• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUP. Adam Malik Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis RSUP. Adam Malik Medan Tahun 2015"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan

laju filtrate glomerulus (LFG) secara mendadak yang disertai dengan akumulasi

nitrogen dan sisa metabolisme tubuh.Gagal ginjal pada tahap ini bersifat akut dan

dapat disebabkan oleh perfusi ginjal yang tidak adekuat (prarenal), penyakit ginjal

intrinsik (renal), dan obstruksi saluran kemih (pascarenal) (Suhardjono, 2001).

2.1.1 Penyakit Prarenal

Penyakit prarenal dapat disebabkan oleh fungsi jantung yang tidak

adekuat, deplesi volume sirkulasi, dan obstruksi suplai arteri pada ginjal yang

dapat menggangu fungsi ginjal (Suhardjono dkk, 2001).

2.1.2 Penyakit Pasca Renal

Penyakit pasca renal dapat disebabkan oleh sumbatan filtrat akibat tekanan

balik dari obstruksi aliran urin. Hal ini akan menyebabkan pembekakan yang

kemudian menekan pembuluh darah dan menyebabkan iskemia. Gagal ginjal akan

terjadi jika kedua ginjal mengalami obstruksi (Suhardjono dkk, 2001).

2.1.3. Penyakit Renal

Penyakit renal intrinsik disebabkan oleh glomerulonefritis , penyakit

tubulointerstisial dan obat atau toksin pada tubular ginjal . Penyebab utama dari

gagal ginjal akut adalah glomerulonefritis progresif, vaskulitis, dan

(2)

2.2 Pengertian Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal dalam

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat

destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa

metabolit (toksik uremik) didalam darah yang terjadi selama bertahun-tahun

(Muttaqin dan Sari 2011).

Gagal ginjal kronik adalah suatu spektrum proses patofisiologis yang

berbeda-beda sesuai dengan penyakit yang menjadi penyebab dan berkaitan

dengan penurunan laju filtrate glomerulus (LFG). Istilah GGK berlaku bagi proses

pengurangan nefron ginjal yang terjadi secara terus menerus dan ireversibel dan

dalam tahap ini memasuki stadium terakhir (end stage renal disease) (Bargman

dan Skorecki, 2013).

Semua proses penyakit yang dapat menyebabkan kehilangan nefron secara

progresif dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal secara kronik. Seiring

dengan berkurangnya jumlah nefron yang berfungsi, nefron yang tersisa akan

beralih mengambil fungsi nefron yang rusak, dengan kata lain nefron bekerja

untuk nefron yang sehat sekaligus menggantikan kerja nefron yang sudah rusak.

Hal ini akan mempercepat proses patofisologis karena semakin banyaknya nefron

yang harus bekerja ekstra. Jika ginjal sudah tidak mampu melakukan fungsinya,

penderita akan membutuhkan terapi pengganti ginjal atau transplantasi

(3)

2.3 Anatomi Ginjal

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah

lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang

tebal, dibelakang peritenum atau di luat rongga peritenum. Ketinggian ginjal

dapat diperkirakan dari belakang mulai dari ketinggian vertebrae torakalis hingga

vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak

hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada

orang dewasa sebanyak 6-7,5 cm dengan tebal 1,5-2,5 cm dan berat sekitar 140

gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprarenal atau kelenjar adrenal

(Nursalam dan Batticaca , 2009).

2.3.1 Struktur Makroskopis Ginjal

Lapisan kapsul ginjal terdiri atas lapisan fibrous bagian dalam dan bagian

luar. Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh-pembuluh

darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan cabang sinus renal. Bagian

luar merupakan lapisan tipis yang menutup ginjal dan menstabilkan struktur

ginjal. Korteks ginjal merupakan lapisan bagian luar dan bersentuhan dengan

kapsul ginjal. Medula terdiri atas 6-18 piramid ginjal. Bagian dasar piramid

bersambungan dengan korteks dan diantara piramid dipisahkan oleh jaringan

(4)

Gambar 2.1 : Struktur Maskroskopis Sumber:(Medscape,2013) 2.3.2 Stuktur Mikroskopis Ginjal

1. Nefron

Nefron merupakan unit dasar dari ginjal. Setiap ginjal memiliki

400.000-800.000 nefron walupun jumlah ini terus berkurang seiring usia. (O’Callaghan).

Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu secara bertahap jumlah

nefron yang berfungsi akan menurun sekitar 10% setiap tahun (Muttaqin dan Sari

2011).

