• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi Tentang Bahaya Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Karyawan PT. SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG Cikampek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Persepsi Tentang Bahaya Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Karyawan PT. SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG Cikampek"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA

KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan S.Kep

Disusun oleh :

MONICA VIRLY

NIM : 108104000003

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Monica Virly

NIM : 108104000003

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan

Tahun akademik : 2008

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU

MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN

INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memeperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau hasil karya

orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di fakultas kedokteran dan

ilmu kesehatan universitas islam negeri (UIN) syarif hidayatullah Jakarta

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 12 Juli 2013

Monica Virly

(3)
(4)
(5)

ii Skripsi, Juni 2013

MONICA VIRLY, NIM : 108104000003

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN PT. SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Kata kunci : Persepsi, Perilaku merokok

(ii + 78 Halaman + 8 Tabel + 1 Bagan + 2 Gambar + 8 Lampiran)

ABSTRAK

Berdasarkan RISKESDAS tahun 2010 terhadap perokok di Indonesia bahwa prevalensi perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 %. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT. Sintas Kurama Perdana kawasan industri pupuk kujang Cikampek. Metode yang digunakan adalah jenis penelitian cross sectional Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling

sebanyak 61 responden dengan uji statistik chi square. Penelitian ini mengunakan instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 61 orang terdapat 25 (41,0 %) karyawan yang persepsi baik dan 36 (59,0 %) karyawan yang persepsi kurang baik, sedangkan 33 (54,1 %) karyawan perilaku kurang baik dan 28 (45,9 %) karyawan perilaku baik. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku merokok dengan nilai pV= 0,440 (p >0,05) dan nilai OR : 0,667. Guna untuk menurunkan angka perokok perlu dilakukan beberapa usaha oleh pihak terkait, seperti memberikan penyuluhan kesehatan terhadap bahaya merokok kepada karyawan, membuat peraturan untuk penjual rokok, sehingga tidak semua penjual dapat menjual rokok, melarang iklan rokok dan membuat peraturan larangan membeli rokok.

(6)

Mini-Thesis, June 2013

MONICA VIRLY, NIM: 108104000003

PERCEPTION RELATIONSHIP ABOUT SMOKE HAZARD WITH SMOKING BEHAVIOR OF EMPLOYEES AT PT.SINTAS KURAMA PERDANA IN KUJANG INDUSTRIAL AREA CIKAMPEK

Keywords: Perception, smoking behavior determined the relationship between the perception about the dangers of smoking and smoking behavior in employees of PT.Sintas Kurama Perdana in Kujang Industrial area Cikampek. The method used in this study is cross-sectional, a type of research. The research used accidental sampling technique of 61 respondents with self questionnaire instrument and analized using with a chi-square statistical test. This research used a questionnaire instrument.The results showed that among those 61 people there were 25 (41.0%) employee perceptions of good and 36 (59.0%) of employees who perceived not good, whereas 33 (54.1%) employees are not good behavior and 28 (45, 9%) employees are good behavior.Based on data analysis results that there is no significant relationship between perception and smoking behavior with the P value = 0.440 (p> 0.05) and the value of OR: 0.667.In reducing the number of smokers true several efforts should be made by all relevant parties, such as we can give more education danger of cigarette to employee, then as well as make rule for seller of cigarette to conditional selling, after then make rule to limit of cigarette space edvertisement, and last make a space smoking room at a public area.

Bibliography: 34 (1997-2010)

(7)

iv Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian dengan

judul: “HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN

PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA

KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK”

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta, untuk menerapkan dan mengembangkan

teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk perbaikan skripsi

penelitian ini.

Penulis juga menyadari selama penyusunan skripsi penelitian ini banyak bantuan yang

penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa terima kasih banyak kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.

2. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk Waras Budi Utomo S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu

(8)

v

waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini

5. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan

pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK

UIN Jakarta).

7. Karyawan dan karyawati PT Sintas Kurama Perdana yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Orang tuaku yang memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih sayang

tiada tara tanpa pamrih yang senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis dan

memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses

menyelesaikan proposal penelitian ini.

9. Nenek dan Adik (Alvin Prabowo) yang selalu memberikan semangat dan do’a.

10.Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a dan

semangat dalam menyusun proposal penelitian.

Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT

dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 2013

(9)

vi

E. Ruang Lingkup Penelitian ...

(10)

vii BAB III

BAB 1V

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ………...

D. Teknik Pengambilan Sampel ...

E. Metode Pengambilan Data ...

1. Instruman Penelitian ...

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ...

F. Tahap Pengambilan Data ...

G. Teknik Analisis Data ...

1. Pengolahan Data ...

2. Analisa Data ...

H. Etika Penelitian ...

1. Prinsip Etika Penelitian ...

(11)

viii BAB V

BAB VI

BAB VII

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...

B. Visi dan Misi PT Sintas Kurama Perdana ...

C. Karakteristik Responden ...

D. Hubungan persepsi dengan perilaku

(12)

ix

Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Responden di PT

Sintas Kurama Perdana ...

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di PT

Sintas Kurama Perdana ...

Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di PT

Sintas Kurama Perdana ...

Distribusi Frekuensi Umur Responden di PT Sintas

Kurama Perdana ...

Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang

Bahaya Merokok Pada Karyawan di PT Sintas

Kurama Perdana...

Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Tentang

Bahaya Merokok Pada Karyawan di PT Sintas

Kurama Perdana...

Distribusi Responden Berdasarkan persepsi tentang

bahaya merokok dengan perilaku merokok pada

(13)

x

No. Gambar Hal

Gambar

Gambar

2.1

2.2

Kerangka Teori ...

Kerangka Konsep ... 27

(14)

xi BPS : Badan Pusat Statistik

Depkes : Departemen Kesehatan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

(15)

xii No. Lampiran

1. Lembar persetujuan menjadi responden

2. Lembar data demografi responden

3. Lembar kuesioner persepsi terhadap perilaku merokok

4. Lembar kuesioner perilaku merokok

5. Lembar surat izin studi pendahuluan

6. Lembar surat izin penelitian

(16)

xiii

Nama : Monica Virly

Tempat, tanggal, lahir : Karawang, 14 November 1989

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Dusun Poponcol desa Dawuan Tengah Rt/Rw 002/001

Kec.Cikampek, Kab. Karawang, 41373

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Telepon : 0856 9703 4800

E-mail : monnic.virly@yahoo.com

Riwayat pendidikan

1. 1995-1996 : TK Pupuk Kujang Cikampek

2. 1996-2002 : SD Pupuk Kujang Cikampek

3. 2002-2005 : SMP Pupuk Kujang Cikampek

4. 2005-2006 : SMAN 5 Karawang

(17)

xvi

“ SANG PEJUANG”

Jalan perjuangan selalu dirintis oleh orang-orang yang berilmu...

Dikerjakan oleh orang-orang iklas dan dimenangkan oleh orang-orang yang berani...

“PEJUANG SEJATI” tidak selalu hadir pada orang yang cerdas dan tidak pula pada orang yang hebat,

Namun mereka yang TETAP BERTAHANLAH yang layak disebut pejuang sejati...

Mereka akan selalu belajar dan belajar dari setiap masalah yang dihadapi, dari setiap moment yang dialami hingga suatu hari ia dapati dirinya telah berubah menjadi...

LEBIH SABAR...

LEBIH IKHLAS...

LEBIH BERANI... &

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization)

tahun 2011 terdapat 3,8 milyar perokok di dunia. Sedangkan di negara-negara

berkembang seperti di Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin

meningkat. Prevalensi kelompok umur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari

pada 5 provinsi di Indonesia tertinggi ditemukan di propinsi Kalimantan tengah

(36,0 %), diikuti dengan kepulauan Riau (33,4 %), Sumatera Barat (33,1 %), NTT

dan Bengkulu masing-masing (33 %). Disisi lain 5 provinsi dengan prevalensi

perokok terendah dijumpai di provinsi Sulawesi tengah (22 %), DKI Jakarta

(23,9 %), Jawa timur (25,1 %), Bali (25,1 %) dan Jawa tengah (25,3 %)

(RISKESDAS, 2010).

Dari data RISKESDAS tahun 2010 terhadap perokok di Indonesia

memperlihatkan bahwa prevalensi perokok tertinggi saat ini terdapat pada

kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 %

Kelompok umur 25-34 tahun (31,1 %), umur 35-44 tahun (30,7 %), umur 45-54

tahun (32,2 %) dan pada umur 55-64 (31,0 %) (RISKESDAS, 2010).

Data WHO terhadap perokok di Indonesia memperlihatkan bahwa

prevalensi perokok laki-laki jauh lebih tinggi daripada perokok wanita. Demikian

juga halnya di propinsi Jawa barat. Presentase perokok laki-laki yang merokok

adalah 71,1 % sedangkan perokok wanita adalah 6,2 % (RISKESDAS, 2007).

(19)

Dan dari hasil prevalensi perokok saat ini lebih tinggi pada laki-laki

(54,1 %) dibandingkan perempuan (4,2 %) (RISKESDAS 2010). Jika di uraikan

menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi menurut hasil Riskesdas

tahun 2010 adalah pada umur 24-64 tahun.

Di dalam rokok terdapat kandungan 4.000 zat kimia antara lain Nikotin

yang bersifat kasinogenik, yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit yaitu

gangguan pencernaan, gangguan kehamilan dan janin, impotensi, bronchitis,

emphysema, penyakit jantung, serangan otak, dan kanker (Maba,2008).

Pada perokok aktif, faktor resiko penyakit yang diderita adalah penyakit

jantung koroner, diabetes dan masalah yang berkaitan dengan kehamilan seperti :

berat badan bayi lahir rendah, prematur dan rusaknya plasenta, sedangkan pada

perokok pasif di lingkungan asap rokok bisa berdampak kanker paru dan penyakit

pada saluran pernafasan (Baequni dan Nasir, 2004).

Bahaya merokok tidak hanya menyerang perokok aktif saja, tetapi bisa

menyerang orang yang berada disekitar, bahkan perokok pasif cenderung terkena

kadar racun yang lebih besar dari pada perokok itu sendiri (Hikmat, 2007).

Perokok pasif juga bisa terkena penyakit kardiovaskular dan berbagai macam

penyakit yang dapat menimbulkan kematian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baequni dan Nasir (2005)

pada civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah” terdapat 34,3 % responden

adalah perokok dari 100 % jumlah responden mahasiswa. Dalam hal ini Perilaku

merokok pada karyawan bisa disebabkan oleh adanya persepsi.

Persepsi merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap orang

merasakan, menginterpretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda

(20)

Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan Nurlailah (2010) tentang

persepsi dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah pada 120 responden, peneliti membuat 2

kategori yaitu negatif dan positif. Skor persepsi responden mengenai dampak

merokok terhadap kesehatan berkisar pada kategori negatif sebanyak 62 orang

dengan presentase 51,7 % sedangkan kategori positif sebanyak 58 orang dengan

presentase 48,3 %.

