FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA
MINAT IBU MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI AKDR
DI DESA KEDAI DAMAR KECAMATAN TEBING TINGGI
SKRIPSI
OlehNova Winda BR Saragih 071101031
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
berkat, hikmat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu
Menggunakan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing
Tinggi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk
menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu
Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu
dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS dan Ibu Ellyta Aizar, S.Kp selaku dosen penguji yang
dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi
ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf yang
5. Bapak Musa Khalik Nasution selaku Kepala Desa Kedai Damar Kecamatan
Tebing Tinggi yang telah memberikan izin penelitian.
6. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian
berlangsung.
7. Teristimewa kepada orang tuaku tercinta Bapak T. Saragih dan Ibu M. Sinaga
AMPd yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi, memberikan
semangat, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakakku Lidya Veronita
Saragih S.Pd dan Abangku Chandra Thomas Saragih yang juga telah mendoakan
dan mendukung penulis.
8. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
khusunya stambuk 2007 (July, Lelo, Lina, Tiwi, Septian, Novri, Mei, Monica,
K’Ruth, Ira) dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang
selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahan, menemani, menghibur,
dan memberikan semangat kepada penulis. Terimakasih buat kebersamaan kita
selama empat tahun.
9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu
per satu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi
ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Program Keluarga Berencan ... 7
1.1Defenisi KB ... 7
1.2Tujuan KB ... 7
1.3Sasaran Program KB ... 8
2. Kontrasepsi... 8
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan AKDR . 15 BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 21
2. Defenisi operasional ... 22
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 24
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 25
5. Instrumen Penelitian ... 27
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29
7. Pengumpulan Data... 30
8. Analisa Data ... 31
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 33
2. Pembahasan ... 36
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
Lampiran-Lampiran 1. Informed Consent ... 51
2. Instrumen Penelitian ... 52
3. Uji Reliabilitas... 57
4. Jadwal Tentatif Penelitian ... 59
5. Analisa Data ... 60
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 22 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 32 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor
Tingkat Pengetahuan ... 33
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Efek
Samping ... 34
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap ... 34 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Menggunakan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi
Nama : Nova Winda BR Saragih
NIM : 071101031
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). AKDR merupakan metode kontrasepsi yang reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun), dan merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2011 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 47 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia di atas 35 tahun (61,7%), berpendidikan SMA (61,7%), mempunyai 1-2 orang anak (51,1%), memiliki pengetahuan yang kurang tentang AKDR (80,9%), menyatakan bahwa efek samping merupakan salah satu faktor yang menyebabkan responden tidak menggunakan AKDR (59,6%), bersikap negatif terhadap AKDR (57,4%), dan tidak diberi dukungan oleh petugas KB untuk menggunakan AKDR (72,3%). Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas. Bagi pelayan kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang AKDR termasuk rumor atau mitos negatif tentang AKDR kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap AKDR dan bersedia menggunakan AKDR sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.
Title : Factors Affecting The Low Mother’s Interest Using IUD as Contraceptive Method at Kedai Damar Village Tebing Tinggi District
Name : Nova Winda BR Saragih
NIM : 071101031
Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2011
Abstract
There are various options of contraception, one of them is an intrauterine device (IUD). The IUD is a reversible method of contraception, long-term (can be up to 10 years), and very effective. This study aims to describe the factors that influence low interest mothers using the IUD contraceptive method in Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi. The research was conducted in January-February 2011 by using descriptive research design. The number of samples in this study are 47 people. Sampling is done using simple random sampling technique. The results showed that the majority of respondents aged over 35 years (61.7%), high school educated (61.7%), had 1-2 children (51.1%), have less knowledge about the IUD (80.9 %), suggesting that the side effects is one of the factors that lead respondents not using the IUD (59.6%), negative attitude to the IUD (57.4%), and are not given support by family planning officials to use the IUD (72.3% ). For educational institutions, is expected the results of this study may be additional information relating to factors affecting low interest mothers using the IUD contraceptive methods that contribute to the subject of maternity. For health care, is expected to provide complete information about the IUD, including negative rumors or myths about the IUD to family planning participants so they have a good knowledge of and attitudes to the IUD and willing to use the IUD as long-term, effective, and efficient contraceptives. For further research, it is advisable to conduct further research about the the analysis of the factors that influence low interest mothers using the IUD and should consider the use of interview techniques in data collection in order to obtain more accurate data.
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Menggunakan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi
Nama : Nova Winda BR Saragih
NIM : 071101031
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). AKDR merupakan metode kontrasepsi yang reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun), dan merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2011 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 47 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia di atas 35 tahun (61,7%), berpendidikan SMA (61,7%), mempunyai 1-2 orang anak (51,1%), memiliki pengetahuan yang kurang tentang AKDR (80,9%), menyatakan bahwa efek samping merupakan salah satu faktor yang menyebabkan responden tidak menggunakan AKDR (59,6%), bersikap negatif terhadap AKDR (57,4%), dan tidak diberi dukungan oleh petugas KB untuk menggunakan AKDR (72,3%). Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas. Bagi pelayan kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang AKDR termasuk rumor atau mitos negatif tentang AKDR kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap AKDR dan bersedia menggunakan AKDR sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.
Title : Factors Affecting The Low Mother’s Interest Using IUD as Contraceptive Method at Kedai Damar Village Tebing Tinggi District
Name : Nova Winda BR Saragih
NIM : 071101031
Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2011
Abstract
There are various options of contraception, one of them is an intrauterine device (IUD). The IUD is a reversible method of contraception, long-term (can be up to 10 years), and very effective. This study aims to describe the factors that influence low interest mothers using the IUD contraceptive method in Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi. The research was conducted in January-February 2011 by using descriptive research design. The number of samples in this study are 47 people. Sampling is done using simple random sampling technique. The results showed that the majority of respondents aged over 35 years (61.7%), high school educated (61.7%), had 1-2 children (51.1%), have less knowledge about the IUD (80.9 %), suggesting that the side effects is one of the factors that lead respondents not using the IUD (59.6%), negative attitude to the IUD (57.4%), and are not given support by family planning officials to use the IUD (72.3% ). For educational institutions, is expected the results of this study may be additional information relating to factors affecting low interest mothers using the IUD contraceptive methods that contribute to the subject of maternity. For health care, is expected to provide complete information about the IUD, including negative rumors or myths about the IUD to family planning participants so they have a good knowledge of and attitudes to the IUD and willing to use the IUD as long-term, effective, and efficient contraceptives. For further research, it is advisable to conduct further research about the the analysis of the factors that influence low interest mothers using the IUD and should consider the use of interview techniques in data collection in order to obtain more accurate data.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini
merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang
berkembang seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di dunia ini.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit
bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga
negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju
pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu
Program Keluarga Berencana (KB) Nasional (BKKBN, 2008).