2. Glomerulus

Glomerulus merupakan suatu bola kapiler yang dikelilingi oleh kapsula

bowman, kumpulan epitel tubulus berbentuk kapsul cekung dimana urin difiltrasi.

Glomerulus juga mengandung sel mesangial, yang merupakan penggantung

(5)

tekanan arteri renalis, namun hubugannya tidak linear (George dan Neilson,

2013).

3. Tubulus Proksimal

Tubulus proksimal awalnya melengkung lalu lurus dan kemudian menjadi

ansa henle. Sel tubulus merupakan sel epitel kolumnr yang tinggi dengan banyak

mikrovilli, permukaan yang luas dan asparatus endositik luminal yang

berkembang biak. Pada tubulus ini zat-zat seperti natrium, kalium, kalsium, fosfat,

glukosa, asam amino dan direabsorbsi aktif (O’Callaghan, 2007). Tubulus ini

sendiri memiliki peran dalam menreabsopsi sekitar 60% dari NaCl yang tersaring

dari air, dan sekitar 90% bikarbonat yang tersaring dalam sebagiaan besar nutrien

penting seperti misalnya glukosa dan asam amino (George dan Neilson, 2013).

4. Ansa Henle

Ansa henle yang merupakan terusan dari tubulus proksimal memiliki

bentuk sel yang lebih gepeng dengan sedikit mikrovilli. Struktur berlanjut menjadi

segmen asendens tipis, kemudian asendens tebal yang sebagian besar selnya

kuboid dan bergerak menuju glomerulus dan berakhir di macula densa (O’

Callaghan 2007). Ansa henle berperan dalam mereabsorpsi 15-25% NaCl pada

asendens tebal dan memekatkan urin, selain itu ansa henle juga menjadi tempat

kerja sebagian besar obat diuretik paling poten dan berkontribusi dalam

(6)

5. Asparatus Jukstaglomerular

Asparatus jukstaglomerular merupakan struktur yang terdiri dari tiga jenis

sel utama yaitu: sekumpulan sel yang disebut macula densa, sel mesangial

ektraglomerulus dan sel granular. Sel granular terdapat pada dinding arteriol

aferen dan menghasilkan renin. (O’ Callaghan 2007).

6. Tubulus Distal

Setelah macula densa, terdapat tubulus kontortus distal yang mereabsorbsi

5% NaCl yang tersaring (George, Neilson 2013). Saluran ini bermuara ke tubulus

kolektivus. Duktus kolektivus terdiri dari tiga bagian yang dinamakan berdasarkan

kedalamannya pada ginjal yaitu duktus kolektivus kortikal, duktus kolektivus

medular luar, dan duktus kolektivus medular dalam. Duktus kolektivus medular

dalam mengalirkan ke duktus papilaris, yang berhubungan ke papila ginjal lalu ke

kalik mayor (O’ Callaghan 2007).

(7)

2.4 Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal dapat dibagi menjadi fungsi eksresi dan non ekskresi yang

dirangkum dibawah ini:

1. Sebagai tempat terjadinya penyaringan urin

2. Tempat terjadinya proses reabsorbsi zat natrium, kalium, kalsium, fosfat

glukosa ,asam amino dan air.

3. Tempat terjadinya proses transpor aktif ion pada tubulus.

4. Protein renin yang menyebabkan pembentukan angiostensin II di hasilkan

dalam asparatus justakglomerular.

5. Sebagai tempat metabolism vitamin D menjadi 1,25

dihidroksikolekalsiferol yang berperan dalam meningkatkan absopsi

kalsium dan fosfat dalam usus.

6. Tempat produksi eritroprotein yang berfungsi untuk meningkatkan

produksi sel darah merah di sumsum tulang belakang.

7. Tempat produksi prostaglandin yang memiliki efek pada tonus pembuluh

darah ginjal (O’ Callaghan 2007).

2.5 Patofisiologis Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun

dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan memengaruhi

seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala

(8)

Penurunan fungsi ginjal umumya disebabkan karena kerusakan nefron

yang mekanisme perjalanannya berbeda-beda tergantung dari faktor pemicu dari

gagal ginjal tersebut dari etiologi yang lebih spesifik, seperti glomerulonefritis,

pajanan terhadap toksin, atau etiologi lain yang menyebabkan hiperfiltrasi dan

hipertofi nefron yang berujung pada rusaknya nefron (Bargman dan Skorecki,

2013).

