• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BEKERJA PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BEKERJA PADA MAHASISWA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BEKERJA PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1)

Psikologi

Oleh:

Hilman Hernadi Miswanda 06810233

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Hubungan Kematangan Emosi dengan Pengambilan Keputusan untuk Bekerja pada Mahasiswa

2. Nama Peneliti : Hilman Hernadi Miswanda

3. Nim : 06810233

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 6 Otober – 10 Oktober 2011

7. Tanggal Ujian : 4 November 2011

Malang, 21 November 2011

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi di uji oleh Dewan Penguji Tanggal: 4 November 2011

Dewan Penguji

Ketua : Muhammad Shohib, S.Psi, M.Si ( ... )

Anggota : 1. Dra. Djudiah, M.si ( ... )

2. Ari Firmanto, S.Psi ( ... )

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hilman Hernadi Miswanda

NIM : 06810233

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul:

“Hubungan Kematangan Emosi dengan Pengambilan keputusan untuk Bekerja pada Mahasiswa”

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali penulisan dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebut sumbernya.

2. Hasil tulis karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalty non ekslusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyaaan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui, Malang, 21 November 2011

Kepala Program Studi Yang menyatakan,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil‘ Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menunjukkan kebesaran-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BEKERJA PADA MAHASISWA”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada hamba pilihan Muhammad SAW yang telah menunjukkan tauladan kepada umatnya menuju kehidupan yang diridhoi oleh-Nya. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dengan berakhirnya penulisan tugas akhir ini, merupakan salah satu langkah awal untuk menapak ketahap selanjutnya. Dan mengingat masih ada tugas lain yang harus di hadapi dengan lapang dada sehingga tetap memohon ridho dan karunia Allah SWT, karena Alah merupakan penguasa tunggal jagad raya.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis dengan senang hati siap menerima saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan. Skripsi ini tidak akan selesai jika tanpa bantuan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan sumbangsih berupa tenaga, pikiran, motivasi, kritik dan saran. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan hingga selesainya penulisan tugas akhir ini.

(6)

vi

2. Muhammad Shohib, S.Psi, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang juga meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis serta memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan tugas akhir ini.

3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M. Psi selaku wali dosen kelas E, yang tak hentinya memberikan semangat kepada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Wawan Miswanda dan Mama Atim Patimah tercinta atas kesabaran, cinta, dukungan, nasehat dan ketulusan do’a yang tanpa batas, tiada kata yang dapat terangkai untuk mengungkapkan rasa terima kasih ananda dan juga tak lupa terima kasih untuk Teteh Irna Pawanti Miswanda beserta Mas Tunggal Saptadji & Aa Wildan Herdina Miswanda beserta Mbak Sri atas bantuan dan do’anya serta motivasinya.

5. Mahasiswa dan mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang selaku subjek penelitian yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

6. Para Dosen dan karyawan tata usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Terima kasih kepada Hurriatul Fikriah atas semua dukungan dan perhatianya. 8. Buat teman-teman angkatan 2006 & keluarga besar Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang yang memberikan motivasi dan dukungannya, kalian punya andil besar dalam penyelesaian skripsi ini.

(7)

vii

10.Terima kasih kepada F4 (Anandika, Filsa Aji. P, dan Faris Andreyanto dan Mas Mulyono)

11.Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi serta akan membuka wacana pemikiran.

Malang, 21 November 2011

(8)

viii INTISARI

Hilman Hernadi Miswanda. (2011). Hubungan Kematangan Emosi dengan Pengambilan Keputusan untuk Bekerja pada mahasiswa. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Pembimbing (1). Tulus Winarsunu (2) Muhammad Shohib.

