• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Model Persediaan Eoq Multi Item Dalam Menentukan Kuantitas Pemesanan Obat Generik (Studi Kasus : PT. Indofarma Global Medika Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Model Persediaan Eoq Multi Item Dalam Menentukan Kuantitas Pemesanan Obat Generik (Studi Kasus : PT. Indofarma Global Medika Medan)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus : PT. Indofarma Global Medika Medan)

SKRIPSI

SUMIHAR MAY SARTIKA SIMATUPANG

080803003

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SUMIHAR MAY SARTIKA SIMATUPANG 080803003

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : APLIKASI MODEL PERSEDIAAN EOQ MULTI ITEM DALAM MENENTUKAN KUANTITAS PEMESANAN OBAT GENERIK (Studi Kasus: PT. Indofarma Global Medika Medan)

Kategori : SKRIPSI

Nama : SUMIHAR MAY SARTIKA SIMATUPANG

Nomor Induk Mahasiswa : 080803003

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Agustus 2012 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc Drs. Agus Salim Harahap, M.Si. NIP 19610318 1987112 2 001 NIP 19540828 198103 1 004

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

APLIKASI MODEL PERSEDIAAN EOQ MULTI ITEM DALAM MENENTUKAN KUANTITAS PEMESANAN

OBAT GENERIK

(Studi Kasus: PT. Indofarma Global Medika Medan)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya

Medan, Agustus 2012

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Agus Salim Harahap, M.Si. selaku pembimbing I dan Dr. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Drs. Sawaluddin, M.I.T dan Syaril Efendi, S.Si., M.I.T selaku dosen penguji atau pembanding.

3. Bapak Prof. Drs. Tulus, Vordipl. Math, M.Si, Ph.D. dan Ibu Dra.Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika.

4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Semua Dosen pada Departemen Matematika FMIPA USU, dan pegawai di FMIPA USU.

6. Semua sahabat penulis: Sardes, Alan, Raja, Shanti, Beta, Dina, Oshin, Indra, Halasan, EXOTICON (Sarah, Falin, April, Rina, Elsa) dan untuk teman-teman seperjuangan stambuk 2008 yang selama ini telah memberikan semangat, dorongan dan saran baik dalam pengerjaan skripsi ini maupun dalam proses belajar sehari-hari.

7. Doni M Aritonang S.Si yang selalu memberi semangat dan dukungan yang sangat besar bagi penulis.

8. Terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga penulis di Medan, Uda Ronal dan inang uda juga opung toga yang telah banyak membantu penulis dalam selesainya skripsi ini.

(6)

10.Orang Tua tercinta J. Simatupang dan D. Panjaitan, serta ketiga adik kandung Daniel, Helen Nesriyanti, dan Rayedo Immanuel yang selama ini telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil serta dorongan dan motivasi yang diperlukan.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang lebih baik dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Agustus 2012 Penulis,

(7)

APLIKASI MODEL PERSEDIAAN EOQ MULTI ITEM DALAM MENENTUKAN KUANTITAS PEMESANAN OBAT GENERIK

(Studi Kasus : PT. Indofarma Global Medika Medan)

ABSTRAK

Dalam kegiatan produksi maupun distribusi, persediaan dapat dikategorikan sebagai modal yang berbentuk barang. Di satu sisi, persediaan dianggap sebagai pemborosan, tetapi di sisi lain juga dianggap sebagai aset yang sangat diperlukan untuk menjamin kelancaran pemenuhan permintaan. Persediaan yang terlalu berlebih dapat menimbulkan resiko seperti kerusakan barang dan timbulnya biaya perawatan persediaan. Untuk meminimalkan total biaya persediaan, perusahaan dapat memperhatikan jumlah kebutuhan setiap barang yang akan dipesan. Untuk itu, perlu dicari metode yang tepat yang dapat membantu menentukan jumlah barang yang tepat dalam pemesanan. Tulisan ini menunjukkan pengaplikasian Model Economic Order Quantity (EOQ)multi-item dalam mendapatkan jumlah pemesanan obat generik yang tepat pada PT. Indofarma Global Medika Medan dengan frekuensi pemesanan yang optimal. Pada bagian akhir, didapat diagram perbandingan hasil yang menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ) multi-item dengan hasil yang menggunakan metode perusahaan.

(8)

APLICATION OF ECONOMIC ORDER QUANTITY INVENTORY MODEL FOR ORDERING QUANTITY OF GENERIC MEDICINE

(Case Study : PT. Indofarma Global Medika Medan)

ABSTRACT

In production and distribution activity, inventory can be categorized as a capital in good form. On the one hand, the inventory considered as a waste, but on the other hand is also regarded as an indispensable asset to ensure the smooth fulfillment of the request. Excess inventory may appeared risks such as damage to incurrence goods and inventory maintenance cost. To minimize the total cost of inventory, companies can pay attention to necesity of ordered item. For that, required to find appropriate methods that can help determine the amount of items in order. This paper demonstrates the application of Economic Order Quantity (EOQ) multi-item model to get the precise amount of generic medicine in PT. Indofarma Global Medical Field and . At the end, obtained diagram comparison between result by using Economic Order Quantity (EOQ) multi-item model and result by using the company's method.

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pentingnya Persediaan 8 2.1.2 Jenis-Jenis Persediaan 9 2.1.3 Biaya-Biaya dalam Persediaan 11 2.2 Pengendalian Persediaan 15 2.3 Fungsi Pengendalian Persediaan 15 2.4 Model Pengendalian Persediaan 17 2.5 Analisis ABC 18 2.6 Economic Order Quantity (EOQ) 19 2.7 Safety Stock (Persediaan Pengaman) 23 2.8 Reoeder Point (ROP) 24 2.9 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) 25 2.10 Total Cost (Biaya Total) Persediaan 26 1.6 Metode Penelitian

(10)

3.3.1 Penentuan Total Harga Obat Generik Tahun 2011 38 3.3.2 Penentuan Jumlah Pemesanan Ekonomis Menggunakan

Model EOQ

39 3.3.3 Penentuan Safety Stock (Persediaan Pengaman) 44 3.3.4 Penentuan Reoeder Point (ROP) Obat Generik 46 3.3.5 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) Obat Generik 50 3.3.6 Biaya Total(Total Cost) Persediaan Obat Generik 52

Bab 4 Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan 64

4.2 Saran 65

Daftar Pustaka 66

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Jenis dan Jumlah Kebutuhan Obat Generik 27 Tabel 3.2 Hasil Pengelompokkan Obat Generik Brdasarkan Metode

ABC

32

Tabel 3.3 Daftar Obat Generik Kelompok A 34

Tabel 3.4 Komponen dan Total Biaya Pemesanan 35

Tabel 3.5 Biaya Penyimpanan Obat Generik 36

Tabel 3.6 Total Harga Obat Generik Tahun 2011 38 Tabel 3.7 Perhitungan Jumlah Pemesanan Ekonomis dan Pemesanan

Ulang Kembali Obat Generik dengan Model EOQ

42 Tabel 3.8 Perhitungan Jumlah Safety Stock (Persediaan Pengaman)

untuk Setiap Obat Generik

45 Tabel 3.9 Perhitungan Jumlah Reorder Point (ROP) untuk Setiap Obat

Generik

48 Tabel 3.10 Perhitungan Jumlah Persediaan Maksimal (Maximum

Inventory) Obat Generik

50 Tabel 3.11 Perhitungan Biaya Total (Total Cost) Persediaan Obat

Generik dengan Metode EOQ

54 Tabel 3.12 Perhitungan Biaya Total (Total Cost) Persediaan Obat

Generik dengan Metode Perusahaan

58 Tabel 3.13 Perbandingan TC Perusahaan dengan TC Menurut Model

EOQ

(12)

