I M PLEM EN T ASI LARASI T A (LAY AN AN
RAK Y AT U N T U K SERT I FI K ASI T AN AH )
SEBAGAI U PAY A PEN I N GK AT AN K U ALI T AS
PELAY AN AN PU BLI K
( ST U DI PADA BADAN PERT AN AH AN N ASI ON AL K OT A M EDAN )
Ole h :
N I A LAK SI T A RI N I 0 6 0 9 0 3 0 2 6
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan seoptimal
mungkin. Dan tak lupa penulis mengucapkan shalawat beriring salam kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan shahabiah, yang
telah menuntun umatnya dari alam yang gelap kepada alam yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita mendapat
syafa’atnya di yaumil akhir nanti. Amin.
Adapun Skripsi ini berjudul “Implementasi LARASITA (Layanan
Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk
mengetahui implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah)
di Kantor Badan Pertanahan Nasional dan untuk mengetahui implementasi
LARASITA sudah dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
khususnya di Departemen Ilmu Administrasi Negara.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
penulis tidak menutup diri dari kritik atau saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada keluarga
khususnya kedua orang tua penulis (Ayahanda Muali Guntoro, ST dan Ibunda
Karni Suningsih, BA) yang telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan baik
moril maupun materil yang tak terhingga. Ayah makasih yah dah memenuhi
segala kebutuhan nia mulai dari nia bayi sampai sekarang hingga nia bisa
merasakan kehidupan yang serba berkecukupan hingga detik ini. Mudah-mudahan
nia bisa selalu buat bangga ayah tercinta. LuPh U Ayah ...Dan kepada mamaku
tercinta, terima kasih yang tak terhingga atas pengorbananmu melahirkanku,
membesarkan dan merawatku hingga saat ini. Mama yang selalu ada buat nia,
disaat nia seneng mama selalu mengingatkan nia dan disaat nia sedih mama juga
selalu ada buat menghibur nia. “The Best Mom In The World”. Lautan Terima
Kasih yang hanya bisa kuucapkan. Doain nia yah ma semoga nia bisa menjadi
yang terbaik buat keluarga dan bisa membuat mama bangga..I LuPh U
Mom...Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud sembah ananda kepada kalian
(ayahanda dan ibundaku yang tercinta) yang telah memberikanku segalanya
dengan penuh cinta. Tiada kata dapat terucap untuk membalas segala pengorbanan
kalian kepadaku. Hanya doa yang bisa nia panjatkan semoga kalian selalu berada
dalam lindungan Allah SWT, sehat selalu, panjang umur, murah rezeki dan selalu
dimudahkan dalam setiap nafas kehidupan.
kenal kata menyerah. Cepet wisuda yah calon S.T. Walaupun lautan memisahkan
kita, tetapi bathin, pikiran dan perasaan kita tetap satu...Miz U Mba...Untuk temen
hidupku Nita Kartika Rini. Terima kasih atas segalanya, selama nia ngerjain
skripsi ini, nia seperti melupakan kebiasaan kita yang selalu hampir bersama
mengerjakan pekerjaan rumah yang seabrek dan tiada habis-habisnya. Cepet
wisuda yah biar jadi Fisikawan. Salut buat nita, and keep On fire, semangat!!!
Dan untuk adikku yang paling bontot Mita Prasetya Ningsih, makasih yah dek
dah bantuin buat kotak-kotak...jangan nakal dan jangan suka manja karena dede
bukan anak kecil lagi..oke!!! Rajin belajar dan jangan tinggal sholat karena
prestasi dan keberhasilan bukanlah hanya sebuah kebetulan semata namun itu
adalah hasil dari berusaha dan berdoa yang kita panjatkan setiap saat...Semoga
kita berempat bisa menjadi orang yang sukses dan membuat bangga ayah dan
mama. Amin Ya Robb...
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu, membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu kepada:
1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara dan juga selaku dosen penasehat akademik penilis.
3. Ibu Hj. Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu
4. Ibu Arlina, S.H. M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Staf Pengajar serta Pegawai Administrasi FISIP USU yang telah
berjasa mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, serta
memudahkan administrasi khusunya kepada Kak Mega dan Kak Dian selaku
pegawai bagian pendidikan FISIP USU.
6. Pak Sugeng yang telah membantu dan memudahkan penulis untuk penelitian
di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan.
7. Seluruh Tim Implementor LARASITA khususnya kepada Bpk Erwin
Ananda dan masyarakat pengurus sertifikat yang telah membantu penulis
melaksanakan penelitian dan pengumpulan data.
8. Terima kasih buat My tRuLy Fren “MACAVA” ,,,tHe aGenT is :
1. Yeni Siska, temen yang mengharu biru menembus perjalanan maut
Medan-Deli Serdang demi mengejar target. Nia ga’ akan pernah lupain
moment dahsyat itu.Makasih buanyak yah...
2. Wira Agustin, Temen sejati penulis waktu magang di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten ToBa Samosir yang letaknya di kaki bukit. Never
Says Give Up untuk mendaki bukit karena diatas sana terhampar
pamandangan yang Subhanallah indahnya.
3. EsRy MarLiza Sofiana, temen yang buat penulis mengerti akan SPSS
4. Ira Ramadhani Siregar, “ga da Loe ga Rame”, temen yang paling
suka buat ngakak anak-anak MACAVA..ga kinar za yang gemes liat
drimu, ternyata driku juga...he..he..
5. Santi Darwinanti, thanks aLot yah San, kOs dRimu akan selalu
menjadi “memorian pLace in My Life”....
6. Nazlia Safira Ardhani, temen yang paling semangat, heboh, dan
terkadang suka membuat penulis panik.. THH Lha pokoknya Tapi
Seru...oya Zi gmana project kita itu??? detektif Qonaah...semoga
“DeQon” akan terus ada, sekarang hingga selamanya... Amin
7. Rama Sri Dezani, temen yang paling cerewat skaLigus PaLing gokiL
dianTara anak-anak MACAVA yang lainnya...kadang nia ga ngerti apa
yang diomongin rama saking cepetnya rama ngomong...ha..ha...
8. Aida FitRina, temen penuLis yang sLaLu mengerjakan sgaLa
sesuaTunya dengan serBa “Texas”....gue suka gaya Loe....Matur
Nuwon SageT....
9. And The Last, Agustina Muliati Perangin-angin, Temen penulis
yang otaknya “bRiLian” taPi kLo Lagi kepepeT...kapan ngajak dRi Q
ke LeuSeR??? Biar jadi Back Packer qTa . ...ha..ha...
9. Terima kasih buat My BeLLe GenkZ,,,Ayu PutRika, ciTra Arnes n Suci
Rizki Gustika,,, Temen kompak sejak SMA..semoga qTa beR 4 Tetep
SoLid....Thank yacH aTas Kado-kadonya....
10. Buat Kelompok Magang,,, (5 agenT MACAVA pLus Sari Astika, Rahmat
yach Woy kLo sLama jadi keTua keLompok, nia suka ngaTur, sensi, dan
terkadang egois....
11. Buat mbah kakung dan mbah putri yang di Yogya..matur nuwon saget
mbah pangestu ne..dongake wae iki putumu ben dadi wong sukses..Amin...
12. Untuk Semua Pakle dan Bulek yang di Yogya maupun Om dan Tante yang
di Jakarta yang ga bisa nia sebutin satu-satu makasih banget atas
doa-doanya...mudah-mudahan nia bisa jadi orang yang sukses seperti doa dan
harapan kalian..Amin...
Semoga budi baik dan jasa yang penulis terima selama ini, hanya Allah
SWT jualah yang akan dapat membalasnya. Amin Ya Rabbal Alamiin…
Akhir kata saya sebagai penulis mengucapkan sekian dan terima kasih dan
saya berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita pembaca
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Medan, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
ABSTRAKSI ...
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 6
I.3 Tujuan Penelitian ... 6
I.4 Manfaat Penelitian ... 7
I.5 Kerangka Teori ... 7
I.5.1 Implementasi ... 8
I.5.1.1 Pengertian Implementasi ... 8
I.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan ... 9
I.5.1.3 Tahap-Tahap Implementasi Kebijakan ... 12
I.5.2 LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) ... 13
I.5.2.3 Tim Pelaksana LARASITA ... 16
1.5.2.4 Rician Bagan Alir Kegiatan Legalisasi Asset Di lapangan ... 17
I.5.2.5 Sertifikat Tanah ... 20
I.5.3 Kualitas Pelayanan Publik ... 24
I.5.3.1 Pengertian Pelayanan ... 24
I.5.3.2 Karakteristik Pelayanan Publik ... 25
I.5.3.3 Prinsip Pelayanan Publik ... 26
I.5.3.4 Kualitas Pelayanan Publik ... 28
I.6 Definisi Konsep ... 30
I.7 Definisi Operasional ... 32
I.8 Sistematika Penulisan ... 36
BAB II. METODE PENELITIAN ... 38
II.1 Bentuk Penelitian ... 38
II.2 Lokasi Penelitian ... 38
II.3 Informan Penelitian ... 38
II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40
II.5 Teknik Analisa Data ... 41
BAB III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 43
III.1 Sejarah Berdirinya Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan ... 43
III.3 Makna dan Arti Logo Badan Pertanahan Nasional Kota Medan 46
III.4 Struktur Organisasi Badan Pertanahan Nasional ... 48
III.4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional ... 48
BAB IV. PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN ... 61
IV.1 Karakterisik Responden ... 62
IV.2 Penyajian Data tentang Implementasi LARASITA dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Berdasarkan Kuesioner untuk Masyarakat ... 69
IV.3 Penyajian Data tentang Implementasi LARASITA dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Berdasarkan Hasil Wawancara ... 86
BAB V. ANALISA DATA ... 89
V.1 Analisa Implementasi LARASITA ... 90
V.2 Analisa Kualitas Pelayanan Publik ... 98
V.3 Analisa Impementasi LARASITA sebagai upaya peningkatan Kualitas pelayanan publik ... 106
BAB VI KESIMPULAN ... 107
VI.1 Kesimpulan ... 107
VI.2 Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 111
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn... 11
Tabel 2. Bagan Alir LARASITA... 18
Tabel 3. Ketentuan Responden Penelitian... 62
Tabel 4. Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan
Jenis Kelamin...
63
Tabel 5. Identitas Responden Pegawai berdasarkan
Jenis Kelamin...
