MI. ATH-THOYYIBIYYAH KALIDERES JAKARTA BARAT
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh SUHENI NIM. 1811018300015
PROGRAM PGMI DUAL MODE SISTEM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Suheni
NIM : 1811018300015
Jurusan : PGMI Dual Mode Sistem
Alamat : Jl. Menvo Dalam Rt 006/ 010 Kalideres Jakarta Barat
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa pada Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Lingkungan Sekolah sebagai Media di Kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat” adalah benar karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama : Dra. Hindun, M.Pd NIP : 19701215 200912 2 00 1
Demikian surat pernyataan di buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 11 Mei 2014
Yang menyatakan
Suheni, A.Ma
i
Suheni, “ Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa pada Pembelajaran Tematik di kelas Rendah dengan Menggunakan Lingkungan Sekolah sebagai Media di Kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat.”
Kata kunci : Keterampilan Membaca dan Media Lingkungan Sekolah
Berdasarkan masalah mengenai keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik, mendorong penulis untuk melakukan penelitian bagaimana upaya guru dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik di kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat semester genap tahun ajaran 2013-2014.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menumbuhkan keterampilan membaca siswa, 2) Untuk mengadakan inovasi pembelajaran dengan metode yang bervariasi, 3) Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam keterampilan membaca siswa.
Metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) rancangan penelitian ini melalui empat tahap yaitu: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), observasi (Observing) dan refleksi (Reflecting) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus dikenai metode/ teknik yang berbeda dalam tema yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan lingkungan sekolah sebagai media. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan jawaban siswa mengenai keterampilan membaca sebesar 79%. Siswa menyukai teknik Examples Non Exsamples yang digunakan dalam pembelajaran tematik sehingga mereka termotivasi untuk belajar.
ii Low- class school environment as the media.”
Keywords: Process and Media Environment Skills School.
Based on the issues concerning the students skills in thematic learning, encourages authors to conduct research into how teachers efforts in improving the skills of students in the learning reading in class II thematic MI. Ath. Thoyyibiyyah Tegal Alur West Jakarta Kalideres second semester of the years 2013-2014.
As this study aims to : 1) Fostering students process skills, 2) To conduct the learning innovation with varying methods, 3) Enhance knowledge and insights of researchers in the Improved Reading Skills.
Design of this study through four phases : Planning, Implementation, Observation and reflection were conducted in two cycles, with each cycle subjected to methods/different techniques in the same theme.
iii
nikmat yang tak terhingga baik nikmat iman, islam, maupun nikmat sehat wal`afiat, Sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa pada Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Lingkungan Sekolah sebagai Media di Kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat.” Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Dengan terselesaikannya skripsi yang sederhana ini, semoga dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami, baik dalam pengaturan waktu, pengumpulan bahan dan sebagainya. Namun berkat sesungguhan hati, doa, kerja keras dan ketekunan serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dapat teratasi dengan baik, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena seyogyanya penulis menyampaikan terima kasih yang tiada tara dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Nurlena Rifa’i Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
2. Bapak Dr. Fauzan, M.A. Selaku ka,program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah (PGMI)
3. Ibu Dra. Hindun, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu memotivasi dan teliti dalam mengoreksi
4. Bapak Iwan Ridwan, S.Pd.I. selaku kepala sekolah MI. Ath-Thoyyibiyyah, terimakasih atas dukungannya
5. Suamiku tercinta Dodi Irawan yang selalu mendukung dan mengantarku kuliah, terimakasih atas perhatiannya
iv
mengajar dan kuliah. Terimakasih atas perhatiannya
Tiada sanggup rasanya penulis membalas budi dan jas mereka, hanya doa yang terpanjat semoga semua perhatian, motivasi dan bantuannya dibalas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikkan.akhirnya penulis menyadari bahwa hanya Allah SWT yang Maha Sempurna dan Segala-Nya. Karena itulah saran dan kritik yang membangun dari semua pihakagar tulisan ini dapat lebih disempurnakan di masa yang akan datang, Amin.
wassalam
Jakarta, April 2014
v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... i
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... ii
KATA PENGANTARI ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Mamfaat Penelitian ... 5
F. Tujuan Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORIRITIS A. Hakikat Membaca ... 7
1. Pengertian Membaca ... 7
2. Manfaat Membaca ... 8
3. Tujuan Membaca ... 9
4. Jenis-jenis Membaca ... 9
5. Aplikasi Keterampilan Membaca dalam Pembelajaran ... 10
B. Media Lingkungan Sekolah ... 11
1. Media ... 11
2. Lingkungan Sekolah ... 12
C. Hakikat Pembelajaran Tematik ... 13
1. Definisi Pembelajaran Tematik ... 13
vi
E. Penelitian yang Relevan ... 19
F. Hipotesis Tindakan ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
1. Waktu Penelitian ... 21
2. Tempat Penelitian ... 21
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 21
1. Observasi ... 21
2. Desain Penelitian ... 22
C. Instrumen Penelitian ... 23
D. Subjek Penelitian ... 24
E. Jenis Pengumpul Data ... 24
F. Teknik Analisis Data ... 25
G. Hipotesis Tindakan ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 26
1. Siklus I ... 26
2. Siklus II ... 31
B. Pembahasan ... 36
1. Hasil Temuan ... 36
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 40
B. Implikasi ... 40
vii Surat Bimbingan Skripsi
Surat Permohonan Izin Penelitian
1 A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini kita dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu tuntutan agar kita dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan membaca. Rahim menyatakan, “Membaca merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang menduduki posisi dan peranan yang sangat penting dalam kontek kehidupan manusia.”1 Manusia yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Membaca sebagai pembelajaran merupakan sarana pengembangan bagi ketrampilan berbahasa lainnya. Pembelajaran membaca permulaan erat hubungannya dengan pembelajaran menulis permulaan karena sebelum mengajarkan menulis, guru harus terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan beserta bunyi melalui pembelajaran membaca permulaan.
