• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Besi Pada Buah Anggur Merah Dan Anggur Hijau (Vitis vinifera) Secara Kolorimetri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Besi Pada Buah Anggur Merah Dan Anggur Hijau (Vitis vinifera) Secara Kolorimetri"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR BESI PADA BUAH ANGGUR MERAH

DAN ANGGUR HIJAU (

Vitis vinifera

) SECARA

KOLORIMETRI

SKRIPSI

OLEH:

SANDRY LUMBAN TOBING NIM 050804048

FAKULTAS FARMASI

(2)

PENETAPAN KADAR BESI PADA BUAH ANGGUR MERAH

DAN ANGGUR HIJAU (

Vitis vinifera

) SECARA

KOLORIMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SANDRY LUMBAN TOBING NIM 050804048

FAKULTAS FARMASI

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR BESI PADA BUAH ANGGUR MERAH

DAN ANGGUR HIJAU (

Vitis vinifera

) SECARA KOLORIMETRI

OLEH:

SANDRY LUMBAN TOBING NIM: 050804048

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 06 Desember 2010

Pembimbing I Panitia Penguji

(Dra. Siti Nurbaya,Apt.) (Dra. Nurmadjuzita,M.Si.,Apt.) NIP. 195008261974122001 NIP. 194809041974122001

Pembimbing II

(Drs.Muchlisyam,M.Si.,Apt.) (Dra. Saleha Salbi,M.Si.,Apt.) NIP 195006221980021001 NIP. 194909061980032001

(Drs. Immanuel S.Meliala,M.Si.,Apt.) NIP 195001261983031002

(Dra. Siti Nurbaya,Apt.) NIP. 195008261974122001

Medan, Desember 2010 Fakultas Farmasi UniversitasSumatera Utara

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR Salam damai sejahtera,

Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat anugerah dan kasih

setia-Nya, hingga penulis dapat menjalani masa perkuliahan dan penelitian hingga

akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi ini untuk mencapai gelar Sarjana

Farmasi di Fakultas Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus tiada terhingga penulis sampaikan kepada

kedua orangtua tercinta, Ayahanda S.M Lumban Tobing dan Ibunda I.M Siahaan,

juga kepada Abangku Roy Dedy Lumban Tobing, dan adik-adikku Charlie, Indra,

Juanda, Mona, Seri dewi Lumban Tobing dan Juniar Sianipar, beserta seluruh

keluarga besar yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, perhatian,

semangat, dan doa kepada penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi

ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu

Dra.Siti Nurbaya,Apt dan Bapak Drs. Muchlisyam,M.Si.,Apt., selaku dosen

pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, ketulusan,

dan keikhlasan selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi

ini.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi USU, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang

telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

2. Ibu Dra.Nurmadjuzita,M.Si.,Apt., Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., dan

Bapak Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang sangat

(5)

3. Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Si, Apt., selaku dosen wali serta seluruh dosen

staf pengajar Fakultas Farmasi yang telah banyak membimbing dan mendidik

penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

4. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi

Kualitatif dan Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., selaku Kepala

Laboratorium Kimia Bahan Makanan yang telah membantu dan menyediakan

fasilitas kepada penulis selama melakukan penelitian.

5. Sahabat-sahabat terbaikku, “Christian Pharmacy ’05”, yaitu Andi, Intan, Riris,

Victor, Januar, Harri, Iwanto, Tagor, Rianti, Yes Olo, Hermin, Siska dan Ernita

dan abang senior Farmasi, adik-adik junior Farmasi, serta semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis

hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yesus memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi

ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan

khususnya bidang farmasi.

Medan, 18 Desember 2010

Penulis,

(6)

ABSTRAK

Anggur merupakan tumbuhan merambat yang termasuk kedalam keluarga

Vitaceae. Buah ini mengandung banyak gizi termasuk besi. Besi merupakan

mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kurang dari 100 mg perhari. Kekurangan besi

akan mengakibatkan anemia, pusing, kurang nafsu makan dan menurunnya

kekebalan tubuh.

Penetapan kadar besi dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak

dengan pereaksi warna ammonium tiosianat yang diukur pada panjang gelombang

maksimum 458 nm. Larutan besi tiosianat memberikan warna merah yang stabil

dengan persamaan regresi Y= 0,1778X – 0,0018 dan nilai koefisien korelasi (r)

= 0,9998.

Dari hasil analisis diperoleh kadar besi pada buah anggur merah dan

anggur hijau dengan terlebih dahulu dilakukan destruksi basah yaitu : anggur merah

berbiji tanpa dikupas = 2,770 ± 0,08 mcg/g, anggur hijau berbiji tanpa dikupas

= 2,574 ± 0,05 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang dikupas = 3,323 ± 0,02 mcg/g,

anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,420 ± 0,02 mcg/g, anggur merah tanpa biji

dan tanpa dikupas = 2,689 ±0,015 mcg/g, anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas

= 2,388 ± 0,05 mcg/g, anggur merah berbiji yang dikupas = 2,619 ± 0,018 mcg/g,

anggur hijau berbiji yang dikupas = 2,618 ± 0,018 mcg/g.

Kadar besi pada buah anggur merah dan anggur hijau secara destruksi

kering yaitu : anggur merah berbiji tanpa dikupas = 2,277 ± 0,069 mcg/g, anggur

hijau berbiji tanpa dikupas = 2,279 ± 0,043 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang

dikupas = 1,779 ± 0,019 mcg/g, anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,361 ±

(7)

anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,348 ± 0,008 mcg/g, anggur merah

berbiji yang dikupas = 1,883 ± 0,078 mcg/g, anggur hijau berbiji yang dikupas

(8)

ABSTRACT

Wine is a creeping plant belonging to the family Vitaceae. This fruit

contains many nutrients including iron. Iron is a mineral needed by the body less

than 100 mg a day. Iron deficiency will cause anemia, dizziness, loss of appetite

and decreased immunity.

Determination of iron content carried by visible spectrophotometry with

ammonium thiocyanate reagent color is measured at maximum wavelength of

458 nm. Iron thiocyanate solution gives a stable red color with the regression

equation Y = 0.1778X - 0.0018 and correlation coefficient (r) = 0.9998.

From the results obtained by analysis of iron content in red grapes and green

grapes with the first conducted wet destruction, namely: red grapes have seeds

without shelled = 2.770 ± 0.08 mcg/g, green grapes have seeds without shelled

= 2,574 ± 0.05 mcg/g, seedless red grapes are peeled = 3.323 ± 0.02 mcg/g,

seedless green grapes are peeled = 2.420 ± 0.02 mcg/g, red wine and without a

peeled seedless = 2.689 ± 0.015 mcg/g, green grapes without seeds and without

shelled = 2.388 ± 0.05 mcg/g, red wine seeds are shelled = 2.619 ± 0.018 mcg/g,

which peeled seeded green grapes = 2.618 ± 0.018 mcg/g.

