• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Karakter Mentimun Hibrida (Cucumis sativus L.) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Karakter Mentimun Hibrida (Cucumis sativus L.) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

AGUSTINA BR. GINTING 070307031

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

SKRIPSI

OLEH:

AGUSTINA BR. GINTING 070307031

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

NIM : 070307031

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Mbue Kata Bangun, MS Ir. Hot Setiado, MS

Ketua Anggota

Mengetahui

Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sr. PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi

(4)

Agustina Br Ginting : Evaluasi Karakter Mentimun Hibrida (Cucumis sativus L)

terhadap pemberian pupuk hayati, dibimbing oleh Ir. M. K. Bangun, MS dan Ir. Hot Setiado, MS.

Penelitian dilakukan di lahan terbuka dengan ketinggian ± 25 m diatas permukaan laut dari bulan November 2010 sampai Januari 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktor ganda yaitu varietas (Hercules, Mercy dan Lokal) dan pupuk (pupuk anorganik, pupuk anorganik + pupuk hayati, dan pupuk hayati). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang, umur panen, produksi buah per tanaman, panjang buah, diameter buah dan berat buah per tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2 dan 4 MST, umur berbunga, jumlah cabang, umur panen, panjang buah dan diameter buah. Pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang.

(5)

Agustina Br Ginting: Evaluation of the Cucumber Hybrid’s (Cucumis sativus L.) character on the application of biofertilizer, under supervision by Ir. Mbue Kata Bangun, MS and Ir. Hot Setiado, MS.

The research was conducted on the farm field with ± 25 meters above sea level from November 2010 to January 2011. Randomized Block Design was used with 2 factors, ie: varieties (Hercules, Mercy and Local) and fertilizers (inorganic, inorganic plus biofertilizer, biofertilizer). The parameters observed were plant height, the time of flowering, the number of branches, the time of harvest, the fruit production per plant, the fruit length, the fruit diameter and the fruit weight per plant.

The results showed that the varieties significantly affected: the plant height 2 and 4 week planted, the time of flowering, the number of branches, the time of

harvest, the fruit length and the fruit diameter. Fertilizer significantly affected the number of branches.

(6)

Penulis lahir di Medan pada tanggal 08 Agustus 1989 dari ayah Sedia Ginting, SH, M,Hum dan ibu Arus Malem Br Bangun. Penulis merupakan

putri ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 17 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Evaluasi Karakter Mentimun Hibrida (Cucumis Sativus L.) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Mbue Kata Bangun, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Hot Setiado, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua tersayang, Ayahanda Sedia Ginting, SH., MHum dan Ibunda Arus Malem Br Bagun untuk semua cinta, doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini, terimakasih juga kepada kakak-kakak saya Siska Ulina Ginting, SH dan Desi Natalia Ginting, SH serta adik saya Rezeki Petrus Ginting atas segala doa dan dukungannya.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Evan Sanjaya Sipayung, bang

Andrew, kak susi, Khairul Yusuf Nst, Dewi Marsella, Hertince D.P, Eka J,Y Sinaga, Dwi Yuliana, Rapi Simbolon, Sanjos, Dedi Mikardo, Natanael S,

serta adik-adik angkatan 2010 serta rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam penulisan dan menyelesaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.

(8)

No. Hal 1. Ciri utama pupuk hayati dan pupuk kimia... 10 2. Model sidik ragam dan nilai estimasi kuadrat tengah... 16 3. Rataan tinggi tanaman (cm) 2-5 MST dengan perlakuan varietas dan

pemberian pupuk... 23 4. Rataan umur berbunga tanaman mentimun (hari) terhadap

varietas dan perlakuan pupuk... 24 5. Rataan jumlah cabang (cabang) terhadap varietas dan perlakuan pupuk 24 6. Rataan umur panen (hari) terhadap varietas dan perlakuan pupuk... 25 7. Rataan produksi buah per tanaman (g) terhadap varietas dan pemberian

pupuk... 26 8. Rataan panjang buah (cm) terhadap varietas dan perlakuan pupuk... 26

9. Rataan diameter buah (cm) terhadap varietas dan perlakuan pupuk.... 27 10.Rataan berat buah per tanaman (g) terhadap varietas dan perlakuan

(9)

No. Hal

1. Bagan Lahan Penelitian ... 38

2. Bagan Plot Penelitian ... 39

3. Deskripsi Mentimun ... 40

4. Jadwal Kegiaan Penelitian ... 42

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ... 43

6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 43

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) ... 44

8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 44

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ... 45

10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 45

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm) ... 46

12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 46

13. Data Umur Bebunga (hari) ... 47

14. Sidik Ragam Umur berbunga ... 47

15. Data Jumlah Cabang (cabang) ... 48

16. Sidik Ragam Jumlah Cabang... 48

17. Data Umur Panen (hari) ... 49

18. Sidik Ragam Umur Panen ... 49

19. Data Produksi Buah Per Tanaman (g) ... 50

20. Sidik Ragam Produksi Buah Per Tanaman ... 50

21. Data Panjang Buah(cm) ... 51

22. Sidik Ragam Panjang Buah ... 51

23. Data Diameter Buah(cm) ... 52

24. Sidik Ragam Diameter Buah ... 52

25. Data Berat Buah Per Tanaman (g) ... 53

26. Sidik Ragam Buah Per Tanaman ... 53

27. Nilai Duga Heritabilitas Untuk Masing-Masing Parameter ... 54

(10)

31. Foto Seluruh Tanaman Mentimun Hasil Pengamatan Di Lapangan... 58

32. Foto Tanaman Mentimun Tiap Varietas dan Perlakuan... 59

33. Foto Buah Mentimun Tiap Varietas dan Perlakuan ... 62

(11)

ABSTRACT... i

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat... 14

Metode Penelitian... 14

Heritabilitas ... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Penelitian ... 17

Penanaman Benih ... 17

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Panen ... 19

(12)

Umur panen (hari) ... 20

Produksi buah per tanaman (g) ... 20

Panjang buah (cm) ... 21

Diameter buah (cm) ... 21

Berat buh per tanaman (g) ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

Pembahasan ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertama kali mentimun dibudidayakan oleh manusia 1000 (seribu) tahun yang lalu. Colombus disebut-sebut sebagai orang yang berjasa menyebarluaskan tanaman mentimun keseluruh dunia. Di Cina mentimun mulai dikenal dua abad sebelum Masehi, tanaman mentimun juga menyebar di Timur Tengah kemudian meluas ke negara-negar lain di kawasan Asia, sedangkan penyebaran mentimun di Amerika adalah California, New York, Carolina Selatan, Texas dan Florida. Pembudidayaan mentimun meluas keseluruh dunia, baik di daerah beriklim panas (tropis) maupun daerah beriklim sedang (sub-tropis) (Ashari, 1995).

