• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei 2013)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS

HORTIKULTURA DALAM RANTAI DISTRIBUSI DALAM

PASAR MODERN: PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK

(PERIODE JANUARI

MEI 2013)

ACHMAD RIVANO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei 2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ACHMAD RIVANO. Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Polik. (Periode Januari – Mei 2013) Dibimbing oleh Prof. Dr. DIDIN S. DAMANHURI, S.E., M.S, D.E.A.

Distribusi Produk-produk pertanian merupakan hal penting dalam penyampaian hasil produksi yang dilakukan oleh petani hingga ke tangan masyarakat banyak untuk di konsumsi. Masuknya pasar modern mempengaruhi proses distribusi. Penelitian ini memfokuskan kepada efisiensi pasar dan transmisi harga dari enam komoditas hortikultura yang dihasilkan di dalam negeri, melewati pasar induk kramat jati sebagai salah satu rantai pemasarannya, serta dijual di empat pasar modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis margin pemasaran, transmisi harga, dan metode deskriptif kualititatif. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan adanya variasi diantara tiap-tiap tingkatan distribusi dan adanya indikasi terjadinya fenomena oligopsoni dalam distribusi yang dilakukan oleh pasar modern.

Kata kunci : Hortikultura, Distribusi pertanian, Struktur Pasar, Efisiensi Pemasaran, Pasar Modern, Ekonomi Politik

ABSTRACT

ACHMAD RIVANO. Analysis of Oligopsony Phenomenom in Horticulture Distribution in Modern Market: Economy Politic Perspective (January – May 2013 Period) Supervised by Prof. Dr. DIDIN S. DAMANHURI, S.E., M.S, D.E.A.

Distribution of agriculture product is an important things in delivered products that produce by farmers to the community to consume. The infiltration that modern market do in distribution of agriculture products affect the distribution process. This research was focusing in market efficiency and price transmission of six horticulture products that produce in Indonesia and sold by for big modern market. The methods that used in this research are distribution’s margin analysis, price transmission, and descriptive kualitative method. Result of this research show there is a variance in market structure on each level of distribution and there is an indication that oligopsony phenomenom happened in distribution in modern market.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS

HORTIKULTURA DALAM RANTAI DISTRIBUSI DALAM

PASAR MODERN: PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK

(PERIODE JANUARI

MEI 2013)

ACHMAD RIVANO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei 2013)

Nama : Achmad Rivano NIM : H14090131

Disetujui oleh

Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Fenomena Monopsoni Komoditas Hortikultura dalam Rantai Distribusi dalam Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei 2013)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efisiensi pasar dari distribusi hortikultura yang melalui pasar modern penyalurannya dari petani hingga ke konsumen serta mengetahui bagaimana struktur pasar dalam prosess distribusi produk hortikultura ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dari penulisan skripsi ini dana diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan dari tulisan ini. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan di Indonesia guna menuju kesejahteraan bersama.

Puji dan syukur serta terima kasih kepada Allah SWT atas segala yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sampaikan terima kasih yang mendalam kepada orang tua penulis, Ayahanda Saimun Ferly Tuwow dan ibunda Nurul Qomariah atas doa dan segala dukungannya selama penulis menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor. Serta kepada kedua adik penulis, Mochammad Risaldy Tuwow dan Trisa Amelia Tuwow.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini baik berupa bimbingan, dukungan, dan masukan, terutama kepada: Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A selaku dosen pembimbing skripsi atas semua masukan, bimbingan, serta arahan yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

Teman-teman satu bimbingan, Qiki Qilang Syahbudi, Ridho Fuadi, Lira Wigiana yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Sahabat penulis, keluarga Kontri, Pondok Iona, teman-teman Kantin Metro, IE 46, AGRIC IPB, seluruh keluarga besar HMI Cabang Bogor atas semua waktu selama di IPB Bimo Widiatmoko, Vorega Badalamenti, Afri Ramdhani, Gita Aryanti, Nabila Delaseptina, Novita Angela, Ratih Suryandari, Hadyan P., Reza Ryandika, Anindya P.P, Taufan Ramdhani, Ajeng Listyani, Septyana Nataya, Adisty C.R., Adriano Bramantyo, Puji Rahmania, M. Ikhsan Kamal, Teuku Azwar, dan Dewi Intan Permatahati. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Pendahuluan 7

Ekonomi Politik 8

Konsep Pasar 10

Struktur Pasar 11

Oligopsoni 12

Distribusi Pertanian 14

Efisiensi Pemasaran 15

Komoditi Hortikultura 17

Monopsoni dan Oligopsoni dalam Komoditi Hortikultura 18

Penelitian Terdahulu 19

Kerangka Pemikiran 20

METODOLOGI PENELITIAN 22

Pendahuluan 22

Jenis dan Sumber Data 22

Metode Analisis 23

Analisis Struktur Pasar 23

Analisis Efisiensi Pemasaran 24

Analisis Margin Pemasaran 24

Analisis Transmisi Harga 24

Analisis Ekonomi Politik Struktur Pasar Komoditas Hortikultura 25

GAMBARAN UMUM 26

Kontribusi Pertanian Indonesia 26

(11)

Perdagangan Hortikultura Indonesia 27

Harga Produsen Hortikultura 28

Profil Perusahaan Perdagangan Eceran 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 31

Efisiensi Pasar Komoditas Hortikultura 31

Bawang Merah 31

Ketimun 33

Tomat 34

Kentang 36

Mangga 37

Semangka 39

Struktur Pasar Komoditas Hortikultura 41

Analisis Ekonomi Politik Distribusi Horikultura 43

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 60

(12)

DAFTAR TABEL

1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama 2004 dan 2011 3

2 Produksi Sayuran di Indonesia 4

3 Volume Ekspor sub Sektor Hortikultura 2007 – 2011 5

4 Kontribusi Pertanian Indonesia 2009 – 2011 26

5 Produksi Hortikultura Menurut Jenis Tanaman 2009 – 2011 27 6 Ekspor Hortikultura Indonesia 2009 – 2011 dalam ton 28 7 Harga Produsen Pertanian 2001 – 2012 (Rp/100 Kg) 29 8 Jumlah Perusahaan Perdagangan Menurut Sakernas 2006 30 9 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Bawang Merah 32

10 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Ketimun 34

11 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Tomat 35

12 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Kentang 37

13 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Mangga 39

14 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Semangka 40

15 Presentase Keuntungan Petani 45

16 Biaya Produksi Petani dan Presentase Keuntungan 46 17 Pendapatan Harian Petani dengan Lahan Dibawah 0.5 Ha 46 18 Kebutuhan Harian Rata-rata Keluarga di Perdesaan 47

19 Nilai Tukar Petani Tiap Komoditas 47

20 Presentase Keuntungan Pengumpul atau Tengkulak 48

21 Presentase Keuntungan Pedagang Pasar Induk 49

22 Presentase Keuntungan Pasar Modern 52

23 Kekuatan Pembelian yang Dilakukan Pasar Modern 55 24 Efek dari Abuse of Power Pasar Modern Kepada Konsumen 55

DAFTAR GAMBAR

1 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Tidak Langsung 15 2 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Langsung 15

3 Margin Pemasaran 16

4 Kerangka Pemikiran 21

5 Saluran Pemasaran Bawang Merah 31

6 Saluran Pemasaran Ketimun 33

7 Saluran Pemasaran Tomat 35

8 Saluran Pemasaran Kentang 36

9 Saluran Pemasaran Mangga 38

10 Saluran Pemasaran Semangka 39

11 Alur distribusi Komoditas Hortikultura 41

12 Kurva Konsentrasi Empat Pasar Modern 53

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Harga Sayur dan Buah di Empat Supermarket Terbesar 61 2 Perhitungan Margin Pemasaran dan Transmisi Harga 62

3 Informan yang diwawancara 65

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses yang pasti dijalani oleh setiap Negara di dunia ini. Proses pembangunan diartikan sebagai proses peningkatan kualitas serta kemampuan dari suatu Negara dalam pergaulan dengan Negara-negara lain serta kemampuan Negara dalam menciptakan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam bukunya, Todaro mendefinisikan pembangunan sebagai:

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multi dimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengetasan kemiskinan.1

Akan tetapi, sebelum adanya kesadaran pada negara-negara bahwa pembangunan merupakan suatu hal yang menyeluruh yang mempengaruhi suatu negara secara keseluruhan, pembangunan hanya diindikatorkan kepada Produk Domestik Bruto suatu negara saja. Dimana suatu negara akan dikatakan sukses atau berhasil apabila negara tersebut mengalami peningkatan Produk Domestik Bruto-nya sehingga pada akhirnya meningkatkan pendapatan per kapita negara tersebut. Ketimpangan menjadi suatu masalah yang muncul akibat anggapan pentingnya indikator Produk Domestik Bruto tersebut.