DAFTAR GAMBAR

Diagram 2.1 Persentase Analisis ABC 19

Grafik 2.1 Total Biaya Persediaan 14

Grafik 2.2 Model Persediaan EOQ 21

Grafik 2.3 Hubungan EOQ Safety Stock dan ROP 24 Diagram 3.1 Analisis ABC untuk Persentase Nilai Investasi 33 Diagram 3.2 Analisis ABC untuk Persentase Jumlah Obat 33 Diagram 3.4 Perbandingan Total Biaya Menggunakan Metode Perusahaan dan

EOQ

(13)

APLIKASI MODEL PERSEDIAAN EOQ MULTI ITEM DALAM MENENTUKAN KUANTITAS PEMESANAN OBAT GENERIK

(Studi Kasus : PT. Indofarma Global Medika Medan)

ABSTRAK

Dalam kegiatan produksi maupun distribusi, persediaan dapat dikategorikan sebagai modal yang berbentuk barang. Di satu sisi, persediaan dianggap sebagai pemborosan, tetapi di sisi lain juga dianggap sebagai aset yang sangat diperlukan untuk menjamin kelancaran pemenuhan permintaan. Persediaan yang terlalu berlebih dapat menimbulkan resiko seperti kerusakan barang dan timbulnya biaya perawatan persediaan. Untuk meminimalkan total biaya persediaan, perusahaan dapat memperhatikan jumlah kebutuhan setiap barang yang akan dipesan. Untuk itu, perlu dicari metode yang tepat yang dapat membantu menentukan jumlah barang yang tepat dalam pemesanan. Tulisan ini menunjukkan pengaplikasian Model Economic Order Quantity (EOQ)multi-item dalam mendapatkan jumlah pemesanan obat generik yang tepat pada PT. Indofarma Global Medika Medan dengan frekuensi pemesanan yang optimal. Pada bagian akhir, didapat diagram perbandingan hasil yang menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ) multi-item dengan hasil yang menggunakan metode perusahaan.

(14)

APLICATION OF ECONOMIC ORDER QUANTITY INVENTORY MODEL FOR ORDERING QUANTITY OF GENERIC MEDICINE

(Case Study : PT. Indofarma Global Medika Medan)

ABSTRACT

In production and distribution activity, inventory can be categorized as a capital in good form. On the one hand, the inventory considered as a waste, but on the other hand is also regarded as an indispensable asset to ensure the smooth fulfillment of the request. Excess inventory may appeared risks such as damage to incurrence goods and inventory maintenance cost. To minimize the total cost of inventory, companies can pay attention to necesity of ordered item. For that, required to find appropriate methods that can help determine the amount of items in order. This paper demonstrates the application of Economic Order Quantity (EOQ) multi-item model to get the precise amount of generic medicine in PT. Indofarma Global Medical Field and . At the end, obtained diagram comparison between result by using Economic Order Quantity (EOQ) multi-item model and result by using the company's method.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah persediaan merupakan salah satu masalah penting yang harus diselesaikan oleh perusahaan. Salah satu upaya dalam mengantisipasi masalah persediaan ini adalah dengan mengadakan suatu sistem pengendalian pada persediaan. Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan muncul karena adanya permasalahan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan seperti kelebihan atau kekurangan persediaan. Jika perusahaan mengalami kelebihan persediaan maka banyak resiko yang harus diatasi perusahaan seperti kerusakan barang, biaya perawatan barang, serta tertanamnya modal. Sebaliknya apabila perusahaan kekurangan persediaan maka akan menimbulkan kekecewaan bagi para pelanggan dan menimbulkan rasa kurang percaya yang akhirmya akan merugikan perusahaan itu sendiri.

(16)

akan mengalami kerugian cukup besar pula. Apabila Persediaan pengaman obat menumpuk, obat akan terus mendekati masa kadaluarsa dan akan mengurangi nilai jualnya. Akibatnya PT. Indofarma Tbk akan mengalami kerugian dalam hal modal dan PT. Indofarma Global Medika Medan tidak dapat memenuhi target kepada PT. Indofarma Tbk.

Dalam menentukan jumlah pemesanan obat untuk setiap periode, PT. Indofarma Global Medika Medan harus memperhatikan nilai ekonomisnya. Apabila perusahaan hanya melakukan satu kali pemesanan, mungkin biaya pemesanan akan cenderung murah, namun dalam penyimpanan perusahaan akan menanggung biaya yang tidak sedikit. Sebaliknya, apabila perusahaan melakukan beberapa kali pemesanan dalam satu periode, biaya yang dikeluarkan akan sedikit mahal akan tetapi biaya penyimpanan dan resiko akan lebih kecil. Karena hal di atas, maka persediaan penting untuk dianalisis dengan menganalisis jumlah obat yang akan dipesan untuk periode berikutnya agar perusahaan dapat mengoptimalkan keuntungan dan meminimumkan biaya dalam penyimpanan persediaan. Dengan kata lain, sangat perlu untuk perusahaan menemukan model-model matematika untuk menentukan mrtode pengendalian persediaan yang cocok diterapkan di perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis memberi judul skripsi ini dengan “Pengoptimalan Kuantitas Pemesanan Obat Generik Menggunakan Model Persediaan

EOQ untuk Multi Item (Studi kasus PT. Indofarma Global Medika Medan) ”.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana mengoptimalkan kuantitas pemesanan obat generik dengan menggunakan model persediaan Economic Order Quantity (EOQ), agar dapat meminimumkan total biaya persediaan obat generik pada PT. Indofarma Global Medika Medan.

(17)

a. Data atau informasi yang diperoleh adalah dari PT Indofarma Global Medika Medan pada tahun 2011 meliputi:

1. Data Jenis-jenis obat generik, jumlah kebutuhan obat bulan Januari-Desember, dan harga masing-masing jenis obat generik.

2. Data kuantitas penerimaan dan distribusi obat generik. 3. Biaya penyimpanan gudang obat.

4. Biaya pemesanan obat generik. 5. Biaya penyimpanan obat generik.

6. Biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan.

7. Data lead time (waktu tunggu) pemesanan obat generik dari pusat.

b. Model yang digunakan adalah Pengendalian persediaan dengan model persediaan Economic Order Quantity (EOQ).

c. Obat dianggap dapat didistribusikan sebelum masa kadaluarsa obat.

d. Biaya persediaan yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan obat generik dianggap tidak berubah (tetap) selama periode perencanaan dan tidak dipengaruhi kebijakan kenaikan (inflasi) dan penurunan (deflasi) harga.

e. Tidak dipertimbangkan adanya faktor acak seperti bencana alam, perang dan lain sebagainya.

f. Data yang diolah dengan model EOQ hanya terdiri dari 25 jenis obat generik yang telah dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan besarnya modal yang terinvestasi tiap obat.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menerapkan penggunaan model Economic Order Quantity (EOQ) untuk menganalisis pengendalian persediaan, dalam efisiensi kuantitas pemesanan obat generik pada PT. Indofarma Global Medika Medan.

1.5 Kontribusi Penelitian

(18)

1. Mengetahui bagaimana metode Economic Order Quantity (EOQ) bermanfaat dalam menentukan kuantitas pemesanan 25 obat generik.

2. Mengetahui efisiensi penggunaan Economic Order Quantity (EOQ) dalam meminimumkan biaya persediaan.

3. Membantu penulis dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat di perkuliahan ke dunia nyata.

4. Menambah wawasan penulis tentang penggunaan model Economic Order Quantity (EOQ) dalam menganalisis pengendalian persediaan.

5. Hasil tulisan ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi untuk perusahan dalam upaya mengendalikan persediaan dalam proses pendistribusian obat ke seluruh instansi.

6. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan untuk mahasiswa matematika, terlebih bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian serupa.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan yang bergerak di bidang distribusi obat-obatan dan alat kesehatan. Langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

(19)

c. Ongkos pemesanan obat generik d. Ongkos penyimpanan obat generik e. Harga obat generik per unit

f. Rata-rata permintaan selama lead time

2. Pengolahan Data

a. Mengelompokkan data obat generik dengan memperhatikan besar investasi tiap obat.

b. Mengambil 26 jenis obat generik yang memiliki total penggunaan biaya paling tinggi

c. Menentukan jumlah pemesanan ekonomis menurut model deterministik, dalam hal ini digunakan model Economic Order Quantity (EOQ) Menentukan persediaan pengaman (safety stock), reorder point (ROP), persediaan maksimal (maximum inventory)

d. Menentukan total biaya persediaan (total cost) dengan menggunakan model EOQ multi item dan membandingkan dengan biaya total persediaan menurut perusahaan.

(20)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Persediaan (Iventory)

Persedian (Iventory) merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki persediaan untuk dapat melangsungkan kegiatan perusahaannya. Keberadaan persediaan dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Dengan kata lain, persediaan digunakan untuk menghadapi ketidakpastian.

Untuk memahami arti persediaan, maka akan dijelaskan beberapa definisi persediaan sebagai berikut:

1. Sofjan Assauri (1993), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Suatu aktiva yang

meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam

suatu periode usaha yang normal”.

2. Freddy Rangkutti (1996), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta

barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari

(21)

3. Sri Mulyono (2002), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Sumber daya yang disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang”.

4. Maulle Sasieni, Athur Yaspen dan Lawrence Friedmen, menjelaskan bahwa “Inventory is the physical stock of goods that a business keeps on hand in order to

promote the smooth and efficient running of its affairs. It may be held before the

production cycle, in the form of raw material inventory; at an intermediate stage

in the production cycle, in the form of raw material.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material yang berupa bahan baku, barang setengah jadi ataupun barang jadi yang akan ditindak lanjuti guna kelancaran usaha suatu perusahaan. Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana menentukan persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan, antara lain:

1. Volume atau jumlah yang dibutuhkan

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediaan bahan baku.

2. Kontinuitas produksi atau distribusi tidak terhenti

Hal ini mengakibatkan diperlukan tingkat persediaan yang tinggi, begitu juga sebaliknya.

3. Sifat barang/penolong

(22)

2.1.1 Pentingnya Persediaan

Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Adapun alasan diperlukannya persediaan suatu perusahaan adalah:

a. Dibutuhkannya waktu untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya.

b. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.

Menurut Render Barry dan Jay Haizer (2001), persediaan dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi

3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk. 4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman yang tidak tepat. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya.

Rosnani Ginting (2007), memaparkan bahwa fungsi persediaan yaitu:

1. Transation Motive

(23)

2. Precatuianary Motive

Persediaan dapat meredam fluktuasi permintaan atau pasokan yang tidak beraturan.

3. Speculation Motive

Persediaan merupakan alat spekulasi untuk mendapatkan keuntungan berlipat dikemudian hari, atau dapt disebut persediaan dapat bersifat

speculator.

2.1.2 Jenis – Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu:

1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock)

Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, yang mana barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts)

Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan barang-barang perlengkapan (supplies stock)

(24)

4. Persediaan barang setengah jadi (work in process/progress stock)

Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods stock)

Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.

Disamping itu persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu: 1. Batch Stock atau Lot Size Inventory

Dalam Batch Stock atau Lot Size Inventory, pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.

2. Fluctuation Stock

Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3. Anticipation Stock

(25)

2.1.3 Biaya-Biaya dalam Persediaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah meminimumkan biaya total persediaan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran atau kerugian yang timbul akibat persediaan. Berikut akan diuraikan komponen biaya dalam persediaan:

1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan.

Biaya pembelian item-item selama satu periode pengendalian persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

= . . . . (1)

Di mana:

= Biaya pembelian selama satu periode = Biaya pembelian per unit

= Jumlah pemesanan

2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Ginting, Rosnani (2007) dalam bukunya mengelompokkan biaya pengadaan menjadi 2 jenis biaya berdasarkan asal-usul barang, yaitu:

a. Biaya Pemesanan (Order Cost)

(26)

a. Pemrosesan pesanan b. Biaya ekspedisi

c. Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya

d. Pengeluaran surat-menyurat dan perlengkapan administrasi lainnya. e. Biaya pengepakan dan penimbangan

f. Biaya pemeriksaan penerimaan g. Biaya pengiriman ke gudang

Biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah per item barangyang dipesan tiap kali pemesanan. Biaya pemesanan dipengaruhi frekuensi pemesanan per-periode kegiatan. Semakin sering dilakukan pemesanan, maka semakin besar pula total biaya pemesanannya.

Total biaya pemesanan selama satu periode dirumuskan sebagai berikut:

= . �

�=1 . . . (2)

Di mana :

= Total biaya pemesanan selama satu periode

= Biaya setiap kali pesan

� = Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal)

Di = Permintaan barang ke-i

b. Biaya Pembuatan (Setup Cost)

(27)

3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost or Carring Cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang pada periode waktu tertentu.

Jika barang yang disimpan merupakan barang jadi yang diterima dari pihak lain, maka biaya penyimpanannya meliputi:

a. Biaya Sumber Daya Manusia (SDM) b. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan c. Biaya modal

d. Biaya resiko kerusakan, kecurian e. Biaya keusangan

f. Biaya asuransi persediaan g. Biaya pajak persediaan

h. Biaya pengelolaan/administrasi penyimpanan

Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan per-periode dan dalam bentuk rupiah per periode per unit barang. Pada perusahaan yang memiliki produk yang lebih dari satu (multi item), terdapat biaya penyimpanan untuk setiap item selain dari biaya penyimpanan untuk gudang.

Biaya penyimpanan persediaan selama satu periode dirumuskan sebagai berikut:

= . �. �

2

�=1 . . . (3)

Di mana:

= Total biaya penyimpanan selama satu periode

= Biaya penyimpanan dalam % dari nilai rata-rata persediaan

� = Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal)

(28)

4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)

Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu yang diperlukan. Biaya kekurangan persediaan pada dasarnya bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Termasuk dalam biaya ini, antara lain:

a. Biaya administrasi tambahan

b. Biaya tertundanya penerimaan keuntungan c. Biaya kehilangan pelanggan.

d. Terganggunya proses produksi atau distribusi. e. Tambahan pengeluaran dan sebagainya.

Dari komponen biaya di atas, terdapat hubungan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (total biaya persediaan) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

A

Gambar 2.1Grafik Total Biaya Persediaan (Ristono, Agus. 2009)

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah barang yang dipesan (order quantity), maka biaya penyimpanan semakin bertambah tinggi sedangkan biaya pemesanan semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil jumlah barang yang dipesan, maka biaya pemesanan semakin besar sehingga biaya penyimpanan semakin kecil. Dengan demikian untuk memperoleh jumlah pemesanan optimum dan

= × +

(29)

2.2 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan masalah utama yang sering dihadapi oleh perusahaan dimana pengendalian persediaan sangat berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan itu sendiri. Berdasarkan pengertian persediaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan yang menentukan ukuran dan mengwasi tingkat persediaan, kapan persediaan harus disiapkan dan berapa jumlah yang harus disediakan. Dengan demikian sistem ini bertujuan untuk menjamin tersedianya barang sesuai dengan permintaan dari konsumen. Persediaan juga dapat memenuhi permintaan yang bertambah sewaktu-waktu.

Adapun tujuan khusus pengendalian persediaan bagi perusahaan, yaitu:

1. Menjaga supaya perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi ataupun distribusi. 2. Menjaga agar pembelian dalam jumlah relatif sedikit dan frekuensinya yang

besar dapat dihindarkan sehingga total biaya pemesanan besar.

3. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih, sehingga biaya yang timbul akibat persediaan tidak terlalu besar.

4. Mencapai penggunaan peralatan yang optimal

5. Membuat pengadaan tidak perlu sesuai dengan penggunaan ataupun penjualannya.

2.3 Fungsi Pengendalian Persediaan

Dalam pengendalian persediaan terdapat beberapa fungsi antara lain:

a. Siklus Persediaan (Inventory Cycle)

(30)

Di samping itu hambatan-hambatan berupa faktor teknologi, transportasi dan lain-lain.

b. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman dapat mencegah terhadap ketidaktentuan persediaan. Artinya sebelum persediaan habis kita harus mempersiapkan sejumlah persediaan. Jika suatu saat terdapat perubahan permintaan menjadi lebih besar, perusahaan dapat memenuhi permintaan tanpa menunggu pemesanan ulang yang mungkin memakan waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.

c. Pipe Line (Transit inventories)

Fungsi pipe line inventories adalah fungsi penghubung antara produsen barang dengan pemasok ataupun konsumen yang dipisahkan oleh geografis yang berjarak jauh dan memerlukan waktu lama untuk masa penyerahan barang.

d. Decoupling Inventories / In Procces Inventory (Persediaan dalam Proses) Fungsi ini merupakan persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat

memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

e. Economic Order Quantity

Fungsi ini merupakan fungsi yang digunakan untuk menetapkan jumlah produk yang akan dipesan tiap kali pemesanan. Kuantitas produk yang telah ditetapkan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan.

(31)

2.4 Model Pengendalian Persediaan

Menurut Pontas M Pardede (2005), di dalam pengendalian persediaan terdapat berbagai jenis model yang dapat digunakan untuk perencanaan dan pengawasan. Untuk membangun atau membentuk model persediaan yang sesuai bagi suatu perusahaan, sebaiknya manajer persediaan mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Mempelajari keadaan yang berlaku yang berkaitan dengan persediaan dan kemudian merumuskan sifat-sifat atau ciri-ciri keadaan tersebut.

b. Merumuskan asumsi-asumsi yang dibutuhkan. c. Membuat rumus atau persamaan biaya persediaan

d. Menggunakan rumus atau persamaan tersebut untuk menentukan titik atau waktu pemesanan serta jumlah pesanan.

Melalui model persediaan, penyederhanaan masalah persediaan akan menjawab dua hal penting, yaitu berapa banyak harus dipesan dan kapan (berapa kali) memesan sehingga persediaan dapat diminimumkan.

Secara Umum, model persediaan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Model Deterministik

Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya.

b. Model Probabilistik

Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya, sehingga perlu didekati dengan distribusi probabilitas.

(32)

2.5 Analisis ABC

Analisis ABC merupakan teknik klasifikasi persediaan yang berguna dalam penentuan jenis barang yang paling penting (diprioritaskan) dalam sistem persediaan yang sifatnya multi-item, termasuk dalam hal pengendalian obat. Karena banyaknya jenis dan jumlah obat pada PT. Indofarma Global Medika Medan, maka untuk mendapatkan prioritas obat yang memerlukan pengendalian yang ketat, perlu dilakukan pengelompokkan. Salah satu metode dalam pengelompokkan adalah dengan analisis ABC.

Analisis ABC dikenal dengan Hukum Pareto, yang menekankan arti penting dari nilai investasi dana yang ditanamkan pada barang persediaan, dan dapat mengklasifikasikan seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya. Berdasarkan Hukum Pereto tersebut, terdapat pembagian jenis barang dalam tiga kategori, yaitu:

a. Kelompok A : Kelompok barang persediaan yang memiliki jumlah unit 10% - 20% dari jumlah seluruh persediaan tetapi nilai investasinya 30% - 70%

dari total nilai investasi.

b. Kelompok B : Kelompok barang persediaan yang memiliki jumlah unit 20% - 30% dari jumlah seluruh persediaan tetapi nilai investasinya 20% - 30% dari total nilai investasi.

c. Kelompok C : Kelompok barang persediaan yang memiliki jumlah unit 30% - 70% dari jumlah seluruh persediaan tetapi nilai investasinya 10% - 20%

dari total nilai investasi.

(33)

Gambar 2.1Diagram Persentase Analisis ABC

Berdasarkan pengelompokkan ini, dapat diketahui bahwa barang-barang yang termasuk dalam kelompok A menjadi fokus utama dalam pengendalian persediaan.

2.6 Economic Order Quantity (EOQ)

Dalam meminimumkan biaya, diperlukan pengetahuan tentang jumlah pemesanan yang paling ekonomis. Dalam usaha menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis tersebut, terdapat dua biaya utama yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang memiliki sifat berbanding terbalik. Apabila barang yang dipesan dalam jumlah yang banyak, biaya pemesanan sedikit namun akan terkendala pada biaya penyimpanan yang cenderung besar. Namun apabila frekuensi pemesanan sering dilakukan, maka biaya pemesanan akan tinggi walaupun bisa meminumkan biaya penyimpanan. Untuk itu diperlukan keseimbangan antara kedua biaya. Dengan kata lain, jumlah pemesanan yang paling ekonomis merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimum. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan

(34)

jumlah pemesanan yang paling ekonomis adalah dengan menggunakan model

Economic Order Quantity (EOQ).

Metode EOQ dapat digunakan apabila kebutuhan-kebutuhan permintaan pada masa yang akan datang memiliki jumlah yang konstan dan relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah permintaan dan masa tenggang diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang konstan dan diketahui. EOQ dihitung dengan menganalisis total biaya (TC). Total Biaya pada satu periode merupakan jumlah dari biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu.

Sukanto (2003) menyatakan bahwa kebijakan persediaan dapat menentukan jumlah pesanan ekonomis yang bertalian dengan penentuan berapa banyak dipesan dan titik pemesanan kembali yang bertalian dengan kapan mengadakan pesanan.

Model persediaan EOQ memakai asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Hanya satu barang yang diperhitungkan

b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus menerus

c. Barang yang dipesan diasumsikan langsung dapat tersedia atau berlimpah d. Waktu tenggang (lead time) bersifat konstan

e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan

f. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan g. Tidak ada quantity discount.

(35)

Tingkat Persediaan

Rata-rata Persediaan = Q/2 Titik di saat pesanan

diterima (reorder point)

Q

Q - D t

�=

Gambar 2.2Grafik Model Persediaan EOQ (Ristono, Agus. 2009)

Dalam metode EOQ digunakan beberapa notasi sebagai berikut: � = Jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)

S = Biaya pemesanan (rupiah/pesan)

ℎ = Biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang) � = Harga barang (rupiah/unit)

� = h x C = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/periode) � = Jumlah pemesanan (unit/pesanan)

T = Jarak waktu antar pesan (tahun,hari,bulan) � = Frekuensi pemesanan

TC = Biaya total persediaan (rupiah/tahun)

Merujuk pada Herjanto, Eddy (1999), cara untuk memperoleh EOQ adalah sebagai berikut:

Biaya pemesanan per-tahun = Frekuensi pesanan x Biaya pesan = �

� ×

Biaya Penyimpanan = Persediaan rata-rata x Biaya penyimpanan = �

(36)

Biaya Total per Tahun = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

TC = �

� × + �

2 × � . . . (4)

Biaya total persediaan akan naik jika semakin banyak unit (Q) yang dipesan maupun unit (Q) yang disimpan. Kondisi minimum pada biaya total persediaan akan tercapai apabila biaya pesan sama dengan biaya simpan,

(37)

maka, persediaan dapat tercapai dengan memesan unit dengan metode EOQ.

2.7 Safety Stock (Persediaan Pengaman)

Masalah kekurangan persediaan obat generik, misalnya karena permintaan obat generik yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan obat yang dipesan pasti dialami oleh setiap perusahaan. Untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan Safety Stock. Dengan adanya persediaan pengaman, perusahaan dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan segera.

Dalam hal ini, PT Indofarma Global Medika Medan menggunakan batas

toleransi (α) = 5% di atas perkiraan dan 5% bawah perkiraan. Dengan batas toleransi

tersebut pada Tabel Standar Deviasi Normal, maka nilai Standar Normal Deviasi (Z) yang digunakan adalah 1,65. Rumus menghitung nilai Safety Stock (SS):

=� × � . . . (7)

Di mana: SS = Safety Stock (persediaan pengaman)

(38)

� = (��−� )

2

n = Banyak data

2.8 Reorder Point (ROP)

Reorder Point ROP atau biasa disebut dengan batas/titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan/ekstra stok.

Menurut Fredi Rangkuti (2004), reorder point terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian kita harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang. Selain itu dapat pula ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang.

Faktor yang mempengaruhi pemesanan ulang (reorder point):

a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai dengan barang datang di perusahaan (Lead Time)

b. Tingkat pemakaian barang rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya

c. Persediaan besi/safety stock (jumlah persediaan barang yang minimum harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya barang

yang dibeli agar perushaaan tidak mengalami “stock out”/gangguan

kelancaran kegiatan produksi karena kehabisan barang.

(39)

Di mana: ROP = Reorder point (titik pemesanan ulang) � = Rata-rata jumlah kebutuhan (unit/bulan)

LT = Lead time / waktu tunggu (bulan)

SS = Safety Stock (persediaan pengaman)

Secara grafik, hubungan EOQ, safety stock dan ROP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3Grafik Hubungan EOQ, Safety Stock dan ROP (Zamit, Yulian. 2003)

2.9 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory)

Maximum Inventory (MI) diperlukan untuk menghindari jumlah persediaan yang berlebihan di gudang, sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar untuk penyimpanan persediaan tersebut. Besarnya persediaan maksimal yang ada di gudang dapat dihitung dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut EOQ dengan jumlah persediaan pengaman (safety stock).

Rumus menghitung persediaan maksimal (maximum inventory):

(40)

Di mana: MI = Maximum Inventory

SS = Safetry stock / persediaan pengaman

EOQ = Economic order quantity (jumlah pemesanan ekonomis)

2.10 Total Cost (Biaya Total) Persediaan

Total cost adalah total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan dapat menjadi lebih efisien jika perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah barang yang tepat untuk dipesan kepada supplier, sehingga persediaan yang dipesan tidak kurang dan tidak melebihi yang dibutuhkan untuk proses produksi atau distribusi. Jika perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah barang yang tepat untuk dipesan, hal ini juga dapat mengefisiensikan biaya pemesanan. Biaya yang tadinya dikeluarkan akibat pemesanan barang yang berlebih dapat diefisiensikan dengan memesan barang yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah barang yang harus dipesan dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan EOQ.

Biaya total persediaan dapat dicari dengan rumus:

Total Cost (TC) = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

= �

� × + �

(41)

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Indofarma Global Medika Medan merupakan perusahaan anakan PT. Indofarma (Persero) Tbk untuk cabang Sumatera Utara, yang bergerak di bidang distribusi obat-obatan (generik) dan alat-alat kesehatan ke instansi pemerintah, piliklinik, perusahaan swasta, rumah sakit, apotek, dan lain sebagainya. PT. Indofarma Global Medika Medan terletak di Jl. Karya Ujung No. 4 BCD, Helvetia Ujung, Medan.

(42)

3.2 Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara pengamatan langsung dari perusahaan, diskusi maupun wawancara dengan pihak perusahaan serta mengutip informasi dan arsip yang sesuai dengan data yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Data-data yang diperoleh dari arsip PT. Indofarma Global Medika Medan adalah sebagai berikut:

1. Data Jenis-jenis dan Kebutuhan Obat Generik Tahun 2011

Dari data jenis obat yang diperoleh dari PT. Indofarma Global Medika Medan, terdapat ± 129 jenis obat generik yang didistribusikan. Berikut adalah jenis obat generik tersebut:

Tabel 3.1 Data Jenis dan Jumlah Kebutuhan Obat Generik Tahun 2011

No Jenis Obat Harga

(Rp)

Jumlah Kebutuhan (Kotak/Botol/Box)

1 Amoxicillin 500 mg (Kaplet) 26.890 43.445 2 Co Amoxiclav 625 mg (Tablet) 127.401 7.962 3 Captopril 25 mg (Tablet) 8.309 95.946 4 Glibenclamide 5 mg (Tablet) 4.927 102.661 5 Dexamethasone 5 mg/ml Injeksi 154.694 3.061 6 Ambroxol 15 mg/5 ml (Botol) 2.654 136.690 7 Ambroxol 30 mg (Tablet) 9.568 37.136

8 Acyclovir 5% Krim 51.184 6.341

(43)
(44)

No Jenis Obat Harga

(45)

No Jenis Obat Harga (Rp)

Jumlah Kebutuhan (Kotak/Botol/Box)

76 Glucosamin 500mg Chondroitin

400mg Vitamin C 50mg 57.810 1.053 84 Clindamycin 150 mg (Kapsul) 19.906 2.693 85 Ondansetron 8 mg/4 ml (Injeksi) 27.753 1.907 86 Haloperidol 1,5 mg (Tablet) 7.368 6.995 87 Aminophylline 200 mg (Tablet) 8.853 5.637 88 Ondansetron 4 mg (Tablet) 13.087 3.744

89 Sulfadoxine Pyrimehamine 525 mg

(Tablet) 42.320 1.155

90 Amoxicillin 250 mg (Kapsul) 27.481 1.752

91 Oralit 200 ml Serbuk 8.486 5.628

92 Erythromycin 500 mg (Tablet) 65.030 608 93 Cotrimoxazole 240 mg/5 ml

(Suspensi) 3.195 11.742

94 Cyanocobalamine 500 mcg/ml

(46)
(47)

129 persediaan obat generik tersebut kemudian dikelompokkan dengan menggunakan metode ABC dengan cara:

1) Menghitung nilai investasi masing-masing obat generik selama tahun 2011. 2) Menghitung total investasi seluruh persediaan obat generik selama tahun 2011. 3) Menghitung persentase nilai investasi masing-masing obat generik.

4) Obat generik diurutkan berdasarkan persentase nilai investasinya, mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil.

5) Menghitung akumulasi dari persentase nilai investasi tersebut.

6) Obat generik kelompok A adalah obat dengan nilai investasi 30% - 70% dari keseluruhan investasi obat, obat generik kelompok B adalah obat dengan nilai investasi 20% - 30% dari nilai keseluruhan investasi obat, sedangkan obat kelompok C adalah obat dengan investasi 10% - 20% dari keseluruhan nilai investasi obat. Hasil dari pengelompokkan dengan metode ABC ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Hasil Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Metode ABC

Kelompok Jumlah Obat

Nilai Investasi (Rp)

Persentase Nilai Investasi

(%)

Persentase Jumlah Obat

(%)

A 25 9.162.315.164,06 54,80 19,38

B 38 5.054.836.699,13 30,23 24,46

C 66 2.502.081.615,69 14,97 51,16

(48)

Dari tabel di atas, didapat hasil analisis bahwa Kelompok A merupakan kelompok dengan investasi paling tinggi, yaitu Rp9.162.315.164,06 atau sebesar 54,80% dari total nilai investasi obat generik dan jumlahnya adalah 25 obat atau sebesar 19,38% dari total persediaan obat generik. Jadi kelompok ini merupakan kelompok obat yang perlu pengendalian ketat karena nilai investasinya yang tinggi.

Hasil pengelompokkan dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 3.2 Diagram Analisis ABC untuk Persentase Nilai Investasi

Gambar 3.3 Diagram Analisis ABC untuk Persentase Jumlah Obat

19,38% 24,46%

51,16%

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%

A B C

54,80%

30,23%

14,97%

(49)

Tabel 3.3 Daftar Obat Generik Kelompok A 4 Glibenclamide 5 mg (Tablet) 4.927 102.661 5 Dexamethasone 5 mg/ml Injeksi 154.694 3.061 6 Ambroxol 15 mg/5 ml (Botol) 2.654 136.690 7 Ambroxol 30 mg (Tablet) 9.568 37.136

8 Acyclovir 5% Krim 51.184 6.341

(50)

2. Data Biaya Pemesanan Persediaan Obat Generik Tahun 2011

Besarnya biaya pemesanan diketahui dari rincian biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan dalam satu kali pesan. Biaya pemesanan obat pada PT. Indofarma Global Medika Medan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Komponen dan Total Biaya Pemesanan

No Komponen Biaya Pemesanan Biaya Pemesanan (Rp)

1 Biaya upah sumber daya manusia 55.000

2 Biaya telekomunikasi 8.500

3 Biaya alat tulis kantor 5.000

4 Biaya listrik 10.000

Total Biaya Satu Kali Pemesanan 78.500

Biaya pemesanan ini bersifat konstan, di mana besarnya tidak tergantung dari besarnya nilai atau banyaknya obat yang dipesan sehingga setiap item persediaan di PT. Indofarma Global Medika Medan membutuhkan biaya pemesanan yang sama.

3. Data Biaya Penyimpanan Persediaan Obat Generik Tahun 2011

(51)

Dalam 1 tahun ada 12 bulan maka perhitungan biaya penyimpanan per-item dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

=

12 �ℎ

Di mana: H = Biaya penyimpanan S = Harga obat generik per-item

h = Persentase biaya penyimpanan per-item

Misalnya untuk biaya penyimpanan item obat yang berjenis Amoxicillin 500 mg: Diketahui : S = Rp. 26.890

Jadi diperoleh biaya penyimpanan untuk item Amoxicillin 500 mg yaitu Rp. 134,45. Selanjutnya untuk biaya penyimpanan tiap item obat generik pada PT. Indofarma Global Medika Medan dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Biaya Penyimpanan Obat Generik

No ( i )

(52)

No ( i ) 10 Allopurinol 100 mg

(Tablet) 10.085 0,06 50,43

11 Piroxicam 20 mg (Kapsul) 10.263 0,06 51,32 12 Hydrocortisone 2,5 %

(Krim) 53.187 0,06 265,94

13 Carbamazepine 200 mg

(Tablet) 21.733 0,06 108,67

14 Chloramphenicol 250 mg

(Kapsul) 23.625 0,06 118,13

15 Pyrazinamide 500 mg

(Tablet) 18.526 0,06 92,63

16 Methylprednisolone 4 mg 36.155 0,06 180,78 17 Clindamycin 300 mg

(Kapsul) 29.670 0,06 148,35

18 Furosemide 10 mg/ml

(Injeksi) 34.251 0,06 171,26

19 Lincomycin 500 mg

(Kapsul) 32.113 0,06 160,57

20 Propylthiouracyl 100 mg

(Tablet) 25.808 0,06 129,04

21 Lansoprazole 30 mg

(Kapsul) 14.888 0,06 74,44

22 Gentamicin 40 mg/ml

(Injeksi) 13.734 0,06 68,67

23 Paracetamol 500 mg

(Tablet) 9.052 0,06 45,26

24 Asam Mefenamat 500 mg

(Tablet) 13.516 0,06 67,58

25 Thiamphenicol 500 mg

(53)

4. Data Lead Time (Waktu Tunggu) Penerimaan Obat Generik

Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk gudang. Lead time untuk setiap masing-masing obat sama yaitu 3 hari karena pemesanan obat dilakukan secara bersamaan.

3.3 Pengolahan Data

Dalam mengolah data untuk mendapat solusi dari masalah ini, dilakukan beberapa tahap. Setelah data-data yang dibutuhkan diperoleh, maka pengolahan data dilakukan berdasarkan metodologi yang telah dipaparkan pada Bab 1.

3.3.1 Penentuan Total Harga Obat Generik Tahun 2011

Pengolahan data diawali dengan menentukan total harga obat generik yang telah dikelompokkan ke dalam kelompok A. Data obat generik yang akan dibahas adalah sebanyak 25 jenis obat. Total harga masing-masing obat generik dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.6 Total Harga Obat Generik Tahun 2011

No Jenis Obat

(54)

No Jenis Obat

9 Acyclovir 400 mg (Tablet) 38.882 8.329 323.848.178 10 Allopurinol 100 mg (Tablet) 10.085 29.901 301.551.585 11 Piroxicam 20 mg (Kapsul) 10.263 27.758 284.880.354 12 Hydrocortisone 2,5 % (Krim) 53.187 4.867 258.861.129 13 Carbamazepine 200 mg (Tablet) 21.733 11.908 258.796.564 14 Chloramphenicol 250 mg Kpsl 23.625 10.492 247.873.500 15 Pyrazinamide 500 mg (Tablet) 18.526 13.225 245.006.350 16 Methylprednisolone 4 mg 36.155 6.627 239.599.185 17 Clindamycin 300 mg (Kapsul) 29.670 7.757 230.150.190 18 Furosemide 10 mg/ml (Injeksi) 34.251 6.696 229.344.696 19 Lincomycin 500 mg (Kapsul) 32.113 7.131 228.997.803 20 Propylthiouracyl 100 mg (Tablet) 25.808 8.844 228.245.952 21 Lansoprazole 30 mg (Kapsul) 14.888 15.212 226.476.256 22 Gentamicin 40 mg/ml (Injeksi) 13.734 16.235 222.971.490 23 Paracetamol 500 mg (Tablet) 9.052 24.181 218.886.412 24 Asam Mefenamat 500 mg (Tablet) 13.516 15.929 215.296.364 25 Thiamphenicol 500 mg (Kapsul) 50.095 3.988 199.778.860

Total 9.162.362.327

Sumber : Daftar Jenis dan Harga Obat PT. Indofarma Global Medika Medan

Dari tabel diatas dapat diketahui total harga obat generik secara keseluruhan adalah Rp. 9.162.362.327,00 .

3.3.2 Penentuan Jumlah Pemesanan Ekonomis Menggunakan Model EOQ

(55)

Jumlah pemesanan ekonomis dengan metode EOQ dapat dihitung dengan rumus:

� =

2

Di mana:

� = Jumlah kebutuhan persediaan untuk item ke-i selama periode tertentu = Biaya pemesanan setiap kali melakukan pemesanan

� = Biaya penyimpanan item ke-i

� = Jumlah obat generik ke-i setiap kali melakukan pemesanan

Siklus pemesanan ulang dapat dicari dengan model EOQ dalam 1 tahun yaitu dengan rumus:

� = � �

Misalnya untuk item obat yang berjenis Amoxicillin 500 mg:

Data yang dibutuhkan adalah:

1. Jumlah kebutuhan Amoxicillin 500 mg dalam satu tahun ( 1 = 43.445)

2. Biaya pemesanan ( = 78.500)

3. Biaya penyimpanan Amoxicillin 500 mg ( = 134,45)

Maka,

1 =

2 1

(56)

1 =

2 43.455 (78.500) 134,45

1 =

6.822.435.000 134,45

� = 7122,61kotak (100)

Jadi didapatlah jumlah pemesanan ekonomis untuk item Amoxicillin 500 mg yaitu

7122,61 kotak (100). Sehingga siklus pemesanan ulang untuk item Amoxicillin 500 mg dapat dicari sebagai berikut:

� = � � =

43.445

7122,61= 6,10 kali/tahun

Selanjutnya untuk jumlah pemesanan ekonomis dan siklus pemesanan ulang tiap item

(57)

Tabel 3.7 Perhitungan Jumlah Pemesan Ekonomis dan Pemesanan Ulang Kembali Obat Generik dengan Model EOQ

10 Allopurinol 100 mg

(Tablet) Kotak 100 29.901 78.500 50,43 10.085 9.648,24 3,10

11 Piroxicam 20 mg

(Kapsul) Kotak 120 27.758 78.500 51,32 10.263 9.215,11 3,01

12 Hydrocortisone 2,5

(58)

No (�)

17 Clindamycin 300 mg

(Kapsul) Kotak 50 7.757 78.500 148,35 29.670 2.865,19 2,71

23 Paracetamol 500 mg

(Tablet) Kotak 100 24.181 78.500 45,26 9.052 9.158,61 2,64

(59)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari persediaan 25 obat generik kelompok A, jumlah setiap kali pemesanan yang paling ekonomis (EOQ) bervariasi dan berkisar antara jumlah 788,24 hingga 40214,51 tergantung dari kebutuhan selama 1 tahun (2011), biaya pemesanan, dan biaya penyimpanannya. Sedangkan frekuensi pemesanan paling ekonomis maksimal 6 kali pemesanan dalam 1 tahun.

PT. Indofarma Global Medika Medan melakukan satu kali pemesanan dalam satu bulan, artinya dalam 1 tahun perusahaan melakukan pemesanan ±12 kali pemesanan untuk setiap obat generik. Dari sisi pemesanan ulang dalam 1 tahun, dapat dilihat bahwa pemesanan dengan menggunakan EOQ berbeda setiap obat generik. Hal ini karena besarnya kebutuhan untuk tiap obat generik berbeda-beda.

3.3.3 Penentuan Safety Stock (Persediaan Pengaman)

Masalah kekurangan persediaan obat generik, misalnya karena permintaan obat generik yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan obat yang dipesan pasti dialami oleh setiap perusahaan. Untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan

Safety Stock. Dengan adanya persediaan pengaman, perusahaan dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan segera.

Dalam hal ini, PT Indofarma Global Medika Medan menggunakan batas toleransi

(α) = 5% di bawah perkiraan. Dengan batas toleransi tersebut pada Tabel Standar Deviasi

Normal, maka nilai Standar Normal Deviasi (Z) yang digunakan adalah 1,65. Dengan menenentukan Standard Normal Deviasi setiap obatnya, maka dapat di cari Safety Stock

dengan rumus:

= ��

Di mana:

= Jumlah Safety Stock (Persediaan Pengaman) per-obat � = Standar Normal Deviasi keseluruhan

(60)

Jumlah Safety stock tiap item obat generik pada PT. Indofarma Global Medika Medan dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:

(61)

No Jenis Kemasan

3.3.4 Reorder Point (ROP) Obat Generik

Reorder point (ROP) adalah menunjukkan suatu tingkat persediaan di mana pada saat itu harus dilakukan pemesanan. PT. Indofarma Global Medika Medan memiliki waktu kerja

± 51 minggu setiap tahunnya. Dalam penerimaan barang dari perusahaan pusat yaitu PT. Indofarma Tbk, PT. Indofarma Global Medika Medan memiliki waktu tunggu

± 3 hari atau 0,42 minggu setiap bulannya. Reorder Point (ROP) untuk tiap obat generik pada kelompok A dapat dicari dengan rumus berikut:

=� × +

Di mana:

ROP = Reorder Point (ROP) untuk tiap obat generik

= Jumlah Safety Stock (Persediaan Pengaman) per-obat � = Kebutuhan rata-rata tiap obat generik per-bulan

(62)

Berikut waktu tunggu obat pada perusahaan:

LT = 3 hari = 0,42 minggu = 0,42 x 12

51

= 0,0988 bulan

Aplikasi rumus dapat dilihat dari pencariaan Reorder Point (ROP) untuk satu item obat berikut:

Misalnya untuk item obat yang berjenis Amoxicillin 500 mg:

Diketahui :

= 492,72 kotak (100) � =

12=

43.445

12 = 3.620,42

= 0,0988 bulan

Maka,

= 3.620,42 � 0,0988 + 492,72

= 850,42kotak (100)

Jadi diperoleh jumlah reorder point (ROP) untuk item Amoxicillin 500 mg yaitu 850,42

kotak (100).

(63)

Tabel 3.9 Perhitungan Jumlah Reorder Point (ROP) untuk Setiap Obat Generik

4 Glibenclamide 5 mg (Tablet) 102.661 8.555,08 0,0988 1.163,89 2.009,13

(64)

No Jenis

(D) Kebutuhan (Kotak/Botol)

Per-Tahun

� =

Kebutuhan (Kotak/Botol)

Per-Bulan

(LT)

Lead Time

(Bulan)

(SS)

Safety Stock

(Kotak/Botol)

=� × � +

(Kotak/Botol)

13 Carbamazepine 200 mg (Tablet) 11.908 992,33 0,0988 134,87 232,91

14 Chloramphenicol 250 mg (Kapsul) 10.492 874,33 0,0988 119,13 205,51

15 Pyrazinamide 500 mg (Tablet) 13.225 1.102,08 0,0988 149,67 258,56

16 Methylprednisolone 4 mg 6.627 552,25 0,0988 75,08 129,64

17 Clindamycin 300 mg (Kapsul) 7.757 646,42 0,0988 87,91 151,78

18 Furosemide 10 mg/ml (Injeksi) 6.696 558,00 0,0988 75,90 131,03

19 Lincomycin 500 mg (Kapsul) 7.131 594,25 0,0988 80,97 139,68

20 Propylthiouracyl 100 mg (Tablet) 8.844 737,00 0,0988 100,22 173,04

21 Lansoprazole 30 mg (Kapsul) 15.212 1.267,67 0,0988 172,34 297,59

22 Gentamicin 40 mg/ml (Injeksi) 16.235 1.352,92 0,0988 183,89 317,56

23 Paracetamol 500 mg (Tablet) 24.181 2.015,08 0,0988 274,23 473,32

(65)

3.3.5 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) Obat Generik

Maximum Inventory (MI) diperlukan untuk menghindari jumlah persediaan yang berlebihan di gudang, sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar untuk penyimpanan persediaan tersebut.

Besarnya persediaan maksimal yang ada di gudang dapat dihitung dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut EOQ dengan jumlah persediaan pengaman (safety stock).

Persediaan maksimal (Maximum Inventory) obat generik pada PT. Indofarma Global Medika Medan dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10 Perhitungan Jumlah Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) Obat Generik 3 Captopril 25 mg (Tablet) 1.088,03 19.040,47 20.128,50 4 Glibenclamide 5 mg (Tablet) 1.163,89 25.575,98 26.739,87 5 Dexamethasone 5 mg/ml Injeksi 34,52 788,24 822,76 6 Ambroxol 15 mg/5 ml (Botol) 1.550,04 40.214,51 41.764,55 7 Ambroxol 30 mg (Tablet) 421,00 11.039,56 11.460,56

8 Acyclovir 5% Krim 71,91 1.972,32 2.044,23

(66)

No Jenis Obat

(SS)

Safety Stock

(Kotak/Botol)

(Kotak/Botol)

Per-Pesan

MI = SS + EOQ

(Kotak/Botol)

12 Hydrocortisone 2,5 % (Krim) 55,13 1.695,07 1.750,20 13 Carbamazepine 200 mg (Tablet) 134,87 4.147,77 4.282,64 14 Chloramphenicol 250 mg (Kpsl) 119,13 3.734,21 3.853,34 15 Pyrazinamide 500 mg (Tablet) 149,67 4.734,48 4.884,15 16 Methylprednisolone 4 mg 75,08 2.399,02 2.474,10 17 Clindamycin 300 mg (Kapsul) 87,91 2.865,19 2.953,10 18 Furosemide 10 mg/ml (Injeksi) 75,90 2.477,59 2.553,49 19 Lincomycin 500 mg (Kapsul) 80,97 2.640,54 2.721,51 20 Propylthiouracyl 100 mg (Tblt) 100,22 3.280,29 3.380,51 21 Lansoprazole 30 mg (Kapsul) 172,34 5.664,22 5.836,56 22 Gentamicin 40 mg/ml (Injeksi) 183,89 6.092,46 6.276,35 23 Paracetamol 500 mg (Tablet) 274,23 9.158,61 9.432,84 24 Asam Mefenamat 500 mg

(Tablet)

180,76 6.083,24 6.264,00

(67)

3.3.6 Biaya Total (Total Cost) Persediaan Obat Generik

Biaya Total Persediaan (Total Cost) adalah total dari biaya total pemesanan dan biaya total penyimpanan. Teori ini dapat dilihat dalam rumus berikut:

= 1

1

× + 1

2 × 1

Untuk biaya total seluruh item :

= �

� × +

2 × �

�=1

Di mana:

= Biaya Total Persediaan

� = Jumlah kebutuhan persediaan untuk item ke-i selama periode tertentu = Biaya pemesanan setiap kali melakukan pemesanan

� = Biaya penyimpanan item ke-i

� = Jumlah obat generik ke-i setiap kali melakukan pemesanan

Aplikasi rumus dapat dilihat dari pencariaan Biaya Total Persediaan untuk satu Item obat berikut:

Misalnya untuk item obat yang berjenis Amoxicillin 500 mg: Diketahui:

1 = 43.445 kotak (100)

= Rp. 78.500 1 = Rp. 134,45

(68)

Maka,

= 1

1

× + 1

2 × 1

= 43.445

7.122,61 × 78.500 +

7.122,61

2 × 134,45

= 478.817,81 + 478.817,46

= 957.635,27

Jadi didapatlah biaya total persediaan untuk item Amoxicillin 500 mg yaitu

.957.635,27

(69)

Tabel 3.11 Perhitungan Biaya Total (Total Cost) Persediaan Obat Generik dengan Metode EOQ

(Tablet) 102.661 78.500 24,64 25.575,98 630.192,05

5 Dexamethasone 5

10 Allopurinol 100 mg

(Tablet) 29.901 78.500 50,43 9.648,24 486.560,85

11 Piroxicam 20 mg

(Kapsul) 27.758 78.500 51,32 9.215,11 472.919,51

12 Hydrocortisone 2,5 %

(70)

No (�)

13 Carbamazepine 200 mg

(Tablet) 11.908 78.500 108,67 4.147,77 450.737,89

14 Chloramphenicol 250

mg Kpsl 10.492 78.500 118,13 3.734,21 441.122,35

15 Pyrazinamide 500 mg

(Tablet) 13.225 78.500 92,63 4.734,48 438.554,43

16 Methylprednisolone 4

mg 6.627 78.500 180,78 2.399,02 433.694,09

17 Clindamycin 300 mg

(Kapsul) 7.757 78.500 148,35 2.865,19 425.049,57

18 Furosemide 10 mg/ml

(Injeksi) 6.696 78.500 171,26 2.477,59 424.312,20

19 Lincomycin 500 mg

(Kapsul) 7.131 78.500 160,57 2.640,54 423.991,59

20 Propylthiouracyl 100

mg (Tablet) 8.844 78.500 129,04 3.280,29 423.288,40

21 Lansoprazole 30 mg

(Kapsul) 15.212 78.500 74,44 5.664,22 421.644,24

22 Gentamicin 40 mg/ml

(Injeksi) 16.235 78.500 68,67 6.092,46 418.369,00

(71)

No (�)

Berdasarkan model EOQ (Economic Order Quantity) pada tabel di atas, maka total biaya persediaaan obat generik untuk obat kelompok A pada PT. Indofarma Global Medika Medan adalah sebagai berikut:

TC = � Rp.418.369,00 + Rp. 414.518,79 + Rp.411.105,40 + Rp.397.668,47

= Rp. 12.886.049,69

(72)

Perusahaan memiliki cara tersendiri dalam mencari biaya total persediaan. Berikut akan dijabarkan total biaya persediaan menurut perusahaan:

Misalnya untuk item obat yang berjenis Amoxicillin 500 mg: Diketahui:

� = 3620,42 kotak (100) = Rp. 78.500

1 = Rp. 134,45

= 12 bulan (1 tahun)

Maka,

= � × + ×

= 3.620,42 × 134,45 + 12 × 78.500

= 486.765,47 + 942.000

= 1.428.765,47

Menurut perusahaan biaya total persediaan untuk item Amoxicillin 500 mg adalah Rp.

1.428.765,47

(73)

Tabel 3.12 Perhitungan Biaya Total (Total Cost) Persediaan Obat Generik dengan Metode Perusahaan

(Kaplet) 43.445 3.620,42 78.500 134,45 1.428.765,47

2 Co Amoxiclav 625

mg (Tablet) 7.962 663,50 78.500 637,01 1.364.656,14

3 Captopril 25 mg

(Tablet) 95.946 7995,50 78.500 41,55 1.274.213,03

4 Glibenclamide 5 mg

(Tablet) 102.661 8.555,08 78.500 24,64 1.152.797,17

5 Dexamethasone 5

mg/ml Injeksi 3.061 255,08 78.500 773,47 1.139.296,73

6 Ambroxol 15 mg/5

10 Allopurinol 100 mg

(74)

No (�)

12 Hydrocortisone 2,5 %

(Krim) 4.867 405,58 78.500 265,94 1.049.859,95

13 Carbamazepine 200

mg (Tablet) 11.908 992,33 78.500 108,67 1.049.836,50

14 Chloramphenicol 250

mg Kpsl 10.492 874,33 78.500 118,13 1.045.284,60

15 Pyrazinamide 500 mg

(Tablet) 13.225 1.102,08 78.500 92,63 1.044.085,67

16 Methylprednisolone 4

mg 6.627 552,25 78.500 180,78 1.041.835,76

17 Clindamycin 300 mg

(Kapsul) 7.757 646,42 78.500 148,35 1.037.896,41

18 Furosemide 10 mg/ml

(Injeksi) 6.696 558,00 78.500 171,26 1.037.563,08

19 Lincomycin 500 mg

Gambar

gambar benda kerja, dan sebagainya.
Gambar 2.1 Grafik Total Biaya Persediaan (Ristono, Agus. 2009)
Gambar 2.1 Diagram Persentase Analisis ABC
Gambar 2.2 Grafik Model Persediaan EOQ (Ristono, Agus. 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model persediaan akan sangat tergantung kepada sifat bahan, dalam penelitian ini digunakan model Economic Order Quantity dimana model ini sebagai penentu jumlah pemesanan

Judul : Pengendalian Persediaan Barang Jadi dengan Menggunakan Metode Deterministik Economic Order Quantity (EOQ) Multi-Item (Studi Kasus : CV. Rosarmi

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Roti Guna Meminimumkan Biaya Persediaan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (studi kasus pada CV. Foker Cake

454 Analisis Perencanaan Pemesanan Crude Oil untuk Efisiensi Biaya Persediaan Menggunakan Metode Forecasting dan Economic Order Quantity EOQ pada PT XYZ Ade Momon*, Nadia Fasa, Eva