SALURAN KOIMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT
DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
Dl KABUPATEN BOGOR
OLEH
:R.H. IBRAHIM ARIFIN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
RH. IBRAHIM ARIFIN. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan
Respon Aparat Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SYAFRI MANGKUPRAWIRA, HADIYANTO dan AMIRUDDIN SALEH.
Penelitian yang didesain sebagai survey deskriptif korelasional ini, bertujuan untuk menggambarkan profil tanggapan responden tokoh masyarakat, tokoh fonnal dan aparat tentang proses pengawasan masyarakat, serta respons aparat desa dalam pembangunan. Jumlah responden mencapai 144 orang yang tersebar di 12 desa dari 6 kecamatan yang mewakili 3 wilayah pengembangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ide pembangunan desa menurut sebagian besar responden datangnya dari aparat, masyarakat, tokoh masyarakat
dan {tokoh lembaga formal. Perencanaan pembangunan desa dilakukan dalam musyawarah dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat desa. Pelaksanaan pemt~angunan desa disesuaikan dengan kebutuhan warga masyarakat. Manfaat hasil pembangunan desa dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.
Sebagian besar responden menyatakan jarang berpartisipasi dalam pengiiwasan masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam evaluasi hasil pembangunan. Responden yang berasal dari wilayah pertanian relatif lebih sering berpartisipasi dalam pengawasan pembangunan desa dibandingkan dengan masyarakat wilayah industrilperdagangan dan pariwisata. Saluran komunikasi yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengawasan adalah disanipaikan melalui f o d r a p a t .
Respon aparat terhadap pengawasan masyarakat tentang cara memberikan respon sebagian besar akan segera ditanggapi secara lisan dahulu disamping ditanggapi setelah diadakan pengkajian. Program-program pembangunan yang dikel~~hkan masyarakat/tokoh masyarakat lima terbesar adalah: (1) pembangunan jalan desa kurang merata, (2) bangunan sekolahlsarana pendidikan kurang diperhatikan, (3) kurangnya sumberdaya manusia yang terampil, (4) sarana ibadah, dan (5) sarana pendidikan agama kurang diperhatikan.
Tidak ada hubungan yang nyata antara pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan dengan respon a p t , kecuali dengan respon aparat tentang prioritas penarlganan menurut persepsi tokoh masyarakat.
Partisipasi pengawasan masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh formal dengm respon aparat secara keseluruhan tidak mempunyai hubungan yang nyata, kecuali dengan cara aparat memberikan respon menurut persepsi tokoh formal dan tokoh masyarakat.
Terdapat hubungan yang nyata antara pesan-pesan program pembangunan
dari
masyarakat/tokoh dengan respon aparat terhadap cara memberikan respon dan prioritas penanganan untuk wilayah industri dan pariwisata.SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
SALURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT DAN RESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOGOR
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
S.4LURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN MASYARAKAT
DANRESPON APARAT PEMERINTAH DESA
DALAM BIDANG PEMBANGUNAN
Dl KABUPATEN BOGOR
R.H. IBRAHIM ARIFIN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon Aparat Pemerintah Desa &lam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor.
Nama : R.H. Ibrahim Arifin
NRP : 9847108
Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr.
k.
Siafii k p k u ~ r a w i r a KetuaIr. Hihivant;. M.S Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedes
w 7
&.Ir. Aida Vitavala S. HubeisRIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1952 di Bekasi, menikah dengan
H. Suhanah pada tahun 1977, dikarunia 6 orang anak yaitu: Nila Inayati, Leni
Maelani Patimah, Rizal Mutaqin, Eli Halimah Tu'sadiah, Riki Zulkipli dan Egie Ruldah.
Penulis lulus SMA Negeri I Bogor pada tahun 1970, memperoleh sajana
muth pada Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Bandung tahun 1977,
me~nperoleh gelar Sarjana pada Universitas Lang-lang Buana Bandung pada
tahun 1989.
Mulai bekerja di kabupaten Bogor sejak tahun 1977, menjadi Camat
selama 14 tahun yaitu di kecamatan Kedung Halang, Parung, Cileungsi dan Cib~nong dari tahun 1982 - 1996, Sekretaris Korpri Kabupaten Bogor, Kepala
Bagian Pemerintahan Desa, Kepala Dinas Pasar dan terakhir Kepala Sub Dinas
Pasw Kabupaten Bogor hingga sekarang.
Penulis mulai tercatat sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Institut
Pertiinian Bogor (IPB) tahun ajaran 199811999 pada Program Studi Komunikasi
PRAKATA
Segala puji dan rasa syukur penulis .panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena hanya dengan rahmat dan ridha-Nya penulis berhasil merarnpungkan tesis
ini yang menjadi syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi
Koml~nikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasajana Institut
Pertanian Bogor.
Studi mengenai Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dan Respon
Apamt Pemerintah Desa dalam Bidang Pembangunan di Kabupaten Bogor yang
p u l i s lakukan ini, dilatarbelakangi oleh perlunya upaya yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan pelaksanaan pembangunan desa secara terpadu dalam
memasuki era otonorni daerah.
Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga sepanitnyalah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setiaggi
tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira, Bapak Ir. Hadiyanto, MS
dan B a p k Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. sebagai komisi pembimbing yang telah
memberikan perhatian dan bimbingannya, bzik selama masa perkuliahan, penelltian, maupun dalam penulisan tesis ini.
Dalam kesempatan ini, disampaikan pula terima kasih kepada Ibu
Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S.Hubeis dan Bapzk Ir. H. Amiruddin Saleh, MS beserta
seluruh staf dan karyawan Program Studi Komunikasi Pembangunan, Program
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih menyimpan banyak
kelemahan dan kekurangan, maka dengan segala keterbukaan menantikan saran
dan pandangan berbagai pihak bagi penyempurnaannya.
Semoga tesis ini memberi manfaat, khususnya memberikan andil untuk
merlingkatkan kine rja organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam
memasuki era otonomi daerah.
Bogor, April 2002
DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL
...
x DAFTAR GAMBAR...
xii DAFTAR LAMPIRAN...
xiiiI. I'ENDAHULUAN
I . l . Latar Belakang
...
11.2. Perumusan Masalah
. .
...
3 1.3. Tujuan Penellhan. .
... ... ...
...
4 1.4. Kegunaan Penellhan...
511. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan
...
72.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan
Komunikasi Pengawasan
... .. . .
.
. . .
.. . .
15 ':!.3. Ruang Lingkup Pengawasan ...
... ... ... . ...
18 ;!.4. Komunikasi Pengawasan Masyarakat...
.... ..
...... .... .