64
Tabel 6. Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Usia 64
Tabel 7. Identitas Responden Pegawai LARASITA berdasarkan usia 65
Tabel 8. Identitas responden masyarakat berdasarkan
tingkat pendidikan ... 66
Tabel 9. Identitas responden pegawai berdasarkan tingkat pendidikan 66
Tabel 10. Identitas responden pegawai berdasarkan golongan ...67
Tabel 11. Identitas responden pegawai berdasarkan jabatan...68
Tabel 12. Distribusi jawaban responden mengenai kejelasan
masyarakat akan alur pelayanan/prosedur LARASITA... 69
Tabel 13. Distribusi jawaban responden mengenai bagan/alur
LARASITA yang harus dilalui responden... 71
Tabel 14. Distribusi jawaban responden mengenai kejelasan
mengurus sertifikat tanah melalui LARASITA... 72
Tabel 15. Distribusi jawaban responden mengenai kemudahan
akses bagi responden yang mengurus LARASITA... 73
Tabel 16. Distribusi jawaban responden berdasarkan akuntabilitas,
mengenai biaya pelayanan yang dibebankan sesuai dengan peraturan
yang tertulis... 74
Tabel 17. Distribusi jawaban responden mengenai ketersediaan fasilitas
pendukung LARASITA seperti jumlah petugas, pemberi layanan
komputer, maupun prasarana lainnya... 75
Tabel 18. Distribusi jawaban responden mengenai keakuratan
petugas LARASITA dalam memberikan pelayanan ... 77
Tabel 19. Distribusi jawaban responden mengenai keterlambatan
waktu penyelesaian penerbitan sertifikat tanah... 78
Tabel 20. Distribusi jawaban responden mengenai penyampaian
keluhan responden terkait dengan pelayanan LARASITA...79
Tabel 21. Distribusi jawaban responden mengenai respon pegawai
LARASITA ketika keluhan disampaikan oleh responden.... 80
Tabel 22. Distribusi jawaban responden mengenai waktu
penyelesaian sertifikat sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan oleh
pegawai LARASITA...81
Tabel 23. Distribusi jawaban responden mengenai keterjangkauan biaya
pelayanan penerbitan sertifikat tanah dengan LARASITA ....82
Tabel 24. Distribusi jawaban responden mengenai kesesuaian pelayanan yang
dan aspirasi masyarakat... 83
Tabel 25. Distribusi jawaban responden mengenai Pelayanan
LARASITA memperhatikan keseimbangan hak masyarakat....84
Tabel 26. Distribusi jawaban responden mengenai keadilan
petugas LARASITA dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat... 85
Tabel 27. Rekapitulasi indikator Implementasi LARASITA
dalam Meningkatkan Kualitas
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Biaya Permohonan Pendaftaran Tanah
Lampiran 2 Data Responden Masyarakat Per Kelurahan
Lampiran 3 Daftar Pedoman Wawancara Responden Pegawai
Lampiran 4 Daftar Kuesioner Responden Masyarakat
Lampiran 5 Surat Permohonan Judul Skripsi
Lampiran 6 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
Lampiran 7 Jadwal Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 8 Undangan Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 9 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 10 Berita Acara Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 12 Surat Izin Permohonan Penelitian dari FISIP USU
Lampiran 13 Surat Izin Melakukan Penelitian dari Kantor Badan Pertanahan
ABSTRAKSI
IMPLEMENTASI LARASITA (LAYANAN RAKYAT UNTUK SERTIFIKASI TANAH) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
Nama : Nia Laksita Rini
NIM : 060903026
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Arlina, S.H, M.Hum
Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar. Melalui LARASITA diharapkan masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) sebagai upaya peningkatan kualitas publik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada implementor, pembagian kuesioner untuk masyarakat, observasi dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga analisa data tabel frekuensi tunggal serta SPSS For Windows non parametrik versi 16,0.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Implementasi LARASITA telah berjalan cukup baik dan sudah cukup dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari indikator implementasi yaitu standar kebijakan, sumber daya, komunikasi, karakteristik implementor, kondisi sosial ekonomi serta disposisi implementor maupun indikator kualitas pelayanan publik yaitu transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak/keadilan serta keseimbangan hak dan kewajiban sudah cukup baik.
ABSTRAKSI
IMPLEMENTASI LARASITA (LAYANAN RAKYAT UNTUK SERTIFIKASI TANAH) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
Nama : Nia Laksita Rini
NIM : 060903026
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Arlina, S.H, M.Hum
Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar. Melalui LARASITA diharapkan masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) sebagai upaya peningkatan kualitas publik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada implementor, pembagian kuesioner untuk masyarakat, observasi dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga analisa data tabel frekuensi tunggal serta SPSS For Windows non parametrik versi 16,0.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Implementasi LARASITA telah berjalan cukup baik dan sudah cukup dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari indikator implementasi yaitu standar kebijakan, sumber daya, komunikasi, karakteristik implementor, kondisi sosial ekonomi serta disposisi implementor maupun indikator kualitas pelayanan publik yaitu transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak/keadilan serta keseimbangan hak dan kewajiban sudah cukup baik.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan
pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama
kepada institusi birokrasi. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas
pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum memadainya
pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi. Tuntutan dan kebutuhan
masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi birokrasi untuk dapat memberikan
pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
Untuk itu, institusi birokrasi perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan
yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menghendaki
kualitas pelayanan.
Penataan dan pembinaan, dan pendayagunaan aparatur yang “melek
teknologi” sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman
ini untuk dapat mencapai pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan yang
didambakan masyarakat. Pembekalan keterampilan dan pengetahuan akan
teknologi menjadi kebutuhan bagi aparatur birokrasi saat ini. Peningkatan tuntutan
dan kebutuhan masyarakat haruslah diimbangi dengan peningkatan keterampilan
dan kompetensi aparatur birokrasinya juga. Selain itu, dituntut juga kinerja yang
efektif dan efisien. Dengan ini, pelayanan terhadap masyarakat benar-benar
akan lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan partisipasi
masyarakat, sehingga birokrasi yang baik dan sesuai dengan harapan serta aspirasi
masyarakat dapat tercipta.
Berbagai inovasi mengenai pelayanan telah banyak dilakukan oleh
sebagian besar instansi publik. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik, mudah serta
terjangkau. Dan juga sebagai jawaban kepercayaan yang telah diberikan oleh
masyarakat terhadap kinerja dari birokrasi pelayanan publik yang notabene selama
ini mendapatkan “image” kurang memuaskan dari sebagian besar kalangan
masyarakat yang mengurus pelayanan baik itu pelayanan perizinan maupun
pelayanan non perizinan seperti proses pengurusan yang terlalu berbelit-belit,
memakan waktu yang terlalu panjang serta memakan biaya yang mahal.
Corak permasalahan yang biasa terjadi pada Kantor Badan Pertanahan
Nasional (BPN) yang cenderung mengitari pengurusan sertifikasi tanah adalah
birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang
mengambil keuntungan. Kondisi semacam ini berdampak negatif karena
masyarakat menjadi apatis dalam mengurus sertifikasi tanah di Kantor BPN.
