• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kadar Hemoglobin pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kadar Hemoglobin pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. B. A., 2010. Hubungan Menstruasi Dengan Konsentrasi Hemoglobin Pada Mahasiswi FK USU-ACMS Angkatan 2007 dan FK UKM-ACMS Angkatan 2009 tahun 2010. KTI, Universitas Sumatera Utara. Available from:

[Accessed 28 April 2011].

Bakta, I. M., 2006. Hematologi Klinik Ringkas . Jakarta: EGC

Bakta, I.M., 2009. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. In: Sudoyo, A.W. ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: InternalPublishing, pp. 1110.

Bakta, I.M., Suega, K., & Dharmayuda, T.G., 2009. Anemia Defisiensi Besi. In: Sudoyo, A.W. ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: InternalPublishing, pp. 1127.

Britton, C., 1991. Portable Hemoglobinometer. European Patent Office.

Available from:

[Accessed 25 April

2011].

Clancy, K.B.H., Nenko, I., & Jasienska, G., 2006.Menstruation Does Not Cause Anemia: Endometrial Thickness Correlates Positively with Erythrocyte Count and Hemoglobin Concentration in Premenopausal Women. American Journal Of Human Biology [ internet ], April, pp. 6-17. Available from :

(2)

Djariyanto., 2008. HubunganAntara Lama Menstruasi Dan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri SMA Negeri 2 Sukoharjo. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Available from:

[Accessed 5 Mei 2011].

Dyah, P. A. A., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Anemia Gizi Besi Pada Siswi SMU Di Wilayah DKI Jakarta. Skripsi, Poltakes Jakarta II. Available from :

[Accessed 23 April 2011].

Elesevier Oncology., 2006. Guide to Oncology Drugs and Regimens. In: National Anemia Action Council, 2010. Available from:

<http://www.anemia.org/patients/faq/ > [Accessed 31 October 2010].

Gandasoebrata, R., 2009. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. Ganong, W.F., 2005. Review of Medical Physiology. 22nd ed. Boston: McGraw-Hill. Hanafiah, M.J., 2009. Haid dan Siklusnya. In: Wiknjosastro, H. ed. Ilmu Kandungan

Edisi Kedua Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, pp. 103-104.

(3)

2011].

Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., & Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta: EGC.

Jones, D.L., 2002. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates. Kim, I., Yetley, E. A., & Calvo, M. S., 1993. Variation in iron-status measures

during the menstrual cycle. In: The American Journal of Clinical Nutrition. Available from : <www.ajcn.org/content/58/5/705.full.pdf>

[Accessed 23 April 2011].

Klein, J.D., Barratt, M.S., Blythe, M., Braverman, P.K., Diaz, A., & Rosen, D.S., 2006. Menstruation in Girls and Adolescents: Using the Menstrual Cycle as a Vital Sign. PEDIATRICS 118 (5): 2245-2250

MacKay, H.T., 2010. Gynecologic Disorders. In: McPhee, S.J., & Papadakis, M.A. ed. 2010 CURRENT Medical Diagnosis & Treatment Forty-Ninth Edition. USA: Mc Graw Hill LANGE, pp. 674.

Muliaty., 2010. Hubungan Pola Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja Siswi SMP Negeri I Lasusua Kabupaten Kolaka Utara. Tesis, Poltekkes Mks. Available from :

(4)

Mulyawati, Y., 2003. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah

dengan dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin pada Pekerja Wanita di Perusahaan Plywood. Universitas Indonesia, Jakarta: pp. 1-9.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sacher, R. A., McPherson, R. A., 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi II. Jakarta: EGC.

Sastroasmoro, S., 2010. Pemilihan Subjek Penelitian. In: Sastroasmoro, S., & Ismael, S. ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, pp. 88.

Sherwood, L., 2007. Human Physiology. 6th ed. USA: Thomson Brooks/Cole. Simanjuntak, P., 2009. Gangguan Haid dan Siklusnya. In: Wiknjosastro, H. ed. Ilmu

Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, pp. 204-205.

Simon, H., 2009. Anemia-Risk Factors. Available from:

> [Accessed 4 April 2010].

Sutedjo, AY., 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Penerbit Amara Books.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.

(5)

Kelas 2 Smp Negeri 1 Raha Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Skripsi.

Available from : [Accessed

(6)

PENGARUH SIKLUS HAID TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN USU ANGKATAN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : MAGHFIRANI

080100003

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kadar Hemoglobin pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010

NAMA : MAGHFIRANI NIM : 080100003

Pembimbing Penguji I

(dr. Soegiarto Gani, Sp.PD) (Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH) NIP: 1971 03 22 2005 01 1004 NIP: 19540220 198011 1 001

Penguji II

(Prof. dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K)) NIP: 1956 04 05 1983 03 1

Medan, 4 Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(8)

ABSTRAK

Wanita sangat rentan terkena anemia dibandingkan laki-laki, karena adanya haid. Haid mengakibatkan kehilangan sejumlah darah dari tubuh yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan timbulnya gejala-gejala anemia.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh siklus haid terhadap kadar hemoglobin pada mahasisiwi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 yang memiliki siklus haid normal dan tidak normal.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan design penelitian cohort study. Sampel penelitian berjumlah 54 orang mahasiswi dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling.

Data yang diperoleh dianalisa dengan program komputer dimana hubungan antara siklus haid dan kadar hemoglobin diuji dengan Uji T Dependen.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara siklus haid terhadap kadar hemoglobin (p=0.332).

(9)

ABSTRACT

Woman is more susceptible to acquired anemia compared to men. Mainly due to menstruation. Menstruation causes an amount of blood loss from the body which is marked by decrease of hemoglobin level. This causes the symptoms of anemia to arise.

This research is done for the reason of knowing the influence of menstruation cycle to hemoglobin level in medical faculty USU 2010 female students whom experience normal and abnormal menstruation cycle.

This research is a descriptive analytic research with cohort study design. The sample taken was in total of 54 female students with consecutive sampling method.

The collected data is analysed by using computer program which is influence between menstruation cycle and hemoglobin level is being tested by Dependent T Test.

In this study shows that there is no significant influence between menstruation cycle and hemoglobin level (p=0.332).

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur terhadap Allah SWT, yang tidak henti-hentinya memberikan rahmat dan kurnia-Nya kepada penulis sehingga Karta Tulis Ilmiah ini telah selesai disusun tepat pada waktunya. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “ Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran

USU Angkatan 2010”. Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, khususnya dr. Soegiarto Gani,Sp.PD selaku dosen pembimbing, serta Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH dan Prof. dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K) selaku dosen penguji. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga terutamanya kedua orang tua saya, Ir.Muhammad Kamal, M.T dan Bonia, kakak saya Ramadhani, adik saya Nurul Huda dan Rauzana, dan dr. Abdurahman Asysyarif yang terus memberikan kasih sayang dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada saya serta rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan dan bantuan untuk terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan berbagai keterbatasan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan perbaikan di masa yang akan datang dan penulis juga mengharapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Medan,4 Januari 2012

(11)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang.………

2.1.5. Gangguan Menstruasi………. 10

2.2. Hemoglobin.……… 14

(12)

