• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembagan basis pengetahuan budidaya ayam broiler closed house

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembagan basis pengetahuan budidaya ayam broiler closed house"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BASIS PENGETAHUAN BUDIDAYA

BROILER

CLOSED HOUSE

SKRIPSI

MOH. ZAIFUL ARIFIN

F14080030

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

Knowledge Base Development System Of Cultivation Broiler Closed

House

Moh. Zaiful Arifin1, Kudang Boro Seminar2, Rudi Afnan3 1,2

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology,

3

Department of Animal Production and Technology, Faculty of Animal Science Bogor Agricultural University, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia.

Phone +62 857 1658 2965, e-mail:zaifultmb45@gmail.com

ABSTRACT

Protein requirement of Indonesian people is increasing due to the increase of population. Broiler is popular meat, cheap, and easy to obtain. However, broiler production still does not to fulfill the needs of the people of Indonesia flesh. The main cause of inadequate broiler production is still conventional farming systems. This research aims to design and build a knowledge base broiler farming management using a variety of computer-based application system that provides knowledge in the form of stages - stages of cultivation which include DOC management, the management of food and drink, environmental management, and agriculture-based disease management precision and stored in the system database. DBMS closed cultivation broiler house to be built will be concentrated on the four points which include DOC (Day Old Chick), food, environment, and disease. DOC will be informed at the point related guidance in the selection and management of initial DOC. In the feed point will be informed about the density of the cage, feed system and drinking system. Point environment will provide information related to litter, temperature, ventilation, and lighting. Point of disease is the last point to be discussed, the point will be informed of the name of a possible disease suffered by broiler chickens, the cause of the disease, prevention and treatment.

(3)

iii

Moh. Zaiful Arifin. F14080030. Sistem Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler Closed House. Di bawah bimbingan Kudang Boro Seminar dan Rudi Afnan. 2013

RINGKASAN

Kebutuhan protein manusia semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dengan adanya peningkatan kebutuhan akan daging tersebut, diperlukan adanya usaha - usaha pemenuhan kebutuhan dengan cara meningkatkan produksi daging hewan ternak sebagai sumber protein hewani. Salah satu penghasil protein hewani adalah daging ayam broiler. Dengan nilai gizi yang tidak kalah dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging dari hewan ternak jenis lain, selain itu daging ayam broiler mudah didapat karena pemeliharaannya relative singkat yaitu 35 hari. Namun pasokan daging ayam broiler tidak mencukupi kebutuhan konsumen dikarenakan manajemaen budidaya broiler yang kurang baik. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun basis pengetahuan (Knowledge Base) manajemen budidaya ayam broiler dengan menggununakan berbagai sistem aplikasi berbasis komputer yang menyediakan pengetahuan berupa tahapan – tahapan budidaya yang mencangkup manajemen DOC, manajemen pakan dan minum, manajemen lingkungan, dan manajemen penyakit yang berbasiskan pertanian presisi serta tersimpan dalam sistem basisdata. Penelitian dilakukan di Layanan Sumber Informasi IPB dan Lab Teknik Bioinformatika, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode penelitian ini mengacu pada tahapan pengembangan sistem pakar yang meliputi tahapan identifikasi masalah, pencarian sumber pengetahuan secara tacic maupun eksplisit, akuisisi pengetahuan dari literatur dan dari pakar yang telah ditentukan seblumnya, representasi pengetahuan, implementasi sistem basis pengetahuan, serta tahap pengujian atau validasi pengetahuan dan DBMS (Database Management System).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar maka terdapat empat poin yang akan dibahas dalama DBMS yang akan dibangun. Hal ini meliputi DOC (Day Old Chick), manajement pakan, manajement lingkungan, dan penyakit. DOC merupakan anak ayam yang masih kecil dan berusia sekitar sehari, pemilihan dan perawatan awal DOC adalah hal yang sangat penting untuk memperoleh DOC yang baik sehingga kedua bagian inilah yang akan dibahas dalam web

(4)

iv

PENGEMBANGAN BASIS PENGETAHUAN BUDIDAYA AYAM

BROILER

CLOSED HOUSE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

MOH ZAIFUL ARIFIN

F14080030

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

(5)

v

Judul Skripsi : Pengembagan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler Closed House

Nama : Moh. Zaiful Arifin NIM : F14080030

Menyetujui, Pembimbing I

(Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc.) NIP. 19591118 198503 1 004

Pembimbing II

(Dr. Rudi Afnan, S.Pt, M.Sc.Agr) NIP. 19680625 200801 1 010

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP 19661201 199103 1 004

(6)

vi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Broiler Closed House adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Skripsi dan Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2013

Yang membuat pernyataan

Moh. Zaiful Arifin

(7)

vii

© Hak cipta milik Moh Zaiful Arifin, tahun 2013 Hak cipta dilindungi

(8)
(9)

ix

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya

sehingga skripsi yang berjudul “Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler

Closed House” ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan IPB sejak bulan September hingga Desember 2012.

Dengan selesainya penelitian dan penulisan tulisan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada:

1. Bapak, Ibu, serta adik yang selalu memberikan dorongan motivasi dan doa.

2. Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. sebagai dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan. Beliau bukan hanya membimbing dalam hal akademik, tapi juga

memberikan didikan dalam pembentukan karakter terutama dalam Hafalan Al Qur’an

3. Dr. Rudi Afnan, S.Pt. M.Sc.Agr sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

4. Fachry Adi Tanjung sebagai guru spiritual yang selalu mendoakan, memberikan arahan, dan motivasinya yang tak pernah putus selama ini

6. Teman-teman satu bimbingan, Arief F, Arif K, Faiz, dan Rizka, serta seluruh teman-teman TEP 45 (Magenta45) atas kebersamaannya selama ini.

7. Teman – teman satu group halaqoh, Abas, edy, mirza, susilo, revi, ahmadun, soleh, dika, dan fair

8. Semua pengurus LDK Al Hurriyyah 2011, ISC Al Hurriyyah 2012, dan Marboth Al Hurriyyah 2009 - 2013

9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata pada perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik bio-informatika terutama penerapannya untuk bidang peternakan.

Bogor, April 2013

(10)

x

Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ...xii

Daftar Lampiran ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Ayam Broiler ... 3

B. Basis Data ... 21

C. Proses Perancangan Basis Data ... 24

D. Pengembangan Basis Pengetahuan ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 30

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 30

B. Alat dan Bahan ... 30

C. Tahapan Penelitian ... 30

IV. PEMBAHASAN ... 33

A. Pertanian Presisi Dalam Pengendalian Budidaya Broiler Closed House ... 33

B. Pengembangan Basis Pengetahuan ... 34

C. Sistem Pembangunan Basis Data ... 40

D. Imlpementasi ... 43

E. Validasi ... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 49

Daftar Pustaka ... 50

(11)

xi

Daftar Tabel

Tabel 1. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000-2009 ... 1

Tabel 2. Kepadatan Broiler ... 5

Tabel 3. Rasio Air Pakan ... 6

Tabel 4. Jumlah Baris Pan Bersarkan Lebar Kandang ... 7

Tabel 5. Tinggi Litter Berdasarkan Bahan ... 7

Tabel 6. Suhu dan RH Berdasarkan Umur... 8

Tabel 7. Pencahayaan Standard 1 Berdasarkan Umur ... 9

Tabel 8. Pencahayaan Standard 2 Berdasarkan Umur ... 9

Tabel 9. Pencahayaan Standard 3 Berdasarkan Umur ... 10

Tabel 10. Kandungan Udara ... 11

Tabel 11. Kecepatan Ventilasi ... 11

Tabel 12. Standard Kebutuhan Pakan (Broiler Jumbo 747 ) ... 14

Tabel 13. Fitur Dalam Tahap Perancangan (Annisa, 2011)... 26

Tabel 14. Form Pengetahuan Budidaya ... 35

Tabel 15. Contoh Hasil Akuisisi Penyakit Broiler ... 36

Tabel 16. Contoh Hasil Akuisisi Standard Pakan Broiler ... 36

(12)

xii

Daftar Gambar

Gambar 1. Ayam Broiler di Closed House ... 3

Gambar 2. Contoh CRD... 16

Gambar 3. Penyakit Newcastle Disease ... 16

Gambar 4. Gumboro ... 17

Gambar 5. Berak Darah ... 18

Gambar 6. Coryza ... 19

Gambar 7. Data, Informasi, dan Pengetahuan (Turban, 2005) ... 21

Gambar 8. Gambar Perbedaan Lemari Arsip dengan Basis Data (Fathansyah. 2004)... 22

Gambar 9. Contoh Diagram E-R (Fathansyah. 2004) ... 24

Gambar 10. Contoh Merubah dari E-R ke Tabel (Fathansyah. 2004)... 25

Gambar 11. Contoh Perancangan Fisik(Fathansyah. 2004) ... 25

Gambar 12. Representasi Pengetahuan dalam Jaringan Semantik (Marimin, 2005) ... 27

Gambar 13. Contoh Representasi Pengetahuan pada Metode Frame (Turban et al, 2005) ... 28

Gambar 14. Contoh Diagram Pohon untuk Diagnosa Mobil yang Tidak Berfungsi (Turban, 2005) ... 29

Gambar 15. Tahapan Penelitian ... 32

Gambar 16. Faktor Pemiliahn DOC dengan Menggunakan Decition Tree ... 39

Gambar 17. Decition Tree Lingkungan Ideal Budidaya Broiler ... 40

Gambar 18. ERD Budidaya Broiler Closed House ... 41

Gambar 19. Hubungan Antar Tabel Lingkungan Ideal ... 42

Gambar 20. Contoh 1NF ... 43

Gambar 21. Menu Utama Web ... 43

Gambar 22. Bagian Home ... 44

Gambar 23. Bagian Pedoman DOC... 44

Gambar 24. Bagian Pakan Keseluruhan ... 45

Gambar 25. Penentuan Suhu Pada Bagian Pakan ... 45

Gambar 26. Penentuan Jumlah Air ... 45

Gambar 27. Bagian Keseluruhan Lingkungan Ideal ... 46

Gambar 28. Contoh Penentuan Suhu dan RH ... 46

Gambar 29. Contoh Ventilasi Baik ... 47

Gambar 30. Identifikasi Gejala Penyakit ... 47

(13)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Bentuk Decision Table Lama Penggelapan ... 53

Lampiran 2. Flowcat Database Management System ... 54

Lampiran 3. Macam - Macam Tabel di Postgress ... 55

Lampiran 4. Hopper ... 56

Lampiran 5. Gambar Temtron... 57

Lampiran 6. Gambar Blower ... 58

(14)

1

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Kebutuhan protein manusia semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dengan adanya peningkatan kebutuhan akan daging tersebut, diperlukan adanya usaha-usaha pemenuhan kebutuhan dengan cara meningkatkan produksi daging ternak sebagai sumber protein hewani. Salah satu penghasil protein hewani adalah daging ayam broiler. Selain nilai gizi yang tidak kalah dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging ternak jenis lain, penyediaan daging ayam broiler juga sangat tinggi karena pemeliharaannya relatif singkat yaitu 35 hari.

Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih digolongkan rendah. Hal itu dikarenakan pasokan daging ayam broiler tidak mampu menyamai tingkat pertumbuhan populasi penduduk Indonesia. Populasi penduduk setiap tahun cenderung meningkat sedangkan populasi ayam broiler di Indonesia menurut data dari Ditjen Peternakan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000-2009

Tahun Produksi (dalam ton ekor)

2000 530.874

2001 621.870

2002 865.075

2003 847.744

2004 778.970

2005 779.108

2006 861.263

2007 941.786

2008 1.018.734

2009 1.101.000

Sumber: Ditjen Peternakan, 2010

Tingkat konsumsi daging ayam di Indonesia adalah 1.108.800 ton per tahun. Dengan demikian, bila dianalisa lebih lanjut masih ada kekurangan sebanyak 91.124 ton (45.962.000 ekor dengan berat panen sekitar 2 kg). Untuk memproduksi ayam sejumlah tersebut, diperlukan 383 kandang tertutup (Closed House) dengan kapasitas kandang 20160 ekor dan 6 kali panen dalam 1 tahun (Alimudin, 2012). Penyebab utama kurangnya pasokan ayam broiler tersebut adalah karena manajemen pemeliharaan yang belum baik. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam broiler. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena kurang informasi mengenai budidaya yang baik.

Upaya meningkatkan produktivitas ayam broiler, membutuhkan teknik budidaya yang baik, seperti manajemen DOC, manajemen pakan, manajemen lingkungan dan manajemen penyakit. Keempat poin ini harus mendapatkan penanganan yang tepat sehingga harus dilakukan oleh orang

(15)

2

dikembangkan dalam bentuk basis pengetahuan (knowledge base). Basis pengetahuan dikembangkan untuk membantu para peternak ayam broiler dalam kegiatan budidaya menjadi efisien, efektif dan produktivitas optimal.

Sekarang ini pengetahuan mengenai budidaya ayam broiler belum terintegrasi dengan baik. Banyak pengetahuan dipunyai oleh pakar yang biasanya belum terstruktur dengan baik dan bersifat implisit sehingga orang yang membutuhkan informasi kesulitan mengakses. Kemajuan sains dan teknologi komputer sekarang ini memungkinkan seseorang yang punya banyak pengetahuan dan pengalaman khususnya dari pakar, serta pengetahuan yang berasal dari buku, jurnal, studi pustaka yang relevan dapat dipindahkan ke dalam sebuah basis pengetahuan (knowledge base) sehingga tidak berserakan di berbagai media melainkan terintegrasi dalam satu sistem repository pengetahuan. Oleh karena itu pengetahuan budidaya ayam broiler ini dikembangkan untuk mendokumentasikan semua pengetahuan agar terintegrasi sehingga mudah diakses dan bermanfaat bagi orang banyak.

Kemajuan teknologi komputer banyak memberikan kemudahan bagi manusia, salah satu contohnya adalah kemudahan dalam mengakses informasi tidak terbatas oleh waktu. Pengguna tidak hanya dapat memperoleh informasi pada saat sekarang, bahkan dimungkinkan dapat mengakses informasi hari kemarin atau bahkan setahun yang lalu selama informasi yang diinginkan tersedia dalam sebuah sistem basisdata (database). Adanya sistem ini memberikan kesempatan pengembangan sistem basisdata yang dapat menyimpan kumpulan informasi berupa pengetahuan serta metode dalam pelaksanaan budidaya ayam broiler Closed House. Sistem basisdata tersebut dapat dikembangkan menjadi basis pengetahuan (knowledge-base) yang dapat diimplementasikan lebih luas penggunaanya, misalnya menjadi sistem pakar atau untuk penggunaan dan pengembangan robot.

Selain itu dengan pemanfaatan sistem informasi, masyarakat bisa lebih mudah untuk memahami dan melakukan konsultasi ketika ada permasalahan dalam proses budidaya. Sistem informasi ini berupa basis data yang mempunyai keuntungan antara lain. Basis pengetahuan ini bisa disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan serta bisa sebagai bahan baku untuk pembangunan sistem yang lebih besar seperti pembangunan sistem pakar (expert system), Decision Support System (DSS), dan sistem aplikasi yang lain.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang dan membangun basis pengetahuan (Knowledge Base) manajemen budidaya ayam broiler dengan menggunakan aplikasi berbasis komputer yang menyediakan pengetahuan berupa tahapan – tahapan budidaya yang mencangkup manajemen DOC, manajemen pakan dan minum, manajemen lingkungan, dan manajemen penyakit yang berbasiskan pertanian presisi serta tersimpan dalam sistem basisdata.

(16)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A

.

Ayam Broiler

1.

Klasifikasi

Menurut Ensminger (1991), ayam broiler merupakan ayam yang telah mengalami seleksi genetik (breeding) sebagai penghasil daging dengan pertumbuhan yang cepat sehingga waktu pemeliharaannya lebih singkat, pakan lebih efisien dan produksi daging tinggi. Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai ciri khas yaitu tingkat pertumbuhannya yang cepat sehingga dalam waktu singkat sudah dapat dipasarkan kepada konsumen (Amrullah, 2004). Ayam broiler adalah ayam hasil persilangan ayam tipe berat dan tipe sedang yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang cepat dengan umur yang relatif muda. Ayam broiler mulai populer di Indonesia sejak tahun 1980-an.

Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya ayam broiler memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging. Berikut klasifikasi ayam.

 Kerajaan: Animalia  Filum : Chodata  Kelas : Aves  Ordo : Galliformes  Famili : Phasianidae  Genus : Gallus  Spesies : G. gallus

Gambar 1. Ayam Broiler di Closed House

(17)

4

dijual hidup (NRC, 1994). Keunggulan dari ayam broiler tersebut dipengaruhi oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan, meliputi pakan, temperatur lingkungan dan cara pemeliharaan atau menajemen.

Berdasarkan tujuan pemeliharaan dan tipenya ayam dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok. Ayam petelur, ayam pedaging, dan ayam dwiguna. Berikut penjelasan ketiga kelompok ayam ini.

1. Tipe petelur

Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, Kuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram.

2. Tipe pedaging

Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah.

3. Tipe Dwiguna

Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan ssedang dan kulit bewarna coklat.

Dengan berdabagai macam strain ayam ras pedaging yang telah banyak beredar dipasaran. Peternak tidak perlu risau dalam menentukan macam strain ayamnya. Sebab semua jenis ayam broiler memilika sifat dan produktivitas yang relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan sifat, maka perbedaannya tidak terlalu mencolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain yang akan dipelihari, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Berikut adalah daftar jenis strain yang banyak breedar dipasaran:

Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma,

Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707

(Bambang, 1995).

Penelitian ini membahas Sistem Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler Pada Closed House yang mencangkup manajemen DOC, manajemen pakan, manajemen lingkungan ideal, dan manajemen penyakit.

2.

DOC (

Day Old Chick

)

a.

Pemilihan DOC

DOC (Day Old Chick) adalah anak ayam broiler yang masih berusia sehari dan ukurannya kecil Kualitas DOC sangat menentukan hasil panen budidaya ayam broiler, semakin bagus DOC yang didapat maka semakin mudah bagi peternak dalam memanajemen budidaya ayam broilernya. Ada beberapa pedoman yang harus dilakukan oleh peternak dalam memilih DOC :

- DOC harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan. Apabila baru tiga hari sudah banyak yang mati sedangkan dari penanganan tidak ada masalah, maka penyebab kematiaanya yaitu kualitas DOC yang buruk,

- Ukuran atau bobot, jika ukuran atau bobot DOC relatif kecil maka sumber penyebabnya adalah telur tetas ayam itu. Telur tetas yang besar akan menghasilkan ukuran atau bobot DOC yang relatif besar begitu pula sebaliknya, sehingga telur harus ditetaskan pada ukuran dan bobot rata-rata,

- DOC memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya aktif sehingga tampak tegar. Kecerahan mata ini adalah hal yang paling mudah untuk mendeteksi apakah DOC itu bagus atau tidak, - DOC tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan

fisiklainnya.

(18)

5

- Mata cerah dan bercahaya - bobot minimal ± 39 gr/ekor - kaki gemuk dan kokoh - lincah

- tidak mempunyai cacat tubuh

b.

Manajemen Awal DOC

Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Apabila DOC ayam broiler dipelihara secara sembarangan seperti ayam di desa – desa, maka keunggulan ayam broiler tidak akan tampak. Perawatan yang paling penting untuk DOC diantaranya vaksinasi yang baik dan benar, persipan kandang seperti pengaturan kepadatan, persipan sistem pakan, persiapan peminuman, dan manajemen litter. Hal ini akan dibahas secara detail di sub-bab selanjutnya.

Setelah mendapatkan DOC yang bagus, maka hal yang harus diperhatikan selanjutnya yaitu perawatan DOC saat baru tiba dari pihak suplier. Berikut adalah beberapa langkah yang harus dilakukan oleh peternak:

1. DOC yang baru tiba dikeluarkan dari dalam dus kemasannya sambil dihitung. Biasanya untuk setiap dus berisi 100 ekor DOC ditambah 2 ekor untuk bonus ekstra bilamana ada DOC yang mati atau cacat selama dalam perjalanan. Setelah itu DOC dimasukkan kedalam kandang mini (chick guard)

2. DOC diberi air gula dengan perbandingan 1 sendok gula dengan 1 liter air, hal ini berguna untuk penyediaan energi agar daya tahan tubuh tidak terjadi penurunan

3. Selanjutnya DOC diberi air yang dicampur obat antistres yang mengandung vitamin, mineral, dan antibiotik. Pemberian obat antistres diberikan dari hari pertama hingga hari kedua.

4. Selanjutnya ayam diistirahatkan dan baru diberi makan dengan ketentuan yang telah dietapakan berdasarkan umur.

3.

Kepadatan Kandang

Densitas yang baik sangat mendukung keberhasilan sistem produksi ayam broiler, meningkatkan pengoptimalan kinerja ruangan, serta penting untuk menjamin keamanan ayam. Sedangkan densitas yang salah dapat menyebabkan kaki sakit, memar, dan menyebabkan kematian, serta menyulitkan pembersihan kotoran atau sampah. Banyak perbedaan pendapat mengenai densitas dibeberapa negara di seluruh dunia, tapi pada umumnya di negara yang mempunyai suhu tinggi atau negara tropis densitas ideal sekitar 28 - 30 kg/ . Berikut adalah tabel perbandingan kepadatan (kg/ ) dengan Berat Panen (kg) Yang diinginkan pada umur sekitar 35 – 38 hari.

Tabel 2. Kepadatan Broiler

Berat Panen (kg) Kepadatan Optimum (kg/ )

1.0 – 1.2 26 – 28 1.2 – 1.4 23 – 25 1.4 – 1.8 19 – 21

1.8 – 2.2 14 -16

(19)

6

Misalkan kita memakai

- Berat Panen = 2. 2 kg maka densitasnya 14 ekor/ atau 30 kg/ - Ukuran kandang 12 m x 120 m (saran dari dosen)= 1440

- Maka kapasaitas kandangnya = 1440 x 14 ekor/ = 20160 ekor

4.

Sistem Pemberian Air Minum (

Dringking System

)

Penyediaan air minum dengan laju yang memadai merupakan hal mendasar dalam produksi unggas. Tampa asupan air minum yang cukup maka konsumsi pakan akan menurun dan pertumbuhan unggas khususnya ayam broiler akan lambat. Sistem pemberian air minum yang umum digunakan yaitu sistem terbuka dan system tertutup. Ada dua tipe peminuman sistem tertutup yang umum digunakan yaitu:

- Nipel cepat yang beroperasi pada 80 – 90 ml/min. Jenis nipel ini mempunyai cup untuk menangkap kelebihan air. Umumnya 12 ekor/nipel dengan laju aliran tinggi

- Nipel lambat yang beroperasi pasa 50 – 80 ml/min. Nipel ini tidak memunyai cup, tekanan harus disesuaikan untuk memenuhi persyaratan broiler. Umunya 10 ekor/nipel dengan laju aliran air yang rendah.

Misalkan dipakai nipel lambat

- Maka kebutuhan nipel = 20160 ekor/ (12 ekor/nipel) = 16080 nipel dengan kecepatan nipel 80 - 90 ml/min

Misalkan dipakai nipel cepat

- Maka kebutuhan Nipel = 20160 ekor/ (10 ekor/nipel) = 2016 nipel dengan kecepatan 50 – 80 ml/min

Konsumsi air harus berkisar 1.6 – 2 kali dari berat pakan, tapi akan berfariasi tergantung dengan suhu lingkungan, kualitas pakan, dan kesehatan ayam broiler.

Berikut beberapa hubungan kenaikan temperature dengan kenaikan konsumsi air Tabel 3. Rasio Air Pakan

Suhu ( ) Air (liter) : Pakan (kg)

0 – 4 1.7 : 1

4 – 20 2 : 1

20 – 26 2.5 : 1

26 – 27 5 : 1

Lebih dari 27 5 : 1

Sumber: Singleton, 2004

5.

Sistem Pemberian Pakan (

Feeding System

)

(20)

7

Pan Pakan Otomatis (Automatic Pan Feeder)

- Diameter pan yang direkomendasikan sekitar 60-70 ekor per 33 cm - Memerlukan Overflow untuk memulai mengatur anak ayam

Pan pakan dianjurkan karena akan membuat pergerakan ayam terbatas, tingkat tumpahan pakan sagat rendah, dan meningkatkan konversi pakan. Pan feeder harus selalu dalam keadaan prima agar pan yang masuk dalam terisi penuh. Berikut adalah perbandingan lebar tempat (House Width) dengan perbandingan jumlah baris pan yang dianjurkan :

Tabel 4. Jumlah Baris Pan Bersarkan Lebar Kandang

Lebar Kandang (m) Jumlah Baris

Kurang 12.8 2

12.8 – 15 3

16 – 20 4

21 – 25 5

Sumber: Cobb Broiler, 2010

Misal 1 pan untuk 60 ekor

- Maka jumlah pan yang dibutuhkan 20160/60 = 336 pan - Jika lebarnya 12 m, maka 2 baris dengan 1 baris = 168 pan

6.

Manajemen

Litter

Manajemen litter merupakan hal yang fundamental dalam menjaga lingkungan hidup, hal ini sangat berpengaruh pada kesehatan ayam broiler. Berikut akan dibahas mengenai pentingnya managemen litter, alternatif litter, evaluasi litter, kebutuhan litter minimum.

a. Pentingnya Fungsi Litter

Berikut beberapa fungsi penting litter - Untuk menyerap kelembaban

- Untuk meminimalkan kontak langsung antara ayam broiler dengan kotoran - Untuk memberikan isolasi dari suhu lantai yang dingin

Kriteria minimal litter yang harus ditetapkan yaitu litter harus bisa menyerap air dengan baik, ringan, murah, dan tidak beracun.

b. Kebutuhan Litter Minimum

Tabel 5. Tinggi Litter Berdasarkan Bahan

Tipe Litter Tinggi Litter (cm)

Serutan kayu 2.5

Serbuk Gerbaji 2.5

Gerami 2.5

Sekam Padi 5

Sekam Bunga 5

(21)

8

Misal sekam padi yang dipakai sebagai litter, maka tinggi litter sekitar 5 cm. hal ini membutuhan sekitar 600 karung sekam, dengan ukuran karung 50 kg untuk ukuran kandang 1440 .

7.