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah salah satu sayuran buah yang banyak dikonsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg posfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1, dan 0,2 IU vitamin B2

Tanaman mentimun tidak memerlukan persyaratan khusus karena dapat ditanam dengan baik didataran rendah hingga dataran tinggi. Namun untuk memperoleh produksi optimal perlu diperhatikan beberapa persyaratan tumbuh tertentu. Tanaman mentimun akan tumbuh dan berproduks i dengan baik apabila ditanam pada kondisi tanah dan iklim yang cocok dengan tanaman mentimun tersebut (Samadi, 2002).

(14)

Pupuk hayati adalah mikroorganisme hidup yang ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan pupuk hayati, antara lain: (1) menyediakan unsur hara bagi tanaman, (2) melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit (3) sebagai penawar racun beberapa logam berat (4) dapat menekan pemakaian pestisida sampai 50% dan (5) meningkatkan kadar bahan organik tanah, sehingga pendapatan petani dapat meningkat sampai 30 % (Hasibuan, 2004).

Golden Harvest adalah Pupuk hayati berbahan aktif Mikroba Indegenous asli Indonesia ramah lingkungan (tidak mengandung logam berat As, Pb, Hg, Cd dan Mikroba Patogen, Salmonella Sp) telah dipersiapkan serta dirancang untuk pembangunan dunia pertanian yang berkelanjutan. Perpaduan Golden Harvest dengan pupuk kimia akan menjadikan produktivitas tinggi dan ramah lingkungan seperti yang dibutuhkan petani

(15)

mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk pabrik, pestisida dan juga dapat menanggulangi pemakaian pestisida. Aplikasi pupuk hayati di bidang pertanian merupakan salah satu alternatif untuk mendukung pertanian organik atau pertanian berkelanjutan untuk menanggulangi persoalan lingkungan dan keamanan hasil panen.(http://wibowo19.wordpress.com, 2009

Evaluasi biasanya dilakukan untuk mengetahui reaksi genotipe terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik, sedangkan karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat morfologi dan agronomi tanaman (Arsyad dan Asadi 1996).

).

Di Indonesia mentimun merupakan sayuran yang sangat populer dan digemari oleh hampir seluruh masyarakat. Meskipun demikian kebanyakan usaha tani mentimun masih dianggap usaha sampingan, sehingga rata-rata hasil mentimun secara nasional masih rendah yakni antara 3,5 – 4,8 ton/hektar. Dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maupun dunia akan berpengaruh terhadap naiknya persediaan konsumsi sayuran. Di Indonesia anjuran konsumsi sayuran untuk mencapai sehat gizi adalah sebesar 65,5 kg/kapita/tahun. Saat ini konsumsi tersebut baru terpenuhi 80 %. Salah satu upaya untuk meningkatkan

persediaan sayuran adalah dengan meningkatkan produksi mentimun (Rukmana, 1994).

Pada tahun 2006 luas areal panen mentimun nasional mencapai 55,792 ha dengan produksi 268,201 ton. Luas areal panen di Sumatera Utara pada tahun 2006 sebesar 3,591 ha dengan produksi rata-rata 125,06 kw/ha (BPS, 2006).

(16)

belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun ditanam hanya sebagai selingan (Warintek, 2006).

Produksi mentimun hibrida di Indonesia masih sangat rendah karena mentimun hibrida hanya ditanam sebagai tanaman selingan sebab itu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakter morfologi dan karakter produksi mentimun hibrida yang dapat meningkatkan produksi mentimun hibrida terhadap pemberian pupuk hayati.

Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian untuk melihat evaluasi karakter mentimun hibrida (Cucumis sativus L.) terhadap pemberian pupuk hayati.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui evaluasi karakter mentimun hibrida (Cucumis sativus L.) terhadap pemberian pupuk hayati.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan dan produksi beberapa varietas mentimun akibat perbedaan varietas, pemberian pupuk hayati serta interaksi antara kedua faktor tersebut.

Kegunaan Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sistematika (taksonomi) tanaman mentimun adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae, Genus: Cucumis, Spesies: Cucumis sativus L. (Sharma, 2002).

Perakaran mentimun memiliki akar tunggang dengan bulu-bulu akarnya. Namun akar tersebut hanya mampu menembus hingga kedalaman ± 60 cm dari permukaan tanah. Oleh karena itu untuk membantu pertumbuhannya penggemburan tanah harus dilakukan minimal hingga kedalaman tersebut (Samadi, 2002).

Mentimun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batangnya basah, berbulu serta berbuku. panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50 cm – 250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun (Rukmana, 1994).

Mentimun berdaun tunggal. Bentuk ukuran dan kedalaman lekuk daun mentimun bervariasi, tergantung dari spesies dan kultivarnya. Panjang daun antara 7-20 cm, panjang tangkai daun 5-15 cm. Pinggiran daun berlekuk antara 3-5, dengan susunan daun berselang-seling (Sumpena, 2001).

(18)

pangkal bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat, bunga mentimun merupakan bunga sempurna (Cahyono, 2003).

Buah mentimun tumbuh dari ketiak daun dengan posisi menggantung. Buah mentimun berbentuk bulat pendek hingga bulat panjang, dengan kulit buah yang berwarna hijau keputihan hingga hijau gelap, ada yang berbintil dan ada yang tidak (Samadi, 2002).

Biji mentimun bentuknya pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning-kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perba-nyakan tanaman (Rukmana, 1994).

Syarat Tumbuh

Iklim

Dalam masa pertumbuhan tanaman mentimun lebih cocok ditanam pada lahan terbuka dengan suhu yang berkisar 21o C - 27o

Kelembapan relatif udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85 %. Sedangkan curah hujan optimal yang diinginkan tanaman sayur ini antara 200 – 400 mm/bulan (Sumpena, 2001).

(19)

Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk berguguran, sehingga gagal membentuk buah. Demikian pula pada daerah dengan temperatur siang dan malam harinya berbeda sangat menyolok, sering memudahkan serangan penyakit

tepung atau Powdery Mildew maupun busuk daun (Downy Mildew) (Rukmana, 1994).

Tanah

Pada dasarnya mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti tanah gambut dapat diusahakan sebagai lahan penanaman mentimun. Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah antara 5,5 – 6,5. Tanah yang banyak mengandung air, terutama pada waktu berbunga, merupakan jenis tanah yang baik untuk penanaman mentimun. Jenis tanah yang cocok untuk penanaman mentimun di antaranya aluvial, latosol dan andosol (Sumpena, 2001).

(20)

Evaluasi Karakter

Identifikasi sifat-sifat kuantitatif dan kualitatif sumber genetik dapat dilakukan melalui karakterisasi dan evaluasi, sehingga akan mempermudah pemilihan tetua persilangan (Soedomo 2000).

Karakterisasi bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman yang penting artinya sebagai pedoman dalam pemberdayaan genetik dalam program pemuliaan (Setiamihardja 1990).

Karakter yang telah diwariskan berbeda dalam heritabilitas, sebuah

karakter seperti hasil, sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan dan akan memiliki heritabilitas rendah, karakter yang tidak besar dipengaruhi oleh lingkungan biasanya memiliki heritabilitas yang tinggi (Polhman and Sleeper, 1995).

Varietas

Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dan lain-lain) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya (Mangoendidjojo, 2003).

(21)

pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanam yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Varietas Hercules mempunyai percabangan yang banyak dan tahan terhadap penyakit Downy Mildew. Buah berwarna hijau, panjang 15-20 cm dan diameter 4 cm. Umur panen 35 hari setelah tanam dengan hasil 10-16 buah/tanaman (Sumpena, 2001).

Varietas Mercy memiliki keunggulan berumur genjah, sangat produktif dan cocok disegala musim dan tahan terhadap penyakit Downy Mildew, dapat dipanen pertama pada umur 30 hari setelah tanam, ukuran panjang 20-25 cm dengan diameter 2-5 cm, kulit buah berwarna hijau, dan potensi daya hasilnya 11.063 ton per hektar (Sumpena, 2001).

Varietas lokal berasal dari petani setempat. Umur berbunga 20 – 30 hst dan umur panen 30 – 35 hst. Warna buah muda sangat beragam, yaitu putih, hijau atau hijau keputihan, sedangkan warna buah tua kuning atau coklat. Panjang buah antara 12 – 19 cm. Produksinya antara 8 – 14 ton/ha. Ketahanan simpan varietas ini 2 – 6 hari (Sumpena, 2001).

Pupuk

Pupuk urea adalah pupuk yang paling banyak digunakan di Indonesia. Sifat penting dari pupuk ini adalah mudah larut dalam air dengan kandungan N yang tinggi (46%) (Hasibuan, 2008).

(22)

Tabel 1. Ciri Utama Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia

Ciri Pupuk Hayati Pupuk Kimia

Respon tanaman Lambat Cepat

Tanaman target Khusus-luas Luas

Penyediaan hara Tidak langsung Langsung Proses hubungan dengan tanaman Biologis Kimia Dampak lingkumgan Tidak ada Ada (Hasibuan, 2008).

Pupuk organik Golden Harvest adalah pupuk dengan bahan aktif mikroba

asli Indonesia yang ramah lingkungan. Jadi pupuk ini tidak mengandung logam berat atau bakteri salmonella. Perpaduan antara pupuk kimia dan Golden Harvest ternyata memberikan hasil yang memuaskan, selain tidak mengganggu lingkungan, produktivitasnya melimpah

(23)

tanah: meningkatkan aktivitas mikro organisme yang terdapat didalam tanah, populasi mikroba yang menguntungkan di dalam tanah. Manfaatnya buat petani, dapat menghemat penggunaan pupuk kimia dan kompos sampai dengan 50%, produktivitas meningkat (meningkatkan hasil panen 20% - 50%), cocok untuk berbagai jenis tanaman, dan kebutuhan, ukuran buah, umbi, biji lebih besar dan

berat serta lebih tahan busuk, daun lebih lebar, lebih rimbun dan sehat, tanaman lebih sehat, lebih tahan hama dan sedikit gulma

EM merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik, serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Penggunaan EM akan membuat tanaman menjadi lebih subur, sehat dan relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Berikut ini beberapa manfaat EM bagi tanaman dan tanah.

1. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah. 2. Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman.

3. Membantu proses penyerapan dan penyaluran unsur hara dari akar ke daun. 4. Meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk.

5. Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. (Hadisuwito, 2007).

(24)

EM4 mempunyai beberapa keuntungan yang dapat meningkatkan produksi tanaman dan mengatur keseimbangan mikroorganisme tanah (Higa, 1993).

EM4 merupakan pupuk hayati cair yang mengandung mikroorganisme, salah satunya yaitu bakteri pelarut fosfat dan mikoriza. Terdapat beberapa jenis fungi dan bakteri, seperti: Bacillus polymyxa, Pseudomonas striata, Aspergillus awamori, dan Penicillium digitatum yang diidentifikasi mampu melarutkan bentuk P tak larut menjadi bentuk tersedia bagi tanaman (Susanto. 2002).

Heritabilitas

Kemajuan dalam proses seleksi yang bergantung pada evaluasi visual pada fenotip dapat menyebabkan kesalahan yang lebih besar, khususnya jika heritabilitas rendah. Variasi genotip suatu karakter sukar diperkirakan secara visual, misalnya jumlah daun, kekuatan tanaman dan komponen panen. Pada karakter yang heritabilitasnya rendah, pertumbuhan gen berlangsung lambat walaupun penggabungan gen-gen dapat dicapai. Seleksi akan sangat efektif pada tanaman yang heritabilitasnya tinggi. Tanaman yang heritabilitasnya tinggi akan mudah terlihat dalam populasi (Welsh, 1991).

(25)

Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai bagian keragaman genetik dan keragaman total (keragaman fenotif). Besarnya heritabilitas suatu karakter kuantitatif dapat diduga melalui suatu desain persilangan galur murni.

(σ²p) = (σ²g) + (σ²e)

(σ²p) = ragam fenotip

(σ²g) = ragam genetik

(σ²e) = ragam lingkungan

Besarnya heritabilitas dapat digunakan untuk menduga kemajuan seleksi dalam suatu program pemuliaan.

=

h²=

=

atau

=

(Makmur, 1988).

Gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila mereka berada dalam kondisi yang sesuai dan sebaliknya tudak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya kaarakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada (Allard, 2005).

(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan terbuka dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, yang dimulai dari bulan November 2010

hingga Januari 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 varietas benih mentimun yaitu Hercules, Mercy dan Lokal sebagai objek pengamatan, pupuk anorganik (Urea, TSP dan KCL), pupuk hayati cair Golden Harvest dan EM4 sebagai faktor perlakuan, dan tanah sebagai media tanam.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, ajir, tali, gembor, pacak perlakuan, buku tulis, alat tulis, kertas label, kalkulator dan timbangan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial terdiri dari dua faktor :

Faktor 1 : Varietas mentimun, yang terdiri dari 3 varietas yaitu : V1 = Hercules V2 = Mercy V3 Faktor 2 : Pupuk, yang terdiri dari 5 pupuk yaitu:

= Lokal

P1 = Pupuk anorganik (Urea, KCL, TSP)

P2 = Pupuk anorganik dan pupuk hayati (Urea, KCL, TSP + Golden Harvest)

(27)

P4 = Pupuk hayati (Golden Harvest) P5 = Pupuk hayati (EM4)

Diperoleh 15 kombinasi perlakuan yaitu : V1 P1 V2 P1 V3 P1

Jumlah ulangan : 2 ulangan Jumlah tanaman sampel/plot : 4 tanaman Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 120 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan Model Linier aditif dari Rancangan Acak Kelompok 2 faktor sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Dimana :

i = 1,2 j = 1,2,3,4,5 k = 1,2,3

Yijk =

µ = Nilai tengah

Hasil pengamatan pada blok ke–i dengan perlakuan pupuk hayati pada taraf ke-j dan varietas mentimun pada taraf ke-k

(28)

αj =

= Pengaruh interaksi antara perlakuan pupuk hayati ke-j dan varietas

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk hayati

ke-j dan varietas mentimun ke-k.

Dari hasil penelitian yang berpengaruh nyata maka dilakukan analisis

lanjutan dengan menggunakan Uji Jarak Nyata Duncan (UJND) pada taraf 5% (Bangun, 1991).

Untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan merupakan keragaman fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan heritabilitas. Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung berdasarkan rumus:

H =

Tabel 2. Model Sidik Ragam dan Estimasi Kuadrat Tengah

Sumber Keragaman Db JK KT Estimasi Kuadrat Tengah

(29)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal penanaman dibersihkan dari gulma. Pengolahan tanah dilakuka n dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman olah 30 cm, dibagi dalam 2

ulangan dan masing - masing ulangan terdiri dari 15 plot yang berukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit keliling dengan lebar 50 cm dan parit antar plot

dalam ulangan 30 cm.

Penanaman

Benih ditanam 2 (dua) benih per lubang tanam, benih terlebih dahulu direndam dengan air lebih kurang 15 menit, benih yang ditanam sesuai dengan perlakuan pada bagan lahan penelitian.

Pemupukan

Pada perlakuan pupuk anorganik (P1

Pada perlakuan pupuk hayati (P

) pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan mentimun yaitu Urea (120 kg/ha), TSP (56 kg/ha) dan KCl (45 kg/ha), pemupukan TSP (1,4 g/tanaman), KCl (1,1 g/tanaman) dan setengah dosis Urea (1,5 g/tanaman) diberikan pada saat 3-5 hst dengan cara ditugal secara terpisah, setengah dosis Urea (1,5 g/tanaman) lagi diberikan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (hst).

4) Golden Harvest disiramkan pada seluruh

(30)

sesuai dengan konsentrasi masing - masing perlakuan (10 cc/ml air) dengan menggunakan gembor.

Pemeliharaan Tanaman

Penyulaman

Penyulaman dilakuka n seawal mungkin dengan bahan tanaman yang berumur sama, paling lama penyulaman dilakukan saat berumur 7 hst, hal ini bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan bersamaan dengan penyulaman yaitu 7 hst, penjarangan dilakuka n dengan cara menggunting salah satu tanaman dan meninggalkan satu tanaman per lubang tanam.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan, penyiraman dilakukan pagi atau sore hari dengan menggunakan gembor.

Pengajiran

Ajir berfungsi untuk merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan

dan tempat menopang buah, pengajiran dilakukan sewaktu tanaman berumur 14 hst, ajir yang digunakan adalah bambu yang dibelah, panjang ajir lebih kurang

2 meter.

Penyiangan

(31)

dalam maupun diluar plot penelitian hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah, penyiangan dilakukan seseuai dengan kondisi di lapangan.

Pemangkasan

Pemangkasan adalah membuang bagian tanaman yang mati, memotong cabang-cabang yang tidak menghasilkan untuk merangsang pertumbuhan tanaman kearah generatif, pemangkasan dilakukan setelah panen pertama.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Sevin dengan konsentrasi 2g/l air, penyemprotan insektisida dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 30 hst dan 44 hst. Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan membuang daun atau buah yang terserang penyakit.

Panen

(32)

Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman mulai diukur dari pangkal batang yang sudah diberi tanda sampai titik tumbuh. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) dengan interval 1 minggu sekali sebelum panen pertama.

Umur berbunga (hari)

Umur berbunga ditentukan sejak tanam sampai tanaman dalam satu plot telah mengeluarkan bunga jantan 75 % dari populasi tanaman.

Jumlah cabang (cabang)

Jumlah cabang yang dihitung adalah cabang utama, dan pengamatan dilakukan saat panen pertama.

Umur panen (hari)

Umur panen ditentukan mulai awal penanaman hingga tanaman menunjukkan kriteria panen. Kriteria buah untuk dipanen adalah bentuknya agak membulat mulai dari pangkal sampai ujung buah, duri pada kulit buah sudah halus, warna buah berwarna hampir sama mulai pangkal sampai ujung buah (varietas hercules: hijau, varietas Mercy: hijau, varietas Lokal: hijau kekuningan).

Produksi buah per tanaman (g)

(33)

Panjang buah (cm)

Panjang buah diambil dengan mengukur panjang buah yang dipanen (panen pertama sampai panen ketiga) kemudian diambil rataannya. Pengukuran panjang buah dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal hingga ujung buah.

Diameter buah (cm)

Diameter buah diukur untuk setiap buah yang dipanen dengan menggunakan jangka sorong di 3 bagian buah yaitu pada bagian 1/3 dari pangkal buah, bagian tengah buah dan 1/3 dari ujung buah. Selanjutnya, diameter buah tersebut dijumlahkan dan diambil rataannya. Pengukuran tersebut dilakukan pada semua buah yang dipanen (panen pertama sampai panen ketiga), kemudian diambil rataannya.

Berat buah per tanaman (g)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil sidik ragam yang diperoleh diketahui bahwa varietas yang di uji berbeda nyata pada pengamatan parameter tinggi tanaman 2 MST dan 4 MST, umur berbunga, jumlah cabang, umur panen, panjang buah dan diameter buah. Perlakuan pupuk berpengaruh nyata pada pengamatan parameter jumlah

cabang dan belum berpengaruh nyata pada pengamatan parameter tinggi tanaman 2-5 MST, umur berbunga, umur panen, produksi buah per tanaman, panjang buah,

diameter buah dan berat buah per tanaman. Interaksi antara varietas dengan perlakuan pupuk belum berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang, umur panen, produksi buah per tanaman, panjang buah, diameter buah dan berat buah per tanaman.

Tinggi tanaman (cm)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman pada 2 MST hingga 5 MST dapat dilihat pada (Lampiran 5 hingga 12). Hasil sidik

(35)

Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST hingga 5 MST terhadap varietas Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata

pada taraf 5 %.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan tanaman tertinggi pada minggu ke 2 dapat dilihat pada varietas Hercules (16,28 cm) yang berbeda nyata terhadap

varietas Mercy dan varietas Lokal. Tinggi tanaman minggu ke 4 dapat dilihat pada tabel bahwa rataan tanaman tertinggi adalah pada varietas Mercy (81,84 cm) yang berbeda nyata terhadap varietas Lokal dan varietas Hercules. Perlakuan pupuk belum diperoleh perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman.

Umur berbunga

(36)

Tabel 4. Rataan umur berbunga (hari) terhadap varietas dan perlakuan pupuk

Varietas Pupuk Rataan

P1 P2 P3 P4 P5

V1 (Hercules) 29,00 28,58 28,87 28,62 28,50 28,71 a V2 (Mercy) 27,25 28,00 27,75 27,83 28,50 27,86 b V3 (Lokal) 28,25 27,75 27,87 28,50 28,37 28,15 b Rataan 28,17 28,11 28,16 28,32 28,46 28,24 Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata

pada taraf 5 %.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan umur berbunga tertinggi adalah pada varietas Hercules (28,71 hari) yang berbeda nyata terhadap varietas Lokal dan varietas Mercy. Perlakuan pupuk dan interaksi antara varietas dengan pupuk belum berbeda nyata.

Jumlah cabang (cabang)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah cabang tanaman mentimun dapat dilihat pada (Lampiran 15-16). Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas yang di uji dan perlakuan pupuk mempunyai beda yang nyata pada jumlah cabang. Sedangkan interaksi varietas dengan pupuk belum berbeda nyata. Rataan jumlah cabang terhadap varietas dan perlakuan pupuk dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Jumlah cabang (cabang) terhadap varietas dan perlakuan pupuk

Varietas Pupuk Rataan

P1 P2 P3 P4 P5

V1 (Hercules) 5,00 4,83 4,25 4,25 3,50 4,36 a V2 (Mercy) 4,50 4,87 3,50 3,12 2,50 3,70 b V3 (Lokal) 2,50 3,62 2,87 3,25 3,25 3,10 c Rataan 4,00 b 4,44 a 3,54 bc 3,54 bc 3,08 c 3,72 Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan belum berbeda

(37)

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan jumlah cabang tertinggi adalah pada varietas Hercules (4,36 cabang) yang berbeda nyata terhadap varietas Mercy dan varietas Lokal. Pada perlakuan pupuk rataan jumlah cabang tertinggi adalah pada pupuk NPK + Golden Harvest (4,44 cabang) yang berbeda nyata terhadap pupuk NPK, pupuk NPK + EM4, pupuk Golden Harvest dan pupuk EM4.

Umur panen

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen buah mentimun dapat dilihat pada (Lampiran 17 hingga 18). Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas yang di uji berbeda nyata terhadap umur panen buah mentimun. Sedangkan perlakuan pupuk dan interaksi antara varietas dengan pupuk belum berbeda nyata terhadap umur panen buah mentimun. Rataan umur panen buah mentimun terhadap varietas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan umur panen (hari) terhadap varietas dan perlakuan pupuk

Varietas Pupuk Rataan

P1 P2 P3 P4 P5

V1 (Hercules) 51,26 51,03 52,27 54,24 53,70 52,50 a V2 (Mercy) 48,39 47,83 47,04 48,42 48,52 48,04 b V3 (Lokal) 47,80 49,94 46,25 52,10 49,63 49,14 b Rataan 49,15 49,60 48,52 51,59 50,62 49,89 Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata

pada taraf 5 %.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan umur panen tertinggi adalah pada

varietas Hercules (52,50 hari) yang berbeda nyata terhadap varietas Mercy

dan varietas Lokal. Dan yang terendah adalah pada varietas Mercy (48,04 hari) yang berbeda nyata terhadap varietas Hercules dan belum

(38)

Produksi buah per tanaman

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari produksi buah per tanaman dapat dilihat pada (Lampiran 19 hingga 20). Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas yang di uji, perlakuan pupuk dan interaksi antara varietas dengan pupuk belum berbeda nyata terhadap produksi buah per tanaman. Rataan produksi buah per tanaman terhadap varietas dan perlakuan pupuk dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan produksi buah per tanaman (g) terhadap varietas dan pemberian

pupuk

Varietas Pupuk Rataan

P1 P2 P3 P4 P5

V1 (Hercules) 1233,06 1279,30 1449,76 1015,16 975,42 1190,54 V2 (Mercy) 1312,30 1320,36 1237,74 1038,74 858,31 1153,49 V3 (Lokal) 1159,15 1207,00 1219,15 1079,49 1220,72 1177,12 Rataan 1234,84 1268,89 3906,65 1044,46 1018,19 1173,72

Panjang buah (cm)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari panjang buah dapat dilihat pada (Lampiran 21 hingga 22). Sidik ragam menunjukka n bahwa varietas yang di uji berbeda nyata terhadap panjang buah, sedangkan perlakuan pupuk serta interaksi antara varietas dengan pupuk belum berbeda nyata. Rataan panjang buah terhadap varietas dan perlakuan pupuk dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan panjang buah (cm) terhadap varietas dan perlakuan pupuk

Varietas Pupuk Rataan

P1 P2 P3 P4 P5

V1 (Hercules) 24,67 25,35 25,35 23,02 23,32 24,34 a V2 (Mercy) 23,00 23,16 21,63 21,16 21,37 22,06 b V3 (Lokal) 20,18 20,48 19,61 18,58 20,68 19,90 c Rataan 22,62 23,00 22,19 20,92 21,79 22,10 Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata

(39)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan panjang buah tertinggi dapat dilihat pada varietas Hercules (24,34 cm) yang berbeda nyata terhadap varietas

Mercy dan Varietas Lokal. Dan yang terendah adalah pada varietas Lokal (19,90 cm) yang berbeda nyata terhadap varietas Hercules dan Varietas Mercy.

Panjang buah untuk varietas yang diuji dan perlakuan pupuk yang digunakan dapat dilihat pada (Lampiran 33).

Diameter buah (cm)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter buah dapat dilihat pada (Lampiran 23 hingga 24). Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas yang di uji berbeda nyata terhadap diameter buah, sedangkan perlakuan pupuk dan interaksi antara varietas dengan pupuk belum berbeda nyata. Rataan diameter buah terhadap varietas dan perlakuan pupuk dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan diameter buah (cm) terhadap varietas dan perlakuan pupuk

Varietas Pupuk Rataan Keterangan: huruf yang sama pada satu baris atau kolom menunjukkan belum

berbeda nyata pada taraf 5 %.

(40)

Berat buah per tanaman (g)

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari barat buah dapat per tanaman dapat dilihat pada (Lampiran 25 hingga 26). Sidik ragam menunjukkan bahwa varietas yang di uji, perlakuan pupuk dan interaksi antara varietas dengan pupuk belum berbeda nyata terhadap berat buah per tanaman. Rataan berat buah per tanaman terhadap varietas dan perlakuan pupuk dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan diameter buah (cm) terhadap varietas dan perlakuan pupuk

Varietas Pupuk Rataan

P1 P2 P3 P4 P5

V1 (Hercules) 358,51 364,38 362,44 336,29 620,21 310,10 V2 (Mercy) 328,07 330,09 309,43 259,68 296,10 304,67 V3 (Lokal) 332,77 347,51 354,02 305,91 359,09 339,86 Rataan 339,78 347,33 341,97 300,63 321,77 330,29

Heritabilitas

(41)

Tabel 11. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing parameter

Parameter Nilai Duga Heritabilitas (h2)

Tinggi tanaman (cm) 0,09 r

Umur berbunga (hari) 0,33 s

Jumlah cabang (cabang) 0,52 t

Umur panen (hari) 0,60 t

Produksi buah pertanaman (g) 0,00 r

Panjang buah (cm) 0,79 t

Dari hasi pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST, dimana rataan tertinggi terdapat pada varietas Mercy (81,84 cm) dan terendah pada varietas Hercules (62,32). Hal ini diduga karena terdapat perbedaan yang beragam dari masing – masing varietas terhadap parameter yang diamati. Hal tersebut karena adanya perbedaan genetik pada ketiga varietas tanaman. Setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain sehingga akan menunjukkan keragaman penampilan. Seperti yang dikemukakan Sitompul dan Guritno (1995) bahwa perbedaan varietas sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan sifat tanaman dan faktor genetik tersebut diekspresikan pada berbagai sifat tanaman seperti bentuk dan fungsi tanaman sehingga menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman.

(42)

berbunga tertinggi terdapat pada varietas Hercules (28,71 hari) dan terendah pada varietas Mercy (27,86 hari). Umur berbunga dari kedua varietas ini lebih lama jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman (Lampiran 3). Hal ini diduga sebagai akibat dari pengaruh lingkungan yang kurang sesuai dengan varietas tersebut, khususnya pengaruh suhu dan curah hujan. Seperti yang dikemukakan Samadi (2002) bahwa dalam masa pertumbuhan tanaman mentimun lebih cocok ditanam pada lahan terbuka dengan suhu yang berkisar 21o C - 27o

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang, dimana rataan jumlah cabang tertinggi terdapat pada varietas Hercules (4,36 cabang) dan terendah terdapat pada varietas Lokal (3,10 cabang). Dan pada perlakuan pupuk juga berbeda nyata dimana rataan tertinggi terdapat pada pupuk NPK + Golden Harvest (4,44 cabang) dan terendah terdapat pada pupuk EM4 (3,08 cabang). Pupuk hayati yang di padukan dengan pupuk anorganik tidak hanya membuat tanaman dapat tumbuh dengan cepat, ternyata perpaduan antara pupuk hayati dengan pupuk anorganik (kimia) juga dapat memperbanyak jumlah cabang yang tumbuh. Hal ini dikarenakan kandungan N yang disediakan oleh pupuk kimia cukup banyak dan diimbangi dengan mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk hayati sehingga pertumbuhan dapat seimbang dan cepat. Pernyataan ini di dukung oleh

C. Panjang atau laman penyinaran, intensitas sinar dan suhu udara merupakan faktor yang sangat penting, karena berpengaruh terhadap munculnya bunga.

(43)

oleh tanaman dan mampu mengurai pestisida di tanah, memudahkan penyerapan fosfat dan ternyata perpaduan antara pupuk hayati dengan pupuk anorganik (kimia) juga dapat memperbanyak jumlah daun yang tumbuh, jumlah cabang sehingga produktivitas tinggi dan ramah lingkungan.

Perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, produksi buah per tanaman, panjang buah per tanaman dan diameter buah per tanaman. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh pupuk hayati terhadap tanaman pada umumnya responnya lambat dan mudah tercuci sehingga kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak mencukupi untuk

tumbuh dan berproduksi dengan baik. Seperti yang dikemukakan Hasibuan (2008), pupuk hayati mempunyai perbedaan yang besar dibandingkan

dengan pupuk kimia baik ditinjau dari respon terhadap tanaman, penyediaan hara maupun dampaknya terhadap lingkungan dimana respon pupuk hayati terhadap tanaman adalah lambat.

(44)

berkembangnya suatu karakter terkecuali bila mereka berada dalam kondisi yang sesuai dan sebaliknya tudak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya kaarakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada.

Berdasarkan analisis statistik pada pengamatan produksi buah per tanaman pada varietas, perlakuan pupuk dan interaksi antara varietas dengan pupuk belum berbeda nyata. Hal ini bisa terjadi karena dosis pupuk yang diberikan ke tanaman masih dalam dosis standar padahal dosis pupuk yang di butuhkan pada tanah

berbeda-beda tergantung kondisi tanah. Dari data hasil analisis tanah BPTP (2010) diketahui bahwa kualitas tanah pada areal lahan penelitian memiliki

kandungan N yang rendah yaiu (0,14) dan kandungan P dalam tanah sedang yaitu (15,77). Padahal N dan P merupakan unsur hara yang paling banyak di butuhkan tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan produksi yang optimal.

(45)

Berdasarkan analisis sidik ragam pada parameter berat buah per tanaman bahwa parameter berat buah per tanaman belum berbeda nyata pada varietas yang di uji, perlakuan pupuk dan interaksi antara varietas dengan pupuk. Dari data pada (Tabel 10) dapat dibandingkan dengan deskripsi tanaman (Lampiran 3) bahwa berat buah per tanaman berdasarkan analisis sidik ragam (Tabel 10) masih jauh dari karakter berat buah yang ada pada deskripsi tanaman (Lampiran 3) hal ini terjadi karena pengaruh lingkungan seperti suhu udara yang lebih tinggi dari batasan maksimal yang dibutuhkan tanaman maka proses pembentukan buah terhambat serta rendahnya produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan karena untuk mendapatkan kualitas dan produksi buah yang baik dibutuhkan suplai air yang cukup dan kelembapan tanah harus tetap dijaga bila suhu tinggi dengan menyiram air secukupnya pada plot penelitian.

Pada (Tabel 11) diketahui ada 4 parameter yang mempunyai heritabilitas

tinggi yaitu, jumlah cabang, umur panen, panjang buah dan diameter buah, 1 parameter yang mempunyai heritabiliras sedang yaitu parameter umur

(46)

genetik tersebut diekspresikan pada berbagai sifat tanaman seperti bentuk dan fungsi tanaman sehingga menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman.

(47)

KESIMPILAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil data penelitian diketahui bahwa ada pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dimana semua perlakuan pupuk berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang dan belum berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, produksi buah per tanaman, panjang buah dan diameter buah.

2. Dari hasil data penelitian diketahui bahwa respon setiap varietas terhadap pupuk hayati mengalami perbedaan morfologi dan produksi pada beberapa tanaman mentimun. Karakter morfologi yang berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 2 MST dan 4 MST sedangkan karakter produksi berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, jumlah cabang, umur panen, dan diameter buah. 3. Interaksi antara varietas dengan pupuk belum menunjukkan beda yang nyata

pada semua parameter.

Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Willey and Sons, New York. 485 pp.

Arsyad, D.M. dan Asandi. 1996. Pemanfaatan Plasma Nutfah Kedelai Untuk Program Pemuliaan. 10 no. 1 Th 2004, Suryadi, pdf.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Bangun, M.K 1991. Rancangan Percobaan (Diktat Kuliah). Universitas Sumatera

Utara. Medan.

BPS, 2006. Sumatera Utara dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, Medan.

Cahyono, B. 2003. Timun. Aneka Ilmu. Semarang.

Crowder, L. V., 1997. Genetika Tumbuhan. Terjemahan Lilik Kusdiarti, UGM-Press, Yogyakarta.

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hasibuan, B. E. 2004. Pupuk dan Pemupukan (Diktat Kuliah). Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Higa, T. 1993. Effective Microorganisme, Dimensi Baru Dalam Pertanian. Pupuk Hayati. [11 Februari 2011].

(49)

Mangoendidjojo. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius,Yogyakarta. Novary, E. W, 1999. Penanaman dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta.

Samadi, B. 2002. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida, Kanisius Yogyakarta. Setiamihardja. 1990. Inheritance of Pedicel Characters and Their Association to

Fruit Characters in Capsicum annuum. Plasma Nutfah Vol. 10 no. 1 Th 2004, Suryadi, pdf.

Sharma, O. P. 2002. Plant Taxonomy. Tata McGraw, Hill Publishing Company Limited. New Delhi.

Sitompul, S.M., dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soedomo, P. 2000. Evaluasi Penampilan Fenotipik dan Hasil Kacang Kapri. Suryadi, pdf.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organi. Kanisius. Yoogyakarta.

Polhman, J. M and D. A. Sleeper. 1995. Breeding Field Crops. Forth Edition. Panima Publishing Corporation. New Delhi.

Purwendro, S dan Nurhidayat. 2007. Mengolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Warintek, 2006. Mentimun. Available at [11 Februari 2011]

(50)

Lampiran I. Bagan Lahan Penelitian

U

Keterangan:

a = jarak antar ulangan 50 cm.

b = jarak antar plot dalam 1 ulangan 30 cm

V1P1 V2P5 V3P1

V1P2 V2P4 V3 P2

Ulangan

I V1P3 V2P3 V3P3

V1P4 V2P2 V3P4

V1P5 V2P1 V3P5 b

a

V2P1 V3P5 V1P1

V2P2 V3 P4 V1P2

Ulangan

II V2P3 V3P3 V1P3

V2P4 V3P2 V1P4

(51)

Lampiran 2. Bagan Plot Penelitian

Keterangan:

= tanaman mentimun a = jarak antar barisan 40 cm

b = jarak antar tanaman antar satu barisan 40 cm a

(52)

Lampiran 3. Deskripsi Mentimun Varietas Hercules

Nama : Hibrida Hercules Tipe pertumbuhan : Merambat Hasil rata-rata : 3,5 – 5 kg/pohon Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau Warna bunga : Kuning

Umur berbunga : 21 hari setelah tanam Masa panen : 35 hari

Warna Kulit Buah : Hijau Warna Daging Buah : Putih Diameter buah : 4 cm Panjang buah : 15 - 20 cm Berat buah : 350 – 400 g/buah Rasa Buah : Manis renyah

Ketahanan penyakit : Tahan terhadap penyakit Downy mildew (penyakit pada tanaman disebabkan oleh cendawan dengan gejala umum bercak-bercak pada bagian tanaman yang terserang dan biasanya mengakibatkan kematian).

Keterangan : Umur genjah, sangat produktif dan cocok di segala musim

(53)

Varietas Mercy

Nama : Hibrida F1 Mercy Tipe pertumbuhan : Merambat

Hasil rata-rata : 3,5 – 5 kg/pohon Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau Warna bunga : Kuning

Umur berbunga : 21 hari setelah tanam Masa panen : 30 hari

Warna Kulit Buah : Hijau Warna Daging Buah : Putih Diameter buah : 2 – 5 cm Panjang buah : 20 – 25 cm Berat buah : 350 – 400 g/buah Rasa Buah : Manis renyah

Ketahanan penyakit : Tahan terhadap penyakit Downy mildew (penyakit pada tanaman disebabkan oleh cendawan dengan gejala umum bercak-bercak pada bagian tanaman yang terserang dan biasanya mengakibatkan kematian).

Keterangan : Umur genjah, sangat produktif dan cocok di segala musim

(54)

Lampiran 4: Jadwal Kegiatan Penelitian

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

pengajiran X

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

(55)

Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

(56)

Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST

(57)

Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST

(58)

Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST

(59)

Lampiran 13. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 14. Sidik Ragam Umur Berbunga

(60)

Lampiran 15. Data Pengamatan Jumlah Cabang (cabang)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 16. Sidik Ragam Jumlah Cabang

(61)

Lampiran 17. Data Pengamatan Umur Panen (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

(62)

Lampiran 19. Data Pengamatan Produksi Buah Per Tanaman (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 20. Sidik Ragam Produksi Buah Per Tanaman

(63)

Lampiran 21. Data Pengamatan Panjang Buah (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 22. Sidik Ragam Panjang Buah

(64)

Lampiran 23. Data Pengamatan Diameter Buah (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 24. Sidik Ragam Diameter Buah

(65)

Lampiran 25. Data Pengamatan Berat Buah Per Tanaman (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

Lampiran 26. Sidik Ragam Berat Buah Per Tanaman

(66)

Lampiran 27. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing parameter Parameter Nilai Duga Heritabilitas (h2)

Tinggi tanaman (cm) 0,09 r

Umur berbunga (hari) 0,33 s

Jumlah cabang (cabang) 0,52 t

Umur panen (hari) 0,60 t

Produksi buah pertanaman (g) 0,00 r

Panjang buah (cm) 0,79 t

Diameter buah (cm) 0,87 t

Berat buah per tanaman (g) 0,09r Keterangan:

(67)

Lampiran 28. Data Hasil Analisi Tanah

Keterangan: PH (H2

C-Organik (%) = <1 (sangat rendah)

O) = 5,5-6,0 (Agak asam)

N-Total (%) = 0,1-0,2 (rendah) P-Bray 1 (ppm) = 7-20 (sedang)

K-dd (cmol (+) kg -1) = 0,26-0,45 (sedang)

(68)

Lampiran 29. Komposisi Pupuk Hayati

- Perpaduan (kombinasi) dengan pupuk kimia akan menghemat pupuk kimia Anda sebesar 40-50% dari biasanya.

- Biaya produksi menjadi lebih efisien.

- Hasil panen akan optimal (maksimal). Produktifitas lahan meningkat 15-55%.

- Mampu menguraikan pestisida (residu s.d. 0%) - Mengurangi tumbuhnya gulma.

(69)

b. EM 4 (Mikroorganisme Efektif)

Lactobacillus sp. 8,7 x 105 Bakteri pelarut fosfat 7,5 x 106 Yeas/Ragi 8,5 x 106 Chlorida (Cl) 414,35 ppm C-Organik (C) 27,05 ppm

pH 3,9

Kegunaan:

- Memperbaiki sifat fisik kimia da biologi tanah.

- Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.

- Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat (bokashi).

- Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. - Menyehatkan tanaman.

Lampiran 30. Analisis Biaya Pupuk/(m)

(70)

Lampiran 31. Foto Seluruh Tanaman Mentimun Hasil Pengamatan Di Lapangan

Varietas Lokal Varietas Mercy Varietas Hercules

(71)

Lampiran 32. Foto Tanaman Mentimun Tiap varietas dan Perlakuan

(a) (b)

(b) (c)

Keteragan:

a. VIPI = Hercules, (Urea, TSP, KCL)

b. V1P2 = Hercules, (Urea, TSP, KCL+ Golden harvest)

c. V1P3 = Hercules, (Urea, TSP, KCL + EM4) d. V1P4 = Hercules, (Golden harvest)

e. V1P5 = Hercules (EM4)

(72)

(a) (b)

(e)

Keterangan:

a. V2P1 = Mercy, (Urea. TSP, KCL)

b. V2P2 = Mercy, (Urea, TSP, KCL + Golden harvest c. V2P3 = Mercy, (Urea, TSP, KCL + EM4

d. V2P4 = Mercy, (Golden harvest) e. V2P5 = Mercy, (EM4)

(73)

(c)

(a) (b)

(d)

(e)

Keterangan:

a. V3P1 = Lokal, (Urea. TSP, KCL)

b. V3P2 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + Golden harvest c. V3P3 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + EM4

(74)

Lampiran 33. Foto Buah Mentimun Tiap varietas dan Perlakuan

(a) (b)

(c)

(c) (d)

Keterangan:

a. V1P1 = Lokal, (Urea. TSP, KCL)

b. V1P2 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + Golden harvest c. V1P3 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + EM4

(75)

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Keterangan:

a. V2P1 = Lokal, (Urea. TSP, KCL)

b. V2P2 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + Golden harvest c. V2P3 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + EM4

(76)

(e)

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan:

a. V3P1 = Lokal, (Urea. TSP, KCL)

b. V3P2 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + Golden harvest c. V3P3 = Lokal, (Urea, TSP, KCL + EM4

(77)

Lampiran 34. Foto Panen Buah Mentimun Setiap Varietas

(78)

Foto: Varietas Mercy

Gambar

Tabel 1. Ciri Utama Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia
Tabel 2. Model Sidik Ragam dan Estimasi Kuadrat Tengah
Tabel 3.  Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST hingga 5 MST terhadap varietas dan perlakuan pupuk
Tabel 5. Rataan Jumlah cabang (cabang) terhadap varietas dan perlakuan pupuk
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kualitas personel pendidikan di sekolah menengah maka dibutuhkan pola manajemen yang efektif dalam mengelola sumber daya manusia pendidikan. Karena

Lingkungan Kerja Fisik dan Lingkungan Kerja Non Fisik secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Toyota Auto 2000 Sukun

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui dari hasil penelitian 47 responden didapatkan bahwa mayoritas ayah termasuk dalam kategori peran buruk dengan pemberian imunisasi dasar

Pencatatan perkawinan merupakan bagian dari perlindungan hukum bagi perempuan dan anak di kota Mataram, perlindungan hukum yang dimaksud dapat dilihat dari tata cara dan

Cara kerja metode Sequential Insertion dan Clarke &amp; Wright Savings adalah pemilihan lokasi pelanggan berdasarkan waktu total tersingkat saat pendistribusian dan

Saya mahu meneruskan perusahaan bapa di kampung selepas tamat pengajian di universiti.. Saya mahu bapa meneruskan perusahaannya di kampung selepas saya tamat pengajian

Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita