No. Responden :
DAFTAR ANGKET/PERTANYAAN
Petunjuk :
1) Pilih jawaban pertanyaan dari jawaban a, b dan c dengan memberi tanda
silang/cross (X).
2) Tentukan pilihan jawaban atas jawaban responden tidak memberi dampak
apapun.
3) Responden mengisi data-data pribadi seperti yang tertera dibawah ini :
a. Nama :
1. Variabel Bebas (X) F. Penerimaan Pegawai
1. Di lingkungan tempat Bapak/Ibu bekerja, apakah penerimaan pegawai sesuai
dengan kebutuhan atau berdasarkan pada kemampuan/keahlian seseorang
dibidang tertentu?
a. Sesuai dengan kebutuhan b. Kadang-kadang c. Tidak sesuai
2. Menurut Bapak/Ibu, apakah penerimaan pegawai sebaiknya dilaksanakan
berdasarkan pada kekurangan jumlah pegawai?
a. Berdasarkan pada kekurangan jumlah pegawai
b. Kadang-kadang
c. Tidak berdasarkan pada kekurangan jumlah pegawai
3. Apakah setiap pegawai yang diterima bekerja di lingkungan kerja Bapak/Ibu
langsung mengerjakan pekerjaannya terlebih dahulu tanpa perlu adanya
pelatihan kerja?
4. Sepengetahuan Bapak/lbu, apakah penerimaan pegawai selama ini telah
memenuhi kekurangun jumlah pegawai di lingkungan kerja Bapak/lbu?
a. Telah memenuhi b. Kurang memenuhi c. Tidak memenuhi
5. Apakah setiap pelaksanaan penerimaan pegawai, lingkungan kerja Bapak/lbu
jugu ikut menerima/membutuhkan pegawai dibidang tertentu?
a. Ikut menerima/membutuhkan b. Kadang-kadang c. Tidak
B. Pengembangan Pegawai
6. Apakah pelaksanaan pengembangan pegawai dilingkungan kerja Bapak/lbu
dirasakan perlu dalam meningkatkan pelaksanaan pekerjaan/tugas kantor?
a. Perlu b. Kurang perlu c. Tidak perlu
7. Apakah menurut Bapak/lbu, pelaksanaan pengembangan pegawai telah
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan kerja ataupun aturan kerja yang ada?
a. Telah dilaksanakan b. Kadang-kadang c. Belum dilaksanakan
8. Apakah dengan adanya pelaksanaan pengembangan pegawai, Bapak/ibu
menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang ada?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
9. Menurut Bapak/lbu, apakah pelaksanaan pengembangan pegawai sebaiknya
dilaksanakan kepada setiap pegawai yang baru diterima bekerja?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
10.Menurut Bapak/lbu, apakah pelaksanaan pengembangan pegawai telah
dilaksanakan secara merata terhadap setiap pegawai dilingkungan kerja
Bapak/lbu?
a. Telah dilaksanakan b. Masih belum dilaksanakan c. Belum dilaksanakan
C. Pemberian Balas Jasa
11.Apakah dilingkungan kerja Bapak/lbu, pemberian balas jasa berdasarkan pada
jenis pekerjaan yang dilaksanakan serta tanggung jawab yang diemban?
12.Apakah menurut Bapak/lbu, pemberian balas jasa di tempat Bapak/lbu bekerja
telah sesuai dengan ketentuan yang ada/berlaku?
a. Telah sesuai b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai
13.Dengan adanya pemberian balas jasa yang memadai, Bapak/lbu akan lebih
bersemangat/lebih giat dalam melaksanakan setiap tugas dan pekerjaan
kantor?
a. Ya, akan lebih bersemangat b. Kadang-kadang c. Tidak
14.Menurut Bapak/lbu, apakah selama ini pemberian balas jasa yang Bapak/lbu
terima telah sesuui dengan pekerjaan yang dilaksanakan dan dapat mencukupi
kebutuhan?
a. Telah sesuai b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai
15.Apakah pemberian balas jasa yang diberikan pada Bapak/lbu setiap tahunnya
mengalami peningkatan?
a. Ya, mengalami peningkatan b. Kadang-kadang c. Tidak meningkat
D. Pemberhentian Pegawai
16.Apakah Bapak/lbu merasa dengan adanya pemberian peringatan
pemberhentian kerja, kepada setiap pegawai yang melanggar setiap aturan
kerja yang ada dapat meningkatkan kinerja setiap pegawai?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
17.Menurut Bapak/lbu, apakah setiap pegawai yang tidak melaksanakan tugas
dan pekerjaannya dengan baik perlu diberikan peringatan pemberhentian
kerja?
a. Perlu diberikan sanksi b. Kadang-kadang c. Tidak perlu
18.Apakah menurut Bapak/lbu, pemberian peringatan pemberhentian pegawai
sebaiknya dilaksanakan secara langsung tanpa adanya surut peringatan
terlebih dahulu?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
19.Apakah selama ini pemberian peringatan pemberhentian kerja pernah
dilaksanakan dilingkungan kerja Bapak/lbu?
20.Menurut Bapak/lbu, apakah pemberian peringatan pemberhentian kerja dapat
memberikan dampak ataupun efek jera terhadap setiap pegawai yang
melanggar aturan kerja?
a. Ya, memberikan dampak b. Kadang-kadang c. Tidak memberikan dampak
1. Variabel Terikat (Y) A. Perencanaan Kerja
21.Apakah Menurut Bapak/lbu, perencanaan kerja yang dilaksanakan selama ini
telah sesuai dengan ketentuan yang ada dan tepat pada sasaran yang
dikehendaki?
a. Telah sesuai b. Kurang sesuai c. Belum sesuai
22.Menurut Bapak/lbu, apakah dalam mencapai sasaran ataupun tujuan kerja
memerlukan adanya suatu perencanaan kerja?
a. Ya, memerlukan perencanaan b. Kadang-kadang c. Tidak
23.Dalam pekerjaan yang Bapak/lbu laksanakan, apakah memerlukan adanya
suatu perencanaan kerja yang jelas dan akurat?
a. Perlu perencanaan yang jelas b. Kadang-kadang c. Tidak perlu
24.Menurut Bapak/lbu, dalam penyusunan perencanaan kerja semestinya
melibatkan atasan dan bawahan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
25.Menurut Bapak/lbu, apakah perencanaan kerja memerlukan data dan
informasi yang memadai?
a. Memerlukan data & informasi b. kadang-kadang c. Tidak perlu
B. Hasil Kerja
26.Menurut Bapak/Ibu, apakah setiap pekerjaan yang dilakukan dapat mencapai
hasil kerja, sesuai dengan yang diinginkan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
27.Apakah hasil kerja merupakan patokan atau sasaran kerja yang harus dicapai
oleh Bapak/Ibu dalam melaksanakan pekerjaan kantor?