Padahal sertifikasi tanah itu sangat penting, tidak hanya untuk legalitas
kepemilikan tanah.Namun jika dilihat dari perspektif ekonomi, sertifikat tanah
dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat untuk mendapatkan modal usaha,
sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahterannya.
http://jakarta.wartaegov.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2
088:sumut-berkat-larasita-pengurusan-sertifikat-bisa-dilakukan-di-rumah-Adapun upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
mengenai pelayanan publik adalah dengan cara mencari formula-formula baru
yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Salah
satu instansi publik yang melakukan inovasi pelayanan publik adalah pada
Kantor Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan pada
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
maka secara resmi LARASITA diterapkan di seluruh kantor Badan Pertanahan
Nasional. LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) merupakan sebuah
program baru dari Kantor Badan Pertanahan Nasional. Adapun yang menjadi
fokus dari program ini adalah memberikan kepastian hukum dalam proses serta
memudahkan bagi masyarakat yang hendak melakukan sertifikasi tanah, sekaligus
memotong mata rantai pengurusan sertifikat tanah dan meminimalisir biaya
pengurusan.
LARASITA dibangun dan dikembangkan untuk mewujudnyatakan amanat
pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Undang-Undang Pokok Agraria serta seluruh
peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Pengembangan LARASITA
berangkat dari kehendak dan motivasi untuk mendekatkan Badan Pertanahan
Nasional dengan masyarakat, sekaligus mengubah paradigma pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif menjadi aktif atau proaktif
(Pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang LARASITA BPN-RI)
Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan
persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah
dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk
menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal
di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan
tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.
http://www.bainfokomsumut.go.id/detail.php?id=4289
Program Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) ini bisa
dinikmati warga Sumatera Utara sejak secara resmi diluncurkan (soft launching)
di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang Medan, yang ditandai
dengan penekanan tombol sirine oleh Kepala Kantor Wilayah BPN Sumut Ir
Horasman Sitanggang. Untuk tahap awal, program ini di Sumatera Utara
diterapkan khusus pada di tiga daerah kabupaten/kota, yakni Kota Medan,
Kabupaten Deliserdang dan Kota Pematangsiantar. Dengan program ini
ditargetkan sertifikasi 122.740 persil tahun ini dapat tercapai. Program mutakhir
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) ini bertujuan untuk mempercepat waktu,
memperpendek jarak, dan memudahkan pengurusan sertifikasi tanah.
(www.medanbisnisonline.com).
Untuk lebih mengefektifkan implementasi, menurut Van Meter dan Van
Horn salah satu variabel yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan adalah
komunikasi, dan bentuk komunikasi dalam program LARASITA adalah
sosialisasi, diharapkan dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh jajaran
pegawai BPN, baik itu sosialisasi internal maupun eksternal LARASITA dapat
secara teknis berhubungan dengan IT (Information Technology) LARASITA.
Sedangkan sosialisasi eksternal bertujuan untuk menyampaikan kepada
masyarakat luas bahwa dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan, BPN
mempunyai sebuah program baru yang dikenal dengan sebutan LARASITA, yaitu
sebuah program penerbitan sertifikat tanah secara cepat, mudah dan terjangkau.
Dengan LARASITA, kantor pertanahan menjadi mampu
menyelenggarakan tugas-tugas pertanahan dimanapun target kegiatan berada.
Pergerakan tersebut juga akan memberikan ruang interaksi antara aparat Badan
Pertanahan Nasional khususnya aparatur BPN Kota Medan dengan masyarakat
sampai pada tingkat kecamatan, kelurahan/desa, dan tingkat komunitas
masyarakat, di seluruh wilayah kerjanya, terutama pada lokasi yang jauh dari
kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi LARASITA
(Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik (Studi pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota
Medan)”.
I.2 Perumusan Masalah
Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat
dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya
apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang
akan diangkat pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah implementasi Layanan Rakyat Sertifikat Tanah
(LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota
Medan?
2. Apakah dengan adanya Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah
(LARASITA) ini sudah dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Layanan Rakyat Sertifikat
Tanah (LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota
Medan.
2. Untuk mengetahui apakah dengan adanya Program LARASITA ini sudah
dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik ?
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
sumbangan pemikiran kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota
Medan dan juga sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi kebijakan
khususnya dalam hal program penerbitan sertifikat tanah lainnya.
2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis
mendalami tentang konsep maupun penerapan LARASITA (Layanan
Rakyat Sertifikat Tanah).
3. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu referensi bagi mereka yang hendak melakukan penelitian
mengenai sertifikat tanah dan juga diharapkan akan lebih melengkapi
ragam penelitian pada kajian Ilmu Administrasi Negara.
I.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka
dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan
masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Teori
adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam
I.5.1 Implementasi
I.5.1.1 Pengertian Implementasi
Dalam setiap perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program
maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi,
maka tidak akan banyak berarti. Berikut disampaikan beberapa pengertian
implementasi menurut para ahli.
Menurut Jeffri L.Pressman and Aaron B.Wildavski (dalam Jones 1996 :
295), mengartikan implementasi sebagai sebuah proses interaksi antara suatu
perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi
adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam
rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan.
Perangkat-perangkat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut : adanya orang atau
pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan
resources. Dengan demikian berdasar pada pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa untuk mencapai tujuan dari implementasi tersebut dibutuhkan: manusia,
anggaran, dan juga kemampuan organisasi ataupun instansi seperti teknologi
informasi.
Sementara itu, Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2002:101)
membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta
Implementasi merupakan penerapan sesuatu yang memberikan efek atau
dampak. Dengan kata lain bahwa implementasi merupakan sebuah penempatan
ide , konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun
nilai dan sikap.
Lineberry (dalam Putra, 2003:81) menyatakan bahwa proses implementasi
memiliki elemen-elemen sebagai berikut :
1. Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana
2. Penjabaran tujuan kedalam berbagai aturan pelaksana
3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran,
pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas atau badan pelaksana
4. Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan
I.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan
Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada
enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :
a) Standar dan Sasaran kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga
dapat direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi muti
b) Sumber Daya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber
daya manusia maupun sumber daya non manusia.
c) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas
Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi
dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi
bagi keberhasilan suatu program.
d) Karakteristik agen pelaksana
Agen pelaksana mensakup struktur birokrasi, norma-norma, dan
pola-pola hubungan yang terjadi dalam brokrasi, yang semuanya akan
mempengaruhi implementasi suatu program.
e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang
dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;
karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat
opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit politik mendukung
implemantasi kebijakan.
f) Disposisi implementor
melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan;
dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
Tabel 1. Model implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn
Sumber : Subarsono, 2005 : 100
I.5.1.3 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan yang telah ditetapkan haruslah berjalan efektif.
