• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Pengalih Otomatis Transformator Hubungan Delta-Delta Menggunakan Sistem Digital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Pengalih Otomatis Transformator Hubungan Delta-Delta Menggunakan Sistem Digital"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN PENGALIH OTOMATIS

TRANSFORMATOR HUBUNGAN DELTA-DELTA

MENGGUNAKAN SISTEM DIGITAL

OLEH :

NAMA : RISA RIANI

NIM

: 080402067

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN PENGALIH OTOMATIS TRANSFORMATOR

HUBUNGAN DELTA-DELTA MENGGUNAKAN SISTEM

DIGITAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana

(S-1) pada Departemen Teknik Elektro Konsentrasi Energi Listrik

OLEH :

NAMA : RISA RIANI

NIM

: 080402067

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERANCANGAN PENGALIH OTOMATIS

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada tanggal 28 bulan Mei tahun 2012 di depan penguji :

1. Ir. Sumantri Zulkarnaen : Ketua Penguji 2. Ir. Zulkarnaen Pane : Anggota Penguji 3. Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si : Anggota Penguji

Diketahui Oleh : Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro Pembimbing Tugas Akhir

(4)

ABSTRAK

Penggunaan hubungan delta-delta pada transformator memiliki kelebihan

yaitu masih mampu menyalurkan daya hingga 57,7% dari kapasitas total meskipun

salah satu transformatornya terbuka (open) dari sistem. Pada tugas akhir ini,

kelebihan delta-delta dikembangkan dengan merancang sebuah simulasi sistem back up menggunakan transformator cadangan yang akan menggantikan transformator yang terlepas secara otomatis saat penggunaan daya oleh beban telah mendekati batas

kemampuan transformator hubungan open-delta (kondisi fault). Fungsi pendeteksi

fault dan pengontrolan dalam sistem simulasi dirancang menggunakan rangkaian logika. Penanganan fault kemudian dilakukan setelah rentang waktu tertentu, guna menjamin fault terjadi secara permanen. Pada akhirnya, implementasi dari rancangan ini diharapkan menghasilkan sebuah sistem yang fault tolerant.

Pengujian yang dilakukan terhadap rancangan, diperoleh persentase kesalahan

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, halangan,

dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat beriring salam

penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yaitu ayahanda Sawal dan

ibunda Lummasari, serta adik Oci Khairani yang merupakan bagian dari hidup

penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga

sekarang. Serta tidak lupa kepada yang teristimewa Ricky Hariady yang telah begitu

banyak memberi dorongan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini:

PERANCANGAN PENGALIH OTOMATIS TRANSFORMATOR HUBUNGAN DELTA-DELTA MENGGUNAKAN SISTEM DIGITAL

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

(6)

1 Bapak Ir. Satria Ginting, M.T selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas

nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Ahri Bariun, M.Sc selaku Penasehat Akademis penulis, atas

bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rachmad Fauzi ST, MT

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara atas segala bantuannya.

5. Abang, kakak dan teman-teman di elektro : Kak Taci, B’Luthfi, B’Gifari,

B’Suib, B’Rudy, B’Harry, B’Sujek, B’Kira, B’Prindi, B’Cisco, B’Harapan,

Maria, Aji, Wilvian, Yuli dan Wangto, semoga silaturrahmi kita terus terjaga.

6. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari

segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, saran dan kritik dengan tujuan

menyempurnakan dan mengembangkan kajian bidang ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Medan, Mei 2012

Penulis

(7)
(8)

2.5 Transformator Tiga Fasa ... 18

2.5.1 Umum ... 18

2.5.2 Kontruksi Transformator Tiga Fasa ... 19

2.5.3 Hubungan Tiga Fasa Transformator ... 20

2.5.4 Jenis Hubungan Belitan Transformator Tiga Fasa ... 22

2.6 Transformator Tiga Fasa hubungan Open-delta... 27

(9)

IV. SIMULASI RANCANGAN PENGALIH OTOMATIS TRANSFORMATOR HUBUNGAN DELTA-DELTA

MENGGUNAKAN SISTEM DIGITAL ... 48

4.1 Umum ... 48

4.2 Transformator Bank ... 52

4.3 Over Current Sensor ... 54

4.4 Fault Detector ... 59

4.5 Fault Handler ... 62

4.6 Reset ... 65

V. PENGUJIAN ... 68

5.1 Pengujian Over Current Sensor ... 68

5.2 Pengujian timer ... 72

5.2.1 Pengujian timer fault ... 72

5.2.2 Pengujian timer reset ... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1 Kesimpulan... 75

6.2 Saran ... 76

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kontruksi Transformator Tipe Inti (core type) ... 8

Gambar 2.2 Kontruksi Transformator Tipe Cangkang (shell type) ... 8

Gambar 2.3 Aliran Fluks pada Transformator ... 9

Gambar 2.4 Gambar Gelombang I tertinggal 900 dari V ... 11

Gambar 2.5 Gambar Gelombang Tegangan (eP) tertinggal 900 dari Fluks (Ф)11 Gambar 2.6 Transformator Keadaan Berbeban ... 13

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Transformator ... 13

Gambar 2.8 Diagram Vektor Transformator ... 14

Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Transformator dari Sisi Primer ... 15

Gambar 2.10 Penyederhanaan akhir Rangkaian Transformator ... 15

Gambar 2.11 Diagram Vektor Transformator Berbeban Resistif ... 16

Gambar 2.12 Diagram Vektor Transformator Berbeban Induktif ... 17

Gambar 2.13 Diagram Vektor Transformator Berbeban Kapasitif ... 18

Gambar 2.14 Transformator Tiga Fasa tipe Inti ... 19

Gambar 2.15 Transformator Tiga Fasa tipe Cangkang ... 19

Gambar 2.16 Diagram Vektor Transformator Tiga Fasa tipe Cangkang ... 20

Gambar 2.17 Transformator Tiga Fasa hubungan Bintang ... 21

Gambar 2.18 Transformator Tiga Fasa hubungan Delta ... 22

Gambar 2.19 Transformator Tiga Fasa hubungan YY... 23

Gambar 2.20 Transformator Tiga Fasa hubungan Y∆ ... 24

(11)

Gambar 2.22 Transformator Tiga Fasa hubungan ∆∆ ... 26

Gambar 2.23 Transformator Tiga Fasa Open-delta Berbeban ... 28

Gambar 2.24 Diagram Fasor Tegangan dan Arus Transformator Open-delta .. 28

Gambar 3.1 Rangkaian sederhana logika AND ... 34

Gambar 3.2 Simbol gerbang AND ... 34

Gambar 3.3 Rangkaian sederhana logika OR ... 35

Gambar 3.4 Simbol gerbang dan ekspresi Boolean OR ... 35

Gambar 3.5 Simbol NOT ... 36

Gambar 3.6 Rangkaian Gabungan NOT, OR dan AND ... 37

Gambar 3.7 Rangkaian penyederhanaan gabungan NOT, OR dan AND ... 37

Gambar 3.8 Rangkaian Flip-Flop JK ... 38

Gambar 3.9 Rangkaian Flip-Flop D ... 40

Gambar 3.10 Rangkaian Logika menggunakan IC TTL 7408 ... 41

Gambar 3.11 Rangkaian Logika menggunakan IC CMOS 4801 ... 42

Gambar 3.12 Diagram sambungan IC seri 7404 ... 43

Gambar 3.13 Diagram sambungan IC seri 7408 ... 43

Gambar 3.14 Diagram sambungan IC seri 7432 ... 44

Gambar 3.15 Diagram sambungan IC seri 7474 ... 44

Gambar 3.16 Diagram sambungan IC seri 7476 ... 45

Gambar 3.17 Diagram koneksi IC seri 74123 ... 46

Gambar 3.18 Rangkaian Pewaktu ... 47

(12)

Gambar 4.2 Diagram Alir Sistem... 51

Gambar 4.3 Rangkaian Skematik Transformer Bank ... 53

Gambar 4.4 Rangkaian Skematik Current Sensor ... 55

Gambar 4.5 Rangkaian Skematik Komparator ... 57

Gambar 4.6 Rangkaian Skematik Fault Detector ... 60

Gambar 4.7 Diagram waktu Fault Detector ... 61

Gambar 4.8 Rangkaian Skematik Fault Handler ... 64

Gambar 4.9 Rangkaian Skematik Reset ... 66

Gambar 4.10 Diagram waktu saat kondisi Reset ... 67

Gambar 5.1 Grafik Tegangan Sekunder Transformator terhadap Beban ... 70

Gambar 5.2 Grafik Tegangan line to line Transformator dan Beban ... 71

Gambar 5.3 Grafik Tegangan setting Over Current Sensor ... 71

Gambar 5.4 Grafik timer fault ... 72

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kebenaran Logika AND ... 34

Tabel 3.2 Tabel Kebenaran Logika OR ... 35

Tabel 3.3 Tabel Kebenaran NOT ... 36

Tabel 3.4 Tabel Flip-Flop JK ... 39

Tabel 3.5 Tabel Flip-Flop D... 40

Tabel 3.6 Tabel Kebenaran IC seri 74123 ... 46

Tabel 5.1 Pengujian Over Current transformator berbeban pada tegangan 220 V ... 69