Suhu dan RH

Beberapa aktivitas ayam broiler yang harus diperhatikan di dalam kandang yaitu aktivitas makan, minum, bergerak, beristirahat, bersuara, dan berkerumun atau tidak, semua aktivitas ini tidak lepas dari pengaruh suhu dan RH. Berikut panduan suhu dan kelembaban berdasarkan umur:

Tabel 6. Suhu dan RH Berdasarkan Umur

Umur (Hari) Kelembaban (RH %) Suhu ( )

0 – 6 30 – 50 34

7 – 13 40 – 60 31

14 – 20 40 – 60 27

21 – 27 40 – 60 24

28 – 35 50 – 70 21

36 – 42 50 – 70 19

Lebih 42 50 – 70 18

Sumber: Cobb Broiler, 2010

8.

Pencahayaan

Pencahayaan dirancang berdasarkan perububahan usia dan bervariasi tergantung dari berat akhir ayam broiler yang diminta oleh pasar. Pencahayaan yang dirancang untuk mencegah pertumbuhan yang berlebihan antara 7 sampai 21 hari telah terbukti menurunkan derajat kematian, kaki bermasalah, serta bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Agar produk bisa seragam maka pencahayaan harus terdistribusi secara merata. Berikut adalah tiga tipe program pencahayaan yaitu:

1. Program Pencahayaan Standard  pilihan 1 Tipe program pencahayaan mempunyai ciri:

- Kepadatan stok lebih dari 18 ekor/

(22)

9

Tabel 7. Pencahayaan Standard 1 Berdasarkan Umur

Umur (Hari) Lama Penggelapan (Jam)

0 0

1 1

100 – 160 gram 6

5 hari sebelum panen 5

4 hari sebelum panen 4

3 hari sebelum panen 3

2 hari sebelum panen 2

1 hari sebelum panen 1

Sumber: Cobb Broiler, 2010

2. Program Pencahayaan Standard pilihan 2 Tipe program pencahayaan jenis ini mempunyai ciri : - Kepadatan stok sekitar 14 – 18 ekor/

- Rata-rata bobot harian 50 – 60 g/hari - Bobot setelah disembelih 2.0 – 3.0 kg

Tabel 8. Pencahayaan Standard 2 Berdasarkan Umur

Umur (Hari) Lama Penggelapan (Jam)

0 0

1 1

100 – 160 gram 9

22 8

23 7

24 6

5 hari sebelum panen 5

4 hari sebelum panen 4

3 hari sebelum panen 3

2 hari sebelum panen 2

1 hari sebelum panen 1

Sumber: Cobb Broiler, 2010

3. Program Pencahayaan Standard pilihan 3

Tipe pencahayaan ini mempunyai ciri - Kepadatan stok kurang dari 14 ekor/

(23)

10

Tabel 9. Pencahayaan Standard 3 Berdasarkan Umur

Umur (Hari) Lama Penggelapan (Jam)

0 0

1 1

100 – 160 gram 12

22 11

23 10

24 9

29 8

30 7

31 6

5 hari sebelum panen 5

4 hari sebelum panen 4

3 hari sebelum panen 3

2 hari sebelum panen 2

1 hari sebelum panen 1

Sumber: Cobb Broiler, 2010

Berikut keuntungan dengan penggunaan program pencahayaan ini :

- Periode gelap merupakan kebutuhan alami hewan khususnya ayam broiler - Adanya konversi energi selama istirahat menyebabkan kenaikan konversi pakan - Kematian dan cacat tulang berkurang

- Periode terang/gelap meningkatkan produksi melatonim yang penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh

- Keseragaman meningkat

- Tingkat pertumbuhan bisa sama atau melebihi sistem pencahayaan kontinu

9.

Ventilasi

(24)

11

Tabel 10. Kandungan Udara

Kandungan Udara Batas

Oksigen ( ) > 19.6 % Karbon Dioksida ( ) < 0.3 % Karbon Monoksida (CO) < 10 % Amunia ( ) < 10 % Kelembaban/RH (%) 45 – 65 %

Kotoran < 3.4 mg/ Sumber: Cobb Broiler, 2010

Selain suhu yang baik, ventilasi merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Ventilasi mendistribusikan udara ke seluruh ruangan kandang dan menjaga agar kualitas udara selalu baik. Contohnya jika kadar Amunia terlalu rendah di satu minggu terakhir akan menyebabkan penurunan berat badan. Ammonia harus sebesar 20% pada saat 1 minggu terkhir dan tingkat ammonia disimpan pada level 10 ppm. Berikut kecepatan udara maksimum berdasarkan usia ayam broiler:

Tabel 11. Kecepatan Ventilasi

Umur (Hari) Kecepatan (m/s)

0 – 14 0.3

15 – 21 0.5

22 – 28 0.875

> 28 1.75 – 2.5

Sumber: Cob Broiler, 2010

- Penetuan Jumlah Fan

Ventilasi minimum merupakan jumlah minimum ventilasi yang diperlukan untuk menunjukan potensi genetik penuh dengan memastikan kandungan oksigen yang cukup . Persyaratan minimal yang diperlukan meliputi:

- Pemberian oksigen sudah memenuhi kebutuhan metabolisme ayam broiler - kelembaban relatif dan suhu sudah sesuai

- Pengkondisian limbah yang baik

Sistem ini harus independen dari sistem kontrol suhu, dan sangat baik jika dioperasikan dengan timer dengan mengesampingkan suhu. Umumnya siklus timer yang sering digunakan 5 menit, dan tidak lebih 10 menit. Waktu running minimal 20 % dari waktu total, jika waktu total 10 menit maka siklusnya 2 menit running dan 8 menit off, jika total waktu 5 menit maka siklusnya 1 menit running dan 4 menit off. Sistem ventilasi minimal ini dihitung dalam dua tahap, tahap pertama dan dan tahap kedua :

a. Tahap pertama

- Fan harus dioperasikan pada siklus timer bukan pada thermostat - Fan harus pada volume tetap dan kecepatan tidak variable

(25)

12  Volume kandang ( ) dibagi kapasitas fan yang tersedia ( /min)

 Volume kandang ( ) dibagi kapasitas fan yang tersedia ( /min) Catatan :

- Volume kandang = Panjang x Lebar x tinggi rata - rata - Tinggi rata – rata = tinggi sisi dinding + ½ tinggi puncak Contoh aplikasi sebagai berikut

Panjang = 120 m, lebar = 12 m, dan tinggi rata – rata = 2.5 m Fan yang digunakan :

- 900 mm dan kapasitas kerja 345 /min - 1200 mm dan kapasitas kerja 600 /min Perhitungan :

- Volume kandang = 120 m x 12 m x 2.5 m = 3600 - Kapasitas kerja fan diguanakan 900 mm = 345 /min - Pertukaran udara kandang setiap 8 menit

- 3600 / 8 menit = 450 /min

- 450 ( /min) / 345 ( /min) = 1.03 fan atau 2 fan yang digunakan

b. Tahap kedua

Pada ventilasi kedua ini minimal pertukaran udara setiap 5 menit dan dijalankan pada kontrol suhu saja, tidak menggunakan timer. Contoh perhitungan fan pada tahap kedua.

- Volume kandang = 120 m x 12 m x 2.5 m = 3600 - Kapasitas kerja fan digunakan 900 mm = 345 /min - Pertukaran udara kandang setiap 5 menit

- 3600 / 5 menit = 720 /min

- 720 ( /min) / 345 ( /min) = 2.08 fan atau 3 fan yang digunakan

Catatan : tingkat kandungan C maksimal diudara adalah 3000 ppm, jika melebihi itu maka ventilasi harus ditingkatkan. Disarankan memakai fan 900 mm dan langsung dioperisikan pada kapasitas 345 /min dan tekanan statik 50 pa.

10.

Nutrisi/Pakan

Ayam broiler tidak dapat membuat makanannya sendiri. Dalam ayam broiler terdapat rantai mikroorganisme yang hanya bisa mempertahankan rantai pendek saja. akibatnya ayam broiler harus mengambil semua kebutuhan nutrisinya dari luar.

Untuk keperluan pertumbuhan dan keperluan hidupnya ayam broiler memerlukan protein, energi, vitamin, mineral, air, dan beberapa unsur lainnya. Semua unsur gizi ini saling terkait dan saling mempengaruhi. Kebutuhan unsur gizi ini ada batasnya jika terlalu sedikit atau terlalu banyak akan memberikan dampak tersendiri.

(26)

13 a. Protein dan Asam Amino

Protein merupakan gabungan dari beberapa asam amino yang mengikutu aturan – aturan tertentu. Protein merupakan salah satu unsur utama bagi pertumbuhan ayam broiler, sehingga jika ayam kekurangan protein, maka pertumbuhannya akan terganggu. Berikut beberapa manfaat dari protein.

- Membangun dan membetuk jaringan tubuh

- Membentuk enzim – enzim atau bagian dari enzim itu. Enzim ini terbentuk dalam pencernaan pakan, sehingga jika kekurangan enzim maka pencenaan makanan menjadi terganggu, selanjutnya mengganggu pertumbuhan dan daya tahan ayam.

- Dalam keadaan kurang energi protein bisa dirubah dalam bentuk energi - Untuk kebutuhan reproduksi.

