• Tidak ada hasil yang ditemukan

Business Development Strategy Cake D'wonk in Central Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Business Development Strategy Cake D'wonk in Central Jakarta"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

BOEDIHARTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala penyataan dalam Tugas Akhir saya yang berjudul :

“Strategi Pengembangan Usaha Kue D’Wonkdi Jakarta Pusat”

Merupakan gagasan atau hasil penelitian Tugas Akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujuaknnya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2011

(3)

Guided by MA'MUN SARMA as Chairman and SRI HARTOYO as a Member.

Business meals, cakes or the like to be an attractive option. At least it is easy to do business, applicants or customers are also quite a lot, but the important thing is creative in producing. Therefore, innovation or product development is essential in business circles in an effort to compete and survive in the food business. Product innovation is important in overcoming the boredom of the product. It also includes forms of competitive strategy. Increased variety and innovation development are sold cake business is the key entrepreneurs who have held food. One of the foods are pretty much demand is brownies. Brownies still be excellent snack, although the selling price is relatively expensive. Many of the creations, taste, shape modification and decoration became one of the reasons why the public interest is high to buy brownies today. Community enthusiastic buying various types of output current brownies, either grilled or steamed. The more people who enjoyed the brownie means from a business standpoint, this chocolate cake is still bright and promising. Brownie growing industry has good prospect in future. One small-scale entrepreneurs or home industry that can capture these business opportunities is a mother who opened a business Rahnayati brownies D'wonk. To be able to develop small industries should be aware of brownies D'wonk strengths and weaknesses of the company and with regard to external factors which can be both opportunities and threats. Formulation of problems that can be drawn is as follows: 1) How can internal and external conditions of small industries brownies D'wonk, 2) business development strategies what is appropriate for small industries brownies D'wonk?. This study aims to 1) Identify the condition of the internal and external factors of small industries brownies D'wonk, 2) Develop an appropriate business development strategy for small industries brownies D'wonk. The study was conducted on a small industrial brownies D'wonk located in Central Jakarta from July to September 2010. The data used are primary data obtained from interviews with the company as much as three respondents are the owners, the production and the marketing and consumer questionnaires to 50 brownies D'wonk who come shop. Secondary data obtained through the study of literature, data and information companies and related institutions. Processing and data analysis methods used were analysis of internal and external environment through the IFE, EFE and IE to determine the position of the company, SWOT to determine company strategy and decision-making QSPM for alternative strategies that will be recommended to the company.

(4)

BOEDIHARTI. Strategi Pengembangan Usaha Kue Brownies D’Wonk (Studi

Kasus Usaha Kue Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk di Jakarta Pusat). Dibimbing oleh MA’MUN SARMA sebagai Ketua dan SRI HARTOYO sebagai

Anggota.

Bisnis makanan, kue atau sejenisnya menjadi pilihan yang menarik. Setidaknya bisnis ini mudah dilakukan, peminat atau pelanggan juga lumayan banyak, tetapi yang terpenting adalah kreatif dalam memproduksi. Oleh karena inovasi atau pengembangan produk mutlak dilakukan kalangan pebisnis dalam upaya bersaing serta dapat bertahan di bisnis makanan. Inovasi produk penting dalam mengatasi kebosanan produk. Hal ini juga termasuk bentuk strategi persaingan. Peningkatan variasi dan pengembangan inovasi kue yang dijual merupakan kunci bisnis yang harus dipegang pelaku usaha makanan.

Salah satu makanan yang cukup banyak peminatnya yaitu brownies. Brownies masih menjadi camilan primadona, kendati harga jual relative mahal. Banyak kreasi, cita rasa, modifikasi bentuk dan hiasan menjadi salah satu alasan kenapa animo masyarakat membeli brownies tergolong tinggi sampai saat ini. Masyarakat antusias membeli aneka jenis keluaran kue brownies terbaru, baik yang dipanggang maupun dikukus. Makin banyak orang yang menggemari brownies berarti dari segi bisnis, kue coklat ini masih cerah dan menjanjikan.

Industri brownies yang terus berkembang memiliki prospek yang cerah di masa depan. Salah satu pengusaha skala kecil atau home industry yang dapat menangkap peluang bisnis tersebut adalah Ibu Rahnayati yang membuka usaha brownies D’Wonk.Untuk dapat berkembang industri kecil brownies D’Wonk harus menyadari kekuatan dan kelemahan perusahaan serta memperhatikan faktor eksternal yang dapat berupa peluang maupun ancaman.

Perumusan masalah yang dapat disusun adalah sbb : 1) Bagaimana kondisi internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk, 2) Bentuk strategi pengembangan usaha apa yang sesuai untuk industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk?. Penelitian ini bertujuan 1) Mengidentifikasi kondisi faktor internal dan eksternal industri kecil brownies

D’Wonk, 2) Menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk industri

kecil brownies D’Wonk.

Penelitian dilakukan pada industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry

D’Wonk yang bertempat di Jakarta Pusat mulai bulan April-Juni 2011. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden yaitu pemilik, bagian produksi dan bagian pemasaran dan kuesioner kepada 30 konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry

(5)

baik, hal ini tidak terlepas dari proses produksi yang dilakukan higienis dan kualitas bahan baku yang baik. Dan kelemahan Dan kelemahan utama yang dimiliki adalah pencatatan keuangan yang masih sederhana, untuk itu industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus meningkatkan pengetahuan dan menerapkan sistem akuntansi pada keuangan perusahaan.

Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang utama yang dimiliki oleh industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah pangsa pasar yang masih luas, dengan demikian perusahaan masih dapat memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang lagi sehingga perusahaan tidak hanya melayani wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Timur akan tetapi dapat melayani wilayah Jabodetabek. Dan ancaman utama yang dimiliki perusahaan adalah adanya pendatang baru, untuk itu industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry

D’Wonk harus mempunyai strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan antara lain dengan meningkatkan inovasi dan terobosan dalam produk agar lebih menarik baik dari segi rasa, bentuk maupun jenisnya sehingga konsumen tidak bosan dengan produk yang ditawarkan serta memberikan pelayanan yang memuaskan. Hasil analisa matriks IE menunjukkan nilai fakktor internal 2.733 dan nilai matriks eksternal 2.755 memposisikan perusahaan berada di kuadran V yaitu tumbuh dan stabil dengan alternatif pada strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

(6)
(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

BOEDIHARTI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan penyelesaian pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Nama Mahasiswa : Boediharti

Nomor Pokok : F352060105

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis MS, Dipl.Ing., DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPS), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec, selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir.

2. Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, selaku anggota Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku dosen penguji luar komisi untuk ujian Tesis atas masukannya.

4. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala dan wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi.

5. Ayahanda (alm) dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu

memberikan do’a restu, dukungan dan semangat.