18 2.5. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat &lam Bidang 22Pemerintahan dan Pembangunan
... ...
..... . .. ...
111. FERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2'. 1. Kerangka Pemikiran
...
...
......
.... .. . .
. . . . . . . . .
24 3.2. Definisi Operasional. ... .. ..
...
...
. . .
. . . . ...
27 3.3. Hipotesis...
28IV.
METODE PENELITIAN4.1. Desain Penelitian
... ... . .
29 4.2.Waktu
clan Lokasi Penelitian...
29 4.3. Populasi dan Sampel ... .... ... ... . . ... . 3 1 4.4. Data dan Insbumentasi...
...
. ... . . . .
,. . .
33V
. HASIL DAN PEMBAHASAN
...
5 1
.
Deskripsi Umum Wilayah Penelitian 445 2
.
Organisasi Pemerintah Kabupaten...
49 5 3.
Karakteristik Responden ... 51 5 4.
Persepsi terhadap Pembangunan Desa...
55...
5.5. Partisipasi Pengawasan Pembangunan 59
5.6. Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan
...
64 5.7. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat...
72 5.8. Pesan-pesan Program Pembangunan dari Masyarakat dan Tokoh...
Masyarakat 77
5.9. Hubungan Pemanfaatan Saluran Komunikasi terhadap
...
Respon Aparat 80
5.10. Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat
...
84 5.1 1.
Hubungan antara Pesan ProgramPembangunan denganRespon Aparat
...
87VI
. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
I. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 dan
...
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999:!.
Nama-nama Kecamatan dan Jumlah DesaKelurahanti.
di Kabupaten Bogor
...
...
Distribusi Sampel Berdasarkan Wilayah
Sampel Penelitian Aparat Desa, Tokoh Lembaga Formal
dan Tokoh Masyarakat
...
Deskripsi Wilayah dan Penduduk Kabupaten Bogor menurut Wilayah Pengembangan...
Deskripsi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sosial di Kabupaten...
Bogor menurut Wilayah PengembanganDistribusi Karakteristik Aparat Desa ...
...
Distribusi Karakteristik Tokoh Formal...
Distribusi Karakteristik Tokoh Masyarakat...
Persepsi Aparat Desa terhadap Pembangunan Desa...
Persepsi Tokoh Formal terhadap Pembangunan Desa...
Persepsi Tokoh Masyarakat terhadap Pembangunan Desa...
Persepsi Responden terhadap Pembangunan Desa
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Aparat Desa
...
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh...
FormalPartisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi Tokoh Masyarakat
...
Partisipasi Pengawasan Pembangunan menurut persepsi...
RespondenPernanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
...
Pembangunan menurut Persepsi Aparat Desa
Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
...
Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Formal Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dalam
...
Pembangunan menurut Persepsi Tokoh MasyarakatPersepsi Responden terhadap Pemanfaatan Saluran Komunikasi
...
Pengawasan dalam PembangunanRespon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
...
Aparat Desa23. Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
...
Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat Menurut Persepsi
...
Tokoh MasyarakatPersepsi Responden tentang Respon Aparat terhadap Pengawasan Masyarakat
...
Pesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh...
FormalPesan-pesan Program Pembangunan menurut Persepsi Tokoh Masyarakat
...
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasandengan Respon Aparat menurut Persepsi Aparat Desa
...
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal...
Hubungan antara Pemanfaatan Saluran Komunikasi Pengawasan dengan Respon Aparat menurut Persepsi Tokoh Masyarakat...
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat menurut Persepsi Aparat Desa...
Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat Menurut Persepsi Tokoh Formal ... Hubungan antara Partisipasi Pengawasan dengan Respon Aparat Menurut Persepsi Tokoh Masvarakat...
Hubungan an&a Pesan prog- Pembangunan dengan Respon...
Aparat menurut Persepsi Tokoh Formal
DAFTAR GAMBAR
1. Proses Pengawasan Masyarakat terhadap Kineja Pemerintah
DAFTAR LAMPIRAN
No
.
T e h Halaman.
...
1 Peta Kabupaten Bogor 96
...
2 . Hasil Uji Coba Kuesioner 97
...
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Undang-undang No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, peran
Pemerintah sangat dominan dalam mengatur desa-desa diseragamkan secara
Nasilonal, yang berpeluang menghancurkan keanekaragaman, diantaranya
menghancurkan adat-istiadat sehingga masyarakat desa dalam melakukan
pembangunan desanya tergantung kepada Pemerintah.
Peran masyarakat dalam menentukan pembangunan desanya terlihat masih
kura11g. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan kepada Kepala Desa tidak
be rjalan sebagaimana mestinya. Kondisi seperti ini terjadi, karena pembangunan
desa yang dilaksanakan itu bukan keinginan masyarakat secara umum.
Lahimya Undang-undang No. 2211999 tentang Pemerintahan Daerah
Sebagai Pengganti UU No. 511974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
dan IJU No. 511979 tentang Pemerintahan Desa, dalam keterikatan keterangan
tersebut sangat jelas dominasi eksekutif di tingkat desa, sementara peran
masyarakat dikebiri, misalnya Kepala Desa sebagai penanggung jawab
pelaksanaan Pemerintahan dan pembangunan memiliki rangkapan jabatan yang
cukup banyak baik sebagai perencana, pelaksana dan juga sebagai pengawas,
karena adanya jabatan Kepala Desa secara ex-oficio menjadi ketua LMD dan Ketua. Umum LKMD.
Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang disebut Pemerintahan
Deerah adalah terdiri dari Kepala Desa dan perangkatnya bersama-sama dengan
Desa. Kedudukan Kepala Desa sejajar dengan Badan Perwakilan Desa dan
keduanya merupakan mitra ke ja. Badan Perwakdan Desa mempunyai fungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan
aspiriui masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Peme:rintahan Desa.
Terselenggaranya pelaksanaan Pemerintahan Desa di bidang
pembangunan sangat terkait langsung dengan masyarakat, pengawasan
masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk terlaksananya kegiatan
pemerintahan, pembangunan. Pengawasan masyarakat disampaikan secara
langsung, melalui media cetak dan media elektronik.
Kenyataan selama ini menunjukkan pengawasan masyarakat terhadap
Kepai!a Desa dan perangkatnya di bidang pembangunan meliputi :
1. Adanya pengaduan masyarakat di bidang pembangunan, diantaranya penyalahgunaan wewenang oleh Kepala Desa.
2. K;xsus-kasus yang dilaporkan diantaranya penyimpangan pembangunan.
3. Kiarangnya disiplin aparatur desa dalam melaksanakan tugas dan
ke.wajibannya.
4. Masalah pelayanan aparatur desa yang kurang baik terhadap pelaksanaan
pembangunan.
