Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh
Junaidi Salam
NIM: 107053002341
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PEDULI UMAT (PKPU) DALAM UPAYA MENINGKATKAN
GIZI MASYARAKAT BINTARO
–
TANGERANG SELATAN
MELALUI PROGRAM IBU SADAR GIZI (IBU SADAR GIZI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh Junaidi Salam NIM: 107053002341
Pembimbing,
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA Nip: 19660605 199403 1 005
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2011
Skripsi berjudul: Pendayagunaan Dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Meningkatkan Gizi Masyarakat Bintaro –Tangerang Selatan Melalui Program BUDARZI (Ibu Sadar Gizi), telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Kamis tanggal 16 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 16 Juni 2011 Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM
NIP. 1970 0903 199603 1001 NIP. 1955 0101 198302 1001 Anggota
Penguji I Penguji II
Dr. Sihabudin Noor, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP. 1969 0221 199703 1001 NIP. 1967 0818 199803 1002
Pembimbing
i Hasanuddin Ibnu Hibban, MA
Zakat, infak/sedekah (ZIS) merupakan salah satu ibadah yang berhubungan langsung dengan dimensi sosial kemasyarakatan, yang pengelolaan dan penggunaanya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan. Selain itu pula ZIS memiliki posisi sangat penting dan menentukan bagi kesejahteraan umat. Ajaran ini memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekutan social ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Kandungan ajaran zakat ini memiliki dimensi yang luas dan kompleks, bukan saja nilai-nilai ibadah, moral, spiritual dan ukhrawi semata.
Dalam sepuluh tahu terakhir ada kemajuan yang cukup pesat dalam penggalangan dan ZIS. Ada beberapa lembaga zakat yang telah melakukan kegiatan tersebut secara profesional dan inovatif. Sayangnya kemajuan dalam hal penggalangan ini tidak diimbangi dengan terobosan baru di bidang distribusi hingga pemanfaatan. Pemanfaatan dana ZIS pada saat ini hanya sebatas pada masalah-masalah penyantunan sosial jangka pendek. Sebenarnya program-program lain tidak kalah pentingnya seperti perlindungan anak, pemberdayaan perempuan, pelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan program-program lainnya. Untuk itu pemenuhan hak-hak masyarakat kecil tidak harus berkutat selalu di bidang ekonomi dan usaha, akan tetapi pemenuhan hak untuk mendapatkan kesehatan yang layak pun tidak kalah pentingnya. Dalam jangka panjang masyarakat menjadi sehat dan mampu untuk melakukan usaha-usaha dalam memberdayakan diri mereka sendiri.
Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.
ii
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya sehingga diri ini masih dapat bernafas dan diberi
kesehatan untuk selalu dapat menuntut ilmu. Shalawat beriring salam tak lupa selalu
terlimpah curah kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya iman
dan Islam.
Dalam penulisan skripsi ini,penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini,
baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan
dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini tidaklah terlalu berlebihan apabila penulis ingin
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibunda tercinta Fauziah Syarif yang telah membesarkan ananda hingga seperti
saat ini, karena dengan kasih sayang dan cinta beliau penulis mampu untuk
belajar menjadi pribadi yang lebih baiklagi. “U are my everything”.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii Jurusan Manajemen Dakwah.
4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat dan arahan kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah
selalu memberikan rahmat dan perlindungannya kepada beliau.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan
bermanfaat bagi penulis.
6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Yulia Rimawati (Koordinator gizi PKPU) yang telah banyak memberikan
ilmu-ilmu seputar gizi masyarakat, dan telah banyak membantu pula dalam
memberikan masukan-masukan kepada penulis dalam mnyelesaikan penulisan
iv
dengan keramahannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di PKPU, dan tak lupa kepada Mbak Astri (Koordinator
lapangan program BUDARZI) yang telah memberikan informasi-informasi
yang penulis butuhkan. Terimakasih banyak untuk semuanya.
9. Untuk“dirinya” yang telah memberikan pengalamannya kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan penelitian ini dengan semagat. Thanks a lot.
10. Untuk para sahabat-sahabat, Agus, Igoh, Oman, Tirta, Ardi dan Ali Ndut yang
selalu membuka forum untuk kita berdiskusi beramai-ramai tentang penelitian
kita, hehehe semoga kita masih terus bisa berdiskusi bertukar pengalaman dan
ilmu. Tak lupa untuk sahabat penulis yang lainnya pula, ayu, nina, jihan, jay
ushuluddin, dan seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa manajemen
dakwah angkatan 2007 yang penulis cintai.
Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, pengorbanan, do’a dan harapan
kita semua mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT, dan semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Jurusan
Manajemen Dakwah pada khususnya.
Jakarta, Juni 2011
v
DAFTAR ISI... v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 6
D. Metodologi Penelitian... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN ZIS DAN GIZI A. Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah ... 15
1. Pengertian Zakat, Infaq, Shadaqah dan Dasar Hukumnya ... 15
2. Tujuan dan Hikmah Zakat, Infaq, Shadaqah ... . 20
3. Pengertian Pendayagunaan ... 25
4. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan ... 25
5. Pendayagunaan Dana Zakat (Reinterpretasi 8 Asnaf) ... 27
B. Gizi ... 37
1. Pengertian, Fungsi dan Sifat Gizi ... 37
vi
4. Masalah Gizi di Indonesia ... 42
C. Peran ... 44
1. Pengertian Peran ... 44
2. Jenis-jenis Peran ... ... 46
3. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran ... 47
4. Peran Pekerja Sosial ... 48
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) DAN PROGRAM IBU SADAR GIZI (BUDARZI) A. Latar Belakang Berdirinya PKPU ... 52
B. Visi, Misi dan Tujuan PKPU... . 53
C. Struktur Organisasi PKPU ... 55
D. Program Kerja PKPU ... .... 59
E. Pengertian Program Ibu Sadar Gizi (BUDARZI) ... 65
F. Tujuan Program Ibu Sadar Gizi (BUDARZI) ... 65
G. Ruang Lingkup Program Ibu Sadar Gizi ... 66
vii
B. Peran Pos Keadilan Peduli Umat dalam Meningkatkan Status Gizi Masyarakat ... 72 C. Analisis ... 77 BAB V : PENUTUP
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat
penting, strategis, dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat.1 Ajaran zakat ini memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekutan social
ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Kandungan ajaran zakat ini memiliki
dimensi yang luas dan kompleks, bukan saja nilai-nilai ibadah, moral, spiritual dan
ukhrawi semata.
Zakat merupakan salah satu ketetapan Allah SWT menyangkut harta, karena
Allah SWT menjadikan harta sebagai sarana kehidupan bagi umat manusia. Betapa
pentingnya kedudukan zakat itu sampai Al-Qur’an menyebutkan 82 kali, dimana kata
iitaa al-zakaah selalu bergandengan dengan iqaamuu al-shalaah, maka Al-Qur’an
menjadikan zakat dan shalat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran Islam.2 Sebagaimana firman Allah SWT:
1Masdar F. Mas’udi, Fathurahman Djamil, Didin Hafiduddin, Siti Musdah Mulia Dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah,(Jakarta: Piramedia, Mei 2004), cet. Ke-1, h.1
2
Artinya: “……Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'…..” (Q.S Al-baqarah (2) 43)
Membayar zakat merupakan salah satu rukun Islam yang sangat jelas dan
tegas. Dalam Al-Qur’an perintah berzakat senantiasa beriring dengan perintah
mendirikan shalat. Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya mengelurakan zakat
sama wajibnya dengan mendirikan shalat. Jika shalat mampu mencegah manusia dari
perbuatan keji dan mungkar, sedangkan zakat mampu mencegah dan menyelesaikan
segala bentuk problematika umat pada saat ini.
Zakat, infak/sedekah merupakan salah satu ibadah yang berhubungan
langsung dengan dimensi sosial kemasyarakatan, yang pengelolaan dan
penggunaanya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan. Allah
berfirman dalam Al-Quran surat At-Taubah: 103
Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.”
Di dalam surat Adz-Dzaariyat ayat 19 Allah juga berfirman:
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta-minta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.”
Begitu banyaknya problematika yang terjadi dalam kehidupan masyaakat
Indonesia, baik masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain, dapat
mengakibatkan para pemangku kekuasaan di Negara ini tidak dapat menyelesaikan
masalah tersebut seorang diri. Sehingga terjadi krisis diberbagai aspek kehidupan
masyarakat pada saat ini.
Satu diantara sekian banyak problematika umat tersebut adalah terletak pada
kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Apabila ingin disebutkan lebih rinci, maka
akan tampak bahwa problematika umat dewasa ini, sekurang-kurangnya mecakup
tingkat penghasilan (riil) yang rendah, peran serta dan kemampuan bersaing yang
rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat pengangguran
yang tinggi, keterbatasan kemampuan dalam mengakses sumber-sumber informasi
dan teknologi industri, ketidakmerataan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang
tinggi, dan lain sebaginya. Problematika umat ini terbungkus rapih dan tersembunyi
dibalik wajah kemiskinan.3
Mengenai problematika kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, yang
salah satunya berdampak pada tidak mampunya masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan jasmani sehingga berakibat pada menurunnya kesehatan masyarakat
3
termasuk pula status gizi masyarakat miskin. Hal tersebut diperparah dengan
ketidakmampuan masyarakat miskin untuk membeli makanan yang bergizi,
dikarenakan tingkat penghasilan ekonomi yang rendah. Sehingga rentan akan
serangan berbagai penyakit yang mengancam kesehatan mereka. Terutama pada
kelompok usia balita, yang di mana dalam tumbuh kembangnya masih memerlukan
asupan nutrisi yang optimal
Melihat problematika masalah tersebut, sejumlah anak-anak muda yang
kreatif dan peka terhadap lingkungan masyarakat melakukan aksi sosial di sebagian
wilayah Indonesia. Mereka kemudian menggagas kegiatan atau organisasi kepedulian
publik yang bergerak secara terarah. Lembaga sosial tersebut adalah Pos Keadilan
Peduli Umat (PKPU).
Dalam perkembangannya, Pos Keadilan Peduli Umat sebagai lembaga zakat
memiliki kerjasama dengan berbagai pihak yang ingin menyalurkan zakat,
infak/sedekah yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan berbagai
program yang produktif, salah satunya pada bidang kesehatan yang fokus pada
perbaikan gizi masyarakat. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pendayagunaan dana zakat, infaq, dan shadaqoh pada Pos
Keadilan Peduli Umat (PKPU), dengan judul “Pendayagunaan Dana ZIS Pada Pos
Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Upaya Meningkatkan Gizi Masyarakat
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka dalam penulisan skripsi ini,
penulis membatasinya pada : pendayagunaan dana ZIS pada Pos Keadilan
Peduli Umat (PKPU) dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat pada
Posyandu Cempaka II di daerah Pondok Jaya–Bintaro.
2. Rumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini lebih terarah dan terfokus dalam penulisan
skripsi ini, maka dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai
berikut :
a. Bagaimana pendayagunaan dana ZIS pada Pos Keadilan Peduli Umat
(PKPU) dalam meningkatkat gizi masyarakat Bintaro – Tangerang
Selatan?
b. Bagaimana peran Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam meningkatkan
gizi masyarakat Bintaro – Tangerang Selatan melalui program Ibu Sadar
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diinginkan penulis dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui pendayagunaan dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat
(PKPU) dalam meningkatkan status gizi masyarakat.
b. Mengetahui peran Pos Keadilan Peduli Umat dalam meningkatkan gizi
masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah dibidang Manajemen Zakat, khususnya dalam
pendayagunaan zakat, infaq dan sedekah.
b. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan
dapat menambah wawasan khazanah keilmuan bagi para pembaca
khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, serta dapat berguna bagi
banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi
c. Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru dan
memberikan motivasi bagi para praktisi yang kongkret terhadap
perkembangan Ilmu Manajemen.
d. Lembaga Terkait
Penelitian ini pun diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
Pos Keadilan Peduli Umat secara Umum, dan menjadi bahan kajian serta
evaluasi bagi divisi kesehatan PKPU yang menangani masalah ini secara
khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan
memaksimalisasikan kinerja yang belum berjalan secara optimal.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini,
perlu kiranya dikemukan teori menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang
perilaku yang dapat diamati.4 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari
sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana
metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.5
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang yang dapat memberikan informasi
tentang Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) mengenai permasalahan yang
diteliti penulis, dan masyarakat yang menjadi sasarang program BUDARZI
seperti balita, orang tua balita dan kader (petugas posyandu). Sedangkan yang
menjadi objek penelitian ini adalah pendayagunaan dana ZIS pada Pos
Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di kantor Pos Keadilan Peduli Umat
(PKPU) Jl. Raya Condet No.27-G Batu Ampar-Jakarta Timur 13520, dan
lokasi Posyandu Cempaka II Kel. Pondok Jaya, Bintaro-Tangerang Selatan.
4
Lexy J. Mleong,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2000), cet. Ke 11, h. 3
5
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 dan berakhir pada bulan
Mei 2011.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Maka penulis
menggunakan jenis penelitian diantaranya yaitu field research (penelitian
lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke
lapangan (objek) penelitian di kantor Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), dan
Posyandu Cempaka II, sedangkan data yang diperoleh dari metode ini
merupakan data primer (utama) penelitian.
Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan
diantaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.6 Penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan
masalah pendayagunaan dana ZIS yang dilakukan Pos Keadilan Peduli
Umat (PKPU).
6
b. Wawancara
Wawancara (interview) ialah Tanya jawab lisan antara penulis
dengan Divisi Pendayagunaan dan Staff Jajarannya. Penulis menggunakan
teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis menggunakan beberapa
pernyataan kepada responden yang telah penulis siapkan, lalu dijawab
olehrespondendengan bebas dan terbuka.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.7 Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan
data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku,profile company, arsip-arsip
dan lain sebagainya yang dapat mendukung serta berkaitan dengan
masalah penelitian.
Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis
berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang
ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi
sesuai kecenderungan danframe of thinking.
7
d. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian
menganalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang
tertulis.
e. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh tim
penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada
tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus
diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis
mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi
yang membahas tentang zakat, judul-judul skripsi tersebut adalah:
Skripsi ditulis oleh Ahmad Fahmi Azzahra Mahasiswa Manajemen Dakwah
2008, “Pendayagunaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat AL-Azhar Peduli
zakat dapat membantu dalam upaya pengembangan dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, pemerataan dan membantu stabilitas politik ekonomi.
Skripsi berikutnya ditulis oleh Novitasari Mahasiswa Manajemen Dakwah
2010, “Manajemen Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Pengelolaan Zakat
Online”. Pada skripsi tersebut sang peneliti mendapatkan hasil penelitiaan bahwa
pengelolaan zakat online dapat memudahkan para muzakki dalam membayar zakat,
serta adanya bentuk-bentuk zakat online yang dilakukan PKPU seperti Zakat Via
ATM Banking, Zakat Internet, Zakat SMS, dan Zakat melalui kantor Pos.
Dilihat dari beberapa judul skripsi diatas, berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini penulis menggambarkan bagaimana
pendayagunaan dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat dalam hal gizi masyarakat.
Dalam hal ini dari segi judul berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti pun
berbeda, yaitu materi yang penulis bahas tentang “Pendayagunaan Dana ZIS Pada
Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Upaya Meningkatkan Gizi Masyarakat
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya
secara rinci adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pengertian Zakat, Infak, dan Shadaqah Dasar Hukumnya, Tujuan dan
Hikmah Zakat, Infak dan Shadaqah, Pengertian Pendayagunaan,
Bentuk dan Sifat Pendayagunaan, Pendayagunaan Dana Zakat
(Reinterpretasi 8 Asnaf), Pengertian, Fungsi, dan Sifat Gizi
Masyarakat,Ruang Lingkup Gizi Masyarakat,Status Gizi Masyarakat,
Kelompok Rentan Gizi,Masalah Gizi di Indonesia
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG POS KEADILAN PEDULI
UMAT DAN PROGRAM IBU SADAR GIZI
Latar Belakang Berdirinya Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), Visi
Misi dan Tujuan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), Struktur
Keadilan Peduli Umat (PKPU), Pengertian Program Ibu Sadar Gizi
(BUDARZI), Tujuan Program Ibu Sadar Gizi (BUDARZI)
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pendayagunaan Dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat Dalam
Meningkatkan Gizi Masyarakat,Peran Pos Keadilan Peduli Umat Dalam Meningkatkan Status Gizi Masyarakat
BAB V : PENUTUP
15
TINJAUAN TEORITIS
PENDAYGUNAAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH (ZIS) DAN GIZI A. Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah
1. Pengertian Zakat, Infak, Shadaqah dan Dasar Hukumnya
a. Pengertian Zakat dan Dasar Hukumnya
Zakat berasal dari kata bentukan kata zaka yang berarti suci, baik, berkah,
tumbuh dan berkembang.1 Dalam kitab-kitab hukum islam perkataan zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertina ini
dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran islam, harta yang dizakati itu akan
tumbuh dan berkembang, bertammbah karena suci dan berkah membawa kebaikan
bagi hidup dan kehidupan bagi yang punya harta.2
Sedangkan menurut istilah, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu
yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.3 Sehingga kaitan makna zakat secara bahasa dan istilah mempunyai makna bahwa
setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, tumbuh dan
berkembang.
1
Didin Hafidhuddin,Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Shadaqah(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet ke-1, h. 13
2
M.Daud Ali,Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf(Jakarta: UI-press, 1998), h. 41 3
Hubungan antara pengertian menurut bahasa dengan pengertian menurut
istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,
berkembang, suci, dan beres (baik). Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai
dimensi pemerataan karunia Allah SWT sebagian fungsi sosial ekonomi sebagai
perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian
persaudaraan islam, pengikat persatuan umat, sebagi pengikat batin antara golongan
kaya dengan miskin, zakat sebagi sarana membangun kedekatan antara yang kuat
dengan yang lemah, mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, rukun, damai
dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi tentram, aman kahir bathin.
Dalam kehidupan masyarakat bahaya komunisme, sebab dengan fungsi ganda zakat,
kesenjangan sosial yang dihadapi seperti kapitalisme maupun sosialisme dengan
sendirinya akan terkikis menuju terciptanya tatanan masyarakat yang baldatun
thoyibatun wa rabbun ghafur. (Hasan Rifa’i, 1996), yang dikutip oleh Lili Bariadi
dkk.4
Zakat dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 82 kali. (M. Firdaus Baqi,tt) Ini
menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:
ð
4Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Apapun yang diusahakan
oleh dirimu, tentu kamua akan mendapat pahalanya di sisi Allah, sesungguhnya
Allah maha mengetahuikegiatan apapun yang kamu kerjakan”.(Al-Baqarah: 110)
Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
(merka itu) saudara-saudaramu seagama. Dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi
kaumyang mengetahui”.(At-Taubah:11)
Artinya: “sesungguhnya zakat diperuntukan itu hanya kepada orang fakir, miskin
pengurus zakat, para muallaf untuk (memerdekakan budak), orang yang berhutang,
untuk jalan allah dan orang yang sedang perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah; dan Allah maha mengetahui lagi mah bijaksana”.(At-Taubah: 60)
Dari uraian nash diatas dapat dipahami mengenai kewajiban mengeluarkan
fi’il amar yang berarti kewajiban/perintah dan dalil berupa petunjuk dalil yang
bersifay qothi’i.
Zakat merupakan salah satu rukun islam dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (Fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia.
b. Pengertian Infaq
Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang kehendakinya.5 Ditinjau dari segala bahasa infaq berasal dari kataAnfaqa-yunfiqu-anfaaqayanga berarti mengeluarkan sesuatu (harta).
Menurut kamus bahasa Indonesia infaq berarti “pemberian (sumbangan) harta dan
sebagainya selain zakat wajib untuk kebaikan.
Sedangkan dalam buku pengelolaan ZIS propinsi jawa barat, infaq adalah
kewajiban pengeluaran harta kekayaan seorang muslim, sejumlah yang dikehendaki
secara ikhlas tanpa memperhatikan nishabnya dan disalurkan menurut syariat islam.
Perbedaan infaq dengan zakat adalah: jika zakat memiliki nishabnya
sedangkan infaq tidak memakai syarat nishabnya, zakat dikeluarkan oleh orang-orang
yang memang sudah wajib zakat (muzakki) kepada para mustahik (orang yang berhak
5
menerima zakat), sedangkan infaq dikeluarkan oleh orang yang beriman baik itu
orang yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah disaat yang diberikan
kepada keluarga maupun orang lain.
c. Pengertian Shadaqah
Dalam syariat islam Shadaqah memiliki arti yang sama dengan infaq, akan
tetapi dalam hal cukupnya berbeda, jika infaq lebih mengarah kepada pengertian
materil, sedangkan shadaqah memiliki cukupan yang lebih luas menyangkut hal-hal
yang bersifat materil dan immateril.
Perbedaan shadaqah dan zakat ; shadaqah berarti memberi termasuk memberi
derma untuk mematuhi hukum dimana kata zakat digunakan di dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Zakat telah disebut juga dengan shadaqah karena zakat merupakan sejenis
derma yang diwajibkan, hanya saja kita dapat bedakan bahwa zakat adalah
pemberian wajib sedangkan shadaqah adalah sukarela, zakat dikumpulkan oleh
pemerintah sebagai pungutan wajib sedangkan shadaqah lainnya dibayarkan secara
sukarela.6
Jadi shadaqah adalah suatu derma bersifat sukarela, yang dapat meliputi
material maupun immaterial. Tidak ada batasan wajib harta bagi muslim untuk
mengeluarkan shadaqah, sebagaimana zakat yang memiliki nishab harta untuk
mengeluarkannya. Selama tujuan shadaqah untuk pemberdayaan umat dan agama,
siapapun diperbolehkan untuk melaksanakannya.
6
2. Tujuan dan Hikmah Zakat, Infaq, Shadaqah a. Tujuan zakat, infaq dan shadaqah
Tujuan zakat yang dinisbatkan kepada si pemberi, orang kaya yang wajib
mengeluarkan zakat.
Tujuan zakat yang dihubungkan dengan si penerima dan orang yang
memnfaatkannya, yaitu orang yang mempunyai kebutuhan yang merupakan sasaran
zakat.
1) Bagi Pemberi
a) Mensucikan para mukmin dari penyakit bakhil yang menjadi penghalang
bagi keberuntungan dan membiasakan para mukmin bersifat murah tangan
yang membawa kepada keberuntungan.(QS. Al-Hasyr: 9)
b) Mendekatkan para mukmin kepada Allah SWT, dan menimbulkan
perasaan bahwa kebahagiaan itu adalah dapat mengeluarakan harta di jalan
Allah SWT.
c) Membawa para mukmin mensyukuri tuhan yang telah memelihara dari
meminta-minta dan memberi harta yang banyak kepadanya, hingga
terhindarlah ia menjadi orang fakir. Barang siapa mengeluarkan zakat,
infaq dan shadaqah karena rasa syukur kepada nimat, niscaya mendapat
tambahan dari Allah SWT.
d) Membawa para mukmin menepati tauhidnya dan tasyahudnya, apabila
Allah SWT, menjadilah suatu bukti tentang kebenaran tauhidnya dan
kebenaran syahadatnya.
(QS. Ibrahim: 7)
e) Menghindari jalan yang gelap dan tidak berujung dan menggariskan tujuan
hidup untuk mencari ridha Allah SWT.
f) Menyedikitkan kecurangan yang membawa kesesatan.
(QS. Al-Alaq: 6-7)
g) Berperangai dengan perangai Allah SWT. Yaitu mencurahkan kebajikan
dan rahmat kepada sesama manusia.
h) Memelihara diri jatuh kelembah kikir yang merugikan
i) Memindahkan orang yang menerima nikmat itu ke derajat yang lebih baik
yaitu dari derajat kekurangan ke derajat mencukupi.
j) Memelihara harta dari hilang percuma, jelasnya harta yang kita berikan di
jalan Allah SWT. Itulah yang akan tinggal sepanjang masa, di dunia kita
mendapat pujian di akhirat memperoleh nikmat.
k) Membentengkan diri dari binasa.
l) Menolak bencana kemelaratan, apabila orang fakir merasa diri tidak
diperhatikan oleh orang kaya, timbullah dendam dan dengki kepada
orang-orang kaya itu dan amat mudah untuk dihasut
m) Menunaikan kewajiban dan melaksanakan anjuran Allah SWT untuk
menitipkan harta-Nya kepada seorang hamba-Nya. Orang-orang fakir itu
kaya menyampaikan harta-harta Allah SWT kepada orang-orang fakir itu,
berarti ia telah menunaikan tugasnya.
n) Mengobati penyakit hati dan cinta dunia.
o) Menarik rasa cinta/simpati.7 2) Bagi Penerima
a) Memelihara orang fakir dan orang miskin dari kehinaan kefakiran dan
kemiskinan.
b) Menetapkan orang yang dijinakkan hatinya atas iman serta membangkitkan
yang lain untuk masuk ke dalam islam.
c) Menolong orang-orang yang berhutang untuk mencapai kemerdekaannya.
d) Membantu orang-orang yang berhutang untuk menyelesaikan perselisihan
yang terjadi.
e) Menyokong orang-orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
f) Menguatkan persekutuan manusia.
g) Memenuhi hajat orang-orang yang menyelesaikan urusan zakat.
h) Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya.
b. Hikmah Zakat, Infaq dan Shadaqah
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transedental dan
horizontal. Oleh karena itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan manusia,
terutama umat islam. Zakat memilki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan
7
hubungan manusia dan tuhannya maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara
manusia, antara lain;
1. Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa dan
lemah papa, untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan
kondisi tersebut mereka akan mampu melaksanakan kewajiban
terhadap Allah SWT.
2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri manusia
yang biasa timbul di kala ia melihat orang-orang di sekitarnya
berkehidupan cukup apalagi mewah, sedang ia sendiri tidak punya
apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya)
kepadanya.
3. Dapat mensucikan diri pribadi dari kotoran dosa, memurnikan jiwa
(menumbuhkan akhlak mulia, menjadi rendah hati, memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi) dan mengikis sifat bakhil (kikir) dan serakah
menjadi tabiat manusia, sehingga dapat menjadi ketenangan bathin
karena terbebas dari tuntunan Allah SWT dan tuntunan kewajiban
kemasyarakatan.
4. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan islam yang
berdiri atas prinsip-prinsip; Ummatan wahidah (umat yang satu),
musawah (kesamaan derajat, hak dan kewajiban), ukhuwah islamiah
5. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam
distribusi harta (social distribution) keseimbangan dalam kepemilikan
harta (soownership), dan keseimbangan tanggung jawab individu
dalam masyarakat.
6. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi
ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan
solidaritas sosial, pembuktian persaudaraan islam, pengikat
persaudaraan umat dan bangsa sebagai penghubung antara golongan
kuat dan lemah.
7. Dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan
seseorang dengan lainnya rukun, damai, harmonis, aman dan tentram
lahir dan bathin. Dalam masyarakat seperti itu tidak akan timbul lagi
bahaya komunisme (atheis) dan paham atau ajaran yang sesat atau
menyesatkan, sebab dengan dimensi dan fungsi ganda zakat,
persoalan yang dihadapi kapitalisme sudah terjawab, yang akhirnya
terciptalah masyarakat bernegara yang baik dan sejahtera.
3. Pengertian Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun
pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia :
b. Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan
baik.8
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara atau
usaha untuk mendatangkan hasil dan mnfaat yang lebih besar serta lebih baik.
4. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan
Ada dua bentuk penyaluran dana zakat antara lain:
1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti zakat hanya diberikan kepada seseorang
satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada
mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri
mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin
lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat
bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.
2. bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target
merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori
muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah dan
dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai dengan
pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima.
Apabila pemasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui
penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi
tercapainya target yang telah dicanangkan.9
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus BesarBahasa Indonesia, h. 189 9
Menurut Widodo yang dikutip dalam buku Lili Bariadi dan kawan-kawan,
bahwa sifat dana bantuan pemberdayaan terdiri dari tiga yaitu:
1. Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berupa hibah artinya tidak ada
ikatan antara pengelola dengan mustahiksetelah penyerahan zakat.
2. Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh pengelola
kepada mustahik dengan catatan harus qardhul hasan, artinya tidak boleh ada
kelebihan yang harus diberikan oleh mustahik kepada pengelola ketika
pengembalian pinjaman tersebut. Jumlah pengembalian sama dengan jumlah
yang dipinjamkan.
3. Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelola kepada mustahik tidak boleh
dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti shahibul
maal dengan mudharib dalam penyaluran zakat.10
Menurut M. Daud Ali pemanfaatan dana zakat dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. pendayagunaan yang produktif dan tradisional sifatnya, dalam kategori ini
penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk
dimanfaatkan secara langsung oleh yang bersangkutan seperti: zakat fitrah
yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam.
2. pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk
alat-alat sekolah atau beasiswa dan alin-lain.
10
3. pendaygunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk
barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat
pertukangan dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah untuk
menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.
4. pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan dalam
bentuk modal yang dapat digunakan baik untuk membangun sebuah proyek
social maupun untuk membantu atau menambah modal seorang pedagang atau
pengusaha kecil.11
5. Pendayagunaan Dana Zakat (Reinterprestasi 8 Ashnaf)
Pembicaraan tentang sistem pendayagunaan zakat, berarti membicarakan
usaha atau kegiatan yang salaing berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari
penggunaan hasil zakat secara baik, tetap dan terarah sesuai dengan tujuan zakat itu
disyariatkan. Dalam pendekatan fiqh, dasar pendayagunaan zakat umumnya di
dasarkan pada surat At-Taubah ayat 60 di bawah ini:
11Artinya: “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’alaf yang dibujuk hatinya
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah; dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.
Ayat ini menjelaskan tetang peruntukan kepada siapa zkat itu diberikan, tetapi
tidak merinci cara-cara dan perimbangan pembagian antara orang yang terdapat
dalam satu golongan dan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain. Ayat
tersebut hanya menetapkan kategori-kategori yang berhak menerima zakat hanya ada
delapan golongan. Nabi SAW sendiri pun tidak pernah menerangkan cara pembagian
itu, bahkan beliau memberi mustahik sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan
disesuaikan dengan jumlah persiapan harta benda zakat yang ada. Hal demikian
berarti membukakan keluasan pintu ijtihad bagi kepala negara bagi kepala negara
badan amil zakat untuk medistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi, sesuai dengan kemaslahatan yang dapat dicapai dari
potensi zakat tersebut.12
Kalau berbicara tentang kemaslahatan, senantiasa berkembang sesuai dengan
perkembanagan dan tuntutan kebutuhan umat. Untuk penetuan tingkat kemaslahatan,
biasa dikenal dengan adanya skala prioritas. Metode prioritas ini dapat dipakai
sebagai alat yang efektif untuk melaksanakan fungsi alokatif dan distribusi dalam
12
kebijaksanaan pendayagunaan zakat, misalnya kita ambil contoh salah satu yang
menerima zakat adalah ibnu sabil, ibnu sabil mempunyai pengertian secara bahasa
berarti anak jalanan atau musafir yang kehabisan bekal, tetapi untuk saat ini tentunya
mengalami perkembangan makna, kata ibnu sabil dapat diartikan bukan saja untuk
keperluan musafir yang kehabisan bekal, tetapi juga untuk keperluan pengungsi
bencan alan dan sejenisnya13
a. Fakir Miskin
Fakir miskin adalah mustahik yang mempunyai dua ciri
1) kelemahan dalam bidang fisik
2) kelemahan dalam bidang harta benda
penyerahannya bisa disampaikan secara langsung kepada fakir miskin
atau melalui badan pengelola, sedangkan sistem pendayagunaan bisa bersifat
konsumtif bisa juga bersifat produktif.14
Untuk pendayagunaan secara produktif, asyairazi dalam mahzabnya
mengutip dari Sjechul Hadi Pernomo, menerangkan bahwa seorang fakir yang
mampu tenaganya diberi alat kerja, yang mengerti dagang diberikan modal
dagang. Dana zakat dapat didayagunakan untuk investasi produktif, untuk
membiayai bermacam-macam proyek pembangunan dalam bidang pendidikan,
13
Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h. 9-10 14
pemeliharaan kesehatan, air bersih dan aktivitas-aktivitas kesejahteraan sosial
yang lain, yang digunakan semata-mata untuk kepentingan fakir miskin.15
Menurut Masdar F. Masudi dalam konteks kehidupan sosial kita
sekarang, dan zakat untuk sektor fakir miskin bisa mencakup:
a. Pembagunan saran dan prasarana pertanian, pembangunan sektor
industri yang secara langsung berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan rakyat.
b. Penyelenggaraan sentra-sentra pendidikan keterampilan untuk
mengatasi pengangguran.
c. Pembangunan pemukiman rakyat tunawisma atau gelandangan.
d. Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan.
e. Pengadaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan usaha
mensejahterakan rakyat.16
Orang miskin di samping tidak mampu di bidang finansial, mereka juga
tidak memiliki pengetahuan dan akses. Untuk mencapai tujuan zakat, maka
disamping dana zakat yang bersifat konsumtif dan produktif, juga dapat
dipergunakan untuk program yang mengarah pada upaya mendapatkan hak kaum
miskin, seperti pendampingan kaum miskin (advokasi), HAM dan sejenisnya.
Bantuan finansial saja tidak akan meningkatkan taraf hidup mereka, apabila
15
Ibid., h.55-57 16
penyebab dari ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka diatasi.17 Sehingga mampu untuk menolong semua permasalahan yang ada pada fakir
miskin untuk lebih mendapatkan kehidupan yang sejahtera.
b. Amil
Yusuf Qardawi memberikan batasan yang rinci tentangamil yaitu semua
orang yang terlibat atau aktif dalam lembaga atau organisasi zakat, termasuk
penaggung jawab, para pengumpul, pembagi, bendaharawan, sekretaris, dan
sebagainya.18 Sedangkan Ibnu Rusyd memahami bahwa amil bukan hanya terbatas pada amil zakat, tetapi termasuk dalam pengertian mereka yang
mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat islam.19Meskipun dari dua pendapat diatas terdapat perbedaan, yang pasti bahwa orang yang menyibukkan
dan mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat islam mendapat dana
zakat, besarnya dana zakat yang dipakai disesuaikan dengan berat ringannya
kerja mereka.
c. Muallaf
Muallaf pada umumnya dipahami dengan orang ynag baru masuk islam,
namun dilihat dari sejarahnya pada masa awal islam muallaf yang diberikan dana
zakat dibagi kepada dua kelompok yaitu orang kafir, yang diharapkan dapat
masuk islam dan yang dikhawatirkan menyakiti umat islam. Orang islam, terdiri
dari pemuka muslim yang disegani oelh orang kafir, muslim yang masih lemah
17
Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h.20 18
Yusuf Qardawi,Fiqh al-Zakat(Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1981), cet ke-6, juz 2, h.265 19
imannya agar dapat konsisten pada keimanannya, dan muslim yang berada di
daerah musuh.20
Yusuf Qardawi mengungkapkan mengutip dari Abidin bahwa zakat yang
diberikan kepada muallaf dengan tujuan agar hatinya tetap dalam islam,
mengokohkan orang yang lemah imannya atau usaha untuk menolongnya dan
menahan tindakan jahat dari kelompok lain.21 Dengan demikian, secara praktik muallaf pun lalu dipahami sebagai orang yang dijinakkan hatinya agar mau
menerima kesadaran islam. Dalam kitab-kitab fiqh dengan orientasi berfikirnya
yang formalistik sampai sekarang, hanya dikatakan bahwa muallaf adalah orang
yang dijinakkan hatinya untuk masuk islam dalam pengertian formal.
Khalifah umar sebnarnya sudah melihat lemahnya pandangan keagamaan
yang formalistik ini, baginya tidak ada gunanyaorang yang hanya mengaku
islam, tetapi dalam tingkah lakunya jauh dari “laku” kemanusiaan. Ia
memandang keislaman sebagai suatu yang bersifat subtansial. Atas pandangan
umar itu pada saat ini dana zakat untuk muallaf digunakan bukan hanya untuk
membujuk seseorang masuk kedalam komunitas islam atua agama islam, tetapi
untuk membujuk anggota masyarakat yang karena satu atau lain hal terperosok
mengambil jalan yang berlawanan dengan fitrah kemanusiaan, sehingga dengan
konteks kemasyarakatan kita sekarang sasarannya adalah untuk:
20
Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h.22 21
a. Usaha penyadaran kembali orang-orang terperosok ke dalam
kejahatan dan kriminal.
b. Biaya rehabilitasi mental atas orang-orang yang terjerumus ke
dalam dunia narkoba.
c. Pengembangan masyarakat dan suku-suku terasing, dan
lain-lain.22
Sjechul Hadi Purnomo menambahkan bahwa dana zakat untuk muallaf
dapat digunakan untuk pembiayaan lembaga dakwah yang khusus melakukan
kegiatan untuk pembinaan kepada orang-orang yang baru masuk islam dan
lembaga dakwah yang melakukan kegiatan-kegiatan pendekatan terhadap kaum
non muslim.23
d. Riqab
Dilihat dari makna harfiah, dan demikian lah kitab-kitab fiqh
mengartikannya, riqab artinya budak. Untuk masa sekarang manusia dengan
status budak belian sudah tidak ada. Akan tetapi jika menengok pada maknanya
yang lebih dalam lagi, arti riqab secara jelas menunjukkan pada gugus manusia
yang tertindas dan tereksploitasi oleh manusia lain baik secara personal atuapun
struktural.24
22
Masdar F. Masudi,Menggas Ulang Zakat(Bandung: Mizan, 2005), h.120-121 23
Sjechul Hadi Permono,Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.65
24
Berdasarkan hal itu, maka kebijaksanaan pendayagunaan zakat untuk
riqab dapat diarahkan untuk:
a. Mengentaskan buruh-buruh rendahan dan buruh kasar dari
belenggu majikan dan yang menjeratnya.
b. Mengusahakan pembebasan orang-orang tertentu yang dihukum
atau dipenjara hanya lantaran manggunakan hak dasarnya untuk
berpendapat atau memilih.25
c. Untuk membantu negara islam atau negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam yang sedang berusaha melepaskan
diri dari belenggu perbudakan modern oleh kaum penjajah
modern.
d. Untuk membantu membebaskan pedagang, pengusaha, petani
kecil dan sebagainya tergantung pada lintah darat.26
e. Gharimin
Pemahaman terhadapa gharimin dalam sebagian besar literatur tafsir atua
fiqh dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya sendiri. Namun
beberapa pendapat membedakannya kepada kedua kelompok, yaitu orang yang
berhutang untuk keperluannya sendiri dan orang yang berhutang untuk
kepentingan orang lain. Bahkan hutang yang diakibatkan karena program dan
25
Masdar F. Masudi,Menggas Ulang Zakat(Bandung: Mizan, 2005), h.122 26
kegiatan untuk kepentinga sosial seperti dana yayasan anak yatim, rumah sakit
untuk pengobatan masyarakat miskin atau sekolah untuk kaum fakir miskin.27 Dalam hal ini dapat dipahami bersama bahwa dana zakat dapat digunakan
untuk melunasi hutang masyarakat miskin atau pedagang kecil yang mengalami
kemunduran dalam bidang usahanya, atau dapat pula digunakan bagi lembaga
sosial yang yang memiliki hutang untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri.
f. Sabilillah
Sabilillah pada awal masa Islam dipahami dengan jihad fisabilillah,
namun dalam perkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas pada jihad, akan
tetapi mencakup semua program dan kegiatan yang memberikan kemaslahatan
pada umat.28 Dari pemahaman tersebut dapat dipahami bahwa dana zakat dalam hal sabilillah diberikan bukan hanya bagi orang yang berjihad dan berperang
untuk Islam, melainkan pada saat ini dapat dberikan kepada pribadi yang
mencurahkan perhatiannya untuk kebaikan umum umat islam, sebagai bantuan
atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Disamping itu juga diberikan untuk pelaksanaan program atau kegiatan
untuk mewujudkan kemaslahatan umum umat Islam, seperti mendirikan benteng,
mendirikan rumah sakit dan pemberi pelayanan kesehatan.
Team penelitian dan seminar zakat DKI Jakarta menyatakan bahwa
pendayagunaan zakat alokasi fisabilillah agar dapat digunakan untuk:
27
Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h.21 28
a. Peningkatan dakwah melalui lembaga-lembaga dakwah.
b. Peningkatan penilaian fisik bagunan-bangunan keagamaan, misalnya
masjid dan madrasah-madrasah.
c. Penyedian nafkah bagi orang-orang yang sibuk dengan tugas agama.
d. Penyelenggaraan kursus-kursus keterampilan dan kewiraswastaan
untuk memungkinkan terbukanya lapangan kerja.29
g. Ibnu sabil
Para fuqaha selama ini mengartikan ibnu sabil (anak jalanan) dengan
“musafir yang kehabisan bekal”. Pengetian ini masih relevan, akan tetapi
pengertian ini pasti belum mencakup keseluruhannya. Makna anak jalanan
sebagaimana yang lazim kita pahami, mengacu pada pengertian orang yang
tengah berada dalam keadaan tunawisma atau terpental dari tempat tinggalnya
semula. Bukan lantaran kemiskinan yang diderita, melainkan karena hal-hal yang
lain, misalnya kecelakaan. Maka dari tu menurut Masdar F Masudi dan zakat
untuk sektor ibnu sabil dapat dialokasikan bukan hanya untuk keperluan musafir
yang kehabisan bekal melainkan juga untuk keperluan para pengungsi baik
karena alasan politik maupun karena alasan lingkungan atau bencan alam.30
29
Sjechul Hadi Permono,Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.72
30
B. Gizi
1. Pengertian, Fungsi, dan Sifat Gizi
a. Pengertian Gizi
Gizi merupakan suatu ilmu yang merujuk dari ilmu “kesehatan
masyarakat”. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yang artinya
berarti “makanan”. Sedangkan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain
dengan tubuh manusia.31
Definisi lengkap ilmu gizi yang merupakan modifikasi dari National
Academy of Sciences(1994) oleh organisasi profesi yang berkaitan dengan
gizi pada seminar Pengembangan Ilmu Gizi pada tahun 2000, yaitu ilmu
yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan
proses yang terjadi terhadap pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap,
sampai dimanfaatkan tubuh srta dampaknya terhadap pertumbuhan,
perkembangan dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang
mempengaruhinya.32 Dari definisi tersebut ada dua komponen penting, yaitu makanan dan kesehatan tubuh. Ahli gizi harus mendalami persoalan
pangan (makanan) dan kesehatan tanpa harus menjadi ahli pangan ataupun
ahli kesehatan (dokter).
31
Sunita Almatsier,Prinsip Dasar Ilmu Gizi(Jakarta: Gramedia, 2005), h.3 32
b. Fungsi Gizi
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari
makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk
manusia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi
kehidupan manusia adalah untuk:
Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau
perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.
Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.
Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan
air, mineral, dan cairan tubuh yang lain.
Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap
berbagai penyakit.
Agar makanan dapat berfungsi seperti itu maka makanan yang kita
makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus
mengandung zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan
zat-zat ini disebut gizi. Makanan yang kita makan setiap hari harus dapat
memelihara dan dapat meningkatkan kesehatan. Zat-zat makanan yang
diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan
menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan
mineral.33
33
c. Sifat Gizi
Dilihat dari segi sifatnya ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi
yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan
perorangan lalu berkembang menjadi cabang ilmu sendiri yaitu disebut
dengan gizi klinik, dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat
yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition), lalu
berkembang pula menjadi cabang ilmu sendiri yaitu disebut dengan gizi
masyarakat.
Kedua cabang ilmu gizi dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya.
Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang
menderita gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Oleh
sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitikberatkan pada kuratif
daripada preventif dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat berkaitan
dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu sifat dari
gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan
peningkatan (promosi).34
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan semata,
melainkan aspek-aspek terkait lain, seperti ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, kependudukan dan sebagainya. Oleh sebab itu penanganan
serta perbaikan gizi tidak diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan
34
semata, melainkan juga kearah aspek-aspek yang lain. Misalnya masalah
gizi pada anak-anak balita tidak hanya dengan pemberian makanan
tambahan saja, tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga,
peningkatan pengetahuan dan sebagainya.
2. Ruang Lingkup Gizi
Bila dikaji pengertian ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan
bahwa ruang lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara
produksi pangan (agronomi dan peternakan). Perubahan-perubahan yang
terjadi pada tahap pascapanen dari mulai penyediaan pangan, distribusi dan
pengolahan pangan; konsumsi makanan; dan cara-cara pemanfaatan
makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat atau sakit. Oleh karena itu ilmu
gizi sangat erat kaitannya dengan ilmu-ilmu agronomi, peternakan, ilmu
pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran.
Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan, prilaku
makan, dan keadaan ekonomi, maka ilmu gizi juga berkaitan dengan
ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan ekonomi.35
3. Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang
paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan kekurangan
35
gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini berkaitan dengan proses kehidupan
manusia, oleh sebab itu kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu
dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompok-kelompok umur tersebut
berada dalam suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok
umur yang lain. Oleh sebab itu apabila kekurangan zat gizi maka akan
terjadi gangguan gizi atau kesehatan. Kelompok-kelompok rentan gizi ini
terdiri dari:
a) Kelompok bayi umur 0-1 tahun
b) Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun
c) Kelompok anak sekolah umur 6-12 tahun
d) Kelompok remaja umur 13-20 tahun
e) Kelompok ibu hamil dan menyusui
f) Kelompok usia lanjut.
Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi meskipun
kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini
disebabkan karena usia lanjut terjadi proses degenerasi yang menyebabkan
kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.36
36
4. Masalah Gizi di Indonesia
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah
gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya
dise