Kata Kunci: Kematangan Emosi, Pengambilan Keputusan untuk Bekerja, Mahasiswa

__________________________________________________________________ Pengambilan keputusan untuk bekerja dilakukan mahasiswa bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mencapai taraf hidup yang lebih baik. Dalam pengambilan keputusan untuk bekerja seseorang mahasiswa harus memiliki kemampuan untuk melihat hal yang benar dan yang salah. Selain kemampuan penguasaan terhadap masalah, orientasi pengambilan keputusan sebenarnya dipengaruhi dan didukung oleh faktor psikologis, salah satu faktor psikologis yang berkaitan dengan orientasi pengambilan keputusan adalah kematangan emosi.. Jika tidak didorong dengan kematang emosi yang tinggi, maka seseorang mahasiswa akan sulit untuk mengambil keputusan untuk bekerja. Mahasiswa yang matang secara emosi akan dapat memilah dan memilih apa yang terbaik dan yang harus dihidarinya, sehingga nantinya dapat mengambil keputusan secara tepat bagi dirinya, serta dapat membedakan keputusan mana yang benar dan salah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan kematangan emosi dengan pengambilan keputusan untuk bekerja pada mahasiswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini ialah mahasiswa yang berjumlah 100 orang, yang diambil dengan teknik sampel purposif. Sedangkan, metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala, ada 2 skala yang digunakan yaitu skala kematangan emosi dan skala pengambilan keputusan untuk bekerja yang disusun oleh peneliti sendiri, untuk metode analisa data dengan menggunakan teknik Product Moment dari Karl Pearson yang dibantu dengan program komputer SPSS 18.0 for Windows.

(9)

ix A.Pengambilan Keputusan untuk Bekerja ... 10

1. Pengertian Pengambilan Keputusan untuk Bekerja, ... 10

2. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan ... 11

3. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan ... 13

4. Proses Pengambilan Keputusan ... 17

B.Kematangan Emosi ... 18

1. Pengertian Kematangan Emosi ... 18

2. Kematangan Emosi pada Masa Dewasa ... 19

3. Karakteristik Kematangan Emosi ... 20

4. Fakto-Faktor yang Mempangaruhi Kematangan Emosi ... 22

5. Komponen Kematangan Emosi ... 23

C.Masa Dewasa Dini ... 25

1. Pengertian Masa Dewasa Dini ... 25

(10)

x

3. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Dewasa Dini ... 27

4. Mahasiswa pada Dewasa Dini ... 27

5. Ciri-Ciri Mahasiswa ... 29

D.Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Pengambilan Keputusan unutk Bekerja ... 30

E.Kerangka Pemikiran ... 33

F. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 35

B.Variabel Penelitian ... 35

C.Definisi Operasional ... 36

D.Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 37

E.Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 37

F. Prosedur Penelitian ... 43

G.Validitas dan Reliabilitas ... 43

1. Uji Validitas ... 44

2. Uji Reliabilitas ... 48

H.Metode Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 51

B.Hasil Analisa Data ... 52

C.Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 60

B.Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor pilihan jawaban ... 39

Tabel 2 Blue print kematangan emosi sebelum try out ... 40

Tabel 3 Blue print pengambilan keputusan untuk bekerja sebelum try out ... 40

Tabel 4 Uji validitas skala kematangan emosi try out ... 43

Tabel 5 Uji validitas skala pengambilan keputusan untuk bekerja try out .... 44

Tabel 6 Uji reliabilitas skala kematangan emosi try out ... 45

Tabel 7 Uji reliabilitas skala pengambilan keputusan untuk bekerja try out . 45 Tabel 8 Rancangan analisa data ... 46

Tabel 9 Tabel sebaran T-Score kematangan emosi ... 48

Tabel 10 Tabel sebaran T-Score pengambilan keputusan untuk bekerja ... 48

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Kata pengantar skala ... 65

Skala kematangan emosi ... 67

Skala pengambilan keputusan untuk bekerja ... 68

Data kasar kematangan emosi try out ... 70

Data kasar pengambilan keputusan untuk bekerja try out ... 71

Uji validitas & Uji reliabilitas ... 72

Data kasar penelitian kematangan emosi ... 97

Data kasar penelitian pengambilan keputusan untuk bekerja ... 99

Hasil T-score ... 101

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Albin. 1982. Emosi Bagaimana Mengenal dan menerimanya. Yogyakarta

Anganthi. 1990. Studi Hubungan Tentang Kematangan Emosi Dengan Perilaku Anti Sosial Napi Dengan Pertumbuhan di LP. Kali Sosok. UNAIR, Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Anoraga. 2004. Psikologi Kerja. Jakarta, Rineka Cipta.

