• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengklasifikasian Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Di Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Analisis Faktor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengklasifikasian Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Di Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Analisis Faktor"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA

SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN

TASIKMALAYA BERDASARKAN

ANALISIS FAKTOR

SKRIPSI AJI SURYANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

AJI SURYANA. D14104028. 2008. Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan di Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Analisis Faktor. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi. Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, MSi.

Domba silangan Lokal-Garut dibentuk sebagai upaya untuk meningkatkan mutu genetik domba Lokal melalui persilangan dengan domba Garut. Program penggemukan domba bakalan di Kabupaten Tasikmalaya menggunakan domba silangan Lokal-Garut jantan karena memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan domba Lokal. Namun demikian, secara genetik kemampuan individu domba silangan ini tidak sama. Oleh sebab itu, perlu adanya pengklasifikasian ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati ke dalam kelas besar, sedang dan kecil berdasarkan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor juga disusun indeks komposit yang merupakan ukuran pemerataan tingkat produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Berdasarkan analisis faktor ditentukan faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi produktivitas ternak.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan November 2006. Analisis data dilakukan pada bulan Januari-Mei 2008 di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Peubah ukuran-ukuran tubuh yang diamat meliputi lingkar dada (X1), panjang badan (X2) dan lingkar skrotum (X3). Penelitian ini menggunakan data

sekunder dari 571 ekor domba silangan Lokal-Garut jantan yang dibagi ke dalam lima kelompok ternak yaitu Mandala Maju (91 ekor I0 dan 54 ekor I1), Cikadu

(56 ekor I0 dan 41 ekor I1), Lestari (61 ekor I0 dan 50 ekor I1), Sukaresik (72 ekor I0

dan 53 ekor I1) dan Harapan Jaya (62 ekor I0 dan 31 ekor I1). Total ternak yang

diamati meliputi 342 ekor I0 dan 229 ekor I1.

Data dianalisis dengan menggunakan T2-Hotteling untuk menguji perbedaan vektor rataan dari dua populasi ternak yang diamati berdasarkan umur dan kelompok ternak. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum pada domba silangan Lokal-Garut jantan I0

dan I1 pada kelompok ternak Harapan Jaya (P<0,05). Hasil uji T2-Hotteling juga

menunjukkan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum diantara dua kelompok ternak pada setiap kelompok ternak yang diamati, yaitu Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1 (P<0,01)

karena perbedaan manajemen pemeliharaan.

(3)

memiliki nilai komunalitas 12,020; 17,128 dan 18,401. Berdasarkan faktor penentu produktivitas, program penggemukan di kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih mengandalkan faktor lingkungan dibandingkan dengan kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola pemeliharaan pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih baik dibandingkan kelompok ternak lain.

Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1) dibagi ke dalam kelas besar, sedang dan kecil. Proporsi kelas besar, sedang dan kecil pada kelompok ternak Mandala Maju masing-masingsebesar 20,00%, 66,21%, 13,79%; pada kelompok ternak Cikadu sebesar 15,46%, 70,10%, 14,43%; pada kelompok ternak Lestari sebesar 18,92%, 62,16%, 18,92%; pada kelompok ternak Sukaresik sebesar 16,80%, 68,00%, 15,20%; pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 sebesar 17,74%, 72,58%, 9,68%; dan pada kelompok ternak

Harapan Jaya I1 sebesar 22,58%, 64,52%, 12,90%. Proporsi terbesar pada setiap

kelompok ternak adalah kelas sedang. Faktor pertama penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak adalah lingkar dada.

Indeks komposit yang mencerminkan indeks tingkat produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan mempunyai korelasi nyata dan positif serta paling tinggi terhadap lingkar dada dibandingkan panjang badan dan lingkar skrotum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lingkar dada berperanan besar dalam menentukan indeks produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Korelasi tersebut diperoleh sebesar 0,86; 0,83; 0,89; 0,86; 0,88 dan 0,85 pada masing-masing kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1. Indeks

produktivitas tinggi dan rendah ditemukan hampir sama pada setiap kelompok ternak yang diamati. Individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan yang mempunyai indeks produktivitas tinggi disarankan untuk dipertahankan sebagai bibit, sedangkan individu-individu dengan indeks produktivitas rendah dipelihara sebagai ternak potong.

(4)

ABSTRACT

Classification of Body Measurements of Cross-Bred Local-Garut Males Sheep in Tasikmalaya Regency Based on Factor Analysis

Suryana, A., R. H. Mulyono, S. Rahayu

Cross-bred Local-Garut sheep were developed as an attempt to increase genetic quality of Local sheep by crossing them with Garut sheep. Observation was done in five sheep-farmer groups including Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik and Harapan Jaya. The objective of this observation was to classify individuals of cross-bred Local-Garut male sheep in five sheep-farmer groups into heavy class, medium class and light class based on factor analysis and to arrange composite index that reflected productivity level of cross-bred Local-Garut male sheep also based on factor analysis. Factor analysis determined the factor affecting productivity. This factor includes variables of body measurements, consisting of chest round (X1), body

length (X2) and scrotum circumference (X3). The data used in this observation were

those of secondary from Regional Office of Husbandry and Fisheries, Tasikmalaya Regency. 571 cross-bred Local-Garut male sheep were divided into five sheep-farmer groups: Mandala Maju (91 I0 dan 54 I1), Cikadu (56 I0 dan 41 ekor I1), Lestari

(61 I0 dan 50 I1), Sukaresik (72 I0 dan 53 I1) and Harapan Jaya (62 I0 dan 31 I1). The

total number of sheep observed includes 342 I0 dan 229 I1. The data were analyzed

using T2-Hotteling to find out the difference between the two population observed based on age and sheep-farmer groups. Result of T2-Hotteling showed differences in chest round, body length and scrotum circumference of cross-bred Local-Garut male sheep I0 and I1 at Harapan Jaya (P<0,05). This result also showed differences in chest

round, body length and scrotum circumference of cross-bred Local-Garut male sheep between two sheep-farmer groups in six sheep-farmer groups including Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 and Harapan Jaya I1 (P<0,01).

Chest round and body length were the factors determining productivity of cross-bred Local-Garut male sheep in Mandala Maju, Cikadu and Sukaresik. The factor determining productivity in Lestari and Harapan Jaya was chest round.Based on the first factor score (SF-1), Local-Garut male sheep were divided into heavy class, medium class and light class. The greatest proportion of the class in six sheep-farmer groups was that at medium class. The first factor determining productivity of cross-bred Local-Garut male sheep in six sheep-farmer groups was chest round. Index of productivity level has the greatest and positive correlation with chest round. It means that chest round is important in determining the index of productivity level of cross-bred Local-Garut male sheep.

(5)

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA

SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN

TASIKMALAYA BERDASARKAN

ANALISIS FAKTOR

AJI SURYANA D14104028

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA

SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN

TASIKMALAYA BERDASARKAN

ANALISIS FAKTOR

Oleh : AJI SURYANA

D14104028

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21Agustus 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Ir. Sri Rahayu, M.Si.