6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Juli 2011

(11)

Halaman

DAFTAR TABEL... ... x

DAFTAR GAMBAR... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... ... xii

I. Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan masalah... 7

C. Tujuan... 7

II. Landasan Teori... 8

A. Definisi Usaha Kecil... 8

B. Karakteristik Usaha Kecil... 8

D. Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan..……... 10

E. Pengembangan Usaha Kecil... 13

F. Strategi Pengembangan Usaha... 14

III.Metode Kajian... 20

A. Pengumpulan Data... 20

B. Pengolahan Dan Analisa Data... 20

C. Aspek Kajian... 25

IV.Hasil dan Pembahasan... 26

A. Keadaan umum... 26

B. Data Umum Konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk 27 C. Identifikasi Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan... 30

D. Analisa Matriks IFE dan EFE ………...………... 33

E. Analisa Matriks Internal-Eksternal (IE) …………...…... 35

F. Analisa Matriks SWOT... 36

G. Matriks QSPM... 38

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 40

B. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42

(12)

Nomor Halaman

1. Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor pada tahun 2001-2007 2

. 2. Perkembangan usaha industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 7

3. Komposisi Angka kecukupan Gizi per 100 gran Brownies... 18

4. Matriks SWOT... 23

5. Matriks QSPM... ... 24

6. Perkembangan omzet dan laba industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 26

7. Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin... 27

8. Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan... 27

9. Data Konsumen Berdasarkan Tempat Tinggal... 28

10. Data Konsumen Berdasarkan Jenis Produk Yang Dibeli... 28

11. Data Konsumen Berdasarkan Cara Pembayaran……….. 28

12. Data Konsumen Terhadap Alasan Membeli Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 29

13.Data Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk………. 29

14.Data Konsumen Berdasarkan Kepuasan Atas Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk……….…..… 30

(13)

1. Jenis kue yang diproduksi industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 6

(14)

Nomor Halaman

1. Jadwal kajian……….…… 44

2. Pembiayaan ………... 45

3. Kuesioner Kajian ………. 46

4. Perhitungan bobot factor strategi internal industri kecil

Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk………. 58 5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal industri kecil

Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk……… 60 6. Rekapitulasi bobot faktor strategi internal dan eksternal industri

kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk………. 61

7. Rekapitulasi perhitungan rating actor strategi internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk 62

8. Perhitungan Matriks IFE dan EFE industri kecil Brownies,

Chocolate dan Pastry D'Wonk……… 63

9. Hasil perhitungan Matriks QSP industri kecil Brownies, Chocolate

(15)

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang mendera bangsa kita selama beberapa tahun terakhir ini telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa kegiatan ekonomi yang terpusat di tangan beberapa kelompok ekonomi tertentu saja, mempunyai resiko keruntuhan yang besar di kala krisis melanda. Hal ini terbukti dengan banyaknya kegiatan usaha skala besar yang harus gulung tikar dengan meninggalkan beban penggangguran yang tidak sedikit. Di sisi lain, usaha kecil dan menengah (UKM) yang tumbuh di tengah masyarakat secara spontan justru menunjukkan daya tahan yang lebih tinggi dan menjadi penyangga kehidupan jutaan jiwa.

Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997). Di tengah merosotnya perekonomian Indonesia yang mengakibatkan banyaknya pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan di perusahaan-perusahaan menengah dan besar, masih banyak terdapat perusahaan yang tetap bertahan menghadapi gelombang keterpurukan ekonomi. Salah satu jenis usaha yang mampu bertahan adalah usaha industri roti dan kue kering serta usaha pembuatan kue basah.

(16)

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor pada tahun 2001-2008

20 Kulit, barang dari kayu dan anyaman

1.668 1.629 1.450 1.411 1.325 1.782 1.648 1.702

21 Kertas dan barang dari kertas

388 340 375 394 413 526 553 457

22 Penerbitan, percetakan dan reproduksi

537 593 545 535 545 897 789 727

23 Batubara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar nuklir 28 Barang-barang dari

logam dan peralatannya

33 Perlatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optic

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009

(17)

inovasi atau pengembangan produk mutlak dilakukan kalangan pebisnis dalam upaya bersaing serta dapat bertahan di bisnis makanan. Inovasi produk penting dalam mengatasi kebosanan produk. Hal ini juga termasuk bentuk strategi persaingan. Peningkatan variasi dan pengembangan inovasi kue yang dijual merupakan kunci bisnis yang harus dipegang pelaku usaha makanan.

Salah satu makanan yang cukup banyak peminatnya, yaitu brownies. Brownies masih menjadi camilan primadona, kendati harga jual relative mahal. Banyak kreasi, cita rasa, modifikasi bentuk dan hiasan menjadi salah satu alasan kenapa animo masyarakat membeli brownies tergolong tinggi sampai saat ini. Brownies bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai camilan dengan

nilai tawar serta memiliki prestise yang cukup tinggi, Alasan ini tidak berlebihan, mengingat kue brownies merupakan camilan dengan bahan baku coklat pilihan sehingga menghasilkan cita rasa special serta bernilai jual relative tinggi. Meski demikian, daya beli masyarakat tidak pernah berkurang. Masyarakat antusias membeli aneka jenis keluaran kue brownies terbaru, baik yang dipanggang maupun dikukus. Makin banyak orang yang menggemari brownies berarti dari segi bisnis, kue coklat ini masih cerah dan menjanjikan.

(18)

Jenis brownies yang dijual yaitu brownies kukus dan panggang dengan harga bervariasi, yaitu mulai dari Rp.30.000,- sampai dengan Rp.35.000,- per loyang. Dalam satu hari Ibu Rahnayati minimal memproduksi sebanyak 100 sampai 200 loyang brownies. Jika sedang mendapat pesanan untuk acara khusus atau hari besar seperti Hari Raya Lebaran dan Natal, Ibu Rahnayati bisa memproduksi sampai 400 loyang brownies..

Pada awal pendiriannya, usaha ini hanya memproduksi brownies saja. Seiring dengan banyaknya permintaan, kemudian usaha ini menambah variasi produk, antara lain: cookies, pastry dan pie. Namun hingga saat ini permintaan untuk brownies kukus paling dominan dibandingkan jenis yang lainnya.

Jenis kue yang diproduksi adalah : 1. Brownies.

a. Brownies kukus, dengan sembilan rasa, yaitu : coklat special, chese cake, black and white (tiramisu dan mocca), coklat keju, coklat pandan, pandan

keju, coklat strawberry, coklat mocca, keju special.

b. Brownies panggang, dengan dua rasa, yaitu : coklat dan coklat keju. 2. Cookies (aneka kue kering).

3. Pastry, dengan lima rasa, yaitu : daging, ayam, keju, vla dan pisang keju. 4. Pie, dengan dua rasa, yaitu : buah segar dan buah kaleng.

