(138)

Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi

...

Tokoh Masyarakat

Persepsi Responden tentang Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat

...

Pesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh

...

Formal

Pesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Masyarakat

...

Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan

dengan Respon Aparat menurut Persepsi Aparat Desa

...

Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal

...

Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Masyarakat

...

Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat menurut Persepsi Aparat Desa

...

Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat Menurut Persepsi Tokoh Formal ... Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat Menurut Persepsi Tokoh Masvarakat

...

Hubungan an&a Pesan prog- Pembangunan dengan Respon

...

Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal

(139)

DAFTAR GAMBAR

1. Proses Pengawasan Masyarakat terhadap Kineja Pemerintah

(140)

DAFTAR LAMPIRAN

No

.

T e h Halaman

.

...

1 Peta Kabupaten Bogor 96

...

2 . Hasil Uji Coba Kuesioner 97

...

(141)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Undang-undang No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, peran

Pemerintah sangat dominan dalam mengatur desa-desa diseragamkan secara

Nasilonal, yang berpeluang menghancurkan keanekaragaman, diantaranya

menghancurkan adat-istiadat sehingga masyarakat desa dalam melakukan

pembangunan desanya tergantung kepada Pemerintah.

Peran masyarakat dalam menentukan pembangunan desanya terlihat masih

kura11g. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan kepada Kepala Desa tidak

be rjalan sebagaimana mestinya. Kondisi seperti ini terjadi, karena pembangunan

desa yang dilaksanakan itu bukan keinginan masyarakat secara umum.

Lahimya Undang-undang No. 2211999 tentang Pemerintahan Daerah

Sebagai Pengganti UU No. 511974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah

dan IJU No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, dalam keterikatan keterangan

tersebut sangat jelas dominasi eksekutif di tingkat desa, sementara peran

masyarakat dikebiri, misalnya Kepala Desa sebagai penanggung jawab

pelaksanaan Pemerintahan dan pembangunan memiliki rangkapan jabatan yang

cukup banyak baik sebagai perencana, pelaksana dan juga sebagai pengawas,

karena adanya jabatan Kepala Desa secara ex-oficio menjadi ketua LMD dan Ketua. Umum LKMD.

Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang disebut Pemerintahan

Deerah adalah terdiri dari Kepala Desa dan perangkatnya bersama-sama dengan

(142)

Desa. Kedudukan Kepala Desa sejajar dengan Badan Perwakilan Desa dan

keduanya merupakan mitra ke ja. Badan Perwakdan Desa mempunyai fungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan

aspiriui masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

Peme:rintahan Desa.

Terselenggaranya pelaksanaan Pemerintahan Desa di bidang

pembangunan sangat terkait langsung dengan masyarakat, pengawasan

masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk terlaksananya kegiatan

pemerintahan, pembangunan. Pengawasan masyarakat disampaikan secara

langsung, melalui media cetak dan media elektronik.

Kenyataan selama ini menunjukkan pengawasan masyarakat terhadap

Kepai!a Desa dan perangkatnya di bidang pembangunan meliputi :

1. Adanya pengaduan masyarakat di bidang pembangunan, diantaranya penyalahgunaan wewenang oleh Kepala Desa.

2. K;xsus-kasus yang dilaporkan diantaranya penyimpangan pembangunan.

3. Kiarangnya disiplin aparatur desa dalam melaksanakan tugas dan

ke.wajibannya.

4. Masalah pelayanan aparatur desa yang kurang baik terhadap pelaksanaan

pembangunan.

Kasus-kasudmasalah tersebut disampaikan dalam berbagai cara, yaitu pengalduan langsung kepada perangkat atau pimpinan tingkat atasnya ada juga

melalui media cetak dan elektronik dan kadang-kadang dilakukan dengan

(143)

Garnbaran masalah tersebut memperkuat bahwa masyarakat pada dasamya

menginginkan pelaksanaan pembangunan di desa bejalan dengan baik, dan

apabila melihat kurang baik kadang-kadang secara emosional melakukan kritik

dan kadang-kadang melalui cara-cara yang kurang baik.

Tujuan pengawasan masyarakat pada dasamya untuk memberikan koreksi

kepath kine j a aparatur desa. Pada dasarnya pengawasan masyarakat tidak lepas dari proses komunikasi yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur komunikator

(mas:yarakat desa) yang menyampaikan pesan melalui saluran kepada komunikan

(aparat desa) dan efewreaksi komunikasi.

Dalam komunikasi pengawasan di tingkat desa yang menjadi komunikator

adalah pribadi atau kelompok masyarakat, yang dipakai pesan ialah kasus-kasus

pengaduan, saluran yang digunakan ialah media massa suratkabar, elektronik dan

pengaduan langsung.

Kajian penelitian ini dititikberatkan kepada saluran komunikasi yang

digunakan oleh masyarakat desa dalam pengawasan pelaksanaan di bidang

pembangunan clan pemerintahan yang &laksanakan oleh perangkat desa.

1.2. Perurnusan Masalah

Kelemahan pemerintahan desa pada masa yang lalu pada dasamya

disebabkan oleh (1) lemahnya kontrol masyarakat terhadap Kepala Desa,

(2) pwangkapan jabatan Kepala Desa, secara ex-officio sebagai Ketua Umum

LKMI) dan Ketua LMD dimana satu pihak sebagai pelaksana juga sebagai

(144)

program pemerintah tingkat atas, kadang-kadang program tersebut tidak sesuai

dengan keinginan masyarakat.

Dengan adanya reformasi tejadi perubahan yang diharapkan mampu

meng:akomodasi tuntutan di kalangan masyarakat desa. Diharapkan pengawasan

komunikasi masyarakat mencerminkan hubungan timbal balik antara pemerintah

desa dan masyarakatnya, dan juga dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam

pemt~angunan, baik mulai dari perencanaan, biayaldana pelaksanaan dan juga

pengiwasan.

Masyarakat memberikan respon terhadap pelaksanaan pembangunan dan

pemerintahan di desanya. Sedangkan perangkat desa dituntut untuk dapat

menangkap keinginan masyarakatnya, h a s memiliki kepekaan tentang kesulitan,

keluhan dan ketidakpuasan dari masyarakat terhadap kinerja pemerintah desa.

Berkaitan dengan ha1 tersebut, peneliti mencoba merumuskan pertanyaan

penel~~tian sebagian berikut :

1. Btigaimana tanggapan masyarakat terhadap program-program pembangunan ?

2. Sanpai seberapa jauh partisipasi masyarakat dalam pengawasan

pembangunan?

3. Saluran komunikasi pengawasan manakah yang paling efektif bagi masyarakat

dalam menyampaikan pesanlpengaduan di bidang pembangunan ?

4. Bagaimana respons Kepala Desa dan perangkatnya terhadap pesan yang

dirmnpaikan oleh masyakarat ?

1.3. Tujuan Peuelitian

Tujuan urnurn penelitian adalah untuk mengetahui sejauhrnana

(145)

pembangunan desa di Kabupaten Bogor. Secara khusus tujuan penelltian ini

dapztt dinunuskan sebagai berikut :

I. lvlenganalisis pemahaman masyarakat tentang pengertian pembangunan desa.

2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengawasan di bidang

pembangunan mulai dari perencanaan sampai kepada pelaksanaan.

3. ldenganalisis saluran komunikasi yang digunakan oleh masyarakat terhadap

~elaksanaan pembangunan desa.

4. Menganalisis respons aparat desa (Kepala Desa dan perangkatnya) terhadap

pengawasan masyarakat di bidang pembangunan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian pemanfaatan komunikasi pengawasan terhadap kineja

pemerintah desa, &lam bidang pembangunan dan pemerintahan di Kabupaten

Bogor diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:

1. Pengembangan teori komunikasi pembangunan dan pedesaan dalam

~r~enyelenggarakan pembangunan serta pemanfaatan komunikasi pengawasan

masyarakat terhadap kine rja pemenntahan desa.

2. Bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan Kepala

Desa sebagai bahan kajian dan pengembangan

untuk

menyempumakan dalam

proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang pembangunan dan

pemerintahan.

3. Memberikan masukan kepada aparatur pengawas tingkat Kabupaten untuk

(146)
(147)

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa

Pemerintahan Desa menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa

(LMD). Pemerintah Desa adalah pelaksana kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan yang berada di bawah Camat. Kepala Desa

berkedudukan sebagai alat Pemerintah Daerah dan alat Pemerintah Desa yang

memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam penyelenggaraan tugas

dan Fungsinya Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati~Walikota melalui

Cam>%t dan memberikan keterangan dan pertanggungiawaban kepada Lembaga

Musyawarah Desa (LMD).

LMD sebagai wadah musyawarah pemuka-pemuka masyarakat yang

mempunyai tugas untuk menyalurkan pendapat masyarakat Desa dengan

musyawarah/mufakat dalam rangka penyusunan Keputusan Desa. Ketua LMD

dijab:xt oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa menjabat sebagai Sekretaris LMD dan

Kepala Dusun menjabat sebagai anggota LMD (Anonim, 1982)

Di desa dan kelurahan dibentuk LKMD yang mempunyai fungs~ antara

lain :

1. Sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan

melaksanakan pembangunan.

2. Menggali, mernanfaatkan potensi dan menggerakkan swadaya, gotongroyong

(148)

3. Sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan rnasyarakat serta warga masyarakat itu sendiri.

Kepala DesaJLurah duduk sebagai ketua umum Lembaga Ketahanan

Masyarakat Desa (LKMD) dimaksudkan untuk terpeliharanya hubungan antara

Kepala Desallurah sehingga terpelihara kestabilan DesaKelurahan.

Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dimana Pemerintahan Desa terdiri dari: Pemerintahan Desa dan Badan

Perwakilan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkat Desa.

Kepida desa mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

a. Memimpin penyelenggaraan pernerintahan desa,

b. Membina kehidupan masyarakat desa,

c. Membina perekonomian desa,

d. Memelihara ketentraman dan ketertiban,

e. Mendamaikan penelisihan masyarakat di desa, serta

f. Mewakili desanya di dalam dan di luar.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Kepala desa sebagai pimpinan pemerintah desa mengemban tugas dan

kewajiban yang cukup berat dm bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan

Perwakilan Desa (BPD). Kedudukan Badan Perwakilan Desa sejajar dengan

Kepala Desa dan merupakan mitra pemerintah desa, yang mempunyai tugas

mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan

aspinisi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

(149)

Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) dipilih dari dan oleh penduduk

desa yang memenuhi persyaratan. Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari

dan toleh anggota. Badan Perwakilan Desa bersama-sama dengan Kepala Desa

mew:tapkan Peraturan Desa.

Pada dasarnya ha1 tersebut memberikan akses partisipasi pa& rakyat,

melalui mekanisme perwakilan. Hal ini sangat positif bagi rakyat sebab rakyat

dapal mengembangkan demokrasi secara sehat, mempakan proses institusi

demclkrasi di desa dan memunglankan rakyat untuk melakukan kontrol terhadap

gerak langkah eksekutif desa, arus ini menjadi tekanan balik bagi eksekutif desa,

[image:149.567.75.491.360.725.2]

yang selama ini sudah terbiasa sebagai penguasa desa.

