POTENSI KEMIRI DAN DURIAN
DI KABUPATEN KARO
PROPINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
ANDA HUTASOIT
021202008 / Budidaya Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
POTENSI KEMIRI DAN DURIAN DI KABUPATEN KARO
PROPINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
ANDA HUTASOIT 021202008 / KEHUTANAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Potensi Kemiri dan Durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara
Nama : Anda Hutasoit NIM : 021202008 Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan
Menyetujui,
Komisi Dosen Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS) (Oding Affandi, S.Hut, M.P)
NIP. 132 287 853 NIP. 132 259 566
Diketahui,
Kepala Departemen Kehutanan
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine existence of potential of walnut and durian in Regency of Karo especially economic potentital that farmet got. This research has been done at 5 district namely District of Tiga Binanga, District of Lau Baleng, District of Mardingding, District of Tigan Derket and District Of Kuta Buluh. This research done to determine how much potential economic of walnut and durian increase income of farmers. According to result of researh, each economic potential of durian or kemiri differ on increasing of farmer income. The farmers got monthly between Rp 66.000,- up to Rp. 2.500.00, or 10,34 % up to 39,43% of their total monthly incomes. The potential of walnut and durian which calculated are fruit, wood potential, wide base plane and especially economic potential. Walnut and durian cultivation in Regency of Karo doing traditionally. The farmer are not formed relation with any government department. Walnut and durian really give economic benefit to Karo farmers.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi kemiri dan durian di Kabupaten Karo khususnya potensi ekonomi yang diperoleh petani. Penelitian ini telah dilakukan pada 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardingding, Kecamatan Tigan Derket, dan Kecamatan Kuta Buluh. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan berapa besar potensi ekonomi kemiri dan durian menambah pendapatan petani. Petani mendapat tiap bulan sekitar Rp 66.000,- sampai Rp. 2.500.000,- atau 10,34 % up to 39,43% dari total penghasilan mereka tial bulan. Potensi kemiri dan durian yang dihitung adalah buah, potensi kayu, luas bidang dasar dan khususnya potensi ekonominya. Pengelolaan kemiri dan durian di Kabupaten Karo dilakukan secara tradisional. Petani tidak membentuk hubungan departement pemerintah. Kemiri dan durian secara nyata memberikan keuntungan ekonomi bagi petani-petani Karo.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Nagasaribu pada tanggal 23 April 1984 dari Ayah H. Hutasoit dan Ibu N. Br. Nababan. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMU Negeri 1 Siborongborng pada tahun 2002. Pada tahun 2002 juga penulis lulus pada Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan serta penyertaan dan perlindungan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul ”Potensi Kemiri dan Durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan yang diberikan mulai dari awal penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dosen-dosen di Departemen Kehutanan yang telah mendidik serta memberikan ilmu dan pengetahuan serta para tata usaha yang telah memberikan kelancaran dalam penyelesaian administrasi.
3. Kedua orangtua saya, Ayahanda dan Ibunda dengan segala ketulusan dan kasih sayang dan doa pada penulis.
4. Dan kawan-kawan yang telah banyak membantu penelitian saya dan penyelesaian skripsi.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x PENDAHULUAN
Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan dan Manfaat ... TINJAUAN PUSTAKA
Hutan ... Pengembangan Tanaman Kehutanan ... Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat ... Hutan Rakyat ... Pengelolaan Hutan ... METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat ... Bahan dan Alat ... Objek dan Data ... Metode Pengumpulan Data ... Analisis Data ... KONDISI UMUM PENELITIAN
Letak Kawasan ... Luas Wilayah ... Jenis Tanah ... Iklim ... HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi dan Produktivitas Kemiri dan Durian
A. Kemiri ... B. Durian ... Pola Pengelolaan dan Pengembangan Tanaman Kemiri dan Durian
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Beberapa jenis komoditas penting Kabupaten Karo dan produksinya...
2. Batas-batas wilayah kecamatan penelitian ... 3. Batas- batas desa penelitian ... 4. Perbandingan jumlah desa / kelurahan pada tiap kecamatan, jumlah desa penghasil kemiri dan jumlah desa yang diteliti ... 5. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga
pemiliki kemiri dan jumlah keluarga responden... 6. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan
kemiri Kecamatan Kuta Buluh ... 7. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan
kemiri Kecamatan Tiga Binanga ... 8. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan
kemiri Kecamatan Lau Baleng ... 9. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan
kemiri Kecamatan Mardingding ... 10. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri durian
Kecamatan Tigan Derket ... 11. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden... 12. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden ... 13. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden... 14. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden... 15. Persentase pendapatan kemiri terhadap pendapatan total rumah
16. Jumlah desa/kelurahan, jumlah desa penghasil durian dan jumlah desa yang diteliti pada kecamatan penelitian Tigan Derket ... 17. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Pembuatan petak plot lingkaran 0,1 ha pada tegakan kemiri ...
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine existence of potential of walnut and durian in Regency of Karo especially economic potentital that farmet got. This research has been done at 5 district namely District of Tiga Binanga, District of Lau Baleng, District of Mardingding, District of Tigan Derket and District Of Kuta Buluh. This research done to determine how much potential economic of walnut and durian increase income of farmers. According to result of researh, each economic potential of durian or kemiri differ on increasing of farmer income. The farmers got monthly between Rp 66.000,- up to Rp. 2.500.00, or 10,34 % up to 39,43% of their total monthly incomes. The potential of walnut and durian which calculated are fruit, wood potential, wide base plane and especially economic potential. Walnut and durian cultivation in Regency of Karo doing traditionally. The farmer are not formed relation with any government department. Walnut and durian really give economic benefit to Karo farmers.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi kemiri dan durian di Kabupaten Karo khususnya potensi ekonomi yang diperoleh petani. Penelitian ini telah dilakukan pada 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardingding, Kecamatan Tigan Derket, dan Kecamatan Kuta Buluh. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan berapa besar potensi ekonomi kemiri dan durian menambah pendapatan petani. Petani mendapat tiap bulan sekitar Rp 66.000,- sampai Rp. 2.500.000,- atau 10,34 % up to 39,43% dari total penghasilan mereka tial bulan. Potensi kemiri dan durian yang dihitung adalah buah, potensi kayu, luas bidang dasar dan khususnya potensi ekonominya. Pengelolaan kemiri dan durian di Kabupaten Karo dilakukan secara tradisional. Petani tidak membentuk hubungan departement pemerintah. Kemiri dan durian secara nyata memberikan keuntungan ekonomi bagi petani-petani Karo.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayan sumberdaya aneka jenis buah tropis yang sangat potensial untuk dikembangkan. Prospek pengembangan budidaya buah-buahan secara intensif dalam skala agribisnis atau agroindustri cukup cerah. Hal ini karena peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran pentingnya gizi dan pariwisata (Rukmana, 1996).