2.2.2. Sintesis Hem………. 14

2.2.3. Sintesis Globin………. 16

2.2.4. Fungsi Hemoglobin….……….. 17

2.2.5. Kadar Hemoglobin dan Anemia……….. 18

2.2.6. Anemia Defisiensi Besi ……….. 20

2.2.7. Cara Mengukur Hemoglobin………. 22

2.3. Siklus Haid dan Pengaruhnya Pada Kadar Hemoglobin ………….. 24

2.3.1. Volume Kehilangan Darah ………. 25

2.3.2. Lama Haid ……… 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …………... 27

3.1. Kerangka Konsep dan Penelitian ……….. 27

3.2. Definisi Operasional ……… 27

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 29

4.1. Jenis Penelitian ……...………29

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 29

4.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 31

4.5. Pengolahan dan Analisis Data……….. 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN………. 34

5.1. Hasil Penelitian ……… 34

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 34

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ……… 34

5.1.3. Distribusi Kadar Hemoglobin Hari ke-2 Siklus Haid …… 35

5.1.4. Distribusi Kadar Hemoglobin Hari ke-16 Siklus Haid…. 35 5.1.5. Kelompok Kadar Hemoglobin Hari ke-2 Siklus haid …… 36

(13)

5.1.8. Selisih Kadar Hemoglobin Hari ke-2 dan Hari ke-16 Siklus

Haid ……….... 38

5.1.9. Hasil Analisis Statistik ……… 38

5.2. Pembahasan 5.2.1. Haid ……… 38

5.2.2. Kadar Hemoglobin Saat haid ……… 39

5.2.3. Kadar Hemoglobin Saat Tidak Haid ……… 39

5.2.4. Perbedaan Kadar Hemoglobin Saat Haid dan Tidak Haid.. 39

5.2.5. Selisih Kadar Hemoglobin Saat Haid dan Saat Tidak Haid.. 40

5.2.6. Perbedaan Rata-Rata Kadar Hemoglobin ……….. 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 42

6.1. Kesimpulan ……… 42

6.2. Saran ……… 42

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Penyebab Amenore Sekunder (Persen)……… 12 2.2 Tahap Keparahan Anemia Menurut Konsentrasi

Hemoglobin………. 18 2.3 Kriteria Anemia Menurut WHO (Hoffbrand AV et al,

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Easy Touch GHb Blood Glucose/HemoglobinDual 29

Function Monitoring System

5.1 Perbandingan Kadar Hemoglobin Hari ke-2 dan ke-16

(16)

DAFTAR SINGKATAN

ACMS Alliance College Of Medical Science

ALA Asam Aminolulinat

DNA Deoksiribonucleat Acid

FK UKM Fakultas Kedokteran Universitas Kebangsaan Malaysia FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Hb Hemoglobin

HbA Hemoglobin A

KB Keluarga Berencana

MCHC Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration MCV Mean Corpuscular Volume

NSAID Non Steroid Antiinflamation Drugs

RNA Ribonucleic Acid

SF Serum Ferritin

TIBC Total Iron Binding Capacity

TS Transferin Saturation

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Lembar Informed Consent

Lampiran 5 Lembar Survey Awal Sebelum Menjalankan Penelitian

(18)

ABSTRAK

Wanita sangat rentan terkena anemia dibandingkan laki-laki, karena adanya haid. Haid mengakibatkan kehilangan sejumlah darah dari tubuh yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan timbulnya gejala-gejala anemia.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh siklus haid terhadap kadar hemoglobin pada mahasisiwi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 yang memiliki siklus haid normal dan tidak normal.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan design penelitian cohort study. Sampel penelitian berjumlah 54 orang mahasiswi dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling.

Data yang diperoleh dianalisa dengan program komputer dimana hubungan antara siklus haid dan kadar hemoglobin diuji dengan Uji T Dependen.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara siklus haid terhadap kadar hemoglobin (p=0.332).

(19)

ABSTRACT

Woman is more susceptible to acquired anemia compared to men. Mainly due to menstruation. Menstruation causes an amount of blood loss from the body which is marked by decrease of hemoglobin level. This causes the symptoms of anemia to arise.

This research is done for the reason of knowing the influence of menstruation cycle to hemoglobin level in medical faculty USU 2010 female students whom experience normal and abnormal menstruation cycle.

This research is a descriptive analytic research with cohort study design. The sample taken was in total of 54 female students with consecutive sampling method.

The collected data is analysed by using computer program which is influence between menstruation cycle and hemoglobin level is being tested by Dependent T Test.

In this study shows that there is no significant influence between menstruation cycle and hemoglobin level (p=0.332).

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi anemia di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 pada wanita tidak hamil/produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut Herman (2006) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri. Menurut penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut World Health Organization (WHO,1997) untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan perilaku.

(21)

berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, sulfonamide, obat malaria, kebiasaan merokok, kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan), luka bakar, diare, dan gangguan fungsi ginjal (Bakta, 2006).

Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin yaitu sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang begitu berlimpah. Dilihat dari segi evolusi alat penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya sistem imunitas tubuh, morbiditas, dll (Bakta, 2006).

(22)

Penelitian yang dilakukan oleh Abidin pada mahasiswi FK USU-ACMS Angkatan 2007 dan FK UKM-ACMS Angkatan 2009 tahun 2010 menyatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin pada saat menstruasi yaitu hari ke-2 siklus adalah 11.36g/dl dan pada saat tidak menstruasi yaitu hari ke-16 siklus adalah 11.91g/dl. Ini menunjukkan bahwa menstruasi mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang.

Dengan mempertimbangkan alasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada remaja berupa sampel mahasiswi dengan mengambil judul “ Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 ” .

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh siklus haid terhadap kadar hemoglobin pada mahasiswi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mencari pengaruh siklus haid terhadap kadar hemoglobin pada mahasiswi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya rata-rata siklus haid mahasiswi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010.

2. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin mahasiswi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010.

(23)

1. Bidang penelitian:

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh siklus haid terhadap hemoglobin. 2. Bidang pendidikan:

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

3. Bidang pelayanan masyarakat:

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Haid

2.1.1. Definisi

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Hanafiah, 2009). Haid merupakan pengeluaran darah secara periodik, cairan jaringan dan debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah bervariasi (Jones, 2002).

(25)

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap (Hanafiah, 2009).

Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc atau 40 mL. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik dan dapat menimbulkan anemia. Darah haid tidak membeku; ini mungkin disebabkan fibrinolisin (Hanafiah, 2009).

Suatu cara yang mudah untuk menjelaskan siklus menstruasi endometrium adalah memulainya segera setelah menstruasi berhenti dan mengikuti siklus ini sampai menstruasi berikutnya karena siklus ini melewati fase proliferatif dan sekresi (luteal) (Jones, 2002).

2.1.2. Siklus Endometrium

Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium (Hanafiah, 2009).

2.1.2.1. Fase Proliferasi

(26)

proliferasi semakin cepat. Kelenjar-kelenjar epitelial bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak lurus terhadap permukaan. Sel-selnya menjadi kolumnar dengan nuklei di basal. Sel-sel stroma berproliferasi, tetap padat dan berbentuk kumparan. Pembelahan sel (mitosis) umum terjadi pada kelenjar dan stroma. Endometrium disuplai oleh arteri-arteri basal di miometrium yang memberikan percabangan pada sudut yang tepat untuk mendarahi endometrium. Pada mulanya ketika menembus endometrium basal, masing-masing arteri berjalan lurus, tetapi pada lapisan media dan superfisial arteri berubah menjadi spiral. Bergelungnya arteri ini memungkinkannya memberikan suplai darah pada endometrium yang terus tumbuh hingga menjadi tidak berkelok lagi. Setiap arteri spiral mensuplai suatu daerah endometrium tertentu (Jones, 2002). Fase proliferasi ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid dan terbagi 3 fase yaitu fase proliferasi dini (hari ke-4 sampai hari ke-7), fase proliferasi media (hari ke-8 sampai hari ke-10), dan fase proliferasi akhir (hari ke-11 sampai hari ke-14) (Hanafiah, 2009).