28.Apakah pekerjaan yang Bapak/Ibu lakukan dengan waktu yang ditentukan
akan mempunya hasil kerja yang maksimal?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
29.Dengan tersedianya sarana dan prasarana kerja yang lebih baik, apakah akan
mempengaruhi Bapak/Ibu dalam pencapaian hasil kerja yang diinginkan?
a. Ya, akan mempengaruhi b. Kadang-kadang c. Tidak mempengaruhi
30.Dalam pencapaian hasil kerja yang memadai, apakah Bapak/Ibu memerlukan
waktu yang lama dalam menyelesaikan setiap pekerjaan?
a. Ya, perlu waktu lama b. Kadang-kadang c. Tidak perlu waktu yang lama
C. Kualitas dan Kuantitas kerja
31.Apakah di dalam pelaksanaan pekerjaan Bapak/Ibu selalu berpedoman dengan
aturan dan ketentuan yang berlaku dalam pencapaian kualitas dan kuantitas
kerja?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
32.Untuk mencapai atau menghasilkan Kualitas dan kuantitas kerja yang
memadai, apakah Bapak/Ibu selalu membutuhkan informasi yang lengkap dan
memadai?
a. Ya b. Kadang-kadang c. tidak
33.Apakah pencapaian kualitas dan kuantitas kerja selalu dipengaruhi oleh
kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
34.Menurut Bapak/lbu, apakah kualitas dan kuantitas kerja merupakan salah satu
faktor penting dalam pelaksanaan pekerjaan?
a. Ya b. Kaaung-kadang c. Tidak
35.Apakah kualitas dan kuantitas kerja yang baik merupakan tujuan kerja dan
Bapak/Ibu dalam melaksanakan pekerjaan?
D. Tanggung Jawab
36.Apakah pelaksanaan pekerjaan Bapak/Ibu, selalu mengacu pada tanggung
jawab dan wewenang?
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak
37.Agar tercipta suatu tanggung jawab yang jelas dan baik, Apakah Bapak/Ibu
melaksanakan pekerjaan berdasarkan pada pembagian kerja yang ada?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
38.Apakah dengan adanya tanggung jawab yang Bapak/Ibu peroleh, dapat
menciptakan suatu kinerja yang lebih memadai?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
39.Menurut Bapak/Ibu, setiap pekerjaan yang dilaksanakan membutuhkan
tanggung jawab yang jelas?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
40.Apakah dengan adanya tanggung jawab yang baik dan jelas, pekerjaan/tugas
yang Bapak/lbu kerjakan dapat dikatakan berhasil?
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
____________, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981. Atmosudirjo, Prajudi, Administrasi dan Management Umum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias, Nias dalam Angka, 2009.
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN, Balai Pustaka, Jakarta. Handoko, T. Hani, Manajemen, Cetakan kedua, BPFE, Yogyakarta, 1990.
Hartini, Sri, Pokok-pokok Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Hartini, Sri, Kadarsih, Sudrajat Teddy, Pokok-pokok Kepegawaian Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Hasibuan, Malayu, S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
Kansil, C.S.T, Pokok-pokok Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1979.
____________, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1986.
Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Mathis, Robert L dan Jackson, John H, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Moekijat, Manajemen Kepegawaian, Cetakan Kelima, Alumni, Bandung, 1995. Muchsan, Hukum Kepegawaian, Bina Aksara, Jakarta, 1982.
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991.
Savitri, Manajemen Kinerja, MMR UGM, Yoyakarta, 1998.
Siagian, Sondang. P, Filsafat Administrasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003. Sudrajat, Tedi, Hukum Kepegawaian Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Syafiie, Inu Kencana, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Bumi
Aksara, Jakarta, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi. Alfa Beta, Bandung, 2005.
The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Moderen, Liberty, Yogyakarta, 1996.
Thoha, Miftah, Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.
Wicaksono W, Kristian, Administrasi dan Birokrasi Pemerintah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
Widjaja A.W, Administrasi Kepegawaian Sebagai Suatu Pengantar,
CV.Rajawali, Jakarta, 1995.
BAB III
TINJAUAN UMUM ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
A. Pengertian Administrasi
Kata administrasi secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu
administrare yang berarti membantu, melayani/memenuhi. Penggunaan kata
administrasi di Indonesia diartikan sebagai proses kegiatan penataan usaha kerja
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya administrasi
berfungsi untuk menentukan tujuan suatu organisasi dan untuk merumuskan
kebijakan umum.3
Administrasi merupakan suatu hal yang tidak pernah dapat dipisahkan dari
setiap aktivitas kehidupan manusia. Administrasi yaitu keseluruhan proses kerja
sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.4
Administrasi sebagai suatu fenomena sosial, suatu perwujudan tertentu
didalam masyarakat modern. Eksistensi dari administrasi ini berkaitan dengan
organisasi, artinya administrasi itu terdapat di dalam suatu organisasi. Jadi barang
siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia harus mencari
terlebih dulu suatu organisasi yang masih hidup, disitu terdapat administrasi.5
3
Tedi Sudrajat; Hukum Kepegawaian Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hal : 83
4
Sondang P. Siagian; Filsafat Administrasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 2
5
Administrasi adalah kegiatan sebagai proses pengendalian usaha
kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan sebelumnya.6
Administrasi meliputi penjelasan dan penafsiran mengenai otoritas,
konsultasi, partisipasi, gaya kepemimpinan dan lainnya.7
Administrasi sebagai segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama
mencapai tujuan tertentu.8
Administrasi merupakan suatu proses yang biasanya terdapat pada semua
usaha kelompok baik usaha pemerintah atau swasta, sipil atau militer baik secara
besar-besaran ataupun secara kecil-kecilan.9
B. Unsur-unsur Administrasi
Dari kegiatan administrasi diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa administrasi merupakan suatu proses kerjasama yang dilakukan oleh
sekelompok orang dalam suatu lingkup organisasi yang sifatnya rasionalitas untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama sebelumnya.
Proses administrasi dapat berlangsung dengan baik haruslah mempunyai
unsur-unsur yaitu : dua orang atau lebih, tujuan yang hendak dicapai, tugas yang
hendak dilaksanakan, peralatan dan perlengkapan.
Unsur-unsur administrasi yang satu sama lain harus diatur tata hubungan
dan ikatan didalam rangka membangun suatu administrasi yaitu :10
6
Hadari Nawawi, Administrasi Personel, Gunung Agung, Jakarta, 1990, Hal : 30
7
Thoha Miftah, Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 17
8
The Liang Gire, Administrasi Kepegawaian Moder, Liberty, Yogyakarta, 1996, Hal : 78
9
1. Dua orang manusia atau lebih
Mengenai unsur manusia, diperlukan lebih dari satu orang karena
seseorang tidak dapat bekerja sama dengan dirinya sendiri. Karena itu harus ada
orang lain yang secara sukarela atau dengan cara lain diajak turut serta dalam
proses kerja sama itu.
2. Tujuan
Terlalu sering orang beranggapan bahwa tujuan proses administrasi harus
selalu ditentukan oleh orang-orang yang bersangkutan langsung dalam proses itu.
Hal ini menurut dia tidak benar. Tujuan yang hendak dicapai ditentukan oleh
semua orang yang langsung terlibat dalam proses administrasi itu.