Pembelajaran membaca permulaan merupakan pembelajaran membaca tahap awal dan kemampuan yang diperoleh siswa akan menjadi dasar pembelajaran membaca lanjut yang dilaksanakan di kelas-kelas yang lebih tinggi. Membaca permulaan diberikan secara bertahap, yakni pra membaca, dan membaca. Pada tahap pra membaca, kepada siswa diajarkan (1) sikap duduk yang baik pada waktu membaca, (2) cara meletakkan buku di atas meja, (3) cara memegang buku, (4) cara membuka dan membalik halaman buku, dan (5) melihat dan memperhatikan tulisan. Pembelajaran membaca untuk tahap permulaan atau dikelas II Sekolah Dasar dititik beratkan pada aspek-aspek yang bersifat teknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang
1
tepat, kelancaran dan kejelasan suara. Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai seperti yang diharapkan oleh kita semua.
Dalam proses pembelajaran, baik bagi peserta didik pada Sekolah Dasar umum maupun Madrasah Ibtida’iyah tidak dapat dihindari penggunaan media pembelajaran sebagai bagian yang integral. Salah satu media pembelajaran adalah buku ajar sebagai media konvensional yang sampai saat ini masih dipergunakan, namun penyajian yang ditulis dalam buku ajar ini umumnya berisi materi yang membutuhkan pemahaman yang tinggi karena bentuknya yang baku dan ilmiah, sehingga diperlukan media pembelajaran alternatif yang dapat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Anjuran agar menggunakan media dalam pembelajaran terkadang sulit dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari hal itu, disarankan agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pembelajaran yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Untuk tercapainya tujuan pembelajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya serta mampu memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Media lingkungan sekolah merupakan salah satu media yang sederhana untuk mempermudah cara belajar peserta didik, media ini dibuat untuk memanfaatkan lingkungan sekolah agar siswa termotivasi dalam keterampilan membaca. Berdasar dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa
Pada hakikatnya, kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana (Program of Planned Activities) memiliki rentang yang cukup luas hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh.2 Sementara itu kemendikbud juga menambahkan bahwa “struktur kurikulum adalah gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan
pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan”.3
Pembelajaran tematik dapat menggunakan beberapa media, salah satunya adalah dengan menggunakan lingkungan sebagai media dengan mengintegrasikan mata pelajaran IPA ke dalammata pelajaran bahasa Indonesia, karena pembelajaran tematik terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan pemikiran di atas maka keterampilan membaca pada pembelajaran tematik di kelas II dengan menggunakan media lingkungan sekolah sangat penting dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
Pemberlakuan pembelajaran tematik di kelas rendah sekolah dasar secara institusional telah diterima oleh seluruh sekolah dasar, termasuk sekolah MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat, tetapi dalam kerangka profesional, pemberlakukan tersebut berhadapan dengan sejumlah kendala. Diantara kendala yang teridentifikasi oleh peneliti sebagai guru kelas II di MI.Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat adalah sebagai berikut: 1. Belum ada kesepahaman antara guru-guru segugus yang mengajar di kelas II
tentang langkah-langkah operasional pembelajaran tematik dalam keterampilan membaca.
2
Oemar Hamalik. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosadkarya. Cet. Ke-3. 2009). Hal. 5
3
2. Ada sikap ragu bahkan tidak percaya pada sebagian guru terhadap kebermaknaan pembelajaran tematik di kelas rendah, terutama kelas II. Menurut mereka, pembelajaran tematikakan menyebabkan kesulitan bagi guru untuk memantapkan keterampilan dasar siswa kelas II dalam “calistung” (membaca, menulis dan menghitung)
3. Bagi guru yang telah mencoba merancang dan melaksanakan pembelajaran tematik mengalami masalah tentang bagaimana mekanisme penyelenggaraan keterampilan membaca ke dalam pembelajaran tematik.
4. Bagi peneliti sendiri (guru kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres) selain terkondisikan dengan tiga masalah di atas, saat ini berhadapan dengan masalah keterampilan membaca siswa agar gemar membaca dan dapat membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. PembatasanMasalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti terdorong untuk melakukan kaji tindak tentang penyelenggaraan pembelajaran tematik yang benar secara konseptual, mampu meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi siswa dalam keterampilanmembaca serta dapat menghadirkan karakteristik mata pelajaran yang ditematikkan.
Pembelajaran tematik dengan komponen mata pelajaran bahasa Indonesia dan IPA di kelas II semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Keterampilan membaca yang akan dikembangkan dibatasi pada keterampilan membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat dan mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan kalimat sederhana.
D. Perumusan Masalah
membacasiswa kelas II semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di MI. Ath-Thoyyibiyyah Jalan Komplek Kebersihan No.17 Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat?
E. Manfaat Penelitian
Dilaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan dalammenyusun strategi penggunaan media lingkungan sekolah untuk meningkatkan ketrampilan membaca siswa.
b) Sebagai informasi dan pengalaman yang berguna untuk dijadikan sebagai tolak ukur atau pedoman dalam penggunaan media pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekolah untuk meningkatkan ketrampilan membaca.
2.
ManfaatPraktisa) Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalampelaksanaan peningkatan keterampilan membaca bagi kelas II dengan menggunakanlingkungansekolahsebagaimedia.
b) Bagi anak hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan ketrampilan membaca siswa di kelas II.
c) Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran membaca permulaan di MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat.