2.1.2.2. Fase Luteal (Sekresi)

(27)

yang lain penuh dengan mukus, sehingga tampak seperti gigi gergaji. Arteri spiral bertambah panjang dengan meluruskan gelungan (Jones, 2002).

Apabila tidak ada kehamilan, sekresi estrogen dan progesteron menurun karena corpus luteum menjadi tua. Penurunan ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam endometrium. Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan mensekresi prostaglandin (PGF dan PGE) dan prostasiklin. PGF merupakan suatu vasokonstriktor kuat dan menyebabkan kontraksi uterus; PGE menyebabkan kontraksi uterus dan vasodilatasi; prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang menyebabkan relaksasi otot dan menghambat agregasi trombosit. Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat selama menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah melalui kapiler endometrium dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan endometrium ke dalam kapiler, sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Ini menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang disuplai arteri spiral menjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemik. Vasokonstriksi terjadi pada setiap arteri spiral dengan waktu berbeda, bergantian dengan vasodilatasi. Daerah nekrotik dari endometrium mengelupas ke dalam rongga uterus disertai dengan darah dan cairan jaringan, maka menstruasi mulai terjadi (Jones, 2002).

(28)

vakuola terlihat. Sepintas lalu gambarannya menyerupai hari ke-16, tetapi pada hari ke-19 ini dapat dilihat sekresi intraluminal, dan tidak terdapat pseudostratifikasi dan mitosis (Hanafiah, 2009).

2.1.2.3. Fase Menstruasi

Selama menstruasi, lapisan superfisial dan media endometrium dilepaskan, namun lapisan basal profunda dipertahankan. Pengelupasan ini terjadi secara tidak teratur, serampangan, beberapa daerah tidak terganggu, bagian lain mengalami perbaikan, sedangkan tempat-tempat lain secara serentak dilepaskan. Endometrium yang lepas, bersama dengan cairan jaringan dan darah, membentuk koagulum di dalam rongga uterus. Koagulum ini segera dicairkan oleh fibrinolisin dan cairan, yang tidak berkoagulasi, ini dikeluarkan melalui serviks dengan kontraksi uterus. Jika jumlah darah yang dikeluarkan pada proses ini sangat banyak, mungkin fibrinolisis tidak mencukupi sehingga wanita ini mengeluarkan bekuan darah dari serviks (Jones, 2002).

Pembuluh darah yang menyuplai daerah di bawah endometrium yang dilepaskan disumbat dengan sumbat hemostatik yang terbentuk dari agregasi trombosit dan serabut-serabut fibrin yang menginfiltrasi agregat trombosit membentuk plak sumbatan yang stabil. Disamping itu juga terjadi vasokonstriksi. Lapisan basal endometrium mengalami regenerasi sehingga epitelium baru menutupi daerah yang terlepas. Apabila regenerasi lebih besar daripada nekrosisnya dan proses perbaikan sudah selesai atau mendekati selesai, menstruasi berhenti dan kemudian siklus menstruasi baru mulai kembali (Jones, 2002).

(29)

epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva (Hanafiah, 2009).

2.1.3. Siklus Serviks

Selama fase folikular, kelenjar-kelenjar yang melapisi celah-celah di kanalis servikalis berproliferasi dan mensekresi mucus yang lengket, sehingga membentuk anyaman kompleks di dalam kanalis servikalis. Tepat sebelum ovulasi, lonjakan medadak estrogen mengubah sifat-sifat mukus serviks sehingga membentuk helaian-helaian tipis dan panjang yang memperlihatkan saluran-saluran heliks. Setelah ovulasi, progesteron mengubah sifat mukus sehingga menjadi kental kental kembali dan tidak dapat ditembus (Jones, 2002).

2.1.4. Siklus Vagina

Perubahan-perubahan siklik terjadi di epitelium vagina, yang tergantung pada rasio estrogen dan progesteron. Sel-sel superfisial dan intermediet yang besar mendominasi pada fase folikular. Ketika menjelang ovulasi, proporsi sel superfisial meningkat dan dapat dilihat beberapa leukosit. Setelah ovulasi terjadi perubahan nyata ketika disekresi progesteron. Sel-sel superfisial digantikan sel-sel intermediet, dan jumlah leukosit meningkat sehingga membuat pulasan tampak kotor (Jones, 2002).

2.1.5. Gangguan Menstruasi

(30)

wanita discharge menstruasi tampak seperti darah dan inilah yang dilaporkan (Jones, 2002).

Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya menstruasi . Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu (Jones, 2002).

2.1.5.1. Gangguan pada lamanya siklus menstruasi: 2.1.5.1.1. Polimenore atau Epinore

Pada polimenore siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya yaitu terjadi dengan interval kurang dari 21 hari (Jones, 2002). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari biasa. Polimenore dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya (Simanjuntak, 2009).

2.1.5.1.2. Oligomenore

Siklus menstruasi lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari (Jones, 2002). Perdarahan pada oligomenore biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenore kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya (Simanjuntak, 2009).

2.1.5.3. Amenore

(31)

amenore sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi tetapi kemudian tidak dapat lagi (Simanjuntak, 2009). Amenore primer (dialami oleh 5 persen wanita amenore) mungkin disebabkan oleh defek genetik seperti disgenensis gonad, yang biasanya ciri-ciri seksual sekunder tidak berkembang. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan duktus Muller, seperti tidak ada uterus, agenesis vagina, septum vagina transversal, atau himen imperforata. Pada tiga penyebab terakhir, menstruasi dapat terjadi tetapi discharge menstruasi tidak dapat keluar dari traktus genitalis. Keadaan ini disebut kriptomenore, bukan amenore. Penyebab yang paling umum pada amenore sekunder adalah kehamilan (Jones, 2002).

Tabel 2.1. Penyebab amenore sekunder (persen).

(Jones, 2002).

Penyebab Amenore Sekunder (persen)

Berat badan menurun 20-40

Ovarium polikistik 15-30

Hipofisis tidak sensitive (pascapenggunaan pill) 10-20

Hiperprolaktinemia 10-20

Kegagalan ovarium primer 5-10

Sindroma Asherman 1-2

(32)

2.1.5.2. Gangguan jumlah darah menstruasi dan lamanya perdarahan dikelompokkan menjadi dua yaitu:

2.1.5.2.1. Hipomenore

Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau kurang dari biasa dengan discharge menstruasi sedikit atau ringan (Jones, 2002). Hipomenore disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Adanya hipomenore tidak mengganggu fertilitas (Simanjuntak, 2009).

2.1.5.2.2. Hipermenore atau Menoragia

Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid, dan sebagainya . Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan pelepasannya pada waktu haid (Simanjuntak, 2009). Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata pada uterus. Hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional, dengan kata lain disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan endometrium lokal pada menstruasi (Jones, 2002).

(33)

Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kondisi patologik di dalam uterus atau organ genitalia interna. Perlu bagi dokter untuk mengadakan investigasi lebih lanjut. Investigasi meliputi histeroskopi dan biopsi endometrium atau kuretase diagnostik (Jones, 2002).

2.2. Hemoglobin 2.2.1. Definisi

Hemoglobin adalah molekul yang terdiri atas empat kandungan haem (berisi zat besi) dan empat rantai globin (alfa, beta, gamma, dan delta), berada didalam eritrosit dan bertugas utama untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan oleh kadar hemoglobin. Struktur hemoglobin dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asam amino pada rantai beta, gamma, dan delta (Sutedjo, 2009).

2.2.2. Sintesis Hem

(34)

Sintesis porfirin memerlukan pembentukan sebuah rantai lurus gugus karbon yang menutupi sebuah cincin pirol. Empat pirol kemudian menyatu, dan setelah beberapa kali perubahan dan pertukaran gugus substituen, terbentuk senyawa bebas-besi yang disebut protoporfirin (Sacher et al., 2004).

Konstituen gugus karbon yang membentuk cincin ini berasal dari asam amino glisin dan sebuah koenzim, suksinil koenzim A. Sintesis hem berawal dari senyawa-senyawa ini dan berjalan dalam pola yang cukup dapat diperkirakan, sebagai berikut:

• Pada awalnya, dua senyawa ini glisin dan suksinil koenzim A menyatu untuk membentuk senyawa asam aminolulinat (ALA). Senyawa lurus ini adalah prekursor pertama yang nyata berkaitan dengan sintesis hem. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini, ALA-sintetase, tampaknya merupakan enzim penentu kecepatan (rate-limitting) jalur metabolik ini. Piridoksal fosfat (vitamin B6) adalah koenzim untuk reaksi ini. Reaksi ini dirangsang oleh adanya hormon eritropoietin dan dihambat oleh pembentukan hem (kontrol umpan balik negatif). Jalur ini dimulai di mitokondria dan sitoplasma sel yang sedang berkembang.

• Dua molekul ALA menyatu untuk membentuk porfobilinogen, sebuah molekul cincin.

• Kemudian, empat molekul senyawa ini menyatu untuk membentuk sebuah senyawa bercincin empat (tetrapirol), yang disebut uroporfirinogen.

• Senyawa ini diubah menjadi koproporfirinogen • Koproporfirinogen diubah menjadi protoporfirin.

(35)

diekskresikan melalui urin dan feses. Apabila sintesis hem terganggu, mungkin terjadi ekskresi senyawa-senyawa ini serta metabolit lain dalam jumlah yang tidak normal (Sacher et al., 2004).

Dengan demikian, keadaan-keadaan klinis yang berkaitan dengan gangguan sintesis hem mungkin mencakup anemia dan gangguan enzim didapat atau genetik yang menyebabkan penimbunan porfirin (porfiria) (Sacher et al., 2004).

Insersi empat molekul hem ke dalam empat molekul globin merupakan tahap terakhir dari sintesi hemoglobin. Hem disintesis di mitokondria, dan penggabungan globin terjadi di sitoplasma eritrosit yang sedang berkembang (Sacher et al., 2004).

2.2.3. Sintesis Globin

Hemoglobin dewasa normal (HbA) (95% dari hemoglobin dewasa) terdiri dari empat rantai polipeptida yang terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta (α2, β2), yang masing-masing memiliki gugus hem yang terikat padanya. Dalam keadaan normal, rantai alfa dan beta diproduksi dalam jumlahs setara. rantai-rantai minor lain juga disintesis pada orang dewasa dan

mencakup rantai delta (δ) dan rantai gamma (γ) janin, yang membentuk dua

hemoglobin dewasa minor (Sacher et al., 2004).

(36)

hemoglobin mudigah juga dikode oleh kedua kromosom ini. Pengatura ekspresi DNA serta pembentukan RNA dan sintesis protein selanjutnya sekarang sudah berhasil diungkapkan seluruhnya. Anemia dapat terjadi karena kelainan di tingkat DNA, defek dalam interpretasi cetakan RNA, atau karena selama sintesis protein kode perantara nonsense tidak ditranslasi. atau diekspresikan. Karena masing-masing kromosom individual berasal dari kedua orang tua, ekspresi genetik jelas bergantung pada gen mana yang diwariskan ke anak. Gangguan herediter produksi hemoglobin dapat menyebabkan anemia serius (Sacher et al., 2004).

2.2.4. Fungsi Hemoglobin

Menurut Giardina et al (1995) dalam Abidin (2010) selain berperan dalam transportasi oksigen, hemoglobin juga berperan sebagai molekular transduser panas melalui siklus oksigenasi-deoksigenasi. Hemoglobin juga adalah modulator metabolisme eritrosit dan oksidasi hemoglobin merupakan pertanda proses penuaan hemoglobin. Pada penderita malaria, hemoglobin mempunyai implikasi resistensi genetik. Aktivitas enzimatik hemoglobin mempunyai peranan dalam interaksi dengan obat, selain ia juga merupakan sumber katabolit fisiologi yang aktif. Penurunan jumlah hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi di atas.

(37)

sini dapat disimpulkan bahawa uptake oksigen maksimum (VO2 max) sangat dipengaruhi oleh kadar hemoglobin dan volume darah.

2.2.5. Kadar Hemoglobin dan Anemia

Menurut World Health Organization (WHO, 1997) batas kadar Hb remaja putri untuk diagnosis anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 gr/dl. Sedangkan di Indonesia kriteria anemia di klinik (dirumah sakit atau praktik klinik) adalah hemoglobin < 10 g/dL, hematokrit <30%, dan eritrosit <2,8 juta/mm3. Hal ini dipertimbangkan untuk mengurangi beban klinisi melakukan work up anemia jika kita memakai kriteria WHO. Secara tepat, anemia adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan terhadap massa sel darah merah. Metode pengukuran sel darah merah adalah agak rumit karena butuh waktu, biaya yang mahal dan biasanya memerlukan transfusi eritrosit radio label (Bakta, 2006).

Tabel 2.2. Tahap Keparahan Anemia Menurut Konsentrasi Hemoglobin Tahap

Ringan 9,5-12,0 Pada kebiasaannya tidak ada tanda dan gejala

Tidak ada intervensi

Sedang 8,0-9,5 Bisa disertai gejala anemia

Pada manajemen untuk mencegah dari terjadinya

(38)

disertai gejala anemia nyawa dan diperlukan

manajemen segera (Elesevier Oncology, 2006).

Banyak faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin. Pengambilan alkohol dapat menyebabkan perdarahan internal yang bisa memicu ke arah anemia. Penyakit kronis atau penyakit kritikal yang berhubungan dengan proses inflamasi meningkatkan risiko anemia. Selain itu, antara faktor yang paling sering menyebabkan penurunan nilai hemoglobin adalah kekurangan zat besi yang terkait dengan faktor kemiskinan. Anak-anak mempunyai risiko tertinggi terkena anemia diikuti oleh wanita premenopause. Lebih dari 10% remaja putri dan wanita di bawah usia 49 tahun mengalami defisiensi zat besi. (Simon, 2009).

Menurut penelitian, sebelum pemberian tablet tambah darah, prevalensi anemia adalah 77,77% dan setelah diberikan tablet tambah darah satu kapsul perminggu dan satu kapsul selama 10 hari saat haid, dalam jangka waktu 16 minggu prevalensi anemia menurun menjadi 8,95% (Mulyawati, 2003).

Tabel 2.3. Kriteria anemia menurut WHO (Hoffbrand AV et al., 2001) Kelompok Kriteria anemia (Hb)

(39)

2.2.6. Anemia Defisisensi Besi 2.2.6.1. Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC ( total iron binding capacity) meningkat, saturasi transferin menurun, ferritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negative dan adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi (Bakta, 2006).

2.2.6.2. Etiologi

1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun yang dapat berasal dari :

• saluran cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulitis, hemoroid, da infeksi cacing tambang.

• saluran genitalia wanita : menorrhagia atau metrorhagia • saluran kemih : hematuria

• saluran napas : hemoptoe

2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).

(40)

4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi dan kolitis kronik (Bakta, 2006). 2.2.6.3. Patogenesis

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai iron deficient erytropoiesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gaejala lainnya (Bakta, 2006).