NIP. 131 760 850 NIP . 131 667 775

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1987 di Subang, Jawa Barat.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Dedi

Gunadi dan Ibu Juniah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Karang Anyar 1 pada tahun

1998. Pada tahun 2001, Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di

SMPN 1 Ciasem dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Ciasem

pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menempuh pendidikan di IPB, Penulis aktif di organisasi

kemahasiswaan dan berbagai kepanitiaan. Penulis aktif dalam Himpunan Profesi

Jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb yang tidak pernah lengah terhadap

doa hamba-Nya, Rabb yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada Rassulullah SAW, manusia yang kesempurnaan

akhlaknya telah menjadi teladan bagi semua orang dan Penulis dalam menghadapi

segala problema selama perjalanan penyelesaian tugas akhir.

Sebuah kebanggaan bagi Penulis ketika membuat skripsi yang berjudul

”Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan di

Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan Analisis Faktor” dibawah bimbingan Ir. Rini

Herlina Mulyono, MSi. dan Ir. Sri Rahayu, MSi. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan Penulis guna memperbaiki

kekurangan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan

banyak manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan panduan

bagi yang membutuhkannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bogor, April 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Klasifikasi Domba ... 3

Domba Lokal ... 3

Domba Garut... 3

Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh ... 4

Penentuan Umur Domba... 6

Skrotum... 7

Testis ... .... 8

Analisis Faktor... 8

METODE ... 10

Lokasi dan Waktu ... 10

Materi... 10

Analisis Data... 10

Uji T2-Hotteling... 10

Analisis Faktor... 11

Metode Penyusunan Indeks Komposit ... 13

Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 dan I1... 15

Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati ... 17

Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan ... 28

Indeks Tingkat Produktivitas Ternak ……… 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(11)

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA

SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN

TASIKMALAYA BERDASARKAN

ANALISIS FAKTOR

SKRIPSI AJI SURYANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

AJI SURYANA. D14104028. 2008. Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan di Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Analisis Faktor. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi. Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, MSi.

Domba silangan Lokal-Garut dibentuk sebagai upaya untuk meningkatkan mutu genetik domba Lokal melalui persilangan dengan domba Garut. Program penggemukan domba bakalan di Kabupaten Tasikmalaya menggunakan domba silangan Lokal-Garut jantan karena memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan domba Lokal. Namun demikian, secara genetik kemampuan individu domba silangan ini tidak sama. Oleh sebab itu, perlu adanya pengklasifikasian ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati ke dalam kelas besar, sedang dan kecil berdasarkan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor juga disusun indeks komposit yang merupakan ukuran pemerataan tingkat produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Berdasarkan analisis faktor ditentukan faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi produktivitas ternak.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan November 2006. Analisis data dilakukan pada bulan Januari-Mei 2008 di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Peubah ukuran-ukuran tubuh yang diamat meliputi lingkar dada (X1), panjang badan (X2) dan lingkar skrotum (X3). Penelitian ini menggunakan data

sekunder dari 571 ekor domba silangan Lokal-Garut jantan yang dibagi ke dalam lima kelompok ternak yaitu Mandala Maju (91 ekor I0 dan 54 ekor I1), Cikadu

(56 ekor I0 dan 41 ekor I1), Lestari (61 ekor I0 dan 50 ekor I1), Sukaresik (72 ekor I0

dan 53 ekor I1) dan Harapan Jaya (62 ekor I0 dan 31 ekor I1). Total ternak yang

diamati meliputi 342 ekor I0 dan 229 ekor I1.

Data dianalisis dengan menggunakan T2-Hotteling untuk menguji perbedaan vektor rataan dari dua populasi ternak yang diamati berdasarkan umur dan kelompok ternak. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum pada domba silangan Lokal-Garut jantan I0

dan I1 pada kelompok ternak Harapan Jaya (P<0,05). Hasil uji T2-Hotteling juga

menunjukkan perbedaan lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum diantara dua kelompok ternak pada setiap kelompok ternak yang diamati, yaitu Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1 (P<0,01)

karena perbedaan manajemen pemeliharaan.

(13)

memiliki nilai komunalitas 12,020; 17,128 dan 18,401. Berdasarkan faktor penentu produktivitas, program penggemukan di kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih mengandalkan faktor lingkungan dibandingkan dengan kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu dan Sukaresik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola pemeliharaan pada kelompok ternak Lestari dan Harapan Jaya lebih baik dibandingkan kelompok ternak lain.

Pengklasifikasian domba silangan Lokal-Garut jantan berdasarkan nilai skor faktor pertama (SF-1) dibagi ke dalam kelas besar, sedang dan kecil. Proporsi kelas besar, sedang dan kecil pada kelompok ternak Mandala Maju masing-masingsebesar 20,00%, 66,21%, 13,79%; pada kelompok ternak Cikadu sebesar 15,46%, 70,10%, 14,43%; pada kelompok ternak Lestari sebesar 18,92%, 62,16%, 18,92%; pada kelompok ternak Sukaresik sebesar 16,80%, 68,00%, 15,20%; pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 sebesar 17,74%, 72,58%, 9,68%; dan pada kelompok ternak

Harapan Jaya I1 sebesar 22,58%, 64,52%, 12,90%. Proporsi terbesar pada setiap

kelompok ternak adalah kelas sedang. Faktor pertama penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak adalah lingkar dada.

Indeks komposit yang mencerminkan indeks tingkat produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan mempunyai korelasi nyata dan positif serta paling tinggi terhadap lingkar dada dibandingkan panjang badan dan lingkar skrotum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lingkar dada berperanan besar dalam menentukan indeks produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Korelasi tersebut diperoleh sebesar 0,86; 0,83; 0,89; 0,86; 0,88 dan 0,85 pada masing-masing kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1. Indeks

produktivitas tinggi dan rendah ditemukan hampir sama pada setiap kelompok ternak yang diamati. Individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan yang mempunyai indeks produktivitas tinggi disarankan untuk dipertahankan sebagai bibit, sedangkan individu-individu dengan indeks produktivitas rendah dipelihara sebagai ternak potong.

(14)

ABSTRACT

Classification of Body Measurements of Cross-Bred Local-Garut Males Sheep in Tasikmalaya Regency Based on Factor Analysis

Suryana, A., R. H. Mulyono, S. Rahayu

Cross-bred Local-Garut sheep were developed as an attempt to increase genetic quality of Local sheep by crossing them with Garut sheep. Observation was done in five sheep-farmer groups including Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik and Harapan Jaya. The objective of this observation was to classify individuals of cross-bred Local-Garut male sheep in five sheep-farmer groups into heavy class, medium class and light class based on factor analysis and to arrange composite index that reflected productivity level of cross-bred Local-Garut male sheep also based on factor analysis. Factor analysis determined the factor affecting productivity. This factor includes variables of body measurements, consisting of chest round (X1), body

length (X2) and scrotum circumference (X3). The data used in this observation were

those of secondary from Regional Office of Husbandry and Fisheries, Tasikmalaya Regency. 571 cross-bred Local-Garut male sheep were divided into five sheep-farmer groups: Mandala Maju (91 I0 dan 54 I1), Cikadu (56 I0 dan 41 ekor I1), Lestari

(61 I0 dan 50 I1), Sukaresik (72 I0 dan 53 I1) and Harapan Jaya (62 I0 dan 31 I1). The

total number of sheep observed includes 342 I0 dan 229 I1. The data were analyzed

using T2-Hotteling to find out the difference between the two population observed based on age and sheep-farmer groups. Result of T2-Hotteling showed differences in chest round, body length and scrotum circumference of cross-bred Local-Garut male sheep I0 and I1 at Harapan Jaya (P<0,05). This result also showed differences in chest

round, body length and scrotum circumference of cross-bred Local-Garut male sheep between two sheep-farmer groups in six sheep-farmer groups including Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 and Harapan Jaya I1 (P<0,01).

Chest round and body length were the factors determining productivity of cross-bred Local-Garut male sheep in Mandala Maju, Cikadu and Sukaresik. The factor determining productivity in Lestari and Harapan Jaya was chest round.Based on the first factor score (SF-1), Local-Garut male sheep were divided into heavy class, medium class and light class. The greatest proportion of the class in six sheep-farmer groups was that at medium class. The first factor determining productivity of cross-bred Local-Garut male sheep in six sheep-farmer groups was chest round. Index of productivity level has the greatest and positive correlation with chest round. It means that chest round is important in determining the index of productivity level of cross-bred Local-Garut male sheep.

(15)

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA

SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN

TASIKMALAYA BERDASARKAN

ANALISIS FAKTOR

AJI SURYANA D14104028

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(16)

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA

SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN

TASIKMALAYA BERDASARKAN

ANALISIS FAKTOR

Oleh : AJI SURYANA

D14104028

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21Agustus 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Ir. Sri Rahayu, M.Si.

NIP. 131 760 850 NIP . 131 667 775

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1987 di Subang, Jawa Barat.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Dedi

Gunadi dan Ibu Juniah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Karang Anyar 1 pada tahun

1998. Pada tahun 2001, Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di

SMPN 1 Ciasem dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Ciasem

pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menempuh pendidikan di IPB, Penulis aktif di organisasi

kemahasiswaan dan berbagai kepanitiaan. Penulis aktif dalam Himpunan Profesi

Jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

(18)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb yang tidak pernah lengah terhadap

doa hamba-Nya, Rabb yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada Rassulullah SAW, manusia yang kesempurnaan

akhlaknya telah menjadi teladan bagi semua orang dan Penulis dalam menghadapi

segala problema selama perjalanan penyelesaian tugas akhir.

Sebuah kebanggaan bagi Penulis ketika membuat skripsi yang berjudul

”Pengklasifikasian Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan di

Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan Analisis Faktor” dibawah bimbingan Ir. Rini

Herlina Mulyono, MSi. dan Ir. Sri Rahayu, MSi. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan Penulis guna memperbaiki

kekurangan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan

banyak manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan panduan

bagi yang membutuhkannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bogor, April 2008

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Klasifikasi Domba ... 3

Domba Lokal ... 3

Domba Garut... 3

Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh ... 4

Penentuan Umur Domba... 6

Skrotum... 7

Testis ... .... 8

Analisis Faktor... 8

METODE ... 10

Lokasi dan Waktu ... 10

Materi... 10

Analisis Data... 10

Uji T2-Hotteling... 10

Analisis Faktor... 11

Metode Penyusunan Indeks Komposit ... 13

Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 dan I1... 15

Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati ... 17

Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan ... 28

Indeks Tingkat Produktivitas Ternak ……… 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Tetap … 7

2. Lingkar Dada, Panjang Badan dan Lingkar Skrotum serta Bobot badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati...……… .... 16

3. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju... 19

4. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Cikadu ... 20

5. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok TernakLestari... 22

6. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Sukaresik...……….. 23

7. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0... 24

8. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok

Ternak Harapan Jaya I1……… ... 25

9. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok-kelompok Ternak yang Diamati ... 27

10. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Menjadi Kelas Kecil, Sedang dan Besar Berdasarkan Skor

Faktor Pertama (SF-1)...………..………….. 29

11. Korelasi antara Bobot Badan dan Lingkar Dada serta Bobot Badan dan Panjang Badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati ... ... 31

(22)

13. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan berdasarkan Skor Indeks Tingkat Produktivitas Ternak pada

Kelompok Ternak yang Diamati………. 33

14. Korelasi antara Peubah Penyusun dan Model Indeks Komposit

(Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) ... 34

15. Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Sapi, Babi, Domba, dan Manusia. 17

2. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Mandala Maju ... … 19

3. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Cikadu... .. 20

4. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Lestari... 22

5. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Sukaresik... 23

6. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0 ... 24

7. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama (Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1 ...….. 26

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. PerhitunganManual Uji Statistik T2-Hotteling Vektor Nilai Rataan Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut

Jantan I0 dan I1 pada Kelompok Ternak Sukaresik... 43

2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotteling Vektor Nilai Rataan Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut

Jantan antara Kelompok Ternak Manala Maju dan Sukaresik ... 45

3. Perhitungan Manual Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak

Lestari ... 47

4. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh

Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju ... 52

5. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh

Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Cikadu ... ... 53

6. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh

Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak

Lestari . ……… 54

7. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh

Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Sukaresik... 55

8. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh

Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0... 56

9. Nilai Vektor Pengamatan Individu Ke-j Dikurangi Vektor Nilai Rataan dari Peubah Xi Ukuran-Ukuran Tubuh

Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I1... 57

10. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok

Ternak Mandala Maju... 58

11. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok

(25)

12. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok

Ternak Lestari ... 60

13. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok

Ternak Sukaresik ... 61

14. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok

Ternak Harapan Jaya I0... 62

15. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Nilai Skor Faktor Pertama (SF-1) pada Kelompok

Ternak Harapan Jaya I1………. 63

16. Perhitungan Manual Model Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari... 64

17. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan

Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Mandala Maju ... 69

18. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan

Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Cikadu ... 70

19. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan

Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Lestari... 71

20. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan

Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Sukaresik... 72

21. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan

Berdasarkan Skor Indeks Komposit (Indeks Tingkat Produktivitas Ternak) pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0... 73

22. Pengklasifikasian Domba Silangan Lokal-Garut Jantan

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program penggemukan ternak pedaging di Indonesia dikembangkan sebagai

upaya untuk meningkatkan gizi masyarakat melalui konsumsi daging. Usaha

penggemukan ternak pedaging juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, dan

memenuhi kebutuhan daging domestik yang terus meningkat. Kebutuhan masyarakat

akan daging akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan

perubahan pola konsumsi di masyarakat. Keadaan ini secara langsung akan

berpengaruh terhadap permintaan daging nasional.

Sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional, presentase kebutuhan

daging domba masyarakat Indonesia masih jauh di bawah subsektor usaha

peternakan lainnya seperti unggas (56%), sapi (23%) serta babi (13%) (Direktorat

Jenderal Peternakan, 2006). Dijelaskan lebih lanjut bahwa konsumsi daging domba

dan kambing di masyarakat memang masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 5%.

Namun bila melihat potensi kebutuhan daging hewan ternak ini yang pada tiap

tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban serta

kebutuhan untuk aqiqah sampai kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara seperti

Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah yang tiap tahunnya

membutuhkan kurang lebih 9,3 juta ekor domba, maka pertumbuhan populasi domba

belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat.

Lokasi penyebaran domba sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa

Barat, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat adalah yang paling tinggi di

Indonesia yaitu sebanyak 4.221.806 ekor atau mencapai 55,9% populasi domba

nasional (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2006). Namun pada umumnya pemeliharaan

ternak domba masih dalam skala kecil dan tradisional. Hal inilah yang menjadikan

mutu ternak domba menjadi rendah.