Lokasi usaha terletak di Jl. Mahoni No.34A, Bungur, Jakarta Pusat dan di Jl. Angkur No.8, Pulo Mas, Jakarta Timur. Sarana yang tersedia cukup memadai untuk operasional usaha berupa listrik, telepon, air, bersih, ruang pajang dan lainnya. Peralatan yang dimiliki berupa mixer, cetakan, loyang, oven, kukusan, dan sarana pendukung lainnya. Untuk pengiriman barang dalam jumlah kecil menggunakan 1 (satu) unit motor sedangkan untuk pengiriman barang dalam jumlah besar menggunakan 1 (satu) unit mobil.

(19)
(20)

Brownies aneka rasa :coklat spesial, chase cake, coklat keju, coklat pandan, pandan keju

Aneka kue kering

Pastry aneka rasa : daging, ayam, keju, vla dan pisang keju.

Gambar 1. Jenis kue yang diproduksi industri kecil Brownies, Chocolatr dan Pastry D’Wonk

Sumber : Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk tahun 2011

(21)

Tabel 2. Perkembangan usaha industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry

Saat ini sebagian besar industri makanan tidak hanya memproduksi, tetapi juga memasarkan produknya langsung kepada konsumen. Industri brownies yang terus berkembang memiliki prospek yang cerah di masa depan. Untuk dapat berkembang Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus menyadari kekuatan dan kelemahan sendiri serta memperhatikan faktor eksternal yang dapat berupa peluang maupun ancaman. Untuk itu di dalam pengembangan usaha diperlukan suatu strategi dan analisa atas kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Anallisa Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT) menjadi salah satu analisa yang akan dilakukan pada penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi faktor internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’ Wonk ?.

2. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang sesuai untuk industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’ Wonk ?.

C. Tujuan

1. Mengidentifikasikan kondisi faktor internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’ Wonk.

(22)

II. LANDASAN TEORI

A. Definisi Usaha Kecil

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil menyatakan bahwa Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam undang-undang sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;

2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

3. Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan huku, atau badan usaha berbadan hokum termasuk koperasi.

4. Bukan berupa anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah atau Besar.

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 1999), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga yang diklarifikasikan berdasarkan jumlah pekerjaanya yaitu : industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang dan industri kecil dengan pekerja 5-19 orang.

B. Karakteristik Usaha Kecil

(23)

Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal, sehingga cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.

Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hokum.

Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau, diikuti oleh industri barang galian bukan logam, industri tekstil, dan industri kayu, bamboo, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk barang perabotan rumah tangga.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Lembaga Manajemen FE UI (1987) dapat dirumuskan profil usaha kecil di Indonesia sebagai berikut : 1. Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya menggunakan

kapasitas 60% atau kurang.

2. Lebih dari setengahnya perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-kecilan.

3. Masalah-masalah utama yang dihadapi : sebelum investasi masalah seperti permodalan dan kemudahan usaha (lokasi usaha); pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha; peningkatan usaha : pengadaan bahan/barang.

4. Usaha menurun karena kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang keterampilan teknis dan administrasi.

5. Mengharapkan bantuan Pemerintah berupa modal, pemasaran dan pengadaan barang.

6. 60% menggunakan teknologi tradisional.

7. 70% melakukan pemasaran langsung ke konsumen.

8. Untuk memperoleh bantuan perbankan, dokumen-dokumen yang harus disiapkan dipandang terlalu rumit.

(24)

2. Berkembang dari usaha kecil-kecilan karena itu kepercayaan diri yang berlebihan.

3. Tidak membuat perencanaan tertulis. 4. Kurang membuat catatan/pembukuan tertib. 5. Pendelegasian wewenang secara lisan. 6. Kurang mampu mempertahankan mutu.

7. Sangat tergantung pada pelanggan dan pemasok di sekitar usahanya. 8. Kurang membina saluran informasi.

9. Kurang mampu membina hubungan perbankan.

Profil pengusaha kecil di Indonesia dari segi keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Memulai usaha kecil-kecilan, bermodal sedikit dana dan ketrampilan pemiliknya.

2. Terbatasnya sumber dana dari perbankan.

3. Kemampuan memperoleh pinjaman Bank relatif rendah/kurang mampu menyediakan jaminan, proposal kredit da lain-lain.

4. Kurang akurat perencanaan anggaran kas.

5. Tidak memiliki catatan harga pokok produksi, perhitungan sangat kasar.

6. Kurang memahami tentang perlunya pencatatan keuangan/akuntansi. 7. Kurang paham tentang prinsip-prinsip penyajian laporan keuangan

dan kemampuan analisisnya.

8. Kurang mampu memilih informasi yang berguna nagi usahanya. 9. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 sampai sat ini belu

menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Krisis ini juga telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sector ekonomi berubah.

C. Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

1. Faktor internal

(25)

1. Pemasaran dan distribusi 2. Produksi dan operasi

3. Sumber daya perusahaan dan personalia

4. Penelitian dan pengembangan, teknik Akuntansi dan keuangan perusahaan.

Kekuatan perusahaan dapat menjadi faktor pendukung tercapainya tujuan usaha, sedangkan perusahaan dapat menjadi penghambat. Contoh salah satu kekuatan perusahaan adalah loyalitas pelanggak dalam menggunakan merek dagang produk (customer brand loyality) . Maksudnya adalah walaupun selama masa tertentu persaingan pasar meningkat, adanya faktor kesetiaan pelanggan terhadap merek produk dapat melindungi produk dari tingginya persaingan produk dan pangsa pasar (Christopher, 1991). Selain itu adanya citra yang baik perusahaan di kalangan pelanggan, mutu dan harga eceran produk yang kompetitif, jalur distribusi pruduk yang luas dan merata , dan sumber pendanaan operasi bisnis (bank-bank kreditur) yang kuat, merupakan faktor pendukung atas kekuatan suatu perusahaan (Boyd dan Larreche, 2000).

Aspek yang dapat menjadi kelemahan bagi suatu perusahaanadalah peralatan produksi yang sudah ketinggalan jaman atau tidak efisien, kesulitan pasokan bahan baku secara kontinu (baik dalam volume, mutu, harga, maupun ketepatan jadual pasokan), serta kesulitan mendapatkan dan atau pengelolaan modal kerja bagi perusahaan , akan berdampak kepada sulitnya tercapai tujuan strategi manajemen pemasaran yang dibuat perusahaan (Hubeis, 2001).

2. Faktor eksternal.

Supriyono (1993) mengutip pendapat Christensen menyebutkan faktor-faktor eksternal yang terdiri dari :

1. Faktor ekonomi

(26)

bunga dan devaluasi atau revaluasi, kebijakan fiscal dan neraca pembayaran. Setiap segi faktor ekonomi tersebut dapat merupakan peluang ataupun ancaman.

2. Faktor sosial

Faktor sosial mempengaruhi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Supriyono(1993) menitikberatkan faktor sosial ini pada nilai dan sikap masyarakant, khususnya pelanggan dan karyawan yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan.

3. Faktor teknologi

Perubahan teknologi dapat mempengaruhi bahan mentah, metode dan proses produksi, serta produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Perubahan teknologi dapat memberi peluang besar untuk meningkatkan hasil ,tujuan atau sebaliknya mengancam kedudukan perusahaan. Cepat atau lambatnya perusahaan teknologi dipengaruhi oleh faktor kreatifitas manusia, suasana atau iklim kesediaan menerima perubahan teknologi merupakan bagian dari industri yang bersangkutan, tersedianya modal usaha dan dorongan pemerintah, serta peraturan perpajakan.

4. Faktor Pemerintah

(27)

Aspek peluang bisnis merupakan analisa yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan terciptanya peluang bagi perusahaan. Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakan di dalam dan diluar negeri seringkali memberikan peluang bisnis yang menjanjikan kepada perusahaan yang mampu menangkap peluang tersebut, misalnya perubahan pola hidup sebagian penduduk didaerah perkotaan yang bekerja digedung-gedung perkantoran ,yang karena tingkat kesibukan dan keterbatasan waktu makan siang yang ada, maka jasa pengelolaan makanan seperti catering, self service, atau restoran fast food restaurant merupakan alternatif pilihan bagi pemenuhan kebutuhan

makan siang para karyawan (Peter, 1975; Wiliam, 1979).

Perkembangan lingkungan bisnis yang kurang menguntungkan (misalnya krisis moneter, atau penurunan kurs nilai tukar mata domestik) dapat menjadi faktor penghambat bagi perusahaan dalam mencapai tujuan strategi pemasaran produk. Perkembangan kehidupan ekonomi moneter dalam negeri da international yang tidak menguntungkan dapat menjadi hambatan tujuan meningkatkan jumlah penjualan produk atau menciptakan produk baru. Dalam keadaan seperti ini, jumlah permintaan pasar pada umumnya cenderung menurun. Seringkali hambatan usaha bisnis dapat diprediksi jauh sebelumnya. Oleh karena itu perusahaan dapat merevisi, menunda bahkan membatalkan tujuan-tujuan tertentu perusahaan yang telah disusun dalam rencana pemasaran (Sutojo dan Kleinsteuber, 2002).

D. Pengembangan Usaha Kecil

Pengembangan usaha kecil dalam Haryadi (1998) meliputi :

1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha kecil.

(28)

ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.

3. Mendorong usaha kecil agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan.

4. Menciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan usaha kecil dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional.

Menurut Haryadi (1998), ada 5 (lima) aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan usaha kecil, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.

E. Strategi Pengembangan Usaha

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Kata “strategi” sendiri berasal dari kata Yunani “strategia” yang berhubungan dengan kemiliteran, berarti langkah untuk mencapai sasaran yaitu memenangkan peperangan (Stanton, 1996).

Keegan (1996) mendefinisikan :

Strategi sebagai respon yang dipertimbangkan sebuah perusahaan pada kenyataan dari perusahaan pihak yang bersangkutan dan kenyataan dari lingkungan usaha. Hax and Majluf (1984) merumuskan strategi lebih komprehensif, yaitu :

(29)

Strategi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan untuk mencapai keberhasilan organisasi. Setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Hal ini dikarenakan, tidak ada satu perusahaan pun yang mempunyai sumber daya yang tidak terbatas. Sehingga para ahli strategi harus memutuskan strategi alternatif mana yang akan memberi keuntungan terbesar kepada perusahaan (David, 2004).

Alasan-alasan usaha kecil bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar usaha kecil memproduksi barang konsumen dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatn juga tidak berpengaruh pada permintaan, 2. Sebagian besar usaha kecil tidak mendapat modal dari Bank,

Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbda usaha skala besar yang banyak tergantung kepada perbankan, jika sektor perbankan bermasalah, maka ikut terganggu kegiatan usahanya, sedangkan usaha kecil dapat bertahan. Di Indonesia, usaha kecil menpergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat rendah. 3. Usaha kecil mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing.

Dampaknya usaha kecil mempunyai spesialisasi produksi yang ketat. Hal ini memungkinkan usaha kecil mudah untuk pindah dari usaha yang satu ke usaha yang lain, hambatan keluar-masuk tidak ada.

4. Reformasi menghapuskan hambatan-hambatan di pasar, proteksi industri hulu dihilangkan, usaha kecil mempunyai pilihan lebih banyak dalam pengadaan bahan baku. Akibatnya biaya produksi turun dan efisiensi meningkat. Akan tetapi, karena bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi, maka opengaruhnya tidak terlalu besar.

(30)

penganggur tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umunya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat.

Kendala-kendala dalam mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisnis), antara lain kurang pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidang pemasaran. Untuk mengatasi semua masalah itu usaha kecil harus memiliki strategi bisnis yang tepat.

1. Sejarah Roti dan Perkembangan Roti

Roti merupakan salah satu pangan yang paling tua usianya. Sejarah perkembangan roti diawali semenjak zaman neolitikum, dimana biji-bijian dicampur dengan air,kemudian menjadi adonan lalu dimasak. Pada zaman mesopotamia tepatnya di Mesir, masyarakat membuat roti terbuat dari biji gandum. Gandum dihancurkan terlebih dahulu, setelah itu dicampur dengan air. Pencampuran antara bubuk gandum dengan air tersebut, kemudian menjadi bahan yang lengket.Setelahitu dilakukan proses pematangan dengan cara dipanggang (Nasution,2006).

Saat ini, roti dibuat dalam perbagai variasi mengikuti keinginan dari pihak konsumen. Variasi tersebut berdasarkan rasa, ukuran, bentuk dan harga. Hal yang demikian untuk membantu konsumen agar dapat menyesuaikan dengan selera mereka masing-masing. Delfani dalam Nasution (2006) memaparkan bahwa variasi roti terbagi menjadi lima jenis,yaitu:

1. Bakery

Jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu,mentega,telur ,susu,dan ragi.Jenis roti ini biasanya diisi dengan coklat ,keju,srikaya ,selai buah,kelapa,pisang,fla , daging sapi atau ayam, dan sosis . Bentuknya bisa beragam seperti bulat,lonjong,keong,gulung sampai pada bentuk-bentuk hewan

2. Roti Tawar

(31)

Roti ini biasanya tanpa diisi dengan bahan tambahan lain. Bentuknya bias kotak,panjang dan tabung.

3. Cake

Jenis roti yang berasa manis dengan tambahan rasa (essence) rhum, jeruk atau coklat. Bahan dasarnya antara lain tepung terigu,telur,mentega,susu,tanpa menggunakan isi. Jenis ini dibagi menjadi : spikuk, roll tart, zebra cake, fruit cake, brownies, muffin, tart cake, cake siram, dan caramel (sarang semut).

4. Pastry

Jenis roti kering yang bias berupa kue sus, grem dan croissant. Roti ini bias diisi dengan isi tambahan seperti kacang, keju,coklat, daging ayam dan sapi,sosis,fla,dan ada juga yang tidak diisi apapun.

5. Donat

Jenis roti tawar atau manis yang pematangan bias dengan cara digoreng atau di panggang . Roti ini dikenal dengan bentuknya khas yaitu bolong pada bagian tengahnya. Ada beberapa jenis donat yang sudah dikenal secara umum antara lain: donat siram,donat keju,donat mesis, donat kacang, dan donat isi.

2. Brownies

Brownies asal mulanya adalah kue coklat yang biasanya dipanggang padat atau dikenal “bantat”, sehingga menghasilkan tekstur yang agak keras. Brownis mengandung kadar gula dan lemak yang tinggi. Brownies pun tergolong jenis kue yang mempunyai indeks glikemik tinggi, artinya sesaat setelah makan brownies akan merasa segar, karena gula darah cepat naik.

Brownies juga mengandung vitamin yang cukup lengkap seperti

(32)

Tabel 3. Komposisi Angka kecukupan Gizi per 100 gram Brownies

Asam pantotenat (mg) 0,131

Vitamin B6 (mg) 0,0067

Asam folat (mcg) 35

Vitamin A (IU) 11

Sumber : www.asiamaya.com tahun 2007

3. Brownies Kukus

Brownies kukus dikelompokan menjadi salah satu jenis kue basah.

Kue ini merupakan hasil modifikasi dari seorang ibu rumah tangga Ny.Sumiwiludjeng yang berdomisili di kota Bandung. Beliau memiliki keahlian dibidang tata boga yang merupakan latar belakang pendidikannya. Berkat modal keahlian inilah akhirnya membawa Ny. Sumiwiludjeng berhasil menciptakan produk inovatif yaitu brownies kukus.

Pada awal tahun 1999, Ny. Sumiwiludjeng mendapatkan resep kue basah dari saudaranya . Resep itu memiliki kemiripan dengan kue brownies , tapi tidak dipanggang melainkan dengan cara dikukus. Bersama

(33)

Kue hasil kreasi ibu dan anak ini akhirnya diberi nama brownies kukus, disebut brownies karena bentuk fisiknya hampir sama dengan brownies. Warnanya cokelat pekat dan bahan bakunya juga terbuat dari cokelat. Sedangkan kata kukus ditambahkan karena proses pematangannya dengan cara dikukus, selain untuk membedakan dengan brownies yang biasanya dikenal pematangannya dengan cara dipanggang.

Brownies kukus memiliki karakteristik tersendiri antara lain tekstur

(34)

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden yaitu : pemilik perusahaan, bagian produksi dan bagian pemasaran. dan 30 konsumen brownies dengan alat bantu kuesioner, penetapan jumlah 30 konsumen berdasarkan ketentuan syarat minimal responden 30 orang, responden dipilih secara sengaja dengan cara melakukan wawancara kepada konsumen yang datang ke toko Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

2. Pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.

B. Pengolahan dan Analisa Data

Metoda analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah :

1. Metode Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai data internal perusahaan berupa tekhnis produksi, prospek pasar dan keuangan dan data eksternal yang berkaitan dengan permintaan pasar dan pesaing strategis di bidang industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

2. Metode Analisa, berupa Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE), Matriks Internal External (IE) serta analisis SWOT.

a. Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan sedangkan Matriks EFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal.

(35)

1). Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. Daftar yang disusun harus diusahakan seteliti mungkin.

2). Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).

3). Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rata), 3 (di atas rata-rata) dan 4 (superior).

4). Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap variabelnya.

5). Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi.

6). Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

b. Matriks IE

Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rata-rata dan 3,0-4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE bisa dilihat pada Gambar 1.

(36)

1). Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah

strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal.

2). Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini misalnya adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3). Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan divest.

INTERNAL FACTOR EVALUATION

Kuat Rata-rata

Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi

I II III

THE 3,0 EXTERNAL

FACTOR Sedang IV V VI

EVALUATION

2,0

Rendah VII VIII IX

1,0

Gambar 2. Matriks IE (Kotler, 2002) c. Matriks SWOT

(37)

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategis.

Tabel 4. Matriks SWOT

1. Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

(38)

untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.

d. Matriks Quantitative Strategies Planning (QSPM)

Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari : Factors, Strategic Alternative, Weights, Attractiveness Score, Total

Attractiveness Score, dan Sum Total Attractiveness Score (David,

2004).

Berikut ini disajikan Matriks QSPM dalam Tabel 5.

Faktor-faktor sukses kritis Bobot Alternatif Strategi

Strategi I Strategi II Strategi III

AS TAS AS TAS AS TAS

Penjelasan mengenai langkah-langkah pengembangan suatu QSPM :

Tahap 1 : Buatlah daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari matriks IFE dan EFE.

Tahap 2 : Beri bobot pada masing-masing external and internal critical success factors. Bobot ini sama dengan yang ada di EFE Matrix dan IFE Matrix.

Tahap 3 : Teliti matriks-matriks pada Stage 2 dan identifikasi strategi alternatif yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan perusahaan. Catatlah strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM.

Tahap 4 : Tetapkan Attractiveness Score (AS) untuk setiap strategi berdasarkan peran faktor tersebut terhadap setiap alternatif strategi. Batasan nilai Attractiveness Scores adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat menarik.

(39)

Tahap 6 : Hitung jumlah seluruh Total Attractiveness Score (TAS) untuk setiap alternatif strategi. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggilah yang menunjukkan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.

C. Aspek Kajian

Menurut Kadariah, dkk (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran.

1. Aspek teknis Produksi

Pada aspek ini akan dibahas mengenai bahan baku untuk produksi ,fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk produksi, proses produksi Brownies D’Wonk dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses produksi.

2. Aspek pemasaran

Pada aspek ini akan dibahas mengenai strategi pemasaran, pangsa pasar, distribusi pemasaran, harga dan promosi.

3. Aspek keuangan

(40)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan umum

Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk merupakan usaha perorangan home industri yang memproduksi brownies dan sekaligus menjual produknya secara langsung dalam bentuk toko, selain memproduksi brownies dalam berbagai rasa juga memproduksi cookies(aneka kue kering), pastry dan pie . Namun makanan yang paling dominan dibeli oleh pelanggan adalah brownies.

Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk merupakan usaha keluarga yang dimulai pada tahun 2005 oleh Ibu Rahnayati yang pada awalnya usaha ini adalah usaha kecil-kecilan yang dimulai dengan menerima pesanan brownies dari teman dan tetangga dengan sistem pemasaran dari mulut kemulut.

Dalam waktu 6 bulan brownies yang di produksinya mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat, sehingga pada tahun 2005 Ibu Rahnayati mendirikan toko dirumahnya di Jalan Mahoni No. 34A, Jakarta Pusat dan telah membuka cabang di Jl. Angkur No.8, Pulo Mas, Jakarta Selatan. Selain dapat membeli brownies untuk dibawa pulang namun konsumen juga dapat menikmatinya ditempat.

Perkembangan omset penjualan industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk 3 tahun berturut turut sebagai berikut :

Tabel 6 Perkembangan omzet dan laba industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk

Tahun 2008 2009 2010

Nominal Rp.793,000,000,- Rp.915,000,000,- Rp.1,080,000,000,-

Prosentase 20% 20% 20%

1. Omzet penjualan

(41)

2. Laba usaha

Perolehan laba merupakan tujuan utama dari keberadaan dan eksistensi dari setiap perusahaan, yang mencerminkan berhasil atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Pada industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk perolehan laba setiap tahunnya sebesar 20 %.

B. Data Umum Konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk

Jumlah konsumen yang diminta mengisi kuesioner sebanyak 30 responden. Pada Tabel 7 dapat kita lihat data umum konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk

1. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen adalah perempuan dengan prosentase sebesar 80%. Hal ini berkaitan dengan jenis barang yang diteliti berupa kue/brownies (makanan) dimana yang berbelanja pada umumnya wanita.

Tabel 7 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan

Pada Tabel 8 terlihat bahwa konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebanyak 63%, tingkat pendidikan Sarjana dan Diploma masing-masing sebanyak 20% dan 13%, sisanya berpendidikan SLTP 3%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen berpendidikan SLTA.

Tabel 8 Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan

(42)

3. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tempat Tinggal

Pada Tabel 9 terlihat bahwa konsumen yang tinggal di komplek perumahan sebanyak 93%, pertokoan sebanyak 4% dan sisanya pemukiman sebanyak 3%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen tinggal di komplek perumahan.

Tabel 9 Data Konsumen Berdasarkan Tempat Tinggal

Tempat Tinggal Jumlah (orang)

4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Produk Yang Dibeli

Pada Tabel 10 terlihat bahwa konsumen yang membeli brownies sebanyak 73.33%, pastry sebanyak 23.33% dan sisanya produk lainnya sebanyak 3.33%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen membeli brownies dan brownies kukus merupakan produk yang paling dominan dibeli oleh konsumen.

Tabel 10 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Produk Yang Dibeli

Produk Yang Dibeli Jumlah (orang)

5. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Cara Pembayaran

Pada Tabel 11 terlihat seluruh pembayaran dilakukan secara tunai. Tabel 11 Data Konsumen Berdasarkan Cara Pembayaran

Cara Pembayaran Jumlah

6. Tanggapan Konsumen Terhadap Alasan Membeli Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

(43)

86.67%, mutu barang bagus sebanyak 6.67%, sisanya karena harga murah dan pelayanan cepat masing-masing sebanyak 3.33%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen membeli produk

Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk karena rasanya yang enak.

Tabel 12. Data Konsumen Terhadap Alasan Membeli Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

7. Karakterisitik Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Pada Tabel 13 terlihat bahwa frekuensi pembelian produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk yang dilakukan oleh konsumen sebanyak 1 (satu) kali sebanyak 46,67%, 2 (dua) kali sebanyak 26,67%, lebih dari 2 (dua) kali sebanyak 23,33% dan sisanya lainnya sebanyak 3,33%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen membeli produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk sebanyak 1 (satu) kali .

Tabel 13 Data Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Berapa kali membeli Produk Jumlah (orang)

8. Tanggapan Konsumen Terhadap Kepuasan atas Produk Brownies,

Chocolate dan Pastry D’Wonk.

(44)

data bahwa seluruh konsumen merasa puas dengan produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Tabel 14 Data Konsumen Berdasarkan Kepuasan Atas Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

9. Tanggapan Konsumen Terhadap Kemungkinan Beralih ke Produk

lain.

Pada Tabel 15 terlihat bahwa tanggapan konsumen terhadap kemungkinan beralih ke produk lain sebesar 20%, dan sisanya tidak mungkin sebesar 80%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen tidak mungkin beralih ke produk lain.

Tabel 15 Data Konsumen Terhadap Kemungkinan Beralih ke Produk lain.

Beralih ke Produk lain Jumlah (orang)

C. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Perusahaan 1. Faktor Internal Perusahaan

a. Kekuatan Perusahaan :

1). Keragaman dan variasi produk.

Konsumen akan merasa senang dan puas jika makanan yang diperlukan dapat dipenuhi di satu tempat sehingga tidak perlu pergi ke beberapa tempat untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan yang diinginkan. Jenis brownies yang diproduksi oleh Ibu Rahnayati terbilang cukup lengkap yaitu brownies kukus dan brownies panggang. Untuk brownies kukus ada sembilan rasa :

(45)

mocca, keju spesial. Selain Brownies, Ibu Rahnayati juga memproduksi aneka cookies dan pastry.

2). Kualitas atau mutu produk

Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas atau mutu yang baik. brownies D’Wonk diproduksi tidak menggunakan bahan pengawet

namun daya tahan produk dapat bertahan sampai dengan 6 hari jika disimpan dalam lemari es dan cita rasanya tidak berubah. Hasil tersebut sangat erat kaitannya dengan proses produksi yang dilakukan dengan higienis dan bahan baku yang digunakan oleh Ibu Rahnayati mempunyai kualitas yang baik.

3). Kapasitas produksi yang besar

Dengan tenaga kerja yang siap pakai maka kapasitas produksi diharapkan dapat memenuhi setiap pesanan yang diterima. Saat ini industri kecil Brownie, Chocolate dan Pastry D’Wonk mempunyai kapasitas produksi sebanyak 100 hingga 200 loyang brownies per hari yang dikerjakan bersama dengan 6 orang pegawinya. Hal tersebut masih memungkinkan untuk dilakukan penambahan volume produksi dengan menggunakan pegawai borongan. Hal tersebut terjadi pada saat memenuhi pesanan untuk acara-acara tertentu atau Hari Raya Lebaran dan Natal di mana Ibu Rahnayati dapat memproduski hingga 400 loyang.

4). Pengalaman usaha.

Pemilik usaha yaitu Ibu Rahnayati telah berpengalaman selama ± 6 tahun dalam menggeluti usaha kue brownies. Beliau juga memiliki wawasan pengetahuan tentang kue brownies yang diperoleh dengan mengikuti kursus dan telah beberapa kali diliput dalam media/tabloid.

5). Halal

(46)

kaum muslim sehingga konsumen tidak perlu khawatir ketika akan mengkonsumsi produk D’Wonk.

b. Kelemahan Perusahaan : 1). Promosi belum efektif

Promosi yang dilakukan oleh Ibu Rahnayati lebih kepada promosi dari mulut ke mulut dan mengikuti pameran atau bazaar yang diadakan oleh kalangan terbatas seperti instansi seperti Departemen Perdagangan dan Perindustrian.

2). Jaringan distribusi terbatas

Promosi yang belum efektif mengakibatkan jaringan distribusi produk D’Wonk menjadi terbatas. Saat ini Ibu Rahnayati baru mempunyai 2 toko di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur sehingga produk D’Wonk belum dapat menjangkau seluruh masyarakat Jabodetabek khususnya Jakarta.

3). Pencatatan keuangan masih sederhana.

Pencatatan keuangan hanya mencatat penerimaan dan pengeluaran dan belum menerapkan sistem akuntansi sehingga tidak dapat dilakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan yang tepat. 4). Tenaga pemasaran belum optimal.

Kegiatan pemasaran lebih banyak pada kegiatan penjualan dan promosi belum dioptimalkan untuk meraih pangsa pasar yang masih luas. Hal ini karena tidak adanya tenaga pemasaran di mana selama ini promosi lebih banyak dari mulut ke mulut dan mengikuti pameran atau bazaar yang dilakukan sendiri oleh Ibu Rahnyati selaku pemilik D’Wonk.

2. Faktor Eksternal Perusahaan

a. Peluang Perusahaan :

1). Pangsa pasar yang masih luas

(47)

Timur sedangkan daerah-daerah lain yaitu Jabodetabek masih belum dijajaki. Hal ni dapat dilakukan dengan penambahan toko sehingga diharapkan tidak hanya dapat melayani masyarakat Jakarta Pusat dan Jakarta Timur saja namun dapat menjangkau Jabodetabek.

2). Kemajuan teknologi dan informasi

Perkembangan teknologi dan informasi berpengaruh dan berdampak positif untuk perkembangan bisnis. Faktor teknologi turut membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari sehingga kegiatan operasional menjadi lebih efisien. Perkembangan informasi seperti internet akan memudahkan konsumen untuk mengakses perusahaan untuk mendapatkan kebutuhan yang diinginkannya.

b. Ancaman Perusahaan :

1) Adanya pendatang baru dalam industri sejenis.

Untuk masuk kedalam industri ini cukup mudah, karena tidak memerlukan modal yang besar dan Pemerintah tidak membatasi atau menghambat kemungkinan masuknya perusahaan kedalam industri dengan peraturan-peraturan tertentu.

2) Kekuatan tawar menawar pembeli.

Dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi kue sejenis dalam berbagai macam variasi produk dan rasa akan menjadikan konsumen bebas menentukan kue dari industri mana yang akan mereka konsumsi.

D. Analisa Matriks IFE dan EFE 1. Matriks IFE

(48)

hasil identifikasi. Pemberian bobot dan rating untuk matriks IFE dapat dilihat pada lampiran 4

Tabel 7 Hasil Matriks IFE

Matriks IFE

FAKTOR INTERNAL Bobot Rating Skor

KEKUATAN

A. Keragaman dan variasi produk 0.109 4.000 0.435

B. Kualitas atau mutu produk 0.123 4.000 0.491

C. Kapasitas produksi yang cukup besar 0.123 3.667 0.450

D. Pengalaman usaha 0.083 3.000 0.250

E. Halal 0.130 3.000 0.389

KELEMAHAN

F. Promosi belum efektif 0.125 2.000 0.250

G. Jaringan distribusi terbatas 0.123 2.000 0.245

H. Pencatatan keuangan masih sederhana 0.072 1.000 0.072

I. Tenaga pemasaran belum optimal 0.113 1.333 0.151

TOTAL 1.000 2.733

Hasil matriks IFE pada tabel 7 menunjukkan bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama pada industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah kualitas atau mutu produk yang ditunjukkan

dengan nilai skor terbobot paling besar yaitu 0.491. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas atau mutu yang baik dimana proses produksi yang dilakukan higienis dan bahan baku yang digunakan mempunyai kualitas yang baik.

Faktor internal yang menjadi kelemahan utama pada industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk dari hasil matriks IFE adalah

pencatatan keuangan masih sederhana yang memiliki skor terbobot paling kecil, yaitu 0.072. Sehingga industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry

D’Wonk harus meningkatkan pengetahuan dan menerapkan sistem

akuntansi sehingga dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan yang tepat.

2. Matriks EFE

(49)

Hasil identifikasi peluang dan ancaman dimasukkan sebagai faktor-faktor eksternal kemudian diberi bobot dan rating sehingga diperoleh hasil identifikasi. Pemberian bobot dan rating untuk matriks IFE dapat dilihat pada lampiran 5

Tabel 8 Hasil Matriks EFE

Matriks EFE

FAKTOR EKSTERNAL Bobot Rating Skor

PELUANG

A. Pangsa pasar masih luas 0.264 3.000 0.792

B. Kemajuan teknologi 0.208 2.667 0.556

ANCAMAN

C. Adanya pendatang baru 0.264 2.333 0.616

D. Kekuatan tawar menawar pembeli 0.264 3.000 0.792

TOTAL 1.000 2.755

Hasil matriks EFE pada tabel 8 menunjukkan bahwa faktor yang menjadi peluang dan ancaman utama yang harus dihadapi oleh industri kecil Brownies dan Pastry D’Wonk. Peluang utama yang dimilki adalah pangsa pasar masih luas yang memiliki skor terbobot paling besar yaitu 0.792.

Faktor eksternal yang menjadi ancaman utama bagi industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah adanya pendatang baru yang memiliki skor terbobot paling kecil, yaitu 0.616. Oleh karena itu industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus memiliki strategi yang tepat agar dapat menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

D. Analisa Matriks Internal-Eksternal (IE)

(50)

SKOR TOTAL IFE

Kuat Rata-rata Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0

4,0

Tinggi 2.733

I II III

THE 3,0 EXTERNAL

FACTOR Sedang IV V VI

EVALUATION 2.755 2,0

Rendah VII VIII IX

1,0

Dari hasil matriks IE tersebut terlihat perusahaan berada pada kotak kuadran V, yaitu tumbuh dan stabil. Strategi yang dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

E. ANALISA MATRIKS SWOT

(51)

Tabel 9 Matriks SWOT

Strengts(S)

1. Keragaman dan variasi produk. 2. Kualitas atau mutu produk. 3. Kapasitas produk yang besar 4. Pengalaman usaha

5. Halal

Weaknesses(W)

1. Promosi belum efektif 2. Jaringan distribusi terbatas 3. Pencatatan keuangan masih

sederhana

1. Meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

2. Mempertahankan loyalitas konsumen terhadap perusahaan dengan

1. Meningkatkan promosi dan memperluas jaringan menghadapi persaingan.

Berdasarkan tabel 9 terdapat 4 (empat) jenis alternatif-alternatif yang dapat dilakukan yaitu :

1. Strategi S-O (Strength – Opportunity)

a. Meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk mempertahankan dan mencari konsumen.

b. Meningkatkan kemampuan produksi dengan menggunakan kemajuan teknologi.

2. Strategi W-O (Weakness – Opportunity)

a. Meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru.

b. Menerapkan sistem akuntasi dalam keuangan perusahaan Faktor internal

(52)

3. Strategi S-T (Strength – Threats).

a. Meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

b. Menumbuhkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan variasi produk yang ditawarkan dan halal.

4. Strategi W-T (Weakness – Threats)

a. Meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

b. Meningkatkan pengetahuan dan mutu SDM untuk menghadapi persaingan.

F. ANALISA QUANTITATIVE STRATEGIES PLANNING MATRIKS (QSPM)

Untuk membuat matriks QSPM dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Hasil matriks IFE diperoleh kekuatan utama industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah kualitas atau mutu produk yang ditunjukkan dengan nilai skor terbobot paling besar yaitu 0.491.

2. Hasil matriks EFE diperoleh kelemahan utama industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah pencatatan keuangan masih sederhana yang memiliki skor terbobot paling kecil, yaitu 0.072.

3. Hasil mastriks IFE dan EFE kemudian dilakukan pemetaan dan diketahui posisi industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk berada di kuadran V dengan strategi hold and maintain dimana untuk sel tersebut disarankan melakukan strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan usaha.

4. Kemudian menyusun matriks SWOT dengan alternatif strategi sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk mempertahankan dan mencari konsumen.

(53)

c. Meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

d. Menumbuhkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan variasi produk yang ditawarkan dan halal.

e. Meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru.

f. Menerapkan sistem akuntasi dalam keuangan perusahaan.

g. Meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

h. Meningkatkan pengetahuan dan mutu SDM untuk menghadapi persaingan.

5. Menentukan prioritas strategi yang disarankan dengan matriks QSPM dan setelah dilakukan penilaian dengan menggunakan Matriks QSPM maka dipilih 2 strategi yang merupakan peringkat teratas yaitu : meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru (6.559) serta meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru (6.350). Perhitungan matriks QSPM terlihat pada lampiran 10.

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai analisa strategi pengembangan usaha industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. a. Berdasarkan matriks IFE diketahui bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah kualitas atau mutu produk yang baik, hal ini tidak terlepas dari proses produksi yang dilakukan higienis dan kualitas bahan baku yang digunakan baik. Dan kelemahan utama yang dimiliki adalah pencatatan keuangan yang masih sederhana, untuk itu industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus meningkatkan pengetahuan dan menerapkan sistem akuntansi pada keuangan perusahaan.

b. Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang utama yang dimiliki oleh industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah pangsa pasar yang masih luas, dengan demikian perusahaan masih dapat memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang lagi sehingga perusahaan tidak hanya melayani wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Timur akan tetapi dapat melayani wilayah Jabodetabek. dan ancaman utama yang dimiliki perusahaan adalah adanya pendatang baru, untuk itu industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus mempunyai strategi yang tepat untuk

menghadapi persaingan antara lain dengan meningkatkan inovasi dan terobosan dalam produk agar lebih menarik baik dari segi rasa, bentuk maupun jenisnya sehingga konsumen tidak bosan dengan produk yang ditawarkan serta memberikan pelayanan yang memuaskan.

(55)

disarankan dengan strategi peringkat teratas masing-masing kelompok sebagai berikut :

a. Strategi penetrasi pasar yaitu :

Meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru.

b. Strategi pengembangan produk yaitu :

Meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

B. Saran

Saran-saran yang dapat diajukan sehubungan dengan hasil penelitian sebagai berikut :

(56)

DAFTAR PUSTAKA

(BPS) Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Industri Besar dan Kecil. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Boyd, H. W., O. C. Walker dan J. C. Larréché. 2000. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Penerbit Erlangga, Jakarta.

David, FR. 2004. Strategic Management. Prentice Hall International, Inc. New Jersey.

Hax, A. C. and Nicholas S. Majluf. 1984. Strategic Management, Prentice Hall. Inc.

Haryadi, 1998. Prinsip Manajemen Kontemporer Untuk Mengarungi Lingkungan Bisnis. Global Aditya Media, Yogyakarta.

Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Percetakan IPB, Bogor

Lovelock, Christopher H, 1991, Service Markeing, 2 Ed. New Jersey : Prentice – Hall International, Inc

Jauch, L.R dan W.F. Glueck. 1999. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan (Terjemahan). Erlangga, Jakarta.

Kadariah, L. K. dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Prenhallindo, Jakarta. Rangkuti, F. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Keegan, S.E. and T.R Duncan. 1995. Marketing. Prentice-Hall, inc. New Jersey. Kuncoro, M. 2007. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnisdan

Ekonomi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Nasution, A.H. 2006. Manajemen Industri. CV. Andi Offset, Yogyakarta.

Supriyono. 1993. Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis. BPFE. Yogyakarta. Sutojo, S dan F. Kleinsteuber. 2002. Strategi Manajemen Pemasaran. PT. Damar

Mulia Pustaka, Jakarta.

Stanton, W.J. 1996. Prinsip Pemasaran. Erlangga Edisi ketujuh jilid 1. Jakarta. Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

(57)
(58)

Lampiran 1 : Jadwal Kajian

Kajian dilakukan mulai bulan April sampai dengan Juni 2011

dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A. Persiapan

1. Identifikasi Masalah

2. Penetapan Judul

3. Penyusunan Proposal

4. Revisi Proposal

B. Pelaksanaan

1. Survey Lokasi

2. Pengumpulan Data

3. Analisis Data

4. Penulisan

5. Seminar

6. Revisi

(59)

Lampiran 2 : Pembiayaan

Pembiayaan dalam pelaksanaan kajian dilakukan dengan

pembiayaan mandiri/swakelola yang meliputi :

No. Jenis Biaya Jumlah

1. Biaya transportasi (lokasi penelitian,

perpustakaan, konsultasi, dll).

Rp.1.000.000,-

2. Biaya buku / kepustakaan Rp. 750.000,-

3. Biaya pembuatan laporan dan copy Rp.1.000.000,-

4. Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,-

Gambar

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor pada tahun 2001-2008
Gambar 1. Jenis kue yang diproduksi industri kecil Brownies, Chocolatr dan Pastry
Tabel 2. Perkembangan usaha industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk
Tabel  4.  Matriks SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait