• Tidak ada hasil yang ditemukan

PE Penerapan Konsep Kampus Ramah Lingkungan (Green Campus) Dalam Tinjauan Deep Ecology Di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PE Penerapan Konsep Kampus Ramah Lingkungan (Green Campus) Dalam Tinjauan Deep Ecology Di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENERAPAN KONSEP KAMPUS RAMAH LINGKUNGAN (GREEN CAMPUS) DALAM TINJAUAN DEEP ECOLOGYDI KAMPUS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Abstrak

Konsep kampus ramah lingkungan (Green Campus) yang diwujudkan dengan pembangunan kampus berprinsip Green Building merupakan salah satu konsep penyelamatan lingkungan yang relevan diterapkan di berbagai kampus di Indonesia dan mewakili aliran deep ecology. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis prinsip-prinsip konsep kampus ramah lingkungan yang diterapkan di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2) Mendeskripsikan penerapan konsep kampus ramah lingkungan (green campus) dalam bingkai deep ecology di Universitas Muhammadiyah Surakarta.Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, Konsep kampus ramah lingkungan (green campus) yang diterapkan di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta sudah sesuai dengan prinsip kampus Ramah Lingkungan (green campus), namun belum terintergrasi secara menyeluruh. Penerapan konsep kampus ramah lingkungan (green campus) di Universitas Muhammadiyah Surakarta belum berjalan sesuai dengan gagasan deep ecology, namun berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan kesadaran pengguna kampus (user) kampus UMS, serta pembuatan regulasi yang jelas oleh penyelenggara kegiatan (owner) di kampus UMS.

Kata kunci: Kampus ramah lingkungan (green campus); deep ecology; Universitas Muhammadiyah Surakarta. MuhammadiyahUniversityofSurakarta, 2) Describe the application of the concept of eco-friendly campus (green campus) within the framework of deep ecology at the Muhammadiyah University of Surakarta. The analytical method used is descriptive qualitative analysis. Based on this research, the concept of eco-friendly campus (green campus) implemented on the campus of Muhammadiyah University of Surakarta is in conformity with the principles of eco-friendly campus (green campus), but has not been thoroughly integrated. The application of the concept of eco-friendly campus (green campus) atMuhammadiyah University of Surakarta has not been run in accordance with the idea of deep ecology, but have the potential to be developed further with awareness of the campus (user) of UMS, and making clear regulations by the organizer (owner) in UMS campus.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah kenyataan bahwa krisis ekologi di planet bumi ini seolah-olah merupakan sesuatu yang selalu melekat pada aktivitas pemanfaatan sumber daya alam, dan kini krisis tersebut sudah menjadi realita yang begitu mencemaskan. Pemanasan global (global warming) akibat efek rumah kaca (green house effect) (Soemarwoto, 1990), kerusakan lapisan ozon, deplesi sumber daya alam, kepunahan spesies (Shiva, 1994), penggurunpasiran akibat kerusakan hutan (deforestation), adalah berbagai contoh masalah lingkungan yang telah begitu mencemaskan dunia.

Menurut Arne Naess (Soni, 2002), krisis ekologi global yang dialami manusia secara mendasar bersumber pada kesalahan fundamental–filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Manusia keliru memandang alam, dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya. Sehubungan dengan itu, dalam rangka mengatasi krisis ekologi, maka pembenahannya harus pula menyangkut pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi, baik dengan alam maupun dengan manusia lain dalam keseluruhan ekosistem.

Dalam kajian yang dilakukan oleh Baiquni (2002), kini muncul polarisasi diantara para penganut F rontier economy dan Deep ecology. Aliran pertama banyak dipraktekkan oleh para pelaku ekonomi perusahaan multinasional yang memiliki skala besar dari negara maju dan juga negara industri baru. Para pemilik modal dan penguasa memperlakukan alam sebagai sumber daya tak terbatas untuk dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan manusia (Baiquni, 2002: 36). Aliran deep ecology

menempatkan manusia sebagai bagian dari alam. Aliran ini juga mempromosikan persamaan hak organisme dan alam, pemanfaatan yang disesuaikan dengan daya dukung, berorientasi pada ekonomi tanpa pertumbuhan (Daly, 1989).

(7)

3

2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Cetakan kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.).