Program KB Nasional merupakan program pembangunan sosial dasar yang
sangat penting artinya bagi pembangunan nasional dan kemajuan bangsa.
Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa KB adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (BKKBN, 2008).
KB dalam kesehatan reproduksi berperan untuk menunjang tercapainya
kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam
keadaan dan saat yang tepat akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Selain itu juga berperan dalam menurunkan risiko kematian ibu
melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan melalui pendewasaan usia
Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang
kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan,
oleh karena itu program KB memiliki posisi strategis dalam upaya pengendalian laju
pertumbuhan penduduk. Namun, pada kenyataannya masih banyak pasangan usia
subur (PUS) yang belum menjadi peserta KB (Suratun dkk, 2008). Secara umum
faktor-faktor yang menyebabkan PUS tidak menjadi peserta KB adalah pelayanan
KB yang masih kurang berkualitas, keterbatasan alat kontrasepsi, penyampaian
konseling maupun KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) belum dilaksanakan
dengan baik, hambatan budaya, kelompok wanita yang sudah tidak ingin anak lagi
tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need), dan kelompok hard core
yaitu kelompok wanita yang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi baik pada saat
ini maupun pada waktu yang akan datang (Pinem, 2009).
Jumlah peserta KB aktif di Indonesia pada tahun 2007 adalah 6,5 juta orang.
Metode kontrasepsi yang paling banyak adalah suntik (34%), yang berikutnya adalah
pil (18%), dan implan/susuk (6%), sementara AKDR (4%) berada di urutan keempat
(BKKBN, 2008). Jumlah peserta KB aktif di Sumatera Utara pada tahun 2007 adalah
1.107.634 orang. Metode kontrasepsi yang paling banyak adalah pil (36,09%), yang
berikutnya adalah suntik (33,88%), sementara AKDR (10,37%) berada di urutan
ketiga (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2007), sedangkan jumlah peserta KB aktif
di Tebing Tinggi pada tahun 2007 adalah 16.553 orang. Metode kontrasepsi yang
paling banyak adalah suntik (37,28%), yang berikutnya adalah pil (36,84%), dan
implan (9,58%), sementara AKDR (5,25% ) berada di urutan keempat (Dinas
AKDR merupakan metode kontrasepsi yang reversibel, berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun, tidak perlu diganti), dan merupakan metode kontrasepsi
yang sangat efektif dengan 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam satu tahun
pertama, atau 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Pinem, 2009). Menurut hasil
penelitian Brambila C dan Taracena B (2003), rendahnya penggunaan AKDR
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang AKDR dan kurangnya
informasi yang diberikan pelayanan kesehatan tentang AKDR, sedangkan menurut
hasil penelitian Bradley, et al (2007) rendahnya penggunaan AKDR dipengaruhi oleh
efek samping dari AKDR tersebut, yaitu perubahan yang cukup besar pada durasi
dan intensitas menstruasi.
Berdasakan data yang diperoleh dari Kepala Desa Kedai Damar Kecamatan
Tebing Tinggi, jumlah peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi AKDR
pada tahun 2009 juga masih sedikit, hanya 25 orang dari 187 ibu yang menggunakan
alat kontrasepsi, 207 peserta KB aktif dan 625 PUS. Dari hasil survey pendahuluan
yang dilakukan peneliti terhadap sepuluh orang ibu di Desa Kedai Damar Kecamatan
Tebing Tinggi, ditemukan bahwa tiga orang ibu mengatakan tidak mau
menggunakan AKDR karena takut pada saat pemasangan, tiga orang ibu mengatakan
takut menggunakan AKDR karena mendengar rumor yang beredar di masyarakat
tentang AKDR bahwa AKDR dapat tertanam di dalam rahim dan dapat
menyebabkan kanker, dua orang ibu merasa tidak cocok menggunakan AKDR
karena ibu tetap hamil pada saat menggunakan AKDR, satu orang ibu tidak tahu
bahwa ada jenis metode kontrasepsi AKDR, dan satu orang ibu mengatakan tidak
mau menggunakan AKDR karena takut atau khawatir AKDR dapat terlepas atau
tidak mau menggunakan AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi.
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode
kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang hendak dikaji adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode
kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi.
3. Tujuan Penelitian
3.1Tujuan Umum
Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu
menggunakan metode kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan
Tebing Tinggi.
3.2Tujuan Khusus
a. Menggambarkan faktor umur responden sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi
AKDR
b. Menggambarkan faktor tingkat pendidikan responden sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi
c. Menggambarkan faktor jumlah anak responden sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi
AKDR
d. Menggambarkan faktor tingkat pengetahuan responden sebagai faktor
yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode
kontrasepsi AKDR
e. Menggambarkan faktor efek samping metode kontrasepsi AKDR sebagai
faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode
kontrasepsi AKDR
f. Menggambarkan faktor sikap responden sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi
AKDR
g. Menggambarkan faktor dukungan petugas KB sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi
AKDR
4. Manfaat Penelitian
4.1Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR yang
berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas.
4.2Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi petugas (provider) kesehatan dalam rangka
meningkatkan pelayanan KB khususnya pelayanan kontrasepsi AKDR demi
4.3Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai sumber data atau masukan bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Program Keluarga Berencana (KB)
1.1Defenisi KB
Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 Pasal 1 ayat 12 menyatakan
bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera (BKKBN, 2008).
1.2Tujuan KB
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki beberapa tujuan.