Kebutuhan protein untuk ayam broiler ini dibagi menjadi dua bagian. Yaitu kebutuhan pada

Starter Periode (periode awal) dan Finisher Periode (periode akhir). Kebutuhan periode awal ini dalam kurun waktu 0 – 3 minggu, sedangkan kebutuhan untuk periode akhir dari 4 minggu hingga ayam broiler itu dipanen.

Kebutuhan protein pada periode awal di daerah tropis sekitar 23%, sedangkam pada periode akhir sebesar 21%. Secara umum sumber protein dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sumber protein nabati (tumbuh - tumbuhan) dan sumber protein hewani. Sumber protein nabati yang sering digunakan bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan lain – lain. Sedangkan sumber protein hewani yang sering digunakan adalah tepung ikan, dan lain – lain.

b. Energi

Semua aktivitas ayam broiler memerlukan energi sehingga energi merupakan unsur gizi utama disamping protein. Energi yang ada dalam makan tidak semua digunakan, tapi sebagian terbuang dalam tinja dan ada bagian yang diambil oleh alat pencernaan. Dari bagian yang dapat diambil tadi ada yang terbuang melalui urin dan sisanya dinamakan Energi Metabolisme (ME) yang sering digunakan sebagai tolak baku energi.

Pada dasarnya kebutuhan energi selalu terikat dengan protein, artinya kadar protein yang masuk kedalam tubuh akan mempungaruhi kebutuhan energi tubuh. Berikut adalah nilai kebutuhan protein menurut Baehaqi 1998.

Pada minggu 1  27 % ransum minggu 1 Pada minggu 2  22 % ransum minggu 2 Pada minggu 3  19 % ransum minggu 3 Pada minggu 4 – 5  17 % ransum minggu 4

(27)

14

Tabel 12. Standard Kebutuhan Pakan (Broiler Jumbo 747 )

Hari Berat Badan (g) Konsumsi Pakan Per Ekor (g) Konversi Pakan Jantan Betina Rata2 Jantan Betina Rata2 Jantan Betina Rata2

Harian Kum. Harian Kum. Harian Kum.

0 42 42 42 17 17 17 17 17 17 0.88 0.88 0.88 1 51 51 51 17 34 17 34 17 34 0.88 0.88 0.88 2 62 62 62 17 52 17 52 17 52 0.88 0.88 0.88 3 78 76 77 17 69 17 69 17 69 0.88 0.88 0.88 4 96 94 95 17 86 17 86 17 86 0.88 0.88 0.88 5 118 114 116 17 103 17 103 17 103 0.88 0.88 0.88 6 142 138 140 17 121 17 121 17 121 0.88 0.88 0.88

7 170 164 167 17 141 17 138 17 139 0.88 0.88 0.88

8 200 192 196 35 176 32 170 33 172 0.91 0.91 0.91 9 233 223 228 36 212 36 206 36 208 0.94 0.94 0.94 10 269 256 263 42 254 39 245 41 249 0.97 0.97 0.97 11 308 292 300 47 301 45 290 45 294 1.00 1.01 1.00 12 350 330 340 52 353 49 339 51 345 1.03 1.04 1.03 13 395 371 383 58 411 54 393 56 401 1.06 1.07 1.07

14 443 414 429 63 474 59 452 61 462 1.09 1.11 1.10

15 494 460 477 68 542 64 516 66 528 1.12 1.14 1.13 16 548 508 528 73 615 68 584 70 598 1.15 1.17 1.16 17 605 558 582 80 695 71 655 75 673 1.18 1.20 1.19 18 665 610 638 83 778 77 732 81 754 1.21 1.23 1.22 19 728 664 696 90 868 82 814 85 839 1.24 1.26 1.25 20 793 720 757 94 962 86 900 90 929 1.27 1.29 1.28

21 861 778 820 101 1063 91 991 95 1024 1.29 1.32 1.30

22 932 838 885 106 1169 96 1087 102 1126 1.32 1.34 1.33 23 1005 900 953 115 1284 103 1190 109 1235 1.34 1.37 1.35 24 1080 963 1022 120 1404 108 1298 113 1348 1.36 1.39 1.38 25 1157 1028 1093 126 1530 111 1409 119 1467 1.38 1.41 1.40 26 1237 1094 1166 130 1660 116 1525 123 1590 1.40 1.44 1.42 27 1318 1162 1240 136 1796 119 1644 127 1717 1.42 1.46 1.44

28 1401 1231 1316 140 1936 123 1767 132 1849 1.44 1.48 1.46

29 1486 1301 1394 145 2081 127 1894 136 1985 1.46 1.50 1.48 30 1572 1372 1472 150 2231 130 2024 139 2124 1.48 1.52 1.50 31 1660 1444 1552 154 2385 133 2157 144 2268 1.49 1.54 1.52 32 1749 1517 1633 159 2544 136 2293 147 2415 1.51 1.56 1.54 33 1839 1591 1715 162 2706 139 2432 150 2565 1.53 1.58 1.55 34 1930 1666 1798 166 2872 141 2573 154 2719 1.54 1.60 1.57

35 2022 1741 1882 171 3043 144 2717 158 2877 1.56 1.62 1.60

36 2115 1816 1966 175 3218 147 2864 161 3038 1.58 1.64 1.61 37 2208 1892 2050 179 3397 151 3015 164 3202 1.59 1.66 1.63 38 2301 1968 2135 184 3581 152 3167 169 3371 1.61 1.68 1.65 39 2395 2044 2220 187 3768 156 3323 171 3542 1.63 1.70 1.67 40 2489 2120 2305 191 3959 157 3480 176 3718 1.64 1.72 1.68 41 2583 2196 2390 195 4154 160 3640 177 3895 1.66 1.75 1.70

(28)

15

11.

Bio - Security

Bio- security adalah istilah yang digunakan menggambarkan seluruh tindakan pencegahan agar ayam jauh dari akses penyakit baik yang bisa menular maupun tidak. Program bio-security

yang komperenshif melibatkan tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Berikut beberapa program kunci program bio-security.

- Membatasi para pengunjung yang masuk, pengunjung yang tidak memenuhi aturan dilarang masuk

- Upayakan agar peralatan sebelum digunakan benar – benar dibersihkan

- Semua kandang diusahakan untuk mempuyai kontrol hama termasuk untuk memantau aktivitas tikus

- Dikandang harus terseduia pencuci tangan, toilet, baju ganti dan alas kaki - Ayam harus ditenpatkan pada usia dan status vaksinasi yang sama

- Lakukan pengujian kandungan mikroba dan tingkat mineral pada waktu tertentu

12.

Sanitasi

Faktor utama untuk membuat unggas sehat yaitu dengan selalu menjaga kebersihan. Poin utama dari sanitasi ini yaitu bagaimana melakukan pembersihan dengan efektif. Berikut adalah poin kunci dari program sanitasi yang sukses

- Pada akhir panen pastikan kandang benar – benar bersih sebelum dingunakan untuk periode selanjutnya

- Gunakan insektisida, sebaiknya digunakan setelah depopulasi dan sebelum peberian litter. Gunakan program kontrol hama, seperti tikus dan lain – lain

- Bersihkan semua sampah, debu, dan kotoran yang berasal dari gudang, lubang – lubang, terowongan, kotak kipas, dan beberapa bagian yang lain.

- Cuci peralatan kemudian keringkan sebelum digunakan kembali

- Membuka lubang drainase dan jalur limpasan air, kemudian cuci dengan deterjen umum atau dengan bahan pencuci lain

- Kandang harus dicuci dari ujung yang satu dengan ujung yang lain. Seharusnya kandang mempunyai sistem drainase yang baik agar tidak terdapat genangan air dalam kandang

- Setiap bahan atau peralatan yang tidak dapat dibersihkan tidak bisa digunakan kembali - Peralatan dan bahan yang tidak terpakai harus dipindahkan dari daerah kandang.

13.

Penyakit

Penyakit berdasarkan bibit penyakit atau penyebabnya dibagi menjadi beberapa macam. Yaitu penyakit yang berasal dari bakteri, virus, protozoa, parasit, dan penyakit karena kelebihan atau kekurangan unsur gizi. Berikut beberapa penyakit yang sering terjadi pada ayam broiler.

a. Cronic Respiratory Disease (Ngorok)

(29)

16

Gambar 2. Contoh CRD Gejala :

- Ayam terlihat diam dan tidak aktif - ayam sering bersin

- ingus keluar lewat hidung - ngorok saat bernapas - diare

Penyebab (Sofyadi 2003) :

- karena infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum

- suhu lingkungan terlalu tinggi baik panas maupun dingin, terlalu padat, kurang ventilasi. pengendalian

- Pengobatan : penyakit ini sangat sukar untuk disembuhkan, tapi disarnkan memakai

bacitracin dan tylocin dengan disuntikan, air minum, atau pakan.