Anwar, Z. 2005. Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Nursing Services di RSI Aisyah Malang. (Skripsi). Tidak Diterbitkan. Malang: Psikologi UMM Arikunto, Suharsini. 1988. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Asaad, Moch. 1995. Psikologi Kerja. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Atmosudirdjo, P. 1984. Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaplin, J. P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan). Jakarta: Raja Grafindo Persada

Davidoff, L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jilid I Jakarta : IKAPI

DeJanasz. S. C., Dowd, K.O., 7 Schneider, B. Z. 2002. Interpersonal Skills in Organizations. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Feinberg, M.R. 2005. The Effective Psychology for Manager. Diakses dari http://www.tao.infoproduk.com. Tanggal 17 April 2011.

Galotti, K.M. 1999. Cognitive Psychology. USA : Wadsworth Publishing Company. Gibson, Ivancevich, & Donnely. 1998. Organisasi dan manajemen. Edisi IV. Jakarta:

Erlangga

Goleman, D. 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasan, Iqbal. 2002. Teori Pengambilan Keputusan. Cettakan I. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

(14)

xiv

Kerlinger, F. 2003. Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi III. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mappiare. 1993. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional

Monks, dkk. 2006. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Moorhead, G. & Griffin, R.W. 1995. Organizational Behavior Managing People and Organization. Boston: Hougton Mifflin Company.

Murray, J. 2005. Are You Growing Up or Getting Older. Diakses dari http://www.betteryou.com. Tanggal 17 April 2005

Papalia dan Olds.1985. Psychology.New York : McGraw-Hill Book Company. Poerwanti. 1998. Riset Ilmiah. Malang: UMM Press.

Rengganis. (2005). Peran Manajemen Diri Dan Kematangan Emosi Terhadap Pengambilan Keputusan. Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada. Tesis: Tidak diterbitkan.

Robbins, S. P. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Salusu, J. 2002. Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: PT Grasindo. Santrock, J.W. 1995. Perkembagan Masa Hidup. Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Schneiders, A.A. 1955. Personal Adjustment & Mental Health. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Sanusi, A. (2003). Metode Penelitian Praktis (Untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi): Malang: Buntara Medis.

Soesilowindradini.1997. Psikologi Perkembangan Remaja. Surabaya : UsahaNasional.

Syamsi, Ibnu. S. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi Cet II. Jakarta: Bumi Aksara.

Winardi. 2000. Pengambilan Keputusan Dalam Bidang Management. Bandung : Sinar Baru.

Winarsunu, T. 2002. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan Malang: UMM Press.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambilan keputusan merupakan penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat sepanjang hidup manusia. Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu diisi oleh peristiwa pengambilan keputusan. Hampir setiap saat manusia membuat atau mengambil keputusan dan melaksanakannya, yang tentu keputusan itu dilandasi asumsi bahwa segala tindakan merupakan pencerminan hasil proses pengambilan keputusan secara sadar atau tidak.

Namun kebanyakan dari manusia tidak pernah mengerti akan konsekuensi suatu keputusan yang diambil, sehingga dapat menghantarkan pada baik atau buruknya keputusan yang diambil. Pilihan-pilihan yang diambil sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan, namun demikian pengambilan keputusan secara keliru dapat saja lebih buruk dari pada tidak mengambil keputusan sama sekali. Untuk memainkan suatu peranan yang aktif dalam menentukan pilihan untuk masa depan, seseorang dalam mengambil keputusan hendaklah memilih pilihan yang tepat dari beberapa alternatif yang ada.