Program peningkatan mutu ternak domba salah satunya ialah dengan

mengetahui faktor penentu produktivitas ternak domba. Beberapa ukuran tubuh

sering digunakan sebagai penentu produktivitas ternak. Dengan mengetahui faktor

penentu produktivitas ternak tersebut, maka peningkatan mutu ternak domba akan

berjalan secara terarah. Faktor penentu produktivitas ternak tersebut juga dapat

(27)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan individu-individu domba

silangan Lokal-Garut jantan pada setiap kelompok ternak yang diamati ke dalam

kelas besar, sedang dan kecil berdasarkan analisis faktor. Penelitian ini juga

bertujuan untuk menyusun indeks komposit domba silangan Lokal-Garut jantan di

Kabupaten Tasikmalaya yang juga dilakukan berdasarkan analisis faktor. Indeks

komposit yang diperoleh merupakan ukuran pemerataan tingkat produktivitas ternak

yang diamati. Berdasarkan analisis faktor ditentukan faktor yang berperan dalam

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Domba

Klasifikasi ternak domba menurut Blakely dan Bade (1998), adalah sebagai

berikut: kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, ordo Artiodactyla,

family Bovidae, genus Ovis dan species Ovis aries. Mulyaningsih (1990) menyatakan

bahwa secara umum domba asli Indonesia diklasifikasikan ke dalam tiga bangsa

yaitu domba ekor tipis (Javanese thin tailed) atau domba Lokal, domba Priangan

(Priangan of West Java) yang dikenal sebagai domba Garut dan domba ekor gemuk

(Javanese fat tailed). Domba ekor tipis adalah domba yang umum terdapat di Jawa

Barat dan Jawa Tengah, sedangkan domba ekor gemuk banyak terdapat di jawa

Timur.

Domba Lokal

Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang sering dikenal

sebagai domba lokal (Hardjosubroto, 1994). Dijelaskan lebih lanjut bahwa domba

Lokal mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba Kacang atau domba

Jawa. Domba Lokal biasanya mempunyai warna bulu putih dan memiliki bercak

hitam di sekeliling mata. Ekor domba Lokal tidak menunjukkan deposisi lemak.

Domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk kecil

dan melingkar. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa domba Lokal mempunyai garis

punggung lurus dan tinggi pundak lebih rendah dari tinggi pinggul.

Domba Garut

Asal-usul mengenai domba Garut sampai saat ini belum jelas. Merkens dan

Soemirat (1926) seperti yang dilaporkan Pambudhi (2007), menyatakan bahwa

walaupun tidak ditemukan catatan silsilah atau perkawinan sebagai bukti ilmiah,

tetapi domba Garut diduga berasal dari persilangan antara tiga bangsa yaitu domba

Lokal, domba Merino dan Domba Kaapstad yang berasal dari Afrika. Domba hasil

persilangan ini mempunyai produktivitas yang lebih baik dari tetuanya, terutama

pada daya produksi wol yang lebih baik dari domba Merino dan badan yang lebih

tinggi dibandingkan domba Kaapstad. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa domba

Garut yang terbentuk sekarang merupakan hasil seleksi selama bertahun-tahun serta

(29)

lingkungan setempat. Tipe telinga domba Garut berdasarkan ukuran panjang

dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu telinga kecil atau rumpung dengan panjang kurang

dari empat cm, telinga sedang atau ngadaun hiris dengan panjang 5-8 cm dan telinga

besar atau rubak dengan panjang lebih dari sembilan cm.

Mulliadi (1996) menyatakan domba Garut dikelompokkan berdasarkan tujuan

pemeliharaan menjadi tipe tangkas dan tipe pedaging. Secara umum tipe tangkas

mempunyai garis muka cembung, telinga rumpung, bertanduk, pangkal ekor gemuk

dan berwarna hitam polos atau dominan hitam. Tipe pedaging mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut: garis muka datar, bentuk telinga rubak (panjang dan lebar),

bertanduk, ekor berbentuk mecut dan biasanya berwarna putih polos atau dominan

putih. Domba pedaging di Garut merupakan domba sisa hasil seleksi atau domba

afkir dari domba tangkas baik jantan maupun betina, dapat pula sebagai hasil

perkawinan baik disengaja atau tidak dengan pejantan domba tangkas.

Domba Garut mempunyai produktivitas yang lebih baik dibandingkan domba

Lokal (Riwantoro, 2005). Dijelaskan lebih lanjut bahwa hasil-hasil pengukuran

terhadap ukuran-ukuran tubuh dan bobot badan menunjukkan bahwa domba Garut

lebih baik dibandingkan domba Lokal. Persilangan antara domba Lokal dengan

domba Garut lebih sering dilakukan. Hal ini dikarenakan populasi domba Lokal yang

lebih tinggi dibandingkan domba Garut, sehingga besar kemungkinan terjadi

perkawinan antara domba Lokal dengan domba Garut, baik disengaja atau tidak,

guna mempertahankan populasi domba.

Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh

Pertumbuhan merupakan peningkatan skala, bentuk serta peningkatan dalam

massa tubuh. Jaringan tubuh mencapai pertumbuhan maksimal dengan urutan

jaringan syaraf, tulang, otot dam lemak (Lawrence dan Fowler, 2002). Mulliadi

(1996) menyatakan bahwa penampilan seekor hewan merupakan hasil proses

pertumbuhan yang berkesinambungan dalam kehidupan hewan tersebut. Setiap

bagian tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan dan perkembangan yang

berbeda-beda, oleh karena itu ukuran tubuh dengan komponen-komponen tubuh lain

merupakan suatu keseimbangan biologi sehingga dapat dimanfaatkan untuk menduga

(30)

Karakteristik merupakan sifat khas yang memberi ciri pada suatu populasi.

Beberapa sifat dapat dijadikan ukuran dasar karakteristik suatu ternak, terutama

untuk kepentingan produksi dan reproduksi. Ukuran tubuh tersebut antara lain

panjang badan, lingkar dada, bobot badan pada berbagai periode, tinggi badan, tinggi

pinggul, lebar pinggul dan lingkar kaki (Budinuryanto, 1991). Dijelaskan oleh

Suhaema (1999) bahwa tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan dan lingkar

dada mempunyai peranan yang cukup besar pada ukuran tubuh domba Garut tangkas

dan pedaging. Diperjelas oleh Darmayanti (2003) dan Nurhayati (2004) bahwa

ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan yang positif dengan bobot badan.

Mulliadi (1996) melaporkan bahwa pengukuran ukuran tubuh dilakukan berdasarkan

ukuran yang umum pada ternak yaitu sebagai sifat kuantitatif untuk mengetahui

perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak maupun digunakan untuk mengetahui

morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antara

wilayah atau negara.

Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa bentuk dan ukuran tubuh domba

dideskripsikan berdasarkan ukuran dan penilaian visual. Ukuran merupakan indikator

penting dari pertumbuhan untuk mengevaluasi pertumbuhan, tetapi tidak digunakan

untuk mengindikasikan komposisi tubuh ternak. Lingkar dada dan panjang badan

merupakan ukuran yang lebih umum digunakan.