Untuk mencapai hal ini diperlukan tahap-tahap implementasi kebijakan. Brian W.
Komunikasi Antar Organisasi Dan Kegiatan
Hoogwood dan Lewis A. Gunn (Solichin Abdul Wahab, 1991, 36) menguraikan
ada beberapa tahapan implementasi yaitu :
Tahapan I, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :
a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara
jelas
b. Menentukan standar pelaksanaan
c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan
Tahapan II, merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur
staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode.
Tahapan III, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :
a. Menentukan jadwal
b. Melakukan pemantauan
c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran
dapat diambil tindakan yang sesuai dengan segera.
d.
I.5.2 LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah)
I.5.2.1 Pengertian LARASITA
dikatakan bahwa dalam rangka mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat
dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang disebut dengan LARASITA.
LARASITA adalah kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa
keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat.
LARASITA merupakan Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah. Program
ini memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk
pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat
tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam
mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus
daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil
tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus
menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.
LARASITA juga merupakan layanan sistem front office mobile secara
online dengan kantor pertanahan setempat. Sehingga seluruh proses pelayanan
dari mobil/sepeda motor Larasita saat itu juga langsung terdata di kantor
pertanahan. Untuk tahap awal, program ini di Sumut diterapkan di tiga
kabupaten/kota. Yakni Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan juga Kota
Pematang Siantar.
Penerbitan sertifikat tanah yang dilaksanakan oleh kantor BPN
berdasarkan atas Undang-Undang Pokok Agraria mengenai pendaftaran tanah.
Pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
pengolahan, pembukuan, penyajian, pemeliharaan data fisik, data yuridis dalam
bentuk peta, daftar mengenai bidang –bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya, hak millik atas satuan rumah susun dan hak-hak tertentu
yang membebaninya (Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997).
Dalam Pasal 3 PP No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, adapun yang
menjadi tujuan pendaftaran tanah adalah sebagai berikut :
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yan bersangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai
bidng-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
c. Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan.
Dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan maka pemerintah telah
menetapkan suatu kebijaksanaan khusus yang dikenal dengan istilah Catur Tertib
Pertanahan yang meliputi :
c. Tertib Penggunaan Tanah
d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup
Berdasarkan Catur Tertib Pertanahan diatas, berarti BPN disini memiliki
fungsi melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara
tertib administrasi pertanahan. Dimana Tertib Administrasi Pertanahan juga
merupakan salah satu dari tujuan pendaftaran tanah.
Dalam hubungan LARASITA dengan pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan
tersebut maka segala sesuatu yang menyangkut bidang pertanahan harus
diselesaikan melalui prosedur hukum yang berlaku bukan diselesaikan dengan
mempergunakan kekerasan ataupun mempergunakan kekuasaan.
I.5.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi LARASITA
LARASITA menjalankan tugas pokok dan fungsi yang ada pada kantor
pertanahan. Namun sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian kewenangan
yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan di lapangan. Dengan demikian
LARASITA menjadi mekanisme untuk:
1. menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria
nasional (reforma agraria);
2. melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di
bidang pertanahan;
4. melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasi
bermasalah;
5. memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin
diselesaikan di lapangan;
6. menyambungkan program BPN RI dengan aspirasi yang
berkembang di masyarakat;
7. meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah.
I.5.2.3 Tim Pelaksana LARASITA
Pelaksanaan LARASITA dilakukan oleh Tim LARASITA yang ditetapkan
oleh Kepala Kantor Pertanahan sebagai berikut :
a. Keanggotaan terdiri paling sedikit 5(lima) orang dengan susunan
sebagai berikut :
1). Koordinator, dengan persyaratan paling rendah pejabat eselon IV;
2) Petugas Pelaksana, paling sedikit 4(empat) orang, dengan persyaratan
paling tinggi pejabat eselon IV atau staf yang menurut penilaian
dianggap cakap dan mampu untuk melaksanakan LARASITA.
b. Penunjukkan keanggotaan Tim LARASITA dilakukan bergantian sesuai
dengan kebutuhan dan/atau beban kerja pada Kantor Pertanahan.
c. Dalam hal tertentu, Koordinator tidak harus turun kelapang setelah
d. Petugas LARASITA melaksanakan tugas sesuai dengan perencanaan,
jadwal dan tugas yang diberikan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
e. Apabila diperlukan, Kepala Kantor Pertanahan dapat mengajukan
permohonan bantuan tenaga pelaksana LARASITA kepada Kepala
Kantor Wilayah BPN
I.5.2.4 Rincian Bagan Alir Kegiatan Legalisasi Aset di Lapangan
Adapun bagan Alir Kegiatan Legalisasi Aset di Lapangan dapat
Keterangan Tabel
Proses penerbitan sertifikat tanah dengan LARASITA terdiri atas 2 bagian yaitu
diantaranya adalah :
1. Proses dalam mobil LARASITA
2. Proses di Kantor Pertanahan
Proses dalam LARASITA dimulai dari pemohon harus melengkapi
berkas-berkas yang telah disyaratkan yaitu KTP (Kartu Tanda Penduduk), Kartu
Keluarga serta SLIP PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Setelah itu berkas-berkas
tersebut dicek oleh tim implementor, apabila berkasnya telah lengkap maka
permohonannya akan diproses sedangkan apabila berkasnya tidak lengkap maka
akan dikembalikan kepada pemohon kembali.
Proses selanjutnya adalah petugas LARASITA memasukkan data-data dari
pemohon tersebut dan kemudian mencetak SPS (Surat Perintah Setor) dan STTD
(Surat Tanda Terima Dokumen). Setelah itu data tersebut masuk pembukuan dan
ditulis pada DI (Daftar Isian).
Setelah selesai berkasnya semua maka dilanjutkan proses pada Kantor
Pertanahan. Pada Kantor Pertanahan, data tersebut akan dicek terlebih dahulu
lewat basis data dan kemudian seorang juru ukur akan mengeceknya ke lapangan
kembali apakah telah sesuai dengan data-data yang telah ada. Proses penerbitan
sertifikat tanah ini dilakukan sesuai dengan SPOPP (Standar Prosedur Operasional
Setelah semua berkas/data dan pengecekan dilakukan selesai maka pemohon
tinggal membayar sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Daftar uang yang harus dibayar oleh pemohon sudah tercantum pada mobil
LARASITA dan tidak ada pungutan lain selain dari yang sudah tercantum
tersebut.
I.5.2.4 Sertifikat Tanah
Secara etimologi serifikat berasal dari bahasa Belanda yaitu “certifaat”
yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan sesuatu (Muh.
Yamin, 2004: 132).
Menurut Ali Achmad Chomzah (2003:25), sertifikat tanah adalah tanda
bukti atau alat pembuktian mengenai pemilikan tanah sehingga merupakan
surat/barang bernilai.
Secara fisik sertifikat tanah dibagi atas beberapa bagian, yaitu : Sampul
Luar, Sampul Dalam, Buku Tanah dan Surat Ukur/Gambar Situasi (GS). Namun
dalam praktek sehari-hari orang sering hanya menyebut Buku Tanah dan Surat
Ukur / GS. Dalam sebuah sertifikat tanah dijelaskan atau dibuktikan beberapa
hal, antara lain yaitu:
1. Jenis hak atas tanah dan masa berlaku hak atas tanah
Dalam sertifikat tanah, dapat diketahui mengenai jenis hak atas tanah
yang bersangkutan, apakah itu merupakan Hak Milik, Hak Guna Bangunan
(HGB), Hak Pakai, Hak Guna Usaha (HGU), atau Hak Pengelolaan, dan
berapa lama hak tersebut berlaku, kecuali untuk hak milik yang tidak ada
berlaku, tertulis pada bagian Sampul Dalam (Buku Tanah) dan dikolom
pertama bagian atas dari Buku Tanah.
2. Nama pemegang hak
Nama pemegang hak dapat kita ketahui dalam Buku Tanah kolom
kedua bagian atas. Di dalam Buku Tanah juga dicatat dalam hal terjadi
peralihan hak atas tanah. Misalnya, apabila terjadi transaksi jual beli, maka
nama pemegang hak yang terdahulu akan dicoret oleh pejabat yang
berwenang (BPN) dan selanjutnya dicantumkan pemegang hak yang baru dan
begitu seterusnya, pokoknya nama pemegang hak yang lama dicoret dan
nama pemegang hak yang baru dicantumkan, sehingga dari sertifikat tersebut
selalu dapat diketahui siapa pemegang hak atas tanahnya.
3. Keterangan fisik tanah
Keterangan fisik suatu tanah dapat dilihat pada Surat Ukur/Gambar
Situasi. Disini kita bisa mengetahui mengenai luas tanah, panjang dan lebar,
bentuk fisik tanah, letak dan batas-batas tanah.
4. Beban di atas tanah
Dari suatu sertifikat juga dapat diketahui apakah ada beban di atas tanah
tersebut. Maksudnya, apakah tanah tersebut sedang dalam keadaan diagunkan
atau dijaminkan pada suatu bank atau apakah di atas sertifikat tersebut
terdapat hak lain, misalnya HGB di atas Hak Milik.
5. Peristiwa yang berhubungan dengan tanah.
Semua peristiwa yang berhubungan dengan tanah tersebut juga dicatat
peristiwa jual beli, hibah, penyertaan daam suatu Perseroan Terbatas (PT),
pewarisan dan sebagainya.
Penerbitan sertifikat dilaksanakan berdasarkan pendaftaran tanah menurut
pasal 19, 23, 32, dan 38 Undang-Undang Pokok agraria. Pendaftaran menurut
pasal 19 UUPA adalah perintah Undang-Undang kepada pemerintah untuk
menerbitkan peraturan pemerintah tentang pendaftaran tanah, dan sisi lain
menurut pasal 23,28, dan 38 UUPA mewajibkan pemegang hak untuk
mendaftarkan hak atas tanah.
Adapun isi dari pasal 19 UUPA adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah
di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah
Pendaftaran tersebut meliputi :
1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.
2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.
3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat (SERTIFIKAT).
2. Hak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA yang perlu didaftar di kantor
Sub. Dit Agraria yang diatur dalam PP No. 24/1997 sejak 8 Oktober 1997
ialah :
1. Hak Milik
2. Hak Guna Bangunan
3. Hak Guna Usaha (perkebunan, peternakan, tambak-tambak perikanan
4. Hak Pakai
5. Hak Penguasaan/pengelolaan
3. Tanda bukti hak atas tanah disebut “Sertifikat” yang dikeluarkan oleh kantor
Sub. Direktorat Agraria.
Dengan melihat ayat 2 pasal 19 UUPA dapatlah dipahami bahwa setiap
pendaftaran hak atas tanah selalu diakhiri dengan pemberian surat tanda hak, yang
berlaku sebagai alat-alat pembuktian yang kuat. Atau dapat juga kita artikan
bahwa penerbitan sertifikat tanah adalah proses akhir dalam kegiatan pendaftaran
tanah.
Secara umum kegunaan dari sebuah sertifikat tanah adalah sebagai alat
bukti bahwa si pemegang sertitifikat atau orang yang namanya disebut dalam
sertifikat tanah, adalah orang yang berhak atas tanah yang bersangkutan. Namun,
perlu juga untuk diketahui lebih jauh, bahwa sertifikat tanah merupakan bukti hak
atas tanah yang paling kuat. Dalam arti, bahwa selama tidak ada alat bukti lain
yang membuktikan ketidak-benarannya, maka keterangan yang ada dalam
sertifikat tanah haruslah dianggap benar, dengan tidak perlu alat bukti tambahan.
