• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendayagunaan dan Zis Pada pos Keadilan peduli umat (PKPU) dalam upaya meningkatakan gizi masyarkata Bintaro-Tangerang Selatan melalui program Budarzi (Ibu Sadar Gizi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendayagunaan dan Zis Pada pos Keadilan peduli umat (PKPU) dalam upaya meningkatakan gizi masyarkata Bintaro-Tangerang Selatan melalui program Budarzi (Ibu Sadar Gizi)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh

Junaidi Salam

NIM: 107053002341

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PEDULI UMAT (PKPU) DALAM UPAYA MENINGKATKAN

GIZI MASYARAKAT BINTARO

TANGERANG SELATAN

MELALUI PROGRAM IBU SADAR GIZI (IBU SADAR GIZI)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh Junaidi Salam NIM: 107053002341

Pembimbing,

Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA Nip: 19660605 199403 1 005

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2011

(4)

Skripsi berjudul: Pendayagunaan Dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Meningkatkan Gizi Masyarakat Bintaro –Tangerang Selatan Melalui Program BUDARZI (Ibu Sadar Gizi), telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Kamis tanggal 16 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 16 Juni 2011 Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM

NIP. 1970 0903 199603 1001 NIP. 1955 0101 198302 1001 Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Sihabudin Noor, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA

NIP. 1969 0221 199703 1001 NIP. 1967 0818 199803 1002

Pembimbing

(5)

i Hasanuddin Ibnu Hibban, MA

Zakat, infak/sedekah (ZIS) merupakan salah satu ibadah yang berhubungan langsung dengan dimensi sosial kemasyarakatan, yang pengelolaan dan penggunaanya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan. Selain itu pula ZIS memiliki posisi sangat penting dan menentukan bagi kesejahteraan umat. Ajaran ini memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekutan social ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Kandungan ajaran zakat ini memiliki dimensi yang luas dan kompleks, bukan saja nilai-nilai ibadah, moral, spiritual dan ukhrawi semata.

Dalam sepuluh tahu terakhir ada kemajuan yang cukup pesat dalam penggalangan dan ZIS. Ada beberapa lembaga zakat yang telah melakukan kegiatan tersebut secara profesional dan inovatif. Sayangnya kemajuan dalam hal penggalangan ini tidak diimbangi dengan terobosan baru di bidang distribusi hingga pemanfaatan. Pemanfaatan dana ZIS pada saat ini hanya sebatas pada masalah-masalah penyantunan sosial jangka pendek. Sebenarnya program-program lain tidak kalah pentingnya seperti perlindungan anak, pemberdayaan perempuan, pelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan program-program lainnya. Untuk itu pemenuhan hak-hak masyarakat kecil tidak harus berkutat selalu di bidang ekonomi dan usaha, akan tetapi pemenuhan hak untuk mendapatkan kesehatan yang layak pun tidak kalah pentingnya. Dalam jangka panjang masyarakat menjadi sehat dan mampu untuk melakukan usaha-usaha dalam memberdayakan diri mereka sendiri.

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.

(6)

ii

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam yang telah

memberikan nikmat dan karuniaNya sehingga diri ini masih dapat bernafas dan diberi

kesehatan untuk selalu dapat menuntut ilmu. Shalawat beriring salam tak lupa selalu

terlimpah curah kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa

kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya iman

dan Islam.

Dalam penulisan skripsi ini,penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini,

baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan

dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, pada kesempatan kali ini tidaklah terlalu berlebihan apabila penulis ingin

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibunda tercinta Fauziah Syarif yang telah membesarkan ananda hingga seperti

saat ini, karena dengan kasih sayang dan cinta beliau penulis mampu untuk

belajar menjadi pribadi yang lebih baiklagi. “U are my everything”.

2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(7)

iii Jurusan Manajemen Dakwah.

4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat dan arahan kepada

penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah

selalu memberikan rahmat dan perlindungannya kepada beliau.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini

telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan

bermanfaat bagi penulis.

6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Yulia Rimawati (Koordinator gizi PKPU) yang telah banyak memberikan

ilmu-ilmu seputar gizi masyarakat, dan telah banyak membantu pula dalam

memberikan masukan-masukan kepada penulis dalam mnyelesaikan penulisan

(8)

iv

dengan keramahannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian di PKPU, dan tak lupa kepada Mbak Astri (Koordinator

lapangan program BUDARZI) yang telah memberikan informasi-informasi

yang penulis butuhkan. Terimakasih banyak untuk semuanya.

9. Untuk“dirinya” yang telah memberikan pengalamannya kepada penulis untuk

dapat menyelesaikan penelitian ini dengan semagat. Thanks a lot.

10. Untuk para sahabat-sahabat, Agus, Igoh, Oman, Tirta, Ardi dan Ali Ndut yang

selalu membuka forum untuk kita berdiskusi beramai-ramai tentang penelitian

kita, hehehe semoga kita masih terus bisa berdiskusi bertukar pengalaman dan

ilmu. Tak lupa untuk sahabat penulis yang lainnya pula, ayu, nina, jihan, jay

ushuluddin, dan seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa manajemen

dakwah angkatan 2007 yang penulis cintai.

Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, pengorbanan, do’a dan harapan

kita semua mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT, dan semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Jurusan

Manajemen Dakwah pada khususnya.

Jakarta, Juni 2011

(9)

v

DAFTAR ISI... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN ZIS DAN GIZI A. Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah ... 15

1. Pengertian Zakat, Infaq, Shadaqah dan Dasar Hukumnya ... 15

2. Tujuan dan Hikmah Zakat, Infaq, Shadaqah ... . 20

3. Pengertian Pendayagunaan ... 25

4. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan ... 25

5. Pendayagunaan Dana Zakat (Reinterpretasi 8 Asnaf) ... 27

B. Gizi ... 37

1. Pengertian, Fungsi dan Sifat Gizi ... 37

(10)

vi

4. Masalah Gizi di Indonesia ... 42

C. Peran ... 44

1. Pengertian Peran ... 44

2. Jenis-jenis Peran ... ... 46

3. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran ... 47

4. Peran Pekerja Sosial ... 48

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) DAN PROGRAM IBU SADAR GIZI (BUDARZI) A. Latar Belakang Berdirinya PKPU ... 52

B. Visi, Misi dan Tujuan PKPU... . 53

C. Struktur Organisasi PKPU ... 55

D. Program Kerja PKPU ... .... 59

E. Pengertian Program Ibu Sadar Gizi (BUDARZI) ... 65

F. Tujuan Program Ibu Sadar Gizi (BUDARZI) ... 65

G. Ruang Lingkup Program Ibu Sadar Gizi ... 66

(11)

vii

B. Peran Pos Keadilan Peduli Umat dalam Meningkatkan Status Gizi Masyarakat ... 72 C. Analisis ... 77 BAB V : PENUTUP

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat

penting, strategis, dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat.1 Ajaran zakat ini memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekutan social

ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Kandungan ajaran zakat ini memiliki

dimensi yang luas dan kompleks, bukan saja nilai-nilai ibadah, moral, spiritual dan

ukhrawi semata.