Dalam menciptakan pembangunan kampus yang berkelanjutan, maka Universitas Muhammadiyah Surakarta menerapkan konsep Green Campus. Konsep

Green Campus yang diwujudkan dengan pembangunan kampus berprinsip Green Building merupakan salah satu konsep penyelamatan lingkungan yang relevan diterapkan di berbagai kampus di Indonesia karena mewakili aliran deep ecology. Konsep ini merupakan salah satu gagasan yang dianggap dapat mengurangi pemanasan global dan kerusakan lingkungan.

2. METODE

Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah menggunakan pendekatan studi lapangan (field research), penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kongkrit mengenai pelaksanaan konsep Kampus Ramah Lingkungan (Green Campus) di UMS.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan metode Observasi, Dokumentasi dan metode Wawancara. Dalam menganalisis hasil penelitian ini, digunakan analisis deskriptif kualitatif, yang terdiri dari berbagai kegiatan yaitu pengumpulan data dan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.Sumber data penelitian ini adalah hasil wawancara yang ditujukan kepada nara sumber, pendokumentasian lapangan dan studi kepustakaan (library research).Pelaksanaan penelitian ini ditempuh beberapa cara dalam mengembangkan validitas data penelitian, yaitu Triangulasi data dan informan review.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Letak Geografis dan Kondisi Lingkungan di UMS

(8)

4

UMS hingga tahun akademik 2014/2015 telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Dalam buku panduan akademik tahun 2014/2015 dijelaskan bahwa tanah di komplek Kampus I, seluas 41.556 m2 dimanfaatkan untuk unit-unit perkantoran. Tanah dan bangunan di komplek Kampus II seluas 66.183 m2.

Tanah dan bangunan di komplek Makamhaji yang dimanfaatkan untuk Pondok Hajjah Nuriyah Shabran dua lantai sebagai asrama Mahasiswa Pondok Putri, dan satu unit satu lantai untuk perkuliahan dan kantor Pondok serta Asrama dan pondok putra seluas 1.512 m2, di atas tanah seluas 10.000 m2 yang terdiri atas 12 unit gedung/kopel.

Tanah dan bangunan Kampus III, Fakultas Kedokteran Gigi, di Penumping. Tanah dan bangunan di Kampus IV, Fakultas Kedokteran dan Pondok Internasional KH. Mas Mansur, serta tanah seluas 6,5 Ha untuk pembangunan Edupark

3.2Indikator Kampus Ramah Lingkungan

Data mengenai ketersediaan RTH di UMS didapatkan dari penghitungan: luas total tanah – luas gedung terbangun. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Diagram batang di atas merupakan perbandingan luas masing-masing kampus di UMS. Pada kampus I, luas tanah UMS adalah 47.607 Ha. Kampus II dan Gedung Induk Siti Walidah, seluas 73.907, Kampus III Fakultas Kedokteran Gigi di Penumping seluas 2.821 Ha, dan Kampus IV (Rusunawa dan Fakultas Kedokteran Umum) seluas 52.522 Ha.

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000

luas total

(9)

5

Kemudian, luas gedung terbangun masing- masing adalah: Kampus I UMS seluas 12.641,50 Ha. Kampus II seluas 14.159 Ha, kampus III seluas 2.0 35 Ha dan kampus IV seluas 13.017Ha.Dengan perincian sebagai berikut: Kampus I dari seluruh fakultas, tersedia RTH seluas 34.965 Ha (73,50%), kampus II memiliki RTH seluas 59.753 (80,84%), kampus III seluas 786 Ha (27,80%) dan kampus IV seluas 41.505 (79,02%). Hasil tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Dari hasil tersebut, diperoleh RTH rata-rata dari total kampus I, kampus II, kampus III dan kampus IV adalah seluas 65, 29%. Dengan ketersediaan RTH seluas 65, 29% maka dapat dikatakan bahwa UMS telah memenuhi salah satu indikator kampus ramah lingkungan, yaitu ditinjau dari aspek infrastruktur yang menjamin ketersediaan RTH minimal 30% dari luas seluruh kampus.

Dari kedua diagram diatas, kampus IV di Penumping tidak memenuhi standarisasi 30% ketersediaan RTH. Menurut Budi selaku kepala Maintenance, hal ini disebabkan oleh keberadaan kampus yang terletak di pusat kota Surakarta, sedangkan pusat kota, khususnya di Penumping, merupakan pusat industri dan perhotelan, bukan ditujukan untuk pembangunan lembaga pendidikan.