Produk Domestik Bruto menjadi suatu ukuran yang digunakan di dunia dalam penentuan kemajuan dan keberhasilan suatu Negara. Produk Domestik Bruto merupakan suatu perhitungan nilai output suatu Negara berdasarkan jumlah secara agregat dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta perdagangan luar negeri dari suatu Negara.

Negara berkembang dalam perkembangan dalam memenuhi Produk Domestik Bruto-nya sangat bergantung kepada sektor pertanian. Sektor pertanian berperan besar pada kegiatan perekonomian dilihat dari penyediaan lapangan kerja atau sumber pendapatan sebagian besar masyarakatnya. Peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi terdapat 5 (lima), yaitu: sektor pertanian sebagai penyedia tenaga kerja dan lapangan kerja terbesar sehingga kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian yang berpindah ke sektor industri adalah salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.

Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor pertanian sebagai pasar bagi produk-produk sektor industri karena jumlah penduduk perdesaan yang sangat banyak, Sektor pertanian sebagai penghasil devisa, serta sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan dalam mengurangi angka kemiskinan.2

1 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Jakarta:

Erlangga. 2003), h. 18

2 Steven Block dan C. Peter Zimmer, Agriculture and Economic Growth: Conceptual issues and

(15)

2

Pertanian merupakan sektor utama di negara berkembang yang berperan dalam pertumbuhan ekonomisuatu negara. Pertumbuhan output petanian dapat mendorong pertumbuhan di sektor ekonomi non-pertanian melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung. Sebagian besar negara menghasilkan sebagian besar dari kebutuhan atas pangan mereka sendiri, hal inilah yang menyebabkan sektor pertanian menjadi sebuah hal penting, dan menjadi faktor krusial secara keseluruhan.3

Selama masa awal orde baru, pertanian merupakan sebuah sektor yang dijadikan prioritas sebagai dasar dari pembangunan berkelanjutan. Besarnya peranan sektor pertanian di Indonesia dapat menjadikan sektor ini menjadi sektor utama dalam mencapai trilogi pembangunan, yaitu pembangunan yang berlandaskan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.4 Hal ini dapat

dilihat dari pembangunan perekonomian Indonesia dari Pelita I hingga Pelita III menintikberatkan pada pembangunan sektor pertanian. Baru kemudian pada Pelita IV pembangunan diprioritaskan kepada sektor non pertanian, terutama industri dan jasa. Semenjak Pelita IV, sektor pertanian dipandang lebih rendah kontribusinya dalam pembangunan ekonomi.

Perubahan arah pembangunan ekonomi Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pengabaian sektor pertanian (the neglect of agriculture) yaitu; pertama, sebagian besar para pengambil keputusan dan para pakar di bidang ekonomi kurang memahami karakteristik sektor pertanian; kedua, prioritas pembangunan diarahkankepada pentingnya akumulasi kapital yang identik dengan pembangunan industri; ketiga, ada persepsi kuat yang memandang pertanian sebagai penyedia surplus tenaga kerja yang dapat ditransfer ke sektor industri tanpa membutuhkan biaya transfer; keempat, ada persepsi yang kuat bahwa dalam proses pembangunan pertanian para petani tradisional tidak responsif terhadap insentif pasar.5

Kondisi yang disebabkan faktor-faktor tersebut mendorong proses industralisasi terjadi di Indonesia. sektor pertanian mengalami perubahan yang drastis. Kontribusi sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional telah turun drastis dari sekitar 47,6 persen pada tahun 1970 menjadi hanya 15,4 persen pada tahun 2004. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian juga semakin turun hingga tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2011 hanya sekitar 39,3 juta orang dari total 109,6 juta angkatan kerja di Indonesia.

Hal ini mencerminkan proses industrialisasi terjadi dalam perekonomian nasional. Proses industralisasi yang terjadi di indonesia dilakukan dengan industri substitusi impor dan promosi ekspor yang pada umumnya padat modal, yang tidak berdasar kepada pemanfaatan yang optimal dari potensi sumberdaya dalam negeri.

3Ibid. h 2-1

4Achmad Zaini. [tesis].Peranan sektor Pertanian Sebelum dan pada masa krisis ekonomi di

Indonesia: pendekatan neraca sosial ekonomi. Institut Pertanian Bogor. 2003, h 2-3

5ibid, h 3Pandangan mengenai pengabaian sektor pertanian ini merupakan pemikiran dari Lewis

(16)

3 Tabel 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 dan 2011

No. Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 2011 (Feb) 2011 (Agst)

1 Pertanian, Kehutanan,

Perburuan dan Perikanan 40 608 019 42 475 329 39 328 915

2 Pertambangan dan

Penggalian 1 034 716 1 352 219 1 465 376

3 Industri Pengolahan 11 070 498 13 696 024 14 542 081

4 Listrik, Gas, dan Air 228 297 257 270 239 636

5 Bangunan 4 540 102 5 591 084 6 339 811

6 Perdagangan Besar, Eceran,

Rumah Makan, dan Hotel 19 119 156 23 239 792 23 396 537 7 Angkutan, Pergudangan dan

Komunikasi 5 480 527 5 585 124 5 078 822

8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan

1 125 056 2 058 968 2 633 362 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan 10 515 665 17 025 934 16 645 859

Total 93 722 036 111 281 744 109 670 399

Sumber: Unduhan dari bps.go.id. data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2004 dan 2011

Proses industralisasi di indonesia menyebabkan semakin tingginya ketimpangan yang terjadi antara wilayah kota sebagai pusat sektor industri dan jasa dengan desa sebagai pusat dari sektor pertanian. Kondisi ini tercermin dari masih tingginya kemiskinan yang terjadi di daerah pedesaan dibandingkan wilayah kota.

Sektor pertanian yang kompetitif membutuhkan tidak hanya lebih banyak lahan produktif dan pengolahan pertanian saja, akan tetapi juga membutuhkan sistem distribusi yang lebih efisien.6 Pemerintah dalam melindungi petani sebagai

warga miskin desa adalah dengan mendirikan BULOG, yang memiliki tugas untuk menjaga dan mengatur distribusi produksi sektor pertanian. Keberadaan BULOG sebagai penjaga harga dan pengatur distribusi komoditas pertanian saat ini hanya melingkupi komoditas pangan, khususnya beras.

Kebijakan sektor pertanian pada saat ini tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah pusat. Akan tetapi juga menjadi ranah dari pemerintahan daerah. Kebijakan pengolahan sumberdaya lokal sesuai yang tercantum pada Undang-undang 22 tahun 1999 dan Undang-Undang-undang 25 tahun 1999, memberikan wewenang yang lebih luas kepada daerah, yang diwujudkan dengan wewenang

6 Ponciano S. Intal Jr. Dan Luis Osman Ranit, literature review of the agricultural distribution

(17)

4

dalam pengaturan, pembangian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.7

Tabel 2 Produksi Sayuran Indonesia

Tahun

Bawang

Merah Kentang Kubis

Daun

Bawang Wortel

(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)

1997 605 528 813 004 1 338 031 294 411 227 305 1998 599 203 997 579 1 458 629 287 500 332 841 1999 938 293 924 058 1 447 910 323 855 286 536 2000 772 818 977 349 1 336 410 311 319 326 693 2001 861 150 831 140 1 205 404 283 285 300 648 2002 766 572 893 824 1 232 843 315 132 282 248 2003 762 795 1 009 979 1 348 433 345 720 355 802 2004 757 399 1 072 040 1 432 814 475 571 423 722 2005 732 609 1 009 619 1 292 984 501 437 440 002 2006 794 931 1 011 911 1 267 745 571 268 391 371 2007 802 810 1 003 733 1 288 740 479 927 350 171 2008 853 615 1 071 543 1 323 702 547 743 367 111 2009 965 164 1 176 304 1 358 113 549 365 358 014 2010 1 048 934 1 060 805 1 385 044 541 374 403 827 2011 893 124 955 488 1 363 741 526 774 526 917 Sumber : unduhan dari BPS.go.id pada table Produksi sayuran Indonesia. 2012

Komoditas Hortikulura sebagai salah satu komoditi unggulan dari pertanian saat ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Ketidakberpihakan pemerintah dilihat dari tidak adanya regulasi yang secara khusus melindungi produksi dari komoditas hortikultura itu sendiri. Secara menyeluruh dari sektor hortikultura Indonesia saat ini mulai mengalami pertumbuhan yang dapat dikatakan membaik.Rata-rata pertumbuhan volume ekspor dari komoditas hortikultura Indonesia mengalami pertumbuhan dari tahun 2007 hingga 2011. Hanya sub sektor sayuran dari komoditas hortikultura saja yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 9% dari volume ekspor periode sebelumnya. Hal ini menandakan pada dasarnya komoditas hortikultura Indonesia memiliki daya saing lumayan baik, akan tetapi pertumbuhan volume ekspor tidak dicapai secara signifikan.

