• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis visual terhadap keberadaan reklame pada lanskap jalur wisata puncak kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis visual terhadap keberadaan reklame pada lanskap jalur wisata puncak kabupaten Bogor"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VISUAL

TERHADAP KEBERADAAN REKLAME

PADA LANSKAP JALUR WISATA PUNCAK

KABUPATEN BOGOR

TEGUH BUDIONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Visual terhadap Keberadaan Reklame pada Lanskap Jalur Wisata Puncak Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(3)

ABSTRACT

TEGUH BUDIONO. Visual Analysis on Advertisement Board in Landscape of Puncak Tourism Route, Bogor Regency. Under supervision of NURHAYATI H.S. ARIFIN and ANDI GUNAWAN.

The research was conducted in January to July 2010 in the Puncak tourism route Cisarua District, Bogor Regency. The study was focused on a kilometer by kilometer +83 to +93 from the direction of Jakarta. Location of research was focused on these areas because the area is the most in demand to install advertisement board due to the most beautiful mountainous scenery and most attract tourist.

The purpose of this study were: 1) to identify the landscape character of the Puncak tourism route, 2) to analyze the aesthetic qualities of landscape due the appearance of advertisment board at Puncak tourism route, 3) to analyze the relationship between landscape aesthetic quality and the landscape character of the Puncak tourism route, and 4) to propose recomendation to regulate advertisement board installation in Puncak tourism route.

(4)

TEGUH BUDIONO. Analisis Visual terhadap Keberadaan Reklame pada Lanskap Jalur Wisata Puncak, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NURHAYATI HS. ARIFIN dan ANDI GUNAWAN.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan pemasangan reklame di Kabupaten Bogor yang dikhawatirkan akan menurunkan kualitas estetika lingkungan.Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi karakter lansk ap pada jalur wisata Puncak. 2) menganalisis kualitas estetika lanskap bereklame pada jalur wisata Puncak 3)menganalisis hubungan kualitas estetik lanskap bereklame dengan karakter lanskapnya pada jalur wisata Puncak, dan 4)menyusun rekomendasi untuk mengatur papan reklame di jalur wisata Puncak.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2010 di kawasn Jalur wisata Puncak, Kecamatan Cisarua wilayah Kabupaten Bogor. Penelitian difokuskan pada kilometer +83 sampai dengan kilometer +93 dari arah Jakarta. Lokasi penelitian ini difokuskan pada area tersebut karena berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor, kawasan Puncak merupakan kawasan yang paling diminati oleh pengusaha untuk memasang reklame, sementara di sisi lain kawasan ini merupakan kawasan pegunungan yang memiliki pemandangan indah sehingga menjadi daya tarik wisata yang utama. ini menggunakan metode deskriptif melalui survai untuk pengumpulan data karakter tapak dan pengambilan foto lanskap yang ada reklamenya. Pengolahan data dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Sedangkan untuk mengetahui persepsi tentang karakter lanskap, dilakukan penilaian dengan menggunakan metode Semantic Differential (SD).

Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas estetik lanskap jalur wisata Puncak memperlihatkanadanya keragaman. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya elemen-elemen lanskap. Lanskap kawasan wisata Puncak adalah lanskap alami yang karakternya sangat dipengaruhi oleh bentuk landform yang berbukit-bukit hingga membentuk pegunungan serta tampilan alami dengan banyaknya pepohonan. Karena itu, elemen penting atau utama yang sangat mempengaruhi estetika adalah elemen landform dan tegakan pohon. Elemen-elemen yang mengurangi nilai estetika pada lanskap tersebut adalah reklame, warung-warung di pinggir jalan dan elemen bangunan lainnya yang penampilannya kurang sesuai dengan lingkungan. Pemasangan reklame pada lanskap jalur Wisata Puncak mempengaruhi kualitas estetikanya. Adanya reklame dalam lanskap tersebut dapat mempengaruhi kualitas estetiknya apabila diletakkan pada lokasi yang kurang tepat, dan dengan ukuran yang kurang tepat atau terlalu dominan.

Dari pembahasan direkomendasikan beberapa hal, antara lain: 1) pengaturan ukuran serta warna yang diperbolehkan dipasang di jalur wisata Puncak, 2)pengaturan zona proteksi pemandangan alami, dan 3)perencanaan area untuk melokalisasi reklame dan kios pedagang.

(5)

Kata kunci: DAS, kesesuaian lahan permukiman, permukiman, perumahan, kepedulian lingkungan.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

TERHADAP KEBERADAAN REKLAME

PADA LANSKAP JALUR WISATA PUNCAK

KABUPATEN BOGOR

TEGUH BUDIONO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Analisis Visual terhadap Keberadaan Reklame pada Lanskap Jalur Wisata Puncak Kabupaten Bogor

Nama : Teguh Budiono

NRP : A352030031

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Disetujui Komisi Pembimbing

Diketahui Ketua Program Studi

Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr NIP. 19650814 199002 1 001

Tanggal Ujian: 21 Juli 2011 Tanggal Lulus: Dr. Ir. Nurhayati HS.Arifin, M.Sc.

Ketua

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis yang berjudul ”Analisis Visual terhadap Keberadaan Reklame pada Lanskap Jalur Wisata Puncak Kabupaten Bogor” ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana yang ditempuh di Institut Pertanian Bogor atas Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) dari DIKTI.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Nurhayati HS.Arifin, M.Sc., dan Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgrSc., selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat dalam menyelesaikan tesis ini. Terimakasih yang tak terhingga kepada Mbakayu Sunani Soekirno, Pak Iwan Irawan, Pak Purtajaya, keluarga tercinta, kakak, isteri dan anak-anak atas pengertian, kasih sayang, motivasi serta doa yang diberikan selama ini, serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu.Juga kepada teman-teman dan sahabat-sahabat di Program Studi ARL , a.l Iskandar, Imawan, Isdiyantoro, Euis, Fadiah maupun Bambang Winarno, Budiarjono, Dwi Aryanti atas dukungan, dorongan, dan semangat hingga penyelesaian studi ini.

Segala kritik, saran dan tanggapan akan penulis terima dengan terbuka. Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi Pemerintah Daerah dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Juli 2011

(10)

Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 29 Desember 1969 dari Bapak Sanusi Darmosoeroso (alm.) dan Ibu Supiyah (almh). Penulis merupakan anak ke 5 dari enam bersaudara.

Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Jombang dan pada tahun 1989 melanjutkan studi pada Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Malang dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2003 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan ke Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Departemen Arsitektur Lanskap dengan beasiswa BPPS dari DIKTI.

Sejak tahun 1999 penulis bergabung sebagai staf pengajar pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (sekarang Fakultas Teknik), Universitas Bung Karno Jakarta hingga sekarang. Beberapa matakuliah yang pernah diampu antara lain Perkembangan Arsitektur, Teori Arsitektur, Perancangan Tapak dan Lanskap, maupun Teknik Komunikasi Arsitektur.

Sejak tahun 2005 penulis diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kabupaten Bogor pada Seksi Reklame Dinas Cipta Karya. Sejak awal tahun 2010 hingga saat ini penulis dipercaya sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan dan Sanitasi V wilayah Parung Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor.

(11)
(12)

ix

1.4 Alasan Penentuan Lokus Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Billboard Sebagai Obyek Reklame dan Signage... 7

2.1.1 Pengertian Obyek Reklame dan Konsep Signage ... 7

a. Pemahaman tentang Reklame ... 8

b. Media Luar Ruang Billboard dan Panggung Reklame ... 9

c. Reklame sebagai Obyek Pajak Daerah... ... 11

d. Konsep Signage ... 13

2.1.2 Pengendalian Signage Sebagai Unsur Lingkungan ... 14

a. Unsur Lingkungan... 14

b. Sistem Visual ... 15

c. Pengendalian Signage ... 16

2.2 Lanskap Jalan dan Penempatan Reklame... 17

2.3 Teori dan Metode Visual ... 21

2.3.1 Pengaruh Jarak Pandang terhadap Visibilitas ... 21

2.3.2 Posisi atau Sudut Pandang Pengamat terhadap Visibilitas .. 23

2.3.3 Keterhalangan (blockage) terhadap Visibilitas ... 24

2.4 Persepsi terhadap Lanskap ... 26

2.5 Estetika Lingkungan ... 28

2.5.1 Kualitas Estetika ... 28

2.5.2 Elemen Pengalaman Estetik ... 28

2.5.3 Evaluasi Kualitas Estetik ... 29

2.6 Metode Pendugaan Nilai Keindahan ... 30

2.6.1 Evaluasi Lanskap dengan Menggunakan Metode SBE... 31

2.6.2 EvaluasiLanskapdenganMetodeSemantic Differential... 32

(13)

ix Halaman

3.2.2 Penilaian Kualitas Keindahan dengan Metode SBE ... 39

3.2.3 Penilaian Karakter Lanskap dengan Metode SD... 40

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1 Profil dan Gambaran Umum Kabupaten Bogor ... 41