3. Tugas yang hendak dilaksanakan
Berbicara mengenai tugas yang hendak dilaksanakan, orang terlalu sering
beranggapan bahwa proses administrasi baru timbul apabila ada kerja sama. Tidak
demikian halnya jika diterima pendapat bahwa unsur merupakan bagian yang
mutlak dari sesuatu, akan segera terlihat bahwa kerjasama bukan merupakan
unsur administrasi, melainkan suatu kondisi yang ideal.
4. Sarana dan Prasarana tertentu
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu proses administrasi
tergantung dari berbagai faktor seperti, jumlah orang yang terlibat dalam proses
itu, sifat tujuan yang hendak dicapai, ruang lingkup serta aneka ragamnya tugas
yang hendak dijalankan, sifat kerjasama yang dapat diciptakan dan
dikembangkan.
10
Apabila Administrasi itu diteliti, selain bermacam-macam pekerjaan yang
dilakukan oleh masing-masing orang untuk mencapai tujuan, maka terlibat pula
unsur-unsur administrasi umum.
Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam administrasi yaitu :11
1. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan
orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
2. Management
Management dapat didefenisikan dari dua sudut pandang yaitu sebagai
proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rungka penerapan tujuan dan
sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduk i jabatan manajerial
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.
3. Tata Hubungan
Tata hubungan merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis dalam suatu
lingkup organisasi. Tata hubungan terdiri dari tujuh tata hubungan kerja yaitu,
hubungan kerja hirarkis, hubungan kerja direktif, hubungan kerja koordinatif,
hubungan kerja fungsional, hubungan kerja ketatausahaan, hubungan kerja
pengawasan, hubungan kerja konsultatif.
11
4. Kepegawaian
Kepegawaian merupakan suatu aturan tentang cara mengorganisasikan
dan memperlakukan orang-orang yang bekerja, sedemikian rupa, sehingga
mereka masing-masing akan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari
kemampuannya; jadi memperoleh efesiensi yang maksimum untuk dirinya sendiri
dan untuk kelompoknya, dan disamping juga untuk organisasi, dimana mereka
merupakan bagian dalam menentukan kemajuan dan hasil-hasil yang optimal.
5. Keuangan
Kegiatan pengelolaan keuangan atau disebut juga administrasi keuangan,
perincian kegiatannya meliputi mulai menentukan perkiraan sumber biaya,
penggunaannya dan pertanggungjawaban secara sah dalam rangka pencapaian
tujuan dari organisasi.
6. Perbekalan
Kegiatannya meliputi pengurusan barang-barang perbekalan suatu
organisasi yang terdiri atas, penentuan perkiraan barang perbekalan yang
diperlukan, pengadaan barang perbekalan, pemakaian barang perbekalan,
pertanggungjawaban, penghapusan barang yang tidak diperlukan lagi.
7. Tata Usaha
Kegiatan ini menyangkut informasi dan pengurusan surat menyurat untuk
suatu organisasi yang meliputi korespondensi kearsipan, sistem informasi
manajemen, protokoler atau humas, unsur-unsur administrasi terdiri dari: 12
12
1). Organisasi
2). Manajemen
3). Kepegawaian
4). Keuangan
5). Perlengkapan
6). Pekerjaan kantor (tata usaha)
7). Tata hubungan, dan
8). Perwakilan.
Sedangkan unsur-unsur administrasi dalam melaksanakan kebijaksanaan
administrasi manajemen PNS yaitu :13
1) Penetapan norma standar
2) Formasi
3) Pengangkatan
4) Pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil
5) Pemindahan
6) Gaji
7) Tunjangan
8) Kesejahteraan
9) Pemberhentian
10)Hak dan kewajiban
11)Kedudukan hukum
13
Unsur-unsur administrasi yang satu sama lain harus diatur tata hubungan
dan ikatan di dalam rangka membangun suatu administrasi, adapun unsur-unsur
dari administrasi yaitu : 14
C. Fungsi Pokok Administrasi
1). Tujuan (unsur operasional)
2). Management (unsur pimpinan)
3). Pekerja (unsur kekuatan kerja)
4). Modal (unsur kekuatan membeli)
5). Gedung dan Tanah (unsur tempat)
6). Equipment (unsur peralatan dan mesin)
7). Kantor (brain and memori power)
8). Lokasi (unsur lingkungan dan wilayah).
Semua unsur-unsur tersebut diatas saling bertautan dengan erat sekali
sehingga merupakan kesatuan yang menunjang seluruh kegiatan pokok (proses
pekerjaan) dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan
apapun.
Administrasi adalah sebagai suatu proses dari kegiatan-kegiatan bersama
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Untuk tercapainya tujuan tadi
maka, dalam proses penyelenggaraan kegiatan bersama itu digolongkan menurut
fungsinya, sehingga administrasi benar-benar dapat dikendalikan pada pelaksana
ke arah tujuan.
14
Mengingat bahwa masalah administrasi di dalam suatu perusahaan sangat
penting dan merupakan suatu pola kegiatan kerja sama yang dilaksanakan secara
rasional, sadar, terencana dengan organisasi yang teratur serta tujuannya yang
jelas. Maka menurut beberapa ahli fungsi administrasi itu sama pengertiannya
dengan fungsi manajemen yaitu,
Fungsi-fungsi administrasi merupakan kerangka dasar dari peran kegiatan
manajerial secara universal yang dikategorikan sebagai berikut :15
1) Perencanaan (planning)
2) Pengorganisasian (organizing)
3) Pemberian motivasi (motivation)
a. Pengisian staf (staffing)
b. Mengarahkan (directing)
4) Pengawasan (controling)
5) Penilaian (evaluation)
Fungsi-fungsi administrasi dan manajemen itu ialah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), commanding (pemberian
komando), coordinating (pengkoordinasian), controling (pengawasan).16
Fungsi administrasi adalah merencanakan, mengorganisasikan,
melengkapi organisasi dengan orang, menjuruskan, mengkoordinasikan dan
mengawasi.
17
15
Muchsam, Hukum Kepegawaian, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, Hal : 107
16
Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 6
17
Moekijat, Management Kepegawaian, Cetakan Kelima Alumni, Bandung, 1995, Hal : 105
Berdasarkan dari kutipan defenisi tersebut diatas maka jelaslah bahwa
administrasi yang menjalankan setiap tugas-tugas dan administrasi harus
melakukun fungsi-fungsi administrasi.
1. Planning (Perencanaan)
Mengandung arti memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
3. Actuating (Pengarahan)
Mengandung arti sebagai suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berkenan berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
4. Controling (Pengawasan)
Merupakan proses penentuan yang harus dicapai yaitu standar, apa yang
sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana,
D. Pengertian Kepegawaian
Pada umumnya administrasi kepegawaian merupakan segala hal yang
menyangkut tentang kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai.
Pegawai merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah,
yang senantiasa dibutuhkan dan karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam
badan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lingkup
organisasi.
Kata pegawai lebih banyak digunakan dilingkungan pemerintahan, dalam
instansi-instansi, dinas-dinas ataupun jawaban-jawaban pemerintahan, senantiasa
digunakan kata pegawai dan tidak pernah dipergunakan kata buruh ataupun
pekerja. Misalnya pegawai kabupaten atau kotamadya, pegawai perusahaan
daerah atau pegawai pemerintah daerah dan lain-lain.
Pegawai adalah orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan
sebagainya), sedangkan Pegawai Negeri Sipil orang yang bekerja pada
pemerintah atau negara.18
18
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN, Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 185.
Istilah buruh dan pekerja lebih banyak dipergunakan dikalangan swasta,
seperti pabrik-pabrik tekstil dan sebagainya. Namun dikalangan swasta kadang
dipergunakan juga istilah pegawai, misalnya dikalangan Bank, tidak disebutkan
Istilah “pegawai” mengandung pengertian sebagai berikut : 19
Sedangkan istilah pegawai yang digunakan dalam pemerintahan disebut
Pegawai Negeri Sipil yang artinya setiap warga negara Republik Indonesia yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1). Menjadi anggota suatu usaha kerja sama (organisasi) dengan maksud
memperoleh balas jasa/imbalan kompensasi atau jasa yang telah
diberikan,
2). Berada dalam sistem kerja yang sifatnya lugas/pamrih,
3). Berkedudukan sebagai ‘penerima kerja’ dan berhadapan dengan fihak
“pemberi kerja” (majikan),
4). Kedudukan sebagai “penerima kerja” itu diperoleh setelah melalui
proses penerimaan,
5). Dan akan menghadapi saat pemberhentian (pemutusan hubungan
kerja antara “pemberi kerja” dengan “penerima kerja”).
20
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pegawai merupakan
tenaga kerja/orang-orang yang bekerja, sedemikian rupa untuk mencapai dan
memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari kemampuannya, dan juga
memperoleh efesiensi yang maksimum untuk dirinya sendiri dan untuk
kelompoknya serta untuk organisasi yang merupakan bagian dalam menentukan
kemajuan dan hasil-hasil yang optimal.
19
A.W. Widjaja; Administrasi Kepegawaian Sebagai Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1995, Hal : 15
20
E. Pengertian Administrasi Kepegawaian
Administrasi kepegawaian dalam lingkup instansi pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari kegiatan administrasi secara keseluruhan. Bahkan administrasi
kepegawaian ini merupakan salah satu unsur dari administrasi tersebut. Sebagai
salah satu unsur sifat administrasi kepegawaian masih tetap administrasi hanya
sasaran dan kegiatannya ialah tenaga kerja manusia.
Administrasi kepegawaian adalah segenap aktivitas yang bersangkut paut
dengan masalah penggunaan tenaga kerja untuk mencapai tujuan tertentu,
masalah pokoknya adalah terutama berkisar pada penerimaan, pengembangan dan
pemberian balas jasa dan pemberhentian.21
Pengertian administrasi kepegawaian secara luas, dimana ia
mendefenisikan administrasi kepegawaian sebagai : 22
21
The Liang Gie; Administrasi Kepegawaian Daerah, Liberty, Yogyakarta, 1996, Hal : 167
22
A.W. Widjaja; Administrasi Kepegawaian Sebagai Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1995, Hal : 16
a). “Ilmu” yaitu mempelajari segenap proses penggunaan tenaga manusia
sejak penerimaan hingga pemberhentiannya,
b). “Proses” yaitu penyelenggaraan politik kepegawaian atau program
kerja serta tujuan yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia
yang digunakan dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu,
c). “Fungsi” yaitu mengatur dan mengurus penggunaan tenaga kerja
manusia dalam suatu usaha kerja sama sekelompok manusia untuk
d). “Seni” yaitu seni memilih pegawai baru serta menggunakan pegawai
lama dengan cara sedemikian rupa, sehingga dari segenap tenaga kerja
manusia itu diperoleh hasil jasa yang maksimal baik mengenai jumlah
dan mutunya.
Administrasi kepegawaian sebagai suatu aturan tentang cara
mengorganisasikan dan memperlakukan orang-orang yang bekerja, sedemikian
rupa, sehingga mereka masing-masing akan memperoleh hasil yang
sebesar-besarnya dari kemampuannya; jadi memperoleh efisiensi yang maksimum
untuk dirinya sendiri dan kelompoknya, dan disamping juga untuk organisasi,
dimana mereka merupakan bagian dalam menentukan kemajuan dan hasil-hasil
yang optimal.23
Administrasi kepegawaian adalah merupakan suatu hal yang tidak terlepas
dari kegiatan administrasi secara keseluruhan bahkan merupakan salah satu unsur
dari administrasi tersebut, dimana sasaran kegiatannya adalah tenaga kerja
manusia yang meliputi penerimaan, penempatan, pengembangan dan
pemberhentian tenaga kerja.
24
Administrasi kepegawaian adalah kegiatan perencanaan, pengorganisaian
dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja dengan sumber daya manusia
untuk mencapai sasaran perorangan organisasi dan masyarakat.
25
Dari beberapa defenisi administrasi kepegawaian yang dikemukakan
diatas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa administrasi
23
Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 65
24
Thoha Miftah; Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 17
25
kepegawaian merupakan suatu hal yang berhubungan dengan sumber daya
manusia dalam organisasi, penggunaan tenaga manusia sejak penerimaannya
hingga pemberhentiannya, penggunaan tenaga kerja manusia dalam suatu usaha
kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
F. Tujuan Administrasi Kepegawaian
Sampai saat sekarang masih diakui faktor manusia ini merupakan faktor
yang pokok dalam setiap organisasi. Walaupun kenyataannya perkembangan
teknologi sekarang bertambah pesat yang mampu memproduksi alat-alat
teknologi yang serba bisa mengganti kedudukan manusia. Tetapi faktor manusia
masih tetap memegang peranan yang penting di dalamnya. Sebagaimana
diketahui bentuk kerjasama apa saja, senantiasa harus dikerjakan oleh manusia.
Oleh karena itu, jika pengurusan dan penataan manusia atau tepatnya pengurusan
kepegawaian tidak diperhatikan sebaik-baiknya, ada kemungkinan tujuan
organisasi yang pokok akan terpengaruh.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa sasaran administrasi kepegawaian ialah
masalah penggunaan tenaga kerja. Administrasi kepegawaian dikembangkan
dengan tujuan 26
2). Tercipta, terpelihara serta terkembangkan hubungan kerja yang
memberikan suasana kerja yang menyenangkan antar individu yang
bekerja sama. :
1). Penggunaan secara efektif tenaga kerja manusia.
26
3). Tercapainya perkembangan yang maksimal bagi masing-masing
individu yang bekerja sama tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengurusan kepegawaian yaitu : 27
27
Thoha Miftah; Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 20
1). Penggunaan sumber tenaga kerja yang ada secara efektif,
2). Terciptanya hubungan pengembangan individu-individu sebagai
pegawai dalam organisasi tersebut dapat dijalankan secara maksimal.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari administrasi kepegawaian
adalah pengefektifan tenaga kerja manusia dalam penggunaannya dan
menciptakan hubungan kerja yang menarik diantara anggota organisasi serta
mengusahakan agar pengembangan individu-individu sebagai pegawai dalam
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR PERSOALAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN SERTA PERAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN DALAM
MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI
D. Pokok-pokok Persoalan Administrasi Kepegawaian Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian
Pokok-pokok persoalan administrasi kepegawaian adalah menyangkut
tentang sarana atau peralatan kerja (instrumen) bagi pimpinan kepegawaian untuk
mencapai tujuan administrasi kepegawaian.