Pengambilan keputusan adalah fakta yang harus dihadapi baik dalam kehidupan personal maupun kelompok. Menurut Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (dalam Syamsi, 2000). Secara umum dapat dikatakan bahwa mengambil atau membuat keputusan berarti memilih satu diantara sekian banyak alternatif. Robbins (2008) memberikan enam langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, mengalokasi bobot pada kriteria, mengembankan alternatif, evaluasi alternatif dan memilih alternatif terbaik.

(16)

  2

keputusan, namun keputusan yang rasional itu haruslah sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip.

Sandiarti (2001) dalam penelitianya terhadap 77 mahasiswa, mendapatkan hasil bahwa faktor minat cenderung merupakan faktor utama dalam mempengaruhi pengambilan keputusan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mansyur (2004) mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi ditinjau dari motivasi kerja dan tingkat pendidikan dengan pengambilan keputusan, di tunjukan dengan R= 0,448 (p= 0,001). 2) terdapat korelasi positif antara motivasi kerja dengan pengambilan keputusan, ditunjukan dengan r- par.= 0,386 (p= 0,002). 3) terdapat korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan pengambilan keputusan, ditunjukan dengan (r-par.=0,312, p= 0,009). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara motivasi kerja dan tingkat pendidikan dengan pengambilan keputusan.

Lebih lanjut menurut penelitian yang dilakukan oleh Achmad Junaidi (2002) yang berjudul Komunikasi persuasif medical representatif terhadap pengambilan keputusan dokter”. Menjelaskan bahwa adanya komunikasi persuasif dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara komunikasi persuasif terhadap pengambilan keputusan, dalam artian jika komunikasi persuasif tinggi maka pengambilan keputusan tinggi, dan begitu juga sebaliknya.

Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor minat, komunikasi persuasif, motivasi kerja dan tingkat pendidikan mempunyai kontribusi, berpengaruh atau berkorelasi terhadap pengambilan keputusan. Dimana pengambilan keputusan yang dimiliki oleh seseorang akan baik dan semakin tinggi apabila faktor minat, motivasi kerja dan tingkat pendidikan serta komunikasi persuasif individu yang dimiliki juga tinggi.

(17)

  3

dengan mudah menentukan pilihan terhadap alternatif tersebut. Tetapi jika data atau informasi tidak ada, maka timbulnya ketidakpastian dalam mengambil keputusan

Menurut penelitian yang dilakukan Astuti (1998) dalam penelitiannya bahwa ada pengaruh yang signifikan pada faktor, budaya, social dan psikologis terhadap keputusan konsumen dalam mebeli produk jeans (F = 9.066 dengan p = 0.004). Ketika konsumen merasa dengan mengkonsumsi produk tersebut kebutuhan dan keinginannya terpenuhi, maka dapat menimbulkan suatu keputusan sehingga dalam proses selanjutnya konsumen akan berusaha mempertahankan tingkat kepuasan yang telah diperoleh dan akan mempertimbangkan dengan pengalaman. Pengalaman masa lalu merupakan proses belajar konsumen sehingga menimbulkan suatu perubahan dalam perilaku seseorang.

Mulatsari (2001) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan antara kematangan pribadi dengan pengambilan keputusan pada karyawan. Dalam penelitian tersebut melibatkan 70 orang karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia cabang Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kematangan pribadi dan pengambilan keputusan. Ini berarti semakin tinggi tingkat kematangan pribadi yang dimiliki oleh karyawan maka semakin baik pula pengambilan keputusan pada karyawan tersebut.