- Pencegahan : pisahkan antara ayam yang terkena penyakit Ngorok dengan ayam yang tidak.

b. Newcastle Disease (Tetelo)

Penyakit ini dinamakan Newcastle disease karena penyakit ini pertama kali ditemukan di daerah Newcastle pada tahun 1927. Biasanya jika ayam terkena penyakit ini akan dibarengi dengan penyakit yang lain seperti coryza, bronchitis, dan lain – lain. Di Indonesia penyakit ini terkenal ganas. Pada ayam broiler penyakit tatelo selain mengurangi produksi daging ayam akibat mati, juga mengurangi kualitas daging.

(30)

17

Gejala :

- Ayam tidak aktif - Sayap terkulai - Mata ngatuk

- Tortikolis (kepala yang mengarah kekanan, ke kiri, dan ke bawah dengan tidak menentu)

- Nafsu makan turun - Kaki lumpuh - Diare

- Sering berkumpul ditempat hangat Penyebab :

- Virus yang sangat ganas famili Paramyxoviridae dengan genus Pneumovirus atau

Paramyxovirus, dimana virus ini dapat menghemaglutinasi darah

Pengendalian penyakit :

- Pencegahan : Proses vaksinasi harus sesuai baik jenis vaksin dan dosisnya, serta upayakan agar lantai selalu dalam keadaan bersih dan kering.

- Pengobatan : Sampai saat ini, belum ada obat yang sesuai untuk menanggulangi penyakit Tatelo ini, upaya yang terbaik yaitu segera memisahkan ayam yang terkena penyakit Tatelo dengan ayam lain, karena mudah menular.

c. Infectious Bursal Disease (Gumboro)

Penyakit ini termasuk penyakit yang baru yang dalam bahasa asingnya dikenal dengan

Infectious Bursal Disease (IBD). Penyakit ini pertama kali ditemukan di Amerika serikat tahun 1962 di daerah Gumboro. Biasanya ketika ayam terkena penyakit ini maka akan diikuti oleh penyakit – penyakit yang lain seperti ND, penyakit jebgger biru, avian ence phalomyelitis.

Gambar 4. Gumboro Gejala :

- hilangnya nafsu makan - ayam bergerak tidak teratur - terjadi peradangan disekitar dubur - diare

(31)

18 penyebab :

- Penyakit ini disebabkan oleh virus IBD yang berasal dari famili (keluarga) virus

Birnaviridae dan genus Avibirnavirus. Virus ini memiliki dua serotype yaitu I dan II. Hanya serotype I yang patogenik (menimbulkan sakit) pada ayam. Serotype II menyerang kalkun dan tidak patogenik pada ayam. Biasanya ayam terkena penyakit ini di minggu ke 3 – 6.

Pengendalian :

- Pencegahan : pisahkan antara ayam terkena penyakit Gumboro dengan yang tidak, pemberian vaksin Gumboro pada saat ayam berumur 7 – 9 hari melalui air minum, dan jaga kebersihan kandang, alat – alat peternakan, dan pekerjanya.

- Pengobatan : belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Namun penyakit ikitannya bisa diobati dengan antibiotika, sulfanomides, dan nitrofurans.

d. Coccidiosis (Berak Darah)

Penyakit ini popular pada peternakan ayam broiler. Biasanya pada saat ayam berumur 4 – 5 minggu.

Gambar 5. Berak Darah Gejala :

- Tinja berdarah - diare

- Nafsu makan kurang - Sayap terkulasi - Bulu kusam

- menggigil kedinginan. Penyebab :

- Litter yang basah sehingga protozoa dengan kelas Coccodia bisa berkembang dengan baik. Coccodia yang menyebabkan warna merah pada tinja.

Pengendalian :

- Pencegahan : manajemen litter harus diperbaiki, seperti kebersihannya, kelembapannya - Pengobatan : dengan Tetra Chlorine Capsule diberikan melalui mulut, Noxal, Trisula Zuco

tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, cxaldayocox.

e. Coryza

(32)
[image:32.595.201.426.100.260.2]

19

Gambar 6. Coryza

Gejala :

- Ayam menggigil - Mata sayu dan berair

- Keluar cairan dari lubang hidung - Mengeluarkan bau spesifik dari mulut Penyebab :

- Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus gallinarum. Bakteri ini tidapat hidup diluar tubuh induk semangnya dan mati dalam tempo 4 hari pada temperature C. Pengendalian :

- Pencegahan : cuci alat peternakan yang masuk kedalam kandang, atur perubahan temperature

Induk ayam broiler divaksinasi untuk mencegah terjadinya beberapa penyakit dan meningkatkan antibodi. Antibodi ini melindungi ayam pada awal fase pertumbuhan namun tidak melindungi pada semua fase. Sehingga memerlukan adanya vaksinasi baik pada tempat penetasan maupun di kandang untuk mencegah terjadinya penyakit – penyakit tertentu.

Hal penting yang perru diperhatikan dari vaksinasi adalah: jenis vaksin yang digunakan (ND, IB, IBD, dll), teknik vaksinasi, dan penyebab kegagalan vaksinasi.

a. Teknik Vaksinasi

Berikut teknik vaksinasi melalui tetes. Cara vaksinasi ini umumnya dilakukan pada ternak ayam yang masih berumur beberapa hari, misalnya 4 hari.

- peralatan pelarut dan botol penates - larutkan vaksin dalam pelarut yang dingin - jaga agar vaksin tetap dingin selama vaksinasi

- keluarkan dahulu gelembung udara dengan cara membalikkan botol penetes sehingga akan keluar beberapa tetesan

(33)

20

- pada tetes hidung, salah satu lubang hidung harus ditutup sehingga vaksin dapat terhirup - setelah penetesan, biarkan tetesan menghilang ke dalam rongga mata atau hidung sebelum

ayam dilepaskan Teknik vaksinasi melalui air

- Vaksin harus dihabiskan dalam jangka waktu 1 – 2 jam - Vaksin disimpan dalan suhu yang sesuai

- Vaksinasi awal pada pagi hari untuk mengurangi stres terutama pada cuaca panas - Hindari air dari logam – logam berat misanya tembaga dan besi

- pH harus sekitar 5.5 – 7.5, jika pH terlalu basa maka air akan pahit

- Siapkan vaksin dan bahan stabilizer dalam wadah yang bersih dan bebas dari bahan kimia - Saring air dengan air 72 jam sebelum vaksinasi dilakukan

- Vaksinasi bisa dilakukan secara merata dengan menggunakan mediator - Campur 2.5 g susu skim bubuk

- Siapakan susu skim 20 menit sebelum vaksin dicampur

- Catat jenis produk vaksin, tanggal kadaluarsa, pada kertas grafik - Tuangkan vaksin, stabilizer, dan warna yang disiapkan ke tangki header - Pastikan bahwa vaksin telah bercampur dan berjalan secara seragam

- Catat waktu konsumsi air vaksin dan rekomendasi buat vaksinasi selanjutnya Teknik vaksinasi melalui spray aerosol

- Vakasinasi spray membutuhkan perhatian yang lebih disbanding vaksinasi air - Memastikan bahwa peralatan bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan diharapkan,

setidaknya 1 minggu sebelum vaksinasi dilakukan

- Semprotkan vaksin setelah anak ayam berusia 1 hari, biasanya membutuhkan jenis spareyer tertentu

- Gunakan spreyer hanya untuk vaksinasi saja, jangan pernah digunakan untuk bahan kimia lain

- Lakukan vaksinasi dipagi hari untuk mengurangi terjadinya stres, terutama pada saat cuaca panas

- Pastikan vaksin disimpan pada suhu yang sesuai, yaitu sekitar - Catat produk vaksin, tanggal kadaluarsa, nomer seri atau hal – hal lainnya - Siapkan vaksin dan stabilizer pada wadah yang steril

- Gunakan air segar dan steril sebagai campuran - Bilas sperayer dengan air bersih

- 1 buah volume spreyer sekitar 15 – 30 L per 30.000 ayam broiler

- Jarak antara vaksinator tidak boleh lebih 4 m dan spreyer harus sekitar 1 m diatas ketinggian ayam broiler.

- Matikan kipas selama 20 menit setelah penyempropotan selesai, asalkan ayam broiler tidak merasa kepanasan

(34)

21 b. Penyebab Kegagalan Vaksinasi

- kesalahan aplikasi vaksin baik hal teknis, jenis, maupun jadwal - kekurangan jumlah antigen dalam vaksin

- kekebalan dari induk yang mengganggu/menghambat perbanyakan virus vaksin - segala bentuk infeksi yang terjadi menjelang vaksinasi

- munculnya virus yang tidak terlindungi oleh vaksin

B. Basis Data

Menurut Turban et a.l (2005) menyatakan data merupakan perihal/item tentang sesuatu, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang didokumentasikan, diklasifikasikan, dan disimpan tetapi tidak diorganisasikan menjadi suatu arti yang khusus. Item data dapat berupa angka, huruf, gambar, suara, atau gambar. Informasi adalah data yang sudah diorganisasikan sedemikian rupa yang memberi arti untuk penerima. Sedangkan pengetahuan adalah terdiri dari item data dan atau informasi yang diorganisasikan dan diproses untuk dimengerti, berupa pengalaman, pembelajaran terakumulasi, dan keahlian yang aplikatif, untuk suatu permasalahan dan aktivitas. Pengetahuan dapat menjadi aplikasi dari data dan informasi dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan juga diartikan sebagai informasi yang kontekstual, relevan, dan actionable Gambar 3.