4.1.2 Kondisi Bio-Fisik Lokasi Penelitian ... 42

a. Topografi ... 42

b. Iklim ... 43

c. Tata Guna Lahan ... 43

d. Aksesibilitas ... 44

e. Vegetasi ... 44

4.1.3 Kondisi dan Keberadaan Reklame di Jalur Ciawi-Puncak 45 4.2 Analisis Kualitas Estetik Lanskap pada Jalur Wisata Puncak... 49

4.2.1 Evaluasi Kualitas Estetik Lanskap Bereklame pada Jalur Wisata Puncak ... 49

a.Lanskap Estetika Tinggi ... 52

b.Lanskap Estetika Sedang ... 53

c.Lanskap Estetika Rendah ... 54

4.2.2 Kecenderungan Nilai Estetik pada Jalur Wisata Puncak ... 55

4.2.3 Karakter Lanskap ... 56

4.3 Pengelolaan Lanskap Alamiah Jalur Wisata Puncak ... 60

4.4 Rekomendasi Pengaturan Reklame di Jalur Wisata Puncak ... 62

V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 65

5.2Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(14)

ix Halaman

(15)

ix

4 Pengaruh kondisi jalan terhadap durasi memandang suatu obyek visual . 18 5 Beberapa bentuk dasar jalan menurut Simonds ... 19

6 Jalur Sukaraja Cibinong yang berbentuk Direct (tanpa skala) ... 20

7 Jalur Ciawi Puncak yang berbentuk Curvilinear maupun Looping ... 20

8 Medan Visual menurut H. Marten ... 22

9 Sudut kejadian pandangan (Angle of Incidence) dan pengaruhnya terhadap visibilitas suatu obyek visual ... 23

10 Aspek ukuran dan pengaruhnya terhadap visibilitas suatu obyek visual .. 24

11 Aspek penghalangan terhadap visibilitas suatu obyek visual ... 25

12 Peta Lokasi Penelitian ... 34

13 Kerangka Proses Penelitian ... 41

14 Peta Titik Pengambilan Foto Sampel Lanskap ... 42

15 Reklame billboard konstruksi tanam . ... 47

16 Reklame billboard konstruksi tempel . ... 47

17 Reklame spanduk sejajar jalan dan melintang jalann . ... 48

18 Reklame jenis prismatek . ... 48

19 Lanskap yang dinilai, 20 setting lanskap . ... 49

20 Grafik nilai SBE 20 lanskap pada jalur wisata Puncak. ... 50

21 Lanskap 11, lanskap dengan nilai SBE tertinggi. ... 51

22 Lansakap 5, lanskap dengan nilai SBE terendah ... 51

23 Kelompok lanskap dengan kualitas estetik yang tinggi ... 53

24 Kelompok Lanskap dengan kualitas estetik yang sedang ... 53

25 Kelompok Lanskap dengan kualitas estetik yang rendah ... 54

(16)
(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali sumber-sumber potensial di daerah mereka sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah. Salah satu sumber pendapatan tersebut adalah Pajak dan Retribusi Daerah. Pada sektor Pajak Daerah ini, Pajak reklame adalah salah satu sumber pendapatan yang dianggap potensial. Perkembangan dan peningkatan kegiatan ekonomi memerlukan media pemasaran sebagai ujung tombak kegiatan ekonomi, dimana salah satunya adalah media perikalanan luar ruang atau reklame.

Perkembangan dunia usaha dan perkembangan daerah, memberi dampak semakin banyaknya pemasangan media reklame luar ruangan. Kabupaten Bogor dengan variasi geografisnya yang relatif beragam menjadikan beberapa lokasi mempunyai nilai strategis/ nilai jual yang tinggi bagi pemasangan reklame untuk memasarkan produk perdagangan maupun jasa. Keadaan reklame visual dan masif dengan berbagai bentuk yang disajikan, baik di sepanjang jalan maupun lokasi-lokasi tertentu yang strategis merupakan salah satu sumber bagi peningkatan pendapatan daerah, tetapi juga tidak lepas dari permasalahan yang ditimbulkannya.

Keinginan untuk menonjol, supaya informasi yang disampaikan semakin efektif, memberi dampak bagi penataan media ini, dimana aspek keindahan lingkungan bukan lagi menjadi pertimbangan utama bagi para pemasangnya. Kondisi dari pemasangan media luar ruang reklame seperti ini memunculkan persoalan seperti menurunnya estetika lingkungan, persoalan penempatan dan jumlah media reklame yang terlalu banyak sehingga akhirnya cenderung tidak teratur dan terjadi kesemrawutan.

(18)

yang banyak dan tidak teratur dapat menurunkan estetika lingkungan dan menimbulkan dampak lainnya.

Tata informasi atau lazim disebut reklame, merupakan salah satu alat atau media promosi yang dipakai oleh perusahaan dalam memasarkan produknya (Shimp, 2003) Dalam perancangan fisik lingkungan, baik dari disiplin arsitektur lanskap maupun perancangan kota, reklame dapat dikategorikan sebagai signage

atau elemen pemberi tanda. Signage merupakan elemen visual yang penting dalam perancangan arsitektur karena mampu menyemarakkan atmosfir lingkungan kota (Shirvani, 1985). Namun dalam berbagai kasus keberadaan obyek reklame

billboard yang memiliki dimensi besar karena penempatannya disinyalir memberi kontribusi pada kekacauan kota atau lanskap sehingga mengurangi keindahan lingkungan maupun keselamatan pemakai jalan. Hal ini mendorong perhatian para perancang lingkungan untuk melakukan pengendalian terhadap elemen desain lingkungan tersebut.

Billboard sebagai salah satu elemen ruang luar arsitektur sejauh ini telah banyak dibahas dalam ranah perancangan arsitektur kota (Danisworo, 1991). Namun demikian sebenarnya permasalahan ini dapat ditemukan pada perancangan lanskap pada umumnya atau area jalan raya di luar kota yang tidak dapat dikategorikan sebagai ruang kota. Seperti halnya dalam perancangan kota maka pemasangan billboard tidak boleh mengurangi keindahan lanskap. Keberadaan

signage pada prinsipnya tetap perlu memperhatikan aspek-aspek perancangan lingkungan yang tidak terlepas dari keserasian dengan unsur-unsur perancangan lingkungan urban lainnya (Darmawan, 2006). Aspek visual pengaturan billboard

menjadi perhatian terutama menyangkut visual kinetik. Desain billboard tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam peraturan penempatan titik lokasi, dimensi dan bentuk billboard. Namun banyak disayangkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai billboard atau obyek reklame ruang luar tidak memadai sehingga belum mengakomodasi kepentingan pemakai jalan, pemasang iklan maupun pemerintah sebagai regulator.

(19)

3

aspek pendapatan bukan dari aspek estetika dan keselamatan pemakai jalan. Dalam hal ini muncul gagasan bahwa pengendalian billboard harus mengacu pada beberapa aspek antara lain faktor sistim visual, lanskap dan faktor-faktor lain di luar aspek teknis.

Salah satu jalur penting yang paling diminati oleh pemasang reklame adalah jalur Ciawi-Puncak, khususnya di Kecamatan Cisarua. Hal ini kemungkinan disebabkan karena Jalur Ciawi-Puncak ini adalah jalur wisata yang banyak dilewati kendaraan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabuoaten Bogor pemasukan pajak reklame terbesar diperoleh dari reklame yang ada di wilayah Kecamatan Cisarua. (Lampiran 2)

Selain itu, khusus pada jalur Ciawi Puncak yang merupakan jalur paling diminati oleh penyelenggara reklame perlu suatu rencana pengelolaan yang lebih baik dibandingkan koridor lainnya karena: 1) Koridor ini mempunyai karakter spesifik dengan bentuk jalan yang berkelok-kelok, berkontur dan memiliki pemandangan yang indah 2) Jalur ini telah ditetapkan sebagai jalur yang dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu: a) kawasan umum, b) kawasan selektif dan c) kawasan khusus dalam penyelenggaraan reklame berdasarkan Keputusan Bupati no 12 tahun 2004 tanggal 1 September 2004 tentang Tata Letak Reklame Jalur Ciawi Puncak. Jalur Puncak merupakan jalur utama yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung, disamping kota-kota lainnya seperti Cianjur dan Sukabumi.

(20)

1.2Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan bahasan tersebut dapat dikenali beberapa hal, yaitu antara lain penempatan billboard berdampak pada sistim visual dan lanskap jalan (streetscape) sehingga harus dikendalikan dalam perancangannya. Hal ini menjadi bagian analisis sistim visual. Sedangkan lokasi yang tidak tepat akan menimbulkan kerugian bagi pemasang iklan atau sebaliknya dapat menimbulkan efek kerusakan lingkungan. Ketidakserasian lingkungan dapat ditengarai dalam berbagai gejala seperti hilangnya identitas lingkungan, estetika, dan orientasi lingkungan. Masalah tersebut meliputi pengaturan billboard sebagai signage

sebagai unsur perancangan lingkungan sehingga memiliki keterkaitan dengan karakter lingkungan, karakter lanskap jalan (streetscape) mempengaruhi penempatan dan desain billboard. Serta penerapan konsep tersebut, yakni evaluasi kualitas lingkungan, yaitu kualitas lingkungan fisik, bentuk teknologi dan budidaya, serta evaluasi daya tarik estetik, yaitu penilaian oleh indera manusia, arti simbolik, dan nilai positif emosional tapak.

