PENGETAHUAN DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA DAN
STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN HELVETIA
TENGAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA
Vani Ramadhani
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul ”Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita
Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia”. Skripsi ini dibuat sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakuktas
Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku pembantu
Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Iwan Rusdi, S.Kp. MNS, selaku dosen pembimbing yang senantiasa
menyediakan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan, pengarahan,
dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, juga kepada ibu Salbiah, S.Kp,
M.Kep, selaku penguji I, dan ibu Siti Saidah Nasution, S.kp,M.Kep, Sp.Mat,
selaku penguji II, serta kepada seluruh staf pengajar dan administrasi di Fakultas
Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga
teristimewa kepada Ayahanda tercinta Sukirno, SE serta Ibunda yang tercinta
Nurhaji Hutagalung, yang menjadi motivator dalam hidupku, dan seluruh keluarga
yang telah memberi dukungan baik moril maupun doa restu, serta rekan-rekan
mahasiswa/i dan teman-teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, temen-temen sejawat Program S1
Ekstensi Sore 2010 Fakultas Keperawatan Universitas Sumateran Utara dan
seluruh sahabat penulis, terima kasih atas bantuan dan semangatnya
Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu,
harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya profesi keperawatan.
Medan, Januari 2012 Peneliti
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1
2. Tujuan Penelitian ... 3
3. Pertanyaan Penelitian... 3
4. Manfaat Penelitian ... 3
4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 3
4.2. Bagi Praktek Keperawatan ... 4
4.3. Bagi Penelitian Keperawatan ... 4
BAB 2 Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 6
1.1. Definisi ... 6
1.2. Tingkat Pengetahuan ... 6
1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8
1.4. Pengetahuan Ibu tentang Makanan Bergizi. ... 9
1.5. Makanan Bergizi bagi Balita ... 10
2. Status Gizi Balita ... 16
2.1. Definisi ... 16
2.2. Pengukuran Status Gizi ... 16
2.3. Klasifikasi Status Gizi ... 18
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status gizi ... 19
2.5. Masalah-masalah Gizi Balita ... 21
2.6. Upaya Menanggulangi Gizi ... 23
BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian ... 26
BAB 4 Metode Penelitian
1. Desain Penelitian ... 28
2. Populasi dan Sampel ... 28
2.1. Populasi ... 28
2.2. Sampel ... 28
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
4. Pertimbangan Etik ... 29
5. Instrumen Penelitian ... 30
6. Validitas dan Reliabilitas ... 31
7. Pengumpulan Data ... 32
8. Analisa Data ... 32
BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil penelitian ... 34
2. Pembahasan ... 40
BAB 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 43
2. Saran ... 43
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Jadwal Tentatif Penelitian 4. Traksasi Dana
5. Surat Izin Pengambilan Data dari PSIK FK.USU
6. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari Kelurahan Helvetia Tengah
7. Riwayat Hidup
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1. Kerangka Penelitian Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pengaturan Pemberian Makanan Pada Balita
Menurut Umur ... 13
Tabel 2. Cakupan Zat Gizi yang dianjurkan (per orang per hari) ... 13
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina
Gizi Masyarakat Depkes RI 1999 ... 19
Tabel 4. Standar Antropometri Berat Badan Menurut
Umur 0-60 bulan jenis kelamin tidak dipisahkan ... 30
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah
Kecamatan Helvetia (n = 54 orang) ... 35
Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu dalan
pemenuhan gizi balita n=54 ... 36
Tabel.7 Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita ... 38
Tabel. 8 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan
Status Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia (n=54 balita) ... 39
Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.
Judul : Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia
Nama Mahasiswa : Vani Ramadhani
NIM : 101121087
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011 / 2012
Abstrak
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Balita merupakan indikator status gizi masyarakat. Balita merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang berjudul Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetiah Tengah Kecamatan Helvetia. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita. populaasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita berusia 1-5 tahun di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang balita yang ditentukan dengan menggunakan kriteria. Metode yang digunakan bersifat deskriptif. Instrument penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner penelitian pada ibu balita. Hasil uji reabilitas pada kuesioner pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dengan nilai 0,92. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 sampai 20 januari 2012. Dari penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dikategorikan cukup dengan 30 responden (55,55%) dengan kategori baik 20 responden (37,03%). Balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%), balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14 responden (25,92%) dikarena 54 responden yang mayoritas pendapatan perbulan keluarga dari Rp.800.000-Rp.1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%). Diharapkan kepada tim pelayanan keperawatan khususnya dikomunitas tentang gizi balita, perawat diharapkan lebih mengkaji secara komprehensif faktor-faktor yang mempengeruhi status gizi balita. Dan perlu dilakukakn penyuluhan yang lebih baik lagi tentang gizi balita, status gizi bagi balita, kandungan gizi pada makanan dan dampak gizi kurang.
Judul : Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia
Nama Mahasiswa : Vani Ramadhani
NIM : 101121087
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011 / 2012
Abstrak
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Balita merupakan indikator status gizi masyarakat. Balita merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang berjudul Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetiah Tengah Kecamatan Helvetia. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita. populaasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita berusia 1-5 tahun di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang balita yang ditentukan dengan menggunakan kriteria. Metode yang digunakan bersifat deskriptif. Instrument penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner penelitian pada ibu balita. Hasil uji reabilitas pada kuesioner pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dengan nilai 0,92. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 sampai 20 januari 2012. Dari penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dikategorikan cukup dengan 30 responden (55,55%) dengan kategori baik 20 responden (37,03%). Balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%), balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14 responden (25,92%) dikarena 54 responden yang mayoritas pendapatan perbulan keluarga dari Rp.800.000-Rp.1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%). Diharapkan kepada tim pelayanan keperawatan khususnya dikomunitas tentang gizi balita, perawat diharapkan lebih mengkaji secara komprehensif faktor-faktor yang mempengeruhi status gizi balita. Dan perlu dilakukakn penyuluhan yang lebih baik lagi tentang gizi balita, status gizi bagi balita, kandungan gizi pada makanan dan dampak gizi kurang.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan teknologi
komunikasi dan kemajuan ekonomi suatu bangsa, masih banyak orang menyadari
akan pentingnya makanan sehari-hari untuk memelihara kesehatan. Di Negara
maju seperti Amerika Serikat, rakyat sudah terdidik dan terlatih untuk hidup sehat
atas dasar suatu pedoman gizi seimbang yang dikenal dengan Dietary Nutritional
Gueidelines. Dengan pedoman ini, dibentuk pola hidup sehat dengan kebiasaan
makan yang baik sesuai dengan persyaratan gizi. (Soekirman, 2000)
Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih
dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia lebih
dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “prasekolah”. Balita
sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai
konsumen aktif. Anak dibawah lima tahun merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat namun kelompok ini merupakan
kelompok tersering yang menderita kekurangan gizi. Gizi ibu yang kurang atau
buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda dapat berpengaruh kepada
pertumbuhan semasa balita. Bila gizi buruk maka perkembangan otaknya pun
kurang dan itu akan berpengaruh pada kehidupannya di usia sekolah dan
prasekolah. (Proverawati, 2010)
Masalah gizi pada hakikatnya menjadi masalah kesehatan masyarakat
pelayanan kesehatan saja, masalah gizi adalah multifaktor. Oleh karena itu
pendekatan pengagulangannya harus melibatkan berbagai sector yang terkait.
Masalah gizi tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan,
peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap
anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yg cukup jumlah dan mutunya.
Masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah
kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja. (supariasa, 2002).
Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umunya adalah
kurang energi protein (KEP), Anemia besi, gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan obesitas terutama di kota-kota besar.
Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi dari
pada Negara ASEAN, pada tahun 1995 sekitar 35,4%anak balita di Indonesia
menderita KEP, pada tahun 1997 berdasarkan pemantauan status gizi (PSG) yang
dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi pesyaratan prevalensi KEP menurun menjadi
23,1%. Dan pada tahun 1998, prevalensi KEP meningkat kembali menjadi 39,8%.
(Supariasa, 2002)
Secara nasional, prevalensi berat kurang pada tahun 2010 di Indonesia
adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13% gizi kurang. Bila
dibandingkan dengan pencapaian MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi
berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam
periode 2011-2015.(Detitian Side,2010)
Menurut penelitian yusdiana (2010) kelurahan Helvetia Tengah jumlah
dimana jumlah balita sebanyak 540 jiwa. Masih ditemukannya gizi kurang
sebanyak 14 jiwa dari 540 jiwa balita yang terdata.
Berdasarkan pada masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian
mengetahui Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita
di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.
1.2. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita di Kelurahan
Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia
2. Bagaimana Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan
Helvetia.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita di
Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia
2. Mengidentifikasi Status Gizi Balita di Kelurahan Helvetia Tengah
KecamatanHelvetia .
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagai Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ilmu dan wawasan Ibu
dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah
2. Bagi Praktek Keperawatan
Sebagai sumber informasi yang dapat membantu perawat dalam
meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah gizi
sehingga diharapkan dapat meningkatkan status gizi balita.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi pendukung untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSAKA
Adapun konsep dan teori yang terkait dalam penelitian ini adalah
1. Pengetahuan
1.1. Defenisi Pengetahuan
1.2. Tingkat pengetahuan
1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1.4. Pengetahuan ibu tentang makanan bergizi
1.5. Makanan bergizi bagi balita
1.5.1. Pengaturan pemberian makanan balita
1.5.2. Angka kecakupan gizi balita
1.5.3. pengaruh makanan bagi kesehataan balita
2. Status Gizi Balita
2.1. Defenisi status gizi
2.2. Pengukuran status gizi
2.3. klasifikasi status gizi
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
2.5. malasah-masalah gizi balita
1. PENGETAHUAN
1.1. Defenisi Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objektertentu.
Pengindraan terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu indra melihat, indra
pendengar, penciuman, rasa dan raba, sebahagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang
tercangkup dalam domain koqnitif memmpunyai enam tingkatan.
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingatsuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termaksud dalam tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Tingkat pengetahuan ini merupakan
tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (comperhenti)
Memahami diartikan sebagai suatau kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan materi yang
telah dipelajari pada stuasi atau kondisi yang sebenarnya aplikasi ini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan prinsip- prinsip siklus pemecahan masalah dalam pemecahan
masalah ketiga dari kasus yang diberikan.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa
dapat memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e) Sintesis ( synthesis)
Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi. Baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian tersebut
didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara
anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menghadapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan penyebab
ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
1.3. Faktor-faktor yang mempengarui pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan diperoleh faktor :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan kerah yang lebih dewasa, lebih baik dan
lebih menantang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa
hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan
pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf
intelegensi individu.
2) Persepsi
Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang
3) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang
berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam
mencapai tujun dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari
dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni merupakan motivasi
yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan
suatu kebutuhan.
4) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : meliputi
lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan
sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku
individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk memiliki
hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan.
1.4. Pengetahuan Ibu dalam pemenuhan gizi pada balita
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan merupakan hal yang umum di setiap negara. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi, merupakan faktor penting dalam
kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi pangan yang diproduksidan tersedia. (Harper, 2001)
Dalam penelitian yang dilakukanoleh sanjaya (2000) juga disebutkan
bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah
mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang,
dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi
dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986), bahwa
sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebahagiaan
kekurangan gizi akan bisa diatasi kalau orang tua tahu bagaimana seharusnya
memanfaatkan segala sumber yang dimiliki.
1.5. Makanan bergizi bagi balita
Tubuh kita terbentuk dari zat–zat yang berasal dari makanan oleh karena
itu kita memerlukan masukan makanan, yaitu untuk memperoleh zat–zat yang
diperlukan tubuh, (Nuraimah, 2001). Gizi (nutrizi) yang baik merupakan tujuan
yang penting bagi kebanyakan orang, Gizi semakin dipandang sebagai faktor
penentu yang penting dalam upaya mempertahankan kesehatan dan mencegah
penyakit. Anak usia di bawah lima tahun merupakan masa terbentuknya
dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, kemampuan berpikir,
keterampilan berbahasa dan berbicara bertingkah laku sosial dan lainnya
(DepkesRI, 2001, dalam Santoso & Ranti, 2001). Oleh karena itu pada usia balita
harusnya memperoleh zat gizi yang mencukupi jumlah dan zat gizinya (Sumiarta,
Selain itu makanan merupakan kebutuhan fungsi jasmaniah dan
psikososial untuk kelangsungan hidup, nutrisi juga memiliki makna simbolik
berdasarkan keyakinan budaya, spiritual dan keperibadian seseorang. Nutrisi
biasanya menjadi simbolik kehidupan dan kasih sayang, seperti ibu yang
memberikan makanan pada anaknya (Khomsan, 2003). Gizi yang diperoleh
seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan untuk kehidupan
anak, kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak
terutama pada anak usia balita maka selain pengetahuan diperlukan juga
kemampuan dalam mengelola makanan sehat untuk anak yang merupakan suatu
hal yang sangat penting (Santoso & Ranti,2001).
Menurut Notoatmojo (2003), agar makanan dapat berfungsi dengan baik
maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan.
Makanan harus mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga memenuhi fungsi
tersebut, makanan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral.
a) Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhan (protein nabati) dan
makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh sebagai
pembangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pangatur seperti enzim dan
hormon, membentuk zat inti energi, (1gr protein kira-kira akan menghasilkan
4,1kalori). Kebutuhan protein balita bayi bervariasi dari 1,6-2,2 gr protein per kg
b) Lemak
Berasal dari minyak goreng, daging, margarine, dan sebagainya. Fungsi pokok
lemak bagi tubuh ialah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gr
lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori), sebagai pelarut vitamin A,D, E, K dan
sebagai pelindung bagi pada temperatur rendah.
c) Karbohidrat.
Berfungsi sebagai salah satu pembentuk energi yang paling murah. Pada
umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh- tumbuhan (beras, jagung,
singkong, dan sebagainya), yang merupakan makanan pokok.
d) Vitamin
Vitamin merupakan molekul organik yang terdapat didalam makanan. Fungsi
vitamin berlainan satu sama lain tetapi secara umum fungsinya adalah mengatur
metabolisme tubuh.
e) Mineral
Berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai
bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Bayi membutuhan kurang lebih
150ml/ kg BB air maupun cairan lainnya hal ini untuk mencegah bayi yang
mudah mengalami dehidrasi maupun diare.
1.5.1 Pengaturan Pemberian Makanan Balita
Pemberian makanan adalah cara pemberian makanan kepada balita,
dimana pemberian makanan tersebut harus disesuaikan dengan usia balita dan
dilakukan secara bertahap, karena kerja saluran cerna balita belum sempurna.
lembek, sampai akhirnya makanan padat, seperti yang terdapat dalam table
berikut ini.
Table 1. Pengaturan Pemberian Makanan Pada Balita menurut umur
Umur Anak Pemberian Makanan
0-6 bulan ASI saja
6-9 bulan Makanan Lumat/Lunak
9-12 bulan Makanan Lembek
1-5 tahun Makanan Padat
1.5.2 Angka kecakupan zat gizi balita
Jumlah makanan yang diberikan pada balita harus berangsur bertambah
sesuai dengan bertambahnya kebutuhan balita akan berbagai zat gisi. Berikut ini
merupakan angka kecukupan zat gizi rata-rata yang dianjurkan untuk perorangan
dalam satu hari.
Tabel 2. Cakupan zat gizi yang dianjurkan per orang per hari untuk Indonesia
dalam mempertahankan kesehatan yang baik sesuai umur.
Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Risalah widyakarya Pangan dan
Gizi VI, 1998. Hlm.877. (Almatsier, 2002)
1.5.3 Pengaruh makanan bagi kesehatan Balita
Makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua
zat gizi yang di butuhkan untuk fungsi normal tubuh. Begitu juga sebaliknya bila
makanan tidak dipilih dengan baik tubuh akan mengalami kekurangan zat – zat
gizi esensial gizi tertentu. Beberapa manfaat bagi tubuh yaitu
1) memberi energi dari karbohitrat, lemak, dan protein,
2) pertumbuhan dan pemeliharaan, jaringan tubuh dari protein mineral dan air
3) mengatur proses tubuh dari protein, mineral air dan vitamin (Almatsier, 2002).
Menurut Almatsier (2002) kekurangan gizi secara umum dapat
menyebabkan
gangguan pada beberapa proses tubuh yaitu;
a. Pertumbuhan
Anak – anak yang kurang gizi tidak dapat tumbuh menurut potensialnya
b. Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan yang menyebabkan seseorang
kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktifitas. Orang menjadi mala,
merasa lemah, dan produktivitas kerja menurut.
c. Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan dan stres menurunkan sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi. Pada anak–anak hal ini
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental
dan kemampuan berpikir. Otak, mencapai bentuk maksimum pada usia 2 tahun
kurang gizi dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak secara permanen.
Makanan yang baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh.
1) Memberi energi
Zat-zat dapat memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi tersebut adalah karbohidrat,
lemak dan protein. Oksidasi zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan
tubuh melakukan aktivitas. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat
tersebut dinamakan zat pembakar.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh
Protein, mineral dan air adalah zat pembangun yang diperlukan untuk membentuk
sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak.
3) Mengatur proses tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.Dalam
fungsinya ini ke empat zat gizi tersebut dinamakan zat pangatur (Almatsier,
2. Status Gizi
2.1. Defenisi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.(Almatsier, 2002). Status gizi digunakan untuk
mengetahui kesehatan anak. Secara umum status gizi lebih dapat di bagi menjadi
lima kategori yaitu : status gizi lebih, status gizi baik, status gizi sedang, status
gizi kurang, status gizi buruk. Status gizi optimal menurut Dorice M (1992)
adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat
gizi.(Supariasa,2002).
2.2 Pengukuran status gizi
Cara pengukuran status gizi balita yang paling sering di masyarakat adalah
antropometri gizi yaitu suatu cara yang berhubungan dengan berbagai makanan,
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan
tingkat gizi (Supariasa, dkk, 2002 ). Parameter status gizi merupakan ukuran
tunggal dari tubuh manusia seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penelitian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut dengan indeks antropometri (Supariasa, dkk,
2001). Beberapa indeks antropometri antara lain : (1) berat badan menurut umur,
(2) tinggi badan menurut umur, (3) berat badan menurut tinggi badan (Supariasa,
Indeks antropometri. Berat badan menurut umur (BB/U). Berat badan
merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa
tubuh sangat sensitife terhadap perubahan yang mendadak seperti terserang
penyakit, infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan
yang di konsumsi (Supariasa, dkk, 2002). Kelebihan indeks BB/U antara lain
mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status
gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan kecil (Supariasa dkk, 2002; Soekirman 2000). Disamping
mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan antara
lain dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema
dan asites, di daerah pedesaan yang masih terpencil data umur yang akurat, sering
terjadi kesalahan dalam pengukuran, secara operasional. Sering mengalami
hambatan karena masalah sosial budaya setempat (Soekirman, 2000,
Supariasa,dkk 2002). Tinggi badan menurut umur (TB/U). Tinggi badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur,
pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang
relative lama (Supariasa,dkk,2002). Disamping memberikan gambaran status gizi
masa lampau, indeks TB/U juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi
(Beaton&Bengoa,1973 dalam Supariasa, dkk, 2002).
Keuntungan indeks TB/U antara lain, baik untuk menilai status gizi masa
lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, dapat
Supariasa, dkk, 2002). Adapun kelemahan indeks TB/U antara lain: tinggi badan
tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relative sulit dilakukan
karena anda harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk
mengukurnya, ketepatan umur sulit didapat, tidak dapat digambarkan keadaan gizi
saat ini, dan dapat terjadi masalah dalam pembaaan skala (Soekirman, 2000).
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan memiliki
hubungan yang linier dengan tinggi badan dalam keadaan normal, perkembangan
berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini. Terutama bila data umur yang akurat sulit diperoleh (Supariasa, dkk,
Soekirman, 2000). Keuntungan indeks BB/TB antara lain independen terhadap
umur dan ras dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
Kelemahan indeks BB/TB ini adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah
anak tersebut pendek, normal, tinggi. Sulit untuk melakukan pengukuran tinggi
badan, menggunakan dua buah alat ukur, pengukuran relative lama, membutuhkan
dua orang untuk melakukannya (Supariasa, dkk, 2002; Soekirman,2000).
2.3 Klasifikasi Status Gizi
Dalam buku petunjuk teknik pemantauan status gizi, dapat diklasifikasikan
menjadi 5, yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang dan gizi buruk, buku
rujukan yang digunakan adalah WHO–NHCS (Word Health
Organization-National Centre for Statistics) dengan indeks berat badan menurut usia
(Supariasa, dkk,2002). Berat badan adalah suatu parameter yang memberikan
perubahan yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit. Baku tentang
Antropometri ada beberapa macam, yaitu baku Boston dan Harverd, baku Tunner,
dan baku NCHS. Akan tetapi yang direkomendasikan oleh WHO adalah baku
NCHS (National Center for Health Statistik), karena pengumpulan datanya lebih
menggambarkan populasi yang sebenarnya. Pada baku NCHS juga dibedakan
untuk anak laki-laki dan perempuan.
Table 3. Klasifikasi status gizi masyarakat direktorat Bina Gizi masyarakat
Depkes RI tahun 1999 (Supariasa, dkk, 2002 hal 76).
Kategori Cut of point*)
Gizi lebih >120 % median BB / U baku WHO - NHCS Gizi baik 80 % - 120% median BB / U baku WHO - NHCS Gizi sedang 70 % - 79,9 % median BB / U baku WHO - NHCS
Gizi kurang 60 % - 69,9 % median BB / U baku WHO - NHCS Gizi buruk < 60 % median BB / U baku WHO - NHCS
2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi
2.4.1 Pengetahuan
Apabila seorang ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara
memelihar giziserta mengatur makanan kejadian gizi kurang akan dapat dihindari.
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum disetiap negara. Hal ini didukung juga dengan penelitian
yang dilakukan Sandjaja (2000) yang melaporkan bahwa sebagian besar anak
dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi
yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, salah satu faktor yang
2.4.2 Sosial Ekonomi
Di negara berkembang seperti Indonesia yang jumlah pendapatan
penduduk sebagian besar adalah golongan ekonomi rendah dan menengah
sehingga akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama mkanan
yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan
makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi juga akan terganggu.
2.4.3 Sosial budaya
Pada dasarnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan akan
keperluan fisik akan zat-zat yangterkandung dalam makanan. Kebiasaan ini
berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan
pada seluruh anggota keluarga. Beberapa budaya masyarakat tertentu masih
menganut adanya makanan tertentu yang dianggap sebagai pantangan atau
kepercayaan tahayul. Orang-orang Indonesia masih banyak yang beranggapan ada
beberapa makanan yang harus dihindari atau menjadi pantangan terutama pada
kondisi tertentu, misalnya pada ibu hamil. Dikalimantan masih banyak orang
beranggapan bahwa ibu hamil harus menghindari makan 27 jenis ikan, padahal
ikan adalah sumber utama protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
janin dan akan berdampak pada kesehatan dan status nutrisi anak kelak setelah
lahir.
2.4.4 Status kesehatan
Apabila seseorang mengalami kondisi yang kurang sehat atau mengalami
suatu penyakit tertentu maka berpengaruh terhadap selera makannya dan pola diet
perkembangan, dan kesehatannya. Misalnya orang yang mengalami gangguan
dalam saluran pencernaan (infeksi lambung, kanker kolon, dll) yang harus
mengikuti program diet dari dokter dan hal ini akan berdampak pada status
nutrisinya. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan yang
mendadak, misalnya terinfeksi penyakit, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi( Supariasa,dkk, 2002).
2.4.5. Pola makan / pemberian makan
Selain pengetahuan, Sumiarta (2005) menyebutkan bahwa pola asuh dan
pemberian makanan sangat berpengaruh pada status gizi balita. Pola makan yang
seimbang akan menyajikan semua makanan yang berasal dari setiap kelompok
makanan dengan jumlahnya sehingga zat gizi dikomsumsi seimbang satu sama
lain. Meskipun makanan yang diberikan orang tua kepada anak- anaknya makanan
yang bergizi, tetapi kalau diberikan tanpa makan yang teratur maka anak- anak
tetap saja bisa mengalami gizi buruk (Budianingrum, 2005)
2.5 Masalah – masalah Gizi balita
Secara nasional ada 4 (empat) masalah gizi utama di Indonesia, yaitu :
kurang kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kurang yodium,
anemia defisiensi zat besi.
1. Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Kurang energi protein
Setidaknya, ada 4 faktor yang melatarbelakangin KKP, yaitu : masalah sosial,
ekonomi, biologi, dan lingkungan. ( Arisman, 2004)
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat
dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor.
2. Kekurangan Vitamin A
Buta akibat kurang gizi dapat menghinggapi siapa saja. Kondisi yang
melatarbelakanginnya, seperti campak, diare, penyakit yang disertai demam, dan
KKP, paling sering menyerang pada anak-anak yang kebetulan berkemukim di
daerah yang serba kekurangan.
Kekurangan vitamin A ialah penyakit sistemik yang merusak sel dan organ
tubuh, dan menyebabkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernafasan,
saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relative
lebih awal terjadi ketimbang kerusakan yang terdektesi pada mata. (Arisman,
2004)
3.Gangguan Akibat Kurang Yodium
Gejala yang khas terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :
a. jenis saraf, menampakkan gejala seperti defisiensi mental, bisu-tuli (deaf
mutism), dan diplegia spastik
Besar pengaruh GAKY belum terjelaskan seluruhnya. Sebagian besar ahli lebih
senang menganalogikakan keadaan ini sebagai fenomena gunus es dengan kretin
sebagai puncaknya. Kretin hanya menempati bagian seluas 1-10%, gangguan otak
5-30%, sementara hipotiroidisme 30-50%. Ketiga gangguan ini merupakan salah
satu kesatuan yang disebut gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
4. Anemia Defesiensi Zat Besi
Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin
B12 ; yang kesemuanya terakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan
hayati rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi. Dari ketiga penyebab
tersebut, defesiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa) merupakan penyebab yang
paling jarang terjadi selama kehamilan. (Arisman, 2004).
2.6. Upaya Menanggulangi Masalah Gizi
Upaya menanggulangin masalah gizi seimbang, yakni : gizi kurang dan
gizi lebih adalah dengan membiasakan mengkonsumsi hidangan sehari-hari
dengan susunan zat gizi yang seimbang. Ada 13 pesan dasar gizi yang seimbang,
yaitu :
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
5. Gunakan garam beryodium
7. Berikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sampai umur enam bulan
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
11. Hindari minum minuman beralkohol
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah lebel pada makanan yang dikemas
Penanggulangan masalah, gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar
departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan
pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status
sosial ekonomi, pendidikan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi
hasil pertanian dan teknologi pangan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
perbaikkan pola konsumsi pangan ,masyarakat yang beranekaragaman dan
seimbang dalam mutu gizi. (Almatsier, 2002)
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan pemerintah secara
terpadu antara lain :
1. Upaya pemenuhan persedian pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beranekaragam pangan.
2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
3. Peningkatan upaya pelayanan gizi tesrpadu dan sistem rujukan dimulai dari
pos pelayanan terpadu (posyandu).
4. Peningkatan upaya keamanan pangan gizi melalui sistem kewaspadaan
pangan dan gizi (SKPG)
5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat.
6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
7. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan
(PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta
kapsul minyak yodium.
8. Peningkatan kesehatan lingkungan.
9. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi.
10. Upaya pengawasan makanan dan minuman.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana
pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status balita di kelurahan
Helvetia tengah kecamatan Helvetia.
Kerangka penelitian menggambarkan bahwasannya pengetahuan ibu
dalam pemenuhan gizi balita dipengaruhi oleh: pengaturan pemberian makanan
untuk balita, pengolahan makanan untuk balita dan pengaruh makanan bagi
kesehatan balita. Sedangkan status gizi dipengaruhi oleh: barat badan dan tinggi
badan.
Masing-masing variabel yang akan diteliti dilihat secara deskriptif,
kemudian dilihat hubungan antara kedua variabel. Pengetahuan Ibu dalam pemenuhan gizi balita :
- Pengaturan pemberian makanan untuk
balita
- pengolahan makanan untuk balita
- pengaruh makanan bagi kesehatan balita
Status Gizi Balita :
3.2. Defenisi Konseptual dan Operasional
1. Defenisi Konseptual
Defenisi Konseptual adalah Suatu hubungan atau kaitan antara
konsep-konsep atau variabel yang akan diambil (diukur) melalui penelitian yang
dimaksud.
Pengetahuan adalah Hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Status Gizi adalah suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi.
2. Defenisi Oprasional
Defenisi Operasional adalah variabel-variabel yang akan diamati atau
diteliti yang bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran pengamatan
terhadap variabel-variabel bersangkutan serta pengembangan instrument (alat
ukur).
Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu balita usia
lahir 60 bulan dalam pemenuhan gizi balita meliputi pengeturan pemberian
makanan untuk balita, pengolahan makanan untuk balita, dan pengaruh makanan
bagi kesehatan balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.
Status gizi adalah Keadaan status gizi bayi dan balita berdasarkan standar
baku harvar dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U), yang diukur pada
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitiaan ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi
balita di kelurahan Helvetia tengah kecamatan Helvetia.
2. Populasi dan stampel Penelitian
2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang tinggal di Kelurahan
Helvetia Tengah. Dari hasil survey pendahuluan di kelurahan Helvetia Tengah
yang dilakukan pada April s/d Agustus 2011, diperoleh bahwa terdapat 540 balita.
2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, apabila jumlah
subjek kurang dari 100, lebih baik di ambil keseluruhan sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar atau banyak
dapat diambil antar 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006). Jumlah
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah ibu yang
mempunyai balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamata Helvetia yaitu dari
540 responden diambil 10% maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 54
responden.
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh penelitian sendiri, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaannya dengan
mengadakan studi pendahuluan atau dengan mempelajari berbagai hal yang
berhubungan dengan populasi (Notoadmodjo, 2010).
Adapun kriteria inklusi dalam penelian ini adalah :
1 Ibu yang mempunyai balita usia lahir sampai dengan 60 bulan di kelurahan
Helvetia tengah.
2 Dapat membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia.
3 Bersedia untuk berpartisipasi.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia,
pada bulan Januari 2012. Lokasi ini dipilih karena wilayahnya mudah dijangkau.
Adapun dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut belum pernah
dilakukan penelitian menyangkut status gizi balita dan berdasarkan data dari
Puskesmas Helvetia diketahui bahwa masih terdapat angka balita yang memiliki
status gizi kurang, bahkan ada balita yang memiliki status gizi buruk.
4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin
kepada kepala kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia untuk
mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah
melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika dengan menjelaskan
selama dan sesudah pengumpulan data. Jika ibu yang mempunyai balita usia 60
bulan bersedia diteliti, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut. Jika ibu yang mempunyai balita usia 60 bulan menolak untuk diteliti,
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
Untuk menjaga kerahasiaan ibu yang mempunyai anak balita, peneliti
tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan
informasi ibu yang mempunyai balita usia 60 bulan dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset
(Nursalam, 2001).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner
data demograpi dan mengukur langsung balita dengan pengukuran BB/U. Alat
ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan timbangan balita berdasarkan
tinjauan pusaka, yang terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Data demograpi yang meliputi : inisial, umur, agama, suku, pendidikan,
jumlah anggota keluarga, penghasilan keluarga, pekerjaan ibu, dan
apakah ibu pernah mendapat informasi tentang gizi, dan data balita.
2. Untuk mendapatkan pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan
status gizi balita dengan kuesioner terdiri 18 pertanyaan
3. Sedangkan untuk mendapatkan data status gizi balita digunakan alat ukur
Tabel 4. Standar Antropometri berat badan menurut umur 0-60 bulan jenis
kelamin tidak dipisahkan. Depkes RI tahun 1999 (Supariasa, dkk, 2002 hal 76).
Berat Badan Status Gizi
>80% Baik
60-80% Kurang
≤60% Buruk
6. Validitas dan Reliabilitas
6.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrument
pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan
data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Setiadi,2007). Pada penelitian
ini menggunakan validitas isi, dimana validitas dikonsulkan kepada seorang ahli
gizi di Dinas kesehatan Kota Medan yang memiliki keahlian atau kompetensi
sesuai dengan topik penelitian ini.
6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan alat ukur secara konsisten sasaran yang di ukur, karena kuisioner
peneliti disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting untuk dilakukan uji
reabilitas (Setiadi, 2007). Suatu instrument dikatakan realibel apabila koefisiennya
bernilai lebih besar dari 0,70 (Polit and Hungler). Dalam penelitian ini digunakan
reabilitas konsistensiinternal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya
pemberian instrument kepada satu subjek studi dan apabila digunakan berulang
kali memberikan hasil yang sama. Pada penelitian ini, untuk kuesioner dilakukan
Uji reabilitas dilakukan pada September 2011, sebelum mengumpulkan
data penelitian dengan menguji kuesioner 30 responden hanya satu kali pemberian
instruments dengan kriteria subjek penelitian, kemudian menilai reabilitasnya.
Hasil uji reabilitas pada kuesioner pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita
dengan nilai reabilitas 0,92.
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izi
pelaksanaan penelitian kepada bagian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Mengirim permohonan izin yang diperoleh ke Kelurahan Helvetia tengah
Kecamatan Helvetia. Setelah mendapatkan surat izin dari Kelurahan Helvetia
Tengah Kecamatan Helvetia, peneliti melaksanakan penelitian dengan cara
memberikan kuisioner responden sesuai dengan kriteria. Peneliti menyebarkan
undangan dan mengadakan penyuluhan tentang gizi balita dan peneliti juga
melakukan dari rumah ke rumah (door to door).
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta
persetujuan responden untuk memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur,
manfaat peneliti dan cara pengisian kuisioner. Peneliti mendampingin responden
saat mengisi kuisioner dan peneliti menjelaskan maksud dari tiap pertanyaan
apabila responden kurang memahami kuisioner yang peneliti berikan. Setelah
semua data terkumpul, peneliti melakukan analisa data.
8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dianalisa melalui beberapa tahap.
bahwa semua jawaban telah diisi. Selanjutnya data diklarifikasi dengan
mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data dilakukan dengan
meggunakan teknik manual untuk mengetahui status gizi balita.
Dari hasil pengolahan data tersebut, maka diketahui frekuensi dan
persentase untuk mendiskripsikan tentang data demografi dan status gizi balita.
Analisa data status gizi balita terdiri dari 3 (tiga) kategori yaitu dimana, status gizi
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan
mengenai Pengetahuan Ibu Dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita
Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Penelitian ini dilaksanakan
mulai tanggal 15 Desember sampai dengan 20 januari 2012 di Kelurahan Helvetia
Tengah Kecamatan Helvetia dengan jumlah responden sebanyak 54 orang.
Responden dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita dan tinggal
bersama mereka di Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia.
1.Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi responden dan
pengetahuan ibu dalam pemberian gizi pada balita.
1.1 Data Demografi
Dari 54 orang ibu yang mempunyai balitanya di Kelurahan Helvetia
Tengah Kecamatan Helvetia yang menjadi responden pada penelitian, didapatkan
karekteristik responden yaitu berdasarkan suku bangsa mayoritas responden
bersuku batak sebanyak 20 responden (37,03%). Berdasarkan Agama responden
mayoritas beragama Islam sebanyak 34 responden (62,96%). Berdasarkan
pekerjaan responden mayoritas ibu rumah tangga sebanyak 19 responden
(35,18%). Berdasarkan pendapatan mayoritas responden Rp.
800.000-Rp.1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%). Berdasarkan tingkat pendidikan
mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 28 responden
orang anak sebanyak 25 responden (46,29%). Berdasarkan pernah mendapatkan
penyuluhan tentang gizi mayoritas responden pernah mendapatkan penyuluhan
tentang ilmu gizi sebanyak 34 responden (62,96%).
Tabel.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden tentang Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi balita dan status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia (n = 54orang)
Karekteristik responden Frekuensi Persentase (%) Suku Bangsa
Ibu rumah tangga PNS Pernah Mendapatkan Penyuluhan
1.2 Tingkat pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan mayoritas pengetahuan ibu
dalam pemenuhan gizi balita sebanyak 54 responden (100%), menjawab dengan
benar beberapa pertanyaan diantaranya: pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh
diberi Asi ( air susu ibu) saja, penolahan makanan untuk balita dibedakan dengan
pengelolaan makanan untuk keluarga, dan karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral termasuk kedalam zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Sebanyak 40
responden (74,1%) menjawab dengan benar pertanyaan diantaranya : Jika terlalu
banyak memberi makanan ringan sebelum waktu makan, akan mengganggu nafsu
makan anak, anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang lebih tinggi
untuk itu ibu sebaiknya memiliki keterampilan yang baik dalam mengolah makan.
Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah terserang penyakit sehingga
mengganggu pertumbuhannya, Makanan yang baik adalah makanan yang
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu dalan pemenuhan gizi balita n=54
No Pertanyaan Benar
Pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh diberi Asi ( air susu ibu) saja
Asi (air susu ibu ) sebaiknya diberi segera setelah lahir karena mengandung banyak zat gizi yang dibutuhkan bayi
Balita 1-5 tahun makan-makanan utama sebanyak 3 kali sehari ditambah makanan selingan diantara setiap makanan utama.
5
yang beranekaragam agar anak tidak merasa bosan dan malas makan.
Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang – kacangan sangat baik untuk pertumbuhan balita.
Jika terlalu banyak memberi makanan ringan sebelum waktu makan, akan mengganggu nafsu makan anak
Anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang lebih tinggi untuk itu ibu sebaiknya
memiliki keterampilan yang baik dalam mengolah makan.
Pada usia balita 6 bulan, makanan pendamping sangat penting bagi balita karena air susu ibu akan semakin berkurang.
Pada usia 6-9 bulan makanan tambahan yang diberikan berbentuk bubur tim..
Balita usia 9-12 bulan diberikan makanan yang berbentuk lunak seperti bubur nasi yang ditambah lauk pauk (ikan dan sayuran).
Penolahan makanan untuk balita dibedakan dengan pengelolaan makanan untuk keluarga.
Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral termasuk kedalam zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah terserang penyakit sehingga mengganggu pertumbuhannya.
Makanan yang baik adalah makanan yang
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Makanan bergizi adalah makanan yang
memberikan tenaga dan kesehatan bagi tubuh.
Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang – kacangan sangat baik untuk pertumbuhan balita.
17
18
Dalam memasak makanan sebaiknya dicuci dulu baru dipotong.
Makanan bergizi sangat penting untuk kecerdasan dan perkembangan balita
18(33,3)
30(55,5)
36(66,6)
24(44,4)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelurahan Helvetia
tengah kecamatan Helvetia mengenai tingkat pengetahuan ibu dalam pemenuhan
gizi pada balita diketahui bahwa mayoritas pengetahuan ibu dikategorikan cukup
dengan 30 responden (55,55%) dilihat dari jawaban pada kuesioner yang berisikan
tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita.
Tabel.6 Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita
Tingkat pengetahuan Skor Frekuensi Persentase(%)
Baik 15-18 20 37,03
Cukup 12-15 30 55,55 Kurang <12 4 7,40
1.3. status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia
Dari 54 balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia yang
menjadi responden pada penelitian, didapatkan karekteristik responden yaitu
berdasarkan jenis kelamin mayoritas jenis kelamin balita perempuan sebanyak 30
responden (55,55%). Berdasarkan umur balita 1-2 tahun sebanyak 17 responden
(31,48%) dan umur balita 2-3 tahun sebanyak 17 responden sebanyak 17
responden (31,48%). Berdasarkan berat badan balita mayoritas berat badan balita
Tabel. 8 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status balita di Kelurahan
Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia (n=54 balita)
Karekteristik Responden Frekuensi Presentase (%) Jenis Kelamin
Perempuan
Berdasarkan hasil penelitian dari 54 responden disimpulkan bahwa,
mayoritas balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden (74,07%) yang
diukur berdasarkan standarAntropometri.
Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status gizi balita di
Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. (n=54 balita)
Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
Baik 40 74,07
Kurang 14 25,92
2. Pembahasan
2.1 Pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi
pada balita diketahui bahwa mayoritas pengetahuan ibu dikategorikan cukup
dengan 30 responden (55,55%), hal ini dilihat dari jawaban pada kuesioner yang
berisikan tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita. Hal ini
menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan ibu sudah cukup baik, hal
ini dibukt ikan bahwa balita 1-5 tahun makan-makanan utama sebanyaknya 3 kali
sehari ditambah makanan selingan diantara setiap makanan utama responden
menjawab benar sebanyak 32 responden (59,2%). Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoadmojo (2003), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu indra melihat, indra pendengar,
penciuman, rasa dan raba, sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan merupakan hal yang umum di setiap negara. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi, merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi. Akan tetapi ada sebab lain yang tak kalah penting, yaitu
kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi pangan yang diproduksidan tersedia. (Harper, 2001).
Pengetahuan dijelaskan sebagai (knowledge) merupakan proses yang
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan
pengalaman belajar terhadap suatu hal.
2.2. status gizi balita di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 54 responden disimpulkan
bahwa, mayoritas balita yang mengalami gizi baik sebanyak 40 responden
(74,07%) . Hal ini status gizi balita dilakukan dengan pengukuran cara
antopometri dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Hal ini sesuai
pendapat (Supariasa,2002) Status gizi digunakan untuk mengetahui kesehatan
anak. Secara umum status gizi lebih dapat di bagi menjadi lima kategori yaitu :
status gizi lebih, status gizi baik, status gizi sedang, status gizi kurang, status gizi
buruk. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.(Almatsier, 2002).
Hal ini menunjukkan status gizi sebagian besar balita sudah cukup baik
(74,07%), dan tidak ada ditemukan balita status gizi buruk. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang menjadi responden
pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi sebanyak 34 responden (62,96%).
Selain pengetahuan, faktor lain yang mempengaruhi status gizi adalah tingkat
pendapatan keluarga (edmons, 2004). Edmons menyatakan bahwa peningkatan
status gizi ekonomi yang termasuk di dalamnya tingkat pendapatan keluarga
diikuti oleh peningkatan status gizi anak. Strauss dan Thomas (1998) juga
mengatakan bahwa peningkatan pendapatan dapat meningkatkan konsumsi
pangan yang sehat, sanitasi dan perilaku sehat yang lebih baik dan peningkatan
keluarga (Edmons, 2004). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa 54 responden yang mayoritas pendapatan/bulan keluarganya
dari Rp. 800.000-Rp. 1.000.000 sebanyak 21 responden (38,88%), hal ini
memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan makanan yang
lengkap, cukup dan teratur bagi balitanya sehingga pola makan seimbang
terwujud walaupun belum seluruhnya maksimal karena masih terdapat kasus gizi
kurang. Selain itu sebagian besar ibu balita memiliki pendidikan terakhir
SMA/sederajat sebanyak 28 responden (51,85%), juga turut memberikan
pengaruh terhadap pemilihan makanan yang di konsumsi balita. hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukson dkk, (2002), dimana
diperoleh bahwa pendapatan keluarga dan pendidikan ibu adalah faktor, serta
Santoso dan Ranti (2002) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kebiasaan makan individu dan keluarga adalah faktor ekonomi.
Menurut penelitian Sumiarta (2005), juga menyebutkan bahwa pemberian
makan pada balita dapat di pengaruhi oleh status gizi. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Siregar dkk (2002) yang menyebutkan bahwa kurang
energy protein pada balita disebabkan kurang teraturnya frekuensi makan dan
rendahnya nilai gizi yang dikonsumsi. Jadi asupan makanan yang diperoleh balita
berpengaruh terhadap status gizinya. Selaain itu menurut Almatsier (2002) gizi
kurang berhubungan dengan ketidakcukupan asupan zat gizi untuk memenuhi
kebutuhan energy harian karena tidak adekuatnya asupan makanan atau adanya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilaksanakan mulai tanggal 11
Januari sampai dengan 20 Januari 2012 di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan
Helvetia dengan jumlah responden sebanyak 54 orang. Pada hasil penelitian yang
berkategori cukup yaitu sebanyak 30 orang (55,55%) telah membahas secara
teoritis tentang pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi pada balita, diketahui
bahwa ibu memiliki pengetahuan dalam kategori cukup hal ini dilihat dari
jawaban pada kuesioner yang berisikan tentang pengetahuan ibu dalam
pemenuhan gizi pada balita. hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat
pengetahuan ibu sudah cukup baik, dan balita yang mengalami status gizi baik
sebanyak 40 responden (74,07%), dan tidak terdapat balita yang mengalami gizi
buruk.
2. Saran
2.1 Pelayanan Keperawatan
Diharapkan kepada tim pelayanan keperawatan khususnya dikomunitas
tentang gizi balita, perawat diharapkan lebih mengkaji secara komprehensif
faktor-faktor yang mempengeruhi status gizi balita. Dan perlu dilakukakn
penyuluhan yang lebih baik lagi tentang gizi balita, status gizi bagi balita,
2.2 Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukkan mengenai
Pengetahuan Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita dan Status Gizi Balita di
Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Helvetia. Hasil penelitian masih terdapat
status gizi balita yang kategori kurang sebanyak 14 responden (25,92%).
Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menggunakan pengukuran dengan cara
berbeda seperti indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Selain itu juga
disarankan agar sampel ditambah agat hasilnya lebih representitip.
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Almatsar,S. (2002), Perinsip dasar ilmu gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arlinda,S. (2004). Kompilasi Statistik kesehatan, Medan : Bagian Ilmu kesehatan
masyarakat / ilmu kedoktewran komunitas/ ilmu kedoteran pencegahan FK
USU
Arisman. (2004). Buku ajar ilmu gizi ; Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC
Aritonang, I. (2001). Pemantauan pertumbuhan balita. Petunjuk praktis menilai
status giz idan kesehatan. Yogyakarta: Kanisius
Azwar, A. (2000), Pedoman Pemberian Makanan Pendamping Asi :
http://www.gizi.net/download /mp-asi.doc.
Baliwati, Y, dkk. (2004), Pengantar pangan dan gizi. Jakarta :penebarb swadaya
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut. (2006). Sumatera Utara dalam angka
Depkes RI. (2000), Pedoman Tatalaksana.Medan : Depkes RI Provsus
Burns and Grove, S.K (2001). The Practice of nursing research counduct, critique
& utilization 4th editon. USA :W.B. Saunders Company.
Dahlan,, M.S.(2004). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT.
Arkans
Depkes RI (2005) Profil kesehatan Indonesia 2005. dibuka pada website:
(http.//www.depkes.co.id.)
Dorland, W. A. (2002). Kamus kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Mulfiana, E. (2005). Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi
balita.Ilmu keperawatan SI Fakultas kedokteran USU.
Grodner, M.et al. (2000). Nutrition and nursing. St. Lois:Mosby, inc.
Harver,L, J.,et. al (1986). Panngan,gizi dan pertanian ((terjumlah). Jakarta
:Universitas Sumatra Utara
Khomsan,A (2004). Peran pangan dan gizi untuk kualitas hidup. Jakarta
:PT.Grasido
Kozier,B. et al. (2004). Fundamentals of Nursing: Conceps, proces, and practice
(7thod). Upper sad les piver. Pearson Education, Inc
Notoadmojolo, S (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Notoadmojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam (2003).Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan
: pedoman skiripsi, tesis, dan instrumen penelitian. Edisi pertama. Jakarta:
Salemba Medika.
Primisasiki, R. (2007) Balitaku Sehat.Jakarta : PT. Sunda Kelapa Pusaka
Pudjiati, S. (2000). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Robert B.W Wiliams, S.R.(2000). Nutritroo throughout the life cycle (4thed) Mc
Singapore:Graw-Hill Book companies, Inc.
Santoso,S & Ranti,AC (2001) kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka cipta
Siregar, dkk. (2001). Analisa pola makan dan status gizi anak balita pada ibu
pedagang di Kecamatan Medan Perjuangan Kotamadya Medan. Info
pangan dan gizi: media penyalur informasi pangan dan gizi. Vol 10 (2):
19, Jakarta: Depkes.
Smith, L. C. & Haddad, L. (2000). Explanning child malnutrisi in developing
countries.
http// www. Ifpri.org/pubs/abstract/abstr III.htm
Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Suharjo. (2000). Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta: Kaninus.
Suharjo, (2000). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sulistijani, D. A. & Herlianty, M. P. (2001). Menjaga Kesehatan bayi dan balita,
Jakarta : Puspa Swara.
Supariasa, I. D. dkk. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Waluyo, K. (2010), Memahami Gizi Balita dan Anak. Bandung : Puri Delco
WONG, DL & Hockenberry, M.J. (2003). Wong’ nursing care of infants and