Iron content in red grapes and green grapes are dried destruction: red grapes

have seeds without shelled = 2.277 ± 0.069 mcg/g, green grapes have seeds without

shelled = 2.279 ± 0.043 mcg / g, seedless red grapes are peeled = 1.779 ± 0.019

mcg/g, seedless green grapes are peeled = 2.361 ± 0.026 mcg/g, red wine and

without a peeled seedless = 2.740 ± 0.025 mcg/g, seedless green grapes and without

shelled = 2.348 ± 0.008 mcg/g, red wine seeds are shelled = 1.883 ± 0.078

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Buah Anggur ... 5

2.2 Besi ... 8

2.2.1 Daur Ulang Besi ... 8

2.2.2 Angka Kecukupan Besi yang Dianjurkan ... 9

2.2.3 Sumber Besi ... 9

2.3 Destruksi ... 10

(10)

2.3.2 Destruksi Kering ... 10

2.4 Spektrofotometri ... 11

2.5 Validasi Metode Analisis ... 11

2.6 Kecermatan (Accuracy) ... 12

2.7 Batas Deteksi ... 12

2.8 Batas Kuantitasi ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 14

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.1.1Alat-alat Penelitian ... 14

3.1.2 Bahan ... 14

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 14

3.3 Pembuatan Pereaksi ... 14

3.4 Penetapan Kadar Besi ... . 15

3.4.1 Proses Destruksi ... 15

3.4.1.1 Dekstruksi Kering ... 15

3.4.1.2 Destruksi Basah ... 15

3.4.2 Pemeriksaan Kuantitatif Besi secara Spektrofotometri Sinar Tampak Menggunakan Amonium Tiosianat 0,1N ... 16

3.4.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku... 16

3.4.2.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan FeCl3 ... 16

3.4.2.3 Penentuan Waktu Kerja ... 17

3.4.2.4 Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Baku FeCl3 ... 17

3.4.3 Pemeriksaan Kuantitatif Besi Pada Sampel Anggur Merah Berbiji dan Tanpa Biji yang Dikupas Menggunakan Pereaksi Warna Amonium Tiosianat ... 17

(11)
(12)

3.6 Penetuan batas deteksi dan batas kuantitasi ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 hasil Uji Kuantitatif ... 23

4.1.1 Kurva Serapan Larutan Besi Tiosianat ... 23

4.1.2 Penentuan waktu Kerja larutan Besi tiosianat pada Panjang Gelombang Maksimum 458 nm ... 24

4.1.3 Kurva Kalibrasi Larutan Besi Tiosianat ... 25

4.1.4 Analisis Kadar Besi Pada Buah Anggur ... 27

4.1.4.1 Kadar besi pada anggur berbiji secara destruksi basah ... 27

4.1.4.2 Kadar besi pada anggur tanpa berbiji secara destruksi basah ... 27

4.1.4.3 Kadar besi pada anggur berbiji secara destruksi kering ... 28

4.1.4.4 Kadar besi pada anggur tanpa berbiji secara destruksi kering ... 28

4.1.4.5Kadar besi anggur merah hasil destruksi basah dibandingkan dengan destruksi kering ... 29

4.1.4.6 Kadar besi anggur hijau hasil destruksi basah dibandingkan dengan destruksi kering ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum Larutan Besi Tiosianat ... .. 24

Tabel 2. Data Penentuan Waktu Kerja Larutan Besi Tiosianat

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Serapan Larutan Besi Tiosianat ... 23

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi ... 34

Lampiran 2. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 36

Lampiran 3. Data Berat Sampel,Absorbansi, dan Kadar Besi pada

Anggur Merah dengan Destruksi Basah ... 37

Lampiran 4. Data Berat Sampel,Absorbansi, dan Kadar Besi pada

Anggur Merah dengan Cara Destruksi Kering ... 38

Lampiran 5. Data Berat Sampel,Absorbansi, dan Kadar Besi pada

Anggur Hijau dengan Destruksi Basah ... 39

Lampiran 6. Data Berat Sampel,Absorbansi, dan Kadar Besi pada

Anggur Hijau dengan Cara Destruksi Kering ... 40

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Besi sebenarnya dalam Buah Anggur Merah Berbiji Tanpa Dikupas dengan Metode Destruksi

Basah ... 41

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Besi sebenarnya dalam Buah Anggur Merah Berbiji Tanpa Dikupas dengan Metode Destruksi

Kering ... 43

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Besi sebenarnya dalam Buah Anggur Hijau Berbiji Tanpa Dikupas dengan Metode Destruksi

Basah ... 45 Lampiran 10. Perhitungan Kadar Besi sebenarnya dalam Buah Anggur

Hijau Berbiji Tanpa Dikupas dengan Metode Destruksi

Kering ... 47

Lampiran 11. Data Uji Perolehan Kembali Anggur Merah Tanpa Biji

Dan Tanpa Dikupas Secara Destruksi Basah ... 49

Lampiran 12. Data Uji Perolehan Kembali Anggur Merah Berbiji

Yang Dikupas Secara Destruksi Kering ... 50

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Kadar Besi pada Buah Anggur Merah

Berbiji tanpa Dikupas secara Destruksi Basah ... 51

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Kadar Besi pada Buah Anggur Merah

Berbiji tanpa Dikupas secara Destruksi Kering ... 53

(16)
(17)

ABSTRAK

Anggur merupakan tumbuhan merambat yang termasuk kedalam keluarga

Vitaceae. Buah ini mengandung banyak gizi termasuk besi. Besi merupakan

mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kurang dari 100 mg perhari. Kekurangan besi

akan mengakibatkan anemia, pusing, kurang nafsu makan dan menurunnya

kekebalan tubuh.

Penetapan kadar besi dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak

dengan pereaksi warna ammonium tiosianat yang diukur pada panjang gelombang

maksimum 458 nm. Larutan besi tiosianat memberikan warna merah yang stabil

dengan persamaan regresi Y= 0,1778X – 0,0018 dan nilai koefisien korelasi (r)

= 0,9998.

Dari hasil analisis diperoleh kadar besi pada buah anggur merah dan

anggur hijau dengan terlebih dahulu dilakukan destruksi basah yaitu : anggur merah

berbiji tanpa dikupas = 2,770 ± 0,08 mcg/g, anggur hijau berbiji tanpa dikupas

= 2,574 ± 0,05 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang dikupas = 3,323 ± 0,02 mcg/g,

anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,420 ± 0,02 mcg/g, anggur merah tanpa biji

dan tanpa dikupas = 2,689 ±0,015 mcg/g, anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas

= 2,388 ± 0,05 mcg/g, anggur merah berbiji yang dikupas = 2,619 ± 0,018 mcg/g,

anggur hijau berbiji yang dikupas = 2,618 ± 0,018 mcg/g.

Kadar besi pada buah anggur merah dan anggur hijau secara destruksi

kering yaitu : anggur merah berbiji tanpa dikupas = 2,277 ± 0,069 mcg/g, anggur

hijau berbiji tanpa dikupas = 2,279 ± 0,043 mcg/g, anggur merah tanpa biji yang

dikupas = 1,779 ± 0,019 mcg/g, anggur hijau tanpa biji yang dikupas = 2,361 ±

(18)

anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas = 2,348 ± 0,008 mcg/g, anggur merah

berbiji yang dikupas = 1,883 ± 0,078 mcg/g, anggur hijau berbiji yang dikupas

(19)

ABSTRACT

Wine is a creeping plant belonging to the family Vitaceae. This fruit

contains many nutrients including iron. Iron is a mineral needed by the body less

than 100 mg a day. Iron deficiency will cause anemia, dizziness, loss of appetite

and decreased immunity.

Determination of iron content carried by visible spectrophotometry with

ammonium thiocyanate reagent color is measured at maximum wavelength of

458 nm. Iron thiocyanate solution gives a stable red color with the regression

equation Y = 0.1778X - 0.0018 and correlation coefficient (r) = 0.9998.

From the results obtained by analysis of iron content in red grapes and green

grapes with the first conducted wet destruction, namely: red grapes have seeds

without shelled = 2.770 ± 0.08 mcg/g, green grapes have seeds without shelled

= 2,574 ± 0.05 mcg/g, seedless red grapes are peeled = 3.323 ± 0.02 mcg/g,

seedless green grapes are peeled = 2.420 ± 0.02 mcg/g, red wine and without a

peeled seedless = 2.689 ± 0.015 mcg/g, green grapes without seeds and without

shelled = 2.388 ± 0.05 mcg/g, red wine seeds are shelled = 2.619 ± 0.018 mcg/g,

which peeled seeded green grapes = 2.618 ± 0.018 mcg/g.

Iron content in red grapes and green grapes are dried destruction: red grapes

have seeds without shelled = 2.277 ± 0.069 mcg/g, green grapes have seeds without

shelled = 2.279 ± 0.043 mcg / g, seedless red grapes are peeled = 1.779 ± 0.019

mcg/g, seedless green grapes are peeled = 2.361 ± 0.026 mcg/g, red wine and

without a peeled seedless = 2.740 ± 0.025 mcg/g, seedless green grapes and without

shelled = 2.348 ± 0.008 mcg/g, red wine seeds are shelled = 1.883 ± 0.078

(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan

penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, antara lain untuk pengaturan kerja

enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan elektrolit, membantu pembentukan

ikatan yang memerlukan mineral misalnya proses pembentukan haemoglobin.

Mineral digolongkan atas mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah

mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan

mineral mikro dibutuhkan tubuh kurang dari 100 mg sehari. Yang termasuk mineral

makro antara lain natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur.

Sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain besi, seng, mangan dan

tembaga (Almatsier, 2004).

Unsur besi yang tergolong mineral mikro merupakan komponen utama dari

haemoglobin (Hb), sehingga kekurangan besi dalam tubuh akan mempengaruhi

pembentukan Hb. Sel darah merah yang masih muda(korpuskula), mengandung Hb

yang diproduksi dalam sumsum tulang untuk mengganti sel darah merah yang

rusak. Jumlah normal zat besi pada usia 13-19 tahun yaitu 19-25 mg (perempuan)

dan 17-23 mg (laki-laki), jumlah normal zat besi pada 20 – 45 tahun yaitu 25-26 mg

(perempuan), 23–25 mg (laki-laki). Kekurangan zat besi merupakan penyebab

utama dari pada anemia atau kadar haemoglobin di bawah normal yaitu pada pria

kurang dari 14-18 gr/100ml, pada perempuan 12-16 gr/100ml (wanita). Disamping

itu kekurangan zat besi juga dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan besi

(21)

Beberapa jenis warna buah anggur yang beredar dipasaran kota Medan

antara lain anggur warna merah dan anggur warna hijau dan buah anggur ini ada

yang berbiji dan tanpa biji. Untuk menentukan besi dari bahan nabati dapat

dilakukan penetapan kadar dengan terlebih dahulu dilakukan destruksi basah dan

destruksi kering.

Zat besi dalam anggur dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa cara

antara lain: metode kolorimetri menggunakan spektrofotometri visibel

(Vogel,1994), metode titrasi, dan metode spektrofotometri serapan atom. Zat besi

diukur menggunakan spektrofotometri visibel dengan menggunakan pereaksi warna

amonium tiosianat yang menghasilkan besi tiosianat yang berwarna merah tua yang

dapat diukur pada panjang gelombang maksimum 458 nm. Digunakan metode

spektrofotometri visibel untuk pengukuran kadar besi pada buah anggur karena

metode spektrofotometri visibel sangat baik digunakan untuk mengukur larutan

yang berwarna pada konsentrasi kecil (ppm).

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis memilih meneliti buah anggur.

Kandungan besi buah anggur yang diteliti yaitu anggur merah dan anggur hijau,

yang berbiji dan tanpa biji, anggur merah dan anggur hijau yang dikupas dan tanpa

dikupas dengan terlebih dahulu didestruksi basah dan didestruksi kering, setelah itu

dilakukan penetapan kadar besi dengan cara mengukur absorbansi larutan besi

tiosianat secara spektrofotometri visibel pada panjang gelombang maksimum 458

(22)