PT Sintas Kurama Perdana merupakan suatu perusahaan industri yang

berbahan baku gas alam, dalam hal ini perusahaan telah menerapkan aturan

terhadap larangan keras untuk tidak merokok dan selalu memberikan penyuluhan

mengenai bahaya merokok baik untuk kesehatan maupun lingkungan kerja pabrik

karena bisa mengakibatkan kebakaran yang diakibatkan oleh puntung rokok

karena banyaknya bahan kimia dan gas yang ada di sekitarnya, namun masih saja

terdapat beberapa karyawan yang melanggar peraturan yang telah ditentukan oleh

perusahaan. Mengapa hal ini masih saja terjadi, karena merokok diasumsikan

sebagai cara untuk mengurangi reaksi negatif seperti cemas, tegang dan stress,

namun pada dasarnya merokok tidak ada kaitannya dengan stres, depresi ataupun

masalah psikologis lainnya. Jika ada orang yang merokok untuk mengatasi stres

maka perilaku merokok itu sebenarnya hanya sebuah pelarian. Merokok hanya

melupakan sementara saja stresor (penyebab stres) karena untuk sementara waktu

konsentrasi beralih pada rokok dan stresor terlupakan tetapi setelah selesai

merokok, konsentrasi akan kembali lagi pada stresor tersebut.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Febuari 2012 di

PT Sintas Kurama Perdana terhadap 95 karyawan diberbagai unit kerja dan

(21)

menanyakan langsung kepada responden dengan cara melakukan observasi pada

saat jam istirahat karyawan. Pada saat ini telah diketahui bahwa merokok

mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya terhadap kesehatan manusia dan

perilaku merokok tidak hanya merugikan perokok itu sendiri melainkan untuk

orang lain. Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Hubungan persepsi tentang bahaya merokok dan perilaku

merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana di Kawasan Industri Pupuk

Kujang Cikampek”.

B. Rumusan Masalah

Organisasi kesehatan dunia WHO (2011) mengatakan bahwa terdapat 3,8

milyar perokok didunia, sedangkan di Indonesia perokok menurut laporan

nasional dalam RISKESDAS pada tahun 2007 yang mengatakan bahwa

presentase perokok laki-laki yang merokok adalah 71,1 % sedangkan perokok

wanita adalah 6,2 %, sedangkan dari data RISKESDAS tahun 2010 berdasarkan

usia perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan

rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 %. Adapun efek yang disebabkan dari

rokok adalah mengalami resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru,

kanker mulut, kanker esofagus, kanker kandung kemih, serangan jantung dan

berbagai penyakit lainnya, hal ini disebabkan pada sebatang rokok memiliki

4.000 bahan kimia dalam partikel dan gas yang bersifat racun. Dari hasil awal

penelitian yang dilakukan pada bulan Februari 2012 di PT Sintas Kurama

Perdana pada 95 karyawan diberbagai unit kerja didapatkan 20 karyawan

PT Sintas Kurama Perdana yang merokok. Pada dasarnya karyawan sudah

(22)

terhadap kesehatan manusia dan perilaku merokok tidak hanya merugikan

perokok tetapi lingkungan sekitarnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi

tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT

Sintas Kurama Perdana.

2. Tujuan Khusus.

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui bagaimana persepsi karyawan akan bahaya dari merokok

pada PT Sintas Kurama Perdana.

b. Mengetahui bagaimana perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas

Kurama Perdana.

c. Mengetahui bagaimana data demografi merokok pada karyawan di PT

Sintas Kurama Perdana.

D. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Ilmiah.

Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian

selanjutnya bagi karyawan yang perokok, dan mengenai dampak buruk

yang terjadi pada kesehatan karyawan akibat merokok yang dapat

(23)

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Peneliti.

Penelitian ini dapat memberi ilmu, wawasan dan pengalaman baru

yang sangat berharga terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

pada bidang kesehatan di komunitas baik secara konten maupun

metodologi penelitiannya.

b. Bagi Perusahaan.

Menjadikan bahan masukkan dalam rangka membuat program

pencegahan dan penanggulangan agar karyawan tidak menjadi perokok,

sehingga produktifitas kerja karyawan maupun kinerja perusahaan

meningkat.

c. Bagi Masyarakat.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna untuk masyarakat dalam mengetahui informasi tentang bahaya merokok sehingga masyarakat lebih mengetahui bahaya yang disebabkan oleh merokok.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan

perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri

Pupuk Kujang Cikampek. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross

sectional. Sample yang diambil dalam penelitian ini adalah karyawan yang

merokok dan tidak merokok diberbagai unit kerja PT Sintas Kurama Perdana.

Tehnik pengambilan sample menggunakan accidental sampling, sedangkan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan dari individu

terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu,

pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif

berpengaruh dalam proses persepsi.

Pengertian persepsi menurut para ahli :

Menurut Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses

bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan

masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan

yang berarti.

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen

memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan

oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap

obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses

pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap

individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun

objeknya sama.

Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan

proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang

mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan

(25)

pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam

menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar

selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang

diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara

individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka

diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian

merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan

pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang

terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa

seseorang akan bertindak. Persepsi berarti analisis mengenai cara

mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu

dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali

benda tersebut

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi

merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu

melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat

memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses

menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh

pengalaman dan proses belajar individu.

1. Jenis-jenis Persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh

(26)

a. Persepsi visual

Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah

kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari

indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak

binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan

indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk

kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan

alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya.

Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi,

dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi

visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus

persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

b. Persepsi auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia

dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem

pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua

suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali

amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

(27)

c. Persepsi perabaan

Persepsi perabaan didapatkan dari inderal yaitu kulit. Kulit dibagi

menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit

berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang;

sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka

terhadap berbagai rangsangan;

sebagai alat ekskresi, serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan

fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor khusus.

Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis.

Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari

epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya

terletak di dekat epidermis.

d. Persepsi penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman

yaitu hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan

atau perasaan bau.

e. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan

yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor

langsung dan merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk

(28)

Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, asam, dan pahit.

Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor

pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit

lunak, serta epitelium faring dan epiglotis.

2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi

Persepsi setiap orang dalam memandang atau mengartikan objek akan

berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses

persepsi pada individu. Persepsi individu tergantung pada apa yang individu

harapkan, pengalaman, dan motivasi (Davidoff,2000).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi (shaleh, 2004) adalah:

1. Faktor eksternal

a. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus

menanggapi semua rangsangan yang diterimanya, untuk itu individu

memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu saja.

Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka

sebagai objek pengamatan.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih

(29)

diantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan

intensitas rangsangnya paling kuat.

c. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda

dalam pengamatan dibanding seorang bukan seniman.

d. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu akan sangat mempengaruhi

bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya.

2. Faktor internal

Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah

berturut-turut: emosi, impresi dan konteks.

a. Emosi

Akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah

informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya adalah

emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar

dengan pacar dan mengalami kemacetan, mungkin akan mempersepsikan

lelucon temannya sebagai penghinaan.

b. Impresi

Stimulus yang menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi

seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat akan

(30)

persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan

berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan

persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.

c. Konteks

Walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang

penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial,

budaya atau lingkungan fisik. Konteks sangat menentukan bagaimana cara

pandang. Fokus pada pandangan yang sama, tetapi dalam gambar yang

berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.

B. Perilaku

Perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan

tanggapan (respon). Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu

aktivitas pada manusia itu sendiri. Baik yang dapat diamati secara langsung

atau tidak langsung (Notoatmodjo,2003). Robert Kwick (1974) dalam

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Perilaku tidak sama dengan sikap.

Gerakan-gerakan reflektif dalam perilaku, dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu: perilaku yang tampak, perilaku batin, perilaku asli, perilaku

yang didapatkan, perilaku normal dan perilaku yang menyimpang. Guilford

(1971) dalam Zakaria Ahmad (2009) seorang psikologi moderen,

mempelajari perilaku manusia dibagi atas 3 aktifitas yaitu : pertama

(31)

lain, dengan aktifitas ini seseorang dapat merealisasikan kesempurnaan serta

jati dirinya. Kedua aktifitas psikologis, aktifitas ini mencakup mayoritas

pembentukan perilaku dan praktek-praktek yang menghasilkan respon-respon

yang khusus dalam perilaku. Ketiga struktur keperibadian, yaitu bangunan

psikologis manusia, beserta segala aktifitas pembentuk struktur keperibadian,

diantaranya anggota tubuh, rasio untuk mengetahui, gerakan-gerakan insting

dan sosiologi.

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli

psikologi,merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan organisme tersebut

merespon. Skinner membedakan dua respon perilaku terhadap suatu

rangsangan, yaitu:

1. Responden Respons atau reflexive respon adalah respon yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Contohnya makanan lezat

menimbulkan keluarnya air liur. Respondent respons (responden behavior)

ini mencakup juga emosi respon atau emotional behavior, yang timbul

karena hal yang kurang mengenakan organisme yangbersangkutan.

2. Operant respon atau instrumental respon adalah respon yang ditimbul dan

berkembang diikuti rangsangan tertentu. Perangsangan tersebut atau

semacamnya disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena

perangsang-perangsang tersebut memperkuat respon yang dilakukanoleh orang.

Didalam kehidupan sehari-hari, respon jenis pertama (responden respon

atau respondent behavior) sangat terbatas keberadaanya pada manusia. Hal ini

(32)

Psikologi perkembangan adalah pengkajian ilmu yang berhubungan

dengan perkembangan manusia bermula ketika adanya kegidupan mulai dari

bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, lansia, dan akhirnya kematian. Berdasarkan

psikoanalitik kontemporer menurut Erik H. Erikson tahun 1994 tahap

perkembangan dewasa dibagi dua yaitu dewasa awal dan dewasa.

1. Dewasa awal (20-30 tahun )

Pengalaman adolsen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa awal.

Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality),

keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri

dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri. Cinta

adalah kesetiaan sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan

wanita. Cinta selain disamping bermuatan intimasi juga membutuhkan

sedikit isolasi, karena masing-masing pasangan tetap boleh memiliki

identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah refleksi dari

kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, dan ikatan kerja.

2. Dewasa (32-65 tahun )

Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut

bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat.

Kualitas sintonik pada tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan

kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah

perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide

yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan

dasar ego sebelumnya sebagi kekuatan dasar orang dewasa. Generasonal

adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa

(33)

pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa

aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi.

C. Rokok

Menurut Kesowo (2003), rokok adalah hasil olahan tembakau yang

terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisnya. Sedangkan menurut

Aditama (2006) asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, 43

diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan

infeksi pada paru dan telinga serta kanker paru.

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga

120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat

mulut pada ujung lain (Wiki, 2000).