Kemiri merupakan pohon yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Perkembangan penduduk yang cepat menyebabkan permintaan komoditas kemiri terus meningkat, sehingga kemiri merupakan salah satu komoditas yang semakin penting. Kemiri merupakan tanaman Industri yang memiliki banyak manfaat (Sunanto, 1994).
Pengembangan tanaman kemiri di Indonesia diharapkan dapat menunjang dan mendorong tumbuh dan berkembangnya perindustrian, memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas dan peningkatan ekonomi. Permintaan ekspor kemiri akhir-akhir ini terus meningkat. Negara-negara pengimpor kemiri dari Indonesia adalah Amerika, Arab Saudi, Hongkong, Singapura dan Australia
(Sunanto, 1994).
Perumusan Masalah
Kemiri dan durian memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, baik segi kandungan gizi juga nilai ekonomisnya. Namun karena informasi tentang manfaat kemiri dan durian khusus secara ekonomi masih kurang maka diperlukan penelitian untuk mendapatkan informasi yang jelas yang mendukung petani dalam budidayanya. Kabupaten Karo adalah kabupaten yang kaya akan hasil bumi. Beberapa jenis komoditas yang dperdagangkan dari Kabupaten Karo adalah cengkeh, kemiri, kopi, kelapa dan cokelat. Tabel berikut menunjukkan beberapa dari banyak jenis komoditas penting yang dihasilkan dari Kabupaten Karo.
Tabel 1. Beberapa jenis komoditas penting Kabupaten Karo dan produksinya.
No Kecamatan Jenis komoditi (Ton)
Cengkeh Kemiri Kopi Kelapa Cokelat
1 Mardingding 0,5 1996,5 231,75 1.243,48 134,7 *) Data Kecamatan Tiganderket masih bergabung dengan Kecamatan Payung, Naman Teran dan Merdeka ke Simpang Empat, dan Dolat Rayat ke Kecamatan Tigapanah.
Dengan menggunakan informasi tersebut diharapkan pengelolaan tanaman kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara akan memiliki keunggulan kompetitif untuk pencapaian tujuan pengelolaan dan pengembangan yang optimal dan berkelanjutan.
Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian tentang ”Potensi Kemiri dan Durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara”.
Berdasarkan permasalahan tersebut timbul beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Berapa besar potensi dan produktivitas kemiri dan durian di
Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana pola pengelolaan dan pengembangan kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara?
3. Berapa besar manfaat pengelolaan dan pengembangan kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara terhadap perekonomian masyarakat?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui besarnya potensi dan produktivitas kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara.
3. Mengetahui manfaat pengelolaan kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara terhadap perekonomian masyarakat Kabupaten Karo.
Manfaat
PENDAHULUAN
Hutan
Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002).
Sedangkan kehutanan adalah suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan
pengelolaan ekosistem hutan dan pengurusannya, sehingga ekosistem tersebut
mampu memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Tujuan pembangunan
kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang
terdiri atas pengelolaan hutan produksi berfungsi ekonomi dan ekologi yang sama
kuat dan seimbang, pengelolaan hutan konservasi yang berfungsi ekologi, dan
pengelolaan hutan kebun kayu sebagai fungsi ekonomi (Arief, 2001).
Pengembangan Tanaman Kehutanan.
Tujuan pembangunan hutan tanaman adalah untuk meningkatkan potensi
hutan tanaman yang dibangun dalam kawasan hutan produksi dalam rangka
meningkatkan produksi hasil hutan dan meningkatkan partisipasi masayarakat
dalam pembangunan kehutanan (Pamulardi, 1995).
Hutan sebagai sumber kekayaan alam milik bangsa Indonesia merupakan
satu modal dasar bagi pembangunan nasional yang dipergunakan untuk
alam dengan berbagai fungsinya yang serba guna dan serba neka dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya
dan umat manusia pada umumnya (Pamulardi, 1995).
Dalam perkembangannya hutan telah dimanfaatkan untuk berbagai
penggunaan, antara lain pemanfaatan hutan dalam bidang Hak Pengusaan Hutan,
Hak Pemungutan Hasil Hutan, dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
yang masing-masing pelaksanaanya berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 14 UUPK, PP
Nomor 21 Tahun 1970 jo PP Nomor 18 Tahun 1975, PP Nomor 28 Tahun 1985
dan PP Nomor 7 Tahun 1990 juga Undang undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang (Pamulardi, 1995).
Jenis-jenis pohon yang ditanam pada kegiatan Hutan Kemasyarakatan
adalah jenis pohon serba guna atau pohon kehidupan yang sesuai dan cocok
dengan kondisi tanah dan lingkungannya. Dengan penanaman serba guna tersebut,
di harapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat memanfaatkan
hasil hutan bukan kayu seperti buah-buahan (seperti, mede, kemiri, durian, aren
dll); getah-getahan (seperti damar, jelutung, lak, pinus) ; rotan ; gaharu ; dan
sebagainya. Dalam hal ini, yang dimaksud pohon serba guna adalah tanaman
tahunan atau pohon yang menghasilkan hasil hutan bukan kayu yang bermanfaat
bagi masyarakat disamping dapat meningkatkan mutu hutan.
Kriteria pemilihan jenis pohon serba guna adalah:
1. Mempunyai fungsi konservasi (tata air dan konservasi tanah),
4. Mempunyai nilai ekonomis,
5. Kemudahan dalam pemasaran.
Jenis-jenis pohon serba guna dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu : 1.
Kelompok pangan ; 2. Kelompok buah ; 3. Kelompok getah dan 4. Kelompok
daun/bunga (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Hutan kemasyarakatan adalah suatu bentuk Perhutanan Sosial yang
dilaksanakan di dalam kawasan Hutan, terutama kawasan hutan yang mendapat
tekanan berat dan diutamakan untuk dilaksanakan pada kawasana Hutan disekitar
desa-desa tertinggal. Dalam pelaksanaan kegiatan Hutan Kemasyarakatan,
masyarakat memerlukan pendukung mulai dari pengadaan dan peredaran input,
produksi sampai dengan pemasarannya. Untuk itu perlu dibentuk pola dan
hubungan kemitraan usaha yang dapat menjamin peningkatan pendapatan
masyarakat. Mitra usaha masyarakat dalam usaha pelaksanaan Hutan
Kemasyarakatan dapat terdiri dari unsur-unsur Pemerintah Pusat/daerah;
Perguruan Tinggi; Lembaga Swadaya masyarakat (LSM); BUMN; swasta, baik
swasta kehutanan (HPH, HPHTI) maupun non-kehutanan
(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Tujuan jangka panjang program Perhutanan Sosial (PS) adalah
memperbaiki lahan kritis, partisifasi aktif masyarakat lokal dalam pembangunan
hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal , menyediakan kebutuhan
pendek Perhutanan Sosial adalah pembentukan kelompok Tani Hutan (KTH),
peningkatan keberhasilan tanaman (Kehutanan dan Pertanian) dan peningkatan
pendapatan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) (Nurrochmad, 2005).
Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dan Kegiatan
Bina Desa Hutan (BDH) yang dikenakan pada setiap pengusahaan hutan tujuan
utamanya adalah mensejaterakan masyarakat lokal, dimana masyarakat
diberdayakan sesuai dengan fungsi pokok hutannya (Sardjono, 2004).
Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini
dirasakana semakin menigkat. Jika semula hutan masih digunakan sebagai sumber
bahan makan/buah-buahan, berburu binatang, sumber bahan bakar dan lain-lain
maka dengan berkembangnya kebudayaan dan ekonomi, hutan dimanfaatkan lebih
intensif sebagai masukan/bahan mentah (Reksohadiprodjo dkk, 1998).
Hutan Rakyat
Hutan rakyat tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari tanaman
keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim, peternakan,
barang dan jasa serta rekreasi alam.bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia
sebagai inisiatif masyarakat adalah antara lain: hutan rakyat sengon, hutan rakyat
jati, hutan rakyat campuran, khepong adat, khepong campuran, hutan rakyat suren
di Bukit Tinggi (disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang dkk, 2001).
Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah milik dengan luas
batas luar/pagar pemilikan lahan yang membatasi satu pemilik dengan pemilik
lainnya, sehingga lebih lazim disebut pagar hidup. Selain itu juga ditanam
bersama tanaman palawija yang dikenal dengan nama tumpangsari. Jenis pohon
yang dikembangkan pada hutan rakyat adalah sengon (Paraserianthesfalcataria)
kayu putih (Melaleuca leucadendron), aren (Arenga pinata), akasia (Acacia sp),
kemiri(Aleurites moluccana), jabon(Anthocepallus cadamba), mahoni(Swietenia
macrophylla), bambu (Bambusa), jati putih (Gmelina arborea), johar (Cassia
siamena), kapuk randu (Ceiba petandra), sungkai (Peronema canescens) dan
lain-lain (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Hutan rakyat dikelola oleh masing-masing pemilik dengan basis Sistem
Hutan Rakyat (SHR). Selama ini hutan rakyat hanya dilihat sebagai kumpulan
pohon-pohon yang tumbuh dan berkembang diatas lahan milik rakyat, sehingga
banyak dijumpai dalam kalkulasi ekonomi hutan rakyat yang muncul ke
permukaan adalah soal yang berkaitan dengan hasil kayu saja (Awang dkk, 2001).
Pada umumnya petani (pemilik lahan) tidak hanya mengusahakan satu
jenis komoditi saja, tetapi pada saat yang sama dan dalam sebidang hamparan
lahan milik, yang bersangkutan menanam lebih dari satu komoditi. Komposisi
jenis yang diusahakan bisa bervariasi dan merupakan kombinasi antara tanaman
tahunan (kayu-kayuan, perkebunan dan buah-buahan) (Awang dkk, 2001).
Pengelolaan Hutan
Pengelolaan hutan (forest management) adalah praktek penerapan
ekonomi, sosial dan analisis kebijakan dalam rangkaian kegiatan membangun atau
meregenerasikan, membina, memanfaatkan dan mengkonservasikan hutan untuk
mendapatkan tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan tetap
mempertahankan produktivitas dan kwalitas hutan. Pengelolaan hutan mencakup
pengelolaan terhadap keindahan (aesthetics), ikan dan fauna air lain pada
sungai-sungai di dalam hutan, rekeasi, nilai-nilai atau fungsi hutan untuk wilayah
perkotaan, air, kehidupan liar, kayu dan hasil hutan bukan kayu lainnya, serta
berbagai nilai lain yang termasuk dalam kelompok sumber daya hutan
(Suhendang, 2002)
Helms (1998) dalam Suhendang (2002) menyatakan bahwa perencanaan
kehutanan (forestry planning) merupakan rangkaian kegiatan yang lengkap,
mencakup tahapan-tahapan: pemantauan (monitoring), penilaian (assesmenmt),
pengambilan keputusan (decision making) dan penerapan (implementation) yang
dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan.
Sesuai dengan pasal 23 bahwa 23 Undang-Undang No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan disebutkan bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk
memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara
berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariaannya. Sehingga telah dikeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan penggunaan Kawasan Hutan
(Departemen Kehutanan, 2004).
Koperasi, Badan Usaha Milik Swasta Indonesia, Perorangan, Lembaga
Pendidikan, Lembaga Penelitian dan Masyarakat Hukum Adat dengan
mempedomani ketentuan dan per-undang-undangan yang berlaku
(Departemen Kehutanan, 2004).
Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mewujudkan tuntutan pengelolaan
hutan secara adil dan berkelanjutan senantiasa menghadapi tantangan dan kendala
yang terkait dengan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan hutan.
Kejelasan hak dan kewajiban yang ada pada masyarakat akan menumbuhkan
suasana yang aspiratif dan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai
basis pengelolaan hutan. Keterlibatan masyarakat secara sadar akan berperan dan
berfungsi dalam pengelolaan hutan yang lestari sehingga menjamin
berkembangnya kapasitas dan pemberdayaan masyarakat serta distribusi manfaat
hutan (Affandi, 2005).
Beberapa Badan Usaha Milik Negara yang berperan dalam pengelolaan
kehutanan adalah:
1. Perusahaan Umum (Perum) Perhutani
2. PT Inhutani
3. Hak Pengusahaan Hutan (HPH)/ Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH)
4. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI),
5. Hak Pengusahaan Hutan Bina Desa Hutan (HPH Bina Desa).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (September-Nopember
2007). Lokasi kegiatan Penelitian Pengembangan tanaman kemiri dan durian di 5
Kecamatan yaitu : Kecamatan Tiga Binanga (Desa Tiga Binanga, Desa Menjire
dan Desa Bunga Baru), Kecamatan Lau Baleng (Desa lau Baleng, Desa Kutarih
dan Desa Lau Peranggunan), Kecamatan Mardingding (Desa Mardingding, Desa
Lau Pengulu dan Desa Bandar Purba), Kecamatan Kuta Buluh ( Desa Kuta Maleh,
Desa Lau Buluh dan Desa Buah Raya) serta Kecamatan Tigan Derket (Desa Nari
Gunung I, Desa Nari Gunung II Desa Kutam Baru dan Desa Temburun)
Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
1. Peta wilayah kabupaten dan dokumen lain yang berkaitan dengan
lokasi studi.
2. Kuesioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun primer
3. Laporan-laporan hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan
berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk
melengkapi pengamatan langsung di lapangan.
4. Kamera untuk dokumentasi dan visualisasi obyek kegiatan guna
5. Alat inventarisasi hutan (pita ukur, tambang, alat pengukur tinggi
pohon, tally sheet, dll)
Objek dan Data
Objek Kegiatan
Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dengan pengelolaan dan
pengembangan tanaman kemiri dan durian di wilayah studi yaitu:
1. Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan)
2. Aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat
3. Kawasan hutan negara, hutan rakyat, baik pekarangan, kebun/ladang,
maupun ladang.