Tabel. 1. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979

dan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999

Perangkat desa tediri dari : 1. Unsur staf

2. Sekntaris desa 2. Unsurpelaksann

Paling lama 10 tahun atau 2 kali

Pembangunan desa adalah seluruh proses kegiatan pembangunan yang

berlangsung di desakelurahan

dan

m e ~ p a k a n bagian talc terpisahkan dari
(150)

masyarakat dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong

royolig (Depdagri, 1996). Keterlibatan masyarakat secara langsung pada setiap tahapan pembangunan di desa mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan

peng;awasan serta tindaklanjut pembangunan, merupakan salah satu kunci

kebellnasilan pembangunan itu sendiri.

Pengertian Pembangunan desa, dimulai dari tahap perencanaan yaitu

pembangunan fisik dan pembangunan non-fisik, peneliti akan mengamati

kegiatan pengawasan masyarakat dalam bidang pembangunan fisik saja, yaitu

pembangunan sarana transportasi, pengairan dan pembangunan sarana pendidikan,

keagamaan yang dibiayai dari swadaya masyarakat melalui Anggaran Pendapatan

dan Elelanja Desa dan bantuan dari Pemerintah atasnya.

Pemerintah desa dalam menyusun dan melaksanakan pembangunan di

bantu oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang mempunyai

tugas pokok menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi

masylrakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu baik yang berasal

dari berbagai kegiatan pemerintah maupun swadaya masyarakat.

Hasil musyawarah dengan masyarakat tentang rencana pembangunan,

disusun sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan masyarakat desa nantinya

dituangkan dalam putusan desa. Bagi proyek yang tidak mampu dibiayai oleh

desa, maka diajukan kepada pemerintah atasnya, melalui diskusi Unit Daerah

K e j a Pembangunan (UDKP) dan temu karya LKMD Tingkat Kecamatan dan selanjutnya diajukan ke Rakorbang tingkat I1 dan tingkat I.

Dalam menyusun rencana pembangunan diperlukan kesepakatan bersama

(151)

kegiiitannya. Rencana pembangunan tersebut hams berisikan keterangan yang

dapat menjawab persoalan antara lain :

1. ,\pa tujuan yang diinginkan ?

2. ,\pa kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan ?

3. ICapan kegiatan dilaksanakan ?

4. 9iapa pelaksana dan penanggungjawabnya ?

5. Berapa dan darimana asal sumber dana yang diperlukan ?

IIasil yang diperoleh dari musyawarah pembangunan desa adalah (a) rencana

pemt~angunan yang dibiayai swadaya masyarakat, (b) rencana pembangunan dari

banturan pemerintah, (c) rencana pembangunan swadaya dan program pemerintah,

serta (d) rencana pembangunan yang diusulkan.

Di tingkat desa setiap tahun dilaksanakan musyawarah pembangunan desa,

yang berperan adalah pengurus LKMD dan Kepala desa dan diundang hadir

adalah Camat, Kepala seksi PMD, Dinashstansi tingkat kecamatan, Pengurus

BPD, Tokoh masyarakat, Kepala seksi pembangunan desa, RT/RW. Dalam

musy:iwarah disusun Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa adalah rencana

pemb(mgunan yang disusun masyarakat untuk jangka waktu pelaksanaan cukup

panjang antara 3 sampai 5 tahun, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat

&lam menyediakan dananya, maksud pnyusunan RPJMD adalah : (1) agar desa

mempunyai rencana induk, (2) RPJMD berkaitan dengan RPJMK dan

pembirngunan lima tahun daerah, serta (3) akan mudah dan terarah dalam RPTD

(152)

Untuk menyusun konsep RPJMD, masing-masing bidang

mempergunakan formulir Usulan Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD)

sebagaimana disajikan &lam lampiran 3. Perencanaan yang telah disyahkan oleh

BPD, dan telah dimusyawarahkan di tingkat kecamatan melalui diskusi Unit

Daerah Keja Pembangunan dan Temu Karya LKMD, maka pembangunan desa

yang: dibiayai oleh masyarakat dapat dilaksanakan oleh kepala desa dan

perangkatnya dan dibantu oleh LKMD dan Kepala urusan pembangunan desa.

Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan

pembangunan yang dilaksmakan oleh kepala desa dan perangkatnya biasanya

dilakukan secara formal di antaranya melalui, meminta pertanggungjawaban

Kepala desa dan meminta keterangan kepada P e m e ~ t a h Desa.

Kepala desa berhenti atau dapat diberhentikan atas usul BPD karena di

antaranya adalah :

1. 'Tidak lagi memenuhi syarat danlatau melanggar sumpah/janj~.

2. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-

ilndangan yang berlaku danlatau norma yang hidup dan berkembang dalarn

rnasyarakat desa.

3. Idengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus yang melibatkan

pertanggungjawabannya.

4. 1)itolak pertanggungjawabannya oleh BPD sebanyak dua kali sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Pengawasan masyarakat Non BPD terhadap kepala desa dan perangkatnya

(153)

atau perangkatnya dan juga pengaduan tertulis, serta pengaduan melalui media

suraitkabar pada umumnya dilakukan secara bertahap.

Biasanya apabila pengaduan langsung masyarakat tidak direspons oleh

kepala desa, mereka menulis surat pada Kepala desa atau atasan langsungnya dan

apabila masih tidak diperhatikan juga bam disampaikan melalui suratkabar. Jika

maslh tidak diperhatikan, biasanya dilakukan demo oleh warga masyarakat.

Untuk itulah maka media-media komunikasi pengawasan masyarakat yang

diduga mampu memberikan kontribusi terhadap kine j a pernerintahan di tingkat

desa perlu di amati, dipahami, dikembangkan dan diteliti sehingga dapat dilihat

mana yang lebih besar kontribusinya pada kine rja pemerintahan desa.