Kasus-kasudmasalah tersebut disampaikan dalam berbagai cara, yaitu pengalduan langsung kepada perangkat atau pimpinan tingkat atasnya ada juga
melalui media cetak dan elektronik dan kadang-kadang dilakukan dengan
Garnbaran masalah tersebut memperkuat bahwa masyarakat pada dasamya
menginginkan pelaksanaan pembangunan di desa bejalan dengan baik, dan
apabila melihat kurang baik kadang-kadang secara emosional melakukan kritik
dan kadang-kadang melalui cara-cara yang kurang baik.
Tujuan pengawasan masyarakat pada dasamya untuk memberikan koreksi
kepath kine j a aparatur desa. Pada dasarnya pengawasan masyarakat tidak lepas dari proses komunikasi yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur komunikator
(mas:yarakat desa) yang menyampaikan pesan melalui saluran kepada komunikan
(aparat desa) dan efewreaksi komunikasi.
Dalam komunikasi pengawasan di tingkat desa yang menjadi komunikator
adalah pribadi atau kelompok masyarakat, yang dipakai pesan ialah kasus-kasus
pengaduan, saluran yang digunakan ialah media massa suratkabar, elektronik dan
pengaduan langsung.
Kajian penelitian ini dititikberatkan kepada saluran komunikasi yang
digunakan oleh masyarakat desa dalam pengawasan pelaksanaan di bidang
pembangunan clan pemerintahan yang &laksanakan oleh perangkat desa.
1.2. Perurnusan Masalah
Kelemahan pemerintahan desa pada masa yang lalu pada dasamya
disebabkan oleh (1) lemahnya kontrol masyarakat terhadap Kepala Desa,
(2) pwangkapan jabatan Kepala Desa, secara ex-officio sebagai Ketua Umum
LKMI) dan Ketua LMD dimana satu pihak sebagai pelaksana juga sebagai
program pemerintah tingkat atas, kadang-kadang program tersebut tidak sesuai
dengan keinginan masyarakat.
Dengan adanya reformasi tejadi perubahan yang diharapkan mampu
meng:akomodasi tuntutan di kalangan masyarakat desa. Diharapkan pengawasan
komunikasi masyarakat mencerminkan hubungan timbal balik antara pemerintah
desa dan masyarakatnya, dan juga dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam
pemt~angunan, baik mulai dari perencanaan, biayaldana pelaksanaan dan juga
pengiwasan.
Masyarakat memberikan respon terhadap pelaksanaan pembangunan dan
pemerintahan di desanya. Sedangkan perangkat desa dituntut untuk dapat
menangkap keinginan masyarakatnya, h a s memiliki kepekaan tentang kesulitan,
keluhan dan ketidakpuasan dari masyarakat terhadap kinerja pemerintah desa.
Berkaitan dengan ha1 tersebut, peneliti mencoba merumuskan pertanyaan
penel~~tian sebagian berikut :
1. Btigaimana tanggapan masyarakat terhadap program-program pembangunan ?
2. Sanpai seberapa jauh partisipasi masyarakat dalam pengawasan
pembangunan?
3. Saluran komunikasi pengawasan manakah yang paling efektif bagi masyarakat
dalam menyampaikan pesanlpengaduan di bidang pembangunan ?
4. Bagaimana respons Kepala Desa dan perangkatnya terhadap pesan yang
dirmnpaikan oleh masyakarat ?
1.3. Tujuan Peuelitian
Tujuan urnurn penelitian adalah untuk mengetahui sejauhrnana
pembangunan desa di Kabupaten Bogor. Secara khusus tujuan penelltian ini
dapztt dinunuskan sebagai berikut :
I. lvlenganalisis pemahaman masyarakat tentang pengertian pembangunan desa.
2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengawasan di bidang
pembangunan mulai dari perencanaan sampai kepada pelaksanaan.
3. ldenganalisis saluran komunikasi yang digunakan oleh masyarakat terhadap
~elaksanaan pembangunan desa.
4. Menganalisis respons aparat desa (Kepala Desa dan perangkatnya) terhadap
pengawasan masyarakat di bidang pembangunan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian pemanfaatan komunikasi pengawasan terhadap kineja
pemerintah desa, &lam bidang pembangunan dan pemerintahan di Kabupaten
Bogor diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:
1. Pengembangan teori komunikasi pembangunan dan pedesaan dalam
~r~enyelenggarakan pembangunan serta pemanfaatan komunikasi pengawasan
masyarakat terhadap kine rja pemenntahan desa.
2. Bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan Kepala
Desa sebagai bahan kajian dan pengembangan
untuk
menyempumakan dalamproses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang pembangunan dan
pemerintahan.
3. Memberikan masukan kepada aparatur pengawas tingkat Kabupaten untuk
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa
Pemerintahan Desa menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa
(LMD). Pemerintah Desa adalah pelaksana kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang berada di bawah Camat. Kepala Desa
berkedudukan sebagai alat Pemerintah Daerah dan alat Pemerintah Desa yang
memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam penyelenggaraan tugas
dan Fungsinya Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati~Walikota melalui
Cam>%t dan memberikan keterangan dan pertanggungiawaban kepada Lembaga
Musyawarah Desa (LMD).
LMD sebagai wadah musyawarah pemuka-pemuka masyarakat yang
mempunyai tugas untuk menyalurkan pendapat masyarakat Desa dengan
musyawarah/mufakat dalam rangka penyusunan Keputusan Desa. Ketua LMD
dijab:xt oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa menjabat sebagai Sekretaris LMD dan
Kepala Dusun menjabat sebagai anggota LMD (Anonim, 1982)
Di desa dan kelurahan dibentuk LKMD yang mempunyai fungs~ antara
lain :
1. Sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan.
2. Menggali, mernanfaatkan potensi dan menggerakkan swadaya, gotongroyong
3. Sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan rnasyarakat serta warga masyarakat itu sendiri.
Kepala DesaJLurah duduk sebagai ketua umum Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD) dimaksudkan untuk terpeliharanya hubungan antara
Kepala Desallurah sehingga terpelihara kestabilan DesaKelurahan.
Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dimana Pemerintahan Desa terdiri dari: Pemerintahan Desa dan Badan
Perwakilan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkat Desa.
