• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis Elements of Brand Equity Brownies Buying Decision Against Amanda (Case Study In the Ministry of Industry)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis Elements of Brand Equity Brownies Buying Decision Against Amanda (Case Study In the Ministry of Industry)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY BROWNIES KUKUS AMANDA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

(STUDI KASUS PADA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN)

EDO SUMARENDRA

PROGRAM STUDI INDUSTRI KECIL MENENGAH SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir “Analisis

Elemen-Elemen Brand Equity Brownies Kukus Amanda Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada Kementerian Perindustrian)” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam forum apapun dan

dimanapun.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir

ini.

Bogor, September 2011 Yang Menyatakan

(3)

ABSTRACT

EDO SUMARENDRA, Analysis Elements of Brand Equity Brownies

Buying Decision Against Amanda (Case Study In the Ministry of

Industry). Guided by Rizal Syarief and M. Syamsun.

Marketing is essentially an activity that builds brands in the minds of

consumers. Where is the power of the brand itself lies in its ability to

influence consumer behavior to make the buyer. Brand awareness is one

element of brand equity is very important, with the brand awareness of the

brand will be better known by consumers. Strong brand equity can be

formed through brand awareness (brand awareness), brand association

(brand association), perception of quality (perceived quality) and brand

loyalty (brand loyalty). The stronger the brand equity of a product, the

more powerful consumer confidence in the decision making process.

The purpose of this study are to: 1. Know and analyze and measure

the influence of brand equity consists of brand awareness, perceived

quality, brand associations and brand loyalty on purchase decisions for

souvenirs at the Ministry of Industry. 2. Know and analyze the brand equity

which is the most dominant influence purchasing decisions souvenirs

Amanda Brownies

Location of research conducted at the Ministry Perindustian a way to give

questionnaires to pagawai who had returned from Bandung, and then

selected 100 respondents who used research.

The analysis used in this study Validity and Reliability, Descriptive

Analysis, Analysis of test T (Inpedendent-Sample T-Test), Spearman Rank

Correlation Test, Importance Performance Analysis (IPA).

The results of the analysis that describes the results of research that

the presence of a positive perception terhdapat quality offered by Amanda

Brownies market through the quality of the product attributes Brownies

Brownies made Amanda Amanda as the Top of Mind to serve as a

(4)

provided by the environment to the consumer for the Ministry of Industry

has been reached, just how the brand is already popular on the market,

the quality of amanda brownies compared with urine, and the taste of

(5)

RINGKASAN

EDO SUMARENDRA, Analisis Elemen-Elemen Brand Equity Brownies Kukus Amanda Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada Kementerian

Perindustrian). Dibimbing oleh: Rizal Syarief sebagai Ketua dan M. Syamsun

sebagai anggota.

Pemasaran pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang membangun

merek didalam benak konsumen. Dimana kekuatan merek itu sendiri terletak pada

kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku konsumen untuk melakukan pembeli.

Kesadaran merek merupakan salah satu elemen dari brand equity yang sangat

penting, dengan kesadaran merek maka merek akan lebih dikenal oleh konsumen.

Ekuitas merek yang kuat dapat terbentuk melalui kesadaran merek (brand

awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality) dan loyalitas merek (brand loyalty). Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula rasa percaya diri konsumen dalam proses pengambilan

keputusan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :1. Mengetahui dan menganalisis serta

mengukur pengaruh ekuitas merek yang terdiri kesadaran merek, persepsi kualitas,

asosiasi merek dan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian oleh-oleh di

Kementerian Perindustrian. 2. Mengetahui dan menganalisis ekuitas merek mana

yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian oleh-oleh Brownies

Kukus Amanda

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kementerian Perindustian dengan cara

memberikan kuesioner kepada pagawai yang sudah pulang dari Bandung, lalu dipilih

100 responden yang dijadikan penelitian.

Analisis yang digunakan di dalam penelitian ini Validitas dan Reliabilitas,

Analisis Deskriptif, Analisa uji T (Inpedendent-Sample T-Test), Uji Korelasi Peringkat

Spearman, Importance Performance Analysis (IPA).

Hasil analisis yang menggambarkan hasil penelitian bahwa dengan adanya

persepsi yang positif terhdapat kualitas yang ditawarkan oleh Brownies Kukus

Amanda dipasaran melalui atribut kualitas dari produk Brownies Kukus Amanda

menjadikan Brownies Kukus Amanda sebagai Top of Mind untuk dijadikan oleh-oleh

(6)

oleh pihak Amanda kepada konsumen untuk dilingkungan Kementerian

Perindustrian telah tercapai, tinggal bagaimana merek yang sudah populer di

pasaran, kualitas dari brownies kukus amanda dibandingkan dengan pesing, dan

(7)

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tugas Akhir ini tanpa

mencantumkan atau menyebut sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik

atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi

IPB.

(8)

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY BROWNIES KUKUS AMANDA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

(STUDI KASUS PADA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN)

EDO SUMARENDRA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Tugas Akhir : Analisis Elemen-Elemen Brand Equity Brownies Kukus Amanda Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada Kementerian Perindustrian) Nama Mahasiswa : Edo Sumarendra

Nomor Pokok : F352080015

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA Dipl. Ing., DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc, Agr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karuniaNya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2011 ini adalah

ekuitas merek, dengan judul Analisis Elemen-Elemen Brand Equity Brownies Kukus Amanda Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus

Pada Kementerian Perindustrian).

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak menemui

hambatan dan kendala baik hambatan operasional, waktu dan kendala

dalam pengumpulan data yang paling terkini maupun pemahaman penulis

terhadap kajian penelitian ini. Namun demikian, berkat bantuan dari

berbagai pihak, hambatan dan kendala tersebut dapat diselesaikan dan

diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih, terutama

kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS, selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penyelesaian Tugas Akhir ini.

2. Bapak Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc, selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis dalam

penyelesaian Tugas Akhir.

3. Bapak Prof.Dr.Ir.H Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, Ketua Program Studi

Industri Kecil Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pertanian

Bogor.

4. Bapak Dr. Ir. Naresworo Nugroho, Msi, Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Pertania Bogor.

5. Segenap Dosen Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah

Pasca Sarjana, Universitas Pertanian Bogor.

6. Segenap Staf Administrasi Program Studi Industri Kecil Menengah,

yang telah memberikan pelayanan dan motivasi kepada Penulis.

7. Kapusdatin, Pemimpin Pusat Data dan Informasi, yang telah

(11)

8. Keluarga Setia Utama, yang telah memberikan advis, masukan,

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

9. Seluruh Staf Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian,

yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

10. Istriku tercinta Nia Kurniawati yang telah memberikan motivasi dan

doanya yang tulus kepada penulis, ananda Tanisha dan Arkan yang

telah menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Orang tua dan keluarga, yang telah memberikan motivasi dan doanya

yang tulus kepada penulis.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah

disisi-Nya. Akhirnya dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari bahwa

baik materi maupun tata cara penulisan Tugas Akhir ini terdapat

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun

dari segenap pembaca sangat penulis hargai.

Bogor, September 2011

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aceh pada tanggal 17 Juli 1981 dari ayah Jerry Suyatno

dan ibu Suyatmi. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Tahun 2000 penulis masuk Universitas Pakuan Bogor, penulis memilih jurusan

Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama

mengikuti penulis aktif di organisasi kemahasiswaan.

