• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intntsa (Forssk.) Blume

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intntsa (Forssk.) Blume"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS EKSTRAK

TUMBUHAN UNTUK MENEKAN PERKECAMBAHAN

Asystasia intrusa (Forssk.) Blume

GALUH HANIFATIHA

A24080171

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intrusa (Forssk.) Blume adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GALUH HANIFATIHA. Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN dan ADOLF PIETER LONTOH.

Asystasia intrusa (Forssk.) Blume merupakan salah satu gulma penting pada pertanaman karet dan kelapa sawit. Asystasia intrusa biasa dikendalikan dengan cara manual maupun kimiawi. Penyebaran benih A. intrusa sangat cepat, hal ini dikarenakan A. intrusa dapat memproduksi biji banyak. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh ekstrak tumbuhan yang mampu menekan perkecambahan benih A. intrusa. Ekstrak tumbuhan yang digunakan adalah ekstrak rimpang alang-alang (I. cylindrica), ekstrak daun bandotan (A. conyzoides), ekstrak daun kirinyuh (C. odorata), ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha) dan ekstrak daun tembelekan (L. camara). Ekstrak daun kirinyuh memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan panjang akar kecambah A. intrusa. Namun pemberian beberapa jenis ekstrak tumbuhan belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan panjang hipokotil A. intrusa. Kirinyuh memiliki potensi dalam menekan perkecambahan A. intrusa. Kata kunci : Asystasia intrusa, ekstrak tumbuhan, perkecambahan

ABSTRACT

GALUH HANIFATIHA. Use of Some Plant Extracts to Depress Germination of Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. Supervised by SOFYAN ZAMAN and ADOLF PIETER LONTOH

Asystasia intrusa (Forssk.) Blume is one of the important weeds in the planting of rubber and palm oil. Asystasia intrusa is regularly controlled by manual or chemical treatment. The spread of A. intrusa seed is very rapid, this is because A. intrusa can produce many seeds. The purpose of this study was to obtain plant extracts that can reduce seed germination of A. intrusa. Plant extracts used were reed (I. cylindrica) rhizomes extract , bandotan (A. conyzoides) leaves extract, kirinyuh (C. odorata) leaves extract, bittervine (M. micrantha) leaves extract and tembelekan (L. camara) leaves extract. Kirinyuh leaves extracts give significant effect on the suppression of germination variables, speed of growth and seedling root length of A. intrusa. But giving some kinds of plant extracts have not been able to provide significant effect on emphasis hypocotyl length. Kirinyuh have the potential to suppress A. intrusa germination.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS EKSTRAK

TUMBUHAN UNTUK MENEKAN PERKECAMBAHAN

Asystasia intrusa (Forssk.) Blume

GALUH HANIFATIHA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intrusa (Forssk.) Blume Nama : Galuh Hanifatiha

NIM : A24080171

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP Pembimbing I

Ir Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 hingga bulan Agustus 2012 ini ialah potensi ekstrak tumbuhan sebagai bioherbisida, dengan judul Penggunaan Beberapa Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo IPB, Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Sofyan Zaman, MP dan Ir Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing, serta Prof Dr Ir Memen Surachman, MSc yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Di samping itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Didi, Hasrat, Tri, Indra, Izza dan Bunga yang telah membantu penulis selama penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Keluarga Besar Indigenous 45, BEM Faperta Kabinet Generasi Pembaharu, BEM KM IPB Berkarya atas doa dan semangat yang diberikan selama penulis menjalankan penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Gulma 2

Alelopati 3

Ekstrak Tumbuhan 4

Pengujian Benih Asystasia intrusa 5

Perkecambahan Benih 6

METODE 6

Bahan Penelitian 7

Peralatan Penelitian 7

Pengamatan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

KESIMPULAN DAN SARAN 12

Kesimpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Daya berkecambah dan kecepatan tumbuh kecambah benih A. intrusa 9 2 Panjang akar dan panjang hipokotil kecambah benih A. intrusa 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lay out percobaan 15

2 Metode pembuatan ekstrak rimpang alang-alang 16

3 Metode pembuatan ekstrak daun tumbuhan 17

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu aspek budidaya pada tanaman perkebunan yang sangat penting adalah pengelolaan gulma. Gulma dapat menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitas dengan cara berkompetisi dengan tanaman pokok, selain itu gulma juga dapat menjadi inang alternatif hama dan penyakit tanaman, apabila gulma yang ada sebagai inang pengganti hama penyakit, maka penurunan hasilnya sangat merugikan (Mawardi 2003).

Keberadaan gulma pada pertanaman sangat merugikan bagi pekebun, oleh sebab itu gulma perlu dikendalikan. Gulma dikendalikan dengan berbagai metode, antara lain secara mekanis yaitu dengan mencabut atau membabad, membakar, menggenangi, memakai mulsa, musuh alami, rotasi tanaman serta penyemprotan herbisida (Fadhly dan Tabri 2007).

Asystasia intrusa (Forssk.) Blume merupakan salah satu gulma penting pada pertanaman karet dan kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan oleh Meilin (2008) menunjukkan bahwa A. intrusa merupakan jenis gulma dominan kedua pada areal perkebunan kelapa sawit dengan nilai Summed Dominan Ratio (SDR) sebesar 9.4% sebelum dilakukan aplikasi herbisida.