Zakat merupakan salah satu ketetapan Allah SWT menyangkut harta, karena

Allah SWT menjadikan harta sebagai sarana kehidupan bagi umat manusia. Betapa

pentingnya kedudukan zakat itu sampai Al-Qur’an menyebutkan 82 kali, dimana kata

iitaa al-zakaah selalu bergandengan dengan iqaamuu al-shalaah, maka Al-Qur’an

menjadikan zakat dan shalat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran Islam.2 Sebagaimana firman Allah SWT:











1

Masdar F. Mas’udi, Fathurahman Djamil, Didin Hafiduddin, Siti Musdah Mulia Dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah,(Jakarta: Piramedia, Mei 2004), cet. Ke-1, h.1

2

(13)

Artinya: “……Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

orang-orang yang ruku'…..” (Q.S Al-baqarah (2) 43)

Membayar zakat merupakan salah satu rukun Islam yang sangat jelas dan

tegas. Dalam Al-Qur’an perintah berzakat senantiasa beriring dengan perintah

mendirikan shalat. Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya mengelurakan zakat

sama wajibnya dengan mendirikan shalat. Jika shalat mampu mencegah manusia dari

perbuatan keji dan mungkar, sedangkan zakat mampu mencegah dan menyelesaikan

segala bentuk problematika umat pada saat ini.

Zakat, infak/sedekah merupakan salah satu ibadah yang berhubungan

langsung dengan dimensi sosial kemasyarakatan, yang pengelolaan dan

penggunaanya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan. Allah

berfirman dalam Al-Quran surat At-Taubah: 103















Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka.”

Di dalam surat Adz-Dzaariyat ayat 19 Allah juga berfirman:

(14)

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta-minta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.”

Begitu banyaknya problematika yang terjadi dalam kehidupan masyaakat

Indonesia, baik masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain, dapat

mengakibatkan para pemangku kekuasaan di Negara ini tidak dapat menyelesaikan

masalah tersebut seorang diri. Sehingga terjadi krisis diberbagai aspek kehidupan

masyarakat pada saat ini.

Satu diantara sekian banyak problematika umat tersebut adalah terletak pada

kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Apabila ingin disebutkan lebih rinci, maka

akan tampak bahwa problematika umat dewasa ini, sekurang-kurangnya mecakup

tingkat penghasilan (riil) yang rendah, peran serta dan kemampuan bersaing yang

rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat pengangguran

yang tinggi, keterbatasan kemampuan dalam mengakses sumber-sumber informasi

dan teknologi industri, ketidakmerataan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang

tinggi, dan lain sebaginya. Problematika umat ini terbungkus rapih dan tersembunyi

dibalik wajah kemiskinan.3

Mengenai problematika kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, yang

salah satunya berdampak pada tidak mampunya masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan jasmani sehingga berakibat pada menurunnya kesehatan masyarakat

3

(15)

termasuk pula status gizi masyarakat miskin. Hal tersebut diperparah dengan

ketidakmampuan masyarakat miskin untuk membeli makanan yang bergizi,

dikarenakan tingkat penghasilan ekonomi yang rendah. Sehingga rentan akan

serangan berbagai penyakit yang mengancam kesehatan mereka. Terutama pada

kelompok usia balita, yang di mana dalam tumbuh kembangnya masih memerlukan

asupan nutrisi yang optimal

Melihat problematika masalah tersebut, sejumlah anak-anak muda yang

kreatif dan peka terhadap lingkungan masyarakat melakukan aksi sosial di sebagian

wilayah Indonesia. Mereka kemudian menggagas kegiatan atau organisasi kepedulian

publik yang bergerak secara terarah. Lembaga sosial tersebut adalah Pos Keadilan

Peduli Umat (PKPU).

Dalam perkembangannya, Pos Keadilan Peduli Umat sebagai lembaga zakat

memiliki kerjasama dengan berbagai pihak yang ingin menyalurkan zakat,

infak/sedekah yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan berbagai

program yang produktif, salah satunya pada bidang kesehatan yang fokus pada

perbaikan gizi masyarakat. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pendayagunaan dana zakat, infaq, dan shadaqoh pada Pos

Keadilan Peduli Umat (PKPU), dengan judul Pendayagunaan Dana ZIS Pada Pos

Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Upaya Meningkatkan Gizi Masyarakat

(16)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka dalam penulisan skripsi ini,

penulis membatasinya pada : pendayagunaan dana ZIS pada Pos Keadilan

Peduli Umat (PKPU) dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat pada

Posyandu Cempaka II di daerah Pondok Jaya–Bintaro.

2. Rumusan Masalah

Agar perumusan masalah ini lebih terarah dan terfokus dalam penulisan

skripsi ini, maka dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai

berikut :

a. Bagaimana pendayagunaan dana ZIS pada Pos Keadilan Peduli Umat

(PKPU) dalam meningkatkat gizi masyarakat Bintaro – Tangerang

Selatan?

b. Bagaimana peran Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam meningkatkan

gizi masyarakat Bintaro – Tangerang Selatan melalui program Ibu Sadar

(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diinginkan penulis dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pendayagunaan dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat

(PKPU) dalam meningkatkan status gizi masyarakat.

b. Mengetahui peran Pos Keadilan Peduli Umat dalam meningkatkan gizi

masyarakat.