Tabel 5.2 Pewaktu Fault ... 72

(14)

ABSTRAK

Penggunaan hubungan delta-delta pada transformator memiliki kelebihan

yaitu masih mampu menyalurkan daya hingga 57,7% dari kapasitas total meskipun

salah satu transformatornya terbuka (open) dari sistem. Pada tugas akhir ini,

kelebihan delta-delta dikembangkan dengan merancang sebuah simulasi sistem back up menggunakan transformator cadangan yang akan menggantikan transformator yang terlepas secara otomatis saat penggunaan daya oleh beban telah mendekati batas

kemampuan transformator hubungan open-delta (kondisi fault). Fungsi pendeteksi

fault dan pengontrolan dalam sistem simulasi dirancang menggunakan rangkaian logika. Penanganan fault kemudian dilakukan setelah rentang waktu tertentu, guna menjamin fault terjadi secara permanen. Pada akhirnya, implementasi dari rancangan ini diharapkan menghasilkan sebuah sistem yang fault tolerant.

Pengujian yang dilakukan terhadap rancangan, diperoleh persentase kesalahan

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transformator yaitu suatu alat yang dapat memindahkan energi listrik

bolak-balik (AC) dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi eletromagnetik pada frekuensi

yang sama. Berdasarkan pemakaiannya transformator dapat dikelompokkan tiga

jenis, yaitu Transformator Daya, Transformator Distribusi dan Transformator

Pengukuran. Karena supply tegangan dan arus tiga fasa, juga untuk melayani beban yang terhubung tiga fasa maka transformator yang digunakan yaitu transformator tiga

fasa. Transformator tiga fasa dapat berupa satu unit transformator tiga fasa atau pun

tiga unit transformator satu fasa yang disebut transformator bank tiga fasa. Tiga unit transformator satu fasa dapat dihubungkan agar membentuk sistem tiga fasa dengan

cara menghubungkan antara belitan transformator. Ada empat kemungkinan

hubungan transformator bank tiga fasa yaitu Hubungan Wye, Hubungan Wye-Delta, Hubungan Delta- Wye dan Hubungan Delta- Delta.Hubungan Delta-Delta

memiliki keuntungan daripada hubungan lainnya karena jika salah satu belitan

mengalami kerusakan ataupun perbaikan dan tidak dapat melayani beban, maka dua

belitan lainnya masih dapat beroperasi dengan menggunakan hubungan open delta.

Dalam industri yang bergerak di bidang kelistrikan, kontinuitas pelayanan

(16)

transformator bank tiga fasa mengalami kegagalan dan dua transformator lainnya menjadihubungan open-delta dan penyaluran daya masih dapat diatasi untuk

sementara. Hal ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemasangan

transformator yang baru ke sistem semula bila dilakukan secara manual dengan

menggunakan tenaga manusia. Untuk itu perlu suatu alat berbasis digital yang

mendeteksi kondisi sistem dan secara otomatis mengalihkan transformator yang gagal

ke transformator cadangan, sehingga pekerjaan dapat selesai dalam waktu yang relatif

singkat dan efisien.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud membuat suatu

prototypealat otomatis berbasis sistem digital dengan membuka transformator pada hubungan delta-delta menjadi open-delta dan apabila open-delta mendekati 57,7%

dari kapasitas delta-delta, maka sistem akan mengalihkannya ke transformator

cadangan secara otomatis, sehingga keandalan kontinutas pelayanan energi listrik

tidak terputus.

Manfaat penulisan tugas akhir ini yaitu diharapkan dapat menjadi sumbangan

dalam memperkaya ilmu pengetahuan dan memunculkan ide-ide kreatif dalam

merancang suatu alat otomatis transformator lainnya.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan pada tugas akhir ini tidak meluas, maka penulis membatasi

(17)

1. Membahas perancangan prototypepengalih otomatis transformator hubungan delta-delta menggunakan sistem digital.

2. Transformator yang digunakan tiga unit transformator satu fasa.

3. Pengambilan keputusan digital menggunakan gerbang-gerbang logika binary.

4. Menggunakan beban resitif yang terhubung delta.

5. Tidak membahas sensor dan penyebab kegagalan transformator delta-delta

menjadi transformator open-delta.

6. Pembahasan hubungan open delta tidak ditinjau secara rinci.

7. Tidak membahas harmonisa.

1.4 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini, maka penulis menerapkan

beberapa metode studi diantaranya :

1. Studi Literatur

Yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir ini

dari buku- buku referensi yang dimiliki oleh penulis atau di perpustakaan dan

juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain.

2. Studi Bimbingan

Yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir dengan dosen

pembimbing yang telah ditunjuk Departemen Teknik Elektro USU dalam hal

(18)

3. Diskusi dan tanya jawab

Yaitu dengan mengadakan diskusi dan tanya jawab dengan dosen-dosen di

lingkungan Departemen Teknik Elektro FT USU, dan rekan-rekan mahasiswa

yang memahami masalah yang berhubungan dengan tugas akhir ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar pembahasan pada tugas akhir ini menjadi runtun dan teratur, maka

menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TRANSFORMATOR

Bab ini menjelaskan tentang transformator secara umum,

kontruksi, prinsip kerja, transformator tiga fasa, transformator

tiga fasa hubungan delta-delta, dan transformator tiga fasa

hubungan open-delta.

BAB III SISTEM DIGITAL

Bab ini menjelaskan bilangan biner, gerbang-gerbang logika

(19)

BAB IV SIMULASI RANCANGAN PENGALIH OTOMATIS TRANSFORMATOR HUBUNGAN DELTA-DELTA MENGGUNAKAN SISTEM DIGITAL

Bab ini menjelaskan simulasi yang mendeteksi faultpada transformator tiga fasa hubungan open-delta, tundaan waktu

setelah transformator gagal (open) dan pengalihan transformator gagal ke transformator cadangan yang dituju.

BAB V PENGUJIAN

Bab ini berisikan tentang hasil pengujian curren sensor dan

timer yang dilakukan pada simulasi rancangan pengalih otomatis transformator hubungan delta-delta menggunakan

sistem digital.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari penulisan

(20)

BAB II

TRANSFORMATOR

2.1 Umum

Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai

arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke

rangkaian listrik lainnya tanpa perubahan frekuensi, melalui suatu gandengan magnet

dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Pada umumnya transformator terdiri dari suatu inti yang terbuat dari besi

berlapis dan dua buah kumparan utama yaitu kumparan primer dan kumparan

sekunder. Kumparan primer dan kumparan sekunder terhubung secara magnetik

dengan menggunakan fluks magnetik bersama yang terdapat pada inti. Salah satu

dari dua kumparan transformator dihubungkan ke sumber energi listrik dan kumparan

kedua (serta kumparan ketiga jika ada) akanmenyuplai energi listrik ke beban.

Kumparan transformator yang terhubung ke sumber daya disebut kumparan primer

sedangkan kumparan yang terhubung ke beban disebut kumparan sekunder, jika

terdapat kumparan ketiga disebut kumparan tersier.

Penggunaan transformator sangatlah luas, baik dalam jaringan listrik maupun

dalam bidang elektronika.Pada jaringan listrik, transformator digunakan untuk

menaikkan tegangan (step up) dan menurunkan tegangan (step down) mulai dari pembangkit hingga menuju beban.Penggunaan transformator yang sederhana dan

(21)

(AC). Misalnya tegangan listrik yang dibangkitkan pada pembangkit berkisar 13,8

dan 24 KV, dikarenakan jarak beban dari pembangkit sangatlah jauh maka

penyaluran energi listrik (AC) tersebut akan mengalami kerugian sebesar I2R watt. Kerugian ini akan berkurang apabila menggunakan tegangan yang dinaikkan menjadi

tegangan tinggi pada awal saluran transmisi dan menurunkan kembali tegangan pada

ujung saluran hingga menuju ke beban (distribusi). Transformator yang banyak

digunakan pada jaringan energi listrik ini yaitu transformator tenaga dan

transformator distribusi.