7Henny Mayrowani, Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Perdagangan Hasil Pertanian, (Pusat

(18)

5

Tabel 3 Volume Ekspor Sub-Sektor Hortikultura 2007-2011

N o

Komoditas

Volume Ekspor (Ton) Rata-rata pertumbuhan

tahun 2007-2011

2007 2008 2009 2010 2011

1. Sayuran 211 906 172 733 195 533 138 106 133 948 -9%

2. Buah 157 629 323 844 224 332 196 341 223 011 19%

3. Florikultura 4 621 3 258 5 111 4 294 4 888 6%

4. T.Obat 7 685 14 670 13 088 13 468 243 162 7% Total 381 840 514 505 438 065 352 209 605 009 1% Sumber: kementan.go.id (diolah)

Perdagangan komoditas hortikultura di Indonesia memiliki sistem distribusi yang panjang dimana banyaknya pelaku yang terlibat di dalam sistem distribusinya. Sistem pasar yang ada pada komoditas hortikultura memiliki kecenderungan bersifat monopsoni atau oligopsoni dimana terlihat memiliki pasar persaingan sempurna dengan banyaknya jumlah pedagang padahal sebenarnya dikuasai oleh beberapa pedagang besar saja.8

Pasar Modern memiliki sebuah sistem distribusi sendiri, dimana adanya pembelian besar atas produk-produk oleh perusahaan induk lalu kemudian disebar ke gerai-gerai pasar modern tersebut. Sistem distribusi yang dimiliki pasar modern mendorong pasar tersebut untuk melakukan pembelian produk-produk yang dijualnya dalam skala besar. Pembelian produk dalam skala besar yang dilakukan oleh pasar modern merupakan usaha penghematan melalui penghematan melaluli pembesaran skala (economies of scale).

Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011, pasar modern di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 17,57 % per tahun. Jumlah pasar modern tumbuh dari 10.365 gerai pada tahun 2007, menjadi 18.152 gerai pada tahun 2011. Kenaikan jumlah gerai pasar modern tersebut merupakan akibat pertumbuhan franchise pasar modern yang berbentuk minimarket, dimana total gerai minimarket pada tahun 2007 sebesar 8.889 gerai hingga menjadi 15.538 gerai pada tahun 2011.9

Menjamurnya franchise-franchise dari pasar modern dan meningkatnya preferensi masyarakat untuk membeli produk di pasar modern menyebabkan pangsa pasar modern meningkat. Pasar modern saat ini tidak hanya menyediakan produk-produk kemasan, tetapi sudah merambah kepada produk-produk pertanian. Secara tidak langsung, hal tersebut menjadikan pasar modern sebagai tujuan utama produk-produk pertanian.

8Bambang Irawan. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah.

(analisis kebijakan pertanian, volume 5 no , Desember 2007) h 361 Pendapat mengenai kecenderungan struktur pasar monopsoni pada komoditas hortikulturan merupakan pendapat dari tulisan Sudaryanto tahun 1993

9 Indonesia Commercial Newsletter. Perkembangan Bisnis Ritel Modern. (Juni

(19)

6

Perumusan Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang. Pertanian diindetifikasikan memiliki lima peran dalam pembangunan, yaitu menyediakan pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja bagi sektor industri, pasar bagi sektor industri, meningkatkan penawaran dari tabungan domestik, serta pemasukan dari nilai tukar asing.

Indonesia pada zaman orde baru masa awal mengkonsentrasikan pembangunannya pada sektor pertanian. Akan tetapi pada masa berikutnya konsentrasi pembangunan mengarah pada sektor industri.Proses industrialisasi ini menyebabkan kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan menurun drastis. Melihat mayoritas penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian, proses industrialisasi yang membuat kontribusi pertanian menurun tanpa adanya transformasi tenaga kerja yang berarti dari petani ke pekerja, berakibat pada ketimpangan yang pada akhirnya menyebabkan angka kemiskinan semakin meningkat.Kemiskinan yang terjadi di desa sebagai pusat produksi sektor pertanian salah satunya disebabkan oleh proses distribusi hasil pertanian itu sendiri. Proses distribusi hasil pertanian harus menjadi salah satu perhatian pemerintah guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Hortikultura sebagai salah satu bahan pangan penting menjadi sebuah komoditas yang kurang mendapatkan perhatian. Perhatian disini dapat dinilai dari kalahnya produk komoditas dalam negeri dibanding impor komoditas hortikultura itu sendiri.Produk hortikultura Indonesia sendiri ternyata memiliki harga yang lebih mahal di dalam pasar domestik dibandingan harga produk hortikultura yang diimpor. Hal tersebut muncul akibat kurangnya perhatian dari pemerintah dalam permasalahan distribusi komoditas hortikultura itu sendiri.

Oligopsoni merupakan fenomena struktur pasar yang terjadi pada komoditas hortikultura di Indonesia. Fenomena ini pada dasarnya merugikan petani sebagai produsen utama serta konsumen yang membeli produk ini. Fenomena oligopsoni ditenggarai akibat adanya penguasaan pasar yang dilakukan pelaku pasar modern yang menguasai saluran distribusi dari komoditas melalui jalan integrasi pemasaran dalam bentuk kemitraan atau kerjasama. Kondisi struktur pasar yang demikian dapat menyebabkan inefisiensipemasaran di dalam distribusi komoditas hortikultura. Menurut UU no. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat kegiatan monopsoni dann oligopsoni adalah termasuk kegiatan persaingan usaha yang tidak sehat dimana adanya pemusatan kekuatan ekonomi serta posisi dominan suatu pelaku usaha dalam kegiatan ekonomi.

(20)

7 Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur pasar komoditas hortikultura di Indonesia?

2. Bagaimana kondisi efisiensi pemasaran komoditas hortikultura di Indonesia?

3. Bagaimana kondisi fenomena monoponi atau oligopsoni dalam pasar komoditas hortikultura yang terjadi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis struktur pasar komoditas hortikultura di Indonesia.

2. Menganalisiskondisi efisiensi pemasaran komoditas hortikultura di Indonesia.

3. Menganalisis kondisi fenomena monopsoni atau oligopsoni dalam pasar komoditas hortikultura yang terjadi.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi para akademisis, sebagai

proses pembelajaran bagi mahasiswa dalam meneliti proses distribusiserta fenomena monopsoni atau oligopsoni dalam komoditas hortikultura di Indonesia dan referensi bagi penelitian lebih lanjut dan mendalam.

2. Berguna untuk mengevaluasi proses distribusi serta struktur pasar dan sebagai rekomendasi kebijakan bagi pemerintah dalam mengatasi masalah proses distribusi di indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Kegiatan ekonomi di suatu komoditas tidak terlepas dari tiga proses ekonominya, yaitu produksi, distribusi, serta konsumsi. Dalam memproduksi suatu barang dan jasa dibutuhkan suatu proses distribusi agar barang dan jasa hasil produksi tersebut sampai di tangan konsumen untuk di konsumsi. Proses terjadinya kesepakatan jual beli antara pembeli dan penjual atas suatu barang atau jasa terjadi di dalam pasar.

(21)

8

oligopsoni pada komoditas hortikultura ini pada akhirnya dapat menyebabkan inefisiensi pada proses distribusinya.