2. Manfaat Penelitian

a. Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

pengetahuan ilmiah dibidang Manajemen Zakat, khususnya dalam

pendayagunaan zakat, infaq dan sedekah.

b. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan

dapat menambah wawasan khazanah keilmuan bagi para pembaca

khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, serta dapat berguna bagi

banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi

(18)

c. Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru dan

memberikan motivasi bagi para praktisi yang kongkret terhadap

perkembangan Ilmu Manajemen.

d. Lembaga Terkait

Penelitian ini pun diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

Pos Keadilan Peduli Umat secara Umum, dan menjadi bahan kajian serta

evaluasi bagi divisi kesehatan PKPU yang menangani masalah ini secara

khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan

memaksimalisasikan kinerja yang belum berjalan secara optimal.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini,

perlu kiranya dikemukan teori menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh

(19)

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang

perilaku yang dapat diamati.4 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari

sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana

metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.5

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang yang dapat memberikan informasi

tentang Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) mengenai permasalahan yang

diteliti penulis, dan masyarakat yang menjadi sasarang program BUDARZI

seperti balita, orang tua balita dan kader (petugas posyandu). Sedangkan yang

menjadi objek penelitian ini adalah pendayagunaan dana ZIS pada Pos

Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di kantor Pos Keadilan Peduli Umat

(PKPU) Jl. Raya Condet No.27-G Batu Ampar-Jakarta Timur 13520, dan

lokasi Posyandu Cempaka II Kel. Pondok Jaya, Bintaro-Tangerang Selatan.

4

Lexy J. Mleong,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2000), cet. Ke 11, h. 3

5

(20)

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 dan berakhir pada bulan

Mei 2011.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Maka penulis

menggunakan jenis penelitian diantaranya yaitu field research (penelitian

lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke

lapangan (objek) penelitian di kantor Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), dan

Posyandu Cempaka II, sedangkan data yang diperoleh dari metode ini

merupakan data primer (utama) penelitian.

Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa

teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan

diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti.6 Penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan

masalah pendayagunaan dana ZIS yang dilakukan Pos Keadilan Peduli

Umat (PKPU).

6

(21)

b. Wawancara

Wawancara (interview) ialah Tanya jawab lisan antara penulis

dengan Divisi Pendayagunaan dan Staff Jajarannya. Penulis menggunakan

teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis menggunakan beberapa

pernyataan kepada responden yang telah penulis siapkan, lalu dijawab

olehrespondendengan bebas dan terbuka.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen.7 Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan

data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku,profile company, arsip-arsip

dan lain sebagainya yang dapat mendukung serta berkaitan dengan

masalah penelitian.

Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis

berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang

ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi

sesuai kecenderungan danframe of thinking.

7

(22)

d. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis terlebih dahulu

memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian

menganalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang

tertulis.

e. Teknik Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman

penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh tim

penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada

tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus

diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis

mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi

yang membahas tentang zakat, judul-judul skripsi tersebut adalah:

Skripsi ditulis oleh Ahmad Fahmi Azzahra Mahasiswa Manajemen Dakwah

2008, “Pendayagunaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat AL-Azhar Peduli

(23)

zakat dapat membantu dalam upaya pengembangan dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, pemerataan dan membantu stabilitas politik ekonomi.

Skripsi berikutnya ditulis oleh Novitasari Mahasiswa Manajemen Dakwah

2010, “Manajemen Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Pengelolaan Zakat

Online”. Pada skripsi tersebut sang peneliti mendapatkan hasil penelitiaan bahwa

pengelolaan zakat online dapat memudahkan para muzakki dalam membayar zakat,

serta adanya bentuk-bentuk zakat online yang dilakukan PKPU seperti Zakat Via

ATM Banking, Zakat Internet, Zakat SMS, dan Zakat melalui kantor Pos.

Dilihat dari beberapa judul skripsi diatas, berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini penulis menggambarkan bagaimana

pendayagunaan dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat dalam hal gizi masyarakat.

Dalam hal ini dari segi judul berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti pun

berbeda, yaitu materi yang penulis bahas tentang “Pendayagunaan Dana ZIS Pada

Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Dalam Upaya Meningkatkan Gizi Masyarakat

(24)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya

secara rinci adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pengertian Zakat, Infak, dan Shadaqah Dasar Hukumnya, Tujuan dan

Hikmah Zakat, Infak dan Shadaqah, Pengertian Pendayagunaan,

Bentuk dan Sifat Pendayagunaan, Pendayagunaan Dana Zakat

(Reinterpretasi 8 Asnaf), Pengertian, Fungsi, dan Sifat Gizi

Masyarakat,Ruang Lingkup Gizi Masyarakat,Status Gizi Masyarakat,

Kelompok Rentan Gizi,Masalah Gizi di Indonesia

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG POS KEADILAN PEDULI

UMAT DAN PROGRAM IBU SADAR GIZI

Latar Belakang Berdirinya Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), Visi

Misi dan Tujuan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), Struktur

(25)

Keadilan Peduli Umat (PKPU), Pengertian Program Ibu Sadar Gizi

(BUDARZI), Tujuan Program Ibu Sadar Gizi (BUDARZI)

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pendayagunaan Dana ZIS Pada Pos Keadilan Peduli Umat Dalam

Meningkatkan Gizi Masyarakat,Peran Pos Keadilan Peduli Umat Dalam Meningkatkan Status Gizi Masyarakat

BAB V : PENUTUP

(26)

15

TINJAUAN TEORITIS

PENDAYGUNAAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH (ZIS) DAN GIZI A. Pendayagunaan Zakat, Infak dan Shadaqah

1. Pengertian Zakat, Infak, Shadaqah dan Dasar Hukumnya

a. Pengertian Zakat dan Dasar Hukumnya

Zakat berasal dari kata bentukan kata zaka yang berarti suci, baik, berkah,

tumbuh dan berkembang.1 Dalam kitab-kitab hukum islam perkataan zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertina ini

dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran islam, harta yang dizakati itu akan

tumbuh dan berkembang, bertammbah karena suci dan berkah membawa kebaikan

bagi hidup dan kehidupan bagi yang punya harta.2

Sedangkan menurut istilah, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu

yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan

diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.3 Sehingga kaitan makna zakat secara bahasa dan istilah mempunyai makna bahwa

setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, tumbuh dan

berkembang.