Subiantoro (1998) dalam penelitianya tentang pengaruh faktor sosial terhadap perilaku konsumen dalam rangka pengambilan keputusan membeli rumah di perumahan KPR BTN, menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor sosial, yaitu faktor ekonomi dan faktor prestise 41%, faktor keluarga 38% dan kelompok refrensi kecil 21%. Semakin tinggi prosentase yang ditunjukkan, maka semakin tinggi pula pengaruhnya dalam mengambil keputusan.

(18)

  4

Dari sejumlah penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi secara positif oleh beberapa faktor diantaranya, yaitu pengalaman masa lalu, kematangan pribadi, lingkungan sosial dan self esteem.

Kadangkala pengambilan keputusan begitu mudah untuk diputuskan, tetapi banyak juga yang kompleks, sehingga sulit untuk di putuskan. Bila dicermati, banyak terjadi kasus kesalahan dalam pengambilan keputusan, hal ini terjadi bermula dari perencanaan yang kurang matang, tergesah-gesah ataupun pemilihan alternatif pemecahan masalah yang kurang tepat. Kendala atau permasalahan yang sering dihadapi seseorang dalam mengambil keputusan salah satunya dapat dipecahkan dengan adanya kemampuan atau ability dalam melihat suatu masalah. Menurut De Janasz, dkk. (2002), kemampuan dalam mengambil keputusan membantu kita mengarungi kehidupan, menghindari masalah yang mungkin timbul, dan memperluas cakrawala kita dalam dalam memandang kehidupan. Hal tersebut perlu di sadari agar supaya dapat berhasil di dalam upaya mengembangkan kemampuan kita untuk mengambil desisi mengenai problema-problema yang menghendaki suatu keputusan dari kita (Atmosudirjo, 1984).

Dalam pengambilan keputusan seseorang harus memiliki kemampuan untuk melihat hal yang benar dan yang salah. Selain kemampuan penguasaan terhadap masalah, orientasi pengambilan keputusan sebenarnya dipengaruhi dan didukung oleh faktor psikologis, salah satu faktor psikologis yang berkaitan dengan orientasi pengambilan keputusan adalah kematangan emosi.

Emosi merupakan salah satu aspek psikis manusia yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Chaplin (1993) emosi adalah suatu keadaan yang terangsang dari organisme yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari mendalam sifatnya dan ditandai dengan perubahan perilaku. Setiap emosi menawarkan pola persiapan tindakan tersendiri, masing-masing menuntun kita kearah yang telah terbukti berjalan baik ketika menangani tantangan yang datang berulang-ulang dalam hidup manusia (Goleman, 2001).

(19)

  5

pada keseimbangan emosional individu dan mengganggu pola perilaku normalnya. Sementara efek tidak langsung, berasal dari penilaian orang lain terhadap individu yang berperilaku emosional, perlakuan yang diberikan dan hubungan emosional yang dapat dibina dengan individu tersebut (Hurlock, 1996). Jika ada seseorang yang tidak mampu mengendalikan ledakan emosinya, orang tersebut akan disebut tidak matang (Hurlock 2002) Oleh karena itu individu diharapkan untuk memiliki pengendalian emosi atau kematangan emosi.

Emosi yang matang akan sangat membantu individu untuk membangun toleransi perasaan dan dapat belajar menghadapi konflik tanpa menunjukan emosionalitas yang berlebihan. Oleh karena itu, kematangan emosi menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap individu. Dengan kematangan emosi individu akan dapat bersikap toleran, merasa nyaman mempunyai kontrol diri sendiri, serta mampu menerima dirinya sendiri dan orang lain, sehingga kompetensi sosial tersebut terwujud dan dapat diterima oleh orang lain.

Kematangan emosi menurut Chaplin (1999) adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional. Lebih lanjut Hurlock (2002) berpendapat, individu yang matang emosinya menilai situasi terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang. Individu dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima.

(20)

  6

seseorang disesuakan dengan situasi stimulus namun ekspresinya tetap memperhatikan kesopanan sosial.