Adapun tujuannya yaitu tujuan demografi (mencegah terjadinya ledakan
penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk), mengatur kehamilan
dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan
menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan
kehamilan bila dirasakan anak telah cukup, mengobati kemandulan atau
infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum
juga mempunyai keturunan, sebagai married conseling atau nasehat perkawinan
bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan
akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas, tercapainya NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas
1.3Sasaran Program KB
Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah
bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang
mesti digarap untuk mencapai target tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu
sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung dari program KB
adalah pasangan usia subur (PUS) yakni pasangan yang wanitanya berusia antara
15 - 49 tahun karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.
Sasaran tidak langsung dari program KB adalah kelompok remaja usia 15-19
tahun, organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah
maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan
dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun dkk, 2008).
2. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan
antara sel telur dengan sel sperma (Hartanto H, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi adalah :
1) Faktor pasangan : usia, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang
diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan, dan
2) Faktor kesehatan : kontraindikasi absolute atau relative, status kesehatan, riwayat
haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul.
3) Faktor metode kontrasepsi : penerimaan dan pemakaian berkesinambungan
dipandang dari pihak calon akseptor dan pihak medis (petugas KB), efektifitas,
efek samping minor, kerugian, biaya, dan komplikasi potensial (Pinem S, 2009).
Ada berbagai jenis metode kontrasepsi, salah satunya adalah Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR). AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethylene).
Jenis-jenis AKDR yang beredar adalah :
1) IUD Generasi pertama disebut Lippesloop, berbentuk spiral atau huruf S ganda,
terbuat dari plastik (poyethyline)
2) IUD Generasi kedua adalah Cu T200 B (berbentuk T yang batangnya dililit
tembaga (Cu) dengan kandungan tembaga), Cu7 (berbentuk angka 7 yang
batangnya dililit tembaga), dan ML Cu 250 (berbentuk 3/3 lingkaran elips yang
bergerigi yang batangnya dililit tembaga)
3) IUD Generasi ketiga adalah Cu T 380 A (berbentuk huruf T dengan lilitan
tembaga yang lebih banyak dan perak), MI Cu 375 (batangnya dililit tembaga
berlapis perak), dan Nova T Cu 200 A (batang dan lengannya dililit tembaga)
4) IUD Generasi keempat adalah Ginefix (AKDR tanpa rangka) yang terdiri dari
Lippes Loop
Lippes Loop terbuat dari bahan plastik (poyethyline), berbentuk spiral, dan
pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque
pada pemeriksaan dengan sinar-x (Speroff L & Darney P, 2003).
Multiload 375
Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai 375 mm2
kawat halus tembaga yang membalut batang vertikalnya. Bagian lengannya didesain
sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya ekspulsi.
Multiload 375 merupakan alat yang popular di banyak bagian dunia (Speroff L &
Darney P, 2003).
Cu T 380 A
Cu T 380 A adalah alat berbentuk T, dengan kerangka polietilen yang
memiliki 380 mm2 daerah permukaaan tembaga yang terpajan. Kawat tembaga
elektronik murni yang mengelilingi batang 36 mm ini memiliki berat 176 mg, dan
bungkus-lengan pada lengan horizontal memiliki berat 66,5 mg. Sebuah
monofilament polietilen diikat menembus bola 3 mm yang terdapat pada batang,
menghasilkan dua benang putih untuk deteksi dan pengangkatan. Bola pada bagian
bawah batang membantu mengurangu resiko perforasi serviks (Speroff L & Darney
Nova – T
Nova-T mengandung 200 mm2 tembaga, mempunyai inti perak pada kawat
tembaganya, lengan yang fleksibel, dan sebuah lengkung besar yang juga fleksibel
pada ujung bawah guna menghindari cedera jaringan serviks (Speroff L & Darney P,
2003).
Ginefix (AKDR tanpa rangka)
Ginefix dirancang sebagai usaha untuk mengurangi efek samping yang sering
ditimbulkan oleh AKDR tembaga berkerangka. Ginefix terdiri dari benang
polipropilen monofilamen yang tidak terurai secara hayati dan enam butir tembaga
yang seluruhnya membentuk luas permukaan 330 mm2. Butir atas dan bawah
dilekatkan ke benang sehingga butir-butir yang lain tidak dapat bergerak. Sebuah
simpul di ujung atas filamen berfungsi sebagai jangkar yang ditanamkan ke
miometrium fundus. Juga telah dikembangkan sebuah versi dari alat ini dengan
simpul jangkar yang sedikit lebih besar untuk pemasangan segera setelah persalinan
atau aborsi (Glasier A & Gebbie A, 2005).
Cara kerja AKDR :
1) Meningkatkan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai
ke rahim, endometrium belum siap untuk menerima nidasi hasil konsepsi
2) Menimbulkan reaksi mikro infeksi, sehingga terjadi penumpukan sel darah
putih, yang melarutkan blastokista
Keuntungan AKDR
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif (0,6-0,8 kehamilan/
100 perempuan dalam 1 tahun pertama, atau 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan),
dapat efektif segera setelah pemasangan, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam
usia reproduksi, reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu
diganti), tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI, dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau setelah abortus bila tidak ada infeksi, dan membantu
mencegah kehamilan ektopik.
Kerugian/Keterbatasan AKDR
Efek samping yang umum terjadi adalah perubahan siklus haid (umumnya
pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih banyak dan
lama, perdarahan (spotting) antar menstruasi, dan saat haid lebih sakit. Komplikasi
lain adalah tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS,
sedikit nyeri dan perdarahan/spotting terjadi segera setelah pemasangan AKDR
(biasanya menghilang dalam 1-2 hari), dapat menyebabkan Penyakit Radang
Panggul (PRP), klien tidak dapat melepas sendiri AKDR ( harus dilepaskan oleh
petugas kesehatan terlatih), dan kemungkinan AKDR keluar dari uterus tanpa
diketahui klien (sering terjadi bila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).
Indikasi penggunaan AKDR
Usia reproduktif, yang mengingikan kontrasepsi jangka panjang, setelah
melahirkan dan menyusui ataupun tidak menyusui bayinya, setelah mengalami
metode hormonal, tidak menyukai harus minum pil setiap hari, dan yang tidak
menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari pasca persalinan.