Sedangkan alat bukti lain, seperti misalnya, saksi-saksi, akta jual-beli dan surat–
surat keterangan pejabat, hanya dianggap sebagai bukti permulaan yang harus
dikuatkan oleh alat bukti lainnya. Selain itu sertifikat tanah juga memberikan rasa
aman, tanah yang telah bersertifikat lebih mudah dijual, dan sertifikat tanah
meningkatkan harga jual tanah. Oleh karena alasan-alasan yang sangat penting
dan dalam pelaksanaannya pihak yang diberi wewenang untuk menerbitkan
sertifikat tersebut bertanggung jawab langsung kepada presiden.
I.5.3 Kualitas Pelayanan Publik
I.5.3.1 Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik,
yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/ atau pelayanan administratif yang dsediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik
Pelayanan publik (public service) adalah suatu pelayanan atau pemberian
terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa
maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi publik. Pelayanan publik dengan
demikian merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang,
jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik (Ahmad Ainur Rohman, 2008
:3)
Menurut Soetopo, pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu
menyahkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Pengertian lain
dengan cara-cara tertentu yang memrlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003:60).
Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai
abdi masyarakat.
I.5.3.2 Karakteristik Pelayanan
Menurut Kotler (Napitupulu, 2007 : 164) menyebutkan sejumlah
karakteristik pelayanan adalah sebagai berikut :
1. Intangibility (tidak berwujud); tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum ada transaksi. Konsumen tidak
mengetahui dengan pasti atau dengan baik hasil pelayanan (service
outcome) sebelum pelayanan dikonsumsi.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), diproduksi, dijual lalu dikonsumsi secara bersamaan. Karena itu, konsumen ikut
berpartisipasi menghasilkan jasa layanan. Dengan adanya
kehadiran konsumen, pemberi pelayanan berhati-hati terhadap
interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. Keduanya
mempengaruhi hasil layanan.
3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi). Jasa beragam, selalu mengalami perubahan, tidak selalu sama kualitasnya bergantung
4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama); jasa tidak dapat disimpan dan permintaannya berfluktuasi. Daya tahan suatu jasa
layanan bergantung kepada situasi yang diciptakan oleh berbagai
faktor.
I.5.3.3 Prinsip Pelayanan Publik
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63
Tahun 2003, disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi
beberapa prinsip, yaitu:
1. Kesederhanaan, prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan, kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :
1) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.
2) Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
3) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara
pembayaran.
3. Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalm kurun
waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
6. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik/ pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan
dan penyeleseaian keluahan/ persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
8. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memada,
mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telematika.
9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun,
ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas.
10.Kenyamanan
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti
parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.
I.5.3.4 Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas merupakan aspek yang sangat penting dan mendukung segala
sesuatu untuk menunjukkan dan membandingkan seberapa baik atau buruk
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya.
Suatu pelayanan dikatakan baik atau berkualitas jika masyarakat merasa bahwa
kebutuhan atau kepentingannya dapat terpenuhi dan ia merasa puas (melebihi
harapannya).
Menurut Goetsch dan Davis (1994: 4), kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Institusi birokrasi Pemerintah
sebagai pihak yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
harus mengutamakan kualitas dan berorientasi kepada kepuasan masyarakat
(customer satisfaction), karena masyarakatlah yang menilai hal-hal positif dan
negatif yang diperolehnya selama menerima pelayanan. Dan ini berpengaruh pada
keberhasilan atau kegagalan dari birokrat dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Menurut Zeitham, Berry, dan Parasuraman ( Boediono, 2003: 114) ada
lima dimensi untuk mengukur kualitas suatu pelayanan yaitu:
1) Bukti langsung (Tangible), yaitu meliputi fasilitas fisik,
2) Daya tanggap (Responsiveness), yaitu suaty karakteristik
kecocokan dalam pelayanan manusia yaitu keingina para staf
untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan
dengan tanggapan.
3) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang menjanjikan dengan segera dan memuaskan.
4) Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya,
resiko atau keragu-raguan.
5) Empati (Emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan para
pelanggan.
Sedangkan menurut Lijan Poltak Sinambela (2008 : 6), untuk mencapai
kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tecermin dari :
1). Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan
dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2). Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3). Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
4). Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
5). Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan
diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, agama,
ras, golongan, status sosial dan lain-lain.
6). Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik.
I.6 Definisi Konsep
Definisi konsep adalah unsur penelitian yang penting untuk
menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1999 :
33). Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari
terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang akan diteliti.
Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian ini, penulis
mendefinisikan konsep-konsep yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
2. Layanan Rakyat Sertifikat Tanah (LARASITA)
Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah (LARASITA) merupakan
program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN
dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik
persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah
dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk
menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal
di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan
tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.
3. Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan publik. Institusi birokrasi Pemerintah sebagai
pihak yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat harus
mengutamakan kualitas dan berorientasi kepada kepuasan masyarakat
(customer satisfaction), karena masyarakatlah yang menilai hal-hal positif dan
negatif yang diperolehnya selama menerima pelayanan. Dan ini berpengaruh
pada keberhasilan atau kegagalan dari birokrat dalam memberikan pelayanan.
I.7 Definisi Operasional
penelitian sehingga dari informasi tersebut diketahui bagaimana caranya
mengukur variabel penelitian tersebut. (Singarimbun, 1999 : 46-47).
Adapun yang menjadi indikator dari implementasi Larasita disini adalah :
1. Standar dan sasaran kebijakan, yaitu meliputi mekanisme prosedur
(Standard Operating Procedurs) yaitu peraturan yang mengatur
tata cara kerja dalam melaksanakan kegiatan yang berkenaan
dengan LARASITA.
2. Sumberdaya, yaitu meliputi :
a) Sumber daya manusia yang terdiri dari jumlah pegawai, tingkat
pendidikan pegawai, keahlian, keterampilan, dan kemampuan para
pegawai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.
b) Sumber anggaran yaitu sumber dan besarnya pembiayaan untuk
melaksanakan program LARASITA tersebut.
c) Fasilitas yaitu sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
melaksanakan program LARASITA.
3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, yaitu
meliputi sosialisasi, baik itu sosialisasi internal (pegawai BPN)
maupun sosialisasi eksternal (masyarakat), ditambah dengan
adanya forum diskusi antara pegawai dan pihak-pihak yang
4. Karakteristik Agen Pelaksana, yaitu meliputi struktur organisasi,
pembagian tugas dan wewenang, garis komando atau rentang
kendali serta ketepatan atau kesesuaian pelaksanaan program
dengan tingkatan struktural organisasi yang melaksanakan
program tersebut.
5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik, yaitu meliputi sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh organisasi dan juga keadaan soial
ekonomi dari masyarakat yang bersangkutan.
a) Pendapatan dari masyarakat yang menjadi target larasita
b) Ada penyesuaian kondisi ekonomi BPN terhadap kelangsungan
implementasi LARASITA
6. Disposisi implementor, yaitu kognisi implementor dalam
melaksanakan LARASITA meliputi:
a) netralitas maupun obyektivitas implementor,
b) serta respon dari implementor terhadap pelaksanaan
LARASITA
Dan yang menjadi indikator kualitas pelayanan publik adalah:
1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat di
akses oleh semua pihak yang membutuhkan pelayanan dan disediakan
pelayanan yang memadai dan mudah dimengerti meliputi :
b) Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya
outlet, banyaknya petugas yang melayani, banyaknya fasilitas
pendukung seperti komputer untuk memproses data, dan lain-lain.
2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas
juga menyangkut tanggung jawab petugas terhadap kesalahan-kesalahan
yang terjadi akibat kekeliriuannya termasuk masalah-masalah yang
timbul dikemudian hari akibat kekeliruan tersebut.
a) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan pelayanan yang
akurat, dan bebas dari kesalahan
b) Kesediaan aparat birokrasi atau pegawai yang ada di Badan
Pertanahan Nasional untuk menerima dan menangani keluhan dari
pelanggan.
3. Kondisional, yaitu pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi, situasi,
dan kemampuan dari pemberi dan penerima layanan dengan tetap
berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas sehingga pelayanan
yang dihasilkan pun tetap efisien (tepat waktu) dan efektif (tepat
sasaran).
a) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan pelayanan yang tepat
waktu sesuai dengan kesepakatan dan waktu yang dijanjikan kepada
masyarakat pengguna jasa di BPN
b) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan jenis pelayanan yang
harus diberikan kepada masyarakat pengguna jasa sesuai dengan
4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik, hal ini dapat
dilakukan dengan memperhatikan dan berusaha mengenali apa yang
menjadi kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
a) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan pelayanan yang
sesuai kebutuhan masyarakat melalui penggunaan saran dan
keluhan yang masuk.
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak mengenal diskriminasi atau
membeda-bedakan masyarakat pengguna jasa dari segi suku, agama,
ras, golongan, dan status social ataupun gender.
a) Sikap adil aparat birokrasi yang ditunjukan dengan tidak
membeda-bedakan pemberian layanan kepada masyarakat pengguna jasa di
Badan pertanahan Nasional berdasarkan status atau kelas social.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik
a) Adanya pemberian layanan yang sesuai dengan kemampuan aparat
birokrasi dan kebutuhan masyarakat, misalnya aparat tidak
menjanjikan waktu penyelesaian di luar kemampuannya namun
aparat juga harus tetap berusaha untuk menyelesaikannya sesegera
I.8 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat,
penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan
sistematika penulisan.
BAB II Metodologi Penelitian
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian berupa sejarah, visi, misi serta
tupoksi dari aparatur pemerintah yang bersangkutan.
BAB IV Penyajian Data
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
komentasi yang dianalisis.
BAB V Analisa Data
Bab ini memuat kajian dan analisa data yang diperoleh dari lokasi
penelitian dengan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik analisa
BAB VI Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang
BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Metode Penelitian Kualitatif yaitu dengan menyajikan data yang
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data
yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam satu – satuan,
yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan
data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar
peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. (Moleong, 2006:247)
II.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Kota Medan yang terletak di Jalan Abdul Haris Nasution.
II.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya
populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus
penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan
yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses
penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan kunci
pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang
terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan
tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak
langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. (Hendarso dalam
Suyanto, 2005: 171-172).
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu: penentuan informan tidak
didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya
tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka
peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri atas :
1. Informan kunci, berjumlah 22 orang yaitu :
a. Masyarakat yang mengurus sertifikat tanah
2. Informan utama, berjumlah 6 orang yaitu :
a. Koordinator Lapangan yaitu Kepala Seksi Pengendalian dan
Pemberdayaan;
b. Wakil Koordinator yaitu Kepala Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat
c. Pegawai-Pegawai di Lapangan
d.
II.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi
penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen
sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak – pihak
yang terkait dengan suatu tujuan untuk memproleh informasi yang
dibutuhkan. Metode wawancara ini ditujukan untuk informan penelitian
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si peneliti
2. Pengamatan atau observasi partisipan yaitu teknik pengumpulan data
dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat
gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang
diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topic penelitian.
3. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah
daftar pertanyaan kepada pihak – pihak terkait.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik
pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
1. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan – catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber
– sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
2. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari
buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta
memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.
II.5 Teknik Analisa Data
Teknik Analisa Data yang dipergunakan adalah teknik analisa data
kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data,
menelaah, menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada
tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan
analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan
penelitian. (Moleong, 2006:247)
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian,
khususnya dari penyebaran angket maka akan digunakan analisa data tabel
tunggal atau yang diisebut dengan analisa data tabel frekuensi. Analisa ini
dimaksudkan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari
masing-masing jawaban responden, sehingga akan dapat diketahui data yang
paling dominan atau yang paling besar persentasenya.
Selain itu, untuk menganalisa data yang telah diperoleh juga digunakan
persentase masing-masing jawaban responden dalam bentuk barchat (diagram