F. Tujuan Penelitian
7 A. Hakikat Membaca
1. Pengertian Membaca
Iqro’ itulah kata pertama yang diterima sebagai wahyu dari Allah kepada rasulnya untuk mengenalkan alam ini kepada manusia. Membaca adalah aktivitas memahami bacaan. Membaca pada hakikatnya adalah proses decoding oleh penerima pesan, yaitu proses memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis sehingga pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan dapat diterima secara utuh. Berlainan dengan siswa kelas rendah yang belajar membaca dan menulis permulaan hanya bertujuan supaya dapat merangkaikan huruf demi huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat. Seorang dikatakan memiliki keterampilan membaca apabila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan bentuk- bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya. Seseorang yang memiliki kemampuan membacayang baik maka memudahkannya untuk menyampaikan pesan atau ide kepada orang lain dalam bentuklisan (keterampilan bicara). Dengan banyak membaca berarti akan mengetahui dan mengusai informasi. Tarigan menyatakan, “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.”1
Menurut Kuntowijoyo, “...dengan membaca buku berarti seseorang sedang membaca diri sendiri lewat pengalaman orang lain. jika seseorang rajin membaca buku, itu artinya orang tersebut rajin belajar dari pengalaman orang lain. Itu
termasuk belajar dari diri sendiri.”2
Dengan membaca, seseorang secara tidak langsung sudah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan
1
Kajian pustaka, Pengertian dan Hakikat Membaca, (http://www.kajianpustaka.com/2014/01) minggu, 7 Desember 2014, pukul 19.34 wib
2
arah bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang dimilikinya. Untuk memperoleh kemahiran membaca yang andal maka diperlukan kecepatan membaca yang memadai. kecepatan membaca dapat di ukur dengan seberapa banyak kata yang di tangkap oleh mata pembaca sekali pandang.
Nuriadi mengemukakan,” membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Salah satu aktivitas fisik dalam membaca adalah saat pembaca menggerakkan mata sepanjang baris-baris tulisan dalam sebuah teks bacaan. Membaca melibatkan aktivitas mental yang dapat menjamin pemerolehan pemahaman menjadi maksimal. Membaca bukan hanya sekadar menggerakkan bola mata dari margin kiri ke kanan tetapi jauh dari itu, yakni aktivitas berpikir untuk memahami tulisan demi tulisan.”3
Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan fisik dan kemampuan mental. Kedua kemampuan ini diperlukan untuk memberikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca.
2. Manfaat Membaca
Dengan membaca kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwaa waktu lampau atau waktu sekarang di tempat lain atau berbagai cerita yang menarik tentang kehidupan di dunia ini serta menambah pengetahuan atau wawasan yang sangat luas.
3. Tujuan Membaca
Kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang tidak bertujuan. Menurut Ahuja, “merumuskan sembilan alasan seseorang membaca. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:
3
a. Untuk tertawa.
b. Untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman sehari-hari. c. Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain.
d. Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat sesuatu dengan cara mereka.
e. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri. f. Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.
g. Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat yang belum pernah kita lihat.
h. Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan masalah dari pengarang.
i. Untuk memperoleh ide-ide utama.”4
4. Jenis-Jenis Membaca
Ada beberapa jenis membaca yang dapat dilakukan oleh seseorang. Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca, proses membaca terbagi atas membaca nyaring dan membaca dalam hati.
a. Membaca nyaring
suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan pengarang.
b. Membaca dalam hati
membaca dengan tidak bersuara. Lebih lanjut dikatakan bahwa membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) membaca ekstensif dan (2) membaca intensif. Keduajenis membaca ini, memiliki bagian-bagian tersendiri. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
Membaca ekstensif adalah membaca sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu sesingkat mungkin Tujuan membaca ekstensif untuk memahami isi yang penting dengan cepat secara efisien. Membaca ekstensif meliputi, (1)
4
membaca survai (survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading).
Membaca intensif (intensive reading) meliputi, membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi terbagi atas, (1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca kritis, dan (4) membaca ide.
5. Aplikasi KeterampilanMembaca dalam Pembelajaran
Dalam suatu proses pembelajaran, keterampilan membaca dapat diaplikasikan dalam beberapa metode, antara lain:
a. Metode Eja
Metode eja adalah awl dalam pembelajaran membaca yang pengajarannya dimulai dngan pengenalan huruf-huruf secara alfabetis. Kemudian anak diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Proses selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.
b. Metode Bunyi
prinsip dasar dari proses pembelajaran dalam metode bunyi tidak jauh berbeda dengan metode eja abjad.
c. Metode Suku Kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti: ba,bi,bu,be,bo dan seterusnya. Kemudian suku-suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata-kata yang bermakna.
d. Metode Kata
Metode kata adalah metode yang menjadikan kata sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf.
e. Metode Global
6. Media Lingkungan Sekolah 1. Media
Media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran perasaan dan kemajuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar Seorang guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/ pengajaran. Menurut Oemar Hamalik, “pengetahuan itu sebagai berikut:
1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar,
2. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, 3. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar,
4. Hubungan antara metode mengajar dengan metode pendidikan, 5. Nilai dan manfaat media pendidikan,
6. Memilih dan menggunakan media pendidikan
7. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan,
8. Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan,
9. Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan.”5 Karena itu media pendidikan sangat penting sekali untuk menunjang pencapaian tujuan dari pendidikan itu sendiri.
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Oemar
5
Hamalik dalam teorinya “Kembali ke Alam.”6 menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi:
1. Masyarakat di sekeliling sekolah 2. Lingkungan fisik disekitar sekolah
3. Bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai dan bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam belajar; dan 4. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Jadi media lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan terhadap sesuatu yang ada di sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di lingkungan mereka. Dengan adanya lingkungan sekolah sebagai media ini guru berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sekolah sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya.
C. Hakikat Pembelajaran Tematik
1. Definisi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran terpadu. ”Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
6
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas).”7
Berbicara tentang Pembelajaran berarti membahas sesuatu yang tidak pernah berakhir sejak manusia ada dan berkembang di muka bumi sampai akhir zaman. Karena manusia tidak lepas dari belajar dan pembelajaran yang membutuhkan suatu proses dari hari ke hari. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Konsesus Knowles “pembelajaran merupakan suatu proses tempat perilaku diubah, dibentuk
atau dikendalikan”.8
“Pembelajaran tematik berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach yang konsepnya telah lama dikemukan oleh Jhon
Dewey sebagai usaha mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan perkembangannya”. 9
“Definisi lain tentang pendekatan tematik adalah holistic, yang mengkombinasikan aspek epistemology, sosial, psikologi dan pendekatan pedagogic untuk mendidik anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan”.10 Wolfinger mengemukakan “ dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang sangat erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum tematik) dan integrated learning (pembelajaran tematik)”.11
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dalam semua aspek perkembangan anak serta kebutuhan dan tuntutan sosial lingkungan keluarga. Kurikulum tematik adalah kurikulum yang
7
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), cet, ke-1, hal, 79.
8
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2011, cet,ke-1,hal, 13
9
Uukurniawati, konsep dasar pembelajaran tematik, (wordpress. Com /2013/05/17)sabtu, 5 April 2014, pukul 21.30 wib
10
Uukurniawati, Ibid.
11
menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan dan sikap. Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum tematik dan pembelajaran tematik terletak pada perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran tematik seharusnya bertolak pada kurikulum tematik, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya (separated subject curriculum) menuntut pembelajaran yang sifatnya tematik (integrated learning).
Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep yang sudah mereka pahami.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/ hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori belajar ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.
2. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan, apabila membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, akan ditemukan bahwa istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. 12 Pembelajaran pada hakikatnya menempati posisi atau kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan sangat menjadi penentu terhadap keberhasilan pendidikan. Dengan posisi yang penting itu, maka
12
proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan atau dasar yang kokoh dan kuat.
Landasan-landasan tersebut pada hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, menilai proses dan hasil pembelajaran. Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran tematik meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.
a. Landasan filosofis
Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan, kompetensi dan isi/materi pembelajaran tematik pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis.
b. Landasan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan.
c. Landasan Yuridis
Implementasi pembelajaran tematik diperlukan payung hukum sebagai landasan yuridisnya. Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya guru harus melaksanakan pembelajran tematik secara aplikatif dalam kelas.
Pengetahuan anak menurut Piaget, “tidak diperoleh secara pasif melainkan melalui tindakan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya”.13 Cara lain
13
memperoleh pengetahuan adalah dengan penelitian, karena pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini semakin banyak digunakan sebagai dasar perbuatan keputusan, terutama di negara-negara maju.14
Hudoyono mengemukakan bahwa “Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba
dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis”. 15 Selanjutnya Burton,
mengemukakan bahwa “ belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikan lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadai”.16
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaksi antara faktor intern pada diri pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi keadaan lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran17.
3. Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya adalah model pembelajaran terpadu yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan
14
Ibnu Hadjar. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Ed. 1. Cet. Ke-2, 1999), hal. 5
15
Ibid. 103
16
Anisah basleman dan Syamsul Mappa. op. Cit, hal. 7
17
menemukan konsep serta prisip secara holistik dan otentik. Pembelajaran ini merupakan model yang memadukan beberapa bahasan dalam suatu tema tertentu, sehingga diharapkan siswa memiliki kedalaman wawasan materi dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan yang beragam dan komplek (multipleknowledge). Kata “terpadu dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki makna sudah dipadu,
disatukan, dilebur menjadi satu.” 18
Jika jika dirangkaikan dengan kata pembelajaran (Pembelajaran Tematik) dapat berarti sebuah konsep dalam pembelajaran bahasa indonesia yang memadukan atau menyatukan berbagai mata pelajaran yang sudah terintegrasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
“Pebelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk sekolah dasar , karena pada jenjang ini siswa sangat menghayati pengalamannya masih secara totalitas
serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial”.19
Model pembelajaran Joyce adalah “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”.20 Beans mengemukakan, “bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam pembentukkan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman dalam kehidupannya”.21
Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
18
Qanita Alya, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Indahjaya Adipratama, 2009), hal, 505
19
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.22
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan menyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam atau di luar kelas.
4. Mata Pelajaran yang Terintegrasikan
Peneliti mengintegrasikan pembelajaran tematik dengan komponen mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA dan SBK di kelas II semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Keterampilan proses yang akan dikembangkan dibatasi pada keterampilan mengobservasi dan keterampilan berkomunikasi (melaporkan hasil observasi).
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku secara umum, berupa kumpulan hasil obervasi dan eksperimen. Dengan demikian sains tidak hanya sebagai kumpulan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi tentang cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah pembelajaran IPA merupakan upaya guru dalam membelajarkan siswa melalui penerapan berbagai model pembelajaran yang dipandang sesuai dengan karakteristik anak MI.
Sedangkan bahasa untuk melatih siswa untuk lancar berkomunikasi dalam menyampaikan semua ide-ide atau pendapatnya, bahasa dipakai untuk berkomunikasi dan terbentuk dari bunyi-bunyian, sebagaimana yang disampaikan oleh Kridalaksana dan Kentjono menyatakan bahwa: ”bahasa adalah sistem
22
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”.23
D. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilaksanakan dengan berlandas tumpu pada asumsi (anggapan) dasar sebagai berikut.
1. Pembelajaran tematik sangat bermakna bagi siswa apabila dirancang sesuai dengan perkembangan psikologis siswa dan faktor pendukung yang ada di lingkungan sekolah siswa.
2. Keterampilan membaca sangat penting dan perlu dikembangkan sejak dini bagi siswa sekolah dasar. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu.
E. Penelitian yang Relevan
Endah Kusumawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Pendekatan PAKEM siswa Kelas I
SD Jombang Banguntapan Bantul” menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini
dilakukan dengan strategi kopasus (kelompok pasang susun) permaian kartu kata dengan tahap – tahap yaitu tahap pengelompokkan, tahap pemasangan, tahap penyusunan, tahap pembahasan dan tahap penutup. Hasil penelitian pada siklus III menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas hasil pre tes 66,61 dengan persentase ketuntasan siswa yang mencapai KKM 48,5% meningkat menjadi 78,45 dengan persentase ketuntasan siswa yang mencapai KKM 90,9%.
Mulyadi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar” menyimpulkan hasil penelitian ini Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus diperoleh hasil bahwa rerata hasil
23
observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 58,75% pada siklus II sebesar 72,5% dan pada siklus III meningkat menjadi 85%. Rerata tes kemampuan membaca permulaan siswa pada kondisi awal 59,06 tingkat ketuntasan klasikal 25%. Padasiklus I nilai rerata 67,81 tingkat ketuntasan klasikal 43,75%. Pada siklus II, nilai rerata 71,71, tingkat ketuntasan klasikal 68,75%. pada siklus III, nilai rerata 76,87 tingkat ketuntasan klasikal 87,5%.
Persamaan salah satu penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terdapat pada aspek meningkatkan keterampilan membaca siswa, dan perbedaannya terletak pada metode yang digunakan, sujek dan hasil penelitiannya sampai III siklus. Pada penelitian berikutnya terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu pada metode yang digunakan, akan tetapi perbedaannya terdapat pada subjek dan hasil penelitian sampai III siklus.
F. Hipotesis Tindakan
21 A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyyah Ath-Thoyyibiyyah tahun pelajaran 2013-2014 Jalan Komplek Kebersihan No.17 Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu yang dipergunakan untuk penelitian ini yaitu bulan April 2014 sampai Juni 2014 yang secara keseluruhan dimulai dengan mengamati permasalahan, mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah, mengutip pendapat para ahli dari sumber yang relevan dengan permasalahan di atas serta mengembangkan teori-teori tersebut.
B. Metode penelitian dan Desain Penelitian
1. Obervasi
Observasi merupakan suatu proses yang alami, bahkan mungkin kita sering melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam kehidupan sehari-hari. Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Desain Penelitian
Rangkaian kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengacu pada pedoman Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek yang seharusnya dilakukan oleh guru. Mc.Niff memandang hakikat PTK adalah “bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar”.1
“Metode
penelitian yaitu cara mengumpulkan dan mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal atau dapat dipercaya”.2 Adapun jenis variabel-variabel penelitian yang menjadi fokus tindakan pada penelitian adalah:
1. Variabel Input
Yaitu keterampilan membaca siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas.
2. Variabel Proses
Yaitu tindakan guru dalam merancang dan mengelola pembelajaran tematik dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media, termasuk di dalamnya upaya-upaya bimbingan guru dalam memfasilitasi peningkatan keterampilan membaca siswa.
3. Variabel Output
Yaitu peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola proses pembelajaran tematik dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media, serta keterampilan membaca siswa setelah mengikuti siklus pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian direncanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus mengikuti tahap Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing) dan Refleksi (Reflecting). Berikut ini adalah rincian tindakan setiap siklus.
1
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: PT. Indeks, 2009), hal. 8
2
1. Perencanan (Planning)
a. Melakukan analisis untuk menentukan SK-KD yang akan disampaikan kepada siswa.
b. Membuat rencana keterampilan membaca pada pembelajaran tematik dan lembar observasi
c. Membuat instrumen yang digunakan dalm siklus penelitian/ alat bantu yang diperlukan.
2. Pelaksanaan (Acting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksankan skenari padao keterampilan proses pembelajaran tematik yang telah direncanakan. 3. Observasi (Observing)
Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pedoman lembar observasi/ pengamatan yang telah disediakan.
4. Refleksi (Reflecting)
Hasil yang didapat dari observasi/pengamatan dianalisis, guru dapat merefleksi berdasarkan hasil observasi/pengamatan untuk mengkaji apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahapan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
3. Indikator Keberhasilan
Peningkatan keterampilan proses indikatornya adalah adanya peningkatan keterampilan proses dari rendah menjadi tinggi (KKM) 8.0.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
b. Pedoman observasi berupa lembar pengamatan aktivitas dan interaksi siswa dalam kegiatan kelompok.
D. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas dilakukan siswa kelas II di MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat yang berjumlah siswa 23 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 12 orang dan siswa perempuan 11 orang, dengan latar belakang kemampuan akademik dan sosial ekonomi yang berbeda-beda. Tepatnya dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013-2014.
E. Tehnik Pengumpul Data
Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang dikumpulkan baik pada saat tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Data tersebut adalah:
Tabel 3.1
Jenis dan Metode Pengumpul Data
NO JENIS DATA METODE ALAT
1 Perencanaan keterampilan membaca Observasi Lembar pengamatan 2 Proses keterampilan membaca
a. Aktivitas atau kinerja siswa Observasi
Lembar pengamatan 3 Peningkatan keterampilan membaca
siswa Observasi
F. Teknik Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan kerangka analisis sebagai berikut:
1. Seleksi data, pengelompokan, pengolahan data dan interpretasi data 2. Evaluasi dan refleksi terhadap hasil interpretasi data
3. Tindak lanjut atau rekomendasi
Kerangka pengolahan dan analisis data tersebut di atas akan diberlakukan pada setiap siklus tindakan sampai penelitian dianggap selesai. Khusus berkenaan dengan analisis data hasil penelitian meliputi:
1. Analisis, refleksi dan tindak lanjut terhadap data hasil orientasi dan identifikasi masalah.
2. Analisis, refleksi dan tindak lanjut terhadap data perencanaan tindakan penelitian.
3. Analisis, refleksi dan tindak lanjut terhadap data hasil pelaksanaan tindakan penelitian.
4. Pembahasan terhadap hasil dan temuan penelitian tindakan. 5. Kesimpulan dan rekomendasi
G. Hipotesis Tindakan
26 A.Hasil Penelitian
Penelitian tentang peningkatan keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik di kelas rendah dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media, telah dilaksanakan di MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat. Penelitian ini diharapkan ada peningkatan keterampilan proses terutama pada pembelajaran tematik. Hal ini mengingat pentingnya pembelajaran dan telah menjadi suatu kebutuhan yang mendesak untuk segera dilakukan agar pembelajaran tematik menjadi lebih menarik penuh tantangan dan semangat dalam mempelajarinya.