Lingkar dada meningkat seiring umur ternak. Lingkar dada dan panjang

badan mempunyai pengaruh paling besar terhadap bobot badan (Fourie et al., 2002).

Dijelaskan lebih lanjut bahwa ditemukan korelasi positif antara lingkar dada dan

tingkat pertumbuhan lepas sapih yang menandakan bahwa seleksi pada lingkar dada

menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan ternak. Hal tersebut berakibat pada

peningkatan tinggi pundak dan ukuran kerangka. Trislawati (2006) menyatakan

bahwa lingkar dada dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi karena berkaitan dengan

produktivitas domba.

Mulliadi (1996) menyatakan bahwa lingkar dada mempunyai korelasi yang

lebih tinggi terhadap bobot badan, dibandingkan panjang badan. Nilai korelasi

lingkar dada terhadap bobot badan adalah 0,93; sedangkan nilai korelasi panjang

badan terhadap bobot badan adalah 0,84. Dijelaskan lebih lanjut oleh Darmadi

(31)

dibandingkan panjang badan. Maria (2004) menambahkan bahwa lingkar dada

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual domba.

Perbedaan kelompok umur mengakibatkan perbedaan ukuran tubuh, karena

menurut Johansson dan Rendel (1966) lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak

pada ternak dipengaruhi oleh pertumbuhan kerangka tulang (faktor genetik),

sedangkan pertumbuhan dalam dada dan lingkar dada dipengaruhi oleh pertumbuhan

daging antarotot (faktor lingkungan). Menurut Doho (1994) berdasarkan ukuran

permukaan tubuh hewan dapat ditaksir bobot badan dan memberikan gambaran

bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa.

Sifat yang penting bagi produktivitas pada umumnya tergantung pada

pengendalian poligenik tambahan daripada gen tunggal dengan pengaruh utama

(Devendra dan Burns, 1994). Apriliyani (2007) menyatakan bahwa salah satu

penentu produktivitas ternak pedaging ialah bobot badan. Peningkatan produktivitas

terutama pertumbuhan dan bobot badan ternak dapat dilakukan dalam upaya

peningkatan produksi daging. Dijelaskan lebih lanjut oleh Wibowo (2007) bahwa

bobot badan sangat berkaitan dengan nilai ekonomis domba karena bobot badan

merupakan indikator penentu harga jual domba. Devendra dan Burns (1994)

menyatakan bahwa berbagai sifat dapat diukur, beragam antara individu hewan dan

hampir semuanya sangat peka terhadap pengaruh lingkungan. Mulliadi (1996)

menambahkan bahwa keragaman yang muncul pada setiap individu ternak

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kondisi pemeliharaan, pengaruh

pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik. Dijelaskan lebih

lanjut oleh Prihatman (2000) bahwa faktor yang mempengaruhi bobot badan salah

satunya yaitu manajemen lingkungan seperti sanitasi dan tindakan preventif,

pengontrolan penyakit, perawatan ternak, vaksinasi dan obat, pemeliharaan kandang

dan pemberian pakan.

Penentuan Umur Domba

Domba memiliki masa pertumbuhan, seperti halnya makhluk hidup lain yang

berkaitan dengan umur. Salah satu cara untuk menentukan umur domba adalah

dengan melihat kondisi gigi, tetapi hai ini tidak dapat secara pasti ditentukan

berdasarkan perkiraan saja. Anak domba yang baru dilahirkan telah mempunyai dua

(32)

dan Mc Leroy, 1982). Pendugaan umur domba berdasarkan gigi tetap disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Tetap

Umur Jumlah Gigi Seri Tetap Kode Umur

Kurang dari 1 tahun Belum ada gigi seri tetap Io

1,0 – 1,5 tahun Sepasang gigi seri tetap I1

1,5 – 2,0 tahun Dua pasang gigi seri tetap I2

2,5 – 3,0 tahun Tiga pasang gigi seri tetap I3

3,5 – 4,0 tahun Empat pasang gigi seri tetap I4

Lebih dari 4 tahun Gigi seri tetap aus serta mulai lepas I5

Sumber : Devendra dan Mc Leroy (1982)

Skrotum

Skrotum adalah kulit yang berbentuk kantung yang ukuran, bentuk dan lokasi

disesuaikan dengan testis yang dikandung (Hardjopranjoto, 1995). Dijelaskan lebih

lanjut bahwa kulit skrotum umumnya tipis, lembut dan relatif kurang berambut.

Skrotum terdiri atas dua lobus yang masing-masing berisi satu testis. Fungsi skrotum

adalah melindungi testis dari dari gangguan luar berupa panas, dingin, pukulan dan

gangguan mekanis lain. Fungsi terpenting skrotum ialah mengatur temperatur testis

dan epididimys supaya tetap bertemperatur 4-7 derajat lebih rendah dari temperatur

tubuh sehingga memungkinkan spermatogenesis terjadi secara sempurna.

Yunardi (1999) menyatakan bahwa pertumbuhan ukuran skrotum meningkat

pesat pada umur kurang dari satu tahun. Pertumbuhan melambat pada umur di atas

satu tahun. Pertumbuhan ukuran skrotum meningkat secara linier dengan

peningkatan umur sampai mencapai dewasa tubuh. Pada umur kurang dari satu

tahun, pertumbuhan ukuran skrotum sejalan dengan laju pertambahan bobot badan.

Nilai korelasi tinggi ukuran skrotum dan lingkar dada ditemukan tinggi pada

umur kurang dari satu tahun dan rendah pada umur lebih dari satu tahun (Yunardi,

1999). Dijelaskan lebih lanjut bahwa berdasarkan nilai korelasi yang didapat,

memberikan gambaran bahwa seleksi sebaiknya dilakukan pada umur kurang dari

satu tahun, sedangkan pada umur lebih dari satu tahun sudah tidak efektif untuk

dilakukan seleksi. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa lingkar skrotum mempunyai

(33)

Mulliadi (1996) menyatakan bahwa ukuran skrotum pada domba mungkin

berkaitan dengan faktor hormonal, yang memberikan dampak pada domba tangkas.

Hormon sudah mulai berpengaruh pada sifat kejantanan dan bobot badan sejak

domba berumur satu tahun. Ukuran skrotum diikuti dengan ukuran testis, demikian

pula sel-sel dalam testis, baik pembentuk hormon (sel Leydig) ataupun jaringan

pembentuk sel-sel germinatif.

Ismaya (1991) menyatakan bahwa ditemukan hubungan yang nyata antara

bobot testis dan umur, bobot tubuh dan besar skrotum pada domba lokal. Bobot testis

dan besar skrotum mempunyai hubungan yang terdekat, kemudian diikuti bobot

tubuh serta umur dewasa kelamin.

Testis

Testis terdiri atas tiga jaringan, yaitu : tubulus seminiferi yang terdiri atas sel

sertoli dan sel germinatif, sel stroma dan sel Leydig (sel intertitial) yang berfungsi

untuk menghasilkan hormon testosteron (Hardjopranjoto, 1995). Ukuran testis

bertambah dua sampai tiga kali lipat mencapai 10-12 gram pada umur 8-10 minggu.

Pubertas pada anak domba terjadi pada waktu mencapai bobot badan 40%-60% dari

bobot badan dewasa (Toelihere, 1994).

Testis mempunyai dua fungsi. Fungsi endokrinologi, sel Leydig

menghasilkan hormon androgen yang mempunyai pengaruh terhadap sifat

kejantanan. Fungsi reproduksi, tubulus seminiferi menghasilkan sel sperma. Sel

sperma merupakan bentuk terakhir sel jantan setelah mengalami proses

perkembangan (spermatogenesis). Produksi sperma akan mengalami peningkatan

bersamaan dengan pertambahan umur (Hardjopranjoto, 1995).

Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang dapat

digunakan untuk berbagai keperluan pemecahan masalah-masalah yang

membutuhkan pengkajian secara menyeluruh terhadap perilaku sistem konkrit yang

dipelajari (Gaspersz, 1991a). Pontoh (2007) menyatakan bahwa analisis faktor dapat

digunakan untuk mengidentifikasi dan meringkas berbagai interrelasi antara

masing-masing peubah. Beberapa peubah yang mempunyai korelasi antara mereka sangat

tinggi dan mewakili peubah mendasar yang sama atau suatu faktor. Analisis faktor

(34)

Analisis faktor bertujuan menerangkan struktur hubungan diantara

peubah-peubah yang diamati dengan jalan membangkitkan beberapa faktor yang

berjumlah lebih sedikit daripada peubah asal (Gaspersz, 1992). Pontoh (2007)

menyatakan bahwa analisis faktor membentuk faktor-faktor yang secara relatif

independen antara satu faktor dengan faktor lain.

Pendugaan parameter dalam model analisis faktor dapat menggunakan dua

metode yaitu metode komponen utama (principal component method) dan metode

kemungkinan maksimum (maximum likelihood method). Dalam kebanyakan analisis

terapan, model analisis faktor diduga berdasarkan metode komponen utama (Everitt

dan Dunn, 1991). Pontoh (2007) menyatakan bahwa aplikasi analisis faktor adalah

mengidentifikasi faktor-faktor dasar, menyaring peubah-peubah, meringkas data,

(35)

METODE

Lokasi dan Waktu

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan November 2006.

Data yang digunakan pada penelitian ini ialah data sekunder mengenai

ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan. Data sekunder diperoleh dari

Dinas Peternakan Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2006. Analisis data dilakukan

pada bulan Januari-Mei 2008 di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Materi yang digunakan untuk penelitian ini berupa data sekunder dari 571

ekor domba silangan Lokal-Garut jantan yang dibagi ke dalam lima kelompok ternak

yaitu Mandala Maju (91 ekor I0 dan 54 ekor I1), Cikadu (56 ekor I0 dan 41 ekor I1),

Lestari (61 ekor I0 dan 50 ekor I1), Sukaresik (72 ekor I0 dan 53 ekor I1) dan Harapan

Jaya (62 ekor I0 dan 31 ekor I1). Total ternak yang diamati meliputi 342 ekor I0 dan

229 ekor I1.

Analisis Data Uji T2-Hotteling

Uji T2-Hotteling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran tubuh diantara dua kelompok ternak yang diamati. Ukuran-ukuran tubuh yang

diamati terdiri atas lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum.

Pengujian dilakukan dengan jalan merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : U1 = U2 : artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh dari

tiap kelompok ternak adalah sama.

H1 : U1 ≠ U2 : artinya vektor nilai rataan ukuran-ukuran tubuh dari

tiap kelompok ternak berbeda.

(36)

Selanjutnya besaran :

akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p – 1

Keterangan :

T2 = nilai T2-Hotteling

F = nilai hitung untuk T2-Hotteling

n1 = jumlah data pengamatan pada kelompok ternak 1

n2 = jumlah data pengamatan pada kelompok ternak 2

X1 = vektor nilai rataan peubah acak pada kelompok ternak 1

X2 = vektor nilai rataan peubah acak pada kelompok ternak 2

SG = matriks peragam gabungan

SG-1 = invers dari matriks peragam gabungan

P = banyaknya peubah yang diukur.

Jika hasil pengujian terhadap hipotesis menolak H0, maka kedua nilai rataan

ukuran-ukuran tubuh dari dua kelompok ternak yang diamati adalah berbeda

(P<0,01). Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai F > . Hal sebaliknya terjadi

apabila nilai F ≤ .

Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan salah satu metode analisis multivariat yang

digunakan dalam pengolahan data peubah-peubah yang diamati. Penggunaan analisis

faktor menurut Gaspersz (1992) bertujuan untuk menemukan hubungan antara

peubah-peubah yang diamati; yang saling bebas satu sama lain, sehingga dapat

dibuat satu atau beberapa buah faktor yang lebih sedikit dari jumlah peubah asal.

Analisis faktor dapat dinyatakan sebagai sebagai metode analisis untuk mereduksi

data.

Peubah-peubah yang diamati meliputi lingkar dada (X1), panjang badan (X2)

dan lingkar skrotum (X3). Pada pengamatan ini ditentukan peubah faktor yang

jumlahnya lebih sedikit dari peubah asal, yang berpengaruh terhadap produktivitas

domba silangan Lokal-Garut jantan.

Pengolahan data dengan analisis faktor dilakukan pada kelompok ternak yang

(37)

kelompok-kelompok ternak yang sama, maka analisis faktor dilakukan pada penggabungan

diantara kelompok-kelompok ternak tersebut.

Penentuan peubah sebagai faktor yang digunakan untuk mendapatkan nilai

skor faktor (SF) dilakukan berdasarkan peranan faktor dalam menerangkan struktur

keragaman data. Peranan faktor dihitung berdasarkan rumus seperti yang telah

dianjurkan oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut :

Keterangan :

F = faktor

cij = bobot faktor

i = 1,2,3,..., p

j = 1,2,3,...,.m

spp = teras matriks peragam

Skor faktor (SF) dihitung berdasarkan rumus seperti yang telah dianjurkan

oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut :

Keterangan :

F = matriks skor faktor (diturunkan dari peragam)

C’ = matriks bobot faktor (diturunkan dari peragam)

S-1 = invers dari matriks kovarian K Xj = vektor pengamatan individu ke-j

X = vektor nilai rataan dari peubah X

n = ukuran contoh (sample size)

Faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak domba silangan Lokal-Garut

jantan ditentukan berdasarkan nilai komunalitas. Apabila ditemukan dua faktor yang

mempengaruhi maka dibuat faktor diagram dengan skor faktor pertama (SF-1)

sebagai sumbu X dan skor faktor kedua (SF-2) sebagai sumbu Y.

Klasifikasi berdasarkan skor faktor pertama (SF-1) yaitu kecil, sedang dan

(38)

kelas besar, jika SF-1 > SF-1 + sSF-1

kelas sedang, jika SF-1 − sSF-1 < SF-1 < SF-1 + sSF-1 kelas kecil, jika SF-1 < SF-1 − sSF-1.

Keterangan :

SF-1 = skor faktor

SF-1 = rataan skor faktor

sSF-1 = simpangan baku skor faktor

Metode Penyusunan Indeks Komposit

Salah satu penggunaan analisis faktor yang sangat efektif adalah dalam

menyusun indeks komposit dari karakteristik suatu sistem. Tujuan penyusunan

indeks komposit adalah untuk mengukur sejauh mana penyimpangan terhadap nilai

rata-rata.

Penyusunan indeks komposit melalui analisis faktor menggunakan rumus

seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1991b), sebagai berikut:

I = K + a1X1 + a2X2 + a3X3

Keterangan :

I = indeks komposit

K = konstanta

aj = koefisien pembobot indeks komposit yang disusun

Xj = peubah yang diamati

Klasifikasi berdasarkan indeks komposit dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

kelas tinggi, jika IK > IK

kelas rendah, jika IK < IK

Keterangan :

IK = indeks komposit

IK = rataan indeks komposit

Korelasi antara peubah penyusun model indeks komposit dan model itu

sendiri dihitung untuk mengetahui apakah semua peubah yang dimasukkan dalam

model cukup berperanan penting. Korelasi ini dapat dihitung dengan menggunakan

(39)

Keterangan:

= korelasi antara peubah penyusun dengan model indeks komposit

= koefisien pembobot peubah ke-j dalam model

λ = akar ciri (eigenvalue, characteristic root) sj = nilai simpangan baku peubah ke-j

Korelasi antara Indeks Komposit dan Bobot Badan

Penyusunan koefisien korelasi antara dua peubah (indeks komposit dan bobot

badan) menggunakan rumus seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1992), sebagai

berikut:

Pengujian hipotesis tentang parameter koefisien korelasi digunakan untuk

menentukan apakah korelasi yang diperoleh bersifat nyata atau tidak. Pengujian ini

menggunakan rumus seperti yang disarankan oleh Gaspersz (1992), sebagai berikut:

H0 : ρxy = 0 : artinya korelasi antara dua peubah atau lebih bersifat tidak

nyata.

H1 : ρxy ≠ 0 : artinya korelasi antara dua peubah atau lebih bersifat nyata.

Daerah kritis : t <-tα/2;v dan t> tα/2;v ; v = n-2

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara dua peubah

n = jumlah sampel

Jika hasil pengujian terhadap hipotesis menolak H0, maka korelasi antara dua

peubah atau lebih bersifat nyata (P<0,05). Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai

t <-tα/2;v dan t> tα/2;v. Hal sebaliknya terjadi apabila nilai -tα/2;v< t < tα/2;v.

Pengolahan data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak analisis

(40)

Uji T2-Hotteling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran tubuh pada setiap dua kelompok ternak yang diamati. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi lingkar dada, panjang

badan dan lingkar skrotum diantara dua kelompok ternak yang diamati yang meliputi

kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan

Harapan Jaya I1 (P<0,01). Dengan demikian kelompok-kelompok ternak yang

Penghitungan uji T2-Hotteling bertujuan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran tubuh pada setiap dua kelompok ternak yang diamati. Hasil uji

T2-Hotteling menyatakan bahwa tidak ditemukan perbedaan ukuran-ukuran tubuh (lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum) domba silangan Lokal-Garut

jantan I0 dan I1 pada kelompok ternak Mandala Maju, Cikadu, Lestari dan Sukaresik

(P>0,05). Hal yang berbeda ditemukan pada kelompok ternak Harapan Jaya

(P<0,05). Dengan demikian pengelompokan ternak pada kelompok ternak Harapan

Jaya dibedakan menjadi I0 dan I1. Perbedaan ukuran tubuh antara umur I0 dan I1 pada

kelompok ternak Harapan Jaya dimungkinkan karena selisih umur antara I0 dan I1

yang cukup jauh. Devendra dan Mc Leroy (1982) menyatakan bahwa domba I0

adalah domba yang berumur kurang dari satu tahun, sedangkan domba I1 berumur

antara 1,0-1,5 tahun. Gambar 1 menunjukkan kurva pertumbuhan bobot badan (kg)

pada sapi, babi, domba, dan manusia. Berdasarkan Gambar 1, dapat diperjelas bahwa

kemungkinan domba silangan Lokal-Garut jantan I0 dan I1 pada kelompok ternak

Harapan Jaya berada pada kisaran umur yang berjauhan yang pada gambar 1

diperlihatkan dengan kurva pertumbuhan yang masih curam. Hal yang tidak

demikian ditemukan pada kelompok ternak lainnya (Mandala Maju, Cikadu, Lestari

dan Sukaresik). Pada kelompok ternak tersebut domba silangan Lokal-Garut jantan I0

dan I1 berada pada kisaran umur yang berdekatan.

Ukuran-ukuran lingkar dada, panjang badan, lingkar skrotum dan bobot

badan domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Mandala Maju,

Cikadu, Lestari, Sukaresik dan Harapan Jaya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2

menyajikan nilai rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari setiap peubah

yang diamati.

Ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan I0 dan I1

(41)

Kelompok Ternak

Lingkar Dada Panjang Badan Lingkar Skrotum Bobot Badan

I0 I1 Rataan I0 I1 Rataan I0 I1 Rataan I0 I1 Rataan Tabel 2. Lingkar Dada, Panjang Badan dan Lingkar Skrotum serta Bobot badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada

Kelompok Ternak yang Diamati

(42)

dinyatakan berbeda berdasarkan T2-Hotteling tersebut dapat digunakan sebagai perlakuan. Perbedaan ukuran-ukuran tubuh antara tiap kelompok ternak

dimungkinkan karena pengaruh lingkungan yang berbeda. Dalam hal ini

kemungkinan pengaruh lingkungan yang berperan adalah manajemen pemeliharaan.

Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa keragaman sifat yang diukur pada

setiap individu hewan hampir semua sangat peka terhadap pengaruh lingkungan.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Mulliadi (1996), keragaman pada ternak dapat

disebabkan kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat

pencernaan dan keragaman genetik.

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Sapi, Babi, Domba, dan Manusia (Lawrence dan Fowler, 2002)

Analisis Faktor Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati

Penentuan peubah faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas domba

silangan Lokal-Garut jantan ialah berdasarkan nilai komunalitas yang diperoleh.

Gaspersz (1992) menyatakan bahwa komunalitas merupakan proporsi ragam dari

suatu peubah yang diterangkan oleh setiap faktor secara bersama. Peranan faktor

(43)

Analisis Faktor beserta bobot faktor, nilai komunalitas, nilai eigen (λ), keragaman total dan keragaman kumulatif dari masing-masing faktor pada kelompok ternak

Mandala Maju, Cikadu, Lestari, Sukaresik, Harapan Jaya I0 dan Harapan Jaya I1

disajikan pada pemaparan berikut ini. Berdasarkan skor faktor yang mempengaruhi,

ditampilkan juga diagram kerumunan data individu-individu domba silangan

Lokal-Garut jantan.

Faktor penentu produktivitas ternak pada kelompok ternak Mandala Maju

berdasarkan nilai komunalitas ialah lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2),

sedangkan lingkar skrotum (X3) tidak dimasukkan sebagai faktor penentu

produktivitas karena memiliki nilai komunalitas yang paling rendah. Nilai

komunalitas yang diperoleh untuk lingkar dada adalah 13,334; sedangkan panjang

badan 12,619. Peranan faktor pada kelompok ternak Mandala Maju untuk lingkar

dada dan panjang badan adalah 67,5% dan 21,7%. Dua peubah tersebut ditetapkan

sebagai faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan. Tabel 3

menyajikan bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada

kelompok ternak Mandala Maju. Gambar 2 menyajikan sebaran data

individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan serta pengklasifikasiannya berdasarkan

faktor penentu produktivitas pada kelompok ternak Mandala Maju. Sumbu X

disetarakan dengan skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar dada dan sumbu Y

disetarakan dengan skor faktor kedua (SF-2) yaitu panjang badan.

Lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2) merupakan faktor penentu

produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Cikadu. Hal

ini ditunjukkan dengan nilai komunalitas dari lingkar dada dan panjang badan, yaitu

9,596 dan 9,198. Lingkar dada mempunyai peranan faktor 60,8% dan panjang badan

20,2%. Nilai komunalitas dan peranan faktor menjadikan lingkar dada dan panjang

badan sebagai faktor penentu produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada

kelompok ternak Cikadu. Tabel 4 menyajikan bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba

silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Cikadu. Gambar 3 menyajikan

sebaran data individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan serta

(44)

ternak Cikadu. Sumbu X disetarakan dengan skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar

dada dan sumbu Y disetarakan dengan skor faktor kedua (SF-2) yaitu panjang

badan.

Tabel 3. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju

Faktor Peubah yang Diukur

F1 F2 F3 Keragaman Total (%)

Keragaman Kumulatif (%)

20,940 SF-1 = Skor Faktor Pertama

Keterangan :

(45)

Tabel 4. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Cikadu

Faktor Peubah yang Diukur

F1 F2 F3 Keragaman Total (%)

Keragaman Kumulatif (%)

15,598

SF-2 (Panjang Badan)

SF-1 = Skor Faktor Pertama SF-2 = Skor Faktor Kedua

Keterangan :

Gambar 3. Diagram Kerumunan Data Individu-individu Domba Silangan Lokal-Garut Jantan Berdasarkan Skor Faktor Pertama(Lingkar Dada) dan Skor Faktor Kedua (Panjang Badan) serta Pengklasifikasiannya pada Kelompok Ternak Cikadu

Tabel 5 menyajikan bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan

pada kelompok ternak Lestari. Produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan

(46)

penentu. Nilai komunalitas untuk lingkar dada adalah 12,020. Nilai ini lebih besar

serta mempunyai selisih yang cukup jauh dibandingkan peubah lainnya. Peranan

faktor lingkar dada dalam menerangkan keragaman total pada kelompok ternak

Lestari adalah 59,8%. Gambar 4 menyajikan diagram batang nilai skor faktor

pertama (SF-1) yaitu lingkar dada serta pengklasifikasian individu-individu domba

silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Lestari.

Produktivitas domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak

Sukaresik ditentukan oleh lingkar dada (X1) dan panjang badan (X2) sebagai faktor

penentu. Faktor penentu ditentukan dengan nilai komunalitas dari tiap peubah yang

diamati. Nilai komunalitas lingkar dada adalah 9,001 dan panjang badan 8,700.

Lingkar dada dan panjang badan mempunyai peranan faktor dalam menerangkan

keragaman total, yaitu 59,4% dan 23,5%. Tabel 6 menyajikan bobot faktor, nilai

eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Sukaresik.

Gambar 5 menyajikan sebaran data individu-individu domba silangan Lokal-Garut

jantan serta pengklasifikasiannya berdasarkan faktor penentu produktivitas pada

kelompok ternak Sukaresik. Sumbu X disetarakan dengan skor faktor pertama (SF-1)

yaitu lingkar dada dan sumbu Y disetarakan dengan skor faktor kedua (SF-2) yaitu

panjang badan.

Nilai bobot faktor, nilai eigen (λ), keragaman total, keragaman kumulatif dan komunalitas ukuran-ukuran tubuh domba silangan Lokal-Garut jantan pada

kelompok ternak Harapan Jaya I0 disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7,

peubah lingkar dada (X1) mempunyai nilai komunalitas yang lebih besar

dibandingkan peubah lainnya, yaitu 17,128. Peranan faktor lingkar dada dalam

menerangkan keragaman total pada kelompok ternak Harapan Jaya I0 adalah 61,8%.

Hal tersebut menunjukkan lingkar dada merupakan faktor penentu produktivitas

domba silangan Lokal-Garut jantan pada kelompok ternak Harapan Jaya I0.

Gambar 6 menyajikan diagram batang nilai skor faktor pertama (SF-1) yaitu lingkar

dada serta pengklasifikasian individu-individu domba silangan Lokal-Garut jantan

(47)

Tabel 5. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Lestari

Faktor Peubah yang Diukur

F1 F2 F3 Keragaman Total (%)

Keragaman Kumulatif (%)

17,280

= Kelas Kecil = Kelas Sedang = Kelas Besar

-1,49 0 1,37

Skor Faktor Pertama (SF-1)

(48)

Tabel 6. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Sukaresik

Faktor Peubah yang Diukur

F1 F2 F3 Keragaman Total (%)

Keragaman Kumulatif (%)

12,994

SF-2 (Panjang Badan)

)

SF-2 = Skor Faktor Kedua F-1 = Skor Faktor Pertama

Keterangan : S

= Kelas Sedang SF-1 (Lingkar Dada)

= Kelas Kecil Keterangan :

= Kelas Besar

(49)

Tabel 7. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Harapan Jaya I0

Faktor Peubah yang Diukur

F1 F2 F3 Keragaman Total (%)

Keragaman Kumulatif (%)

21,958

= Kelas Kecil = Kelas Sedang = Kelas Besar

1 2 3

Skor Faktor Pertama (SF-1)

Gambar

Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Tetap
Tabel 2. Lingkar Dada, Panjang Badan dan Lingkar Skrotum serta Bobot badan Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak yang Diamati
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Sapi, Babi, Domba, dan Manusia (Lawrence dan Fowler, 2002)
Tabel 3. Bobot Faktor, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%), Keragaman Kumulatif (%) dan Komunalitas Ukuran-ukuran Tubuh Domba Silangan Lokal-Garut Jantan pada Kelompok Ternak Mandala Maju
+7

Referensi

Dokumen terkait

7XMXDQSHQHOLWLDQLQLDGDODKXQWXNPHQJHWDKXLPDNQDXDQJSHQJJDQWLGDQNHUXJLDQQHJDUDGDODP WLQGDN SLGDQD NRUXSVL GDQ XQWXN PHQJHWDKXL SHQHUDSDQ KXNXP SHPED\DUDQ XDQJ

Seminar Nasional Tempe Goes International (tahun 2012) untuk 150 UMKM dan pengrajin Tempe guna mendukung upaya Indonesia memperjuangkan SNI tempe menjadi standar

Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan produk ini adalah mempermudah pendisplayan barang yang akan dipamerkan, mengakomodasi kebutuhan pendisplayan barang, dan

Dari wawancara diatas oleh Ibu Uminarti selaku Kepala Sekolah peneliti dapat menyimpulkan bawa pelaksanana upaya guru pendidikan agama islam dalam membentuk

[r]

bahwa pemberian pelayanan penzinan d i Kabupaten Pacitan mempakan kewenangan Bupati .dengan tujuan u n t u k mengatur, mengendalikan, mengawasi kegiatan usaha masyarakat dan

Dengan menggunakan signifikansi α sebesar 0,05 (  = 5%) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,221, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,221 lebih besar dari 0,05, maka