Saat ini penulis bekerja di Kementerian Perindustrian dengan unit Pusat Data

dan Informasi di Bagian Tata Usaha Sub Bagian Program dan Pelaporan.

Sebelumnya penulis pindah unit kerja di Sekretariat Direktorat Basis Industri

(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup ... 7

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Merek ... 9

1. Pengertian, Peranan dan Kegunaan Merek ... 9

2. Identitas Merek dan Citra Merek ... 12

3. Cara Memiliki Merek ... 13

4. Strategi Merek ... 13

C. Konsumen ... 14

1. Teori Kepuasan Konsumen ... 14

2. Mengukur Kepuasan Konsumen ... 16

D. Pengertian dan peranan Ekuitas Merek ... 17

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekuitas Merek ... 18

1. Kesadaran Merek (Brand Awareness) ... 18

2. Kersepsi Kualitas (Perceived Value) ... 22

3. Asosiasi Merek ... 24

4. Loyalitas Merek ... 27

F. Keputusan Pembelian ... 29

1. Teori Keputusan Pembelian ... 29

(14)

ii

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

B. Metode Kerja ... 34

1. Validitas dan Reliabitas ... 34

2. Analisis Deskriptif ... 36

3. Analisis uji T (Inpedendent-Sample T-Test) ... 36

4. Uji Korelasi Spearman ... 39

5. Importance Performance Analysis (IPA) ... 40

C. Aspek Kajian ... 44

1. Metode Pengumpulan Data ... 44

2. Populasi ... 44

3. Sampel dan Teknik Sampling ... 44

4. Instrumen Pengumpulan Data ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Survei ... 47

B. Analisis Validitas dan Reliabitas ... 47

C. Analisis Deskriptif ... 53

D. Analisis uji T (Inpedendent-Sample T-Test) ... 55

E. Uji Korelasi Spearman... 61

F. Importance Performance Analysis (IPA) ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARA A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

(15)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Data Perkembangan Potensi IKM Tahun 2005-2009 ... 6

2. Korelasi terhadap item-item persepsi kualitas ... 48

3. Reliabeliti terhadap item-item persepsi kualitas ... 49

4. Korelasi terhadap item-item asosiasi merek ... 50

5. Reliabeliti terhadap item-item asosiasi merek ... 51

6. Korelasi terhadap item-item loyalitas merek ... 51

7. Reliabeliti terhadap item-item loyalitas merek ... 52

8. Analisis Top of Mind Awareness ... 56

9. Analisis Brand Recall Awareness ... 56

10. Analisis Brand Recognition ... 57

11. Analisis Unaware ... 57

12. Switcher ... 58

13. Habitual Buyer ... 59

14. Satisfied Buyer ... 59

15. Liking Brand ... 60

16. Committed buyer ... 60

17. Korelasi asosiasi merek ... 61

(16)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Piramida Brand Awareness ... 20

2. Diagram Nilai dari Kesan Kualitas ... 23

3. Piramida Loyalitas ... 27

4. Tahapan Proses Keputusan Pembelian ... 30

5. Konsep Ekuitas Merek yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian ... 32

6. Model Umum Pengukuran Kesadaran Merek ... 35

7. Model variable-variabel pengukuran loyalitas merek ... 37

8. Model Umum Pengukuran Brand Association ... 38

9. Diagram Kartesius dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan ... 41

10. Model umum pengukuran persepsi kualitas ... 42

11. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

12. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 54

13. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 54

14. Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran ... 55

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan suatu produk didalam pemasaran pada sekarang ini

telah mengalami perkembangan sehingga didalam melakukan pemasaran

produk menjadi begitu kompleks dan penuh dengan aspek-aspeknya.

Oleh karena itu interaksi di pemasaran dengan sistem dan aktivitasnya

mampu mendekatkan antara konsumen dengan produk serta nama merek

perusahaan yang ditawarkan. Pada saat ini aspek pemasaran tidak hanya

mengarah pada fungsi dari produk saja seperti kegunaan suatu produk,

melainkan juga sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan

citra terhadap produk tersebut yang membuat pasar akan lebih fokus.

Pemasaran pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang

membangun merek di dalam benak konsumen. Kekuatan merek itu sendiri

terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku konsumen

untuk melakukan pembeli. Bahkan merek diyakini mempunyai kekuatan

yang besar untuk memikat konsumen terhadap pilihan membeli suatu

produk atau jasa yang diwakilinya. Bagi masyarakat sekarang ini

keputusan pembelian lebih banyak di berdasarkan pertimbangan merek

dari pada hal-hal lain.

Membangun merek merupakan suatu upaya yang secara tidak

langsung membantu didalam membedakan produk yang dihasilkan suatu

perusahaan terhadap begitu banyak perusahaan yang mempunyai variasi

produk, serta jenis produk yang sama, oleh karena itu produk tersebut

harus dapat dibedakan dengan diberi tanda, simbol atau desain yang

mengidentifikasi dan mendeferensiasi dengan produk lain. Dengan

adanya suatu merek maka akan mempermudah perusahaan untuk

memperkenalkan produknya kepada para konsumen agar merek

perusahaan tersebut dapat di terima pasar.

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol disain, ataupun

(18)

2 dihasilkan oleh suatu perusahaan. Identifikasi merek tersebut juga

berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh

perusahaan pesaing. Didalam melakukan pemasaran, merek memegang

peranan yang sangat penting, salah satunya adalah menjembatani

harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu yang

akan didapat konsumen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa adanya

ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan penghasil produk

melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, akan

tetapi mereka tidak mungkin bisa menawarkan janji emosional yang sama

terhadap konsumen.

Menurut Kotler (2000), yang dimaksud dengan keputusan pembelian

adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa

atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian

sumber-sumber seleksi terhadap alternatif pembelian, keputusan

pembelian, dan perilaku setelah pembelian.

Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek yang kuat. Menurut

Durianto et.al (2004) ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas

merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau

jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.

Sebagai salah satu instansi pemerintah, Kementerian Perindustrian

di dalam aktifitas pelaksanaan kegiatan mengambil tempat di Jawa Barat

khususnya Bandung, itu bisa dilihat dari data perjalanan dinas yang ada di

Kementerian perindustrian sebanyak 2972 kali kunjungan, hal ini secara

tidak langsung memberikan dampak positif bagi pertumbuhan

perekonomian di Jawa Barat karena akan adanya perputaran transaksi

pemasaran yang terjadi.

Jawa Barat yang terkenal dengan kuliner jajanannya, ternyata secara

tidak langsung menjadikan tumbuhnya persaingan pemasaran antar

pemasar, salah satunya industri makanan yang banyak menawarkan

berbagai macam pilihan jajanan oleh-oleh yang bisa di bawa pulang

(19)

3 makanan yang ada di Bandung, ternyata Brownies Kukus Amanda masih

menjadi semacam oleh-oleh wajib yang dibawa apabila pulang dari

mengunjungi Bandung, mungkin karena beberapa tahun terakhir ini

khususnya di Bandung di banyak penjuru kotanya tak sulit menemukan spanduk bertulisan “Brownies Kukus Amanda”. Apa semua ini karena mulanya Brownies Amanda ini di jual di Bandung dan menjadi trendsetter brownies kukus di banyak kawasan wisata kuliner di Nusantara ini.