Pengertian kematangan emosi seperti diketengahkan diatas, memberikan tekanan kembali pada pentingnya seseorang memiliki kematangan emosi. Dengan kematangan emosi akan membuat individu mampu mengenali dirinya sendiri, seberapa kuat emosinya dapat dikontrol dan seberapa besar dirinya dapat berfungsi dalam menghadapi tantangan untuk menuju kedewasaan. Dengan mampu mengenali dirinya sendiri, mereka akan tahu seberapa tingginya keyakinan atas kemampuan yang dimilikinya. Sehingga kematangan emosi dapat dilihat dari caranya menghadapi tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap perbuatannya, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini, sehingga kesulitan yang dihadapi dapat terpecahkan.

Menurut penelitian yang dilakukan Hamidah (2005), diketahui bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan (r = 0,662 ; p = 0,000) antara kematangan emosi dengan self efficacy, artinya semakin matang emosi remaja maka akan semakin tinggi self efficacy. Ini berarti bahwa remaja yang mempunyai emosi yang matang, mereka akan mempunyai self efficacy yang tinggi pula. Selain itu penelitian ini menunjukan sumbangan efektif kematangan emosi terhadap self efficacy sebesar 43,8% dan selebihnya 56,2% self efficacy dipengaruhi oleh faktor lain.

Hasil penelitian Hasan (2002) mendapatkan hasil bahwa kematangan emosi mempengaruhi strategi coping remaja, bahwa ada hubungan yang signifikan pada kematangan emosi dengan pemilihan strategi coping yang beorientasi pada pemecahan masalah dengan hasil 22,5%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin matang emosi remaja maka akan semakin mudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

(21)

  7

manajemen diri dan kematangan emosi terhadap orientasi pengambilan keputusan, sehingga hipotesis mayor yang diajukan dalam penelitian ini diterima secara signifikan. Penelitian memperlihatkan kenaikan variabel manajemen diri dan kematangan emosi secara bersama-sama sebesar 56.40 %, akan diikuti oleh kenaikan variabel pengambilan keputusan. Hal tersebut menunjukkan sebesar 43.60 % dipengaruhi oleh faktor lain.

Dari penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kematangan emosi secara umum memang memiliki kontribusi, berpengaruh atau berkorelasi terhadap

self efficacy, orientasi pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Semakin

tinggi kematangan emosi yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula self

efficacy, orientasi pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa, pengambilan keputusan bekerja merupakan tugas yang cukup berat bagi individu khususnya bagi mahasiswa. Fungsi pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah tidak hanya dijalankan oleh seorang yang berkedudukan sebagai manajer atau pimpinan. Akan tetapi Pengambilan keputusan terjadi pada semua bidang dan tingkat kegiatan serta pemikiran manusia (Salusu, 1998).

Masa usia 18-25 tahun merupakan tahapan usia dewasa awal dimana seseorang telah memahami arti kehidupan yang sesungguhnya dan orang tua mulai memberi lebih banyak peluang bagi seseorang dalam mengambil keputusan pada setiap permasalahan yang juga bersifat lebih kompleks (www.wordpress.com). Mengingat betapa pentingnya masalah pendidikan dan karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan (Tri Muji, dalam Zubet, 2006).

(22)

  8

yang lalu, Steinberg (dalam Zubet, 2006) menemukan bahwa bekerja sambil belajar secara alamiah memberikan indikasi siswa dengan persyaratan yang akan diperlukan untuk berfungsi secara efektif dalam karier selanjutnya.