Pengertian Perfrmnce atau kineja menurut Prawirosentono (1999)

adaliih hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalrun suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungiawab masing-

masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Depari (1995) faktor-faktor utama dalam pendekatan-pendekatan

kom~mikasi untuk pembangunan desa &pat digambarkan sebagai berikut;

Pertama Kelompok-kelompok (leadmg group), yang meningkatkan

peml)angunan dan pemrakarsa komunikasi (a) Para profesional, dan (b) Kader-

kader partai politik. Kedua masyarakat desa sebagai pemetik manfaat

pemt)angunan desa (a) Kelompok-kelompok keluarga yang berpengaruh dan (b)

Lemlmga-lembaga formal di daerah pedesaan.

ICemunculan kasus pengawasan masyarakat mempakan bentuk komunikasi

(154)

masyarakat dalam pembangunan, yang menjadi umpanbalik bagi pemerintah

untuk: mengevaluasi, mengoreksi dan mengembangkan, meningkatkan kualitas

kineria aparat untuk menuju ke arah yang lebih baik terhadap penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan yaitu :

1. Pengamatan akhf warga masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan

pemerintahan yang dilaksanakan oleh aparat desa. Masyaralcat selalu

mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan di de:sanya. Karena ketidaksenangan dari anggota masyarakat akan men?unculkan

perasaan opini masyarakat yang tidak puas terhadap aktivitas pemerintahan

dan pembangunan. Misalnya telah te jadinya penyalahgunaan wewenang,

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

0,

proyek pembangunan yang tidak

selesai, dalam pelaksanaan pembangunan tidak transparan, adanya

penyimpangan dalam pelaksanaan proyek pembangunan fisik seperti

pembangunan jalan, jembatan, dan sebagainya.

2. ~e:rasaan tidak senang masyarakat terhadap kasus-kasus tersebut dapat

m~lncul kepermukaan. Perasaan tidak senang tersebut baik secara individu

atau kelompok dapat diekspresikan dalam bentuk pengawasan masyarakat.

Kasus pengawasan masyarakat dapat diadukan langsung dengan mendatangi

perangkat desa, baik secara formal maupun dalam bentuk pertemuan-

pertemuan secara tatapmuka atau juga dengan unjukrasa atas ketidakpuasan

kir~eja pemngkat desa. Pengaduan dapat pula dilakukan melalui surat

pengaduan tidak langsung dan swat pengaduan dan suratkabar.

Untuk selanjutnya bagaimana pen&maan dan respons pengawasan oleh

(155)

yang dilakukan untuk merespons pengaduan masyarakat tersebut? perlu dipelajari

dan dicarikan solusinya. Apabila perangkat desa tidak merespons, maka

pengawasan masyarakat akan berlanjut dan tidak menutup kemunglunan akan

timbul pengerahan massa yang lebih besar. Apabila masyarakat merasa puas,

maka proses komunikasi pengawasan masyarakat tersebut dianggap selesai.

Sebdiknya apabila masyarakat merasa tidak puas, maka komunikasi akan

berlr~njut dan warga akan terus mengajukan pengaduan sampai keinginannya

tercapai. .

2.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan Komunikasi Pengawasan

Pada dasarnya manusia tidak hidup sendirian, manusia adalah sebagai

mahxuk sosial yang hidup bermasyarakat, semakin besar suatu masyarakat,

semakin banyak manusia yang dicakup dan cenderung semakin banyak masalah

yang tirnbul akibat adanya perbedaan pendapat di antara manusia baik mengenai

pikiran, perasaan, tujuan dan keinginan maupun aspirasinya.

Menurut Depari (1995) dalam kehidupan manusia, akan terjadi interaksi anku individu, kelompok dan d i n g mempengaruhi demi untuk kepentingan dan

keuntungannya. Komunikasi terjadi apabila adanya penyampaian pesan oleh

kom~lnikator kepada komunikan, isi pesan ialah pikiran atau perasaan

kom~lnikator yang ditujukan kepada komunikan. Hal penting selain unsur komllnikator dan komunikan yang berpengaruh dalam berkomunikasi adalah

peslu~ yang terdiri dari bentuk verbal (lisan atau tertulis) dan bentuk non verbal

(tanpa kata). Berikutnya adalah d u r a n yang bisa berupa media yang dilalui pesan

(156)

dan akan menerima pesan menurut Efendi (1993) jika terdapat empat kondisi

yaitu

a. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.

b. Piida saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai

dcngan tujuannya.

c. Pi~da saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu

krsangkutan dengan kepentingan pribadinya.

d. Ia mampu untuk me~epatinya baik secara mental maupun secara fisik.

Pengawasan menurut McFarland (Handayaningrat, 1981) ialah suatu

proses dimam pimpinan ingin mengetahui apabila hasil pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atas

kebijaksanaan yang telah ditentukan, artinya melalui suatu proses

membandingkan antara rencana dengan yang dilaksanakan diperoleh suatu

pengetahuan dalam informasi dari tujuan yang dkehendaki. Hal ini memberikan

suatu konotasi bahwa suatu komunikasi perlu dilakukan agar yang dikehendaki

dapat diketahui bagaimana perkembangannya. Demikian pula dengan dampak

yang ditimbulkannya hanya dapat diketahui melalui proses atau bentuk

komunikasi pengawasan, sehingga memperoleh informasi tentang adanya

penyirnpangan.

Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi dapat ditekan, sehingga kemungkman timbulnya kerugian yang besar &pat

dihilangkan atau diperkecil. Ada beberapa metode pengawasan, pertama

pengawasan langsung, yaitu pimpinan instansi melakukan pemeriksaan langsung

(157)

Kedm pengawasan tidak langsung di mana pimpinan instansi melakukan

pengawasan melalui laporan yang masuk, pengawasan tidak langsung dapat

segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

Disamping itu d i k e d pula, pengawasan formal ialah pengawasan yang dilakukan

oleh aparat pengawasan dan pengawasan informal yaitu pengawasan yang

dilakrukan oleh pimpinan melalui kunjungan tidak resmi, hal ini untuk

men,&ndarkan kekakuan hubungan atasan dan bawahan (Nawawi, 1989).

Dengan demikian pengawaS&me~pakan segala usaha, kegiatan atau

tindakan untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas atau kegiatan agar

berjdan samadengan rencana yang telah ditetapkan. Adanya suatu proses

perbandingan antara rencana dan pelaksanaan, maka suatu pengawasan sering

diset~ut sebagai suatu bagian dari kegiatan manajemen. Hal ini disebut demikian,

karena dalam suatu proses manajemen yang lengkap dilaksanakan suatu fungsi-

fungi manajemen antara lain menurut G.R.Terry (Panglaikim dan Tanzil, 1960)

meliputi empat fungsi yaitu Planning, Organizing, Actuiting and Controling.

Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1992) dalam

pengawasan pelaksanaan pemerintahan d i k e d ada empat macam pengawasan

berdiisarkan subyeknya yaitu sebagai berikut :

a. Pengawasan melekat, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung

terhadap bawahan dalam suatu kerja yang dipimpinnya.

b. Pengawasan fungsiod, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang

tt~gas pokoknya melakukan fungsi pengawasan, seperti Inspektorat Jenderal,

(158)

c. Pengawasan legislatif, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga

. .

Pserwakilan Rakyat.

d. Pengawasan masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat,

b;xik secara langsung atau tidak langsung melalui media massa.

23. Ruang lingkup Pengawasan

Menurut Nawawi (1989) pengawasan merupakan salah satu fungsi

mansjemen yang tidak dapat dilepaskan dari faktor manusia, karena yang

melakukan pemantauan, pemeriksaan clan evaluasi atau yang mengawasi dan yang

diawlsi adalah manusia.

Selanjutnya, bila berpatokan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nom(or 116 tahun 1981 tentang Pengawasan Melekat adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan m e ~ p a k a n proses berlanjut, yaitu dilaksanakan secara terus

menerus, sehingga dapat memperoleh hasil pengawasan yang

bt:rkesinarnbungan.

b. Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, apabila ditemukan kesalahan,

penyimpangan dan hambatan supaya dilaporkan sebab-sebab dan kejadiannya.

c. P1:ngawasan harus menjamin adanya kemunglanan pengambilan koreksi yang

cepat dan tepat.

2.4. Komunikasi Pengawasan Masyarakat.

Pengertian komunikasi menurut Muhamad (2000) adalah pertukaran pesan

(159)

ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih agar tingkahlakunya

bisa berubah. Dengan demikian pada dasarnya komunikasi dapat berlangsung

setiap saat, di mana saja dan kapan saja, karena sejak lahir manusia sudah

meng,adakan hubungan dengan kelompok masyarakat di sekelilingnya.

Shannon dan Weaver (Cangara, 1998) mendefinisikan komunikasi adalah

bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh dan mempengaruhi satu sama

lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Berlo (1960) membuat formulasi yabg lebih

sederhana, yang dikenal dengan nama SMCR, yakni Source (Pengirim),

Message (Pesan), Channel (Saluran/media) dan Receiver (Penerima). Hal tersebut

dikenlbangkan oleh Osgood (Cangara, 1998) dengan menambahkan unsur efek

dan tunpan balik (Feedback) sebagai pelengkap

dalam

membangun komunikasi

yang sempuma.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui, bahwa apabila

diterapkan

dalam

pengawasan pemerintahan, maka diperoleh pengertian seperti

yang diungkapkan oleh LAN-RI tersebut di atas. Di mana dikatakan bahwa

dalam

pengawasan pelaksanaan pemerintahan dikenal pengawasan masyarakat, yaitu

pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak

langs~mg melalui media massa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dalam

pengacwasan masyarakat terkandung unsur-unsur komunikasi yaitu :

1. K o m m h t o r yaitu individuflrelompok masyarakat.

2. Plesan, yaitu pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan pemerintahan dan

p:mbangunan oleh kepala desa dan pemgkatnya.

3. Media, yaitu alat yang digunakan untuk menghubungkan antara surnber dan

(160)

4. I'enerima, yaitu aparat desalpemerintah desa yang menjadi sasaran

pengaduan.

Komunikasi pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat di

n e g m yang sedang berkembang pada umurnnya mengalami banyak kendala,

temt;ma karena faktor pendidlkau, pengalaman dan kemampuan masyarakat dan

aparaturnya yang rendah, mungkin sistem politiknya yang tertutup (Otoriter).

Demikian pula yang bersifat pengaduan-pengaduan masyarakat baik bempa

temuan-temuan, keluhan-keluhan atau ketidakpuasan masyarakat kepada

pemc:rintah/ pemerintah desa yang berhubungan dengan pelaksanaan kinerja

aparat desa dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang pembangunan, jarang

atau relatif sedikit

dari

temuan tersebut dapat segera diperbaiki. Sujanto (1994)

mengpngkapkan bahwa ha1 ini selain karena faktor-faktor rendahnya kualitas dari

masyarakat serta aparatumya, juga karena rendahnya dorongan atau dasar motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Penelitian Alamsyah (1998)

mengatakan bahwa peranan pengawasan masyarakat sebagai umpanbalik proses

pemt~angunan akan ditentukan antara lain oleh keterkaitan pesan pengawasan tersebut dengan program dan lingkup pembangunan yang berlangsung.