1

Didin Hafidhuddin,Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Shadaqah(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet ke-1, h. 13

2

M.Daud Ali,Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf(Jakarta: UI-press, 1998), h. 41 3

(27)

Hubungan antara pengertian menurut bahasa dengan pengertian menurut

istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,

berkembang, suci, dan beres (baik). Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai

dimensi pemerataan karunia Allah SWT sebagian fungsi sosial ekonomi sebagai

perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian

persaudaraan islam, pengikat persatuan umat, sebagi pengikat batin antara golongan

kaya dengan miskin, zakat sebagi sarana membangun kedekatan antara yang kuat

dengan yang lemah, mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, rukun, damai

dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi tentram, aman kahir bathin.

Dalam kehidupan masyarakat bahaya komunisme, sebab dengan fungsi ganda zakat,

kesenjangan sosial yang dihadapi seperti kapitalisme maupun sosialisme dengan

sendirinya akan terkikis menuju terciptanya tatanan masyarakat yang baldatun

thoyibatun wa rabbun ghafur. (Hasan Rifa’i, 1996), yang dikutip oleh Lili Bariadi

dkk.4

Zakat dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 82 kali. (M. Firdaus Baqi,tt) Ini

menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:

ð











4
(28)

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Apapun yang diusahakan

oleh dirimu, tentu kamua akan mendapat pahalanya di sisi Allah, sesungguhnya

Allah maha mengetahuikegiatan apapun yang kamu kerjakan”.(Al-Baqarah: 110)



















Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka

(merka itu) saudara-saudaramu seagama. Dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi

kaumyang mengetahui”.(At-Taubah:11)

























Artinya: “sesungguhnya zakat diperuntukan itu hanya kepada orang fakir, miskin

pengurus zakat, para muallaf untuk (memerdekakan budak), orang yang berhutang,

untuk jalan allah dan orang yang sedang perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah; dan Allah maha mengetahui lagi mah bijaksana”.(At-Taubah: 60)

Dari uraian nash diatas dapat dipahami mengenai kewajiban mengeluarkan

(29)

fi’il amar yang berarti kewajiban/perintah dan dalil berupa petunjuk dalil yang

bersifay qothi’i.

Zakat merupakan salah satu rukun islam dan menjadi salah satu unsur pokok

bagi tegaknya syariat islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (Fardhu) atas

setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam

kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan

paten berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial

kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan

perkembangan umat manusia.

b. Pengertian Infaq

Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali ia

memperoleh rizki, sebanyak yang kehendakinya.5 Ditinjau dari segala bahasa infaq berasal dari kataAnfaqa-yunfiqu-anfaaqayanga berarti mengeluarkan sesuatu (harta).

Menurut kamus bahasa Indonesia infaq berarti “pemberian (sumbangan) harta dan

sebagainya selain zakat wajib untuk kebaikan.

Sedangkan dalam buku pengelolaan ZIS propinsi jawa barat, infaq adalah

kewajiban pengeluaran harta kekayaan seorang muslim, sejumlah yang dikehendaki

secara ikhlas tanpa memperhatikan nishabnya dan disalurkan menurut syariat islam.

Perbedaan infaq dengan zakat adalah: jika zakat memiliki nishabnya

sedangkan infaq tidak memakai syarat nishabnya, zakat dikeluarkan oleh orang-orang

yang memang sudah wajib zakat (muzakki) kepada para mustahik (orang yang berhak

5

(30)

menerima zakat), sedangkan infaq dikeluarkan oleh orang yang beriman baik itu

orang yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah disaat yang diberikan

kepada keluarga maupun orang lain.

c. Pengertian Shadaqah

Dalam syariat islam Shadaqah memiliki arti yang sama dengan infaq, akan

tetapi dalam hal cukupnya berbeda, jika infaq lebih mengarah kepada pengertian

materil, sedangkan shadaqah memiliki cukupan yang lebih luas menyangkut hal-hal

yang bersifat materil dan immateril.

Perbedaan shadaqah dan zakat ; shadaqah berarti memberi termasuk memberi

derma untuk mematuhi hukum dimana kata zakat digunakan di dalam Al-Qur’an dan

Sunnah. Zakat telah disebut juga dengan shadaqah karena zakat merupakan sejenis

derma yang diwajibkan, hanya saja kita dapat bedakan bahwa zakat adalah

pemberian wajib sedangkan shadaqah adalah sukarela, zakat dikumpulkan oleh

pemerintah sebagai pungutan wajib sedangkan shadaqah lainnya dibayarkan secara

sukarela.6

Jadi shadaqah adalah suatu derma bersifat sukarela, yang dapat meliputi

material maupun immaterial. Tidak ada batasan wajib harta bagi muslim untuk

mengeluarkan shadaqah, sebagaimana zakat yang memiliki nishab harta untuk

mengeluarkannya. Selama tujuan shadaqah untuk pemberdayaan umat dan agama,

siapapun diperbolehkan untuk melaksanakannya.

6

(31)

2. Tujuan dan Hikmah Zakat, Infaq, Shadaqah a. Tujuan zakat, infaq dan shadaqah

Tujuan zakat yang dinisbatkan kepada si pemberi, orang kaya yang wajib

mengeluarkan zakat.

Tujuan zakat yang dihubungkan dengan si penerima dan orang yang

memnfaatkannya, yaitu orang yang mempunyai kebutuhan yang merupakan sasaran

zakat.

1) Bagi Pemberi

a) Mensucikan para mukmin dari penyakit bakhil yang menjadi penghalang

bagi keberuntungan dan membiasakan para mukmin bersifat murah tangan

yang membawa kepada keberuntungan.(QS. Al-Hasyr: 9)

b) Mendekatkan para mukmin kepada Allah SWT, dan menimbulkan

perasaan bahwa kebahagiaan itu adalah dapat mengeluarakan harta di jalan

Allah SWT.

c) Membawa para mukmin mensyukuri tuhan yang telah memelihara dari

meminta-minta dan memberi harta yang banyak kepadanya, hingga

terhindarlah ia menjadi orang fakir. Barang siapa mengeluarkan zakat,

infaq dan shadaqah karena rasa syukur kepada nimat, niscaya mendapat

tambahan dari Allah SWT.

d) Membawa para mukmin menepati tauhidnya dan tasyahudnya, apabila

(32)

Allah SWT, menjadilah suatu bukti tentang kebenaran tauhidnya dan

kebenaran syahadatnya.

