BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Globalisasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses multilapis dan multi dimensi dan fenomena hidup yang sebagian besar
didorong oleh Barat dan khususnya kapitalisme berserta nilai-nilai hidup dan
pelaksanaannya.1 Bagi Indonesia sebagai negara berkembang, globalisasi lebih
nampak sebagai penyeragaman nilai-nilai Barat dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia, salah satu indikator tersebut adalah dengan meningkatnya
tingkat konsumsi masyarakat mengikuti pola yang dianut oleh masyarakat
kapitalisme Barat. Sehingga tidak heran, ketika pesatnya perkembangan
perekonomian saat ini diikuti dengan berkembangnya pola konsumsi masyarakat
secara mencolok.
Sebenarnya, konsumsi merupakan kegiatan dasar manusia yang lazim
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mungkin menghindarkan
manusia dari kegiatan mengkonsumsi. Namun, yang terjadi saat ini adalah
perubahan perilaku yang terjadi pada level individu mengenai fungsi konsumsi
tersebut. Konsumsi dilakukan individu tidak sebatas untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Namun, konsumsi sekarang lebih mereka tujukan untuk
mengenyangkan rasa lapar akan simbol, status, dan prestise dari kepemilikan
1
suatu barang.2 Sebagai akibatnya, pada level sosial, pola konsumsi masyarakat
berubah menjadi tak terkendali. Individu senantiasa terangsang membeli dan
memiliki suatu barang hanya untuk mengejar citra tertentu dalam masyarakat.
Inilah yang disebut konsumerisme. Perubahan motivasi seseorang dalam
berbelanja bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar yang ia perlukan
sebagai manusia, melainkan terkait dengan identitas, misal individu membeli
makan dan minum tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan rasa
lapar dan haus tapi juga kebutuhan akan prestise, sehingga mereka lebih nyaman jika makan atau minum di restoran mahal dibandingkan makan atau minum di
warteg (warung tegal).
Sistem ekonomi yang diusung globalisasi telah membawa masyarakat
terperangkap dalam dunia kapitalisme global, tatanan yang menawarkan berbagai
kemudahan, keindahan, dan pemenuhan kebutuhan yang serba instan. Dengan
budaya konsumsi yang dipegangnya, masyarakat konsumen sebenarnya
merupakan hasil kreasi kapitalisme global. Istilah masyarakat konsumen muncul
ketika kapitalis lahir sebagai sistem yang didasarkan pada pasar, uang dan
keuntungan.3 Masyarakat konsumen adalah masyarakat yang eksistensinya dilihat
hanya dengan pembedaan komoditi yang dikonsumsi.4 Masyarakat konsumen
dengan budaya konsumsi yang dipegangnya melihat tujuan dan totalitas hidupnya
dalam kerangka atau logika konsumsi, yaitu suatu pola pikir dan tindakan dimana
2
Sigit Kurniawan, Perang Melawan Konsumerisme, dalam http://www.rayakultura.net/wmview.php?ArtID=67, akses tgl 1 April 2010.
3
John Storey, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode, 2009, Jalasutra, Yogyakarta, hal. 144.
4
manusia membeli suatu barang bukan karena kebutuhan, akan tetapi kegiatan
membeli tersebut memberikan kepuasaan pada dirinya sendiri.
Masyarakat konsumen melakukan kegiatan konsumsi lebih karena tidak
ingin disebut ketinggalan zaman, dan teralienasi.5 Pada masyarakat konsumen,
masyarakat dipaksa untuk mencari identitas di dalam konsumsi, misalnya, orang
akan “merasa lebih baik” jika memakai tas bermerk seperti channel dibandingkan dengan memakai tas yang tidak bermerk. Namun ini selalu lebih dari sekedar
sebuah pengganti yang palsu (sebuah obyek pemujaan/fetis). Selain itu, proses
tersebut didorong oleh apa yang disebut ideologi konsumerisme, yaitu sugesti
bahwa makna kehidupan kita harus kita temukan pada apa yang kita konsumsi
bukan pada apa yang kita hasilkan.6
Penyebab perubahan pola konsumsi sangatlah komplek dan dipengaruhi
oleh dua faktor, yakni faktor pribadi atau internal dan faktor lingkungan atau
eksternal.7 Faktor internal terdiri dari faktor psikologi dan faktor pribadi. Faktor
psikologi mempengaruhi seseorang dalam bergaya konsumtif, diantaranya
disebabkan oleh : motivasi, persepsi, sikap pendirian dan kepercayaan. Sedangkan
faktor pribadi adalah keputusan konsumen untuk membeli yang sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu : usia, pekerjaan, keadaan ekonomi,
kepribadian dan jenis kelamin. Faktor kedua yang mempengaruhi pola konsumsi
yaitu faktor eksternal atau lingkungan, diantaranya adalah kebudayaan, kelas
5
Alienasi adalah keadaan mental manusia yang ditandai oleh perasaan keterasingan terhadap segala hal atau sesuatu; sesama manusia, alam, lingkungan, Tuhan, bahkan terasing terhadap dirinya sendiri. Hal ini terkait dengan gejala reifikasi atau pembendaan (obyektifikasi). Ibid. 6
Ibid, hal 144.
7
Taufik Dian Permana, Analisis Faktor Budaya, Kelas Sosial dan Kelompok Referensi, dalam
sosial, kelompok sosial dan keluarga.8 Sedangkan James. F Engel memberikan
penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi perubahan pola konsumsi, yang
mencakup faktor eksternal ( pengaruh lingkungan) dan faktor internal (perbedaan
dan pengaruh individu, serta proses psikologis ). Secara lebih lengkap, ketiga
faktor tersebut yaitu :9
1. lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi.
Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.
Konsumerisme juga tidak bisa terlepas dari keberadaan pusat-pusat
perbelanjaan seperti mall, distro, hypermart ataupun toko-toko ritel, karena ditempat-tempat tersebut disediakan berbagai macam barang dengan merk yang
beragam dan dengan penawaran yang menarik sehingga konsumen akan
“dipaksa” untuk membeli.
Pada arus globalisasi seperti saat ini, kemampuan pemerintah kota
menarik investor dirasa sangat penting untuk pembangunan ekonomi, karena
kemampuan pemerintah daerah/kota untuk menarik investor dinilai sebagai suatu
keberhasilan pemerintah kota/daerah tersebut untuk menata atau mengembangkan
kota/daerah mereka. Kemampuan menarik investor salah satunya diukur dari
8
Konsep konsumsi dalam kehidupan manusia, dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10, akses pada 10 Januari 2011
9
berdirinya beberapa mall, atau pusat perbelanjaan modern lainnya. Hal ini adalah salah satu contoh kebijakan pengembangan kota berbasis ideologi pasar bebas
yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi lewat industri konsumerisme
(kapitalisme).
Sejak tahun 1960an negara yang sedang berkembang,10 termasuk
Indonesia, mulai memasuki perekonomian global,11 sehingga negara-negara
tersebut (termasuk Indonesia) mulai memperhatikan terhadap perkembangan
perekonomian.12 Sebagai akibatnya, perekonomian negara-negara tersebut
berkembang cepat.13 Namun, krisis moneter pada tahun 1997 membuat Indonesia
mengalami inflasi tinggi serta kehidupan perekonomian yang tidak menentu.
Sudah lebih dari satu dekade pasca munculnya krisis ekonomi ini, pengaruhnya
masih bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sebagaian masyarakat,
khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah imbas ini semakin membebani
10
Indikator negara berkembang dapat disebutkan sebagai berikut: pendapatan perkapita yang rendah, kegiatan investasi dan tabungan yang rendah, intensitas modal yang rendah, rendahnya produktivitas kerja, dan lain-lain; lebih lanjut dapat dibaca dalam Dieter Nohlen (ed.), Kamus Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, hal. 473.
11
Perekonomian global atau globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa, dalam Mahmud Thoha, Globalisasi, Krisis Ekonomi & Kebanggaan Ekonomi Kerakyatan, 2002, Jakarta, Pustaka Quantum, hal. 3.
12
Perhatian terhadap pembangunan ekonomi mulai berkembang disebabkan oleh adanya negara jajahan yang memperoleh kemerdekaan, berkembangnya cita-cita negara yang baru merdeka untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi, adanya keinginan dari negara maju untuk membantu negara berkembang dalam mempercepat pembangunan ekonomi. Dieter Nohlen (ed.),Opcit, hal. 490
13
hidup mereka. Kelangkaan serta mahalnya bahan baku untuk makan, pakaian, dan
tempat tinggal menjadi hidangan setiap hari. Namun, bagi sebagian masyarakat
lainnya, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar, imbas ini tak lagi
dirasakan. Salah satu indikasinya adalah tetap menjamurnya shopping center, seperti mal, di kota-kota besar di Indonesia, dengan pengunjung yang tetap dalam
jumlah besar. Hal inilah yang menjadi penyebab munculnya kelas masyarakat
baru yang disebut kelas menengah baru, ciri kelas menengah ini termasuk dalam
masyarakat dengan tingkat konsumerisme yang tinggi. Anggota kelas ini mampu
dan cenderung membeli barang yang diinginkan, seperti mobil, rumah, perjalanan
liburan dan sebagainya.14
Pembangunan ekonomi di Indonesia pada akhirnya terus dikembangkan
pasca krisis moneter. Perkembangan perekonomian yang semakin maju atau
modern secara fisik ditandai munculnya gedung-gedung pencakar langit seperti
perkantoran, apartemen, perumahan mewah dan juga pusat perbelanjaan modern.
Bertambah banyaknya kehadiran pusat-pusat perbelanjaan modern baru telah
menjadi pertanda menggeliatnya sektor perekonomian setelah dihantam krisis
multidimensi pada tahun 1997-1998. Pertumbuhan sektor ritel di Indonesia juga
mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir,15
akan tetapi perkembangan pembangunan berbagai pusat perbelanjaan modern
tersebut juga menimbulkan dampak negatif terhadap pola hidup masyarakat. Salah
14
Leisch, H,Gated communities in Indonesia, Cities, 2002, Vol.19, No. 5, hal. 341-350.
15 Ritel Modern Kepung Daerah, Pemerintah Diam Saja, Kapitalisme pun Merajalela, Rakyat
Kecil Jadi Korbannya, dalam http://www.rimanews.com/read/20100923/2920/ritel-modern-kepung-daerah-pemerintah-diam-saja-kapitalisme-pun-merajalela-rakyat, akses 12 Agustus 2010.
satu dampak negatif yang timbul adalah berkembangnya budaya konsumerisme di
masyarakat.
Munculnya mal-mal besar yang ada di kota-kota di Indonesia membuat
masyarakat melupakan “sementara” apa yang tengah terjadi sebagai dampak dari
krisis moneter yang melanda Indonesia. Mereka telah menjadi bagian dari budaya
yang dikondisikan dengan para Kapitalis. Keadaan semacam ini disebut sebagai
ekstasi ekonomi.16 Masyarakat dirangsang untuk berbelanja demi memenuhi
kebutuhan hidupnya, meskipun dalam problem moneter yang pelik.
Masalah semacam ini terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Malang,
sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga nampaknya mengalami kasus yang
sama. Keberadaan pusat-pusat perbelanjaan modern seperti mal dan hypermarket dengan sangat mudah ditemukan di kota ini, bahkan tidak hanya pusat kota saja,
di pinggiran kota, kita masih dengan mudah menemukan toko-toko ritel. Hal ini
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang selalu mengupayakan pembangunan
pusat-pusat perbelanjaan seperti mal dan toko-toko ritel sebagai cara
pengembangan pembangunan ekonomi (economic development).
Di era otonomi daerah17 dan era globalisasi saat ini upaya pembangunan di
segala bidang yang telah dilaksanakan merupakan sebuah langkah awal
16
Ketika sebuah sistem ekonomi berfungsi sebagai suatu sistem pemenuhan tuntutan hawa nafsu tak terbatas, atau ketika pelepasan hawa nafsu menjadi inti dari beroperasinya sistem ekonomi, ketika hawa nafsu menjadi semacam gravitasi dari lalu lintas ekonomi, yang setiap orang patuh mengelilingi orbitnya, taat terhadap hukumnya, dan terbuai dalam rayuannya, maka yang tercipta sesungguhnya adalah sebuah dunia ekstasi ekonomi, dalam Yasraf Amir Piliang,
Postrealitas:Realitas Kebudayaan dalam Era Postmetafisika, 2004, Yogyakarta, Jalasutra, hal. 118.
17
peningkatan citra, posisi dan peran kota Malang dalam percaturan hubungan
antarkota, antarprovinsi, maupun antarbangsa. Sekaligus merupakan sebuah
peluang dan harapan yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat kota
Malang sendiri.18 Setidaknya hingga penelitian ini di buat (2010) telah terdapat 13
mal dan pusat perbelanjaan modern lainnya di Malang, yang setiap harinya ramai
dikunjungi oleh masyarakat, mulai dari remaja dan orang tua, baik dari daerah
kota Malang sendiri atau daerah sekitanya. Pengunjung mal atau pusat
perbelanjaan modern bisa meningkat dua kali lipat pada weekend atau hari libur nasional dan hari libur keagamaan.
Tentu saja kehadiran pusat perbelanjaan tersebut memberikan manfaat
yang besar secara ekonomi material terhadap pendapatan kota Malang, akan tetapi
tanpa disadari telah terjadi pergesaran budaya masyarakat yang tadinya
merupakan masyarakat produktif berubah menjadi masyarakat konsumtif.
Keberadaan mal tampak sebagai pemuas bagi dunia konsumerisme. Mal telah
merubah gaya hidup masyarakat. Bila kita lihat di kota Malang saja terdapat dua
mal besar, yaitu Malang Town Square dan Malang Olympic Garden. Belum lagi ditambah pusat-pusat belanja serupa lainnya. Hampir setiap hari di setiap mal dan
shopping center tersebut dijadikan tempat nongkrong anak-anak muda, menyantap makanan, maupun berbelanja tidak peduli dengan krisis ekonomi yang melanda
negara ini. Di masa krisis ekonomi ini, mal-mal tetap ramai dengan berbagai
aktivitas. Para ibu rumah tangga maupun pekerja kantoran menjadikannya sebagai
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
18
tempat belanja dan sarana meeting. Selain itu anak-anak juga menjadikannya tempat bermain dan menghabiskan waktu di game zone, sehingga tidak heran jika para pengusaha yang sekaligus menjadi pengelola menjadikan mal sebagai
‘surga’.
Mal telah menjadi ‘surga’ bagi masyarakat (konsumen). Namun,
kenyataannya, hal ini hanya sebagai sesuatu yang absurb. Sebagaimana yang disebutkan oleh Yasraf Piliang yang menyebutnya dengan permainan bebas
tanda-tanda, bukan tempatnya sebuah mal menjadi wacana penyampaian makna luhur
dari sisi kehidupan ini. Sebaliknya ia membawa bujuk rayu melalui kepalsuan
tanda dan kesemuan makna. Kesemuan yang terdapat di dalamnya disajikan
seolah-olah sebagai kebenaran, dan ilusi disajikan seakan-akan seperti realitas.19
Berdasarkan uraian di atas, sangat menarik untuk dilakukan sebuah studi
lebih dalam yang mengkaji mengenai dampak keberadaan pusat perbelanjaan
modern terhadap budaya konsumerisme. Kajian tentang konsumerisme dan
sosiologi konsumsi menjadi penting saat ini. Sigfikansinya adalah, perubahan
masyarakat saat ini cenderung menuju pada budaya konsumeris seiring
menjamurnya pusat perbelanjaan. Sehingga peneliti bermaksud untuk mengkaji
lebih dalam mengenai konsumerisme, yang berfokus pada dampak pusat
perbelanjaan modern terhadap perubahan pola konsumsi20 masyarakat di kota
Malang dengan judul “Simbolisasi Pusat Perbelanjaan Modern dan Pola
Konsumsi Masyarakat Kota Malang”
19
Yasraf Amir Piliang, Op Cit., hal. 120.
20Pola konsumsi disini diartikan sebagai life style (gaya hidup) seseorang yang mencerminkan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat
disusun sebagai berikut :
1. Bagaimana simbolisasi masyarakat kota Malang terhadap pusat
perbelanjaan modern?
2. Bagaimana pola konsumsi masyarakat Kota Malang dengan adanya pusat
perbelanjaan modern?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui simbolisasi konsumen terhadap pusat perbelanjaan modern
di kota Malang
2. Menentukan pola konsumsi masyarakat berdasarkan persepsi individu.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian tentang
simbolisasi pusat perbelanjaan modern dalam masyarakat sebagai suatu gejala
maraknya konsumerisme dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak dari
3. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini akan memberikan informasi mengenai teori-teori sosial
yang terjadi dalam masyarakat pasca terjadinya pembangunan dalam sektor
ekonomi yang akan membawa dampak terhadap semua segi kehidupan
masyarakat
4. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan sebagai rujukan dan
masukan bagi semua pihak, terutama bagi aktor pengambil kebijakan
pembangunan kota agar disamping melakukan pembangunan juga
diperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dalam pembangunan tersebut.
Simbolisasi Pusat Perbelanjaan Modern dan Pola Konsumsi
Masyarakat Kota Malang
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajat sarjana S-2
Program studi Magister Sosiologi
Diajukan Oleh :
Melati Anggraini
NIM : 08250003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim,
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
tesis ini. Penulis menyadari, bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya tulisan ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Vina Salviana DS, M.si, selaku ketua Program Studi Magister Sosiologi pada
Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Prof. Mas’ud Said, MM., Ph.D, selaku dosen pembimbing I, yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran memberikan pengarahan dan bimbingan sampai
selesainya penulisan tesis ini.
3. Bapak Himawan Bayu Patriadi, Ph.D, selaku pembimbing II, yang sangat
memberikan dorongan dan pengarahan dalam penyelesain tesis ini.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah
Malang, yang telah memberikan wawasan keilmuan di bidang ilmu sosiologi.
5. Staf Administrasi Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, yang
telah memberikan pelayanan administrasi dengan baik.
6. Teman-teman satu angkatan Magister Sosiologi 2008, yang telah memberikan banyak
motivasi dan inspirasi bagi penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendorong
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
yang tiada henti memberikan motivasi, kakak dan adik yang telah memberikan dorongan
moril selama penulis menyelesaikan studi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa, kebaikan dan
dorongan yang telah diberikan kepada penulis. Amin.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Malang, 2 Februari 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Pernyataan ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstraksi ... vii
Daftar isi... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-Konsep ... 12
2.1.1 Konsumerisme ... 12
2.1.2 Pusat Perbelanjaan Modern ... 19
2.1.3 Perkembangan Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Malang ... 25
2.2 Teori Interaksionisme Simbolik ... 25
2.3 Penelitian yang Relevan ... 31
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36
3.2 Sumber Data ... 39
3.3 Pemilihan Lokasi ... 41
3.4 Pengumpulan dan Analisa Data ... 42
3.5 Teknik Pencermatan Keabsahan Data ... 46
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 Pembangunan Kota Malang ... 47
4.1.1 Pusat Perbelanjaan Modern ... 48
4.2 Perkembangan Konsumerisme dan Pola Konsumsi Masyarakat Kota Malang ... 50
4.2.1 Perkembangan Pusat Perbelanjaan di Kota Malang ... 53
4.3 Aktivitas Wawancara ... 54
4.3.1 Profil Informan ... 54
4.4 Analisis Hasil Penelitian 4.4.1 Simbolisasi Terhadap Pusat Perbelanjaan Modern ... 64
4.4.2 Pusat Perbelanjaan Modern Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat Kota Malang ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
Black A, James dan Champion J. Dean, Method and Issues in Social Research, 1976, New York, Jhon Willey dan Son Inc
Braudrillard, Jean, Masyarakat Konsumtif, 2004, Yogyakarta, Kreasi Wacana.
Baudrillard, Jean, The Consumer Society : Myth and Structures, 1998, London: Sage Publisher.
Beddington, Nadine. Belanja Pusat-Desain dan Kontruksi, 2000, Jakarta, Gramedia.
Dowd, Douglas, Capitalism & It’s Economics: A Critical History, 2000, Pluto Press, Sterling Virginia
Engel, F.J, dkk, Perilaku Konsumen Edisi keenam, 1994, Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Fakih, Manshour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, 2003, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Farley, 1990, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta, Prenada Media Grup,
Gerth, HH, dan C. Wright Mills, 1958, From Max Weber Essay in Sociology, New york,
Oxford University Press
Geertz, Cliford, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, penerjemah Aswab Mahasin, 1999, Jakarta, Pustaka Jaya.
Hardwick, M. Jeffrey, Mall Maker, 2004, Philadelphia, University of Pennsylnavia Press.
Latief, Dochack, Pembangunan Ekonomi dan kebijakan Ekonomi Global, 2001, Surakarta, Muhammadiyah University Press.
Mangkunegara A.A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan, 2002, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung
Marshall, C Rossman G. Designing Qualitative research 3rd ed, sage pub, 1999
Nohlen, Dieter (ed.), Kamus Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia.
Piliang, Yasraf Amir, Postrealitas:Realitas Kebudayaan dalam Era Postmetafisika, 2004, Yogyakarta, Jalasutra.
Piliang, Yasraf Amir, Hipersemiotika Tafsir Cultur Studies Atas Matinya Makna, 2003, Bandung, Jalasutra.
Quart, Alissa, Belanja sampai Mati, 2008, Yogyakarta, Resist.
Raho, Bernard, SVD, Teori Sosiologi Modern, 2007, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher
Riyanto, Hidayat Wahyu, Malang, Kota Kita (catatan problematika kota Malang), 2007, Malang, UMM Press
Soedjatmiko, Haryanto, Saya Berbelanja, Maka Saya Ada : ketika Konsumsi dan Desain menjadi Gaya Hidup Konsumeris, 2008, Yogyakarta., Jalasutra.
Tim Redaksi, kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III), 2001, Jakarta, Balai Pustaka
Turner, Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory,
Raco, J.R, Metode penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan Keunggulan, 2010, Jakarta, Grasindo
Reisman, George, Capitalism, A Treatise on Economics, 1990, Jameson Book, Ottawa,
W.W. Rostow, The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto (Cambridge: Cambridge University Press, 1960), Chapter 2, "The Five Stages of Growth--A Summary,"
Storey, John, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode, 2009, Yogyakarta, Jalasutra.
Suparlan, Parsudi, Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan: Perspektif Antropologi Perkotaan, 2003, Jakarta, Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.
Soetandyo,Wignjosoebroto, Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, 2001, Jakarta, Rajawali Pers
Prof. Sjafrizal, Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, 2005, Bumi Aksara, Yogyakarta, hal. 319.
Sumber Internet :
Albertus, Agung, Melawan Konsumerisme, Matrealisme dan Hedonisme, dalam http://agung.st-albertus.sch.id/wp-content/uploads/2008/11/melawan-konsumerisme.doc,
akses 05 Mei 2010
Asher, Allan. Going Global: A New Paradigm for Consumer Protection. The Journal of Consumer Affairs, Winter 1998. Hal 1 Di akses dari Consumerism
http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Con-Cos/Consumerism.html#ixzz1OjrN6Ci5, akses tgl 25 Maret 2011
Bagian Keuangan Setda Kota Malang, bidang ekonomi, www.malangkota.go.id
Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal Kota Malang, dalam www.malangkota.go.id,
akses tanggal 31 Mei 2011.
Handayani, Mediana, Aku Membeli, Maka Aku Ada: Kritik Terhadap Konsumerisme Menurut Pandangan Baudrillard dan Marcuse, dalam
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=3463
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=11&submit.y=17&submit=prev&page=7&qual
=high&submitval=prev&fname=/jiunkpe/s1/hotl/2001/jiunkpe-ns-s1-2001-33496031-77-cafe-chapter2.pdf, akses 05 Mei 2010
Kurniawan, Sigit, Melawan Konsumerisme, dalam
http://www.rayakultura.net/wmview.php?ArtID=67, akses 01 April 2010
Mopangga, Herwin, Inflasi Tinggi Dan Daya Beli Masyarakat (Konsumerisme atau Dinamika Pasar?) dalam www.gorontalopost.co.id/archieve/.html, akses tanggal 10 Januari 2011
Permana, Taufik Dian, Analisis Faktor Budaya, Kelas Sosial dan Kelompok Referensi, http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/3928, akses 5 April 2010
Pertumbuhan Ekonomi Kota Malang Tertingi se-Jatim, dalam http://www.pdiperjuangan jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=4082, akses 12 Maret 2011.