Meskipun sudah sangat terkenal, ternyata sebagian masyarakat Bandung

ikut disibukkan menjadi pengencer Brownies Kukus Amanda ini, sehingga

bisa dibilang berjualan Brownies Kukus Amanda menjadi mata pencarian

yang cukup lumayan hasilnya. Mereka berjualan dengan menggunakan

mobil atau lemari kaca yang tentu saja dengan variasi harga yang lebih

tinggi daripada harga di gerai aslinya. Artinya siapapun yang berkunjung

ke Bandung pasti bisa merasakan kelezatan Brownies Kukus Amanda ini.

Brownies kukus Amanda sebagai salah satu industri makanan,

mencoba turut ambil bagian dalam memperebutkan pangsa pasar industri

roti yang sudah ada dengan membuat 22 variasi produk didalam

pemasarannya serta mendaftarkan hak merek dari Kementerian

Kesehatan dan sertifikat halal dari MUI. Hal ini tentunya merupakan salah

satu langkah strategi mempertahankan, memperbaiki dan

mengembangkan kualitas produk yang sudah ada dimiliki Brownies

Amanda.

Dengan adanya gambaran banyaknya pengecer yang ikut

melibatkan diri sebagai pemasar, ini secara tidak langsung membantu

Brownies Amanda dalam merebut simpati hati konsumen, dan

menunjukkan betapa pentingnya merek di mata konsumen. Konsumen

memiliki kepedulian, penerimaan, maupun preferensi yang tinggi terhadap

merek yang dipandang memiliki ekuitas merek yang tinnggi. Hal ini tentu

saja menguntungkan perusahaan pemilik merek, karena hal itu

memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing-pesaingnya.

Saat ini banyak UMKM pangan di Jawa Barat yang berlomba-lomba

(20)

4 banyaknya jumlah pebisnis yang menggeluti usaha makanan khas

daerah, secara tidak langsung telah membuat tingkat persaingan semakin

tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan harus bisa menyusun strategi

untuk mengembangkan usahanya dimasa mendatang dengan salah

satunya adalah dengan mengetahui seberapa jauh nilai merek selalu di

ingat konsumen terhadap produk yang dihasilkannya. Dengan mengetahui

ekuitas merek terhadap konsumen, maka perusahaan akan dapat

mengetahui kekuatan dari produk yang telah di hasilkan didalam

industrinya. Dengan menggunakan kekuatan ekuitas merek tersebut,

perusahaan dapat meningkatkan pemasaran terhadap produk

unggulannya.

Ekuitas merek yang kuat dapat terbentuk melalui kesadaran merek

(brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas

(perceived quality) dan loyalitas merek (brand loyalty). Semakin kuat

ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula rasa percaya diri

konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan

pembelian, sehingga mengantar perusahaan supaya mendapatkan

keuntungan dari waktu ke waktu. Dengan tingkat persaingan yang

semakin meningkat diantara merek-merek yang beredar di pasaran, hanya

produk yang memiliki ekuitas merek kuat dan menciptakan keunggulan

yang akan tetap mampu bersaing, merebut, dan menguasai pasar dengan

meminimalkan kelemahan yang ada.

Dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang bisa dijadikan

tuntutan dasar seorang konsumen didalam mempertimbangkan keputusan

pembelian oleh-oleh, secara tradisional masyarakat masih terikat kepada

hal–hal berikut yang berkaitan dengan faktor ekuitas merek, yaitu:

1) Mempertimbangkan apa yang akan dibeli dengan melihat secara

umum dan telah dikenal secara luas dimana hal ini merupakan ruang

lingkup dari dimensi kesadaran merek.

2) Mempertimbangkan faktor ekonomis (harga, rasa, kemasan, varian

bentuk dan daya tahan) yang merupakan unsur dari dimensi kesan

(21)

5 3) Perbandingan dengan merek–merek lain dengan

mempertimbangkan hal–hal yang terdapat pada dimensi kesadaran

merek dan dimensi kesan yang dirasakan, dimana secara teoritis hal

ini merupakan cerminan dari dimensi asosiasi merek.

4) Kesan positif yang di sampaikan oleh konsumen yang telah membeli

kepada calon pembeli lain didalam lingkungannya yang secara

umum dapat dipandang sebagai dimensi loyalitas merek.

Diketahui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai

peranan yang sangat penting dalam kondisi perekonomian nasional

Indonesia. Hal ini terbukti selama terjadinya krisis ekonomi yang pernah

melanda Indonesia, usaha kecil mampu bertahan dibandingkan usaha

besar. Kebanyakan usaha besar mengalami kebangkrutan akibat

penggunaan bahan baku dari luar dan selisih kurs mata uang asing

terhadap rupiah. Di Indonesia usaha mikro, kecil dan menengah juga

memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Indonesia dan pengembangan sumber daya manusia pada umumnya. hal

ini membuktikan bahwa UKM merupakan tulang punggung penyediaan

tenaga kerja di Indonesia (Hubeis, 2008). Oleh sebab itu, perkembangan

dan kemajuan yang di alami oleh usaha mikro, kecil dan menengah akan

dirasakan pula oleh sebagian besar masyarakat kita khususnya tenaga

yang berada didalamnya.

Adapun perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah di

Indonesia dari tahun 2005–2009, rata-rata mengalami penambahan unit

usaha setiap tahunnya walaupun pada tahun 2005 dan 2008 sempat

terjadi penurunan unit usaha, oleh sebab terjadinya krisis ekonomi. Ini

(22)

6 Table 1. Data Perkembangan Potensi IKM

Tahun 2005–2009

Sumber: BPS PEB 2008. Diolah Ditjen IKM Kementerian Perindustrian

*) Angka sementara

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Sejauhmana pengaruh elemen-elemen ekuitas merek Brownies Kukus Amanda yang terdiri dari: kesadaran merek,

persepsi kualitas, asosiasi merek dan loyalitas merek, berpengaruh

terhadap begitu seringnya pembelian di lingkungan Kementerian

Perindustrian.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan menganalisis serta mengukur pengaruh ekuitas

merek yang terdiri kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi

merek dan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian oleh-oleh

(23)

7 2. Mengetahui dan menganalisis ekuitas merek mana yang paling

dominan mempengaruhi keputusan pembelian oleh-oleh Brownies

Kukus Amanda.

D. Ruang Lingkup

Pembahasan penelitian ini mengenai pengukuran ekuitas merek dari

produk Brownies Amanda ini hanya terbatas pada elemen-elemen ekuitas

merek yang sudah dibahas pada perumusan masalah diatas yaitu brand

awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), brand

perceived quality (persepsi kualitas merek) dan brand loyalty (loyalitas

merek). Jadi penelitian ini tidak mengukur nilai dari ekuitas merek dari

suatu merek dalam bentuk nilai suatu aset, serta tidak melihat apakah

oleh-oleh yang dibawa dari Bandung itu di beli sendiri atas keinginan

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Kim dan Kim (2004) mengadaptasikan dan mengembangkan skala

pengukuran Customer-Based Restaurant Brand Equity (Studi empiris terhadap tujuh Quick Service Restaurant, hardee’s, Jacob’s, KFC, Lotteria

dan Popeyes di Soul). Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dan

konklusif dengan teknik pengumpulan data primer dengan menggunakan

kuisioner sebanyak 110 sampel dan model statistik yang digunakan

adalah regresi berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekuitas

merek yang kuat berkorelasi positif dengan kepuasan konsumen dan

pendapatan restoran. Dari empat elemen ekuitas merek yang diteliti

berupa kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived

quality) dan asosiasi merek (brand associations) memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepuasan. konsumen dan pendapatan restoran sedangkan

loyalitas merek (brand loyality) justru memiliki pengaruh lemah.

Hatane Samuel dan Foedjiawati (2005) mengkaji pengaruh

kepuasan konsumen terhadap kesetiaan merek (Studi kasus Restoran

The Prime Strak dan Ribs Surabaya). Kepuasan konsumen diukur melalui

atribut yang berhubungan dengan produk, pelayanan, dan pembelian.

Sedangkan kesetiaan merek diukur melalui perilaku biaya pengganti

kepuasan kesukaan terhadap merek dan komitmen. Jenis penelitian

adalah penelitian deskriptif denggan teknik analisis data Equation Model (SEM). Teknik pengambilan sampel dengan multistage purposive sampling pada 120 responden dan model statistik yang digunakan adalah Amos 4.01 dan dibantu dengan software SPSS 11. Hasil penelitan menunjukkan bahwa kepuasan konsumen di Restoran The Prime Steak &

Ribs mendapat penilaian yang cenderung baik, beberapa atribut masih

variasi penilian yang tinggi, dan terdapat hubungan pengaruh positif yang

(25)

9

Humdiana (2005) mengkaji elemen-elemen ekuitas merek terhadap

konsumen (Analisis elemen-elemen ekuitas merek produk rokok merek

Djarum Black). Penelitian terhadap Djarum Black telah dilakukan dengan

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan pengolahan data

untuk menyimpulkan kekuatan elemen ekuitas. Sebelumnya dilakukan uji

validitas, reliabilitas dan untuk membuat kesimpulan menggunakan uji

Cochran Q. Hasilnya menunjukkan bahwa atas pikiran Djarum Black

memiliki posisi pada ketiga dalam empat rokok ringan, hubungan dengan

dibedakan Djarum Black adalah rokok dengan tar hitam mengandung dan

nicotne rendah, untuk pria dewasa, perbedaan kinerja, menarik diiklankan,

imajinasi penuh dan kreatif, persepsi Djarum Black kategori kualitas baik

dan harga tidak mahal, Piramida kesetiaan Djarum Black adalah vertikal,

konsumen rata-rata Djarum Black belum setia.

B. Merek

1. Pengertian, Peranan dan Kegunaan Merek

Melihat fenomena persaingan pemasaran yang begitu tinggi,

membuat para pemasar berusaha untuk mampu mencari cara bagaimana

mengembangkan bahkan merebut pangsa pasar dari para pesaingnya.

Selain mengandalkan produk yang dihasilkan dengan segala macam

perbedaan dan keunggulannya, salah satu modal untuk memenangkan

persaingan adalah melalui merek (brand), dengan harapan apa yang

sudah di pasarkan lebih mudah populer dan di ingat konsumen. Merek

adalah sesuatu yang mudah dikenali dari sebuah produk. Melihat merek

suatu produk membuat produsennya mudah mengetahui produk.

Kotler dan Susanto (2001) menyatakan bahwa: “Merek merupakan

nama, istilah, tanda simbol, atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal

tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa

dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing”.

Selanjutnya menurut Aaker (1996) menyatakan bahwa: “Merek

(26)

10

logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau

jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan

demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor”.

Menurut Rangkuti (2002) menyatakan bahwa: “Merek adalah nama,

istilah, symbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur

ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual”.

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1992 pasal 1 menjelaskan bahwa “Merek yang terbagi atas Merek Dagang dan Merek Jasa adalah tanda yang berupa gambar, kata, huruf, angka, susunan

warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya

pembeda dan digunakan dalam kegiatan distribusi atau penjualan barang dan jasa”.

Undang-undang No. 15 tahun 2001 pasal 1 poin1 menjelaskan bahwa “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur

tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai dua

unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata-kata yang

dapat terbaca serta brand merk yang berbentuk symbol, desain, selain berguna untuk membedakan satu produk dari produk pesaingnya juga

berguna untuk mempermudah konsumen untuk mengenali dan

mengidentifikasi barang atau jasa yang di hendak dibeli.

Merek merupakan sebuah nama atau simbol yang dapat dibuat

untuk membedakan satu produk dengan produk lainnya. Merek dapat juga

dijadikan ciri untuk membedakan suatu produk dari produk pesaing. Selain

itu, merek yang telah dipatenkan dapat membuat produk tersebut menjadi

(27)

11

Dalam era globalisasi ini peranan merek menjadi sangat penting

karena pembedaan satu produk dari produk lainnya sangat tergantung

pada merek yang ditampilkan.

Menurut Durianto, et al (2004) bahwa merek sangat penting atau berguna karena: 1) Mengkonsistenkan dan menstabilkan emosi

konsumen; 2) Mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar; 3)

Mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen; 4)

Berpengaruh dalam membentuk prilaku konsumen; 5) Memudahkan

proses pengambilan keputusan pembelian, karena konsumen dapat

dengan mudah membedakan produk yang dibelinya dengan produk lain;

6) Dapat berkembang menjadi sumber asset terbesar bagi perusahaan.

Menurut Retnawati (2003), merek menjadi sangat strategis bagi

perusahaan dikarenakan adanya manfaat yang diberikan bagi penjual dan

pembeli karena: 1) Pengelolaan merek yang efektif dimungkinkan dapat

mempertahankan kesetiaan konsumen yang ada, nantinya bisa dipakai

untuk menghemat serangan pesaing dan membantu memfokuskan

program pemasaran; 2) Merek dapat membantu dalam melakukan

segmentasi pasar; 3) Citra perusahaan dapat dibangun dengan merek

yang kuat dan memberi peluang dalam peluncuran merek-merek baru

yang lebih mudah diterima oleh pelanggan dan distributor; 4) Memberikan

ciri-ciri produk yang unik dan perlindungan hukum (hak paten) yang dapat

mempermudah prosedur lain apabila terdapat cacat produksi pada produk

yang dibeli oleh konsumen.

Namun merek juga dapat dibagi dalam pengertian lainnya menurut

Rangkuti (2002: 2) yaitu:

1) Brand Name (nama merek) yang merupakan bagian yang dapat diucapkan. Misalnya: Pepsodent, BMW, Menthos dan sebagainya;

2) Brand Mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain

huruf atau warna khusus. Misalnya: Simbol Toyota, gambar tiga

(28)

12

3) Trade Mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya

menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi

penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek

(tanda merek);

4) Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual

karya tulis, karya musik atau karya seni.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa merek

mempunyai peranan yang penting dan merupakan aset yang tidak ternilai

harganya bagi perusahaan.

2. Identitas Merek dan Citra Merek

Di dalam pemasaran yang penuh dengan persaingan, citra merek

mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan wadah

pembeda produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan dengan

pesaingnya. Produk dikatakan berhasil secara pemasarannya oleh

pesaing mudah sekali di tiru dengan menggunakan teknologi yang dimiliki

oleh pesaing akan tetapi merek, khususnya citra merek yang terekam

dalam benak konsumen tidak dapat ditiru.