Kontraindikasi penggunaan AKDR
Kemungkinan hamil atau sedang hamil, perdarahan vagina yang belum jelas
penyebabnya, sedang mengalami infeksi alat genital seperti vaginitis dan servisitis,
dalam 3 bulan terakhir sedang mengalami PRP atau abortus septik, kelainan bawaan
uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri,
penyakit trofoblast yang ganas, diketahui menderita TBC pelvik, kanker alat genital,
dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Waktu pemasangan AKDR
1) Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid
2) Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pasca persalinan. Setelah enam bulan bila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL)
3) Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) bila tidak
ditemukan gejala infeksi
4) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
Cara pemasangan AKDR
Setelah diberikan penjelasan bahwa pemasangan AKDR akan dilaksanakan,
maka akseptor dipersilahkan BAK terlebih dahulu kemudian dipersilahkan berbaring
belum/tidak bisa BAK, sebaiknya dianjurkan buang air kecil terlebih dahulu. Setelah
itu, pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan besar rahim dan bentuk rahim.
Kemudian spekulum dimasukkan, dinding vagina dan mulut rahim dibersihkan
dengan kapas desinfektan. Perhatikan apakah dinding vagina dan mulut rahim
terdapat kelainan atau tidak. Selanjutnya portio dibersihkan dengan larutan
antiseptik. Bibir dikaitkan dengan portio serviks dengan tenakulum tepat pada
sebelah atas portio. Kemudian sonde dimasukkan sesuai dengan arah rahim untuk
menentukan dalamnya rahim. Setelah itu, AKDR steril dipersiapkan dan dimasukkan
sesuai dengan arah dan dalamnya sonde. Terdapat dua cara untuk melepaskan AKDR
dari tabungnya. Cara pertama adalah dengan mendorong flunger (bagi tipe lippes
loop) sedangkan cara kedua adalah dengan menahan flunger penahan dan menarik
tabung kea rah pemasang AKDR (bagi AKDR generasi II atau III). Potong benang
jangan panjang dan jangan juga terlalu pendek agar tidak menyebabkan sakit pada
waktu senggama.
Cara pengeluaran AKDR
Sebelum menggunakan sarung tangan, petugas harus mencuci tangan terlebih
dahulu dengan sabun dan air mengalir, sementara akseptor dipersilahkan untuk BAK
terlebih dahulu dan membersihkan daerah genitalnya, kemudian dipersilahkan
berbaring di tempat periksa dalam posisi litotomi. Setelah itu, petugas membersihkan
bibir liang senggama, dinding liang senggama dan mulut rahim dengan
menggunakan kapas yang dibasahi cairan antiseptik. Kemudian pemeriksaan dalam
dilakukan untuk menentukan besar, bentuk, dan posisi rahim. Spekulum dimasukkan
rahim terlihat dengan baik. Selanjutnya serviks dibersihkan dengan larutan antiseptic
3x secara merata pada daerah serviks dan vagina. Identifikasi benang AKDR, jika
terlihat, jepit benang dengan porsep, kemudian tarik benang AKDR perlahan-lahan
ke arah bawah hingga keluar dari liang senggama. Bila terasa ada tahanan terlalu
kuat, cobalah lakukan manuver dengan menarik-narik secara halus benang tersebut.
Apabila benang tidak terlihat, maka sonde dimasukkan sesuai dengan posisi rahim
pada pemeriksaaan dalam. Setelah itu ukur dalam rahim dan putar gagang sonde
secara perlahan-lahan dalam bentuk lingkaran, benturan sonde dengan IUD akan
terasa bila IUD terdapat di dalam rahim. Kemudian tarik IUD keluar dengan
memakai IUD removel/Pengait IUD. Selanjutnya lepaskan speculum dan lakukan
desinfeksi daerah vagina. Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang
dengan bahan klorin 0,5% (Pinem, 2009).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan AKDR
a. Umur
Usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas
metode-metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai, remaja dan wanita
perimenopause perlu mendapat perhatian khusus (Wulansari & Hartanto, 2006).
AKDR kecil kemungkinannya menjadi metode kontrasepsi yang cocok
bagi remaja. Remaja cenderung memiliki hubungan yang lebih singkat, sehingga
lebih besar kemungkinannya memiliki banyak pasangan seksual selama rentang
usia suatu AKDR. Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun lebih besar
kemungkinannya terinfeksi oleh Chlamydia trachomatis daripada mereka yang
wanita berusia remaja, karena mereka biasanya nulipara dan rongga uterusnya
mungkin sempit (Glasier A & Gebbie A, 2005).
Menurut Hartanto (2004), AKDR kurang dianjurkan bagi ibu yang
berumur kurang dari 20 tahun dan belum mempunyai anak. Bagi ibu yang
berumur antara 20-30/35 tahun, segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan
untuk memakai AKDR sebagai pilihan utama, sedangkan bagi ibu yang berumur
diatas 35 tahun, penggunaan kontrasepsi spiral atau norplant merupakan pilihan
utama namun dalam kondisi darurat metode mantap dengan cara operasi
(sterilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral,
kondom, maupun pil dalam arti mencegah (Pinem S, 2009).
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang
berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha
pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga
Berencana (KB) karena pengetahuan tentang KB secara umum diajarkan pada
pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan, pendidikan
kesejahteraan keluarga dan kependudukan (Purwoko, 2000).
Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar
pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk
proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk
membatasi jumlah anaknya (Purwoko, 2000). Sebaliknya, semakin rendah tingkat
pendidikan maka akses terhadap informasi tentang KB khususnya KB IUD akan
berkurang sehingga pasangan suami istri akan kesulitan untuk mengambil
keputusan secara efektif, alat kontrasepsi yang mana akan dipilih (Winarni dkk,
2007).
c. Jumlah Anak
Jumlah anak hidup mempengaruhi pasangan usia subur dalam
menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan dengan
jumlah anak hidup masih sedikit, terdapat kecenderungan untuk menggunakan
metode kontrasepsi dengan efektivitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan
jumlah anak hidup banyak, terdapat kecenderungan menggunakan metode
kontrasepsi dengan efektivitas tinggi (Wulansari & Hartanto, 2006).