(QS. Ibrahim: 7)

e) Menghindari jalan yang gelap dan tidak berujung dan menggariskan tujuan

hidup untuk mencari ridha Allah SWT.

f) Menyedikitkan kecurangan yang membawa kesesatan.

(QS. Al-Alaq: 6-7)

g) Berperangai dengan perangai Allah SWT. Yaitu mencurahkan kebajikan

dan rahmat kepada sesama manusia.

h) Memelihara diri jatuh kelembah kikir yang merugikan

i) Memindahkan orang yang menerima nikmat itu ke derajat yang lebih baik

yaitu dari derajat kekurangan ke derajat mencukupi.

j) Memelihara harta dari hilang percuma, jelasnya harta yang kita berikan di

jalan Allah SWT. Itulah yang akan tinggal sepanjang masa, di dunia kita

mendapat pujian di akhirat memperoleh nikmat.

k) Membentengkan diri dari binasa.

l) Menolak bencana kemelaratan, apabila orang fakir merasa diri tidak

diperhatikan oleh orang kaya, timbullah dendam dan dengki kepada

orang-orang kaya itu dan amat mudah untuk dihasut

m) Menunaikan kewajiban dan melaksanakan anjuran Allah SWT untuk

menitipkan harta-Nya kepada seorang hamba-Nya. Orang-orang fakir itu

(33)

kaya menyampaikan harta-harta Allah SWT kepada orang-orang fakir itu,

berarti ia telah menunaikan tugasnya.

n) Mengobati penyakit hati dan cinta dunia.

o) Menarik rasa cinta/simpati.7 2) Bagi Penerima

a) Memelihara orang fakir dan orang miskin dari kehinaan kefakiran dan

kemiskinan.

b) Menetapkan orang yang dijinakkan hatinya atas iman serta membangkitkan

yang lain untuk masuk ke dalam islam.

c) Menolong orang-orang yang berhutang untuk mencapai kemerdekaannya.

d) Membantu orang-orang yang berhutang untuk menyelesaikan perselisihan

yang terjadi.

e) Menyokong orang-orang yang berjihad di jalan Allah SWT.

f) Menguatkan persekutuan manusia.

g) Memenuhi hajat orang-orang yang menyelesaikan urusan zakat.

h) Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya.

b. Hikmah Zakat, Infaq dan Shadaqah

Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transedental dan

horizontal. Oleh karena itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan manusia,

terutama umat islam. Zakat memilki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan

7

(34)

hubungan manusia dan tuhannya maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara

manusia, antara lain;

1. Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa dan

lemah papa, untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan

kondisi tersebut mereka akan mampu melaksanakan kewajiban

terhadap Allah SWT.

2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri manusia

yang biasa timbul di kala ia melihat orang-orang di sekitarnya

berkehidupan cukup apalagi mewah, sedang ia sendiri tidak punya

apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya)

kepadanya.

3. Dapat mensucikan diri pribadi dari kotoran dosa, memurnikan jiwa

(menumbuhkan akhlak mulia, menjadi rendah hati, memiliki rasa

kemanusiaan yang tinggi) dan mengikis sifat bakhil (kikir) dan serakah

menjadi tabiat manusia, sehingga dapat menjadi ketenangan bathin

karena terbebas dari tuntunan Allah SWT dan tuntunan kewajiban

kemasyarakatan.

4. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan islam yang

berdiri atas prinsip-prinsip; Ummatan wahidah (umat yang satu),

musawah (kesamaan derajat, hak dan kewajiban), ukhuwah islamiah

(35)

5. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam

distribusi harta (social distribution) keseimbangan dalam kepemilikan

harta (soownership), dan keseimbangan tanggung jawab individu

dalam masyarakat.

6. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi

ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan

solidaritas sosial, pembuktian persaudaraan islam, pengikat

persaudaraan umat dan bangsa sebagai penghubung antara golongan

kuat dan lemah.

7. Dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan

seseorang dengan lainnya rukun, damai, harmonis, aman dan tentram

lahir dan bathin. Dalam masyarakat seperti itu tidak akan timbul lagi

bahaya komunisme (atheis) dan paham atau ajaran yang sesat atau

menyesatkan, sebab dengan dimensi dan fungsi ganda zakat,

persoalan yang dihadapi kapitalisme sudah terjawab, yang akhirnya

terciptalah masyarakat bernegara yang baik dan sejahtera.

3. Pengertian Pendayagunaan

Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun

pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia :

(36)

b. Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan

baik.8

Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara atau

usaha untuk mendatangkan hasil dan mnfaat yang lebih besar serta lebih baik.

4. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan

Ada dua bentuk penyaluran dana zakat antara lain:

1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti zakat hanya diberikan kepada seseorang

satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada

mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri

mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin

lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat

bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.

2. bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target

merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori

muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah dan

dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai dengan

pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima.

Apabila pemasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui

penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi

tercapainya target yang telah dicanangkan.9

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus BesarBahasa Indonesia, h. 189 9

(37)

Menurut Widodo yang dikutip dalam buku Lili Bariadi dan kawan-kawan,

bahwa sifat dana bantuan pemberdayaan terdiri dari tiga yaitu:

1. Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berupa hibah artinya tidak ada

ikatan antara pengelola dengan mustahiksetelah penyerahan zakat.

2. Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh pengelola

kepada mustahik dengan catatan harus qardhul hasan, artinya tidak boleh ada

kelebihan yang harus diberikan oleh mustahik kepada pengelola ketika

pengembalian pinjaman tersebut. Jumlah pengembalian sama dengan jumlah

yang dipinjamkan.

3. Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelola kepada mustahik tidak boleh

dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti shahibul

maal dengan mudharib dalam penyaluran zakat.10

Menurut M. Daud Ali pemanfaatan dana zakat dapat dikategorikan sebagai

berikut:

1. pendayagunaan yang produktif dan tradisional sifatnya, dalam kategori ini

penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk

dimanfaatkan secara langsung oleh yang bersangkutan seperti: zakat fitrah

yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam.

2. pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk

alat-alat sekolah atau beasiswa dan alin-lain.

10

(38)

3. pendaygunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk

barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat

pertukangan dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah untuk

menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.

4. pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan dalam

bentuk modal yang dapat digunakan baik untuk membangun sebuah proyek

social maupun untuk membantu atau menambah modal seorang pedagang atau

pengusaha kecil.11

5. Pendayagunaan Dana Zakat (Reinterprestasi 8 Ashnaf)

Pembicaraan tentang sistem pendayagunaan zakat, berarti membicarakan

usaha atau kegiatan yang salaing berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari

penggunaan hasil zakat secara baik, tetap dan terarah sesuai dengan tujuan zakat itu

disyariatkan. Dalam pendekatan fiqh, dasar pendayagunaan zakat umumnya di

dasarkan pada surat At-Taubah ayat 60 di bawah ini:

























11
(39)

Artinya: “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’alaf yang dibujuk hatinya

untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah; dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.

Ayat ini menjelaskan tetang peruntukan kepada siapa zkat itu diberikan, tetapi

tidak merinci cara-cara dan perimbangan pembagian antara orang yang terdapat

dalam satu golongan dan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain. Ayat

tersebut hanya menetapkan kategori-kategori yang berhak menerima zakat hanya ada

delapan golongan. Nabi SAW sendiri pun tidak pernah menerangkan cara pembagian

itu, bahkan beliau memberi mustahik sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan

disesuaikan dengan jumlah persiapan harta benda zakat yang ada. Hal demikian

berarti membukakan keluasan pintu ijtihad bagi kepala negara bagi kepala negara

badan amil zakat untuk medistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan

kebutuhan, situasi dan kondisi, sesuai dengan kemaslahatan yang dapat dicapai dari

potensi zakat tersebut.12

Kalau berbicara tentang kemaslahatan, senantiasa berkembang sesuai dengan

perkembanagan dan tuntutan kebutuhan umat. Untuk penetuan tingkat kemaslahatan,

biasa dikenal dengan adanya skala prioritas. Metode prioritas ini dapat dipakai

sebagai alat yang efektif untuk melaksanakan fungsi alokatif dan distribusi dalam

12

(40)

kebijaksanaan pendayagunaan zakat, misalnya kita ambil contoh salah satu yang

menerima zakat adalah ibnu sabil, ibnu sabil mempunyai pengertian secara bahasa

berarti anak jalanan atau musafir yang kehabisan bekal, tetapi untuk saat ini tentunya

mengalami perkembangan makna, kata ibnu sabil dapat diartikan bukan saja untuk

keperluan musafir yang kehabisan bekal, tetapi juga untuk keperluan pengungsi

bencan alan dan sejenisnya13

a. Fakir Miskin

Fakir miskin adalah mustahik yang mempunyai dua ciri

1) kelemahan dalam bidang fisik

2) kelemahan dalam bidang harta benda

penyerahannya bisa disampaikan secara langsung kepada fakir miskin

atau melalui badan pengelola, sedangkan sistem pendayagunaan bisa bersifat

konsumtif bisa juga bersifat produktif.14

Untuk pendayagunaan secara produktif, asyairazi dalam mahzabnya

mengutip dari Sjechul Hadi Pernomo, menerangkan bahwa seorang fakir yang

mampu tenaganya diberi alat kerja, yang mengerti dagang diberikan modal

dagang. Dana zakat dapat didayagunakan untuk investasi produktif, untuk

membiayai bermacam-macam proyek pembangunan dalam bidang pendidikan,

13

Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h. 9-10 14

(41)

pemeliharaan kesehatan, air bersih dan aktivitas-aktivitas kesejahteraan sosial

yang lain, yang digunakan semata-mata untuk kepentingan fakir miskin.15

Menurut Masdar F. Masudi dalam konteks kehidupan sosial kita

sekarang, dan zakat untuk sektor fakir miskin bisa mencakup:

a. Pembagunan saran dan prasarana pertanian, pembangunan sektor

industri yang secara langsung berorientasi pada peningkatan

kesejahteraan rakyat.

b. Penyelenggaraan sentra-sentra pendidikan keterampilan untuk

mengatasi pengangguran.

c. Pembangunan pemukiman rakyat tunawisma atau gelandangan.

d. Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan.

e. Pengadaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan usaha

mensejahterakan rakyat.16

Orang miskin di samping tidak mampu di bidang finansial, mereka juga

tidak memiliki pengetahuan dan akses. Untuk mencapai tujuan zakat, maka

disamping dana zakat yang bersifat konsumtif dan produktif, juga dapat

dipergunakan untuk program yang mengarah pada upaya mendapatkan hak kaum

miskin, seperti pendampingan kaum miskin (advokasi), HAM dan sejenisnya.

Bantuan finansial saja tidak akan meningkatkan taraf hidup mereka, apabila

15

Ibid., h.55-57 16

(42)

penyebab dari ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka diatasi.17 Sehingga mampu untuk menolong semua permasalahan yang ada pada fakir

miskin untuk lebih mendapatkan kehidupan yang sejahtera.

b. Amil

Yusuf Qardawi memberikan batasan yang rinci tentangamil yaitu semua

orang yang terlibat atau aktif dalam lembaga atau organisasi zakat, termasuk

penaggung jawab, para pengumpul, pembagi, bendaharawan, sekretaris, dan

sebagainya.18 Sedangkan Ibnu Rusyd memahami bahwa amil bukan hanya terbatas pada amil zakat, tetapi termasuk dalam pengertian mereka yang

mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat islam.19Meskipun dari dua pendapat diatas terdapat perbedaan, yang pasti bahwa orang yang menyibukkan

dan mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat islam mendapat dana

zakat, besarnya dana zakat yang dipakai disesuaikan dengan berat ringannya

kerja mereka.

c. Muallaf

Muallaf pada umumnya dipahami dengan orang ynag baru masuk islam,

namun dilihat dari sejarahnya pada masa awal islam muallaf yang diberikan dana

zakat dibagi kepada dua kelompok yaitu orang kafir, yang diharapkan dapat

masuk islam dan yang dikhawatirkan menyakiti umat islam. Orang islam, terdiri

dari pemuka muslim yang disegani oelh orang kafir, muslim yang masih lemah

17

Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h.20 18

Yusuf Qardawi,Fiqh al-Zakat(Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1981), cet ke-6, juz 2, h.265 19

(43)

imannya agar dapat konsisten pada keimanannya, dan muslim yang berada di

daerah musuh.20

Yusuf Qardawi mengungkapkan mengutip dari Abidin bahwa zakat yang

diberikan kepada muallaf dengan tujuan agar hatinya tetap dalam islam,

mengokohkan orang yang lemah imannya atau usaha untuk menolongnya dan

menahan tindakan jahat dari kelompok lain.21 Dengan demikian, secara praktik muallaf pun lalu dipahami sebagai orang yang dijinakkan hatinya agar mau

menerima kesadaran islam. Dalam kitab-kitab fiqh dengan orientasi berfikirnya

yang formalistik sampai sekarang, hanya dikatakan bahwa muallaf adalah orang

yang dijinakkan hatinya untuk masuk islam dalam pengertian formal.