Menurut Susanto (2004) “Identitas merek adalah apa yang disodorkan oleh pemasar sedangkan citra merek adalah apa yang

dipersepsikan oleh konsumen. identitas merek merupakan pendahuluan

dari citra merek. Identitas merek dikirimkan kepada konsumen melalui

media komunikasi yang diperlakukan sebagai stimulus dan diserap oleh

indera kemudian ditafsirkan oleh konsumen. Proses ini dilakukan dengan

membuat penilaian berdasarkan pengalaman masa lalu dan kemudian

mengartikannya. Proses inilah yang disebut sebagai persepsi dan

berdasarkan persepsi konsumen inilah citra merek terbentuk”.

Tanpa citra merek yang di dukung oleh identitas merek yang positif

(29)

13

mempertahankan pelanggan yang sudah ada, serta meminta mereka

membayar dengan harga yang tinggi.

3. Cara Memiliki Merek

Merek perusahaan dapat diperoleh dengan membangun sendiri atau

membeli merek atau perusahaan yang telah memiliki merek potensial

spesifikasi. Pada dasarnya untuk membangun merek membutuhkan biaya

yang sangat besar.

Tjiptono (2005) menyatakan bahwa: “Ada dua cara yang dapat

ditempuh perusahaan untuk mendapatkan merek yang kuat yaitu: 1)

Membangun dan mengembangkan merek sendiri, caranya dengan

memiliki posisi yang tepat, nilai merek yang tepat dan konsumen yang

tepat; 2) Membeli merek atau perusahaan yang memiliki merek potensial

spesifik, caranya dengan mengincar merek-merek lokal yang kuat dan

berpotensial di berbagai negara dengan memfokuskan strategi akuisisinya

pada pasar yang berkembang pesat sehingga biayanya relative rendah

dan mampu meningkatkan kompetensi pemasarannya”.

4. Strategi Merek

Nilai merek yang tinggi memberikan banyak keuggulan bersaing

kepada perusahaan. Untuk itu perusahaan harus menangani mereknya

dengan hati-hati untuk melindungi nilai merek yang telah ada. Strategi

yang efektif harus dikembangkan untuk mempertahankan atau

memperbaiki kesadaran merek, mutu dan manfaat merek yang dipahami

serta asosiasi merek yang positif sepanjang waktu dimata konsumennya. Kotler dan Susanto (2001) menyatakan bahwa: “Menentukan strategi merek yang kuat ada lima pilihan yaitu: 1) Perluasan lini (Line Extension)”:

memperkenalkan produk tambah dalam kategori produk yang sama

dengan merek yang sama, tetapi dengan tampilan baru seperti bentuk,

rasa, warna, ukuran kemasan dan sebagainya; 2) Perluasan Merek (brand

(30)

14

kategori produk baru; 3) Multi Brand: memperkenalkan merek tambahan dalam kategori produk yang sama, untuk mencoba membentuk kesan dan

daya tarik lain kepada konsumen sehingga lebih banyak pilihan; 4) Merek

baru; 5) Merek Bersama (Co-branding): menggabungkan dua atau lebih

merek terkenal dalam satu penawaran, agar merek yang satu dapat

memperkuat merek yang lain

Strategi apapun yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan untuk

menguatkan merek yang dimilikinya sangat tergantung pada posisinya

yang tepat di pasar. Untuk itu posisi merek tersebut harus dievaluasi

secara terus-menerus di tengah persaingan yang semakin ketat, sehingga

perusahaan dapat melakukan perubahan posisi. Perubahan posisi dapat

terjadi karena setiap saat dengan melihat selera konsumen selalu berubah

seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen

terhadap suatu produk.

C. Konsumen

1. Teori Kepuasan Konsumen

Banyak perusahaan yang telah menyadari bahwa pelayanan dan

kepuasan konsumen merupakan hal yang paling utama dalam rangka

bertahan di arena bisnis dan untuk memenangkan persaingan. Meskipun

demikian, tidaklah mudah untuk memujudkan kepuasan konsumen secara

menyeluruh. Namun tentu saja setiap perusahaan harus berusaha

meminimalkan ketidakpuasan konsumen dengan memberikan pelayanan

yang semakin hari semakin baik.

Swan dalam Tjiptono (2005) menyatakan bahwa: “kepuasan konsumen sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif

menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah

produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan

pemakaiannya”.

(31)

15

Nasution (2001) menyatakan bahwa: “Kepuasan ditunjukkan dengan kualitas pelayanan yang mereka rasakan dan ditandai dengan sikap positif

terhadap karyawan dan keinginan membeli ulang. Kualitas pelayanan ini

terdiri atas empat dimensi yaitu: kehandalan, empati, jaminan dan daya tanggap”.

Ini berarti bahwa kepuasan adalah semacam langkah perbandingan

antara pengalaman dengan hasil evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu

yang nyaman secara rohani, bukan hanya nyaman karena dibayangkan

atau diharapkan. Puas atau tidak puas yang dirasakan konsumen atas

suatu produk yang dibeli atau dikonsumsi bukan merupakan emosi

melainkan sesuatu evaluasi dari emosi.

Selanjutnya Tjiptono (1996) menyatakan bahwa: “Persepsi dan

harapan konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1) Kebutuhan dan

keinginan yang dirasakan ketika sedang melakukan transaksi dengan

perusahaan; 2) Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari

perusahaan maupun pesaing-pesaingnya; 3) Pengalaman dari

teman-teman yang menceritakan kualitas produk yang akan dibeli; 4) Komunikasi melalui iklan dan pemasaran”.

Kualitas merupakan suatu yang paling penting dan paling sulit untuk

menilainya. Kualitas produk terletak pada kepuasan konsumen.

sehubungan dengan itu perlu memahami komponen-komponen yang

berkaitan dengan kepuasan konsumen.

Parasuraman, dkk dalam Sunarto (2003) menyatakan bahwa: “terdapat lima kriteria penentu kualitas jasa pelayanan yaitu 1) Berwujud: Termasuk fasilitas fisik, peralatan dan penampilan perorangan; 2)

Reliabilitas: Kemampuan personil untuk melaksanakan secara bebas dan

akurat; 3) Tanggapan: Konsumen diberikan pelayanan dengan segera; 4)

Jaminan: Pengetahuan dan etika pegawai, serta kemampuan mereka

untuk membangkitkan kepercayaan dan keyakinan konsumen; 5) Empati: Kepedulian akan kemampuan pegawai dan perhatian individu”.

Mempertahankan atau meningkatkan kepuasan konsumen adalah

(32)

16

pengoptimalisasian ke lima kriteria penentu kualitas jasa pelayanan

sangat penting dilakukan untuk membentuk kepuasan konsumen dan

menjaga hubungan yang saling menguntungkan antara konsumen dan

perusahaan.

Tjiptono (1996) menyatakan bahwa: “perusahaan yang memperhatikan kepuasan konsumennya akan memperoleh manfaat: 1)

Reputasi perusahaan semakin positif di mata konsumen; 2) Dapat

mendorong terciptanya loyalitas; 3) Memungkinkan terciptanya

rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan;

4) Meningkatkan keuntungan; 5) Hubungan antara perusahaan dan

konsumen menjadi harmonis; 6) Mendorong setiap anggota organisasi

untuk bekerja dengan tujuan serta kebanggan yang lebih baik”.

2. Mengukur Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen sangat tergantung pada persepsi dan harapan

mereka apakah sudah sesuai dengan kenyataan sehingga mereka puas

dan akan membentuk pengalaman konsumsi yang positif. Untuk itu

perusahaan harus berusaha mempertahankan agar pembeli tetap merasa

puas, karena konsumen yang telah puas pada pembelian awal akan

melakukan pembelian ulang dan mau memberitahukan kepada orang lain

mengenai pengalaman baik dalam membeli dan menggunakan produk.

Untuk mengukur kepuasan konsumennya, perusahaan melakukan

beberapa cara antara lain dengan menyediakan kotak saran, melakukan

survey kepuasan konsumen dan mencari tahu kelemahan kualiatas

produk dengan meneliti konsumen yang berhenti membeli.

Dengan demikian, penelitian mengenai kepuasan konsumen harus

menjadi topik sentral dalam dunia riset pasar dengan konsep dasar bahwa

kepuasan konsumen akan mendorong meningkatnya profit. Karena

kosumen yang merasa puas akan bersedia membayar lebih untuk produk

yang diterima dan lebih bersifat toleran akan kenaikan harga. Hal ini

tentunya akan menaikkan laba perusahaan dan kesetiaan konsumen pada

(33)

17

oleh perusahaan, sekaligus menjadi pemasar yang efektif dengan mau

menceritakan produk yang dibelinya kepada orang lain.

D. Pengertian dan peranan Ekuitas Merek

Ekuitas merek merupakan asset yang dapat memberikan nilai

tersendiri di mata konsumennya. Asset yang terkandung dalam ekuitas

merek dapat membantu konsumen dalam menafsirkan, memproses dan

menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut.

Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam

penggunaan atau pendekatan berbagai karakteristik merek.

Dengan memilki landasaran ekuitas merek yang kuat, akan

membantu perusahaan di dalam persaingan pasar dan pengembangan

produk dalam jangaka waktu yang lama, itu karena efek dari rasa percaya

diri perusahaan terdapat kepuasan konsumennya.

Menurut Aaker (1996) Ekuitas merek adalah: “Serangkaian asset dan kewajiban (liabilities) merek yang berkaitan dengan suatu merek,

nama, dan simbolnya, yang menambahkan atau mengurangi nilai yang

diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan dan/atau

pelanggan perusahaan tersebut. Ekuitas merek terdiri atas empat dimensi

yaitu loyalitas merek (brand loyality), persepsi kualitas (perceived quality),

asosiasi merek (brand associations) dan kesadaran merek (brand

awareness)”.

Menurut Simamora (2003), ekuitas merek (brand equity) disebut juga

nilai merek, yang menggambarkan keseluruhan kekuatan merek di pasar.

Ekuitas merek memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi sebuah

perusahaan karena orang lebih cenderung membeli produk yang

membawa nama merek terkenal dan dihormati.

Asset dan kewajiban yang menjadi dasar ekuitas merek akan

berbeda antara satu konteks dengan konteks lainnya.

(34)

18

kesadaran pada sejauhmana merek itu mempunyai loyalitas merek,

persepsi kualitas, anggapan mutu, asosiasi merek yang tinggi dan asset lain seperti paten, merek dagang, dan hubungan distribusi”.

Sebuah merek dengan nilai merek yang kuat merupakan asset yang

sangat berharga. Di samping memberi nilai bagi konsumen, ekuitas merek

yang kuat juga memberikan nilai bagi perusahaan. Ekuitas merek yang

kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat konsumen

baru atau merangkul kembali konsumen lama, memungkinkan

perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi, menumbuhkan dan

memperluas merek pada produk lainnya, meningkatkan penjualan karena

mampu menciptakan loyalitas saluran distribusi dan asset ekuitas merek

lainnya dapat memberikan keuntungan bersaing bagi perusahaan dengan

memanfaatkan celah-celah yang tidak dimiliki pesaing.

Berdasarkan uraian di atas ekuitas merek menempati posisi yang

demikian penting bagi tercapainya tujuan perusahaan. Dengan demikian

perusahaan yang ingin tetap bertahan, dan melangkah lebih maju untuk

memenangkan persaingan, sangat perlu mengetahui kondisi ekuitas

merek produknya melalui riset terhadap elemen-elemen ekuitas merek.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekuitas Merek

Terhadap keputusan untuk melakukan keputusan pembelian

dipengaruhi faktor-faktor ekuitas merek pada pemahaman:

1) Kesadaran merek.

2) Persepsi kualitas.

3) Asosiasi merek.

4) Loyalitas merek.

1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek di dalam

pikiran konsumen, yang nantinya menjadi penentu di dalam beberapa

(35)

19

ekuitas merek. Apabila kesadaran terhadap suatu merek rendah bisa di

pastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.

Menurut Aaker (1997) “Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan perwujudan kategori produk tertentu”.

Tingkatan-tingkatan kesadaran merek antara lain:

1) Tidak Menyadari Merek (Unware of Brand)

Merupakan tingaktan merek yang paling rendah dimana konsumen

tidak menyadari akan eksistensi merek.

2) Pengenalan Merek (Brand Recognition)

Merupakan tingkatan minimal dari kesadaran merek yang

merupakan pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan

bantuan daftar merek, daftar gambar, atau cap merek. Merek yang

masuk kedalam ingatan konsumen di sebut brand recognition.

3) Pengingatan Kembali Merek (Brand Recall)

Merupakan pencerminan dari merek-merek apa saja yang mampu

diingat oleh konsumen setelah menyebutkan merek yang pertama

kali disebut. Dimana merek-merek yang disebutkan kedua, ketiga

dan seterusnya mereupakan merek yang menempati brand recall dalam ingatan konsumen.

4) Puncak Pikiran (Top of Mind)

Apabila merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen

secara spontan atau yang pertama kali dalam benak konsumen.

Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari

(36)

20

Gambar 1. Piramida Brand Awareness

Sumber: Aangker (1997)

Kesadaran merek menciptakan nilai-nilai, yaitu:

1) Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi

Suatu produk atau layanan baru sudah pasti diarahkan untuk

mendapatkan pengenalan. Jarang sekali suatu keputusan pembeli

terjadi tanpa pengenalan. Pengetahuan mengenai berbagai bagian

dan manfaat dari produk baru sangat sulit tanpa terlebih dahulu

mendapatkan pengakuan. Pengakuan merek biasanya

dikomunikasikan dengan menggunakan atribut-atribut asosiasinya.

Dengan tingkat pengenalan yang mapan, tugas selanjutnya tinggal

mencantelkan suatu asosiasi baru, seperti atribut produk.

2) Keakraban/rasa suka

Pengakuan merek memberikan suatu kesan akrab, dan konsumen

menyukai suatu yang akrab. Terdapat hubungan yang positif antara

jumlah penampakan dan rasa suka, baik penampakan dalam bentuk

abstraksi gambar, nama, musik dan lain-lain. Pengulangan

penampakan bisa mempengaruhi rasa suka bahkan jika tingkat

pengenalan tidak terpengaruh.

3) Tanda mengenai substansi/komitmen

Kesadaran merek bisa menjadi suatu signal dari kehadiran,

komitmen dan substansi sebuah merek produk. Jika sebuah merek Top of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

(37)

21

dikenali, pasti ada sebabnya, seperti: perusahaan telah

mengiklankan secara luas, perusahaan telah menggeluti bisnis

tersebut dalam waktu lama, perusahaan mempunyai jangkauan

distribusi yang luas, dan merek tersebut berhasil.

4) Mempertimbangkan merek

Langkah awal dalam proses pembelian biasanya adalah menyeleksi

sekumpulan merek untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu,

pengingatan kembali merek (brand recall) menjadi penting. Pada

umumnya, jika sebuah merek tidak mencapai pengingatan kembali

maka merek tersebut tidak akan termasuk dalam proses pembelian.

Tetapi konsumen biasanya juga akan mengingat merek-merek yang

sangat tidak mereka sukai.

Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya

mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk

tertentu. Agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dapat

ditempuh beberapa cara seperti yang dikemukakan Aaker (1997:105-111)

sebagai berikut:

1) Menjadi berbeda dan dikenang

Suatu pesan seharusnya memberikan suatu alasan untuk

diperlihatkan dan seharusnya itu bisa dikenang. Pesan yang

disampaikan harus mudah diingat, tampil berbeda dan istimewa

dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara

merek dengan produknya.

2) Melibatkan slogan atau jingle

Sebuah jingle dapat menjadi alat yang jitu dalam menciptakan kesadaran. Slogan ”ini kacangku” dapat membantu dalam pengingatan kembali akan produk kacang Garuda. Kaitan pada

slogan tersebut bisa lebih kuat karena melibatkan suatu karakteristik

produk yang divisualisasikan.

3) Penampakan simbol

Jika sebuah simbol telah dibentuk atau bisa dikembangkan, maka

(38)

22

menciptakan dan memelihara merek. Misalnya Koloner Sanders

yang berkaitan erat dengan merek Kentucky Fried Chiken.

4) Publisitas

Publisaitas tidak hanya bisa jauh lebih murah ketimbang iklan media

namun juga lebih efektif. Khalayak cenderung tertarik mempelajari

suatu kisah baru daripada membaca iklan.

5) Sponsor kegiatan

Peran utama sebagian besar sponsor kegiatan adalah menciptakan

atau memelihara kesadaran. Mensponsori berbagai kegiatan seperti

turnamen olah raga, menimbulkan penampakan bagi penonton yang

melihat langsung maupun dari orang lain yang membaca mengenai

kegiatan itu.

6) Pertimbangan perluasan merek

Salah satu cara untuk mendapatkan pengingatan kembali merek

adalah dengan meletakkan merek tersebut pada produk lain.

Misalnya merek Mitsubishi yang terdapat dalam 25.000 produk

termasuk mobil, makanan, jamur hingga produk finansial.

7) Menggunakan tanda-tanda

Suatu kampanye kesadaran merek kerapkali dapat dibantu dengan

tanda-tanda dari kelas produk tertentu. Misalnya nama Andre Agassi

dan Martina Hingis yang menjadi isyarat bagi raket tenis.

8) Melakukan repetisi

Untuk memelihara tingkat pengingatan kembali puncak pikiran dari

merek seperti Mc Donald diperlukan tingkat repetisi yang sangat

tinggi.

2. Persepsi Kualitas (Perceived Value)

Persepsi kualitas merupakan faktor penting di dalam dimensi ekuitas

merek. Ini dikarenakan persepsi kualitas dapat memberikan gambaran

(39)

23

Menurut Aaker (1997) “Kesan atau persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkan”.

Menurut Garvin dalam Durianto, Sugiarto dan Sitinjak (2000: 98-99)

dimensi kesan kualitas dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1). Kinerja: Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.

2). Pelayanan: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan

pada produk tersebut.

3). Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4). Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan dari suatu

produk dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya.

5). Karekteristik produk: Bagian-bagian tambahan dari produk.

6). Kesesuaian dengan spesifikasi: Merupakan pandangan mengenai

kualitas manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.

7). Hasil: Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan

enam dimensi sebelumnya.

Secara umum nilai-nilai dari kesan konsumen dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Nilai dari Kesan Kualitas

Sumber: Rangkuti (2002)

Alasan untuk membeli

Diferensiasi/posisi

Harga optimum

Minat saluran distribusi

Perluasan merek Persepsi/Kesan

(40)

24

Dari gambar di atas, maka dapat di jelaskan sebagai berikut:

1) Alasan membeli

Persepsi kualitas suatu merek memberikan alasan penting untuk

membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus

dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang

akan dipilih.

2) Diferensiasi/posisi

Diferensiasi didefinisikan sebagai suatu karakteristik penting dari

merek, apakah merek tersebut bernilai atau ekonomis juga

berkenaan dengan persepsi apakah merek tersebut terbaik atau

sekedar kompetitif terhadap merek-merek lain.

3) Harga optimum

Keuntungan ini memberikan pilihan di dalam menetapkan harga

optimum yang bisa meningkatkan laba atau memberikan sumber

daya untuk reinvestasi pada merek tersebut.

4) Minat saluran distribusi

Keuntungan ini meningkatkan minat para distributor dikarenakan

dapat menawarkan suatu produk yang memiliki persepsi kualitas

tinggi dengan harga yang menarik dan menguasai lalu lintas

distribusi tersebut untuk menyalurkan merek-merek yang diminati

konsumen.

5) Perluasan merek

Persepsi kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan

berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek

tertentu untuk masuk kedalam kategori produk baru.

3. Asosiasi Merek

Asosiasi merek dapat menciptakan nilai bagi perusahaan dan para

pelanggan, karena asosiasi merek dapat membantu proses penyusunan

informasi yang membedakan antara merek yang satu dengan merek

(41)

25

Menurut Aaker (1997) Asosiasi merek adalah segala sesuatu hal

yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek.

Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:

1) Membantu proses penyusunan informasi yang dapat meringkaskan

sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah dikenal konsumen.

2) Perbedaan yang mempunyai peran penting dalam menilai

keberadaan atau fungsi suatu merek dibandingkan lannya.

3) Alasan untuk membeli, yang sangat membantu konsumen dalam

mengambil keputusan untuk membeli produk atau tidak.

4) Perasaan posisitf yang merangsang tumbuhnya perasaan positif

terhadap produk.

5) Menjadi landasan untuk memperluas merek yang dinilai kuat.

Konsumen yang biasa menggunakan merek tertentu cenderung

memeiliki konsistensi terhadap citra merek (brand image) yang disebut

juga dengan kepribadian merek (brand personality) yang kemudian dapat

membentuk kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu (brand loyalty).

Menurut Durianto, Sugiarto dan Sitinjak (2001: 70-72),

asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan

berbagai hal berikut:

1) Products atributes (atribut produk)

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan

strategi positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan

asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna,

asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam suatu alasan

pembelian suatu merek.

2) Intangibles attributes (atribut tak berwujud)

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya

persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang

mengihtisarkan serangkaian atribut yang objektif.

3) Customer’s benefit (manfaat bagi pelanggan)

(42)

26

a) Rational benefits (manfaat rasional), yaitu manfaat yang

berkaitan erat atribut dari produk yang dapat menjadi bagian

dari proses pengambilan keputusan yang rasional.

b) Psychological benefits ( manfaat psikologi), yaitu manfaat yang

dapat berupa konsekuensi ekstrem dalam proses pembentukan

sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika

membeli atau menggunakan merek tersebut.

4) Relatif price (harga relatif)

Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini, akan

diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau

dua tingkat harga.

5) Application (penggunaan)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut

dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.

6) User/Customer (pengguna / pelanggan)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek

dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.

7) Celebrity person (orang terkenal / khalayak)

Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat

mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal pada

merek tersebut.

8) Life style / personality (gaya hidup / kepribadian)

Asosiasi sebuah merek dengan gaya hidup dapat diilhami oleh

asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian

dan karekteristik gaya hidup yang hampir sama.

9) Product class (kelas produk)

Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya.

10) Competitors (para pesaing)

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan

mengungguli pesaing.

(43)

27

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki

hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.

4. Loyalitas Merek

Menurut Aaker (1997) “Loyalitas merek adalah inti dari ekuitas merek yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini

merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.

Apabila loyalitas merek meningkat maka kerentaan kelompok pelanggan

dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu

indikator dari ekuitas merek yang berkaitan dengan perolehan laba

dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat

diartikan sebagai penjualan di masa depan.

Gambar 3. Piramida Loyalitas

Sumber: Rangkuti (2002)

Dari gambar piramida loyalitas di atas dapat dimengerti bahwa:

1) Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang tidak tertarik

pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Konsumen seperti ini

suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen yang lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).

2) Tingakat kedua adalah pata pembeli yang merasa puas dengan

produk yang digunakan, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Commited

Menyukai merek

Pembeli yang puas/bersifat kebiasaan, tidak ada masalah untuk beralih

Berpinda-pindah, peka terhadap perubahan harga, tidak ada loyalitas merek

(44)

28

Pada dasarnya tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang dapat

menjadikan sumber perubahan, apalagi bila perpindahaan ke merek

lain itu adalah penambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat

disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

3) Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, tetapi harus memikul

biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko

sehubungan dengan upaya melakukan pergantian ke merek lain.

Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen yolal yang

merasakan adanya suatu pengorbanan apabila melakukan

penggantian ke merek lain atau biasa disebut satisfied buyer.

4) Tingkat keempat adalah konsumen yang benar-benar menyukai

suatu merek. Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada

suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman, atau kesan

kualitas yang tinggi. Konsumen jenis ini mememiliki perasaan

emosional dalam menyukai merek tersebut.

5) Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia yang merasakan

kebanggaan ketika menjadi pengguna suatu merek karena merek

tersebut penting bagi mereka baik dari segi fungsi maupun sebagai

alat identitas diri.

Beberapa potensi yang dapat diberikan oleh loyalitas merek kepada

perusahan seperti yang dikemukakan Aaker (1997: 68-72):

1) Reduced Marketing Cost (mengurangi biaya pemasaran)

Suatu basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek dapat

mengurangi biaya pemasaran. Untuk memasuki suatu pasar dimana

terdapat para pelanggan yang loyal atau bahkan puas terhadap

merek yang telah mapan, diperlukan usaha membujuk untuk beralih

merek dan memerlukan sumber daya yang besar-besaran. Jelas

akan lebih murah biayanya untuk mempertahankan para pelanggan

dibandingkan dengan usaha untuk mendapatkan pelanggan baru.

2) Trade Laverange (meningkatkan perdagangan)

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan meyakinkan pihak

(45)

29

mereka karena mereka mengetahui pelanggan akan memasukkan

merek tersebut ke dalam daftar belanjaan mereka. Pada sisi yang

ekstern, loyalitas merek dapat mendominasi keputusan-keputusan

pilihan pertokoan, yang tentu saja hal ini dapat meningkatkan

perdagangan terhadap perusahaan yang memiliki merek tersebut.

3) Attracting New Customers (menarik minat pelanggan baru)

Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan

suka terhadap merek tersebut akan menimbulkan perasaan yakin

bagi calon pelanggan untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama

jika pembelian yang mereka lakukan mengandung resiko tinggi.

Disamping itu, pelanggan yang puas umumnya akan

merekomendasikan merek tersebut kepada orang yang dekat

dengannya sehingga akan menarik pelanggan baru.

4) Provide Time to Competitive Threats (memberi waktu untuk

merespon ancaman pesaing)

Loyalitas merek yang tinggi dari konsumen akan memberikan waktu

pada suatu perusahaan untuk merespon gerakan pesaing. Jika

salah satu pesaing mengembangkan produk unggul, seorang

pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan

tersebut untuk memperbaharui produknya dengan cara

menyesuaikan atau menetralisasikannya.

F. Keputusan Pembelian 1. Teori Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2000) terdapat empat jenis perilaku pembelian

konsumen, yaitu:

1) Perilaku pembelian yang rumit: perilaku ini lazim terjadi bila

produknya mahal, jarang di beli, berisiko, dan sangat

mengekspresikan pribadi.

2) Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan/ketidakcocokan:

perilaku ini terjadi bila konsumen melihat sedikit perbedaan di antara

(46)

30

pembelian itu mahal dan berisiko, pembeli akan memilih sambil

mempelajari apa yang tersedia namun akan membeli dengan cepat.

3) Perilaku pembelian karena kebiasaan: konsumen tidak membentuk

sikap terhadap sebuah merek tetapi memilihnya karena itu sudah

biasa dikenalnya, tidak dilakukan pencarian informasi tentang merek.

4) Perilaku pembelian yang mencari variasi: kondisi keterlibatan

konsumen rendah tetapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata.

Di dalam proses pembelian yang spesifik, terdiri atas kejadian

berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Tugas

pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan

pengaruh apa yang bekerja dalam tiap-tiap tahap tersebut. Pendirian

orang lain, faktor situasi yang tidak diantisipasi dan resiko yang dirasakan

dapat mempengaruhi keputusan pembelian, demikian juga tingkat

kepuasan pasca pembeli konsumen dan tindakan pasca pembelian di

pihak perusahaan. Perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan

konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.

Gambar 4.Tahapan Proses Keputusan Pembelian

Sumber: Setiadi (2003)

Untuk dapat menjelaskan hubungan antara tahapan berdasarkan

Gambar 4 di atas dapat dilihat pada perincian yang dikemukakan oleh

Setiadi (2003) sebagai berikut:

1. Proses pengenalan kebutuhan, yaitu ketika konsumen mengenali

adanya masalah atau kebutuhan. Kebutuhan itu akan digerakkan

oleh rangsangan dari dalam maupun dari luar dirinya.

2. Proses pencarian informasi. Tahap ini merupakan tahapan yang

merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak

Gambar

Table 1. Data Perkembangan Potensi IKM
Gambar 5
Gambar 7.Model variable-variabel pengukuran loyalitas merek
Gambar 9.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat terkoneksi dengan Internet (jaringan lain) maka harus memasuki server firewall (bisa secara remote, atau langsung), kemudian menggunakan resource

anak. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak serta berbagai kepentingan yang

Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan IbM di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar adalah: (1) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan merakit konverter kit

rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) lebih tinggi dari pada siswa

Suara Merdeka adalah surat kabar lokal Semarang, namun beritanya meliputi seluruh Jawa Tengah, merefl eksikan aspirasi masyarakat J a w a T e n g a h ke dalam bentuk

Dari hasil penelitian ini tidak terbukti bahwa jumlah penduduk, jumlah industri dan pendapatan per kapita memiliki pengaruh positif terhadap penetapan target

Pengelolaan agroforestri dilakukan secara ekstensif, yaitu rendah input dan intensitas pemeliharaan yang rendah, dimana mereka menggantungkan sumber penghidupan

Peningkatan ini juga membuktikan bahwa ingatan siswa tentang konsep-konsep ataupun pengetahuannya yang sudah pernah didapat tetap ada dalam ingatannya (tidak mudah