Selain itu,transformator yang digunakan juga di bidang elektronika berupa

transformator yang kapasitasnya jauh lebih kecil.Misalnya, transformator yang

digunakan untuk peralatan rumah tangga, yang terpakai pada adaptor, charger

elektronik, televisi, radio dan alat elektronik lainnya.

2.2 Konstruksi Transformator

Konstruksi transformator yang paling penting yaitu inti transformator, yang

terbuat dari bahan ferromagnetik berupa plat-plat tipis yang ditumpuk menjadi satu

(laminasi) dan terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan meminimalisir rugi-rugi

arus eddy. Berdasarkan konstruksi intinya, transformator ada dua tipe yaitu tipe inti

(core type) dan tipe cangkang (shell type).

Tipe Inti (core type)

Tipe inti terdiri dari suatu persegi sederhana dengan laminasi besi berisolasi

(22)

transformator tipe inti seperti ditunjukkan Gambar 2.1, kumparan mengelilingi inti

dengan lempengan inti berbentuk huruf U atau L. Peletakan kumparan pada inti diatur

secara berhimpitan antara kumparan primer dengan kumparan sekunder.

Gambar 2.1 Kontruksi Transformator Tipe Inti (core type)

Tipe Cangkang (shell type)

Tipe cangkang terdiri dari tiga kaki dengan lapisan inti berisolasi dan

kumparan dibelitkan pada pusat kaki inti, sedangkan konstruksi intinya berbentuk

huruf E dan I atau huruf F, seperti ditunjukkan Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kontruksi Transformator Tipe Cangkang (shell type) Kumparan

Inti

Tipe U Tipe L

Kumparan

Inti

(23)

2.3 Prinsip Kerja Transformator

Transformator terdiri dari dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang

terpisah secara elektrik namun terhubung secara magnetik. Transformator bekerja

berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis dimana gaya gerak listrik diinduksikan

pada suatu koil yang melingkupi perubahan fluks.

Gambar 2.3 Aliran Fluks pada Transformator

Pada transformator tanpa beban, kumparan primernya terhubung ke sumber

tegangan AC (VP) dalam rangkaian tertutup, menghasilkan arus primer (IP) yang

sinusoidal melalui kumparan NP. Arus IP ini akan menghasilkan gaya gerak magnet (ggm) sebesar NPIPdan membentuk fluks bolak-balik (Ф) yang terperangkap dalam

inti besi seperti ditunjukkan Gambar 2.3. Jika VP merupakan gelombang sinus dan IP menghasilkan fluks sinusoidal yang sefasa, maka Ф:

Ф = Фmaks sin ωt (2.1)

Dimana : Ф = fluks magnetik (Weber)

(24)

ωt = kecepatan sudut putar

Fluks bolak balik yang mengalir pada kumparan primer akan terjadi induksi

sendiri (self inductance, ФLP) yang kemudian fluks ini juga akan mengelilingi inti besi yang mengakibatkan fluks bersama (mutual inductance, ФM) dan menimbulkan fluks magnet pada kumparan sekunder (ФLS), sehingga keseluruhan energi listrik

dapat dipindahkan secara magnetik.

e = (-) N dФ (2.2)

dt

Dimana : e = gaya gerak listrik (Volt)

N = jumlah belitan pada kumparan

Di sisi kumparan primer :

ФP = ФM + ФLP (2.3)

vP(t) = NP dФM + NPdФLP (2.4)

dt dt

vP(t) = eP(t) + eLP(t) (2.5)

Tegangan primer atau eP(t) yang diinduksikan oleh fluks bersama sebesar NP dФM dt

Tegangan sekunder atau eS(t) yang diinduksikan oleh fluks bersama sebesar NS dФM dt Bila rugi tahanan dan fluks bocor diabaikan, hubungan persamaan di atas yaitu:

eP(t) = NP = a (2.9)

(25)

Transformator tanpa beban menganggap belitan primer (NP) sebagai resistif murni sehingga IPakan tertinggal 900 dari VP yang terlihat pada gelombang sinusoidal ditunjukkan Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Gambar Gelombang I tertinggal 900 dari V eP (t) = - NPd(Фmaks sin ωt)

dt

eP (t) = - NPω Фmakscos ωt

eP (t) = NP ω Фmaks sin (ωt - 900) (2.10)

Tegangan (eP) tertinggal 900 dari fluks (Ф) ditunjukkan Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Gambar Gelombang Tegangan (eP) tertinggal 900dari Fluks (Ф) Ip, Фp

Vp

Ф

(26)

Harga efektifnya (EP) yaitu:

Sedangkan pada sisi sekunder, fluks bersama juga menimbulkan eS, yaitu :

eS(t) = NS ω Фmaks cos ωt (2.12)

Harga efektifnya ESyaitu :

ES = 4,44 NSfФmaks (2.13)

Dimana : ФP = fluks total primer (Weber) ФLP = fluks lingkup primer (Weber)

ФM = fluks bersama kumparan primer dan sekunder (Weber) ФS = fluks total sekunder (Weber)

ФLS = fluks lingkup sekunder (Weber)

NP = jumlah belitan kumparan primer

NS = jumlah belitan kumparan sekunder

eP(t)= gaya gerak listrik terinduksi pada kumparan primer (Volt)

eS(t)= gaya gerak listrik terinduksi pada kumparan sekunder (Volt)

2.4 Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder transformator dihubungkan ke beban (ZL) pada

(27)

Gambar 2.6 Transformator Keadaan Berbeban

Arus I2 yang mengalir pada kumparan sekunder (N2I2) menimbulkan gaya

gerak magnet (ggm) sinusiodal yang membentuk fluks (Ф2). Fluks ini akan melawan fluks bersama yang ada (ФM). Agar fluks bersama bernilai konstan, pada kumparan

primer harus mengalir sebesar I2’ untuk dapat melawan fluks yang dibangkitkan arus

beban I2, seperti ditunjukkan Gambar 2.7, sehingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer yaitu:

I1 = I0 + I2’ (2.14)

I0 = Ic + Im jika rugi-rugi inti diabaikan(Ic), maka I0 =Im

I1 = Im + I2’ (2.15)

(28)

Gambar 2.8 Diagram Vektor Transformator

Berdasarkan Gambar 2.8 yang menampilkan diagram vektor suatu

transformator, maka dapat diketahui hubungan penjumlahan vektornya yaitu:

V1 = I1R1 + I1X1 + E1 E2 = I2R2 + I2X2 + V2

Bila hubungan perbandingan tegangan dan belitan dimisalkan a , sehingga :

E1/E2= N1/N2 = a

E1 = a E2

E1 = a (I2R2 + I2X2 + V2)

V1 = I1R1 + I1X1 + a (I2R2 + I2X2 + V2)

V1 = I1R1 + I1X1 + a I2R2 + a I2X2 + aV2 karena I2= aI’2, maka V1 = I1R1 + I1X1 + a (aI’2R2) + a (aI’2X2) + aV2

V1 = I1R1 + I1X1 + a2I’2R2 + a2I’2X2 + aV2

(29)

Dari persamaan 2.16, jika semua parameter sekunder dinyatakan pada sisi

rangkaian primer maka seluruh komponen sekunder perlu dikalikan dengan faktor a2, sehingga rangkaian ekivalennya berubah seperti ditunjukkan Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Transformator dari Sisi Primer

Gambar 2.9 disederhanakan menjadi Gambar 2.10 dengan menggunakan

variabel REK dan XEKyaitu :

REK = R1 + a2R2 (2.17)

XEK = X1 + a2X2 (2.18)

Gambar 2.10 Penyederhanaan akhir Rangkaian Transformator

2.4.1 Resistif

Transformator yang terhubung dengan beban resistif murni (RL) pada

(30)

ditunjukkan Gambar 2.7. Dikarenakan pada kumparan sekunder transformator

terdapat R2 dan X2, maka ini mengakibatkan beda fasa antara I2 dan E2 yaitu sebesar

tan θ2 = X2 / (R2+RL), ditunjukkan Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Diagram Vektor Transformator Berbeban Resistif

2.4.2 Induktif

Transformator dihubungkan dengan beban induktif (ZL), arus sekunder I2akan

mengalir dari kumparan sekunder menuju ke beban, ditunjukkan Gambar 2.7.

Diasumsikan beban memiliki faktor daya tertinggal (lagging), seperti ditunjukkan Gambar 2.12.