A. intrusa menghasilkan benih yang banyak sehingga penyebarannya cepat. Bila benih-benih A. intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu lahan dan gulma tersebut juga akan menyita hampir semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan tersebut sehingga hasil panen akan berkurang bila penyiangan tidak tepat pada saat periode kritis (Biotrop 2008).

A. intrusa pada pertanaman kelapa sawit dan karet umumnya dikendalikan menggunakan herbisida. Herbisida dapat dikelompokkan menjadi herbisida sintetik dan herbisida organik (bioherbisida). Penggunaan herbisida sintetik sangat merugikan bagi kesehatan lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zein (2008) racun yang menyebabkan kematian tertinggi di bagian penyakit dalam Rumah Sakit Adam Malik, Medan adalah kematian akibat racun herbisida yaitu sebesar 42.86%. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif dalam pengendalian gulma yang ramah lingkungan, salah satunya yaitu dengan menggunakan bioherbisida. Achadi dan Fitriana (2008) mengemukakan bahwa bioherbisida adalah herbisida yang berasal dari tumbuhan yang mengandung alelopat (zat racun) yang dapat menghambat atau mematikan tumbuhan lain.

Gulma dapat melepas senyawa alelopati yaitu senyawa-senyawa kimia yang dilepaskan oleh tumbuhan ke lingkungan sekitarnya yang kemudian bersifat sebagai racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan oleh mikroba tanah (Sastrautomo, 1990).

(13)

2

Rimpang alang-alang (Imperata cylindrica) diketahui memiliki senyawa alelopati, dari hasil penelitian yang dilakukan Pujiwati (2011) ekstrak rimpang alang-alang mampu menekan pertumbuhan kecambah benih-benih gulma Amarantus spinosus, Bidens bidernata dan Tridax procumbens. Selain alang-alang, ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides) juga mengandung senyawa alelopati. Hasil penelitian Xuan et al (2004) menunjukkan bahwa penggunaan daun bandotan dengan dosis 2 ton/ha pada pertanaman padi dapat menekan pertumbuhan gulma Aeschynomene indica dan Echinochloa crusgalli sampai dengan 75%. Kirinyuh (Chromolaena odorata) mengandung senyawa alelopati yang mampu menekan tinggi gulma Boreria latifolia, Cyperus rotundus dan Axonopus compressus (Sahputra 2007). Ekstrak daun sembung rambat (Mikania micrantha) dan daun tembelekan (Lantana camara) diketahui mampu menekan jumlah daun gulma Axonopus compressus, Cyperus rotundus dan Boreria latifolia serta menimbulkan gejala keracunan (toksisitas) pada ketiga jenis gulma tersebut (Lasmini dan Wahid 2008).

Ekstrak rimpang alang-alang (I. cylindrica), ekstrak daun bandotan (A. conyzoides), ekstrak daun kirinyuh (C. odorata), ekstrak daun sembung rambat (M. Micrantha) dan ekstrak daun tembelekan (L. camara) berpotensi untuk dikembangkan sebagai bioherbisida. Pada penelitian ini ekstrak dari berbagai tumbuhan tersebut akan dievaluasi pengaruhnya terhadap perkecambahan benih A. intrusa, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian

1. Membuktikan pengaruh pemberian beberapa jenis ekstrak tumbuhan terhadap perkecambahan benih A.intrusa

2. Membuktikan jenis ekstrak tumbuhan yang paling menekan perkecambahan benih A.intrusa

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian beberapa jenis ekstrak tumbuhan berpengaruh terhadap perkecambahan benih A.intrusa

2. Terdapat jenis ekstrak tumbuhan yang paling menekan perkecambahan benih A. intrusa

TINJAUAN PUSTAKA

Gulma

(14)

3 Gulma adalah tumbuhan pengganggu tanaman budidaya yang sering mengganggu sejak masa pertumbuhan vegetatif, sampai pada masa generatif. Gulma dapat mempengaruhi produktivitas tanaman budidaya yang akan berpengaruh pada tingkat produksi dan pendapatan petani. Salah satu upaya untuk mengatasi kehadiran gulma adalah dengan memanfaatkan herbisida sebagai pembasmi, namun bila cara ini digunakan terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan meningkatkan resistensi tanaman budidaya terhadap penyakit tertentu bahkan mengganggu kesehatan manusia. Aplikasi herbisida yang dilakukan petani terkadang melebihi dosis yang ditentukan serta pada saat pengaplikasiannya petani tidak menggunakan standar keamanan sehingga berakibat pada kesehatan para petani (Palapa 2009).

Alelopati

Istilah alelopati (allelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch tahun 1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara timbal balik, yaitu yang bersifat penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Batasan alelopati menurut Rice (1974) merupakan keadaan merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan lain, termasuk mikroorganisme, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke lingkungannya.

Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan pada semua jaringan tumbuh-tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah dan benih. Senyawa kimia tersebut dibebaskan melalui pencucian, eksudasi akar, volatilisasi dan dekomposisi bahan. Senyawa alelopati berpengaruh negatif terhadap penyerapan unsur hara, pembelahan sel, penghambatan pertumbuhan, penghambatan aktivitas fotosintesis, berpengaruh terhadap respirasi, sintesis protein, perubahan ketegangan membran, serta penghambatan aktivitas enzim (Duke 1985).

Banyak spesies gulma menimbulkan kerugian dalam budidaya tanaman yang berakibat pada berkurangnya jumlah dan kualitas hasil panen. Inderjit dan Keating (1999) melaporkan hingga 112 spesies yang memiliki potensi alelopati, bahkan Qasem dan Foy (2001) menambahkannya hingga 239 spesies. Selain itu, Qasem dan Foy (2001) mencatat 64 spesies gulma yang bersifat alelopati terhadap gulma lain, 25 spesies gulma yang bersifat autotoksik/autopathy, dan 51 spesies gulma aktif sebagai antifungi atau antibakteri. Jenis gulma yang memberikan pengaruh negatif alelopati pada tanaman berkontribusi pada berkurangnya jumlah dan kualitas panen tanaman melalui alelopati dan juga kompetisi sarana tumbuh.

(15)

4

Ekstrak Tumbuhan

Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv)

Alang-alang merupakan tumbuhan dari famili Graminae. Alang-alang memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga mudah tumbuh dimana-mana. Alang-alang sering menjadi gulma yang merugikan para petani. Hasil penelitian Meilin (2008) alang-alang merupakan gulma dominan pada pertanaman kelapa sawit dengan SDR sebesar 27.8%.

alang baik tumbuh pada ketinggian hingga 2 700 m dpl. Alang-alang dapat mempengaruhi tanaman kultivasi lain karena kebutuhan natrium relatif tinggi. Tumbuhan ini dapat menyebabkan penurunan pH tanah (Wardiyono 2008). Menurut penelitian Mac Donald et al (2002), pada alang-alang, bagian yang efektif mengeluarkan allelopat adalah rimpangnya.

Alang-alang mengandung senyawa alelopati yaitu empat golongan senyawa fenolik yang terdiri dari asam isofemfik, asam salisilik, asam veratatrat dan asam amisat (Sajise 1980). Penelitian sebelumnya memberikan hasil bahwa ekstrak alang-alang memberikan pengaruh yang paling besar berupa penghambatan perkecambahan pada parameter persentase perkecambahan, panjang hipokotil, panjang akar dan berat basah kecambah pada kedelai (Aini 2008).

Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

Bandotan (A. conyzoides) berasal dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini tersebar di berbagai kawasan Indonesia sehingga memiliki berbagai nama daerah. Bandotan di daerah Jawa dikenal dengan sebutan Babadotan, di daerah Sumatera dikenal dengan daun tombak sedangkan di Madura dikenal dengan sebutan Wedusan. Bandotan telah digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Bandotan di India digunakan sebagai bakterisida, antidisentri dan antilithik. Perasan/ ekstrak Bandotan di Brazil dipakai untuk menangani kolik, flu, demam, diare, rheumatik dan efektif mengobati luka bakar (Sukamto 2007).

Bandotan diduga kuat memiliki alelopati, hal ini dikarenakan daun Bandotan diidentifikasikan memiliki kandungan tiga phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic acid dan protocatechuic yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa gulma pada tanaman padi. Herba Bandotan juga mengandung asam amino, organacid, pectic substance, minyak atsiri kumarin, friedelin, siatosterol, tanin sulfur dan potasium klorida. Akar Bandotan mengandung minyak atsiri, alkaloid dan kumarin (Sukamto 2007).

Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H.E. Robinson)

(16)

5 Kirinyuh diketahui dapat mengeluarkan senyawa alelopati. Senyawa alelopati yang terkandung pada daun Kirinyuh adalah asam polimiktik, asam linoleik dan dimetoksifenol (Yuliastri, Agusta dan Semiadi 2006).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan kombinasi taraf maksimum ekstrak 75 g daun alang-alang dan 75 g daun kirinyuh mampu menekan tinggi gulma sasaran (Boreria latifolia, Cyperus rotundus dan Axonopus compressus) paling tinggi pada 4, 6 dan 8 MSA. Kombinasi ekstrak ini juga menekan jumlah daun gulma sasaran secara umum pada 6 dan 8 MSA, fitotoksisitas pada 6 MSA, serta bobot kering dan basah akar pada 8 MSA. Sedangkan jika dilihat interaksinya dengan gulma sasaran kombinasi ekstrak ini menekan jumlah daun C. rotundus pada 2 dan 6 MSA, serta meningkatkan fitotoksisitas B. latifolia pada 6 dan 8 MSA (Sahputra 2007).

Sembung Rambat (Mikania micrantha L.)

Sembung rambat (M. micrantha) dikenal dengan sebutan mile-a-minute, karena penyebaran benihnya yang sangat cepat. Penyebaran benih sembung rambat melalui angin, bantuan binatang maupun aliran air. Daya berkecambah benih sembung rambat rendah bila dibandingkan dengan spesies gulma yang lain, yaitu berkisar 8-12%. Sembung rambat merupakan tumbuhan yang berasal famili Asteraceae. Sembung rambat dapat mengurangi petumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman seperti kelapa sawit, karet, jeruk, singkong, jati eukaliptus, akasia, albasia, nanas, kelapa dan pisang (APFISN 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Achadi dan Fitriana (2008) menunjukkan bahwa ekstrak daun alang-alang (I. cylindrica) dan ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha) dapat menekan pertumbuhan gulma pada pertanaman karet sehingga ada kecenderungan dapat meningkatkan hasil lateks setiap pohonnya. Alelopati yang terkandung pada daun sembung rambat adalah senyawa fenol.

Ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha) dan daun tembelekan (L. camara) diketahui mampu menekan jumlah daun gulma Axonopus compressus, Cyperus rotundus dan Boreria latifolia serta menimbulkan gejala keracunan (toksisitas) pada ketiga jenis gulma tersebut (Lasmini dan Wahid 2008).

Tembelekan (Lantana camara L.)

Daun L. camara diketahui mengandung Lantadene A (0,31–0,68%), lantadene B (0,2 %), lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung minyak menguap 0,16–0,2 %), betha-caryophyllene, gamma-terpidene, alpha-pinenedan p-cyme (APFISN 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Saxena (2000) menunjukkan bahwa ekstrak L. camara pada konsentrasi 1-3% dapat mematikan gulma eceng godok (Eichornia crassipes) pada 21 hari setelah aplikasi.

Pengujian Benih Asystasia intrusa

(17)

6

dan P. A. intrusa menghasilkan benih dengan baik dengan viabilitas mencapai 85%, yang dapat bertahan sampai 8 bulan di dalam tanah. Pada kondisi alami benih dapat berkecambah pada 30 hari setelah pecah, dan 10 minggu setelah perkecambahan dapat tumbuh dengan cepat, kemudian menghasilkan buah polong dan benih setelah 8 bulan atau lebih (Biotrop 2008).

Bila benih-benih A. intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu lahan. A. intrusa akan menyita hampir semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan tersebut serta akan mengurangi hasil panen bila penyiangan tidak tepat pada saat periode kritis (Biotrop 2008).

Pada uji dormansi diketahui bahwa benih A. intrusa sudah tumbuh pada hari ke empat, dan pada hari ke 18 seluruhnya telah mencapai pertumbuhan 70% dari total benih yang ditanam (Afrizal 2010).

Perkecambahan Benih

Benih berisi sebuah embrio tumbuhan, tutup pelindung dan cadangan makanan yang nantinya dipergunakan oleh embrio untuk memulai hidup. Embrio terdiri dari sebagian akar yang berkembang, batang, daun dan satu atau dua daun benih yang disebut kotiledon. Pada benih rumput-rumputan hanya ada satu monokotiledon yang tidak seperti daun. Pada gulma berdaun lebar terdapat dua kotiledon yang nampak menyerupai daun. Cadangan makanan yang tergabung dalam embrio membentuk cadangan makanan yang khas disebut endosperm. Ukuran benih, bentuk permukaan benih, hillum dari benih asli, ukuran embrio, kedudukan dan bentuk serta ada atau tidaknya endosperm merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dari benih. Benih pada umumnya berisi karbohidrat, protein, lemak dan mineral. (Moenandir 1993).

Benih gulma yang berada dalam tanah, dalam waktu tertentu atau setelah terjadi pematahan dormansi, dapat berkecambah. Perkecambahan dapat terjadi selama benih tersebut masih viabel atau benih-benih tersebut sudah tidak akan berkecambah lagi setelah benih mengalami senesensi (Moenandir 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih ada dua macam yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan adanya penghambatan perkecambahan. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium yang dipakai dalm perkecambahan (Sutopo 2002).

METODE

Metode yang digunakan adalah Uji Di atas Kertas (UDK). Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah kontrol dan beberapa jenis ekstrak tumbuhan yang terdiri dari ekstrak rimpang alang-alang, ekstrak daun bandotan, ekstrak daun kirinyuh, ekstrak daun sembung rambat dan ekstak daun tembelekan.

G1 = Air (Kontrol)

(18)

7 G3 = Bandotan (Ageratum conyzoides)

G4 = Kirinyuh (Chromolaena odorata) G5 = Sembung rambat (Mikania micrantha) G6 = Tembelekan (Lantana camara)

Model rancangan : Yij = µ + τi + εij

Yij = Pengamatan pada ekstrak tumbuhan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

τ = Pengaruh ekstrak tumbuhan ke-i

εij = Pengaruh acak pada ekstrak tumbuhan ke-i ulangan ke-j Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah rimpang alang-alang, daun bandotan, daun kirinyuh, daun sembung rambat dan daun tembelekan dalam kondisi segar. Benih A. intrusa.

Peralatan Penelitian

Alat yang digunakan dalam percobaan adalah pisau, blender/ penumbuk, labu volumetrik, kertas merang, cawan petri, penggaris/ jangka sorong, saringan, kertas label, plastik, gelas ukur dan pipet serta alat pengecambah benih IPB 72-1.

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo IPB Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Juli hingga Agustus 2012.

Prosedur Percobaan

1. Persiapan media perkecambahan

Media yang digunakan untuk perkecambahan benih A. intrusa adalah kertas merang sebanyak 2 lapis yang ditaruh ke dalam cawan petri. Setiap perlakuan/ setiap cawan petri diisi dengan benih A.intrusa sebanyak 25 benih.

2. Pembuatan ekstrak tumbuhan

a. Pembuatan ekstrak daun kirinyuh, bandotan, sembung rambat dan tembelekan.

(19)

8

dalam cawan petri yang berisi 25 benih A. intrusa sebanyak 10 ml menggunakan pipet (Muhibbah 2009). Benih A. intrusa dalam cawan petri yang telah diberi ekstrak tumbuhan kemudian dimasukkan ke alat pengecambah benih IPB 72-1.

b. Pembuatan ekstrak rimpang alang-alang.

Rimpang alang-alang yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 gram. Rimpang alang-alang diblender dengan 100 ml air, kemudian disaring menggunakan saringan. Ekstrak kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan air sampai 500 ml, sehingga yang digunakan dalam penelitian adalah filtrat rimpang alang-alang. Ekstrak yang siap aplikasi kemudian di siramkan ke dalam cawan petri yang berisi 25 benih A. intrusa sebanyak 10 ml menggunakan pipet (Muhibbah 2009). Benih A. intrusa dalam cawan petri yang telah diberi ekstrak tumbuhan kemudian dimasukkan ke alat pengecambah benih IPB 72-1.

3. Perkecambahan benih

Penanaman beni A. intrusa dalam cawan petri dan menyiram kertas merang dengan air agar lembab. Penyiraman benih A. intrusa dalam petri sesuai perlakuan sebanyak 10 ml.

Pengamatan

1. Persentase Perkecambahan

Sutopo (2002) megemukakan pengambilan data jumlah A. intrusa yang berkecambah dilakukan pada hari kesembilan setelah tanam dengan rumus:

DB

2. Kecepatan Tumbuh (KCT)

Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah normal dibagi nilai etmal. Nilai etmal kumulatif dimulai dengan waktu pengamatan dan dihitung dengan rumus penentuan kecepatan tumbuh (Sadjad et al 1999).

KCT =

KCT = kecepatan tumbuh (%/etmal)

(20)

9 3. Panjang Akar

Pengukuran panjang akar yaitu mulai dari ujung akar sampai batas hipokotil pada 9 HST.

4. Panjang Hipokotil

Pengukuran panjang hipokotil dimulai dari leher akar sampai dengan pangkal kotiledon dengan menggunakan penggaris pada 9 HST.

Analisis Data

Data dianalisis dengan sidik ragam dengan α=5%, hasil yang berbeda nyata dilakukan uji lanjutan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software The SAS® System for Windows 9.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Daya Berkecambah dan Kecepatan Tumbuh

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daya berkecambah benih Asystasia intrusa pada perlakuan kontrol (tanpa ekstrak tumbuhan) berbeda nyata dengan perlakuan pemberian ekstrak rimpang alang-alang (G2), ektrak daun bandotan (G3), ekstrak daun kirinyuh (G4), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6). Kelima ekstrak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan peubah daya berkecambah A. intrusa. Ekstrak yang paling menekan daya berkecambah A. intrusa adalah ekstrak daun kirinyuh (G4) dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 4%. Hal ini diduga benih A. intrusa merespon zat alelopati yang dihasilkan oleh ekstrak daun kirinyuh. Ekstrak tumbuhan yang menekan perkecambahan A. intrusa selanjutnya adalah ekstrak daun bandotan (G3) dengan rata-rata persentase daya berkecambah sebesar 6.4% (Tabel 1).

Tabel 1 Pengaruh beberapa ekstak tumbuhan terhadap daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih A. intrusa

Perlakuan Peubah

Daya berkecambah (%) Kecepatan tumbuh (%/etmal) G1 (kontrol) 27.2a 8.35a

G2 (alang-alang) 6.4b 1.87b G3 (bandotan) 11.2b 3.37b G4 (kirinyuh) 4.0b 1.19b G5 (sembung rambat) 12.0b 3.24b G6 (tembelekan) 11.2b 3.26b

(21)

10

Tabel 1 menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh benih A. intrusa pada semua perlakuan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa ekstrak tumbuhan (kontrol). Perlakuan dengan ekstrak daun kirinyuh (G4) paling menekan kecepatan tumbuh benih A. intrusa dengan rata-rata kecepatan tumbuh sebesar 1.19%/etmal.

Gambar 1 Kecambah benih Asystasia intrusa : A. Kecambah normal; B. Kecambah abnormal

Panjang Hipokotil dan Panjang Akar

Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang hipokotil kecambah A.intrusa pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Meskipun demikian ekstrak rimpang alang-alang (G2) dapat menekan panjang hipokotil dengan rata-rata panjang hipokotil sebesar 3.38 cm.

Tabel 2 Pengaruh beberapa ekstak tumbuhan terhadap panjang hipokotil dan panjang akar kecambah benih A. intrusa

Perlakuan Peubah

Panjang hipokotil (cm) Panjang akar (cm)

G1 (kontrol) 3.46 3.32a

G2 (alang-alang) 3.38 3.03ab

G3 (bandotan) 3.48 3.93a

G4 (kirinyuh) 4.29 1.93b

G5 (sembung rambat) 5.22 3.47a

G6 (tembelekan) 4.62 3.96a

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa panjang akar kecambah A. intrusa pada perlakuan ekstrak daun kirinyuh (G4) berbeda nyata dengan kontrol, ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian ekstrak rimpang alang-alang (G2). Ekstrak daun kirinyuh merupakan ekstrak yang paling menekan peubah panjang akar A. intrusa dengan rata-rata panjang akar sebesar

(22)

11 1.93 cm. Hal ini diduga benih A.intrusa merespon alelopati yang terkandung dalam ekstrak daun kirinyuh.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak lima jenis tumbuhan tidak berpengaruh pada peubah panjang hipokotil, namun berpengaruh nyata pada peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan panjang akar kecambah A. intrusa.

Pemberian lima jenis ekstrak tumbuhan memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan peubah daya berkecambah A. intrusa. Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata daya berkecambah benih A. intrusa yang diberi ekstrak tumbuhan lebih kecil dibanding kontrol. Ekstrak yang paling menekan peubah daya perkecambahan adalah ekstrak daun kirinyuh (G4) dengan rata-rata perkecambahan sebesar 4%.

Alelopati yang terkandung pada daun kirinyuh yaitu asam polimiktik, asam linoleik dan dimetoksifenol (Yuliastri, Agusta dan Semiadi 2006). Alelopati ini mampu menekan persentase perkecambahan benih A. intrusa dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 4%. Hal ini diduga benih A. intrusa merespon alelopati yang terkandung dalam ekstrak daun kirinyuh. Menurut Sastrautomo (1990) interaksi biokimiawi antara ekstrak tumbuhan dan benih A. intrusa menyebabkan gangguan perkecambahan, kecambah jadi abnomal, pertumbuhan memanjang hipokotil terhambat dan perubahan susunan sel-sel akar.

Ekstrak alang-alang (G2) mampu menekan persentase daya berkecambah benih A. intrusa dengan rata-rata persentase sebesar 6,4%. Penelitian Aini (2008) tentang alelopati tumbuhan Imperata cylindrica, Ageratum conyzoides dan Cyperus rotundus terhadap perkecambahan beberapa varietas kedelai menunjukkan perkecambahan benih kedelai paling terhambat dengan adanya alelopati dari jenis alang-alang jika dibandingkan dengan jenis gulma krokot dan bandotan.

Pada penelitian ini dimungkinkan adanya dormansi pada benih A. intrusa, sehingga walaupun diberikan lingkungan yang optimum, benih tidak dapat berkecambah sehingga daya berkecambah yang dihasilkan juga rendah.

Rata-rata kecepatan tumbuh benih A. intrusa yang diberi ekstrak rimpang alang-alang (G2), ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun kirinyuh (G4), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6) berturut-turut adalah 1.87%/etmal, 3.37%/etmal, 1.19%/etmal, 3.25%/etmal dan 3.26%/etmal, lebih kecil dibandingkan dengan kontrol sebesar 8.35%/etmal. Hal ini diduga bahwa beberapa ekstrak tumbuhan yang diberikan pada benih A. intrusa mengandung senyawa alelopati yang dapat mempengaruhi kecepatan tumbuh benih A. intrusa. Hasil tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan kecepatan tumbuh benih A. intrusa. Ekstrak daun kirinyuh merupakan ekstrak yang paling menekan kecepatan tumbuh A. intrusa dibanding keempat ekstrak lainnya. Benih A. intrusa merespon senyawa alelopati yang terkandung pada daun kirinyuh sehingga kecepatan tumbuh A. intrusa dapat ditekan.

(23)

12

(G3), ekstrak daun kirinyuh (G4), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6) berturut-turut adalah 3.38 cm, 3.48 cm, 4.29 cm, 5.22 cm dan 4.62 cm, sedangkan kontrol menghasilkan rata-rata panjang hipokotil sebesar 3.46 cm. Benih A. intrusa yang diberi ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun kirinyuh (G4), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6) menghasilkan panjang hipokotil yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Benih A. intrusa yang diberi ekstrak rimpang alang-alang (G2) mengasilkan rata-rata panjang hipokotil yang lebih rendah bila dibanding kontrol. Menurut Izah (2009) ekstrak alang-alang mengandung alelopati yaitu fenol, fenol diduga dapat mereduksi panjang hipokotil.

Rata-rata panjang akar kecambah A. intrusa yang diberi ekstrak tumbuhan berturut-turut adalah 3.03 cm, 3.93 cm, 1.93 cm, 3.34 cm dan 3.96 cm. Panjang akar kecambah A. intrusa pada perlakuan ekstrak daun kirinyuh (G4) berbeda nyata dengan kontrol, ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian ekstrak rimpang alang-alang (G2). Ekstrak daun kirinyuh merupakan ekstrak yang paling menekan peubah panjang akar A. intrusa dengan rata-rata panjang akar sebesar 1.93 cm. Hal ini diduga benih A.intrusa merespon alelopati yang terkandung dalam ekstrak daun kirinyuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kirinyuh (G4) memiliki potensi dalam menghambat perkecambahan benih A. intrusa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ekstrak rimpang alang-alang (G2), ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6). Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak daun kirinyuh (G4) memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan panjang akar kecambah A. intrusa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian lima jenis ekstrak tumbuhan mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan panjang akar A. intrusa namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah panjang hipokotil A. intrusa.

Kirinyuh memiliki potensi dalam menekan perkecambahan A. intrusa. Potensi penekanan kirinyuh terhadap rata-rata daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan panjang akar kecambah A. intrusa lebih besar bila dibandingkan dengan keempat ekstrak tumbuhan dan kontrol.

Saran

(24)

13

DAFTAR PUSTAKA

Achadi T, Mariana F. 2008. Berbagai ekstrak gulma sebagai bioherbisida di perkebunan karet. Jurnal Agria 5(1): 16-18.

Afrizal M. 2010. Agroekologi terhadap pertumbuhan Asystasia intrusa. [diunduh 3 Juli 2012]. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id.

Aini B. 2008. Pengaruh Ekstrak Alang-alang (Imperata cylindrica), Bandotan (Ageratum conyzoides) dan Teki (Cyperus rotundus) Terhadap Perkecambahan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.). Skripsi. Jurusan Biologi. Malang [ID]: Universitas Islam Negeri Malang. Malang. APFISN. 2012. Mikania micrantha: mile a minute. [diunduh 17 Oktober 2012]

Duke SO. 1985. Weed physiology: Reproduction and Ecophysiology. CRC Press Inc: Boca Raton Florida. Dalam: Junaedi, A., M.A. Chozin dan K.H. Kim. Perkembangan Terkini Kajian Allelopati. Jurnal Hayati. 13(2): 79-84. Fadhly AF, Fahdiana T. 2007. Pengendalian gulma pada pertanaman jagung.

[diunduh 4 Mei 2011]. Tersedia pada: http://balit.litbang.co.id.

Inderjit, Keating. 1999. Allelophaty: principles, procedures, processes and promises for biological control, p 141-231. Dalam Junaedi et al. Kajian Terkini Alelopati. Hayati 13(2): 79-84.

Izah L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perkecambahan Benih Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Jurusan Biologi. Malang [ID]: Universitas Islam Negeri Malang

Junaedi A, Muhammad AC, Kwang HK. 2006. Perkembangan terkini kajian allelopati. Jurnal Hayati. 13(2): 79-84.

Lasmini SA, Abdul W. 2008. Respon tiga gulma sasaran terhadap beberapa ekstrak gulma. Jurnal Agrisains 9(3): 132-142.

Mac Donald GE, DG Shilling, BJ Brecke, JF Gaffney, KA Langeland dan JT Ducar. 2002. Weeds in the sunshine: cogongrass (Imperata cylindrica (L.) Beav.) biology, ecology and management in Florida [US]. [diunduh 28 Juni 2013]. Tersedia pada: http://edis.ifas.ufl.edu.

Mawardi D. 2003. Efikasi herbisida glifosat terhadap gulma pada perkebunan karet dan kelapa sawit. Konferensi Nasional XVIHIGI. SEAMEO BIOTROP. Bogor [ID]. Hal 31-37.

Meilin A. 2008. Pergeseran dominansi spesies gulma pada perkebunan kelapa sawit setelah aplikasi herbisida sistemik. Jurnal ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 8(2): 58-66.

Moenandir J. 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta [ID]: Rajawali Press.

(25)

14

Palapa. 2009. Senyawa alelopati teki (Cyperus rotundus) dan alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai penghambat pertumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus). Jurnal Agritek. 17(6): 1155-1162.

Patterson DT. 1986. Research metods in weed weed science : Allelopathy. 3rd ed, p.111-134. Dalam N. Setyowati dan E. Suprijono (Eds.). Eficacy of Nutsedge Allelopathy in Liquid Formulation on Mimosa invisa and Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.Bengkulu [ID]: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Prawiradiputra BR. 2007. Ki rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M KING dan H. ROBINSON): gulma padang rumput yang merugikan. [diunduh 17 Oktober 2012]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id.

Pujiwati I. 2011. Pemanfaatan lahan melalui potensi alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai bioherbisida. Gea 11(2): 226-234.

Qasem JR and C.L Foy. 2001. Weed allelopathy, its ecologucal impacts and future prospects, p. 43-119. Dalam: Junaedi, A., M.A. Chozin dan K.H. Kim. Perkembangan terkini kajian allelopati. Jurnal Hayati. 13(2): 79-84. Rice EL. 1974. Allelopathy. Ed ke-1. Acad Pr: Orlando. Dalam: Junaedi, A., M.A.

Chozin dan K.H. Kim. Perkembangan Terkini Kajian Allelopati. Jurnal Hayati. 13(2): 79-84.

Sadjad S, Endang M dan Satrias I. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. Jakarta [ID]: Grasindo. 185 hal.

Sahputra NS. 2007. Studi Potensi Ekstrak Air Daun Alang-Alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) dan Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson) Untuk Mengendalikan Tiga Jenis Gulma. Program Studi Agronomi IPB. Bogor [ID]. 43 hal. (Tidak dipublikasikan). Sajise PE. 1980. Alang-alang (Imperata cylindrica) and Upland Agriculture. Proc.

Biotrop Workshop on Alang-alang. Bogor [ID].

Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta [ID]:Gramedia Pustaka Utama Saxena MK. 2000. Aqueous leachate of Lantana camara kills water hyacinth.

Journal of Chemical Ecology 26(10): 2435-2447.

Sukamto. 2007. Babadotan (Ageratum conyzoides) tanaman multi fungsi yang menjadi inang potensial virus tanaman. [diunduh 20 Juni 2012]. Tersedia pada: http://ddbj.nig.ac.jp .

Sukman Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya (Edisi Revisi). Jakarta [ID]: Rajawali Pers.

Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada.

Wardiyono, 2008. Detail data Imperata cylindrica. http://warintek.com [diunduh 22 Juni 2012].

Xuan et al. 2004. Crop protection, p.915-922. Dalam Sukamto. Babadotan (Ageratum conyzoides) Tanaman Multi Fungsi Yang Menjadi Inang Potensial Virus Tanaman. Warta Puslitbangbun.

Yuliastri J, A. Agusta, G. Semiadi. 2006. Kandungan senyawa kimia pada bunga dan daun Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H.E. Robinson. [diunduh 15 Oktober 2011]. Tersedia pada: http://intra.lipi.go.id

Zein U. 2006. Beberapa Aspek Keracunan di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Adam Malik Medan Tahun 1999-2000. [diunduh pada 20 Juni 2013]. Tersedia pada: http://www.tempo.co.id

(26)

15

V G1 III G6 II G4 III G1 I G6 I G3

V G6 II G3 IV G6 III G5 II G5 III G3

II G2 V G3 V G2 IV G1 III G4 I G1

I G5 I G2 II G6 I G4 II G1 IV G5

IV G4 IV G2 III G2 V G5 IV G3 V G4

Keterangan: G1 : Kontrol

G2 : Ekstrak rimpang alang-alang (50 g rimpang alang-alang dalam 100 ml air)

G3 : Ekstrak daun bandotan (50 g daun bandotan dalam 100 ml air) G4 : Ekstrak daun kirinyuh (50 g daun kirinyuh dalam 100 ml air) G5 : Ekstrak daun sembung rambat (50 g daun sembung rambat dalam

100 ml air)

(27)

16

Lampiran 2 Metode pembuatan ekstrak rimpang alang-alang (Muhibbah, 2009)

Timbang rimpang alang-alang sebanyak 50 g

Rimpang alang-alang diblender dengan 100 ml air

Hasil ekstrak diaduk/dikocok kemudian disaring menggunakan saringan lalu dimasukkan dalam labu

erlenmeyer

Hasil ekstrak ditambahkan air sampai 500 ml, sehingga didapatkan filtrat rimpang alang-alang

(28)

17 Lampiran 3 Metode pembuatan ekstrak daun tumbuhan (bandotan,

kirinyuh,sembung rambat dan tembelekan) (Muhibbah, 2009)

Timbang daun tumbuhan sebanyak 50 g

Daun tumbuhan diblender dengan 100 ml air

Hasil ekstrak diaduk/dikocok kemudian disaring menggunakan saringan lalu dimasukkan dalam labu

erlenmeyer

Hasil ekstrak ditambahkan air sampai 500 ml, sehingga didapatkan filtrat daun tumbuhan

(29)

18

A

D

F E

B

C

Lampiran 4 Perkecambahan benih A. intrusa pada hari ke-9 (A) kontrol,

(30)

19 Lampiran 5 Sidik ragam daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang hipokotil

(31)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14 Juli 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Hariyanto dan Ibu Hafni Nasution.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Muhammadiyah Bojong Gede, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Tahun 2012 penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Agronomi dan Dasar-Dasar-dasar Hortikultura. Penulis juga aktif pada beberapa kepanitiaan. Tahun 2010 penulis menjadi Koordinator Dana dan Usaha pada Masa Perkenalan Fakultas Pertanian. Tahun 2012 penulis menjadi salah satu pengelola stand mahasiswa IPB dalam acara Agrinex Expo 2012. Tahun 2012 penulis menjadi Sekretaris Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Lembaga Kemahasiswaan IPB (LKMM LK IPB) dan Musyawarah Kerja Lembaga Kemahasiswaan IPB (MUKER LK IPB). Penulis juga menjadi editor dalam pembuatan e-book LK IPB.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Perlindungan Konsumen dalam Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia Perlindungan akan kepentingan konsumen di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terdapat dalam

Jadi metode pembiasaan merupakan cara atau jalan untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara biasa sehingga anak didik akan terbiasa dengan sesuatu yang baik dalam proses

Pemilihan pasangan dengan siapa akan menikah akan di tentukan oleh ayah, meskipun saat seorang anak belum siap untuk menikah tetapi ayah mengharuskan untuk waktunya menikah

Kajian ini berhubung dengan penghasilan dan penilaian modul pengajaran bagi tatacara dan prosedur-prosedur penubuhan Syarikat Sendirian Berhad untuk dijadikan garis panduan

Perlu dipahami bahwa tujuan pemerintah melaksanakan ujian nasional antara lain untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan peserta didik secara nasional pada mata

Glede na pomembno vlogo visokorizi~nih genotipov HPV v razvoju raka materni~nega vratu so {tevilna strokovna zdru`enja testiranje na oku`bo z visokorizi~nimi genotipi HPV `e uvrstila

Terdapat lima indikator keaktifan beserta cirinya menurut Sudjana 2010, yaitu: 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, misalnya siswa mendengarkan, memperhatikan,

遠藤倫 生君の論文 「日本資本主義 の地域構造:人 類学的下部構造 か らみた生産 と消費」は、 家族構造 の類 型か ら導 かれ る二 つの異質 な資本主義