• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simbolisasi Pusat Perbelanjaan Modern dan Pola Konsumsi Masyarakat Kota Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Simbolisasi Pusat Perbelanjaan Modern dan Pola Konsumsi Masyarakat Kota Malang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Globalisasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

proses multilapis dan multi dimensi dan fenomena hidup yang sebagian besar

didorong oleh Barat dan khususnya kapitalisme berserta nilai-nilai hidup dan

pelaksanaannya.1 Bagi Indonesia sebagai negara berkembang, globalisasi lebih

nampak sebagai penyeragaman nilai-nilai Barat dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Indonesia, salah satu indikator tersebut adalah dengan meningkatnya

tingkat konsumsi masyarakat mengikuti pola yang dianut oleh masyarakat

kapitalisme Barat. Sehingga tidak heran, ketika pesatnya perkembangan

perekonomian saat ini diikuti dengan berkembangnya pola konsumsi masyarakat

secara mencolok.

Sebenarnya, konsumsi merupakan kegiatan dasar manusia yang lazim

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mungkin menghindarkan

manusia dari kegiatan mengkonsumsi. Namun, yang terjadi saat ini adalah

perubahan perilaku yang terjadi pada level individu mengenai fungsi konsumsi

tersebut. Konsumsi dilakukan individu tidak sebatas untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya. Namun, konsumsi sekarang lebih mereka tujukan untuk

mengenyangkan rasa lapar akan simbol, status, dan prestise dari kepemilikan

      

1

(2)

suatu barang.2 Sebagai akibatnya, pada level sosial, pola konsumsi masyarakat

berubah menjadi tak terkendali. Individu senantiasa terangsang membeli dan

memiliki suatu barang hanya untuk mengejar citra tertentu dalam masyarakat.

Inilah yang disebut konsumerisme. Perubahan motivasi seseorang dalam

berbelanja bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar yang ia perlukan

sebagai manusia, melainkan terkait dengan identitas, misal individu membeli

makan dan minum tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan rasa

lapar dan haus tapi juga kebutuhan akan prestise, sehingga mereka lebih nyaman jika makan atau minum di restoran mahal dibandingkan makan atau minum di

warteg (warung tegal).

Sistem ekonomi yang diusung globalisasi telah membawa masyarakat

terperangkap dalam dunia kapitalisme global, tatanan yang menawarkan berbagai

kemudahan, keindahan, dan pemenuhan kebutuhan yang serba instan. Dengan

budaya konsumsi yang dipegangnya, masyarakat konsumen sebenarnya

merupakan hasil kreasi kapitalisme global. Istilah masyarakat konsumen muncul

ketika kapitalis lahir sebagai sistem yang didasarkan pada pasar, uang dan

keuntungan.3 Masyarakat konsumen adalah masyarakat yang eksistensinya dilihat

hanya dengan pembedaan komoditi yang dikonsumsi.4 Masyarakat konsumen

dengan budaya konsumsi yang dipegangnya melihat tujuan dan totalitas hidupnya

dalam kerangka atau logika konsumsi, yaitu suatu pola pikir dan tindakan dimana

       2

Sigit Kurniawan, Perang Melawan Konsumerisme, dalam http://www.rayakultura.net/wmview.php?ArtID=67, akses tgl 1 April 2010.

3

John Storey, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode, 2009, Jalasutra, Yogyakarta, hal. 144.

4

(3)

manusia membeli suatu barang bukan karena kebutuhan, akan tetapi kegiatan

membeli tersebut memberikan kepuasaan pada dirinya sendiri.

Masyarakat konsumen melakukan kegiatan konsumsi lebih karena tidak

ingin disebut ketinggalan zaman, dan teralienasi.5 Pada masyarakat konsumen,

masyarakat dipaksa untuk mencari identitas di dalam konsumsi, misalnya, orang

akan “merasa lebih baik” jika memakai tas bermerk seperti channel dibandingkan dengan memakai tas yang tidak bermerk. Namun ini selalu lebih dari sekedar

sebuah pengganti yang palsu (sebuah obyek pemujaan/fetis). Selain itu, proses

tersebut didorong oleh apa yang disebut ideologi konsumerisme, yaitu sugesti

bahwa makna kehidupan kita harus kita temukan pada apa yang kita konsumsi

bukan pada apa yang kita hasilkan.6

Penyebab perubahan pola konsumsi sangatlah komplek dan dipengaruhi

oleh dua faktor, yakni faktor pribadi atau internal dan faktor lingkungan atau

eksternal.7 Faktor internal terdiri dari faktor psikologi dan faktor pribadi. Faktor

psikologi mempengaruhi seseorang dalam bergaya konsumtif, diantaranya

disebabkan oleh : motivasi, persepsi, sikap pendirian dan kepercayaan. Sedangkan

faktor pribadi adalah keputusan konsumen untuk membeli yang sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu : usia, pekerjaan, keadaan ekonomi,

kepribadian dan jenis kelamin. Faktor kedua yang mempengaruhi pola konsumsi

yaitu faktor eksternal atau lingkungan, diantaranya adalah kebudayaan, kelas

       5

Alienasi adalah keadaan mental manusia yang ditandai oleh perasaan keterasingan terhadap segala hal atau sesuatu; sesama manusia, alam, lingkungan, Tuhan, bahkan terasing terhadap dirinya sendiri. Hal ini terkait dengan gejala reifikasi atau pembendaan (obyektifikasi). Ibid. 6

Ibid, hal 144.

7

Taufik Dian Permana, Analisis Faktor Budaya, Kelas Sosial dan Kelompok Referensi, dalam

(4)

sosial, kelompok sosial dan keluarga.8 Sedangkan James. F Engel memberikan

penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi perubahan pola konsumsi, yang

mencakup faktor eksternal ( pengaruh lingkungan) dan faktor internal (perbedaan

dan pengaruh individu, serta proses psikologis ). Secara lebih lengkap, ketiga

faktor tersebut yaitu :9

1. lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi.

Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.

2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.

3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.

Konsumerisme juga tidak bisa terlepas dari keberadaan pusat-pusat

perbelanjaan seperti mall, distro, hypermart ataupun toko-toko ritel, karena ditempat-tempat tersebut disediakan berbagai macam barang dengan merk yang

beragam dan dengan penawaran yang menarik sehingga konsumen akan

“dipaksa” untuk membeli.

Pada arus globalisasi seperti saat ini, kemampuan pemerintah kota

menarik investor dirasa sangat penting untuk pembangunan ekonomi, karena

kemampuan pemerintah daerah/kota untuk menarik investor dinilai sebagai suatu

keberhasilan pemerintah kota/daerah tersebut untuk menata atau mengembangkan

kota/daerah mereka. Kemampuan menarik investor salah satunya diukur dari       

8

Konsep konsumsi dalam kehidupan manusia, dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10, akses pada 10 Januari 2011

9

(5)

berdirinya beberapa mall, atau pusat perbelanjaan modern lainnya. Hal ini adalah salah satu contoh kebijakan pengembangan kota berbasis ideologi pasar bebas

yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi lewat industri konsumerisme

(kapitalisme).

Sejak tahun 1960an negara yang sedang berkembang,10 termasuk

Indonesia, mulai memasuki perekonomian global,11 sehingga negara-negara

tersebut (termasuk Indonesia) mulai memperhatikan terhadap perkembangan

perekonomian.12 Sebagai akibatnya, perekonomian negara-negara tersebut

berkembang cepat.13 Namun, krisis moneter pada tahun 1997 membuat Indonesia

mengalami inflasi tinggi serta kehidupan perekonomian yang tidak menentu.

Sudah lebih dari satu dekade pasca munculnya krisis ekonomi ini, pengaruhnya

masih bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sebagaian masyarakat,

khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah imbas ini semakin membebani

       10

Indikator negara berkembang dapat disebutkan sebagai berikut: pendapatan perkapita yang rendah, kegiatan investasi dan tabungan yang rendah, intensitas modal yang rendah, rendahnya produktivitas kerja, dan lain-lain; lebih lanjut dapat dibaca dalam Dieter Nohlen (ed.), Kamus Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, hal. 473.

11

Perekonomian global atau globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa, dalam Mahmud Thoha, Globalisasi, Krisis Ekonomi & Kebanggaan Ekonomi Kerakyatan, 2002, Jakarta, Pustaka Quantum, hal. 3.

12

Perhatian terhadap pembangunan ekonomi mulai berkembang disebabkan oleh adanya negara jajahan yang memperoleh kemerdekaan, berkembangnya cita-cita negara yang baru merdeka untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi, adanya keinginan dari negara maju untuk membantu negara berkembang dalam mempercepat pembangunan ekonomi. Dieter Nohlen (ed.),Opcit, hal. 490

13

(6)

hidup mereka. Kelangkaan serta mahalnya bahan baku untuk makan, pakaian, dan

tempat tinggal menjadi hidangan setiap hari. Namun, bagi sebagian masyarakat

lainnya, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar, imbas ini tak lagi

dirasakan. Salah satu indikasinya adalah tetap menjamurnya shopping center, seperti mal, di kota-kota besar di Indonesia, dengan pengunjung yang tetap dalam

jumlah besar. Hal inilah yang menjadi penyebab munculnya kelas masyarakat

baru yang disebut kelas menengah baru, ciri kelas menengah ini termasuk dalam

masyarakat dengan tingkat konsumerisme yang tinggi. Anggota kelas ini mampu

dan cenderung membeli barang yang diinginkan, seperti mobil, rumah, perjalanan

liburan dan sebagainya.14

Pembangunan ekonomi di Indonesia pada akhirnya terus dikembangkan

pasca krisis moneter. Perkembangan perekonomian yang semakin maju atau

modern secara fisik ditandai munculnya gedung-gedung pencakar langit seperti

perkantoran, apartemen, perumahan mewah dan juga pusat perbelanjaan modern.

Bertambah banyaknya kehadiran pusat-pusat perbelanjaan modern baru telah

menjadi pertanda menggeliatnya sektor perekonomian setelah dihantam krisis

multidimensi pada tahun 1997-1998. Pertumbuhan sektor ritel di Indonesia juga

mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir,15

akan tetapi perkembangan pembangunan berbagai pusat perbelanjaan modern

tersebut juga menimbulkan dampak negatif terhadap pola hidup masyarakat. Salah

       14

Leisch, H,Gated communities in Indonesia, Cities, 2002, Vol.19, No. 5, hal. 341-350.

15 Ritel Modern Kepung Daerah, Pemerintah Diam Saja, Kapitalisme pun Merajalela, Rakyat

Kecil Jadi Korbannya, dalam http://www.rimanews.com/read/20100923/2920/ritel-modern-kepung-daerah-pemerintah-diam-saja-kapitalisme-pun-merajalela-rakyat, akses 12 Agustus 2010.

(7)

satu dampak negatif yang timbul adalah berkembangnya budaya konsumerisme di

masyarakat.

Munculnya mal-mal besar yang ada di kota-kota di Indonesia membuat

masyarakat melupakan “sementara” apa yang tengah terjadi sebagai dampak dari

krisis moneter yang melanda Indonesia. Mereka telah menjadi bagian dari budaya

yang dikondisikan dengan para Kapitalis. Keadaan semacam ini disebut sebagai

ekstasi ekonomi.16 Masyarakat dirangsang untuk berbelanja demi memenuhi

kebutuhan hidupnya, meskipun dalam problem moneter yang pelik.

Masalah semacam ini terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Malang,

sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga nampaknya mengalami kasus yang

sama. Keberadaan pusat-pusat perbelanjaan modern seperti mal dan hypermarket dengan sangat mudah ditemukan di kota ini, bahkan tidak hanya pusat kota saja,

di pinggiran kota, kita masih dengan mudah menemukan toko-toko ritel. Hal ini

tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang selalu mengupayakan pembangunan

pusat-pusat perbelanjaan seperti mal dan toko-toko ritel sebagai cara

pengembangan pembangunan ekonomi (economic development).

Di era otonomi daerah17 dan era globalisasi saat ini upaya pembangunan di

segala bidang yang telah dilaksanakan merupakan sebuah langkah awal

       16

Ketika sebuah sistem ekonomi berfungsi sebagai suatu sistem pemenuhan tuntutan hawa nafsu tak terbatas, atau ketika pelepasan hawa nafsu menjadi inti dari beroperasinya sistem ekonomi, ketika hawa nafsu menjadi semacam gravitasi dari lalu lintas ekonomi, yang setiap orang patuh mengelilingi orbitnya, taat terhadap hukumnya, dan terbuai dalam rayuannya, maka yang tercipta sesungguhnya adalah sebuah dunia ekstasi ekonomi, dalam Yasraf Amir Piliang,

Postrealitas:Realitas Kebudayaan dalam Era Postmetafisika, 2004, Yogyakarta, Jalasutra, hal. 118.

17

(8)

peningkatan citra, posisi dan peran kota Malang dalam percaturan hubungan

antarkota, antarprovinsi, maupun antarbangsa. Sekaligus merupakan sebuah

peluang dan harapan yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat kota

Malang sendiri.18 Setidaknya hingga penelitian ini di buat (2010) telah terdapat 13

mal dan pusat perbelanjaan modern lainnya di Malang, yang setiap harinya ramai

dikunjungi oleh masyarakat, mulai dari remaja dan orang tua, baik dari daerah

kota Malang sendiri atau daerah sekitanya. Pengunjung mal atau pusat

perbelanjaan modern bisa meningkat dua kali lipat pada weekend atau hari libur nasional dan hari libur keagamaan.

Tentu saja kehadiran pusat perbelanjaan tersebut memberikan manfaat

yang besar secara ekonomi material terhadap pendapatan kota Malang, akan tetapi

tanpa disadari telah terjadi pergesaran budaya masyarakat yang tadinya

merupakan masyarakat produktif berubah menjadi masyarakat konsumtif.

Keberadaan mal tampak sebagai pemuas bagi dunia konsumerisme. Mal telah

merubah gaya hidup masyarakat. Bila kita lihat di kota Malang saja terdapat dua

mal besar, yaitu Malang Town Square dan Malang Olympic Garden. Belum lagi ditambah pusat-pusat belanja serupa lainnya. Hampir setiap hari di setiap mal dan

shopping center tersebut dijadikan tempat nongkrong anak-anak muda, menyantap makanan, maupun berbelanja tidak peduli dengan krisis ekonomi yang melanda

negara ini. Di masa krisis ekonomi ini, mal-mal tetap ramai dengan berbagai

aktivitas. Para ibu rumah tangga maupun pekerja kantoran menjadikannya sebagai

       

pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

18

(9)

tempat belanja dan sarana meeting. Selain itu anak-anak juga menjadikannya tempat bermain dan menghabiskan waktu di game zone, sehingga tidak heran jika para pengusaha yang sekaligus menjadi pengelola menjadikan mal sebagai

‘surga’.

Mal telah menjadi ‘surga’ bagi masyarakat (konsumen). Namun,

kenyataannya, hal ini hanya sebagai sesuatu yang absurb. Sebagaimana yang disebutkan oleh Yasraf Piliang yang menyebutnya dengan permainan bebas

tanda-tanda, bukan tempatnya sebuah mal menjadi wacana penyampaian makna luhur

dari sisi kehidupan ini. Sebaliknya ia membawa bujuk rayu melalui kepalsuan

tanda dan kesemuan makna. Kesemuan yang terdapat di dalamnya disajikan

seolah-olah sebagai kebenaran, dan ilusi disajikan seakan-akan seperti realitas.19

Berdasarkan uraian di atas, sangat menarik untuk dilakukan sebuah studi

lebih dalam yang mengkaji mengenai dampak keberadaan pusat perbelanjaan

modern terhadap budaya konsumerisme. Kajian tentang konsumerisme dan

sosiologi konsumsi menjadi penting saat ini. Sigfikansinya adalah, perubahan

masyarakat saat ini cenderung menuju pada budaya konsumeris seiring

menjamurnya pusat perbelanjaan. Sehingga peneliti bermaksud untuk mengkaji

lebih dalam mengenai konsumerisme, yang berfokus pada dampak pusat

perbelanjaan modern terhadap perubahan pola konsumsi20 masyarakat di kota

Malang dengan judul “Simbolisasi Pusat Perbelanjaan Modern dan Pola

Konsumsi Masyarakat Kota Malang”

       19

Yasraf Amir Piliang, Op Cit., hal. 120.

20Pola konsumsi disini diartikan sebagai life style (gaya hidup) seseorang yang mencerminkan

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat

disusun sebagai berikut :

1. Bagaimana simbolisasi masyarakat kota Malang terhadap pusat

perbelanjaan modern?

2. Bagaimana pola konsumsi masyarakat Kota Malang dengan adanya pusat

perbelanjaan modern?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui simbolisasi konsumen terhadap pusat perbelanjaan modern

di kota Malang

2. Menentukan pola konsumsi masyarakat berdasarkan persepsi individu.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian tentang

simbolisasi pusat perbelanjaan modern dalam masyarakat sebagai suatu gejala

maraknya konsumerisme dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak dari

(11)

3. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi mengenai teori-teori sosial

yang terjadi dalam masyarakat pasca terjadinya pembangunan dalam sektor

ekonomi yang akan membawa dampak terhadap semua segi kehidupan

masyarakat

4. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan sebagai rujukan dan

masukan bagi semua pihak, terutama bagi aktor pengambil kebijakan

pembangunan kota agar disamping melakukan pembangunan juga

diperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dalam pembangunan tersebut.

(12)

Simbolisasi Pusat Perbelanjaan Modern dan Pola Konsumsi

Masyarakat Kota Malang

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajat sarjana S-2

Program studi Magister Sosiologi

Diajukan Oleh :

Melati Anggraini

NIM : 08250003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(13)
(14)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim,

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan

tesis ini. Penulis menyadari, bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran

dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya tulisan ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Dr. Vina Salviana DS, M.si, selaku ketua Program Studi Magister Sosiologi pada

Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Prof. Mas’ud Said, MM., Ph.D, selaku dosen pembimbing I, yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran memberikan pengarahan dan bimbingan sampai

selesainya penulisan tesis ini.

3. Bapak Himawan Bayu Patriadi, Ph.D, selaku pembimbing II, yang sangat

memberikan dorongan dan pengarahan dalam penyelesain tesis ini.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah

Malang, yang telah memberikan wawasan keilmuan di bidang ilmu sosiologi.

5. Staf Administrasi Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, yang

telah memberikan pelayanan administrasi dengan baik.

6. Teman-teman satu angkatan Magister Sosiologi 2008, yang telah memberikan banyak

motivasi dan inspirasi bagi penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendorong

penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

(15)

yang tiada henti memberikan motivasi, kakak dan adik yang telah memberikan dorongan

moril selama penulis menyelesaikan studi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa, kebaikan dan

dorongan yang telah diberikan kepada penulis. Amin.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Malang, 2 Februari 2012

(16)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Abstraksi ... vii

Daftar isi... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-Konsep ... 12

2.1.1 Konsumerisme ... 12

2.1.2 Pusat Perbelanjaan Modern ... 19

2.1.3 Perkembangan Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Malang ... 25

2.2 Teori Interaksionisme Simbolik ... 25

2.3 Penelitian yang Relevan ... 31

(17)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

3.2 Sumber Data ... 39

3.3 Pemilihan Lokasi ... 41

3.4 Pengumpulan dan Analisa Data ... 42

3.5 Teknik Pencermatan Keabsahan Data ... 46

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 Pembangunan Kota Malang ... 47

4.1.1 Pusat Perbelanjaan Modern ... 48

4.2 Perkembangan Konsumerisme dan Pola Konsumsi Masyarakat Kota Malang ... 50

4.2.1 Perkembangan Pusat Perbelanjaan di Kota Malang ... 53

4.3 Aktivitas Wawancara ... 54

4.3.1 Profil Informan ... 54

4.4 Analisis Hasil Penelitian 4.4.1 Simbolisasi Terhadap Pusat Perbelanjaan Modern ... 64

4.4.2 Pusat Perbelanjaan Modern Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat Kota Malang ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 83

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Black A, James dan Champion J. Dean, Method and Issues in Social Research, 1976, New York, Jhon Willey dan Son Inc

Braudrillard, Jean, Masyarakat Konsumtif, 2004, Yogyakarta, Kreasi Wacana.

Baudrillard, Jean, The Consumer Society : Myth and Structures, 1998, London: Sage Publisher.

Beddington, Nadine. Belanja Pusat-Desain dan Kontruksi, 2000, Jakarta, Gramedia.

Dowd, Douglas, Capitalism & It’s Economics: A Critical History, 2000, Pluto Press, Sterling Virginia

Engel, F.J, dkk, Perilaku Konsumen Edisi keenam, 1994, Jakarta Barat: Binarupa Aksara

Fakih, Manshour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, 2003, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Farley, 1990, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta, Prenada Media Grup,

Gerth, HH, dan C. Wright Mills, 1958, From Max Weber Essay in Sociology, New york,

Oxford University Press

Geertz, Cliford, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, penerjemah Aswab Mahasin, 1999, Jakarta, Pustaka Jaya.

Hardwick, M. Jeffrey, Mall Maker, 2004, Philadelphia, University of Pennsylnavia Press.

(19)

Latief, Dochack, Pembangunan Ekonomi dan kebijakan Ekonomi Global, 2001, Surakarta, Muhammadiyah University Press.

Mangkunegara A.A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan, 2002, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung

Marshall, C Rossman G. Designing Qualitative research 3rd ed, sage pub, 1999

Nohlen, Dieter (ed.), Kamus Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia.

Piliang, Yasraf Amir, Postrealitas:Realitas Kebudayaan dalam Era Postmetafisika, 2004, Yogyakarta, Jalasutra.

Piliang, Yasraf Amir, Hipersemiotika Tafsir Cultur Studies Atas Matinya Makna, 2003, Bandung, Jalasutra.

Quart, Alissa, Belanja sampai Mati, 2008, Yogyakarta, Resist.

Raho, Bernard, SVD, Teori Sosiologi Modern, 2007, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher

Riyanto, Hidayat Wahyu, Malang, Kota Kita (catatan problematika kota Malang), 2007, Malang, UMM Press

Soedjatmiko, Haryanto, Saya Berbelanja, Maka Saya Ada : ketika Konsumsi dan Desain menjadi Gaya Hidup Konsumeris, 2008, Yogyakarta., Jalasutra.

Tim Redaksi, kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III), 2001, Jakarta, Balai Pustaka

Turner, Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory,

(20)

Raco, J.R, Metode penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan Keunggulan, 2010, Jakarta, Grasindo

Reisman, George, Capitalism, A Treatise on Economics, 1990, Jameson Book, Ottawa,

W.W. Rostow, The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto (Cambridge: Cambridge University Press, 1960), Chapter 2, "The Five Stages of Growth--A Summary,"

Storey, John, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode, 2009, Yogyakarta, Jalasutra.

Suparlan, Parsudi, Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan: Perspektif Antropologi Perkotaan, 2003, Jakarta, Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Soetandyo,Wignjosoebroto, Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, 2001, Jakarta, Rajawali Pers

Prof. Sjafrizal, Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, 2005, Bumi Aksara, Yogyakarta, hal. 319.

Sumber Internet :

Albertus, Agung, Melawan Konsumerisme, Matrealisme dan Hedonisme, dalam http://agung.st-albertus.sch.id/wp-content/uploads/2008/11/melawan-konsumerisme.doc,

akses 05 Mei 2010

Asher, Allan. Going Global: A New Paradigm for Consumer Protection. The Journal of Consumer Affairs, Winter 1998. Hal 1 Di akses dari Consumerism

http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Con-Cos/Consumerism.html#ixzz1OjrN6Ci5, akses tgl 25 Maret 2011

Bagian Keuangan Setda Kota Malang, bidang ekonomi, www.malangkota.go.id

(21)

Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal Kota Malang, dalam www.malangkota.go.id,

akses tanggal 31 Mei 2011.

Handayani, Mediana, Aku Membeli, Maka Aku Ada: Kritik Terhadap Konsumerisme Menurut Pandangan Baudrillard dan Marcuse, dalam

http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=3463

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=11&submit.y=17&submit=prev&page=7&qual

=high&submitval=prev&fname=/jiunkpe/s1/hotl/2001/jiunkpe-ns-s1-2001-33496031-77-cafe-chapter2.pdf, akses 05 Mei 2010

Kurniawan, Sigit, Melawan Konsumerisme, dalam

http://www.rayakultura.net/wmview.php?ArtID=67, akses 01 April 2010

Mopangga, Herwin, Inflasi Tinggi Dan Daya Beli Masyarakat (Konsumerisme atau Dinamika Pasar?) dalam www.gorontalopost.co.id/archieve/.html, akses tanggal 10 Januari 2011

Permana, Taufik Dian, Analisis Faktor Budaya, Kelas Sosial dan Kelompok Referensi, http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/3928, akses 5 April 2010

Pertumbuhan Ekonomi Kota Malang Tertingi se-Jatim, dalam http://www.pdiperjuangan jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=4082, akses 12 Maret 2011.

Pertumbuhan-ekonomi-kota-malang-lampaui-nasional, dalam

http://m.inilah.com/read/detail/5188, [m,0akses 12 Maret 2011

Soerawidjaja N, Berpikir Fungsional, Melawan Konsumerisme, dalam

(http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=28683, diakses pada 15 Desember

2010

Terpuruknya Pasar Rakyat Wujud Ketidakadilan Pemerintah Kota Dan Dampak Global

Ekonomi Kapitalis, dalam

http://www.syabab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=423:

(22)

Ritel Modern Kepung Daerah, Pemerintah Diam Saja, Kapitalismepun Merajalela Rakyat Jadi Korban, dalam http://www.rimanews.com/read/20100923/2920/ , akses 12 Agustus 2010

Sekilas Tentang Kota Malang, dalam www.wisatamalang.com, akses08 Desember 2010

Perkembangan pemerintahan kota Malang, dalam www.pemkot-malang.go.id, akses 12 September 2010

Terpuruknya Pasar Rakyat Wujud Ketidakadilan Pemerintah Kota Dan Dampak Global Ekonomi Kapitalis, dalam

http://www.syabab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=423:

&catid=77:opini&Itemid=177 , akses tanggal 19 Desember 2010

http://www.depkominfo.go.id, akses pada 19 Desember 2010

Bunuh diri massal di Malang, dalam

http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=291&Itemi

d=1, akses pada 19 Desemer 2010

Dua Orang Tewas Akibat Bunuh Diri, dalam http://koranindonesia.com/2008/04/14, akses pada 19 Desember 2010

Topeng Malangan : Simbol Pertarungan Berbagai Identitas, dalam

http://www.averroes.or.id/research/ identitas.html, akses 18 Desember 2010

Malang Kembali, kembalikan Malangku, dalam

http://m.kompas.com/news/read/data/2008.05.24.15465620 akses 18 Desember 2010

Surat kabar dan Majalah :

Pasar Tradisional Mulai Tergeser, Republika, 19/09/2005

(23)

Bisnis Ritel meningkat, Pasar Tradisional Terancam, Kompas, 20/08/2010

Kerjasama Pembangunan Pasar Blimbing dan Dinoyo Hanya Untungkan Investor, Jawa Pos, 20 Agustus 2010

Raksasa Ritel Modern, Swasembada edisi 19 Maret 2009-1 April 2009, hal. 38

Sumber Jurnal :

Asher, Allan, Going Global: “A New Paradigm for Consumer Protection”. The Journal of

Consumer Affairs, Winter 1998. Hal 1 Di akses dari Consumerism

http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Con-Cos/Consumerism.html#ixzz1OjrN6Ci5, akses tgl 25 Maret 2011.

Buss, A, “Max Weber’s Heritage and Modern Southeast Asian Thinking on Development”,

Southeast Asian Journal of Social Science, 1984.Vol. 12, No. 1,

Dick, H.W, “The Rise of A Middle Class and The Changing Concept of Equity in Indonesia:

An Interpretation”, April 1985, Cornell Southeast Asia program, No. 39

Kushendrawati, Selu Margaretha, 2006, “Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan

Kapitalisme Global: Fenomena Budaya Dalam Realita Sosial”, Jurnal Makara dan Sosial

Humaniora, Vol. 10, No. 2, Desember 2006: 49-57.

Leisch. H, “Gated communities in Indonesia”, 2002, Cities, vol.19, no.5

Nuradi, “Iklan dan Polusi Gaya Hidup”, Prisma, No 6, Juni 1977, LP3ES, Jakarta.

Januar, Heryanto, “Pergeseran Nilai dan Konsumerisme di Tengah Krisis Ekonomi di

Indonesia”, 2004, Jakarta, NIRMANA Vol. 6, No. 1

Piliang, Yasraf, 2004, “Shopping Mall: “Sekolah” Membentuk Manusia Berideologi

(24)

Sztompka, Piotr , “Cultural Trauma: The Other Face of Social Change”, European Journal of

Social Theory, 2000; Vol. 3, P. 449. 

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Penelitian ini

Banyaknya pelanggan, jumlah produksi dan nilai produksi air minum yang disalurkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Sidrap tahun 2006 sampai 2009 dapat dilihat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi nilai functional independence measure (FIM) dan korelasi nilai FIM dengan usia, jenis kelamin, jenis trauma, onset

Menurut kitab Senjata Mukmin karya tulisan Al-Allamah Sheikh Haji Husin Qadri, barangsiapa beramal dengan membaca ayat-ayat 33 ini pada siang atau malam hari, adalah dia dalam aman

Berdasarkan data di atas, penelitian ini akan mengarah pada usaha menemukan fakta mengenai pengaruh dari dimensi religiusitas, atribut produk Islam dan bauran

Perlakuan pengeboran dilakukan untuk membuat lubang pada pelat besi yang digunakan untuk landasan kerangka utama, dudukan baut pengikat untuk alas dan

Penelitian ini memetakan hasil pengujian yang menggunakan metode kuantitatif dengan berfokus pada tiga varibel independen yang paling banyak digunakan dalam penelitian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang ada sebelumnya yaitu dalam menggunakan metode pengklasteran dan dengan mengambil studi kasus yang berbeda, yaitu