(31)

I2N2 memberikan kenaikan fluks (Ф2) yang melingkupi hanya kumparan sekunder dan tidak pada kumparan primer. Fluks lingkup sekunder Ф2 sefasa dengan I2, dengan alasan yang sama fluks lingkup primer Ф1 sefasa dengan I1. Fluks lingkup sekunder

menginduksi gaya gerak listrik E2 pada kumparan sekunder, fluks tertinggal 900.

Gambar 2.12 Diagram Vektor Transformator Berbeban Induktif

2.4.3 Kapasitif

Apabila beban yang terhubung disisi sekunder beban kapasitif (ZC), arus

beban I2 mendahului V2 dengan faktor daya mendahului (leading), ditunjukkan

(32)

Gambar 2.13 Diagram Vektor Transformator Berbeban Kapasitif

2.5 Transformator Tiga Fasa 2.5.1 Umum

Secara umum dalam sistem pembangkit dan distribusi di dunia menggunakan

sistem AC tiga fasa, ini penting untuk memahami bagaimana transformator dapat

digunakan dalam sistem tiga fasa.

Transformator tiga fasa dapat dibentuk dengan 2 cara. Cara pertama secara

sederhana dengan mengambil tiga unit transformator satu fasa dan

menghubungkannya pada suatu bank 3 fasa, ditunjukkan Gambar 2.14. Sedangkan

cara kedua dengan membuat transformator tiga fasa yang terdiri dari tiga kumparan

yang dibelit pada suatu inti bersama, ditunjukkan Gambar 2.15. Kedua cara tersebut

(33)

2.5.2 Kontruksi Transformator Tiga fasa

Untuk mengurangi kerugian yang dipengaruhi oleh arus pusar di dalam inti,

rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis.Transformator

tiga fasa menjadi dua tipe yaitu tipe inti seperti ditunjukkan Gambar 2.14 dan tipe

cangkang ditunjukkan Gambar 2.15. Pada tipe inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti magnetik persegi sedangkan tipe cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon

steel, tipe cangkang ini dapat disusun dari tiga unit transformator satu fasa.

Gambar 2.14 Transformator Tiga Fasa tipe Inti

(34)

Dari Gambar 2.14 akan terlihat pemakaian inti besi pada transformator tiga

fasa akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tiga buah transformator

fasa tunggal. Pada bidang abcd ditunjukkan Gambar 2.15 hanya mengalir fluks

sebesar (ФR/2 - ФS/2). Sedangkan berdasarkan diagram vektornya diketahui bahwa nilai vektor tersebut adalah sebesar (√3/2) ФR, ditunjukkan Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Diagram Vektor Transformator Tiga Fasa tipe Cangkang

Apabila digunakan tiga buah transformator fasa tunggal, pada bagian tersebut

akan mengalir fluks sebesar ФR. Penggunaan inti akan lebih hemat dengan transformator tiga fasa.Konstruksi satu unit transformator tiga fasa lebih praktis

karena lebih murah dan lebih efisien sedangkan keuntungan kontruksi tiga unit

transformator satu fasa hubungan delta-delta yaitu jika terjadi masalah pada salah satu

unitnya maka, unit itu bisa dipindahkan tanpa merusak sistem tiga fasa transformator.

2.5.3 Hubungan Tiga Fasa Transformator

Secara umum hubungan tiga fasa pada transformator terbagi dua jenis yaitu

hubungan bintang dan hubungan delta.Masing-masing hubungan ini memiliki

karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda.Hubungan bintang dan hubungan

(35)

Hubungan bintang

Hubungan bintang atau wye dibentuk dengan menggabungkan tiga belitan

dengan rating yang sama pada satu common, ditunjukkan pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Transformator Tiga Fasa hubungan Bintang

VLINE = VRS = VST = VTR

VFASA = VR = VS = VT IFASA = IR = IS = IT

IFASA = ILINE

VLINE = √3 VFASA (2.19)

Dimana : VFASA = Tegangan line ke netral (Volt) VLINE = Tegangan line ke line (Volt) ILINE = Arus line ke line (Ampere) IFASA = Arus line ke netral (Ampere)

Hubungan delta

Hubungan delta dibentuk dengan menghubungkan sisi tegangan tinggi dan

tegangan rendah pada belitan yang berbeda dengan membentuk segitiga, ditunjukkan

(36)

Gambar 2.18 Transformator Tiga Fasa hubungan Delta

VLINE = VRS = VST = VTR ILINE = IR-IT = IS-IR = IT-IS

IFASA = IR = IS = IT

VLINE = VFASA

ILINE = √3 IFASA (2.20)

Dimana : VFASA = Tegangan fasa (Volt)

VLINE = Tegangan line ke line (Volt) ILINE = Arus line ke line(Ampere) IFASA = Arus fasa (Ampere)

2.5.4 Jenis Hubungan Belitan Transformator Tiga Fasa

Dengan menggunakan hubungan wye atau delta pada sisi primer maupun

sekunder transformator maka ada 4 kemungkinan jenis hubungan belitan

transformator tiga fasa yang terbentuk, yaitu:

Hubungan wye-wye (Y-Y)

(37)

Gambar 2.19 Transformator Tiga Fasa hubungan YY

Dalam hubungan YY, tegangan primer pada masing-masing fasa yaitu:

VøP = VLP / √3 (2.21)

Dimana : VøP = Tegangan fasa sisi primer (Volt) VLP = Tegangan line sisi primer (Volt)

Dalam hubungan Y-Y, jika beban transformator tidak seimbang maka

tegangan fasa pada transformator juga tidak akan seimbang. Jadi, tegangan fasa

primer berbanding lurus terhadap tegangan fasa sekunder dan perbandingan belitan

transformator (a)yaitu :

VLP = √3VøP = a (2.22)

VLS √3VøS

Hubungan wye-delta (Y∆)

Hubungan wye-delta (Y∆) transformator tiga fasa ditunjukkan Gambar 2.20.

(38)

Gambar 2.20 Transformator Tiga Fasa hubungan Y∆

Dalam hubungan wye-delta tegangan line pada sisi primer sebanding dengan tegangan fasanya yaitu, VLP = √3 VøP. Sedangkan pada sisi sekunder, tegangan line

sama dengan tegangan fasa yaitu, VLS = VøS. Jadi, perbandingan tegangan pada

hubungan ini yaitu :

VLP = √3VøP = √3a (2.22)

VLS VøS

Kelebihan hubungan wye-delta ini lebih stabil dan tidak terdapat masalah

terhadap beban tidak seimbang maupun harmonisa.

Hubungan delta-wye (∆Y)

Hubungan delta-wye (∆Y) transformator tiga fasa ditunjukkan Gambar 2.21.

(39)

Gambar 2.21 Transformator Tiga Fasa hubungan ∆Y

Kelebihan hubungan delta-wye sama dengan hubungan wye-delta. Pada

hubungan ini tegangan line pada sisi primer sama dengan tegangan fasanya yaitu, VLP = VøP. Sedangkan pada sisi sekunder, tegangan line sebanding dengan tegangan fasanya yaitu, VLS = √3VøS. Sehingga perbandingan tegangan transformator yaitu :

VLP = VøP = a (2.23)

VLS √3VøS √3

Hubungan delta-delta (∆∆)

Hubungan delta-delta (∆∆) transformator tiga fasa ditunjukkan Gambar

2.22.Pada hubungan ini, sisi primer maupun sekunder transformator terhubung delta

(40)

Gambar 2.22 Transformator Tiga Fasa hubungan ∆∆

Pada hubungan ini tegangan line sama dengan tegangan fasa baik disisi primer maupun sekunder transformator yaitu, VLP = VøP dan VLS = VøS. Sehingga perbandingan tegangan transformator menjadi,

VLP = VøP = a (2.24)

VLS VøS

Kelebihan pada hubungan ∆∆ yaitu tidak terjadi perbedaan fasa dan tetap

stabil terhadap beban tidak seimbang maupun harmonisa.Selain itu, kelebihan dari

penggunaan delta-delta yaitu jika salah satu belitan fasanya putus maka transformator

ini masih dapat bekerja dalam melayani beban meski hanya menggunakan dua belitan

saja, ini disebut hubungan open delta.

(41)

Menentukan arus dengan menggunakan delta-delta sama juga seperti hubungan delta

sebelumnya yaitu:

ILINE= √3 IFASA (2.25)

Dimana : ILINE = Arus line to line (Ampere) IFASA = Arus fasa(Ampere)

2.6 Transformator Tiga Fasa hubungan Open-delta

Transformator tiga fasa hubungan open-delta umumnya hanya digunakan

untuk sementara apabila transformator yang mengalami kerusakan dalam sistem tiga

fasa hubungan delta-delta akan diperbaiki atau diganti dengan transformator yang

baru. Hubungann open-delta ini menggunakan dua belitan dalam melayani beban tiga

fasa.Perubahan belitan pada inti tidak perlu dilakukan untuk mengurangi

leakageimpedance untuk memperoleh sistem yang lebih seimbang.Selain itu, hubungan open-delta juga dilakukan jika beban yang dilayani sekarang terlalu kecil

dibandingkan dengan kapasitas transformatornya.