Pertumbuhan-ekonomi-kota-malang-lampaui-nasional, dalam
http://m.inilah.com/read/detail/5188, [m,0akses 12 Maret 2011
Soerawidjaja N, Berpikir Fungsional, Melawan Konsumerisme, dalam
(http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=28683, diakses pada 15 Desember
2010
Terpuruknya Pasar Rakyat Wujud Ketidakadilan Pemerintah Kota Dan Dampak Global
Ekonomi Kapitalis, dalam
http://www.syabab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=423:
Ritel Modern Kepung Daerah, Pemerintah Diam Saja, Kapitalismepun Merajalela Rakyat Jadi Korban, dalam http://www.rimanews.com/read/20100923/2920/ , akses 12 Agustus 2010
Sekilas Tentang Kota Malang, dalam www.wisatamalang.com, akses08 Desember 2010
Perkembangan pemerintahan kota Malang, dalam www.pemkot-malang.go.id, akses 12 September 2010
Terpuruknya Pasar Rakyat Wujud Ketidakadilan Pemerintah Kota Dan Dampak Global Ekonomi Kapitalis, dalam
http://www.syabab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=423:
&catid=77:opini&Itemid=177 , akses tanggal 19 Desember 2010
http://www.depkominfo.go.id, akses pada 19 Desember 2010
Bunuh diri massal di Malang, dalam
http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=291&Itemi
d=1, akses pada 19 Desemer 2010
Dua Orang Tewas Akibat Bunuh Diri, dalam http://koranindonesia.com/2008/04/14, akses pada 19 Desember 2010
Topeng Malangan : Simbol Pertarungan Berbagai Identitas, dalam
http://www.averroes.or.id/research/ identitas.html, akses 18 Desember 2010
Malang Kembali, kembalikan Malangku, dalam
http://m.kompas.com/news/read/data/2008.05.24.15465620 akses 18 Desember 2010
Surat kabar dan Majalah :
Pasar Tradisional Mulai Tergeser, Republika, 19/09/2005
Bisnis Ritel meningkat, Pasar Tradisional Terancam, Kompas, 20/08/2010
Kerjasama Pembangunan Pasar Blimbing dan Dinoyo Hanya Untungkan Investor, Jawa Pos, 20 Agustus 2010
Raksasa Ritel Modern, Swasembada edisi 19 Maret 2009-1 April 2009, hal. 38
Sumber Jurnal :
Asher, Allan, Going Global: “A New Paradigm for Consumer Protection”. The Journal of
Consumer Affairs, Winter 1998. Hal 1 Di akses dari Consumerism
http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Con-Cos/Consumerism.html#ixzz1OjrN6Ci5, akses tgl 25 Maret 2011.
Buss, A, “Max Weber’s Heritage and Modern Southeast Asian Thinking on Development”,
Southeast Asian Journal of Social Science, 1984.Vol. 12, No. 1,
Dick, H.W, “The Rise of A Middle Class and The Changing Concept of Equity in Indonesia:
An Interpretation”, April 1985, Cornell Southeast Asia program, No. 39
Kushendrawati, Selu Margaretha, 2006, “Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan
Kapitalisme Global: Fenomena Budaya Dalam Realita Sosial”, Jurnal Makara dan Sosial
Humaniora, Vol. 10, No. 2, Desember 2006: 49-57.
Leisch. H, “Gated communities in Indonesia”, 2002, Cities, vol.19, no.5
Nuradi, “Iklan dan Polusi Gaya Hidup”, Prisma, No 6, Juni 1977, LP3ES, Jakarta.
Januar, Heryanto, “Pergeseran Nilai dan Konsumerisme di Tengah Krisis Ekonomi di
Indonesia”, 2004, Jakarta, NIRMANA Vol. 6, No. 1
Piliang, Yasraf, 2004, “Shopping Mall: “Sekolah” Membentuk Manusia Berideologi
Sztompka, Piotr , “Cultural Trauma: The Other Face of Social Change”, European Journal of
Social Theory, 2000; Vol. 3, P. 449.