Tingkat konsumsi energi listrik dalam unit-unit bangunan di UMS secara umum digunakan untuk penerangan, praktikum, perkantoran dan sistem pengkondisian udara. Gedung dengan desain lama, yaitu gedung yang berada di kampus 1, dan beberapa gedung di kampus 2 (gedung Fakultas Teknik, Fakultas komunikasi dan

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

RTH (%) masing-masing kampus

(10)

6

informatika dan Fakultas Psikologi) merupakan gedung dengan konsumsi energi yang tinggi. Pelaksanaan efisiensi energi di gedung-gedung tersebut belum maksimal jika kita melihat dari segi penggunaan AC dan lampu pijar di UMS.

Kampus I UMS yang berlokasi di desa Pabelan, mengonsumsi listrik paling tinggi yaitu sebesar 482 Kwh. Hal ini disebabkan karena kampus dengan jumlah mahasiswa dan ruang kelas terbanyak, terdapat pada kampus I. Selain itu, pada tahun 2016, kampus I merupakan kampus utama dengan jumlah kelas, laboratorium dan pusat perkantoran (rektorat) sebelum dipindah ke gedung induk Siti Walidah. Selain itu, kampus I merupakan kampus yang cukup tua dan belum menerapkan energi terbarukan yang lebih hemat energi.

Kampus II merupakan kampus pengonsumsi listrik tertinggi kedua setelah kampus I. Kampus II UMS yang terletak bersampingan dengan kampus I, mengonsumsi listrik sebesar 221,6 KWh. Hal ini disebabkan pembangunan ruang kelas yang cukup banyak, sejalan dengan jumlah mahasiswa. Selain itu, terdapat gedung pascasarjana yang menggunakan lift sebagai sarana transportasi vertikal sehari-hari memerlukan daya listrik yang cukup besar.

Kampus III Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) merupakan kampus dengan tingkat konsumsi paling rendah, yaitu sebesar 22,3 KWh. Hal ini disebabkan, jumlah kelas untuk proses belajar mengajar tidak terlalu banyak. Selain itu, penggunaan tangga konvensional juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi listrik. Untuk Kampus IV Fakultas Kedokteran Umum, hampir sama dengan kampus III FKG. Untuk penggunaan listrik, kampus IV mengonsumsi daya sebesar 209,6 KWh. Hal ini cukup tinggi bagi kampus yang hanya memiliki sedikit mahasiswa dan luas lahan terpakai. Namun, penggunaan lift sebagai sarana transportasi vertikal merupakan faktor tingginya pemakaian listrik di kampus IV.

(11)

7

Sistem transportasi vertikal yang terdapat di UMS, sebagian besar masih menggunakan tangga biasa. Sistem Lift digunakan pada kampus Pasca-sarjana dan Kampus IV Fakultas Kedokteran UMS. Jumlah rata-rata lantai gedung di lingkungan UMS adalah dua hingga lima lantai di setiap gedung. Sistem transportasi vertikal yang bersifat konvensional (tidak menggunakan sistem lift) merupakan salah satu sistem yang efisien dalam melakukan penghematan energi.

Pembuangan sampah di UMS telah menggunakan sistem pembedaan antara sampah organik dan non-organik, namun hal tersebut belum dilakukan menyeluruh di kampus UMS. Pembuangan sampah saat ini masih belum jelas. UMS belum memiliki sistem pembuangan sampah yang disertai dengan alat pengelolaan sampah tersebut.

Sejauh ini, UMS telah memiliki sistem pengelolaan limbah biasa dan belum memiliki Recycling program terpadu yang digunakan untuk membuang limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan praktikum di UMS. Kegiatan praktikum yang merupakan kegiatan rutin di FKIP (Pendidikan Biologi UMS), Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Kesehatan menghasilkan limbah cair domestik dengan intensitas yang tinggi. Pembangunan sistem saluran limbah cair yang terintegrasi merupakan upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Kampus UMS telah berencana melakukan program konservasi air berupa biopori dan sumur resapan, seperti yang telah dilakukan oleh Fakultas Geografi UMS dan Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program Studi Pendidikan Geografi UMS. Program tersebut yaitu dengan cara membuat penampungan air hujan agar air hujan tidak sia-sia mengalir sebagai air permukaan dan terbuang ke laut.