Ekonomi Politik

Sebelum menjelaskan mengenai ekonomi politik, ada baiknya pendefinisian mengenai ilmu ekonomi dan ilmu politik dimengerti terlebih dahulu.Ilmu ekonomi dalam pendefinisiannya memiliki tiga konsep, yaitu economically atau ekonomi kalkulasi, provisioning atau kegiatan untuk mendapatkan kebutuhan atau keinginan, dan ekonomi yang merupakan institusi-institusi pasar. Sedangkan Ilmu politik didefinisikan dengan tiga konsep juga, yaitu politik sebagai pemerintahan, politik sebagai publik, dan politik sebagai alokasi nilai oleh pihak yang berwenang.

Ekonomi kalkulasi atau economically merupakan suatu pendekatan konsep ekonomi dimana ekonomi diartikan sebagai tindakan manusia dalam mencapai tujuan tertentu yang dibatasi oleh hambatan-hambatan. Pendekatan ini mengutamakan efisiensi sebagai pokok pemikiran, dimana dalam mencapai tujuan setiap manusia dihadapi oleh keterbatasan sumber daya, keterbatasan ini mendorong manusia untuk melakukan pilihan yang paling baik untuk mencapai kepuasan maksimal.10

Konsep berikutnya adalah Provisioning atau pemenuhan kebutuhan merupakan suatu konsep dimana ekonomi merupakan suatu kegiatan produksi yang bertujuan untuk penyediaan kebutuhan-kebutuhan manusia. Perbedaan mendasar dari konsep ekonomi kalkulasi adalah pada ekonomi perhitungan secara rasional untuk mencapai tingkat efisiensi dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu tidak menjadi hal yang dipertimbangkan pada konsep pemenuhan kebutuhan ini. Kebutuhan untuk mempertahankan hidup menjadi hal utama yang mendorong manusia dalam melakukan produksi guna melakukan pemenuhan kebutuhan.11

Terakhir adalah konsep ekonomi institusi yaitu sebuah konsep yang mengartikan bahwa ekonomi merupakan suatu institusi yang memiliki sifat dan sejarah khusus, yang pada akhirnya mempengaruhi tiap pelaku ekonomi dalam melakukan tindakan. Ekonomi di dalam konsep ini didefinisikan lebih lanjut oleh Caporasso dan Levin

“sebuah struktur yang bersifat sui generis (“menciptakan diri sendiri”,

yaitu tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia) yang di dalamnya ada beberapa tuntutan struktural yang akan mendorong

individu-individu untuk melakukan tindakan tertentu.”12

Politik sebagai pemerintah adalah konsep bahwa yang dikatakan politik merupakan semua kegiatan dan proses yang terjadi di dalam institusi, undang-undang, kebijakan publik pemerintahan. Konsep berikutnya adalah politik sebagai publik, maksudnya adalah tindakan-tindakan manusia merupakan suatu hal yang terkait dengan publik. Publik itu sendiri didefinisikan Caporasso dan Levine sebagai wilayah atau kegiatan yang melibatkan orang lain..13

10James A. Caporasso dan David P. Levine.Teori-teori Ekonomi Politik.2008. (Yogyakarta: Pustaka

(22)

9 Konsep politik yang terakhir adalah politik sebagai alokasi nilai oleh pihak yang berwenang. Konsep ini memandang bahwa politik dan ekonomi adalah sebuah konsep yang sama di dalam pelaksanaan alokasi sumber daya. Di dalam konsep politik sebelumnya yang dipahami sebagai segala kegiatan dan proses yang dilakukan pemerintahan berubah menjadi sebuah cara khusus untuk membuat keputusan dalam memproduksi dan distribusi sumber daya dengan melibatkan kewenangan sebagai alat politis.14

Konsep-konsep yang menjelaskan mengenai ekonomi diatas kemudian digunakan dalam melakukan pendekatan atas ekonomi politik. Ekonomi politik apabila menggunakan konsep ekonomi kalkulasi atau economically akan didefinisikan sebagai sebuah tindakan politik seseorang merupakan hasil dari perhitungan efisien dan rasional. Pandangan ekonomi tersebut dalam kaitannya dengan politik masih memandang bahwa ekonomi merupakan pengatur segala kegiatan politik.

Hal itu mengartikan bahwa di dalam pendekatan ekonomi tersebut, tidak mengenal kekuasaan, dimana segala hal yang dilakukan hanya berdasarkan perhitungan efisien dan rasional sehingga tidak memandang adanya hubungan-hubungan akibat lingkup kegiatan yang berada di wilayah atau institusi tertentu yang dinamakan perekonomian. Perbedaan itu menjadi dasar pada pendefinisian ekonomi politik dengan ilmu ekonomi. Perbedaan tersebut didasari oleh pandangan mengenai kekuasaan di dalam setiap individu dalam melakukan kegiatan ekonomi. Pada pandangan konsep economically kekuasaan di dalam masyarakat merupakan given atau terberi begitu saja sedangkan pandangan ekonomi politik mengatakan bahwa kekuasaan dan ekonomi merupakan suatu bentuk interaksi yang saling mempengaruhi.15

Definisi mengenai ekonomi politik dipaparkan oleh Ahmad Erani Yustika sebagai:

“interelasi di antara aspek, proses, maupun kelembagaan dengan kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintroduksi oleh pemerintah.”

Definisi tersebut mengartikan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi yang berada di wilayah politik. Dijelaskan lebih lanjut oleh Ahmad Erani Yustika bahwa ekonomi politik merupakan sebuah pendekatan untuk menganalisis kegiatan ekonomi dalam melakukan tindakan di ruang-ruang politik.16

Teori pendekatan ekonomi terhadap politik didefinisikan Caporasso dan Levine sebagai suatu tindakan politis para pelaku ekonomi dalam mematuhi aturan-aturan yang membatasi serta memberi peluang yang ada dalam kegiatan ekonominya.Dalam menjalankan tindakannya tersebut, para pelaku ekonomi dilandasi oleh konsep rasionalitas dan efisiensi. Konsep rasionalitas diartikan dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonominya, para pelaku ekonomi menyusun pilihan-pilihan yang ada sesuai tujuan dan keyakinan yang dimiliki dengan mempertimbangkan batasan-batasan yang menghalangi tindakannya.

14Ibid. h. 60-61

15Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Kelembagaan Definisi, Teori, & Strategi. (Malang: Alfabeta) 2006,

h 131

(23)

10

Sedangkan konsep efisiensi adalah cara pelaku ekonomi dalam menghadapi kelangkaan sumber daya untuk mendapatkan output sebaik mungkin.17

Dalam penerapannya teori pendekatan ekonomi terhadap politik dapat berupa analisis ekonomi terhadap institusi. Institusi itu sendiri adalah

“pengaturan antara unit-unit ekonomi yang mendefinisikan dan

menspesifikasikan cara-cara yang digunakan unit-unit ini untuk bekerja sama

dan bersaing satu sama lain”.18

Sedangkan analisis ekonomi terhadap institusi merupakan suatu analisis mengenai aturan-aturan atau prosedur yang ada mengenai proses produksi atau pertukaran yang terjadi di suatu institusi serta analisis mengenai cara yang digunakan institusi dalam menghambat atau memfasilitasi pemenuhan kebutuhan pribadi para pelaku ekonomi.19

Dalam analisis ekonomi terhadap institusi, pasar merupakan suatu bentuk institusi yang memiliki peluang serta batasan yang wajib dipatuhi.20 Oligopsoni merupakan suatu bentuk fenomena ekonomi politik, dimana struktur pasar terkonsentrasi sedemikian rupa sehingga terciptanya perusahaan-perusahaan dominan. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa ekonomi politik merupakan suatu bentuk interaksi diantara kekuasaan dan politik. Terkait dengan oligopsoni, Penson, Capps, dan Rosson menjelaskan bahwa munculnya perusahaan-perusahaan dominan didasari oleh kepentingan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya yang dilakukan melalui jalan mempengaruhi harga pasar.21

Kemampuan mempengaruhi harga pasar dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dominan akibat adanya kekuasaan atas penjual-penjual sumber daya yang bertransaksi dengan perusahaan-perusahaan tersebut akibat kurangnya persaingan di tingkat pembeli serta adanya integrasi dalam bentuk kemitraan atau kerjasama yang melibatkan perusahaan-perusahaan tersebut dengan penjual atau penghasil sumberdaya. 22 Struktur pasar oligopsoni pada akhirnya akan menyebabkan inefisiensi pemasaran akibat adanya perbedaan harga yang terlibat dalam proses penyampaian sumberdaya dari produsen hingga ke konsumen.