Kepida desa mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a. Memimpin penyelenggaraan pernerintahan desa,
b. Membina kehidupan masyarakat desa,
c. Membina perekonomian desa,
d. Memelihara ketentraman dan ketertiban,
e. Mendamaikan penelisihan masyarakat di desa, serta
f. Mewakili desanya di dalam dan di luar.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Kepala desa sebagai pimpinan pemerintah desa mengemban tugas dan
kewajiban yang cukup berat dm bertanggung jawab kepada rakyat melalui Badan
Perwakilan Desa (BPD). Kedudukan Badan Perwakilan Desa sejajar dengan
Kepala Desa dan merupakan mitra pemerintah desa, yang mempunyai tugas
mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan
aspinisi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) dipilih dari dan oleh penduduk
desa yang memenuhi persyaratan. Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari
dan toleh anggota. Badan Perwakilan Desa bersama-sama dengan Kepala Desa
mew:tapkan Peraturan Desa.
Pada dasarnya ha1 tersebut memberikan akses partisipasi pa& rakyat,
melalui mekanisme perwakilan. Hal ini sangat positif bagi rakyat sebab rakyat
dapal mengembangkan demokrasi secara sehat, mempakan proses institusi
demclkrasi di desa dan memunglankan rakyat untuk melakukan kontrol terhadap
gerak langkah eksekutif desa, arus ini menjadi tekanan balik bagi eksekutif desa,
[image:149.567.75.491.360.725.2]yang selama ini sudah terbiasa sebagai penguasa desa.
Tabel. 1. Perbandingan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979
dan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
Perangkat desa tediri dari : 1. Unsur staf
2. Sekntaris desa 2. Unsurpelaksann
Paling lama 10 tahun atau 2 kali
Pembangunan desa adalah seluruh proses kegiatan pembangunan yang
berlangsung di desakelurahan
dan
m e ~ p a k a n bagian talc terpisahkan darimasyarakat dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong
royolig (Depdagri, 1996). Keterlibatan masyarakat secara langsung pada setiap tahapan pembangunan di desa mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan
peng;awasan serta tindaklanjut pembangunan, merupakan salah satu kunci
kebellnasilan pembangunan itu sendiri.
Pengertian Pembangunan desa, dimulai dari tahap perencanaan yaitu
pembangunan fisik dan pembangunan non-fisik, peneliti akan mengamati
kegiatan pengawasan masyarakat dalam bidang pembangunan fisik saja, yaitu
pembangunan sarana transportasi, pengairan dan pembangunan sarana pendidikan,
keagamaan yang dibiayai dari swadaya masyarakat melalui Anggaran Pendapatan
dan Elelanja Desa dan bantuan dari Pemerintah atasnya.
Pemerintah desa dalam menyusun dan melaksanakan pembangunan di
bantu oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang mempunyai
tugas pokok menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi
masylrakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu baik yang berasal
dari berbagai kegiatan pemerintah maupun swadaya masyarakat.
Hasil musyawarah dengan masyarakat tentang rencana pembangunan,
disusun sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan masyarakat desa nantinya
dituangkan dalam putusan desa. Bagi proyek yang tidak mampu dibiayai oleh
desa, maka diajukan kepada pemerintah atasnya, melalui diskusi Unit Daerah
K e j a Pembangunan (UDKP) dan temu karya LKMD Tingkat Kecamatan dan selanjutnya diajukan ke Rakorbang tingkat I1 dan tingkat I.
Dalam menyusun rencana pembangunan diperlukan kesepakatan bersama
kegiiitannya. Rencana pembangunan tersebut hams berisikan keterangan yang
dapat menjawab persoalan antara lain :
1. ,\pa tujuan yang diinginkan ?
2. ,\pa kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan ?
3. ICapan kegiatan dilaksanakan ?
4. 9iapa pelaksana dan penanggungjawabnya ?
5. Berapa dan darimana asal sumber dana yang diperlukan ?
IIasil yang diperoleh dari musyawarah pembangunan desa adalah (a) rencana
pemt~angunan yang dibiayai swadaya masyarakat, (b) rencana pembangunan dari
banturan pemerintah, (c) rencana pembangunan swadaya dan program pemerintah,
serta (d) rencana pembangunan yang diusulkan.
Di tingkat desa setiap tahun dilaksanakan musyawarah pembangunan desa,
yang berperan adalah pengurus LKMD dan Kepala desa dan diundang hadir
adalah Camat, Kepala seksi PMD, Dinashstansi tingkat kecamatan, Pengurus
BPD, Tokoh masyarakat, Kepala seksi pembangunan desa, RT/RW. Dalam
musy:iwarah disusun Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa adalah rencana
pemb(mgunan yang disusun masyarakat untuk jangka waktu pelaksanaan cukup
panjang antara 3 sampai 5 tahun, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
&lam menyediakan dananya, maksud pnyusunan RPJMD adalah : (1) agar desa
mempunyai rencana induk, (2) RPJMD berkaitan dengan RPJMK dan
pembirngunan lima tahun daerah, serta (3) akan mudah dan terarah dalam RPTD
Untuk menyusun konsep RPJMD, masing-masing bidang
mempergunakan formulir Usulan Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD)
sebagaimana disajikan &lam lampiran 3. Perencanaan yang telah disyahkan oleh
BPD, dan telah dimusyawarahkan di tingkat kecamatan melalui diskusi Unit
Daerah Keja Pembangunan dan Temu Karya LKMD, maka pembangunan desa
yang: dibiayai oleh masyarakat dapat dilaksanakan oleh kepala desa dan
perangkatnya dan dibantu oleh LKMD dan Kepala urusan pembangunan desa.
Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan
pembangunan yang dilaksmakan oleh kepala desa dan perangkatnya biasanya
dilakukan secara formal di antaranya melalui, meminta pertanggungjawaban
Kepala desa dan meminta keterangan kepada P e m e ~ t a h Desa.
Kepala desa berhenti atau dapat diberhentikan atas usul BPD karena di
antaranya adalah :
1. 'Tidak lagi memenuhi syarat danlatau melanggar sumpah/janj~.
2. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-
ilndangan yang berlaku danlatau norma yang hidup dan berkembang dalarn
rnasyarakat desa.
3. Idengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus yang melibatkan
pertanggungjawabannya.
4. 1)itolak pertanggungjawabannya oleh BPD sebanyak dua kali sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pengawasan masyarakat Non BPD terhadap kepala desa dan perangkatnya
atau perangkatnya dan juga pengaduan tertulis, serta pengaduan melalui media
suraitkabar pada umumnya dilakukan secara bertahap.
Biasanya apabila pengaduan langsung masyarakat tidak direspons oleh
kepala desa, mereka menulis surat pada Kepala desa atau atasan langsungnya dan
apabila masih tidak diperhatikan juga bam disampaikan melalui suratkabar. Jika
maslh tidak diperhatikan, biasanya dilakukan demo oleh warga masyarakat.
Untuk itulah maka media-media komunikasi pengawasan masyarakat yang
diduga mampu memberikan kontribusi terhadap kine j a pernerintahan di tingkat
desa perlu di amati, dipahami, dikembangkan dan diteliti sehingga dapat dilihat
mana yang lebih besar kontribusinya pada kine rja pemerintahan desa.
Pengertian Perfrmnce atau kineja menurut Prawirosentono (1999)
adaliih hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalrun suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungiawab masing-
masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Depari (1995) faktor-faktor utama dalam pendekatan-pendekatan
kom~mikasi untuk pembangunan desa &pat digambarkan sebagai berikut;
Pertama Kelompok-kelompok (leadmg group), yang meningkatkan
peml)angunan dan pemrakarsa komunikasi (a) Para profesional, dan (b) Kader-
kader partai politik. Kedua masyarakat desa sebagai pemetik manfaat
pemt)angunan desa (a) Kelompok-kelompok keluarga yang berpengaruh dan (b)
Lemlmga-lembaga formal di daerah pedesaan.
ICemunculan kasus pengawasan masyarakat mempakan bentuk komunikasi
masyarakat dalam pembangunan, yang menjadi umpanbalik bagi pemerintah
untuk: mengevaluasi, mengoreksi dan mengembangkan, meningkatkan kualitas
kineria aparat untuk menuju ke arah yang lebih baik terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yaitu :
1. Pengamatan akhf warga masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh aparat desa. Masyaralcat selalu
mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan di de:sanya. Karena ketidaksenangan dari anggota masyarakat akan men?unculkan
perasaan opini masyarakat yang tidak puas terhadap aktivitas pemerintahan
dan pembangunan. Misalnya telah te jadinya penyalahgunaan wewenang,
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
0,
proyek pembangunan yang tidakselesai, dalam pelaksanaan pembangunan tidak transparan, adanya
penyimpangan dalam pelaksanaan proyek pembangunan fisik seperti
pembangunan jalan, jembatan, dan sebagainya.
2. ~e:rasaan tidak senang masyarakat terhadap kasus-kasus tersebut dapat
m~lncul kepermukaan. Perasaan tidak senang tersebut baik secara individu
atau kelompok dapat diekspresikan dalam bentuk pengawasan masyarakat.
Kasus pengawasan masyarakat dapat diadukan langsung dengan mendatangi
perangkat desa, baik secara formal maupun dalam bentuk pertemuan-
pertemuan secara tatapmuka atau juga dengan unjukrasa atas ketidakpuasan
kir~eja pemngkat desa. Pengaduan dapat pula dilakukan melalui surat
pengaduan tidak langsung dan swat pengaduan dan suratkabar.
Untuk selanjutnya bagaimana pen&maan dan respons pengawasan oleh
yang dilakukan untuk merespons pengaduan masyarakat tersebut? perlu dipelajari
dan dicarikan solusinya. Apabila perangkat desa tidak merespons, maka
pengawasan masyarakat akan berlanjut dan tidak menutup kemunglunan akan
timbul pengerahan massa yang lebih besar. Apabila masyarakat merasa puas,
maka proses komunikasi pengawasan masyarakat tersebut dianggap selesai.
Sebdiknya apabila masyarakat merasa tidak puas, maka komunikasi akan
berlr~njut dan warga akan terus mengajukan pengaduan sampai keinginannya
tercapai. .
2.2. Pengertian Komunikasi, Pengawasan dan Komunikasi Pengawasan
Pada dasarnya manusia tidak hidup sendirian, manusia adalah sebagai
mahxuk sosial yang hidup bermasyarakat, semakin besar suatu masyarakat,
semakin banyak manusia yang dicakup dan cenderung semakin banyak masalah
yang tirnbul akibat adanya perbedaan pendapat di antara manusia baik mengenai
pikiran, perasaan, tujuan dan keinginan maupun aspirasinya.
Menurut Depari (1995) dalam kehidupan manusia, akan terjadi interaksi anku individu, kelompok dan d i n g mempengaruhi demi untuk kepentingan dan
keuntungannya. Komunikasi terjadi apabila adanya penyampaian pesan oleh
kom~lnikator kepada komunikan, isi pesan ialah pikiran atau perasaan
kom~lnikator yang ditujukan kepada komunikan. Hal penting selain unsur komllnikator dan komunikan yang berpengaruh dalam berkomunikasi adalah
peslu~ yang terdiri dari bentuk verbal (lisan atau tertulis) dan bentuk non verbal
(tanpa kata). Berikutnya adalah d u r a n yang bisa berupa media yang dilalui pesan
dan akan menerima pesan menurut Efendi (1993) jika terdapat empat kondisi
yaitu
a. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.
b. Piida saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai
dcngan tujuannya.
c. Pi~da saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu
krsangkutan dengan kepentingan pribadinya.
d. Ia mampu untuk me~epatinya baik secara mental maupun secara fisik.
Pengawasan menurut McFarland (Handayaningrat, 1981) ialah suatu
proses dimam pimpinan ingin mengetahui apabila hasil pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atas
kebijaksanaan yang telah ditentukan, artinya melalui suatu proses
membandingkan antara rencana dengan yang dilaksanakan diperoleh suatu
pengetahuan dalam informasi dari tujuan yang dkehendaki. Hal ini memberikan
suatu konotasi bahwa suatu komunikasi perlu dilakukan agar yang dikehendaki
dapat diketahui bagaimana perkembangannya. Demikian pula dengan dampak
yang ditimbulkannya hanya dapat diketahui melalui proses atau bentuk
komunikasi pengawasan, sehingga memperoleh informasi tentang adanya
penyirnpangan.
Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dapat ditekan, sehingga kemungkman timbulnya kerugian yang besar &pat
dihilangkan atau diperkecil. Ada beberapa metode pengawasan, pertama
pengawasan langsung, yaitu pimpinan instansi melakukan pemeriksaan langsung
Kedm pengawasan tidak langsung di mana pimpinan instansi melakukan
pengawasan melalui laporan yang masuk, pengawasan tidak langsung dapat
segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
Disamping itu d i k e d pula, pengawasan formal ialah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan dan pengawasan informal yaitu pengawasan yang
dilakrukan oleh pimpinan melalui kunjungan tidak resmi, hal ini untuk
men,&ndarkan kekakuan hubungan atasan dan bawahan (Nawawi, 1989).