1. Bahaya merokok

Merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya kepada

kesehatan manusia, dan kebiasaan merokok tidak hanya merugikan perokok

itu sendiri, tetapi juga mengancam masyarakat disekitarnya. Asap rokok

yang dihirup oleh perokok atau mereka yang berada di sekelililngnya, akan

memasuki rongga mulut dan hidung melalui kerongkongan, bronkus, dan

paru-paru. Kandungan asap rokok akan menyebabkan kerusakan tisu di

sepanjang perjalanan di ruang ini, dan boleh menyebabkan berbagai

penyakit di mulut seperti periodontitis (infeksi pada gusi), penyakit

(34)

atau pita suara), penyakit di bronkus seperti bronkitis (infeksi bronkus), dan

penyakit pada paru-paru seperti kanker paru, penyakit paru obstruktif, dan

emfisema (Martin,2008)

a. Bahaya merokok secara fisik

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25

jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru,

bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainya. Selain itu

adalah kanker mulut, tenggorokan, pankreas dan kandung kencing,

penyakit pembuluh darah, ulkus peptikum dan lain-lain.Satu-satunya

penyakit yang menunjukan asosiasi negatif dengan kebiasaan merokok,

yaitu kanker paru,bronchitis kronik dan emfisema, penyakit jantung iskemik

dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum, kanker mulut, kanker

tenggorokan,penyakit pembuluh darah otak dan gangguan janin dalam

kandungan(Aditama, 1997).

a. Penyakit kardiovaskuler

Menurut jurnal kardiologi Indonesia tahun 1995 penyakit

kardiovaskuler meduduki urutan penyebab utama kematian di Indonesia,hal

ini dapat dilihat pada peningkatan presentase penyebab kematian

kardiovaskuler dari 9,7% pada tahun 1992 menjadi 16% pada tahun 2000.

Merokok adalah salah satu resiko utama timbulnya morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler yaitu meningkatnya kadar kolesterol serum,

penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah perifer (Sitepoe,

(35)

b. Kanker paru

Penyakit kanker paru ini lebih berbahaya dai pada penyakit TBC paru.

Apalagi bila kanker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak

ditemukan dan paling sering ditemukan pada kaum pria. Di Amerika Serikat

diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70% pada wanita

disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris menunjukan

bahwa sekitar 87% kematian akibat kanker paru. Sementara itu, paparan

asap rokok pada mereka yang tidak merokok atau perokok pasif ternyata

meningkatkan terjadinya kanker paru sampai 30% lebih tinggi. penyakit

kanker paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai

penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di

dalam dan di luar negeri (Aditama, 1997).

c. Kehamilan

Menurut Aditama (1997), “ berat badan bayi dan ibu yang merokok,

rendah dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah

40-400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang bukan

perokok. sekitar 7% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari

akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan prosentase

ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua

bungkus rokok sehari”.

Penurunan berat badan bayi dapat terjadi karena beberapa hal, rokok

yang dihisapsi ibu akan mengganggu oksigenisasi ditubuh janin dan adanya

gangguan enzim-enzim pernafasan janin dalam kandungan. Nikotin juga

(36)

protein dalam tubuh janin yang sedang berkembang, serta nikotin dapat

menyebabkan jantung janin berdenyut lebih lambat dan menyebabkan

gangguan pada system saraf. Kelainan bawaan pada bayi yang baru lahir

seperti kelainan kantup kantung, ternyata juga lebih sering ditemukan pada

bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang perokok dibanding yang tidak

merokok. Para ahli mulai mendeteksi adanya kecendrungan gangguan

tumbuh kembang anak dari ibu perokok, baik dari sudut fisik, emosi

maupun kecerdasan. Semua keadaan tersebut terjadi karena pengaruh

bahan-bahan dalam asap rokok seperti gas CO, sianida, tiosianat, nikotin

dan karbonik anhidrase, selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat

menembus plasenta dan mengganggu kesehatan janin dalam kandungan

(Aditama,1997).

d. Penyakit gangguan perkembangbiakan

Seperti yang dikatakan oleh Chanoine J.P (1991), merokok akan

mengurangi terjadinya konsepsi atau memiliki anak, fertilitas pria ataupun

wanita perokok akan mengalami penurunan, wanita perokok akan

mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang

bukan perokok. Merokok juga dapat menimbulkan impotensi (Sitepoe,

2000).

e. Gangguan alat pencernaan

Seperti yang dikatakan oleh Harisson (1987), sakit maag atau gastritis

lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok,dibandingkan dengan

yang bukan perokok. merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada

(37)

maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang merokok. Merokok

juga mengurangi rasa lapar atau nafsu makan (Sitepoe, 2000).

b. Bahaya merokok secara emosional

Silvan Tomkins (dalam Sarafino, 2002) menyebutkan empat tipe perilaku

merokok yaitu :

1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect

smoking) adalah orang yang merokok untuk memperoleh persaan yang

positif dimana dengan merokok individu merasakan adanya penambahan

persaaan yang bersifat positif, misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman

dan untuk membentuk image-image yang diinginkan. Kemudian

ditambahkan lagi sub tipe ini (dalam Prihatiningsih, 2007), yaitu :

f. Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah

atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya

merokok setelah makan kenyang atau minum kopi.

g. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

h. Pleasure of handing cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh

dengan memegang rokok. Perokok lebih senang berlama-lama untuk

memainkan rokok dengan jari-jarinya.

2. Perilaku merokok pada orang yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

(negatif affect smoking), yaitu orang yang menggunakan rokok untuk

mengurangi perasaan yang kurang menyenangkan, misalnya keadaan cemas

(38)

3. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking) yaitu individu yang

sudah ketagihan pada rokok akan senderung menambah dosis rokok yang

akan digunakan berikutnya karena efek rokok sebelumnya telah mulai

berkurang sesaat setelah rokoknya habis dihisap, individu mempersiapkan

hisapan rokok berikutnya. Umumnya individu merasa gelisah bila

dirumahnya tidak tersedia rokok.

4. Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking), dalam hal

ini perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan dalam individu. Merokok

bukan lagi untuk mengendalikan perasaannya secara langsung, melainkan

karena sudah terbiasa.

Gilchrist, Schinke, Bobo dan Snow (dalam Sweeting, 1990)

membedakan perokok dalam 3 tipe, yaitu:

a. Experimental smoker, yaitu orang yang pernah mencoba rokok tetapi tidak

menjadi kebiasaan. Orang yang termasuk dalam kelompok ini biasanya

tidak atau belum mengalami kecanduan nikotin.

b. Regular smoker, yaitu orang yang merokok secara teratur dan telah menjadi

kebiasaan. Seseorang yang menjadi perokok reguler karena telah mengalami

kecanduan nikotin.

c. Non smoker, yaitu orang yang tidak pernah mencoba merokok.

Pada dasarnya perilaku merokok merupakan sebuah perilaku yang

kompleks yang melibatkan beberapa tahap. Perilaku merokok umumnya

melalui serangkaian tahapan yang ditandai oleh frekuensi dan intensitas

(39)

Richardson, 2002), dan seringkali puncaknya adalah menjadi tergantung

pada nikotin.

c.Bahaya merokok secara ekonomi

Penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok

merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang

diterima negara dari industri rokok (pajak dan sebagainya) mungkin saja

berjumlah besar, tapi kerugian langsung dan tidak langsung yang

disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya tinggi harus dikeluarkan

untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh rokok,

absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian

prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama karena

mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok. Biaya besar lainnya

yang tidak mudah untuk dijabarkan termasuk berkurangnya kualitas hidup

para perokok dan mereka yang menjadi perokok pasif. Selain itu

penderitaan juga bagi mereka yang harus kehilangan orang yang dicintainya

karena merokok. Semua ini merupakan biaya tinggi yang harus

ditanggung.(Astuti lindia ,2004)

2.Bahan – Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok

Tembakau merupakan kandungan rokok yang terdiri dari campuran

ratusan zat kimiawi. Yang khas dari tembakau adalah nikotin dan eugenol,

yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Merokok berarti

membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang dihasilkan.

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen

(40)

bersama-sama dengan komponen lainnya. Dengan menganalisa asap yang

dihasilkan ditemukan bahwa sekitar 60%-nya adalah gas dan uap yang

terdiri dari 20 jenis gas, diantaranya: karbon monoksida, hidro sianida,

nitrit acid, nitrogen dioksida fluorocarbon, asetone dan amonia. Asap

rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun

antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon

yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar,

byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (Pdpersi, 2003).

a. Nikotin

Menurut Husaini (2007) Nikotin adalah sebuah zat yang bersifat zat

adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk bisa selalu

merokok. Zat ini sangat berbahaya, bagi kesehatan tubuh manusia maupun

binatang. Selain itu, nikotin adalah suatu penyebab penyakit jantung koroner

dan kanker.

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin bersifat

toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin merupakan

alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya

ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan saraf.

Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk

mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar

nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan

(41)

jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil

berhenti (PDPERSI, 2003).

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam

Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya

bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat

meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan

pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada

pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor

kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan,

lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak.

b. Karbon Monoksida

Menurut Ibrahim (2011) Karbon Monoksida memiliki kecenderungan

yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah.

Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting

untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada

oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Jadilah,

hemoglobin yang berikatan dengan gas CO.

Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan

menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh

perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan

berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis

yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya.

(42)

CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per

million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam

darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, 1997).

c. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan

uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik

(pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon

aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan

kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan

berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas

sehingga dapat menyebabkan kanker.

Menurut Ibrahim (2011) Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu

bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar

masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin

akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada

permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini

bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok

berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat

mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek

karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru(Sitepoe, 1997).

(43)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5

mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu

hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam

yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa

dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus

rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.

(Ibrahim, 2011).

Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada

terhadap pemajanan jangka panjang. Gangguan kesehatan yag diakibatkan

bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan

pengendapan protein dan menghambat pembuatan hemoglobin. Gejala

keracunan akut didapati bila tertekan dalam jumlah besar yang dapat

menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis

bisa menyebabkan hilang nafsu makan. Konstipasi, lelah, sakit kepala,

anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan

(Depkes, 2010).

D. Perilaku Merokok

Menurut Oskamp 1984 (dalam susmiati,2003) mengatakan perilaku

merokok adalah menghisap asap tembakau yang telah menjadi cerutu

kemudian disulut api. Menurutnya ada dua tipe merokok. Pertama adalah

menghisap rokok secara langsung yang disebut perokok aktif, dan yang

kedua mereka yag secara tidak langsung menghisap rokok. Namun turut

menghisap asap rokok disebut perokok pasif. Bermacam-macam perilaku

(44)

salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku

merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman romawi, pada saat

itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan

menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut

(Danusantoso, 1991). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku

yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial,

status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan

karena rokok biasa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana

pun juga.

1. Kategori Perokok

Menurut Sitepoe (1997) membagi perokok menjadi dua kategori

perokok berdasarkan asap yang dihisapnya, yaitu :

a. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah orang-orang yang disekitar perokok aktif yang

menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap

rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok aktif (asap sidestream).

Sama halnya yang diungkapkan dengan sitepoe, menurut Bustan (2000)

perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak

merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia

dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok

pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar

berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat

(45)

perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida,

empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.

b. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok melalui

mulut langsung dari rokok yang dibakar (asap mainstream). Sedangkan

menurut Bustan (2000) perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari

isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari

pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang

yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan

bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

2. Jumlah Rokok Yang Dihisap

Menurut Bustan (2000), jumlah rokok yang dihisap dapat dalam

satuan batang, bungkus, pak per hari. Kategori perokok dapat dibagi atas 3

kelompok yaitu :

a. Perokok Ringan

Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari

dengan selang waktu setelah 60 menit dari bangun pagi.

b. Perokok Sedang

Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari dengan

(46)

c. Perokok Berat

Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang dalam selang

waktu setelah bangun pagi sekitar 6-30 menit

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok

maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus)

per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia

dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun),

suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai

kelihatan gejala yang ditimbulkan (Sitepoe, 1997).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Lawrence dalam Notoatmodjo (2003) faktor perilaku ditentukan

atau dibentuk oleh tiga faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing faktor)

Merupakan faktor utama dalam mempermudah terwujudnya perilaku.