Khalifah umar sebnarnya sudah melihat lemahnya pandangan keagamaan

yang formalistik ini, baginya tidak ada gunanyaorang yang hanya mengaku

islam, tetapi dalam tingkah lakunya jauh dari “laku” kemanusiaan. Ia

memandang keislaman sebagai suatu yang bersifat subtansial. Atas pandangan

umar itu pada saat ini dana zakat untuk muallaf digunakan bukan hanya untuk

membujuk seseorang masuk kedalam komunitas islam atua agama islam, tetapi

untuk membujuk anggota masyarakat yang karena satu atau lain hal terperosok

mengambil jalan yang berlawanan dengan fitrah kemanusiaan, sehingga dengan

konteks kemasyarakatan kita sekarang sasarannya adalah untuk:

20

Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h.22 21

(44)

a. Usaha penyadaran kembali orang-orang terperosok ke dalam

kejahatan dan kriminal.

b. Biaya rehabilitasi mental atas orang-orang yang terjerumus ke

dalam dunia narkoba.

c. Pengembangan masyarakat dan suku-suku terasing, dan

lain-lain.22

Sjechul Hadi Purnomo menambahkan bahwa dana zakat untuk muallaf

dapat digunakan untuk pembiayaan lembaga dakwah yang khusus melakukan

kegiatan untuk pembinaan kepada orang-orang yang baru masuk islam dan

lembaga dakwah yang melakukan kegiatan-kegiatan pendekatan terhadap kaum

non muslim.23

d. Riqab

Dilihat dari makna harfiah, dan demikian lah kitab-kitab fiqh

mengartikannya, riqab artinya budak. Untuk masa sekarang manusia dengan

status budak belian sudah tidak ada. Akan tetapi jika menengok pada maknanya

yang lebih dalam lagi, arti riqab secara jelas menunjukkan pada gugus manusia

yang tertindas dan tereksploitasi oleh manusia lain baik secara personal atuapun

struktural.24

22

Masdar F. Masudi,Menggas Ulang Zakat(Bandung: Mizan, 2005), h.120-121 23

Sjechul Hadi Permono,Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.65

24

(45)

Berdasarkan hal itu, maka kebijaksanaan pendayagunaan zakat untuk

riqab dapat diarahkan untuk:

a. Mengentaskan buruh-buruh rendahan dan buruh kasar dari

belenggu majikan dan yang menjeratnya.

b. Mengusahakan pembebasan orang-orang tertentu yang dihukum

atau dipenjara hanya lantaran manggunakan hak dasarnya untuk

berpendapat atau memilih.25

c. Untuk membantu negara islam atau negara yang sebagian besar

penduduknya beragama islam yang sedang berusaha melepaskan

diri dari belenggu perbudakan modern oleh kaum penjajah

modern.

d. Untuk membantu membebaskan pedagang, pengusaha, petani

kecil dan sebagainya tergantung pada lintah darat.26

e. Gharimin

Pemahaman terhadapa gharimin dalam sebagian besar literatur tafsir atua

fiqh dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya sendiri. Namun

beberapa pendapat membedakannya kepada kedua kelompok, yaitu orang yang

berhutang untuk keperluannya sendiri dan orang yang berhutang untuk

kepentingan orang lain. Bahkan hutang yang diakibatkan karena program dan

25

Masdar F. Masudi,Menggas Ulang Zakat(Bandung: Mizan, 2005), h.122 26

(46)

kegiatan untuk kepentinga sosial seperti dana yayasan anak yatim, rumah sakit

untuk pengobatan masyarakat miskin atau sekolah untuk kaum fakir miskin.27 Dalam hal ini dapat dipahami bersama bahwa dana zakat dapat digunakan

untuk melunasi hutang masyarakat miskin atau pedagang kecil yang mengalami

kemunduran dalam bidang usahanya, atau dapat pula digunakan bagi lembaga

sosial yang yang memiliki hutang untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri.

f. Sabilillah

Sabilillah pada awal masa Islam dipahami dengan jihad fisabilillah,

namun dalam perkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas pada jihad, akan

tetapi mencakup semua program dan kegiatan yang memberikan kemaslahatan

pada umat.28 Dari pemahaman tersebut dapat dipahami bahwa dana zakat dalam hal sabilillah diberikan bukan hanya bagi orang yang berjihad dan berperang

untuk Islam, melainkan pada saat ini dapat dberikan kepada pribadi yang

mencurahkan perhatiannya untuk kebaikan umum umat islam, sebagai bantuan

atas pekerjaan yang mereka lakukan.

Disamping itu juga diberikan untuk pelaksanaan program atau kegiatan

untuk mewujudkan kemaslahatan umum umat Islam, seperti mendirikan benteng,

mendirikan rumah sakit dan pemberi pelayanan kesehatan.

Team penelitian dan seminar zakat DKI Jakarta menyatakan bahwa

pendayagunaan zakat alokasi fisabilillah agar dapat digunakan untuk:

27

Hamid Abidin,Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS(Jakarta: PIRAC, 2004), h.21 28

(47)

a. Peningkatan dakwah melalui lembaga-lembaga dakwah.

b. Peningkatan penilaian fisik bagunan-bangunan keagamaan, misalnya

masjid dan madrasah-madrasah.

c. Penyedian nafkah bagi orang-orang yang sibuk dengan tugas agama.