Dengan demikian pengawaS&me~pakan segala usaha, kegiatan atau
tindakan untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas atau kegiatan agar
berjdan samadengan rencana yang telah ditetapkan. Adanya suatu proses
perbandingan antara rencana dan pelaksanaan, maka suatu pengawasan sering
diset~ut sebagai suatu bagian dari kegiatan manajemen. Hal ini disebut demikian,
karena dalam suatu proses manajemen yang lengkap dilaksanakan suatu fungsi-
fungi manajemen antara lain menurut G.R.Terry (Panglaikim dan Tanzil, 1960)
meliputi empat fungsi yaitu Planning, Organizing, Actuiting and Controling.
Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1992) dalam
pengawasan pelaksanaan pemerintahan d i k e d ada empat macam pengawasan
berdiisarkan subyeknya yaitu sebagai berikut :
a. Pengawasan melekat, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
terhadap bawahan dalam suatu kerja yang dipimpinnya.
b. Pengawasan fungsiod, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang
tt~gas pokoknya melakukan fungsi pengawasan, seperti Inspektorat Jenderal,
c. Pengawasan legislatif, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga
. .
Pserwakilan Rakyat.
d. Pengawasan masyarakat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat,
b;xik secara langsung atau tidak langsung melalui media massa.
23. Ruang lingkup Pengawasan
Menurut Nawawi (1989) pengawasan merupakan salah satu fungsi
mansjemen yang tidak dapat dilepaskan dari faktor manusia, karena yang
melakukan pemantauan, pemeriksaan clan evaluasi atau yang mengawasi dan yang
diawlsi adalah manusia.
Selanjutnya, bila berpatokan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nom(or 116 tahun 1981 tentang Pengawasan Melekat adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan m e ~ p a k a n proses berlanjut, yaitu dilaksanakan secara terus
menerus, sehingga dapat memperoleh hasil pengawasan yang
bt:rkesinarnbungan.
b. Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, apabila ditemukan kesalahan,
penyimpangan dan hambatan supaya dilaporkan sebab-sebab dan kejadiannya.
c. P1:ngawasan harus menjamin adanya kemunglanan pengambilan koreksi yang
cepat dan tepat.
2.4. Komunikasi Pengawasan Masyarakat.
Pengertian komunikasi menurut Muhamad (2000) adalah pertukaran pesan
ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih agar tingkahlakunya
bisa berubah. Dengan demikian pada dasarnya komunikasi dapat berlangsung
setiap saat, di mana saja dan kapan saja, karena sejak lahir manusia sudah
meng,adakan hubungan dengan kelompok masyarakat di sekelilingnya.
Shannon dan Weaver (Cangara, 1998) mendefinisikan komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh dan mempengaruhi satu sama
lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Berlo (1960) membuat formulasi yabg lebih
sederhana, yang dikenal dengan nama SMCR, yakni Source (Pengirim),
Message (Pesan), Channel (Saluran/media) dan Receiver (Penerima). Hal tersebut
dikenlbangkan oleh Osgood (Cangara, 1998) dengan menambahkan unsur efek
dan tunpan balik (Feedback) sebagai pelengkap
dalam
membangun komunikasiyang sempuma.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui, bahwa apabila
diterapkan
dalam
pengawasan pemerintahan, maka diperoleh pengertian sepertiyang diungkapkan oleh LAN-RI tersebut di atas. Di mana dikatakan bahwa
dalam
pengawasan pelaksanaan pemerintahan dikenal pengawasan masyarakat, yaitu
pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langs~mg melalui media massa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dalam
pengacwasan masyarakat terkandung unsur-unsur komunikasi yaitu :
1. K o m m h t o r yaitu individuflrelompok masyarakat.
2. Plesan, yaitu pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan pemerintahan dan
p:mbangunan oleh kepala desa dan pemgkatnya.
3. Media, yaitu alat yang digunakan untuk menghubungkan antara surnber dan
4. I'enerima, yaitu aparat desalpemerintah desa yang menjadi sasaran
pengaduan.
Komunikasi pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat di
n e g m yang sedang berkembang pada umurnnya mengalami banyak kendala,
temt;ma karena faktor pendidlkau, pengalaman dan kemampuan masyarakat dan
aparaturnya yang rendah, mungkin sistem politiknya yang tertutup (Otoriter).
Demikian pula yang bersifat pengaduan-pengaduan masyarakat baik bempa
temuan-temuan, keluhan-keluhan atau ketidakpuasan masyarakat kepada
pemc:rintah/ pemerintah desa yang berhubungan dengan pelaksanaan kinerja
aparat desa dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang pembangunan, jarang
atau relatif sedikit
dari
temuan tersebut dapat segera diperbaiki. Sujanto (1994)mengpngkapkan bahwa ha1 ini selain karena faktor-faktor rendahnya kualitas dari
masyarakat serta aparatumya, juga karena rendahnya dorongan atau dasar motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Penelitian Alamsyah (1998)
mengatakan bahwa peranan pengawasan masyarakat sebagai umpanbalik proses
pemt~angunan akan ditentukan antara lain oleh keterkaitan pesan pengawasan tersebut dengan program dan lingkup pembangunan yang berlangsung.
Beberapa pengertian di atas mengisyaratkan bahwa " Sunhi'' dapat
digurlakan untuk membedakan antara pengawasan masyarakat atau bukan. Sanksi
masyarakat adalah "Moral " sedangkan individu adalah " denda atau hukuman "
.
Oleh karena itu bila pengawasan tidak " digubris " atau tidak d i p e r h a w maka
secara sistematis moral masyarakat mengecamnya baik berupa ketidakpercayaan
penrawasan masyarakat atau sosial yang terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
(1) Kelompok terhadap kelompok lain ; (2) Kelompok terhadap kelompok sendiri;
(3) lndividu terhadap sesamanya. Hal tersebut terjadi manakala seseorang atau
suatu kelompok dipengaruIu atau dipaksa
untuk
bertindak sesuai keinginan orangatau kelompok lain, tanpa menghiraukan sesuai tidaknya perilaku yang
dianj~urkan, dengan kepentingan individu atau kepentingan kelompok yang ingin
diub;h perilakunya.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah kita simpulkan bahura suatu
pengawasan sosial atau masyarakat terjadi begitu kuat melalui komunikasi.
Temyata komunikasi dari kelompok mayoritaslah yang biasanya dapat
memberikan pengaruhnya, walaupun kadangkala atau suara mayoritas melalui
sikap toleran dan konfomitas terhadap tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok
minc~ritas.
Sejak awal berdirinya Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dan
sejak: lahimya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 masyankat Indonesia
sebeilamya telah mengenal secara formal pengendalian masyarakat melalui
H k u n Formal disamping pengawasan sosial. Bahkan melalui lembaga-lembaga
adat dan lembaga-lembaga agama, pengendalian masyarakat itu sejak berabad-
abad telah berlaku. Hal tersebut dimaksudkan bahwa "Norma " sebagai tolok
bahwa inti pengawasan sosial adalah pengembangan (kemampuan) anggota
masyarakat unkmenyesuaikan diri dengan norma yang berlaku.
2.5. Saluran Komunikasi Pengawasan Masyarakat dalam Bidang Pembangunan.
Media atau saluran komunikasi adalah medium atau pembawa pesan, yang
mana pesan tersebut disampaikan dari sumber kqpada penerima, misalnya kalau
orang; berbicara, medianya adalah udara, menyampaikan pesan secara tertulis
. . ~ ~
mediimya bisa bempa papan tulis, folder, buku, diktat, swat menyurat dan
sebag,ainya.
Rogers (Leta, 1996) membagi saluran komunikasi menjadi : (1) Saluran
interpersonal dan media massa, (2) Saluran lokal atau saluran kosmopolit.
Salman interpersonal adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatapmuka
(sumlxr pesan dan penerima) antara dua orang atau Iebih. Misalnya rapat,
pertelnuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke mulut,
getok tular dan sebagainya. Sedangkan pesan ' yang memungkinkan sumber
mencapai suatu audjens dalam jumlah besar, yang dapat menembus batas waktu
dan ruang misalnya radio, video, film suratkabar, buku dan sebagainya. Saluran interpersonal dapat bersifat kosmopolit yakni jika menghubungkan dengan
s u m k di dalam atau di luar sistem. Misalnya, seorang anggota sistem
mengadakan pe j a l d p e r g i ke luar daerah untuk menjumpai sumber informasi,
atau ada orang dari luar sistem yang berkunjung ke dalam sistem sosial dan
mengadakan pertemuan dengan anggota sistem untuk menyampaikan infkomasi.
sebatas daerah atau sistem sosial itu saja, sebaliknya saluran media massa dapat
dipastikan bersifat kosmopolit.
Apabila disimak lebih jauh media di atas pada dasarnya adalah suatu
medi~a di mana komunikasi baik sektoral maupun vertikal dapat terjadi di &lam
masyarakat, namun ha1 tersebut bukan berarti komunikasi pengawasan masyarakat
dapat dilaksanakan oleh media seperti di atas. Karena media komunikasi
pengawasan masyarakat bersifat " ke atas " atau kontrol kepada pemerintah yang
melahcsanakan p r o g r a m - p r o p , agar program tersebut sesuai aspirasi
masyarakat.
Namun
untuk dapat melakukan pengawasan yang baik tentunyahams dipahami terlebih dahulu apa yang menjadi sasaran atau program yang harus
dike~jakan atau dilaksanakan. Apabila berasumsi bahwa penyusunan program
sesuiti dengan aspirasi masyarakat, maka pengawasannya pun lebih mudah
dilaksanakan. Artinya setiap saat masyarakat dapat merasakan bagaimana
progam tersebut dilaksanakan.
Pengaduan masyarakat adalah temuan-temuan, keluhan-keluhan atau
ketidak puasan masyarakat kepada pemerintah/pemerintah desa yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas dan kine j a aparat desa dalam melaksanakan tugas di
bidat~g pemerintahan dan pembangunan. Pada umumnya pengaduan masyarakat
tersebut meliputi : pungutan liar, penyalahgunaan wewenang, masalah
pertanahan, indisipliner dan tindakan amoral, penyimpangan pembangunan serta
m.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS3.1. Kerangka Pemikiran
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mengisyaratkan bahwa
pem'berdayaan masyarakat adalah tujuan akhit yang harus ditumbuhkembangkan.
Hal ini sejalan dengan semangat baru dalam kehidupan pemerintahan pasca era
birokrasi di mana pemerintahan bukan lagi bersifat "rowing" (mengayuh), akan
tetapi menjadi bersifat "steering" (mengendalikan). Artinya, peran pemerintah
dala~n bidang pembangunan akan semakin sedikit dan hanya bersifat
mengendalikan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Hal
tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pem~xintahan Daerah, di mana daerah diberikan keleluasaan untuk
menyelenggarakan pemerintahan maupun pembangunan yang semakin has.
Aspirasi bersumber dari bawah (Stakeholder) adalah landasan tujuan yang
h r difasilitasi oleh pemerintah desa, untuk itu pemanfaatan komunikasi
pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan merupakan
prasyarat mutlak yang dibutuhkan dalam tata wahana demokrasi yang transparan,
sehingga kajian terhadap substansi media
akan
semakin penting dan harusdiperhitungkan tingkat rasionalitasnya agar partisipasi masyarakat dalam
melakukan pengawasan pembangunan terselenggara dengan lancar, efektif dan
efisiea.
Dafam pelaksanaan pembangunan desa, masyarakat
akan
melaksanakanpenginwan secara formaVkelembagaan oleh Badan Perwakilan Desa dan oleh
Non BPD ditujukan pada perangkat desa dan juga kepada BPD. Pengawasan yang
ditujukan kepada perangkat desa itu menyangkut pelaksanaan tugas pokoknya
dalarn menyelenggarakan rumahtangga desa, urusan pemerintahan mum,
pemtmgunan desa dan pembinaan kemasyarakatan serta menjalankan tugas
pemtrantuan dari pemerintah, baik dari Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah
KabupatenIKota.
Pengawasan masyarakat (Non BPD) terhadap anggota BPD yaitu sampai
sejauhmana BPD melaksanakan fbgsinya antara lain, pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa serta
kepuiusan kepala desa. Bagaimana BPD menampung aspirasi masyarakat, yaitu
menerima dan menyalurkan aspirasi
dari
masyarakat kepada pejabat atau instansiyang berwenang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran
HARAPAN
Pembangunan:
-
Fisik KETIDAKPUASAN-
Non fisikKENYATAAN
PARTJSlPASI PENGAWASAN
w Perencanaan Pembangunan w Pelaksanaan Pembangunan w Evaluasi/Hasil Pembangunan
SALURAN KOMUNIKASI PENGAWASAN
Perencanaan Pembangunan Pelaksanaan Pembanwan
PESAN-PESAN PROGRAM PEMBANGUNAN
+
Cara Memberi Respon .) Prioritas Penanganan+
Memberikan Penjelasan [image:166.792.44.738.57.507.2]3.2. Defmisi Operasional
Dalam upaya menyamakan pengertian istilah peubah yang diukur dalam
penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan pengertian istilah sesuai dengan
keperluan penelitian. Istilah-istilah dimaksud sebagai berikut :
1. Pemerintah desa adalah Kepala desa dan perangkat desa (sekretaris desa dan
kasie-kasie); sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa yang
niempunyai wewenang, tugas dan kewajiban
untuk
melaksanakan urusannmahtangga desa.