Berdasarkan teori tersebut maka rumusan masalah diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

1) Bagaimana kualitas estetika lanskap yang ada reklamenya pada jalur wisata Puncak?

2) Bagaimana kualitas dan karakter lanskap yang ada pemasangan reklamenya pada jalur wisata Puncak?

3) Bagaimana hubungan kualitas estetika lanskap bereklame dengan karakter lanskapnya pada jalur wisata Puncak?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka ditetapkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi karakter lanskap jalur wisata Puncak

2) Menganalisis kualitas estetika lanskap bereklame pada jalur wisata Puncak 3) Menganalisis hubungan kualitas estetik lanskap bereklame dengan karakter

lanskapnya pada jalur wisata Puncak.

(21)

5

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1) Manfaat teoritis: Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan kontribusi bagai pengembangan ilmu pengetahuan terutama pengembangan pengetahuan tentang estetika lingkungan, analisis visual pada ranah lanskap arsitektur khususnya streetscape pada remote area. Bagi para mahasiswa, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan studi yang berguna untuk mengembangkan konsep penelitian mengenai analisis visual terhadap keberadaan reklame di jalur wisata Puncak, Kabupaten Bogor.

2) Manfaat praktis: memberikan sumbangan dalam penyusunan peraturan penempatan billboard secara khusus bagi pemerintah daerah sehingga dapat menjembatani kepentingan berbagai pihak.

1.4Alasan Penentuan Lokus Penelitian

Lokasi penelitian dipilih adalah jalur jalan wisata Puncak yang terletak pada wilayah kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yang merupakan jalan padat. Lokasi sepanjang 10 km ini, yaitu pada kilometer Jkt.+ 83 sampai dengan Jkt. + 93 merupakan ruang yang sangat diminati bagi perusahaan pemasang iklan. Perusahaan-perusahaan tersebut berani membayar biaya dan pajak yang tinggi untuk memasang billboard. Pada jalur ini di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan adalah area kebun teh yang merupakan daya tarik utama kawasan wisata puncak karena pemandangannya yang indah.

Hal ini pada satu sisi menimbulkan potensi besar bagi pemasukan pajak namun juga menimbulkan masalah bagi sistim visual dan lanskap bagi ruang sepanjang jalan jalan wisata Puncak. Pada umumnya billboard yang ada ini dipasang pada area tikungan serta pada tebing-tebing agar dapat dilihat oleh pelintas atau pemakai jalan. Hal ini seringkali menutupi pandangan pemakai jalan terhadap panorama lingkungan sekitar. Panorama lingkungan kebun teh maupun alam pegunungan pada umumnya yang indah terhalangi oleh kehadiran papan-papan reklame ini.

(22)
(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Billboard Sebagai Obyek Reklame dan Signage 2.1.1 Pengertian Obyek Reklame dan Konsep Signage

Iklan luar ruangan (reklame) adalah bentuk iklan yang paling tua (Jefkins, 1997). Dinding adalah tempat utama menulis pesan untuk masyarakat luas pada masa Yunani dan Romawi. Selanjutnya reklame berkaitan dengan bangunan atau aktivitas yang ada dalam suatu bangunan. Reklame tersebut menandakan atau menginformasikan mengenai kuil, makam, istana dan biasanya bangunan yang dianggap penting. (Natalivan, 1997). Revolusi industri di Inggris menimbulkan dampak berkembangnya sektor industri, komersial, jasa dan munculnya kota-kota baru. Kepentingan ekonomi serta semakin luasnya kota mendorong perkembangan pemakaian dan pemasangan reklame (bersifat komersial). Pemakaian dan pemasangan reklame ini adalah untuk menginformasikan barang/ jasa yg dijual maupun memberikan arah bagi warga kota. Perkembangan selanjutnya, reklame yang dipasang tidak terbatas pada reklame yang mengindentifikasi kegiatan dalam bangunan, tetapi juga pesanpesan yang tidak mempunyai keterkaitan dengan lingkungan setempat atau sifatnya tidak langsung (Natalivan,1997).

Saat ini reklame telah mengalami berbagai macam inovasi. Reklame kini telah dilengkapi hiasan, efek menyolok, efek gerakan dan sinar serta elektronik/ digital. Ada berbagai ragam bentuk dan cara pemasangan serta penempatan reklame. Pemasangan reklame juga mengalami pasang surut sesuai perkembangan ekonomi dan muncul nya media baru dalam pemasangan iklan. Ketika televisi muncul sebagai media baru iklan pada tahun 1955, pemasangan iklan melalui media luar ruangan (reklame) mengalami penurunan. Popularitas reklame pulih kembali sejak penayangan iklan rokok di larang di televisi. (Jefkins,1997).

(24)

dan usaha pemasanran (Russell dan Verrill, 1986). Reklame dapat bertahan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan.

a. Pemahaman tentang Reklame

Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif. Pesan tersebut diarahkan pada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murah nya (Jefkins, 1997). Di dalam penyampaian pesan-pesan penjualan tersebut, ada berbagai macam media yang digunakan. Salah satu media tersebut adalah media luar ruangan (reklame). Periklanan juga merupakan cara yang efektif untuk menjangkau banyak konsumen yang tersebar secara geografis dengan biaya rendah untuk setiap tampilannya. Konsumen percaya bahwa suatu merek yang sering diiklankan pasti menawarkan nilai yang baik. Pemilihan media iklan merupakan suatu strategi yang dijalankan perusahaan dengan berbagai pertimbangan yang ada, semakin besar skala usaha perusahaan maka pertimbanggannya pun semakin komplek dan berhati-hati. (Kotler, 2002).

Di dalam pengertian reklame, tidak ada pembatasan lokasi pemasangan rekame. Dalam pernyataan yang lebih terbatas, Russel dan Verril menyatakan bahwa iklan luar ruangan adalah iklan atau tanda indentifikasi yagn berlokasi pada ruang publik, seperti tanda-tanda lainnya dengan berbagai ukuran, bentuk dan warna yang mencirikan tempat makan, motel, bioskop dan sebagainya (Russel dan Verrill, 1986). Pemasangan reklame merupakan usaha untuk mencari keuntungan (promosi penjualan), karena dipergunakan untuk memperkenalkan, menarik perhatian umum pada suatu barang dan jasa. Upaya promosi barang dan jasa disini berkaitan ert dengan orang atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame. Keberadaan reklame mencakup dua dimensi yang terdiri atas:

(25)

9 2) Dimensi keruangan yang mengandung aspek tata ruang dan bersifat fisik. Reklame meruapkan suatu benda yang mengisi ruang perkotaan sehingga merupakan bagian dari assesories perkotaan.

b. Media Luar Ruang Billboard

Beberapa cara dilakukan dengan mencoba memanfaatkan media ruang luar seperti billboard dengan cara seunik mungkin sehingga setiap orang yang melewatinya bisa tersenyum, tertawa, dan ingat akan pesan iklan tersebut (Kasali 2007). Menurut Kasali (2007) billboard merupakan media ruang luar yang memiliki ukuran besar dan didisain untuk dilihat o1eh orang-orang yang melakukan perjalanan dengan tingkat mobilitas cukup tinggi. Penentuan billboard didasarkan pada jenis, lokasi dan ukuran. Sedangkan panggung reklame adalah sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa bidang reklame yang diatur dengan baik dalam suatu komposisi yang estetis, baik dari segi kepentingan peyelenggaraan, masyarakat yang melihat maupun keserasiannya dengan pemanfaatan ruang beserta lingkungan sekitarnya Kasali (2007) menyatakan bahwa penentuan titik lokasi papan reklame (media luar ruang) yang biasa dipakai oleh penyelenggara iklan didasarkan antara lain pada:

(1) Arus perjalanan; (2) Jenis produk; (3) Jangkauan;

(4) Kecepatan arus lalu lintas; (5) Persepsi terhadap lokasi; dan

(6) Keserasian dengan bangunan sekitar.

(26)

identik dengan arus berangkat kerja, artinya pihak konsumen baru akan memulai aktifitas.