Jika dirinci maka “Administrasi Kepegawaian” mencakup pokok-pokok
persoalan yang umum dilakukan yaitu : 28
28
Thoha Miftah; Administrasi Kepegawaian Daerah, Galia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 18
1). Suatu dasar hukum kepegawaian negeri dan administrasi
kepegawaian.
2). Adanya satu badan yang menyelenggarakan administrasi
kepegawaian, dan langsung bertanggung jawab kepada pimpinan
pemerintah serta mempunyai hubungan yang jelas dengan
kementrian-kementrian serta unit-unit pengurusan kepegawaiannya.
3). Perumusan yang jelas terhadap klasifikasi serta jabatan kepegawaian.
4). Pengadaan (recruitment) dan penempatan atau penunjukkan
(placement and appointment) berdasarkan suatu sistem yang tidak
memihak dan standar-standar tertentu sesuai dengan keperluan
5). Sistem promosi dan evaluasi terhadap prestasi kerja pegawai, disiplin,
pemindahan atau pergantian jabatan serta pemberhentian
6). Sistem gaji berdasarkan standar-standar tertentu yang objektif sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan dan dapat diubah jika diperlukan.
Hal ini dikaitkan dengan pension.
7). Adanya program pendidikan dan latihan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan kerja pegawai negeri.
8). Hubungan dengan organisasi-organisasi kepegawaian dan
serikat-serikat sekerja.
9). Tata usaha kepegawaian dalam arti data kepegawaian individual,
absensi, cuti, kenaikan gaji dan lain sebagainya.
Pokok-pokok persoalan administrasi kepegawaian yang mencakup : 29
29
CST Kansil, Op.cit, Hal : 18
1). Sistem kepegawaian.
2). Sistem pengadaan/penerima pegawai
(pemilihan-penyajian-pengangkatan-penempatan).
3). Analisa tugas jabatan.
4). Sistem penggolongan jabatan dan kepangkatan.
5). Sistem penggajian.
6). Sistem penilaian kecakapan pegawai.
7). Sistem kenaikan pangkat dan pemindahan jabatan.
8). Disiplin dan hukuman jabatan.
9). Sistem pemberhentian pegawai.
Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagui pokok-pokok
persoalan administrasi kepegawaian ini adalah merupakan hal-hal yang menjadi
sarana atau peralatan kerja (instrumen) bagi pimpinan kepegawaian untuk
mencapai tujuan administrasi kepegawaian.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai 1. PengertianKinerja
Pegawai melakukan kerja sebagai sumbangan terhadap perusahaan tentu
memiliki hasil yang dicapai dari pelaksanaan kerja tersebut, yang dinamakan
dengan kinerja atau prestasi kerja. Untuk menghilangkan keragu-raguan
pengertian dari kinerja dapat dilihat pada pernyataan berikut ini :
Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.30
Kinerja adalah sejauhmana seseorang telah memainkan bagiannya dalam
melaksanakan strategi organisasi baik dalam merencanakan sasaran yang
Pernyalaan diatas dengan jelas memperlihatkan bahwa istilah kinerja
dengan prestasi kerja yakni hasil kerja yang dinyatakan dalam kualitas dan
kuantitas oleh seorang pegawai. Untuk selanjutnya penulis akan menggunakan
kinerja sama dengn prestasi kerja.
30
berhubungan dengan peranan seseorang dan data memperlihatkan kompetensi
yang relevan bagi organisasi, apakah dalam suatu peranan tertentu.31
Kinerja dengan sejumlah rangkaian aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang
dilakukan oleh manusia untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.32
Kinerja secara umum dipahami sebagai suatu catatan keluaran hasil pada
suatu fungsi jabatan kerja atau seluruh aktifitas kerjanya dalam periode waktu
tertentu.33
Penilaian kinerja adalah suatu proses evaluasi baik pegawai mengerjakan
pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut.
Jadi dalam hal ini kinerja dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
perseorangan dalam peranannya di suatu organisasi sejak dari perencanaan hingga
hasil akhir yang dapat menunjukkan kompetensi secara keseluruhan guna
mencapai sasaran dan tujuan organisasi tersebut.
2. Penilaian Kinerja
34
Penilaian kinerja merupakan proses dimana organisasi berupaya
memperoleh informasi yang seakurat mungkin tentang kinerja para anggotanya.
Penilaian kinerja harus dilakukan dengan baik karena akan sangat bermanfaat bagi
31
Gibson; Management, Erlangga, Jakarta, 1997, Hal : 103
32
Sarwoto; Dasar-Dasar Organisasi dan Management, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991, Hal : 57
33
Savitri; Management Kinerja, MMR UGM, Yogyakarta, 1998, Hal : 22
34
organisasi secara keseluruhan, bagi para atasan langsung dan bagi para karyawan
yang bersangkutan. 35
Penilaian kerja mengacu kepada suatu sistem formal dan struktur yang
mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran. Fokusnya adalah untuk
mengetahui seberapa produktif seorang pegawai dan apakah ia bisa berkinerja
sama atau lebih pada masa yang akan datang sehingga pegawai dan masyarakat
semuanya memperoleh manfaatnya.36
ii. Prilaku
Jadi penilaian kerja menurut pendapat diatas adalah, menilai :
i. Pekerjaan
iii. Hasil
iv. Tingkat ketidakhadiran
Penilaian kinerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai kinerja/prestasi kerja pegawai. Kegiatan ini dapat
memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik
kepada para pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka.37
Penilaian kinerja adalah merupakan kegiatan manajer untuk mengevaluasi
perilaku dan prestasi kerja pegawai serta menerapkan kebijaksanaan
selanjutnya.
38
35
Sondang P. Siagian; Filsafat Administrasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 52
36
Schuler dan Jackson; Ilmu Administrai Publik, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, Hal : 45
37
T. Hani Handoko, Management, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta, 1990, Hal : 150
38
Pada dasarnya terdapat tiga alasan mengapa penentuan tujuan dapat
mempengaruhi kinerja pegawai, antara lain : 39
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
1). Bahwa penentuan tujuan mempunyai dampak mengarahkan, yaitu
memfokuskan aktifitas dalam arah tertentu ketimbang pada arah yang
lain.
2). Orang-orang cenderung untuk menggunakan upaya secara
proporsional terhadap kesulitan tujuan disebabkan oleh tujuan-tujuan
yang telah diterima.
3). Tujuan-tujuan yang sulit akan menghasilkan ketekunan dibandingkan
tujuan-tujuan yang mudah.
40
Dengan adanya pengertian kinerja, maka tujuannya tidak lain adalah guna
meningkatkan usaha-usaha organisasi. Dengan adanya program ini maka akan
didapat produksi yang meningkat, biaya menjadi rendah, kualitas menjadi tinggi, Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan realiti (knowledge and skill).