Data Penelitian
Penelitian bersifat eksploratif, pengumpulan data dilakukan dengan
mengkombinasikan Metode Telaahan Dokumentasi (Documentation Study) dari
berbagai sumber data sekunder dan Metode Langsung (Direct Methods) yaitu
pengumpulan data primer di lapangan dengan teknik wawancara (dengan dan
tanpa kuesioner) dan observasi lapangan. Pengumpulan data langsung di
lapangan, khususnya di daerah terpilih sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan
maksud pengambilan data langsung dan mengecek data sekunder di lapangan.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: kondisi umum lokasi
penelitian, data sosial ekonomi masyarakat, dan hasil penelitian yang terkait
data luas tanaman kemiri dan durian dan potensi (yang meliputi: kerapatan, data
diameter dan tinggi tegakan, jenis tanaman hutan rakyat, umur), pola, serta fungsi
dan manfaat kemiri dan durian.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel
Sampel Kecamatan
Proses pemilihan kecamatan diawali dengan eksplorasi informasi dari
berbagai sumber, baik literatur, kunjungan singkat ke lapangan, dan pemanfaatan
data/informasi dari instansi terkait langsung dalam pengelolaan tanaman kemiri.
Desa yang dianggap cocok dijadikan sebagai sampel kecamatan.
Sampel responden
Responden kasus dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK)
pemilik kebun kemiri pada desa sampel terpilih. Responden kasus diambil secara
acak sederhana (simple random sampling), dengan jumlah responden per desa
berdasarkan quota sample (disesuaikan dengan kebutuhan).
Teknik dan Tahapan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan (daerah terpilih
sebagai lokasi penelitian). Tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi dan inventarisasi tanaman kemiri dan durian yang
2. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman kemiri dan
durian yang ada di lapangan untuk memperoleh informasi mengenai
proses pengelolaannya
3. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para
pelaku (aktor) utama yang mewakili dan para pihak pemangku
kepentingan dalam pengelolaan tanaman kemiri dan durian.
4. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder, selanjutnya
ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan
dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara
deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis
para pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam
pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif
diolah secara tabulasi.
Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan dengan wawancara dan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang
diperoleh dari setiap responden meliputi:
1. Identifikasi diri responden
2. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman kemiri dan durian
3. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman kemiri atau
durian dan teknis budidayanya (penyiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan) serta waktu kegiatan tersebut
4. Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya hutan rakyat dan harga
input yang digunakan
5. Metode penjulan hasil kayu yang dilakukan petani dan harga jualnya
6. Potensi tanaman kemiri atau durian yang dibudidayakan yang meliputi
jenis, sebaran diameter, tinggi pohon, luas bidang dasar, dan volume
tegakan.
Pengumpulan data primer yaitu penutupan lahan adalah dengan melakukan
inventarisasi dan teknik sampling terhadap tanaman kemiri atau durian yang
dikelola masyarakat. Teknik sampling yang digunakan adalah petak contoh, dan
metode pengambilannya adalah 1 plot tiap luasan kemiri atau durian responden.
Pada saat itu juga dilakukan pengukuran vegetasi meliputi tinggi, diameter dan
jumlah individu pada tingkat pohon. Adapun bentuk petak contoh untuk
pengukuran data vegetasi berupa lingkaran dengan ukuran 0.1 ha yang diletakkan
secara purposive.
Analisis Data
Potensi Kemiri dan Durian
Penaksiran potensi kayu kemiri dan durian dimulai dengan perhitungan
potensi tanaman kemiri dan durian yang dimiliki oleh setiap sampel responden
pada desa sampel terpilih. Data dari hasil inventarisasi kayu di tanaman kemiri
dan durian, kemudian dapat dihitung parameter-parameter tegakannya yang
meliputi jenis pohon, jumlah pohon, luas bidang dasar (lbds), dan volume
Perhitungan buah dilakukan melalui wawancara langsung dengan
responden. Data potensi buah ini merupakan data awal yang bersifat primer.
Potensi buah kemiri atau durian dinyatakan dalam kilogram.
Jumlah pohon penyusun tanaman kemiri dan durian dapat diperoleh dari
hasil inventarisasi untuk setiap jenis kayu. Lbds tegakan dapat dihitung dengan
rumus berikut:
Lbds = 0,25 x π x Di2 Dimana:
Lbds : luas bidang dasar tegakan (m2)
Di : Diameter batang (tinggi pengukuran 1,3 m) untuk pohon jenis i (m)
Penghitungan volume tegakan berdiri tanaman kemiri dan durian dapat
dihitung dengan rumus berikut (Widayati dan Riyanto, 2005):
Vi = Lbds x ti x fi Dimana:
Vi : Volume pohon jenis i (m3)
ti : Tinggi total pohon jenis i (m)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi dan Produktivitas Kemiri dan Durian
A. Kemiri
Klassifikasi Ilmiah Kemiri
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana
Dari hasil penelitian didapat produktifitas kemiri yang diteliti di
Kecamatan Kuta Buluh, Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng dan
Kecamatan Mardingding masing-masing memiliki hasil yang berbeda. Hal ini
karena perbedaan luas lahan, topografi, populasi, jarak dan cara pengelolaan.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa produksi buah kemiri dari
desa-desa dan keluarga-keluarga sampel penelitian dari Kecamatan Kuta Buluh dapat
mencapai 348,1 kg ; Kecamatan Tiga Binanga 512,5 kg; Kecamatan Lau Baleng
775 kg ; Kecamatan Mardingding 689,5 kg. Selengkapnya taksiran potensi buah,
luas lahan dan volume kayu berdiri kemiri pada kecamatan penelitian dapat
Tabel 6. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Kuta Buluh
Desa Jumlah
responden
Hasil buah bersih per bulan (Kg)
(Sumber : Data primer).
Tabel 7. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Tiga Binanga
Desa Jumlah
(Sumber : Data primer).
Tabel 8. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Lau Baleng
Desa Jumlah
(Sumber : Data primer).
Tabel 9. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Mardingding
Sunanto (1994) dalam bukunya menyatakan bahwa kayu kemiri sangat
ringan dan tidak awet jika digunakan untuk bahan bangunan walaupun ukurannya
besar. Pernyataan ini sesuai dengan responden Purba Karo-karo dari Desa Bunga
Baru Kecamatan Tiga Binanga kayu kemiri kurang bagus untuk dimanfaatkan
sebagai kayu bakar, karena kalor yang dihasilkan kecil, arti kata banyak asap
tetapi api sedikit. Juga dikatakan karena kayu kemiri rapuh sehingga tidak
menghasilkan arang panas. Jika ada satu atau dua batang kemiri yang tumbang
dalam satu kebun kemiri dibiarkan saja membusuk, sehingga tidak ada ditemukan
panenan kayu tahunan.