Untuk menentukan daya pada transformator open-delta maka perlu

diperhatikan vektor tegangan dan vektor arusnya.Dengan mengubah hubungan

kumparan transformator menjadi hubungan open-delta maka tegangan tiga fasanya

(42)

Gambar 2.23 Transformator Tiga Fasa Open-delta Berbeban

VCA = - VAB - VBC

= - V 1200 - V 00 = (0,5 - j0,866) V - 1 V

= V 2400 (2.26)

Jika transformator open-delta melayani beban tiga fasa resistif yang seimbang

maka vektor arus dan tegangannya sebagai berikut:

Gambar 2.24 Diagram vektor Tegangan dan Arus Transformator Open-delta

Dari Gambar 2.24 terlihat bahwa arus fasa Iab tertinggal dari tegangan Vab

sebesar 300sedangkanarus fasa Ibc mendahului Vbc sebesar 300. Hubungan arus fasa dan arus line adalah sebagai berikut :

(43)

Ib = Ibc

Ic = -Iab - Ibc (2.27)

Sehingga besar daya pada transformator open delta yaitu:

P = VI Cos θ

Dari persamaan di atas terlihat bahwa pada transformator open-delta

kapasitasnya akan berkurang dibandingkan dengan transformator delta-delta.

Besarnya kapasitas transformator open-delta tidak sama dengan penjumlahan

kapasitas kedua transformator 1 fasa tetapi hanya 86,6% nya. Hal ini dapat dijelaskan

dengan persamaan-persamaan berikut ini :

Kapasitas ∆-∆ = √3 VLINE ILINE = √3 VLINE (√3 IFASA)

(44)

Sedangkan hubungan open-delta, arus line to line sama dengan arus fasa sehingga : Kapasitas V-V = √3 VLINE ILINE

= √3 VLINEIFASA (2.33)

Dengan membandingkan kedua persamaan diatas, maka diperoleh :

S V-V = √3 VLINE IFASA S ∆-∆ 3 VLINE IFASA

= 0,577 atau 57,7% (2.34)

Dimana :SV-V = rating KVA transformator hubungan open-delta S -∆ = rating KVA transformator hubungan delta-delta

Transformator open-delta dengan dua belitan seharusnya dapat menyuplai 2/3

persen dari kapasitas total transformator hubungan delta-delta, tetapi ternyata kedua

belitan tersebut hanya mampu menyuplai 57,7 persen dari kapasitas total

transformator. Jadi, perbandingan transformator atau yang disebut juga faktor utilitas

yaitu 57,7 / 66,6 = 0,866 atau 86,6 persen saat kedua belitannya melayani keadaan

berbeban. Dengan dioperasikan seperti ini, transformator masih dapat mengirim daya

tiga fasa dengan urutan belitan yang sama, tetapi kapasitasnya yang turun menjadi

57,7 persen dari kapasitas total transformator delta-delta. Misalnya, transformator

delta-delta bekerja pada beban nominalnya, jika transformator tersebut diubah

menjadi open-delta dengan beban yang sama seperti sebelumnya, maka sisa kedua

transformator akan mengalami overload atau beban lebih masing-masing sebesar 173,2 persen.

(45)

Untuk mencegah kerusakan akibat terjadinya overload ini, maka beban transformator harus dikurangi atau menggunakan otomatisasi yang dapat

menghubungkan sistem open-delta langsung menjadi delta-delta tanpa mengurangi

(46)

BAB III

SISTEM DIGITAL

Sistem digital merupakam wahana pengembangan bilangan biner 0 dan 1 yang

terdapat pada komputer, kalkulator dan sistem terpadu lainnya.Hal ini merupakan

satu bidang yang menarik karena penggunaan rangkaian digital yang telah

berkembang pesat.Rangkaian yang hanya menangani sinyal tinggi dan rendah disebut

rangkaian digital.Rangkaian digital lebih menonjol dan lebih produktif terutama

dikarenakan IC digital yang diandalkan dengan harga yang lebih murah.

3.1. Bilangan Biner

Banyak sistem bilangan yang dapat dan telah digunakan dalam melaksanakan

perhitungan.Karena komponan - komponen komputer digital yang merupakan sistem

digital bersifat saklar (switch), sistem bilangan yang paling sesuai untuk komputer adalah sistem bilangan biner (binary).Bilangan biner hanya dua macam simbol yaitu 0 dan 1.

an-1an-2...a1a0a-1a-2...a-m = an-1Rn-1...+ a1R1+ a0R0 + a-1R-1...+ a-mR-m (3.1) Dimana : an-1 = angka paling kiri

R = 2 (angka dasar dari sistem bilangan)

n = cacah angka yang menunjukkan bilangan bulat

m = cacah angka yang menunjukkan bilangan pecahan

Dapat disadari bahwa bila kita bekerja dengan lebih dari satu bilangan, maka

(47)

dasar setiap bilangan. Untuk mencegah hal ini, pada setiap bilangan dicantumkan

dasar bilangannya, seperti (101)2 atau 1012 untuk menyatakan bilangan biner 101

dalam biner.Dalam praktek pemograman komputer, sering tanda tersebut hanya

diberikan kepada bilangan yang bukan puluhan.

3.2 Gerbang Logika Binary

Bentuk dasar blok dari setiap rangkaian digital adalah suatu gerbang logika.

Gerbang logika akan kita gunakan untuk operasi bilangan biner sehingga istilah ini

disebut gerbang logika binary. Gerbang logika dapat disusun dengan menggunakan saklar sederhana, relay, transistor dan dioda atau IC. Istilah logika digunakan untuk

menyatakan suatu proses pengambilan keputusan. Maka suatu gerbang logika

merupakan suatu rangkaian yang dapat memutuskan “ya” dan “tidak” pada keluaran

berdasarkan masukannya. Jenis gerbang logika binary yaitu gerbang AND, OR, NOT,

NAND, NOR, XOR dan XNOR. Pada perancangan yang digunakan hanya gerbang

logika AND, OR dan NOT.

3.2.1 Gerbang AND

Gerbang AND disebut juga gerbang semua atau tidak. Gambar 3.1

menunjukkan dasar tentang gerbang AND dengan saklar sederhana. Dalam

(48)

Gambar 3.1 Rangkaian sederhana logika AND

Agar keluaran atau lampu menyala dengan menutup kedua saklar (A dan B)

ditutup. Simbol gerbang AND ditunjukkan Gambar 3.2 dan tabel kebenarannya

ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Gambar 3.2 Simbol gerbang AND

Tabel 3.1 Tabel Kebenaran Logika AND

MASUKAN KELUARAN

A B Y

Tegangan Biner Tegangan Biner Menyala Biner

Rendah 0 Rendah 0 Tidak 0

Rendah 0 Tinggi 1 Tidak 0

Tinggi 1 Rendah 0 Tidak 0

Tinggi 1 Tinggi 1 Ya 1

Suatu perkalian titik (.) pada masukkan untuk menyatakan ekspresi Boolean

fungsi AND yaitu A.B = Y. Tabel 3.1 menunjukkan tabel kebenaran gerbang AND.

(49)

3.2.2 Gerbang OR

Gebang OR disebut juga gerbang setiap atau tidak. Gambar 3.3 menunjukkan

dasar tentang gerbang OR. Keluaran atau lampu akan menyala bila masing-masing

atau kedua saklar masukannya tertutup, tetapi lampu tidak akan menyala bila

masukan kedua saklarnya terbuka. Simbol gerbang OR ditumjukkan Gambar 3.4.

Gambar 3.3 Rangkaian sederhana logika OR

Gambar 3.4 Simbol gerbang dan ekspresi Boolean OR

Tabel 3.2 Tabel Kebenaran Logika OR

MASUKAN KELUARAN

A B Y

Saklar Biner Saklar Biner Menyala Biner

Terbuka 0 Terbuka 0 Tidak 0

Terbuka 0 Tertutup 1 Ya 1

Tertutup 1 Terbuka 0 Ya 1

Tertutup 1 Tertutup 1 Ya 1

(50)

Suatu tanda positif (+) pada masukan untuk menyatakan ekspresi Boolean

fungsi OR yaitu A+B = Y. Tabel kebenaran OR ditunjukkan Tabel 3.2. Keluaran

gerbang OR akan bernilai rendah bila kedua masukannya rendah (A=0 dan B=0).