Pengguna AKDR dipengaruhi juga dengan jumlah anak dalam suatu
keluarga. Menurut Pinem S (2009), AKDR merupakan pilihan yang paling tidak
menarik untuk seorang wanita yang masih menginginkan anak di kemudian hari
sedangkan bagi pasangan usia subur 30 tahun keatas yang sudah memiliki anak
dan ingin menjarangkan kehamilannya biasanya lebih cenderung memilih
kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR (Amiranty, 2003).
d. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang
lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo,
2003).
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang KB IUD merupakan salah satu aspek penting ke arah
pemahaman tentang alat kontrasepsi tersebut. Seseorang akan memilih KB IUD
jika ia banyak mengetahui dan memahami tentang KB IUD (BKKBN, 2005).
e. Efek Samping
Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari
penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius terhadap
kesehatan klien (BKKBN, 2002). Menurut Saifuddin (2006), pada umumnya efek
samping dari penggunaan AKDR adalah perubahan siklus haid, haid menjadi
lebih lama, volume darah haid lebih meningkat, dan saat haid akan menjadi lebih
sakit.
Efek samping yang sering timbul karena pemakaian AKDR dengan atau
tanpa obat adalah peningkatan volume darah haid per siklus. Selain menyebabkan
pemakai tidak nyaman dan menjadi alasan untuk menghentikan pemakaian, hal
ini dapat menjadi risiko kesehatan bagi pemakai, terutama di daerah-daerah
pemakai AKDR tanpa obat. Pengeluaran darah dibuktikan meningkat dari
rata-rata 32 ml pada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi menjadi 52-72 ml
pada pemakai Lippes loop 24 bulan setelah pemasangan (Wulansari & Hartanto,
2006).
Speroff L dan Darney P (2003) juga mengatakan bahwa gejala yang
paling sering bertanggung jawab menyebabkan penghentian AKDR adalah
peningkatan perdarahan uterus serta nyeri haid yang meningkat. Dalam waktu
satu tahun, 5-15% wanita berhenti menggunakan AKDR karena masalah ini.
f. Sikap
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara
positif maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap
mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan
memiliki tingkat kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan
kunci penerimaan KB. Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan
penggunaan suatu alat kontrasepsi (Sarwono, 2007).
Banyak ibu bersikap negatif terhadap alat kontrasepsi IUD. Hal ini karena
sering mendengar rumor/mitos yang beredar di masyarakat, misalnya rumor
tentang IUD yang bisa berpindah-pindah tempatnya bahkan bisa ke jantung, IUD
bisa menyebabkan kanker, dan dapat tertanam di dalam rahim. Sebagian ibu juga
malu karena harus membuka bagian yang paling rahasia dari tubuhnya dan takut
g. Dukungan Petugas KB
Mendidik individu dan pasangan mengenai ragam metode yang tersedia
serta memberikan informasi tentang keamanan dan cara pemakaian
metode-metode tertentu merupakan bagian penting setiap program KB. Aktivitas
informasi, edukasi, dan komunikasi (IEK) di tingkat lokal, termasuk konseling,
berperan penting dalam keberhasilan suatu program dan sangat berkaitan dengan
penyediaan pilihan metode-metode yang sesuai. Penekanan pada usaha IEK di
tingkat nasional atau regional juga menimbulkan dampak besar pada pemakaian
strategi pendidikan yang sesuai di tingkat lokal, dan akibatnya pada penerimaan
metode dan pemakaiannya yang tepat (Wulansari & Hartanto, 2006).
Namun hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi, informasi dan
edukasi masih kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti
menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping, kesehatan dan
kegagalan pemakaian. Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas
khususnya informasi tentang KB IUD dapat mempengaruhi seseorang untuk
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi
AKDR. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu
menggunakan metode kontrasepsi AKDR adalah umur, tingkat pendidikan,
jumlah anak, tingkat pengetahuan, efek samping yang sering timbul karena
pemakaian AKDR seperti peningkatan volume darah haid per siklus, sikap, dan
dukungan petugas KB.
Skema 3.1 Kerangka Konseptual Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Faktor-faktor yang
mempengaruhi : - Umur
- Tingkat Pendidikan - Jumlah Anak
- Tingkat Pengetahuan - Efek samping
- Sikap
- Dukungan Petugas KB
Penggunaan Metode Kontrasepsi AKDR
2. Defenisi Operasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang terkait
dengan rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR meliputi :
Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah Anak, Tingkat Pengetahuan, Efek Samping,
Sikap, dan Dukungan Petugas KB.
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu
menggunakan metode kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing
Tinggi.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
2.1Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan alat
kontrasepsi di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Kepala Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi tahun
2009, terdapat 187 ibu yang menggunakan alat kontrasepsi di Desa Kedai Damar
Kecamatan Tebing Tinggi.
2.2Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini
adalah dengan mengambil 25% dari populasi sehingga 25% dari 187 adalah 47
(Arikunto, 2006). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dengan mengacak
subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dianggap sama. Peneliti terlebih
dahulu mengurutkan nama-nama responden mulai dari responden yang pertama
berdasarkan kelipatan nomor urut responden (kelipatan 4) yang dimulai dari
nomor urut 4.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi
yang dimulai pada bulan Januari 2011 sampai Februari 2011. Adapun alasan
pemilihan lokasi adalah karena tersedianya sampel yang memadai untuk penelitian
dan belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dari Kepala Desa Kedai Damar
Kecamatan Tebing Tinggi.
Pada penelitian ini ada beberapa prinsip etik yang akan menjadi
pertimbangan, yaitu :
1. Prinsip Manfaat (The Principle of Beneficence)
Prinsip ini meliputi prinsip untuk membuat responden terbebas dari bahaya,
terhindar dari eksploitasi dan mendapatkan manfaat dari penelitian. Selain itu peneliti
harus mengkaji perbandingan risiko dan manfaat dari penelitian tersebut (Polit &
Hungler, 1999). Penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa peningkatan
pengetahuan tentang kondisi responden dan anaknya, mendapatkan kepuasan karena
membantu orang lain dari hasil penelitian ini untuk menyelesaikan masalah yang
mungkin menimpa orang lain.
Selain itu, penelitian ini juga tidak membahayakan responden (nonmalefecience)
karena renponden hanya diminta untuk mengisi kuesioner dan akan dijaga kerahasiaan
data yang diberikan serta tidak akan menyita waktu yang lama bagi responden.