2.2.6.4. Gejala Klinis

Gejala anemia dibagi menjadi gejala umum, gejala penyakit dasar, dan gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Gejala umum anemia dapat dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 gr/dL. Gejalanya yaitu badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Gejala khas akibat defisiensi besi tidak dijumpai pada anemia jenis lain, yaitu koilonychia, atrofi pupil lidah, stomatitis angularis, disfagia, dan atrofi mukosa gaster. Gejala penyakit dasar yaitu gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut (Bakta, 2006).

2.2.6.5. Diagnosis

(41)

besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisisensi besi (modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai berikut :

Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV <80 fl dan MCHC <31% dengan salah satu dari a, b, c, atau d.

1. dua dari tiga parameter di bawah ini : a. Besi serum <50 mg/dL b. TIBC >350 mg/dL c. Saturasi transferin 2. ferritin serum <20 µg/dL

3. pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl’s stain) menunjukkan cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negatif

4. dengan pemberian sulfas ferosus 3x200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 gr/dL (Bakta, 2006).

2.2.6.6. Penatalaksanaan

Terapi kausal tergantung penyebabnya, misalnya pengobatan terhadap menoragia, pemberian preparat besi, dan pengobatan lain, meliputi diet, vitamin C, dan transfusi darah (Bakta, 2006).

2.2.7. Cara Mengukur Hemoglobin

Terdapat beberapa cara untuk mengukur kandungan hemoglobin

dalam

direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah.

(42)

jari kaki. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis.

Untuk darah vena orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, sedangkan pada bayi vena jugularis superficialis, dapat juga sinus sagitalis superior.

Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain: cyanmethemoglobin dan sahli (Gandasoebrata, 2009).

2.2.7.1. Cara Fotoelektrik: Cyanmethemoglobin

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini dapat mencapai ± 2% (Gandasoebrata, 2009).

2.2.7.2. Cara Sahli

Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu (Gandasoebrata, 2009).

(43)

2.2.7.3. Hemoglobinometer

Hemoglobinometer adalah suatu alat untuk mengukur konsentrasi hemoglobin dalam darah. Ini menggunakan pengukuran spektrofotometri dari konsentrasi hemoglobin. Portable hemoglobinometer menyediakan pengukuran yang mudah dan terpercaya terhadap konsentrasi hemoglobin yang dapat digunakan khususnya di daerah yang tidak memiliki laboratorium (Britton, 1991).

Portable hemoglobinometer adalah suatu alat noninvasif untuk menentukan konsentrasi oksigen di jaringan yang diambil dari permukaan kulit. Meskipun cara penetapan kadar hemoglobin dalam darah yang dianjurkan masa kini bukanlah yang memakai hemoglobinometer menurut sahli, tapi cara ini masih berguna dalam laboratorium kecil (Gandasoebrata, 2009).

Gambar 2.1 Easy Touch GHb Blood Glucose/HemoglobinDual Function Monitoring System

2.3. Siklus Haid dan Pengaruhnya Pada Kadar Hemoglobin

(44)

hid normal menyatakan bahwa rata-rata konsentrasi hemoglobin pada saat menstruasi yaitu hari ke-2 siklus adalah 11,36 gr/dL dan pada saat tidak menstruasi yaitu hari ke-16 siklus adalah 11,91 gr/dL. Ini menunjukkan bahwa subjek penelitian yang mempunyai siklus menstruasi normal juga mempengaruhi kadar hemoglobin.

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyati pada remaja siswi SMP Negeri Lasusua Kabupaten Kolaka Utara menunjukkan bahwa lama haid memiliki hubungan yang paling besar dengan kadar hemoglobin dengan tingkat signifikan (p=0,009).

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani et al pada remaja putri SMK Negeri 1 Metro Lampung juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan anemia.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim et al kepada wanita yang berusia 18-44 tahun di US dengan jumlah sampel 1.712 orang menyatakan bahwa nilai hemoglobin (Hb), Transferin Saturation (TS), dan Serum Ferritin (SF) paling rendah dijumpai pada fase menstruasi dan paling tinggi pada fase luteal (10-16 hari setelah menstruasi) atau sekresi lanjut dari siklus haid ( Hb = 130 vs 133 g/L; TS = 21,2% vs 24,8% dengan P < 0,01 untuk keduanya; dan SF = 17,2 vs 24,0 µg/L dengan P < 0,05).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yerna kepada 49 orang siswi kelas 2 SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin dengan nilai P >0,05.

(45)

2.3.1. Volume Kehilangan Darah

Menurut Fraser et al (1985) dalam Abidin (2010) jumlah kehilangan darah yang murni adalah kira 36.1% daripada jumlah cairan yang keluar pada saat menstruasi. Sisanya adalah cairan hasil dari bahan bukan darah. Volume darah yang keluar adalah paling banyak pada hari ke-2 menstruasi. Dan ditemukan jumlah darah pada hari ke-1 dan pada hari ke-3 adalah relatif sama. Namun begitu, jumlah darah yang keluar adalah semakin sedikit mulai hari ke-4 dan seterusnya sampai menstruasi berhenti.

Normalnya volume kehilangan darah selama haid adalah 40 mL. Kehilangan darah lebih dari 80 mL per siklus adalah abnormal dan dapat menimbulkan anemia (MacKay, 2010).

2.3.2. Lama Haid

(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

1.1. Siklus haid normal adalah jarak antara hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya berkisar 22-35 hari.

a. Cara ukur

Apakah subjek penelitian memiliki siklus haid normal atau tidak b. Alat ukur

Melalui anamnese awal kepada subjek penelitikan dengan menanyakan siklus haid terakhir apakah normal atau tidak

c. Hasil ukur

Siklus haid normal, siklus haid tidak normal d. Skala pengukuran

Skala pengukuran nominal, data kategori

Siklus Haid Kadar

(47)

1.2. Kadar hemoglobin adalah bacaan yang tertera pada hasil pemeriksaan hemoglobinometer pada hari ke-2 dan ke-16 atau pertengahan siklus haid. a. Cara ukur

Mengambil sedikit darah dari ujung jari subjek penelitian dengan menggunakan lancet untuk mendapatkan nilai kadar hemoglobin yang dilakukan saat subjek penelitian haid dan tidak haid

b. Alat ukur

Hemoglobinometer Easy Touch GHb Dual Function Monitoring System

c. Hasil ukur

Kadar hemoglobin yang didapatkan dari hasil pemeriksaan hemoglobinometer dalam unit gram per desiliter

d. Skala pengukuran

Skala pengukuran interval, data numerik

Terdapat variabel independen dalam penelitian ini yaitu subjek penelitian yang mempunyai siklus haid baik normal ataupun abnormal. Variabel dependen adalah kadar hemoglobin yang tertera pada hemoglobinometer.

Hipotesis

(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik deskriptif dengan melihat pengaruh siklus haid terhadap kadar hemoglobin. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan terhadap desain penelitian cohort study yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko (siklus haid) dengan efek (perubahan kadar hemoglobin) melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif (Notoatmodjo, 2010).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus tahun 2011, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data sampai bulan November 2011. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU yang terletak di jalan Dr. Mansur No.5 Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 yang memiliki siklus haid normal dan tidak normal serta memenuhi seluruh kriteria inklusi.

4.3.2. Sampel

(49)

jumlah sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus (Wahyuni, 2008):

n= N. Z21-α/2 p . (1-p) (N-1) d2 + Z21- /2 p. (1-p)

Keterangan :

n : besar sampel minimum

Z1-α/2: Nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu P : Harga proporsi di populasi

d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N : Jumlah populasi

n= 248 (1,645)2. 0,5 (1-0,5) 247 (0,1)2 + (1,645)2. 0,5 (1-0,5) n= 167,77355

3,1465 n= 53,32 n= 54 orang

(50)

Penarikan sampel ditentukan melalui teknik consecutive sampling, dimana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2010)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Mahasiswi angkatan 2010 yang mempunyai siklus haid normal yaitu 22 sampai 35 hari dan siklus haid tidak normal yaitu kurang dari 22 hari atau lebih dari 35 hari.

2. Berusia antara 17-20 tahun

3. Sehat dan bebas dari penyakit medis lain, seperti tukak peptik, kolitis kronik, divertikulitis, hemoroid, infeksi cacing tambang, gastrektomi, penyakit keganasan, dan penyakit ginjal kronis

4. Telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti penelitian.

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1. Mahasiswi yang tidak mengetahui siklus haidnya 2. Mengonsumsi suplemen zat besi

3. Pemakaian obat-obatan, seperti salisilat (aspirin) atau NSAID, pil KB, atau alat kontrasepsi.

4. Mahasiswiyang menderita anemia (kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl).

(51)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Wahyuni, 2008). Sebelum data diambil, subjek penelitian yang diperiksa harus memenuhi seluruh kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Peneliti telah melakukan informed consent kepada seluruh sampel sebelum data diambil. Persetujuan komisi etik telah diajukan dan sudah mendapatkan persetujuan.

Kepada subjek penelitian dijelaskan maksud dan tujuan penelitian ini dilakukan. Setelah itu mereka ditanyakan lagi tentang siklus haid terakhir normal atau tidak, lalu ditanyakan tentang kesediaan untuk diambil darahnya untuk mengukur kadar hemoglobin. Pengambilan darah untuk subjek penelitian yang siklus haidnya normal dilakukan dua kali yaitu pada waktu subjek penelitian sedang haid yaitu hari ke-2 siklus dan saat tidak sedang haid yaitu hari ke-16 siklus, sedangkan bagi subjek penelitian yang siklus haid nya tidak normal pengambilan darah diambil dua kali juga yaitu saat subjek penelitian sedang haid darah diambil hari ke-2 siklus dan saat subjek penelitian tidak sedang haid darah diambil pada hari pertengahan siklus.

Cara pengambilan sampel darah :

1. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol 70%

2. Setelah itu, dengan menggunakan hemolet, lancet ditusukkan pada ujung jari subjek penelitian.

3. Darah yang pertama keluar diusap dengan kapas alkohol.

4. Darah yang keluar seterusnya diambil dan diletakkan di atas test card dan bersihkan tangan subjek penelitian dengan kapas alkohol.

(52)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang teletak di Jalan dr. Mansyur No.5, Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas negeri yang terletak di bagian utara pulau Sumatera. Universitas ini berdiri pada tahun 1952.

Universitas ini menawarkan beberapa fakultas kesehatan seperti kedokteran, kedokteran gigi, keperawatan, dan farmasi serta menyediakan fasilitas yang lengkap bagi tujuan pembelajaran. Jumlah keseluruhan mahasiswa dan mahasiswi di fakultas kedokteran saat ini adalah kira-kira 1300 orang.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

(54)

sampel penelitian ini adalah berkebangsaan Indonesia, dan selebihnya adalah bangsa Malaysia.

5.1.3. Distribusi Kadar Hemoglobin Hari ke-2 Siklus Haid

Sebanyak 54 sampel penelitian ini telah diperiksa kadar hemoglobinnya pada hari ke-2 dari siklus haid masing-masing sampel. Tabel dibawah ini menunjukkan distribusi kadar hemoglobin sampel penelitian.

Tabel 5.1 Kadar Hemoglobin Hari ke-2 Siklus Haid

Kadar Hemoglobin

(g/dl) Frekuensi(%) <8.0 g/dl 4 (7.4) 8.0-9.5 g/dl 4 (7.4) 9.5-12.0 g/dl 9 (16.7)

>12.0 g/dl 37 (68.5)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan. rata-rata kadar hemoglobin yang didapatkan pada kelompok sampel penelitian ini pada hari ke-2 haid adalah 13.81 g/dL. Kadar hemoglobin terendah pada hari ke-2 haid adalah 6.70 g/dL sedangkan kadar hemoglobin tertinggi adalah 19.40 g/dL.

5.1.4. Distribusi Kadar Hemoglobin Hari ke-16 Siklus Haid

(55)

Tabel 5.2 Kadar Hemoglobin Hari ke-16 Siklus Haid

Kadar Hemoglobin

(g/dl) Frekuensi (%) <8.0 g/dl 1 (1.9) 8.0-9.5 g/dl 1 (1.9) 9.5-12.0 g/dl 12 (22.2)

>12.0 g/dl 40 (74.1)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan. rata-rata kadar hemoglobin yang didapatkan pada kelompok sampel penelitian ini pada hari ke-16 haid adalah 14.54 g/dL. Kadar hemoglobin terendah pada hari ke-16 haid adalah 7.6 g/dL sedangkan kadar hemoglobin tertinggi adalah 20 g/dL.

5.1.5. Kelompok Kadar Hemoglobin Hari ke-2 Siklus Haid

Kadar hemoglobin sampel penelitian yang didapatkan pada hari ke-2 siklus haid dari penelitian ini dikategorikan ke dalam kelompok normal, anemia ringan, anemia sedang, dan anemia berat.

Berdasarkan tabel 5.1 didapati bahwa sampel penelitian paling banyak berada dalam kelompok normal, yaitu 68.5%. Dan terbanyak kedua adalah kelompok anemia ringan yaitu 16.7%.

5.1.6. Kelompok Kadar Hemoglobin Hari ke-16 Siklus Haid

(56)

5.1.7. Perbandingan Kelompok Kadar Hemoglobin Hari ke-2 dan Hari ke-16 Siklus Haid

Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lebih banyak sampel penelitian mempunyai kadar hemoglobin normal pada hari ke-16 siklus haid. yaitu sebanyak 40 orang yang berbanding dengan 37 orang pada hari ke-2 siklus haid. Begitu pula dengan anemia ringan lebih banyak terjadi pada hari ke-16 siklus haid yaitu sebanyak 12 orang dibandingkan hari ke-2 siklus haid yaitu sebanyak 9 orang.

Hal ini berbeda dengan kejadian anemia sedang dan anemia berat. Dari penelitian didapatkan bahwa lebih banyak sampel penelitian yang mengalami anemia sedang dan anemia berat pada hari ke-2 siklus haid, yaitu masing-masing sebanyak 4 orang, dibandingkan hari ke-16 siklus haid yaitu masing-masing hanya 1 orang.

Perbandingan Kadar Hemoglobin

(57)

5.1.8. Selisih Kadar Hemoglobin Hari ke-2 dan Hari ke-16 Siklus Haid

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebanyak 24 orang dari 54 orang sampel penelitian menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dari hari ke-2 siklus haid hingga hari ke 16 siklus haid. Peningkatan tertinggi (banyak) yang didapat adalah 11.8 g/dL, sementara peningkatan terendah (sedikit) adalah 1.30 g/dL. Rata-rata peningkatan kadar hemoglobin yang dihitung pada 24 orang sampel penelitian ini adalah 6.2 g/dL.

Sebanyak 30 orang dari 54 sampel penelitian ini menunjukkan penurunan kadar hemoglobin dari hari ke-2 siklus haid hingga hari ke-16 siklus haid. Penurunan tertinggi yang didapat adalah 0.1 g/dL, sementara penurunan terendah yang didapat adalah 7.5 g/dL. Rata-rata penurunan kadar hemoglobin yang dihitung pada 30 orang sampel penelitian ini adalah 3.6 g/dL.

5.1.9. Hasil Analisis Statistik

Berdasarkan hasil uji T dependen (paired test) yang telah dilakukan, tidak ditemukan adanya hubungan antara siklus haid terhadap kadar hemoglobin, dimana nilai p > 0.05 (p= 0.332). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata kadar hemoglobin pada saat haid dan tidak haid. Artinya tidak ada pengaruh sigfikan antara siklus haid terhadap kadar hemoglobin saat haid dan tidak haid.

5.2. Pembahasan 5.2.1. Haid

(58)

Selain itu didapatkan juga bahwa rata-rata sampel penelitian ini mengalami haid selama 3-7 hari. Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian yang dilakukan oleh Yerna (2007) terhadap siswi SMP di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara.

Siklus haid sampel penelitian ini rata-rata berada dalam kelompok normal yaitu diantara 22 hingga 35 hari.

5.2.2. Kadar Hemoglobin Saat Haid

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, rata-rata kadar hemoglobin saat haid yang didapat dari sampel penelitian adalah 13.81± 3.62 g/dL (tabel 5.1). Nilai yang didapat ini termasuk kategori normal menurut WHO (World Health Organization). Angka yang didapat ini adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abidin terhadap mahasiswi FK-USU ACMS Angkatan 2007 dan FK UKM-ACMS Angkatan 2009 yaitu 11.36 ±1.15 dan penelitian yang dilakukan oleh Clancy et al (2006) pada populasi di Polandia yaitu13.19 ± 0.99 g/dL.

5.2.3. Kadar Hemoglobin Saat Tidak Haid

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, rata-rata kadar hemoglobin yang didapat dari sampel penelitian saat tidak haid yaitu pada hari ke-16 siklus haid adalah 14.54 ± 3.3 g/dL (tabel 5.2). Menurut WHO kadar hemoglobin ini termasuk kategori normal.

5.2.4. Perbedaan Kadar Hemoglobin Saat Haid dan Tidak Haid

(59)

Hal yang sama juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Abidin (2006) yaitu kadar hemoglobin saat haid (11.36 g/dl) adalah lebih rendah dibandingkan kadar hemoglobin saat tidak haid (11.91 g/dl) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (1993) yaitu kadar hemoglobin saat haid (13.00 g/dL) juga lebih rendah dibandingkan kadar hemoglobin saat tidak haid (13.30 g/dL). Penurunan kadar hemoglobin ini wajar terjadi karena saat haid terjadi kehilangan darah. Penurunan jumlah ferum didalam tubuh melalui proses menstruasi yang fisiologis ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi kadar hemoglobin dalam tubuh seseorang (Klein et al, 2006).

5.2.5. Selisih Kadar Hemoglobin Saat Haid dan Saat Tidak Haid

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 55.6% dari keseluruhan sampel penelitian menunjukkan penurunan kadar hemoglobin dari hari ke-2 siklus haid hingga hari ke-16 siklus haid. Penurunan kadar hemoglobin ini mungkin disebabkan oleh pola diet yang kurang mengkonsumsi asupan makanan yang mengandung zat besi dan tingginya konsumsi zat makanan yang menghambat penyerapan zat besi.

(60)

tidak terjadi penebalan dinding endometrium sehingga tidak terjadi peningkatan eritrosit dan kadar hemoglobin.

5.2.6. Perbedaan Rata-Rata Kadar Hemoglobin

(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan penelitian ini adalah:

1. Rata-rata siklus haid sampel penelitian adalah 22 hingga 35 hari. 2. Lama haid sampel penelitian rata-rata sekitar 3 hingga 7 hari.

3. Rata-rata kadar hemoglobin sampel penelitian saat haid adalah 13.81 g/dL dan pada saat tidak haid adalah 14.54 g/dL.

4. Rata-rata kadar hemoglobin sampel penelitian pada saat haid dan tidak haid tergolong dalam kategori normal.

5. Sebanyak 30 sampel penelitian menunjukkan penurunan kadar hemoglobin dan sebanyak 24 sampel penelitian menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin pada hari ke-2 hingga hari ke-16 siklus haid.

6. Dari hasil uji T dependen yang telah dilakukan, didapatkan nilai p > 0.332 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan atau bermakna terhadap kadar hemoglobin saat haid dan tidak haid meskipun dijumpai peningkatan kadar hemoglobin dari hari ke-2 hingga hari ke-16 siklus haid. Berdasarkan analisis data dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antar siklus haid terhadap kadar hemoglobin seseorang.

6.2. Saran

(62)

nilai agar lebih signifikan dan bermakna. Peneliti menyarankan agar memperpanjang waktu penelitian sehingga dapat dilakukan minimal 3 kali siklus haid agar hasil yang didapat dapat bermakna secara signifikan dan lebih akurat. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu sehingga peneliti hanya melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dalam satu siklus haid saja.

Sebaiknya sebelum mengukur kadar hemoglobin pada saat haid, periksa terlebih dahulu kadar hemoglobin basement kira-kira lima hari sebelum haid sebagai pembanding.

Selain itu, untuk masalah sampel penelitian peneliti menyarankan agar sampel penelitian dikelompokkan berdasarkan ras nya sehingga kita dapat mengetahui ras mana yang mempunyai kadar hemoglobin lebih tinggi, dikarenakan peneliti hanya mendapatkan sampel dan terbanyak adalah suku Indonesia, 1 orang suku Melayu, dan 1 orang suku India. Sehingga kita bisa mengetahui adakah pengaruh kebiasaan makan mereka terhadap siklus haid dan kadar hemoglobinnya.

Peneliti menyarankan agar pada saat pengukuran kadar hemoglobin sampel diminta untuk berpuasa, agar hasil yg didapat lebih akurat karena tidak dipengaruhi oleh makanan.

(63)

Lampiran

CURRICULUM VITAE

Nama : Maghfirani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 6 April 1990

Agama : Islam

Alamat : JL. Komplek Mutiara Indah, Mutiara IX No. 2 Lhokseumawe.

JL. Tridharma No.22 Kampus USU Padang Bulan, Medan.

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1996 lulus Taman Kanak-Kanak Pertiwi Lhokseumawe

2. Tahun 2002 lulus Sekolah Dasar Negeri 3 Lhokseumawe

3. Tahun 2002-2004 Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandung

3. Tahun 2005 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lhokseumawe

(64)

Riwayat Pelatihan :

1. Tahun 2003 Farisya English Course di Bandung 2. Tahun 2003 Pramuka SMP Negeri 19 Bandung 3. Tahun 2009 Workshop Resusitasi Jantung Paru

Otak (RJPO), Traumatologi dan Intubasi di FK USU Medan

4. Tahun 2009 Pelatihan Balut Bidai TBM FK USU Medan

5. Tahun 2009 Seminar Basic Life Support & Workshop Balut Bidai dan Evakuasi Medis TBM FK USU Medan

6. Tahun 2009 Tim Bantuan Medis Camp VII di Law Kawar

7. Tahun 2009 Tim Bantuan Medis Camp VIII di Law Kawar

8. Tahun 2009 Smart Soul Training Program di FK USU Medan

9. Tahun 2009 Diklat Penelitian dan Workshop Hewan Coba Standing Committee on Research Exchange di FK USU Medan

10.Tahun 2009 ESQ Training Center di FK USU Medan

11.Tahun 2010 Seminar and Workshop A-CPR ( Advanced Cardiopulmonary Resuscitation) di FK USU Medan

(65)

13.Tahun 2010 Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Lokal di FK USU Medan

14.Tahun 2010 Seminar dan Talk Show “Islamic Medicine”di FK USU Medan

15.Tahun 2010 Tanoto Foundation Scholar Gathering di Bogor

16.Tahun 2011 Lembaga Bahasa & Profesional LIA di Medan

Riwayat Organisasi :

1. Tahun 2003 Sekretaris OSIS SMP Negeri 19 Bandung

2. Tahun 2003 Wakil Ketua Pramuka SMP Negeri 19 Bandung

(66)

PENELITIAN PENGARUH SIKLUS HAID TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN USU

ANGKATAN 2010 INFORMED CONSENT

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh siklus haid terhadap kadar hemoglobin. Oleh karena itu, dalam penelitian ini saya akan mengukur kadar hemoglobin anda sebanyak dua kali, yaitu saat anda sedang haid dan saat anda sedang tidak haid.

Melalui penelitian ini, anda dapat mengetahui kadar hemoglobin anda pada saat anda haid dan pada saat anda tidak haid. Selain itu,anda juga dapat mengetahui anda mengalami anemia atau tidak.

Cara mengukur hemoglobin adalah dengan mengambil sedikit darah pada ujung jari yang diletakkan di atas test card dan kadar hemoglobin akan dibaca dengan menggunakan hemoglobinometer . Cara ini dijamin aman dan selamat serta tidak akan menyakitkan anda.

Untuk menjadi sampel penelitian ini, anda diminta menandatangani persetujuan dibawah ini.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, setuju untuk menjadi sampel penelitian yang berjudul Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kadar Hemoglobin. Saya akan memberikan

kerjasama sepenuhnya terhadap peneliti.

NAMA :

TANDA TANGAN :

TANGGAL :

Diketahui dan diakui peneliti : NAMA PENELITI : MAGHFIRANI

(67)

Segala kerjasama anda sangat dihargai dan saya mengucapkan terima kasih. Lampiran 2

Untuk menjadi sampel penelitian ini, anda diminta menandatangani persetujuan dibawah ini.

Segala kerjasama anda sangat dihargai dan saya mengucapkan terima kasih.

Contact Person:

Nama

: Maghfirani

Nim

: 080100003

Hp

: 08566088186/ 085371478910

Email

: maghfira_90@yahoo.com

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, setuju untuk menjadi sampel penelitian yang berjudul Pengaruh Siklus Haid Terhadap Kadar Hemoglobin. Saya akan memberikan

kerjasama sepenuhnya terhadap peneliti.

NAMA :

TANDA TANGAN :

TANGGAL :

Diketahui dan diakui peneliti : NAMA PENELITI : MAGHFIRANI

TANDA TANGAN :

(68)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh siklus haid terhadap kadar hemoglobin. Oleh karena itu, dalam penelitian ini saya akan mengukur kadar hemoglobin anda sebanyak dua kali, yaitu saat anda sedang haid dan saat anda sedang tidak haid.

Melalui penelitian ini, anda dapat mengetahui kadar hemoglobin anda pada saat anda haid dan pada saat anda tidak haid. Selain itu,anda juga dapat mengetahui anda mengalami anemia atau tidak.

(69)

YA PENELITIAN PENGARUH SIKLUS HAID TERHADAP KADAR

HEMOGLOBIN PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN USU ANGKATAN 2010

SURVEY AWAL SEBELUM MENJALANKAN PENELITIAN

Anda diminta mengisi pernyataan berikut :

Nama :

Usia :

Angkatan : 2010 No. Telepon/Hp :

Anda diminta menjawab soal di bawah ( Ceklist)

1. Apakah anda mempunyai siklus haid normal yaitu dari 22 sampai 35 hari?

Atau

2. Apakah anda mempunyai siklus haid tidak normal :

<22 hari >35 hari

≥3 bulan

3. Apakah jumlah haid anda normal, yaitu cukup dengan memakai satu pembalut pada setiap kali memakai pembalut atau mengganti pembalut 3-6 kali perhari?

(70)

• diverticulitis • hemoroid

• infeksi cacing tambang • penyakit ginjal kronis • gastrektomi

• Penyakit keganasan

Jika ada penyakit lain, sebutkan ………...

5. Apakah anda mengalami perdarahan dan menjalani operasi dalam 3 bulan ini?

6. Apakah anda sedang mengonsumsi suplemen zat besi? 7. Apakah anda menggunakan :

• pil KB

• aspirin Atau NSAID • alat kontrasepsi

8. Berapa hari rata-rata setiap bulan anda haid?

9. Jika siklus haid anda tidak normal berapa hari anda haid? 10.Untuk bulan ini berapa hari anda haid?

11.Kapan usia menarche pertama anda? Contact Person:

Nama : Maghfirani Nim : 080100003 HP : 08566088186

Email : maghfira_90@yahoo.com

(71)

HASIL PENGOLAHAN DATA Hb Hari ke-2 Siklus Haid (g/dL)

Frequency Percent Valid Percent

(72)

16.90 1 1.9 1.9 72.2

17.00 3 5.6 5.6 77.8

17.10 2 3.7 3.7 81.5

17.20 1 1.9 1.9 83.3

17.70 1 1.9 1.9 85.2

17.80 1 1.9 1.9 87.0

18.00 1 1.9 1.9 88.9

18.20 2 3.7 3.7 92.6

18.30 1 1.9 1.9 94.4

18.40 1 1.9 1.9 96.3

19.00 1 1.9 1.9 98.1

19.40 1 1.9 1.9 100.0

(73)

Hb Hari ke-16 Siklus Haid (g/dL)

Frequency Percent Valid Percent

(74)

16.90 1 1.9 1.9 66.7

Median 13.8000 14.6000

Mode 12.80a 12.00

Std. Deviation 3.62091 3.29182

Minimum 6.70 7.60

Maximum 19.40 20.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Kelompok Kadar Hemoglobin Hari Ke-2 Siklus Haid

Frequency Percent Valid Percent

(75)

Kelompok Kadar Hemoglobin Hari Ke-16 Siklus Haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Std. Deviation 2.88026

Minimum 1.30

Std. Deviation 2.06804

Minimum -7.50

(76)

UJI T DEPENDEN (paired test)

Hb Hari ke-16 Siklus Haid (g/dL)

(77)
(78)

Gambar

Tabel 2.2. Tahap Keparahan Anemia Menurut Konsentrasi Hemoglobin
Tabel 2.3. Kriteria anemia menurut WHO (Hoffbrand AV et al., 2001)
Gambar 2.1 Easy Touch GHb Blood Glucose/Hemoglobin Dual Function Monitoring

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan pengembangan instrumen wawancara baik dari segi indikator pertanyaan, konsep yang akan digali, dan dari segi bahasa ibu yang hendak digunakan, sehingga dihasilkan

Lalu untuk menjawab dari rumusan masalah yang sudah di bentuk dengan melihat kondisi kenyataan yang terjadi di Afrika, pemakalah dapat berpendapat bahwasanya

Tanjung karang TSO in proceeding auction over land to be payment of Company’s tax liability is in accordance to requirements set in Article 32 title (2) of Tax Law dan

Karya kecil ini rani persembahkan untuk kedua almarhum orang tua rani (bapak Kailani Hamzah &amp; mamak Noer Atika) Rani tulis dengan cinta sebagai tanda hormat

KEYWORDS: Indoor Navigation, Obstacles, Space Subdivision, Navigation Network, Shortest Path, 2D

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Denpasar Tahun 2017,Kota. Denpasar √ √ √

As derivative features on the spectral information are difficult to use in practice, given the low SNR of bands in the blue range of the spectrum and the low energy The

Setelah berdiskusi, siswa mampu menceritakan pengalaman diri melaksanakan hak dan kewajiban secara seimbang dalam kehidupan masyarakat dengan benar.. Setelah berlatih, siswa