B. Durian
Klassifikasi IlmiahDurian
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Bombacacea
Genus : Durio
Spesies : Durio zibhetinus
Pohon durian yang diteliti tidaklah membentuk suatu pola yang disebut
sebagai hutan, karena pemilikan lahan durian tidak sampi ber hektar-hektar.
karena rasa buah yang lezat juga dapat dipasarkan untuk menambah pendapatan
petani. Durian hanya sekali atau dua kali panen setahun. Dari responden diketahui
bahwa durian biasanya berbunga pada bulan Mei dan dan buahnya bisa dipanen
pada bulan Oktober.
Diantara keempat desa yang diteliti, Desa Nari Gunung I memiliki
potensi buah paling besar dengan jumlah sekitar 2.266,66 kg per bulan atau 2,26
ton per bulan dengan luasan lahan sekitar 1,8 ha. Potensi kayu berdir sekitar
625,092 m3. Desa Nari Gunung II menghasilkan buah sekitar 1500 kg per bulan
atau 1,5 ton dengan luas lahan 0,764 ha. Potensi kayu berdiri sekitar 443,143 m3.
Sementara Desa Kutam Baru menghasilkan buah sekitar 916,66 kg per bulan atau
11 ton per tahun dengan luasan lahan 1,5 ha dan potensi kayu sekitar 167,13 m3.
Dari keempat desa tersebut total potensi buah yang dihasilkan per bulan
adalah 7183,32 kg atau 7,183 ton per tahun. Luas lahan sekitar 5,514 ha. Potensi
kayu berdiri sekitar 1868,365 m3. Adanya perbedaan antara keempat desa ini pada
potensi buah, volume kayu berdiri dan luas lahan mengacu pada penelitian yang
dilakukan. Potensi tidaklah harus sama, karena bisa dipengaruhi oleh faktor tanah,
luas lahan, populasi, potensi buah dan kayunya sendiri serta teknik budidaya dan
teknik pemeliharaan yang dilakukan. Selengkapnya potensi durian dapat disajikan
Tabel 10. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri durian Kecamatan Tigan Derket.
Desa Jumlah Nari Gunung II Kutam Baru
(Sumber : Data primer).
Pola Pengelolaan dan Pengembangan Tanaman Kemiri dan Durian
A. Kemiri
Kemiri, yang sudah banyak dibudidayakan para petani karo masih
menggunakan pola pengelolaan yang konvensional. Penanaman bersifat
monokultur, dimana tanaman-tanaman lain disingkirkan agar pertumbuhan pohon
kemiri lebih terjamin, disamping itu karena perawatannya akan lebih mudah.
Lahan yang diusahai adalah lahan milik keluarga dan dikelola oleh keluarga
petani tanpa melibatkan pemerintah. Kemiri yang ditanam dapat tumbuh dengan
subur. Pemeliharaan mudah, tidak perlu dipupuk, hanya penyiangan dilakukan 3-4
kali setahun. Luasan kebun kemiri rata-rata 1-2 ha dan merupakan lahan pribadi.
Persiapan lahan sekitar 1-3 bulan dengan tenaga kerja 2,3 atau 4 orang. Biaya
persiapan lahan tergolong hemat, sekitar 500 ribu sampai 1,5 juta rupiah
Teknis pembibitan
1. Biji kemiri yang dianggap bagus dan sehat di semaikan dalam bedeng
tabur dengan media tanah subur dan pasir di bagian atas.
2. Setelah biji disusun dengan rapi lalu dilapisi dengan pasir merata
setebal ± 2 centi meter.
3. Setelah itu dilakukan pemanasan dengan pembakaran ilalang kering
atau sejenisnya untuk sementara waktu diatas bedengan untuk
mempermudah perkecambahan. Yang lain dengan mengikir mata
kecambah.
4. Setelah berkecambah dimasukkan kedalam polybag.
5. Kira-kira 3-4 bulan dengan tinggi ± 25 cm bisa ditanam.
6. Penanaman kemiri membutuhkan naungan agar tidak layu oleh sinar
matahari.
Bibit yang bagus adalah bibit yang hijau muda, ukuran batang cukup besar,
tanpa bercak penyakit pada batang atau daun serta perakarannya kompak.
Alat-alat penanaman adalah cangkul, pisau ember dan keranjang. Jarak berkisar 6x6
sampai 8x9 meter dengan penanaman per ha sekitar 120 sampai 185 tanaman.
Penyiangan jarang dilakukan, hanya 1-2 kali setahun. Pemupukan hanya pada
umur 2-3 bulan setelah penanaman setelah itu tidak dipupuk lagi. Hal karena
tanaman kemiri dapat tumbuh dengan subur hampir pada semua Tanah Karo.
Tanaman kemiri tidak banyak memiliki ancaman baik hama, penyakit ,
kebakaran, penggembalaan liar ataupun bencana alam. Paling hanya pencurian
pertumbuhannya cukup terjamin. Untuk sebagian petani terdapat perlakuan
khusus yaitu dengan membuat sayatan-sayatan di bagian bawah pokok, dengan
anggapan akan mempercepat dan memperbanyak buah kemiri.
Sunanto (1994) dalam bukunya menyatakan bahwa prospek tanaman
kemiri sangat baik, karena pemasarannya tidak sulit. Oleh karena itu usaha
pengembangan tanaman kemiri perlu dipacu terus usaha pengembangan tanaman
kemiri disamping menghasilkan biji kemiri juga berfungsi sebagai konservasi
tanah dan air yang berkaitan erat dengan berbagai kepentingan industri,
pariwisata, kelestarian lingkungan hidup terutama di Daerah Aliran Sungai.
Buah kemiri dapat dipanen mulai umur 6 tahun, dan panen besar 1-2 kali
setahun dan juga panen-panen sampingan 1-2 kali sebulan. Buah yang sudah
matang akan jatuh sendiri. Hasil 1 ha per tahun bervariasi dari 100 kg- 350 kg.
Variasi ini karena perbedaan umur, topografi, jarak dan pemeliharaan. Buah yang
sudah di panen selanjutnya diolah untuk membuang kulit luar dan dan
tempurungnya untuk mendapatkan buah yang terdapat dalam kulit biji. Buah yang
sudah bersih dijual ke pasar dengan harga rata-rata Rp 10.000,- per kilo gram.
B. Durian
Durian masih dibudidayakan dalam jumlah kecil dan jumlah pokok yang
dimiliki masih sedikit. Penanamannya banyak yang acak tidak membentuk suatu
pola dan kesatuan tumbuh tertentu. Pengelolaanya dilakukan oleh petani dan
caranya masih tradisional. Luasan durian rata-rata dibawah 1 ha dan merupakan
orang. Biaya persiapan lahan tergolong hemat, sekitar 500 ribu sampai 4 juta
rupiah tergantung luas lahan yang dimiliki.
Teknis pembibitan
1. Diambil buah dari pokok yang pertumbuhannya bagus dan sudah
berumur 10 tahun ke atas.
2. Buah yang bagus diambil bijinya
3. Lalu disemaikan dalam bedeng tabur dengan media tanah yang
gembur
4. Lalu dipindahkan ke polybag setelah berkecambah
5. Diberi naungan agar pertumbuhan dalam bedeng bagus
6. Setelah 3-4 bulan bibit siap di tanam ke lapangan.
Alat penanaman bibit durian adalah cangkul, pisau dan keranjang. Pada
penanaman, lobang tanam bisa diberikan tanah gembur agar pertumbuhan awal
lebih bagus. Pemupukan pertama dilakukan setelah berumur1-2 bulan.
Selanjutnya dipupuk setelah berbuah. Hama dan penyakit durian tidak banyak.
Ancaman ternak tidak ada, paling pencurian. Pohon durian bisa dipanen mulai
umur sekitar 6-7 tahun bila pengurusannya bagus. Panen besar durian sekali
setahun dan panen kecil 6 bulan berikutnya. Pemanena buah durian dilakukan
oleh pemiliknya.
Pada usia sekitar 8 tahun setelah ditanam maka pda bulan-bulan Juni –
September durian sudah berbunga. Sekitar Oktober – Februari, jadi 4-5 bulan
sendiri. Buah dari pangkal dahan dekat batang umumnya memiliki daging yang
tebal, rasanya lebih manis dan daging buahnya lebih kering (Setiadi, 1999).
Sebagian buah durian dinikmati oleh petani durian dan sebagian lagi
dijual. Harga per buah (± 2 kg) Rp 3000,- dan yang kecil bisa 4 buah Rp 10.000,-.
Buah dijual ke pasar lokal, atau ke agen atau langsung ke konsumen dengan
menjajakannya di depan rumah.
Manfaat Pengelolaan dan Pengembangan Kemiri dan Durian A. Kemiri
Dari hasil penelitian didapat bahwa kemiri dapat menambah penghasilan
masyarakat mulai dari Rp 66.000,- per bulan sampai 2,5 juta per bulan dengan
harga Rp. 10.000 per kilo gram dengan luasan kebun kemiri mulai dari 0,5 ha
sampai 7 ha. Dengan demikian kemiri diperkirakan sudah menjadi andalan
ekonomi masyarakat karo selama puluhan tahun. Sejak lama kemiri sangat
dibanggakan oleh petani karena tumbuhnya yang subur, perawatannya yang
mudah, musim berbuah yang teratur dan harga yang cukup stabil pada kisaran Rp
9.000,- sampi 11.000 per kilo gram. Biasanya harga pasar lebih mahal sekitar Rp.
1000,- sampai Rp 2000,- dari harga petani. Dengan kondisi masing-masing
pertumbuhan kemiri, para petani bisa mendapatkan hasil antara 200 kg per tahun
sampai 350 kg dari 1 ha.Disamping kemiri, petani juga membudidayakan tanaman
pertanian seperti jagung, cokelat, sayur-sayuran, umbi-umbian, tomat, cabe, dan
juga beternak unggas, sapi, babi dan kambing. Hasil tani kemiri memberikan
kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden dapat disajikan
pada Tabel 11 sampai Tabel 14.
Tabel 11. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.
Kecamatan : Kuta Buluh
No Responden Luas
Desa Kuta Maleh
1 Purnama
Desa Buah Raya
1 Haluanta
Desa Lau Buluh
1 Atang
Tabel 12. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.
Kecamatan : Tiga Binanga
No Responden Luas
Desa Tiga Binanga
1 Rogawaty
Desa Bunga Baru
1 Purba
Tabel 13. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.
Kecamatan : Lau Baleng No Responden Luas
Desa Lau Baleng
1 Arizona
Desa Lau Peranggunan
1 Sukarni
Tabel 14. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.
Kecamatan : Mardingding
No Responden Luas
Desa Bandar Purba
1 H.
(Sumber : Data primer).
Dari penelitian diperoleh bahwa kontribusi kemiri terhadap ekonomi
keluarga berkisar antara 10,34 % sampai 39,43 %. Dimana desa Lau Buluh
Kecamatan Kuta Buluh memiliki persentase terkecil, yaitu 10,34 %. Tertinggi di
desa Lau Pengulu Kecamatan Mardingding dengan persentase 38,9 %. Persentase
tidak lagi maksimal. Selain itu panen kemiri berkurang karena kurangnya
pengembangan, pemeliharaan. Karena itu masyarakat mulai mengalihkan mata
pencahariannya kearah budi daya pertanian palawija dan buah-buahan. Untuk
selengkapnya persentase pendapatan kemiri terhadap pendapatan total rumah
tangga responen dapat disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Persentase pendapatan kemiri terhadap pendapatan total rumah tangga responen
Persentase pendapatan kemiri dibanding pendapatan total per bulan
Kecamatan Desa Kebun Kemiri
(Rp)
Kuta Buluh Kuta Maleh
Persentase (%)
Tiga Binanga Tiga Binanga
Persentase (%)
Lau Baleng Lau Baleng
Persentase (%)
Mardingding Mardingding
B. Durian
Salah satu kecamatan yang cukup banyak menghasilkan durian dari
Kabupaten Karo adalah Kecamatan Tigan Derket. Jumlah desa/kelurahan, jumlah
desa penghasil durian dan jumlah desa yang diteliti pada kecamatan Tigan Derket
dapat disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah desa/kelurahan, jumlah desa penghasil durian dan jumlah desa yang diteliti pada kecamatan penelitian Tigan Derket.
Kecamatan Jumlah
desa/kelurahan
Jumlah desa penghasil durian
Jumlah desa yang diteliti
Tigan Derket 17 6 4
(Sumber : Data primer).
Tabel 17. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga pemiliki durian dan jumlah keluarga yang diteliti sebagai responden
Kecamatan Desa Jumlah
keluarga
Dari penelitian diperoleh bahwa durian telah memberikan pendapatan
bagi petani sekitar Rp 150.000.- sampai Rp 750.000.- per bulannya tergantung
banyak pokok durian dan produksi buahnya. Dengan demikian berarti cukup
signifikan untuk menambah daya ekonomi petani. Namun karena musim berbuah
1-2 kali setahun, maka petani tergolong kurang untuk membudidayakannya. Pada
hal pertumbuhannya bagus dan tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu
untuk pemeliharaannya. Selengkapnya taksiran kontribusi durian terhadap
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa di desa Nari Gunung I tanaman
durian bisa menyumbang pendapatan petani sampai 42,36 % dari total pendapatan
responden dengan asumsi bahwa semua produksi buah durian baik yang dijual
maupun yang dikonsumsi sendiri diukur dalam bentuk uang. Terkecil di Desa
Nari Gunung II mencapai 25 % dari total penghasilan responden. Untuk
selengkapnya persentase pendapatan durian terhadap pendapatan total rumah
tangga responden dapat disajikan pada Tabel 19.
Menurut Redaksi Trubus (2003) dalam setiap 100 gram bagian buah
durian yang dapat dimakan mengandung kalori sebanyak 134 kal, protein 2,5
gram, lemak 3 gram, hidrat arang sekitar 16,1 gram, vitamin A 135 SI, vitamin B1
0,1 mili gram, vitamin C 53 gram, serta bagian yang dapat dimakan (b.d.t) 22 %.
Dengan berbagai manfaat dari durian tentunya menjadikannya sebagai suatu
spesies yang layak untuk diteliti lebih lanjut dan budidayanya lebih
Tabel 18. Taksiran kontribusi durian terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden Kecamatan Tigan Derket
No Responden Luas
Desa Nari Gunung I
1 Alex Albert
Desa Nari Gunung II
1 A. Sembiring 0,036 100 150.000 1.000.000 1.500.000 2.650.000
Desa Kutam Baru
1 Kolam
Tabel 19. Persentase pendapatan durian terhadap pendapatan total rumah tangga responen
Persentase pendapatan durian dibanding pendapatan total per bulan
Kecamatan Desa Kebun
durian (Rp) Nari Gunung II
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di lapangan dan analisa data dapat diambil
kesimpulan:
1. Besarnya potensi buah kemiri masing-masing per bulan di Kecamatan
Kuta Buluh mencapai 348,1 kg; Kecamatan Tiga Binanga 512,5 kg;
Kecamatan Lau Baleng 775 kg dan Kecamatan Mardingding 689,5 kg.
Potensi buah durian di sampel Kecamatan Tigan Derket 7183,32 kg
per bualan.
2. Pengelolaan kemiri dan durian, yang sudah banyak dibudidayakan
para petani karo masih menggunakan pola pengelolaan yang
konvensional. Lahan yang diusahai adalah lahan milik keluarga dan
dikelola oleh keluarga petani tanpa melibatkan pemerintah atau mitra.
3. Dari hasil penelitian didapat bahwa kemiri dapat menambah
penghasilan masyarakat mulai dari Rp 66.000,- per bulan sampai 2,5
juta per bulan. Persentase kemiri terhadap pendapatan total keluarga di
setiap desa sampel penelitian berkisar mulai 10,34 % sampai 39,43%.
Sedangkan durian mulai Rp 150.000.- sampai Rp 750.000.- per bulan
dengann persentase 25 % sampai 42,36 % pada sampel desa
Saran
Kemiri dan durian memiliki manfaat yang sangat besar. Kemiri banyak
digunakan untuk bumbu masak dan produk kosmetik. Sementara durian selain
rasa buah yang lezat juga banyak mengandung vitamin yang diperlukan oleh
manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan tanaman kemiri dan
durian di Kabupaten Tanah Karo. Pembentukan mitra dan pendirian koperasi.
Selain itu perlu dilakukan pelatihan budidaya kemiri yang mencakup pengolahan
tanah, pencarian bibit unggul dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
penanganan hama dan penyakit pada kemiri dan durian yang tepat agar petani
mengerti dan mandiri mengembangkannya. Termasuk mencari pemasaran hasil
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, O. 2005. Perspektif Sosiologis Pelibatan Masyarakat Lokal Dalam Pembangunan Kehutanan. www. kehutanan masyarakat. com.
[akses: September 2007].
Awang, S.A., Andayani, W., Himmah, B., Widayanti, W.T., Affianto, A. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo. 2005. Profil Daerah Kabupaten Karo 2004. Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo.
Bratawinata, A.A. 2001. Ekologi Hutan Hujan Tropis dan Metode Analisis Hutan. Laboratorium Ekologi dan Dendrologi Fakultas Kehutanan Univ. Mulawaraman. Samarinda.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2004. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan. Sekretariat Jenderal Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Jakarta.
Dinas Pertanian Kabupaten Karo. 2006. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat
Menurut Kecamatan 2006
Nurrochmad D. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Pamulardi, B. 1995. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Redaksi Trubus. 2003. Mengebunkan Durian Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Reksohadiprodjo, S dan Pradono. 1998. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Rukmana, R. 1996. Durian, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Sardjono, M.A. 2004. Mosaik Sosiologi Kehutanan, Masyarakat Lokal, Politik dan Kelestarian Sumberdaya. Debut Press. Yogyakarta.
Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Kanisius. Yogyakarta. Wardani, M, Hadjib, N, Sutigno, P. 2007. Pembinaan Jaringan Jenis Andalan
Setempat Sebagai Bagian Dari Jaringan Penelitian Dan Pengembangan
Kehutanan.
Widayati, W .T dan S. Riyanto. 2005. Penelitian Potensi Hutan Rakyat dan Analisis Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Alam di Kabupaten Boyolali. Jurnal Hutan Rakyat Volume VII No. 2 Tahun 2005. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Lampiran 1 . Tabel data responden kemiri Kecamatan Kuta Buluh
No Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Jumlah
Anggota keluarga
Pekerjaan Pendapatan
per Bulan (Rp) Desa Kuta Maleh
1 Purnama P 40 SMP 5 Tani 1.390.000
Desa Buah Raya
1 Haluanta
Desa Lau Buluh
Lampiran 2 . Tabel data responden kemiri Kecamatan Tiga Binanga
No Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Jumlah
Anggota Keluarga
Pekerjaan Pendapatan
per Bulan (Rp) Desa Tiga Binanga
1 Rogawaty Br
Desa Bunga Baru
Lampiran 3. Tabel data responden kemiri Kecamatan Lau Baleng
No Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Jumlah
Anggota Keluarga
Pekerjaan Pendapatan
per Bulan (Rp) Desa Lau Baleng
1 Arizona
Desa Lau Peranggunan
1 Sukarni Tarigan 42 S1 5 Tani 3.000.000
2 Markos Ginting 36 SMP 4 Tani 1.500.000
3 Marlon Tarigan 29 SMA 3 Tani 1.140.000
4 Syarif Tarigan 52 SMP 3 Tani 1.330.000
Lampiran 4 . Tabel data responden kemiri Kecamatan Mardingding
No Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Jumlah
Anggota Keluarga
Pekerjaan Pendapatan
per Bulan
Desa Bandar Purba
Lampiran 5. Data responden durian Kecamatan Tigan Derket
No Nama
Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Jumlah
Anggota Keluarga
Pekerjaan Pendapatan
per Bulan (Rp) Desa Nari Gunung I
1 Alex Albert
Desa Nari Gunung II
1 A.
Desa Kutam Baru
Lampiran 6. Gambar Lapangan
Gambar 1. Pembuatan petak plot lingkaran 0,1 ha pada tegakan kemiri.
Gambar 2. Pembuatan petak plot lingkaran 0,1 ha pada tegakan durian.
Gambar 4. Wawancara dengan responden perempuan.
Gambar 7. Buah kemiri pada dahan.
Gambar 8. Kegiatan mengupas kemiri (Bahasa Karo ”Mamikpik”).