Iklan pada media luar ruang mempunyai daya jangkau yang bersifat sangat lokal, yakni hanya daerah di sekitar papan reklame itu saja. Oleh karena itu, sangat penting memilih lokasi yang memiliki sudut pandang yang luas, misalnya pada ketinggian tertentu yang bebas dari halangan pandangan. Oleh karena papan reklame dipasang untuk menjangkau orang-orang yang berada di atas kendaraan, maka kecepatan arus lalu lintas disekitarnya perlu diperhatikan. Jika media dipasang di jalur bebas hambatan, maka papan reklame tersebut harus didesain sedemikian rupa agar dari kejauhan sudah terbaca dan dikenali pesannya. Apabila akan menampilkan secara detail maka lebih baik memilih jalur lalu lintas yang padat dan pada ketinggian menengah. Jalur padat ini misalnya pada lokasi sekitar pusat perbelanjaan, persimpangan jalan, jalan tiga jalur yang ada sekolah dengan sedikit tempat parkir atau juga jalan ”leher botol” yang ujungnya menyempit. Pada arus yang padat, orang dapat membaca dengan santai pada titik pandang yang dekat. Ketinggian juga diperhatikan jangan sampai orang membaca dengan kepala terlalu ke atas.

Papan reklame juga bertujuan untuk membangun citra, artinya persepsi terhadap lokasi sangat penting. Jangan sampai salah menempatkan produk dengan citra yang bonafit, anggun, besar dan modern di suatu tempat yang tidak pada tempatnya dan tidak sesuai sasaran. Keserasian dengan bangunan sekitar pun harus diperhatikan. Tanpa memperhatikan keserasian, papan reklame akan menjadi sampah kota yang semakin menyebabkan calon pembeli ”sesak napas”. Papan reklame yang baik harus memperhatikan keseimbangan lingkungan yang justru dapat mempercantik kota dengan memperhatikan 7K, yakni: keindahan, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan, keagamaan dan kesehatan. Media luar ruang reklame yang baik harus memperhatikan keseimbangan lingkungan yang akan meningkatkan kualitas estetika kota dan keindahannya.

(27)

11 perlu diperhatikan dalam perancangan lanskap jalan karena dapat berpotensi merusak atau memperbaiki kualitas lingkungan. Senada dengan itu, Simonds (1983) menyatakan bahwa keberadaan sign board perlu direncanakan kesesuaiannya dengan lanskap sekitarnya.

c. Reklame sebagai Obyek Pajak Daerah

Reklame merupakan salah satu obyek pajak daerah, sebagaimana yang tercantum pada Undang- Undang nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, sebagaimana yang diganti dengan Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan retribusi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, terdapat pengertian tentang reklame, yang dipakai dalam penyusunan Perda Kabupaten Bogor no 6 tahun 2004 tentang Pengelolaan Reklame. Menurut peraturan tersebut, reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk, susunan dan atau corak ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.

Beberapa jenis reklame yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu media reklame permanen atau berdurasi lama (minimal 1 tahun) dan reklame yang temporer atau berdurasi pendek (mingguan atau bulanan). Yang termasuk reklame permanen antara lain jenis Bilboard tanam maupun tempel, backlight tanam maupun tempel, frontlight tanam maupun tempel, bando jalan, prismatek, thin plat, dan rombong. Sedangkan yang termasuk reklame temporer atau berdurasi pendek antara lain spanduk, umbul-umbul, poster, banner kain, baligho, dan balon udara. Keberadaan reklame berdurasi pendek ini relatif sulit dikendalikan karena dapat dipasang sewaktu-waktu dan berpotensi mengurangi estetika visual.

(28)

Gambar 1. Jenis Reklame Bilboard tanam (a), Frontlight tanam (b)

Jenis-jenis reklame ini mempunyai nilai pajak yang berbeda dimana yang berpengaruh terhadap nilai pajak ini misalnya lokasi pemasangan, jenis reklame yang juga dipengaruhi durasi tayang (yang berlampu lebih mahal, karena dapat dilihat 24 jam). Reklame produk rokok juga dikenakan pajak yang lebih tinggi.

Gambar 2. Jenis Reklame; (a) prismatek frontlight; (b) billboard tempel; (c) backlight tempel; (d) backlight tanam; (e) frontlight tempel; (f) backlight tanam pada PJU (neon box)

a a

b

a b c

(29)

13 Selain itu terdapat juga jenis reklame yang termasuk jenis reklame yang bersifat eksklusif tetapi pada saat penelitian ini dilakukan belum diselenggarakan di Kabupaten Bogor yaitu Dynamic Wall, Megatron serta jenis reklame elektronik lainnya

Gambar 3. Jenis Reklame; (a) bando jalan; (b) balon udara

Dalam pengertian tersebut terungkap bahwa media reklame sangat luas, meskipun dalam penelitian ini lebih dibatasi pada jenis-jenis papan reklame yang dipasang pada luar ruang.

d.Konsep Signage

Dalam konteks perancangan kota (urban design), sistem tanda-tanda (signage) merupakan salah satu elemen yang secara khusus dirancang untuk memberi informasi kepada masyarakat atau warga kota. Tanda-tanda (sigange) adalah segala sesuatu yang secara fisik mengiformasikan sesuatu pesan tertentu kepada masyarakat. (Danisworo, et al, 1991). Bentuknya secara fisik merupakan sesuatu yang mudah untuk dibaca, baik berupa tulisan, gambar, lambang, maupun bendera. Sedangkan secara teknis tanda-tanda ini dapat dipasang (ditanam), ditempel, atau digambar pada stryktur bangunan atau struktur lainnya yang terpisah dari bangunan. Tanda juga dipasang pada tempat-tempat yang mudah terlihat oleh masyarakat yang berada di lingkungan karena digunakan sebagai pemberitahuan.

Berdasarkan jenisnya, tanda-tanda dibedakan menjadi (Danisworo, et al. 1991):

(30)

a. Identitas

b. Nama bangunan c. Petunjuk sirkulasi d. Komersial

e. Petunjuk ke lokasi dan fasilitas lain f. Informasi.

Menurut Shirvani (1985), tanda-tanda yang mengandung iklan semakin meningkat setelah Perang Dunia II. Tanda-tanda jenis ini merupakan elemen visual yang cukup dominan dan pertambahannya juga menimbulkan kontroversi. Dari sisi perancangan urban, ukuran dan kualitas rancangan dari tanda-tanda iklan harus diatur untuk menciptakan kesesuaian, mengurangi pengaruh negatif secara visual dan yang penting adalah mengurangi kompetisianatara kepentingan tertentu (pemasang iklan) dengan kepentingan umum (rambu-rambu lalu lintas dan tanda bagi umum lainnya). Dari sisi bisnis tanda-tanda memang sangat penting, tetapi suatu kualitas lingkungan fisik yang baik merupakan tanggung jawab bersama. Karena perancangan tanda yang baik akan menambah karakter fasade bangunan bersamaan dengan memeriahkan bentang jalan (streetscape) melalui informasi mengenai barang dan jasa dari tiap-tiap usaha (Danisworo, et.al 1991).

2.1.2 Pengendalian Signage Sebagai Unsur Lingkungan

Hill (1995) mengemukakan bahwa sign board (yang merupakan bentuk umum dari papan reklame) merupakan elemen lanskap yang perlu diperhatikan dalam perancangan lanskap jalan karena dapat berpotensi merusak atau memperbaiki kualitas lingkungan. Senada dengan itu, Simonds (1983) menyatakan bahwa keberadaan sign board perlu direncanakan kesesuaiannya dengan lanskap sekitarnya.

a. Unsur Lingkungan

(31)

15 gambaran dari lingkungannya, sehingga manusia dapat menetapkan tindakan selanjutnya terhadap lingkungan tersebut. Arah dan bentuk tindakan manusia terhadap lingkungannya dapat berupa hal-hal yang positif atau negatif, dimana pilihan tindakan tersebut sangat bergantung dari hasil persepsi dan interpretasi sebelumnya. Tindakan yang positif seperti pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dengan bijaksana merupakan hasil pemahaman yang benar terhadap lingkungannya, sebaliknya tindakan negatif seperti perusakan dan pemborosan terhadap sumber daya alam merupakan hasil pemahaman yang salah terhadap lingkungannya. Dengan demikian perlu penanaman pengetahuan tentang persepsi dan interpretasi yang benar, sehingga manusia dapat menetapkan tindakan yang benar dalam mengelola lingkungannya (Foster, 1982).

Estetika adalah sesuatu yang dirasakan oleh manusia sebagai hasil hubungan yang harmonis dari semua elemen, baik itu elemen pada suatu obyek, ruang maupun kegiatan. Estetika berkaitan erat dengan penilaian secara visual, karena penampilan suatu obyek otomatis dinilai dari penampakkan visualnya (Simonds, 1983). Selanjutnya Asihara (1986) menambahkan bahwa manusia pada umumnya menyukai keindahan. Untuk itu manusia senantiasa menjadikan lingkungannya tetap indah. Salah satu upaya yang dilakukan manusia adalah perlindungan terhadap kualitas keindahan lingkungan.

b. Sistem Visual

Menurut Cullen (1996), keberadaan papan reklame tidak dapat terlepas dari kondisi visual sebuah kota sebagai hasil perkembangan ekonomi dan merupakan bagian dari peradaban. Tetapi kehadiran papan reklame memang berpotensi mengurangi kualitas visual. Menurut Cullen, terdapat empat hal yang merupakan keberatan utama terhadap keberadaan reklame antara lain:

1. Keberadaan papan reklame seringkali tidak pantas dan bagaimanapun juga mengganggu atau merusak kenyamanan.

2. Mereka mengeksploitasi jalan raya umum dan masyarakat terpaksa menerimanya karena tak punya pilihan untuk tidak memandangnya. 3. Mereka membuat lingkungan umum menjadi vulagar atau kasar dan

(32)

4. Mereka memecah atau mengganggu perhatian para pengendara motor maupun pemakai jalan yang lain.

c. Pengendalian Signage

Yang dapat dipertimbangkan sebagai pengendali pemasangan tanda-tanda adalah sebagai berikut, menurut Danisworo, et al, 1991:

1. Letak Tanda

Letak tanda dibedakan menurut jenis dan peruntukannya. Dimana tata letak tanda-tanda tersebut dibagi menurut zona-zona yaitu:

a. zona pedestrian (identifikasi)

Untuk tanda berebentuk kecil, orientasi bagi pedestrian supaya mudah mengenali bangunan, rancangan etalase dan lain-lain. Prioritas domain adalah untuk kepentingan umum.

b. zona lalulintas

Diperuntukkan bagi tanda-tanda dan informasi yang relevan sebagai kontrol dan pergerakan kendaraan.

c. zona reklame

Khusus diperuntukkan bagi tanda-tanda berukuran besar, dimana letaknya pun harus tidak mengganggu sirkulasi pedestrian. Pada zona ini reklame berukuran cukup besar dengan sengaja direncanakan pada zona tertentu untuk tujuan pengaturan ruang publik kota,

2. Keterkaitan Ruang dan Waktu

Pengendalian tanda diatur menurut sifat komunikasi yang akan disampaikan kepada warga kota yaitu:

a. Bersifat langsung

Dibedakan menurut tanda-tanda yang mengandung identitas usaha, lokasi serta barang dan jasa yang ditawarkan. Tanda-atanda tersebut memepunyai keterkaiatan langsung dengan bangunan dan lingkungan setempat (keterkaitan ruang dan waktu)

(33)

17 Tanda ini berisi pean-pesan yang tidak mempunyai keterkaitan dengan kegiatan yang ada di dalam bangunan atau di lingkungan setempat.

3. Integrasi dengan bangunan dan Lanskap

Maksudnya untuk mendapatkan keselarasan visual dengan cara mencari tata letak yang sesuai dengan rancangan bangunannya. Bangunan di sini tetap dominan sebagai unsur untuk berkomunikasi secara arsitektural. Tanda di sini merupakan unsur pelengkap yang mudah dibaca sehingga memudahkan pengamat. Larangan untuk memasang tanda-tanda berukuran besar di lokasi yang memilki vista yang dominan, misalnya pada jalur pedestrian utama pada square dan taman juga merupakan langkah untuk pengendalian.

4. Integrasi dengan elemen lanskap

Merupakan langkah untuk memeperoleh kompromi anatara pemasang tanda dengan elemen lanskap sehingga nilai estetika tetap dapat dicapai. Caranya adalah dengan mendisain bentuk-bentuk khusus sehingga lampu jalan, kios kaki lima , lampu-lampu lalulintas sekaligus juga berfungsi sebagai tanda yang berisi identitas lingkungan, iklan, atau penunjuk jalan.

5. Kemudahan untuk dibaca

Tanda-tanda yang dipasang harus mudah untuk dibaca. Untuk itu jenis huruf, ukuran huruf , spasi, jumlah kata, bahan, warna dan iluminasi kemudian cara memasang, jarak pandang, sudut pandang dan kecepatan kendaraan merupakan aspek-aspek yang perlu dikendalikan.

6. Pemakaian simbol

Sekarang ini mulai banyak dikenal pemakaian simbol atau logo sebagai cara menyajikan tanda. Dengan melihat simbol atau logo, pengamat langsung dapat mengerti maksud suatu tanda tanpa harus dalam bentuk tulisan.

2.2 Lanskap Jalan dan Penempatan Reklame

(34)

pada gambarnya yang dapat berganti atau berubah. Dengan demikian jika pengamat tidak cukup lama dalam memandang papan reklame, maka pesan itu tidak akan sampai.

Durasi atau lama tidaknya waktu untuk memandang ini sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya kecepatan gerak dari pengamat terhadap obyek, lurus tidaknya jalur jalan, serta datar tidaknya suatu jalur jalan. Hal itu dapat diperjelas dengan Gambar 4. Pada jalur jalan yang merangsang pengguna jalan untuk bergerak sangat cepat, misalnya pada jalan Tol, waktu memandang sebuah papan reklame yang terbatas diatasi dengan membuatnya terlihat lebih lama dengan memperbesar ukuran serta meninggikan posisinya.

Gambar 4. Pengaruh kondisi jalan terhadap durasi memandang suatu obyek visual

Pada jalur yang cukup padat, dimana kendaraan tidak mungkin bergerak terlalu cepat, visibilitas menjadi tinggi. Pada jalan yang lurus, durasi memandang sebuah papan juga lama, sehingga visibilitas juga tinggi. Pada jalur yang datar, visibilitas papan reklame juga tinggi berkaitan dengan durasi memandang yang lebih lama.

Jalan lurus, durasi melihat lebih panjang

Jalan berkelok, durasi memandang lebih pendek

Jalan mendatar, durasi melihat lebih lama

(35)

19 Sebuah lanskap dengan bentuk memanjang membentuk koridor yang merupakan sarana pergerakan baik bagi manusia maupun barang (Simonds, 1983. Sebuah lanskap berbentuk linear ini oleh Simonds (1983) diibaratkan sebagai aliran sungai, sehingga karakternya juga sangat dipengaruhi oleh bentuk dasarnya. Bagaimana cara manusia bergerak di dalam lanskap semacam ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan elemen-elemen pembentuk lanskap ini, apakah badan jalan sendiri, pembatas jalan, maupun oleh pemandangan (scenery) di sekitar jalur yang dilaluinya.. Sebuah lanskap karena itu dapat terbentuk dari elemen-elemen alamiah maupun elemen atau struktur buatan manusia (Simonds, 1983).

Karakter lanskap sangat ditentukan oleh kenampakan (feature) yang ada di dalamnya dengan sifat-sifat spesifik dan berulang (Simonds, 1983). Sebuah lanskap jalan memilki karakter khusus yang unik dari lainnya dengan adanya kenampakan khas sebagai bagian dari jalur itu sendiri, baik yang berupa ekspresi lanskap alami pada jalur yang melintasi daerah yang masih alami, maupun lanskap urban pada jalur yang melewati kawasan urban yang sangat banyak campur tangan manusia di adalamnya. Lanskap ini memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas manusia.

Bentuk dasar jalan mempunyai pengaruh terhadap perletakan reklame, dimana dalam hal ini berkaitan dengan kecepatan gerak pemakai jalan serta sudut pandang pengamat dengan papan reklame. Jalan yang berbentuk lurus memungkinkan kendaraan bergerak lebih cepat dan memandang suatu obyek lebih lama, sementara jalan yang berkelok-kelok menyebabkan kendaraan melaju lebih lambat serta menyebabkan seringnya terjadinya perubahan sudut dalam memandang suatu obyek

(36)

Gambar 5. Beberapa bentuk dasar jalan menurut Simonds

Jika diperhatikan, jalur-jalur Sukaraja-Cibinong didominasi bentuk dasar Direct, sementara jalur Ciawi-Puncak dapat ditemui yang berbentuk Curvilinear maupun Looping, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Jalur Sukaraja Cibinong yang berbentuk Direct (tanpa skala)

Gambar 7. Jalur Ciawi Puncak yang berbentuk Curvilinear maupun Looping (tanpa skala)

(37)

21 Kedua gambar tersebut diatas merupakan contoh bentuk jalur pada jalur-jalur perencanaan. Bentuk dasar jalan ini juga sangat berkaitan dengan perletakan media reklame yang juga berkaitan dengan visibilitas atau keterlihatan sebuah papan reklame. Jenis media reklame juga akan dipengaruhi oleh hal itu. Misalnya saja, jenis reklame bando jalan tidak tepat diletakkan pada jalan yang berbentuk looping atau Curvilinear, karena jika ditinjau dari ketertutupan jalan oleh adanya bando jalan itu akan mengganggu pemakai jalan, atau jika ditinjau dari segi pemasang iklan, durasi memandang sebuah bando juga akan lebih pendek. Oleh karena itu bando lebih tepat ditempatkan pada jalur yang berbentuk Direct. Tetapi ada pertimbangan lain yang tidak memungkinkan semua jalur berbentuk Direct dapat dipasang bando jalan, antara lain lebar jalan yang akan mempengaruhi bentang bando jalan, yang berarti mempengaruhi besar konstruksi bando, sehingga tidak ekonomis.

2.3 Teori dan Metode Visual

Visibilitas berkaitan dengan aspek dapat tidaknya sebuah media reklame dipandang atau dibaca oleh pengamat dengan jelas. Karena pemasangan reklame berkaitan dengan proses komunikasi, dimana media reklame adalah alat bagi pemasang iklan sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan (informasi produk, ajakan untuk membeli, atau sekedar membentuk imaji) kepada komunikan yaitu pengamat atau masyarakat pemakai jalan. Salah satu aspek yang penting dalam menentukan keberhasilan penyampaian pesan ini adalah dapat tidaknya gambar atau tulisan pada papan reklame dibaca masyarakat, terlepas dari dapat tidaknya isi pesan dimengerti oleh pengamat.

Visibilitas sebuah media iklan billboard dipengaruhi oleh banyak aspek. Jika dianalogikan sebagai lanskap, dimana papan iklan dapat dianggap sebagai elemen lanskap buatan, maka kita dapat merujuk pada teori Higuchi (1989) tentang Visibilitas dan struktur lanskap lainnya. Dalam hal ini visibilitas merupakan aspek utama yang dipengaruhi oleh:

a. Jarak pandang

(38)

d. Ukuran obyek, dalam hal ini papan reklame

e. Ada tidaknya penghalang pandang (blockage), yang merupakan noise

(pengganggu) dalam proses komunikasi visual.

Dari keseluruhan aspek yang mempengaruhi visibilitas sebuah media reklame, maka dapat disusun suatu kategorisasi media iklan yang memiliki nilai visibilitas tertinggi hingga yang terendah.

2.3.1 Pengaruh Jarak Pandang terhadap Visibilitas

Kinerja sistim visual dipengaruhi oleh jarak. Berdasarkan sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Asihara (1986), maka dapat diketahui bagaimana jarak sangat mempengaruhi tingkat rincian (kedetailan) dari obyek yang diamati. Secara sederhana Asihara menyusun sebuah serial foto berdasarkan perubahan jarak untuk memperlihatkan bagaimana jarak yang berubah mempengaruhi kesan obyek yang dipandang.

Gambar 8. Medan Visual menurut H. Martens (digambar ulang)

Pada dasarnya obyek yang dapat ditangkap dengan baik oleh mata pengamat memilki jarak tertentu, yang merupakan jarak optimal yang ini juga dipengaruhi oleh medan pandangan atau medan visual (field of vision) menurut teori Hans Martens (dalam Asihara 1986), yang mengemukakan prisip bahwa

Medan visual secara vertikal Medan visual secara horisontal Sudut

optimal

(39)

23 kesan artistik secara total dari aspek visual berkaitan dengan area (range) dan jarak (distance) yang dapat ditangkap oleh mata manusia secara normal. Menurut teori ini medan pandangan manusia secara normal memiliki area pandang yang membentuk sudut 600 baik secara horisontal maupun vertikal yang dapat digambarkan sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 8.

Dengan demikian, papan reklame yang memiliki visibilitas tinggi/ baik memiliki jarak tertentu terhadap pengamat. Tidak selalu yang lebih dekat yang terbaik, karena diperlukan jarak yang yang cukup jauh untuk menangkap image pertama untuk kemudian merangsang mata untuk membaca pesan dan mengamati rinciannya. Dan itu juga dipengaruhi oleh aspek lainnya, yaitu ukuran dan kecepatan gerak pengamat selama pengamatan.

2.3.2 Posisi atau Sudut Pandang Pengamat terhadap Visibilitas

Besarnya sudut yang terjadi antara obyek dengan mata pengamat mempengaruhi tingkat visibilitas sebuah bidang. Menurut Higuchi, sudut ini (oleh Higuchi disebut sebagai Angle of Incidence /sudut kejadian) dapat terjadi pada bidang yang vertical maupun yang horizontal (misalnya bidang lantai/dasar, dan bidang langit-langit) dari mata pengamat.

Gambar 9 Sudut kejadian pandangan (Angle of Incidence) dan pengaruhnya terhadap visibilitas suatu obyek visual

(40)

pengamat, jenis reklame yang memiliki nilai visibilitas tertinggi misalnya adalah jenis bando jalan serta reklame yang dipasang pada jembatan penyeberangan yang melintang jalan. Sedangkan jenis reklame yang dipasang sejajar dengan arah pengamat, atau sejajar jalan nilai visibilitasnya tidak terlalu tinggi, misalnya jenis billbioard tempel pada sisi muka bangunan.

Sebagai obyek visual, dapat tidaknya sebuah media reklame dibaca juga sangat ditentukan oleh ukurannya. Semakin besar ukuran, semakin mudah dibaca, serta semakin lama waktu untuk membacanya. Tetapi karena merupakan obyek visual juga, keterbacaan sebuah media juga tetap terkait dengan hukum medan Visual Martens, dimana reklame berukuran besar tidak akan terbaca pesannya jika jaraknya terlalu dekat, karena papan reklame itu sebagai keseluruhan akan berada diluar kerucut pandang. Sebaliknya, reklame berukuran kecil akan lebih mudah dibaca pada jarak yang dekat. Dengan demikian, dapat diperlihatkan analisis grafis dari aspek ukuran terhadap visibilitas seperti pada gambar berikut (Gambar 10).

Gambar 10. Aspek ukuran dan pengaruhnya terhadap visibilitas suatu obyek visual

2.3.3 Keterhalangan (blockage) terhadap Visibilitas

(41)

25 karena dengan adanya kesan hilang timbul justru merangsang rasa ingin tahu pengamat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Asihara (1986).

Visibilitas ruang iklan pada media reklame ruang luar perlu mempertimbangkan faktor penghalangan ini sehingga tidak terlalu merugikan. Tetapi sebaliknya, keberadaan media reklame juga tidak menjadi penghalang bagi view di sekitarnya, baik bagi view alami di daerah pegunungan maupun terhadap bangunan sebagi elemen arsitektur kota yang penting.

Gambar 11. Aspek penghalangan terhadap visibilitas suatu obyek visual

Dalam penyelenggaraan reklame, keterhalangan pesan sebuah media reklame dapat dihilangkan dengan dilakukannya pengaturan jarak antara satu media dengan yang lain. Selain itu juga dengan mempertimbangkan atau mengatur jarak media reklame dengan elemen lanskap lain seperti pohon maupun bangunan lainnya.

(42)

2.4 Persepsi terhadap Lanskap

Persepsi merupakan suatu gambaran, pengertian, serta interpretasi seseorang terhadap suatu obyek, terutama bagaimana orang menghubungkan informasi yang diperolehnya dengan diri dan lingkungan dimana dia berada. Bentuk persepsi tersebut berbeda pada setiap orang, karena pengaruh latar belakang intelektual, pengalaman emosional, pergaulan, dan sikap seseorang. Sedangkan, kedalaman persepsi akan sebanding dengan kedalaman intelektual dan semakin banyaknya pengalaman emosional yang dialami seseorang (Eckbo, 1964). Lebih lanjut Porteous (1977) menambahkan bahwa persepsi akan menentukan tindakan seseorang terhadap lingkungannya.

Bentuk obyek yang diamati seseorang salah satunya adalah lanskap, dimana seseorang akan melakukan persepsi terhadap lanskap yang sudah diamatinya (Nasar, 1988). Lebih lanjut dinyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap kualitas suatu lanskap ditentukan oleh interaksi yang kuat antara variabel lanskap dan pengetahuan seseorang terhadap lanskap tersebut. Hasilnya berupa penilaian yang bagus atau tidak bagus. Tingkat penilaian tersebut tergantung pada kepuasan perasaan seseorang terhadap lanskap tersebut.

Karakteristik penting dari faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi manusia terhadap lingkungan menurut Gifford (1997) adalah:

1. Faktor karakteristik pribadi, termasuk didalamnya ciri khas individu seperti jenis kelamin, taraf pendidikan, minat dan emosionalnya.

2. Faktor latar belakang kultural

3. Faktor pengaruh fisik artinya penampilan fisik dari obyek stimulus yang terdiri dasri nilai, arti, familiaritas intensitas.

Menurut Nasar (1988), persepsi ditentukan oleh interaksi yang kuat antara variabel lanskap dan pengetahuan seseorang terhadap lanskap tersebut. Persepsi manusia tidak henya dipengaruhi oleh setting fisik lanskap, pada kenyataannya persepsi manusia juga dipengarhi oleh setting kelompok misalnya kehidupan sosial, buku-buku terbaru dan modernisasi yang lebih menyita perhatian akan menyebabkan ”environmental numbness” atau ketidakpedulian lingkungan.

(43)

27 adaptasi dari manusia yang berarti pemilihan beberapa isyarat dari lanskap untuk memperkaya pengalaman lingkungannya (Gifford, 1997). Persepsi terhadap lingkungan membutuhkan model, teori dan kerangka kerja untuk menyediakan pedoman, gambaran menyeluruh dari proses persepsi dan untuk menghasilkan hipotesis yang dapat diuji.

2.5 Estetika Lingkungan

Lingkungan merupakan wadah bagi manusia untuk beraktifitas dan berinteraksi dengan sesama manusia dan alam beserta isinya. Manusia selalu melakukan persepsi dan interpretasi terhadap lingkungannya. Proses persepsi dan interpretasi merupakan rangkaian tindakan manusia sebagai upaya mendapatkan gambaran dari lingkungannya, sehingga manusia dapat menetapkan tindakan selanjutnya terhadap lingkungan tersebut. Arah dan bentuk tindakan manusia terhadap lingkungannya dapat berupa hal-hal yang positif atau negatif, dimana pilihan tindakan tersebut sangat bergantung dari hasil persepsi dan interpretasi sebelumnya. Tindakan yang positif seperti pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dengan bijaksana merupakan hasil pemahaman yang benar terhadap lingkungannya, sebaliknya tindakan negatif seperti perusakan dan pemborosan terhadap sumber daya alam merupakan hasil pemahaman yang salah terhadap lingkungannya. Dengan demikian perlu penanaman pengetahuan tentang persepsi dan interpretasi yang benar, sehingga manusia dapat menetapkan tindakan yang benar dalam mengelola lingkungannya (Simonds, 1983).

(44)

2.5.1 Kualitas Estetika

Nilai estetik suatu tempat atau lanskap merupakan dimensi penting dalam pengamatan ekologi dan kekuatan nilai estetik telah menjadi aspek utama dalam tindakan konservasi. Perumusan kebijakan tentang estetik juga membawa pada pemahaman yang baik atas masalah lingkungan. Sebagai contoh pemandangan pegunungan yang masih alami dengan hutan yang gundul dimana tidak hanya nilai estetiknya berbeda, tetapi kondisi ekologi keduanya juga berbeda. Nilai estetik dapat menjadi salah satu alat ukur lingkungan, karena indera manusia mampu menangkap dan membedakan kondisi lingkungan di sekitarnya melalui indera penglihatan, pendengaran atau penciuman (Foster, 1982).

Penilaian terhadap kualitas estetik lingkungan menjadi alat yang relevan dalam lingkup pengamatan lanskap alami maupun nonalami. Meskipun kualitas estetik merupakan sumber daya alam yang tidak dapat dimakan, tetapi dapat memberikan kepuasan secara mental bagi manusia. Pemenuhan terhadap kepuasan estetik merupakan puncak dari kebutuhan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak hanya menghendaki kepuasan secara fisik, tetapi yang lebih utama adalah kepuasan mental atau jiwa. Keindahan lingkungan sebagai salah satu alat pemenuhan kebutuhan estetik perlu dipelajari dan dibuat metode penilaiannya, sehingga lingkungan dapat dikelola dengan baik agar kualitas estetiknya dapat terlindungi dan tetap terjaga (Daniel dan Boster, 1976; Foster, 1982).

2.5.2 Elemen Pengalaman Estetik

Kualitas estetik tapak akan menentukan pengalaman estetik pengguna tapak tersebut. Inti pembentuk kualitas estetik adalah integritas elemen fisik dan visual tapak. Elemen fisik tapak berupa bentuk lahan, tata guna lahan, mosaic vegetasi, badan air. Sedangkan elemen visual berupa bentuk, ruang, skala, warna, pola, komposisi dan hubungan antar elemen fisik (Gold, 1980; Foster, 1982). Dengan demikian dapat dijelaskan masing-masing elemen tapak sebagai berikut:

(45)

29 Selain itu bentuk lahan yang khas seperti lembah dan ngarai mempengaruhi bentuk ruang di tapak.

2. Mosaik vegetasi menentukan pola utama dari variasi visual permukaan lanskap. Perbedaan bentuk fisik vegetasi, warna, teksur, skala, bentuk pola utama, batas tepi, dan perubahan fisik karena musim merupakan unsur dasar dari mosaik vegetasi.

3. Badan air merupakan elemen yang spesial dan langka dalam lanskap yang alami. Keberadaannya tidak hanya menambah nilai estetik tapak, tetapi juga menjadi pendukung kehidupan di sekitarnya. Dalam suatu lanskap, badan air dapat menjadi pemandangan yang berdiri sendiri atau dapat juga membentuk kesatuan pemandangan dengan vegetasi serta bentuk lahan di dekatnya.

Menurut Foster (1982) pengamatan terhadap elemen tapak dapat melalui pengamatan peta atau analisis laporan tertulis atau representasi grafis berupa foto, diagram, dan sketsa. Bentuk hasil pengamatan visual terhadap elemen tapak dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu: 1) Elemen yang berupa area seperti danau, petak lahan sawah, petak kebun teh, dan petak hutan pinus; 2) Elemen yang berupa koridor seperti sungai, jalan raya, dan jalan setapak. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pengamatan visual dapat memberikan hasil yang baik dan relevan jika unit pengamatan mempunyai batas yang jelas dan tidak terlalu luas skalanya. Hasil pengamatan setiap unit memberikan gambaran kondisi yang berbeda. Kondisi setiap unit biasanya bergantung pada karakteristik spasial serta hubungan antara bentuk lahan, vegetasi, dan badan air di dalam unit tersebut.

2.5.3 Evaluasi Kualitas Estetik

(46)

kekayaan sumber daya adalah dua hal yang dipandang penting oleh ahli biologi dan seniman, karena variasi yang besar sama artinya dengan kualitas tapak yang tinggi. Tetapi diperlukan juga kesatuan elemen disamping variasi elemen untuk tercapainya kualitas tapak yang tinggi. Contoh variasi elemen dalam lanskap adalah jenis pohon deciduous tumbuh di antara pohon berdaun jarum. Ketiga, kontras adalah perbedaan antar elemen yang terlihat menonjol tetapi tetap harmonis. Kontras dapat berupa perbedaan warna, tekstur, atau bentuk elemen (Foster, 1982).

2.6 Metode Pendugaan Nilai Keindahan

Menurut Daniel dan Boster (1976) metode pendugaan nilai keindahan merupakan alat pendekatan dalam penilaian kualitas estetik tapak atau lanskap tertentu. Terdapat tiga metode umum dalam pendugaan nilai keindahan, yaitu:

Pertama, pengamatan deskriptif adalah bentuk metode yang digunakan secara eketensif dalam representasi dan evaluasi kualitas lanskap. Hasil penilaian kualitas keindahan digambarkan dalam karakter yang relevan dengan lanskap, seperti rasa hangat, nyaman, keanekaragaman elemen, dan harmonis. Penyajian hasil dapat berupa angka, dimana setiap karakter diberi nilai tertentu misal dalam satuan persen, kemudian nilai seluruh karakter dijumlahkan. Nilai yang diperoleh dari penjumlahan seluruh karakter merupakan gambaran kualitas lanskap yang diamati.

Kedua, survei dan kuisioner adalah bentuk metode yang sudah digunakan secara luas, dan hasil penilaian kualitas lanskap berdasarkan preferensi terhadap setiap sampel. Preferensi yang tinggi terhadap sampel tertentu menunjukkan nilai keindahan sampel tersebut juga tinggi.

Ketiga, evaluasi persepsi pilihan adalah metode penilaian kualias lanskap yang berdasarkan pendapat pengamat yang dipandang relevan. Penilaian dilakukan tidak secara langsung di tapak, tetapi dengan foto atau slide yang diambil dari tapak dan dianggap sesuai dengan kondisi tapak.

(47)

31 ini adalah keindahan merupakan hasil interaksi manusia dengan alam, yaitu sebagai bentuk persepsi terhadap pemandangan lanskap melalui indera penglihatannya (Daniel dan Boster, 1976).

2.6.1 Evaluasi Lanskap dengan Menggunakan Model SBE

Konsep yang mendasari metode ini adalah keindahan merupakan hasil interaksi manusia dengan alam, yaitu sebagai bentuk persepsi terhadap pemandangan lanskap melalui indera penglihatannya. Tahap pelaksanaan metode SBE adalah pengambilan foto lanskap, penyajian foto dalam bentuk slide, dan evaluasi penilaian kualitas keindahan. Tahap pertama, pengambilan foto dilakukan secara acak pada sudut pandang 10 sampai 3600, dimana pemilihan sudut pandang harus mewakili kondisi lanskap. Level pengambilan foto juga harus sama dengan level mata manusia yang berdiri pada posisi normal. Tahap kedua, foto setiap lanskap disusun sesuai kelompok lanskap, lalu dipresentasikan dalam bentuk slide. Penyusunan foto antar lanskap dibuat acak, sedangkan foto untuk lanskap yang sama disusun dalam satu kelompok. Penilaian terhadap slide dilakukan oleh pengamat. Pengamat dapat berupa individu atau kelompok. Selain itu pengamat diberi pengarahan yang cukup sebelum presentasi dimulai, tetapi pengarahan harus bersifat netral dan tidak berpengaruh pada penilaian yang akan dilakukan pengamat. Presentasi harus dilakukan sekali dan penilaian pengamat berkisar pada nilai 1 (sangat jelek) dan 10 (sangat indah). Tahap ketiga, hasil penilaian pengamat untuk setiap lanskap dikumpulkan dan diurutkan dari nilai terkecil sampai tertinggi. Selanjutnya dilakukan analisis nilai keindahan secara statistik deskriptif. Nilai keindahan yang diperoleh dapat dijadikan representasi kualitas keindahan lanskap.

2.6.2 Evaluasi Lanskap dengan metode Semantic Differential (SD)

(48)

kutub yang berbeda. Karena itu sering disebut bipolar adjective, dimana kedua kata sifat itu saling berlawanan. Dua kata sifat yang saling berlawanan itu (misalnya: teratur – kacau) tadi diberi nilai skor (misalnya -3 sampai dengan 3).

Responden diminta untuk memberi penilaian berdasarkan kesan yang timbul atas suatu obyek, yang diisikan pada lembar kuisioner yang telah disediakan. Beberapa kata sifat atau konsep (sehingga berupa frasa) yang saling bertentangan ditampilkan untuk dinilai responden. Untuk menjaga objektivitasnya, kata-kata sifat yang ditampilkan dengan konotasi negatif tidak ditempatkan pada sisi yang sama. Misalnya

(49)

III. METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor merupakan jalur yang paling diminati dalam pemasangan reklame, yaitu jalur wisata Puncak. Tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada area perkebunan teh yang merupakan salah satu daya tarik wisata di kawasan Puncak ini, yaitu jalur yang berada pada km. Jkt. +83 sampai dengan km. Jkt. + 93. Penggal jalan ini dipilih karena memiliki kekhasan karakter lanskap yang berbeda, yaitu dengan adanya perkebunan teh yang luas dengan pemandangan yang indah. Dengan adanya pemandangan berupa kebun teh diseling dengan hutan yang terdiri dari hutan campur maupun hutan pinus di beberapa lokasi, maka keberadaan reklame di lokasi ini menarik untuk diamati. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Lokasi penelitian diperlihatkan Gambar 12.

Gambar 12. Lokasi Penelitian Peta Kabupaten Bogor

Jalur sekitar perkebunan teh, kawasan wisata Puncak, Cisarua

(50)

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei untuk pengumpulan data karakter tapak dan pengambilan foto lanskap yang ada reklamenya. Pengolahan data foto dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE), yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Penggunaan metode SBE ini untuk menilai kualitas estetik lanskapnya. Sebanyak 20 setting lanskap ditayangkan dihadapan responden mahasiswa Arsitektur lanskap Institut Pertanian Bogor untuk dinilai keindahan lanskapnya.

Penilaian karakter lanskap dilakukan dengan melakukan analisis persepsi responden terhadap lanskap dengan adanya reklame berdasarkan tanggapannya atas kondisi lanskap yang ditayangkan dengan menggunakan metode Semantic Differential (SD) yang dikembangkan oleh Osgood, Suci dan Tannenbaum tahun 1957 (Rosmalia dan Gunawan, 2007). Pada dasarnya, responden diminta memberi penilaian terhadap kondisi lanskap berdasarkan kata sifat yang saling bertentangan (bipolar adjective) sesuai tanggapan persepsional mereka. Kata sifat ini dapat pula dikemukakan sebagai frasa (kelompok kata) dengan maksud menggambarkan sifat atau kondisi lanskap yang dinilai.

3.2.1 Langkah dan Proses Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka alur proses sebagai berikut, sebagaimana disajikan pada Gambar 13. Penelitian ini berangkat dari kondisi eksisting media reklame yang ada dengan melakukan inventarisasi, untuk kemudian diidentifikasi struktur fisiknya.

(51)

35

Gambar 13. Kerangka proses penelitian

a. Tahap Persiapan

Tahap kegiatan ini dimulai dengan studi pustaka. Hasil studi pustaka berupa identifikasi karakter kualitas karakter lanskap dan penentuan titik pemotretan di sepanjang jalur wisata Puncak. Pada tahapan ini, dilakuakan peninjauan lapangan awal untuk mengambil dokumentasi dalam format video, dengan menggunakan handycam Sony model E201 untuk memperoleh gambaran kondisi lanskap dari kondisi pengamat bergerak. Selain itu, dokumentasi ini dapat bermanfaat untuk melihat kembali situasi yang terlewatkan dari pengamatan di kemudian hari. Dari gambar video ini juga direncanakan titik-titik pengambilan foto.

Pengamatan karakter lanskap tertentu di sepanjang jalur wisata Puncak dilakukan bersamaan dengan pengambilan foto. Titik lanskap yang dipilih adalah penempatan reklame atau billboard disepanjang jalan di kawasan jalur wisata Puncak. Keberadaan reklame atau billboard tersebut diharapkan oleh pihak pemasang agar memiilki peluang untuk dilihat oleh pengamat atau pengunjung

(52)

jalur wisata puncak yang menikmati pemandangan dan kondisi lingkungan. Reklame yang diamati tersebar pada jalur wisata Puncak, yaitu jalur wisata Puncak, yaitu kilometer 83 sampai dengan kilometer 93.

b. Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan pada tahap pengumpulan data adalah pengamatan karakter lingkungan tempat pemasangan reklame dan kegiatan pengambilan foto pada jalur Ciawi Puncak, serta pengumpulan data sekunder tapak. Pengamatan karakter lingkungan pemasangan reklame dilakukan secara kualitatif. Pengamatan secara kualitatif merupakan pengamatan atas perbandingan kondisi relatif karakteristik lingkungan pemasangan reklame pada jalur Ciawi-Puncak. Kegiatan selanjutnya adalah pengambilan foto lanskap di jalur Ciawi-Puncak dengan kamera digital. Pemotretan dilakukan dengan sudut pandangan manusia pada posisi normal. Selain itu pemotretan diarahkan pada view yang mewakili karakter lanskap keberadaan reklame atau billboard. Pengambilan foto dilakukan pada pagi hari cerah sekitar pukul 10.00-14.00 WIB, agar diperoleh kualitas foto yang bagus. Pada setiap titik diambil beberapa foto kemudian diseleksi berdasarkan kualitas warna dan keterwakilan karakter lanskap.

Pengambilan foto dilakukan secara acak dengan memperhatikan struktur visual yang mungkin berpengaruh terhadap penilaian keindahan lanskap yang ada. Foto-foto terutama diambil untuk menggambarkan keberadaan suatu reklame pada suatu lanskap dengan latar depan (foreground), latar tengah (midleground) dan latar belakang (background) yang ditentukan. Latar yang ditentukan sebagai kriteria pengambilan dan pemilihan foto untuk ditayangkan adalah tegakan pohon secara detail, tegakan pohon sebagai latar tengah, hutan (kumpulan tegakan pohon yang tidak detail) sebagai latar belakang, serta latar belakang langit yang dominan. Ukuran, warna dan bentuk reklame ditentukan dengan memeperhatikan ukuran besar atau dominan, yang kecil, yang warnanya mencolok dan yang tidak serta bentuk yang biasa atau bentuk yang unik.

Gambar

Gambar 2. Jenis Reklame; (a) prismatek frontlight; (b) billboard tempel;
Gambar 3. Jenis Reklame; (a) bando jalan; (b) balon udara
Gambar 4. Pengaruh kondisi jalan terhadap durasi memandang suatu
Gambar 6. Jalur Sukaraja  Cibinong yang berbentuk Direct (tanpa skala)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan merupakan suatu konsep perubahaan sosial yang terus menerus menuju kearah perkembangan dan kemajuan yang lebih baik dan berkesinambungan. Pembangunan diupayakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam siswa

Pemikiran komunisme Karal Marx sebagai pemikiran yang menciptakan gerakan sosial di Jerman karena, ke tidak adilan dan ketertindasan kaum buruh oleh kaum kapitalis menjadi inspirasi

Perancangan Sistem Informasi Reservasi Penginapan pada Wisata Agro Gunung Mas Bogor yang dibuat untuk ditujukan dalam penyediaan informasi tentang data tamu, data

Observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa di dalam kelas. Pengamatan dan penilaian terhadap proses pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan media

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan Metode Smart Games dalam pembelajaran Matematika pada siswa Kelas IX B

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pola penggunaan obat antihipertensi terkait jenis, dosis, dan frekuensi pemberian untuk menurunkan tekanan darah pada

Dan tentunya disadari bersama bahwa beberapa contoh di atas hanya beberapa tetes dari banyaknya perilaku imoralitas yang terjadi dalam dunia pendidikan kita yang bukan