Konsep Pasar

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual barang atau jasa hasil produksi dengan pembeli yang merupakan konsumen yang mengkonsumsi barang atau jasa hasil proses produksinya tersebut. Proses bertemunya penjual dan pembeli tersebut pada akhirnya terjadi kegiatan transaksi dimana kegiatan transaksi

17James A. Caporasso dan David P. Levine, op.cit, h 304-318

18Ibid, 361 definisi mengenai institusi merupakan pemikiran dari North dan Thomas tahun 1973.

Dilanjutkan lebih lanjut oleh North pada tahun 1984 institusi terdiri dari beberapa batasan terhadap perilaku dalam bentuk aturan dan regulasi, beberapa prosedur untuk mendeteksi penyimpangan dari aturan dan regulasi, dan yang terakhir, beberapa norma moral dan behavioral yang mendefinisikan aturan dan regulasi dan membatasi cara pelaksanaan penegakan aturan dan regulasi itu

19Ibid, h 360-362 20Ibid, h 363

21John. P Penson, Jr. Oral Capps, Jr, C. Parr Rosson III, Richard T. Woodward. Introduction to

Agricultural Economies, 2010. (London, Pearson) h 161

22Spencer Henson dan John Cranfield, Building the Political Case for Agribusiness in Developing

(24)

11 tersebut merupakan tahap awal pembentukan harga dari barang atau jasa yang diperjualbelikan tersebut.

Menurut peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2008 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, pasar didefinisikan sebagai,

Area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lain.

Dalam pemaparan di peraturan tersebut ada pengelompokan dari bentuk pasar itu sendiri. Pasar dibagi menjadi dua macam, yaitu pasar tradisional serta pasar modern. Pasar tradisional didefinisikan di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern sebagai,

Pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Keberadaan pasar tradisional saat ini membutuhkan bantuan dari pemerintah. Hal ini disebabkan pasar tradisional sebagai usaha kecil dan menengah sudah semakin tersingkirkan oleh keberadaan retail atau pasar modern. Pasar modern dengan skala usaha yang lebih besar dengan pilihan produk menyebabkan pasar tradisional kalah bersaing. Retail atau pasar modern itu sendiri didefinisikan di dalam Perpres no. 112 tahun 2007 sebagai toko modern, yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Departement Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.23

Struktur Pasar

Stuktur pasar merupakan hal-hal yang terdapat di dalam pasar yang dapat mempengaruhi persaingan antara pelaku ekonomi yang terlibat di dalamnya. Struktur pasar menjadi penting karena mempengaruhi kinerja suatu industri, baik dalam produksi dan distribusi, tetapi lebih lanjut lagi dapat mempengaruhi kesejahteraan pelaku industri tersebut secara keseluruhan. Unsur-unsur dari stuktur pasar itu sendiri didefinisikan oleh Jaya sebagai berikut:

Unsur – unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan pemerintah.24

Tipe struktur pasar itu sendiri dalam pelaksaanaanya baik dalam sudut pandang pembeli ataupun penjual bisa dikatakan menyerupai, persamaan yang paling mendasar terletak pada konsentrasi atau bentuk dari struktur pasar yang dinilai berdasarkan banyaknya pembeli atau penjual yang terlibat di dalam pasar, banyaknya pembeli dan/atau pangsa pasar yang dimiliki oleh

23 Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

(25)

12

perusahaan yang ada di dalam pasar tersebut. Pada posisi penjual, struktur pasar dapat berupa monopoli (satu penjual), oligopoli (beberapa penjual), ataupun pasar persaingan sempurna (banyak penjual), sedangkan untuk pembeli, struktur pasar dapat berupa monopsoni (satu pembeli), oligopsoni (beberapa pembeli), ataupun persaingan sempurna (banyak pembeli).25

Oligopsoni

Oligopsoni didefinisikan oleh Penson sebagai sebuah pasar dimana tersusun oleh relatif sedikit perusahaan yang membeli sumberdaya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi harga pasar untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi.26 Oligopsoni merupakan suatu tindakan dari perusahaan-perusahaan yang dominan di dalam pasar untuk menghadapi strategi yang dijalankan pesaingnya yang dalam pelaksanaanya memiliki dua macam tindakan yang dilakukan oleh pelaksanannya yaitu:

1. Persaingan,

Perusahaan dalam kegiatannya akan mencari cara untuk mengalahkan pesaingnya untuk meraih keuntungan yang maksimum, dan proses ini akan terus menerus terjadi dengan setiap perusahaan menggunakan strategi masing-masing untuk menjatuhkan pesaingnya

2. Kesepakatan,

Perusahaan terdorong melakukan kerjasama dilandaskan oleh kebutuhan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Dengan melakukan kerjasama perusahaan akan dapat memaksimumkan keuntungan yang pada akhirnya akan melampaui keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut tidak bekerja sama.

Akan tetapi, apabila di dalam suatu kesepakatan diantara perusahaan oligopsoni ini dapat terjadi dua kemungkinan, yaitu perusahaan-perusahaan tersebut tetap bersaing secara diam-diam dengan berlomba-lomba penetapan harga yang lebih tinggi agar produsen lebih memilih untuk menjual produknya ke perusahaan tersebut atau berkerjasama dengan baik dan bergabung serta bertindak seperti perusahaan monopsoni dengan menguasai teknologi yang sedikit serta menetapkan harga beli produk yang rendah. Bentuk kemungkinan yang terakhir merupakan suatu bentuk kolusi.Kolusi merupakan suatu bentuk kerjasama illegal dimana adanya kesepakatan diantara perusahaan-perusahaan oligopsoni dalam penentuan harga serta pembagian wilayah pangsa pasar masing-masing perusahaan yang pada akhirnya untuk meningkatkan keuntungan.27

Dalam permasalahan struktur pasar ini pemerintah memiliki hak untuk melakukan intervensi.Intervensi pemerintah yang dapat dilakukan tersebut dapat dalam bentuk regulasi.Intervensi pemerintah dalam hal regulasi sebagai pengaturan terhadap pasar dan proses distribusi diperlukan karena adanya kemungkinan adanya ketidakadilan yang terjadi pada kegiatan ekonomi yang terjadi pada suatu komoditas. Struktur pasar merupakan refleksi dari kondisi serta perilaku pasar yang dihadapi petani.Dalam hal ini perlunya peraturan dalam stuktur pasar karena pada akhirnya sturktur pasar dapat mempengaruhi masalah penentuan harga yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

25Ibid, h 6-8

(26)

13 Regulasi pada pemasaran dibutuhkan guna mencegah terjadinya praktik perdagangan illegal serta menjaga keadilan di dalam proses pemasaran sehingga terciptanya kesejahteraan masyarakat. Dalam regulasi pada pemasaran, terdapat 5 (lima) tujuan utama yang ingin dicapai, yaitu:28

a) Melindungi petani atau konsumen dari kegiatan perdagangan yang bersifat merugikan.

b) Menstabilisasi atau meningkatkan harga pada tingkat petani. Petani sebagai produsen seringkali mengalami harga yang rendah dibandingkan harga jual setelah proses distribusi yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan petani.

c) Mengurangi marjin keuntungan yang terjadi

d) Meningkatkan kualitas dan standar dari hasil produksi pertanian e) Meningkatkan ketahanan pangan

Pemerintah dalam intervensi terhadap distribusi komoditas pertanian ini dapat menggunakan beberapa instumen.Instrumen ini berguna dalam pengaplikasian dari regulasi yang telah dibuat. Instrument tersebut antara lain adalah:29

a) Pemberian kebijakan monopoli

Instrument yang digunakan disini adalah pemberian hak monopoli dari pemerintah kepada perusahaan-perusahaan milik pemerintah dalam hal distribusi, pengolahan, dan penjualan dari produsen ke konsumen atas suatu komoditi.Hal ini yang dapat diimplikasikan adalah meregulasi harga ekspor terhadap sistem distribusi.

b) Kebijakan harga selain monopoli

Instrument dimana ada beberapa lembaga yang terlibat di dalam saluran distribusi guna penentuan harga atas dan bawah atas suatu komoditas pangan utama.

c) Koperasi petani

Instrumen ini berbeda dengan instrument yang lain dimana intervensi pemerintah berkurang dalam sistem distribusi. Instrument ini dapat digunakan dengan cara pengambilalihan pengumpul di tingkat daerah dalam bentuk koperasi.

d) Lisensi perdagangan

Instrument ini dilakukan dengan cara pemberian lisensi kepada pedagang yang dapat terlibat dalam suatu sistem distribusi suatu komoditas. Pada akhirnya pemberian lisensi ini akan menyebabkan pemerintah mendapatkan pendapatan dari lisensi yang akan diberikan kepada distributor kecil.

e) Instrumen untuk meningkatkan pasar

Pemerintah mengambil keputusan serta menciptakan regulasi dalam pelaksanaan distribusi komoditas dengan membangun infrastruktur yang diperlukan dalam penyaluran komoditas tersebut.

f) Instrumen untuk meningkatkan struktur pasar

(27)

14

Pemerintah menggunakan kebijakan guna meningkatkan struktur pasar dalam distribusi komoditas tertentu seperti pemberian kebijakan terhadap hambatan perdagangan.

Distribusi Pertanian

Dalam kegiatannya pertanian membutuhkan proses pemasaran hasil-hasil produksinya agar produk pertanian tersebut dapat sampai dan dinikmati oleh konsumen. Pemasaran itu sendiri merupakan semua kegiatan yang mengarahkan aliran barang-barang dari produsen kepada konsumen meliputi kegiatan operasi dan transaksi yang terlibat dalam pergerakan, penyimpanan, proses, dan distribusi barang. Sistem pemasaran terdiri atas perubahan komoditas dalam dimensi waktu, tempat, dan bentuk.30

Perubahan komoditas ini sendiri pada dasarnya merupakan suatu kegiatan dimana konsumen dapat mengkonsumsi produk tersebut. Distribusi atau pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang pada akhirnya konsumen dapat membeli produk saat waktu yang berbeda dari waktu produksi produk tersebut, dapat membeli pada tempat yang berbeda dari tempat produksi berlangsung, serta dapat mengkonsumsi produk tersebut dalam bentuk yang berbeda hasil dari proses pengolahan.

Tujuan saluran distribusi adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Alternatif saluran pemasaran yang digunakan dalam memasarkan produk kepada konsumen yaitu didasarkan kepada jenis barang dan segmen pasarnya,yaitu: saluran distribusi barang konsumsi yang ditujukan untuk segmen pasar konsumen dan saluran distribusi barang industrii, ditujukan untuk segmen pasar industri

Dalam pemasaran hasil produksi dibutuhkan lembaga pemasaran serta saluran pemasaran. Lembaga pemasaran merupakan perantara produsen dengan konsumen dalam pendistribusian barang dan jasa.Lembaga pemasaran merupakan suatu badan atau orang yang terlibat dalam penyaluran barang dan jasa atau kehadirannya untuk menggerakkan barang dan jasa dari titik produsen ke titik konsumen melalui berbagai kegiatan atau aktivitas.31

Untuk sektor pertanianpola penyaluran pemasaran produknya adalah sebagai berikut32

30Frank Ellis, agricultural policies in developing countries, (Cambridge University Press, 1996), h 96

31Shanty Rosdiana Batubara, Analisis Pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari Ciawi Bogor

Jawa Barat. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor,2009, hal 37. Pemaparan gambaran umum pola penyaluran pemasaran produk pertanian di Indonesia berasal dari tulisan Limbong dan Sitorus pada 1987

32Ibid, hal 38.Pemaparan gambaran umum pola penyaluran pemasaran produk pertanian di

(28)

15 Gambar 1 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Tidak Langsung

Sumber: Tim Penulis PS, Agribisnis Tanaman Buah dan Sayur. (Depok: Penebar Swadaya) h. 59 dan 60

Secara umum tahapan utama dalam proses distribusi melalui saluran distribusi dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu pengepul yang berada di wilayah tempat produksi dilakukan, tempat pengolahan dimana hasil produksi mengalami perlakuan sedimikian rupa guna menjalani proses distribusi, pusat grosir, serta pasar tempat komoditas langsung disalurkan kepada konsumen untuk dikonsumsi.

Gambar 2 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Langsung

Sumber: Tim Penulis PS, Agribisnis Tanaman Buah dan Sayur. (Depok: Penebar Swadaya) h. 59 dan 60

Efisiensi Pemasaran

Permasalahan utama yang terjadi di Indonesia saat ini adalah rendahnya efisiensi pemasaran. Pendapatan yang diterima oleh petani sebagai produsen tidak sebanding dengan yang diterima pedagang sebagai penyalur atau distributor dari produk. Ketidakefisienan ini pada akhirnya akan menyebabkan ketidakadilan serta tidak signifikannya pendapatan petani yang pada menyebabkan tidak tercapainya kesejahteraan petani. Efisiensi pemasaran itu sendiri didefinisikan oleh Bambang Irawan sebagai:

Secara teoritis efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara luaran dan masukan yang digunakan dalam kegiatan pemasaran.Masukan yang dimaksud adalah berbagai sumberdaya ekonomi yang digunakan sedangkan luaran yang diperoleh berupa jasa-jasa pemasaran yang dihasilkan dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang (penyimpanan, sortasi dan grading, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya.

Efisiensi dari pemasaran ini dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain margin pemasaran dan transmisi harga. Margin pemasaran merupakan suatu indikator yang mengukur perbedaan harga yang didapat dari setiap tahapan yang dilalui pada proses ditribusi suatu produk dari produsen hingga ke konsumen.

Pengumpul

Produsen Pedagang

besar

Pedagang pengecer Konsumen

(29)

16

Transmisi harga merupakan suatu indikator yang di dapat dari perubahan harga dari tingkat konsumen hingga ke produsen. Semakin rendahnya margin pemasaran yang didapat dari suatu komoditas maka semakin efisien pemasarannya. Sedangkan inefisiensi pemasaran dapat dikatakan apabila transmisi harganya rendah.33

Dalam pembentukannya, margin pemasaran memiliki dua komponen yaitu permintaan utama dan permintaan turunan. Permintaan utama adalah respon langsung dari konsumen atas harga barang dimana penggambaran fungsi permintaan utama didasari oleh harga retail dan data kuantitas. Sedangkan permintaan turunan didasari oleh hubungan harga dengan kuantitas yang ada pada tahapan produk dihasilkan petani atau pada perantara, dimana hasil produksi tertentu dibeli oleh pembeli besar atau industri pengolah.34

Gambar 3 Margin Pemasaran

Sumber: Willian G. Tomek dan Kenneth L. Robinson. Agricultural Products Price. (Ithaca and London: Cornell University Press). 1990. h 110

Efisiensi yang dihadapi oleh produsen memiliki pengertian yang berbeda dengan konsumen. Hal tersebut diakibatkan oleh perbedaan pandangan atas kemudahan serta harga yang dihadapi atas suatu barang. Sistem pemasaran yang efisien bagi produsen adalah apabila menghasilkan keuntungan, sedangkan bagi konsumen yaitu mudahnya konsumen untuk mendapatkan barang dengan harga yang rendah.35

Suatu rantai pemasaran dikatakan tidak efisien jika memiliki banyak perantara atau banyak pihak yang terlibat dalam proses penyampaian barang dari produsen hingga sampai kepada konsumen. Akan tetapi, jika efisien dikatakan berkurangnya perantara, hal tersebut juga dapat menyebabkan berkurangnya pilihan konsumen untuk pemenuhan suatu barang. Kurangnya pilihan tersebut akan membuat konsumen terpaksa menerima layanan serta kualitas barang yang lebih buruk akibat kurangnya persaingan dari penjual barang tersebut di pasar.36

33 Bambang Irawan, op.cit, h361-362

34Willian G. Tomek dan Kenneth L. Robinson.Agricultural Products Price. (Ithaca and London:

Cornell University Press). 1990. H 108-109

35A.M. Hanafiah dan A.M. Safruddin. Tata Niaga Hasil Perikanan. (Jakarta: UI-Press).2006. h-100 36Ibid,.h 101

Price

kuantitas

Derived demand primary demand primary supply derived supply

retail

(30)

17 Hal ini terkait dengan fenomena struktur pasar oligopoli atau monopoli yang dimana pengurangan jumlah penjual akan berdampak pada kurangnya pilihan konsumen dan pada akhirnya konsumen terpaksa meneriman layanan serta kualitas yang diberikan oleh oligopolis dan monopolis tersebut.

Komoditi Hortikultura

Istilah Hortikulturan berasal dari bahasa latin hortus yang berarti kebun dan colore yang berarti membudidayakan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun.

Hortikultura sebagai bahan pelengkap pangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu (1) dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar atau hidup sehingga bersifat mudah rusak, (2) komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air bukan kandungan kering seperti halnya tanaman agronomi (jagung) dan tanaman perkebunan, (3) produk bersifat bervolume sehingga susah dan mahal dalam biaya angkut, dan (4) harga hortikultura ditentukan oleh mutunya (kualitas) bukan jumlahnya.37

Hortikultura memiliki beberapa sifat yaitu,38

1. Tidak tergantung musim. Sifat ini menyebabkan hortikultura dapat dibudidayakan kapan saja asal syarat tumbuh terpenuhi

2. Mempunyai resiko yang tinggi. Komoditas hortikultura sifatnya mudah busuk dan rusak sehingga umur tampilannya pendek. Seiring dengan berlalunya waktu dan kekuranghatian dalam penanganan secara pasca panen, sayuran yang dijual semakin lam semakin turun nilainya sampai tidak bernilai sama sekali.

3. Perputaran modal cepat. Hal ini disebabkan umur tanaman produksi yang singkat dan permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap orang membutuhkan komoditas hortikultura, terutama sayuran dan buah-buahan.

4. Mengingat sifat hortikultura yang mudah rusak dan berumur pendek, maka lokasi produksi sebaiknya dekat dengan konsumen. Keadaan ini sangat menguntungkan karena dapat menghemat biaya distribusi.

Hortikultura memiliki karakteristik tertentu jika terkait dengan kebijakan perdagangan, dilihat dari kebutuhan konsumen dalam membelinya, yaitu kelompok sayuran dan kelompok buah dan bunga.Kelompok sayuran merupakan suatu komoditas dalam pemenuhan oleh konsumennya adalah head to head. Artinya apabila konsumen membutuhkan salah satu jenis sayur, maka dia hanya akan membeli sayuran tersebut. Berbeda dengan buah atau bunga, dalam hal ini buah dan bunga merupakan suatu komoditas pilihan atau alternatif.Artinya apabila konsumen ingin mengkonsumsinya, tidak harus membeli jenis buah atau bunga tersebut, tetapi dapat diganti dengan mengkonsumsi buah atau bunga jenis lainnya.39

37Shanty Rosdiana Batubara[skripsi] Analisis Pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari Ciawi

Bogor Jawa Barat. (Institut Pertanian Bogor). 2009. h 23

(31)

18

Hal diatas diartikan bahwa sayuran dalam penyediaan hasil produksinya di dalam rantai distribusi tidak mengalami masalah akibat karakteristik sayuran tersebut yang dalam pemasarannya berupa head to head.Sedangkan buah dan bunga memiliki masalah khusus dalam penyediaanya yaitu ketidakmampuannya untuk distok akibat permintaan yang fluktuatif sebagai akibat buah dan bunga yang merupakan komoditas berkarakteristik pilihan atau alternatif.

Monopsoni dan Oligopsoni dalam Komoditas Hortikultura

Hortikultura sebagai pelengkap tanaman pangan utama memiliki pasar yang sangat besar. Hal tersebut akibat tingginya permintaan serta penawaran atas komoditas ini sejak diberlakukannya perdagangan bebas. Perdagangan bebas mendorong peningkatan perdagangan komoditas hortikultura yang pada akhirnya menyebabkan turunnya harga-harga komoditas hortikultura pada tingkat petani akibat persaingan yang semakin kompetitif dengan pasar komoditas yang semakin terintegrasi dari tingkat petani hingga penjual dan pasar utama, baik pasar-pasar tradisional dan/atau pasar-pasar modern.

Terintegrasinya pasar dari komoditas hortikultura menyebabkan petani mengalami masalah dalam bersaing di dalam pasar, integrasi pasar yang dihadapi oleh petani adalah meluasnya jaringan pemasaran perusahaan-perusahaan besar.Untuk menghadapi jaringan pemasaran ini, petani akhirnya terdorong untuk melakukan kerjasama atau kemitraan dengan perusahaan-perusahaan industri pertanian. Kemitraan itu sendiri merupakan suatu bentuk kesalingtergantungan antara dua pihak yang didasari untuk mendapatkan keuntungan.

Selain mengalami masalah jarigan pemasaran, dalam pelaksanaannya petani sebagai produsen hortikultura juga menghadapi preferensi dari konsumen, dimana kualitas, ukuran, dan tampilan dari produk yang dihasilkan juga menjadi tuntutan. Masalah tersebut semakin membuat petani, yang pada dasarnya tidak memiliki kekuatan modal untuk meningkatkan produksi menjadi semakin lemah posisi tawarnya terhadap kondisi pasar.40

Masalah yang diawali oleh integrasi pemasaran hingga pada kemudian menjadi suatu bentuk kemitraan, pada akhirnya membentuk suatu industrialisasi dari komoditas hortikultura tersebut.41 Proses industrialisasi tersebut cenderung

membangun suatu sistem pemasaran yang terintegrasi dan membangun perusahaan-perusahaan dominan di dalam pasar komoditas ini.42 Perusahaan-perusahaan dominan ini menguasai pangsa pasar dengan melakukan pembesaran proporsi perusahaan dan akhirnya membentuk suatu struktur pasar oligopsoni

Pemikiran karakteristik hortikultura terkait kebijakan perdagangan disampaikan pada focus group discussion di Bogor dengan tema kesiapan IPB dalam merespon larangan sementara impor produk hortikultura

40Saptana, Henny Mayrowani, Adang Agustian, Sunarsih. Analisis Kelembagaan Kemitraan Rantai

Pasok Komoditas Hortikultura.Makalah Seminar Hasil Penelitian T.A. (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Balitbang pertanian, Departemen Pertanian, 2006, h. 3 41Spencer Henson dan John Cranfield, op.cit.h. 29

Vorley dan Fox (2004) berpendapat bahwa adanya integrasi pemasaran akan membuat adanya hubungan kekuasaan di dalamnya. Hubungan kekuasaan di dalam saluran pemasaran yang dimiliki oleh pemain dominan ini berada di dalam lingkungan atau pasar yang kompetitif dan dapat e jala ka kekuasaa tidak adil

(32)

19 dimana petani sebagai produsen, terikat oleh perusahaan-perusahaan dominan akibat adanya kemitraan atau kerjasama yang terjadi. Kemitraan dan kerjasama ini mendorong petani untukmelakukan peningkatan produksi akan tetapi harga dari produk yang diterima petani ditentukan oleh perusahaan mitranya.43

Pada komoditas hortikultura, kemitraan yang dapat berbentuk beberapa pola, yaitu: 1). Pola kemitraan dagang umum, yaitu suatu kerjasama pada tingkat middle man dengan pasar modern, restoran, ataupun pedagang besar, 2). Pola kemitraan Contract Farming, dimana petani menyetujui jumlah komoditas yang harus dihasilkan untuk dijual kepada perusahaan mitra, serta 3). Pola kemitraan kelompok penangkar bibit, diman petani harus mesmbeli bibit dari perusahaan mitra dan menjual hasil produksi ke perusahaan mitra tersebut.44

Penelitian Terdahulu

1. Batubara (2009) melakukan penelitian yang menganalisi pemasaran sayuran organik di PT Agro Lestari Ciawi Bogor Jawa Barat. Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan adalah Saluran pemasaran sayur organik di PT Agro Lestari terdiri dari tiga pola saluran pemasaran, yaitu (1) petani-pedagang pengumpul dan petani besar-pemasok dan petani besar-konsumen. (2) petani-pedagan pengumpul dan petani besar-pemasok-konsumen, (3) Petani-pedagang, pengumpul, dan petani besar-konsumen. Serta dia mendapatkan perbedaan yang cukup besar antara harga jual di petani dengan harga jual di tingkat pemasok.

2. Bambang Irawan (2006) melakukan penelitian mengenai Fluktuasi harga, transmisi harga, serta marjin pemasaran sayuran dan buah dimana didapatkan fluktuasi harga dan marjin pemasaran sayuran dan buah lebih tinggi dan transmisi harga yang lebih renda dibandingkan dengan komoditas padi dan palawija.

3. Ninuk Rahayuningrum, Wayan R. Susila, Tjahya Widayanti (2006) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga eceran gula. Herfindal Hirschman index digunakan dalam menganalisis struktur pasar komoditas gula.

4. Sunengcih (2009) meneliti mengenai struktur, perilaku, dan kinerja industri minuman ringan di indonesia. Dalam penelitiannya digunakan Herfindal Hirschman Index serta pangsa pasar dalam penetuan struktur pasar yang terjadi di industri minuman ringan di indonesia. Selanjutnya untuk meneliti kinerja dari industri tersebut digunakan structur-conduct-performancetheory. 5. Nursahaldin Sam (2012) meneliti mengenai rantai tata niaga biji kakao di

Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitiannya, marjin pemasaran serta farmer’s share digunakan dalam pengukuran efisiensi pemasaran yang terjadi pada pemasaran komoditas biji kakao.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu:

43Ibid., h.30

(33)

20

1. Dalam penelitian ini menitikberatkan pada distribusi serta struktur pasar dari komoditas hortikultura yang memiliki kecenderungan terjadi fenomena oligopsoni dalam penyalurannya.

2. Dalam penelitian ini akan menganalisis struktur pasar dan efisiensi distribusi dengan menggunakan metode analisis kualitatif untuk struktur pasar dari komoditas hortikultura serta metode analisis marjin pemasaran dan transmisi harga untuk efisiensi distribusi.

3. Dalam penelitian ini juga akan menggunakan analisis ekonomi politik dalam bentuk analisis kelembagaan biaya transaksi serta analisis struktur ekonomi.

Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan salah satu dari Negara berkembang di dunia ini yang masih mengandalkan sektor pertanian dalam kegiatan perekonomiannya. Sektor pertanian sebagai penyedia lapangan pekerjaan terbesar di Indonesia memiliki beberapa komoditas penting, salah satunya adalah komoditas hortikultura. Petani sebagai produsen dari komoditas ini mengalami permasalahan akibat semakin meluasnya integrasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertanian. Akibat adanya integrasi ini mendorong petani untuk melakukan kemitraan atau kerjasama dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

Kemitraan ini merupakan suatu bentuk ketergantungan antara petani dengan perusahaan-perusahaan besar atas produk hortikultura. Dimana adanya perjanjian-perjanjian dalam produksi hortikultura. Akan tetapi terdapat suatu masalah dimana kemitraan ini ternyata mendorong terjadinya ekspansi perusahaan-perusahaan pertanian dengan melakukan pembesaran proporsi perusahaan-perusahaannya sehingga menjadikan perusahaan tersebut menjadi dominan di dalam persaingan yang ada di pasar komoditas hortikultura. Dominasi yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan ini membuatnya memiliki kekuasaan di dalam saluran pemasaran komoditas hortikultura.

Pasar dalam pendekatan ekonomi terhadap politik merupakan suatu bentuk institusi, dimana suatu institusi memiliki aturan-aturan dan regulasi dalam mengatur setiap orang yang beraktifitas di dalamnya. Akan tetapi,akibat adanya integrasi dalam bentuk kemitraan atau kerjasama menyebabkan perusahaan-perusahaan dominan memiliki kekuasaan lebih atas penghasil atau penjual produk hortikultura. Kekuasaan di dalam saluran pemasaran ini dijalankan oleh perusahaan di dalam suatu pasar yang kompetitif, sehingga menciptakan ketidakadilan. Kekuasaan ini dapat berbentuk suatu penahanan informasi harga yang dihadapi sehingga membuat perusahaan-perusahaan mendapatkan untung lebih banyak.

(34)

21 pembeli produk hortikultura membuat perusahaan-perusahaan tersebut menjadi price maker di dalam pasar.

Hal itu menyebabkan kecenderungan terjadinya fenomena oligopsoni dalam pemasaran hasil komoditas hortikultura yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya ketidakefisienan pemasaran. Inefisiensi pemasaran dapat menyebabkan ketimpangan pendapatan yang didapat petani sebagai produsen utama komoditas hortikultura dengan pedagang sebagai penyalur komoditas tersebut.

Masuknya pasar modern dalam usaha pengadaan komoditas hortikultura menjadi suatu pendorong yang menyebabkan kekuatan integrasi pemasaran semakin kuat. Hal ini disebabkan oleh pasar modern dengan sistem retailnya memiliki suatu integrasi pemasaran sendiri, dimana dengan skala usaha yang besar pasar modern membutuhkan pasokan produksi hortikultura yang besar menjadikan pasar modern sebagai pembeli besar.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Pertanian sebagai salah

satu sektor utama indonesia

Hortikultura komoditas penting setelah pangan

Hortikultura memiliki masalah efisiensi dalam

pemasarannya

Munculnya Masalah Struktur Pasar Oligopsoni Akibat Kekuatan Dominan dari Pasar modern

Rekomendasi kebijakan Masuknya pasar modern

dalam kegiatan penyediaan hortikultura

kepada konsumen

Kerugian Masyarakat

Ketimun kentang tomat mangga semangka

(35)

22

METODOLOGI PENELITIAN

Pendahuluan

Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu studi mengenai tata cara dalam melakukan penelitian. Maksudnya adalah metode-metode yang akan kita gunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian. Setiap bidang ilmu memiliki metode penelitian masing-masing dalam mencari jawaban atas masalah-masalah yang terdapat pada bidang ilmu tersebut.45

Metode penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu cara ilmiah atau langkah-langkah ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data untuk tujuan tertentu. Cara ilmiah diartikan bahwa suatu penelitian harus rasional, empiris, dan sistematis dalam pelaksanaanya.Rasional diartikan sebagai cara-cara yang dapat diterima oleh nalar manusia.Empiris merupakan cara-cara yang digunakan dapat teramati oleh indera manusia.Serta sistematis yang berarti menggunakan langkah-langkah yang teratur dan logis.46

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan adanya data.Data dapat berupa data primer ataupun data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat akibat adanya proses pengumpulan data yang dimaksudkan untuk suatu penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan kumpulan data yang dikumpulkan tidak dimaksudkan untuk suatu penelitian tertentu.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data sekunder didapatkan dalam bentuk tabel, laporan, artikel, buku-buku atau karya tulis ilmiah yang relevan, BPS, Departemen pertanian, Departemen Perdagangan, dan Lembaga Swadata Masyarakat terkait.

Data primer melalui wawancara dengan beberapa informan. Informan ini merupakan pelaku langsung proses distribusi hortikultura serta pihak-pihak yang mengetahui pola kegiatan distribusi komoditi hortikultura ini. Proses ditribusi yang dianalisis meliputi pola serta saluran-saluran distribusi yang terjadi.

Komoditas yang diteliti di dalam penelitian kali ini dibatasi kepada saluran distribusi pada enam komoditas yang dijual oleh pasar modern. Pemilihan enam komoditas ini dilandasi oleh pengamatan awal mengenai produk hortikultura apa saja yang dijual oleh pasar modern. Penentuan komoditas apa saja yang diteliti pada penelitian ini diawali dari penentuan produk komoditas hortikultura apa saja yang disediakan oleh pasar modern. Kemudian disaring lagi berdasarkan ketersediaan dan kesesuaian data yang ada di Badan Pusat Statistik. Varietas dari produk hortikultura juga menjadi pertimbangan. Produk yang memiliki banyak varietas tidak disertakan dikarenakan akan terciptanya kerancuan dalam pengolahan data dan karena data yang digunakan untuk harga yang diterima petani merupakan harga secara umum.

Gambar

Tabel 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004 dan 2011
Tabel 2 Produksi Sayuran Indonesia
Tabel 3 Volume Ekspor Sub-Sektor Hortikultura 2007-2011
Gambar 1 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Tidak Langsung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi adalah sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dari suatu organisasi untuk memperoleh suatu informasi yang merupakan tujuan

Data radar mempunyai resolusi yang besar (CDR serpong memiliki kerapatan data 125m). Sedangkan resolusi WRF terbesar dalam penelitian ini adalah 3km. Berarti setidaknya

Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas

kedua, pesan damai yang disampaikan pada setiap awal tahun itu menegaskan bahwa gereja perdamaian dunia menjadi visi hidup Paus Yohanes Paulus ii dan gereja?. ketiga, penulis

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat

Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan jumlah sel Leydig dan sel-sel spermatogenik secara bermakna (p<0,05) pada kelompok hiperlipidemia dan setelah diberi