Data penelitian yang diperoleh adalah data deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mengetahui kejelasan tentang tinggi rendahnya keterampilan proses siswa pada pembelajaran tematik. Data observasi berupa pengamatan langsung terhadap aktifitas pada proses pembelajaran dalam kelompok dan lingkungan sekolah sebagai media yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses siswa pada pembelajaran tematik.
Proses pelaksanaan penelitian ini berjalan seperti yang telah direncanakan yaitu terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I secara berkesinambungan antara pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 21 April 2014 di kelas II dengan jumlah 23 siswa. Tema yang dibahas tentang kegemaranku melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan lima ranah, yaitu: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Mengamati
Guru mempersiapkan kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat lalu
Guru meminta siswa satu persatu untuk menempelkan kartu mulai dari suku kata di papan tulis sesuai yang disebutkan guru
Guru meminta siswa satu persatu untuk menempelkan kartu kata di papan tulis sesuai yang disebutkan guru
Guru meminta siswa satu persatu untuk menempelkan kartu kalimat di papan tulis sesuai yang disebutkan guru
Guru meminta siswa membaca nyaring kalimat sederhana “Kebersihan
Pangkal Kesehatan” dengan cara bersama-sama
Guru meminta siswa membuka buku tematik dan membaca nyaring satu persatu kalimat sederhana
2. Menanya
Guru memberikan kesempatan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan makna dari kalimat sederhana “Kebersihan Pangkal Kesehatan”
Guru mejelaskan makna kalimat sederhana “Kebersihan Pangkal
Kesehatan” 3. Mencoba
beragam kemampuan akademik (pintar, sedang dan kurang) serta jenis kelamin.
Guru memberikan nama-nama bunga pada masing-masing kelompok.
Guru membagikan lembar pengamatan pada masing-masing kelompok.
Sebelum pelaksanaan tugas kelompok guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Cuci Tangan” dan “Aku Anak Sehat”.
4. Menalar
Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kalimat sederhana kebersihan pangkal kesehatan pada lembar pengamatan.
Guru berkeliling, mengamati, motivasi dan membimbing siswa dalam kelompok terutama kelompok yang masih membutuhkan bantuan, serta mengamati kegiatan/interaksi siswa dalam kelompok.
5. Mengkomunikasikan
Setelah selesai diskusi kelompok guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian, kelompok yang lain memperhatikan siswa yang presentasi.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasil pengamatannya sesuai dengan kriteria penilaian siswa.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum di pahami.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Guru melengkapi kesimpulan yang disampaikan oleh siswa
1.Mengamati
Guru meminta siswa membuka buku tematik dan maju satu persatu maju untuk membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat
Guru meminta siswa membuka buku tematik dan maju satu persatu maju untuk membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat
Setelah siswa selesai membaca guru menjelaskan kalimat-kalimat sederhana cara membuang sampah, meludah yang baik dan membedakan sampah yang bermanfaat dan tidak bermanfaat
Setelah siswa selesai membaca guru meminta siswa untuk mengamati benda-benda yang di bawa guru
2.Menanya
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
3.Mencoba
Guru memanggil siswa maju satu persatu untuk mempraktikkan cara membuang sampah bekas yang bermanfaat dan tidak bermanfaat
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dan hasil pengamatanya dicatat dalam lembar pengamatan, hal ini dilakukan untuk mengefektifkan kerja kelompok dan menghindari siswa yang bercanda/berbincang-bincang. Anggota kelompok dari beragam kemampuan akademik (pintar, sedang dan kurang) serta jenis kelamin.
Guru membagikan lembar pengamatan pada masing-masing kelompok, sesuai dengan kelompok yang kemarin.
4. Menalar
Guru berkeliling, mengamati, motivasi dan membimbing siswa dalam kelompok terutama kelompok yang masih membutuhkan bantuan, serta mengamati kegiatan/interaksi siswa dalam kelompok.
5. Mengkomunikasikan
Setelah selesai diskusi kelompok guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian, kelompok yang lain memperhatikan siswa yang presentasi.
Guru memberikan penghargaan/rewards kepada kelompok yang hasil pengamatannya sesuai dengan kriteria penilaian siswa.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini yang telah dipelajari tentang lingkungan.
Guru melengkapi kesimpulan yang disampaikan oleh siswa c. Pengamatan
Data yang diperoleh dari pertemuan I adalah tentang penilaian pengamatan/observasi di dalam kelas yaitu aktivitas dan interaksi siswa dalam kelompok masih bingung, serta keberanian ketika membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas yang masih perlu bimbingan dari guru. Data yang diperoleh dari pertemuan ke II adalah tentang penilaian keterampilan membaca siswa, masih perlu bimbingan dan arahan dalam membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2 diperoleh informasi hasil dari pengamatan sebagai berikut:
2. Tampak awal diskusi, mereka tampak diam dengna pikiran masing-masing hanya siswa yang pintar yang terlihat mulai mengerti bahkan ada siswa (pintar) yang tidak mau berbagi berinteraksi dengan teman sekelompoknya.
3. Seiring dengan berjalannya waktu (dengan bimbingan dan arahan guru) tampak mereka mulai berusaha berinteraksi dengan teman sekelompoknya.
4. Sebagian siswa belum terampil dalam membuat dan menjawab pertanyaan sendiri, masih perlu bimbingan dan pengarahan dari guru.
5. Pengolahan waktu dalam diskusi kelompok perlu ditingkatkan.
6. Hasil tes diakhir siklus I dapat dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini: Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Siklus I
NO URAIAN
HASIL PENGAMATAN 1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 85 3 Nilai rerata 75 4 Rentang nilai 35
Siklus I menggunakan metode observasi tanpa bimbingan guru. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa. Dengan standar kompetensi: membaca dan kompetensi dasar: membaca nyaring suku kata dan kata lafal dan yang tepat, membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. hasil keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik pada siswa kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat semester genap tahun pelajaran 2013/2014 belum meningkat dengan nilai siswa terendah 50, nilai tertinggi 85, nilai rata-rata kelas 75 dan memiliki rentang nilai 35.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, lembar observasi dan alat-alat pengajaran.
b. Tindakan
Siklus II dilaksanakan secara berkesinambungan antara pertemuan 3 dan 4, melanjutkan tema kegemaran yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2014. Kegiatan awal guru tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang lalu pada pertemuan 1 dan 2 tentang cara mengenali huruf-huruf dan membaca nyaring sebagai suku kata, kata, dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat.
cara menjelaskan cara membuang sampah/meludah pada tempatnya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan teknik observasi ke lingkungan sekolah, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengamati
Guru meminta siswa untuk membuka buku tematik
Guru meminta siswa satu persatu untuk membaca kalimat demi kalimat dengan cara bergantian
Guru menjelaskan tentang benda padat, cair dan gas
Guru meminta siswa untuk mengamati benda padat, cair dan gas yang ada di lingkungan sekolah
Setelah siswa mengamati lingkungan sekolah guru meminta masing-masing kelompok untuk menunjukkan benda padat, cair dan gas bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dilihatnya..
2.Menanya
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apa yang mereka lihat mengenai lingkungan sekolah.
3.Mencoba
Guru meminta siswa untuk duduk di kelompoknya masing-masing, setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dan hasil pengamatanya dicatat dalam lembar pengamatan, hal ini dilakukan untuk mengefektifkan kerja kelompok dan menghindari siswa yang bercanda/berbincang-bincang. Anggota kelompok dari beragam kemampuan akademik (pintar, sedang dan kurang) serta jenis kelamin.
Guru membagikan lembar pengamatan pada masing-masing kelompok, sesuai dengan kelompoknya.
4. Menalar
Guru menugaskan siswa untuk menunjukkan ciri-ciri benda dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya untuk menmbahkan keterampilan dalam membaca.
Guru berkeliling, memotivasi dan membimbing siswa dalam kelompok terutama kelompok yang masih membutuhkan bantuan, serta mengamati kegiatan/interaksi siswa dalam kelompok.
5. Mengkomunikasikan
Setelah selesai pengamatan kelompok guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatanya secara bergantian, kelompok yang lain memperhatikan siswa yang presentasi.
Guru memberikan penghargaan/rewards kepada kelompok yang hasil pengamatannya sesuai dengan kriteria penilaian siswa.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini yang telah dipelajari tentang lingkungan.
Guru melengkapi kesimpulan yang disampaikan oleh siswa
memberikan kuis berhadiah. Guru meminta siswa untuk memberikan contoh lingkungan yang sehat, siswa yang dapat menjawab kuis dengan benar dan cepat akan mendapatkan sebuah makanan kecil (beng-beng) sebagai hadiah.kegiatan inti dengan teknik observasi ke lingkungan sekolah dengan pembahasan yang berbeda, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mengamati
Guru meminta siswa untuk membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Guru meminta siswa untuk mengamati benda-benda yang ada di lingkungan sekolah.
2.Menanya
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya yang belum dipahaminya mengenai lingkungan sekolah.
3.Mencoba
Guru meminta siswa untuk duduk di kelompoknya masing-masing setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dan hasil pengamatanya dicatat dalam lembar pengamatan, hal ini dilakukan untuk mengefektifkan kerja kelompok dan menghindari siswa yang bercanda/berbincang-bincang. Anggota kelompok dari beragam kemampuan akademik (pintar, sedang dan kurang) serta jenis kelamin.
Guru membagikan lembar pengamatan pada masing-masing kelompok, sesuai dengan kelompoknya.
4. Menalar
Guru menugaskan siswa untuk menyebutkan sifat-sifat benda.
5. Mengkomunikasikan
Setelah selesai pengamatan kelompok guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatanya secara bergantian, kelompok yang lain memperhatikan siswa yang presentasi.
Guru memberikan penghargaan/rewards kepada kelompok yang hasil pengamatannya sesuai dengan kriteria penilaian siswa.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini yang telah dipelajari tentang lingkungan.
Guru melengkapi kesimpulan yang disampaikan oleh siswa
c. Pengamatan
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan/ observasi tentang aktivitas belajar siswa dalam kelompok pada siklus II, yaitu pada pertemuan 3 dan 4 siswa sudah terlihat adanya keterampilan membaca siswa dan kerjasama antara sesama anggota kelompok, masing-masing siswa bertanggung jawab pada tugas yang diberikan sesuai nama yang diperolehnya, sebagai siswa berani membacakan/ mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, namun masih ada kelompok yang lamban dan tidak serius dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
d. Refleksi
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Siklus II
NO URAIAN HASIL
PENGAMATAN 1 Nilai terendah 55
2 Nilai tertinggi 90 3 Nilai rerata 80 4 Rentang nilai 35
Siklus I merupakan revisi dari siklus II denagan menggunakan metode observasi dengan bimbingan guru. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa. Dengan standar kompetensi: membaca dan kompetensi dasar: membaca nyaring suku katadan kata lafal dan yang tepat, membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. hasil keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik pada siswa kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan nilai siswa terendah 50, nilai tertinggi 90, nilai rata-rata kelas 80 dan memiliki rentang nilai 35.
B. PEMBAHASAN
1. Hasil Temuan
Hasil pembahasan dalam penelitian ini ada 4 hal, meliputi: hasil keterampilan membaca, hasil unjuk kompetensi, hasil belajar siswa dan hasil aktivitas siswa.
Tabel 4. 3 Tindakan Persiklus
NO SIKLUS I SIKLUS II
1 Menggunakan metode observasi pada keterampilan proses di dalam kelas tanpa bi,bingan guru
Menggunakan metode observasi pada
HASIL KETERAMPILAN MEMBACA SISWA SIKLUS I
Sekolah : MI. Ath-Thoyyibiyyah
HASIL KETERAMPILAN MEMBACA SISWA
SIKLUS II
Sekolah : MI. Ath-Thoyyibiyyah
Kelas : II (dua)
Semester : Genap
HASIL KETERAMPILAN MEMBACA SISWA
Sekolah : MI. Ath-Thoyyibiyyah Kelas : II (dua)
Semester : Genap
41 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas selama dua siklus, untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media dapat disimpulkan bahwa melalui media lingkungan sekolah dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa pada pembelajarn tematik di kelas II MI. Ath-Thoyyibiyyah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Dari hasil observasi/pengamatan di kelas dan di luar kelas, bahwa siswa berkemampuan tinggi terlihat lebih aktif dan antusias, sehingga memunculkan kerjasama serta mau berinteraksi, saling membantu serta berbagi pendapat, mau mendengarkan pendapat teman dalam menyelesaikan tugas dengan baik.
B. Implikasi
Membantu siswa yang lambat dalam memahami pembelajaran tematik khususnya tentang keterampilan membaca. Memberikan pengaruh yang positif baik dalam pendidikan sosial pada guru dan siswa, merupakan cara praktis untuk membantu siswa dalam pembelajaran tematik khususnya tentang keterampilan membaca.
C. Saran
Hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal kepada siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
pendidikan bagi kehidupan. Mengajar dan mendidik siswa secara profesional.
2. Untuk melaksanakan pembelajaran tematik memerlukan persiapan yang cukup matang, guru harus benar-benar memahami langkah-langkahnya dan dapat mengelola waktu dengan baik.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet.Ke-4, 2012
Afifuddin, Nur. Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Media Pembelajaran dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Biologi Materi Ekosis,
http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/makalah-dan-artikel_26. Rabu, 10Desember 2014, pukul 22.51 wib.
Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya. Cet. ke-1. 2011
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Cet. Ke-4. 2010
Ediana latip, Asep.Pembelajaran Tematik. Tangerang Selatan: UIN JAKARTAPRESS. Cet.ke-1. 2013
Fuaddin, Sukarma Karya. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Jakarta. Modul 1-6. Cet. Kedua. 1995
Gani, Ramlan A, Mahmudah Fitriyah Z.A. Disiplin Berbahasa Indonesia.Jakarta: FITK PRESS. Cet. Ke-2. 2011
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. RemajaRosda Karya. 2009
Hindun.Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di MadrasahIbtidaiyyah/Sekolah Dasar. Bogor: Nufa Citra Mandiri. 2013
Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching. Cet .ke-1. 2006
Kusuma, Wijaya dan Dedi Dwitagama.PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks. Cet, Ke-3. 2009
Kajian pustaka, Pengertian dan Hakikat Membaca,
http://www.kajianpustaka.com/2014/0Minggu, 7 Desember 2014, pukul
19.34 wib
Semiawan, Conny.Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Cet. Ke-3. 2008
Mutia, Etika. Manfaat Pembelajaran Tematik.Etika_Mutia, blogspot.Com/.../Dec.1,20. Senin, 7 April 2014. Pukul 21.15 wib
Sukirman, Dadang dan Nana Jumhana.Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS. Edisi, ke-1. 2006
Sa’ud, Udin Saefuddin, Ade Rukmana dan Novi Resmini.Pembelajaran Terpadu.
Bandung: UPI PRESS. Edisi Kesatu. Cet.ke-1. 2006
Suyono dan Hariyanto.Belajar dan Pembelajaran.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-3. 2012
Trianto.Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Cet, Ke-1.2010
_____. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet.ke-1. 2011
Uukurniawati, konsep dasar pembelajaran tematik, wordpress. Com/ 2013/05/17. Sabtu, 5 April 2014, pukul 21.30 wib
Nama Sekolah : MI. Ath-Thoyyibiyyah Semester/ Kelas :Ganjil/ II
Tema : Kegemaranku Alokasi Waktu : 1 Pertemuan Pertemuan : I (satu)
1.KOMPETENSI DASAR
1. BAHASA INDONESIA
Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat 2. ILMU PENGETAHUAN ALAM
Mengenal cara menjaga lingkungan agar tetap sehat
Mengidentifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan cirinya melalui pengamatan
3. SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
Membedakan tangan yang bersih dan tangan yang kotor
2. INDIKATOR
1. BAHASA INDONESIA
Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat
Mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan kalimat sederhana
Membaca nyaring kalimat “Kebersihan Pangkal Kesehatan” dengan lafal
yang tepat
2. ILMU PENGETAHUAN ALAM
Menjelaskan kalimat kebersihan adalah pengkal kesehatan
Menjelaskan contoh lingkungan yang sehat
Menjelaskan cara membuang sampah/meludah pada tempatnya 3. SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
Pembelajaran Waktu Pendahuluan Guru memberi salam dan
mengajak siswa berdoa, kemudian mengecek kehadiran siswa
Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik dengan motivasi atau Ice Breaking lagu “Aku Anak Sehat”
Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dan memulai dengan materi yang baru
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang lingkungan
Guru mempersiapkan kartu-kartu (kartu suku kata, kata dan kalimat) sesuai dengan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam dan berdoa
Siswa memperhatikan apa yang disampaikan
guru atau
mempraktikkan ice breaking dari guru