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau yang berbiji tanpa dikupas dan yang dikupas

secara destruksi basah

b. Apakah terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas dan yang dikupas

secara destruksi basah

c. Apakah terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau yang berbiji tanpa dikupas dan yang dikupas

secara destruksi kering

d. Apakah terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas dan yang dikupas

secara destruksi kering

1.3 Hipotesa

a. Terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur merah dan

buah anggur hijau yang berbiji tanpa dikupas dan yang dikupas secara

destruksi basah

b. Terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur merah dan

buah anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas dan yang dikupas secara

destruksi basah

c. Terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur merah dan

buah anggur hijau yang berbiji tanpa dikupas dan yang dikupas secara

(23)

d. Terdapat perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur merah dan

buah anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas dan yang dikupas secara

destruksi kering

1.4Tujuan

a. Untuk mengetahui perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau yang berbiji tanpa dikupas dan yang dikupas

secara destruksi basah

b. Untuk mengetahui perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas dan yang dikupas

secara destruksi basah

c. Untuk mengetahui perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau yang berbiji tanpa dikupas dan yang dikupas

secara destruksi kering

d. Untuk mengetahui perbedaan kadar besi yang terdapat pada buah anggur

merah dan buah anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas dan yang dikupas

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Anggur

Taksonomi buah anggur sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Vitales

Family : Vitaceae

Genus : Vitis L

Species : VitisVinifera

Anggur merupakan salah satu tanaman yang hidup pada daerah dataran

rendah. Tidak seperti kebanyakan tanaman lainnya, tanaman anggur justru

membutuhkan musim kemarau panjang berkisar 4-7 bulan agar dapat tumbuh

dengan baik dan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi.

Buah anggur memiliki banyak spesies, antara lain:

- Vitis vinifera

- Vitis labrusca

- Vitis riparia

- Vitis rotundifolia

- Vitis aestivalis

(25)

Ada 75 macam varietas anggur yang terdapat di Indonesia antara lain

Groscolman, Probolinggo biru, Probolinggo 81, Sultana ( Thompson seedless),

Golden champion, Briliant 4, beacon, banjar sari dan lain-lain.

Anggur bermanfaat karena mengandung berbagai jenis senyawa metabolit

sekunder, terutama golongan flavonoid dan antosianin, serta resveratol. Anggur

mampu memperlancar aliran darah dalam arteri terkait dengan aktivitasnya

terhadap sel-sel otot halus sehingga dapat mengurangi serangan jantung.

Kandungan gizi anggur merah dan anggur hijau per 100 g yaitu:

Tenaga 70 kkal 290 kJ

Karbohidrat 18.1 g

- Gula 15.48 g

- Serat pangan 0.9 g

Lemak 0.16 g

Protein 0.72 g

Tiamina (Vit. B1) 0.069 mg 5%

Riboflavin (Vit. B2) 0.07 mg 5%

Niasin (Vit. B3) 0.188 mg 1%

Asam pantotenat (B5) 0.05 mg 1%

Vitamin B6 0.086 mg 7%

Asam folat (Vit. B9) 2 µg 1%

Vitamin B12 0 µg 0%

Vitamin C 10.8 mg 18%

Vitamin K 22 µg 21%

(26)

Fosforus 20 mg 3%

Kalium 191 mg 4%

Kalsium 10 mg 1%

Magnesium 7 mg 2%

Natrium 3.02 mg 0%

Seng 0.07 mg 1%

Rajin mengkonsumsi anggur atau jus anggur bisa membangkitkan

semangat, menghilangkan rasa lelah, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Secara

alami, buah anggur merupakan makanan pembentuk basa (alkaline forming). Sifat

membentuk basa dengan kandungan air berlimpah dalam anggur menjadikan

pembuluh darah memiliki kemampuan lebih besar untuk mengurangi timbunan

toksin dan lemak dalam pembuluh darah. Kondisi ini mencegah terjadinya

penyempitan/penyumbatan pembuluh darah.

Anggur juga mengandung enzim yang bersifat tonik penggiat fungsi

empedu. Peningkatan fungsi empedu akan meningkatkan efisiensi pengubahan

lemak mejadi asam empedu, yang akan dibuang ke luar tubuh, sehingga mencegah

terjadinya lonjakan kadar lemak darah (hiperlipidemia). Karena itu, rajin

menyantap anggur dan mengosumsi jus anggur amat disarankan bagi pengidap

hipertensi, serta kadar kolesterol/trigleserida darah berlebihan.

Tanaman anggur paling rentan terhadap serangan kapang atau jamur.

Kapang mengganggu perkembangan optimal buah-buah anggur. Tetapi serangan

kapang justru mendatangkan keuntungan. Secara alami tanaman anggur akan

membentuk antibodi 3,5,4-trihidroksi-trans-stibena, yang populer dengan nama

(27)

2.2 Besi

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh

manusia dan hewan yaitu sebanyak 3-5 g di dalam tubuh manusia. Besi mempunyai

beberapa fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari

paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai

bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, didalam

lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Sebagian besar besi

dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana

asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam

makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan

alat angkut protein khusus (Almatsier, 2004).

2.2.1 Proses daur ulang besi

Sel darah merah rata-rata berumur kurang lebih empat bulan. Sel-sel hati

dan limpa akan mengambilnya dari darah, memecahnya dan menyiapkan

produk-produk pemecahan tersebut untuk dikeluarkan dari tubuh atau di daur ulang. Zat

besi sebagian besar mengalami proses daur ulang. Hati mengikatkannya ke

transferin darah, yang mengangkutnya kembali ke sumsum tulang untuk digunakan

kembali membuat sel darah merah baru. Hanya sedikit sekali besi dikeluarkan dari

tubuh, terutama melalui urin, keringat, dan kulit yang mengelupas. Hanya bila

terjadi perdarahan, tubuh bisa lebih banyak kehilangan besi. Kehilangan besi pada

(28)

2.2.2 Angka kecukupan besi yang dianjurkan

Widya karya pangan dan gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan besi untuk

Indonesia sebagai berikut :

- bayi : 3-5 mg

- balita : 8-9 mg

- anak sekolah : 10 mg

- remaja laki-laki : 14-17 mg

- remaja perempuan : 14-25 mg

- dewasa laki-laki : 13 mg

- dewasa perempuan : 14-26 mg

- ibu hamil : + 20 mg

- ibu menyusui : + 2 mg (Almatsier, 2004).

2.2.3 Sumber besi

Nilai besi berbagai bahan makanan ( mg/100g)

Bahan Makanan Nilai Fe

Tempe kacang kedelai 10,0

Kacang merah 5,0

Kelapa tua 2,0

Udang segar 8,0

Anggur 0,36

Tepung terigu 0,25

Telur bebek 2,8

Ikan segar 2,0

Pisang ambon 0,5

(29)

2.3.1 Destruksi basah

Penentuan kandungan mineral dalam bahan makanan dapat dilakukan

dengan metode destruksi yaitu destruksi kering, destruksi basah dan homogenat

asam. Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organik dan anorganik yang

ada dalam bahan mineral yang akan dianalisis.