Gambar 10. Buah durian pada dahan.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Kawasan
Kawasan yang menjadi daerah penelitian adalah Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan di wilayah
Propinsi Sumateran Utara yang secara geografis terletak pada posisi 020 50’ – 030
19’ LU dan 970 55’ – 98038’ BT dengan luas wilayah 2127,25 km2 atau 212,725
ha. Berarti 2,97 % dari luas Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Karo secara administratif berbatasan langsung dengan :
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Ujung Danau Toba
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara.
Jarak ibukota Kabanjahe ke Ibukota Proinsi Sumatera Utara Medan
(Pelabuhan Udara) adalah sekitar 67 km, dengan jarak tempuh sekitar 2-3 jam
dengan kenderaan bermotor roda 4
(Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo, 2005).
Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 212.725 Ha dengan penggunaan
lahan yaitu kawasan hutan seluas 89.867 Ha (42,225 %), tanah ladang 61.072 Ha
(28,71 %), tegalan / kebun / pemukiman seluas 18.786 Ha (8,83 %) dan lahan
Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Karo adalah Regosol, Andosol,
Latosol, Komplek Latosol, Podsolik Merah Kuning, Litosol dan Podsolik serta
Podsolik Merah Kekuningan
(Sumber: Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Karo, 2008).
Iklim
Kabupaten Karo termasuk daerah beriklim tropis. Suhu udara di
Kabupaten Karo berkisar antara 140C – 260C dengan kelembaban udara rata-rata
setinggi 89 %. Berdasarkan catatan Stasion Klimatologi Kuta Gadung Kabupaten
Karo, pada tahun 2004 terdapat 151 hari hujan dengan volume curah hujan
sebanyak 2.216 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 390
mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi
pada bulan Agustus sebesar 24 mm dengan hari hujan 6 hari
(Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo, 2005).
Tabel 2. Batas-batas wilayah kecamatan penelitian
Kecamatan Batas-batas wilayah
Ketinggian
Tigan Derket 850-1200 86,76 Kec. Simpang
Empat
Kec. Kuta Buluh
Kab. Langkat Kec.
Tabel 3. Batas- batas desa penelitian
Kecamatan
Batas wilayah desa penelitian
Desa Timur Barat Utara Selatan
Kuta Buluh Kuta Maleh Lau Buluh Mburidi Mburidi Buah Raya
Buah Raya
Siababang-abang
Nageri Jahe, Ujung Deleng
Kuta male Kec.Tiga
Binanga
Bunga Baru Kuala Pertumbuken Pergendangen
Menjire Perbesi Kuala Perbesi Tiga Binanga
Bunga Baru Kec. Munte Tiga Binanga Perbesi Kuta Raja
Lau Baleng Lau Baleng Kec. Tiga
Binanga
Tanjung Gunung
Kutambelin Lau Pradep
Kutarih Tanjung
Gunung
Lau Baleng Tanjung
Gunung
Mardingding Mardingding Lau Kesumpat
Lau Pengulu Bandar Purba
Lau Pakam Lau Pakam Prov Aceh
Bandar Purba
Rimo Bunga Lau Pengulu Lau Pengulu Rimo Bunga
Tigan
Penampen Jandi Meriah
Nari
Susuk Tigan Derket
Temburun Perbaji Kutambaru Mardingding Tigan Derket,
Perbaji
(Sumber: Badan Pusat Statistik Karo, 2007).
Penelitian kemiri dilaksanakan di 4 kecamatan dengan 12 desa sesuai
dengan rekomendasi Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Kabupaten Karo. Masing-masing tiap kecamatan terdiri dari 3 desa sesuai dengan
quota sampling yang ditentukan. Tidak semua desa dijadikan objek penelitian
karena tidak semua desa memiliki kebun kemiri. Kebun kemiri telah
kecamatan penelitian kebun kemiri telah diubah menjadi lahan pertanian seperti
cokelat, jagung, padi dan juga sebagai lahan perumahan. Penduduk merasakan
bahwa hasil kemiri sudah tidak seperti dulu bisa menghidupi keluarga, akhirnya
banyak yang diubah menjadi lahan pertanian.yang lebih produktif, harga jual yang
tinggi dan lebih laku di pasaran.
Tapi pada beberapa desa di kecamatan penelitian masih terdapat desa-desa
dengan keluarga-keluarga yang masih setia mengembangkan kebun kemiri dengan
anggapan yang positif bahwa kemiri akan memiliki harga jual yang lebih tinggi di
masa yang akan datang mengingat luasan lahan kemiri pada masing-masing
kecamatan semakin berkurang. Mereka mengharapkan bahwa budidaya yang baik
akan mendapatkan hasil yang memuaskan walaupun dengan luasan yang terbatas.
Oleh karena desa objek penelitian ditentukan sebanyak 3 desa.
Tiap desa dipilih 5 keluarga sebagai sampel karena tidak semua keluarga
di tiap desa memiliki hutan kemiri dan mengandalkan sektor ekonominya dengan
cukup besar pada kemiri. Disamping itu terdapat keluarga yang memiliki kebun
kemiri namun luasan yang tidak cukup. Selain itu banyak juga keluarga yang
memiliki pohon kemiri yang populasinya tersebar, sehingga tidak membentuk
suatu kesatuan lahan kebun kemiri. Keluarga-keluarga baru umumnya tidak
menanam kemiri, mereka membudidayakan tanaman pertanian seperti
sayur-sayuran, buah-buahan, cokelat, jagung dan padi. Jadi sebagian besar kebun kemiri
merupakan warisan dan dimiliki oleh keluarga-keluarga yang sudah cukup tua.
Oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan tersebut ditentukan sampel
diwawancarai. Selengkapnya perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa,
jumlah keluarga pemiliki kemiri dan jumlah responden dapat disajikan pada Tabel
5.
Tabel 4. Perbandingan jumlah desa/kelurahan pada tiap kecamatan, jumlah desa penghasil kemiri dan jumlah desa yang diteliti.
Kecamatan Jumlah desa/kelurahan Jumlah desa
penghasil kemiri
Jumlah desa yang diteliti
(Sumber : Data primer).
Tabel 5. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga pemiliki kemiri dan jumlah keluarga responden.
No Kecamatan Desa Jumlah
(Sumber : Data primer).
Penelitian durian dilaksanakan di 4 desa di Kecamatan Tigan Derket,
sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan
Kecamatan yaitu Kecamatan Tigan Derket dengan 4 desa penelitian yaitu Desa
Nari Gunung I, Desa Nari Gunung II, Desa Kutam Baru dan Desa Temburun.
Sesuai dengan informasi dari masyarakat di masing-masing desa tersebut durian
cukup banyak tumbuh.. Walaupun luas lahan durian yang dimiliki tidak seberapa
luas dibandingkan denga lahan yang non-durian namun produksi buah durian
cukup menambah penghasilan petani. Masing-masing desa ditentukan 5 keluarga