2. Menghormati harkat dan martabat orang lain (The Principle of Respect for
Human Dignity)
Prinsip ini memungkinkan responden penelitian untuk berpartisipasi secara
sukarela dalam penelitian ini. Tidak ada paksaan dan tidak ada tindakan yang akan
memberatkan responden jika responden tidak bersedia berpartisipasi. Responden boleh
menolak berpartisipasi atau mengklarifikasi terkait tujuan dan prosedur penelitian.
Peneliti harus menjelaskan alur penelitian, hak-hak responden misalnya hak
untuk menolak berpartisipasi, tanggung jawab peneliti dan perbandingan risiko dan
keuntungan atau manfaat yang akan didapat responden (Polit & Hungler, 1999).
Penjelasan tentang penelitian biasa dilakukan di awal pengambilan data, akan tetapi,
dapat dilakukan ulang jika ada hal yang membutuhkan penjelasan bagi responden.
3. Prinsip keadilan (The Principle of Justice)
Keadilan bagi responden penelitian ini dapat berupa perlakuan yang sama dan
hak untuk dijaga kerahasiannya. Perlakuan yang diharapkan sebagai bentuk keadilan
bagi responden adalah pemilihan responden yang adil dan dipilih berdasarkan tujuan
penelitian, bukan karena alasan-alasan tertentu, tidak ada perilaku yang memberatkan
jika responden mengundurkan diri dari penelitian ini setelah menyetujuinya, responden
mudah mengakses atau menghubungi peneliti jika ingin melakukan klarifikasi,
responden dapat menerima penjelasan ulang dalam proses pengambilan data, dan selalu
4. Pernyataan persetujuan keikutsertaan dalam penelitian (Informed Consent)
Responden yang diikutsertakan dalam penelitian diberikan informasi yang jelas
tentang prosedur penelitian dan pertimbangan risiko dan keuntungannya untuk
responden agar responden dapat memutuskan untuk berpartisipasi atau tidak dengan
pemahaman yang penuh. Informed consent merupakan pernyataan bahwa responden
bersedia berpartisipasi dengan pemahaman yang utuh tentang penelitian ini atau
memutuskan untuk tidak berpartisipasi.
Di dalam informed consent terdapat informasi yang harus ada yaitu status
responden, tujuan penelitian, jenis data yang akan diambil, komitmen waktu,
penyandang dana, pemilihan responden, prosedur, potensial risiko dan manfaat,
keuntungan, penjagaan kerahasiaan, hak untuk mengundurkan diri, dan informasi kontak
dengan peneliti (Polit & Hungler, 1999).
5. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
berpedoman pada konsep dan tinjauan teoritis. Kuesioner penelitian terdiri dari dua
bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR.
5.1Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi meliputi umur, tingkat pendidikan, dan jumlah
anak. Data demografi ini juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
5.2Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan
metode kontrasepsi AKDR
Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan. Faktor tingkat pengetahuan berisi 6
pertanyaan (pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,), faktor efek samping berisi 4 pertanyaan
(pertanyaan no 7,8,9,10), faktor sikap berisi 4 pertanyaaan (pertanyaan no
11,12,13,14), dan faktor dukungan petugas KB berisi 4 pertanyaan (pertanyaan no
15,16,17,18).
Faktor tingkat pengetahuan terdiri dari dua jawaban yaitu “Benar” dan
“Salah”, dan dikategorikan menjadi dua yaitu (Arikunto, 2002) :
1 = Baik, jika skor total jawaban >75% (5-6)
2 = Kurang, jika skor total jawaban <75a5 (0-4)
Faktor efek samping terdiri dari dua jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”, dan
dikategorikan menjadi dua yaitu :
1 = Ada, jika skor total jawaban >75% (3-4)
2 = Tidak Ada, jika skor total jawaban <75% (0-2)
Faktor sikap terdiri dari dua jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”, dan
dikategorikan menjadi dua yaitu :
1 = Positif, jika skor total jawaban <75% (0-2)
2 = Negatif, jika skor total jawaban >75% (3-4)
Faktor dukungan petugas KB juga terdiri dari dua jawaban yaitu “Ya” dan
“Tidak”. Faktor ini mengandung pertanyaan kunci (pertanyaan yang sangat berkaitan
erat dengan rendahnya minat ibu menggunakan AKDR) sehingga penilaiannya dapat
dilihat dari pertanyaan kunci tersebut. Maksudnya ialah meskipun responden
adalah pertanyaan kunci, maka dapat dikatakan bahwa petugas KB mendukung ibu
untuk menggunakan AKDR. Adapun pertanyaan kunci tersebut adalah pertanyaan
nomor 18.
Nilai untuk jawaban “Benar/Ya”= 1, “Salah/Tidak” = 0.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan atau mampu mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana
data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud (Arikunto, 2006). Instrumen penelitian ini telah diuji kelayakkannya oleh
salah satu dosen keperawatan maternitas yang ahli di bidangnya.
Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat
tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur
yang sama (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 responden yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel (Azwar, 2003). Uji
reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan analisis K-R 20 karena
jenis pertanyaan pada kuesioner ini adalah pertanyaan dikotomi dan merupakan
instrumen baru. Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR,
diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,74. Menurut Azwar (2003), instrumen dikatakan
7. Pengumpulan Data
Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian pada instansi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara), kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian
yaitu Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi. Sebelum melakukan penelitian,
Kepala Desa di tempat penelitian tersebut memberikan daftar nama-nama ibu yang
menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 187 orang. Dari 187 ibu yang
menggunakan alat kontrasepsi, hanya 25 orang ibu yang menggunakan AKDR
sedangkan sisanya adalah ibu yang menggunakan alat kontrasepsi selain AKDR yaitu
sebanyak 162 orang. Dari 162 orang ibu tersebut, sekitar 47 orang ibu dipilih untuk
dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan terlebih
dahulu mengurutkan nama-nama ibu, kemudian dipilih nama ibu yang akan dijadikan
sampel berdasarkan kelipatan nomor urut ibu (kelipatan 4) yang dimulai dari nomor
urut empat. Setelah mendapatkan calon responden, pertama sekali peneliti
menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara
pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesediaan calon responden untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan responden,
pengumpulan data dimulai. Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang
diberikan oleh peneliti selama 10 menit dan diberi kesempatan untuk bertanya selama
pengisian kuesioner bila ada yang tidak dimengerti sehubungan dengan pertanyaan
yang ada di dalam kuesioner. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut,
8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisis data. Dalam
melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data
menjadi informasi.
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data
responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua
coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk
mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data, tahap ketiga processing yaitu
memasukkan data dari lembar kuesioner ke dalam program komputer, tahap keempat
cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada
kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu menganalisa data secara
deskriptif.
Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item
pernyataan yang perlu diberi skor dan memberi kode terhadap item-item yang tidak
perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase dengan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode
kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi yang telah
dilaksanakan pada bulan Januari 2011.
1. Hasil
1.1Karakteristik Demografi
Responden pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan alat
kontrasepsi selain AKDR yang bertempat tinggal di Desa Kedai Damar
Kecamatan Tebing Tinggi. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah
47 orang. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, dan jumlah anak.
Menurut data yang diperoleh, mayoritas ibu yang menggunakan alat
kontrasepsi selain AKDR berusia di atas 35 tahun (29 orang/61,7%),
berpendidikan SMA (29 orang/61,7%) dan mempunyai 1-2 orang anak (24
orang/51,1%). Berikut tabel distribusi frekuensi dan persentase karakteristik
responden.
Diploma
1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan
metode kontrasepsi AKDR
Hasil penelitian menggambarkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR
ada empat yaitu faktor tingkat pengetahuan, faktor efek samping, faktor sikap,
dan faktor dukungan petugas KB.
a. Tingkat Pengetahuan
Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas ibu memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang tentang AKDR (38 orang/80,9%), seperti terlihat pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Tingkat
Pengetahuan (n = 47)
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik
Tabel ini menggambarkan bahwa adanya efek samping dari AKDR
menyebabkan ibu tidak menggunakan AKDR (28 orang/59,6%), seperti terlihat
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Efek Samping
(n = 47)
Efek Samping Frekuensi Persentase (%)
Ada
Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas ibu bersikap negatif terhadap
AKDR (27 orang/57,4%), seperti terlihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4 Disribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap (n = 47)
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Positif
d. Dukungan Petugas KB
Tabel ini menggambarkan bahwa petugas KB tidak mendukung ibu untuk
menggunakan AKDR (34 orang/72,3%), seperti terlihat pada Tabel 5.5
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Dukungan
Petugas KB (n = 47)
2. Pembahasan
2.1Karakteristik Demografi
a. Umur
Faktor umur sangat berpengaruh terhadap aspek reproduksi manusia
terutama dalam pengaturan jumlah anak yang dilahirkan dan waktu
persalinan, yang kelak berhubungan pula dengan kesehatan ibu. Umur juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Semakin tua umur istri maka
pemilihan alat kontrasepsi ke arah alat yang mempunyai efektivitas lebih
tinggi yakni metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 2003).
Menurut Hartanto (2004), umur di bawah 20 tahun dan di atas 35
tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan melahirkan, sehingga
berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Periode umur wanita
antara 20 – 35 tahun adalah periode yang paling baik untuk melahirkan.
Pasangan usia subur yang telah melahirkan anak pertama pada periode ini,
sangat dianjurkan untuk menggunakan IUD dengan tujuan untuk
menjarangkan kehamilan. Apabila ibu merencanakan untuk mempunyai anak,
IUD dapat dilepas sesuai keinginan ibu dan kesuburan akan segera kembali.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa
mayoritas ibu yang tidak menggunakan AKDR adalah kelompok usia di atas
35 tahun (29 orang/61,7%). Menurut hasil penelitian Yanti (2009), responden
yang umurnya lebih dari 35 tahun cenderung memilih metode alamiah karena
menurut mereka lebih aman dan tanpa efek samping. Sedangkan menurut
metode kontrasepsi tradisional karena mereka sudah merasa cocok dengan
metode kontrasepsi tersebut.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Leridon H, et
al (2002) yang menyatakan bahwa AKDR justru lebih banyak digunakan oleh
wanita yang berusia di atas 35 tahun. Menurut Speroff L dan Darney P
(2003), AKDR merupakan pilihan kontrasepsi reversibel yang baik bagi
wanita yang lebih tua. Menurut hasil penelitian Patrick Thonneau dkk (2006),
wanita umur reproduktif lebih dari 35 tahun justru lebih sering menggunakan
AKDR karena resiko kegagalan akibat efek samping lebih rendah
dibandingkan dengan wanita dibawah umur 35 tahun.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar, yang berarti dalam pendidikan
itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang
lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Konsep ini
berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu
memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai
tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas
dari proses belajar (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan
keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi.
digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa
wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif,
tetapi tidak rela untuk mengambil risiko yang terkait dengan sebagian metode
kontrasepsi modern (Wulansari dan Hartanto, 2006)
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa
mayoritas ibu yang tidak menggunakan AKDR berpendidikan SMA (29
orang/61,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ghazal S, et
al (2004), yang menyatakan bahwa mayoritas wanita yang tidak
menggunakan AKDR adalah berpendidikan sekolah menengah (SMA).
Menurut hasil penelitian Radulovic O, et al (2006), lebih dari setengah wanita
(459 orang/56%) yang berpendidikan sekolah menengah (SMA) lebih suka
menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Berbeda halnya menurut
Leridon H, et al (2002) yang menyatakan bahwa AKDR justru paling banyak
digunakan oleh wanita yang berpendidikan sekolah menengah (SMA).
Menurut asumsi peneliti, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
akan lebih memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi yang
mempunyai efektivitas lebih tinggi seperti misalnya AKDR.
c. Jumlah Anak
Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung
kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin
menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan
melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam
persalinan.