Gambar 7. Data, Informasi, dan Pengetahuan (Turban, 2005) Menurut Kusrini (2008) pengetahuan dikasifikasikan menjadi:

1.Pengetahuan prosedural (prosedural knowledge) : lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu.

2.Pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) : menjawab pertanyaan apakan sesuatu bernilai salah atau benar.

3. Pengetahuan tacit (tacit knowledge) : pengetahuan yang tidak bisa diungkapkan dengan bahasa.

Pengetahuan bisa dimasukkan secara manual, semi-otomatis, maupun otomatis. Secara manual pengetahuan berasal dari wawancara dan observasi. Semi-otomatis dilakukan dengan bantuan knowledge engineer dengan sumber dari pakar. Sedangkan secara otomatis pengetahuan dimasukan sedikit dari knowledge engineer dan dari pakar.

Dalam membangun sebuah sistem manajemen budidaya ayam broiler berupa knowledge

base perlu pembangunan basis data sebagai modal awal untuk mengembangkan sistem. Basisdata

terdiri dari dua kata yaitu basis dan data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagaimarkas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul. Sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia, barang, hewan, tumbuhan,peristiwa, konsep, keadaan yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya (Fathansyah, 2004).

[image:34.595.66.510.41.678.2]
(35)

22

diperlukan. Basis data terdiri dari 2 kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan marka atau gudang. Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata yang memwakili suatu objek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan sebagainya, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi, dan kombinasinya.

Basis Data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti :

1. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tampa pengulangan (redudansasi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 2. Kumpulan file/table/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media

penyimpanan elektronik

3. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.

[image:35.595.129.466.360.565.2]

Pada dasarnya basis data dan lemari arsip sesungguhnya memiliki prinsip kerja dan tujuan yang sama. Prinsip utamanya adalah pengaturan data atau arsip. Dan tujuan utamnya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data/arsip. Perbedaanya hanyalah terletah pada media yang digunakan. Jika lemari arsip menggunakan lemari dari besi atau kayu sebagai media penyimpanan, maka basis data menggunakan media penyimpanan elektronis. Hal ini merupakan konsekuensi yang logis karena lemari arsip langsung dikelola atau ditangani oleh manusia, sementara basis data dikelola oleh melalui perantara alat/mesin pintar elektronis (komputer). Perbedaan media ini yang akan menghasilkan perbedaan – perbedaan yang lain yang menyangkut jenis metoda/cara yang dapat digunakan dalam upaya penyimpanan.

Gambar 8. Gambar Perbedaan Lemari Arsip dengan Basis Data (Fathansyah, 2004)

Tidak semua bentuk penyimpanan elektronis bisa disebut basis data. Karena pada basis data harus terdapat pengaturan/pemilihan/pengorganisasian data yang akan kita simpan sesuai dengan fungsi dan jenisnya. Pemilihan/pengelompokan/pengorganisasian ini dapat berbentuk sejumlah file/table terpisah atau bentuk pendifinisian kolom-kolom dalam setiap file table.

Secara lebih lengkap, pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan (objektif) seperti beriku ini (Fathansyah, 2004) :

Kecepatan dan Kemudahan (Speed)

(36)

23

mudah. Dari pada menyimpan data secara manual atau elektronis tetapi tidak dalam bentuk penerapan basis data, misalnya dalam bentuk dokumen teks biasa.

Efisiensi Ruang Penyimpanan (Space)

Keterkaitan yang erat antara kelompok data, maka akan mengakibatkan terjadinya redudansi (pengulangan). Banyaknya redudansi ini akan mengurangi space memori yang ada dalam Komputer. Dengan adanya basis data, maka efisiensi/pengulangan penggunaan ruang penyimpanan dapat dilakukan, karena kita dapat melakukan penekanan jumlah redudansi data, baik dengan menerapkan pengkodean maupun membuat relasi – relasi antar kelompok data yang saling berhubungan.

Keakuratan (Accuracy)

Pemanfaatan pengkodean atau pembuatan relasi antar data bersama dengan penerapan aturan/batasan tipe data, domain data, keunikan data, dan sebagainya, yang secar ketat dapat diterapkan dalam sebuah basis data, sangat berguna untuk menekan ketidakakuratan pemasukan/penyimpanan data.

Ketersediaan (Availability)

Pertumbuhan data baik dari sisi jumlah maupun jenisnya, akan membutuhkan semakin banyak memori untuk ruang penyimpanan. Padahal tidak semua data itu kita butuhkan. Sehingga kita dapat memiilih data utama/master/referensi, data transaksi, data histori, hingga data kadaluarsa. Data yang sudah jarang dipakai dapat kita atur untuk dilepaskan dari sistem basis data yang sedang aktif (menjadi off-line) baik dengan cara penghapusan atau memindahkannya kemidia penyimpanan off-line. Disisi lain, karena kepentingan pemakaian data, sebuah basis data dapat memiliki data yang tersebar dibanyak lokasi geografis. Sehingga dengan pemnfaatan teknoliogi jaringan computer ini, data yang ada di suatau cabang/lokasi, dapat diakses menjadi data yang tersedia/available bagi cabang lain.

Kelengkapan (Completeness)

Lengkap atau tidanya data yang kita kelola dalam sebuah basis data bersifat relatif. Bila seorang pemakai menganggap bahwa data yang dipelihara sudah lengkap, maka pemakai yang lain belum tentu berpendapat sama. Atau yang sekarang dianggap lengkap, belum tentu dimasa yang akan datang juga demikian. Dalam sebuah basis data, kita juga harus menyimpan struktur, baik yang mendifinisikan objek-objek dalam basis data maupun definisi detail dari setiap objek seperti struktur file/ table/ indeks. Untuk memuhi kebutuhan data yang semakin berkembang, maka kita tidak hanya dapat menambah record-record data, tetapi juga dapat melakukan perubahan struktur dalam basis data, penambahan dalam bentuk struktur atau dengan penambahan field-field baru pada suatu table.

Keamanan (Security)

Untuk sistem yang besar dan serius, aspek keamanan dapat diterapkan dengan ketat. Dengan begitu kita dapat menentukan siapa-siapa yang boleh menggunakan basis data beserta objek-objek didalamnya dan menentukan jenis-jenis operasi apa saja yang boleh dilakukannya.

Kebersamaan Pemakaian (Sharability)

Pemakai basis data seringkali tidak terbatas pada satu pemakai saja, sehingga basis data yang dikelola oelh suatu sistem apalikasi harus multiuser, tetapi tetao menjaga/menghindari terhadap munculnya persoalan baru seperti inkonsistensi data (karena data yang sama diubah oleh banyak pemakai pada saat yang bersamaan) atau keondisi deadlock (kareana banyak pemakai yang saling menunggu untuk menggunakan data).

Basis data yang sudah dibangun tentunya tidak dapat berdiri sendiri, dan tidak akan berguna apabila tidak ada pengelola/penggeraknya. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem pengelolah basis data berupa sebuah program/aplikasi (software) yang biasanya disebut database management

system. Menurut Mata-Toledo (2007) Sistem manajemen basis data (Database management

(37)

24

mendefinisikan, membuat, dan memelihara database maupun menyediakan akses yang terontrol terhadap data.

C. Proses Perancangan Basis Data

Proses perancangan basis data (database) merupakan salah satu bagian dari proses pengembangan sistem informasi. Terdapat empat tahapan penting dalam perancangan basis data, yaitu analisis kebutuhan, perancangan konseptual (conceptual design), perancangan logis (logical design), dan perancangan fisik (physical design). Berikut ini adalah uraiannya (Kadir A., 2009) : 1. Pengumpulan dan analisis kebutuhan

Merupakan langkah awal untuk mengumpulkan segala informasi yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan atau sistem yang akan dibangun. Penggalian informasi ini bisa dilakukan dengan cara melakukan wawancara, mengamati sistem yang sedang berjalan, penyebaran quisioner, mempelajari dokumen-dokumen yang tersedia, mengamati proses secara lanagsung. Sehingga data atau informasi yang diperoleh bisa akurat dan bisa teridentifikasi dengan baik 2. Perancangan konseptual (conseptual design)

[image:37.595.123.460.369.528.2]

Setelah kebutuhan organisasi sudah dikumpulkan dan dianalisis, masuk tahapan perancangan konseptual. Perancangan konseptual diperlukan untuk menggambarkan hubungan antar data. Data yang dibutuhkan dikelompokkan menurut kriteria tertentu. Kemudian dibuatlah sebuah entitas (grup data) dan dihubungkan dengan relasi dengan entitas lain. Hubungan antara entitas bisa dijabarkan dengan menggunakan diagram E-R (Entity Relationship). Berikut ini adalah contoh diagram E-R.

Gambar 9. Contoh Diagram E-R (Fathansyah, 2004)

Secara garis besar diagram E-R di atas menggambarkan hubungan antara mahasiswa yang mengambil matakuliah, banyak mahasiswa atau minimal tidak seorangpun mahasiswa mengambil banyak mata kuliah atau minimal nol. Selanjutnya adalah hubungan antara dosen yang memiliki hubungan membimbing mahasiswa dan mengajar matakuliah. Satu dosen membimbing banyak masasiswa atau minimal nol, dan satu dosen mengajar banyak matakuliah atau minimal satu mata kuliah.

3. Perancangan Logis (logical design)

(38)
[image:38.595.104.484.67.818.2]

25

Gambar 10. Contoh Merubah dari E-R ke Tabel (Fathansyah, 2004)

Tranformasi dari diagram E-R ke bentuk relasi/tabel akan memudahkan memasukkan data ke dalam

database yang akan digunakan, dan bisa dilihat dengan jelas akan seperti apa relasi antar tabel. Hasil dari perancangan logis adalah dihasilkannya relasi yang bersifat logis.

4. Perancangan Fisik (physical design)

Merupakan langkah terakhir dalam perancangan database. Perancangan ini sangat spesifik terhadap

DBMS yang akan digunakan, seperti jenis tipe data yang digunakan. Hasil dari perancangan fisik bisa

berupa ERD (Entity Relationship Diagram), yang menunjukkan diagram hubungan entitas dalam

sebuah database. Berikut ini adalah contoh perancangan fisik pada Gambar 12 diwah ini.

Gambar 11. Contoh Perancangan Fisik(Fathansyah, 2004)

Pada tabel dibawah ini menjelaskan terkat fitur – fitur yang berada didalam tabel. Fitur yang sering dijumpai seperti nama entitas, relasi entitas, atribut, kunci primer, kunci asing, nama tabel, namakolom,

tipe data kolom, dsb. Nama entitas dan relasi terdapat pada perancangan konseptual,pada perancangan

logis sudah menambahkan fitur atribut, kunci primer, kunci asing, sedangkan pada perancangan fisik

manambahkan fitur nama tabel, nama kolom, dan tipe data kolom.Menurut Kadir A (2009), berikut ini

adalah penjelasan beberapa fitur di atas. Relasi adalah tabel yang terdiri dari tabel dan kolom, atribut

adalah suatu nama untuk kolom yang terdapat pada sebuah relasi, kunci primer (primary key)

merupakan kunci kandidat yang dipilih sebagai identitas untuk membedakan satu baris, dengan baris

[image:38.595.132.490.83.299.2]
(39)

26

atribut) dalam suatu relasi yangmerujuk (mereferensi) ke kunci primer relasi lain. Dengan diketahuinya

fitur-fitur itu bisamemudahkan dalam mendesain sebuah basis data.

Tabel 13. Fitur Dalam Tahap Perancangan (Annisa, 2011)

D. Pengembangan Basis Pengetahuan

Dari basis data dapat direpresentasikan informasi, dan dari informasi akan bisa dihasilkan pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan ini akan di susun dalam basis pengetahuan. Basis pengetahuan (knowledge base) menyimpan, mengorganisasikan, serta merepresentasikan pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat bersifat dangkal atau deklaratif atau fakta yang berisi informasi tentang objek, peristiwa atau situasi. Selain itu pengetahuan dapat pulabersifat mendalam atau dinamik atau disebut juga prosedural seperti model dan kaidah (rule) yang 6 merupakan informasi tentang cara bagaimana membangkitkan fakta baru dari fakta yang sudah diketahui (Faihah et al, 1999).

Pengetahuan diperoleh dari akuisisi pengetahuan (knowledge aquisition) yang dilakukan oleh knowledge engineer. Akuisisi pengetahuan merupakan proses penyerapan dan pengisian pengetahuan ke dalam sistem basis pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari para pakar yang ahli di bidang domain tertentu, maupun melalui studi pustaka dari buku, jurnal, dan pustaka relevan yang menyajikan informasi pengetahuan pakar yang sudah dipublikasikan.

Setelah melalui proses akuisisi pengetahuan proses selanjutnya adalah representasi pengetahuan (knowledge representation). Menurut Turban et al (2005) suatu aktivitas yang melibatkan persiapan dari pemetaan pengetahuan (knowledge mapping) dan pengkodean

(encoding) pengetahuan dalam basis pengetahuan (knowledge base). Pengetahuan yang diperoleh

kemudian dikodekan dalam rencana representasi untuk membangun basis pengetahuan.

Knowledge engineer dapat berkolaborasi dengan para pakar atau menggunakan tes keadaam untuk

verifikasi dan validasi basis pengetahuan. Berikut adalah beberapa teknik representasi pengetahuan:

1. Kaidah Produksi (Production Rules)

Kaidah produksi merupakan teknik representasi pengetahuan yang paling populer. Pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk pasangan kondisi-aksi. Menurut Marimin (1991) diacu dalam Marimin (2005), Pengetahuan yang dapat direpresentasikan dengan kaidah produksi adalah pengetahuan prosedural yang dapat distrukturisasi ke dalam bentuk sebagai berikut : Jika SUATU KEADAAN TERTENTU [kondisi] maka

KEADAAN LAIN DAPAT TERJADI [aksi] dengan TINGKAT KEPASTIAN TERTENTU [Certainty Factor] Atau bisa juga berbentuk sebagai berikut :

(40)

27

Bagian kondisi merupakan gabungan predikat yang digunakan untuk memeriksa keadaan sekarang, aksi menjadi bagian yang mengubah keadaan, dan certainty factor (c.f)merupakan nilai yang merepresentasikan tingkat kepastian terjadinya suatu aksi.

Contoh kaidah :

a. If the “traffic light” is green

Then the action is go

b. If the “traffic light” is red

Then the action is stop

c. If the leaves are dry, brittle and discoloured Then the plant has been attacted by red spider mite d. If the customer closes the account

Then delete the customer from the database

Kaidah-kaidah seperti contoh di atas akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Menurut Ignizio (1991) metode berbasis kaidah merupakan suatu metode penalaran yang membangun sekumpulan kaidah yang mempresentasikan pengetahuan dan kaidah-kaidah tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan.

2. Jaringan Semantik (Semantic Networks)

[image:40.595.115.465.479.714.2]

Fokus pada hubungan antara perbedaan konsep. Merupakan penggambaran grafis pengetahuan yang terdiri atas titik (nodes) dan penghubung (arc) yang menunjukan hubungan hirarkis antara objek (Sowa (1997), Cox (2001), Russel dan Norvig (2002) diacu dalam Turban (2005)). Jaringan semantik digunakan untuk menggambarkan pengetahuan yang berbentuk struktur jaringan. Objek dan deskripsi suatu persoalan direpresentasikan sebagai simpul pada suatu grafis dan hubungan antara objek-objeknya dinyatakan dengan garis penghubung paralel. Objek bisa berupa objek fisik, atau kesatuan aksi, kejadian, dan sifat abstrak, sedangkan deskripsi merupakan informasi tambahan tentang objek (Marimin, 2005). Berikut contoh jaringan semantik yang tersaji pada Gambar dibawah ini.

(41)

28

3. Frames

[image:41.595.105.503.222.487.2]

Teknik representasi pengetahuan frames merupakan pilihan yang bagus jika membutuhkan fokus pada sifat dari objek tertentu. Frames adalah struktur data yang termasuk semua pengetahuan tentang objek tertentu. Pengetahuan ini diorganisasikan dalam struktur hirarki spesial yang mengizinkan diagnosis dari pengetahuan independen (Turban et al, 2005). Menurut Marimin (2005) Frame mendeskripsikan suatu objek ke dalam bentuk “slot”. Slot dapat menyimpan ter

Gambar

Tabel 1.  Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000-2009
Tabel 6. Suhu dan RH Berdasarkan Umur
Tabel 9. Pencahayaan Standard 3 Berdasarkan Umur
Tabel 12. Standard Kebutuhan Pakan (Broiler Jumbo 747 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa tanah-tanah yang diteliti sesuai marginal (kelas S3) untuk pengembangan tanaman kakao dengan faktor pembatas reaksi

Model ini menggunakan Service Oriented Architecture (SOA) yang juga dapat diimplementasikan sebagai aplikasi, untuk dapat diakses oleh aplikasi lain dengan

Beban yang menjadi gangguan pada sistem pengaturan level air steam drum berupa laju aliran uap yang keluar

Selanjutnya, sebagaimana telah disinggung di atas, hermeneutika Ricoeur bersentuhan dengan metode strukturali, khususnya yang dikemukakan Ferdinand de Saussure

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan 12 data bentuk koherensi tidak berpenanda dalam rubrik Mimbar Mahasiswa pada surat kabar Solopos

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa, Implementasi metode permainan edukatif dalam scientific approach dapat meningkatkan hasil belajar

telah diubah dengan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2020. tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Untuk itu wedding organizer kalangan atas berani mematok fee yang tentu saja tidak kecil karena menurut mereka berbanding lurus dengan keinginan calon pengantin dari kalangan