Faktor motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang
terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
39
Malayu Hasibuan, Management Sumber Daya Manusia, Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, Hal : 75
40
waktu proses menjadi pendek dan pengaruhnya pada tingkat kebutuhan
masyarakat luas yang akan mengalami perubahan.
C. Peranan Administrasi Kepegawaian dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai
Administrasi kepegawaian dalam instansi pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari kegiatan administrasi secara keseluruhan. Bahkan administrasi
kepegawaian ini merupakan salah satu unsur sifat administrasi tersebut. Sebagai
salah satu unsur sifat administrasi kepegawaian masih tetap administrasi hanya
saja sasaran kegiatannya ialah tenaga kerja manusia. Lingkup kegiatan dari
administrasi kepegawaian ini antara lain penempatan, pengembangan dan
pemberhentian tenaga kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian sasaran dan
lingkup kegiatan administrasi kepegawaian adalah pegawai itu sendiri dengan
dimulai dari saat penerimaan sampai dengan pemberhentiannya.
Sedangkan kinerja adalah merupakan suatu ukuran yang menggambarkan
apakah pegawai tersebut telah melaksanakan syarat dan tata tertib (peraturan)
yang telah ditetapkan oleh kantor tempat ia bekerja. Kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Jadi, administrasi kepegawaian sungat besar peranannya dalam
bahwa administrasi kepegawaian sangat erat sekali kaitannya dalam mendapatkan
pegawai yang mempunyai/memiliki kinerja yang baik.
Hal tersebut diatas dapat dilihat, dari tujuan administrasi kepegawaian itu
sendiri, dimana salah satu tujuan dari administrasi kepegawaian adalah
menggunakan sumber tenaga kerja yang ada secara efektif dan mengusahakan
agar pengembangan individu-individu sebagai pegawai dalam organisasi dapat
dijalankan dengan maksimal. Sehingga dengan adanya penerapan administrasi
kepegawaian yang baik maka diharapakan kinerja pegawai dalam suatu organisasi
dandapat dimaksimalkan.
D. Analisis Hasil Penelitian a. Penyajian Data
Untuk memperoleh gambaran tentang responden yang akan dijadikan
sampel dalam penelitian ini, terlebih dahulu penulis akan menyajikan identitas
pegawai di Kantor Kecamatan Lotu. Hal ini diperlukan untuk membantu penulis
dalam memahami variabel-variabel yang akan diteliti, yang khususnya dalam
pembahasan dan penarikan kesimpulan dalam penelitian.
Dengan jumlah responden 31 orang dan dari data yang telah diisi oleh
responden dan keseluruhannya kembali semua. Data-data yang dikumpulkan dari
1. Menurut Jenis Kelamin
Tabel 1.1.
DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 21 67,74%
Perempuan 10 32,26%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa di kantor Kecamatan Lotu
pegawai yang berjenis kelamin laki-laki yang terbanyak (dominan) yaitu
berjumlah 21 orang (67,74%), sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 10
orang (32,26%), diharapkan dengan perbedaan jumlah pegawai, dimana jenis
kelamin laki-laki lebih banyak dari jenis kelamin perempuan, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja dan dapat bekerja dengan baik.
2. Berdasarkan Umur
Tabel 1.2.
DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT UMUR
Umur Frekuensi Persentase
< 20 Tahun 0 0%
Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di kantor Kecamatan Lotu
berjumlah 12 orang (38,71%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dikantor
Kecamatan Lotu mempunyai rata-rata masih dalam usia produktif, sehingga baik
segi fisik maupun mental dan pikiran dapat meningkatkan pekerjaan.
3. Berdasarkan Golongan
Tabel 1.3.
DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT PANGKAT/GOLONGAN
Pangkat/Golongan Frekuensi Persentase
Ia-Id 0 0%
IIa-IId 22 70,97%
IIIa-IIId 9 29,03%
IVa-IVd 0 0%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di kantor Kecamatan Lotu,
pegawai yang golongan (IIa-IId) merupakan yang terbanyak (dominan) yaitu
berjumlah 22 orang (70,97%).
4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 1.4.
DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
SLTP/Sederajat 0 0%
SLTA/Sederajat 20 64,52%
Diploma (D1,D2,D3) 2 6,45%
Sarjana (S1,S2,S3) 9 29,03%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009
Berdasarkan tabel, memperlihatkan sebagian besar responden masih
sangat mendukung dalam melaksanakan tugas mulai dari perencanaan kerja
hingga tercapainya hasil kerja yang maksimal bagi pegawai kantor Kecamatan
Lotu, khususnya dibidang administrasi kepegawaian.
b. Pembahasan Analisis Data
Dalam pembahasan analisa data hasil penelitian yang berjudul Peranan
Administrasi Kepegawaian Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor
Kecamatan Lotu Kabupaten Nias Utara, akan disajikan data dalam bentuk tabel
tabulasi data kuantitatif serta dalam bentuk persentase dan untuk menguji nilai
kebenaran hipotesis yang diajukan peneliti dengan menggunakan rumus korelasi
product moment.
Melalui penyebaran angket untuk variabel bebas (X) Administrasi
Kepegawaian berjumlah 20 pertanyaan dan untuk variabel terikat (Y) Kinerja
Pegawai sebanyak 20 pertanyaan sesuai dengan data yang terkumpul yang akan
disajikan dalam bentuk tabel-tabel sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X) Administrasi Kepegawaian
a. Penerimaan Pegawai
TABEL 1.5
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DI LINGKUNGAN TEMPAT BAPAK/IBU BEKERJA, APAKAH PENERIMAAN PEGAWAI
SESUAI DENGAN KEBUTUHAN ATAU BERDASARKAN PADA KEMAMPUAN/KEAHLIAN SESEORANG DIBIDANG TERTENTU
Jawaban Frekuensi Persentase
Sesuai 14 45,16%
Kadang-kadang 16 51,61%
Tidak ada 1 3,23%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban di atas dapat diketahui bahwa dari 31 responden yang
menjawab sesuai sebanyak 14 orang (45,16%), yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 16 orang (51,61%), dan yang menjawab tidak sesuai sebanyak 1 orang
(3,23%).
Hal ini menunjukkan bahwa pegawai dikantor Kecamatan Lotu belum
sepenuhnya melaksanakan penerimaan pegawai sesuai dengan kebutuhan atau
berdasarkan kemampuan/keahlian seseorang dibidang tertentu.
TABEL 1.6
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PENERIMAAN PEGAWAI SEBAIKNYA DILAKSANAKAN BERDASARKAN PADA KEKURANGAN JUMLAH PEGAWAI
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 28 90,32%
Kadang-kadang 3 9,68%
Tidak - -
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 2
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu
pegawai lebih dominan menjawab (ya) sebanyak 28 orang (90,32%). Hal ini
menunjukkan bahwa penerimaan pegawai sebaiknya dilaksanakan berdasarkan
TABEL 1.7
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SETIAP PEGAWAI YANG DITERIMA BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA
BAPAK/IBU LANGSUNG MENGERJAKAN PEKERJAANNYA TERLEBIH DAHULU TANPA PERLU ADANYA PELATIHAN KERJA
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 15 48,31%
Kadang-kadang 13 41,93%
Tidak 3 9,68%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 3
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) sebanyak 15 orang (48,31%). Hal ini
menunjukkan bahwa setiap pegawai yang diterima langsung mengerjakan
pekerjaannya lebih dahulu tanpa ada pelatihan kerja.
TABEL 1.8
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PENERIMAAN PEGAWAI SELAMA INI TELAH MEMENUHI KEKURANGAN JUMLAH PEGAWAI DI LINGKUNGAN KERJA
BAPAK/IBU
Jawaban Frekuensi Persentase
Telah memenuhi 3 9,68%
Kurang memenuhi 20 64,51%
Tidak memenuhi 8 25,81%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 4
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu,
pegawai lebih dominan menjawab (kurang memenuhi) sebanyak 20 orang
(64,51%). Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pegawai yang telah
TABEL 1.9
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI SETIAP PELAKSANAAN PENERIMAAN PEGAWAI, APAKAH LINGKUNGAN
KERJA BAPAK/IBU JUGA IKUT MENERIMA/MEMBUTUHKAN PEGAWAI DIBIDANG TERTENTU
Jawaban Frekuensi Persentase
Ikut menerima 14 45,16%
Kadang-kadang 11 35,48%
Tidak 6 19,35%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 5
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu,
pegawai lebih dominan menjawab (ikut menerima) yaitu sebanyak 14 orang
(45,16%). Hal ini menunjukkan bahwa setiap pelaksanaan penerimaan pegawai
Kantor Kecamatan Lotu ikut menerima/membutuhkan pegawai dibidang tertentu.
TABEL 1.10
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI DILINGKUNGAN KERJA BAPAK/IBU DIRASAKAN PERLU DALAM MENINGKATKAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN KANTOR
Jawaban Frekuensi Persentase
Perlu 16 51,61%
Kurang perlu 12 38,71%
Tidak perlu 3 9,68%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 6
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) sebanyak 16 orang (51,61%). Hal
pelaksanaan pengembangan pegawai dalam meningkatkan pelaksanaan
pekerjaan/tugasnya.
TABEL 1.11
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH MENURUT BAPAK/IBU, PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI TELAH DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
KERJA ATAUPUN ATURAN KERJA YANG ADA
Jawaban Frekuensi Persentase
Telah dilaksanakan 11 35,49%
Kadang-kadang 20 64,51%
Belum dilaksanakan - -
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 7
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 20
orang (64,51%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa belum sepenuhnya dilaksanakan upaya pengembangan pegawai sesuai
dengan kebutuhan kerja ataupun aturan kerja yang ada.
TABEL 1.12
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH DENGAN ADANYA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI,
BAPAK/IBU MENYELESAIKAN PEKERJAAN SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG ADA
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 17 54,84%
Kadang-kadang 12 38,71%
Tidak 2 6,45%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) yaitu sebanyak 17 orang
(54,84%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa perlu adanya pelaksanaan pengembangan pegawai untuk menyelesaikan
setiap pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang ada.
TABEL 1.13
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI SEBAIKNYA DILAKSANAKAN KEPADA SETIAP PEGAWAI YANG BARU
DITERIMA BEKERJA
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 16 51,61%
Kadang-kadang 9 29,04%
Tidak 6 19,35%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 9
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 16 orang (51,61%).
Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa perlu
pelaksanaan pengembangan pegawai dilaksanakan kepada setiap pegawai yang
diterima bekerja untuk meningkatkan kinerja pegawai.
TABEL 1.14
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI TELAH DILAKSANAKAN SECARA MERATA TERHADAP SETIAP
PEGAWAI DILINGKUNGAN KERJA BAPAK/IBU
Jawaban Frekuensi Persentase
Telah terlaksana 4 12,90%
Masih belum terlaksana 18 58,06%
Belum terlaksana 9 29,04%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (masih belum terlaksana) sebanyak 18
orang (58,06%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa belum sepenuhnya dilaksanakan pengembangan pegawai secara merata
terhadap setiap pegawai.
b. Pemberian Balas Jasa
TABEL 1.15
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH BALAS JASA BERDASARKAN PADA JENIS PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN SERTA TANGGUNG JAWAB YANG DIEMBAN
Jawaban Frekuensi Persentase
Perlu 21 67,74%
Kadang-kadang 8 25,81%
Tidak 2 6,45%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 11
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) yaitu sebanyak 21 orang
(67,74%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa perlu adanya pemberian balas jasa berdasarkan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan serta tanggung jawab yang diemban.
TABEL 1.16
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN BALAS JASA DITEMPAT BAPAK/IBU BEKERJA TELAH
SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG ADA/BERLAKU
Jawaban Frekuensi Persentase
Telah sesuai 14 45,16%
Kurang sesuai 12 38,71%
Tidak sesuai 5 16,13%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (telah sesuai) yaitu sebanyak 14 orang
(45,16%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
pemberian balas jasa di lingkungan kerjanya telah sesuai dengan ketentuan yang
ada/berlaku.
TABEL 1.17
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DENGAN ADANYA PEMBERIAN BALAS JASA YANG MEMADAI, BAPAK/IBU AKAN
LEBIH GIAT DALAM MELAKSANAKAN SETIAP TUGAS DAN PEKERJAAN KANTOR
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 31 100%
Kadang-kadang - -
Tidak - -
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 13
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 31 orang (100,00%).
Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa bahwa
dengan adanya pemberian balas jasa yang memadai akan memberikan semangat
kerja yang lebih giat dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan kantor.
TABEL 1.18
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SELAMA INI PEMBERIAN BALAS JASA YANG BAPAK/IBU TERIMA
TELAH SESUAI DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN DAN DAPAT MENCUKUPI KEBUTUHAN
Jawaban Frekuensi Persentase
Telah sesuai 5 16,13%
Kurang sesuai 16 51,61%
Tidak sesuai 10 32,26%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kurang sesuai) yaitu sebanyak 16 orang
(51,61%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
pemberian balas jasa sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan dan kurang
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
TABEL 1.19
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN BALAS JASA YANG DIBERIKAN PADA BAPAK/IBU
SETIAP TAHUNNYA MENGALAMI PENINGKATAN
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 9 29,04%
Kadang-kadang 16 51,61%
Tidak meningkat 6 9,35%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 15
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 16
orang (51,61%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
rata-rata tidak sepenuhnya mengalami peningkatan pemberian balas jasa dalam
c. Pemberhentian Pegawai
TABEL 1.20
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH BAPAK/IBU MERASA DENGAN ADANYA PEMBERIAN PERINGATAN
PEMBERHENTIAN KERJA KEPADA SETIAP PEGAWAI YANG MELANGGAR ATURAN KERJA DAPAT MENINGKATKAN KINERJA
SETIAP PEGAWAI
Jawaban Frekuensi Persentase
Perlu 9 29,04%
Kadang-kadang 18 58,06%
Tidak 4 12,90%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 16
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 18
orang (58,06%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa tidak sepenuhnya yakin dengan adanya pemberian surat peringatan
pemberhentian kerja kepada setiap pegawai yang melanggar aturan kerja dapat
meningkatkan kinerja setiap pegawai.