Dalam implementasi gerbang OR dapat menggunakan IC tipe 7432.

3.2.3 Pembalik (NOT)

Rangkaian NOT disebut juga pembalik atau komplemen. Rangkaian NOT

hanya dengan satu masukan dan satu keluaran yang fungsinya dengan memberikan

suatu keluaran yang tidak sama dengan masukannya. Simbol NOT ditunjukkan

Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Simbol NOT

Tabel 3.3 Tabel Kebenaran NOT

MASUKAN KELUARAN

A Y

Tegangan Biner Tegangan Biner

Rendah 0 Tinggi 1

Tinggi 1 Rendah 0

Tabel kebenaran rangkaian NOT ditunjukkan Tabel 3.3.Bila tegangan pada

masukan rendah maka keluarannya tinggi begitu juga untuk masukan tinggi maka

(51)

kan lagi keluarannya menjadi A, sehingga A = A. Dalam implementasi gerbang NOT

dapat menggunakan IC tipe 7404.

Dari literatur, gerbang NAND lebih banyak tersedia dibanding gerbang

lainnya.Oleh karena itu, gerbang NAND digunakan secara luas sehingga disebut

gerbang universal. Gerbang NAND dapat digunakan dalam merangkai rangkaian

gabungan (NOT, OR, AND) mengunakan satu jenis IC tipe 7400,

A . B + A . C = Y (3.2)

Gambar 3.6 Rangkaian Gabungan NOT, OR dan AND

Gambar 3.6 memperlihatkan untuk permasalahan di atas menggunakan

gerbang NOT, OR, AND sehingga membutuhkan tiga IC yang berbeda. Untuk

menyearahkan permasalahan di atas maka semua gerbang hanya menggunakan satu

jenis IC NAND seperti ditunjukkan Gambar 3.7.Dalam perancangan rangkaian

digital, hal ini merupakan akhir yang paling baik dengan biaya yang paling murah.

(52)

3.3 FLIP-FLOP

Rangkaian logika terbagi dua yaitu rangkaian logika gabungan yang

menggunakan gerbang AND, OR, NOT dan rangkaian logika sekuensial yang

meliputi peralatan memory dan pewaktu. Blok bangunan dasar untuk rangkaian logika sekuensial berupa flip-flop (FF). Flip-flop dihubungkan untuk membentuk pencacah,

register geser dan peralatan memory lainnya.Flip-flop dibedakan atas beberapa jenis yaitu RS, JK, D dan T. Flip-flop RS merupakan dasar dari flip-flop jenis lainnya.Pada

perancangan prototype otomatisasi hanya menggunakan flip-flop JK dan T.

3.3.1 FLIP-FLOP JK

Flip-flop JK diberinama berdasarkan masukannya, J dan K. Flip-flop ini

mengatasi kelemahan flip-flop RS yang melarang masukan R=S=1, dengan

meng-AND-kan masukan dari luas seperti ditunjukkan Gambar 3.13.

(53)

Tabel 3.4 Flip-flop JK

Apabila masukan J=K=0, maka keadaan selanjutnya (Q’) bergantung pada

keadaan sekarang (Q). Sedangkan masukan J=K=1, hal ini membuat keadaan

keluaran selanjutnya (Q’) berbalik dari keadaan sekarang (Q). Flip-flop JK akan

berubah untuk setiap perubahan J dan K, hal ini menunjukkan flip-flop JK bekerja tak

serempak. Untuk menyerempakkan (sinkron) pada flip-flop perlu ditambahkan

penabuh.Ini dilakukan dengan meng-AND-kan pulsa clock dengan masukan J dan K.

3.3.2 FLIP-FLOP D

Nama flip-flop D berasal kata Delay (tunda). Flip-flop ini hanya satu masukan D. Flip-flop D akan mengikuti keadaan D pada saat penabuh aktif, yaitu Q’= D untuk

sinyal penabuh berlogika 1 (CP = 1) seperti Tabel 3.5. Bila masukan D berubah saat

CP = 0 maka Q’ tidak berubah (Q = Q’). Dikatakan keadaan keluaran Q’ dipalang

pada keadaan D saat perubahan CP dari aktif (CP = 1) ke tidak aktif (CP = 0).

Flip-flop D dapat dibentuk dari flip-Flip-flop JK dengan membalik masukan K seperti

(54)

Gambar 3.9 Rangkaian Flip-Flop D

Tabel 3.5 Tabel Flip-Flip D

D Q Q'

0 0 0

0 1 0

1 0 1

1 1 1

3.4 IC Logika Praktis

Gerbang-gerbang logika yang ada umumnya diimplementasikan dalam sebuah

rangkaian terintegrasi atau biasa disebut IC (Integrated Circuit).Terdapat dua jenis IC logika praktis yang umum digunakan, yaitu TTL (transistor-transistor logic) dan CMOS (Complementary Metal-oxyde Semiconductor).

TTL (Transistor - Transistor Logic)

IC jenis TTL menggunakan tegangan 0V sebagai level tegangan logika rendah

(low) dan tegangan +5 V sebagai level tegangan logika tinggi (high). Diagram rangkaian logika menggunakan IC TTL 7408 ditunjukkan Gambar 3.10.Catu daya

yang teratur 5V dc untuk semua peralatan TTL.Daya postif (Vcc) ke kaki 14 dan

GND ke kaki 7. Saklar masukan A dan B ke kaki 1 dan 2. Bila saklar pada posisi ke

(55)

maka logis 0 diberikan pada masukan. Seperti Gambar 3.10, LED dan resistor

pembatas 150Ω terhubung ke GND. Bila keluaran pada kaki 3 tinggi (mendekati

+5V) maka arus mengalir melalui LED sehingga LED dapat menyala.

Gambar 3.10 Rangkaian Logika menggunakan IC TTL 7408

CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor)

Penggunaan IC TTL memiliki kekurangan yaitu pemakaian daya yang

besar.Maka dikembangkan IC yang hampir tidak mengkonsumsi daya yaitu CMOS

(complementary metal oxide semikonduktor). IC CMOS, Vdd (tegangan positif) terhubung ke kaki 14 dan Vss (GND atau tegangan negatif) ke kaki 7. Apabila

menggunakan CMOS, semua masukan yang tidak terpakai dihubungkan ke GND

atau Vdd. Diagram logika rangkaian gerbang AND 2 pada IC CMOS 4081 masukan .

(56)

Gambar 3.11 Rangkaian Logika menggunakan IC CMOS 4801

Keluaran gerbang AND ditunjukkan pada kaki 3. Transistor akan

meng-on-kan LED bila kaki 3 tinggi dan meng-off-meng-on-kan LED ketika keluarannya rendah. Seperti

pada Gambar 3.11, apabila saklar A dan B pada posisi ke atas dengan masukan tinggi

maka keluaran tinggi. Keluaran tinggi (sekitar +5V) pada basis Q1 meng-on-kan

transistor dan LED dapat menyala.

Pada tugas akhir ini sendiri akan menggunakan IC jenis TTL karena lebih

tahan terhadap tegangan statik dan lebih kebal terhadap noise. IC yang akan digunakan adalah seri 7404, 7408, 7432, 7474, 7476, dan 74123.

3.4.1 IC Seri 7404

IC seri 7404 merupakan IC TTL yang terdiri dari enam buah gerbang NOT.

Gambar 3.12 menampilkan diagram sambungan dari IC 7404.

5V CMOS

(57)

Gambar 3.12 Diagram sambungan IC seri 7404

3.4.2 IC Seri 7408

IC seri 7408 merupakan IC TTL yang terdiri dari empat buah gerbang AND

dua masukan. Gambar 3.13 menampilkan diagram sambungan dari IC 7408.

Gambar 3.13 Diagram sambungan IC seri 7408

3.4.3 IC Seri 7432

IC seri 7432 merupakan IC TTL yang terdiri dari empat buah gerbang OR dua

(58)

Gambar 3.14 Diagram sambungan IC seri 7432

3.4.4 IC Seri 7474

IC seri 7474 merupakan IC TTL yang terdiri dari dua buah flip-flop D dengan

pewaktu (clock).Gambar 3.15 menampilkan diagram sambungan dari IC 7474.

Gambar 3.15 Diagram sambungan IC seri 7474

Pin CK berfungsi sebagai pewaktu (clock) yang bersifat high-to-low edge

sehingga keluaran flip-flop D akan berubah hanya saat pin CK berubah (transisi) dari

nilai logika rendah menjadi logika tinggi. Pin CLR berfungsi sebagai sinyal clear

(59)

preset yang akan membuat nilai keluaran Q bernilai tinggi. Pin CLR dan PR ini

bersifat active-low, sehingga akan berfungsi saat diberi nilai logika rendah.

3.4.5 IC Seri 7476

IC seri 7476 merupakan IC TTL yang terdiri dua buah flip-flop JK dengan

pewaktu (clock). Gambar 3.16 menampilkan diagram sambungan dari IC 7476.

Gambar 3.16 Diagram sambungan IC seri 7476

Pin CK berfungsi sebagai pewaktu (clock) yang bersifat low-to-high edge

sehingga keluaran flip-flop JK akan berubah hanya saat pin CK berubah (transisi)

dari nilai logika tinggi menjadi logika rendah. Pin CLR berfungsi sebagai sinyal clear

yang akan membuat nilai keluaran Q bernilai rendah. Pin PR berfungsi sebagai sinyal

preset yang akan membuat nilai keluaran Q bernilai tinggi. Pin CLR dan PR ini

bersifat active-low, sehingga akan berfungsi saat diberi nilai logika rendah.

3.4.6 IC seri 74123

IC seri 74123 merupakan monostable multivibrator yang dapat ditrigger

kembali, yang mampu menghasilkan pulsa output mulai dari beberapa nano detik

(60)

monostable multivibrator dalam satu IC, dimana pada setiap monostable

multivibrator terdapat tiga masukan yang memberikan pilihan trigger baik yang

leading edge maupun yang trailing edge. Gambar 3.17 menampilkan diagram koneksi

dari IC seri 74123. Masukan A merupakan masukan trigger yang aktif saat transisi

rendah (low) sedangkan masukan B merupakan masukan trigger yang aktif saat transisi tinggi (high). Masukan clear berfungsi mengakhiri pulsa pada output tanpa pengaruh dari komponen pewaktuan. Masukan CLR juga dapat digunakan sebagai

trigger ketika diberi pulsa transisi rendah (low). Sekali trigger, lebar pulsa dapat diperpanjang dengan men-trigger kembali atau dipendekkan dengan masukan rendah

(low) pada CLR. Tabel 3.6 menunjukkan tabel kebenaran dari IC seri 74123.

Gambar 3.17 Diagram koneksi IC seri 74123

Tabel 3.6 Tabel Kebenaran IC seri 74123

(61)

Rangkaian pewaktu IC seri 74123 ditunjukkan Gambar 3.18.Lebar pulsa

outputakan ditentukan oleh resistor eksternal (RX) dan kapasitor eksternal (CX). Untuk CX>> 1000 pF lebar pulsa keluaran (TW) dapat ditentukan dengan persamaan 3.3.

Gambar 3.18 Rangkaian Pewaktu

TW = K x RX x CX (3.3)

Dimana: TW = lebar pulsa (ns)

K = konstanta (0,37)

RX = resistor eksternal (kΩ)

CX = kapasitor eksternal (pF) Rx

Cx Vcc

(62)

BAB IV

SIMULASI RANCANGAN PENGALIH OTOMATIS

TRANSFORMATOR HUBUNGAN DELTA-DELTA

MENGGUNAKAN SISTEM DIGITAL

4.1. Umum

Pada tugas akhir ini dirancang sebuahsimulasi sistem transformator tiga fasa

hubungan delta-delta yang mampu mentoleransi gangguan (fault tolerant).Simulasi sistem menggunakan tiga unit transformator satu fasa.Jika salah satu transformator

hubungan delta-delta dibuka, maka sementara waktu sistem menjadi hubungan

open-delta. Hubungan open-delta hanya mampu menyuplai 57,7% dari kapasitas total,

untuk mengatasi kondisi overload open-delta ini, maka dibutuhkan satu transformator

cadangan (back up) yang secara otomatis dapat menggantikan transformator sebelumnya (open) dan membentuk kembali sistem tiga fasa hubungan delta-delta.

Gambaran simulasi secara umum ditampilkan dalam sebuah rangkaian

skematik pada Gambar 4.1.Sistem simulasi yang dirancang terdiri dari dua sub-sistem

(63)
(64)

Untuk mendeteksi terjadinya fault pada sistem, sub-sistem fault detector

membutuhkan dua jenis masukan yaitu signal dari kondisi transformator (on/off) dan

signal dari arus line melebihi setting yang ditentukan.Masukan kondisi transformator berfungsi sebagai indikator apabila ada transformator pada transformer bank yang gagal atau terlepas dari sistem.Jenis masukan ini dapat berasal dari sistem proteksi

transformator sendiri (seperti relay) yang mengirimkan sinyal apabila transformator mengalami kegagalan atau terlepas dari sistem, dimana nilai logika high

mengindikasikan transformator yang gagal (off) dan berlogika low mengindikasikan transformator on.Sedangkan masukan arus lebih dari sensor arus berfungsi sebagai indikator apabila arus pada salah satu atau lebih line melebihi setting yang telah ditetapkan.Jenis masukan ini menggunakan sensor arus lebih (over-current sensor) yang terpasang pada setiap line. Kondisi fault terjadi apabila ada satu transformator pada transformer bank terbuka sehingga membentuk hubungan opendelta, dan arus yang melewati satu atau lebih line melebihi batas yang telah ditentukan. Untuk mencegah sistem menjadi tidak stabil akibat munculnya kondisi yang berubah-ubah

dalam waktu yang singkat, maka sub-sistem fault detectorakan terlebih dahulu memastikan bahwa sebuah kondisi terjadi secara permanen dengan menunggu selama

rentang waktu tertentu sebelum menyatakan terjadinya fault.

Selanjutnya sub-sistem fault detectorakan mengirimkan sinyal kepada sub-sistem fault handler untuk mengatasi kegagalan yang telah terjadi, dengan melakukan rekonfigurasi sistem dengan menghubungkan transformator cadangan ke sistem

sesuai dengan transformer gagal. Dengan terhubungnya transformator cadangan,

(65)
(66)

Untuk mengetahui kemana transformator cadangan akan dihubungkan, sub-sistem

fault handler membutuhkan masukan berupa kondisi transformator (on/off) dari transformator bank.

Proses-proses yang dilalui oleh sistem sebagaimana dijelaskan diatas beserta

sub-bagian yang bertanggung jawab pada setiap proses tersebut ditampilkan dalam

sebuah diagram alir pada Gambar 4.2.

4.2 Transformator Bank

Transformator bank berfungsi menghubungkan tiga unit transformator satu

fasa untuk membentuk transformator tiga fasa.Hubungan tiga fasa yang digunakan

pada kondisi normal yaitu hubungan delta-delta, dimana setiap belitan dari sisi primer

dan sekunder transformator satu fasa dihubungkan dengan relay seperti yang

ditampilkan pada Gambar 4.3.

Relay akanenergize jika supply dari catu daya +5 V. Kondisi transformator berlogikalow jika switch ke on dan relay telah energize, sehingga transformator terhubung ke sistem (on). Sedangkan kondisi transformator berlogika high jika switch

keoffdan relay tidak energize. Dengan menggunakan transformator yang rusak pada salah satu transformator hubungan delta-delta, maka perlu dilakukan pengukuran

pada masing-masing transformator untuk mengetahui transformator mana yang

mengalami kerusakan. Setelah diketahui transformator yang rusak, misal T1, maka

tekan switch 1 pada posisi off sehingga kondisi transformator tersebut akan berlogika

(67)

Gambar 4.3 Rangkaian Skematik Transformator Bank T3

T2

(68)

4.3. Over-Current Sensor

Sensor arus lebih (over-currentsensor) berfungsi untuk mengindikasikan arus yang melebihi nilai tertentu (nilai setting) pada salah satu atau lebih line antara transformator dan beban. Keluaran dari sub-sistem ini akan bernilai high apabila arus yang melalui line melebihi setting yang telah ditetapkan, dan bernilai low apabila arus yang melalui line kurang dari setting yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan fungsi ini, sub-sistem over-current sensor dibagi menjadi dua sub-sistem yang lebih kecil yaitu current sensor dan komparator. Sub-sistem current sensor berfungsi mengukur arus yang melalui line dan mengubahnya menjadi tegangan, sementara sub-sistem komparator berfungsi membandingkan hasil pengukuran current sensor

dengan nilai tertentu yang dapat diatur (setting).Gambar 4.4 menampilkan rangkaian skematik dari current sensor yang dirancang. Current sensor melakukan pengukuran dengan melewatkan arus line pada sebuah resistor 1 Ω. Tegangan jatuh yang timbul

pada resistor ini kemudian dibaca oleh penguat instrumentasi (instrumentation amplifier). Penguat instrumentasi digunakan karena memiliki CMRR yang tinggi.Penguat jenis ini membutuhkan tiga op-amp, dimana dua op-amp dikiri

berfungsi sebagai buffer sedangkan satu op-amp disebelah kanan berfungsi sebagai penguat differensial.Adapun nilai penguatan dari penguat instrumentasi dapat diubah

dengan mudah hanya dengan merubah nilai resistansi satu resistor saja yaitu RG

sesuai dengan Persamaan 4.1.