d. Penyelenggaraan kursus-kursus keterampilan dan kewiraswastaan

untuk memungkinkan terbukanya lapangan kerja.29

g. Ibnu sabil

Para fuqaha selama ini mengartikan ibnu sabil (anak jalanan) dengan

“musafir yang kehabisan bekal”. Pengetian ini masih relevan, akan tetapi

pengertian ini pasti belum mencakup keseluruhannya. Makna anak jalanan

sebagaimana yang lazim kita pahami, mengacu pada pengertian orang yang

tengah berada dalam keadaan tunawisma atau terpental dari tempat tinggalnya

semula. Bukan lantaran kemiskinan yang diderita, melainkan karena hal-hal yang

lain, misalnya kecelakaan. Maka dari tu menurut Masdar F Masudi dan zakat

untuk sektor ibnu sabil dapat dialokasikan bukan hanya untuk keperluan musafir

yang kehabisan bekal melainkan juga untuk keperluan para pengungsi baik

karena alasan politik maupun karena alasan lingkungan atau bencan alam.30

29

Sjechul Hadi Permono,Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.72

30

(48)

B. Gizi

1. Pengertian, Fungsi, dan Sifat Gizi

a. Pengertian Gizi

Gizi merupakan suatu ilmu yang merujuk dari ilmu “kesehatan

masyarakat”. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yang artinya

berarti “makanan”. Sedangkan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari

segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan

optimal. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain

dengan tubuh manusia.31

Definisi lengkap ilmu gizi yang merupakan modifikasi dari National

Academy of Sciences(1994) oleh organisasi profesi yang berkaitan dengan

gizi pada seminar Pengembangan Ilmu Gizi pada tahun 2000, yaitu ilmu

yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan

proses yang terjadi terhadap pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap,

sampai dimanfaatkan tubuh srta dampaknya terhadap pertumbuhan,

perkembangan dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang

mempengaruhinya.32 Dari definisi tersebut ada dua komponen penting, yaitu makanan dan kesehatan tubuh. Ahli gizi harus mendalami persoalan

pangan (makanan) dan kesehatan tanpa harus menjadi ahli pangan ataupun

ahli kesehatan (dokter).

31

Sunita Almatsier,Prinsip Dasar Ilmu Gizi(Jakarta: Gramedia, 2005), h.3 32

(49)

b. Fungsi Gizi

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari

makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk

manusia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi

kehidupan manusia adalah untuk:

 Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau

perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.

 Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.

 Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan

air, mineral, dan cairan tubuh yang lain.

 Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap

berbagai penyakit.

Agar makanan dapat berfungsi seperti itu maka makanan yang kita

makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus

mengandung zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan

zat-zat ini disebut gizi. Makanan yang kita makan setiap hari harus dapat

memelihara dan dapat meningkatkan kesehatan. Zat-zat makanan yang

diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan

menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan

mineral.33

33

(50)

c. Sifat Gizi

Dilihat dari segi sifatnya ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi

yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan

perorangan lalu berkembang menjadi cabang ilmu sendiri yaitu disebut

dengan gizi klinik, dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat

yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition), lalu

berkembang pula menjadi cabang ilmu sendiri yaitu disebut dengan gizi

masyarakat.

Kedua cabang ilmu gizi dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya.

Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang

menderita gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Oleh

sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitikberatkan pada kuratif

daripada preventif dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat berkaitan

dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu sifat dari

gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan

peningkatan (promosi).34

Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan semata,

melainkan aspek-aspek terkait lain, seperti ekonomi, sosial budaya,

pendidikan, kependudukan dan sebagainya. Oleh sebab itu penanganan

serta perbaikan gizi tidak diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan

34

(51)

semata, melainkan juga kearah aspek-aspek yang lain. Misalnya masalah

gizi pada anak-anak balita tidak hanya dengan pemberian makanan

tambahan saja, tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga,

peningkatan pengetahuan dan sebagainya.

2. Ruang Lingkup Gizi

Bila dikaji pengertian ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan

bahwa ruang lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara

produksi pangan (agronomi dan peternakan). Perubahan-perubahan yang

terjadi pada tahap pascapanen dari mulai penyediaan pangan, distribusi dan

pengolahan pangan; konsumsi makanan; dan cara-cara pemanfaatan

makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat atau sakit. Oleh karena itu ilmu

gizi sangat erat kaitannya dengan ilmu-ilmu agronomi, peternakan, ilmu

pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran.

Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan, prilaku

makan, dan keadaan ekonomi, maka ilmu gizi juga berkaitan dengan

ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan ekonomi.35

3. Kelompok Rentan Gizi

Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang

paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan kekurangan

35

(52)

gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini berkaitan dengan proses kehidupan

manusia, oleh sebab itu kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu

dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompok-kelompok umur tersebut

berada dalam suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang

memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok

umur yang lain. Oleh sebab itu apabila kekurangan zat gizi maka akan

terjadi gangguan gizi atau kesehatan. Kelompok-kelompok rentan gizi ini

terdiri dari:

a) Kelompok bayi umur 0-1 tahun

b) Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun

c) Kelompok anak sekolah umur 6-12 tahun

d) Kelompok remaja umur 13-20 tahun

e) Kelompok ibu hamil dan menyusui

f) Kelompok usia lanjut.

Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi meskipun

kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini

disebabkan karena usia lanjut terjadi proses degenerasi yang menyebabkan

kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.36

36

(53)

4. Masalah Gizi di Indonesia

Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah

gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya

dise

Referensi

Dokumen terkait

Sekalipun selama meditasi kaki kiri saya sudah menjadi mati rasa karena sakit yang ditahan dan tubuh saya juga sedikit terasa melayang, pada malam kedua di Cibulan

Hasil penelitian Sanders (dalam Dewi, 2013, hal. 3) mengungkapkan tentang lokasi tato pertama, responden pria paling banyak menerima tato pertama mereka di lengan atau tangan

1. Men atau manusia merupakan sarana penting dari setiap menejer untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Berbagai macam aktifitas yang harus untuk mencapai

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan sebuah peraturan desa tentang rencana keuangan desa selama satu tahun yang disusun oleh Sekretaris Desa,

Melahirkan pelajar mempunyai kemahiran komunikasi yang baik memerlukan penglibatan dua individu iaitu guru dan Kementerian Pelajaran Malaysia untuk berganding bahu

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebesar 57,1% termasuk kategori tidak mampu menyewa ruko, (2) luas lahan trotoar berubah fungsi

Jenis dan Waktu pemberian ransum pada ayam broiler berpengaruh tidak nyata pada performans ayam broiler, terhadap semua parameter yang diamati seperti konsumsi

Untuk menentukan alternatif yang digunakan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah membagi luas daerah tangkapan menjadi beberapa bagian sesuai dengan kondisi