TABEL 1.21
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SETIAP PEGAWAI YANG TIDAK MELAKSANAKAN TUGAS DAN PEKERJAANNYA DENGAN BAIK PERLU DIBERIKAN PERINGATAN
PEMBERHENTIAN KERJA
Jawaban Frekuensi Persentase
Perlu 23 74,19%
Kurang perlu 6 19,36%
Tidak perlu 2 6,45%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) yaitu sebanyak 23 orang
(74,19%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa
perlu diberikannya peringatan pemberhentian kerja kepada setiap pegawai yang
tidak melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik.
TABEL 1.22
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN PERINGATAN PEMBERHENTIAN KERJA SEBAIKNYA
DILAKSANAKAN SECARA LANGSUNG TANPA ADANYA PENDEKATAN SECARA LISAN TERLEBIH DAHULU
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 10 32,26%
Kadang-kadang 16 51,61%
Tidak 5 16,13%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 18
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 16
orang (51,61%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa kurang setuju apabila pemberian peringatan pemberhentian kerja
dilaksanakan secara langsung tanpa adanya pendekatan secara lisan terlebih
TABEL 1.23
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SELAMA INI PEMBERIAN PERINGATAN PEMBERHENTIAN KERJA
PERNAH DILAKSANAKAN DI LINGKUNGAN KERJA BAPAK/IBU
Jawaban Frekuensi Persentase
Pernah 2 6,45%
Kadang-kadang 21 67,74%
Tidak pernah 8 25,81%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 19
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21
orang (67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
TABEL 1.24
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN PERINGATAN PEMBERHENTIAN KERJA DAPAT
MEMBERIKAN DAMPAK ATAUPUN EFEK JERA TERHADAP SETIAP PEGAWAI YANG MELANGGAR ATURAN KERJA
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 10 32,26%
Kadang-kadang 21 67,74%
Tidak - -
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 20
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21
orang (67,71%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
tidak sepenuhnya merasa yakin dengan adanya peringatan pemberhentian kerja
dapat memberikan dampak ataupun efek jera terhadap setiap pegawai yang
melanggar aturan kerja.
2. Variabel Terikat (Y) Kinerja Pegawai
a. Perencanaan Kerja
TABEL 1.25
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PERENCANAAN KERJA YANG DILAKSANAKAN SELAMA INI TELAH SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG ADA DAN TEPAT
PADA SASARAN YANG DIKEHENDAKI
Jawaban Frekuensi Persentase
Telah sesuai 11 35,48%
Kurang sesuai 19 61,29%
Tidak sesuai 1 3,23%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kurang sesuai) yaitu sebanyak 19 orang
(61,29%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa
belum sepenuhnya perencanaan kerja selama ini dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang ada dan tepat pada sasaran yang dikehendaki.
TABEL 1.26
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH DALAM MENCAPAI SASARAN ATAU TUJUAN KERJA MEMERLUKAN ADANYA SUATU PERENCANAAN KERJA
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 11 35,48%
Kadang-kadang 15 48,39%
Tidak 5 16,13%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 22
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 15
orang (48,39%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa tidak sepenuhnya perencanaan kerja diperlukan dalam mencapai sasaran
ataupun tujuan kerja.
TABEL 1.27
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DALAM SETIAP PEKERJAAN YANG BAPAK/IBU LAKSANAKAN, APAKAH MEMERLUKAN ADANYA SUATU PERENCANAAN KERJA
YANG JELAS DAN AKURAT
Jawaban Frekuensi Persentase
Perlu 9 29,03%
Kurang perlu 14 45,16%
Tidak perlu 8 25,81%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kurang perlu) yaitu sebanyak 14 orang
(45,16%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa
tidak sepenuhnya setiap pekerjaan yang dilaksanakan memerlukan adanya suatu
perencanaan kerja yang jelas dan akurat.
TABEL 1.28
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI MENURUT BAPAK/IBU, DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN KERJA SEBAIKNYA MELIBATKAN ATASAN DENGAN BAWAHAN
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 21 67,74%
Kadang-kadang 8 25,81%
Tidak 2 6,45%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 24
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 21 orang (67,74%),
hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dalam
setiap perencanaan kerja perlu melibatkan atasan dengan bawahan.
TABEL 1.29
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PERENCANAAN KERJA MEMERLUKAN DATA DAN INFORMASI
YANG MEMADAI
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 26 83,87%
Kadang-kadang 5 16,13%
Tidak - -
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 26 orang (83,87%),
hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu lebih dominan
menjawab perlu adanya data dan informasi yang memadai dalam penyusunan
suatu perencanaan.
b. Hasil Kerja
TABEL 1.30
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SETIAP PEKERJAAN YANG DILAKUKAN DAPAT MENCAPAI
HASIL KERJA SESUAI DENGAN YANG DIINGINKAN
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 7 22,58%
Kadang-kadang 21 67,74%
Tidak 3 9,68%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 26
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21
orang (67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa tidak sepenuhnya setiap pekerjaan yang dilaksanakan dapat mencapai
hasil kerja sesuai dengan yang diinginkan.
TABEL 1.31
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH HASIL KERJA MERUPAKAN PATOKAN ATAU SASARAN KERJA YANG HARUS DICAPAI DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN KANTOR
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 9 29,03%
Kadang-kadang 21 67,74%
Tidak 1 3,23%
Jumlah 31 100,00%
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21
orang (67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa tidak sepenuhnya hasil kerja merupakan patokan atau sasaran kerja yang
harus dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan kantor.
TABEL 1.32
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEKERJAAN YANG BAPAK/IBU LAKUKAN DENGAN WAKTU YANG DITENTUKAN AKAN MEMPUNYAI HASIL KERJA YANG MAKSIMAL
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 5 16,13%
Kadang-kadang 18 58,06%
Tidak 8 25,81%
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 28
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 18
orang (58,06%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
tidak sepenuhnya mempunyai hasil kerja yang maksimal untuk menyelesaikan
TABEL 1.33
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DENGAN TERSEDIANYA SARANA DAN PRASARANA YANG LEBIH BAIK,
APAKAH AKAN MEMPENGARUHI BAPAK/IBU DALAM PENCAPAIAN HASIL KERJA YANG DIINGINKAN
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 31 100,00%
Kadang-kadang - -
Tidak - -
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 29
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 31
orang (100,00%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu
merasa dengan tersedianya sarana dan prasarana yang lebih baik akan
mempengaruhi dalam pencapaian hasil kerja yang diinginkan.
TABEL 1.34
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DALAM PENCAPAIAN HASIL KERJA YANG MEMADAI, APAKAH BAPAK/IBU
MEMERLUKAN WAKTU YANG LAMA DALAM MENYELESAIKAN SETIAP PEKERJAAN
Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 19 61,29%
Kadang-kadang 12 38,71%
Tidak - -
Jumlah 31 100,00%
Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 30
Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan
Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 19 orang (61,29%),