Pada gagal ginjal kronik stadium akhir terjadi pengurangan jumlah nefron

yang progresif dan signifikan yang diperantarai oleh hormon-hormon vasoaktif,

sitokin dan faktor pertumbuhan. Pada jangka pendek akan terjadi adaptasi

hiperfiltrasi pada nefron yang menjadi maladaptif karena peningkatan tekanan dan

aliran yang mempermudah terjadinya sklerosis dan lenyapnya nefron yang

tersisa. Proses ini juga menjelaskan mengapa berkurangnya massa ginjal akibat

satu cedera dapat menyebabkan kemerosotan progesif fungsi ginjal

bertahun-tahun kemudian.

Pada stadium ini terjadi akumulasi toksin, cairan, dan elektrolit yang

secara normal diekskresikan oleh ginjal dan meyebabkan sindrom uremik yang

tentunya akan memengaruhi hampir dari seluruh sistem organ tubuh dan dapat

menyebabkan kematian apabila tidak segera diakukan terapi sulih ginjal (Bargman

(9)

2.6 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Klasifikasi GGK didasarkan atas dasar derajat (stage) . Klasifikasi derajat

penyakit, dibuat atas dasar LFG dengan juga mempertimbangkan klirens kreatinin

yang memberi pengaruh pada LFG. Perhitungan digunakan dengan menggunakan

rumus Kockcroft-Gault atau persamaan dari studi Modification of Diet Renal

Disease yang keduanya menggunakan konsentrasi kreatinin serum pada

perhitungannya, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

\

Penentuan LFG secara tepat tidaklah mudah karena dua indeks yang sering

dihitung (urea dan kreatinin) memiliki karakteristik yang memengaruhi

keakuratan sebagai penanda klirens. Kreatinin berguna untuk memperkirakan

LFG karena sifat zat terlarut kecil yang mudah terfiltrasi. Namun kadar kreatinin

serum dapat meningkat secara akut akibat konsumsi makanan yang mengandung Persamaan dari Studi Modification of Diet in Renal Disesase

LFG ( ml/mnt/1,73m2) = 1,86x (Pcr ) x (usia)-0,203

*Pada Perempuan dikalikan 0,742

**Pada orang Amerika –Afrika dikalikan 1,21

Rumus Cockcroft-Gault

Perkiraan Klirens Kreatinin = (140)- usia x berat badan Kg)

(mL/menit) 72 xPcr (mg/dL)

(10)

daging sehingga hasil perhitungan LFG menjadi besar (Denker dan Brenner,

2013).

Dari hasil perhitungan tersebut maka derajat penyakit GGK dapat diklasifikasikan

berdasarkan stadium sesuai dengan yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit ginjal Kronik Berdasarkan LFG

Stadium LFG mL/menit per 1,73 m2 Keterangan

1 <90 Kerusakan nefron awal

2 60-89 Kerusakan nefron ringan

3 30-59 Kerusakan nefron sedang

4 15-29 Kerusakan nefron berat

5 <15 Uremia  dialisis

Sumber: National Kidney Foundation

2.7 Manifestasi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal kronik umumnya menimbulkan gangguan yang tidak sulit

terlihat pada sebagian sistem atau organ tubuh, antara lain:

1. Gangguan pada sistem gastrointestinal

a. Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan

metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat

metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metil guanidin, serta

(11)

b. Foeter uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah

oleh bakteri dimulut menjadi ammonia sehingga napas berbau ammonia.

akibat yang lain adalah stomatitis dan parotitis.

c. Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui.

d. Gastritis erosif, ulkus peptik, dan colitis uremik.

2. Gangguan pada kulit

a. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat

penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan ekkroriasi akibat toksin uremik

dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.

b. Ekimosis akibat gangguan hematologis.

c. Urea frost : akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat, (jarang

dijumpai).

d. Bekas-bekas garukan karena gatal.

3. Gangguan pada sistem hematologi

a. Anemia sering terjadi pada penderita GGK yang dapat disebabkan oleh

berbagai faktor seperti berkurangnya produksi eritroprotein, hemolisis,

defisiensi besi dan fibrosis sumsum tulang belakang.

b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia.

c. Gangguan fungsi leukosit .

4. Gangguan sistem saraf dan otot

a. Restless leg syndrome: penderita akan merasa pegal pada saat kakinya

(12)

b. Burning feet syndrome : rasa kesemutan seperti terbakar yang muncul pada

telapak kaki.

c. Enselopati metabolik :lemah tidak bisa tidur , gangguan konsentrasi,

tremor, asteriksis, mioklorus, dan kejang.

d. Miopati: kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas

proksimal.

5. Gangguan pada sistem kardiovaskuler

a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas

sistem renin-angiostenin-aldosteron.

b. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit

jantung koroner akibat astelosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung

akibat penimbunan cairan dan hipertensi.

c. Gangguan irama denyut jantung akibat atelosklerosis dini, dan gangguan

elektrolit dan kalsifikasi metastatik.

d. Edema akibat penimbunan cairan.

6. Gangguan pada sistem endokrin

a. Gangguan seksual, yang disebabkan karena menurunnya produksi

testoteron spermatogenesis.

b. Gangguan metabolisme glukosa, pada gagal ginal dengan klirens < 15

mL/menit terjadi penurunan klirens metabolik insulin yang menyebabkan

waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan

kebutuhan obat penurun glukosa akan berkurang.

(13)

7. Gangguan pada sistem lain

a. Tulang: osteodistrofi renal yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa,

osteosklerosis dan kalsifikasi metastatik.

b. Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil

metabolisme.

c. Elektrolit: hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia.

Gagal ginjal akan menyebabkan ketidakseimbangan homeostatik pada

seluruh tubuh, gangguan pada suatu sistem akan berpengaruh pada sistem lain,

sehingga suatu gangguan metabolik dapat menimbulkan kelainan pada berbagai

(14)

2.8 Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

2.8.1 Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) 1. Distibusi menurut orang

Gagal ginjal dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,

umur maupun ras. Menurut data dari USRDS (2014), di Amerika pada tahun

2012 prevalensi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada

perempuan (52,9%). Menurut penelitian Ginting (Januari-Agustus 2008), di

RSUP. H Adam Malik proporsi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin

terbanyak pada laki-laki (26,4%) dan menurut Ginting (2008), di RSUP. H Adam

Malik proporsi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada jenis

kelamin (63,8%) dan menurut penelitian Putri (Januari 2011 – April 2015 ), di

RSUP. H Adam Malik proporsi penderita GGK berdasarkan jenis kelamin

terbanyak pada perempuan sebesar (50,7%).

Menurut data dari USRDS (2014), di Amerika pada tahun 2012 prevalensi

penderita GGK berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 65-74 tahun

(53,2%). Menurut penelitian Sinariba (2002), di RSUP. H Adam Malik Medan

proporsi penderita GGK berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 47-55

tahun (34,9%). Menurut penelitian Handayani (2006), di RS Tembakau Deli PTP

Nusantara II Medan, proporsi penderita GGK berdasarkan umur terbanyak pada

kelompok umur 45-59 tahun (47%).

Laporan dari USRDS di Amerika pada tahun 2012, prevalensi penderita

GGK berdasarkan ras terbanyak pada ras Amerika-Afrika dengan proporsi

(15)

Adam Malik Medan proporsi penderita GGK berdasarkan suku terbanyak pada

suku Batak (53,7%) dan menurut penelitian Sinariba (2002), di RSUP. H Adam

Malik Medan proporsi penderita GGK berdasarkan suku terbanyak pada suku

Batak (58,9%).

2. Distibusi menurut tempat

Di negara-negara maju seperti Australia, Jepang dan Inggris didapatkan

variasi yang cukup besar pada insidensi dan prevalensi GGK insiden berkisar

diantara 77-283 per juta penduduk dan prevalensi yang menjalani dialisis antara

476-1150 per juta penduduk. Sebuah studi di Jakarta pada tahun 1983 mencatat

jumlah proporsi penderita yang menjalani transplantasi ginjal (GGK stadium

akhir) akibat glomerulonefritis di Jakarta sebesar 46,6 % (Suhardjono, 2001).

3. Distribusi menurut waktu

Angka statistik menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita GGK

dari tahun ke tahun seperti yang dilansir oleh USRDS (2014), terjadi kenaikan

prevalensi penderita GGK setiap tahun sebesar 1% mulai dari tahun 2000 sampai

dengan 2012. Di Indonesia, data dari PERNEFRI mencatat jumlah penderita GGK

yang menjalani hemodialisis mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011

(16)

2.8.2 Determinan Gagal Ginjal Kronik (GGK) 2.8.2.1. Host

1. Umur

Seiring berjalannya usia juga akan diikuti penurunan fungsi ginjal.

Penurunan rata-rata normal LFG pertahun seiring bertambahnya usia dari LFG

puncak (120 mL/menit per 1,73 m2) yang dicapai pada dekade ketiga kehidupan

adalah sekitar 1mL/menit per 1,73 m2 dan mencapai nilai rata-rata 70 mL/menit

per 1,73 m2 pada umur 70 tahun (Bargman dan Skorecki, 2013)

LFG rata-rata pada wanita cenderung lebih rendah daripada pria. Seorang

wanita berusia 80an dengan kreatinin serum normal mungkin memiliki LFG

hanya 50 mL/menit per 1,73 m2. Dengan semakin bertambahnya usia dan

kecenderungan munculnya penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes

atau penyakit kronis lainnya akan meningkatkan resiko kerusakan ginjal

(Bargman dan Skorecki, 2013).

2. Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat seperti malas bergerak, pola makan yang

buruk, merokok, minum minuman beralkohol, kurang berolahraga dan konsumsi

obat-obatan secara rutin akan sangat memperbesar resiko terjadinya kerusakan

ginjal (SIGN, 2008).

3. Riwayat penyakit

a. Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah diatas 140/90 mmHg.

(17)

mortalitas. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung, resistensi vascular

sistemik, dan volume sirkulasi. Penentu resistesi volume sirkulasi adalah

penanganan natrium yang dikerjakan oleh ginjal. Korelasi ini membuat tekanan

darah tinggi dapat merusak pembuluh darah ginjal dan penderita dengan

gangguan fungsi ginjal akan dengan sangat mudah mengalami hipertensi akibat

pengurangan ekskresi natrium sehingga akan sulit membedakan secara klinis

mana yang primer dari kedua penyakit tersebut (O’Callaghan,2007).

b. Nefropati Diabetik

Sebanyak 25-50% penyandang diabetes menderita nefropati . Diabetes

merupakan penyebab tunggal tersering dari penyakit ginjal stadium akhir.

Sebagian kecil penderita, terutama yang memiliki control glukemik yang buruk,

telah memiliki ginjal yang membesar. Pada penderita diabetes sering ditemukan

mikroalbuminaria (20-200 µg/menit) yang merupakan prediktor kuat nefropati

yang terjadi kemudian. Setelah periode mikroalbuminaria, pasien akan mengalami

nefropati yang lebih buruk dengan hipertensi, proteinuria dipstik, (0,5g/ 24 jam)

dan penurunan LFG secara linear (O’Callaghan,2007).

c. Penyakit vascular ginjal

Stenosis arteri renalis mengurangi aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi

glomerulus yang menyebabkan iskemia ginjal, hipertensi dan retensi natrium dan

air. Penyebab utamanya adalah aterosklerotik pada penderita usia lanjut dan

(18)

d. Penyakit ginjal polikistik

Penyakit ginjal polikistik merupakan kelainan ginjal turunan yang paling

sering terjadi. Prevalensinya sekitar 1 dari 1000 dan sering terjadi pada ras kulit

putih dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini mencakup 4-10% dari jumlah GGK

yang membutuhkan hemodialisis atau transplantasi ginjal. Ginjal polikistik

disebabkan karena mutasi gen PKD1 atau PKD2 yang sering tampak dengan

adanya kista multipel di ginjal yang mengakibatkan rasa nyeri.

e. Penyakit-penyakit spesifik pada glomerulus

Penyakit-penyakit spesifik yang menyerang glomerulus dapat

menyebabkan glomerulonefritis dengan patofisiologis yang berbeda-beda

tergantung dari etiologi penyebab (O’Callaghan,2007). Beberapa penyakit ginjal

yang digolongkan dalam kategori ini adalah:

• Sindrom goodpasture, yang menyerang membran basal glomerulus akan

meyebabkan glomerulonefritis crescentic progresif dan akan

menyebabkan kematian karena pendarahan paru atau gagal ginjal apabila

tidak segera diobati.

• Vaskulitis primer, yang menyebabkan peradangan nekrotikans pada

pembuluh darah dan seringkali menyerang ginjal, saluran pernapasan,

sendi, kulit dan sistem saraf.

• Lupus eritemasus sistemik, yang merupakan penyakit autoimun

• multisistem yang dapat mengenai sistem saraf, sendi, kulit, ginjal dan

(19)

• Krioglobulinemia, yang menyebabkan glomerulonefritis

mesangiokapiler tipe 1. Krioglobulinemia esensial campuran biasanya

disebabkan oleh infeksi hepatitis C.

• Disptoteinemia, yang menyebakan berbagai masalah ginjal salah satunya

glomerulonefritis mesangiokapiler .

• Artritis rheumatoid dan penyakit jaringan ikat, yang menyebabkan

deposit amiloid di ginjal, glomerulonefritis mesangial, nefropati

membranosa dan glomerulonefritis fokal segmental.

• Amiloidosis, yang menyebabkan proteinuria dan sindrom nefrotik.

2.8.2.2 Agent

1. Cedera ginjal

Ketika jumlah nefron yang mengalami pengurangan akibat suatu cedera

misal nefrektomi unilateral, ginjal yang tersisa akan beradaptasi dan

meningkatkan LFG yang kelamaan akan mengalami hipertrofi (Harris dan

Neilson, 2013).

2. Keracunan Obat

Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam proses eliminasi obat

sebaliknya ginjal juga sangat peka terhadap pengaruh toksik obat. Obat-obat yang

bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, OAINS, zat kontras dan siklosporin

(20)

2.8.2.3. Environment

1. Pekerjaan

Orang-orang dengan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan

kimia akan lebih beresiko mengalami kerusakan ginjal karena kemungkinan

terpapar bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan ginjal yang lebih

sering (Suma’mur 1996)

2. Cuaca

Ginjal berperan vital dalam mempertahankan keseimbangan air melalui

regulasi ekskresi air. Cuaca yang ekstrim akan memaksa ginjal untuk bekerja

lebih keras, apabila tidak didukung dengan suplai air yang sesuai akan

mengganggu fungsi ginjal dan dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan

akan beresiko menyebabkan kerusakan ginjal (Suhardjono dkk, 2001

2.9 Pencegahan Gagal Ginjal Kronik (GGK) 2.9.1 Pencegahan primer

Pencegahan primer diutamakan pada penderita yang beresiko tinggi seperti

penderita hipertensi, diabetes, proteinuria dan yang lainya. Hal ini sangat penting

mengingat morbiditas dan mortalitas GGK yang cukup tinggi dan biaya

pengobatan yang mahal. Pencegahan primer dapat berupa:

a. Pengendalian tekanan darah, pengendalian kadar gula darah dan lipid

yang normal melalui diet sehat akan sangat berpengaruh pada kesehatan

tubuh khususnya ginjal (Yuyun, 2008).

(21)

c. Memeriksakan fungsi ginjal secara berkala bila mengomsumsi obat yang

bersifat nefrotoksik (Suhardjono, 2001)

d. Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat sedang bekerja dengan

menggunakan bahan-bahan kimia (Suma’mur, 1996).

e. Mengatur asupan garam dalam makanan tiap hari untuk mengurangi resiko

terjadinya kerusakan ginjal yang disebabkan oleh kristalisasi kalsium.

f. Minum air dengan jumlah yang sesuai dengan aktifitas fisik dan kebutuhan

tubuh . Jumlah air minum yang dianjurkan yaitu sekitar 8 gelas perhari

(Yuyun,2008).

2.9.2 Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk menghambat progresifitas dari

penyakit penyerta dan persiapan terapi pengganti (dialisis atau transplantsi ginjal).

a. Pencegahan kekurangan cairan harus dilakukan untuk mengurangi resiko

terjadinya gagal ginjal pra renal (Suhardjono, 2001)

b. Penegakan diagnosis yang tepat harus dilaksanakan agar penatalaksanaan

konservatif pada penyakit ginjal bisa berjalan dengan efektif (Suhardjono,

2001).

c. Penyesuaian dosis obat yang tepat pada penderita penyakit kronis dan

gagal ginjal stadium dini harus diterapkan dengan tepat untuk menghindari

kerusakan ginjal yang semakin buruk (Nasution,2011).

d. Penerapan diet rendah protein, rendah garam dengan tetap mencukupi

nutrisi yang diperlukan tubuh harus dilakukan sebagai persiapan sebelum

(22)

2.9.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk

mencegah terjadinya kompliksi yang lebih berat yang menjadikan komplikasi

menjadi lebih berat, kecatatan dan kematian.

a. Cuci darah (Hemodialisis)

Hemodialisis berasal dari kata hemo=darah dan dialisis= pemisahan atau

filtrasi. Hemodialisis adalah metode terapi dialisis yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut

ataupun progresif ginjal mengalami keadaan yang memungkinkan ginjal tidak

bisa melakukan prosesnya (Muttaqin dan Sari, 2011). Kriteria yang umum

digunakan untuk menentukan perlunya penderita menjalani dialisis adalah

timbulnya gejala-gejala uremia, adanya hiperkalemia yang tidak merespon

erhadap tindakan konservatif, ekpansi volume ekstrasel meskipun sudah diberi

pengobatan diuretik, asidosis, diatesis pendarahan dan jmlah klirens kreatinin atau

perkiraan laju filtrat glomerulus (LFG) yang kurang dari 10ml/menit per 1,73m2

(Liu dan Chertow, 2013).

Prinsip kerja dialisis mengggunakan prinsip difusi, darah dialirkan dan

dipisahkan dengan suatu cairan dialisat melalui membran semipermeabel, maka

elektrolit dan zat lain akan berdifusi melewati membran sampai tercapai

keseimbangan. Jumlah cairan ini akan diatur dengan mengubah tekanan

hidrostatik darah yang dibandingkan dengan cairan dialisat. Cairan dialisat

merupakan cairan yang terbuat dari konstituen esensial plasma natrium, kalium,

(23)

(O’Callaghan, 2007).

Proses dialisis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu mesin yang

terdiri dari alat pompa darah, sistem penyaluran darah dialisis, dan berbagai

monitor pengaman. Pompa darah akan mengalirkan darah ke dialyzer dengan

kecepatan aliran darah berkisar 250-500 mL/menit tergantung dari jenis dan

integritas akses vaskular. Terapi dialisis ini dapat memperpanjang usia penderita

GGK namun tidak dapat mengobati (Liu dan Chertow, 2013).

Gambar 2.3 Penderita GGK menjalani proses hemodialisis (Sumber: )

Resiko terjadinya komplikasi akut selama proses hemodialisis seperti

hipotensi, keram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung,

gatal, demam, dan menggigil. Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom

disekuilibbrium, reaksi anafilaktoid dialiser, aritmia tamponade jantung,

pendarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara, neutropenia, serta

(24)

b. Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi alih ginjal yang lebih ideal, karena

menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik dibanding dialisis dan menimbulkan

perasaan lebih sehat pada penderita GGK (Suhardjono, 2001).

Transplantasi ginjal adalah terapi pencangkokan ginjal untuk penderita

GGK dengan menggantikan ginjal penderita yang rusak dengan ginjal yang masih

sehat dari pendonor hidup atau donor meninggal (kadaver) yang organ ginjalnya

normal dan memiliki golongan darah yang sama melalui jalan bedah (Carpenter,

(25)

2.10 Model Kerangka Konsep

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan, maka disusun

kerangka konsep penelitian seperti gambar di bawah.:

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK

YANG DI HEMODIALISIS

1. Sosiodemografi a. Umur

b. Jenis Kelamin c. Agama d. Daerah Asal

e. Tingkat Pendidikan

2. Status Klinis

f. Riwayat penyakit terdahulu g. Kadar Ureum dan Kreatinin darah h. Penatalaksanaan Medis

Gambar

Gambar 2.1 : Struktur Maskroskopis  Sumber:(Medscape,2013)
Gambar 2.2 Struktur Mikroskopis Ginjal Sumber : (Medscape,2012)
Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit ginjal Kronik Berdasarkan LFG

Referensi

Dokumen terkait

Mollusca dalam Bahasa latin molluscus yang berarti lunak. Mollusca adalah hewan bertubuh lunak, tidak beruas-ruas, triploblastic, selomata dan ada yang bercangkang serta

Pedoman Perilaku ini tidak dapat memberikan jawaban secara pasti atas semua problematika pe- rilaku insan perusahaan. Oleh karena itu, setiap in- san perusahaan

[r]

[r]

Referring to research conducted by Abor, researchers want to conduct research with the object of mining industry companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period

Jumlah kelompok tani yang menjalankan usaha agribisnis dengan efektif sebanyak 10 kelompok Sekolah Lapang. Pengembangan Usaha Agribisnis (SL

[r]

Pembuatan halaman web yang berisi mengenai web site negara Jepang dengan menggunakan Frontpage express 2000 sangat memudahkan pekerjaan penulis,karena tidak dituntut untuk