Air hujan tersebut selanjutnya dapat mengisi air tanah, kemudian tersimpan sebagai air persediaan pada saat musim kemarau. Dalam upaya mewujudkan pengadaan biopori, UMS telah membentuk Komunitas 1000 biopori oleh Badan Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (BMPB) UMS.

(12)

8

kepada Budi kepala bagian maintenance UMS, jumlah kendaraan di UMS adalah kurang lebih 15.000 unit kendaraan yang sebagian besar merupakan kendaraan roda dua, selebihnya berupa kendaraan roda empat (mobil). Dengan jumlah parkir sebanyak tiga area parkir kampus I UMS, dua area parkir kampus II UMS, satu area parkir kampus III UMS dan satu area parkir di kampus IV UMS.

Transportasi merupakan penyumbang emisi karbondioksida ketiga terbesar Surabaya. Menurut data yang dihimpun oleh Badan Lingkungan Hidup tahun 2011, menyebutkan bahwa 1.827.806 kendaraan bermotor (sepeda motor, mobil bensin, mobil solar, mikrolet, bus, dan truk) memiliki kekuatan emisi 5.269.460 ton CO2/tahun. Pada tahun 2016, kekuatan emisi diproyeksikan mencapai 8.045.644 ton CO2/tahun.

Konsep Green Campus yang diwujudkan dengan pembangunan kampus berprinsip Green Building merupakan salah satu konsep penyelamatan lingkungan yang relevan diterapkan di berbagai kampus di Indonesia karena mewakili aliran

deep ecology. Konsep ini merupakan salah satu gagasan yang dianggap dapat mengurangi pemanasan global dan kerusakan lingkungan.Secara garis besar, kampus UMS dapat dikatakan sebagai kampus yang ramah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yang ditentukan oleh UI Greenmetric, yaitu sebagai berikut. Pertama , UMS telah memenuhi syarat ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% dari luas seluruh tanah di UMS.

Kedua, UMS sedang mengimplementasikan kebijakan dan program untuk pengurangan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim, salah satunya diwujudkan dalam bentuk penanaman pohon yang dilakukan pada lahan sekitar UMS dan pembangunan Edupark. Selain Edupark, Pusat Studi Energi Alternatif (PSEA) telah didirikan di Fakultas Teknik UMS. Ketiga, UMS telah membentuk Komunitas 1000 biopori oleh Badan Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (BMPB) UMS.

(13)

9

lingkungan dengan limbah dan polusi, sekaligus turut serta dalam meminimalisir pemanasan global

4. PENUTUP

Dalam penelitian Penerapan Konsep Kampus Ramah Lingkungan (Green Campus) dalam Tinjauan Deep Ecology di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, diambil kesimpulan sebagai berikut; 1) Konsep kampus ramah lingkungan (green campus) yang diterapkan di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta sudah sesuai dengan prinsip kampus Ramah Lingkungan (green campus), namun belum terintergrasi secara menyeluruh. Berdasarkan UI Greenmetric World University Ranking 2013, ukuran keberhasilan green campus adalah: tata letak dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, sampah, air, transportasi, dan pendidikan. Belum tingginya kesadaran pengguna (user) dan belum adanya regulasi yang jelas oleh penyelenggara (owner) mengenai penerapan konsep kampus ramah lingkungan (green campus), dan 2) Penerapan konsep kampus ramah lingkungan (green campus) di Universitas Muhammadiyah Surakarta belum berjalan sesuai dengan gagasan deep ecology, namun berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan kesadaran pengguna kampus (user) kampus UMS, serta pembuatan regulasi yang jelas oleh penyelenggara kegiatan (owner) di kampus UMS.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samir. 2000. “Sistem Dalam Krisis: Runtuhnya Mekanisme Pengaturan Kapitalis. Jurnal WACANA no. V. Insist.

Ardani, Irfan. 2007.”Eksistensi Manusia dalam Aliran Deep Ecology Movement: Study

Filsafat Manusia”.Skripsi

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Baiquni, M. 2002. “Integrasi Ekonomi dan Ekologi: Dari Mimpi Menjadi Aksi”. Jurnal WACANA no. XII. Insist.

Basuki, A. 2012. Mewujudkan Green Building. Diperoleh 26 Februari 2013 dari

(14)

10

Bellamy, John; Foster. 2000. Ekologi Marx; Materialisme dan Alam. Terjemahan oleh Pius Ginting. Jakarta: WALHI.

Candraningrum, Dewi. 2013. Ekofeminisme; Dalam Tafsir Agama, Pendidikan, Ekonomi dan Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.

Capra, Fritjof. 2005. Titik Balik Peradaban. Yogyakarta: Bentang Budaya press.

Creswell, John W. 2010 Edisi ke-3. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta.

Daly, H. 1989. “Steady State and Growth, Concepts for the Next Century”, dalam Archibugi, F. Dan Nijkamp, P (Eds.), Economy and Ecology: Toward Suistanable Development. Dordrech/Boston/London: Kluwer Academic Publisher.

Doni, Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern. Jakarta: Grasindo.

Keraf, A. Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Ki Hadjar Dewantara. 1977. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman

Siswa.

Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.

Peraturan rektor Universitas Sebelas Maret Tentang pengelolaan kampus ramah lingkungan Universitas Sebelas Maret, bab I, pasal I, ayat I

Rahayu, Wilujeng Sri. 2010, “Mencari Landasan Etis Bagi Upaya Membudayakan

Pengelolaan Lingkungan Yang Bertanggungjawab”. Jurnal lingkungan: hlm 2. Republika Online. 2015. Diakses padaJumat, 02 Januari 2015

Resosoedarmo, Soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya CV. Samin, Alim. 2000. Wacana: Krisis dan Bencana pembangunan. Yogyakarta: Insist press.

Shiva, Vandana. 1990. “Development as a new project of Western Patriarchy” In I. Diamond and G.F Orenstein (Eds), Reweaving the World: The Emergence of Ecofeminism. San Francisco: Sierra Club Book.

(15)

11

Sriyono, Sriyono. 2011. Penerapan Green Campus For My City Sebagai Model Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup (Plh) Untuk Meningkatkan Afeksi Mahasiswa Jurusan Geografi Fis Unnes Dalam Mewujudkan Konservasi Alam”.Jurnal Geografi. 8 (1): 6.

Susilo, Rachmad Dwi. 2014. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tim. 2014. Buku Pedoman Akademik 2013/2014 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Surakarta: UMS Press.

Tim. 2015. Buku Pedoman Akademik 2013/2014 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Surakarta: UMS Press.

UU RI Tahun 2005.Tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Ibid. h. 74

UU No. 12 Tahun 2012, Pasal 1 Ayat 9.

Wulansari, Yan Warisma Tri. 2009. “Sampah Plastik sebagai Masalah Lingkungan Hidup ditinjau dari Konsep Deep Ecology Arne Naess”. Skripsi. Yogyakarta. Zigenfus, R. E. (2008). Element Analysis of the Green Building Process. Tesis,

Referensi

Dokumen terkait

Variabel tebal daging berkorelasi positif dan nyata terhadap bobot buah total per tanaman dengan nilai korelasi (r=0.85), sehingga semakin tebal daging buah

Saat ini HK telah melakukan perjanjian turnkey dengan Waskita Karya untuk Jalan Tol Akses Tanjung Priok, sehingga dana jalan tol tersebut dapat digunakan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti secara empiris tentang perbedaan penghindaran pajak (tax avoidance) antara perusahaan yang dikenakan pajak

Berdasarkan hasil rekapitulasi scanning gap maka dapat diketahui bahwa aspek GMP yang tidak tidak dipenuhi perusahaan adalah pengendalian hama, pelatihan karyawan,

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa knsumsi sayuran responden dan anggota keluarga sudah sesuai anjuran FDA dalam piramida makanan untuk konsumsi sayuran yaitu 3-5

Mengadakan musyawarah dalam setiap agenda yang dilakukan perawat seperti rapat kerja, rapat evaluasi sehingga perawat dapat memberikan pendapat dan belajar dalam

Contohnya, organ yang digunakan untuk bernapas adalah esophagus (kerongkongan), tetapi masih banyak siswa yang menyebutkan organ pernapasan adalah tenggorokan, yang

Beta berharap kemasukan pelaburan yang akan diterima oleh Kelantan pada dua ribu dua belas akan meningkat dengan adanya kemudahan pengkalan bekalan di Tok Bali yang akan