Metode destruksi basah untuk penentuan unsur-unsur mineral di dalam

bahan makanan merupakan metode yang paling baik. Prinsip pengabuan basah

adalah penggunaan HNO3 untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah agar

kehilangan mineral akibat penguapan dapat dihindari.

Pada umumnya metode ini digunakan untuk menganalisis Fe, As, Cu, Pb,

Sn dan Zn. Keuntungan pengabuan basah adalah: suhu yang digunakan tidak dapat

melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur. Cara

pengabuan basah yang dapat dilakukan ada 3 cara, yaitu:

1. Pengabuan menggunakan HNO3

2. Pengabuan menggunakan HNO3 (p), H2SO4 (p) dan HClO4 (p).

3. Pengabuan menggunakan HNO3 (p), H2SO4 (p) dan H2O2 (p).

2.3.2 Destruksi kering

Destruksi kering merupakan metode dimana sampel yang telah diketahui

beratnya diletakkan pada sebuah krus, dan mengalami proses pengabuan dalam

tanur yang dipanaskan pada suhu tinggi. Krus umumya terbuat dari platinum dan

juga tersedia krus yang terbuat dari perselen, silika, besi, dan nikel.

Perhatian harus diberikan pada saat melakukan destruksi kering karena ada

(30)

- Kehilangan mekanis pada saat pengeringan sampel, misalnya jika sampel

dikeringkan dengan sangat cepat, tejadi kehilangan zat dari krus. Dengan

demikian untuk mencegah hal ini terjadi, diperlukan proses pengeringan yang

relatif lambat

- Kehilangan zat pada saat penguapan sampel dalam tanur. Logam yang memiliki

titik lebur yang rendah seperti Sb, Cr, Mo, Fe, Mg, Al kemungkinan akan mudah

rusak saat pengabuan pada suhu 750o C.

- Penyerapan zat ke dalam krus dapat saja terjadi, kecuali pada wadah platinum.

Hal terburuk dapat terjadi apabila sampel mengandung logam halida atau

senyawa phospat.

2.4 Spektrofotometri

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

difraksi dengan detektorfototube.

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan

visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi

oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu

perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang

berbeda.

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter

tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter

(31)

yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan

didefinisikan sebagaimana cara penentuannya (Harmita, 2004). Beberapa parameter

validasi diuraikan di bawah ini:

2.6 Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis

dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dapat dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. (Harmita, 2004).

Perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus berikut (Harmita, 2004):

Keterangan:

Cr = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku

Ca = konssentrasi sampel sebelum penambahan larutan baku

C = konsentrasi larutan baku yg ditambahkan

2.10.2 Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara

hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

campuran yang homogen (Harmita, 2004).

2.7 Batas Deteksi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas ini dapat diperoleh dari

kalibrasi standar yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali. Batas deteksi dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004):

(32)

Keterangan: SB = simpangan baku

2.7 Batas Kuantitasi

Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang

masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas ini dapat diperoleh dari

kalibrasi standar yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali. Batas kuantitasi dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004):

Batas kuantitasi =

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif dan

Laboratorium Sintesa Bahan Obat Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan antara lain : spektrofotometri UV/Visible (UV

mini 1240 Shimadzu), tanur, desikator, hot plate, neraca listrik (AND GF-200),

kertas saring dan alat gelas.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak dinyatakan lain

mempunyai kualitas pro analis yaitu Ferri klorida, asam nitrat 5N, ammonium

tiosianat 0,1N dan aquadest (Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara).

3.2Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu sampel yang berasal

dari Brastagi Supermarket tanpa membandingkan anggur dari supermarket lain

yang ada di kota Medan.

3.3Pembuatan Pereaksi

3.3.1Larutan amonium tiosianat 0,1N

Dilarutkan 8 g amonium tiosianat dalam air hingga 100 ml (Farmakope

(34)

3.3.2 Larutan asam nitrat 5N

Larutan HNO3 65% v/v sebanyak 349 ml diencerkan dengan air suling

hingga 1000 ml (Farmakope Indonesia Edisi III,1979)

3.4 Prosedur Penetapan Kadar besi 3.4.1 Proses destruksi

Sebelum dilakukan penetapan kadar besi terlebih dahulu buah anggur

didestruksi yaitu dengan cara destruksi kering dan destruksi basah.

3.4.1.1Destruksi kering

Buah anggur dicuci bersih sebanyak ± 500 gr, lalu dibiarkan mengering

diudara bebas diruang laboratorium. Kemudian diblender dan ditimbang seksama

50 gr buah anggur dalam krus porselen. Dipanaskan diatas hot plate untuk

menghilangkan air. Diabukan di tanur dengan temperatur awal 1000C dan

perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 7000C dengan interval 250C setiap 5 menit.

Destruksi dilakukan selama 16 jam dan dibiarkan dingin pada desikator. Hasil

destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO3 5N kemudian dipanaskan di atas penangas

air selama 5 menit. Pada residu ditambahkan 5 ml HNO3 5N sampai residu larut.

Disaring dan ditampung dalam labu tentukur 100 ml. kemudian sisa pada krus

porselen dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali. Prosedur diatas dilakukan untuk

anggur merah dan anggur hijau berbiji dan tanpa biji maupun yang dikupas ataupun

tidak dikupas.

3.4.1.2 Destruksi basah

Buah anggur dicuci bersih sebanyak ± 500 g, lalu dibiarkan mengering di

udara bebas diruang laboratorium. Kemudian diblender, selanjutnya ditimbang

(35)

dipanaskan di atas hotplate hingga larutan bening. Kemudian disaring

menggunakan kertas saring. Ditampung dalam labu tentukur 100 ml. Sisa pada

kertas saring dibilas dengan aquadest. Prosedur dilakukan untuk anggur merah dan

anggur hijau yang berbiji dan tanpa biji yang dikupas maupun tidak dikupas.

3.4.2Pemeriksaan Kuantitatif Besi secara Spektrofotometri Sinar Tampak menggunakan Amonium Tiosianat 0,1N

3.4.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku

FeCl3 ditimbang teliti 0,343 g kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur

100 ml, dan dilarutkan dengan aquadest sampai garis tanda.

Kadar besi = % FeCl3X

3.4.2.2 Pembuatan Kurva Serapan Larutan Besi

Larutan Induk Baku dipipet 2,3 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100

ml kemudian ditambahkan 5 ml larutan amonium tiosianat 0,1N, kemudian

diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda (C = 2,713 mcg/ml). Dikocok

sampai homogen larutan tersebut dan diukur serapannya pada panjang gelombang

(36)

3.4.2.3 Penentuan Waktu Kerja

Larutan Induk Baku dipipet 2,3 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100

ml kemudian ditambahkan 5 ml larutan amonium tiosianat 0,1N, kemudian

diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda (C = 2,713 mcg/ml). Dikocok

sampai homogen larutan tersebut dan diukur serapannya pada panjang gelombang

400-800 nm mulai menit ke-5 hingga menit ke-35.

3.4.2.4 Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi

Larutan Induk Baku tersebut dipipet 0; 1,8; 2,1; 2,4; 2,7; dan 3,0 ml dan

masing masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 5 ml

larutan amonium tiosianat 0,1N, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga

garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur setelah menit

ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458 nm.

3.4.3 Pemeriksaan Kuantitatif Besi pada Anggur Berbiji dan Tanpa Biji yang Dikupas maupun Tanpa Dikupas menggunakan Pereaksi Warna Amonium Tiosianat 0,1N

3.4.3.1 Pada anggur merah berbiji tanpa dikupas secara destruksi kering Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

Kadar (mcg/gr) = B CxVxFp

C = Konsentrasi Larutan Sampel (mcg/ml)

V = Volume Larutan (ml)

(37)

B = Berat Sampel (gr)

3.4.3.2 Pada anggur merah berbiji tanpa dikupas secara destruksi basah

Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.3 Pada anggur merah berbiji yang dikupas secara destruksi kering

Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.4 Pada anggur merah berbiji yang dikupas secara destruksi basah

Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.5 Pada anggur merah tanpa biji tanpa dikupas secara destruksi kering Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

(38)

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.6 Pada anggur merah tanpa biji tanpa dikupas secara destruksi basah Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.7 Pada anggur merah tanpa biji yang dikupas secara destruksi kering Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.8 Pada anggur merah tanpa biji yang dikupas secara destruksi basah Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.9 Pada anggur hijau berbiji tanpa dikupas secara destruksi kering

Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

(39)

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.10 Pada anggur hijau berbiji tanpa dikupas secara destruksi basah

Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.11 Pada anggur hijau berbiji yang dikupas secara destruksi kering

Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.12 Pada anggur hijau berbiji yang dikupas secara destruksi basah

Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.13 Pada anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas secara destruksi kering Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

(40)

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.14 Pada anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas secara destruksi basah Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.15 Pada anggur hijau tanpa biji yang dikupas secara destruksi kering Larutan uji hasil destruksi kering dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.4.3.16 Pada anggur hijau tanpa biji yang dikupas secara destruksi basah Larutan uji hasil destruksi basah dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml

kemudian ditambahkan 5 ml amonium tiosianat 0,1N dan diencerkan dengan

aquadest hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen larutan tersebut dan diukur

setelah menit ke-18 hingga menit ke-20 pada penjang gelombang maksimum 458

nm.

3.5 Prosedur Uji Ketetapan

Buah anggur ditimbang seksama sebanyak 50 g, dimasukkan ke dalam

(41)

yang sama seperti 2.4.2, lalu dihitung persentase uji perolehan kembali (uji

recovery) dengan rumus :

% recovery = x100%

3.6 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Penentuan batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi

(SD) respon dan kemiringan (slope) linieritas baku dengan rumus :

(SD) =

Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat dipergunakan rumus :

Batas Kuantitasi = Slope

SD

10

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Kuantitatif

4.1.1 Kurva Serapan Larutan Besi Tiosianat

Sebelum dilakukan penetapan kadar besi pada buah anggur, terlebih dahulu

dilakukan pengukuran kurva serapan larutan baku besi, yaitu larutan FeCl3 dengan

menambahkan pereaksi warna amonium tiosianat 0,1N, menghasilkan warna merah

yang diukur pada range panjang gelombang 400-800 nm . Diperoleh kurva serapan

larutan besi seperti Gambar 1.

Gambar 1. Kurva Serapan Larutan Besi Tiosianat pada panjang gelombang 400-800 nm

Dari kurva diatas menunjukkan bahwa larutan besi tiosianat dapat diukur

dengan spektrofotometri visibel, karena warna merah larutan besi tiosianat

(43)

Puncak serapan larutan besi tiosianat dengan pereaksi warna amonium tiosianat

0,1N dalam pelarut aquadest, terbentuk warna merah darah yang mempunyai pada

panjang gelombang maksimum 458 nm. Dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum Larutan Besi Tiosianat yaitu 458 nm 4.1.2 Penentuan Waktu Kerja Larutan Besi Tiosianat pada Panjang Gelombang Maksimum 458 nm

Untuk menentukan waktu kerja larutan besi tiosianat, digunakan larutan

baku besi yang diukur absorbansinya pada λ 458 nm pada menit ke-5 sampai menit

(44)

Tabel 2. Data penentuan waktu kerja larutan besi tiosianat (C=2,713 mcg/ml) Pada λ= 458 nm

4.1.3 Kurva Kalibrasi Larutan Besi tiosianat

Kurva kalibrasi larutan besi diperoleh dengan cara mengukur absorbansi

dari larutan besi tiosianat. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk besi diperoleh

persamaan garis regresi yaitu: Y = 0,1778X – 0,0018. Kurva kalibrasi larutan baku

(45)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Induk Baku Besi

Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi

dengan serapan (absorbansi) dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9998.

Nilai r ini menunjukkan hubungan korelasi yang positif antara konsentrasi dan

absorbansi (Rohman, 2007). Koefisien korelasi (r) dapat kita lihat pada persamaan

(46)

4.1.4 Analisis Kadar Besi pada Buah anggur

Penentuan kadar besi dilakukan secara Spektrofotometri visibel. Konsentrasi

besi pada buah anggur ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier kurva

kalibrasi larutan standar FeCl3.

4.1.4.1 Kadar besi pada anggur berbiji secara destruksi basah

Dari lampiran 3 dapat dilihat bahwa kadar besi anggur merah berbiji tanpa

dikupas yaitu 2,770 ± 0,08 mcg/g dan kadar besi anggur merah berbiji yang dikupas

yaitu 2,619 ± 0,018 mcg/g. Dari kadar diatas disimpulkan bahwa seharusnya kadar

besi anggur merah berbiji yang dikupas lebih besar dibandingkan kadar anggur

merah berbiji yang dikupas, karena pada kulit banyak terdapat lebih banyak

flavonoid dan resveratrol, dibandingkan besi. Besi tersebut lebih banyak terdapat

pada daging buah (Anonim,2009).

Dari lampiran 5, kadar anggur hijau berbiji tanpa dikupas yaitu 2,574 ± 0,05

mcg/g dan kadar besi anggur hijau berbiji yang dikupas yaitu 2,618 ± 0,018 mcg/g.

Kadar anggur hijau berbiji yang dikupas 0,044 lebih besar dibandingkan kadar

anggur hijau berbiji tanpa dikupas.

4.1.4.2 Kadar besi pada anggur tanpa biji secara destruksi basah

Dari lampiran 3 dapat dilihat bahwa kadar besi anggur merah tanpa biji

tanpa dikupas yaitu 2,689 ±0,015 mcg/g dan kadar besi anggur merah tanpa biji

yang dikupas yaitu 3,323 ± 0,02 mcg/g. Dari kedua kadar besi diatas disimpulkan

bahwa kadar besi anggur merah tanpa biji yang dikupas 0,634 lebih besar

dibandingkan dengan kadar besi anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas.

Dari lampiran 5, kadar anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas yaitu 2,388 ±

(47)

mcg/g. Kadar anggur hijau tanpa biji yang dikupas 0,23 lebih besar dibandingkan

kadar anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas.

Dari data diatas, kadar anggur tanpa biji dan yang dikupas lebih besar

dibandingkan kadar anggur berbiji dan tanpa dikupas karena pada kulit dan biji

buah anggur sangat sedikit terdapat besi.

4.1.4.3 Kadar besi pada anggur berbiji secara destruksi kering

Dari lampiran 4 dapat dilihat bahwa kadar besi anggur merah berbiji tanpa

dikupas yaitu 2,277 ± 0,069 mcg/g dan kadar besi anggur merah berbiji yang

dikupas yaitu 1,883 ± 0,078 mcg/g. Dari kedua kadar besi diatas disimpulkan

bahwa kadar besi anggur merah berbiji yang dikupas 0,394 lebih besar

dibandingkan dengan kadar besi anggur merah berbiji yang dikupas.

Dari lampiran 6, kadar anggur hijau berbiji tanpa dikupas yaitu 2,279 ±

0,043 mcg/g dan kadar besi anggur hijau berbiji yang dikupas yaitu 1,883 ± 0,078

mcg/g. Kadar anggur hijau berbiji yang dikupas 0,396 lebih besar dibandingkan

kadar anggur hijau berbiji tanpa dikupas.

4.1.4.4 Kadar besi pada anggur tanpa biji secara destruksi kering

Dari lampiran 4 dapat dilihat bahwa kadar besi anggur merah tanpa biji

tanpa dikupas yaitu 2,740 ± 0,025 mcg/g dan kadar besi anggur merah tanpa biji

yang dikupas yaitu 1,779 ± 0,019 mcg/g. Dari kedua kadar besi diatas disimpulkan

bahwa kadar besi anggur merah tanpa biji yang dikupas 0,961 lebih besar

dibandingkan dengan kadar besi anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas.

Dari lampiran 6, kadar anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas yaitu 2,348 ±

(48)

mcg/g. Kadar anggur hijau tanpa biji yang dikupas 0,156 lebih besar dibandingkan

kadar anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas.

Dari data diatas, kadar anggur tanpa biji dan yang dikupas lebih besar

dibandingkan kadar anggur berbiji dan tanpa dikupas karena pada kulit dan biji

buah anggur sangat sedikit terdapat besi.

4.1.4.5 Kadar besi anggur merah hasil destruksi basah dibandingkan dengan destruksi kering

a. Kadar besi anggur merah berbiji tanpa dikupas hasil destruksi basah (2,770

mcg/g) 0,493 lebih besar dibandingkan kadar besi anggur merah berbiji

tanpa dikupas hasil destruksi kering (2,277 mcg/g)

b. Kadar besi anggur merah berbiji yang dikupas hasil destruksi basah (2,619

mcg/g) 0,736 lebih besar dibandingkan kadar besi anggur merah berbiji

yang dikupas hasil destruksi kering (1,883 mcg/g)

c. Kadar besi anggur merah tanpa biji tanpa dikupas hasil destruksi basah

(2,689 mcg/g) 0,051 lebih kecil dibandingkan kadar besi anggur merah

tanpa biji dan tanpa dikupas hasil destruksi kering (2,740 mcg/g)

d. Kadar besi anggur merah tanpa biji yang dikupas hasil destruksi basah

(3,323 mcg/g) 1,544 lebih besar dibandingkan kadar besi anggur merah

berbiji tanpa dikupas hasil destruksi kering (1,779 mcg/g).

Karena pada proses destruksi kering, keseluruhan serat, biji dan kulit buah hancur

menjadi abu dan besi terpisah membentuk oksidanya Fe2O3 dan terlarut seluruhnya

dengan HNO3 5N. Sedangkan pada proses destruksi basah, serat tidak larut dalam

(49)

4.1.4.6 Kadar besi anggur hijau hasil destruksi basah dibandingkan dengan destruksi kering

a. Kadar besi anggur hijau berbiji tanpa dikupas hasil destruksi basah (2,574

mcg/g) 0,295 lebih besar dibandingkan kadar besi anggur hijau berbiji tanpa

dikupas hasil destruksi kering (2,279 mcg/g)

b. Kadar besi anggur hijau berbiji yang dikupas hasil destruksi basah (2,619

mcg/g) 0,115 lebih besar dibandingkan kadar besi anggur hijau berbiji yang

dikupas hasil destruksi kering (2,504 mcg/g)

c. Kadar besi anggur hijau tanpa biji tanpa dikupas hasil destruksi basah

(2,388 mcg/g) 0,04 lebih besar dibandingkan kadar besi hijau merah tanpa

biji dan tanpa dikupas hasil destruksi kering (2,348 mcg/g)

d. Kadar besi anggur hijau tanpa biji yang dikupas hasil destruksi basah

(2,420 mcg/g) 0,059 lebih besar dibandingkan kadar besi anggur hijau

berbiji tanpa dikupas hasil destruksi kering (2,361 mcg/g).

Seharusnya kadar besi hasil destruksi basah lebih kecil dibandingkan kadar besi

hasil destruksi kering karena serat tidak larut dalam basa sehingga banyak besi yang

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

a. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kadar zat besi pada

buah anggur merah dan buah anggur hijau berbiji tanpa dikupas yang

terlebih dahulu dilakukan destruksi basah, masing – masing adalah 2,770 ±

0,08 mcg/g dan 2,574 ± 0,05 mcg/g ; pada buah anggur merah dan buah

anggur hijau berbiji yang dikupas, masing – masing adalah 2,619 ± 0,018

mcg/g dan 2,618 ± 0,018 mcg/g ; pada buah anggur merah dan buah anggur

hijau tanpa biji dan tanpa dikupas, masing–masing adalah 2,689 ±0,015

mcg/g dan 2,388 ± 0,05 mcg/g ; pada buah anggur merah dan buah anggur

hijau tanpa biji yang dikupas, masing -masing adalah 3,323 ± 0,02 mcg/g

dan 2,420 ± 0,02 mcg/g.

b. Kadar zat besi pada buah anggur merah dan buah anggur hijau berbiji tanpa

dikupas yang dilakukan secara destruksi kering, masing – masing adalah

2,277 ± 0,069 mcg/g dan 2,279 ± 0,043 mcg/g ; pada buah anggur merah

dan buah anggur hijau berbiji yang dikupas, masing – masing adalah 1,883

± 0,078 mcg/g dan 2,504 ± 0,014 mcg/g ; pada buah anggur merah dan buah

anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas yang dilakukan secara destruksi

kering, masing – masing adalah 2,740 ± 0,025 mcg/g dan 2,348 ± 0,008

mcg/g ; pada buah anggur merah dan buah anggur hijau tanpa biji yang

dikupas, masing–masing adalah 1,779 ± 0,019 mcg/g dan 2,361 ± 0,026

(51)

5.2Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti kadar besi pada

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Anggur.

Anonim. (2010). Besi

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Apriantono. (1989). Petunjuk Laboratorium: Analisis Pangan. Depdikbud, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Hal. 16-19.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ke III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 643, 651.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1126.

Hartono. (2008). SPSS 16.0 Analisa Data Statistika dan Penelitian. Edisi Kedua.

Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 146-153, 161-195.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi, Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I No.3. Hal.117, 119,

121, 130-131.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: A. Saptorahardjo. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 275.

Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Gaya Baru. Hal. 254.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 22, 31, 298, 463.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Penerbit Tarsito. Hal. 168.

(53)

Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi

Maka persamaan regresinya adalah : Y= 0,1778X – 0,0018

(54)

Lampiran 2. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Simpangan Baku (SB) =

(55)

Lampiran 3. Data Berat Sampel, Absorbansi dan Kadar Besi pada Anggur Merah Dengan Destruksi Basah

sampel Berat anggur

(56)

Lampiran 4. Data Berat Sampel, Absorbansi dan Kadar Besi pada Anggur Merah Dengan Cara Destruksi Kering

sampel Berat anggur

(57)

Lampiran 5. Data Berat Sampel, Absorbansi dan Kadar Besi pada Anggur Hijau Dengan Cara Destruksi Basah

sampel Berat anggur

(58)

Lampiran 6. Data Berat Sampel, Absorbansi dan Kadar Besi pada Anggur Hijau Dengan Cara Destruksi kering

sampel Berat

anggur (gr) absorbansi

(59)
(60)

Kadar sebenarnya terletak antara :

µ = x ±(t xSD/ n )

= 2,770 ± (2,5706 x 0,013 / 6 )

(61)
(62)

Kadar sebenarnya terletak antara :

µ = x ±(t xSD/ n )

= 2,277± (2,5706 x 0,011 / 6 )

(63)
(64)

Kadar sebenarnya terletak antara :

µ = x ±(t xSD/ n )

= 2,574 ± (2,5706 x 0,008 / 6 )

(65)

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Besi sebenarnya dalam Buah Anggur Hijau

(66)

Kadar sebenarnya terletak antara :

µ = x ±(t xSD/ n )

= 2,279 ± (2,5706 x 0,007 / 6 )

(67)

Lampiran 11. Data Uji Perolehan Kembali Anggur Merah Tanpa Biji dan Tanpa

Kadar Kadar Rata-rata

Anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas secara

destruksi kering

Perhitungan Uji Perolehan Kembali

% recovery = x100%

(68)

Lampiran 12. Data Uji Perolehan Kembali Anggur Merah Berbiji yang Dikupas

Kadar Kadar Rata-rata

Anggur hijau tanpa biji dan tanpa dikupas secara

destruksi basah

Perhitungan Uji Perolehan Kembali

% recovery = x100%

(69)

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Kadar Besi pada Buah Anggur Merah Berbiji Tanpa Dikupas secara Destruksi Basah

Berat buah anggur merah yang ditimbang :

B1 = 50,263 gram

X = konsentrasi (mcg/ml)

(70)

Lanjutan lampiran 13...

Cara ini dilakukan terhadap :

1. anggur merah berbiji yang dikupas

2. anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas

3. anggur merah tanpa biji yang dikupas

4. anggur hijau berbiji tanpa dikupas

5. anggur hijau berbiji yang dikupas

6. anggur hijau tanpa biji yang dikupas

(71)

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Kadar Besi pada Buah Anggur Merah Berbiji Tanpa Dikupas secara Destruksi Kering

Berat buah anggur merah yang ditimbang :

B1 = 50,124 gram

X = konsentrasi (mcg/ml)

(72)

Lanjutan lampiran 14...

Cara ini dilakukan terhadap :

1. anggur merah berbiji yang dikupas

2. anggur merah tanpa biji dan tanpa dikupas

3. anggur merah tanpa biji yang dikupas

4. anggur hijau berbiji tanpa dikupas

5. anggur hijau berbiji yang dikupas

6. anggur hijau tanpa biji yang dikupas

(73)

Lampiran 15. Larutan sampel setelah penyaringan

Gambar

Gambar 1. Kurva Serapan Larutan Besi Tiosianat  pada panjang gelombang         400-800 nm
Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum Larutan Besi Tiosianat yaitu 458 nm
Tabel 2. Data penentuan waktu kerja larutan besi tiosianat (C=2,713 mcg/ml)                  Pada λ= 458 nm
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Induk Baku Besi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah.

Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian di SPBU untuk medapatkan hasil dengan judul Hubungan Kadar Timah Hitam (Pb) dalam Darah dengan Jumlah Eritrosit pada

Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil dari pengamatan setelah pemberian larutan gelatin babi golongan farmasetik ataupun golongan pro analisis dengan dosis 5000

discount akan lebih memicu impulse buying konsumen dibandingkan variabel bonus pack apabila produk yang ditawarkan memiliki harga yang murah, sedangkan variabel bonus pack

Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan dan mengimplementasikan system informasi di UD.Ad Bag’s Collection dan diharapkan dengan dilakukannya komputerisasi

sintesis nanopartikel ini kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM–EDX, dan VSM yang tujuannya untuk mempelajari struktur dan sifat dari nanopartikel