Faktor predisposisi dari perilaku merokok diantaranya adalah usia dan

pendidikan.

a. Usia

Terbentuknya perilaku merokok pada usia dewasa dikarenakan stres

kerja dan gaya hidup. Menurut Stephen Wearing dan Betsy Wearing

tahun 1990-an, merokok adalah kebiasaan yang seing dikaitkan dengan

(47)

Penampilan dan citra identitas dinilai berdasarkan pada simbol yang

digunakan, barang yang dipakai dan aktifitas yang sedang dilakukan,

terutama aktifitas-aktifitas yang sedang populer pada masa tertentu

(Muzdalifah 2003). Stres merupakan suatu keadaan yang mebuat

seseorang tertekan dalam hal pekerjaan dan berusaha untuk menangani

dan menguasai situasi yang menekannya dengan cara melakukan

perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam

dirinya. (Mu’tadin,2002). Salah satu bentuk perilaku tersebut adalah

merokok.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan di Indonesia sangat beragam, mulai dari SD, SLTP,

SMU, Perguruan Tinggi, bahkan ada yang tidak bersekolah. Karena

perilaku merokok akan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap

seseorang terhadap rokok, dan pendidikan menjadi latar belakangnya

(Jamal, 2006). Jamal menambahkan survey secara nasional menunjukan

bahw pria yang tidak bersekolah/ tidak tamat SD merupakan perokok

terbanyak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin sedikit

yang jadi perokok.

2. Faktor Pendukung (enabling faktor )

Faktor pendukung terwijud dalam lingkungan fisik, tersedia atau

tidaknya fasilitas-fasiltas atau sarana-sarana. Misalnya iklan tentang

rokok baik melalui media elektronik maupun media masa, dan

(48)

a. Iklan

Iklan yang merupakan media untuk mempromosikan suatu produk atau

barang dibuat untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Iklan

rokok yang saat ini begitu menarik perhatian konsumen. Perusahaan

rokok saat ini menarik konsumen pria dengan menayangkan gambar

seorang pria yang gagah dan berani seolah-olah menggambarkan sosok

pria perokok. Sekain itu perusahaan juga menariak konsumen wanita

dengan cara merubah pandangan tentang rokok. Iklan rokok yang ada

megalami pergeseran nilai-nilai dari wanita yang modern dengan

kebiasaan merokok. Agar kegiatan periklanan mampu secara efektif

mempengaruhi konsumen maka dalam penyampaikan ikaln harus

memperhatikan pesan iklan yang mudah diingat, bintang iklan yang

terkenal sehingga mampu mempengaruhi konsumen dengan ekspresi

isyarat, pakaia, perawakan, potongan rambut dan setting. (Novia, 2008).

b. Saran (warung)

Akses untuk mendapatkan rokok tersebar luas, diwarung kecil, toko, mini

market, hingga supermarket. Dan pembeli dengan mudah bisa

mendapatkan rokok dimanapun.

3. Faktor Pendorong (reinforcing faktor)

Faktor pendorong terwujud dalam lingkungan sosialnya pengaruh teman

(49)

a. Teman

Teman adalah sahabat atau kawan (kamus bahasa Indonesia, 2005).

Teman merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan seseorang.

Karena seseorang akan merasakan kenyamanan dengan teman yang

dianggap sebagai orang tua yang dapat memahami dirinya. Kenyamanan

yang dirasakan membuat seseorang cenderung mengikuti temannya.

Termasuk didalamnya adalah perilaku merokok, ini sejalan dengan

penemuan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh

Global Youth Tobacco Survey yang dilakukan pada tahun 2000 (Gatra,

2003).

b. Orang tua

Orang tua dalah faktor yang sangat berpengaruh, karena figur orang tua

akan ditiru oleh anaknya. Dalam hal ini jika orang tuanya seorang

perokok, maka anaknya pun seorang perokok karena kebiasaan tersebut

akan ditiru oleh anaknya. (Buletin RSKO, tahun 1991).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.

(Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara umum, seseorang yang

berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

(50)

rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut

(Notoatmodjo, 2003).

b. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh

dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya

sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar

organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya karena dari

berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh

(Notoatmodjo, 2003).

c. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik seperti

televisi, radio, majalah, koran dan buku. Sehingga seseorang yang lebih

sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih

banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi

media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo, 2003).

d. Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah

tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini

akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder (Notoatmodjo,

(51)

e. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi

secara continue akan lebih besar terpapar informasi (Notoatmodjo, 2003).

4. Pencegahan Merokok

Ada beberapa upaya pencegahan merokok yaitu dengan upaya

kampanye, memang sangat sulit menghentikan kebisaan merokok. Dengan

cara menumbuhkan motivasi dalam diri berhenti atau tidak mencoba untuk

merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh

godaan merokok yang datang dari teman, media masaa atau kebiasaan

keluarga dan lingkungan (Zainun mu’tadin,2002).

Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Hal ini disadari baik oleh

perokok maupun bukan perokok. Karena itu dikatakan bahwa 90% perokok

pernah mencoba untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang berhasil untuk

menghentikannya (Buston,1997). Berhenti merokok mungkin dengan cara

hipnotis atau akupuntur. Berhenti cold turkey yaitu berhenti secara bertahap

kemudian berhenti total selama 3 bulan dengan rokok. Dengan 3 tahapan:

tahap persiapan, tahap berhenti berangsur-angsur, tahap berhenti total

dengan cara mencarikan bentuk pengantiannya, misalnya makan permen,

atau bahkan menghisap es batu dan cara lain untuk menghentikan merokok

adalah dengan berolah raga jalan sebelum berangkat kerja. Menarik nafas

panjang jika keinginan untuk merokok dalam diri muncul, usahakan agar

(52)

minuman yang bisa dimakan/ diminum setelah merokok, buat jari-jari

tangan sibuk dengan mengetik atau dengan memegang pulpen.

Menurut Didy Purwanto(2003) ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk

berhenti merokok yakni berhenti mendadak, menunda merokok dan

mengurangi merokok.

1. Cara berhenti mendadak adalah perokok berhenti sepenuhnya pada saat

tertentu, jika perokok memiliki niat berhenti merokok maka berhentilah

saat itu juga, jangan ditunda. Cara ini patut dicoba sebelum mencoba 2

cara berikutnya.

2. Cara berhenti dengan stategi menunda adalah perokok bisa memilih

untuk menunda merokok beberapa menit setiap kali dia berkeinginan

untuk merokok atau menunda menghisap rokok yang pertama untuk

jangka waktu yang semakin panjang. Diharapkan dia bisa bertahan tanpa

rokok sepanjang hari.

3. Cara berhenti denga stategi mengurangi adalah si perokok hanya

menghisap setengah atau sedikit setiap batang rokok. Atau merokok

hanya pada saat-saat tertentu atau ditempat-tempat tertentu saja.

Menurut Majid Ezzati (2003) sebenarnya untuk berhenti merokok

tidak sulit, bila ada niat dan kesungguhan. Berikut cara praktis berhenti

merokok, yang dicanangkan oleh gerakan indonesia sehat 2010, antara lain:

1. Mempunyai niat yang kuat untuk berhenti merokok.

2. Cari alasan yang kuat untuk berhenti merokok, contohnya mengikuti

(53)

3. Tetapkan tanggal untuk berhenti merokok dalam waktu kurang dari 2

minggu.

4. Silahkan memilih mau berhenti seketika, mengurangi jumlahnya secara

bertahap, atau menunda waktu merokok.

5. Mintalah dukungan teman dan keluarga

6. Hindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan merokok. Dan

menikmati keuntungan tidak merokok, antara lain badan sehat dan bugar,

nafas lega, kulit tidak keriput dan tidak berbau rokok, terhindar dari

(54)

1.4Kerangka Teori

NB : garis putus-putus menandakan faktor yang akan diteliti.

Bagan kerangka teori berdasarkan Teori Lawrence Green (1980) dan

(55)

BAB III

KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS,DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat kuantitatif yaitu untuk

mengidentifikasi adanya hubungan persepsi bahaya merokok dengan perilaku

merokok pada karyawan. Dimana perilaku merokok sebagai perilaku dependen

sedangkan persepsi merokok sebagai variabel independen.

Jenis rancangan penelitian ini mengunakan penelitian diskriptif korelasi

untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang

(cross sectional), dimana variabel sebab atau variabel bebas (independent) yaitu

persepsi karyawan terhadap bahaya merokok dan variabel akibat atau variabel

terikat (dependent) yaitu perilaku merokok yang diukur dalam waktu yang

bersamaan dan sesaat (Bhisma Murti,2003).

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Persepsi karyawan Perilaku karyawan

(56)

3.2 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan antara persepsi merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana.

3.3 DEFINISI OPERASIONAL

(57)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan

rancangan “crosssectional study”. Desain penelitian isi digunakan untuk meneliti

suatu kejadian pada titik waktu, dimana variable dependen dan variabel

independen diteliti sekaligus pada saat yang sama (Budiarto, 2002).

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Sintas Kurama Perdana di Kawasan

Industri Pupuk Kujang Cikampek pada bulan Januari 2013

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiono dalam Hidayat, 2007). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh

karyawan PT Sintas Kurama Perdana dengan populasi seluruh jumlah karyawan

yang merokok dan yang tidak merokok.

2. Sample

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang telah

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993 dalam

Setiadi, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang

(58)

purposive sampling, dimana kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti

mengenai subyek yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel

(Nasir dkk, 2011).

Terdapat dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini diambil berdasarkan pada kriteria inklusi, diantaranya:

1. Karyawan PT Sintas Kurama Perdana

2. Laki-laki

3. Perempuan

4. Perokok

5. Tidak merokok

6. Mampu berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu :

1. Bila bukan karyawan PT Sintas Kurama Perdana

2. Mengalami gangguan kejiwaan.

⁄ √

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dibutuhkan

Z 1-α/2 = 1,96 (derajat kemaknaan 95 % dengan α sebesar 5 %)

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 2.1
tabel yaitu 0,380. Dari beberapa item dalam kuesioner didapatkan ada 5 item
tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian yaitu implementasi

Salah Ukuran pada Pemotongan Pipa (Lanjutan) 233 Tabel 4.100 Failure Mode & Effect Anaysis Faktor Penyebab Jenis Cacat. Patah dan Penyok pada Pembengkokkan Pipa 235 Tabel

[r]

Based on the previously stated background analysis, the proposed framework provided in this research should be able to provide a uniform data functionality and allowing

Di Pondok Pesantren Roudlotul Qurro lingkungan dan hari berbahasa Arab diberlakukan pada setiap hari sabtu dan untuk sanksi bagi santri yang tidak menggunakan

Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut Penelitian menghasilkan Sistem informasi menajemen data bencana pada Badan

SMA N 1 Depok sudah memiliki ruang khusus untuk bimbingan dan konseling yang tentunya sangat mendukung keterlaksanaan proses bimbingan konseling personal peserta