2. Badan Perwakilan Desa adalah badan perwakilan yang terdiri atas pemuka-
pemuka masyarakat yang ada di desa yang mempunyai fungsi diantaranya,
nienyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan desa
3. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh warga
masyarakat, tokoh masyarakat terhadap aparat desa dalam merencanakan,
n~elaksanakan serta menilai hasil pembangunan desa yang telah be jalan.
4. Pembangunan desa adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk kemajuan
desa dengan keinginan dan kemampuan masyarakat, pembangunan dapat
berupa pembangunan fisik dan juga pembangunan non-fisik.
5. Tokoh masyarakat adalah orang yang ditokohkan di desa, yang terdiri dari tcrkoh agama, tokoh ekonomi, tokoh pendidikan, tokoh pemuda dan tokoh
wmita.
6. Tokoh lembaga formal adalah tokoh masyarakat di desa yang duduk di Badan
P~:rwakilan Desa (BPD) dan di Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
7. Persepsi responden adalah tanggapan responden tentang pembangunan desa,
yang dimulai dm ide pembangunan, perencanaan dan pelaksanaanya.
8. Pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan adalah saluran yang digunakan
oleh masyarakat, tokoh lembaga formal/ tokoh mayarakat, terhadap aparat
desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembangunan,
d u r a n komunikasi pengawasan bisa langsung atau tidak langsung seperti:
Imgsung bertemu aparat secara pribadi, disampaikan melalui orang lainltokoh,
disampaikan dalam forumIrapat, disampaikan melalaui surat,.
9. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan masyarakat
dalam merencanakan, melaksanakan dan menghlmpun dana dan tenaga secara siukarela untuk terselenggaranya pembangunan di desa.
3.3. Hipoterris
Sesuai dengan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka
sebahmi pedoman clan arahan penelitian, disusun Hipotesa sebagai berikut :
1. Ierdapat hubungan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pembangunan
terhadap dengan respon aparat
2. Terdapat hubungan pemanfaatan saluran komunikasi pengawasan dengan
respon aparat
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif clan
analisis korelasional, dimana penelitian ini menggambarkan profil tanggapan
responden tokoh masyarakat dan tanggapan mereka tentang proses pengawasan
masyarakat, serta respons aparat pemerintah desa &lam pembangunan.
Disarnping itu survey ini ingin melihat imbangan antara peubah yang diteliti.
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Juli sampai dengan
bulan Agustus 2001, berupa pengumpulan dan pengolahan serta analisis data.
Penelitian dilaksanakan
di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasidilakukan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan penyangga
Ibu Kota DKI Jakarta, yang banyak menghadapi masalah dalam pembangunan.
Kabupaten Bogor memiliki 35 kecamatan, 410 desa dan 15 kelurahan. Jurnlah
penduduknya termasuk kategori padat yaitu 3.081.199 jiwa dan pertambahan
penduduknya pertahun 764.033 jiwa, kepadatan penduduknya perbulan 66.720
Tabel. 2. Nama-nama Kecamatan dan Jumlah DesaIKelurahan
4.3. Populasi dan Sampel-
Populasi penelitian terdiri dari aparat desa, tokoh lembaga formal desa dan
tokc~h masyarakat. Sampel penelitian tersebar di enam kecamatan dan 12 desa
yaq; mewakili wilayah pertanian, industdperdagangan dan pariwisata di
Kabupaten Bogor. Data lengkap sebaran sampel penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.
Setiap wilayah diambil secara purposif sebanyak masing-masing dua
kecamatan, selanjutnya pada setiap kecamatan diambil dua desa, yang mewakili
desa urban dan desa rural.
Sampel aparat desa dilakukan secara purposif, dengan memperhatikan
stdrtur dan bidang pekejaan
dari
masing-masing desa sampel. Dari setiap desas a m l J dipilih tiga orang responden, yang terdiri atas seorang kepaIa desdurah
dan tlua orang dari staf desa ( sekretaris desakepala urusan ).
Penarikan sampel tokoh lembaga formal di desa dilakukan secara purposif
dengan mengambil dua orang penguruslanggota LKMD dan BPD pada setiap desa
sampel. Penarikan sampel tokoh masyarakat menggunakan daftar orang-orang
terkemuka desa, yang ada pada buku administrasi desa Buku tersebut memuat
daftar nama-nama tokoh informal beserta alamat dan peke jaannya. Sampel tokoh
rnasyarakat dari setiap desa diambil5 (Lima) tokoh masyarakat meliputi :
1. tokoh agama, seperti Kyai, ustadz dan
guru
agama, 2. tokoh pendidikan, sepertiguru
dan pensiunan guru,3. tokoh ekonomi, seperti pengurus koperasi, kelompok tani, perlagang/
4. lokoh kmuda, seperti Karang Taruna, pembina olah raga atau organisasi
ltepemudaan laimya,
5. lokoh wanita seperti pengurus PKK, Posyandu dan pengurus wanita laimya.
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Wilayah.
Apabila satu atau lebih tipe tidak terwakili, maka diganti oleh tipe lain yang porsinya cukup menonjol pada setiap desa Jumlah sampel secara
keseluruhan melibatkan 144 orang responden, rinciannya disajikan dalam Tabel 4.
No I 1 2 I1 1 2
III
1 2 Lokasi Penelitian Wilayah Pertanian Kecamatan Jasinga a. Desa Jasinga b. Desa Koleang Kecamatan Nanggung a. Desa Nanggung b. Desa C m g BitungWilayah Industri
Kecamatan Gunungputri a. Desa Gunungputri b. Desa Nagrak Kecamatan Cileungsi a. Desa Cileungsi b. Desa Cipeucang
Wilayah Pariwisata
Kecamatan Cisarua a. Desa Cisarua b. DesaKopo
Kecamatan Megamendung a. DesaMegamendung b. Desa Cipayung Datar
Tabel 4. Sampel Penelitian Aparat Desa, Tokoh Lembaga Formal dan Tokoh Masyarakat
4.4. Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data
sekur~der. Data primer dikurnpulkan dari berbagai tipe responden yang terdiri dari
aparat desa (Kepala desa dan perangkat desa), lembaga formal dan tokoh
masyiarakat. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber dari mulai Desa,
Kecmatan dan Kabupaten.
Data primer yang dikumpulkan terdiri dari :
A. Data primer yang dikumpulkan dari personal aparat desa berupa data :
1. Karakteristik aparat meliputi :
a. Umur, yaitu usia biologis responden yang diukur dalam satuan tahun
dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat, dengan skala rasio. b. Jenis kelamin, adalah jenis kelamin respon