Pengambilan keputusan untuk bekerja yang dilakukan mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa mahasiswa di Malang, diketahui bahwa beberapa dari mahasiswa menyisihkan waktunya untuk bekerja. Mereka memiliki motivasi untuk bekerja sambil menuntut ilmu dengan tujuan untuk mencari pengalaman dan penghasilan sendiri. Namun, yang menjadi masalah adalah kondisi dimana kuliah yang seharusnya menjadi perioritas utama kemudian bergeser posisinya menjadi perioritas kedua setelah pekerjaan, sehingga kuliah menjadi kewalahan atau terlantar. Berdasarkan hal tersebut kemudian menjadi pertimbangan bagi mahasiswa yang lain dalam mengambil keputusan untuk kuliah sambil bekerja, sehingga kondisi ini menuntut mahasiswa untuk segera tanggap dalam melakukan perubahan dan langkah yang lebih tepat agar dapat bertahan dalam lingkungan yang terus berkembang. Hal ini tentu membutuhkan kemampuan yang baik pada mahasiswa untuk dapat mengambil keputusan secara tepat.

Sedangkan kematangan emosi memiliki keterkaitan yang erat dalam mengambil keputusan untuk bekerja yang dilakukan oleh individu. Jika tidak didorong dengan kematang emosi yang tinggi, maka seseorang akan sulit untuk mengambil keputusan. Individu yang matang secara emosi akan dapat memilah dan memilih apa yang terbaik dan yang harus dihidarinya, sehingga nantinya dapat mengambil keputusan secara tepat bagi dirinya, serta dapat membedakan keputusan mana yang benar dan salah. Contohnya ketika seorang mahasiswa yang sudah mampu dalam mengambil keputusan untuk kuliah sambil bekerja. Apabila kematangan emosi yang dimilikinya masih belum baik, maka seorang mahasiswa belum mampu untuk mengambil keputusan untuk kuliah sambil bekerja. Oleh sebab itu, dengan kematangan emosi yang tinggi, maka mahasiswa akan mampu mengintropeksi dirinya dengan baik sehingga nantinya dia akan mampu untuk mengambil keputusan untuk kuliah sambil bekerja atau tidak.

(23)

  9

keputusan untuk bekerja pada mahasiwa. Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “Hubungan Kematangan Emosi dengan Pengambilan Keputusan untuk Bekerja pada Mahasiswa”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: Apakah ada hubungan kematangan emosi dengan pengambilan keputusan untuk bekerja pada mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui hubungan kematangan emosi dalam pengambilan keputusan untuk bekerja pada mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan atau sumbangan pemikiran bagi :

a. Manfaat secara teoritis.

Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi Industri dan Organisasi tentang hubungan kematangan emosi dengan pengambilan keputusan untuk bekerja pada mahasiswa.

b. Manfaat secara praktis.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat secara umum, khususnya kepada mahasiswa mengenai hubungan kematangan emosi dengan pengambilan keputusan untuk bekerja.

Referensi

Dokumen terkait

melalui RAMSI Australia berusaha untuk dapat diakui dan diterima sebagai regional powers di kawasan Pasifik Selatan, yang mana dari segi ekonomi dan militer Australia

[r]

dengan dihadiri Peerta Pelelangan Umum sebagaimana dalam daftar hadir pesefta rapat pembukaan penawaran:. Adapun hasil rapat adalah sebagai berikut

Dari pengujian menggunakan feature tersebut, didapati feature terbaik dalam pengenalan motif batik Yogyakarta dengan metode LDA yaitu feature rata-rata edge

Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah pada mata kuliah sistem informasi obat dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi terkait pelayanan

Dampak sampingannya mer embes dalam gombalan para cowok: ―Kamu makin cantik deh kalau pakai hijab‖— yang menyiratkan makna bahwa memakai hijab adalah ciri muslimah

Pada tahun 2005 Chevron berhasil mengakuisisi Unocal Corporation yang membuat Chevron menjadi perusahaan energi tertintegrasi yang terbesar nomor 2 (dua) di Amerika

Jurnal “Kajian Hasil Penelitian Hukum”, Vol. Dalam perkara tersebut terdakwa Supardiyo tidak menikmati secara pribadi atas hasil perbuatannya, Terdakwa adalah pensiunan PNS