β = 1 + R1.R2 (4.1)

(69)
(70)

Pada rancangan tugas akhir ini, arus yang melewati line dibatasi sebesar 350 mA (sesuai dengan rating transformator yang digunakan).Adapun keluaran

maksimum yang diharapkan dari current sensor adalah sebesar 5 V agar sesuai dengan level tegangan TTL. Dengan ketentuan tersebut dirancang penguat

instrumentasi dengan penguatan sebesar,

β = 5 / 350 mA ≈ 15 (4.2)

Untuk menghasilkan penguatan sebesar 15, maka digunakan resistor yaitu

R1 = 3300 Ω dan R2 = 470 Ω

β1 = 1 + 3300x3300 = 15 (4.3)

470

IC op-amp yang digunakan sendiri adalah tipe LM324 karena didalamnya

terdapat 4 buah op-amp sehingga untuk membangun sebuah penguat instrumentasi

hanya membutuhkan satu IC.Keluaran dari penguat instrumentasi ini masih dalam

bentuk sinusoidal sehingga perlu disearahkan menggunakan precision rectifier.Precision rectifier digunakan agar tegangan yang keluar dari rectifier tidak berkurang akibat tegangan jatuh pada dioda.Tegangan keluaran dari precision rectifier ini kemudian diratakan menggunakan kapasitor.

Tegangan yang telah diratakan pada kapasitor inilah yang kemudian

dibandingkan dengan tegangan setting oleh komparator.Gambar 4.5 menampilkan rangkaian skematik dari sub-sistem komparator. Keluaran komparator akan bernilai

(71)

lebih tinggi dari tegangan setting. Keluaran dari komparator ini telah disesuaikan dengan level tegangan logika TTL yaitu 5 V.

Gambar 4.5 Rangkaian Skematik Komparator

Tegangan setting diperoleh menggunakan sebuah pembagi tegangan (voltage divider) dengan resistor RV1 menggunakan tipe variabel resistor dengan nilai maksimum, sehingga diperoleh rentang tegangan yang diperoleh yaitu

VMIN = 0 x 5 V = 0 V (4.4)

10k + 10k

VMAX = 10k x 5 V = 2,5 V (4.5)

(72)

Agar proses setting dapat dilakukan dengan mudah, maka nilai tegangan

setting ini perlu ditampilkan pada sebuah panel meter. Untuk dapat ditampilkan pada

panel meter, maka tegangan ini terlebih dahulu perlu disangga (buffer) menggunakan sebuah op-amp yang disusun dalam konfigurasi non-inverting amplifier. Mengingat tegangan setting maksimum dari voltage divider adalah sebesar 2.5 V sedangkan

panel meter yang tersedia adalah yang berukuran lebih besar (15 V), maka tegangan ini akan dikuatkan sebesar 4 kali sehingga tegangan setting maksimum yang terbaca pada panel meter menjadi 10 V. Untuk memperoleh penguatan sebesar 4 kali ini

digunakan resistor R6 dan R7 menurut Persamaan 4.6.

β2 = 1 + (R6/ R7) (4.6)

β2 = 1 + (10k / 3300) = 4 (4.7)

Tegangan yang dihasilkan oleh op-amp masih belum mampu menggerakkan

kumparan pada panel meter sehingga perlu ditambahkan buffer arus menggunakan transistor yang disusun secara emitor follower.Faktor penguatan total apabila tegangan setting dilihat dari panel meter menjadi 60 kali.

βT = β1 xβ2 (4.8)

βT = 15 x 4 = 60 (4.9)

(73)

4.4. Fault Detector

Gambar 4.6 menampilkan rangkaian skematik sub-sistem fault detector. Sebagaimana telah disebutkan sub-sistem fault detector menerima dua jenis masukan yaitu kondisi transformator (on/off) dan signal arus lebih. Masukan kondisi transformator mengindikasikan adanya transformator yang rusak atau terlepas dari

sistem, sedangkan masukan signal arus lebih (OC) mengindikasikan apakah arus pada salah satu atau lebih line melebihi setting yang ditetapkan.Pada setiap jenis masukan sendiri terdapat tiga masukan masing-masing dari setiap fasa. Karena

sub-sistem fault detector tidak perduli mengenai fasa mana yang mengalami kegagalan, maka masukan dari setiap fasa untuk masing-masing jenis masukan dapat di-OR-kan

(oleh U1:A-D) terlebih dahulu, sehingga keluarannya akan high apabila satu atau lebih masukannya high. Selanjutnya karena untuk menyatakan kondisi fault

membutuhkan kedua kondisi masukan ini terpenuhi, maka kedua jenis masukan ini

selanjutnya di-AND-kan (oleh U2:C) sehingga keluarannya akan high apabila kedua masukannya high.

Keluaran dari gerbang AND kemudian akan memicu sebuah monostable

multivibrator digital (IC 74123) yang keluarannya akan menjadi clock bagi flip-flop JK. Monostable multivibrator ini berfungsi memberikan jeda waktu tertentu sebelum

(74)
(75)

Keluaran Q dari monostable multivibrator ini bernilai low ketika normal dan

high ketika terpicu sebagaimana ditampilkan pada tabel kebenaran, Tabel 3.12. Lama waktu kondisi terpicu sendiri dapat diatur melalui resistor RX dan kapasitor CX sesuai Persamaan 3.3. Pada tugas akhir ini dirancang jeda waktu selama 4 detik sehingga

digunakan resistor dengan nilai 33k dan kapasitor dengan nilai 330uF.

T W = 0,37 x 33 x 330.000.000 ns = 4 s (4.10)

Flip-flop JK yang digunakan IC 7467 merupakan tipe negativeedgeclock, sehingga keadaan flip-flop akan berubah ketika clock berubah dari logika high ke

low. Untuk itu clock dari flip-flop ini akan dihubungkan ke keluaran Q dari monostable multivibrator sehingga flip-flop akan terpicu setelah jeda waktu beberapa

detik setelah multivibrator dipicu. Dengan masukan K terhubung ke ground dan masukan J terhubung ke keluaran AND (U2:C), maka keluaran dari flip-flop ini akan

bernilai sama dengan keluaran dari gerbang AND (U2:C) yang akan bernilai high (1) apabila masih terjadi kondisi yang menyebabkan fault (ada transformator yang rusak atau terlepas dan ada arus line yang melebihi setting), atau tetap bernilai low (0) apabila sistem telah kembali ke kondisi normal. Gambar 4.7 menampilkan diagram

waktu sub-sistem fault detector ketika terjadi sebuah fault.

Gambar

Gambar 2.13 Diagram Vektor Transformator Berbeban Kapasitif
Gambar 2.14 Transformator Tiga Fasa tipe Inti
Gambar 2.16 Diagram Vektor Transformator Tiga Fasa tipe Cangkang
Gambar 2.17 Transformator Tiga Fasa hubungan Bintang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rajah 4.34 Kesan peratus pertambahan EFB yang tidak terubahsuai dalam komposit dan mengalami pemulpaan 20% NaOH terhadap pembengkakan gentian di dalam larutan

Mengutip dari Undang–undang Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 29 butir (f) bahwa setiap rumah sakit mempunyai berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan, diantaranya adalah:

Untuk mengetahui konsep bentuk dari permukiman di dusun Mantran Wetan dapat dilihat dari fungsi atau aktivitas yang berkaitan dengan kebudayaan yaitu ritual komunal

Mujahid, Qatadah, dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “lebih baik daripada seribu bulan” adalah sha- lat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik

Responden yang bermotif kognitif memiliki persentase yang tinggi karena mayoritas responden ingin mencari sesuatu yang baru dari mendengarkan program acara “ Ono Opo Rek

Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab prolesi, dimana seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang

Analisis RCA ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan daya saing suatu daerah atau keunggulan daerah dalam suatu negara.. Secara matematis indeks RCA

Tidak adanya batas yang jelas antara teritori primer, umum, dan sekunder yang ditetapkan oleh pemerintah menjadikan pedagang informal melakukan klaim atas ruang