Beberapa pengertian di atas mengisyaratkan bahwa " Sunhi'' dapat

digurlakan untuk membedakan antara pengawasan masyarakat atau bukan. Sanksi

masyarakat adalah "Moral " sedangkan individu adalah " denda atau hukuman "

.

Oleh karena itu bila pengawasan tidak " digubris " atau tidak d i p e r h a w maka

secara sistematis moral masyarakat mengecamnya baik berupa ketidakpercayaan

(161)

penrawasan masyarakat atau sosial yang terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:

(1) Kelompok terhadap kelompok lain ; (2) Kelompok terhadap kelompok sendiri;

(3) lndividu terhadap sesamanya. Hal tersebut terjadi manakala seseorang atau

suatu kelompok dipengaruIu atau dipaksa

untuk

bertindak sesuai keinginan orang

atau kelompok lain, tanpa menghiraukan sesuai tidaknya perilaku yang

dianj~urkan, dengan kepentingan individu atau kepentingan kelompok yang ingin

diub;h perilakunya.

Berdasarkan uraian tersebut dapatlah kita simpulkan bahura suatu

pengawasan sosial atau masyarakat terjadi begitu kuat melalui komunikasi.

Temyata komunikasi dari kelompok mayoritaslah yang biasanya dapat

memberikan pengaruhnya, walaupun kadangkala atau suara mayoritas melalui

sikap toleran dan konfomitas terhadap tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok

minc~ritas.

Sejak awal berdirinya Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dan

sejak: lahimya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 masyankat Indonesia

sebeilamya telah mengenal secara formal pengendalian masyarakat melalui

H k u n Formal disamping pengawasan sosial. Bahkan melalui lembaga-lembaga

adat dan lembaga-lembaga agama, pengendalian masyarakat itu sejak berabad-

abad telah berlaku. Hal tersebut dimaksudkan bahwa "Norma " sebagai tolok

(162)

bahwa inti pengawasan sosial adalah pengembangan (kemampuan) anggota

masyarakat unkmenyesuaikan diri dengan norma yang berlaku.

2.5. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dalam Bidang Pembangunan.

Media atau saluran komunikasi adalah medium atau pembawa pesan, yang

mana pesan tersebut disampaikan dari sumber kqpada penerima, misalnya kalau

orang; berbicara, medianya adalah udara, menyampaikan pesan secara tertulis

. . ~ ~

mediimya bisa bempa papan tulis, folder, buku, diktat, swat menyurat dan

sebag,ainya.

Rogers (Leta, 1996) membagi saluran komunikasi menjadi : (1) Saluran

interpersonal dan media massa, (2) Saluran lokal atau saluran kosmopolit.

Salman interpersonal adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatapmuka

(sumlxr pesan dan penerima) antara dua orang atau Iebih. Misalnya rapat,

pertelnuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke mulut,

getok tular dan sebagainya. Sedangkan pesan ' yang memungkinkan sumber

mencapai suatu audjens dalam jumlah besar, yang dapat menembus batas waktu

dan ruang misalnya radio, video, film suratkabar, buku dan sebagainya. Saluran interpersonal dapat bersifat kosmopolit yakni jika menghubungkan dengan

s u m k di dalam atau di luar sistem. Misalnya, seorang anggota sistem

mengadakan pe j a l d p e r g i ke luar daerah untuk menjumpai sumber informasi,

atau ada orang dari luar sistem yang berkunjung ke dalam sistem sosial dan

mengadakan pertemuan dengan anggota sistem untuk menyampaikan infkomasi.

(163)

sebatas daerah atau sistem sosial itu saja, sebaliknya saluran media massa dapat

dipastikan bersifat kosmopolit.

Apabila disimak lebih jauh media di atas pada dasarnya adalah suatu

medi~a di mana komunikasi baik sektoral maupun vertikal dapat terjadi di &lam

masyarakat, namun ha1 tersebut bukan berarti komunikasi pengawasan masyarakat

dapat dilaksanakan oleh media seperti di atas. Karena media komunikasi

pengawasan masyarakat bersifat " ke atas " atau kontrol kepada pemerintah yang

melahcsanakan p r o g r a m - p r o p , agar program tersebut sesuai aspirasi

masyarakat.

Namun

untuk dapat melakukan pengawasan yang baik tentunya

hams dipahami terlebih dahulu apa yang menjadi sasaran atau program yang harus

dike~jakan atau dilaksanakan. Apabila berasumsi bahwa penyusunan program

sesuiti dengan aspirasi masyarakat, maka pengawasannya pun lebih mudah

dilaksanakan. Artinya setiap saat masyarakat dapat merasakan bagaimana

progam tersebut dilaksanakan.

Pengaduan masyarakat adalah temuan-temuan, keluhan-keluhan atau

ketidak puasan masyarakat kepada pemerintah/pemerintah desa yang berhubungan

dengan pelaksanaan tugas dan kine j a aparat desa dalam melaksanakan tugas di

bidat~g pemerintahan dan pembangunan. Pada umumnya pengaduan masyarakat

tersebut meliputi : pungutan liar, penyalahgunaan wewenang, masalah

pertanahan, indisipliner dan tindakan amoral, penyimpangan pembangunan serta

(164)

m.

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mengisyaratkan bahwa

pem'berdayaan masyarakat adalah tujuan akhit yang harus ditumbuhkembangkan.

Hal ini sejalan dengan semangat baru dalam kehidupan pemerintahan pasca era

birokrasi di mana pemerintahan bukan lagi bersifat "rowing" (mengayuh), akan

tetapi menjadi bersifat "steering" (mengendalikan). Artinya, peran pemerintah

dala~n bidang pembangunan akan semakin sedikit dan hanya bersifat

mengendalikan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Hal

tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

Pem~xintahan Daerah, di mana daerah diberikan keleluasaan untuk

menyelenggarakan pemerintahan maupun pembangunan yang semakin has.

Aspirasi bersumber dari bawah (Stakeholder) adalah landasan tujuan yang

h r difasilitasi oleh pemerintah desa, untuk itu pemanfaatan komunikasi

pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan merupakan

prasyarat mutlak yang dibutuhkan dalam tata wahana demokrasi yang transparan,

sehingga kajian terhadap substansi media

akan

semakin penting dan harus

diperhitungkan tingkat rasionalitasnya agar partisipasi masyarakat dalam

melakukan pengawasan pembangunan terselenggara dengan lancar, efektif dan

efisiea.

Dafam pelaksanaan pembangunan desa, masyarakat

akan

melaksanakan

penginwan secara formaVkelembagaan oleh Badan Perwakilan Desa dan oleh

(165)

Non BPD ditujukan pada perangkat desa dan juga kepada BPD. Pengawasan yang

ditujukan kepada perangkat desa itu menyangkut pelaksanaan tugas pokoknya

dalarn menyelenggarakan rumahtangga desa, urusan pemerintahan mum,

pemtmgunan desa dan pembinaan kemasyarakatan serta menjalankan tugas

pemtrantuan dari pemerintah, baik dari Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah

KabupatenIKota.

Pengawasan masyarakat (Non BPD) terhadap anggota BPD yaitu sampai

sejauhmana BPD melaksanakan fbgsinya antara lain, pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa serta

kepuiusan kepala desa. Bagaimana BPD menampung aspirasi masyarakat, yaitu

menerima dan menyalurkan aspirasi

dari

masyarakat kepada pejabat atau instansi

yang berwenang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran

(166)

HARAPAN

Pembangunan:

-

Fisik KETIDAKPUASAN

-

Non fisik

KENYATAAN

PARTJSlPASI PENGAWASAN

w Perencanaan Pembangunan w Pelaksanaan Pembangunan w Evaluasi/Hasil Pembangunan

SALURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN

Perencanaan Pembangunan Pelaksanaan Pembanwan

PESAN-PESAN PROGRAM PEMBANGUNAN

+

Cara Memberi Respon .) Prioritas Penanganan

+

Memberikan Penjelasan [image:166.792.44.738.57.507.2]
(167)

3.2. Defmisi Operasional

Dalam upaya menyamakan pengertian istilah peubah yang diukur dalam

penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan pengertian istilah sesuai dengan

keperluan penelitian. Istilah-istilah dimaksud sebagai berikut :

1. Pemerintah desa adalah Kepala desa dan perangkat desa (sekretaris desa dan

kasie-kasie); sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa yang

niempunyai wewenang, tugas dan kewajiban

untuk

melaksanakan urusan

nmahtangga desa.

2. Badan Perwakilan Desa adalah badan perwakilan yang terdiri atas pemuka-

pemuka masyarakat yang ada di desa yang mempunyai fungsi diantaranya,

nienyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan desa

3. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh warga

masyarakat, tokoh masyarakat terhadap aparat desa dalam merencanakan,

n~elaksanakan serta menilai hasil pembangunan desa yang telah be jalan.

4. Pembangunan desa adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk kemajuan

desa dengan keinginan dan kemampuan masyarakat, pembangunan dapat

berupa pembangunan fisik dan juga pembangunan non-fisik.

5. Tokoh masyarakat adalah orang yang ditokohkan di desa, yang terdiri dari tcrkoh agama, tokoh ekonomi, tokoh pendidikan, tokoh pemuda dan tokoh

wmita.

6. Tokoh lembaga formal adalah tokoh masyarakat di desa yang duduk di Badan

P~:rwakilan Desa (BPD) dan di Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa

(168)

7. Persepsi responden adalah tanggapan responden tentang pembangunan desa,

yang dimulai dm ide pembangunan, perencanaan dan pelaksanaanya.

8. Pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan adalah saluran yang digunakan

oleh masyarakat, tokoh lembaga formal/ tokoh mayarakat, terhadap aparat

desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembangunan,

d u r a n komunikasi pengawasan bisa langsung atau tidak langsung seperti:

Imgsung bertemu aparat secara pribadi, disampaikan melalui orang lainltokoh,

disampaikan dalam forumIrapat, disampaikan melalaui surat,.

9. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan masyarakat

dalam merencanakan, melaksanakan dan menghlmpun dana dan tenaga secara siukarela untuk terselenggaranya pembangunan di desa.

3.3. Hipoterris

Sesuai dengan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka

sebahmi pedoman clan arahan penelitian, disusun Hipotesa sebagai berikut :

1. Ierdapat hubungan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pembangunan

terhadap dengan respon aparat

2. Terdapat hubungan pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan dengan

respon aparat

(169)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif clan

analisis korelasional, dimana penelitian ini menggambarkan profil tanggapan

responden tokoh masyarakat dan tanggapan mereka tentang proses pengawasan

masyarakat, serta respons aparat pemerintah desa &lam pembangunan.

Disarnping itu survey ini ingin melihat imbangan antara peubah yang diteliti.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Juli sampai dengan

bulan Agustus 2001, berupa pengumpulan dan pengolahan serta analisis data.

Penelitian dilaksanakan

di

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan penyangga

Ibu Kota DKI Jakarta, yang banyak menghadapi masalah dalam pembangunan.

Kabupaten Bogor memiliki 35 kecamatan, 410 desa dan 15 kelurahan. Jurnlah

penduduknya termasuk kategori padat yaitu 3.081.199 jiwa dan pertambahan

penduduknya pertahun 764.033 jiwa, kepadatan penduduknya perbulan 66.720

(170)

Tabel. 2. Nama-nama Kecamatan dan Jumlah DesaIKelurahan

(171)

4.3. Populasi dan Sampel-

Populasi penelitian terdiri dari aparat desa, tokoh lembaga formal desa dan

tokc~h masyarakat. Sampel penelitian tersebar di enam kecamatan dan 12 desa

yaq; mewakili wilayah pertanian, industdperdagangan dan pariwisata di

Kabupaten Bogor. Data lengkap sebaran sampel penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 3.

Setiap wilayah diambil secara purposif sebanyak masing-masing dua

kecamatan, selanjutnya pada setiap kecamatan diambil dua desa, yang mewakili

desa urban dan desa rural.

Sampel aparat desa dilakukan secara purposif, dengan memperhatikan

stdrtur dan bidang pekejaan

dari

masing-masing desa sampel. Dari setiap desa

s a m l J dipilih tiga orang responden, yang terdiri atas seorang kepaIa desdurah

dan tlua orang dari staf desa ( sekretaris desakepala urusan ).

Penarikan sampel tokoh lembaga formal di desa dilakukan secara purposif

dengan mengambil dua orang penguruslanggota LKMD dan BPD pada setiap desa

sampel. Penarikan sampel tokoh masyarakat menggunakan daftar orang-orang

terkemuka desa, yang ada pada buku administrasi desa Buku tersebut memuat

daftar nama-nama tokoh informal beserta alamat dan peke jaannya. Sampel tokoh

rnasyarakat dari setiap desa diambil5 (Lima) tokoh masyarakat meliputi :

1. tokoh agama, seperti Kyai, ustadz dan

guru

agama, 2. tokoh pendidikan, seperti

guru

dan pensiunan guru,

3. tokoh ekonomi, seperti pengurus koperasi, kelompok tani, perlagang/

(172)

4. lokoh kmuda, seperti Karang Taruna, pembina olah raga atau organisasi

ltepemudaan laimya,

5. lokoh wanita seperti pengurus PKK, Posyandu dan pengurus wanita laimya.

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Wilayah.

Apabila satu atau lebih tipe tidak terwakili, maka diganti oleh tipe lain yang porsinya cukup menonjol pada setiap desa Jumlah sampel secara

keseluruhan melibatkan 144 orang responden, rinciannya disajikan dalam Tabel 4.

No I 1 2 I1 1 2

III

1 2 Lokasi Penelitian Wilayah Pertanian Kecamatan Jasinga a. Desa Jasinga b. Desa Koleang Kecamatan Nanggung a. Desa Nanggung b. Desa C m g Bitung

Wilayah Industri

Kecamatan Gunungputri a. Desa Gunungputri b. Desa Nagrak Kecamatan Cileungsi a. Desa Cileungsi b. Desa Cipeucang

Wilayah Pariwisata

Kecamatan Cisarua a. Desa Cisarua b. DesaKopo

Kecamatan Megamendung a. DesaMegamendung b. Desa Cipayung Datar

(173)

Tabel 4. Sampel Penelitian Aparat Desa, Tokoh Lembaga Formal dan Tokoh Masyarakat

4.4. Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data

sekur~der. Data primer dikurnpulkan dari berbagai tipe responden yang terdiri dari

aparat desa (Kepala desa dan perangkat desa), lembaga formal dan tokoh

masyiarakat. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber dari mulai Desa,

Kecmatan dan Kabupaten.

Data primer yang dikumpulkan terdiri dari :

A. Data primer yang dikumpulkan dari personal aparat desa berupa data :

1. Karakteristik aparat meliputi :

a. Umur, yaitu usia biologis responden yang diukur dalam satuan tahun

dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat, dengan skala rasio. b. Jenis kelamin, adalah jenis kelamin respon

Gambar

Tabel. 1. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979
Gambar 1. Proses Pengawasan Masyarakat Terhadap Kinerja Pemerintah Desa di Bidang Pembangunan
Tabel 4. Sampel Penelitian Aparat Desa, Tokoh Lembaga Formal
Tabel 6. Deskripsi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sosial di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan yang diterima aparat desa mencerminkan upaya penghargaan yang diberikan aparat desa kepada pemerintah desa.. 12 Walaupun aturan-aturan yang diterapkan

kesimpulannya seperti berikut. Apa pun keadaan awalnya, perekonomian akan menuju keseimbangan. Ketika keseimbangan tercapai kapital akan tumbuh pada tingkat yang sama

Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis termotivasi untuk meneliti perbedaan hasil belajar Matematika siswa antara yang diajar melalui Pre Test, Post Test,

(R2) sebesar 0,831, hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya persentase pengaruh bauran pemasaran terhadap pengambilan keputusan siswa menggunakan jasa bimbingan belajar

ASDP Indonesia Ferry, serta operator pelayaran atas terselenggaranya fasilitas pelayanan dan sarana prasarana, termasuk penerapan protokol kesehatan untuk pencegahan

7) Melakukan koordinasi dengan aparat desa, BPD, Lembaga Kemasyarakatan, Pendamping Desa, Koordinator Desa, Kader Pembangunan Masyarakat serta kepada pihak-pihak lain

Penelitian yang dilakukan berusaha mengembangkan sebuah aplikasi untuk meng- eksplorasi sejarah kota Surabaya seperti tempat bersejarah, lokasi wisata, museum, dan

tetapi pada dasarnya tidak berbeda yaitu bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana berupa simpanan dari masyarakat atau pihak lainnya