Soeradji, dkk dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal
program KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah
mempunyai anak cukup banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan
program maka lebih banyak wanita dengan paritas yang lebih kecil akan
menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak
terhadap penggunaan alat kontrasepsi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa
mayoritas ibu yang tidak menggunakan AKDR mempunyai 1-2 orang anak
(24 orang/51,1%). Menurut Palmore dan Bulatao (1989, dalam Robinson
KM, 2001), wanita yang ingin mempunyai anak lagi lebih suka menggunakan
metode kontrasepsi tradisional. Berbeda halnya menurut hasil penelitian
Patnaik BP dan Mishra KP (2003) yang menyatakan bahwa AKDR justru
paling banyak digunakan oleh wanita yang memiliki 1-2 orang anak. Hasil
penelitian Leridon H, et al (2002) juga menyatakan bahwa AKDR paling
banyak digunakan oleh wanita yang memiliki 2 orang anak. Menurut asumsi
peneliti, pasangan usia subur yang masih memiliki sedikit anak (1-2 orang
anak) dan ingin mempunyai anak lagi, akan lebih memilih untuk
menggunakan metode kontrasepsi yang jangka waktu penggunaannya
2.2Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan
metode kontrasepsi AKDR
a. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting dalam
membentuk persepsi, sikap, dan perilaku seseorang, karena perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih lama (long lasting) daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 2004). Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang
tercakup dalam domain kognitif, yaitu tahu (know), memahami
(comprehensive), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa
mayoritas ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik tentang AKDR
(38 orang/80,9%), terutama tentang durasi, keuntungan, kerugian, dan waktu
yg tepat untuk memasang AKDR.
Hasil penelitian Vernon R, et al (2007) menyatakan bahwa sebagian
besar wanita tidak pernah mendengar tentang AKDR, sementara sebagian
kecil wanita lagi pernah mendengar tentang AKDR namun tidak mengetahui
karakteristik dari AKDR misalnya bentuk, durasi penggunaan, jenis, dan
mekanisme kerja AKDR. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab
rendahnya penggunaan AKDR. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
Brambila C dan Taracena B (2003), yang menyatakan bahwa kurangnya
pengetahuan wanita tentang AKDR mempengaruhi rendahnya penggunaan
begitu mengenal AKDR. Mereka hanya tahu tentang bentuk, durasi, dan
dimana AKDR diletakkan, namun mereka tidak mengetahui fungsi, indikasi,
dan kontraindikasi dari AKDR. Sementara sebagian wanita lagi sama sekali
tidak mengenal AKDR.
b. Efek Samping
Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat
dari penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius
terhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002). Menurut Hartanto (2004), dengan
belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna,
maka ada tiga hal yang sangat penting untuk diketahui oleh calon akseptor
KB yakni efektivitas, keamanan dan efek samping. Reaksi efek samping yang
sering terjadi sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi yaitu : amenorhoe,
perubahan berat badan, pusing dan sakit kepala. Menurut Saifuddin (2006),
pada umumnya efek samping dari penggunaan AKDR adalah perubahan
siklus haid, haid menjadi lebih lama, volume darah haid lebih meningkat, dan
saat haid akan menjadi lebih sakit.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa adanya
efek samping dari AKDR menyebabkan ibu tidak menggunakan AKDR (28
orang/59,6%). Mayoritas ibu menyatakan bahwa AKDR dapat menyebabkan
peningkatan darah menstruasi. Menurut Glasier A & Gebbie A (2005),
peningkatan perdarahan menstruasi yang sering disertai nyeri merupakan
masalah paling umum yang berkaitan dengan pemakaian AKDR. Sekitar 15%
Speroff & Darney (2003), peningkatan perdarahan merupakan gejala yang
paling sering diderita oleh pengguna AKDR dan menjadi alasan untuk
menghentikan pemakaian AKDR. Dalam waktu satu tahun, 5-15% wanita
berhenti menggunakan AKDR karena masalah ini.
Hasil penelitian Patnaik BP dan Mishra KP (2003), menyatakan
bahwa alasan utama yang menyebabkan wanita berhenti menggunakan
AKDR adalah peningkatan darah menstruasi. Hal ini juga didukung oleh hasil
penelitian Bradley, et al (2007) yang menyatakan bahwa pemakaian AKDR
dapat menyebabkan perubahan yang cukup besar pada durasi dan intensitas
menstruasi banyak wanita. Hal inilah yang menjadi masalah mendasar bagi
banyak perempuan di Bangladesh sehingga akhirnya mereka memutuskan
untuk menghentikan pemakaian.
c. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan
kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal
dari pengalaman atau dari orang dekat dengan kita ( BKKBN, 2002).
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa
mayoritas ibu bersikap negatif terhadap AKDR (27 orang/57,4%). Mereka
beranggapan bahwa AKDR dapat mengakibatkan cacat pada bayi,
menyebabkan kanker, dan tertanam di dalam rahim. Menurut BKKBN
(2002), banyak wanita yang bersikap negatif terhadap AKDR karena
AKDR ini telah menyebar luas di seluruh belahan dunia dan mungkin hal
inilah yang menjadi alasan terbanyak bagi wanita untuk menghindari
pemakaian AKDR (Rivera et al, 2006).
Hasil penelitian Brambila C dan Taracena B (2003) menyatakan
bahwa banyak wanita yang merasa takut menggunakan AKDR karena
menurut mereka AKDR dapat terjebak pada wajah, kepala, dan badan anak
yang belum lahir, dapat menyebabkan kanker, tertanam di dalam rahim, dan
menyebabkan aborsi. Mereka juga percaya bahwa AKDR dapat dengan
sendirinya hilang di dalam tubuh, menimbulkan sakit kronis, dan
menyebabkan infeksi atau penyakit yang serius. Hal ini juga didukung oleh
hasil penelitian Katz, et al (2002) yang menyatakan bahwa banyak wanita
yang takut menggunakan AKDR karena mendengar rumor ataupun mitos
tentang AKDR. Menurut mereka, AKDR sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kanker, dapat tertanam di dalam rahim, dan tinggal di dalam
tubuh bayi yang akan dilahirkan.
Namun hal ini bertentangan dengan pendapat Grimes (2004) yang
mengatakan bahwa AKDR tidak dapat berpindah ke bagian tubuh lain dan
tidak membahayakan janin.
d. Dukungan Petugas KB
Pelayanan KB yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan
(KIP/K) yang dapat melindungi klien dari resiko efek samping dan
komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan.